SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  24
Kebudayaan logam terdiri atas kebudayaan tembaga,
Kebudayaan perunggu, dan kebudayaan besi. Kebudayaan logam
Di Indonesia disebut zaman perunggu sebab zaman tembaga tidak
dikenal di Indonesia. Kebudayaan logam di Asia Tenggara
Disebut kebudayaan Dongson nama daerah di Cina yang menyebar di
Nusantara 500 tahun SM. Perunggu merupakan
Perpaduan tembaga dan timah. Disebut zaman logam, karena
Manusia menggunakan logam sebagai alat kehidupan sehari-hari,
seperti peralatan rumah tangga, peralatan pertanian,
Berburu, berkebun. Pembuatan alat-alat dari perunggu memerlukan
seorang ahli yang disebut dengan Undagi.
   Adapun teknik pembuatan alat ini ada dua cara, yaitu:
1. Bivalve, yaitu cetakan yang terdiri dari dua bagian, kemudian diikat
   dan ke dalam rongga dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair.
Cetakan ini kemudian dilepas dan jadilah barang yang dicetak.
    Teknik ini, disebut juga teknik cetak ulang.
2. A cire perdue (membuat model dari lilin), benda yang akan
     dicetak dibuat model dahulu dari lilin, kemudian dibungkus
     dengan tanah liat yang diberi lubang. Setelah dibakar lilin
     meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi cairan perunggu,
     setelah dingin tanah liat dipecah maka jadilah barang.
     Disebut juga teknik tidak langsung.
Hasil-hasil kebudayaan perunggu antara lain :
1. Nekara perunggu
    Bentuknya seperti genderang yang berpinggan di bagian tengah dan
sisi atasnya tertutup. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang
berukuran besar ada yang ukuran kecil. Nekara yang berukuran besar
di temukan di Pejeng Bali, nekara
ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini disimpan
di Pura Penataran Sasih, Gianyar, Bali. Nekara ini dianggap suci hanya
digunakan pada waktu upacara. Sedangkan nekara yang kecil
disebut dengan Moko dan sangat dihargai penduduk sebagai
barang pusaka atau mas kawin. Banyak ditemukan di Sumatra,
Jawa, Bali, P. Sangean, Roti, Leti,Selayar dan kepulauan Kei.
2. Kapak Corong.
    Bentuknya seperti sepatu tapi tangkainya berbentuk corong.
Ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Selatan, Pulau Selayar dan Irian. Kapak corong yang
salah satu sisinya panjang disebut candrasa. Fungsinya sebagai
tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan.
3. Bejana Perunggu
    Banyak ditemukan di tepi danau Kerinci ,Madura dan Pnom
Penh (Kamboja) bentuknya seperti periuk.
4. Arca Perunggu
    Ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor dan
Palembang. Bentuknya berupa arca orang yang menari, berdiri,
Naik kuda dan lain-lain.
5. Perhiasan Perunggu
   Perhiasan ini berupa gelang, binggel (gelang kaki), anting-anting,
kalung ,cincin. Ditemukan di Bogor, Bali, Malang. Perhiasan ini banyak
ditemukan sebagai bekal kubur

