Semakin banyak Anda mengetahui tentang audiens, materi yang disampaikan akan menjadi lebih menarik dan relevan. Sebab, ketidaktahuan terhadap audiens berarti sama saja Anda melakukan percobaan bunuh diri!
2. Banyak sekali karakter orang
yang akan Anda jumpai sebagai
audiens. Apapun latar belakang
mereka, Anda harus dapat bera-
daptasi. Kegiatan public speaking
Anda akan lebih mudah bila berha-
dapan dengan audiens yang antu-
sias dan menanggapi keberdaaan
Anda dengan positif. Namun tern-
yata, tidak selamanya seperti itu.
Beberapa audiens kadang dapat
membuat berkeringat dingin bah-
kan sampai Anda mati rasa (gak
kan tampil didepan lagi maksudnya
hehe..). Nah, supaya emosi kemara-
han Anda tidak terpancing karena
ulah audiens, mari kita bahas lebih
lanjut mengenai tipe audiens dan
cara menghadapinya. Untuk memu-
lai penjelasan mengenai tipe audi-
ens, saya akan mengajak Anda un-
tuk menyimak cerita berikut ini.
1
3. BUTUH ORANG YANG MEN-
GERTI
Seorang atlit juara renang di berba-
gai cabang olahraga renang untuk
para penyandang cacat (Paralym-
pic) mengadakan konferensi pers.
Hal itu dilakukan karena selama ke-
juaraan dunia tersebut, si atlit luar
biasa ini berkali-kali memecahkan
rekor dunia. Para wartawan pun
mengerubunginya dan berbagai
pertanyaan diajukan kepadanya.
Pada waktu interview tersebut, ada
sebuah kisah yang luar biasa diceri-
takan olehnya.
Sejak kecil rupanya si atlit ini dibe-
sarkan di rumah yatim piatu. Seba-
gai anak yang cacat, setiap hari ia
hanya berdia agar ada orang tua
yang bersedia mengangkatnya
menjadi anak.
Setiap minggu malam, semua
anak-anak yatim piatu ini akan ber-
dandan rapi karena aka nada ban-
yak pasangan suami istri yang da-
tang untuk melihat-melihat anak-
anak seperti melihat barang dagan-
gan. Kalau merasa cocok, maka
anak itupun akan mereka adopsi
menjadi anak. Sementara anak
yang tidak dipilih, hanya menunduk
dan mencoba menghibur diri
mereka sendiri berharap di
minggu berikutnya merekalah yang
akan diadopsi. “Begitulah kisah
yang saya alami setiap hari selama
belasan tahun di panti asuhan”,
kata si atlit tersebut. “Namun
waktu terus berlalu. Sementara
satu demi satu teman-teman main-
nya diadopsi oleh orang tua angkat
mereka, tidak ada satupun yang
mau mengadopsi saya lantaran
kaki saya yang lumpuh dan cacat”.
“Sampai-sampai, aku merasa su-
dah sangat putus asa hingga suatu
hari suatu kejadian luar biasa men-
gubah hidupku”, kata si atlit itu den-
gan mata yang berkaca-kaca.
“Saya tidak pernah lupa hari itu.
Minggu malam yang cerah, namun
tidak secerah hatiku karena sudah
kubekukan agar tidak merasakan
apapun, termasuk perasaan sedih,
2
4. jika aku tidak diadopsi oleh pasan-
gan yang datang”.
“Hari itu, ada sepasang suami istri.
Mereka melihat ke arahku dan
mengajakku berbicara. Aku menyu-
kai mereka dan ngobrol dengan
mereka. Tetapi, sedikitpun tidak
punya harapan karena aku tahu
mereka seringkali mengamati
diam-diam, kakiku yang cacat ini.
Obrolanku dengan pasangan itu-
pun selesai dan ke-
mudian aku lihat
mereka masuk ke
ruang pimpinan
panti. Aku tidak
tahu apa yang
mereka bicarakan,
tapi inilah yang kemudian diceri-
takan kepadaku…”
Rupanya, diluar perkiraan si anak
tersebut, sepasang suami istri ter-
sebut bicara dengan pimpinan
panti asuhan bahwa mereka ter-
tarik untuk mengadopsi anak cacat
tersebut. Si pimpinan panti asuhan
dengan mata terkejut berkata, “Ibu
dan Bapak, mohon maaf. Saya
harap Anda ngerti siapa yang ka-
lian pilih. Yang kalian akan adopsi
adalah anak yang jelas-jelas cacat
dan akan butuh bantuan Anda seu-
mur hidup. Anak seperti ini, jelas ti-
dak seperti anak-anak normal lain-
nya. Merek abutuh perawatan ek-
stra. Kalian paham?”Itulah yang diu-
capkan pimpinan panti karena su-
dah tak terhitung lagi pasangan
yang mencoba mengadopsi anak
yang cacat, tapi belakangan dikem-
balikan karena ternyata mereka
tak sanggup merawatnya.
