1. PENDIDIKAN MORAL
SEBAGAI BINGKAI PEMBENTUK CALON
PENDIDIK BERKARAKTER KUAT DAN CERDAS
Disusun Sebagai Syarat Mengikuti Lomba Stand PIM oleh BEM FKIP UNS
Disusun oleh:
1. Isnaini Rohayati (K2308094)
2. Ika Pratiwi (K2307030)
3. Yuli Ardhika P. (K2308084)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
2. PENDIDIKAN MORAL
SEBAGAI BINGKAI PEMBENTUK CALON
PENDIDIK BERKARAKTER KUAT DAN CERDAS
Disusun Sebagai Syarat Mengikuti Lomba Stand PIM oleh BEM FKIP UNS
Disusun oleh:
4. Isnaini Rohayati (K2308094)
5. Ika Pratiwi (K2307030)
6. Yuli Ardhika P. (K2308084)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
3. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberi rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PENDIDIKAN MORAL
SEBAGAI BINGKAI PEMBENTUK CALON PENDIDIK BERKARAKTER
KUAT DAN CERDAS”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti lomba stand
dalam rangkaian kegiatan PIM yang diadakan BEM FKIP UNS. Selain itu sebagai
lahan untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi mahasiswa dalam
menyusun karya tulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis dengan tangan terbuka menerima
saran dan kritik dari pembaca sekalian demi memperbaiki dalam penulisan lain di
kemudian hari.
Akhirnya semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita
semua.
Sekian dan terimakasih
Surakarta, Maret 2010
Penulis
ii
4. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .............................................................................................. 4
B. . Kerangka Berpikir ......................................................................................... 5
C. Metode Penulisan
1. Sumber Penulisan .................................................................................... 6
2. Tahapan Penulisan .................................................................................. 6
3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 6
4. Analisis Data ........................................................................................... 7
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 8
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 11
B. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12
iii
5. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Oh aku kini rindu
Pada satu nama yang berjasa
Tuhan beri kekuatan
Untuk mendidikku selamanya
Ku pohon restu kasih-Mu
Ampunkanlah guru-guruku ........(Inteam-Lilin Seorang Guru)
Bagaimana perasaan seorang guru jika setiap murid yang pernah ia
didik memanjatkan doa kebaikan untuknya. Tentu sangat membahagiakan
bukan. Betapa bersyukurnya jika mereka masih selalu mengenang dan
mengambil inspirasi pelajaran yang pernah ia sampaikan dahulu sehingga
pahala selalu mengalir untuknya. Mereka selalu mengenang kebaikan para
gurunya dan hampir tidak pernah memperhitungkan kesalahan yang diperbuat.
Betapa membanggakannya. Itulah harapan dari semua orang yang pernah
merasakan dirinya menjadi seorang pendidik.
Namun demikian, marilah kita lihat fenomena yang terjadi saat ini.
Jika kita bertanya pada sekian siswa yang sedang menjalani pendidikan, maka
jangan heran bila kita dapati sebagian besar siswa akan mengatakan bahwa
gurunya killer, gurunya membosankan, gurunya ormut, dan sebagainya.
Intinya mereka mengatakan bahwa guru yang mengajar mereka belum dapat
”memuaskan” mereka dalam memahami ilmu dan kehidupan.
Berawal dari fenomena ini, kita dapat menelusuri jejak-jejak para guru
berasal. Kita batasi saja bahwa mereka berasal dari kampus ilmu pendidikan.
Lebih khusus lagi mereka berasal dari fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
atau yang sepadan dengannya.
