SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  8
PENDAHULUAN

   A. Latar Belakang
     Pada pembukaan UUD 1945 antara lain yang menyatakan “Untuk membentuk
suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
     Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan UUD 1945 tersebut, maka disusun dan
diterapkanlah undang-undang yang mengatur pokok-pokok pengelolaan keuangan
negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
merupakan penjabaran pasal 23 ayat (1) UUD 1945. Dalam undang-undang ini telah
secara tegas menyatakan bahwa keuangan negara harus dikelola secara tertib, taat
peraturan   perundang-undangan,   efisien,   ekonomis,   efektif,    transparan,   dan
bertangggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan, yang harus
diterapkan pada tahap perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban. Prinsip ini tidak saja berarti pengelola keuangan negara harus
bertindak benar dan terbuka pada saat pelaksanaan pertanggungjawaban, tetapi juga
berarti pada saat perencanaan sudah harus terbuka dan berbuat benar. Apabila dalam
perencanaan sudah ada rekayasa ubtuk berbuat tidak benar, maka berarti telah
melakukan perbuatan melawan hukum. Berarti perbuatan perencanaan yang tidak
benar, atau tidak dapat dipertanggungjawabkan tersebut telah memenuhi salah satu




1|Page
unsur dari unsur-unsur yang dirumuskan dalam pengertian korupsi menurut Pasal 2
ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tantang Tindak Pidana Korupsi.


       B. Pengertian Korupsi
           Menurut Fockema Andreae1 kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio
atau corruptus (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya, disebutkan bahwa
corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua.
           Dari bahasa Latin itulah turun kebanyak bahasa Eropa seperti Inggris, yaitu
Corruption, corrupt; Prancis, yaitu corruption; dan Belanda, yaitu corruptie
(korruptie). Kita dapat memberanikan diri bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu
turun kebahasa Indonesia, yaitu”korupsi.”
           Arti harfiah dari kata itu ialah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata
atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
           Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa
Indonesia itu, disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia: “Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya.”2




1
    Kamus Hukum, Fockema Andrea. (Bandung: Bina Cipta, 1983) huruf c. Terjemahan Bina Cipta.
2
    Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. 1976


2|Page
C. Permasalahan
    -    Mengapa seseorang/kelompok melakukan korupsi?
    -    Bagaimana akibat/dampak dari korupsi itu?




3|Page
PEMBAHASAN
        A. Sebab dan Akibat dari Korupsi
        Seperti telah diuraikan oleh Thomas Moore (1478-1535), dalam 25 tahun ada
72.000 pencuri digantung di daerah yang penduduknya tiga sampai empat saja, tetapi
kejahatan terus merajalela. Menurut Moore, dengan kekerasan saja tidak akan
dibendung kejahatan. Untuk memberantas kejahatan harus dicari sebabnya dan
menghapusnkannya.3 Dengan demikian, kejahatan seperti korupsi pun tidak akan
terberantas atau kurang kecuali kalau kita menemukan sebabnya, kemudian sebab itu
dihapuskan atau dikurangi.
        Tentang kausa atau sebab orang melakukan perbuatan korupsi di Indonesia,
berbagai pendapat telah dilontarkan. Ditambah dengan pengalaman-pengalaman
selama ini, kita dapat membuat asumsi atau hipotesis minyalnya sebagai berikut.
        1. Kurangnya Gaji atau Pendapatan Pegawai Negeri Dibandingkan dengan
           Kebutuhan yang Makin Hari Makin Meningkat
          “Pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya
          korupsi sebab paling gampang dihubungkan misalnya kurang gaji
          pejabat, buruknya ekonomi, mental pejabat kurang baik, administrasi
          dan manajemen yang kacau yang menghasilkan adanya prosedur yang
          berliku-liku dan sebagainya.”4
        Namun demikian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang
factor yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia.
Hal ini dikemukakan pula oleh Guy J. Pauker dalam tulisannya yang berjudul
“Indonesia 1979: The Record of three decades” (Asia Survey Vol. xx No. 2, 1980 :
123).




3
  W. A. Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, terjemahan R. A. Koesnoen (Jakarta: PT Pembangunan, 1955),
hlm. 46.
4
  B. Soedarso, Korupsi di Indonesia (Jakarata: Bhratara Karya Aksara, 1969), hlm. 10-11


