SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
A. Mengenal Pengantar Hukum Indonesia
PHI atau Pengantar Hukum Indonesia terdiri dari tiga kata, yakni : Pengantar, Hukum, dan
Indonesia. Pengantar dalam bahasa Belanda inleiding dan dalam bahasa Inggris introduction
berarti mengantarkan ( pada tujuan tertentu ), dengan cara memperkenalkan secara umum atau
garis besar dalam suatu hal tertentu. Jadi PHI berarti memperkenalkan secara garis besar dasar-
dasar hukum yang berlaku sekarang di Indonesia kepada siapa saja yang ingin mempelajari dan
mengetahui hukum Indonesia.
Hukum Indonesia yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di Negara Indonesia pada
waktu sekarang, hukum yang berlaku pada waktu sekarang di tempat atau wilayah tertentu
dinamakan “ hukum positif ”. Hukum positif adalah terjemahan dari ius positum dari bahasa latin,
yang secara harfiah berarti “ hukum yang ditetapkan ” dalam artian ditetapkan oleh manusia,
dalam ungkapan kuno disebut stellig recht.
Hukum positif atau stellingsrecht merupakan suatu kaidah yang berlaku sebenarnya,
merumuskan suatu hubungan yang pantas antara fakta hukum dengnan akibat hukum yang
merupakan abstraksi dari keputusan – keputusan. Positivitas kaidah hukum adalah hal ditetapkanya
kaidah hukum dalam sebuah aturan hukum oleh pengemban kekuasaan hukum yang berwenang,
J.J.H. Brugink ( Rechtsreflecties, Gronbegrippen uit de rechtheorie ).
B. Pengertian Hukum
Istilah “ hukum ” di Indonesia berasal dari bahasa Arab qonun atau ahkam atau hukm yang
mempunyai arti “ hukum ”
Secara etimologis, istillah “hukum” (Indonesia) disebut law (bahasa inggris) dan recht
(bahasa belanda) dan droit (bahasa perancis). Dalam bahasa latin juga disebut IUS dari
kata Iubere, artinya mengatur atau memerintah atau hukum.
Hukum sama artinya aturan, norma atau kaidah,
Hukum ialah keseluruhan peraturan baik tertulis/tidak tertulis yang dibuat atas
penguasa yang berwenang yang ditujukan untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat
dan disediakan sanksi bagi siapa saja yang melanggar.
Subyek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk
melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk betindak
dalam hukum. Yang mana subyek-subyek hukum itu seluruh masyarakat di indonesia
termasuk pemerintah, kecuali :
a. Anak di bawah umur
b. Orang gila
c. Di bawah paksaan / ancaman
Equality before the law adalah istilah kesamaan dihadapan Hukum, Hukum tidak
memandang siapapun juga, baik presiden maupun rakyat biasa semua nya memiliki derajat
yang sama jika berhadapan dengan Hukum
Syarat-syarat penegakan hukum :
 Hukum,
 Penegak hukum,
 Sanksi,
 Masyarakat , untuk menilai jalanya hukum di Indonesia hukum harus adil dan
membahagiakan masyarakat. Karena hukum untuk masyarakat bukan masyarkat
untuk hukum (dipaksa taat pada hukum).
C. Sejarah Tata Hukum Indonesia
Tata hukum Indonesia atau susunan hukum Indonesia adalah tatanan atau tata tertib
hukum – hukum Indonesia guna melindungi kepentingan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, sejak bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus
1945, maka sejaka saat itu bangsa Indonesia telah mengambil keputusan untuk
menentukan dan melaksanakan hukumnya sendiri, yaitu hukum bangsa Indonesia sebagai
hukum nasional dengan tatanan hukum yang baru yaitu hukum Indonesia.
D. Politik Hukum Nasional
Politik hukum nasional dapat disimpulkan dari beberapa ahli yaitu, bahwa politik
hukum merupakan policy atau kebijakan Negara di bidang hukum yang sedang dan akan
berlaku dalam suatu Negara. Pengertian “POLITIK HUKUM” dan “NASIONAL”
maka politik hukum nasional merupakan policy atau kebijakan dasar penyelenggara
Negara dalam bidang hukum nasional,baik yang sedang berlaku (ius constitutum) maupun
yang akan beerlaku (ius constituendum) guna pencapaian tujuan bangsa dan Negara yang
diamanatkan oleh UUD 1995.
Kebijakan, pilihan politik dalam mengambil sikap dalam menjalankan hukum
nasional dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada.
 Jika hukum berdasarkan fakta social, maka hukum tersebut tertatih-tatih karena
mengajar fakta social.
 Harus mengindahkan tuntutan-tuntutan masyarakat.
 HET RECHT HINK ACHTER DE FEITEN AAN = hukum berjaln sangat lambat
dibelakang fakta social.
Menurut Hans Kelsen : Berjenjangnya hukum / peraturan dari yang paling tinggi ke
yang paling rendah (stuffenbau Theory) yang mana paling tinggi itu ialah UUD 1945 /
Pancasila dan yang paling rendah yaitu PERDA (Peraturan Daerah).
Walaupun di dalam UUD 1945 tidak ada pasal yang menentukan Politik Hukum
Negara Republik Indoesia, tetapi dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 dapat
diartikan sebagai penentuan adanya politik Hukum Negara Republic Indonesia,meskipun
sifatnya sementara sampai terbentuknya kodifikasi hukum yang bersifat nasional.
E. Pembagian Hukum
a. Pembagian hukum menurut sumbernya
 Hukum undang-undang yaitu Hukum yang tercantum dalam buku perundang-
undangan (hukum tertulis)
 Hukum kebiasaan yaitu hukum yang timbul dalam masyarakat dan berlaku secara
umum (hukum tidak tertulis)
 Hukum traktat yaitu hukum yang ditetapkan dalam suatu perjanjian antara satu
dengan Negara lain (hukum tertulis)
 Hukum jurisprudensi yaitu hukum yang dibentuk karena keputusan hakim.
b. Pembagian menurut bentuknya
 Hukum tertulis
Hukum ini terdiri dari :
1. Hukum tertulis yang dikodefikasikan, misalnya hukum pidana dalam KUHP,
hukum perdata dalam KUHPer ( BW ) dan hukum dagang dalam kitab undang –
undang hukum dagang ( WvK )
2. Hukum tertulis yang tidak dikodefikasikan, misalnya Undang – undang : merk,
hak cipta, kepailitan, arbitrase, PT, yayasan, koperasi, Notaris dan sebagainya.
Kodefikasi adalah membukukan hukum sejenis, secara lengkap sistematis menjadi
satu dalam satu kitab undang – undang. Berbeda denga unifikasi, adalah penyatuan
hukum yang berlaku secara nasional, atau penyatuan pemberlakuan hukum secara
nasional.
 Hukum tak tertulis yaitu hukum yang tumbuh dan berkembang dari keyakinan dan
kesadaran hukum masyarakat, tetapi tudak tertulis, dan masyarakat menaatinya seperti
halnya menaati undang – undang ( hukum tertulis )
c. Menurut tempat berlakunya
 Hukum nasional yaitu : hukum yang berlaku pada waktu dan tempat dalam suatu
Negara
 Hukum internasional yaitu : hukum yang mengatur hunbungan hukum dalam dunia
Internaional
 Hukum asing yaitu : hukum yang berlaku dalam Negara lain.
 Hukum gereja yaitu : hukum yang berlaku kepada anggota gereja tersebut ( hukum
Khusus).
 Hukum islam, yaitu hukum yang berlaku untuk orang-orang yang Beragama islam.