Saat ini, suasana kehidupan kampus ilmu pendidikan di Indonesia
umumnya mulai mengalami degradasi dari segi moral. Realita bahwa profesi
guru adalah profesi yang menjanjikan kesejahteraan semakin memperburuk
wajah kampus yang bertugas menelurkan calon-calon pendidik masa depan di
1
6. Indonesia ini. Disadari atau tidak, sekarang orang mulai berlomba-lomba
untuk meraih profesi ”mulia” ini meskipun harus mengorbankan kejujuran dan
nilai-nilai kemuliaan itu sendiri. Dan esensi menjadi seorang pendidik yang
”sebenarnya” seolah tersisihkan oleh lekangan kepribadian mentah.
Kesempurnaan penciptaan manusia dibanding makhluk ciptaan Tuhan
lainnya adalah adanya bekal cipta, rasa dan karsa. Kesempurnaan fisik yang
dianugerahkan, kecerdasan otak dan bersemayamnya hati dalam diri kita,
sepatutnya disyukuri. Adanya bekal yang tidak perlu dibeli itu, akan
berkembang positif bila diolah berdasarkan keinginan dan kemauan untuk
belajar. Menilik hal tersebut, guru yang ”digugu lan ditiru” harus ingat dengan
tugasnya sebagai pendidik profesional. Tidak hanya cerdas dalam penguasaan
materi, terampilnya berkomunikasi dan berinteraksi, tetapi jangan
menyisihkan kecerdasan moral yang akan menjadi cermin siswa dalam
berperilaku. Karenanya, kita menyusun karya ilmiah dengan judul
”PENDIDIKAN MORAL SEBAGAI BINGKAI PEMBENTUK CALON
PENDIDIK BERKARAKTER KUAT DAN CERDAS” sebagai langkah
mencerdaskan moral calon pendidik kita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka kami merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi moral mahasiswa sebagai calon pendidik?
2. Seberapa penting pendidikan moral dalam upaya pembentukan karakter
seorang pendidik?
3. Bagaimana solusi pendidikan moral terkait pembentukan karakter kuat
sebagai penyeimbang pendidikan akal (cerdas)?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini antara lain:
1. Menjelaskan pentingnya pendidikan moral sebagai salah satu alternatif
pembentukan karakter yang kuat bagi seorang calon pendidik.
2
7. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan metode pendidikan moral, yang
ditawarkan sebagai salah satu upaya pembentukan karakter seorang
pendidik.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini antara lain:
1. Mahasiswa mengetahui pentingnya pendidikan moral dalam upaya
pembentukan karakter seorang pendidik.
2. Mahasiswa termotivasi untuk mengikuti pendidikan moral sebagai salah
satu bekal untuk menjadi seorang pendidik yang mempunyai karakter.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini mengacu
pada standar umum penulisan karya ilmiah. Dengan sistematika sebagai
berikut:
1. BAB 1
BAB 1 meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB 2
BAB 2 yaitu tinjauan pustaka yang meliputi landasan teori, kerangka
berpikir, metode penulisan.
3. BAB 3
BAB 3 berisi pembahasan dari tujuan permasalahan yang dirumuskan.
4. BAB 4
BAB 4 merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.
3
8. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai
manusia,… . Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikannya sebagai manusia. Norma moral adalah tolok ukur untuk
menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik
buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan
terbatas. (Bambang Santoso dkk, 2006:69). Dalam kamus psikologi,
dinyatakan bahwa karakter adalah keprbadian ditinjau dari titik tolak etis atau
moral (Dali Gulo, 1982:29). Jadi, dari kedua pernyataan di atas dapat
dikatakan bahwa baik buruknya perilaku manusia secara tidak langsung
menunjukkan karakter dari manusia tersebut.