“Saya mengerti Pak! Justru anak
ini membutuhkan orang yang me-
mahaminya, yakni orang
yang seperti saya”. Dan
tanpa ragu-ragu, si laki-
laki dari pasangan
suami istri itu kemudian
mengangkat celana pan-
jang yang menutup kaki-
nya sejak tadi dan tampaklah se-
buah kaki palsu!
Sekali lagi, dengan mantap si laki-
laki itu berkata, “Anak ini justru
membutuhkan orang seperti saya
yang mengerti betul keadannya”
Dan, sejak itulah si anak cacat ini
pun diadopsi, dibesarkan dan dila-
tih oleh keluarga ini. Bahkan, diluar
dugaan dengan segala kasih say-
ang serta keyakinan yang diberikan
kepada anak ini, akhirnya anak ini
bisa berlatih dalam cabang olah-
3
5. raga yang bisa mengharumkan
bangsanya yakni melalui renang.
“Dan hari ini” kata si atlit cacat ter-
sebut, “adalah setahun ayah saya
dipanggil oleh Tuhan”. “Hari ini se-
mua medali saya persembahkan
untuknya. Untuk seorang yang te-
lah mengubah hidupku, dari sam-
pah menjadi berkah!”
Semua wartawan, semua mata
yang hadir di situ ikut berkaca-kaca
mendengar kisahnya yang luar bi-
asa ini.
INSPIRATION FROM THE STORY
Kalimat kunci yang ingin saya uta-
rakan disini adalah “Anak ini, justru
membutuhkan orang seperti saya
yang mengerti betul kedaannya”.
Tentunya kalimat ini akan menjadi
sangat dahsyat jika kita masukkan
ke dalam konteks public speaking.
Hal yang luar biasa adalah tatkala
seorang pembicara bisa mengerti
karakter audiens yang hadir.
Banyak para pembicara yang tidak
melakukan analisa siapa saja audi-
ens yang hadir. Kalau pun ada pal-
ing hanya menanyakan berapa jum-
lah audiens yang hadir kepada pani-
tia. Tidak sampai mengetahui
benar-benar apa yang dibutuhkan
oleh audiens. Memang ada panitia
atau penanggung jawab acara
yang memberikan profil audiens
tanpa kita minta. Tapi percayalah
bahwa itu jarang! Dari sinilah awal
mula hal yang mengerikan terjadi
bagi pembicara, yaitu pembicara
sulit mengajak audiens nya untuk
memperhatikan dirinya. Sedangkan
waktu yang diberikan panitia san-
gat terbatas. Bisa-bisa Anda sibuk
menjalin kedekatan dengan audi-
ens pada saat itu agar mereka
mau untuk mendengarkan anda.
Pembicara harus mengerti kebutu-
han audiens nya agar bisa sukses
dalam menyampaikan isi materi-
nya. Seperti yang dilakukan sepas-
ang suami istri yang datang ke
panti asuhan dan akhirnya menga-
dopsi anak cacat karena mereka
mengerti keadaanya.
Fondasi utama yang akan
menjadi penentu dari kesuksesan
Anda adalah memahami audiens.
Urutan ke dua dari kumpulan inti-
sari strategi Sun tzu mengatakan
“kenalilah musuhmu, kenalilah
4
6. dirimu sendiri. Maka kau bisa ber-
juang dalam 100 pertempuran
tanpa resiko kalah”. Sebagai se-
orang pembicara, musuh disini dii-
baratkan adalah audiens. Maka
para pembicara harus memahami
betul siapa saja yang akan menjadi
audiens saat akan menyampaikan
materi.
PEMAHAMAN AUDIENS
Berkaitan dengan audiens, Suzy
Siddons pernah menyampaikan
pernyataan menarik. Ia berkata,
“Semakin banyak Anda mengetahui
tentang audiens, materi yang
disampaikan menjadi lebih menarik
dan relevan. Sebab, ketidaktahuan
terhadap audiens berarti sama
saja Anda melakukan percobaan
bunuh diri!
Saya sepakat dengan pendapat ter-
sebut. Sebab, tidak mungkin Anda
dapat menyampaikan materi se-
cara tepat jika tidak mengenal audi-
ens dengan baik. Mengenal audi-
ens akan membantu Anda
menyiapkan materi yang efektif se-
suai kebutuhan mereka. Selain itu,
Anda juga dapat menentukan me-
dia dan pendekatan yang paling se-
suai dengan karakteristik audiens.
Hal-hal yang harus dianalisa dari
Audiens adalah..
Aspek Demografis
Tujuan dari analisa aspek demo-
grafis adalah untuk mengetahui
siapa yang Anda ajak bicara.
Berikut adalah beberapa hal yang
perlu Anda analisa dari aspek de-
mografis.
Contohnya:
Apa latar belakang pekerjaan
mereka?
Apa latar belakang pendidikan
mereka?
Apa posisi mereka dalam organ-
isasi?
