SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
Laboratorium Farmasetika
Jurusan Farmasi FIKES
UIN Alauddin Makassar
“KOMPLEKSASI”

OLEH:

OLEH:
KELOMPOK I (SATU)
GELOMBANG I (SATU)

ABULKHAIR ABDULLAH (70100111001)
AGUS SALIM (70100111003)
AHMAD ZAKIR (70100111004)
ASWAR NASHIR AS(70100111017)
FADLI DZULHIDAYAT (70100111024)

Asisten Pembimbing
RISNA RAHAYU

GOWA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompleks atau senyawa kordinasi terjadi karena diakibatkan oleh
mekanisme dasar dasar aseptor atau reaksi-reaksi asam basa lewis antara dua
atau lebih konstituen kimia yang berbeda. Setiap atom atau dalam senyawa
ion-ion logam apakah bebas atau berada dalam molekul netral atau dalam
senyawa ionic yang dapat menyambung 1 pasang electron. Seringkali berupa
logam. Walaupun dapat juga atom netral. Kompleks dapat dibagi dalam dua
kelompok tergantung pada apakah kemampuan akseptor adalah ion logam.
Dalam artian luas, senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk
karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masingmasingnya dapat berdiri sendiri. Demikian juga dalam bidang formulasi
sering diterapkan pembentukan kompleks antara obat dengan bahan
tambahan.
Sebagian besar jenis reaksi kimia yang digunakan dalam penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi.
Kation yang logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat ini digunakan
untuk pemisahan, penetapan kadar, dan membuat kation yang tidak dapat bereaksi .
Untuk analisis yang penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan
disosiasi.

Dalam bidang farmasi, prinsip kompleks ini digunakan untuk menambah
kelarutan suatu senyawa obat. Karena ada sebagian dari senyawa obat tak
dapat larut dengan baik sehingga perlu untuk menambahkan pengkompleks.
Mengingat pentingnya prinsip reaksi kompleks dalam bidang farmasi
maka dilakukanlah percobaan ini.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami pembentukan senyawa kompleks bebeapa
senyawa.
2. Tujuan Percobaan
Memahami penentuan senyawa kompleks dan menetukan perbandingan
antara logam dan ligan pembentuk senyawa kompeks.
C. Prinsip Percobaan
Penetuan nilai absorban dan panjang gelombang CaCl2 dan Na-EDTA
dimana perbandingan fraksi mol masing-masing 0:1; 0,1:0,9; 0,4:0,6;
0,25:0,75; dan 1:0 yang kemudian dicampurkan larutan tersebut dimasukkan ke
dalam empat buah kuvet, setelah itu ditempatkan pada spektrofotometer
sehingga didapatkan nilai absorban dan panjang gelombangnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Kompleks atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik diakibatkan
oleh mekanisme donor-akseptor atau reaksi asam-basa Lewis antara dua atau
lebih konstituen kimia yang berbeda. Setiap atom atau ion non-logam apakah
bebas atau berada dalam molekul netral atau dalam senyawa ionik yang dapat
menyumbangkan satu pasang elektron, dapat bertindak sebagai donor akseptor
atau konstituen yang ambil bagian dalam pasangan elektron, seringkali berupa
ion logam walaupun dapat juga berupa atom netral (Martin, 1990: 645).
Dalam pelaksanaan analisisis anorganik kualitatif banyak digunakan
reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion atau
molekul kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang
terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen
ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat
tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi
klasik (Roth, 1994:130).
Metode-metode analisis pembentukan kompleks ada beberapa macam,
antara lain (Day, 1995:194) :
1. Metode variasi berkesinambungan
Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa apabila dua senyawa
membentuk kompleks maka terjadi perubahan sifat fisika dan kimia.
2. Metode titrasi
Metode ini diterapkan pada pembentukan kompleks glisin dan Cu
yang dititrasi dengan NaOH.
3. Metode distribusi
Metode distribusi diterapkan pada pembentukan kompleks iodium
dan KI. Iodium dilarutkan dalam CS2 dan KI dilarutkan dalam air.
Kelarutan iodium dalam air karena terbentuk kompleks.
4. Metode kelarutan
Kelarutan pada amino benzoate akan menambah kelarutan kofein,
dimana kadar kofein diukur dengan spektrofotometer.
Gaya antar molekul yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah
Van Der Waals dari dispersi, dipolar, dan tipe dipolar induksi. Ikatan
hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks
molekuler, dan kovalen koordinat sangat penting dalam kompleks logam.
Perpindahan muatan dan interaksi hidrofobis pun terjadi (Martin, 1990:658).
Satu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat
ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan
jumlah ligan (monodental) yang dapat membentuk kompleks yang stabil
dengan satu atom pusat. Susunan logam-logam sekitar atom pusat adalah
simetris (Svehla, 1990:95).
G.N Lewis menerangkan bahwa pembentukan kompleks terjadi karena
pentumbanagn atau pasangan elektron seluruhnya oleh satu ligan kepada
atom pusat, inilah yang disebut dengan ikatan-datif. Teori Medan Ligan
menjelaskan bahwa pembentukan kompleks atas dasar medan elektrostatik
yang diciptakan oleh ligan-ligan dalam dari atom pusat. Medan ligan
menyebabkan penguraian tingkatan energi orbital-orbital-d atom pusat, yang
lalu menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu (Energi Stabilitas
Medan Ligan) (Svehla, 1990:96).
Pada pembagian besar logam cenderung untuk membentuk kompleks.
Sifat ini dapat digunakan untuk pemisahan, penentuan kadar dan untuk
membuat kation tidak dapat berreaksi. Untuk analisis kuantitatif yang penting
adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi. Pada pembentukan
dan penguraian senyawa kompleks dibedakan antara disosiasi pertama dan
kedua. Disosiasi pertama merupakan disosiasi menjadi kation dan anion
kompleks atau menjadi anion dan kation kompleks, yang biasanya terjadi
secara sempurna (Roth, 1994:132).
Makin besar tetapan disosiasi, makin banyak ion dalam larutan, dan
makin tidak stabil kompleks yang terjadi. Selain itu diketahui juga bahwa
banyak senyawa kompleks yang terdisosiasi secara bertahap. Ion kompleks
tunggal hanya terdapat pada larutan senyawa kompleks yang sangat kuat
(Day, 1995:195).
Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif sering terlihat dan
dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena yang paling
umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna
larutan dan kenaikan larutan (Svehla, 1990:96).
Kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan
suatu anion atau molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom
pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan
yang terbentuk oleh atom logam, pusat disebut bilangan koordinasi dari
logam, salah satu contoh reaksi kompleks adalah reaksi dari ion perak dengan
ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil
(Martin, 1990:658).
Higuchi dan kawan-kawan telah menyelidiki kompleksasi kafein dengan
sejumlah obat yang bersifat asam. Mereka menemukan interaksi antara kafein
dengan obat misalnya silfonamida atau barbiturat disebabkan oleh gaya dipoldipol atau ikatan hidrogen antara gugus karbonil yang terpolarisasi dari kafein
dan atom hidrogen dari asam. Interaksi sekunder mungkin terjadi antara
bagian-bagian molekul nonpolar dan kompleks “ditekan keluar” dari fase air
karena tekanan internal air yang besar. Kedua efek ini menyebabkan derajat
interaksi yang tinggi (Martin, 1990:659).
B. Uraian Bahan
1. AQUADEST (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi

:

AQUA DESTILLATA

Nama Lain

:

Air suling, Aqua, Air kering

Berat Molekul

:

18,02

Rumus Molekul

:

H2O

Rumus Bangun

:

H-O-H

Pemerian

:

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

:

Sebagai pelarut.

2. KALSIUM KLORIDA (Dirjen POM, 1979 : 120)
Nama Resmi

:

CALCII CHLORIDUM

Nama Lain

:

Kalsium Klorida

Berat Molekul

:

68,09

Rumus Molekul

:

CaCl2

Rumus Bangun

:

Ca2+ - Cl-

Pemerian

:

Serbuk hablur; putih; tidak berbau; tidak berasa

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air; sangat sukar larut dalam
air yang mengandung karbon dioksida

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

:

Sebagai sampel pada percobaan kompleksasi.

3. NA-EDTA (Dirjen POM, 1995 : 1139)
Nama Resmi

:

NATRII EDETAT

Nama Lain

:

Natri edetat, Na-EDTA

Berat Molekul

:

336,16

Rumus Molekul

:

C10H14N2O8Na2

Pemerian

:

Serbuk hablur, putih, melebur pada suhu lebih dari
220oC
Kelarutan

:

sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95%) P

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan

:

Sebagai sampel

C. Prosedur Kerja (Tim Asisten Dosen Farmasi Fisika, 2012 :17)
1.

Siapkan larutan CaCl2 dan EDTA 0,1 M dan 0,3 M.

2.

Buat campuran larutan CaCl2 dan EDTA dengan fraksi mol CaCl2 0; 0,1;
0,25; 0,5; 0,75; dan 1.

3.

Siapkan larutan standar Ca-EDTA 0,5 M.

4.

Tentukan panjang gelombang maksimum (λmaks) Ca-EDTA pada
spektrofotometer UV-Vis.

5.

Ukur serapan tiap konsentrasi campuran larutan CaCl2 dan EDTA (yang
telah dibuat di prosedur no.2) pada λmaks.

6.

Buat grafik antara fraksi mol CaCl2 dan serapan.

7.

Tentukan fraksi mol CaCl2 dimana terjadi kompleks Ca-EDTA.

8.

Hitung nilai K.
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah 1 set spektrofotometer UV-Vis, labu ukur,
gelas ukur, corong kaca, botol semprot, gelas kimia.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah CaCl2, EDTA, air suling.
B. Cara Kerja
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian dibuat
campuran larutan 10 ml CaCl2 dan 10 ml Na- EDTA 0,1 M lalu
dihomogenkan. Dimasukkan dalam kuvet hingga batas yang diamati,
kemudian dibuat campuran larutan CaCl2 dan Na-EDTA dengan fraksi mol
CaCl2 0,1:0,25, 0,5:0,75, 0,75:1, lalu dimasukkan dalam kuvet. Kemudian
disiapkan blangko (aquadest) pada kuvet, lalu ditentukan panjang gelombang
maksimum pada spektrofotometer. Kemudian diukur serapan tiap konsentrasi
campuran larutan CaCl2 dan EDTA, lalu dibuat grafik antara fraksi mol dan
serapan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan
Sampel
CaCl2

Na-EDTA

λ(nm)

Serapan (A)