E. PERKEMBANGAN KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI
DAN
   KEPERCAYAAN MASYARAKAT BERBURU HINGGA
MASYARAKAT
   PERTANIAN.
  1. Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Food
      Gathering)
    a. Lingkungan Alam dan Kehidupan
    Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan
ini sangat sederhana. Kehidupan mereka tak ubahnya seperti
kelompok hewan, karena tergantung pada apa yang disediakan oleh
alam.
    Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal
Di alam terbuka seperti di hutan, di tepi sungai, di gunung, di gua-gua
(abris souche roche) dan ceruk karang di daerah pantai
(rock shelter), tinggal di pohon-pohon besar yang dibenntuk
menyerupai rumah dengan titian tangga sebagai alat untuk
menaikinya. Rumah semacam ini dibuat untuk menghindari banjir dan
binatang buas.
   Biasanya mereka hidup berkelompok, agar dapat mengatasi
tantangan alam, khususnya binatang buas. Masyarakat pada
tahap ini dataran rendah dan dekat sumber mata air, khususnya
lembah-lembah sungai yang besar. Karena di daerah ini sumber
kehidupan, seperti berbagai jenis ikan dan kerang-kerangan yang dapat
dikonsumsi. Tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan
banyak buah-buahan hidup di sekitar sungai. Selain itu, sungai
sering dikunjungi hewan-hewan yang memerlukan air. Hewan yang
diburu umumnya, hewan memamah biak, karena hewan ini
Cenderung jinak dan mereka menghindari binatang buas yang akan
melawan membabi buta jika ditangkap dan akan membahayakan jiwa
pemburunya.
   Dengan keadaan alam yang sangat berbahaya itu, manusia dalam
melakukan perjalanan cenderung melalui atau menyusuri
sungai-sungai. Sehingga timbul pikiran untuk menciptakan rakit-
rakit. Bahkan, pada masa selanjutnya, mereka dapat menciptakan
perahu sebagai sarana perjalanan untuk melalui sungai.
   Di dataran rendah, selain mencari makanan yang berupa
binatang buruan, manusia juga mengumpulkan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hal ini, dilakukan dengan cara
memilih tumbuh-tumbuhan berdasarkan warna, bau, ataupun
kemudahan mengunyah atau menelan bahan makanan. Kemampuan
manusia yang mereka pelajari dari tindakan hewan
pemakan tumbuhan ini disebut meramu (food gathering). Api juga
sudah dikenal, dengan cara membenturkan dua buah batu disulutkan
pada rumput kering jadilah api, berfungsi memasak,penerangan dan
menghalau binatang buas.
Hubungan antara anggota rekakelompok sangat erat. Mereka
bekerja bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok yang
lain atau serangan binatang buas. Mereka sudah mengenal
pembagian tugas kerja. Kaum laki-laki biasanya bertugas untuk
berburu dan kaum perempuan bertugas untuk memelihara anak
serta mengumpulkan buah-buahan dari hutan. Masing-masing
kelompok ini memilki pemimpin yang ditaati dan dihormati oleh
anggota kelompoknya.
    3. Kehidupan Budaya
    Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia
senang memilih goa-goa sebagai tempat tinggalnya. Mereka
mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk
tanah. Para ahli menafsirkan bahwa pembuat alat-alat tersebut
 adalah jenis manusia Pithecanthropus dan kebudayaanya adalah
Palaeolithiukum (batu tua). Benda-benda hasil kebudayaan zaman
tersebut, sebagai berikut :
kapak perimbas, kapak penetak yang berfungsi untuk membelah
kayu, pohon, bambu, kapak genggam, pahat genggam yang berfungsi
untuk menggemburkan tanah dan mencari ubi-ubian,
alat serpih yang digunakan sebagai pisau, gurdi dan alat penusuk,
alat-alat dari tulang yang digunakan sebagai pisau, belati, mata
tombak, mata panah dan lain-lain.
   4. Kehidupan Ekonomi
   Kehidupan masa berburu dan mengumpulkan makanan sangat
dipengaruhi oleh keadaan alam. Mereka berpindah-pindah dari
daerah satu ke daerah lain hanya untuk mendapatkan makanan.
Dengan demikian, kebutuhan makanan hanya untuk bertahan
hidup. Jadi pada masa itu belum ada bukti-bukti alat penukar.
   5. Kehidupan Kepercayaan
   Masa ini telah mengenal penghormatan terhadap orang yang
Meninggal. Mereka sudah mengenal penguburan tehadap orang
yang meninggal. Mereka juga percaya kepada roh orang yang
meninggal, bahwa setelah mati ada perjalanan rohani bagi jiwa
orang yang meninggal.
    2. Masa Bercocok Tanam
    a. Lingkungan Alam dan Kehidupanya.
    Munculnya bentuk kehidupan semacam ini berawal dari upaya
manusia untuk menyiapkan persediaan makanan yang cukup
dalam satu masa tertentu dan tidak menggembara lagi untuk
mencari makanan. Periode ini ditandai dengan perkembangan
tradisi Neolithikum, yaitu penggunaan alat-alat sudah mulai
dihaluskan dengan bentuk yang semakin baik. Manusia menetap
di desa-desa dengan jumlah penduduk antara 300-400 orang.
Karena tingginya angka kelahiran yang menyebabkan salah satu
alasan untuk menetap, tetapi juga masih ada manusia yang hidup
di gua-gua. Dalam kehidupan yang menetap ini manusia mulai
hidup dari hasil bercocok tanam dengan menanam jenis tanaman
yang semula
Tumbuh liar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping
itu mereka mulai menjinakan hewan-hewan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, seperti kuda, anjing, sapi, kerbau dan babi.
    Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali di Indonesia
adalah berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan
cara membersihkan hutan dan menanamnya, setelah tanah tidak
subur mereka pindah dan mencari hutan lain. Kemudian mereka
mengulang pekerjaan dengan membuka hutan, demikian seterusnya.
Namun dalam perkembanganya, manusia berusaha
untuk hidup bertahan lama, dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hal
ini dapat berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena
itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-
tanah persawahan.
    b. Kehidupan Sosial
    Manusia sudah memiliki tempat tinggal yang tetap, yang
menyebabkan hubungan antara manusia di dalam kelompok
Masyarakatnya semakin erat. Kehidupan ini nampak jelas melalui
cara bekerja dan bergotong royong. Setiap kegiatan yang ada di
masyarakat dilakukan dengan bergotong royong, di antaranya
bekerja di sawah, membangun rumah secara bersama,merambah
hutan untuk tanah perkebunan. Cara hidup bergotong royong ini
merupakan ciri masyarakat agraris.
   Bahkan pada masa ini sudah terbentuk kampung atau desa
dengan model rumah dari panggung yang dihuni oleh beberapa
keluarga. Dalam perkumpulan masyarakat yang sangat sederhana
biasanya terdapat seorang pemimpin yang disebut kepala suku,
yang merupakan sosok yang dihormati dan ditaati. Pada masa ini
diperkirakan sudah menggunakan bahasa, yaitu bahasa melayu
polynesia atau rumpun bahasa austronesia.
   c. Kehidupan Ekonomi
   Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan hidup masyarakat
semakin bertambah, namun tak ada satu anggota
Masyarakat pun yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya
sendiri. Oleh karena itu, mereka menjalin hubungan
yang erat lagi dengan sesama anggota masyarakat, bahkan mereka
juga menjalin dengan masyarakat yang berada di luar
daerah tempat tinggalnya. Misalnya, masyarakat di daerah pegunungan
menjalin hubungan dengan masyarakat daerah pantai. Masyarakat di
daerah pegunungan membutuhkan hasil yang diperoleh dari . Dengan
demikian munculah sistem barter
yang menandai adanya awal perdagangan. Bahkan untuk melancarkan
adanya perdagangan dibutuhkan tempat khusus
bertemunya pembeli dengan penjual, yang dikenal dengan pasar,
sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup.
   d. Sistem Kepercayaan Masyarakat
   Pada masyarakat ini, telah mempunyai konsep tentang apa
yang terjadi pada orang yang meninggal. Mereka percaya bahwa
orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang
Tidak jauh dari tempat tinggalnya atau roh orang yang meninggal
itu berada disekitar wilayah tempat tinggalnya, sehingga sewaktu-waktu dapat
dipanggil untuk dimintai bantuanya dalam
kasus tertentu seperti menanggulangi wabah penyakit atau
mengusir pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang wilayah
tempat tinggalnya.
    Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek
nenek moyang terlihat melalui peninggalan-peninggalan megalithikum.
Bangunan-bangunan megalithikum biasanya banyak ditemukan di tempat-
tempat yang tinggi yaitu di puncak-puncak bukit, lereng-lereng gunung atau
dataran tinggi. Karena
tempat yang tinggi dianggap tempat berseyamnya roh nenek
moyang.
    e. Kehidupan Budaya
    Hasil kebudayaan pada masyarakat bercocok tanam semakin banyak
dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang.
Hasil-hasil kebudayaan pada masa kehidupan bercocok tanam
adalah sebagai berikut : beliung persegi, kapak lonjong, mata
panah, gerabah, perhiasan, menhir, dolmen, sarkofagus, punden
berundak-undak, waruga , arca.
    3. Masa Perundagian
    a. Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia
    Pada masa ini manusia telah mengenal teknologi, mekipun
teknologi yang terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-
peralatan sederhana yang dibutuhkan dalam aktivitas kehidupanya.
Pengenalan teknologi dalam kehidupan manusia,
terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan
yang mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan
hidupnya.
    Dalam membuat alat-alat yang terbuat dari logam memerlukan seorang ahli
membuat alat-alat logam , yang disebut dengan undagi.
Dan tempat pembuatan alat tersebut adalah perundagian.
Logam yang dikenal waktu itu, disebut dengan perunggu, yang merupakan
campuran antara tembaga dengan timah.
   b. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
    Masa perundagian sangat penting dalam perkembangan
sejarah Indonesia, karena pada masa itu sudah terjalin hubungan dengan
daerah-daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Hubungan ini terjadi karena
bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dari logam tersedia terbatas
 di tempat tertentu, dan untuk mendapatkanya dilakukan dengan sistem tukar-
menukar.
    Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan
teknik pertanian. Mereka sudah mengenal berbagai alat-alat
pertanian seperti pisau, bajak, cangkul dan sebagainya. Hal ini
membuktikan bahwa masyarakat pada masa itu sudah mengenal
sistem bercocok tanam di sawah. Daerah-daerah yang sudah mengenal
persawahan tentu masyarakatnya lebih mampu menyediakan bahan
pangan yang cukup. Mereka sudah mengenal
Perdagangan yang dapat meningkatkan hidup mereka maupun
masyarakat lainya. Kegiatan perdagangan dan perekonomian ini
menjadi dasar perkembangan perdagangan bangsa Indonesia
pada masa selanjutnya.
   c. Kehidupan Budaya Masyarakat
   Peninggalan-peninggalan budaya masyarakat Indonesia terbuat dari
logam, diantaranya :
1) Nekara Perunggu
   Berfungsi pelengkap upacara untuk memohon hujan dan
sebagai genderang perang. Nekara yang terbesar di Asia Tenggara di
temukan pulau Selayar (Sulawesi Selatan). Sedangkan nekara yang kecil
disebut dengan moko, yang dipakai
sebagai mas kawin.
2) Kapak perunggu
3) Bejana perunggu
4) Arca perunggu
5) Perhiasan
A. PROSES MIGRASI RAS PROTO MELAYU DAN DEUTRO MELAYU
   KE ASIA DAN INDONESIA
1. Kebudayaan Bacson-Hoabinh
   Di pegunungan Bacson dan propinsi Hoabinh dekat Hanoi,
Vietnam oleh peneliti Madelaine Colani ditemukan sejumlah
besar alat-alat yang kemudian dikenal dengan kebudayaan
Bacson Hoabinh. Jenis alat yang ditemukan di Thailand,
Semenanjung Melayu dan Sumatra. Peninggalan-peninggalan di
Sumatra berupa bukit-bukit kerang yang dinamakan
Kyokenmoddinger (sampah dapur) yang memanjang dari
Sumatra Utara sampai Aceh.
   Ciri kebudayaan Bacson Hoabinh adalah penyerpihan pada
satu sisi permukaan batu kali yang berukuran satu kepalan dan
bagian tepi sangat tajam. Hasil penyerpihan menunjukan
berbagai bentuk seperti lonjong, segi empat dan ada yang
berbentuk berpinggang.
Di wilayah Indonesia alat-alat batu kebudayaan Bacson Hoabinh
ditemukan di Papua, Sumatara, Sulawesi, Jawa dan Nusa
Tenggara. Penyebaran Kebudayaan Bacson Hoabinh bersamaan
dengan perpindahan ras Papua Melanesoid ke Indonesia melalui
jalan barat dan jalan timur. Mereka datang ke nusantara dengan
perahu bercadik tinggal di pantai timur sumatra dan Jawa, tetapi
kemudian terdesak oleh bangsa Proto Melayu . Akibatnya mereka
menyingkir ke Indonesia bagian timur dan dikenal dengan ras papua
(papua melanesoide) yang berlangsung
pada jaman mesolithikum.
   Ras Papua Melanesoide hidup dan tinggal-tinggal di gua-gua
(abris sous roche) dan bukit-bukit kerang atau dapur sampah
(kyokenmoddinger). Ras papua melanesoide sampai di nusantara
pada zaman holosen, di mana keadaan bumi kita sudah layak dihuni
sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi manusia.
Penyelidikan kyokkenmoddinger dilakukan oleh Dr.P.V. Van
Stein Callenfels tahun 1925 banyak ditemukan :
a) Kapak genggam yang kemudian dinamakan kapak sumatra.
   Bahan batu sungai dibelah, sisi luar tidak dihaluskan, sisi
   dalam dikerjakan sesuai dengan keperluan.
b) Kapak pendek (hache courte), bentuk setengah lingkaran,
   tajamnya pada sisi lengkung. Ditemukan pula batu penggiling
   (pipisan) sebagai penggiling makanan atau cat merah.
c) Batu pipisan (batu penggiling) yang berfungsi melembutkan
   benda.
d) Ujung mata panah dan flakes
e) Kapak proto neolithikum yang sudah dihaluskan kemudian.
   Ras papua melanesoide hidup masih setengah menetap,
hidup berburu, bercocok tanam sederhana. Mereka hidup di gua-
gua dan ada yang di bukit sampah. Manusia yang hidup di zaman
mesolithikum sudah mengenal kesenian, seperti lukisan babi
hutan yang banyak di temukan di goa leang-leang, Sulsel.
Juga lukisan telapak tangan merah dan lukisan kapak berupa garis
sejajar yang ditemukan kyokenmoddinger. Mayat dikubur dalam
gua atau bukit kerang dengan sikap jongkok dan diolesi warna
merah. Merah adalah warna darah tanda hidup. Mayat yang
diolesi warna merah dengan maksud agar dapat mengembalikan
kehidupan sehingga dapat berdialog.
   Kecuali alat dari batu, juga ditemukan sisa-sisa dari tulang dan
gigi binatang seperti gajah, badak, beruang dan rusa. Jadi selain
mengumpulkan binatang kerang, mereka juga memburu
binatang-binatang besar. Di daerah sumatra alat-alat jenis Bacson
Hoabinh di Lhok Seumawe dan Medan. Benda yang ditemukan
bukit-bukit sampah dari kerang. Di Jawa ditemukan disekitar
lembah sungai bengawan solo bersamaan dengan penemuan fosil
manusia purba.
2. Perkembangan Kebudayaan Dongson
   Disebut kebudayaan Dongson sebab kebudayaan tersebut
ditemukan di daerah Dongson, Tongkin sebelah selatan. Alat yang
paling dominan terbuat dari perunggu, sehingga kebudayaan
perunggu di Asia tenggara disebut dengan kebudayaan Dongson.
Dari sinilah datang gelombang kebudayaan logam ke Indonesia
melalui jalan barat lewat Malaysia barat.
   Menurut para sarjana pembawa kebudayaan logam ini
sebangsa dengan pembawa kapak persegi yaitu bangsa
Austronesia. Dengan demikian, nenek moyang bangsa Indonesia
datang ke Indonesia dalam dua tahap :
a) Bangsa Proto Melayu ± 2000 SM membawa budaya
   neolithikum
b) Deutro Melayu ± 500 SM membawa budaya logam.
   Pembuatan alat dari perunggu dilakukan dengan dua cara
yaitu teknik bivalve dan cire perdue.
Dengan kenyataan diatas, menunjukan kepada kita adanya hubungan
yang erat antara Indonesia dengan Tongkin yakni kebudayaan logam di
Indonesia termasuk kelompok kebudayaan
logam di Asia yang berpusat di Dongson. Dari daerah inilah datang
kebudayaan logam secara bergelombang lewat jalur barat yaitu
Malaysia.
   Benda hasil perunggu yakni nekara perunggu, kapak perunggu,
dan perhiasan perunggu. Sedangkan alat dari besi, yaitu kapak,
mata pisau, mata pedang dan cangkul. Pada zaman perunggu di
Indonesia masuk kebudayaan perundagian, dimana peranan
perunggu dan besi sangat besar terutama dalam penggunaan alat
kehidupan.
   Budaya Dongson besar pengaruhnya terhadap perkembangan
budaya perunggu di Indonesia. Sebab banyak nekara perunggu di
Indonesia seperti di Sumatra, Jawa dan Maluku Selatan menunjukan
bukti pengaruh kuat dari Dongson. Beberapa nekara yang ditemukan
berisi gambar dinasti Han, sedangkan di Kei Maluku berisi berisi hiasan
lajur mendatar berisi gambar kijang. Berdasarkan kesimpulan para ahli
Kemungkinan nekara tersebut ada yang berasal dari Cina, karena
ada hiasan model dari Cina. Kemungkinan nekara yang ditemukan
di Sangeng dekat Sumbawa oleh Heine Geldern berasal dari
Funan.
   Perkembangan budaya logam di Indonesia dapat diketahui
dengan jelas adanya pengaruh budaya Dongson yang menyebar
ke seluruh Nusantara, yaitu :
a. Budaya logam awal di Jawa. Seperti peti kubur batu
   (sarkofagus) yang banyak ditemukan di Gunung Kidul,Yogya
b. Budaya logam awal di Sumatra. Ditemukan di Pasemah
   Lampung seperti kubur batu, manik-manik,tombak besi dan
    peniti emas.
c. Budaya logam di Sumba Nusa Tenggara Timur, seperti , tradisi
   penguburan dengan membawa bekal kubur yang berupa
   logam yang diletakan dekat peti mati, bejana dan tembikar
   yang terbuat dari logam.