Dalam fase kehidupan manusia seorang pendidik mempunyai andil
pada proses pembentukan karakter. Guru yang memiliki makna “digugu lan
ditiru” (dipercaya dan dicontoh) secara tidak langsung juga memberikan
pendidikan karakter pada peserta didiknya. Oleh karena itu, profil dan
penampilan guru seharusnya memiliki sifat-sifat yang dapat membawa peseta
didiknya ke arah pembentukan karakter yang kuat. (M. Furqon Hidayatullah,
2009:15)
Untuk dapat mengarahkan peserta didik dalam membentuk karakter
yang kuat dalam dirinya, seorang pendidik diharpkan menjadi pendidik yang
inspiratif. Pendidik yang keberadaannya memberikan semangat berkreativitas
dan menjadi inspirasi bagi para peserta didiknya. Dwi Budiyanto dalam
bukunya yang berjudul Prophetic Lerning, mengungkapkan beberapa ciri
guru yang inspiratif, yaitu: aktif, dialogis dalam berkomunikasi di dalam
kelas sehingga tidak hanya satu arah dari guru saja, fokus pada potensi yang
dimiliki oleh mitra belajar, memberikan pemecahan masalah (hasil) dengan
menerapkan struktur berfikir ilmiah, menerapkan berbagai macam cara dalam
mengajar, dan menganggap orang lain sebagai sahabat dan mitra belajar.
4
9. Seorang guru yang baik, dalam dia mengajarkan suatu materi kepada
peserta didiknya, dia tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan tetapi juga
memberikan pemahaman tentang bagaimana berfikir dan bersikap ilmiah.
Dalam buku yang sama (Dwi Budiyanto, 2009:229), dinyatakan beberapa
cara mengajar yang baik:
1. Menanamkan struktur berfikir ilmiah yang berpijak pada alasan dan dasar
hukum yang valid dan jelas.
2. Memberi jawaban tidak sekedar pada pertanyaan, tetapi menjawab dengan
kaidah umum agar peserta didik mendapatkan hasil dengan sendirinya
tanpa dikte dari pengajar.
3. Memberi perhatian terhadap potensi yang dimiliki peserta didik.
4. Menghubungkan materi dengan kenyataan sehari-hari.
5. Memberi apresiasi positif bagi pada pesert didik.
6. Menyampaikan materi dengan menarik dan variatif.
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan Akal (cerdas) Pendidikan Hati (moral)
Tidak seimbang
Degradasi moral
Pendidikan moral
Guru yang berkarakter kuat serta inspiratif
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, metode penulisan adalah salah satu
faktor penting yang menunjang suatu proses penulisan yaitu berupa
5
10. penyelesaian suatu permasalahan yang dibahas. Metode penulisan digunakan
dalam penulisan ini bertujuan untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah, dan
jenis yang akan dihadapi. Metode penulisan yang digunakan dalam karya
ilmiah ini adalah metode deskriptif kualitatif.
1. Sumber Penulisan
Penulis memperoleh sumber penulisan dari data sekunder yaitu
data yang digunakan untuk mendukung dan melengkapi data primer yang
berhubungan dengan masalah penulisan karya tulis ilmiah. Karya tulis
ilmiah ini tidak menggunakan data primer (data yang diambil secara
langsung) melainkan data sekunder yang dapat berupa kepustakaan, arsip,
data dari internet, dan dokumentasi
2. Tahapan Penulisan
Penulisan Karya Tulis ini memiliki tahapan penulisan sebagai
berikut :
Tahap I : Persiapan penulisan meliputi penggalian ide, penyiapan
sarana dan prasarana penulisan.
Tahap II : Pelaksanaan Penulisan meliputi pencarian data dan pustaka
pendukung. Selain itu juga dilakukan diskusi dengan
pembimbing kemudian dilanjutkan dengan analisa data serta
penulisan karya tulis ilmiah.
Tahap III : Tahap akhir penulisan meliputi perbaikan dan pengkajian
terhadap isi tulisan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini
adalah teknik pengamatan langsung dan teknik analisis dokumen. Penulis
mengumpulkan data dari berbagai sumber baik buku, jurnal, maupun
internet guna mendukung karya tulis ilmiah ini. Setelah itu, penulis
menganalisis dokumen-dokumen dan data-data dari sumber tersebut untuk
menyimpulkan hasil, saran, dan kesimpulan karya tulis ilmiah ini.