0

1

228,0

4,213

0,1

0,9

300,0

0,482

0,25

0,75

299,0

4,444

0,5

0,5

228,0

4,213

0,25

0,25

266,0

4,600

1

0

208,0

0,124

B. Perhitungan
K=

n

=
-

K1

n

=
= 16,67 M

-

K2

=

0,1

= 14,78M
-

K3

=

0,75

= 12,33 M
-

K4

=

03

= 9,13
-

K5

=
= 6,70 M

0,25
-

K6

=
=5M

0
BAB V
PEMBAHASAN
Kompleks adalah senyawa kombinasi menurut definisi klasik, diakibatkan
dari mekanisme donor obsoner atau reaksi asam basa antara dua atau lebih
konstituen yang berbeda.
Ion kompleks terdiri atas atom ligan pusat dikelilingi atom anon-anion atau
molekul-molekul yang membentuk ikatan koordinasi ion logam pusat, biasanya
disebut atom logam. Sedangkan molekul atau ion mengelilinginya disebut ligan.
Banyaknya ikatan koordinasi antara atom pusat dan ligannya disebut bilangan
koordinasi.
Ion logam pusat merupakan logam transisi yang dapat menerima pasangan
elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong pada 3d, 4s, dan 4p
pada ion pusat. Ada tiga jenis ligan, yaitu:
a. Ligan monodental yaitu ligan yang terdapat 1 atom didalamnya.
b. Ligan bidental yaitu ligan yang terdapat 2 atom donor didalamnya.
c. Ligan polidental yaitu ligan yang terdapat lebih dari 2 atom donor
didalamnya.
Adapun cara kerja pada percobaan ini adalah pertama-tama disiapkan alat
dan bahan yang digunakan, kemudian dibuat campuran larutan 10 ml CaCl2 dan
10 ml Na- EDTA 0,1 M lalu dihomogenkan. Dimasukkan dalam kuvet hingga
batas yang diamati, kemudian dibuat campuran larutan CaCl2 dan Na-EDTA
dengan fraksi mol CaCl2 0,1:0,25, 0,5:0,75, 0,75:1, lalu dimasukkan dalam kuvet.
Kemudian disiapkan blangko (aquadest) pada kuvet, lalu ditentukan panjang
gelombang maksimum pada spektrofotometer lalu diukur serapan tiap konsentrasi
campuran larutan CaCl2 dan EDTA, lalu dibuat grafik antara fraksi mol dan
serapan. Dibuat fraksi mol Na-EDTA agar dapat diketahui pada fraksi mol NaEDTA yang mana dapat terjadi kompleks. Pada percobaan kompleks terjadi pada
fraksi mol 0,75.
Dari percobaan yang dilakukan maka diperoleh nilai absorban fraksi mol
Na-EDTA: 0:0,124: 0,25:4,600; 0,5:4,213; 0,75:4,444; 0,9:0,482; 1:4,213,
sedangkan absorbansi fraksi mol CaCl2: 0:4,213; 0,1:0,482; 0,25:4,444; 0,5:7,213;
0,75:4,600; 1:0,124.
Mekanisme kerja spektrofotometer dimulai dengan diasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber cahaya. Cahaya tersebut kemudian menuju kuvet.
Dalam hal ini kuvet berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan sampel, lalu
cahaya akan menembus dinding kuvet dan masuk kedalam sampel. Saat cahaya
diteruskan ke sampel maka akan terdapat sebagian cahaya yang diteruskan dan
sebagian lagi diserap. Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap
oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menampilkannya kelayar
pembaca.
Alasan digunakan alat spektrofotometer adalah untuk menghitung serapan
dan panjang gelombang dari sampel yang digunakan. Pada percobaan digunakan
perbandingan fraksi mol CaCl2 dan Na-EDTA adalah untuk melihat perbedaan
serapan dan panjang gelombang dari sampel perbandingan fraksi mol CaCl2 dan
Na-EDTA yang digunakan.
Adapun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur karena data yang
diperoleh adalah fraksi mol 0,25 yang memiliki serapan tertinggi, dimana volume
EDTA pada fraksi mol ini adalah 0, sehingga tidak mungkin membentuk
kompleks ion Na-EDTA.
Adapun faktor-faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum adalah
konsentrasi larutan yang kurang tepat, penggunaan bahan yang tidak murni pada
saat menempatkan pada kuvet, adanya kontaminasi pada kuvet serta penentuan
fraksi mol yang tidak sesuai menyebabkan hasil yan diperoleh tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Pengetahuan tentang senyawa kompleks sangat penting dalam bidang
farmasi. Banyak senyawa obat yang tidak larut air dapat dibuat larut dalam air
dalam bentuk senyawa kompleks. Beberapa senyawa obat harus membentuk ligan
agar dapat diabsorbsi atau didistribusi kedalam tubuh.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perbandingan
fraksi mol Na-EDTA 0,25 dan fraksi mol CaCl2 0,75 mempunyai nilai serapan
tertinggi yaitu 4,600 M.
B. Saran
1. Untuk Laboratorium
Untuk mengefesienkan waktu dengan sebaik-baiknya,alangkah baiknya alat
dan bahan dilengkapi.
2. Untuk Asisten
Lebih memperhatikan praktikan untuk mengurangi faktor-faktor kesalahan
yang terjadi pada saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. Analisa Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga: Jakarta, 1995.
Ditjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 1979.
Effendi, I. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan Farmasi UNHAS:
Makassar, 2003.
Ilyas, Muh. Fitrah. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. UIN Alauddin:
Makassar, 2012.
Martin, A. Farmasi Fisika Jilid I, Edisi ke-3. UI Press : Jakarta, 1993.
Roth, H. J. Analisis Farmasi. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.
Svehla, G. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik. PT Kaiman Media Pustaka:
Jakarta, 1990.
Lampiran
SKEMA KERJA