Contenu connexe

Tendances

Kebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksaraKebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksaraNur Anisah
 
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...Deli Maulana Jabet
 
sejarah tradisi lisan
sejarah tradisi lisan sejarah tradisi lisan
sejarah tradisi lisan dlli_ah
 
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesia
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesiaPp jalur masuknya hindu buddha ke indonesia
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesiaAndi Audia Fni
 
Kimia 'Makromolekul'
Kimia 'Makromolekul'Kimia 'Makromolekul'
Kimia 'Makromolekul'NoNa KeYko
 
Masyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
Masyarakat Pada Masa Bercocok TanamMasyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
Masyarakat Pada Masa Bercocok TanamAfifah Allif
 
PPT Sejarah: Pengaruh Masuknya Agama Hindu Budha di Nusantara di Bidang Aksara
PPT Sejarah: Pengaruh Masuknya Agama Hindu Budha di Nusantara di Bidang AksaraPPT Sejarah: Pengaruh Masuknya Agama Hindu Budha di Nusantara di Bidang Aksara
PPT Sejarah: Pengaruh Masuknya Agama Hindu Budha di Nusantara di Bidang AksaraUNESA
 
Teori masuknya agama hindu budha di indonesia
Teori masuknya agama hindu budha di indonesiaTeori masuknya agama hindu budha di indonesia
Teori masuknya agama hindu budha di indonesiafakhriza99
 
Bab 1.c. karakteristik atau partikularisme dan eksklusifisme kelompok
Bab 1.c. karakteristik atau partikularisme dan eksklusifisme kelompokBab 1.c. karakteristik atau partikularisme dan eksklusifisme kelompok
Bab 1.c. karakteristik atau partikularisme dan eksklusifisme kelompokBudionoDrs
 
ZAMAN PRAAKSARA PALEOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA PALEOLITHIKUM SEJARAH KELAS XZAMAN PRAAKSARA PALEOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA PALEOLITHIKUM SEJARAH KELAS XAwanda Gita
 
ZAMAN PRAAKSARA MEGHALITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA MEGHALITHIKUM SEJARAH KELAS XZAMAN PRAAKSARA MEGHALITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA MEGHALITHIKUM SEJARAH KELAS XAwanda Gita
 
sosiologi "kelompok sosial"
sosiologi "kelompok sosial"sosiologi "kelompok sosial"
sosiologi "kelompok sosial"Dedi Saputra
 
ZAMAN PRAAKSARA MESOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA MESOLITHIKUM SEJARAH KELAS XZAMAN PRAAKSARA MESOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA MESOLITHIKUM SEJARAH KELAS XAwanda Gita
 
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegaraPowerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegaraChintya Koestri
 
Teori penyebaran hindu budha
Teori penyebaran hindu budhaTeori penyebaran hindu budha
Teori penyebaran hindu budhaDeuis Rosdiana
 

Tendances (20)

Kebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksaraKebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksara
 
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
 
Sumber sejarah..
Sumber sejarah..Sumber sejarah..
Sumber sejarah..
 
Zaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum Zaman Mesolithikum
Zaman Mesolithikum
 
sejarah tradisi lisan
sejarah tradisi lisan sejarah tradisi lisan
sejarah tradisi lisan
 
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesia
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesiaPp jalur masuknya hindu buddha ke indonesia
Pp jalur masuknya hindu buddha ke indonesia
 
Kimia 'Makromolekul'
Kimia 'Makromolekul'Kimia 'Makromolekul'
Kimia 'Makromolekul'
 
Zaman logam
Zaman logamZaman logam
Zaman logam
 
Masyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
Masyarakat Pada Masa Bercocok TanamMasyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
Masyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
 
PPT Sejarah: Pengaruh Masuknya Agama Hindu Budha di Nusantara di Bidang Aksara
PPT Sejarah: Pengaruh Masuknya Agama Hindu Budha di Nusantara di Bidang AksaraPPT Sejarah: Pengaruh Masuknya Agama Hindu Budha di Nusantara di Bidang Aksara
PPT Sejarah: Pengaruh Masuknya Agama Hindu Budha di Nusantara di Bidang Aksara
 
Teori masuknya agama hindu budha di indonesia
Teori masuknya agama hindu budha di indonesiaTeori masuknya agama hindu budha di indonesia
Teori masuknya agama hindu budha di indonesia
 
Bab 1.c. karakteristik atau partikularisme dan eksklusifisme kelompok
Bab 1.c. karakteristik atau partikularisme dan eksklusifisme kelompokBab 1.c. karakteristik atau partikularisme dan eksklusifisme kelompok
Bab 1.c. karakteristik atau partikularisme dan eksklusifisme kelompok
 
ZAMAN PRAAKSARA PALEOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA PALEOLITHIKUM SEJARAH KELAS XZAMAN PRAAKSARA PALEOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA PALEOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
 
ZAMAN PRAAKSARA MEGHALITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA MEGHALITHIKUM SEJARAH KELAS XZAMAN PRAAKSARA MEGHALITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA MEGHALITHIKUM SEJARAH KELAS X
 
sosiologi "kelompok sosial"
sosiologi "kelompok sosial"sosiologi "kelompok sosial"
sosiologi "kelompok sosial"
 
ZAMAN PRAAKSARA MESOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA MESOLITHIKUM SEJARAH KELAS XZAMAN PRAAKSARA MESOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
ZAMAN PRAAKSARA MESOLITHIKUM SEJARAH KELAS X
 
Deutro & proto melayu
Deutro & proto melayuDeutro & proto melayu
Deutro & proto melayu
 
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegaraPowerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
Powerpoint kerajaan kutai dan tarumanegara
 
Jalur Rempah.pptx
Jalur Rempah.pptxJalur Rempah.pptx
Jalur Rempah.pptx
 
Teori penyebaran hindu budha
Teori penyebaran hindu budhaTeori penyebaran hindu budha
Teori penyebaran hindu budha
 

En vedette

Kebudayaan logam di indonesia
Kebudayaan logam di indonesiaKebudayaan logam di indonesia
Kebudayaan logam di indonesiaJoko Sriyatno
 
kebudayaan dongson
kebudayaan dongsonkebudayaan dongson
kebudayaan dongsonShoanna94
 
Cerita rakyat, dang gedunai
Cerita rakyat, dang gedunaiCerita rakyat, dang gedunai
Cerita rakyat, dang gedunaiSMAN 2 Dumai
 
Makalah perawatan ban dan roda
Makalah perawatan ban dan rodaMakalah perawatan ban dan roda
Makalah perawatan ban dan rodaÀlvenda Ryan
 
zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
 zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah) zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)lutfiaditya334
 
Pembagian zaman-pra-aksara
Pembagian zaman-pra-aksara Pembagian zaman-pra-aksara
Pembagian zaman-pra-aksara Resa Firmansyah
 
Analisis Intrinsik Puisi "Menyesal"
Analisis Intrinsik Puisi "Menyesal"Analisis Intrinsik Puisi "Menyesal"
Analisis Intrinsik Puisi "Menyesal"Andi Sahtiani Jahrir
 
Kebudayaan Lembah Sungai Indus (Mohenjo daro dan Harappa)
Kebudayaan Lembah Sungai Indus (Mohenjo daro dan Harappa)Kebudayaan Lembah Sungai Indus (Mohenjo daro dan Harappa)
Kebudayaan Lembah Sungai Indus (Mohenjo daro dan Harappa)Taufik Soehara
 