4|Page
2. Manajemen yang Kurang Baik dan Kontrol yang Kurang Efektif dan
               Efisien
          Terkenal ucapan Prof. Soemitro Alm. yang dikutip oleh media cetak bahwa
kebocoran mencapai 30% dari anggaran. Ternyata usaha pendidikan dan pelatihan
seperti P4 dan SESPA tidak mempan bukan saja untuk memberantas korupsi, tetapi
juga untuk menguranginya. Korupsi semakin meningkat dari tahun ke tahun.
          3. Penyebab Korupsi ialah Modernisasi
          Huntington menulis sebagai berikut.
              “Korupsi terdapat dalam masyarakat, tetapi korupsi lebih umum
              dalam masyarakat yang satu daripada yang lain, dan dalam
              masyarakat yang sedang tumbuh korupsi lebih umum suatu periode
              yang satu dari yang lain. Bukti-bukti dari sana sini menunjukkan
              bahwa luas perkembangan korupsi berkaitan dengan modernisasi
              social dan ekonomi yang cepat.”5
          Penyebab medernisasi mengembangbiakkan korupsi dapat disingkat dari
jawabab Huntington berikut ini.
          a. Modernisasi          membawa      perubahan-perubahan   paa   nilai   dasar   atas
               masyarakat.
          b. Modernisasi juga ikut mengembangkan korupsi karena medernisasi
               membuka sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan yang baru.
          c. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang
               diakibatkan dalam bidang kegiatan system politik.
          Mengenai akibat korupsi, ada dua pendapat. Ada yang mengatakan korupsi
tidak selalu berakibat negative, kadang-kadang berakibat positif, ketika korupsi itu
berfungsi sebagai uang pelican bagaikan tangki minyak pelumas pada mesin.
Pendapat ini banyak dianut oleh peneliti Barat.6



5
    Samuel P. Huntington, op.cit., hlm. 121.
6
    J. W. Schoorl, op.cit., hlm. 184


5|Page
B. Pemberantasan Korupsi
     1. Korupsi Harus Ditempatkan Sebagai Dosa Sosial
     Lemahnya sanksi social bagi koruptor adalah pemicu lain terjadinya korupsi.
Seorang koruptor masih merasa tidak bersalah meski telah ditetapkan sebagai
tersangka. Keadaan ini cukup membuat keberanian bagi seseorang untuk melakukan
korupsi.
     Angka korupsi yang meningkat dari tahun ke tahun tidak hanya menempatkan
kita sebagai jegara terkorup se-Asia dalam dua tahun terakhir, tetapi juga
menurunkan kualitas manusia Indonesia karena anggaran yang semestinya
dipergunakan untuk kesejahteraan bersama, pendidikan, penyediaan pangan dan
lapangan pekerjaan habis terkorupsi.
     Merajalelanya korupsi mestinya dilawan dengan kekatan yang sama dari
masyarakat anti korupsi. Selama perlawanan terhadap tindak korupsi hanya parsial,
maka justru semakin kontraproduktif. Memang selama ini telah bermunculan
lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang merespon berbagai kasus
korupsi, tetapi nampaknya kekuatan dan posisi mereka masih kalah kuat dengan
bebasnya pelaku-pelaku yng didukung penuh oleh negara dan kekuasaan. LSM tidak
akan pernah akan mempunyai bukti-bukti memadai selain mengamati sejumlah gejala
yang diungkap oleh pejabat yang kecewa atau media massa.
     Oleh    karena   itu,   menurut   saya,   memberantas   korupsi   tidak   hanya
dikembangkan dengan mengembangkan budaya sopan santun atau prihatin tetapi
menyediakan gerakan dalam kualitas dan kuantitas yang sama untuk melawan.
Dengan kata lain, jika ada 10 orang melakukan korupsi maka diperlukan juga 10
orang anti korupsi untuk melawannya dengan kualitas yang sama. Membudayakan
gerakan-gerakan anti korupsi sebanyak mungkin jauh lebih efektif di berbagai negara
ketimbang melakukan rindakan-tindakan hukum yang rawan dimanipulasi.




6|Page
2. Meruntuhkan Ruang Bebas Korupsi
     Banyak ditahannya wakil-wakil rakyat dengan tuduhan korupsi makin
menegaskan kepada kita jika upaya-upaya pemberantasan korupsi masih menemui
jalan terjal. Bagaimanapun juga, kapasitas sebagai wakil rakyat adalah kapasitas
control baik kepada kepada eksekutif ataupun masyarakat. Tidak sepatutnya lembaga
wakil rakyat dikotori oleh ulah orang-orang tidak bermoral.
     Ketika lembaga-lembaga control tidak mampu menjalankan perannya, maka
sejalan dengan itu praktek KKN semakin berkembang subur dan merajalela.
     Korupsi di Indonesia bukan melulu pada masalah lemahnya system administrasi
seperti diduga sebagian besar orang selama ini. lembaga pengadilan, legislative yang
mestinya menjadi barometer pencipta keadilan justru tidak bisa melepaskan diri dari
belenggu KKN. Istilah negara hukum sebagaimana diatur dalam pasal-pasal UUD
1945 hanyalah slogan belaka, terbukti para pelaku dan tersangka korupsi masih bebas
melenggang.
     Praktek korupsi di Indonesia yang sudah menggurita ini membutuhkan
komitmen semua pihak untuk menanggulanginya. Yang terpenting sekarang bukan
menyusun system dan peraturan melainkan justru mendorong tumbuhnya lembaga-
lembaga control an mempersempit ruang gerak peluang melakukan korupsi. Selama
eksekutif, yudikatif, dan legislative berperan sebagai pelopor korupsi, tinggal
menghitung hari hancurnya negara yang kita banggakan ini. karena terikat sumpah,
pejabat public yang berkorupsi meski dihukum lebih berat dan memadai.




