SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  58
Télécharger pour lire hors ligne
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disiplin merupakan salah satu faktor penting demi terciptanya guru yang
profesional dalam menjalankan fungsi, tugas, dan kewajibannya, serta demi
terwujudnya mutu pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan mengenai
pelaksanaan disiplin guru telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 1980 Tentang Peraturan Disiplin kerja guru dan Dosen.
Upaya disiplin guru sendiri telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980, dimana dalam Peraturan Pemerintah ini antara lain
menjelaskan tentang jenis-jenis hukuman disiplin khususnya Pegawai Negeri Sipil
yang dapat dikenakan bagi para pelanggarnya dan pejabat yang berwenang untuk
memberikan hukuman disiplin tersebut.
Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang
tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis serta ssanggup menjalankannya dan
tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan
wewenang yang diberikan kepadanya. Ini berarti disiplin adalah ketaatan terhadap
aturan-aturan yang berlaku pada saat sekarang ini.
Untuk itu, guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya hendaknya
guru tidak hanya sekedar mengejar penghasilan, akan tetapi juga merupakan
sarana untuk mengembangkan diri dan berbakti. Guru merupakan komponen yang
paling sentral dalam mewarisan kepribadian. Guru adalah sumber ilmu
2
pengetahuan, dari jerih payah seorang guru kita menitipkan generasi bangsa untuk
melanjutkan perjalanan menuju cita-cita bangsa kita, agar mampu bersaing
dengan negara-negara maju di dunia. Guru dalam kontek pendidikan berada di
barisan depan dan sangat strategis menanamkan nilai-nilai positif melalui
bimbingan dan keteladanan.
Akhir-akhir ini permasalahan mengenai disiplin di lingkungan pendidik
sangat banyak disoroti atau dibicarakan, terlebih pada saat reformasi ini disiplin
merupakan faktor utama untuk menuju sukses suatu bangsa. Tanpa dilandasi
tingkat disiplin yang tinggi mustahil cita-cita pembangunan nasional dapat
dilaksanakan secara baik.
Berdasarkan survey di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba
Kab. Rohul tentang kedisplinan guru dtemui adanya gejala-gejala indisipliner dari
sebagian guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagi seorang
pendidik, misalnya:
a. Sebagian guru datang mengajar kadang-kadang tidak tepat waktu dan
pulang tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
b. Beberapa orang guru kadang-kadang malas untuk memakai seragam yang
telah ditentukan.
c. Sebagian guru malas mengajar dan lebih senang mengobrol sesama guru
ketika jam mengajar.
d. Sebagian guru ada juga yang meninggalkan kelas/kantor pada jam
mengajar untuk keperluan pribadi.
e. Ketidakhadiran sebahagian guru yang melebihi ketentuan yang berlaku di
sebabkan oleh berbagai macam alasan.
3
Disiplin kerja guru tidak akan dapat terjadi jika yang bersangkutan
melalaikan tugasnya dan selaku public service sudah selayaknya guru
memberikan tauladan yang baik untuk generasi penerus bangsa ini dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan demikian begitu pentingnya analisis disiplin
kerja guru dalam pencapaian prestasi kerja, sehingga image guru sebagai pendidik
akan tetap berpengaruh baik bagi perkembangan bangsa.
Berdasarkan uraian di atas, judul penelitian yang tepat yang relevan
dengan latar belakang penelitian ini adalah “Studi Deskriptif Tentang
Kedisiplinan Guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab.
Rohul”
B. Alasan Pemilihan Judul
1. Akhir-akhir ini permasalahan mengenai disiplin di lingkungan pendidik
sangat banyak disoroti atau dibicarakan, terlebih pada saat reformasi ini
disiplin merupakan factor utama untuk menuju sukses suatu bangsa.
Tanpa dilandasi tingkat disiplin yang tinggi mustahil cita-cita
pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara baik.
2. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena sepengatahuan penulis belum
ada yang meneliti permasalahan ini.
3. Dari segi waktu dan dana dapat terjangkau oleh penulis.
4
C. Penjelasan Istilah
1. Studi Deskriptif adalah suatu peneitian yang berusaha menjelaskan atau
menggambarkan suatu gejala, fenomena, ataupun peristiwa tertentu
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.1
2. Disiplin adalah sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh
pedoman-pedoman organisasi. Disiplin kerja adalah persepsi guru terhadap
sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri yang dimiliki
oleh guru dalam bekerja di sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran
yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya.2
3. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.3
D. Permasalahan
1. Pembeberan masalah
Dengan bertitik tolak kepada latar belakang di atas, semakin banyak
masalah yang dihadapi dan diemban oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan
pembangunan disegala bidang, maka secara langsung maupun tidak langsung guru
dituntut untuk meningkatkan kedisiplin kerja yang baik.
1
Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
2
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika. 1987. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta :
Bina Aksara.
3
Undang-undang Guru dan Dosen , 2006, Hal. 2
5
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diuraikan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
a. Upaya pemerintah dalam meningkatkan disiplin kerja guru.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
c. Disiplin kerja merupakan upaya meningkatkan kompetensi profesional
guru.
d. Pengaruh Disiplin terhadap motivasi kerja guru.
e. Pelaksanaan Disipilin di lingkungan kerja guru
2. Batasan Masalah
Untuk lebih terarahnya tujuan penelitian, maka batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Pelaksanaan disiplin guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun
Purba Kab. Rohul.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin guru di SD Negeri 009 Bangun
Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah pelaksanaan disiplin kerja guru di SD Negeri 009 Bangun
Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul?.
b. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi disiplin guru di SD Negeri
009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul?
6
E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
A. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba
Kec.Bangun Purba Kab. Rohul
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru di
SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul
B. Kegunaan Penelitian
a. Bahan masukan dan informasi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya bagi pihak-pihak yang memerlukan pemahaman tentang
peningkatan disiplin kerja guru.
b. Bagi pihak lain dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pertimbangan untuk penelitan berikutnya.
c. Dalam rangka melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan
perkuliahan jurusan Pendidikan Agama Islam di STAI Al-Azhar
Pekanbaru Program Strata Satu (S-1).
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya atas
5 (lima) bab dan masing-masing bab di bagi dalam beberapa sub bab sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini uraian terbagi atas latar belakang masalah, alasan
pemilihan judul, penjelasan istilah, permasalahan, tujuan dan
manfaat penelitan, dan sistematika penulisan.
7
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Penjelasan pada bab ini adalah teori-teori yang berhubungan
dengan masalah penelitian sehingga memperlihatkan pola
hubungan antar permasalahan dan tujuan penelitian.
BAB III : METODE PENELITAN
Bab ini menjelaskan uraian tentang waktu dan tempat penelitan,
subyek dan objek penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa
data
BAB IV :PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulIs akan menguraikan tentang deskripsi lokasi
penelitian, penyajian data dan analisa data yang telah diolah
sesuai dengan tujuan penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan
memberikan saran-saran berdasarkan temuan hasil penelitian
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Disiplin
Disiplin kerja dalam organisasi sangat dituntut keberadaannya, karena
dengan disiplin yang baik suatu pekerjaan dapat terselesaikan dengan efektif dan
efisien. Dalam tujuan organisasi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya
keberadaan dan kelangsungan organisasi sangat diperlukan, dengan adanya
seorang pemimpin yang mampu memberikan motivasi dalam menegakkan disiplin
kerja dalam menggerakkan, mengarahkan dan membina para bawahannya dalam
menjalankan segala tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing pada
organisasi yang dipimpinnya tersebut. Dalam hal ini jelaslah keberadaan seorang
pemimpin yang mampu menggerakan anggota dalam menjalankan tugasnya
sangat diperlukan, karena keberhasilan seorang tujuan dalam organisasinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan mengemukakan beberapa teori yang
dikemukakan dari berbagai ahli yang berhubungan dengan masalah yang penulis
ungkapkan, yaitu tentang hubungan antara disiplin kerja guru terhadap prestasi
kerja guru.
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang dalam mentaati
segala peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya serta mampu
mentaati norma-norma sosial yangg berlaku.4
4
Hasibuan, SP. Melayu.,2000, Organisasi dan motivasi, Jakarta, Bumi Aksara,
9
Menurut mengemukakan bahwa “Dicipline is management action to
enforce organitation standars”. Berdasarkan pendapat Keith Davis, disiplin kerja
dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-
pedoman organisasi.
Ada 2 macam disiplin kerja, yaitu disiplin preventif, dan korektif.
1. Disiplin Prefentif
Disiplin prefentif adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai untuk
mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan. Dengan cara preventif, pegawai dapat
memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan.
Disiplin proventif merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan
kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam organisasi.
Jika sistem organisasi baik, maka diharapkan akan lebih mudah
menegakkan disiplin kerja.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.5
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi
adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang
berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
5
Mangkunegara, P, Anwar.,2004. Manajemen SDM Perusahaan. PT Raja Reksadakarya,
Offset, Bandung.
10
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para menejer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.
Untuk membantu para manajer dalam mengenali tindakan tingkat displiner
yang tepat, beberapa perumusan telah merumuskan prosedur disipliner. Satu
pendekatan adalah dengan menyusun pedoman-pedoman tindakan disipliner
progresif, seperti contoh berikut ini :
Pedoman-pedoman yang dianjurkan untuk tindakan disipliner bagi
pelangaran-pelanggaran yang yang membutuhkan pertama : suatu peringatan
lisan, kedua : suatu peringatan tertulis, ketiga : terminasi.
Tindakan disipliner yang paling akhir adalah pemecatan. Yaitu
pemberhentain pegawai dari perusahaan dengan alasan tertentu. Pernah
dinyatakan bahwa setiap pemecatan pegawai membuktikan kegagalan pemimpin,
tetapi pandangan ini tidak realistik. Tidak ada manajer atau pegawai yang
sempurna : jadi ada masalah tertentu yang tidak dapat ditanggulangi betapapun
orang berusaha keras menanggulanginya. Adakalanya lebih baik bagi pegawai
untuk pindah kerja ditempat lain. Ada batasan bagi banyak upaya yang dapat
dilakukan organisasi untuk mempertahankan seorang pegawai yang berprestasi
tidak baik. Karena prestasi pegawai itu dapat menimbulkan dampak negatif bagi
karyawan lainnya.
11
B. Pembinaan Disiplin Kerja
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati bahwa mereka yang
berdisiplin lebih tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi pula. Dalam pada itu,
terutama dalam lima faktor yang sangat mempengaruhi hidup serta kehidupan
organisasi adalah “ketertiban”. Suatu unsur penting ketertiban adalah disiplin.
Dengan perkataan lain, “disiplin” adalah termasuk dalam unsur-unsur penting
yang mempengaruhi prestasi suatu organisasi.
Pembinaan suatu organisasi harus dilakasanakan secara menyeluruh,
dalam arti meliputi berbagai aspek hidup dan kehidupan organisasi tersebut, kalau
dikehendaki hasil pembinaan yang optimal, karena masing-masing aspek tadi
mempunyai kaitan yang sangat erat satu dengan yang lainnya. Ada kategori faktor
atau unsur tertentu yang harus selalu memperoleh perhatian. Termasuk dalam
kaegori ini adalah kesejahhteraan para anggota organisasi yang bersangkutan.
Maka aspek kesejahteraan mungkin perlu mendapatkan perhatian khusus, tanpa
mengabaikan aspek lainnya. Peningkatan kesejahteraan ini hendaknya juga
diarahkan untuk memperkuat unsur-unsur lain organisasi itu, misalnya unsur
disiplin yang tadi telah disebutkan.
Diperlukan adanya pendisiplinan dan konsistensi merupakan bagian
penting dari keadilan. Taidak adanya konsistensi menyebabkan pegawai merasa
didiskriminasikan. Apabila orang yang menerima hukuman yang lebih berat
adalah pegawai dari golongan yang minoritas, maka perusahaan dapat dituduh
melakukan tindakan diskriminasi yang melawan hukum, dan perusahaan harus
menyediakan pembelaan yang mahal atas tuduhan itu.
12
Ada tiga pendekatan disiplin, yaitu pendekatan disiplin modern, disiplin
dengan tradisi, dan disiplin bertujuan.6
1. Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan Disiplin modern yaitu mempertemukan keperluan atau kebutuhan
baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi :
a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman
secara fisik
b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang
berlaku
c. Keputusan-keputusan yang semuanya terhadap kesalahan atau prasangka
harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan
mendapatkan fakta-faktanya
d. Melakukan proses terhadap keputusan yang besar sebelah pihak terhadap
kasus disiplin
2. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara
memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi :
a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
peninjauan kembali bila telah diputuskan
b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaanya harus
disesuaikan dengan pelanggarannya
c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelnggar maupun
kepada pegawai lainnya
6
Mangkunegara, Op. Cit. Hal. 132-139
13
d. Peningkatan perbuatan pe;anggaran diperlukan hukuman yang lebih keras
e. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya
harus diberikan hukuman yang lebih berat
3. Pendekatan Disiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi :
a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai
b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku
c. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang baik
d. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap
perubahannya
Beberapa tekhnik dalam melaksanakan disiplin kerja adalah tekhnik
pertimbangan sedini mungkin, tekhnik mendisiplinkan diri, tekhnik kesediaan
penyelia berdisiplin, tekhnik menegur pegawai primadona, tekhnik menimbulkan
kesadaran diri, dan tekhnik sandwich.
1. Teknik Disiplin Perkembangan Sedini Mungkin
Pelatihan yang kurang sempurna, atau tidak ada pelatihan sama sekali,
tingkah laku yang tidak pantas, kebiasaan kerja yang kurang baik, atau
kesalahan-kesalahan lain dari bawahan hendaknya pertama-tama diatasi
dengan usaha penuh pengertian guna memperbaikinya. Hal ini harus
dilakukan segera setelah Anda melihat ada kekurangan. Orang-orang muda
terutama mereka yang dipekerjakan secara tetap untuk pertama kali,
terutama mereka yang dipekerjakan secara tetap untuk pertama kali, harus
selekas mungkin dibimbing untuk berprilaku secara tepat dalam
pekerjaannya.
14
2. Teknik Disiplin Pencegahan yang Efektif
Perusahaan seharusnya membuat suatu program-program pelatihan
khusus disamping tingkat manajemen. Kelompok-kelompok yang terdiri
dari kira-kira 15 orang dihadapkan pada persoalan-persoalan yang khas
yang telah dialami oleh organisasi dimasa lampau. Persoalan ini berkisar
dari kemangkiran sampai pada pencurian milik perusahaan.
Tujuan dari konferensi kelompok ini adalah untuk meningkatkan
keakraban para manajer dengan kebijakan sekarang dan untuk bertukar
pikiran mengenai bagaimana menggunakan disipilin kolektif secara
efektif, bukan disiplin dengan hukuman. Para manajer yang lebih tua dan
berpengalaman yang menghadiri kurusus-kursus itu diminta untuk
menceritakan pengalaman yang menghadiri kursus-kursus itu diminta
untuk menceritakan pengalaman mereka, sehingga para penyelia dan
manajer yang lebih muda dan tidak / kurang berpengalaman dapat
mengambil manfaat darinya.
3. Teknik Disiplin dengan Mendisiplinkan Diri
Beberapa cara untuk merubah diri :
a. Percayalah bahwa Anda dapat menghilangkan kebiasaan lama dan
membentuk kebiasaan baru yang lebih konstruktif
b. Pastikan bahwa Anda memang benar-benar ingin berubah. Untuk itu,
Anda harus mengatakan pada diri Anda bahwa perubahan kebiasaan adalh
penting bagi diri Anda
15
c. Tentukan pengorbanan apa saja yang harus Anda berikan untuk mencapai
tujuan Anda. Apakah pengorbanan itu sepadan nilainya dengan tujuan
yang hendak Anda capai?
d. Tentukan pengorbanan itu sepadan nilainya dengan tujuan Anda. Apakah
pengorbanan itu sepadan nilainya dengan tujuan yang hendak Anda capai?
e. Berubahlah sedikit demi sedikit danmenjauhlah berdasarkan keberhasilan