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarah
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarahMasyarakat indonesia pada zaman prasejarah
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarahmbak_aul
 
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)Mulia Fathan
 
Materi ldk osis .administrasi dan kesekretariatan
Materi ldk osis .administrasi dan kesekretariatanMateri ldk osis .administrasi dan kesekretariatan
Materi ldk osis .administrasi dan kesekretariatanRosim Nyerupa
 
Pembagian Zaman Praaksara Menurut Corak Kehidupan dan Hasil Budaya
Pembagian Zaman Praaksara Menurut Corak Kehidupan dan Hasil BudayaPembagian Zaman Praaksara Menurut Corak Kehidupan dan Hasil Budaya
Pembagian Zaman Praaksara Menurut Corak Kehidupan dan Hasil BudayaHeryan Putra
 

En vedette (19)

Kebudayaan logam di indonesia
Kebudayaan logam di indonesiaKebudayaan logam di indonesia
Kebudayaan logam di indonesia
 
kebudayaan dongson
kebudayaan dongsonkebudayaan dongson
kebudayaan dongson
 
Cerita rakyat, dang gedunai
Cerita rakyat, dang gedunaiCerita rakyat, dang gedunai
Cerita rakyat, dang gedunai
 
Makalah perawatan ban dan roda
Makalah perawatan ban dan rodaMakalah perawatan ban dan roda
Makalah perawatan ban dan roda
 
zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
 zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah) zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
 
Pembagian zaman-pra-aksara
Pembagian zaman-pra-aksara Pembagian zaman-pra-aksara
Pembagian zaman-pra-aksara
 
zaman logam
 zaman logam zaman logam
zaman logam
 
Zaman megalitikum 1
Zaman megalitikum 1Zaman megalitikum 1
Zaman megalitikum 1
 
Zaman logam
Zaman logamZaman logam
Zaman logam
 
Analisis Intrinsik Puisi "Menyesal"
Analisis Intrinsik Puisi "Menyesal"Analisis Intrinsik Puisi "Menyesal"
Analisis Intrinsik Puisi "Menyesal"
 
Kebudayaan Lembah Sungai Indus (Mohenjo daro dan Harappa)
Kebudayaan Lembah Sungai Indus (Mohenjo daro dan Harappa)Kebudayaan Lembah Sungai Indus (Mohenjo daro dan Harappa)
Kebudayaan Lembah Sungai Indus (Mohenjo daro dan Harappa)
 
Zaman batu
Zaman batuZaman batu
Zaman batu
 
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarah
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarahMasyarakat indonesia pada zaman prasejarah
Masyarakat indonesia pada zaman prasejarah
 
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
 
Zaman pra sejarah
Zaman pra sejarahZaman pra sejarah
Zaman pra sejarah
 
Materi ldk osis .administrasi dan kesekretariatan
Materi ldk osis .administrasi dan kesekretariatanMateri ldk osis .administrasi dan kesekretariatan
Materi ldk osis .administrasi dan kesekretariatan
 
Pembagian Zaman Praaksara Menurut Corak Kehidupan dan Hasil Budaya
Pembagian Zaman Praaksara Menurut Corak Kehidupan dan Hasil BudayaPembagian Zaman Praaksara Menurut Corak Kehidupan dan Hasil Budaya
Pembagian Zaman Praaksara Menurut Corak Kehidupan dan Hasil Budaya
 
Contoh Administrasi OSIS
Contoh Administrasi OSISContoh Administrasi OSIS
Contoh Administrasi OSIS
 
Bab 3 IAD
Bab 3 IADBab 3 IAD
Bab 3 IAD
 

Similaire à KEBUDAYAAN LOGAM DI INDONESIA

Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarahSantos Tos
 
Kehidupan manusia masa Pra Aksara
Kehidupan manusia masa Pra AksaraKehidupan manusia masa Pra Aksara
Kehidupan manusia masa Pra AksaraArdhia Pramesti
 
Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya - Sejarah SMA Kelas 10
Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya - Sejarah SMA Kelas 10Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya - Sejarah SMA Kelas 10
Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya - Sejarah SMA Kelas 10Kurniawan Aji
 
Tugas sejarah
Tugas sejarahTugas sejarah
Tugas sejarahEl Wijaya
 
Tugas sejarah
Tugas sejarahTugas sejarah
Tugas sejarahEl Wijaya
 
Materi negrito dan wedidd
Materi negrito dan wediddMateri negrito dan wedidd
Materi negrito dan wediddRival Pratama
 
LKS siswa agar pembelajaran menjadi.docx
LKS siswa agar pembelajaran menjadi.docxLKS siswa agar pembelajaran menjadi.docx
LKS siswa agar pembelajaran menjadi.docxAzlisaHelmi2
 
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)Muhamad Tsani Farhan
 
Pitos 103 tutorial zaman pra sejarah
Pitos 103  tutorial zaman pra sejarahPitos 103  tutorial zaman pra sejarah
Pitos 103 tutorial zaman pra sejarahAhmad Shukri
 
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makananMasa berburu dan mengumpulkan makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makananAnita W
 
Pola hunian (sejarah)
Pola hunian (sejarah)Pola hunian (sejarah)
Pola hunian (sejarah)Dwi Febriyana
 
MASA PRAAKSARA KELAS X.pdf
MASA PRAAKSARA KELAS X.pdfMASA PRAAKSARA KELAS X.pdf
MASA PRAAKSARA KELAS X.pdfRETASITIUTAMI1
 
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaKehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaRahman Klu
 
kehidupan pra aksara di indonesia
kehidupan pra aksara di indonesiakehidupan pra aksara di indonesia
kehidupan pra aksara di indonesiaabd_
 
Sejarah Corak Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Sejarah Corak Kehidupan Awal Masyarakat IndonesiaSejarah Corak Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Sejarah Corak Kehidupan Awal Masyarakat IndonesiaFiiyya
 
Perkembangan kehidupan manusia
Perkembangan kehidupan manusiaPerkembangan kehidupan manusia
Perkembangan kehidupan manusiaAdi Rachmanto
 
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdfSalinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdfRestuBisnis
 

Similaire à KEBUDAYAAN LOGAM DI INDONESIA (20)

Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarah
 
Kehidupan manusia masa Pra Aksara
Kehidupan manusia masa Pra AksaraKehidupan manusia masa Pra Aksara
Kehidupan manusia masa Pra Aksara
 
Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya - Sejarah SMA Kelas 10
Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya - Sejarah SMA Kelas 10Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya - Sejarah SMA Kelas 10
Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya - Sejarah SMA Kelas 10
 
Tugas sejarah
Tugas sejarahTugas sejarah
Tugas sejarah
 
Tugas sejarah
Tugas sejarahTugas sejarah
Tugas sejarah
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
Materi negrito dan wedidd
Materi negrito dan wediddMateri negrito dan wedidd
Materi negrito dan wedidd
 
LKS siswa agar pembelajaran menjadi.docx
LKS siswa agar pembelajaran menjadi.docxLKS siswa agar pembelajaran menjadi.docx
LKS siswa agar pembelajaran menjadi.docx
 
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)
Zaman Pra aksara (Sejarah kelas 10 Kurikulum 13)
 