6
11. 4. Analisis Data
Analisis data dalam penulisan kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan dalam
periode tertentu. Ada dua model pokok dalam melaksanakan analisis data
di dalam penulisan kualitatif yaitu model analisis jalinan mengalir (flow
model of analysis) dan model analisis interaktif (interactive model of
analysis).
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan model
analisis interaktif yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data,
reduksi data (reduction), sajian data (display) dan verifikasi data/penarikan
kesimpulan (conclusion drawing).
7
12. BAB III
PEMBAHASAN
…kampus Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang kembali mengalami
prahara. Sekitar pukul 10.00 Wita, kalangan sivitas akademika Undana Kupang,
terutama di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jalan Adi Sucipto, Penfui
dikejutkan dengan peristiwa tawuran antarmahasiswa Fakultas Sains dan Teknik
(FST) dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). (Mahasiswa
Krisis Moral, Kampus Krisis Kredibilitas, Pos Kupang.com, 18 November 2009)
…tugas akhir mahasiswa baik dalam bentuk paper atau dalam bentuk penelitian
skripsi bukan menjadi sebuah maha karya bagi sang mahasiswa melainkan
menjadi mega proyek bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
(PENDIDIKAN KEGURUAN YANG LEPAS KENDALI, Ftaman’s Blog)
Mahasiswa ternyata juga berperilaku tidak jauh berbeda dengan siswa. Sepertinya
kebiasaan mencontek telah terdidik sejak mereka masih sebagai
siswa…. (Mahasiswa dan Nyontek, Wayan Suana’s Blog, 12 Desember 2009)
Seks bebas sudah menjadi suatu bentuk pergaulan yang lumrah bagi sebagian
mahasiswa Yogyakarta. Mereka menganggap seks bukan lagi sesuatu yang tabu
untuk dilakukan, meskipun tanpa ikatan pernikahan yang sah. Beberapa hal yang
menarik, seks bebas nampak juga tidak berkorelasi positip dengan konsumsi
narkoba. (Seks Pra Nikah, Tren Mahasiswa Masa Kini, angkringan jogja.com)
Dari beberapa kutipan artikel di atas, dapat dilihat bahwa kondisi moral
mahasiswa sebagai calon pendidik perlu mendapatkan perhatian. Hal ini juga
menunjukkan terjadinya ketidakseimbangan antara pengembangan pendidikan
hati (moral) dan akal (kecerdasan) yang secara fitrah melekat pada manusia.
Penurunan kualitas moral mahasiswa sebagai calon pendidik ini terjadi karena
kurangnya kesadaran mahasiswa sebagai calon pendidik untuk menaati nilai
dan moral yang ada di lingkungan sekitar, keadaan ini diperparah oleh
kurangnya upaya penanaman nilai dan moral oleh orang-orang dewasa di
sekitarnya.
Dalam perkembangannya, peran dari orang-orang dewasa sebagai
tempat berinteraksi sangat berpengaruh. Perkembangan moral tidak bergantung
terutama pada upaya-upaya pendidikan karakter yang eksplisit tetapi pada
kematangan dan kapasitas etis orang-orang dewasa yang menjadi teman
8
13. mereka berinteraksi khususnya orangtua, tetapi juga guru, pendamping dan
orang-orang dewasa dalam masyarakat lainya.(Robert E.Slavin, 2008:78)
Mahasiswa yang dipersiapkan sebagai calon pendidik dirasa perlu
mendapatkan penekanan khusus mengenai pendidikan moral sebagai bekal
untuk menjadi “orang-orang dewasa” yang nantinya akan berinteraksi dengan
peserta didik.
Pemahaman seseorang akan pentingnya moral sangat berpengaruh
terhadap pembentukan karakter orang tersebut. Dengan asumsi yang sama,
ketika calon pendidik memiliki karakter yang kuat maka akan terbentuk anak
didik yang berkarakter kuat pula.