Apa latar belakang agama, ras,
suku dan budaya mereka?
Aspek Psikologis
Tujuan dari analisa aspek psikolo-
gis adalah untuk mengetahui apa
5
7. yang dipahami dan yakini oleh audi-
ens sebelum mendengarkan Anda.
Berikut adalah beberapa hal yang
perlu Anda analisa dari aspek psik-
ologis.
Contohnya :
Apa masalah mereka?
Apa yang ingin mereka dengar?
Sejauh mana tingkat pengetahuan
mereka terhadap topik yang akan
disampaikan?
Mengapa mereka perlu menden-
garkan topik yang akan disampai-
kan?
Aspek Kontekstual
Tujuan dari analisis kontekstual
adalah untuk mengetahui bagai-
mana situasi yang Anda hadapi.
Berikut adalah beberapa hal yang
perlu Anda analisa dari aspek kon-
tekstual.
Contohnya :
Apakah mereka hadir sukarela
atau karena kewajiban ?
Dimana kegiatan dilakukan?
Bagaimana kondisi ruangan dan
peralatan yang akan digunakan?
Berapa lama waktu yang diberi-
kan?
Itulah tiga aspek penting yang ha-
rus Anda ketahui dari audiens. Den-
gan demikian Anda akan tahu ba-
gaimana menentukan pendekatan
yang paling sesuai dengan karak-
teristik dan kebutuhan audiens.
Cara Melakukan Analisis
Sekarang Anda sudah tahu aspek-
aspek penting yang harus Anda
analisa. Selanjutnya Anda bisa me-
mulai menganalisa. Namun ini bu-
tuh proses dan butuh strategi yang
tepat supaya semua berjalan se-
suai dengan harapan.
Terkait dengan analisa ini, ada em-
pat strategi yang bisa Anda kem-
bangkan.
Pertama, melakukan analisis
pribadi
Langkah ini adalah titik awal untuk
analisis audiens Anda. Anda harus
dapat memperkirakan sendiri ten-
tang audiens Anda. Di sini Anda
dapat memulainya dengan ber-
tanya mengapa Anda diminta un-
6
8. tuk membawakan topik tersebut.
Karena biasanya orang-orang yang
hadir adalah orang-orang yang ada
keterkaitan dengan kegiatan terse-
but. Jika dalam analisa ini muncul
kesenjangan, artinya ada beberapa
hal yang belum Anda ketahui. Ini da-
pat menjadi target sisa kegiatan
analisa audiens Anda. Jadi kegi-
atan analisa Anda akan jauh lebih
efektif dan efisien.
Kedua, wawancara dengan pani-
tia penyelenggara
Wawancara dengan panitia penye-
lenggara dapat Anda lakukan apa-
bila Anda menjadi pembicara yang
diundang untuk berbicara dalam
sebuah kegiatan. Misalnya kegi-
atan seminar, pelatihan, kuliah
umum atau yang lain. Untuk melak-
sanakan wawancara Anda bisa
membuat janji untuk bertemu den-
gan panitia, jika mungkin. Atau bisa
juga menghubungi mereka melalui
telepon atau melalui chat di sosial
media.
Ketiga, wawancara dengan audi-
ens
Jika Anda memiliki akses untuk ber-
komunikasi dengan beberapa audi-
ens, Anda dapat memanfaatkan ini
untuk menggali informasi tentang
diri mereka . Tidak harus semua
audiens, cukup 2 atau tiga orang
dari audiens Anda. Meskipun ini ti-
dak dapat memberikan keterangan
tentang semua audiens yang akan
hadir. Namun ini tetap akan ber-
guna untuk mempersiapkan diri
Anda saat menjadi pembicara.
Jika wawancara ini tidak mungkin
untuk Anda lakukan jauh hari sebe-
lum waktu diminta untuk berbicara
di depan umum , Anda bisa me-
manfaatkan waktu menjelang atau
ketika kegiatan penyampaian ma-
teri dari Anda akan dilakukan. Da-
lam hal ini Anda memang tidak da-
pat membuat perubahan besar un-
tuk konten Anda. tetapi Anda dapat
menggunakan beberapa kata kunci
atau frase untuk beradaptasi den-
gan audiens Anda.
Supaya dapat memanfaatkan den-
gan baik, sebaiknya Anda datang
lebih awal, sehingga Anda punya
waktu untuk menyapa audiens
serta berinteraksi dengan
mereka. Berbincang-bincang den-
gan sebagian dari mereka meru-
pakan awal yang baik saat anda
akan menjadi seorang pembicara.
7
9. Keempat, lakukan pengamatan
selama Anda Tampil
Strategi ini dapat Anda lakukan se-
lama proses Anda menyampaikan
materi. Ini memang tidak akan
merubah apapun dari penampilan
Anda, namun ini akan membantu
Anda untuk menjadi pembicara
pada sesi berikutnya.