MODUL 1 KB 4.pptx
MODUL 1 KB 4.pptxMODUL 1 KB 4.pptx
MODUL 1 KB 4.pptx
 
Pitos 103 tutorial zaman pra sejarah
Pitos 103  tutorial zaman pra sejarahPitos 103  tutorial zaman pra sejarah
Pitos 103 tutorial zaman pra sejarah
 
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makananMasa berburu dan mengumpulkan makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
 
Jaman batu
Jaman batuJaman batu
Jaman batu
 
Pola hunian (sejarah)
Pola hunian (sejarah)Pola hunian (sejarah)
Pola hunian (sejarah)
 
MASA PRAAKSARA KELAS X.pdf
MASA PRAAKSARA KELAS X.pdfMASA PRAAKSARA KELAS X.pdf
MASA PRAAKSARA KELAS X.pdf
 
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaKehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
 
kehidupan pra aksara di indonesia
kehidupan pra aksara di indonesiakehidupan pra aksara di indonesia
kehidupan pra aksara di indonesia
 
Sejarah Corak Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Sejarah Corak Kehidupan Awal Masyarakat IndonesiaSejarah Corak Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Sejarah Corak Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
 
Perkembangan kehidupan manusia
Perkembangan kehidupan manusiaPerkembangan kehidupan manusia
Perkembangan kehidupan manusia
 
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdfSalinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
Salinan 4-kehidupan-awal-masyarakat-indonesia.pdf
 