yang telah Anda capai. Setiap kali Anda berbuat sesuatu untuk mencapai
tujuan itu, satu langkah lebih dekat bagi Anda untuk mencapainya
4. Teknik Disiplin Investori Penyelia
Beberapa tahun lalu, Webster sebagai direktur pelatihan,
menemukan alat pengukur yang lebih baik sekali untuk menentukan
perlunya pelatihan manajemen dalam bidang disiplin. Alat ini disebut
Supervisory Investory on Dicipline. Alat ini dapat digunakan oleh
organisasi yang berserikat buruh maupun yang tidak, dan dapat diterapkan
pada berbagai kelompok manajemen dalam setiap tingkatnya. Sediaan ini
mengukur mengukur pengetahuan tentang apakah disiplin dan bagaimana
menggunakannya, tetapi bukan merupakan suatu ujian.
5. Teknik Disiplin Manager Pegawai “Primadona”
Suatu teguran lunak, dapat diberikan secara halus melalui pertanyaan
tertentu pada bawahan yang jawabannya merupakan teguran otomatis bagi
dirinya sendiri.
6. Teknik “Sandwich”
Teknik ini digunakan secara mahir oleh sejumlah besar manager dalam
menghadai bawahan mereka. Pada dasarnya teknik ini terdiri dari teguran
16
lisan secara langsung, diikuti oleh ucapan syukur, dan diakhiri dengan
peringatan yang lunak.
Setiap manajer harus dapat memastikan karyawan tertib dalam tugas.
Dalam konteks disiplin, makna keadilan harus dirawat dengan konsisten. Jika
karyawanmengalami tantangan tindakan disipliner, pemberi kerja harus dapat
membuktikan bahwa karyawan yang terlibat dalam kelakuan yang tidak patut
dihukum. Untuk mengelola disiplin harus ada standar disiplin yang digunakan
untuk menentukan bahwa karyawan telah diperlakukan secara wajar.
1. Standar Disiplin
Beberapa standar disiplin berlaku bagi semua pelanggaran aturan,
apakah besar atau kecil. Semua tindakkan disipliner perlu mengikuti
prosedur minimum : aturan komunikasi dan ukuran capaian. Tiap
karyawan dan penyelia perlu memahami kebijakan perusahaan perlu
mengikuti prosedur secara penuh.
Pegawai yang melanggar aturan diberi kesempatan untuk
memperbaiki perilaku mereka. Para manajer perlu mengumpulkan
sejumlah bukti untuk membenarkan disiplin. Bukti ini harus secara hati-
hati didokumentasikan sehingga tidak bisa untuk diperdebatkan. Sebagai
suatu model bagaimana tindakan disipliner harus diatur adalah :
a. Apabila seorang karyawan melakukan kesalahan, maka karyawan
harus konsekuen terhadap aturan pelanggaran
b. Apabila tidak dilakukan secara konsekuen berarti karyawan
tersebut melecehkan peraturan yang telah ditetapkan
17
c. Kedua hal diatas akan berakibat pemutusan hubungan kerja dan
karyawan harus menerima hukuman tersebut
2. Penegakan Standar Disiplin
Jika pencatatan tidak adil / syah menurut undang-undang atau
pengecualian ketenagakerjaan sesuka hati. Untuk itu memerlukan bukti
dari pemberi kerja untuk sebelum karyawan ditindak. Standar kerja
tersebut dituliskan dalam kontrak kerja.
Menurut mengingat pentingnya faktor manusia, yaitu para pegawai
dilingkungan organisasi bersangkutan, maka pembinaan juga dimasukkan sebagai
salah satu unsur SPM. Dan dengan pentingnya faktor manusia tersebut maka
untuk meningkatkan kualitas kerja dan disiplin pegawai maka :
Upaya untuk meningkatkan waskat itu terdiri dari dua komponen, yaitu
PAL dan SPM. Infektivitas itu terutama disebabkan oleh faktor intern pemimpin,
yaitu kualitas pimpinan atau manajer itu sendiri, maka upaya yang pokok untuk
mengatisanya tentulah berupa upaya untuk meningkatkan mutu pimpinan secara
menyeluruh dan konsepsional. Ini berarti pembinaan pegawai harus betul-betul
dibenahi, antara lain dengan mewujudkan secara nyata apa yang dinamakan sistem
karir dan sistem prestasi kerja atau merit system and career service.7
Dengan demikian pegawai-pegawai yang naik keatas dan menduduki
jabatan pimpinan benar-benar telah mengalami saringan yang cukup ketat dan
oleh karenanya dapat diandalkan ketangguhannya, baik dari segi nilai-nilai moral
atau akhlak dan dari segi kemampuan dan kecakapannya, baik teknis maupun
7
Sujamto.,1989, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia, PT.Sinar Grafika, Jakarta
18
manajerial. Untuk meningkatkan efektivitas SPM pada hakikatnya tidak lain
daripada upaya untuk meningkatkan mutu unsur-unsur SPM dan meningkatkan
disiplin, kesadaran dan kesungguhan para pegawai untuk senantiasa melaksanakan
tugasnya sesuai dengan semestinya.
Kata kedisiplinan memang pada dasarnya sering dikaitkan dengan
penggunaan wewenang atau kekuasaan, akan tetapi pendisiplinan terbaik yang
sering digunakan sebagai disiplin diri muncul dari dalam, bukan sesuatu yang
dipaksakan dari luar.
Berbagai alasan, banyak muncul dilapangan karyawan tidak mentaati
peraturan atau tidak menunjukan perilaku yang menghambat produktifitas. Ada
beberapa faktor upaya untuk membantu menumbuhkan rasa disiplin pada
karyawan, yaitu :8
1. Faktor-Faktor yang Membantu Upaya Menimbulkan Disiplin Diri
Disiplin tidak timbul begitu saja. Karyawan dapat mengandaikan
bahwa itikad baik dan karakter moral dengan sendirinya kan menghasilkan
disiplin diri. Karyawan harus berupaya untuk membina kelompok kerja yang
berdisiplin tinggi. Caranya, melalui gaya kepemimpinan yang mendidik
pemimpin menciptakan suasana motivasi yang kondusif dalam unit kerja
pemimpin / supervisor. Para karyawan yang tahu bahwa mereka dapat
memenuhi kepentingan pribadi, dan pada saat yang sama mencapai tujuan
perusahaan, lebih cenderung menunjukan disiplin tinggi.
8
Darma Agus.,2001, manajemen supervisi,( petunjuk praktis bagi supervisor), Jakarta ,
PT. raja grafindo persada.
19
2. Identifikasi Karyawan yang Memiliki Masalah Pribadi dan Cara
Menanganinya.
Sebagai seorang supervisor sangat harus mampu mendisiplikkan
karyawan. Perilaku tidak disiplin yang paling sering ditempat kerja adalah
sebagai berikut :
a. Melanggar peraturan jam istirahat dan jadwal kerja lainnya
b. Melanggar peraturan keamanan dan kesehatan kerja
c. Terlambat masuk kerja, mangkir, terutama sebelum atau sesudah lebaran
d. Berkerja dengan ceroboh atau merusak peralatan, pasok atau bahan baku
e. Suka bertengkar, tidak mau berkerja sama, atau perilaku lain yang tidak
menyenangkan (mengganggu) sesama karyawan
f. Terang-terangan menunjukan ketidakpatuhan, seperti menolak
melaksanakan tugas yang seharusnya dilakukan.
3. Menyuluh Karyawan Yang Bermasalah Pribadi
Tujuan penyuluhan adalah membimbing karyawan untuk menentukan
cara pemecahan masalah yang mereka hadapi, terutama jika masalah itu
mempengaruhi kinerja mereka ditempat kerja. Intinya adalah memberdayakan
karyawan agar mereka dapat menangani masalah mereka sendiri. Supervisor
tidak diharapkan untuk mengambil alih masalah pribadi karyawan.
Proses penyuluhan menyangkut langkah-langkah sebagai berikut
a. Mengidentifikasi masalah yang mengganggu karyawan
b. Mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah itu
c. Mengidentifikasi cara penanggulangan yang paling sesuai
d. Mengidentifikasi apakah tindakan yang dilakukan telah memecahkan
masalah atau tidak
20
4. Mengidentifikasi Masalah
Ada beberapa petunjuk yang dapat mengingatkan supervisor bahwa
karyawan tertentu menghadapi masalah pribadi yang mempengaruhi kerjanya.
Petunjuk itu diantaranya meliputi hala-hal berikut :
a. Menurunkan tingkat kuantitas dan kualitas hasil kerja secara mendadak
b. Adanya perubahan perilaku yang mendadak (seperti murung dan
sebagainya)
c. Meningkatkan kesalahan kerja
d. Meningkatkan kecelakaan kerja
e. Tidak konsistennya kinerja
f. Terlalu sering mangkir, terlambat, atau pulang lebih awal
g. Mudah tersinggung, tidak bertanggung jawab atau masa bodoh
C. Kebijakan Untuk Meningkatkan Disiplin Kerja
Unsur-unsur utama dalam pendisiplinan yang efektif yaitu :9
1. Karyawan tahu adanya “aturan main” dan memahaminya dengan baik
Supervisor diharapkan mengabil dua langkah :
Pertama, menjelaskan peraturan perusahaan dan berusaha agar setiap
karyawan memahaminya. Termasuk jika ada perubahan peraturan
Kedua, sanksi yang akan dijatuhkan kepada mereka yang melakukan
pelanggaran
2. Supervisor melakukan pendekatan pemecahan masalah dalam pendisiplinan,
bukan pendekatan yang menghukum
9
Darma, Op. Cit. Hal. 183
21
Pertama, membantu karyawan dalam memecahkan masalah yang dihadapi
(memahami alasan karyawan dan membantu usahanya untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi)
3. Tindakan pendisiplinan dilakukan sesegera mungkin
Pertama, supervisor harus dapat mengumpulkan data tentang adanya
pelanggaran peraturan, dengan cara menghimpun informasi, dan
mendokumentasikan adanya pelanggaran dan alasan pelanggaran itu.
Kedua, perlunya mengembangkan faktor emosional. (Reaksi tergesa-gesa
dalam situasi yang sangat emosional dapat mendorong karyawan untuk
bertindak agresif atau bahkan melakukan tindakan kekerasan pada supervisor).
4. Tindakan pendisiplinan tidak memihak, fair, dan konsisten
Tindakan disiplin dilakukan dengan sederhana saja, konsekuensi harus
setimpal dengan perbuatan. Suatu pelanggaran kecil tidak membenarkan
adanya sanksi pendisiplinan yang berat, kecuali jika karyawan bersangkutan
telah melakukan pelanggaran yang sama berulang-ulang.
5. Adanya tindak lanjut
Jika pelanggaran kecil dikuti dengan peringatan lisan, tidak selalu diperlukan
tindak lanjut, akan tetapi jika pelanggaran dilakukan berulang-ulang maka
supervisor wajib memberitahu karyawan bersangkutan dan diadakan
pembicaraan untuk mencegah berulangnya pelanggaran.
Menyangkut disiplin kerja pegawai negeri sipil dalam peraturan
pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 pasal 1 antara lain menyebutkan :
22
a. Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan menyangkut
kewajiban, larangan, sanksi, apabila kewajiban tidak ditaati atau
dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil
b. Pelanggaran disiplin adalah ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai
Negeri Sipil, baik yang dilakukan didalam maupun diluar jam kerja
c. Hukuman disiplin adalah hukuman yang ditujukan kepada Pegawai
Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin kerja Pegawai Negeri
Sipil
Dalam pasal 5 PP No. 30 tahun 1980 diatas menyatakan bahwa dengan
tidak mengurangi ketantuan dalam peratuaran perundang-undangan pidana,
Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin oleh pejabat yang
berwenang menghukum.
Adapun tingkat dan jenis hukuman disiplin antara lain :10
Hukuman yang
ringan terdiri dari :
1). Teguran lisan
2). Teguran Tertulis
3). Pernyataan tidak puas secara tertulis
b. Hukuman disiplin sedang terdiri dari :
1). Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun
2). Penundaan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1
(satu) tahun
3). Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun
10
(Undang-Undang Kepegawaian pasal 5 PP No. 30 1980)
23
c. Hukuman disiplin paling berat terdiri dari :
1). Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling
lama 1 (satu) tahun
2). Pembebasan dari jabatan
3). Pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai
Negeri Sipil
4). Pemberihentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
Tujuan dari peraturan disiplin PNS adalah dimaksud untuk mendorong
para pegawai agar berkerja dengan giat, efisian dan efektif. Dengan adanya
peraturan disiplin, maka karena mereka dibatasi oleh berbagai peraturan yang
melarang mereka untuk berbuat semuanya.
Penegakan disiplin sebagai bagian dari pembenahan organisasi memang
memerlukan kesabaran, konsistensi dengan tahap dan sistem yang jelas sehingga
setiap pegawai dapat memahami secara jelas arah penegakan disiplin yang
diprogramkan dan selanjutnya tentunya tergantung sepenuhnya kepada para
pelakunya, yang pasti bila kita menginginkan perubahan menurut Sekjen
Depnakertrans Tjepy F. Aloewie, menyampaikan empat syarat agar perubahan
bisa berhasil dilakukan, pertama keteladanan : kedua, pendidikan, pelatihan, dan
pembinaan : ketiga sitem yang kondusif : dan keempat senantiasa berdoa.
Untuk meningkatkan disiplin pegawai perlu terus menerus dilakukan
langkah-langkah strategis misalnya :
1. Untuk meranmgsang dan mengefektifkan kehadiran pegawai, maka perlu
memberikan tunjangan kompensasi (uang rangsang transport /
produktivitas)
24
2. Mengefektifkan pencatatan pegawai yang datang terlambat ataupun
pulang lebih awal
3. Memperhitungkan tingkat kehadiran pegawai dalam penilaian DP3
4. Meningkatkan peran Waskat disemua jajaran Eselon I s/d IV
D. Indikator-Indikator Rendahnya Disiplin Kerja
Faktor Sumber Daya Manusia (SDM), Pelaku (Birokrat) menjadi faktor
penentu selain sistem dan kebijakan yang telah di terbitkan. Banyak orang akan
mengatakan, pada akhirnya Sumber Daya Manusialah (SDM) yang menjalankan
sistem tersebut.
Banyak aspek dari keterpurukan birokrasi di Indonesia semuanya bermuara
pada sumber daya manusia (SDM). Indikasi rendahnya SDM setidaknya
tercermin dari tiga hal, yakni kesejahteraan, reward (pengharagaan) dan
punishment (sanksi).
Sistem gaji pegawai negeri sipil (PNS) seringkali diperdebatkan karena
saat ini khalayaknya mentasbiskan gaji sebagai penunjang prestasi kerjanya.
Penggajian belum tegas menimbang aspek tingkat pendidikan, prestasi,
produktivitas, dan kedisiplinan yang dituntut organisasi.
Pada tingkat struktural yang sama, pegawai dengan produktivitas tinggi
dan rajin dengan pegawai negeri sipil (PNS) yang malas dan tidak produktif
dipastikan akan mendapat gaji sama jika masa golongan, masa kerja dan ruang
pangkat yang sama. Bahkan untuk tunjangannyapun berbeda tipis.
Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai telah dilakukan pada
awal tahun 2006 ini dengan memberi tunjangan umum bagi pegawai negeri sipil
(PNS) yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural maupun fungsional.
25
Dari nilai gaji yang sedemikian, dalam jangka waktu yang panjang dapat
menurunkan semangat, etos kerja dan disiplin kerja terhadap pekerja yang
produktif dan rajin. Budaya dan pola pikir memanfaatkan setiap kesempatan
melakukan tindakan yang tidak jujur, asal dilaksanakan denga hati-hati, tidak
terlalu besar danmencolok, serta dapat dipertanggungjawabkan bersama kepada
pengawas sudah menjadi hal biasa terjadi dalam urusan birokrasi saat ini.
Pengukuran terhadap indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini
dinilai baik, kurang baik atau tidak baik atau tinggi, sedang, rendah didasarkan
pada hasil pengklarifikasian yang diukur dengan pedoman sebagai berikut.
1. Indikator penghargaan atas hasil kerja, diklarifikasikan :
a. Baik : Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin
pegawai semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku.
b. Kurang Baik : Jika pemberian balas jasa dinilai kurang atau jarang
dilakukan terhadap karyawan maka disiplin kerja pegawai kurang baik
(tidak puas tentang apa yang didapatnya). Mereka juga akan kurang
menyadari dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
c. Tidak Baik : Apabila dari pimpinan kecamatan tidak pernah memberikan
penghargaan baik berupa ucapan terimakasih, benda, ataupun piagam
penghargaan atas hasil kerja perangkat desa.
2. Indikator pengarahan dan komunikasi yangg baik, diklraifikasikan :
a. Baik : Apabila pimpinan kecamatan sering memberikan arahan-arahan dan
mengadakn pertukaran informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas.
26
b. Kurang Baik : Apabila pimpinan kecamatan jarang memberikan arahan-
arahan dan jarang mengadakan pertukaran informasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas
c. Tidak Baik : Apabila pimpinan kecamatan jarang memberikan arahan-
arahan dan tidak mengadakan pertukaran informasi dengan pegawai
kecamatan.
3. Indikator pengawasan, diklarifikasikan :
a. Baik : Jika pimpinan kecamatan sering meninjau pelaksanaan kerja
pegawai kecamatan dan mengendalikan kegiatan tersebut pada pencapaian
tujuan.
b. Kurang Baik : Jika pimpinan kecamatan melakukan peninjauan terhadap
pelaksanakan kerja perangkat kecamatan, tetapi tidak mengendalikan
kegiatan tersebut pada pencapaian tujuan.
c. Tidak Baik : Jika pimpinan kecamatan jarang melakukan peninjauan
terhadap pelaksanaan kerja pegawai kecamatan dan tidak mengendalikan
kegiatan tersebut pada pencapaian tujuan.
4. Indikator hubungan antar pribadi, diklarifikasikan :
a. Baik : apabila pimpinan kecamatan dan antar sesama pegawai kecamatan
selalu berkoomunikasi dan berkerja sama untuk menunjang kelancaran
kerja.
b. Kurang Baik : Apabila pemimpin kecamatan dengan pegawai kecamatan
jarang berkomunikasi dan berkerjasama dalam melaksanakan tugas.
27
c. Tidak Baik : Apabila tidak tercipta hubungan antara pimpinan kecamatan
dengan pegawai kecamatan dan antara sesama pegawai kecamatan
sehingga tidak ada komunikasi dan kerjasama yang baik diantara pegawai.
5. Disiplin kerja, diklarifikasikan :
a. Tinggi : apabila pegawai kecamatan dattang tepat waktu dan pulang pada
jam yang telah ditentukan dan telah menyelesaikan pekerjaan tepat pada
waktunya.
b. Sedang : Apabila pegawai kecamatan datang dan pulang tepat pada waktu
tetapi tidak melaksanakan tugas sesuai dengan hasil yang diharapkan.
c. Rendah : Apabila pegawai kecamatan datang dan pulang tidak tepat waktu
dan tidak melaksanakan tugas sesuai denga hasil yang telah ditetapkan.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Kerja
Kedisiplinan adalh fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya
Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena
semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat
dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, maka akan sulit bagi organisasi mencapai
hasil yang optimal dan pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. 11
Dari kutipan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa disiplin yang baik
mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tuigas yang
diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat kerja dan mendukung