d. Menurut waktu berlakunya
 Ius constitutum yaitu : hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat dan
daerah tertentu.
 Ius constituendum yaitu : hukum yang di cita-citakan.
 Hak Asasi (hukum Alam) yaitu : hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala
waktu untuk segala bangsa di dunia.
e. Menurut isinya
 Hukum public (public law/reht) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara
dengan alat kelengkapannya ata hubungan antara Negara dengan warganegara
 Hukum privat atau hukum sipil (private law/ privaatrecht) yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan
perseorangan.
f. Menurut fungsi atau cara mempertahankannya
 Hukum material yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan
hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan.
 Hukum hukum formal yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang
bagaimana cara melaksanakan hukum material
g. Menurut sifatnya
 Hukum yang memaksa atau hukum imperaktif yaitu hukum yang dalam keadaan
bagaimanapun mempunyai paksaan mutlak.
 Hukum pelengkap atau hukum yang bersifat mengatur yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri
.
F. Sumber Hukum
Sumber hukum ialah “ asal mulanya hukum ” segala sesuatu yang dapat menimbulkan
aturan – aturan hukum sehingga mempunya kekuatan mengikat. Yang dimaksud “ segala
sesuatu ” tersebut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap timbulnya hukum,
darimana hukum ditemukan atau dari mana berasalnya isi hukum.
Sumber hukum pada hakikatnya dapat dibedakan 2 macam, yaitu : sumber hukum
material dan sumber hukum formal.
a. Sumber hukum material
Sumber hukum material adalah faktor – faktor yang menentukan kaidah
hukum, tempat dari mana berasalnya isi hukum atau faktor – faktor yang
menentukan isi hukum yang berlaku. Faktor – faktor yang menentukan isi hukum
dapat dikelompokan atas : faktor idealis ( filosofis ), faktor sejarah ( historis ), dan
faktor kemasyarakatan ( sosiologis ). Faktor idealis ( filosofis ) adalah pedoman –
pedoman hidup yang tetap mengenai nilai – nilai etika dan keadilan yang harus
dipatuhi oleh para pembentuk undang – undang ataupun lembaga – lembaga
pelaksana hukum dalam melaksanakan tugasnya. Faktor sejarah ( historis ) tempat
hukum dari sejarah kehidupan, tumbuh dan berkembangnya suatu bangsa di masa
lalu missal : hukum dan piagam – piagam, dokumen, manuskrip kuno, code
napoleon WvK dan WvS.
Faktor Kemasyarakatan ( sosiologis ), adalah hal – hal yang nyata hidup dalam
masyarakat yang tunduk pada aturan – aturan tata kehidupan masyarakat. Faktor –
factor kemasyarakatan yang mempengaruhi pembentukan hukum adalah : 1)
kebiasaan atau adat istiadat yang mentradisi; 2) keyakinan tentang agama /
kepercayaan dan kesusilaan; 3) kesadaran, perasaan dan keyakinan hukum dalam
masyarakat; 4) tata hukum negara – negara lain, misalnya materi hukum perdata,
hukum dagang diambil dari negara – negara lebih maju; 5) sumber hukum formal
yang sekarang ini dapat dijadikan bahan untuk menentukan isi hukum yang akan
datang.
b. Sumber hukum formal
Sumber hukum formal ialah tempat darimana dapat ditemukan atau diperoleh
aturan – aturan hukum yang berlaku yang mempunyai kekuatan mengikat
masyarakat dan pemerintah sehingga ditaati. Bentuk – bentuk sumber hukum
formal ialah :
1. Undang – Undang
Undang – undang dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu undang
– undang dalam arti material dan undang – undang dalam arti formal.
Dalam arti “ material ” undang – undang adalah setiap keputusan atau
peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa yang berwenang
yang isinya mengikat secara umum. Dalam arti “ formal ” undang –
undang adalah keputusan pemerintah atau yang berwenang yang karena
prosedur terjadinya atau pembentukanya dan bentuknya dinamakan “
undang-undang ”.
Didalam undang – undang terdapat asas – asas perundang – undangan
antara lain :
a. Undang – undang tidak berlaku surut artinya undang – undang
mengikat untuk masa yang akan datang dan tidak mempunyai kekuatan
berlaku surut
b. Undang – undang tidak dapat diganggu gugat
Asas ini semula dicantumkan dalam pasal 95 ayat 2 UUDS 1950 yang
artinya bahwa undang – undang tidak dapat diuji, dinilai atau diteliti
oleh siapapun apabila isinya bertentangan dengan UUD. Akan tetapi
seiring dengan tidak digunakanya UUDS 1950 maka asas ini tidak
berlaku lagi.
c. Undang – undang yang lebih tinggi mengkesampingkan undang –
undang yang lebih rendah atau yang dikenal dengan asas lex superiori
derogate lex inferiori. Konsekuensi hukum dari asas ini adalah :
 Undang – undang yang dibuat oleh penguasa lebih tinggi
mempunyai kedudukan yang tinggi pula
 undang – undang yang lebih tinggi tidak dapat diubah / dihapus
oleh undang – undang yang lebih rendah kedudukanya
 undang – undang yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan undang – undang yang lebih tinggi.
Dengan keberadaan asas ini maka dapat diketahui hierarkhi / tata
urutan peratutaran perundang – undangan Negara Republik Indonesia
didalam peraturan perundang – undangan yang berlaku. Adapun tata
urutan perundang – undangan Republik Indonesia menurut pasal 7
ayat 1 UU No 20 tahun 2011 terdiri atas :
1. UUD 1945
2. Tap MPR
3. UU atau PERPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kota/Kabupaten
d. Undang – undang yang bersifat khusus mengkesampingkan undang –
undang yang bersifat umum atau lex spesialis derogate lex generalis.
Menurut asas ini apabila ada dua macam ketentuan peraturan
perundangan yang setingkat atau kedudukanya sama dan berlaku
dalam waktu yang bersamaan tetapi saling bertentangan, maka hakim
harus menerapkan atau menggunakan yang khusus sebagai dasar
hukum, dan mengkesampingkan yang umum.
e. Undang – undang yang baru mengkesampingkan undang – undang
yang lama atau lex posteriori derogate lex priori maksud asas ini
adalah undang – undang yang lama jadi tidak berlaku apabila penguasa
yang berwenang memberlakukan undang – undang atau peraturan baru
dalam hal mengatur objek yang sama dan kedudukan undang – undang
/ peraturanya sederajat.
2. Kebiasaan
Kebiasaan ialah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang tetap,
dilakukan berulang – ulang dalam rangkaian perbuatan yang sama dan
dalam waktu yang lama. Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan
syarat – syarat tertentu, sebagai berikut :
1. Syarat Material yaitu harus ada perbuatan – perbuatan tertentu atau
tetap yang dilakukan berulang – ulang dan terus menerus dalam
rangkaian perbuatan yang sama dan dalam waktu yang lama serta
diikuti oleh masyarakat
2. Syarat Intelektual artinya kebiasaan itu menimbulkan keyakinan umum
pada masyarakat yang bersangkutan, bahwa perbuatan itu sebagai
kewajiban hukum.
3. Adanya akibat hukum apabila hukum itu dilanggar
3. Yurisprudensi
Yurisprudensi, berasal dari kata jurisprudential ( bahasa latin ) yang