KEBUDAYAAN LOGAM DI INDONESIA

  • 1. Kebudayaan logam terdiri atas kebudayaan tembaga, Kebudayaan perunggu, dan kebudayaan besi. Kebudayaan logam Di Indonesia disebut zaman perunggu sebab zaman tembaga tidak dikenal di Indonesia. Kebudayaan logam di Asia Tenggara Disebut kebudayaan Dongson nama daerah di Cina yang menyebar di Nusantara 500 tahun SM. Perunggu merupakan Perpaduan tembaga dan timah. Disebut zaman logam, karena Manusia menggunakan logam sebagai alat kehidupan sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, Berburu, berkebun. Pembuatan alat-alat dari perunggu memerlukan seorang ahli yang disebut dengan Undagi. Adapun teknik pembuatan alat ini ada dua cara, yaitu: 1. Bivalve, yaitu cetakan yang terdiri dari dua bagian, kemudian diikat dan ke dalam rongga dalam cetakan itu dituangkan perunggu cair.
  • 2. Cetakan ini kemudian dilepas dan jadilah barang yang dicetak. Teknik ini, disebut juga teknik cetak ulang. 2. A cire perdue (membuat model dari lilin), benda yang akan dicetak dibuat model dahulu dari lilin, kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi lubang. Setelah dibakar lilin meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi cairan perunggu, setelah dingin tanah liat dipecah maka jadilah barang. Disebut juga teknik tidak langsung. Hasil-hasil kebudayaan perunggu antara lain : 1. Nekara perunggu Bentuknya seperti genderang yang berpinggan di bagian tengah dan sisi atasnya tertutup. Nekara yang ditemukan di Indonesia ada yang berukuran besar ada yang ukuran kecil. Nekara yang berukuran besar di temukan di Pejeng Bali, nekara ini bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini disimpan di Pura Penataran Sasih, Gianyar, Bali. Nekara ini dianggap suci hanya
  • 3. digunakan pada waktu upacara. Sedangkan nekara yang kecil disebut dengan Moko dan sangat dihargai penduduk sebagai barang pusaka atau mas kawin. Banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, P. Sangean, Roti, Leti,Selayar dan kepulauan Kei. 2. Kapak Corong. Bentuknya seperti sepatu tapi tangkainya berbentuk corong. Ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, Pulau Selayar dan Irian. Kapak corong yang salah satu sisinya panjang disebut candrasa. Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan. 3. Bejana Perunggu Banyak ditemukan di tepi danau Kerinci ,Madura dan Pnom Penh (Kamboja) bentuknya seperti periuk. 4. Arca Perunggu Ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor dan Palembang. Bentuknya berupa arca orang yang menari, berdiri,
  • 4. Naik kuda dan lain-lain. 5. Perhiasan Perunggu Perhiasan ini berupa gelang, binggel (gelang kaki), anting-anting, kalung ,cincin. Ditemukan di Bogor, Bali, Malang. Perhiasan ini banyak ditemukan sebagai bekal kubur E. PERKEMBANGAN KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT BERBURU HINGGA MASYARAKAT PERTANIAN. 1. Hidup Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Food Gathering) a. Lingkungan Alam dan Kehidupan Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangat sederhana. Kehidupan mereka tak ubahnya seperti kelompok hewan, karena tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal
  • 5. Di alam terbuka seperti di hutan, di tepi sungai, di gunung, di gua-gua (abris souche roche) dan ceruk karang di daerah pantai (rock shelter), tinggal di pohon-pohon besar yang dibenntuk menyerupai rumah dengan titian tangga sebagai alat untuk menaikinya. Rumah semacam ini dibuat untuk menghindari banjir dan binatang buas. Biasanya mereka hidup berkelompok, agar dapat mengatasi tantangan alam, khususnya binatang buas. Masyarakat pada tahap ini dataran rendah dan dekat sumber mata air, khususnya lembah-lembah sungai yang besar. Karena di daerah ini sumber kehidupan, seperti berbagai jenis ikan dan kerang-kerangan yang dapat dikonsumsi. Tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan banyak buah-buahan hidup di sekitar sungai. Selain itu, sungai sering dikunjungi hewan-hewan yang memerlukan air. Hewan yang diburu umumnya, hewan memamah biak, karena hewan ini
  • 6. Cenderung jinak dan mereka menghindari binatang buas yang akan melawan membabi buta jika ditangkap dan akan membahayakan jiwa pemburunya. Dengan keadaan alam yang sangat berbahaya itu, manusia dalam melakukan perjalanan cenderung melalui atau menyusuri sungai-sungai. Sehingga timbul pikiran untuk menciptakan rakit- rakit. Bahkan, pada masa selanjutnya, mereka dapat menciptakan perahu sebagai sarana perjalanan untuk melalui sungai. Di dataran rendah, selain mencari makanan yang berupa binatang buruan, manusia juga mengumpulkan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hal ini, dilakukan dengan cara memilih tumbuh-tumbuhan berdasarkan warna, bau, ataupun kemudahan mengunyah atau menelan bahan makanan. Kemampuan manusia yang mereka pelajari dari tindakan hewan pemakan tumbuhan ini disebut meramu (food gathering). Api juga sudah dikenal, dengan cara membenturkan dua buah batu disulutkan pada rumput kering jadilah api, berfungsi memasak,penerangan dan menghalau binatang buas.
  • 7.
  • 8. Hubungan antara anggota rekakelompok sangat erat. Mereka bekerja bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok yang lain atau serangan binatang buas. Mereka sudah mengenal pembagian tugas kerja. Kaum laki-laki biasanya bertugas untuk berburu dan kaum perempuan bertugas untuk memelihara anak serta mengumpulkan buah-buahan dari hutan. Masing-masing kelompok ini memilki pemimpin yang ditaati dan dihormati oleh anggota kelompoknya. 3. Kehidupan Budaya Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia senang memilih goa-goa sebagai tempat tinggalnya. Mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah. Para ahli menafsirkan bahwa pembuat alat-alat tersebut adalah jenis manusia Pithecanthropus dan kebudayaanya adalah
  • 9. Palaeolithiukum (batu tua). Benda-benda hasil kebudayaan zaman tersebut, sebagai berikut : kapak perimbas, kapak penetak yang berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu, kapak genggam, pahat genggam yang berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubi-ubian, alat serpih yang digunakan sebagai pisau, gurdi dan alat penusuk, alat-alat dari tulang yang digunakan sebagai pisau, belati, mata tombak, mata panah dan lain-lain. 4. Kehidupan Ekonomi Kehidupan masa berburu dan mengumpulkan makanan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam. Mereka berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah lain hanya untuk mendapatkan makanan. Dengan demikian, kebutuhan makanan hanya untuk bertahan hidup. Jadi pada masa itu belum ada bukti-bukti alat penukar. 5. Kehidupan Kepercayaan Masa ini telah mengenal penghormatan terhadap orang yang
  • 10. Meninggal. Mereka sudah mengenal penguburan tehadap orang yang meninggal. Mereka juga percaya kepada roh orang yang meninggal, bahwa setelah mati ada perjalanan rohani bagi jiwa orang yang meninggal. 2. Masa Bercocok Tanam a. Lingkungan Alam dan Kehidupanya. Munculnya bentuk kehidupan semacam ini berawal dari upaya manusia untuk menyiapkan persediaan makanan yang cukup dalam satu masa tertentu dan tidak menggembara lagi untuk mencari makanan. Periode ini ditandai dengan perkembangan tradisi Neolithikum, yaitu penggunaan alat-alat sudah mulai dihaluskan dengan bentuk yang semakin baik. Manusia menetap di desa-desa dengan jumlah penduduk antara 300-400 orang. Karena tingginya angka kelahiran yang menyebabkan salah satu alasan untuk menetap, tetapi juga masih ada manusia yang hidup di gua-gua. Dalam kehidupan yang menetap ini manusia mulai hidup dari hasil bercocok tanam dengan menanam jenis tanaman yang semula
  • 11. Tumbuh liar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping itu mereka mulai menjinakan hewan-hewan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti kuda, anjing, sapi, kerbau dan babi. Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali di Indonesia adalah berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya, setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari hutan lain. Kemudian mereka mengulang pekerjaan dengan membuka hutan, demikian seterusnya. Namun dalam perkembanganya, manusia berusaha untuk hidup bertahan lama, dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hal ini dapat berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah- tanah persawahan. b. Kehidupan Sosial Manusia sudah memiliki tempat tinggal yang tetap, yang menyebabkan hubungan antara manusia di dalam kelompok
  • 12. Masyarakatnya semakin erat. Kehidupan ini nampak jelas melalui cara bekerja dan bergotong royong. Setiap kegiatan yang ada di masyarakat dilakukan dengan bergotong royong, di antaranya bekerja di sawah, membangun rumah secara bersama,merambah hutan untuk tanah perkebunan. Cara hidup bergotong royong ini merupakan ciri masyarakat agraris. Bahkan pada masa ini sudah terbentuk kampung atau desa dengan model rumah dari panggung yang dihuni oleh beberapa keluarga. Dalam perkumpulan masyarakat yang sangat sederhana biasanya terdapat seorang pemimpin yang disebut kepala suku, yang merupakan sosok yang dihormati dan ditaati. Pada masa ini diperkirakan sudah menggunakan bahasa, yaitu bahasa melayu polynesia atau rumpun bahasa austronesia. c. Kehidupan Ekonomi Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan hidup masyarakat semakin bertambah, namun tak ada satu anggota