terwujudnya tujuan organisasi. Pada dasarnya, untuk mempertahankan dan
11
Hasibuan, 2006, Manajemen Sumber daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
28
memelihara diosiplin kerja yang baik merupakan hal yang sangat sulit, karena
sangat banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Berikut ini akan diuraikan pendapat beberapa pakar Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan
kerja pegawai.
1. Menurut Martoyo, Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan
kerja adalah lingkungan. Lingkungan bukan hanya bisa mempengaruhi
kedisiplinan karyawan, tetapi juga bisa menumbuhkan motivasi agar bisa
berkerja dengan baik.12
Faktor-faktor lingkungan terdiri dari
a. Pengaruh dari luar :
- Pendidikan
- Pengalaman Kerja
- Kesehatan
b. Pengaruh dari dalam organisai :
- Peraturan Organisasi
- Kepemimpinan
- Pergaulan sesama karyawan
- Kebosanan dan kelelahan
2. Sedangkan pakar lainnya, berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kedisiplinan kerja dalam suatu organisasi yaitu :13
a. Tujuan dan Kemampuan
12
Martoyo, Susilo.,1996, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi III
BPFE.Yogyakarta.
13
Hasibuan, Op,Cit, 2000
29
Tujuan dan kemampuan turut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan, tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal
serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa
tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan bersangkutan, agar
dia berkerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
b. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh
bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, kedisiplinan,
baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan
pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahanpun akan ikut baik. Jika teladan
pemimpin kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahanpun kurang
berdisiplin.
c. Balas Jasa (Gaji dan Kesejahteraan)
Balas jasa ikut mempengaruhi kedisiplinan kerja karyawan, karena balas
jasa akanmemberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap
pekerjaanya. Dengan kecintaan karyawan terhadap pekerjaan, maka
disiplin kerja akan terlaksana. Semakin besar balas jasa, semakin baik
disiplin karyawan dan sebaliknya.
d. Keadilan
Keadilan ikut mendorong kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat
manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama
dengan manusia lainnya.
30
Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa
(pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan
karyawan yang baik. Mamajer yang cakap dalam memimpin selalu
berusaha bersikap adail kepada semua bawahannya. Dengan keadilan yang
baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus
diterapkan denggan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplianan
karyawan baik pula.
e. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif
dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat
berarti atasan harusa aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap,
gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus
selalu ada/hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan
petunjuk. Jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam
mnyelesaikan pekerjaanya.
Waskat Efektif merangsang, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan
pengawasan dari atasannya.
f. Sanksi Hukum
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan
semakin takut melanggar peraturan-peraturan prusahaan, sikap, dan
perilaku indisipliner karyawan akan berkurang. Berat / ringannya sanksi
hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik / buruknya
kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus diterapkan berdasarkan
31
pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada
semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau
terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk
mengubah perilakunya.
g. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas,
bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai
dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani
bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner
akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahanya.
h. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-
hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal terdiri dari direct single
relationship, direct group relationship,dan cross relationship hendaknya
harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan
kemanusiaan yang serasi dan mengikat, vertikal maupun horizontal
diantara semua karyawan. Terciptanya human relationship yang serasi
akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini
akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi,
kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan
dalam organisasi tersebut baik.
32
F. Konsep Operasional
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka indikator penelitiannya
adalah:
1. Guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan
2. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Guru datang ke sekolah 15 menit sebelum bell masuk berbunyi.
4. Guru menguasai materi pelajaran.
5. Guru masuk ruang kelas sesuai dengan jam dan jadwal mengajar.
6. Guru melakukan tindakan kelas sebelum dimulainya pelajaran.
7. Guru berbicara lama di handphone (Hp) pada saat jam mengajar.
8. Guru memakai pakaian seragam ke sekolah sesuai hari-hari yang
ditetapkan.
9. Guru meninggalkan ruang kelas pada jam mengajar
10.Guru lebih senang memberikan catatan kepada anak dari pada
menerangkan materi pelajaran.
11.Guru absent di luar dari kententuan yang telah disepakati.
12.Guru mendapatkan teguran dari kepala Sekolah karena indisipliner.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun
Purba Kab. Rohul dari bulan April 2011 – Mei 2011.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di SD Negeri 009
Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul
2. Objek Penelitian
Yang dimaksud dengan objek penelitian adalah apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.14
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian
adalah Disiplin kerja guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba
Kab. Rohul.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian. Menurut S.
Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. penelitian.15
14
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta:Rineka Cipta, Cet ke-11, h-97
15
Hermawan Rasito. 1992, Pengantar Metodologi Penelitian,(Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, , h-49
34
Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SD Negeri 009 Bangun Purba
Kec.Bangun Purba Kab. Rohul . yang berjumlah 17 orang.
Jumlah sampel diambil berdasarkan pendapat Hadi yang menyatakan “
Jika populasi subyeknya kurang dari 100 lebih baik semua dijadikan sampel,
tetapi jika populasi lebih dari 100, maka sampel yang diambil minimal 10-25 %16
.
Karena Populasinya sedikit, maka penulis tidak mengambil sampel.
Dengan demikian dapat di katakana penelitian ini dinamakan penelitian
populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejhala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan..17
Dengan observasi kita ingin mengetahui kebenaran
pandangan teoritis tentang masalah yang kita selidiki dalam hubungannya dengan
dunia kenyataan.
Adapun observasi peneliti lakukan di SD Negeri 009 Bangun Purba
Kec.Bangun Purba Kab. Rohul
2. Angket
Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai
sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Angket bertujuan untuk
16
Hadi, Sutrisno, 1993, Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
17
S. Nasution. 2003, Metode Research (Penelitian ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, , Cet.
6, h. 107-108
35
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh
informasi mengenai suatu masalah secara serentak.
Untuk itu angket akan diberikan kepada subjek penelitian yakni seluruh
guru yang di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul
3. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Tujuan wawancara
ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya untuk merubah atau untuk
mempengaruhi pendapat responden.
Wawancara dalam penelitian ini akan penulis lakukan terhadap kepala
sekolah SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul.
E. Analisa Data
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi..
Menurut Sudjana dalam Ibrahim bila penelitian bertujuan untuk
mendapatkan gambaran sebagaimana adanya tentang suatu objek, maka teknik
analisa yang diperlukan cukup dengan persentase (%)18
untuk menganalisa data
yang dilakukan dengan deskriptif kulitatif dengan rumus:
P = F/N x100%
Keterangan:
18
Ibrahim, 1989, Penelitian dan Penilaian, Bandung: Sinar baru, Hal. 129
36
P = Angka persentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah Sampel
Untuk mengukur tinggi rendahnya pelaksanaan disiplin kerja guru di SD
Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul, digunakan rumus
Arikunto19
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Baik : 71 – 100%
b. Cukup : 41 – 70 %
c. Kurang : 0 – 40 %
F. Asumsi
Disiplin guru dalam melaksanakan tugas sangat diperlukan untuk
mencapai suatu profesionalisme kerja. Semakin baik pelaksanaan disiplin guru
maka akan semakin baik pula hasil yang dicapai dalam dunia pendidikan.
19
Arikunto, Suharsimi. 1993, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 210
37
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun
Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu. Adapun di SD Negeri Bangun
Purba Desa Bangun Purba Timur ini berdiri pada Tahun 1982 dan beroperasi
tahun yang sama.
Pada awal berdirinya sekolah ini memiliki tujuan yang mulia yakni
mencerdasakan anak bangsa dengan keadaan dan fasilitas yang belum lah
memadai seperti sekarang ini. Namun perkembangan zaman dan teknologi
membuat sekolah ini mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan
zaman dan teknologi. Untuk itu visi di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa
Bangun Purba Timur Kab. Rokan Hulu ini adalah terwujudnya lembaga
pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas
yang seimbang IMTEK dan IMTAQ nya sehingga dapat bersaing dalam
mengikuti perkembangan zaman.
Sedangkan misi SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur
adalah:
1. Meningkatkan mutu pendidikan berupa kenaikan nilai UAS dan selester
setiap tahun.
2. Mempersiapkanb kemampuan siswa untuk dapat melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
38
3. Memberikan ketrampilan dalam rangka menciptakan kecakapan siswa
untuk dapat memasuki sekolah lanjutan yang lebih bermutu.
4. Memotivasi terciptanya lingkungan sekolah yang bersih sehat, nyaman
dan indah.
5. Menciptakan keselarasan belajar, berpikit, kreatip, berkperibadian dan
berakhlak mulia.
2. Keadaan Guru dan Murid
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, jumlah guru yang
bertugas di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun
Purba Kab. Rokan Hulu ini berjumlah 20 orang guru yang terdiri dari 1 orang
kepala sekolah, 9 orang PNS dan 1 orang guru tidak tetap (GTT), 3 orang guru
bantu, dan 6 orang guru komite.. Untuk lebih jelasnya tentang keadan guru dapat
dilihat pada table 4.1. berikut ini:
Tabel 4.1
Keadaan Guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba
Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Tahun 2011
No Status Guru
Tingkat Pendidikan
Jumlah
SLTA DI D2 D3 SI S2 S3
1 Guru tetap 6 - 4 - - - - 10
2 Guru tidak tetap 1 - - - - - - 1
3 Guru bantu - - 2 - 1 - - 3
4 Guru komite 5 - 1 - - - - 6
Jumlah 12 - 7 - 1 - - 20
Sumber: Data Sekunder, 2011
39
Tabel 4.2.
Nama, Pangkat/golongan, Jabatan Guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa
Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu Tahun 2011
NO NAMA DAN NIP
PANGKAT / GOL
TMT
JABATAN
1 Syaharuddin SRG, A.Ma, Pd
Pembina IV.a
KepalaSekolah
2 Hadimah Pembina IV.a Guru MTK
3 Derhan III.d Guru Agama
4 Raja kadri Pengatur Muda II.d Guru Kelas
5 Hamidah Pengatur Muda II.a Guru Kelas
6 Lashendri Pengatur Muda II.a Guru Sains
7 Lanna NST Pengatur Muda II.a Guru Kelas
8 Abdul Roni Pengatur Muda II.a Guru Kelas
9 Desma yanti Pengatur Muda II.b Guru Kelas
10 Marasaid
Pengatu Muda II.a
Guru B. Ing
11 Ahmad katubi Guru Kelas
12 Asni Harmila Guru Kelas
13 Rahma Nur Guru Agama
14 Ade Saputra Penjaskes
15 Susanti HSB Guru kelas
16 Sri Leni Susanti Guru IPS
17 Lidia Wati Guru PPKN
18 Irfan Efendi Penjaskes
19 Helmi Guru Kelas
20 Masrina Guru Kelas
Sumber: Data Sekunder, 2011
40
Sedangkan jumlah murid di SD tersebut pada saat di adakannya penelitian
berjumlah 254 orang dengan rincian perkembangan jumlah murid di SD Negeri
009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur dapat dilihat pada table 4.3 di
bawah ini:
Tabel 4.3.
Jumlah murid SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec.
Bangun Purba Kab. Rokan Hulu Dari Tahun 2007 – 2010
Kelas Jumlah Siswa
2007/2008 2008/2009 2009/2010
I 42 41 59
II 43 41 40
III 50 48 47
IV 36 41 45
V 36 33 36
VI 33 38 27
Jumlah 240 242 254
Sumber: Data Sekunder, 2011
3. Sarana Dan Prasarana
a. Peralatan Sekolah
1. Jumlah Kelas : 8 Kelas
2. Kelas I-A,I-B, II-A, II-B, III-A,III-B, , IV-A,IV-B, V, VI
3. Ruang Majelis Guru : 1 Ruang
4. Gedung Pustaka : 1 Gedung
5. Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang
6. WC : 1 Buah
7. Meja Murid : 220 Buah
8. Kursi Murid : 260 Buah
9. Meja Kursi Guru : 7 Buah
10. Papan Tulis : 7 Buah
11. Kursi Tamu : 1 Buah
12. Sound Sistem : 1 Buah
41
13. Bendera Merah Putih : 5Buah
14. Radio Tape : 1 Buah
b. Perlengkapan Sekolah
1. Bangku/Meja Murid : 254 bh
Untuk 1 Murid : 100 bh
Untuk 2 Murid : 170 bh
2. Almari/Buku Perpustakaan : 1 bh
3. Almari Prakarya :- bh
4. Rak Buku : - bh
5. Filling Kabinet : 1 bh
6. Meja Kursi Kepala SD : 1 bh
7. Meja Kursi Guru : 7 bh
8. Papan Tulis : 7 bh
9. Kursi Tamu : 1 bh
10. Jam Dinding : 5 bh
11. Lonceng : 1 bh
12. Sound System :- bh
13. Radio Tape : 1 bh
14. Bendera Merah Putih : 5 bh
15. Mesin Tulis : 2 bh
16. Tiang Bendera Besi / Kayu : 1bh
3. Alat Pelajaran
1. IPA (KIT IPA) : 2 set
2. IPS : 8 set
42
3. Bahasa : 4 set
4. Matematika :6 set
5. Torso Manusia : - set
6. Gambar Presiden : 6 bh/lembar
7. Gambar Wakil Presiden : 6 bh/lembar
8. Lambang Negara : 1 bh/lembar
9. Peta Dinding Indonesia : 1 bh/lembar
10.Peta Dinding Riau : 1 bh/lembar
11.Teks Pancasila : 1 bh/lembar
12.Teks Sumpah Pemuda : 1 bh/lembar
13.Alat Senam Artistik : 1 set
14. Alat Senam Artistik : - lembar
15. Alat Bantu Suara : - bh
4. Kurikulum
Kurikulum yang dipakai di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun
Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu sama halnya dengan
kurikulum yang dipakai oleh SDN Lainnya yaitu dengan menggunakan KTSP.
B. Penyajian Data
Data penelitian tentang kedisiplinan guru, peneliti dapatkan melalui angket
yang diberikan kepada seluruh guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun
Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu yang berjumlah 18 orang.
Selain itu peneliti juga memperoleh data melalui wawancara dan observasi.
Wawancara peneliti lakukan kepada kepala sekolah SD Negeri 009
Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu
43
untuk mendapatkan data mengenai factor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
guru di SD tersebut..Sedangkan observasi peneliti lakukan dengan melakukan
pengamatan selawa waktu yang dibutuhkan dalam mengumpulkan data.
Dalam angket yang diberikan kepada responden ada 12 pertanyaan yang
diajukan yaitu Guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan, Guru
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Guru datang ke sekolah 15 menit
sebelum bell masuk berbunyi, Guru datang ke sekolah tepat waktu, Guru masuk
ruang kelas sesuai dengan jam dan jadwal mengajar, Guru melakukan tindakan
kelas sebelum dimulainya pelajaran, Guru berbicara lama di handphone (Hp) pada
saat jam mengajar, Guru memakai pakaian seragam ke sekolah sesuai hari-hari
yang ditetapkan, Guru meninggalkan ruang kelas pada jam mengajar, Guru lebih
senang memberikan catatan kepada anak dari pada menerangkan materi pelajaran,
Guru absent di luar dari kententuan yang telah disepakati, Guru mendapatkan
teguran dari kepala Sekolah karena indisipliner.
Dari pertanyaan tersebut diberi pilihan jawaban kepada responden untuk
memudahkan responden dalam mengisi jawaban dari angket tersebut. Untuk
memudahkan analisa hasil data tersebut, maka setiap item dibuat tabulasi yang
merupakan proses merubah data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi
tabel – tabel angka (persentasi). Untuk lebih jelasnya aspek – aspek tersebut dapat
dilihat pada tabel – tabel berikut ini:
44
Tabel 4.4
Apakah Guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sesuai 5 29,41
2 Kadang-kadang 12 70,59
3 Tidak sesuai 0 0,00
Jumlah 17 100,00%
Sumber: Hasi Pengolahan Data, 2011
Kurikulum merupakan variabel pendidikan yang menjadi salah satu factor
dominan terjadinya proses pembelajaran. kurikulum adalah seperangkat rencana
atau suatu cita-cita dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan ajar yang
menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dan proses pencapaian tujuan
pendidikan atau sekolah yang diaktualisasikan di kelas maupun di luar kelas
sebagai pengalaman murid.. Kedisiplinan tidak saja berkenaan dengan sikap
seorang guru tetapi juga berkenaan dengan profesionalisme guru. Sebagai wujud
dari kedisiplinan maka penulis perlu melihat apakah guru mengajar sesuai dengan
kurikulum yang ditetapkan.
Dari table 4.4 di atas, dapat di jelaskan pernyataan guru tentang guru
mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengolahan
data sebesar 29,41 % atau sebanyak 5 orang guru di SD Negeri 009 Bangun Purba
Desa Bangun Purba Timur mengajar sesuai dengan kurikulum dalam kegiatan
mengajar, dan 70,59 % (12 orang) responden memberikan pernyataan bahwasanya
mereka kadang-kadang saja mengajar berdasarkan kurikulum.
45
Tabel 4.5
Apakah Guru sering membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sering 4 23,53
2 Kadang-kadang 11 64,71
3 Tidak Pernah 2 11,76
Jumlah 17 100,00%
Sumber: Hasil pengolahan Data, 2011
Dari table 4.5 di atas, dapat di jelaskan pernyataan guru tentang
kedisiplinan guru dalam membuat RPP. Berdasarkan hasil pengolah data jawaban
responden adalah sebesar 23,35 % guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa
Bangun Purba Timur sering mengembangkan kurikulum dengan membuat RPP.
Sedangkan 64,71% guru kadang-kadang saja membuat RPP tersebut. Namun ada
juga beberapa orang guru yang mengajar tidak pernah menggunakan RPP dengan
persentasenya 11,76%.
Tabel 4.6.
Apakah kedatangan guru ke sekolah 15 menit sebelum bell masuk
berbunyi?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sebelum waktu 3 17,65
2 Tepat waktu 9 52,94
3 Terlambat 5 29,41
Jumlah 17 100,00%
Sumber : Hasil pengolah Data, 2011
Kedisiplinan selalu berhubungan dengan sikap guru dalam menghargai
waktu dan ini termasuk dalam kompetensi kepribadian guru yang harus dimiliki
seorang guru. Untuk pernyataan apakah kedatangan guru ke sekolah 15 menit
sebelum bell berbunyi?. Terdapat berbagai variasi jawaban responden terhadap
pernyataan ini, dimana Tabel 4.6 menjelaskan sebesar 52, 94 % responden
menyatakan tepat waktu datang ke sekolah sedangkan 17,65 % guru di SD Negeri
009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur datang sebelum waktu bell
46
berbunyi Dan karena berbagai alasan seperti lokasi rumah yang jauh, mengantar
anak kesekolah terlebih dahulu, dan ada juga guru yang memanfaatkan waktu pagi
untuk menyadap karet terlebih dahulu sehingga sebagian guru terlambat datang
dengan besar persentase jawabannya adalah 29,41 %.
Tabel 4.7.
Apakah Guru menguasai materi pelajaran?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Menguasai 2 11,75
2 Kadang-kadang 14 82,35
3 Tidak Menguasai 1 5,89
Jumlah 17 100,00%
Sumber : Hasil pengolahan Data, 2011
Lebih lanjut penulis memberikan pernyataan apakah guru menguasai
materi pelajaran?. Untuk jawaban pertanyaan pada table 4.7. responden memilih
pernyataan sebanyak 82,35 % kadang-kadang menguasai materi pelajaran artinya
sebagian guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur dalam
mengajar terkadang mereka kurang manguasai materi, namun sebagian guru ada
juga yang menguasai materi pelajaran dengan banyaknya pesentase jawaban
adalah 11,75 % serta 5,89 % adalah untuk guru yang mengajar tidak menguasai
materi pelajaran.
Tabel 4.8
Apakah Guru masuk ruang kelas sesuai dengan jam dan jadwal mengajar?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sesuai 5 29,41
2 Kadang-kadang 11 64,71
3 Tidak sesuai 1 5,89
Jumlah 17 100,00%
Sumber: Hasil pengolahan Data Primer, 2011
Berdasarkan hasil pengolahan data pada table 4.8 di atas sebesar 64,71 %
guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur kadang-kadang
47
masuk ruang kelas kurang sesuai dengan jam dan jadwal mengajar yang telah
ditetapkan. Namun ada juga guru yang benar-benar menerapkan disiplin dengan
masuk ke kelas sesuai jaawal mengajar yakni 5 orang responden (29.41 %).
Sedangkan 1 (5,89%) orang responden menjawab option tidak pernah sesuai atau
tepat waktu masuk ke kelas untuk mengajar.
Tabel 4.9.
Apakah Guru melakukan tindakan kelas sebelum dimulainya pelajaran?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sering 5 29,41
2 Kadang-kadang 10 58,82
3 Tidak Pernah 2 11,76
Jumlah 17 100,00%
Sumber : Hasil pengolahan Data primer, 2011
Seorang guru dituntut untuk mampu mengelola kelas dengan tujuan untuk
menciptakan sistiasi dan kondisi belajar yang optimal. Tindakan kelas merupakan
bagian dari ketrampilan seorang guru dalam pengelolaan kelas. Dari table 4.9
dapat dijelaskan sebesar 58,82 % responden sebelum mengajar kadang-kadang
terlebih dahulu melakukan tindakan kelas seperti membaca doa dan mentertibkan
murid untuk tidak membuat keributan. Guru di SD Negeri 009 Bangun Purba
Desa Bangun Purba Timur yang sering melakukan tindakan kelas adalah 5 orang
responden (29.41 %). Sedangkan 2 orang responden menjawab tidak pernah
melakukan tidakan kelas sebelum memulai pelajaran dengan tingkat jawaban
respondennya sebesar 11,76%,
48
Tabel 4.10
Apakah Guru berbicara lama di handphone (Hp) pada saat jam mengajar?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sering 4 23,53
2 Kadang-kadang 5 29,41
3 Tidak Pernah 8 47,06
Jumlah 17 100,00%
Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2011
Kemajuan teknologi tidak selamanya membawa dampak positif, banyak
kasus dijumpai hanphone memberikan pengaruh terhadap aktivitas kerja
seseorang. Pemakaian Handphone menjadi perhatian peneliti dengan alasan Hp
dapat menyebabkan guru lalai dalam melaksanakan tugasnya. Pernyataan yang
diberikan kepada responden adalah apakah guru berbicara lama di Hp pada sat
jam mengajar?. Dari jawaban responden pada table 4.10 didapatkan sebanyak 4
(23,53%) responden memberikan pernyataan mereka seringberbicara lama di Hp
pada saat mengajar, sebagian guru memberikan option kadang-kadang saja
berbicara lama di Hp dengan persentase jawaban responden sebesar 29,41% dan
sebesar 47,06 % guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur
tidak pernah berbicara lama di Hp pada saat mengajar.
Tabel 4.11
Apakah Guru memakai pakaian seragam ke sekolah
sesuai hari-hari yang ditetapkan?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sesuai 8 47,06
2 Kadang-kadang 8 47,06
3 Tidak Sesuai 1 5,89
Jumlah 17 100,00%
Sumber: Hasil pengolahan Data primer, 2011
Berpakaian rapi dan sopan bagi seorang guru termasuk kedalam
kompetensi kepribadian karena etika berpakaian seorang guru akan memberikan
contoh teladan bagi peserta didiknya. Kaitanya dengan disiplin adalah kepatuhan
49
seorang guru terhadap keputusan atau ketentuan pemakaian seragam yang telah
disepakati bersama di sekolah. Berdasarkan table 4.11 option pernyataan yang
diberikan oleh responden adalah 47, 06 % guru di SD Negeri 009 Bangun Purba
Desa Bangun Purba Timur mematuhi peraturan sekolah dengan berpakaian
seragam sesuai yang ditetapkan pihak sekolah. Namun ada juga guru yang
sifatnya kadang-kadang saja memakai pakai seragam sesuai dengan peraturan
sekolah karena hari yang seharusnya berpakaian seragam ternyata masih ada
sebagian guru yang tidak mematuhi peraturan sekolah tersebut dengan tingkat
persentasenya 47,06 % sedangkan yang tidak pernah berpakaian seragam sesuai
dengan peraturan sekolah sebesar 5,89% atau 1 orang guru.
Tabel 4.12
Apakah Guru sering meninggalkan ruang kelas pada jam mengajar?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sering 4 23,53
2 Kadang-kadang 6 35,29
3 Tidak pernah 7 41,18
Jumlah 17 100,00%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2011
Apakah guru meninggalkan ruang kelas pada jam mengajar?. Salah satu
masalah indisipliner guru adalah meninggalkan ruang kelas pada saat jam
mengajar?. Berdasarkan table 4.12 didapatkan hasil pengolahan datanya sebanyak
23,53 % (4 orang) guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba
Timur sering meninggalkan kelas pada saat jam mengajar, kemudian 35,29%
jawaban responden di kategorikan kadang-kadang saja guru meninggalkan ruang
kelas pada saat jam mengajar dikaernakan berbagai alasan, serta 41,18 % guru
mengatakan tidak pernah meninggalkan ruang kelas pada saat jam mengajar.
50
Tabel 4.13
Apakah Guru lebih sering memberikan catatan kepada anak dari pada
menerangkan materi pelajaran
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sering 5 29,41
2 Kadang-kadang 5 29,41
3 Tidak Pernah 7 41,18
Jumlah 17 100,00%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2011
Pada tabel 4.13 tentang kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba
juga mencakup apakah guru lebih senang memberikan catatan kepada anak
daripada menerangkan materi pelajaran? Sebagian guru menyatakan selalu
memberikan catatan kepada peserta didik dengan tingkat jawaban responden
29,41% atau sebanyak 5 orang responden, sedangkan guru yang menjawab
kadang-kadang juga 29,41% dan 41,18% guru tidak pernah memberikan catatan
kepada siswa.
Tabel 4.14
Apakah Guru absent di luar dari kententuan yang telah disepakati?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Sering 2 11,75
2 Kadang-kadang 8 47,06
3 Tidak Pernah 7 41,18
Jumlah 17 100,00%
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2011
Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana tingkat kedisiplinan guru di
SD Negeri 009 Bangun Purba, patut diketahui tentang absensi atau tingkat
kehadiran guru di sekolah dengan bentuk pernyataan apakah guru mempunyai
absen di luar batas ketentuan? Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 2 orang guru
dengan tingkat persentase 11,75% sering absen tanpa memberikan kabar kepada
guru piket, kemudian sebesar 47,06 % memberikan gambaran tentang kehadiran
51
guru yang kadang-kadang juga pernah absen, sedangkan responden yang
menyatakan mereka tidak pernah absen dalam aktivitas mengajar sebesar 41,18%.
Tabel 4.15
Apakah Guru mendapatkan teguran dari kepala Sekolah karena
indisipliner?
No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %)
1 Mendapatkan teguran 5 29,41
2 Kadang-kadang 5 29,41
3 Tidak pernah 7 41,18
Jumlah 17 100,00%
Sumber: Hasil pengolahan Data primer, 2011
Tindak lanjut dari indisipliner adalah teguran dari kepala sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian guru yang pernah mendapatkan teguran dari kepala
sekolah sebesar 29,41 % atau 5 orang guru, sedangkan guru yang terkadang
mendapatkan teguran dari kepala sekolah karena melakukan indispliner sebesar
29,41%, sedangkan tidak pernah ditegur kepala sekolah sebesar 41,18% atau
masing-masing 7orang.
C. Analisa Data
1. Hasil penelitian
Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang
tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis serta ssanggup menjalankannya dan
tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan
wewenang yang diberikan kepadanya. Ini berarti disiplin adalah ketaatan terhadap
aturan-aturan yang berlaku pada saat sekarang ini.
Untuk itu, guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya hendaknya
guru tidak hanya sekedar mengejar penghasilan, akan tetapi juga merupakan
52
sarana untuk mengembangkan diri dan berbakti. Guru merupakan komponen yang
paling sentral dalam mewarisan kepribadian. Guru adalah sumber ilmu
pengetahuan, dari jerih payah seorang guru kita menitipkan generasi bangsa untuk
melanjutkan perjalanan menuju cita-cita bangsa kita, agar mampu bersaing
dengan negara-negara maju di dunia. Guru dalam kontek pendidikan berada di
barisan depan dan sangat strategis menanamkan nilai-nilai positif melalui
bimbingan dan keteladanan.
Berdasarkan hasil penelitian yang penuilis lakukan terhadap 17 orang
responden dengan cara menyebarkan angket dan melakukan observasi di SD
Negeri 009 Bangun Purba di dapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan
penelitian yakni untuk mengetahui kedisiplinan guru di SD tersebut dan juga
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru di SD
Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab.
Rokan Hulu. Teknik analisa dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan
persentase (%).
Teknik analisa yang diperlukan cukup dengan persentase (%)20
dengan
rumus:
P = F/N x100%
Keterangan:
P = Angka persentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah Sampel
20
Ibrahim, 1989, Penelitian dan Penilaian, Bandung: Sinar baru, Hal. 129
53
Untuk mengukur tinggi rendahnya pelaksanaan disiplin kerja guru di SD
Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul, digunakan rumus
Arikunto21
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Baik = 71 – 100 %
b. Cukup = 41 - 70 %
c. Kurang = 0 – 40 %
Dengan kategori pilihan:
A. Sering = 3
B. Kadang-kadang = 2
C. Tidak Pernah = 1
Untuk lebih jelasnya, hasil penelitian tentang kedisiplinan guru di SD
Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab.
Rokan Hulu dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:
21
Arikunto, Suharsimi. 1993, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 210
54
Tabel 4.16
Rekapitulasi Hasil Observasi keseluruhan tantang Disiplin guru SD Negeri 009
Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur
Aspek
yang di
amati
Rekapitulasi Kuisioner
Jumlah
A B C
F P F P F P N P
1
5 29,41 12 70,59 0 0,00
17 100,00
2
4 23,53 11 64,71 2 11,76
17 100,00
3
3 17,65 9 52,94 5 29,41 17 100,00
4
2 11,76 14 82,35 1 5,89 17 100,00
5
5 29,41 11 64,71 1 5,89 17 100,00
6
5 29,41 10 58,82 2 11,76 17 100,00
7
4 23,53 5 29,41 8 47,06 17 100,00
8
8 47,06 8 47,06 1 5,89 17 100,00
9
4 23,53 6 35,29 7 41,18 17 100,00
10
5 29,41 5 29,41 7 41,18 17 100,00
11
2 17,76 8 47,06 7 41,18 17 100,00
12
5 29,41 5 29,41 7 41,18 17 100,00
Jumlah
52 25,49 104 50,98 48 23,53 204 100,00
Sumber: Data primer, 2011
Dengan menggunakan rumus persentase, maka di dapatkan hasil
persentasenya sebagai berikut:
A. Baik : 52/204 x 100% = 25,49%
B. Cukup ; 104/204 x 100% = 50,98%
C. Kurang : 48/204 x 100% = 23,53%
Berdasarkan rekapitulasi observasi keseluruhan pada tabel 4.16 di atas
dapat di jelaskan bahwasanya kedisiplinan guru SD Negeri 009 Bangun Purba
55
Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu secara
keseluruhan dari 17 responden memberikan pernyataan bahwasanya sebesar 25,49
% guru melaksanakan disiplin sekolah dengan baik sedangkan sebesar 50,98%
guru lainnya cukup baik menjalankan dan mematuhi disiplin sekolah, mesikupun
selebihnya ada juga sebagian guru yang kurang baik dalam melaksanakan disiplin
tersebut dengan tingkat persentasenya 23,53%.
Dengan demikian diperoleh hasil persentase keseluruhannya adalah
sebagai berikut:
A. 52 x 3 = 156
B. 104 x 2 = 208
C. 48 x 1 = 48
Jumlah= 402
Maka sesuai dengan teknik analisa datanya yang memakai rumus
persentase, diperoleh hasil keseluruhannya adalah
P= f/N x 100%
P = 402/( 204 x 3) x 100%
P = 40200/ 612 = 65,69%
P = 65,69 %
Dengan demikian Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan disiplin guru
di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba
Kab. Rokan Hulu di kategorikan cukup dengan perolehan persentasenya 65,69% .
Kesimpulan analisa penelitian ini adalah para guru SD Negeri 009 Bangun Purba
Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu telah cukup baik
melaksanakan disiplin yang telah menjadi peraturan sekolah.
56
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kedisiplinan Guru
Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan didapatkan
factor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan di SD Negeri 009 Bangun Purba
Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu adalah:
a. Faktor Tempat tinggal dimana sebagian guru bertempat tinggal jauh dari lokasi
sekolah.
b. Faktor penghasilan yakni tidak semua guru yang berstatus pegawai negeri
sehingga untuk menambah pengahasilan, sebahagian guru ada yang bekerja
sambilan di pagi hari yakni menyadap getah kemudian baru pergi ke sekolah.
c. Faktor pendidikan maksudnya adalah tidak semua guru tamatan perguruan
tinggi sehingga beberapa orang guru belum mampu mengembangkan
kurikulum ataupun cara membuat RPP.
d. Faktor kurangnya pengawasan sehingga guru-guru sehingga guru merasa
nyaman untuk melakukan tindakan indisipliner.
57
BAB V
PENUTUP
D. Kesimpulan
1. Berdasarkan rekapitulasi observasi keseluruhan pada tabel 4.16 di atas
dapat di jelaskan bahwasanya kedisiplinan guru SD Negeri 009 Bangun
Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu
secara keseluruhan dari 17 responden memberikan pernyataan bahwasanya
sebesar 25,49 % guru melaksanakan disiplin sekolah dengan baik
sedangkan sebesar 50,98% guru lainnya cukup baik menjalankan dan
mematuhi disiplin sekolah, mesikupun selebihnya ada juga sebagian guru
yang kurang baik dalam melaksanakan disiplin tersebut dengan tingkat
persentasenya 23,53%. Secara keseluruhan dari persentase tersebut di
peroleh hasil penelitian tentang pelaksanaan disiplin guru di SD Negeri
009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab.
Rokan Hulu di kategorikan cukup dengan perolehan persentasenya
65,69%. Kesimpulan analisa penelitian ini adalah para guru SD Negeri
009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab.
Rokan Hulu telah cukup baik melaksanakan disiplin yang telah menjadi
peraturan sekolah.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru di SD Negeri 009
Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan
Hulu adalah faktor tempat tinggal guru yang jauh, faktor rendahnya
58
penghasilan guru, faktor pendidikan dan faktor kurangnya pengawasan
dari kepala sekolah.
E. Saran
1. Kedisiplinan akan tercipta apabila guru menanamkan motivasi yang tinggi
untuk melaksanakan segala peraturan kependidikan dan peraturan- peraturan
yang telah di sepakati disekolah. Oleh karena itu diharapkan supaya guru
lebih meningkatkan kedisiplinannya dalam rangka memajukan kepentingan
pendidikan bangsa.
2. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kedisiplian guru tersebut di
harapkan dapat di atasi dengan cara adanya kerjasama antara kepala sekolah
dan guru dalam bersama-sama melaksanakan kedisiplinan tersebut.
3. Untuk pihak pemerintah dan sekolah ataupun yayasan supaya lebih dapat
memperhatikan tingkat kesejahteraan guru dengan cara meningkatkan
penghasilan para guru.