Upaya untuk mengurangi degradasi moral dikalangan mahasiswa dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Secara implisit, yakni dengan menyisipkan nilai – nilai moral di setiap
perkuliahan.
Misal: Dalam mata kuliah Fisika Dasar. Pada pembahasan materi
Hukum Newton I yakni tentang kekonsistenan gerak pada benda, nilai
moral yang dapat disisipkan. Contoh: Ketika kita berboncengan, saat
motor menikung ke kiri, maka tubuh kita akan lebih condong ke mana?
Kiri atau kanan? Berdasarkan hukum newton I, tubuh akan condong ke
kanan, untuk menyeimbangkan gaya tarik kekiri agar kita tidak jatuh.
Namun, biasanya, yang membonceng akan lebih condong ke depan! Entah
motor akan menikung ke kanan atau ke kiri. Hal ini tentu menyalahi
hukum, baik itu hukum newton I maupun kaidah agama.
2. Di bentuknya kelas motivasi (motivation class), yang dalam hal ini lebih
menekankan pada penggugahan motivasi internal peserta didik.
Mengingat bahwa motivasi internal dari seseorang itu akan
berimbas sangat dasyat pada sistem keyakinan, sedangkan sistem
keyakinan akan turut menentukan budaya kerja dari orang tersebut. Yang
pada akhirnya akan bermuara pada pembentukan karakter .
3. Menambah mata kuliah tentang pendidikan moral, meski tidak diberi
beban SKS namum mahasiswa dipersyaratkan lulus mata kuliah tersebut.
9
14. 4. Mata kuliah yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai moral
hendaknya lebih aplikatif, tidak hanya text book semata.
5. Menyeimbangkan porsi antara materi kuliah akal (cerdas) dan hati (moral).
Sehingga akan manghasilkan pendidik-pendidik yang tidak hanya unggul
secara intelektual tetapi juga unggul secara moral.
10
15. PENUTUP
A. Simpulan
1. Pendidikan moral penting sebagai salah satu alternatif pembentukan
karakter yang kuat bagi seorang calon pendidik, karena mahasiswa yang
dipersiapkan sebagai calon pendidik perlu mendapatkan penekanan khusus
mengenai pendidikan moral sebagai bekal untuk menjadi “orang-orang
dewasa” yang nantinya akan berinteraksi dengan peserta didik.
2. Salah satu upaya mewujudkan pendidikan moral dapat dilihat pada saran
di bawah ini.
B. Saran
1. Secara implisit, yakni dengan menyisipkan nilai – nilai moral di setiap
perkuliahan.
2. Di bentuknya kelas motivasi (motivation class), yang dalam hal ini lebih
menekankan pada penggugahan motivasi internal peserta didik.
3. Menambah mata kuliah tentang pendidikan moral.
4. Mata kuliah yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai moral
hendaknya lebih aplikatif, tidak hanya text book semata.
5. Menyeimbangkan porsi antara materi kuliah akal (cerdas) dan hati (moral).
11
16. DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Dwi. 2009. Prophetic Learning. Yogyakarta: Pro-U Media
Firdaus, Taman. 2009. Pendidikan Keguruan yang Lepas Kendali. Diakses di
Ftaman’s Blog, tanggal 6 Maret 2010
Hidayatullah, M. Furqon. 2009. GURU SEJATI: Membangun Insan Berkarakter
Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka
Phery. 2005. Seks Pra Nikah, Tren Mahasiswa Masa Kini. Diakses di
angkringan.or.id, tanggal 6 Maret 2010
Ratulolly, Pion. 2009. Mahasiswa Krisis Moral, Kampus Krisis Kredibilitas.
Diakses di POS KUPANG.com, tanggal 6 Maret 2010
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Indeks
Suana, Wayan. 2009. Mahasiswa dan Nyontek. Diakses di Wayan Suana’s Blog,
tanggal 6 Maret 2010
12