Siapkan larutan CaCl2 dan EDTA 0,1 M
dan 0,3 M

Buat fraksi mol 0; 0,1; 0,25; 0,5; 0,75; 1

Ca-EDTA 0,5 M

Kuvet

Tentukan panjang gelombang dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis

Ukur nilai serapan

Tentukan fraksi mol CaCl2 pada
kompleks Ca-EDTA

Hitung nilai K

More Related Content

What's hot

laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonAndriana Andriana
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cqlp
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Aireruna18
 
Diazotasi
DiazotasiDiazotasi
DiazotasiD_DEVRI
 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidHafni Zuhroh
 
Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin CarlosEnvious
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrikTrie Marcory
 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamSiti Zulaikhah
 
Laporan Praktikum Pembakuan HCl
Laporan Praktikum Pembakuan HClLaporan Praktikum Pembakuan HCl
Laporan Praktikum Pembakuan HClyassintaeka
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)Annie Rahmatillah
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairMina Audina
 

What's hot (20)

laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
 
Diazotasi
DiazotasiDiazotasi
Diazotasi
 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehid
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin Laporan lengkap aspirin
Laporan lengkap aspirin
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
 
Laporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikamLaporan praktikum gel pyroksikam
Laporan praktikum gel pyroksikam
 
Laporan Praktikum Pembakuan HCl
Laporan Praktikum Pembakuan HClLaporan Praktikum Pembakuan HCl
Laporan Praktikum Pembakuan HCl
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
2.kelarutan
2.kelarutan2.kelarutan
2.kelarutan
 
Karbohidrat II
Karbohidrat IIKarbohidrat II
Karbohidrat II
 

Similar to Kompleksasi

Makalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan protein
Makalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan proteinMakalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan protein
Makalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan proteinFitry Fitros
 
Study literatur kompleksometri
Study literatur kompleksometriStudy literatur kompleksometri
Study literatur kompleksometriLinda Rosita
 
Study literatur kompleksometri
Study literatur kompleksometriStudy literatur kompleksometri
Study literatur kompleksometriDevitaAirin
 
Laporan praktikum instrumen 5
Laporan praktikum instrumen 5Laporan praktikum instrumen 5
Laporan praktikum instrumen 5broute
 
Teori ikatan valensi
Teori ikatan valensiTeori ikatan valensi
Teori ikatan valensiDevi Sudrajat
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriFransiska Puteri
 
Rangkuman kimia terapan david
Rangkuman kimia terapan davidRangkuman kimia terapan david
Rangkuman kimia terapan davidPTPN VI
 
Pertemuan 1 pendahuluan
Pertemuan 1 pendahuluanPertemuan 1 pendahuluan
Pertemuan 1 pendahuluanDenara Putri
 
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptxPower Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptxMuhammadSubhiRitonga
 

Similar to Kompleksasi (20)

bilkor
bilkorbilkor
bilkor
 
Makalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan protein
Makalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan proteinMakalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan protein
Makalah fisika farmasi kompleksasi dan ikatan protein
 
Kompleksn
KompleksnKompleksn
Kompleksn
 
anorganik
anorganikanorganik
anorganik
 
Study literatur kompleksometri
Study literatur kompleksometriStudy literatur kompleksometri
Study literatur kompleksometri
 
Makalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendiMakalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendi
 
Study literatur kompleksometri
Study literatur kompleksometriStudy literatur kompleksometri
Study literatur kompleksometri
 
Laporan praktikum instrumen 5
Laporan praktikum instrumen 5Laporan praktikum instrumen 5
Laporan praktikum instrumen 5
 
Ikatan kimia
Ikatan kimia Ikatan kimia
Ikatan kimia
 
laporan.pdf
laporan.pdflaporan.pdf
laporan.pdf
 
Teori ikatan valensi
Teori ikatan valensiTeori ikatan valensi
Teori ikatan valensi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 2 kompleksometri
 
Makalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendiMakalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendi
 
Makalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendiMakalah kimia pa fendi
Makalah kimia pa fendi
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Rangkuman kimia terapan david
Rangkuman kimia terapan davidRangkuman kimia terapan david
Rangkuman kimia terapan david
 
Susunan kimia
Susunan kimiaSusunan kimia
Susunan kimia
 
Pertemuan 1 pendahuluan
Pertemuan 1 pendahuluanPertemuan 1 pendahuluan
Pertemuan 1 pendahuluan
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptxPower Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
Power Point PR Kimia12 Ed. 2019.pptx
 

More from Abulkhair Abdullah (20)

Asam Urat
Asam UratAsam Urat
Asam Urat
 
Lower Back Pain dan Diabetes Melitus
Lower Back Pain dan Diabetes MelitusLower Back Pain dan Diabetes Melitus
Lower Back Pain dan Diabetes Melitus
 
Marine Pharmacognosy
Marine PharmacognosyMarine Pharmacognosy
Marine Pharmacognosy
 