Contenu connexe

Tendances

Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiNuri Andhika Pratama
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individutaufiq99
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapGiyanti Gie
 
Daftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranDaftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranRezza Adzmi
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusTrisnadi Wijaya
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuhanafieminence
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikUwes Chaeruman
 
Proposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotProposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotFidayatul Kasanah
 
Cover essai
Cover essaiCover essai
Cover essaievi_21
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahYunitha Rahmah
 
contoh proposal kewirausahaan
contoh proposal kewirausahaancontoh proposal kewirausahaan
contoh proposal kewirausahaanRISA ANDRIANI
 
Kelompok wawancara
Kelompok wawancaraKelompok wawancara
Kelompok wawancaradian19
 
Contoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasaContoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasaSukardi Juniardi
 

Tendances (20)

Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
 
Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahan
 
Daftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranDaftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiran
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
laporan kkl
laporan kkllaporan kkl
laporan kkl
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
 
Proposal PKM-Kewirausahaan LOLOS PKM
Proposal PKM-Kewirausahaan LOLOS PKMProposal PKM-Kewirausahaan LOLOS PKM
Proposal PKM-Kewirausahaan LOLOS PKM
 
9 pertanyaan
9 pertanyaan9 pertanyaan
9 pertanyaan
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
Proposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotProposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swot
 
Cover essai
Cover essaiCover essai
Cover essai
 
Power point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmahPower point seminar proposal yunita rahmah
Power point seminar proposal yunita rahmah
 
contoh proposal kewirausahaan
contoh proposal kewirausahaancontoh proposal kewirausahaan
contoh proposal kewirausahaan
 
Kelompok wawancara
Kelompok wawancaraKelompok wawancara
Kelompok wawancara
 
Contoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasaContoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasa
 
Konsep dan variabel
Konsep dan variabelKonsep dan variabel
Konsep dan variabel
 

Similaire à Contoh skripsi

KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdfKISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdfAryJuan1
 
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdfKISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdfAryJuan1
 
proposal pionari OK (3).docx
proposal pionari OK (3).docxproposal pionari OK (3).docx
proposal pionari OK (3).docxpionarihandayani
 
proposal pionari OK (3).docx
proposal pionari OK (3).docxproposal pionari OK (3).docx
proposal pionari OK (3).docxpionarihandayani
 
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptxKode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptxDafrisolDafrisol
 
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruLaporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruAnwar Sari
 
JAWABAN_UTS_MPI_I_SEMESTER_1_HASAN_BASRI_(1).pdf
JAWABAN_UTS_MPI_I_SEMESTER_1_HASAN_BASRI_(1).pdfJAWABAN_UTS_MPI_I_SEMESTER_1_HASAN_BASRI_(1).pdf
JAWABAN_UTS_MPI_I_SEMESTER_1_HASAN_BASRI_(1).pdf119LennyOctaviany
 
AMALAN KEPIMPINAN
AMALAN KEPIMPINAN AMALAN KEPIMPINAN
AMALAN KEPIMPINAN npc3932
 
Kinerja guru dalam pengembangan rpp
Kinerja guru dalam pengembangan rppKinerja guru dalam pengembangan rpp
Kinerja guru dalam pengembangan rppawankha
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruSeptian Muna Barakati
 
Buku5pedomanpenilaiankegiatanpkb 121106205007-phpapp02
Buku5pedomanpenilaiankegiatanpkb 121106205007-phpapp02Buku5pedomanpenilaiankegiatanpkb 121106205007-phpapp02
Buku5pedomanpenilaiankegiatanpkb 121106205007-phpapp02purdiyanto -
 
5.sri wahyuni (06111404005)
5.sri wahyuni (06111404005)5.sri wahyuni (06111404005)
5.sri wahyuni (06111404005)Dewi_Sejarah
 
Bagian tiga
Bagian tigaBagian tiga
Bagian tigaalexbayu
 

Similaire à Contoh skripsi (20)

KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdfKISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
 
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdfKISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
KISI-KISI UAS PROFESI PENDIDIKAN.pdf
 
proposal pionari OK (3).docx
proposal pionari OK (3).docxproposal pionari OK (3).docx
proposal pionari OK (3).docx
 
proposal pionari OK (3).docx
proposal pionari OK (3).docxproposal pionari OK (3).docx
proposal pionari OK (3).docx
 
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptxKode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
Kode_Etik_Guru (PGRI) _Di_Indonesia.pptx
 
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruLaporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
 
JAWABAN_UTS_MPI_I_SEMESTER_1_HASAN_BASRI_(1).pdf
JAWABAN_UTS_MPI_I_SEMESTER_1_HASAN_BASRI_(1).pdfJAWABAN_UTS_MPI_I_SEMESTER_1_HASAN_BASRI_(1).pdf
JAWABAN_UTS_MPI_I_SEMESTER_1_HASAN_BASRI_(1).pdf
 
Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2
 
Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2
 
Tugas 4
Tugas 4Tugas 4
Tugas 4
 
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
 
AMALAN KEPIMPINAN
AMALAN KEPIMPINAN AMALAN KEPIMPINAN
AMALAN KEPIMPINAN
 
Kinerja guru dalam pengembangan rpp
Kinerja guru dalam pengembangan rppKinerja guru dalam pengembangan rpp
Kinerja guru dalam pengembangan rpp
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guruMakalah penerapan kode etik pada profesi guru
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru
 
Buku5pedomanpenilaiankegiatanpkb 121106205007-phpapp02
Buku5pedomanpenilaiankegiatanpkb 121106205007-phpapp02Buku5pedomanpenilaiankegiatanpkb 121106205007-phpapp02
Buku5pedomanpenilaiankegiatanpkb 121106205007-phpapp02
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
5.sri wahyuni (06111404005)
5.sri wahyuni (06111404005)5.sri wahyuni (06111404005)
5.sri wahyuni (06111404005)
 
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKANPROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
 