Sebagai contoh, dalam setiap kelas
training yang saya bawakan, saya
selalu mencatat pertanyaan-
pertanyaan spesifik dari audiens.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut
membantu saya mengetahui
bagian mana dari materi yang
perlu saya tambah, saya kurangi
dan saya tekankan. Kemudian dari
pengetahuan ini saya dapat men-
ingkatkan kualitas saya untuk train-
ing selanjutnya. Anda pun bisa me-
lakukan saat menjadi pembicara,
meskipun audiens Anda akan ber-
beda, namun jika topik yang Anda
sampaikan masih sama cara ini
akan memberikan sesuatu yang
berharga untuk kualitas penampi-
lan Anda selanjutnya.
Demikianlah empat strategi yang
dapat Anda lakukan untuk menga-
nalisa audiens. Namun, saya ingin
mengingatkan bahwa setiap situasi
pada saat Anda menyampaikan pe-
san melalui pidato, atau memberi-
kan pelatihan memiliki kebutuhan
yang berbeda.
Jika Anda diminta untuk berbicara
di depan umum secara dadakan
baik pidato atau presentasi (dada-
kan adalah kegalauan yang paling
sering saya dengar di kelas train-
ing) misalnya, analisa audiens
hanya bisa Anda lakukan dengan
mengamati sesaat sebelum anda
menyampaikan materi . Jadi Anda
tidak perlu terlalu sibuk melakukan
analisa audiens secara mendalam.
Anda hanya perlu tahu kecenderun-
gan umum dari audiens sehingga
dengan cepat Anda mengetahui
apa yang ingin mereka dengarkan.
Untuk kondisi di ke-
las saat mengajar
seperti pelatihan in-
ternal misalnya atau
presentasi rutin da-
lam departemen
Anda, analisa audi-
ens dapat Anda laku-
kan 15-30 menit di
awal persiapan.
Jadi Anda hanya perlu menganal-
isa apa yang ingin mereka dengar
saat itu terkait dengan topik yang
8
10. Anda sampaikan. Untuk sebuah
acara penting, di mana Anda bertu-
gas sebagai pembicara yang diun-
dang, analisa audiens dapat me-
makan waktu beberapa hari dan
memerlukan bantuan dari orang
lain. Sehingga kebutuhan dan hara-
pan dari audiens bisa dipenuhi dan
percayalah Anda akan mendapat-
kan tanggapan yang luar biasa dari
audiens dan pihak yang mengun-
dang anda. Dan sudah dipastikan,
anda akan di undang kembali seba-
gai pembicara.
Menganalisa audiens merupakan
hal yang sangat penting yang ha-
rus Anda lakukan sebagai standar
persiapan anda sebelum berbicara
di depan umum.
Saya punya cer-
ita dari salah
satu peserta
training, sebut
saja namanya
Mawar (Bukan
nama dari setiap
kasus korban ke-
j a h a t a n
ya..hehehe). Ma-
war adalah seorang mahasiswi
yang sering melakukan sosialisasi
akan pentingnya penerapan ke-
luarga berencana di jaman
sekarang. Panas, hujan bukan men-
jadi penghalang Mawar untuk men-
datangi tiap-tiap SMA dan kampus
(diiringi lagu sedih amat kayanya…
hehe). Dia pun sudah melakukan
analisa audiens agar materi yang
dia sampaikan benar-benar sesuai
dengan kebutuhan audiens dengan
melakukan wawancara kepada
guru disana.
Mawar pun yakin bahwa penampi-
lan dia dimanapun pasti sukses
karena sudah tahu kebutuhan audi-
ens. Dan ternyata.. eng ing eng..
Pada saat mawar menyampaikan
materi tiba-tiba mawar melihat
audiens nya ada yang terus
menerus berceloteh, ada juga yang
menatap tajam, ada juga yang
tanpa ekspresi, ada yang tidur se-
lama mendengarkan materi dan
terakhir ada yang selalu menyang-
kal setiap mawar menyampaikan
materi.
Dari kejadian yang mengerikan
tadi, akhirnya mawar mendapat-
kan pengalaman yang luar biasa,
bahwa ternyata menganalisa audi-
ens sebelum tampil saja tidak cu-
kup untuk memberikan dampak
luar biasa bagi kesuksesannya. Dia
butuh mengenali dan memahami
juga audiens yang berada di dalam
9
11. ruangan tersebut dan bagaimana
cara menghadapinya.
Nah dari cerita mawar yang bera-
khir dengan kegelisahan, mari kita
bahas tipe-tipe audiens yang mung-
kin Anda temui selama Anda men-
yampaikan materi.
Tipe-Tipe Audiens bagi Pem-
bicara
Pembelajar
Tipe ini adalah sosok audiens yang
diharapkan oleh pembicara selu-
ruh dunia. Karena tipe ini sangat
memperhatikan topik materi Anda.
Mereka sangat antusias dengan
materi yang Anda sampaikan. Dan
mereka akan membantu Anda jika
ada audiens lain yang mulai
menyudutkan Anda sebagai pembi-
cara.