Slimming Agent
Slimming AgentSlimming Agent
Slimming Agent
 
Molekul pembawa sebagai target aksi obat
Molekul pembawa sebagai target aksi obatMolekul pembawa sebagai target aksi obat
Molekul pembawa sebagai target aksi obat
 
Kosmetik dan Pembagiannya
Kosmetik dan PembagiannyaKosmetik dan Pembagiannya
Kosmetik dan Pembagiannya
 
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe IHipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe I
 
Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
Reaksi Hipersensitivitas Tipe IIIReaksi Hipersensitivitas Tipe III
Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
 
Berat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat JenisBerat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat Jenis
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Dasar-Dasar Fisika dan Matematika
Dasar-Dasar Fisika dan MatematikaDasar-Dasar Fisika dan Matematika
Dasar-Dasar Fisika dan Matematika
 
Sistem pembuluh darah
Sistem pembuluh darahSistem pembuluh darah
Sistem pembuluh darah
 
Tnf alpha
Tnf alphaTnf alpha
Tnf alpha
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
 
Gandaria
GandariaGandaria
Gandaria
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
 
Helium
HeliumHelium
Helium
 
Dot Hazmat Labels
Dot Hazmat LabelsDot Hazmat Labels
Dot Hazmat Labels
 

Recently uploaded

MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptxMATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptxSuarniSuarni5
 
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfkeutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfatsira1
 
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3sekolah9304
 
Power point Materi Pembelajaran Kelas 3 TEMA 7 SUB 2 PB 1
Power point Materi Pembelajaran Kelas 3 TEMA 7 SUB 2 PB 1Power point Materi Pembelajaran Kelas 3 TEMA 7 SUB 2 PB 1
Power point Materi Pembelajaran Kelas 3 TEMA 7 SUB 2 PB 1LailaTulangRusukMaha
 
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi IbrahimpptxNasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi IbrahimpptxSuGito15
 
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptxMateri Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptxnursamsi40
 
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdfLEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdfAdelaWintarsana2
 
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptxJalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptxPutriSoniaAyu
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...Aminullah Assagaf
 
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfMakna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfAdindaRizkiThalia
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUTeric214073
 
slaid penerangan UPUonline 2024 UPU 2024
slaid penerangan UPUonline  2024 UPU 2024slaid penerangan UPUonline  2024 UPU 2024
slaid penerangan UPUonline 2024 UPU 2024ssuser82320b
 
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media KristenSeminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media KristenSABDA
 
Materi pesantren kilat Ramadhan tema puasa.pptx
Materi pesantren kilat Ramadhan  tema puasa.pptxMateri pesantren kilat Ramadhan  tema puasa.pptx
Materi pesantren kilat Ramadhan tema puasa.pptxSuarniSuarni5
 
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridAksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridDonyAndriSetiawan
 
573323880-PPT-Nasionalisme-dan-Anti-Korupsi.pptx
573323880-PPT-Nasionalisme-dan-Anti-Korupsi.pptx573323880-PPT-Nasionalisme-dan-Anti-Korupsi.pptx
573323880-PPT-Nasionalisme-dan-Anti-Korupsi.pptxanisakhairoza
 
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxDinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxFritzPieterMichaelNa
 
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdfK1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf2210130220024
 
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf tentang kepemimpinan murid
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf tentang kepemimpinan muridAksi Nyata Modul 3.3.pdf tentang kepemimpinan murid
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf tentang kepemimpinan muridYusnelMarni
 

Recently uploaded (20)

MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptxMATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
MATERI pesntren kilat FIQIH THAHARAH.pptx
 
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfkeutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
 
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
 
Power point Materi Pembelajaran Kelas 3 TEMA 7 SUB 2 PB 1
Power point Materi Pembelajaran Kelas 3 TEMA 7 SUB 2 PB 1Power point Materi Pembelajaran Kelas 3 TEMA 7 SUB 2 PB 1
Power point Materi Pembelajaran Kelas 3 TEMA 7 SUB 2 PB 1
 
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi IbrahimpptxNasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
Nasab Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Ibrahimpptx
 
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptxMateri Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
 
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptxDEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
 
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdfLEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
 
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptxJalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
Jalur Rempah Pada Masa Hindu Buddha.pptx
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
 
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfMakna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
 
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
1.-Materi-Prof.-Bambang-1.ppt PENYEBAB GAGAL GINJAL AKUT
 
slaid penerangan UPUonline 2024 UPU 2024
slaid penerangan UPUonline  2024 UPU 2024slaid penerangan UPUonline  2024 UPU 2024
slaid penerangan UPUonline 2024 UPU 2024
 
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media KristenSeminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
Seminar Seri AI Talks - AI dan Media Kristen
 
Materi pesantren kilat Ramadhan tema puasa.pptx
Materi pesantren kilat Ramadhan  tema puasa.pptxMateri pesantren kilat Ramadhan  tema puasa.pptx
Materi pesantren kilat Ramadhan tema puasa.pptx
 
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridAksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
 
573323880-PPT-Nasionalisme-dan-Anti-Korupsi.pptx
573323880-PPT-Nasionalisme-dan-Anti-Korupsi.pptx573323880-PPT-Nasionalisme-dan-Anti-Korupsi.pptx
573323880-PPT-Nasionalisme-dan-Anti-Korupsi.pptx
 
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxDinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
 
