Paragraf A membahas pandangan Islam terhadap poligami yang diijinkan karena lebih baik daripada selingkuh atau pelacuran. Paragraf B menjelaskan alasan Rasulullah SAW menikahi lebih dari satu istri yaitu pertimbangan kemanusiaan dan kelancaran dakwah. Paragraf C membahas ayat Al-Quran tentang poligami yang mengijinkan menikahi empat wanita asalkan berlaku adil.
1. BAB II
ISI
A. POLIGAMI MENURUT PANDANGAN ISLAM
Saat ini, poligami dihujat habis-habisan. Bahkan dulu ada UU yang melarang pegawai
negeri berpoligami. Bahkan di Republika, katanya ada rancangan hukum Agama yang
melarang poligami.
Seorang suami, dilarang berpoligami. Sementara masyarakat umum membolehkan
suami tersebut berselingkuh dan berzinah dengan puluhan bahkan mungkin ratusan wanita
atau pelacur selama hidupnya. Apa itu dibenarkan?
Sesungguhnya Poligami lebih baik daripada berselingkuh atau berzinah dengan
pelacur. Poligami itu halal, sementara selingkuh atau pelacuran itu haram. Kemungkinan
yang bakal terjadi sebagai akibat banyaknya laki-laki yang mampu kawin:
1. Mungkin orang-orang perempuan itu akan hidup sepanjang umur dalam kepahitan
hidup.
2. Mungkin mereka akan melepaskan kendalinya dengan menggunakan obat-obat dan
alat-alat kontrasepsi untuk dapat bermain-main dengan laki-laki yang haram.
3. Atau mungkin mereka mau dikawini oleh laki-laki yang sudah beristeri yang kiranya
mampu memberi nafkah dan dapat bergaul dengan baik.
B. ALASAN RASULULLAH SAW BERPOLIGAMI
1. Rasulullah SAW menikahi mereka kareana pertimbangan kemanusiaan dan
kelancaran urusan dakwah.
2. Demi kelancaran urusan dakwah, didasari faktor agama dan bukanlah untuk
kepentingan dunia. Pernikahan itu dilangsungkan untuk suatu hikmah dan bukan
untuk menuruti hawa nafsu belaka. Pernikahan itu pula untuk mengokohkan,
memperkuat dan menyebarkan dakwah dan bukan untuk bersenang- senang,
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi ataupun hanya sekedar suatu hobi
memperbanyak isteri saja.
3. Untuk kebaikan Islam dan kaum muslimin. Bertujuan untuk melunakkan hati orang-
orang yang sedang dijinakkan untuk menerima agama Islam, sedangkan pada
kesempatan yang lain lagi pernikahan itu bermaksud untuk menambah keikhlasan
kepada Allah dan Rasul-Nya bagi mereka yang sejak awalnya telah berlaku ikhlas.
Tak jarang pula beliau mengharapkan dari pernikahan itu untuk memperbanyak kaum
2. kerabat dari jalur pernikahan. Agar mereka menjadi pembela- pembelanya, serta
pendukung-pendukung yang handal terhadap agama Allah.
4. Pernikahan itu sengaja dilakukan oleh Nabi demi untuk menambah keakraban orang
yang sangat dekat di hatinya, kadang pula demi untuk menambah kecintaan mereka
yang sangat dicintainya. adalah untuk memuliakan dan memberi penghargaan bagi
seorang wanita yang lanjut usia sehingga tidak lagi menarik hati laki-laki. Sementara
wanita itu telah menghibahkan dirinya untuk Nabi. demi untuk memuliakan wanita itu
sebagaimana yang ia harapkan.
C. AYAT TENTANG POLIGAMI
1.
Artinya: Nikahilah wanita-wanita (lain) yang kalian senangi masing-masing dua, tiga,
atau empat kemudian jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil, kawinilah
seorang saja atau kawinilah budak-budak yang kalian miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat pada tindakan tidak berbuat aniaya. (QS an-Nisa‟ [4]: 3).
Ayat terbut jelas bahwa allah swt, tidak membebankan suatu urusan kepada hamba
kecuali urusan itu yang sanggup dipikulnya. Masalah keadilan yang harus dijalani
oleh seorang suami yang beristri lebih dari satu bukanlah masalah keadilan kasih
sayang disebabkan masalah kasih sayang tidak sanggup di penuhi oleh seorang suami.