Jika ruangan Anda di penuhi den-
gan si pembelajar, Anda akan
merasa menjadi orang penting.
Mereka selalu menantikan perka-
taan yang akan keluar dari mulut
Anda. Jangan khawatir dengan kon-
tak mata, jika kontak mata Anda
terbatas, ini di karenakan keban-
yakan dari tipe pembelajar sedang
sibuk mencatat apa yang Anda
sampaikan.
Bagaimana menangani tipe pembe-
lajar? Bawalah para tipe yang lain
menjadi si pembelajar dengan
memberikan gambaran mengenai
siapa Anda dan apa yang akan
mereka peroleh dari Anda. Pasti-
kan mereka tetap mempercayai
Anda dengan terus menunjukan pe-
mahaman Anda terhadap topik
yang di bahas. Si pembelajar akan
menjauhi Anda saat mereka
merasa Anda tidak kompoten den-
gan topik tersebut.
Pelancong
Pelancong menyukai berinteraksi
secara sosial. Mereka cerewet dan
10
12. seringkali mananyakan pertanyaan
atau memberikan komentar hanya
untuk menghibur audiens dari
pada mendukung si pembicara. Pe-
lancong menyukai diskusi dan
tugas-tugas yang butuh interaksi
dan sering menjadi pemimpin dida-
lam kelompok. Jika ditangani den-
gan baik, pelancong akan menjadi
fokus apalagi jika mereka melihat
para peserta yang lain juga serius.
Pelancong mudah dimotivasi hanya
dengan memberikan mereka se-
dikit perhatian. Jika ruangan Anda
di penuhi dengan si pelancong, ru-
angan Anda akan ”hidup” , disini
Anda akan temui banyak humor,
dan bahasan yang keluar dari
topik. Ini bisa menjadi situasi yang
akan membuat para peserta fun
atau terganggu, tergantung bagai-
mana Anda menangani si pelan-
cong.
Bagaimana menangani tipe pelan-
cong? Pertama, gunakan kemam-
puan bersosialisasi mereka untuk
latihan yang butuh diskusi dan in-
teraksi dalam grup, akan tetapi
pastikan bahwa pelancong tetap
berada pada jalur Anda dengan
menanyakan pertanyaan yang jelas
serta tidak menanggapi pern-
yataan yang tidak ada hubungan-
nya dengan topik Anda. Kedua, hin-
dari untuk terlalu serius dengan
mereka atau menjadi arogan. Ter-
tawalah jika mereka mengutarakan
sebuah guyonan, bawa para pe-
serta lain untuk menikmati hal itu
dan segera bawa fokus mereka
kembali kepada topik Anda.
Teroris
Teroris biasanya memulai dengan
sebuah sikap permusuhan dan
sinis terhadap Anda atau topik
Anda. Mereka akan selalu mena-
ruh perhatian dan mendengarkan
apa yang Anda sampaikan, kemu-
dian mencari kesempatan yang te-
pat untuk memberikan kritik /seke-
dar menunjukan keahlian mereka
di ruangan itu. Si teroris mendapat-
kan perhatian yang lebih dari para
audiens yang lain dan dapat meng-
gunakannya dengan baik untuk
diskusi dimana analisa yang kritis
menjadi hal yang penting. Audiens
11
13. tipe ini wajib Anda waspadai dalam
sesi tanya jawab.
Apabila ruangan Anda di penuhi
dengan teroris, Anda akan
merasakan sebuah suasana yang
penuh persaingan dan agresif.
Setiap pribadi ingin menjadi peme-
nang dan mau menunjukan bahwa
mereka lebih pintar di bandingkan
dengan orang lain. Persiapan yang
mantap dan rasa percaya diri san-
gat penting dalam menghadapi
orang-orang tipe ini. Karena jika ti-
dak, peluru si teroris bisa mem-
berikan tembakan kepada Anda un-
tuk memicu emosi kemarahan
Anda datang saat anda menyam-
paikan materi. Dan jika itu terjadi,
sudah dipastikan anda akan
seperti kurcaci di depan audiens.
Bagaimana menangani tipe ter-
oris? Pertama, tunjukan keahlian
Anda, karena Anda berdiri sebagai
pembicara diruangan tersebut, ten-
tunya dengan suatu alasan ter-
tentu. Kedua, Harus percaya diri,
teroris hanya menjadi masalah
bagi Anda jika Anda tidak percaya
diri. Ingatlah, mereka sebetulnya
hanya menginginkan jawaban dari
pertanyaan yang mereka tanyakan
dan pengakuan terhadap dirinya.
Ketiga, salah satu cara terbaik un-
tuk menghindari tembakan si ter-
oris yang mengarah kepada Anda
adalah melalui diskusi, sehingga
jawaban yang ada bukan hanya
dari sudut pandang Anda saja
tetapi Audiens juga.