berarti “ pengetahuan hukum ” dalam bahasa inggris jurisprudence artinya
ilmu hukum atau ajaran teori hukum umum. Kata yuriprudensi (Indonesia)
sama dengan jurispudentie bahasa Belanda atau jurisprudence dalam
bahasa Perancis yang berarti “ peradilan tetap ” atau “ hukum peradilan ”
yang dalam bahasa Inggris digunakan istilah case law atau judge made law
Dengan demikian, pengertian “ yurisprudensi ” sebagai sumber hukum
formal adalah keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap yang diikuti atau dipergunakan oleh hakim berikutnya
sebagai dasar hukum untuk memutus perkara yang sama. Yurisprudensi
merupakan sumber hukum formal, karena didasarkan atas kenyataan
bahwa sering terjadi dalam memutus perkara yang diperiksa oleh hakim
tidak didasarkan atas peraturan hukum yang ada, melainkan didasarkan
pada hukum tdak tertulis atau hukum yang hidup didalam masyarakat,
karena undang – undang yang sudah kentinggalan zaman dan tidak sesuai
dengan kesadaran masyarakat hukum yang beradab. Ada dua macam
yurisprudensi, yaitu sebagai berikut :
a. Yuriprudensi tetap, yaitu putusan hakim yang terjadi karena rangkaian
putusan yang serupa atau sama, dan dijadikan dasar bagi pengadilan
untuk memutuskan suatu perkara. Ada beberapa alasan mengapa
hakim menciptakan hukum yurisprudensi, pertama, karena undang –
undangnya tidak jelas atau kabur sehingga memerlukan penafsiran
hukum yang komprehensif; kedua, undang – undang yang sudah ada
tertinggal dengan perkembangan masyarakat atau tidak sesuai dan
bahkan bertentangan dengan rasa keadilan dan kesadaran hukum
masyarakat saat ini; ketiga, undang – undangnya tidak mengatur
perbuatan hukum yang diajukan ke pengadilan.
b. Yurisprudensi tidak tetap yaitu putusan hakim yang terdahulu yang
tidak dijadikan dasar bagi pengadilan. Yurisprudensi tidak tetap ini
pada umumnya yurisprudensi yang menerapkan undang – undang yang
tidak pernah dipergunakan sebagai sumber hukum oleh hakim – hakim
berikutnya atau dibawahnya.
Ada dua asas yurisprudensi, yaitu sebagai berikut :
a. Asas precedent, artinya bahwa hakim terikat atau tidak boleh
menyimpang dari putusan – putusan hakim terdahulu atau hakim yang
lebih tinggi atau hakim yang sederajat tingkatnya dalam perkara
serupa. Menurut asas tersebut keputusan pengadilan itu mempunyai
kekuatan mengikat bagi perkara – perkara serupa lainya. Asas
precedent ini dikenal dalam system hukum di negara – negara Anglo
Saxon ( Inggris, Amerika Serikat ).
b. Asas bebas, merupakan kebalikan dari asas precedent, artinya hakim
tidak terikat pada putusan – putusan hakim yang lebih tinggi maupun
yang sederajat tingkatanya. Asas bebas ini diikuti di negara – negara
eropa kontinental ( eropa daratan ) seperti Belanda, Perancis, Indonesia
dan sebagainya.
4. Traktat
Traktat atau treaty atau perjanjian internasional dipergunakan sebagai
sumber hukum adalam arti formal, karena itu harus memenuhi persyaratan
tertentu untuk dinamakan perjanjian internasional. Perjanjian internasional
adalah perjanjian yang diadakan subjek hukum internasional yang
menumbulkan akibat hukum atau perjanjian yang mengatur hubungan
antara Negara atau lembaga internasional yang bertujuan menimbulkan
akibat hukum terentu. Pasal 11 ayat 1 UUD 1945 menetukan, bahwa
presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara lain. Menurut pasal 11
ayat (2) uud 1945, bahwa perjanjian Internasional yang memerlukan
persetujuan DPR adalah perjanjian yang dapat menimbulkan akibat luas
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
Negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau membentuk undang-
undang. Apabila berkenaan persoalan yang penting dan memerlukan
persetujuan dari institusi/lembaga yang mempunyai hak untuk
mengadakan perjanjian (treaty making power), maka perjanjian dilakukan
melalui tiga tahap pembentukan, yakni perundingan, penandatanganan dan
ratifikasi. Apabila perjanjian bersifat sederhana dan tidak begitu penting,
berjangka pendek dan memerlukan waktu yang cepat, maka dipilih
perjanjian melalui dua tahap saja, yakni perundingan dan
penandatanganan.
Perjanjian Internasional baru mengikat atau berlaku dalam suatu
Negara setelah di ratifikasi oleh kepala Negara.
Ratifikasi dibagi menjadi 3
a. Ratifikasi sepenuhnya
Negara yang telah mempelajari Perjanjian Internasional dan cocok
untuk di terapkan dinegaranya maka perjanjian Internasional tersebut
dapat diterapkan
b. Ratifikasi dengan memberikan syarat
Apabila suatu Negara setuju dengan perjanjian Internasional tetapi
dengan memberikan syarat-syarat tertentu.
c. Menolak dengan keras
Apabila Negara tidak setuju dengan perjanjian Internasional dan tidak
cocok untuk diterapkan di Negara nya maka Negara tersebut dapat
menolak dengan keras, tentu dengan konsekuensi-konsekuensi yang
ditanggung sendiri oleh Negara yang menolak perjanjian Internasional
tersebut.
5. Doktrin Hukum
Doktrin atau ajaran – ajaran atau pendapat ahli hukum / sarjana hukum
terkemuka dan berpengaruh, besar pengaruhnya terhadap hakim dalam
mengambil keputusan. Doktrin atau pendapat para ahli hukum yang
digunakan hakim untuk memutus suatu perkara disebut “Doktrin Hukum”.
Doktrin dapat menjelma menjadi hukum formal setelah menjelma atau
menjadi dasar putusan hakim.
G. Konflik Antar Sumber Hukum
Antara sumber – sumber hukum formal yang satu dengan sumber hukum formal
lainya, tentunya tidak diharapkan terjadi konflik atau pertentangan, tetapi apabila
konflik itu terjadi maka harus diselesaikan dengan asas – asas yang terdapat dalam
sistemnya sendiri.
Konflik antar peraturan perundang-undangan yang satu dengan peraturan perundang-
undangan lainnya diselesaikan dengan asas-asas berikut
a. Lex Specialis derogate lex generalis yaitu apabila terjadi konflik undang-
undang antara undang-undang yang umum dan undang-undang yang khusus
maka undang-undang yang umum harus di kesampingkan
b. Lex superior derogate lex inferiori yaitu apabila dua undang-undang yang
tidak sederajat tingkatannya mengatur objek yang sama dan saling
bertentangan, maka undang-undangyang tinggi tingkatannya
mengesampingkan undang-undang yang tingkatannya di bawahnya.
c. Lex posteriori derogate lex priori yaitu apabila undang-undang yang baru
mengesampingkan undang-undang yang lama
Apabila terjadi konflik antara undang-undang dengan kebiasaan maka pada
prinsipnya undang-undang yang harus diberlakukan atau dipergunakan, terutama
undang-undang yang bersifat memaksa. Sebaliknya terhadap undang-undang yang
bersikap pelengkap (accessoir), maka undang-undang yang harus dikesampingkan
Konflik antara undang-undang dengan putusan pengadilan.Apabila terjadi konflik
antara undang-undang dengan putusan pengadilan dapat di selesaikan dengan asas res
judicata pro veritate habetur artinya “putusan hakim (pengadilan) adalah benar”.
TUGAS RANGKUMAN
MATA KULIAH
PENGANTAR HUKUM INDONESIA
Oleh :
Gumilang T. Nugraha 20130610405
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013