7|Page
PENUTUP
     A. Kesimpulan
     Kondisi korupsi di Indonesia pada pasca era reformasi bukan semakin menurun
melainkan meningkat ke segala aspek kehidupan dan di semua bidang penyelenggara
negara, baik di lingkungan eksekutif, legislative, yudikatif, bidang politik maupun
sector swasta. Kuantitas korupsi semakin beragam mulai dari yang dilakukan di
tingkat organisasi terendah seperti RT, RW, Pungli di jalanan sampai dengan jual beli
perkara di pengadilan, jual beli objek dan hasil temuan pemeriksaan sampai dengan
yang dilakukan oleh elit birokrat dan kalangan intelektual baik di lingkungan
pemerintahan pusat, daerah, lembaga negara maupun BUMN/BUMD, dan yayasan-
yayasan di lingkungan insitusi kepemerintahan. Korupsi tersebut tidak terjadi secara
kebetulan atau seketika, tetapi sudah direncanakan jauh-jauh hari sejak saat
perncanaan kerja/kegiatan/penyelenggaraan dimulai, dan lebih jauh lagi sejak
penempatan para pejabat disuatu unit kerja daerah maupun lembaga negara.
     Melihat kondisi tersebut, apabila korupsi tidak segera dicegah dan diberantas,
tinggal menunggu waktu saja bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia terjadinya
revolusi yang akan menghiasi sejarah kepulauan nusantara yang menandakan bahwa
Republik Indonesia pernah ada.




8|Page

Contenu connexe

Tendances

Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiDini Islamiana
 
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.pptRizkyAulia61
 
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...Universitas Pakuan
 
pemberantasan korupsi di korea
pemberantasan korupsi di koreapemberantasan korupsi di korea
pemberantasan korupsi di koreaReza Yudhalaksana
 
Bab 1 pendidikan anti korupsi perlukah
Bab 1 pendidikan anti korupsi perlukahBab 1 pendidikan anti korupsi perlukah
Bab 1 pendidikan anti korupsi perlukahnatal kristiono
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenMochammad Ridwan
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTPendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTHaristian Sahroni Putra
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi Marlinda
 
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiriringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiriRezki Atirah
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiReynes E. Tekay
 
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsiBab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsinatal kristiono
 
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsiPPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsiRiskymessyana99
 
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaPenyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaMendeko Jo
 
pemberantasan korupsi di finlandia
pemberantasan korupsi di finlandiapemberantasan korupsi di finlandia
pemberantasan korupsi di finlandiaReza Yudhalaksana
 
Konsep koperasi
Konsep koperasiKonsep koperasi
Konsep koperasiyoggi123
 
PPT peran mahasiswa mencegah korupsi
PPT peran mahasiswa mencegah korupsiPPT peran mahasiswa mencegah korupsi
PPT peran mahasiswa mencegah korupsiirfan baihaqi
 
Patologi birokrasi di indonesia
Patologi birokrasi di indonesiaPatologi birokrasi di indonesia
Patologi birokrasi di indonesiaMuhammad Salim
 

Tendances (20)

Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
 
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
5. BAB 3 DAMPAK MASIF KORUPSI.ppt
 
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
Studi Kasus Penyimpangan Atas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Pad...
 
pemberantasan korupsi di korea
pemberantasan korupsi di koreapemberantasan korupsi di korea
pemberantasan korupsi di korea
 
Bab 1 pendidikan anti korupsi perlukah
Bab 1 pendidikan anti korupsi perlukahBab 1 pendidikan anti korupsi perlukah
Bab 1 pendidikan anti korupsi perlukah
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PTPendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk PT
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
 
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiriringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
ringkasan materi bab 4 beserta tugas mandiri
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
 
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsiBab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
 
Patologi birokrasi
Patologi birokrasiPatologi birokrasi
Patologi birokrasi
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsiPPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
 
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaPenyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
 
pemberantasan korupsi di finlandia
pemberantasan korupsi di finlandiapemberantasan korupsi di finlandia
pemberantasan korupsi di finlandia
 