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdfK1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
 
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf tentang kepemimpinan murid
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf tentang kepemimpinan muridAksi Nyata Modul 3.3.pdf tentang kepemimpinan murid
Aksi Nyata Modul 3.3.pdf tentang kepemimpinan murid
 

Kompleksasi

  • 1. Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi FIKES UIN Alauddin Makassar “KOMPLEKSASI” OLEH: OLEH: KELOMPOK I (SATU) GELOMBANG I (SATU) ABULKHAIR ABDULLAH (70100111001) AGUS SALIM (70100111003) AHMAD ZAKIR (70100111004) ASWAR NASHIR AS(70100111017) FADLI DZULHIDAYAT (70100111024) Asisten Pembimbing RISNA RAHAYU GOWA 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleks atau senyawa kordinasi terjadi karena diakibatkan oleh mekanisme dasar dasar aseptor atau reaksi-reaksi asam basa lewis antara dua atau lebih konstituen kimia yang berbeda. Setiap atom atau dalam senyawa ion-ion logam apakah bebas atau berada dalam molekul netral atau dalam senyawa ionic yang dapat menyambung 1 pasang electron. Seringkali berupa logam. Walaupun dapat juga atom netral. Kompleks dapat dibagi dalam dua kelompok tergantung pada apakah kemampuan akseptor adalah ion logam. Dalam artian luas, senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masingmasingnya dapat berdiri sendiri. Demikian juga dalam bidang formulasi sering diterapkan pembentukan kompleks antara obat dengan bahan tambahan. Sebagian besar jenis reaksi kimia yang digunakan dalam penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Kation yang logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat ini digunakan untuk pemisahan, penetapan kadar, dan membuat kation yang tidak dapat bereaksi . Untuk analisis yang penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi. Dalam bidang farmasi, prinsip kompleks ini digunakan untuk menambah kelarutan suatu senyawa obat. Karena ada sebagian dari senyawa obat tak dapat larut dengan baik sehingga perlu untuk menambahkan pengkompleks. Mengingat pentingnya prinsip reaksi kompleks dalam bidang farmasi maka dilakukanlah percobaan ini.
  • 3. B. Maksud dan Tujuan Percobaan 1. Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami pembentukan senyawa kompleks bebeapa senyawa. 2. Tujuan Percobaan Memahami penentuan senyawa kompleks dan menetukan perbandingan antara logam dan ligan pembentuk senyawa kompeks. C. Prinsip Percobaan Penetuan nilai absorban dan panjang gelombang CaCl2 dan Na-EDTA dimana perbandingan fraksi mol masing-masing 0:1; 0,1:0,9; 0,4:0,6; 0,25:0,75; dan 1:0 yang kemudian dicampurkan larutan tersebut dimasukkan ke dalam empat buah kuvet, setelah itu ditempatkan pada spektrofotometer sehingga didapatkan nilai absorban dan panjang gelombangnya.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Umum Kompleks atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik diakibatkan oleh mekanisme donor-akseptor atau reaksi asam-basa Lewis antara dua atau lebih konstituen kimia yang berbeda. Setiap atom atau ion non-logam apakah bebas atau berada dalam molekul netral atau dalam senyawa ionik yang dapat menyumbangkan satu pasang elektron, dapat bertindak sebagai donor akseptor atau konstituen yang ambil bagian dalam pasangan elektron, seringkali berupa ion logam walaupun dapat juga berupa atom netral (Martin, 1990: 645). Dalam pelaksanaan analisisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi klasik (Roth, 1994:130). Metode-metode analisis pembentukan kompleks ada beberapa macam, antara lain (Day, 1995:194) : 1. Metode variasi berkesinambungan Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa apabila dua senyawa membentuk kompleks maka terjadi perubahan sifat fisika dan kimia. 2. Metode titrasi Metode ini diterapkan pada pembentukan kompleks glisin dan Cu yang dititrasi dengan NaOH. 3. Metode distribusi Metode distribusi diterapkan pada pembentukan kompleks iodium dan KI. Iodium dilarutkan dalam CS2 dan KI dilarutkan dalam air. Kelarutan iodium dalam air karena terbentuk kompleks. 4. Metode kelarutan
  • 5. Kelarutan pada amino benzoate akan menambah kelarutan kofein, dimana kadar kofein diukur dengan spektrofotometer. Gaya antar molekul yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah Van Der Waals dari dispersi, dipolar, dan tipe dipolar induksi. Ikatan hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler, dan kovalen koordinat sangat penting dalam kompleks logam. Perpindahan muatan dan interaksi hidrofobis pun terjadi (Martin, 1990:658). Satu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan (monodental) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Susunan logam-logam sekitar atom pusat adalah simetris (Svehla, 1990:95). G.N Lewis menerangkan bahwa pembentukan kompleks terjadi karena pentumbanagn atau pasangan elektron seluruhnya oleh satu ligan kepada atom pusat, inilah yang disebut dengan ikatan-datif. Teori