Bab I
Bab I Bab I
Bab I
 
Bagian tiga
Bagian tigaBagian tiga
Bagian tiga
 

Contoh skripsi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin merupakan salah satu faktor penting demi terciptanya guru yang profesional dalam menjalankan fungsi, tugas, dan kewajibannya, serta demi terwujudnya mutu pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan mengenai pelaksanaan disiplin guru telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 Tentang Peraturan Disiplin kerja guru dan Dosen. Upaya disiplin guru sendiri telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, dimana dalam Peraturan Pemerintah ini antara lain menjelaskan tentang jenis-jenis hukuman disiplin khususnya Pegawai Negeri Sipil yang dapat dikenakan bagi para pelanggarnya dan pejabat yang berwenang untuk memberikan hukuman disiplin tersebut. Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis serta ssanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Ini berarti disiplin adalah ketaatan terhadap aturan-aturan yang berlaku pada saat sekarang ini. Untuk itu, guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya hendaknya guru tidak hanya sekedar mengejar penghasilan, akan tetapi juga merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan berbakti. Guru merupakan komponen yang paling sentral dalam mewarisan kepribadian. Guru adalah sumber ilmu
  • 2. 2 pengetahuan, dari jerih payah seorang guru kita menitipkan generasi bangsa untuk melanjutkan perjalanan menuju cita-cita bangsa kita, agar mampu bersaing dengan negara-negara maju di dunia. Guru dalam kontek pendidikan berada di barisan depan dan sangat strategis menanamkan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Akhir-akhir ini permasalahan mengenai disiplin di lingkungan pendidik sangat banyak disoroti atau dibicarakan, terlebih pada saat reformasi ini disiplin merupakan faktor utama untuk menuju sukses suatu bangsa. Tanpa dilandasi tingkat disiplin yang tinggi mustahil cita-cita pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara baik. Berdasarkan survey di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul tentang kedisplinan guru dtemui adanya gejala-gejala indisipliner dari sebagian guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagi seorang pendidik, misalnya: a. Sebagian guru datang mengajar kadang-kadang tidak tepat waktu dan pulang tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. b. Beberapa orang guru kadang-kadang malas untuk memakai seragam yang telah ditentukan. c. Sebagian guru malas mengajar dan lebih senang mengobrol sesama guru ketika jam mengajar. d. Sebagian guru ada juga yang meninggalkan kelas/kantor pada jam mengajar untuk keperluan pribadi. e. Ketidakhadiran sebahagian guru yang melebihi ketentuan yang berlaku di sebabkan oleh berbagai macam alasan.
  • 3. 3 Disiplin kerja guru tidak akan dapat terjadi jika yang bersangkutan melalaikan tugasnya dan selaku public service sudah selayaknya guru memberikan tauladan yang baik untuk generasi penerus bangsa ini dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian begitu pentingnya analisis disiplin kerja guru dalam pencapaian prestasi kerja, sehingga image guru sebagai pendidik akan tetap berpengaruh baik bagi perkembangan bangsa. Berdasarkan uraian di atas, judul penelitian yang tepat yang relevan dengan latar belakang penelitian ini adalah “Studi Deskriptif Tentang Kedisiplinan Guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul” B. Alasan Pemilihan Judul 1. Akhir-akhir ini permasalahan mengenai disiplin di lingkungan pendidik sangat banyak disoroti atau dibicarakan, terlebih pada saat reformasi ini disiplin merupakan factor utama untuk menuju sukses suatu bangsa. Tanpa dilandasi tingkat disiplin yang tinggi mustahil cita-cita pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara baik. 2. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena sepengatahuan penulis belum ada yang meneliti permasalahan ini. 3. Dari segi waktu dan dana dapat terjangkau oleh penulis.
  • 4. 4 C. Penjelasan Istilah 1. Studi Deskriptif adalah suatu peneitian yang berusaha menjelaskan atau menggambarkan suatu gejala, fenomena, ataupun peristiwa tertentu sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.1 2. Disiplin adalah sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Disiplin kerja adalah persepsi guru terhadap sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya.2 3. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.3 D. Permasalahan 1. Pembeberan masalah Dengan bertitik tolak kepada latar belakang di atas, semakin banyak masalah yang dihadapi dan diemban oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan pembangunan disegala bidang, maka secara langsung maupun tidak langsung guru dituntut untuk meningkatkan kedisiplin kerja yang baik. 1 Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 2 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika. 1987. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta : Bina Aksara. 3 Undang-undang Guru dan Dosen , 2006, Hal. 2
  • 5. 5 Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diuraikan beberapa permasalahan sebagai berikut : a. Upaya pemerintah dalam meningkatkan disiplin kerja guru. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin guru dalam meningkatkan mutu pendidikan. c. Disiplin kerja merupakan upaya meningkatkan kompetensi profesional guru. d. Pengaruh Disiplin terhadap motivasi kerja guru. e. Pelaksanaan Disipilin di lingkungan kerja guru 2. Batasan Masalah Untuk lebih terarahnya tujuan penelitian, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Pelaksanaan disiplin guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul 3. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah pelaksanaan disiplin kerja guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul?. b. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi disiplin guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul?
  • 6. 6 E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian A. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul B. Kegunaan Penelitian a. Bahan masukan dan informasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pihak-pihak yang memerlukan pemahaman tentang peningkatan disiplin kerja guru. b. Bagi pihak lain dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitan berikutnya. c. Dalam rangka melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan perkuliahan jurusan Pendidikan Agama Islam di STAI Al-Azhar Pekanbaru Program Strata Satu (S-1). F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya atas 5 (lima) bab dan masing-masing bab di bagi dalam beberapa sub bab sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini uraian terbagi atas latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penjelasan istilah, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitan, dan sistematika penulisan.
  • 7. 7 BAB II : TINJAUAN TEORITIS Penjelasan pada bab ini adalah teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian sehingga memperlihatkan pola hubungan antar permasalahan dan tujuan penelitian. BAB III : METODE PENELITAN Bab ini menjelaskan uraian tentang waktu dan tempat penelitan, subyek dan objek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data BAB IV :PENYAJIAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini penulIs akan menguraikan tentang deskripsi lokasi penelitian, penyajian data dan analisa data yang telah diolah sesuai dengan tujuan penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran-saran berdasarkan temuan hasil penelitian
  • 8. 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Disiplin Disiplin kerja dalam organisasi sangat dituntut keberadaannya, karena dengan disiplin yang baik suatu pekerjaan dapat terselesaikan dengan efektif dan efisien. Dalam tujuan organisasi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya keberadaan dan kelangsungan organisasi sangat diperlukan, dengan adanya seorang pemimpin yang mampu memberikan motivasi dalam menegakkan disiplin kerja dalam menggerakkan, mengarahkan dan membina para bawahannya dalam menjalankan segala tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing pada organisasi yang dipimpinnya tersebut. Dalam hal ini jelaslah keberadaan seorang pemimpin yang mampu menggerakan anggota dalam menjalankan tugasnya sangat diperlukan, karena keberhasilan seorang tujuan dalam organisasinya. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis akan mengemukakan beberapa teori yang dikemukakan dari berbagai ahli yang berhubungan dengan masalah yang penulis ungkapkan, yaitu tentang hubungan antara disiplin kerja guru terhadap prestasi kerja guru. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang dalam mentaati segala peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya serta mampu mentaati norma-norma sosial yangg berlaku.4 4 Hasibuan, SP. Melayu.,2000, Organisasi dan motivasi, Jakarta, Bumi Aksara,
  • 9. 9 Menurut mengemukakan bahwa “Dicipline is management action to enforce organitation standars”. Berdasarkan pendapat Keith Davis, disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman- pedoman organisasi. Ada 2 macam disiplin kerja, yaitu disiplin preventif, dan korektif. 1. Disiplin Prefentif Disiplin prefentif adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai untuk mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan. Disiplin proventif merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik, maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja. 2. Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan.5 Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar. 5 Mangkunegara, P, Anwar.,2004. Manajemen SDM Perusahaan. PT Raja Reksadakarya, Offset, Bandung.
  • 10. 10 Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para menejer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Untuk membantu para manajer dalam mengenali tindakan tingkat displiner yang tepat, beberapa perumusan telah merumuskan prosedur disipliner. Satu pendekatan adalah dengan menyusun pedoman-pedoman tindakan disipliner progresif, seperti contoh berikut ini : Pedoman-pedoman yang dianjurkan untuk tindakan disipliner bagi pelangaran-pelanggaran yang yang membutuhkan pertama : suatu peringatan lisan, kedua : suatu peringatan tertulis, ketiga : terminasi. Tindakan disipliner yang paling akhir adalah pemecatan. Yaitu pemberhentain pegawai dari perusahaan dengan alasan tertentu. Pernah dinyatakan bahwa setiap pemecatan pegawai membuktikan kegagalan pemimpin, tetapi pandangan ini tidak realistik. Tidak ada manajer atau pegawai yang sempurna : jadi ada masalah tertentu yang tidak dapat ditanggulangi betapapun orang berusaha keras menanggulanginya. Adakalanya lebih baik bagi pegawai untuk pindah kerja ditempat lain. Ada batasan bagi banyak upaya yang dapat dilakukan organisasi untuk mempertahankan seorang pegawai yang berprestasi tidak baik. Karena prestasi pegawai itu dapat menimbulkan dampak negatif bagi karyawan lainnya.
  • 11. 11 B. Pembinaan Disiplin Kerja Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati bahwa mereka yang berdisiplin lebih tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi pula. Dalam pada itu, terutama dalam lima faktor yang sangat mempengaruhi hidup serta kehidupan organisasi adalah “ketertiban”. Suatu unsur penting ketertiban adalah disiplin. Dengan perkataan lain, “disiplin” adalah termasuk dalam unsur-unsur penting yang mempengaruhi prestasi suatu organisasi. Pembinaan suatu organisasi harus dilakasanakan secara menyeluruh, dalam arti meliputi berbagai aspek hidup dan kehidupan organisasi tersebut, kalau dikehendaki hasil pembinaan yang optimal, karena masing-masing aspek tadi mempunyai kaitan yang sangat erat satu dengan yang lainnya. Ada kategori faktor atau unsur tertentu yang harus selalu memperoleh perhatian. Termasuk dalam kaegori ini adalah kesejahhteraan para anggota organisasi yang bersangkutan. Maka aspek kesejahteraan mungkin perlu mendapatkan perhatian khusus, tanpa mengabaikan aspek lainnya. Peningkatan kesejahteraan ini hendaknya juga diarahkan untuk memperkuat unsur-unsur lain organisasi itu, misalnya unsur disiplin yang tadi telah disebutkan. Diperlukan adanya pendisiplinan dan konsistensi merupakan bagian penting dari keadilan. Taidak adanya konsistensi menyebabkan pegawai merasa didiskriminasikan. Apabila orang yang menerima hukuman yang lebih berat adalah pegawai dari golongan yang minoritas, maka perusahaan dapat dituduh melakukan tindakan diskriminasi yang melawan hukum, dan perusahaan harus menyediakan pembelaan yang mahal atas tuduhan itu.
  • 12. 12 Ada tiga pendekatan disiplin, yaitu pendekatan disiplin modern, disiplin dengan tradisi, dan disiplin bertujuan.6 1. Pendekatan Disiplin Modern Pendekatan Disiplin modern yaitu mempertemukan keperluan atau kebutuhan baru diluar hukuman. Pendekatan ini berasumsi : a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara fisik b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang berlaku c. Keputusan-keputusan yang semuanya terhadap kesalahan atau prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya d. Melakukan proses terhadap keputusan yang besar sebelah pihak terhadap kasus disiplin 2. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan ini berasumsi : a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila telah diputuskan b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaanya harus disesuaikan dengan pelanggarannya c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelnggar maupun kepada pegawai lainnya 6 Mangkunegara, Op. Cit. Hal. 132-139
  • 13. 13 d. Peningkatan perbuatan pe;anggaran diperlukan hukuman yang lebih keras e. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus diberikan hukuman yang lebih berat 3. Pendekatan Disiplin Bertujuan Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi : a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku c. Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku yang baik d. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap perubahannya Beberapa tekhnik dalam melaksanakan disiplin kerja adalah tekhnik pertimbangan sedini mungkin, tekhnik mendisiplinkan diri, tekhnik kesediaan penyelia berdisiplin, tekhnik menegur pegawai primadona, tekhnik menimbulkan kesadaran diri, dan tekhnik sandwich. 1. Teknik Disiplin Perkembangan Sedini Mungkin Pelatihan yang kurang sempurna, atau tidak ada pelatihan sama sekali, tingkah laku yang tidak pantas, kebiasaan kerja yang kurang baik, atau kesalahan-kesalahan lain dari bawahan hendaknya pertama-tama diatasi dengan usaha penuh pengertian guna memperbaikinya. Hal ini harus dilakukan segera setelah Anda melihat ada kekurangan. Orang-orang muda terutama mereka yang dipekerjakan secara tetap untuk pertama kali, terutama mereka yang dipekerjakan secara tetap untuk pertama kali, harus selekas mungkin dibimbing untuk berprilaku secara tepat dalam pekerjaannya.
  • 14. 14 2. Teknik Disiplin Pencegahan yang Efektif Perusahaan seharusnya membuat suatu program-program pelatihan khusus disamping tingkat manajemen. Kelompok-kelompok yang terdiri dari kira-kira 15 orang dihadapkan pada persoalan-persoalan yang khas yang telah dialami oleh organisasi dimasa lampau. Persoalan ini berkisar dari kemangkiran sampai pada pencurian milik perusahaan. Tujuan dari konferensi kelompok ini adalah untuk meningkatkan keakraban para manajer dengan kebijakan sekarang dan untuk bertukar pikiran mengenai bagaimana menggunakan disipilin kolektif secara efektif, bukan disiplin dengan hukuman. Para manajer yang lebih tua dan berpengalaman yang menghadiri kurusus-kursus itu diminta untuk menceritakan pengalaman yang menghadiri kursus-kursus itu diminta untuk menceritakan pengalaman mereka, sehingga para penyelia dan manajer yang lebih muda dan tidak / kurang berpengalaman dapat mengambil manfaat darinya. 3. Teknik Disiplin dengan Mendisiplinkan Diri Beberapa cara untuk merubah diri : a. Percayalah bahwa Anda dapat menghilangkan kebiasaan lama dan membentuk kebiasaan baru yang lebih konstruktif b. Pastikan bahwa Anda memang benar-benar ingin berubah. Untuk itu, Anda harus mengatakan pada diri Anda bahwa perubahan kebiasaan adalh penting bagi diri Anda
  • 15. 15 c. Tentukan pengorbanan apa saja yang harus Anda berikan untuk mencapai tujuan Anda. Apakah pengorbanan itu sepadan nilainya dengan tujuan yang hendak Anda capai? d. Tentukan pengorbanan itu sepadan nilainya dengan tujuan Anda. Apakah pengorbanan itu sepadan nilainya dengan tujuan yang hendak Anda capai? e. Berubahlah sedikit demi sedikit danmenjauhlah berdasarkan keberhasilan yang telah Anda capai. Setiap kali Anda berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan itu, satu langkah lebih dekat bagi Anda untuk mencapainya 4. Teknik Disiplin Investori Penyelia Beberapa tahun lalu, Webster sebagai direktur pelatihan, menemukan alat pengukur yang lebih baik sekali untuk menentukan perlunya pelatihan manajemen dalam bidang disiplin. Alat ini disebut Supervisory Investory on Dicipline. Alat ini dapat digunakan oleh organisasi yang berserikat buruh maupun yang tidak, dan dapat diterapkan pada berbagai kelompok manajemen dalam setiap tingkatnya. Sediaan ini mengukur mengukur pengetahuan tentang apakah disiplin dan bagaimana menggunakannya, tetapi bukan merupakan suatu ujian. 5. Teknik Disiplin Manager Pegawai “Primadona” Suatu teguran lunak, dapat diberikan secara halus melalui pertanyaan tertentu pada bawahan yang jawabannya merupakan teguran otomatis bagi dirinya sendiri. 6. Teknik “Sandwich” Teknik ini digunakan secara mahir oleh sejumlah besar manager dalam menghadai bawahan mereka. Pada dasarnya teknik ini terdiri dari teguran
  • 16. 16 lisan secara langsung, diikuti oleh ucapan syukur, dan diakhiri dengan peringatan yang lunak. Setiap manajer harus dapat memastikan karyawan tertib dalam tugas. Dalam konteks disiplin, makna keadilan harus dirawat dengan konsisten. Jika karyawanmengalami tantangan tindakan disipliner, pemberi kerja harus dapat membuktikan bahwa karyawan yang terlibat dalam kelakuan yang tidak patut dihukum. Untuk mengelola disiplin harus ada standar disiplin yang digunakan untuk menentukan bahwa karyawan telah diperlakukan secara wajar. 1. Standar Disiplin Beberapa standar disiplin berlaku bagi semua pelanggaran aturan, apakah besar atau kecil. Semua tindakkan disipliner perlu mengikuti prosedur minimum : aturan komunikasi dan ukuran capaian. Tiap karyawan dan penyelia perlu memahami kebijakan perusahaan perlu mengikuti prosedur secara penuh. Pegawai yang melanggar aturan diberi kesempatan untuk memperbaiki perilaku mereka. Para manajer perlu mengumpulkan sejumlah bukti untuk membenarkan disiplin. Bukti ini harus secara hati- hati didokumentasikan sehingga tidak bisa untuk diperdebatkan. Sebagai suatu model bagaimana tindakan disipliner harus diatur adalah : a. Apabila seorang karyawan melakukan kesalahan, maka karyawan harus konsekuen terhadap aturan pelanggaran b. Apabila tidak dilakukan secara konsekuen berarti karyawan tersebut melecehkan peraturan yang telah ditetapkan
  • 17. 17 c. Kedua hal diatas akan berakibat pemutusan hubungan kerja dan karyawan harus menerima hukuman tersebut 2. Penegakan Standar Disiplin Jika pencatatan tidak adil / syah menurut undang-undang atau pengecualian ketenagakerjaan sesuka hati. Untuk itu memerlukan bukti dari pemberi kerja untuk sebelum karyawan ditindak. Standar kerja tersebut dituliskan dalam kontrak kerja. Menurut mengingat pentingnya faktor manusia, yaitu para pegawai dilingkungan organisasi bersangkutan, maka pembinaan juga dimasukkan sebagai salah satu unsur SPM. Dan dengan pentingnya faktor manusia tersebut maka untuk meningkatkan kualitas kerja dan disiplin pegawai maka : Upaya untuk meningkatkan waskat itu terdiri dari dua komponen, yaitu PAL dan SPM. Infektivitas itu terutama disebabkan oleh faktor intern pemimpin, yaitu kualitas pimpinan atau manajer itu sendiri, maka upaya yang pokok untuk mengatisanya tentulah berupa upaya untuk meningkatkan mutu pimpinan secara menyeluruh dan konsepsional. Ini berarti pembinaan pegawai harus betul-betul dibenahi, antara lain dengan mewujudkan secara nyata apa yang dinamakan sistem karir dan sistem prestasi kerja atau merit system and career service.7 Dengan demikian pegawai-pegawai yang naik keatas dan menduduki jabatan pimpinan benar-benar telah mengalami saringan yang cukup ketat dan oleh karenanya dapat diandalkan ketangguhannya, baik dari segi nilai-nilai moral atau akhlak dan dari segi kemampuan dan kecakapannya, baik teknis maupun 7 Sujamto.,1989, Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia, PT.Sinar Grafika, Jakarta
  • 18. 18 manajerial. Untuk meningkatkan efektivitas SPM pada hakikatnya tidak lain daripada upaya untuk meningkatkan mutu unsur-unsur SPM dan meningkatkan disiplin, kesadaran dan kesungguhan para pegawai untuk senantiasa melaksanakan tugasnya sesuai dengan semestinya. Kata kedisiplinan memang pada dasarnya sering dikaitkan dengan penggunaan wewenang atau kekuasaan, akan tetapi pendisiplinan terbaik yang sering digunakan sebagai disiplin diri muncul dari dalam, bukan sesuatu yang dipaksakan dari luar. Berbagai alasan, banyak muncul dilapangan karyawan tidak mentaati peraturan atau tidak menunjukan perilaku yang menghambat produktifitas. Ada beberapa faktor upaya untuk membantu menumbuhkan rasa disiplin pada karyawan, yaitu :8 1. Faktor-Faktor yang Membantu Upaya Menimbulkan Disiplin Diri Disiplin tidak timbul begitu saja. Karyawan dapat mengandaikan bahwa itikad baik dan karakter moral dengan sendirinya kan menghasilkan disiplin diri. Karyawan harus berupaya untuk membina kelompok kerja yang berdisiplin tinggi. Caranya, melalui gaya kepemimpinan yang mendidik pemimpin menciptakan suasana motivasi yang kondusif dalam unit kerja pemimpin / supervisor. Para karyawan yang tahu bahwa mereka dapat memenuhi kepentingan pribadi, dan pada saat yang sama mencapai tujuan perusahaan, lebih cenderung menunjukan disiplin tinggi. 8 Darma Agus.,2001, manajemen supervisi,( petunjuk praktis bagi supervisor), Jakarta , PT. raja grafindo persada.
