1. Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat memanfaatkan gerakan open source untuk mengurangi belanja dengan mengganti perangkat lunak proprietary dengan perangkat lunak open source.
2. Namun, penggunaan open source hanya untuk penghematan anggaran dapat menghambat perkembangan komunitas open source, karena pengembang tidak lagi berpartisipasi secara sukarela.
3. Program IGOS pemerintah Indonesia hanya berhenti pada seremonial peluncuran
1. OPINI Berita | Ulasan | Adu Software | Utama | Bisnis | Apa Sih Sebenarnya... | Tutorial
Michael S. Sunggiardi
Open Source =
Cut Budget?
A
khir bulan Agustus 2004 yang lalu, gubernur California, ngan lanjutan ke komunitas open source akan mandeg. Jumlah
Arnold Schwarzenegger yang dikenal sebagai Terminator pemakai menjadi sangat banyak, sementara pengembangnya akan
membuat satu pernyataan yang cukup kontroversi, yaitu jalan di tempat, karena kemungkinan banyak pengembang yang ti-
menghimbau seluruh jajarannya untuk memotong anggaran be- dak berminat lagi untuk turut serta dalam komunitas.
lanja negara dengan menggunakan program open source. Itu be- Kejadian lain, beralihnya sang pengembang yang tadinya secara
rarti menghentikan dukungannya terhadap Microsoft, mengikuti suka rela mengirimkan idenya ke komunitas, menjadi tertutup, dan
beberapa negara bagian Amerika yang sudah sejak beberapa lama tidak pernah berkiprah lagi, karena yang bersangkutan sudah dipe-
membentuk Government Open Code Collaborative Repository kerjakan oleh program pemerintah, dan dianggap sudah merupa-
(http://www.gocc.gov). kan program tertutup untuk aplikasi yang membawa nama negara
Indonesia juga tidak kalah dengan gerakan Mr. Terminator di dalamnya. Secara tidak langsung, dua kejadian di atas dapat me-
tersebut, karena satu bulan sebelumnya, yaitu pada 1 Juli 2004, lima nyebabkan tersendatnya perkembangan open source yang sekarang
menteri di pemerintahan Megawati yaitu Menteri Negara Riset dan mulai banyak dikenal masyarakat luas.
Teknologi, Menteri Negara Komunikasi dan Informasi, Menteri Khusus di Indonesia, setelah beberapa bulan program IGOS
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Kehakiman dan diluncurkan, saya tidak melihat gerakan yang nyata atas deklarasi
HAM, serta Menteri Pendidikan Nasional secara resmi menyatakan tersebut. Bahkan pada awal deklarasi tersebut, dengan hati-hati
akan menggalakkan penggunaan standar Meneg Kominfo menyatakan bahwasan-
software terbuka melalui gerakan Indo-
nesia Go Open Source (IGOS) yang ko-
...program open source nya tidak lantas besok semua PC harus
mengganti software-nya ke peranti lunak
non dapat menghemat belanja sampai 20
triliun rupiah.
hanya untuk pengen- terbuka. Semua PC yang ada di lingkungan
kantor pemerintahan masih menggunakan
Kalau melihat kenyataan yang terjadi,
sebetulnya sudah sangat jelas bahwa kon-
cangan ikat pinggang software bajakan. Kilah mereka adalah keti-
daktahuan atas semua peranti yang dikirim
sep open source ini sudah diplesetin dari karena dana terbatas. ke mejanya melalui proyek pengadaan.
sasaran utamanya, yaitu kebersamaan Kelihatannya, program IGOS dari lima
untuk mengembangkan satu sistem. Karena dari dua kasus di atas menteri ini hanya sampai di acara seremonial saja, karena tidak
terlihat bahwa penggunaan program open source hanya untuk pe- sampai di ujung dari rantai pemerintahan di Indonesia. Bahkan
ngencangan ikat pinggang karena dana terbatas. web-nya http://www.igos.web.id/ sudah jarang jalan dan semua ini
Harga murah merupakan salah satu efek dari gerakan open menyebabkan beberapa aktivis open source merasa lebih sakit hati
source, karena di dalamnya tidak ada mark-up untuk penelitian, lagi, karena selain diplesetin, komunitasnya dijadikan komoditi un-
pengembangan dan pendistribusian seperti yang dilakukan oleh tuk satu hal yang bukan merupakan prinsip dasar dari keberadaan
pengembang software seperti Microsoft, Computer Associate, atau mereka.
Oracle. Dalam gerakan tersebut hanya ada semangat kebersamaan, Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan pengembang open
semangat belajar, dan sharing ilmu di komunitas yang sangat luas source, banyak yang tidak peduli dengan semua ini. Artinya mereka
ini. tetap saja jalan dengan apa yang sudah dilakukan. Seperti pepatah,
Pemerintah Amerika dan Indonesia memanfaatkan momen ini anjing menggonggong kafilah berlalu. Komunitas open source di
memang tidak salah sama sekali, karena open source merupakan Indonesia tergolong masih sedikit, sehingga jarang sekali yang tu-
produk yang paling diharap-harapkan dan merupakan solusi yang rut berpartisipasi dalam program IGOS. Karena yang dimaksud
paling tepat dalam zaman susah seperti sekarang. Tetapi, semangat program IGOS dalam deklarasi tersebut sepertinya hanya sebatas
pengembangan sistem yang sudah jalan ini dapat tersendat karena mengganti program Microsoft Windows dan Microsoft Office de-
munculnya ideologi lain. Konsep harus menyerahkan pengemba- ngan Linux dan OpenOffice.
12 INFOLINUX 10/2004 www.infolinux.web.id