Contenu connexe

Tendances

Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukum
dimahana
 

Tendances (20)

Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber   sumber hukumPengantar ilmu hukum sumber   sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukum
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
ppkn tentang : Hukum di indonesia
ppkn tentang : Hukum di indonesiappkn tentang : Hukum di indonesia
ppkn tentang : Hukum di indonesia
 
ppkn tentang : Hukum di indonesia
ppkn tentang : Hukum di indonesia ppkn tentang : Hukum di indonesia
ppkn tentang : Hukum di indonesia
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Sumber HTN
Sumber HTNSumber HTN
Sumber HTN
 
SISTEM HUKUM INDONESIA
SISTEM HUKUM INDONESIASISTEM HUKUM INDONESIA
SISTEM HUKUM INDONESIA
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasionalPKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
 
Pengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum IndonesiaPengantar Hukum Indonesia
Pengantar Hukum Indonesia
 
Pengertian hukum
Pengertian hukumPengertian hukum
Pengertian hukum
 
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukumpengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
pengertian hukum,tujuan hukum,jenis jenis hukum dan macam macam pembagian hukum
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
Ilmu hukum
Ilmu hukumIlmu hukum
Ilmu hukum
 
PENGANTAR ILMU HUKUM PERTEMUAN 1
PENGANTAR ILMU HUKUM PERTEMUAN 1PENGANTAR ILMU HUKUM PERTEMUAN 1
PENGANTAR ILMU HUKUM PERTEMUAN 1
 
SIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum IndonesiaSIstem Hukum Indonesia
SIstem Hukum Indonesia
 
Hukum perdata devin
Hukum perdata devinHukum perdata devin
Hukum perdata devin
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 

Similaire à Tugas merangkum ilmu hukum

Sistem hukum 1
Sistem hukum 1Sistem hukum 1
Sistem hukum 1
Riya Zayn
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
Zainal Abidin
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Hendrastuti Retno
 
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Mas Mito
 

Similaire à Tugas merangkum ilmu hukum (20)

Pengantar Hukum Indonesia.pptx
Pengantar Hukum Indonesia.pptxPengantar Hukum Indonesia.pptx
Pengantar Hukum Indonesia.pptx
 