  • 13. Masyarakat pun yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, mereka menjalin hubungan yang erat lagi dengan sesama anggota masyarakat, bahkan mereka juga menjalin dengan masyarakat yang berada di luar daerah tempat tinggalnya. Misalnya, masyarakat di daerah pegunungan menjalin hubungan dengan masyarakat daerah pantai. Masyarakat di daerah pegunungan membutuhkan hasil yang diperoleh dari . Dengan demikian munculah sistem barter yang menandai adanya awal perdagangan. Bahkan untuk melancarkan adanya perdagangan dibutuhkan tempat khusus bertemunya pembeli dengan penjual, yang dikenal dengan pasar, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup. d. Sistem Kepercayaan Masyarakat Pada masyarakat ini, telah mempunyai konsep tentang apa yang terjadi pada orang yang meninggal. Mereka percaya bahwa orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang
  • 14. Tidak jauh dari tempat tinggalnya atau roh orang yang meninggal itu berada disekitar wilayah tempat tinggalnya, sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai bantuanya dalam kasus tertentu seperti menanggulangi wabah penyakit atau mengusir pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang wilayah tempat tinggalnya. Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek nenek moyang terlihat melalui peninggalan-peninggalan megalithikum. Bangunan-bangunan megalithikum biasanya banyak ditemukan di tempat- tempat yang tinggi yaitu di puncak-puncak bukit, lereng-lereng gunung atau dataran tinggi. Karena tempat yang tinggi dianggap tempat berseyamnya roh nenek moyang. e. Kehidupan Budaya Hasil kebudayaan pada masyarakat bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang.
  • 15. Hasil-hasil kebudayaan pada masa kehidupan bercocok tanam adalah sebagai berikut : beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, perhiasan, menhir, dolmen, sarkofagus, punden berundak-undak, waruga , arca. 3. Masa Perundagian a. Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia Pada masa ini manusia telah mengenal teknologi, mekipun teknologi yang terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan- peralatan sederhana yang dibutuhkan dalam aktivitas kehidupanya. Pengenalan teknologi dalam kehidupan manusia, terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam membuat alat-alat yang terbuat dari logam memerlukan seorang ahli membuat alat-alat logam , yang disebut dengan undagi. Dan tempat pembuatan alat tersebut adalah perundagian.
  • 16. Logam yang dikenal waktu itu, disebut dengan perunggu, yang merupakan campuran antara tembaga dengan timah. b. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Masa perundagian sangat penting dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena pada masa itu sudah terjalin hubungan dengan daerah-daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Hubungan ini terjadi karena bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat dari logam tersedia terbatas di tempat tertentu, dan untuk mendapatkanya dilakukan dengan sistem tukar- menukar. Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan teknik pertanian. Mereka sudah mengenal berbagai alat-alat pertanian seperti pisau, bajak, cangkul dan sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat pada masa itu sudah mengenal sistem bercocok tanam di sawah. Daerah-daerah yang sudah mengenal persawahan tentu masyarakatnya lebih mampu menyediakan bahan pangan yang cukup. Mereka sudah mengenal
  • 17. Perdagangan yang dapat meningkatkan hidup mereka maupun masyarakat lainya. Kegiatan perdagangan dan perekonomian ini menjadi dasar perkembangan perdagangan bangsa Indonesia pada masa selanjutnya. c. Kehidupan Budaya Masyarakat Peninggalan-peninggalan budaya masyarakat Indonesia terbuat dari logam, diantaranya : 1) Nekara Perunggu Berfungsi pelengkap upacara untuk memohon hujan dan sebagai genderang perang. Nekara yang terbesar di Asia Tenggara di temukan pulau Selayar (Sulawesi Selatan). Sedangkan nekara yang kecil disebut dengan moko, yang dipakai sebagai mas kawin. 2) Kapak perunggu 3) Bejana perunggu 4) Arca perunggu 5) Perhiasan
  • 18. A. PROSES MIGRASI RAS PROTO MELAYU DAN DEUTRO MELAYU KE ASIA DAN INDONESIA 1. Kebudayaan Bacson-Hoabinh Di pegunungan Bacson dan propinsi Hoabinh dekat Hanoi, Vietnam oleh peneliti Madelaine Colani ditemukan sejumlah besar alat-alat yang kemudian dikenal dengan kebudayaan Bacson Hoabinh. Jenis alat yang ditemukan di Thailand, Semenanjung Melayu dan Sumatra. Peninggalan-peninggalan di Sumatra berupa bukit-bukit kerang yang dinamakan Kyokenmoddinger (sampah dapur) yang memanjang dari Sumatra Utara sampai Aceh. Ciri kebudayaan Bacson Hoabinh adalah penyerpihan pada satu sisi permukaan batu kali yang berukuran satu kepalan dan bagian tepi sangat tajam. Hasil penyerpihan menunjukan berbagai bentuk seperti lonjong, segi empat dan ada yang berbentuk berpinggang.
  • 19. Di wilayah Indonesia alat-alat batu kebudayaan Bacson Hoabinh ditemukan di Papua, Sumatara, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara. Penyebaran Kebudayaan Bacson Hoabinh bersamaan dengan perpindahan ras Papua Melanesoid ke Indonesia melalui jalan barat dan jalan timur. Mereka datang ke nusantara dengan perahu bercadik tinggal di pantai timur sumatra dan Jawa, tetapi kemudian terdesak oleh bangsa Proto Melayu . Akibatnya mereka menyingkir ke Indonesia bagian timur dan dikenal dengan ras papua (papua melanesoide) yang berlangsung pada jaman mesolithikum. Ras Papua Melanesoide hidup dan tinggal-tinggal di gua-gua (abris sous roche) dan bukit-bukit kerang atau dapur sampah (kyokenmoddinger). Ras papua melanesoide sampai di nusantara pada zaman holosen, di mana keadaan bumi kita sudah layak dihuni sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi manusia.
  • 20. Penyelidikan kyokkenmoddinger dilakukan oleh Dr.P.V. Van Stein Callenfels tahun 1925 banyak ditemukan : a) Kapak genggam yang kemudian dinamakan kapak sumatra. Bahan batu sungai dibelah, sisi luar tidak dihaluskan, sisi dalam dikerjakan sesuai dengan keperluan. b) Kapak pendek (hache courte), bentuk setengah lingkaran, tajamnya pada sisi lengkung. Ditemukan pula batu penggiling (pipisan) sebagai penggiling makanan atau cat merah. c) Batu pipisan (batu penggiling) yang berfungsi melembutkan benda. d) Ujung mata panah dan flakes e) Kapak proto neolithikum yang sudah dihaluskan kemudian. Ras papua melanesoide hidup masih setengah menetap, hidup berburu, bercocok tanam sederhana. Mereka hidup di gua- gua dan ada yang di bukit sampah. Manusia yang hidup di zaman mesolithikum sudah mengenal kesenian, seperti lukisan babi hutan yang banyak di temukan di goa leang-leang, Sulsel.
  • 21. Juga lukisan telapak tangan merah dan lukisan kapak berupa garis sejajar yang ditemukan kyokenmoddinger. Mayat dikubur dalam gua atau bukit kerang dengan sikap jongkok dan diolesi warna merah. Merah adalah warna darah tanda hidup. Mayat yang diolesi warna merah dengan maksud agar dapat mengembalikan kehidupan sehingga dapat berdialog. Kecuali alat dari batu, juga ditemukan sisa-sisa dari tulang dan gigi binatang seperti gajah, badak, beruang dan rusa. Jadi selain mengumpulkan binatang kerang, mereka juga memburu binatang-binatang besar. Di daerah sumatra alat-alat jenis Bacson Hoabinh di Lhok Seumawe dan Medan. Benda yang ditemukan bukit-bukit sampah dari kerang. Di Jawa ditemukan disekitar lembah sungai bengawan solo bersamaan dengan penemuan fosil manusia purba.
  • 22. 2. Perkembangan Kebudayaan Dongson Disebut kebudayaan Dongson sebab kebudayaan tersebut ditemukan di daerah Dongson, Tongkin sebelah selatan. Alat yang paling dominan terbuat dari perunggu, sehingga kebudayaan perunggu di Asia tenggara disebut dengan kebudayaan Dongson. Dari sinilah datang gelombang kebudayaan logam ke Indonesia melalui jalan barat lewat Malaysia barat. Menurut para sarjana pembawa kebudayaan logam ini sebangsa dengan pembawa kapak persegi yaitu bangsa Austronesia. Dengan demikian, nenek moyang bangsa Indonesia datang ke Indonesia dalam dua tahap : a) Bangsa Proto Melayu ± 2000 SM membawa budaya neolithikum b) Deutro Melayu ± 500 SM membawa budaya logam. Pembuatan alat dari perunggu dilakukan dengan dua cara yaitu teknik bivalve dan cire perdue.
  • 23. Dengan kenyataan diatas, menunjukan kepada kita adanya hubungan yang erat antara Indonesia dengan Tongkin yakni kebudayaan logam di Indonesia termasuk kelompok kebudayaan logam di Asia yang berpusat di Dongson. Dari daerah inilah datang kebudayaan logam secara bergelombang lewat jalur barat yaitu Malaysia. Benda hasil perunggu yakni nekara perunggu, kapak perunggu, dan perhiasan perunggu. Sedangkan alat dari besi, yaitu kapak, mata pisau, mata pedang dan cangkul. Pada zaman perunggu di Indonesia masuk kebudayaan perundagian, dimana peranan perunggu dan besi sangat besar terutama dalam penggunaan alat kehidupan. Budaya Dongson besar pengaruhnya terhadap perkembangan budaya perunggu di Indonesia. Sebab banyak nekara perunggu di Indonesia seperti di Sumatra, Jawa dan Maluku Selatan menunjukan bukti pengaruh kuat dari Dongson. Beberapa nekara yang ditemukan berisi gambar dinasti Han, sedangkan di Kei Maluku berisi berisi hiasan lajur mendatar berisi gambar kijang. Berdasarkan kesimpulan para ahli
  • 24. Kemungkinan nekara tersebut ada yang berasal dari Cina, karena ada hiasan model dari Cina. Kemungkinan nekara yang ditemukan di Sangeng dekat Sumbawa oleh Heine Geldern berasal dari Funan. Perkembangan budaya logam di Indonesia dapat diketahui dengan jelas adanya pengaruh budaya Dongson yang menyebar ke seluruh Nusantara, yaitu : a. Budaya logam awal di Jawa. Seperti peti kubur batu (sarkofagus) yang banyak ditemukan di Gunung Kidul,Yogya b. Budaya logam awal di Sumatra. Ditemukan di Pasemah Lampung seperti kubur batu, manik-manik,tombak besi dan peniti emas. c. Budaya logam di Sumba Nusa Tenggara Timur, seperti , tradisi penguburan dengan membawa bekal kubur yang berupa logam yang diletakan dekat peti mati, bejana dan tembikar yang terbuat dari logam.