2. Allah swt berfirman:
Artinya: “Sekali-kali kalian tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri kalian
walaupun kalian sangat menginginkannya. Oleh karena itu, janganlah kalian terlalu
cenderung (kepada salah seorang istri yang kalian cintai) hingga kalian membiarkan
istri-istri kalian yang lain terkatung-katung”. (QS an-Nisa‟ [4]: 129). Berkenaan
ketidakmampuan manusia berlaku adil sebagaimana yang ditunjukkan dalam ayat di
atas, banyak para muffasirin dalam menafsirkan ayat diatas sama halnya dengan Ibn
„Abbas menjelaskan bahwa ketidakmampuan yang dimaksud adalah dalam perkara
kasih sayang dan syahwat suami terhadap istri-istrinya . Sebaliknya, selain dalam dua
perkara ini, seorang suami akan mampu berlaku adil kepada istri-istrinya. Keadilan
selain dalam kasih sayang dan syahwatnya inilah yang sebetulnya dituntut dan
diwajibkan atas para suami yang berpoligami. Sebaliknya, keadilan dalam hal kasih
sayang dan kecenderungan syahwatnya bukanlah sesuatu yang diwajibkan atas
3. mereka. Allah menegaskan bahwa manusia tidak akan dapat adil secara sempurna
kepada istri-istrinya. Meski demikian bukan berarti melarang poligami, tapi menyuruh
manusia agar tidak terlalu condong pada yang dicintai dan membiarkan yang lain
terlantar. Adil yang dimaksud adalah adil dalam hal pemberian materi dan giliran.
D. SYARAT-SYARAT BERPOLIGAMI
1. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali
persaudaraan menjadi isterinya. Tujuan pengharaman ini ialah untuk menjaga
silaturrahim antara anggota-anggota keluarga. Rasulullah (s.a.w.) bersabda,
maksudnya: "Sesungguhnya kalau kamu berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu
akan memutuskan silaturrahim di antara sesama kamu." (Hadis riwayat Bukhari &
Muslim)
2. Disyaratkan pula berlaku adil, Berlaku adil terhadap dirinya sendiri, Adil di antara
para isteri, Adil memberikan nafkah, Adil dalam menyediakan tempat tinggal, Adil
dalam giliran, dan Anak-anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan,
pemeliharaan serta kasih sayang yang adil dari seorang ayah. Sebagaimana yang
difirmankan Allah (SWT): "Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di
antara isteri-isteri kamu), maka (kahwinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah)
hamba-hamba perempuan yang kaumiliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
(untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman." (Al-Qur'an, Surah an-
Nisak ayat 3).
3. Tidak menimbulkan huru-hara di kalangan isteri mahupun anak-anak. Jadi, suami
mesti yakin bahawa perkahwinannya yang baru ini tidak akan menjejaskan serta
merosakkan kehidupan isteri serta anak-anaknya. Kerana, diperbolehkan poligami
dalam Islam adalah untuk menjaga kepentingan semua pihak. Jika kepentingan ini
tidak dapat dijaga dengan baik, maka seseorang yang berpoligami pada saat itu adalah
berdosa.
4. Berkuasa menanggung nafkah. Yang dimaksudkan dengan nafkah di sini ialah nafkah
zahir, sebagaimana Rasulullah (s.a.w.) bersabda yang bermaksud: "Wahai sekalian
pemuda, sesiapa di antara kamu yang berkuasa mengeluarkan nafkah, maka
hendaklah kamu berkahwin. Dan sesiapa yang tidak berkuasa, hendaklah berpuasa".
Hadis di atas menunjukkan bahawa Rasulullah (s.a.w.) menyuruh setiap kaum lelaki
supaya berkahwin tetapi dengan syarat sanggup mengeluarkan nafkah kepada
isterinya. Andaikan mereka tidak berkemampuan, maka tidak digalakkan berkahwin
4. walaupun dia seorang yang sihat zahir serta batinnya. Oleh itu, untuk menahan nafsu
seksnya, dianjurkan agar berpuasa. Kemampuan zahir antara lain:
Mampu memberi nafkah asas seperti pakaian dan makan minum
Mampu menyediakan tempat tinggal yang layak
Mampu menyediakan kemudahan asas yang wajar seperti pendidikan dan
sebagainya.