Medan Ligan menjelaskan bahwa pembentukan kompleks atas dasar medan elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan dalam dari atom pusat. Medan ligan menyebabkan penguraian tingkatan energi orbital-orbital-d atom pusat, yang lalu menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu (Energi Stabilitas Medan Ligan) (Svehla, 1990:96). Pada pembagian besar logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat ini dapat digunakan untuk pemisahan, penentuan kadar dan untuk membuat kation tidak dapat berreaksi. Untuk analisis kuantitatif yang penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi. Pada pembentukan dan penguraian senyawa kompleks dibedakan antara disosiasi pertama dan kedua. Disosiasi pertama merupakan disosiasi menjadi kation dan anion kompleks atau menjadi anion dan kation kompleks, yang biasanya terjadi secara sempurna (Roth, 1994:132). Makin besar tetapan disosiasi, makin banyak ion dalam larutan, dan makin tidak stabil kompleks yang terjadi. Selain itu diketahui juga bahwa
  • 6. banyak senyawa kompleks yang terdisosiasi secara bertahap. Ion kompleks tunggal hanya terdapat pada larutan senyawa kompleks yang sangat kuat (Day, 1995:195). Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna larutan dan kenaikan larutan (Svehla, 1990:96). Kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan yang terbentuk oleh atom logam, pusat disebut bilangan koordinasi dari logam, salah satu contoh reaksi kompleks adalah reaksi dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil (Martin, 1990:658). Higuchi dan kawan-kawan telah menyelidiki kompleksasi kafein dengan sejumlah obat yang bersifat asam. Mereka menemukan interaksi antara kafein dengan obat misalnya silfonamida atau barbiturat disebabkan oleh gaya dipoldipol atau ikatan hidrogen antara gugus karbonil yang terpolarisasi dari kafein dan atom hidrogen dari asam. Interaksi sekunder mungkin terjadi antara bagian-bagian molekul nonpolar dan kompleks “ditekan keluar” dari fase air karena tekanan internal air yang besar. Kedua efek ini menyebabkan derajat interaksi yang tinggi (Martin, 1990:659).
  • 7. B. Uraian Bahan 1. AQUADEST (Dirjen POM, 1979 : 96) Nama Resmi : AQUA DESTILLATA Nama Lain : Air suling, Aqua, Air kering Berat Molekul : 18,02 Rumus Molekul : H2O Rumus Bangun : H-O-H Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai pelarut. 2. KALSIUM KLORIDA (Dirjen POM, 1979 : 120) Nama Resmi : CALCII CHLORIDUM Nama Lain : Kalsium Klorida Berat Molekul : 68,09 Rumus Molekul : CaCl2 Rumus Bangun : Ca2+ - Cl- Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; tidak berasa Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat sukar larut dalam air yang mengandung karbon dioksida Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai sampel pada percobaan kompleksasi. 3. NA-EDTA (Dirjen POM, 1995 : 1139) Nama Resmi : NATRII EDETAT Nama Lain : Natri edetat, Na-EDTA Berat Molekul : 336,16 Rumus Molekul : C10H14N2O8Na2 Pemerian : Serbuk hablur, putih, melebur pada suhu lebih dari 220oC
  • 8. Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai sampel C. Prosedur Kerja (Tim Asisten Dosen Farmasi Fisika, 2012 :17) 1. Siapkan larutan CaCl2 dan EDTA 0,1 M dan 0,3 M. 2. Buat campuran larutan CaCl2 dan EDTA dengan fraksi mol CaCl2 0; 0,1; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1. 3. Siapkan larutan standar Ca-EDTA 0,5 M. 4. Tentukan panjang gelombang maksimum (λmaks) Ca-EDTA pada spektrofotometer UV-Vis. 5. Ukur serapan tiap konsentrasi campuran larutan CaCl2 dan EDTA (yang telah dibuat di prosedur no.2) pada λmaks. 6. Buat grafik antara fraksi mol CaCl2 dan serapan. 7. Tentukan fraksi mol CaCl2 dimana terjadi kompleks Ca-EDTA. 8. Hitung nilai K.
  • 9. BAB III METODE PERCOBAAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan adalah 1 set spektrofotometer UV-Vis, labu ukur, gelas ukur, corong kaca, botol semprot, gelas kimia. 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah CaCl2, EDTA, air suling. B. Cara Kerja Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian dibuat campuran larutan 10 ml CaCl2 dan 10 ml Na- EDTA 0,1 M lalu dihomogenkan. Dimasukkan dalam kuvet hingga batas yang diamati, kemudian dibuat campuran larutan CaCl2 dan Na-EDTA dengan fraksi mol CaCl2 0,1:0,25, 0,5:0,75, 0,75:1, lalu dimasukkan dalam kuvet. Kemudian disiapkan blangko (aquadest) pada kuvet, lalu ditentukan panjang gelombang maksimum pada spektrofotometer. Kemudian diukur serapan tiap konsentrasi campuran larutan CaCl2 dan EDTA, lalu dibuat grafik antara fraksi mol dan serapan.
  • 10. BAB IV HASIL PENGAMATAN A. Tabel Pengamatan Sampel CaCl2 Na-EDTA λ(nm) Serapan (A) 0 1 228,0 4,213 0,1 0,9 300,0 0,482 0,25 0,75 299,0 4,444 0,5 0,5 228,0 4,213 0,25 0,25 266,0 4,600 1 0 208,0 0,124 B. Perhitungan K= n = - K1 n = = 16,67 M - K2 = 0,1 = 14,78M - K3 = 0,75 = 12,33 M - K4 = 03 = 9,13 - K5 = = 6,70 M 0,25