  • 19. 19 2. Identifikasi Karyawan yang Memiliki Masalah Pribadi dan Cara Menanganinya. Sebagai seorang supervisor sangat harus mampu mendisiplikkan karyawan. Perilaku tidak disiplin yang paling sering ditempat kerja adalah sebagai berikut : a. Melanggar peraturan jam istirahat dan jadwal kerja lainnya b. Melanggar peraturan keamanan dan kesehatan kerja c. Terlambat masuk kerja, mangkir, terutama sebelum atau sesudah lebaran d. Berkerja dengan ceroboh atau merusak peralatan, pasok atau bahan baku e. Suka bertengkar, tidak mau berkerja sama, atau perilaku lain yang tidak menyenangkan (mengganggu) sesama karyawan f. Terang-terangan menunjukan ketidakpatuhan, seperti menolak melaksanakan tugas yang seharusnya dilakukan. 3. Menyuluh Karyawan Yang Bermasalah Pribadi Tujuan penyuluhan adalah membimbing karyawan untuk menentukan cara pemecahan masalah yang mereka hadapi, terutama jika masalah itu mempengaruhi kinerja mereka ditempat kerja. Intinya adalah memberdayakan karyawan agar mereka dapat menangani masalah mereka sendiri. Supervisor tidak diharapkan untuk mengambil alih masalah pribadi karyawan. Proses penyuluhan menyangkut langkah-langkah sebagai berikut a. Mengidentifikasi masalah yang mengganggu karyawan b. Mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah itu c. Mengidentifikasi cara penanggulangan yang paling sesuai d. Mengidentifikasi apakah tindakan yang dilakukan telah memecahkan masalah atau tidak
  • 20. 20 4. Mengidentifikasi Masalah Ada beberapa petunjuk yang dapat mengingatkan supervisor bahwa karyawan tertentu menghadapi masalah pribadi yang mempengaruhi kerjanya. Petunjuk itu diantaranya meliputi hala-hal berikut : a. Menurunkan tingkat kuantitas dan kualitas hasil kerja secara mendadak b. Adanya perubahan perilaku yang mendadak (seperti murung dan sebagainya) c. Meningkatkan kesalahan kerja d. Meningkatkan kecelakaan kerja e. Tidak konsistennya kinerja f. Terlalu sering mangkir, terlambat, atau pulang lebih awal g. Mudah tersinggung, tidak bertanggung jawab atau masa bodoh C. Kebijakan Untuk Meningkatkan Disiplin Kerja Unsur-unsur utama dalam pendisiplinan yang efektif yaitu :9 1. Karyawan tahu adanya “aturan main” dan memahaminya dengan baik Supervisor diharapkan mengabil dua langkah : Pertama, menjelaskan peraturan perusahaan dan berusaha agar setiap karyawan memahaminya. Termasuk jika ada perubahan peraturan Kedua, sanksi yang akan dijatuhkan kepada mereka yang melakukan pelanggaran 2. Supervisor melakukan pendekatan pemecahan masalah dalam pendisiplinan, bukan pendekatan yang menghukum 9 Darma, Op. Cit. Hal. 183
  • 21. 21 Pertama, membantu karyawan dalam memecahkan masalah yang dihadapi (memahami alasan karyawan dan membantu usahanya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi) 3. Tindakan pendisiplinan dilakukan sesegera mungkin Pertama, supervisor harus dapat mengumpulkan data tentang adanya pelanggaran peraturan, dengan cara menghimpun informasi, dan mendokumentasikan adanya pelanggaran dan alasan pelanggaran itu. Kedua, perlunya mengembangkan faktor emosional. (Reaksi tergesa-gesa dalam situasi yang sangat emosional dapat mendorong karyawan untuk bertindak agresif atau bahkan melakukan tindakan kekerasan pada supervisor). 4. Tindakan pendisiplinan tidak memihak, fair, dan konsisten Tindakan disiplin dilakukan dengan sederhana saja, konsekuensi harus setimpal dengan perbuatan. Suatu pelanggaran kecil tidak membenarkan adanya sanksi pendisiplinan yang berat, kecuali jika karyawan bersangkutan telah melakukan pelanggaran yang sama berulang-ulang. 5. Adanya tindak lanjut Jika pelanggaran kecil dikuti dengan peringatan lisan, tidak selalu diperlukan tindak lanjut, akan tetapi jika pelanggaran dilakukan berulang-ulang maka supervisor wajib memberitahu karyawan bersangkutan dan diadakan pembicaraan untuk mencegah berulangnya pelanggaran. Menyangkut disiplin kerja pegawai negeri sipil dalam peraturan pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 pasal 1 antara lain menyebutkan :
  • 22. 22 a. Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan menyangkut kewajiban, larangan, sanksi, apabila kewajiban tidak ditaati atau dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil b. Pelanggaran disiplin adalah ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil, baik yang dilakukan didalam maupun diluar jam kerja c. Hukuman disiplin adalah hukuman yang ditujukan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam pasal 5 PP No. 30 tahun 1980 diatas menyatakan bahwa dengan tidak mengurangi ketantuan dalam peratuaran perundang-undangan pidana, Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum. Adapun tingkat dan jenis hukuman disiplin antara lain :10 Hukuman yang ringan terdiri dari : 1). Teguran lisan 2). Teguran Tertulis 3). Pernyataan tidak puas secara tertulis b. Hukuman disiplin sedang terdiri dari : 1). Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun 2). Penundaan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun 3). Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun 10 (Undang-Undang Kepegawaian pasal 5 PP No. 30 1980)
  • 23. 23 c. Hukuman disiplin paling berat terdiri dari : 1). Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun 2). Pembebasan dari jabatan 3). Pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil 4). Pemberihentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil Tujuan dari peraturan disiplin PNS adalah dimaksud untuk mendorong para pegawai agar berkerja dengan giat, efisian dan efektif. Dengan adanya peraturan disiplin, maka karena mereka dibatasi oleh berbagai peraturan yang melarang mereka untuk berbuat semuanya. Penegakan disiplin sebagai bagian dari pembenahan organisasi memang memerlukan kesabaran, konsistensi dengan tahap dan sistem yang jelas sehingga setiap pegawai dapat memahami secara jelas arah penegakan disiplin yang diprogramkan dan selanjutnya tentunya tergantung sepenuhnya kepada para pelakunya, yang pasti bila kita menginginkan perubahan menurut Sekjen Depnakertrans Tjepy F. Aloewie, menyampaikan empat syarat agar perubahan bisa berhasil dilakukan, pertama keteladanan : kedua, pendidikan, pelatihan, dan pembinaan : ketiga sitem yang kondusif : dan keempat senantiasa berdoa. Untuk meningkatkan disiplin pegawai perlu terus menerus dilakukan langkah-langkah strategis misalnya : 1. Untuk meranmgsang dan mengefektifkan kehadiran pegawai, maka perlu memberikan tunjangan kompensasi (uang rangsang transport / produktivitas)
  • 24. 24 2. Mengefektifkan pencatatan pegawai yang datang terlambat ataupun pulang lebih awal 3. Memperhitungkan tingkat kehadiran pegawai dalam penilaian DP3 4. Meningkatkan peran Waskat disemua jajaran Eselon I s/d IV D. Indikator-Indikator Rendahnya Disiplin Kerja Faktor Sumber Daya Manusia (SDM), Pelaku (Birokrat) menjadi faktor penentu selain sistem dan kebijakan yang telah di terbitkan. Banyak orang akan mengatakan, pada akhirnya Sumber Daya Manusialah (SDM) yang menjalankan sistem tersebut. Banyak aspek dari keterpurukan birokrasi di Indonesia semuanya bermuara pada sumber daya manusia (SDM). Indikasi rendahnya SDM setidaknya tercermin dari tiga hal, yakni kesejahteraan, reward (pengharagaan) dan punishment (sanksi). Sistem gaji pegawai negeri sipil (PNS) seringkali diperdebatkan karena saat ini khalayaknya mentasbiskan gaji sebagai penunjang prestasi kerjanya. Penggajian belum tegas menimbang aspek tingkat pendidikan, prestasi, produktivitas, dan kedisiplinan yang dituntut organisasi. Pada tingkat struktural yang sama, pegawai dengan produktivitas tinggi dan rajin dengan pegawai negeri sipil (PNS) yang malas dan tidak produktif dipastikan akan mendapat gaji sama jika masa golongan, masa kerja dan ruang pangkat yang sama. Bahkan untuk tunjangannyapun berbeda tipis. Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai telah dilakukan pada awal tahun 2006 ini dengan memberi tunjangan umum bagi pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural maupun fungsional.
  • 25. 25 Dari nilai gaji yang sedemikian, dalam jangka waktu yang panjang dapat menurunkan semangat, etos kerja dan disiplin kerja terhadap pekerja yang produktif dan rajin. Budaya dan pola pikir memanfaatkan setiap kesempatan melakukan tindakan yang tidak jujur, asal dilaksanakan denga hati-hati, tidak terlalu besar danmencolok, serta dapat dipertanggungjawabkan bersama kepada pengawas sudah menjadi hal biasa terjadi dalam urusan birokrasi saat ini. Pengukuran terhadap indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini dinilai baik, kurang baik atau tidak baik atau tinggi, sedang, rendah didasarkan pada hasil pengklarifikasian yang diukur dengan pedoman sebagai berikut. 1. Indikator penghargaan atas hasil kerja, diklarifikasikan : a. Baik : Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin pegawai semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan- peraturan yang berlaku. b. Kurang Baik : Jika pemberian balas jasa dinilai kurang atau jarang dilakukan terhadap karyawan maka disiplin kerja pegawai kurang baik (tidak puas tentang apa yang didapatnya). Mereka juga akan kurang menyadari dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku. c. Tidak Baik : Apabila dari pimpinan kecamatan tidak pernah memberikan penghargaan baik berupa ucapan terimakasih, benda, ataupun piagam penghargaan atas hasil kerja perangkat desa. 2. Indikator pengarahan dan komunikasi yangg baik, diklraifikasikan : a. Baik : Apabila pimpinan kecamatan sering memberikan arahan-arahan dan mengadakn pertukaran informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas.
  • 26. 26 b. Kurang Baik : Apabila pimpinan kecamatan jarang memberikan arahan- arahan dan jarang mengadakan pertukaran informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas c. Tidak Baik : Apabila pimpinan kecamatan jarang memberikan arahan- arahan dan tidak mengadakan pertukaran informasi dengan pegawai kecamatan. 3. Indikator pengawasan, diklarifikasikan : a. Baik : Jika pimpinan kecamatan sering meninjau pelaksanaan kerja pegawai kecamatan dan mengendalikan kegiatan tersebut pada pencapaian tujuan. b. Kurang Baik : Jika pimpinan kecamatan melakukan peninjauan terhadap pelaksanakan kerja perangkat kecamatan, tetapi tidak mengendalikan kegiatan tersebut pada pencapaian tujuan. c. Tidak Baik : Jika pimpinan kecamatan jarang melakukan peninjauan terhadap pelaksanaan kerja pegawai kecamatan dan tidak mengendalikan kegiatan tersebut pada pencapaian tujuan. 4. Indikator hubungan antar pribadi, diklarifikasikan : a. Baik : apabila pimpinan kecamatan dan antar sesama pegawai kecamatan selalu berkoomunikasi dan berkerja sama untuk menunjang kelancaran kerja. b. Kurang Baik : Apabila pemimpin kecamatan dengan pegawai kecamatan jarang berkomunikasi dan berkerjasama dalam melaksanakan tugas.
  • 27. 27 c. Tidak Baik : Apabila tidak tercipta hubungan antara pimpinan kecamatan dengan pegawai kecamatan dan antara sesama pegawai kecamatan sehingga tidak ada komunikasi dan kerjasama yang baik diantara pegawai. 5. Disiplin kerja, diklarifikasikan : a. Tinggi : apabila pegawai kecamatan dattang tepat waktu dan pulang pada jam yang telah ditentukan dan telah menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. b. Sedang : Apabila pegawai kecamatan datang dan pulang tepat pada waktu tetapi tidak melaksanakan tugas sesuai dengan hasil yang diharapkan. c. Rendah : Apabila pegawai kecamatan datang dan pulang tidak tepat waktu dan tidak melaksanakan tugas sesuai denga hasil yang telah ditetapkan. E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan Kerja Kedisiplinan adalh fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, maka akan sulit bagi organisasi mencapai hasil yang optimal dan pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. 11 Dari kutipan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tuigas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong semangat kerja dan mendukung terwujudnya tujuan organisasi. Pada dasarnya, untuk mempertahankan dan 11 Hasibuan, 2006, Manajemen Sumber daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
  • 28. 28 memelihara diosiplin kerja yang baik merupakan hal yang sangat sulit, karena sangat banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikut ini akan diuraikan pendapat beberapa pakar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan kerja pegawai. 1. Menurut Martoyo, Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan kerja adalah lingkungan. Lingkungan bukan hanya bisa mempengaruhi kedisiplinan karyawan, tetapi juga bisa menumbuhkan motivasi agar bisa berkerja dengan baik.12 Faktor-faktor lingkungan terdiri dari a. Pengaruh dari luar : - Pendidikan - Pengalaman Kerja - Kesehatan b. Pengaruh dari dalam organisai : - Peraturan Organisasi - Kepemimpinan - Pergaulan sesama karyawan - Kebosanan dan kelelahan 2. Sedangkan pakar lainnya, berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan kerja dalam suatu organisasi yaitu :13 a. Tujuan dan Kemampuan 12 Martoyo, Susilo.,1996, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi III BPFE.Yogyakarta. 13 Hasibuan, Op,Cit, 2000
  • 29. 29 Tujuan dan kemampuan turut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan, tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan bersangkutan, agar dia berkerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. b. Teladan Pimpinan Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, kedisiplinan, baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahanpun akan ikut baik. Jika teladan pemimpin kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahanpun kurang berdisiplin. c. Balas Jasa (Gaji dan Kesejahteraan) Balas jasa ikut mempengaruhi kedisiplinan kerja karyawan, karena balas jasa akanmemberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap pekerjaanya. Dengan kecintaan karyawan terhadap pekerjaan, maka disiplin kerja akan terlaksana. Semakin besar balas jasa, semakin baik disiplin karyawan dan sebaliknya. d. Keadilan Keadilan ikut mendorong kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya.
  • 30. 30 Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Mamajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adail kepada semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan denggan baik pada setiap perusahaan supaya kedisiplianan karyawan baik pula. e. Waskat Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harusa aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk. Jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam mnyelesaikan pekerjaanya. Waskat Efektif merangsang, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya. f. Sanksi Hukum Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan prusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang. Berat / ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik / buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus diterapkan berdasarkan
  • 31. 31 pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya. g. Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahanya. h. Hubungan Kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan- hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal terdiri dari direct single relationship, direct group relationship,dan cross relationship hendaknya harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi dan mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua karyawan. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
  • 32. 32 F. Konsep Operasional Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka indikator penelitiannya adalah: 1. Guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan 2. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Guru datang ke sekolah 15 menit sebelum bell masuk berbunyi. 4. Guru menguasai materi pelajaran. 5. Guru masuk ruang kelas sesuai dengan jam dan jadwal mengajar. 6. Guru melakukan tindakan kelas sebelum dimulainya pelajaran. 7. Guru berbicara lama di handphone (Hp) pada saat jam mengajar. 8. Guru memakai pakaian seragam ke sekolah sesuai hari-hari yang ditetapkan. 9. Guru meninggalkan ruang kelas pada jam mengajar 10.Guru lebih senang memberikan catatan kepada anak dari pada menerangkan materi pelajaran. 11.Guru absent di luar dari kententuan yang telah disepakati. 12.Guru mendapatkan teguran dari kepala Sekolah karena indisipliner.
  • 33. 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul dari bulan April 2011 – Mei 2011. B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek Penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul 2. Objek Penelitian Yang dimaksud dengan objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.14 Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Disiplin kerja guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian. Menurut S. Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. penelitian.15 14 Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta, Cet ke-11, h-97 15 Hermawan Rasito. 1992, Pengantar Metodologi Penelitian,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, , h-49
  • 34. 34 Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul . yang berjumlah 17 orang. Jumlah sampel diambil berdasarkan pendapat Hadi yang menyatakan “ Jika populasi subyeknya kurang dari 100 lebih baik semua dijadikan sampel, tetapi jika populasi lebih dari 100, maka sampel yang diambil minimal 10-25 %16 . Karena Populasinya sedikit, maka penulis tidak mengambil sampel. Dengan demikian dapat di katakana penelitian ini dinamakan penelitian populasi. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejhala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan..17 Dengan observasi kita ingin mengetahui kebenaran pandangan teoritis tentang masalah yang kita selidiki dalam hubungannya dengan dunia kenyataan. Adapun observasi peneliti lakukan di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul 2. Angket Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Angket bertujuan untuk 16 Hadi, Sutrisno, 1993, Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta 17 S. Nasution. 2003, Metode Research (Penelitian ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, , Cet. 6, h. 107-108
  • 35. 35 memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak. Untuk itu angket akan diberikan kepada subjek penelitian yakni seluruh guru yang di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul 3. Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya untuk merubah atau untuk mempengaruhi pendapat responden. Wawancara dalam penelitian ini akan penulis lakukan terhadap kepala sekolah SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul. E. Analisa Data Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi.. Menurut Sudjana dalam Ibrahim bila penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran sebagaimana adanya tentang suatu objek, maka teknik analisa yang diperlukan cukup dengan persentase (%)18 untuk menganalisa data yang dilakukan dengan deskriptif kulitatif dengan rumus: P = F/N x100% Keterangan: 18 Ibrahim, 1989, Penelitian dan Penilaian, Bandung: Sinar baru, Hal. 129
  • 36. 36 P = Angka persentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah Sampel Untuk mengukur tinggi rendahnya pelaksanaan disiplin kerja guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul, digunakan rumus Arikunto19 dengan kriteria sebagai berikut: a. Baik : 71 – 100% b. Cukup : 41 – 70 % c. Kurang : 0 – 40 % F. Asumsi Disiplin guru dalam melaksanakan tugas sangat diperlukan untuk mencapai suatu profesionalisme kerja. Semakin baik pelaksanaan disiplin guru maka akan semakin baik pula hasil yang dicapai dalam dunia pendidikan. 19 Arikunto, Suharsimi. 1993, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 210
  • 37. 37 BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu. Adapun di SD Negeri Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur ini berdiri pada Tahun 1982 dan beroperasi tahun yang sama. Pada awal berdirinya sekolah ini memiliki tujuan yang mulia yakni mencerdasakan anak bangsa dengan keadaan dan fasilitas yang belum lah memadai seperti sekarang ini. Namun perkembangan zaman dan teknologi membuat sekolah ini mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Untuk itu visi di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kab. Rokan Hulu ini adalah terwujudnya lembaga pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang seimbang IMTEK dan IMTAQ nya sehingga dapat bersaing dalam mengikuti perkembangan zaman. Sedangkan misi SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur adalah: 1. Meningkatkan mutu pendidikan berupa kenaikan nilai UAS dan selester setiap tahun. 2. Mempersiapkanb kemampuan siswa untuk dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
  • 38. 38 3. Memberikan ketrampilan dalam rangka menciptakan kecakapan siswa untuk dapat memasuki sekolah lanjutan yang lebih bermutu. 4. Memotivasi terciptanya lingkungan sekolah yang bersih sehat, nyaman dan indah. 5. Menciptakan keselarasan belajar, berpikit, kreatip, berkperibadian dan berakhlak mulia. 2. Keadaan Guru dan Murid Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, jumlah guru yang bertugas di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu ini berjumlah 20 orang guru yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 9 orang PNS dan 1 orang guru tidak tetap (GTT), 3 orang guru bantu, dan 6 orang guru komite.. Untuk lebih jelasnya tentang keadan guru dapat dilihat pada table 4.1. berikut ini: Tabel 4.1 Keadaan Guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Tahun 2011 No Status Guru Tingkat Pendidikan Jumlah SLTA DI D2 D3 SI S2 S3 1 Guru tetap 6 - 4 - - - - 10 2 Guru tidak tetap 1 - - - - - - 1 3 Guru bantu - - 2 - 1 - - 3 4 Guru komite 5 - 1 - - - - 6 Jumlah 12 - 7 - 1 - - 20 Sumber: Data Sekunder, 2011
  • 39. 39 Tabel 4.2. Nama, Pangkat/golongan, Jabatan Guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu Tahun 2011 NO NAMA DAN NIP PANGKAT / GOL TMT JABATAN 1 Syaharuddin SRG, A.Ma, Pd Pembina IV.a KepalaSekolah 2 Hadimah Pembina IV.a Guru MTK 3 Derhan III.d Guru Agama 4 Raja kadri Pengatur Muda II.d Guru Kelas 5 Hamidah Pengatur Muda II.a Guru Kelas 6 Lashendri Pengatur Muda II.a Guru Sains 7 Lanna NST Pengatur Muda II.a Guru Kelas 8 Abdul Roni Pengatur Muda II.a Guru Kelas 9 Desma yanti Pengatur Muda II.b Guru Kelas 10 Marasaid Pengatu Muda II.a Guru B. Ing 11 Ahmad katubi Guru Kelas 12 Asni Harmila Guru Kelas 13 Rahma Nur Guru Agama 14 Ade Saputra Penjaskes 15 Susanti HSB Guru kelas 16 Sri Leni Susanti Guru IPS 17 Lidia Wati Guru PPKN 18 Irfan Efendi Penjaskes 19 Helmi Guru Kelas 20 Masrina Guru Kelas Sumber: Data Sekunder, 2011