Sehat tubuh badannya dan tidak berpenyakit yang boleh menyebabkan ia gagal
memenuhi tuntutan nafkah zahir yang lain.
Mempunyai kemampuan dan keinginan seksual.
5. Membatasi jumlah isteri yang akan dikahwininya. Syarat ini telah disebutkan oleh
Allah (SWT) dengan firman-Nya: "Maka berkahwinlah dengan sesiapa yang kamu
ber-kenan dari perempuan-perempuan (lain): dua, tiga atau empat." (Al-Qur'an, Surah
an-Nisak ayat 3). Pembatasan ini juga bertujuan membatasi kaum lelaki yang suka
dengan perempuan agar tidak berbuat sesuka hatinya. Di samping itu, dengan
pembatasan empat orang isteri, diharapkan jangan sampai ada lelaki yang tidak
menemukan isteri atau ada pula wanita yang tidak menemukan suami.
E. ALASAN KERIDHAAN ISTRI TIDAK MENJADI SYARAT DALAM
PERNIKAHAN KEDUA DAN SETERUSNYA
Yang dibenarkan agama bagi seorang istri adalah tidak menghalang-halangi suaminya
menikah lagi dan bahkan mengizinkannya. keridhaannya itu diperlukan agar hubungan di
antara kamu berdua tetap baik. Selanjutnya hendak kita berlaku adil semaksimal mungkin
dan melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya terhadap istri-istri kita. Semua hal diatas
adalah merupakan bentuk saling tolong menolong di dalam kebaikan dan ketaqwaan. Allah
Subhanahu wa Ta‟ala telah berfirman “Dan saling tolong menolong kamu di dalam kebajikan
dan taqwa” [Al-Maidah : 2]
F. HIKMAH BERPOLIGAMI
1. Dari Rasulullah SAW sendiri, ada hikmah yang sangat mendalam di masa kini yaitu
semakin banyaknya sumber-sumber ajaran Islam terutama yang berkaitan dengan
fiqih wanita, karena memang dari sanalah umumnya pelajaran Rasulullah SAW
tentang wanita itu berasal. Seandainya Rasulullah SAW hanya beristrikan satu orang
saja, maka kajian fiqih wanita sekarang ini akan menjadi sangat sempit karena
5. sumbernya terbatas hanya dari satu orang. Namun alhamdillah atas tadbir ilahi,
dengan beristri sampai 11 orang, maka sumber itu menjadi cukup banyak. Dan
purnalah Islam sebagai agama yang syamil mutakamil.
2. Berpoligami adalah suatu solusi yang paling tepat untuk memperoleh keturunan dan
juga istri yang pertama masih bisa membagi kasih sayang dengannya. Karena kadang-
kadang ada suatu keadaan ketika sang istri tidak dapat melahirkan anak, sementara
sang suami sangat menginginkannya. Pada saat yang sama, suami begitu menyayangi
istrinya dan tidak ingin menceraikannya.
3. berpoligami jadi sebagai penyelesaian bahtera kehidupan rumah tangga pada ketika
keadaan seorang istri sakit keras sehingga menghalanginya untuk melaksanakan
kewajibannya sebagai ibu dan istri, sedangkan sang suami sangat menyayanginya; ia
tetap ingin merawat istrinya dan tidak ingin menceraikannya. Akan tetapi, di sisi lain
ia membutuhkan wanita lain yang dapat melayaninya.
4. Di dunia ini ada sebagian lelaki yang tidak cukup hanya dengan satu istri (maksudnya,
ia memiliki syahwat lebih besar dibandingkan dengan lelaki pada umumnya). Maka
berpoligami adalah suatu jalan penyelesaian bagi sebahagia lelaki tersebut. Jika ia
hanya menikahi satu wanita, hal itu justru dapat menyakiti atau menyebabkan
kesulitan bagi sang istri. Dan akan mengakibatkan perzinaan.
5. Banyak wanita yang tidak kebagian suami, di takutkan dari kaum wanita sebagai
pelampiasan nafsu biologisnya menjurus kepada tindakan-tindakan asusila. Maka
berpoligami merupakan sosusi bagi wanita. Karena jumlah lelaki lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah perempuan; baik karena terjadinya banyak peperangan
ataupun karena angka kelahiran perempuan memang lebih banyak daripada lelaki.