Dokumen tersebut membahas tentang komponen evaluasi kurikulum yang mencakup tujuan pendidikan, pemilihan bahan pelajaran, penyajian bahan pelajaran, dan penilaian efektivitas pembelajaran. Beberapa model evaluasi kurikulum yang disebutkan meliputi model diskrepansi, model kontingensi-kongruensi, dan model CIPP.
1. tujuan
Komponen
evaluasi isi
kurikulum
proses
http://baehaqiarif.wordprees.com
2. 1. Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?
2. Bagaimanakah memilih bahan pelajaran guna
mencapai tujuan itu?
3. Bagaimanakah bahan disajikan agar efektif
diajarkan?
4. Bagaimanakah efektivitas belajar dapat dinilai?
◦ Ralph W. Tyler (Basic Principles of Curriculum and
Instruction, 1949)
3. 1. Tujuan pendidikan nasional, tujuan jangka
panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa
2. Tujuan institusional menggambarkan nilai-
nilai, kebutuhan dan harapan dari masyarakat – masih
umum, relatif abstrak, perlu dijabarkan dan
dirumuskan dalam tujuan yang lebih kusus – sasaran
pendidikan suatu lembaga pendidikan
3. Tujuan kurikuluer menggambarkan kecakapan atau
kemampuan dalam bidang studi atau aspek tertentu –
relatif masih umum, perlu dijabarkan dalam tujuan
yang lebih khusus, konkret dan sesifik—tujuann
program studi
4. Tujuan instruksional menggambarkan perilaku atau
kecakapan khusus – suatu mata pelajaran
4. • Tujuan
goal • Tujuan
nasional atau • Tujuan instruksional
tujuan kurikuler
institusional
aim objective
5. Intellectual skills, Cognitive strategies, Verbal
information, Motor skill, Attitudes (Gage dan Briggs)
Kognitif, afektif, psikomotor (Bloom)
◦ Kognitif: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi
◦ Afektif: menerima, merespons, menilai, mengorganisasi
nilai, dan karakterisasi nilai-nilai (Krathwohl)
◦ Psikomotor: gerakan refleks, gerakan dasar, kecakapan
mengamati, kecakapan jasmaniah, gerakan keterampilan
dan komunikasi yang berkesinambungan (Anita Harrow)
6.
7.
8.
9. ISI KURIKULUM bisa berupa pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, dalil, teori, dll), bisa juga berupa
kemampuan (keterampilan, kecakapan, kompetensi,
dll), atau gabungan antara keduanya
10. Pendekatan mata pelajaran (Subject area atau
discipline approach), tersusun dalam mata pelajaran
berdasarkan disiplin ilmu
◦ Seperti
Sosiologi, Antropologi, Sejarah, Matematika, Fisika, dll
11. Pendekatan fusi (fused curriculum approach),
penyatuan dua atau lebih isi kurikulum mata
pelajaran yang memiliki hubungan yang sangat
dekat sehingga membentuk mata pelajaran baru
◦ Biologi dengan Kimia menjadi Biokimia,
◦ Geologi dengan Geografi, Botani, dan Arkeologi menjadi
Earth Science
12. Pendekatan bidang studi (broad field
approach), hampir sama dengan fusi, menyatukan
beberapa isi mata pelajaran yang mempunyai kaitan
yang sangat erat, dalam bentuk unit-unit bahan
ajaran yang sudah terintegrasi.
◦ Dalam IPS di SD, muncul bahan ajar
transportasi, pariwisata, lalu lintas, transmigrasi, banjir dll
◦ Pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi, pendekatan
bidang studi melahirkan studi-studi interdisipliner
13. Pendekatan masalah sosial (social problems
approach), isi kurikulum terdiri atas sejumlah unit
masalah sosial
14. Pendekatan akuntabilitas (accountability
approach), banyak digunakan dalam pendidikan
pelatihan.
Untuk menjamin efisiensi dan efektifitas
pendekatan akuntabilitas menerapkan pendekatan
sistem yang disebut teknologi instruksional.
Bahan ajar lebih nampak sebagai kemampuan atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, yang disusun
secara sistematik.
15. Pendekatan terpadu (integrated approach), bahan
ajar disusun secara terpadu dalam tema-tema.
Tema-tema tersebut dapat berupa aspek-aspek
kehidupan, kegiatan, masalah, ataupun kemampuan
yang akan dikembangkan.
17. RECEPTION LEARNING, Peran siswa relatif pasif, ia
lebih banyak menerima bahan yang diberikan guru
melalui ceramah dan demonstrasi yang mungkin
dilengkapi dengan peragaan (ekspositori)
DISCOVERY LEARNING, merupakan strategi
pembelajaran yang banyak mengaktifkan siswa,
seperti pembelajaran yang menggunakan
lingkungan, pengamatan, percobaan, dan
pemecahan masalah
18. ROTE LEARNING, merupakan kegiatan belajar yang
bersifat menghafal atau menerima bahan tanpa disertai
arti. Siswa dituntut menguasai sejumlah informasi atau
pengetahuan dengan menggunakan ingatannya.
MEANINGFUL LEARNING, makna atau arti dari bahan
ajar sangat dipentingkan. Suatu pengetahuan
mempunyai makna, karena ada hubungan dengan
pengetahuan lain yang telah dikuasai siswa, bisa
digunakan dalam kehidupan, dipakai untuk
memecahkan masalah atau menguasai bahan lainnya
19. Dimaksudkan untuk menilai kebaikan kurikulum
yang dilakukan seara komprehensif, mencakup
semua langkah kegiatan dan komponen kurikulum,
mulai dari dokumen kurikulum, pelaksanaan,
hasil yang telah dicapai, fasilitas penunjang serta
para pelaksana kurikulum
20. Model Diskrepansi (Discrepancy model) dari
Provous, yang digunakan untuk menilai
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang
dilaksanakan.
Model kontingensi-kongruensi (Contingency-
congruency model) dari Stake. Model ini pada
prinsipnya membandingkan yang diharapkan
dengan yang dilaksanakan, tetapi selanjutnya para
pelaksana kurikulum membuat rancangan untuk
mendekatkan harapan dan pelaksanaan tersebut,
sehingga kongruen dengan kegiatan belajar siswa
21. Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product)
dari Stufflebeam. Evaluasi ini bersifat menyeluruh,
seluruh komponen dari kurikulum dievaluasi,
◦ KONTEKS atau tujuan dalam keterkaitannya dengan tuntutan
masyarakat atau lapangan;
◦ INPUT atau masukan, yaitu siswa sebagai subyek yang belajar,
guru sebagai subyek yang mengajar, desain kurikulum sebagai
rancangan pembelajaran, media dan sarana prasarana sebagai
alat bantu pengajaran;
◦ PROSES atau aktivitas siswa belajar dengan arahan, bantuan dan
dorongan dari guru;
◦ PRODUK atau hasil, baik hasil yang dapat dilihat dalam jangka
pendek pada akhir pendidikan atau hasil jangka panjang setelah
bekerja atau belajar pada jenjang yang lebih tinggi