Sistem Hukum Di Indonesia
Sistem Hukum Di IndonesiaSistem Hukum Di Indonesia
Sistem Hukum Di Indonesia
 
Sistem hukum 1
Sistem hukum 1Sistem hukum 1
Sistem hukum 1
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-pptPancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
Pancasila sebagai-sumber-dari-segala-sember-hukum-ppt
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
 
Hubungan warga negara(mustina)
Hubungan warga negara(mustina)Hubungan warga negara(mustina)
Hubungan warga negara(mustina)
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
 
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdf
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdfPERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdf
PERTEMUAN 5- PENGERTIAN HUKUM .pdf
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
KEWARGANEGARAAN DAN NEGARA
KEWARGANEGARAAN DAN NEGARAKEWARGANEGARAAN DAN NEGARA
KEWARGANEGARAAN DAN NEGARA
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
Aspek hukum ekonomi bisnis (done)
 
Hukum dan peradilan
Hukum dan peradilanHukum dan peradilan
Hukum dan peradilan
 
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukum
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukumPPT sumber-sumber hukum dan subjek hukum
PPT sumber-sumber hukum dan subjek hukum
 
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.ppt
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.pptMateri_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.ppt
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.ppt
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
Shi
ShiShi
Shi
 

Plus de Andrew Hutabarat

Plus de Andrew Hutabarat (20)

Jabs 0910 213
Jabs 0910 213Jabs 0910 213
Jabs 0910 213
 
Format proposal 2
Format proposal 2Format proposal 2
Format proposal 2
 
Format laporan acara 1
Format laporan acara 1Format laporan acara 1
Format laporan acara 1
 
Sistem Komputer
Sistem KomputerSistem Komputer
Sistem Komputer
 
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada TanamanKonsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada Tanaman
 
Contoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiahContoh proposal penelitian ilmiah
Contoh proposal penelitian ilmiah
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind 1
 
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 indKuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
Kuliah fisiologi lingkungan 2014 ind
 
Integrated weed
Integrated weedIntegrated weed
Integrated weed
 
Ekotan 15
Ekotan 15Ekotan 15
Ekotan 15
 
The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014The biodiversity budiastuti 2014
The biodiversity budiastuti 2014
 
Site dan mode of action
Site dan mode of actionSite dan mode of action
Site dan mode of action
 
Seed bank
Seed bankSeed bank
Seed bank
 
Managemen gulma
Managemen gulmaManagemen gulma
Managemen gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2 1
 
I gulma l2
I gulma l2I gulma l2
I gulma l2
 
Ecologi gulma
Ecologi gulmaEcologi gulma
Ecologi gulma
 
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
Kuliang fisiologi lingkungan ing 2014 2
 
Ekotanjut1
Ekotanjut1Ekotanjut1
Ekotanjut1
 
The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015The biodiversity ho 2015
The biodiversity ho 2015
 