Si Mantan
Audiens seperti ini biasanya cuek
bebek dan tidak peduli, bahkan ka-
dang menunjukkan sikap bermusu-
han. Baginya seakan-akan Anda ti-
dak ada dan materi Anda hanya
menyusahkan saja. Mungkin dia
hadir dalam kegiatan Anda karena
terpaksa, misalnya karena diperin-
tahkan atasan. Tidak peduli berapa
sering Anda berbicara kepada tipe
si mantan, mereka tidak memberi-
kan respon.
Mereka secara pribadi sebetulnya
ingin berhubungan dekat dengan
Anda, tetapi dalam pikiran mereka
12
14. pembicara terlihat sebagai sosok
yang lebih penting dibandingkan
dengan mereka. Sehingga muncul
perasaan takut.
Para tipe audiens mantan biasanya
ditemukan pada pekerjaan-
pekerjaan yang membutuhkan ke-
mampuan teknik yang spesifik di-
mana kontak dengan orang lain ti-
dak sering dilakukan.
Jika ruangan Anda di penuhi den-
gan tipe mantan, Anda akan mem-
peroleh kesulitan untuk mempero-
leh respon dari mereka dan teknik
fasilitasi dan diskusi sangat sulit di-
lakukan.
Bagaimana menangani tipe man-
tan? Pertama, jangan mengabai-
kan tipe si mantan. Seperti yang se-
lalu di sampaikan oleh para pembi-
cara handal, bahwa penting untuk
memastikan bahwa semua audi-
ens memperoleh perhatian dari
Anda. Lakukan ini dengan cara
tersenyum pada mereka, hampiri
mereka, buatlah kontak mata. Cip-
takan suasana yang hangat dan ak-
rab. Kedua, berikan sentuhan moti-
vasi kepadanya sambil menatap
mata mereka. Ini merupakan se-
buah kode agar mereka mau ber-
partisipasi dalam kegiatan anda.
Ketiga, lakukan kegiatan diskusi
kelompok sehingga tipe ini mau ber-
sosialisasi dan berdamai dengan
Anda sebagai pembicara.
Si pikiran negatif
Mereka memiliki karakteristik den-
gan bahasa tubuh yang negatif,
misalkan saja mengkerutkan ken-
ing, tatapan mata yang tidak fokus
atau melipat tangan. Hati-hati da-
lam menilai bahasa tubuh sese-
orang, karena mengkerutkan ken-
ing bagi sebagian orang bisa ber-
arti ia sementara sedang berpikir
keras. Mereka memberikan tanda
bahwa hal yang Anda bahas tidak
mungkin untuk dilakukan, mereka
menyimpulkan bahwa terlalu rumit,
membosankan, tidak realistis atau
tidak relevan. Mungkin saja sudah
pernah mendengarkan hal yang
Anda bahas walaupun hanya se-
dikit akan tetapi meraka menyim-
pulkan bahwa tidak menyukai pem-
bahasan Anda.
13
15. Bahayanya tipe audiens yang lain
bisa saja berubah menjadi tipe piki-
ran negatif, jika mereka menden-
garkan seorang pembicara yang
tidak menarik, mereka juga akan
mudah merasa bosan dan lelah.
Dan menganggap ini hanya buang-
buang waktu saja. Apabila ruangan
Anda di penuhi dengan si pikiran
negatif, Anda akan merasakan en-
ergi negatif, bahasa tubuh yang
loyo dan tidak ada respon dari apa
yang Anda katakan. Mata mereka
terlihat sayu dan cenderung pesi-
mis, hm…lama-lama berubah jadi
zombie kali ya.
Cara menangani Si pikiran negatif,
Mulailah dengan menjelaskan
bahwa metode yang Anda gunakan
berbeda, jika ruangan Anda dipe-
nuhi oleh si pikiran negatif peroleh-
lah energi positif dengan membuat
mereka bergerak atau berdiskusi
asalkan Anda harus menjelaskan
mengapa penting bagi mereka un-
tuk melakukannya. Misalkan, kita
akan membahas sebuah topik yang
menarik hari ini, namun pertama-
tama alangkah baiknya kita saling
mengenal. Dan ini akan dilakukan
dengan sebuah permainan.
Dengan Anda menunjukan extra an-
tusias terhadap topik yang Anda
bawakan, itu merupakan cahaya
terang untuk meminimalkan si
pemikir negatif berada dalam ruan-
gan Anda. Jika energi positif Anda
turun, maka para audiens akan mu-
lai merasa jenuh, pesimis
menghampiri kembali dan saat
meninggalkan ruangan wajah
mereka kembali dengan wajah
yang frustrasi, karena berangga-
pan bahwa kegiatan ini tidak akan
membuat perubahan.
