1. pekerjaan tiang bor
Lompat ke Komentar
Tentang perencanaan pondasi tiang bor, saya yakin banyak yang tahu. Khususnya bagi para
sarjana teknik sipil, karena telah diberikan pada mata kuliah teknik pondasi. Selain itu, cukup
banyak buku-buku yang menggambarkan secara jelas illustrasi tentang pondasi tersebut.
Tetapi jika dikaitkan dengan pelaksanaan sesungguhnya di lapangan, saya juga yakin, nggak
setiap yang punya gelar sarjana teknik sipil berkesempatan mengetahuinya secara detail. Bagi
yang tahu, biasanya itu karena pernah terjun langsung di proyek dan melihat dengan mata kepala
sendiri. Kenapa ? Karena literatur berkaitan dengan hal tersebut, tidak gampang diperoleh !
Apalagi yang berbahasa Indonesia. Kenapa itu bisa terjadi, padahal ahli-ahli pelaksana pondasi
tiang bor di Indonesia sudah banyak ?
Kenapa ya ?
Ya maklum, kita mayoritas khan budaya lesan. Jadi menceritakannya secara lesan sudah cukup,
ngapain harus dituliskan. Selain ngabisin waktu, juga nggak ada faedahnya.
Benarkah demikian ?
Sebagai engineer yang penulis, tentu saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Menulis juga
berarti merenung kembali apa yang diterima hari ini. Bisa-bisa ‘itu’ dapat menjadi suatu
kompetensi baru untuk modal dikembangkan lebih lanjut. Dengan menuliskan pula, kita bisa
mendapat koreksi dari orang lain, apakah yang kita terima (pahami) sudah benar atau belum.
Jadi ada feed-back gitu. Selain itu, bagi pembaca yang belum tahu, tulisan tersebut dapat
menjadi pencerahan. Jadi usaha menulis dapat menjadi bantuan yang berharga untuk yang lain
(sesamanya).
Sudah-sudah pak. Jangan cerita tentang tulis-menulis. Mana pondasi tiang bornya ?
Baiklah. Pagi tadi saya baru menguji mahasiswa peserta mata kuliah “Kerja Praktek”. Salah satu
kelompok telah menceritakan dengan baik hasil kerja-prakteknya yaitu pelaksanaan pondasi tiang
bor dan uji beban dari salah satu proyek di daerah Jawa Barat. Cukup menarik untuk diceritakan
disini.
Lho ternyata bukan pengalaman Bapak sendiri tho. Cuma hasil kerja praktek mahasiswanya aja.
Emangnya menarik pak ?
Eh, jangan ‘cuma’. Meskipun ini hasil mahasiswa, tapi ini khan mahasiswa UPH, hasil bimbingan
saya dalam mengerjakannya. Jadi ini juga dapat menjadi feed-back gimana hasil bimbingannya
gitu. “Pohon itu khan dilihat dari buahnya !“
Jika dosennya aja, berdasarkan data-data hasil pengumpulan mahasiswa-nya aja bisa bercerita
banyak tentang materi yang dilihat selama 15 menit presentasi kerja praktek. Apalagi
mahasiswanya sendiri yang telah minimal 130 jam menggeluti di proyek tersebut.
Kerja praktek adalah sarana mahasiswa bersangkutan menangkap fenomena sehari-hari “dunia
dimana dia akan bekerja nanti“. Jika pada waktu yang pendek tersebut, dia bisa ngeh (mengerti),
dan paham menceritakan pengalamannya. Maka diyakini nanti setelah lulus, mahasiswa yang
bersangkutan akan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan tempat kerjanya. Jadi intinya
hasil didikan saya nantinya bisa link-match dengan dunia kerja.
2. Jadi mata kuliah kerja praktek yang saya bimbing ini tidak sekedar mata kuliah biasa, itu dapat
menjadi sarana mahasiswa untuk aktualisasi diri dengan menuliskan apa-apa yang dilihat selama
kerja praktek tersebut. Terus terang sebagai guru, saya sangat bangga jika mahasiswa-
mahasiswa yang saya bimbing, bisa dengan mantap menjelaskan bahkan menjawab dengan
tuntas setiap pertanyaan yang berkaitan dengan proyek kerja prakteknya. Itu semua dapat
menjadi sarana mengevaluasi mahasiswa tentang kesiapan mereka menjadi engineer. Kalau
hanya sekedar melihat hasil ujian tertulis-nya saja, saya nggak puas. Engineer khan bukan
sekedar saintis, ada seninya juga. Jadi menurut saya, hasil ujian tertulis menunjukkan segi
saintis-nya, sedang presentasi oral di depan kelas tentang fakta yang telah mereka terima via
indera-nya merupakan petunjuk bagi segi ’seni’-nya tersebut.
Mahasiswa saya dalam kerja prakteknya tadi berkesempatan melihat dari awal pelaksanaan
pondasi tiang bor dan sampai pengujiannya juga.
Lho, koq hanya pondasi. Katanya proyek pak ? Kalau pondasi tiang itu khan baru sebagian kecil
dari proyek. Kayaknya kerja praktek mahasiswa Bapak kurang hebat. Kalau saya jadi
dosen, maka saya minta mereka (mahasiswa) untuk kerja praktek pada proyek yang besar,
misalnya bangunan tinggi, kalau bisa sih di atas 100 lantai. Itu baru yahud ! Gimana pak ?
O gitu ya.
Saya lain ! Terus terang, setiap mahasiswa yang kerja praktek pada saat awalnya akan bertanya
kepada saya. Pak, proyek ini boleh nggak ? Kalau yang gini boleh ? Kalau yang itu, gimana ?
Pada prinsipnya saya tidak memberi batasan, ini boleh , ini tidak, dan sebagainya. Saya memberi
kebebasan kepada mereka. Proyek apa saja prinsipnya boleh aja, hanya saja saya akan
bertanya:” kenapa kamu memilih proyek seperti itu, apa sih menurut kamu keunggulannya, atau
adakah sesuatu yang menarik“. Jika mahasiswa yang bersangkutan langsung bisa bersemangat
menceritakan apa-apa yang dianggap menarik pada proyek tersebut maka pada prinsipnya saya
akan mendukung.
Jadi dari artikel ini saya juga akan menunjukkan bahwa meskipun itu hanya pelaksanaan pondasi
tiang bor, tetapi kalau dapat melihat dari sudut pandang yang tepat maka itupun merupakan
suatu pengalaman yang sangat berharga. Ingat bahwa ada engineer yang dapat hidup dari hanya
bekerja sebagai pembuat tiang bor saja. Jadi menguasai kompetensi seperti itu saja merupakan
bekal yang berharga.
Ok. Setuju ? Jadi saya bisa melanjutkan cerita tentang pelaksanaan pondasi tiang bor !
Ok pak. Saya memang nunggu Bapak bercerita, yang menarik ya Pak !