Tugas merangkum ilmu hukum

  • 1. A. Mengenal Pengantar Hukum Indonesia PHI atau Pengantar Hukum Indonesia terdiri dari tiga kata, yakni : Pengantar, Hukum, dan Indonesia. Pengantar dalam bahasa Belanda inleiding dan dalam bahasa Inggris introduction berarti mengantarkan ( pada tujuan tertentu ), dengan cara memperkenalkan secara umum atau garis besar dalam suatu hal tertentu. Jadi PHI berarti memperkenalkan secara garis besar dasar- dasar hukum yang berlaku sekarang di Indonesia kepada siapa saja yang ingin mempelajari dan mengetahui hukum Indonesia. Hukum Indonesia yang dimaksud adalah hukum yang berlaku di Negara Indonesia pada waktu sekarang, hukum yang berlaku pada waktu sekarang di tempat atau wilayah tertentu dinamakan “ hukum positif ”. Hukum positif adalah terjemahan dari ius positum dari bahasa latin, yang secara harfiah berarti “ hukum yang ditetapkan ” dalam artian ditetapkan oleh manusia, dalam ungkapan kuno disebut stellig recht. Hukum positif atau stellingsrecht merupakan suatu kaidah yang berlaku sebenarnya, merumuskan suatu hubungan yang pantas antara fakta hukum dengnan akibat hukum yang merupakan abstraksi dari keputusan – keputusan. Positivitas kaidah hukum adalah hal ditetapkanya kaidah hukum dalam sebuah aturan hukum oleh pengemban kekuasaan hukum yang berwenang, J.J.H. Brugink ( Rechtsreflecties, Gronbegrippen uit de rechtheorie ). B. Pengertian Hukum Istilah “ hukum ” di Indonesia berasal dari bahasa Arab qonun atau ahkam atau hukm yang mempunyai arti “ hukum ” Secara etimologis, istillah “hukum” (Indonesia) disebut law (bahasa inggris) dan recht (bahasa belanda) dan droit (bahasa perancis). Dalam bahasa latin juga disebut IUS dari kata Iubere, artinya mengatur atau memerintah atau hukum. Hukum sama artinya aturan, norma atau kaidah, Hukum ialah keseluruhan peraturan baik tertulis/tidak tertulis yang dibuat atas penguasa yang berwenang yang ditujukan untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat dan disediakan sanksi bagi siapa saja yang melanggar. Subyek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk betindak dalam hukum. Yang mana subyek-subyek hukum itu seluruh masyarakat di indonesia termasuk pemerintah, kecuali : a. Anak di bawah umur b. Orang gila c. Di bawah paksaan / ancaman
  • 2. Equality before the law adalah istilah kesamaan dihadapan Hukum, Hukum tidak memandang siapapun juga, baik presiden maupun rakyat biasa semua nya memiliki derajat yang sama jika berhadapan dengan Hukum Syarat-syarat penegakan hukum :  Hukum,  Penegak hukum,  Sanksi,  Masyarakat , untuk menilai jalanya hukum di Indonesia hukum harus adil dan membahagiakan masyarakat. Karena hukum untuk masyarakat bukan masyarkat untuk hukum (dipaksa taat pada hukum). C. Sejarah Tata Hukum Indonesia Tata hukum Indonesia atau susunan hukum Indonesia adalah tatanan atau tata tertib hukum – hukum Indonesia guna melindungi kepentingan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sejak bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka sejaka saat itu bangsa Indonesia telah mengambil keputusan untuk menentukan dan melaksanakan hukumnya sendiri, yaitu hukum bangsa Indonesia sebagai hukum nasional dengan tatanan hukum yang baru yaitu hukum Indonesia. D. Politik Hukum Nasional Politik hukum nasional dapat disimpulkan dari beberapa ahli yaitu, bahwa politik hukum merupakan policy atau kebijakan Negara di bidang hukum yang sedang dan akan berlaku dalam suatu Negara. Pengertian “POLITIK HUKUM” dan “NASIONAL” maka politik hukum nasional merupakan policy atau kebijakan dasar penyelenggara Negara dalam bidang hukum nasional,baik yang sedang berlaku (ius constitutum) maupun yang akan beerlaku (ius constituendum) guna pencapaian tujuan bangsa dan Negara yang diamanatkan oleh UUD 1995. Kebijakan, pilihan politik dalam mengambil sikap dalam menjalankan hukum nasional dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada.  Jika hukum berdasarkan fakta social, maka hukum tersebut tertatih-tatih karena mengajar fakta social.  Harus mengindahkan tuntutan-tuntutan masyarakat.  HET RECHT HINK ACHTER DE FEITEN AAN = hukum berjaln sangat lambat dibelakang fakta social.
  • 3. Menurut Hans Kelsen : Berjenjangnya hukum / peraturan dari yang paling tinggi ke yang paling rendah (stuffenbau Theory) yang mana paling tinggi itu ialah UUD 1945 / Pancasila dan yang paling rendah yaitu PERDA (Peraturan Daerah). Walaupun di dalam UUD 1945 tidak ada pasal yang menentukan Politik Hukum Negara Republik Indoesia, tetapi dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 dapat diartikan sebagai penentuan adanya politik Hukum Negara Republic Indonesia,meskipun sifatnya sementara sampai terbentuknya kodifikasi hukum yang bersifat nasional. E. Pembagian Hukum a. Pembagian hukum menurut sumbernya  Hukum undang-undang yaitu Hukum yang tercantum dalam buku perundang- undangan (hukum tertulis)  Hukum kebiasaan yaitu hukum yang timbul dalam masyarakat dan berlaku secara umum (hukum tidak tertulis)  Hukum traktat yaitu hukum yang ditetapkan dalam suatu perjanjian antara satu dengan Negara lain (hukum tertulis)  Hukum jurisprudensi yaitu hukum yang dibentuk karena keputusan hakim. b. Pembagian menurut bentuknya  Hukum tertulis Hukum ini terdiri dari : 1. Hukum tertulis yang dikodefikasikan, misalnya hukum pidana dalam KUHP, hukum perdata dalam KUHPer ( BW ) dan hukum dagang dalam kitab undang – undang hukum dagang ( WvK ) 2. Hukum tertulis yang tidak dikodefikasikan, misalnya Undang – undang : merk, hak cipta, kepailitan, arbitrase, PT, yayasan, koperasi, Notaris dan sebagainya. Kodefikasi adalah membukukan hukum sejenis, secara lengkap sistematis menjadi satu dalam satu kitab undang – undang. Berbeda denga unifikasi, adalah penyatuan hukum yang berlaku secara nasional, atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional.  Hukum tak tertulis yaitu hukum yang tumbuh dan berkembang dari keyakinan dan kesadaran hukum masyarakat, tetapi tudak tertulis, dan masyarakat menaatinya seperti halnya menaati undang – undang ( hukum tertulis )