Si Master
Mereka adalah orang dengan ke-
percayaan diri yang tinggi tetapi
mereka kurang memperoleh perha-
tian dari lingkungannya. Mereka
seringkali mencoba untuk menam-
bahkan pengetahuan atau pemba-
hasan dengan mengajarkan ke-
pada audiens lain mengenai penga-
laman dia. Dan ini terkadang disen-
gaja untuk memperoleh perhatian
lebih dari para audiens yang lain.
Mereka seringkali menjadi yang
14
16. pertama menjawab pertanyaan
dari pembicara dengan penjelasan
yang sangat panjang melebihi yang
semestinya.
Dimata para audiens lain, ada yang
merasa sikapnya menjengkelkan,
ambisius dan mengganggu. Ingin
jadi pusat perhatian lah atau ingin
menjadi yang paling aktif. Namun
tak jarang ada juga audiens lainnya
yang berterima kasih atas kehadi-
ran “Si master ” itu. Menurutnya,
mereka tidak harus aktif menjawab
pertanyaan dari pembicara. Con-
toh waktu kuliah deh… beberapa
ada yang senang jika ada orang
yang bisa jadi penyelamat saat kita
tidak bisa jawab pertanyaan dari
dosen.
Apabila ruangan Anda di penuhi
dengan si master, biasanya hanya
akan ada sepasang “master” dida-
lam ruangan Anda, sebab jika ter-
dapat lebih maka materi Anda pun
akan di luar kontrol, dimana orang-
orang akan berlomba-lomba untuk
menceritakan kisah dan pengala-
man mereka dengan tujuan untuk
menarik perhatian.
Mereka akan menimbulkan ge-
sekan dengan audiens yang lain
yang datang untuk mendengarkan
Anda menyampaikan materi.
Hm..tentunya semua terletak di
pundak Anda untuk mengurangi
gangguan yang terjadi.
Cara menangani tipe master ada-
lah dengan membangun kesepaka-
tan diawal dengan menggunakan
teknik “Frame”. Pembingkaian dila-
kukan agar Anda bisa menjalin
komitmen dengan para audiens.
Seperti aturan selama Anda
tampil, silahkan Anda sampaikan di
awal agar audiens memahami ja-
lan “permainan” yang Anda tawar-
kan.
Anda bisa mengkondisikan para
audiens dengan mengatakan “mari
kita mulai kegiatan ini dengan ber-
pikir terbuka, dimana kita akan
bersama-sama berbagi informasi
mengenai topik yang saya akan
sampaikan. Bagi yang sudah tahu
dan pernah belajar, ijinkan kegiatan
ini sebagai ajang untuk mengingat
kembali atas pengetahuan yang su-
dah di dapat. Bagi yang belum,
mari bersama-sama kita belajar
melalui diskusi dan bertukar penga-
15
17. laman. Sehingga setelah kegiatan
ini selesai, kita semua mendapat-
kan manfaat”.
Sahabat, inti dari pembahasan ini
adalah, sebagai pembicara harus
lebih peka terhadap kondisi audi-
ens nya. Dengan menganalisa audi-
ens sebelum Anda tampil menyam-
paikan materi dan memahami tipe-
tipe audiens selama Anda menyam-
paikan materi, akan mempermu-
dah Anda terhubung dengan
mereka. Bagi saya, fondasi utama
jika Anda ingin menjadi pembicara
handal, Anda harus bisa masuk ke-
dunia audiens dan mengajak audi-
ens untuk masuk kedunia Anda.
Anda harus bisa berbaur dengan
audiens tetapi jangan sampai ter-
bawa arus karena Anda harus
mempunyai ketegasan untuk men-
gajak audiens fokus kembali ke-
pada topik yang Anda sampaikan.
Seperti kata-kata “Kembali ke
Lap..Top!” milik Tukul Arwana.
Empat jurus Melibatkan Audiens
Harus diakui bahwa audiens ada-
lah partner selama Anda berbicara
di depan umum. Namun, melibat-
kan audiens bukanlah perkara mu-
dah. Terlebih, jika materi Anda
memiliki durasi cukup lama dan
membosankan. Untuk mengatasi
kegaluan hal itu, Anda harus benar-
benar melibatkan audiens secara
aktif dalam kegiatan Anda.
Berikut ini beberapa jurus jitu yang
dapat menjadi rekomendasi bagi
Anda yang sampai saat ini sulit
mengajak audiens untuk terlibat.
Pertama, Energizer
Suasana dalam kegiatan public
speaking tidak selalu penuh den-
gan semangat. Terkadang
suasana menjadi dingin mencekam
karena tidak ada respon dari audi-
ens. So, mari pecahkah kebekuan
dengan jurus energizer. Teknik ini
sebernarnya bisa di lakukan tidak
hanya di awal saja. Jika di pertenga-
han Anda melihat wajah audiens
berubah seperti zombie, segeralah
gunakan jurus ini. Contoh, Anda
meminta kepada audiens untuk
“memukul meja pelan-pelan kemu-
dian mulai keras, sambil berkata
“ A y o s e m a n g a t … j a n g a n
ngantuk..jangan ngantuk!” kemu-
16
18. dian Anda mengajak audiens untuk
memperhatikan Anda kembali.