  • 12. BAB V PEMBAHASAN Kompleks adalah senyawa kombinasi menurut definisi klasik, diakibatkan dari mekanisme donor obsoner atau reaksi asam basa antara dua atau lebih konstituen yang berbeda. Ion kompleks terdiri atas atom ligan pusat dikelilingi atom anon-anion atau molekul-molekul yang membentuk ikatan koordinasi ion logam pusat, biasanya disebut atom logam. Sedangkan molekul atau ion mengelilinginya disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara atom pusat dan ligannya disebut bilangan koordinasi. Ion logam pusat merupakan logam transisi yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong pada 3d, 4s, dan 4p pada ion pusat. Ada tiga jenis ligan, yaitu: a. Ligan monodental yaitu ligan yang terdapat 1 atom didalamnya. b. Ligan bidental yaitu ligan yang terdapat 2 atom donor didalamnya. c. Ligan polidental yaitu ligan yang terdapat lebih dari 2 atom donor didalamnya. Adapun cara kerja pada percobaan ini adalah pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian dibuat campuran larutan 10 ml CaCl2 dan 10 ml Na- EDTA 0,1 M lalu dihomogenkan. Dimasukkan dalam kuvet hingga batas yang diamati, kemudian dibuat campuran larutan CaCl2 dan Na-EDTA dengan fraksi mol CaCl2 0,1:0,25, 0,5:0,75, 0,75:1, lalu dimasukkan dalam kuvet. Kemudian disiapkan blangko (aquadest) pada kuvet, lalu ditentukan panjang gelombang maksimum pada spektrofotometer lalu diukur serapan tiap konsentrasi campuran larutan CaCl2 dan EDTA, lalu dibuat grafik antara fraksi mol dan serapan. Dibuat fraksi mol Na-EDTA agar dapat diketahui pada fraksi mol NaEDTA yang mana dapat terjadi kompleks. Pada percobaan kompleks terjadi pada fraksi mol 0,75. Dari percobaan yang dilakukan maka diperoleh nilai absorban fraksi mol Na-EDTA: 0:0,124: 0,25:4,600; 0,5:4,213; 0,75:4,444; 0,9:0,482; 1:4,213,
  • 13. sedangkan absorbansi fraksi mol CaCl2: 0:4,213; 0,1:0,482; 0,25:4,444; 0,5:7,213; 0,75:4,600; 1:0,124. Mekanisme kerja spektrofotometer dimulai dengan diasilkannya cahaya monokromatik dari sumber cahaya. Cahaya tersebut kemudian menuju kuvet. Dalam hal ini kuvet berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan sampel, lalu cahaya akan menembus dinding kuvet dan masuk kedalam sampel. Saat cahaya diteruskan ke sampel maka akan terdapat sebagian cahaya yang diteruskan dan sebagian lagi diserap. Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menampilkannya kelayar pembaca. Alasan digunakan alat spektrofotometer adalah untuk menghitung serapan dan panjang gelombang dari sampel yang digunakan. Pada percobaan digunakan perbandingan fraksi mol CaCl2 dan Na-EDTA adalah untuk melihat perbedaan serapan dan panjang gelombang dari sampel perbandingan fraksi mol CaCl2 dan Na-EDTA yang digunakan. Adapun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur karena data yang diperoleh adalah fraksi mol 0,25 yang memiliki serapan tertinggi, dimana volume EDTA pada fraksi mol ini adalah 0, sehingga tidak mungkin membentuk kompleks ion Na-EDTA. Adapun faktor-faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum adalah konsentrasi larutan yang kurang tepat, penggunaan bahan yang tidak murni pada saat menempatkan pada kuvet, adanya kontaminasi pada kuvet serta penentuan fraksi mol yang tidak sesuai menyebabkan hasil yan diperoleh tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengetahuan tentang senyawa kompleks sangat penting dalam bidang farmasi. Banyak senyawa obat yang tidak larut air dapat dibuat larut dalam air dalam bentuk senyawa kompleks. Beberapa senyawa obat harus membentuk ligan agar dapat diabsorbsi atau didistribusi kedalam tubuh.
  • 14. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perbandingan fraksi mol Na-EDTA 0,25 dan fraksi mol CaCl2 0,75 mempunyai nilai serapan tertinggi yaitu 4,600 M. B. Saran 1. Untuk Laboratorium Untuk mengefesienkan waktu dengan sebaik-baiknya,alangkah baiknya alat dan bahan dilengkapi. 2. Untuk Asisten Lebih memperhatikan praktikan untuk mengurangi faktor-faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum.
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Day, R. A. Analisa Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga: Jakarta, 1995. Ditjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta, 1979. Effendi, I. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Jurusan Farmasi UNHAS: Makassar, 2003. Ilyas, Muh. Fitrah. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. UIN Alauddin: Makassar, 2012. Martin, A. Farmasi Fisika Jilid I, Edisi ke-3. UI Press : Jakarta, 1993. Roth, H. J. Analisis Farmasi. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta. Svehla, G. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik. PT Kaiman Media Pustaka: Jakarta, 1990.
  • 16. Lampiran SKEMA KERJA Siapkan larutan CaCl2 dan EDTA 0,1 M dan 0,3 M Buat fraksi mol 0; 0,1; 0,25; 0,5; 0,75; 1 Ca-EDTA 0,5 M Kuvet Tentukan panjang gelombang dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis Ukur nilai serapan Tentukan fraksi mol CaCl2 pada kompleks Ca-EDTA Hitung nilai K