  • 4. c. Menurut tempat berlakunya  Hukum nasional yaitu : hukum yang berlaku pada waktu dan tempat dalam suatu Negara  Hukum internasional yaitu : hukum yang mengatur hunbungan hukum dalam dunia Internaional  Hukum asing yaitu : hukum yang berlaku dalam Negara lain.  Hukum gereja yaitu : hukum yang berlaku kepada anggota gereja tersebut ( hukum Khusus).  Hukum islam, yaitu hukum yang berlaku untuk orang-orang yang Beragama islam.  d. Menurut waktu berlakunya  Ius constitutum yaitu : hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat dan daerah tertentu.  Ius constituendum yaitu : hukum yang di cita-citakan.  Hak Asasi (hukum Alam) yaitu : hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu untuk segala bangsa di dunia. e. Menurut isinya  Hukum public (public law/reht) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat kelengkapannya ata hubungan antara Negara dengan warganegara  Hukum privat atau hukum sipil (private law/ privaatrecht) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan. f. Menurut fungsi atau cara mempertahankannya  Hukum material yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan.  Hukum hukum formal yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara melaksanakan hukum material g. Menurut sifatnya  Hukum yang memaksa atau hukum imperaktif yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai paksaan mutlak.  Hukum pelengkap atau hukum yang bersifat mengatur yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri .
  • 5. F. Sumber Hukum Sumber hukum ialah “ asal mulanya hukum ” segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan – aturan hukum sehingga mempunya kekuatan mengikat. Yang dimaksud “ segala sesuatu ” tersebut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap timbulnya hukum, darimana hukum ditemukan atau dari mana berasalnya isi hukum. Sumber hukum pada hakikatnya dapat dibedakan 2 macam, yaitu : sumber hukum material dan sumber hukum formal. a. Sumber hukum material Sumber hukum material adalah faktor – faktor yang menentukan kaidah hukum, tempat dari mana berasalnya isi hukum atau faktor – faktor yang menentukan isi hukum yang berlaku. Faktor – faktor yang menentukan isi hukum dapat dikelompokan atas : faktor idealis ( filosofis ), faktor sejarah ( historis ), dan faktor kemasyarakatan ( sosiologis ). Faktor idealis ( filosofis ) adalah pedoman – pedoman hidup yang tetap mengenai nilai – nilai etika dan keadilan yang harus dipatuhi oleh para pembentuk undang – undang ataupun lembaga – lembaga pelaksana hukum dalam melaksanakan tugasnya. Faktor sejarah ( historis ) tempat hukum dari sejarah kehidupan, tumbuh dan berkembangnya suatu bangsa di masa lalu missal : hukum dan piagam – piagam, dokumen, manuskrip kuno, code napoleon WvK dan WvS. Faktor Kemasyarakatan ( sosiologis ), adalah hal – hal yang nyata hidup dalam masyarakat yang tunduk pada aturan – aturan tata kehidupan masyarakat. Faktor – factor kemasyarakatan yang mempengaruhi pembentukan hukum adalah : 1) kebiasaan atau adat istiadat yang mentradisi; 2) keyakinan tentang agama / kepercayaan dan kesusilaan; 3) kesadaran, perasaan dan keyakinan hukum dalam masyarakat; 4) tata hukum negara – negara lain, misalnya materi hukum perdata, hukum dagang diambil dari negara – negara lebih maju; 5) sumber hukum formal yang sekarang ini dapat dijadikan bahan untuk menentukan isi hukum yang akan datang. b. Sumber hukum formal Sumber hukum formal ialah tempat darimana dapat ditemukan atau diperoleh aturan – aturan hukum yang berlaku yang mempunyai kekuatan mengikat masyarakat dan pemerintah sehingga ditaati. Bentuk – bentuk sumber hukum formal ialah :
  • 6. 1. Undang – Undang Undang – undang dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu undang – undang dalam arti material dan undang – undang dalam arti formal. Dalam arti “ material ” undang – undang adalah setiap keputusan atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa yang berwenang yang isinya mengikat secara umum. Dalam arti “ formal ” undang – undang adalah keputusan pemerintah atau yang berwenang yang karena prosedur terjadinya atau pembentukanya dan bentuknya dinamakan “ undang-undang ”. Didalam undang – undang terdapat asas – asas perundang – undangan antara lain : a. Undang – undang tidak berlaku surut artinya undang – undang mengikat untuk masa yang akan datang dan tidak mempunyai kekuatan berlaku surut b. Undang – undang tidak dapat diganggu gugat Asas ini semula dicantumkan dalam pasal 95 ayat 2 UUDS 1950 yang artinya bahwa undang – undang tidak dapat diuji, dinilai atau diteliti oleh siapapun apabila isinya bertentangan dengan UUD. Akan tetapi seiring dengan tidak digunakanya UUDS 1950 maka asas ini tidak berlaku lagi. c. Undang – undang yang lebih tinggi mengkesampingkan undang – undang yang lebih rendah atau yang dikenal dengan asas lex superiori derogate lex inferiori. Konsekuensi hukum dari asas ini adalah :  Undang – undang yang dibuat oleh penguasa lebih tinggi mempunyai kedudukan yang tinggi pula  undang – undang yang lebih tinggi tidak dapat diubah / dihapus oleh undang – undang yang lebih rendah kedudukanya  undang – undang yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan undang – undang yang lebih tinggi. Dengan keberadaan asas ini maka dapat diketahui hierarkhi / tata urutan peratutaran perundang – undangan Negara Republik Indonesia didalam peraturan perundang – undangan yang berlaku. Adapun tata
  • 7. urutan perundang – undangan Republik Indonesia menurut pasal 7 ayat 1 UU No 20 tahun 2011 terdiri atas : 1. UUD 1945 2. Tap MPR 3. UU atau PERPU 4. Peraturan Pemerintah 5. Peraturan Presiden 6. Peraturan Daerah Provinsi 7. Peraturan Daerah Kota/Kabupaten d. Undang – undang yang bersifat khusus mengkesampingkan undang – undang yang bersifat umum atau lex spesialis derogate lex generalis. Menurut asas ini apabila ada dua macam ketentuan peraturan perundangan yang setingkat atau kedudukanya sama dan berlaku dalam waktu yang bersamaan tetapi saling bertentangan, maka hakim harus menerapkan atau menggunakan yang khusus sebagai dasar hukum, dan mengkesampingkan yang umum. e. Undang – undang yang baru mengkesampingkan undang – undang yang lama atau lex posteriori derogate lex priori maksud asas ini adalah undang – undang yang lama jadi tidak berlaku apabila penguasa yang berwenang memberlakukan undang – undang atau peraturan baru dalam hal mengatur objek yang sama dan kedudukan undang – undang / peraturanya sederajat. 2. Kebiasaan Kebiasaan ialah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang tetap, dilakukan berulang – ulang dalam rangkaian perbuatan yang sama dan dalam waktu yang lama. Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan syarat – syarat tertentu, sebagai berikut : 1. Syarat Material yaitu harus ada perbuatan – perbuatan tertentu atau tetap yang dilakukan berulang – ulang dan terus menerus dalam rangkaian perbuatan yang sama dan dalam waktu yang lama serta diikuti oleh masyarakat 2. Syarat Intelektual artinya kebiasaan itu menimbulkan keyakinan umum pada masyarakat yang bersangkutan, bahwa perbuatan itu sebagai kewajiban hukum.