Kedua, Ajak Audiens Dalam Se-
buah Diskusi
Dengan mengadakan diskusi, ber-
arti Anda memberikan kesem-
patan kepada audiens untuk ber-
pikir kristis dan semakin aktif. Den-
gan diskusi juga, masing-masing
audiens memiliki kesempatan yang
sama untuk mengutarakan penda-
patnya. Hal ini jelas menjadikan
suasa public speaking Anda lebih
menyenangkan.
Untuk memulai diskusi sangatlah
mudah. Anda dapat membagi audi-
ens menjadi beberapa kelompok
dan memberikan topik masalah un-
tuk di pecahkan bersama. Anda se-
bagai pembicara wajib mengham-
piri semua kelompok agar tidak
adanya debat kusir yang akhirnya
dapat membuat suasana menjadi
mengerikan kembali.
Ketiga, Humor
Dalam setiap kegiatan public speak-
ing, humor selalu memberikan
suasana hangat tersendiri bagi
audiens. Dan menurut survey, ban-
yak audiens dalam kegiatan public
speaking yang mengharapkan pem-
bicaranya bisa mengeluarkan hu-
mor yang segar. Ya, sebenarnya
humor yang tepat, bisa saja mem-
berikan efek “wow” pada audiens.
Namun perlu hati-hati untuk “porsi”
humornya. Jangan sampai Anda
terjebak dalam humor yang justru
menjadi boomerang.
Nah.. jika Anda ingin menyisipkan
humor untuk mengajak audiens
tetap connect kepada Anda, be-
berapa petunjuk berikut ini harus
Anda perhatikan. Pertama, jangan
pernah menggunakan humor yang
menyinggung SARA. Kedua, Jan-
gan berlebihan. Tujuan Anda ada-
lah untuk memecahkan kebuntuan
hubungan dengan audiens bukan
untuk jadi pelawak. Ketiga, Anda ha-
rus sadar akan keterbatasan yang
Anda miliki. Jika secara alami tidak
lucu, Anda tidak perlu mencoba me-
maksakan diri untuk melucu. Aki-
batnya bisa jadi Anda terlihat aneh
di mata audiens. Keempat, Anda
harus memilih humor yang sesuai
dengan topik yang sedang Anda
17
19. sampaikan. Jika tidak bisa, sebai-
knya Anda mampu mengemas hu-
mor diluar topik materi sebagai pe-
narik perhatian untuk mencairkan
ketegangan.
Keempat, Metode Gamifikasi
Gamifikasi adalah penerapan tek-
nik dan strategi dari sebuah per-
mainan ke dalam konteks non per-
mainan untuk menyelesaikan suatu
masalah. Metode ini bekerja den-
gan cara membuat materi menjadi
lebih menarik dengan mendorong
audiens untuk ikut terlibat dalam
kegiatan Anda. Tujuannya yaitu un-
tuk meningkatkan partisipasi, moti-
vasi, dan prestasi audiens.
Meski awalnya banyak digunakan
untuk marketing, gamifikasi kini
banyak diterapkan dalam dunia
pendidikan. Metode pembelajaran
gamifikasi berarti menerapkan prin-
sip kerja sebuah permainan ke da-
lam proses pembelajaran, dengan
tujuan untuk menumbuhkan moti-
vasi belajar dan mengubah perilaku
siswa. Bagi anda seorang pembi-
cara atau guru, teknik ini sangat co-
cok untuk membuat audiens men-
jadi aktif. Bisa juga jika anda seba-
gai leader, teknik ini biasa digu-
nakan untuk mencari solusi terha-
dap suatu masalah atau hanya se-
kedar memberikan ide. Gamifikasi
kental dengan kompetisi. Selalu dis-
ediakan tantangan yang harus dile-
wati oleh para pesertanya. Namun
pada saat sudah dilewati, mereka
layak untuk mendapatkan apresiasi
dari Anda.
Contoh pada saat memberikan pe-
latihan di salah satu perusahaan
otomotif, saya membagikan bin-
tang sebagai poin karena peserta
sudah berani bertanya dan menja-
wab pertanyaan dari saya sebagai
trainer. Di akhir sesi, poin tersebut
di hitung, barang siapa yang paling
banyak akan mendapatkan hadiah,
tentunya yang mendidik ya.
18
1 2
20. Demikian penjelasan mengenai tipe audiens dan cara bagaimana ter-
hubung dengan mereka. Saat Anda melibatkan audiens, sudah dipastikan kegi-
atan public speaking Anda akan menyenangkan, berkesan serta membuat
mereka betah mendengarkan Anda. Teruslah berlatih untuk mengenali pola
dari karakter audiens Anda. Semakin Anda menambah jam terbang, semakin
mudah juga Anda akan terhubung dengan audiens dari spesies apapun.
19
Created by :
Ahmad Madu