  • 40. 40 Sedangkan jumlah murid di SD tersebut pada saat di adakannya penelitian berjumlah 254 orang dengan rincian perkembangan jumlah murid di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur dapat dilihat pada table 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3. Jumlah murid SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu Dari Tahun 2007 – 2010 Kelas Jumlah Siswa 2007/2008 2008/2009 2009/2010 I 42 41 59 II 43 41 40 III 50 48 47 IV 36 41 45 V 36 33 36 VI 33 38 27 Jumlah 240 242 254 Sumber: Data Sekunder, 2011 3. Sarana Dan Prasarana a. Peralatan Sekolah 1. Jumlah Kelas : 8 Kelas 2. Kelas I-A,I-B, II-A, II-B, III-A,III-B, , IV-A,IV-B, V, VI 3. Ruang Majelis Guru : 1 Ruang 4. Gedung Pustaka : 1 Gedung 5. Ruang Kepala Sekolah : 1 Ruang 6. WC : 1 Buah 7. Meja Murid : 220 Buah 8. Kursi Murid : 260 Buah 9. Meja Kursi Guru : 7 Buah 10. Papan Tulis : 7 Buah 11. Kursi Tamu : 1 Buah 12. Sound Sistem : 1 Buah
  • 41. 41 13. Bendera Merah Putih : 5Buah 14. Radio Tape : 1 Buah b. Perlengkapan Sekolah 1. Bangku/Meja Murid : 254 bh Untuk 1 Murid : 100 bh Untuk 2 Murid : 170 bh 2. Almari/Buku Perpustakaan : 1 bh 3. Almari Prakarya :- bh 4. Rak Buku : - bh 5. Filling Kabinet : 1 bh 6. Meja Kursi Kepala SD : 1 bh 7. Meja Kursi Guru : 7 bh 8. Papan Tulis : 7 bh 9. Kursi Tamu : 1 bh 10. Jam Dinding : 5 bh 11. Lonceng : 1 bh 12. Sound System :- bh 13. Radio Tape : 1 bh 14. Bendera Merah Putih : 5 bh 15. Mesin Tulis : 2 bh 16. Tiang Bendera Besi / Kayu : 1bh 3. Alat Pelajaran 1. IPA (KIT IPA) : 2 set 2. IPS : 8 set
  • 42. 42 3. Bahasa : 4 set 4. Matematika :6 set 5. Torso Manusia : - set 6. Gambar Presiden : 6 bh/lembar 7. Gambar Wakil Presiden : 6 bh/lembar 8. Lambang Negara : 1 bh/lembar 9. Peta Dinding Indonesia : 1 bh/lembar 10.Peta Dinding Riau : 1 bh/lembar 11.Teks Pancasila : 1 bh/lembar 12.Teks Sumpah Pemuda : 1 bh/lembar 13.Alat Senam Artistik : 1 set 14. Alat Senam Artistik : - lembar 15. Alat Bantu Suara : - bh 4. Kurikulum Kurikulum yang dipakai di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu sama halnya dengan kurikulum yang dipakai oleh SDN Lainnya yaitu dengan menggunakan KTSP. B. Penyajian Data Data penelitian tentang kedisiplinan guru, peneliti dapatkan melalui angket yang diberikan kepada seluruh guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu yang berjumlah 18 orang. Selain itu peneliti juga memperoleh data melalui wawancara dan observasi. Wawancara peneliti lakukan kepada kepala sekolah SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu
  • 43. 43 untuk mendapatkan data mengenai factor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru di SD tersebut..Sedangkan observasi peneliti lakukan dengan melakukan pengamatan selawa waktu yang dibutuhkan dalam mengumpulkan data. Dalam angket yang diberikan kepada responden ada 12 pertanyaan yang diajukan yaitu Guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan, Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Guru datang ke sekolah 15 menit sebelum bell masuk berbunyi, Guru datang ke sekolah tepat waktu, Guru masuk ruang kelas sesuai dengan jam dan jadwal mengajar, Guru melakukan tindakan kelas sebelum dimulainya pelajaran, Guru berbicara lama di handphone (Hp) pada saat jam mengajar, Guru memakai pakaian seragam ke sekolah sesuai hari-hari yang ditetapkan, Guru meninggalkan ruang kelas pada jam mengajar, Guru lebih senang memberikan catatan kepada anak dari pada menerangkan materi pelajaran, Guru absent di luar dari kententuan yang telah disepakati, Guru mendapatkan teguran dari kepala Sekolah karena indisipliner. Dari pertanyaan tersebut diberi pilihan jawaban kepada responden untuk memudahkan responden dalam mengisi jawaban dari angket tersebut. Untuk memudahkan analisa hasil data tersebut, maka setiap item dibuat tabulasi yang merupakan proses merubah data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel – tabel angka (persentasi). Untuk lebih jelasnya aspek – aspek tersebut dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini:
  • 44. 44 Tabel 4.4 Apakah Guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sesuai 5 29,41 2 Kadang-kadang 12 70,59 3 Tidak sesuai 0 0,00 Jumlah 17 100,00% Sumber: Hasi Pengolahan Data, 2011 Kurikulum merupakan variabel pendidikan yang menjadi salah satu factor dominan terjadinya proses pembelajaran. kurikulum adalah seperangkat rencana atau suatu cita-cita dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan ajar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dan proses pencapaian tujuan pendidikan atau sekolah yang diaktualisasikan di kelas maupun di luar kelas sebagai pengalaman murid.. Kedisiplinan tidak saja berkenaan dengan sikap seorang guru tetapi juga berkenaan dengan profesionalisme guru. Sebagai wujud dari kedisiplinan maka penulis perlu melihat apakah guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Dari table 4.4 di atas, dapat di jelaskan pernyataan guru tentang guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengolahan data sebesar 29,41 % atau sebanyak 5 orang guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur mengajar sesuai dengan kurikulum dalam kegiatan mengajar, dan 70,59 % (12 orang) responden memberikan pernyataan bahwasanya mereka kadang-kadang saja mengajar berdasarkan kurikulum.
  • 45. 45 Tabel 4.5 Apakah Guru sering membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sering 4 23,53 2 Kadang-kadang 11 64,71 3 Tidak Pernah 2 11,76 Jumlah 17 100,00% Sumber: Hasil pengolahan Data, 2011 Dari table 4.5 di atas, dapat di jelaskan pernyataan guru tentang kedisiplinan guru dalam membuat RPP. Berdasarkan hasil pengolah data jawaban responden adalah sebesar 23,35 % guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur sering mengembangkan kurikulum dengan membuat RPP. Sedangkan 64,71% guru kadang-kadang saja membuat RPP tersebut. Namun ada juga beberapa orang guru yang mengajar tidak pernah menggunakan RPP dengan persentasenya 11,76%. Tabel 4.6. Apakah kedatangan guru ke sekolah 15 menit sebelum bell masuk berbunyi? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sebelum waktu 3 17,65 2 Tepat waktu 9 52,94 3 Terlambat 5 29,41 Jumlah 17 100,00% Sumber : Hasil pengolah Data, 2011 Kedisiplinan selalu berhubungan dengan sikap guru dalam menghargai waktu dan ini termasuk dalam kompetensi kepribadian guru yang harus dimiliki seorang guru. Untuk pernyataan apakah kedatangan guru ke sekolah 15 menit sebelum bell berbunyi?. Terdapat berbagai variasi jawaban responden terhadap pernyataan ini, dimana Tabel 4.6 menjelaskan sebesar 52, 94 % responden menyatakan tepat waktu datang ke sekolah sedangkan 17,65 % guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur datang sebelum waktu bell
  • 46. 46 berbunyi Dan karena berbagai alasan seperti lokasi rumah yang jauh, mengantar anak kesekolah terlebih dahulu, dan ada juga guru yang memanfaatkan waktu pagi untuk menyadap karet terlebih dahulu sehingga sebagian guru terlambat datang dengan besar persentase jawabannya adalah 29,41 %. Tabel 4.7. Apakah Guru menguasai materi pelajaran? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Menguasai 2 11,75 2 Kadang-kadang 14 82,35 3 Tidak Menguasai 1 5,89 Jumlah 17 100,00% Sumber : Hasil pengolahan Data, 2011 Lebih lanjut penulis memberikan pernyataan apakah guru menguasai materi pelajaran?. Untuk jawaban pertanyaan pada table 4.7. responden memilih pernyataan sebanyak 82,35 % kadang-kadang menguasai materi pelajaran artinya sebagian guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur dalam mengajar terkadang mereka kurang manguasai materi, namun sebagian guru ada juga yang menguasai materi pelajaran dengan banyaknya pesentase jawaban adalah 11,75 % serta 5,89 % adalah untuk guru yang mengajar tidak menguasai materi pelajaran. Tabel 4.8 Apakah Guru masuk ruang kelas sesuai dengan jam dan jadwal mengajar? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sesuai 5 29,41 2 Kadang-kadang 11 64,71 3 Tidak sesuai 1 5,89 Jumlah 17 100,00% Sumber: Hasil pengolahan Data Primer, 2011 Berdasarkan hasil pengolahan data pada table 4.8 di atas sebesar 64,71 % guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur kadang-kadang
  • 47. 47 masuk ruang kelas kurang sesuai dengan jam dan jadwal mengajar yang telah ditetapkan. Namun ada juga guru yang benar-benar menerapkan disiplin dengan masuk ke kelas sesuai jaawal mengajar yakni 5 orang responden (29.41 %). Sedangkan 1 (5,89%) orang responden menjawab option tidak pernah sesuai atau tepat waktu masuk ke kelas untuk mengajar. Tabel 4.9. Apakah Guru melakukan tindakan kelas sebelum dimulainya pelajaran? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sering 5 29,41 2 Kadang-kadang 10 58,82 3 Tidak Pernah 2 11,76 Jumlah 17 100,00% Sumber : Hasil pengolahan Data primer, 2011 Seorang guru dituntut untuk mampu mengelola kelas dengan tujuan untuk menciptakan sistiasi dan kondisi belajar yang optimal. Tindakan kelas merupakan bagian dari ketrampilan seorang guru dalam pengelolaan kelas. Dari table 4.9 dapat dijelaskan sebesar 58,82 % responden sebelum mengajar kadang-kadang terlebih dahulu melakukan tindakan kelas seperti membaca doa dan mentertibkan murid untuk tidak membuat keributan. Guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur yang sering melakukan tindakan kelas adalah 5 orang responden (29.41 %). Sedangkan 2 orang responden menjawab tidak pernah melakukan tidakan kelas sebelum memulai pelajaran dengan tingkat jawaban respondennya sebesar 11,76%,
  • 48. 48 Tabel 4.10 Apakah Guru berbicara lama di handphone (Hp) pada saat jam mengajar? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sering 4 23,53 2 Kadang-kadang 5 29,41 3 Tidak Pernah 8 47,06 Jumlah 17 100,00% Sumber: Hasil pengolahan data primer, 2011 Kemajuan teknologi tidak selamanya membawa dampak positif, banyak kasus dijumpai hanphone memberikan pengaruh terhadap aktivitas kerja seseorang. Pemakaian Handphone menjadi perhatian peneliti dengan alasan Hp dapat menyebabkan guru lalai dalam melaksanakan tugasnya. Pernyataan yang diberikan kepada responden adalah apakah guru berbicara lama di Hp pada sat jam mengajar?. Dari jawaban responden pada table 4.10 didapatkan sebanyak 4 (23,53%) responden memberikan pernyataan mereka seringberbicara lama di Hp pada saat mengajar, sebagian guru memberikan option kadang-kadang saja berbicara lama di Hp dengan persentase jawaban responden sebesar 29,41% dan sebesar 47,06 % guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur tidak pernah berbicara lama di Hp pada saat mengajar. Tabel 4.11 Apakah Guru memakai pakaian seragam ke sekolah sesuai hari-hari yang ditetapkan? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sesuai 8 47,06 2 Kadang-kadang 8 47,06 3 Tidak Sesuai 1 5,89 Jumlah 17 100,00% Sumber: Hasil pengolahan Data primer, 2011 Berpakaian rapi dan sopan bagi seorang guru termasuk kedalam kompetensi kepribadian karena etika berpakaian seorang guru akan memberikan contoh teladan bagi peserta didiknya. Kaitanya dengan disiplin adalah kepatuhan
  • 49. 49 seorang guru terhadap keputusan atau ketentuan pemakaian seragam yang telah disepakati bersama di sekolah. Berdasarkan table 4.11 option pernyataan yang diberikan oleh responden adalah 47, 06 % guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur mematuhi peraturan sekolah dengan berpakaian seragam sesuai yang ditetapkan pihak sekolah. Namun ada juga guru yang sifatnya kadang-kadang saja memakai pakai seragam sesuai dengan peraturan sekolah karena hari yang seharusnya berpakaian seragam ternyata masih ada sebagian guru yang tidak mematuhi peraturan sekolah tersebut dengan tingkat persentasenya 47,06 % sedangkan yang tidak pernah berpakaian seragam sesuai dengan peraturan sekolah sebesar 5,89% atau 1 orang guru. Tabel 4.12 Apakah Guru sering meninggalkan ruang kelas pada jam mengajar? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sering 4 23,53 2 Kadang-kadang 6 35,29 3 Tidak pernah 7 41,18 Jumlah 17 100,00% Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2011 Apakah guru meninggalkan ruang kelas pada jam mengajar?. Salah satu masalah indisipliner guru adalah meninggalkan ruang kelas pada saat jam mengajar?. Berdasarkan table 4.12 didapatkan hasil pengolahan datanya sebanyak 23,53 % (4 orang) guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur sering meninggalkan kelas pada saat jam mengajar, kemudian 35,29% jawaban responden di kategorikan kadang-kadang saja guru meninggalkan ruang kelas pada saat jam mengajar dikaernakan berbagai alasan, serta 41,18 % guru mengatakan tidak pernah meninggalkan ruang kelas pada saat jam mengajar.
  • 50. 50 Tabel 4.13 Apakah Guru lebih sering memberikan catatan kepada anak dari pada menerangkan materi pelajaran No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sering 5 29,41 2 Kadang-kadang 5 29,41 3 Tidak Pernah 7 41,18 Jumlah 17 100,00% Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2011 Pada tabel 4.13 tentang kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba juga mencakup apakah guru lebih senang memberikan catatan kepada anak daripada menerangkan materi pelajaran? Sebagian guru menyatakan selalu memberikan catatan kepada peserta didik dengan tingkat jawaban responden 29,41% atau sebanyak 5 orang responden, sedangkan guru yang menjawab kadang-kadang juga 29,41% dan 41,18% guru tidak pernah memberikan catatan kepada siswa. Tabel 4.14 Apakah Guru absent di luar dari kententuan yang telah disepakati? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Sering 2 11,75 2 Kadang-kadang 8 47,06 3 Tidak Pernah 7 41,18 Jumlah 17 100,00% Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2011 Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana tingkat kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba, patut diketahui tentang absensi atau tingkat kehadiran guru di sekolah dengan bentuk pernyataan apakah guru mempunyai absen di luar batas ketentuan? Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 2 orang guru dengan tingkat persentase 11,75% sering absen tanpa memberikan kabar kepada guru piket, kemudian sebesar 47,06 % memberikan gambaran tentang kehadiran
  • 51. 51 guru yang kadang-kadang juga pernah absen, sedangkan responden yang menyatakan mereka tidak pernah absen dalam aktivitas mengajar sebesar 41,18%. Tabel 4.15 Apakah Guru mendapatkan teguran dari kepala Sekolah karena indisipliner? No Hasil Observasi Frekuensi Persentasi( %) 1 Mendapatkan teguran 5 29,41 2 Kadang-kadang 5 29,41 3 Tidak pernah 7 41,18 Jumlah 17 100,00% Sumber: Hasil pengolahan Data primer, 2011 Tindak lanjut dari indisipliner adalah teguran dari kepala sekolah. Berdasarkan hasil penelitian guru yang pernah mendapatkan teguran dari kepala sekolah sebesar 29,41 % atau 5 orang guru, sedangkan guru yang terkadang mendapatkan teguran dari kepala sekolah karena melakukan indispliner sebesar 29,41%, sedangkan tidak pernah ditegur kepala sekolah sebesar 41,18% atau masing-masing 7orang. C. Analisa Data 1. Hasil penelitian Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis serta ssanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Ini berarti disiplin adalah ketaatan terhadap aturan-aturan yang berlaku pada saat sekarang ini. Untuk itu, guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya hendaknya guru tidak hanya sekedar mengejar penghasilan, akan tetapi juga merupakan
  • 52. 52 sarana untuk mengembangkan diri dan berbakti. Guru merupakan komponen yang paling sentral dalam mewarisan kepribadian. Guru adalah sumber ilmu pengetahuan, dari jerih payah seorang guru kita menitipkan generasi bangsa untuk melanjutkan perjalanan menuju cita-cita bangsa kita, agar mampu bersaing dengan negara-negara maju di dunia. Guru dalam kontek pendidikan berada di barisan depan dan sangat strategis menanamkan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Berdasarkan hasil penelitian yang penuilis lakukan terhadap 17 orang responden dengan cara menyebarkan angket dan melakukan observasi di SD Negeri 009 Bangun Purba di dapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui kedisiplinan guru di SD tersebut dan juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu. Teknik analisa dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan persentase (%). Teknik analisa yang diperlukan cukup dengan persentase (%)20 dengan rumus: P = F/N x100% Keterangan: P = Angka persentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah Sampel 20 Ibrahim, 1989, Penelitian dan Penilaian, Bandung: Sinar baru, Hal. 129
  • 53. 53 Untuk mengukur tinggi rendahnya pelaksanaan disiplin kerja guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Kec.Bangun Purba Kab. Rohul, digunakan rumus Arikunto21 dengan kriteria sebagai berikut: a. Baik = 71 – 100 % b. Cukup = 41 - 70 % c. Kurang = 0 – 40 % Dengan kategori pilihan: A. Sering = 3 B. Kadang-kadang = 2 C. Tidak Pernah = 1 Untuk lebih jelasnya, hasil penelitian tentang kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini: 21 Arikunto, Suharsimi. 1993, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 210
  • 54. 54 Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Observasi keseluruhan tantang Disiplin guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Aspek yang di amati Rekapitulasi Kuisioner Jumlah A B C F P F P F P N P 1 5 29,41 12 70,59 0 0,00 17 100,00 2 4 23,53 11 64,71 2 11,76 17 100,00 3 3 17,65 9 52,94 5 29,41 17 100,00 4 2 11,76 14 82,35 1 5,89 17 100,00 5 5 29,41 11 64,71 1 5,89 17 100,00 6 5 29,41 10 58,82 2 11,76 17 100,00 7 4 23,53 5 29,41 8 47,06 17 100,00 8 8 47,06 8 47,06 1 5,89 17 100,00 9 4 23,53 6 35,29 7 41,18 17 100,00 10 5 29,41 5 29,41 7 41,18 17 100,00 11 2 17,76 8 47,06 7 41,18 17 100,00 12 5 29,41 5 29,41 7 41,18 17 100,00 Jumlah 52 25,49 104 50,98 48 23,53 204 100,00 Sumber: Data primer, 2011 Dengan menggunakan rumus persentase, maka di dapatkan hasil persentasenya sebagai berikut: A. Baik : 52/204 x 100% = 25,49% B. Cukup ; 104/204 x 100% = 50,98% C. Kurang : 48/204 x 100% = 23,53% Berdasarkan rekapitulasi observasi keseluruhan pada tabel 4.16 di atas dapat di jelaskan bahwasanya kedisiplinan guru SD Negeri 009 Bangun Purba
  • 55. 55 Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu secara keseluruhan dari 17 responden memberikan pernyataan bahwasanya sebesar 25,49 % guru melaksanakan disiplin sekolah dengan baik sedangkan sebesar 50,98% guru lainnya cukup baik menjalankan dan mematuhi disiplin sekolah, mesikupun selebihnya ada juga sebagian guru yang kurang baik dalam melaksanakan disiplin tersebut dengan tingkat persentasenya 23,53%. Dengan demikian diperoleh hasil persentase keseluruhannya adalah sebagai berikut: A. 52 x 3 = 156 B. 104 x 2 = 208 C. 48 x 1 = 48 Jumlah= 402 Maka sesuai dengan teknik analisa datanya yang memakai rumus persentase, diperoleh hasil keseluruhannya adalah P= f/N x 100% P = 402/( 204 x 3) x 100% P = 40200/ 612 = 65,69% P = 65,69 % Dengan demikian Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan disiplin guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu di kategorikan cukup dengan perolehan persentasenya 65,69% . Kesimpulan analisa penelitian ini adalah para guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu telah cukup baik melaksanakan disiplin yang telah menjadi peraturan sekolah.
  • 56. 56 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kedisiplinan Guru Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan didapatkan factor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu adalah: a. Faktor Tempat tinggal dimana sebagian guru bertempat tinggal jauh dari lokasi sekolah. b. Faktor penghasilan yakni tidak semua guru yang berstatus pegawai negeri sehingga untuk menambah pengahasilan, sebahagian guru ada yang bekerja sambilan di pagi hari yakni menyadap getah kemudian baru pergi ke sekolah. c. Faktor pendidikan maksudnya adalah tidak semua guru tamatan perguruan tinggi sehingga beberapa orang guru belum mampu mengembangkan kurikulum ataupun cara membuat RPP. d. Faktor kurangnya pengawasan sehingga guru-guru sehingga guru merasa nyaman untuk melakukan tindakan indisipliner.
  • 57. 57 BAB V PENUTUP D. Kesimpulan 1. Berdasarkan rekapitulasi observasi keseluruhan pada tabel 4.16 di atas dapat di jelaskan bahwasanya kedisiplinan guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu secara keseluruhan dari 17 responden memberikan pernyataan bahwasanya sebesar 25,49 % guru melaksanakan disiplin sekolah dengan baik sedangkan sebesar 50,98% guru lainnya cukup baik menjalankan dan mematuhi disiplin sekolah, mesikupun selebihnya ada juga sebagian guru yang kurang baik dalam melaksanakan disiplin tersebut dengan tingkat persentasenya 23,53%. Secara keseluruhan dari persentase tersebut di peroleh hasil penelitian tentang pelaksanaan disiplin guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu di kategorikan cukup dengan perolehan persentasenya 65,69%. Kesimpulan analisa penelitian ini adalah para guru SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu telah cukup baik melaksanakan disiplin yang telah menjadi peraturan sekolah. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan guru di SD Negeri 009 Bangun Purba Desa Bangun Purba Timur Kec. Bangun Purba Kab. Rokan Hulu adalah faktor tempat tinggal guru yang jauh, faktor rendahnya
  • 58. 58 penghasilan guru, faktor pendidikan dan faktor kurangnya pengawasan dari kepala sekolah. E. Saran 1. Kedisiplinan akan tercipta apabila guru menanamkan motivasi yang tinggi untuk melaksanakan segala peraturan kependidikan dan peraturan- peraturan yang telah di sepakati disekolah. Oleh karena itu diharapkan supaya guru lebih meningkatkan kedisiplinannya dalam rangka memajukan kepentingan pendidikan bangsa. 2. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kedisiplian guru tersebut di harapkan dapat di atasi dengan cara adanya kerjasama antara kepala sekolah dan guru dalam bersama-sama melaksanakan kedisiplinan tersebut. 3. Untuk pihak pemerintah dan sekolah ataupun yayasan supaya lebih dapat memperhatikan tingkat kesejahteraan guru dengan cara meningkatkan penghasilan para guru.