  • 8. 3. Adanya akibat hukum apabila hukum itu dilanggar 3. Yurisprudensi Yurisprudensi, berasal dari kata jurisprudential ( bahasa latin ) yang berarti “ pengetahuan hukum ” dalam bahasa inggris jurisprudence artinya ilmu hukum atau ajaran teori hukum umum. Kata yuriprudensi (Indonesia) sama dengan jurispudentie bahasa Belanda atau jurisprudence dalam bahasa Perancis yang berarti “ peradilan tetap ” atau “ hukum peradilan ” yang dalam bahasa Inggris digunakan istilah case law atau judge made law Dengan demikian, pengertian “ yurisprudensi ” sebagai sumber hukum formal adalah keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang diikuti atau dipergunakan oleh hakim berikutnya sebagai dasar hukum untuk memutus perkara yang sama. Yurisprudensi merupakan sumber hukum formal, karena didasarkan atas kenyataan bahwa sering terjadi dalam memutus perkara yang diperiksa oleh hakim tidak didasarkan atas peraturan hukum yang ada, melainkan didasarkan pada hukum tdak tertulis atau hukum yang hidup didalam masyarakat, karena undang – undang yang sudah kentinggalan zaman dan tidak sesuai dengan kesadaran masyarakat hukum yang beradab. Ada dua macam yurisprudensi, yaitu sebagai berikut : a. Yuriprudensi tetap, yaitu putusan hakim yang terjadi karena rangkaian putusan yang serupa atau sama, dan dijadikan dasar bagi pengadilan untuk memutuskan suatu perkara. Ada beberapa alasan mengapa hakim menciptakan hukum yurisprudensi, pertama, karena undang – undangnya tidak jelas atau kabur sehingga memerlukan penafsiran hukum yang komprehensif; kedua, undang – undang yang sudah ada tertinggal dengan perkembangan masyarakat atau tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan rasa keadilan dan kesadaran hukum masyarakat saat ini; ketiga, undang – undangnya tidak mengatur perbuatan hukum yang diajukan ke pengadilan. b. Yurisprudensi tidak tetap yaitu putusan hakim yang terdahulu yang tidak dijadikan dasar bagi pengadilan. Yurisprudensi tidak tetap ini pada umumnya yurisprudensi yang menerapkan undang – undang yang tidak pernah dipergunakan sebagai sumber hukum oleh hakim – hakim berikutnya atau dibawahnya.
  • 9. Ada dua asas yurisprudensi, yaitu sebagai berikut : a. Asas precedent, artinya bahwa hakim terikat atau tidak boleh menyimpang dari putusan – putusan hakim terdahulu atau hakim yang lebih tinggi atau hakim yang sederajat tingkatnya dalam perkara serupa. Menurut asas tersebut keputusan pengadilan itu mempunyai kekuatan mengikat bagi perkara – perkara serupa lainya. Asas precedent ini dikenal dalam system hukum di negara – negara Anglo Saxon ( Inggris, Amerika Serikat ). b. Asas bebas, merupakan kebalikan dari asas precedent, artinya hakim tidak terikat pada putusan – putusan hakim yang lebih tinggi maupun yang sederajat tingkatanya. Asas bebas ini diikuti di negara – negara eropa kontinental ( eropa daratan ) seperti Belanda, Perancis, Indonesia dan sebagainya. 4. Traktat Traktat atau treaty atau perjanjian internasional dipergunakan sebagai sumber hukum adalam arti formal, karena itu harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dinamakan perjanjian internasional. Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan subjek hukum internasional yang menumbulkan akibat hukum atau perjanjian yang mengatur hubungan antara Negara atau lembaga internasional yang bertujuan menimbulkan akibat hukum terentu. Pasal 11 ayat 1 UUD 1945 menetukan, bahwa presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan membuat perjanjian dengan negara lain. Menurut pasal 11 ayat (2) uud 1945, bahwa perjanjian Internasional yang memerlukan persetujuan DPR adalah perjanjian yang dapat menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau membentuk undang- undang. Apabila berkenaan persoalan yang penting dan memerlukan persetujuan dari institusi/lembaga yang mempunyai hak untuk mengadakan perjanjian (treaty making power), maka perjanjian dilakukan melalui tiga tahap pembentukan, yakni perundingan, penandatanganan dan ratifikasi. Apabila perjanjian bersifat sederhana dan tidak begitu penting, berjangka pendek dan memerlukan waktu yang cepat, maka dipilih
  • 10. perjanjian melalui dua tahap saja, yakni perundingan dan penandatanganan. Perjanjian Internasional baru mengikat atau berlaku dalam suatu Negara setelah di ratifikasi oleh kepala Negara. Ratifikasi dibagi menjadi 3 a. Ratifikasi sepenuhnya Negara yang telah mempelajari Perjanjian Internasional dan cocok untuk di terapkan dinegaranya maka perjanjian Internasional tersebut dapat diterapkan b. Ratifikasi dengan memberikan syarat Apabila suatu Negara setuju dengan perjanjian Internasional tetapi dengan memberikan syarat-syarat tertentu. c. Menolak dengan keras Apabila Negara tidak setuju dengan perjanjian Internasional dan tidak cocok untuk diterapkan di Negara nya maka Negara tersebut dapat menolak dengan keras, tentu dengan konsekuensi-konsekuensi yang ditanggung sendiri oleh Negara yang menolak perjanjian Internasional tersebut. 5. Doktrin Hukum Doktrin atau ajaran – ajaran atau pendapat ahli hukum / sarjana hukum terkemuka dan berpengaruh, besar pengaruhnya terhadap hakim dalam mengambil keputusan. Doktrin atau pendapat para ahli hukum yang digunakan hakim untuk memutus suatu perkara disebut “Doktrin Hukum”. Doktrin dapat menjelma menjadi hukum formal setelah menjelma atau menjadi dasar putusan hakim. G. Konflik Antar Sumber Hukum Antara sumber – sumber hukum formal yang satu dengan sumber hukum formal lainya, tentunya tidak diharapkan terjadi konflik atau pertentangan, tetapi apabila konflik itu terjadi maka harus diselesaikan dengan asas – asas yang terdapat dalam sistemnya sendiri. Konflik antar peraturan perundang-undangan yang satu dengan peraturan perundang- undangan lainnya diselesaikan dengan asas-asas berikut
  • 11. a. Lex Specialis derogate lex generalis yaitu apabila terjadi konflik undang- undang antara undang-undang yang umum dan undang-undang yang khusus maka undang-undang yang umum harus di kesampingkan b. Lex superior derogate lex inferiori yaitu apabila dua undang-undang yang tidak sederajat tingkatannya mengatur objek yang sama dan saling bertentangan, maka undang-undangyang tinggi tingkatannya mengesampingkan undang-undang yang tingkatannya di bawahnya. c. Lex posteriori derogate lex priori yaitu apabila undang-undang yang baru mengesampingkan undang-undang yang lama Apabila terjadi konflik antara undang-undang dengan kebiasaan maka pada prinsipnya undang-undang yang harus diberlakukan atau dipergunakan, terutama undang-undang yang bersifat memaksa. Sebaliknya terhadap undang-undang yang bersikap pelengkap (accessoir), maka undang-undang yang harus dikesampingkan Konflik antara undang-undang dengan putusan pengadilan.Apabila terjadi konflik antara undang-undang dengan putusan pengadilan dapat di selesaikan dengan asas res judicata pro veritate habetur artinya “putusan hakim (pengadilan) adalah benar”.
  • 12. TUGAS RANGKUMAN MATA KULIAH PENGANTAR HUKUM INDONESIA Oleh : Gumilang T. Nugraha 20130610405 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013