Konsep koperasi
Konsep koperasiKonsep koperasi
Konsep koperasi
 
PPT peran mahasiswa mencegah korupsi
PPT peran mahasiswa mencegah korupsiPPT peran mahasiswa mencegah korupsi
PPT peran mahasiswa mencegah korupsi
 
korupsi di korea selatan
korupsi di korea selatankorupsi di korea selatan
korupsi di korea selatan
 
Patologi birokrasi di indonesia
Patologi birokrasi di indonesiaPatologi birokrasi di indonesia
Patologi birokrasi di indonesia
 

En vedette

Essay Korupsi Indonesia
Essay Korupsi IndonesiaEssay Korupsi Indonesia
Essay Korupsi IndonesiaQiras Raka
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Syifa Nadia
 
Tugas PKN kelompok 1
Tugas PKN kelompok 1Tugas PKN kelompok 1
Tugas PKN kelompok 1MMuhsn14
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pengantar Antropologi
Pengantar AntropologiPengantar Antropologi
Pengantar AntropologiSURIYAMBO
 
Paragraf deduktif dan induktif dalam artikel koran
Paragraf deduktif dan induktif dalam artikel koranParagraf deduktif dan induktif dalam artikel koran
Paragraf deduktif dan induktif dalam artikel koranYayu Ferdian
 

En vedette (9)

Essay Korupsi Indonesia
Essay Korupsi IndonesiaEssay Korupsi Indonesia
Essay Korupsi Indonesia
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
 
Hubungan ilmu politik
Hubungan ilmu politikHubungan ilmu politik
Hubungan ilmu politik
 
Contoh esai
Contoh esaiContoh esai
Contoh esai
 
Tugas PKN kelompok 1
Tugas PKN kelompok 1Tugas PKN kelompok 1
Tugas PKN kelompok 1
 
Metode dan pendekatan dalam ilmu antropologi
Metode dan pendekatan dalam ilmu antropologiMetode dan pendekatan dalam ilmu antropologi
Metode dan pendekatan dalam ilmu antropologi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
 
Pengantar Antropologi
Pengantar AntropologiPengantar Antropologi
Pengantar Antropologi
 
Paragraf deduktif dan induktif dalam artikel koran
Paragraf deduktif dan induktif dalam artikel koranParagraf deduktif dan induktif dalam artikel koran
Paragraf deduktif dan induktif dalam artikel koran
 

Similaire à Korupsi di Indonesia

Makalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanMakalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanjellysihite
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiSeptian Muna Barakati
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja kerasDebyNurulSyafda
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41fahmialzie
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...basrizal82
 
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMakalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMuhammad Iqbal
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6heninur2
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfBE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfIntan Wachyuni
 

Similaire à Korupsi di Indonesia (20)

Makalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanMakalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraan
 
Bab i,234
Bab i,234Bab i,234
Bab i,234
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
 
Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab viii pak
Bab viii pakBab viii pak
Bab viii pak
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMakalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
 
Makalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baikMakalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baik
 
Makalah pemerintahan yang baik STIP WUNA
Makalah pemerintahan yang baik STIP WUNA Makalah pemerintahan yang baik STIP WUNA
Makalah pemerintahan yang baik STIP WUNA
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfBE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
 

Korupsi di Indonesia

  • 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada pembukaan UUD 1945 antara lain yang menyatakan “Untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan UUD 1945 tersebut, maka disusun dan diterapkanlah undang-undang yang mengatur pokok-pokok pengelolaan keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang merupakan penjabaran pasal 23 ayat (1) UUD 1945. Dalam undang-undang ini telah secara tegas menyatakan bahwa keuangan negara harus dikelola secara tertib, taat peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertangggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan, yang harus diterapkan pada tahap perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Prinsip ini tidak saja berarti pengelola keuangan negara harus bertindak benar dan terbuka pada saat pelaksanaan pertanggungjawaban, tetapi juga berarti pada saat perencanaan sudah harus terbuka dan berbuat benar. Apabila dalam perencanaan sudah ada rekayasa ubtuk berbuat tidak benar, maka berarti telah melakukan perbuatan melawan hukum. Berarti perbuatan perencanaan yang tidak benar, atau tidak dapat dipertanggungjawabkan tersebut telah memenuhi salah satu 1|Page
  • 2. unsur dari unsur-unsur yang dirumuskan dalam pengertian korupsi menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tantang Tindak Pidana Korupsi. B. Pengertian Korupsi Menurut Fockema Andreae1 kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya, disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin itulah turun kebanyak bahasa Eropa seperti Inggris, yaitu Corruption, corrupt; Prancis, yaitu corruption; dan Belanda, yaitu corruptie (korruptie). Kita dapat memberanikan diri bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu turun kebahasa Indonesia, yaitu”korupsi.” Arti harfiah dari kata itu ialah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia itu, disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: “Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.”2 1 Kamus Hukum, Fockema Andrea. (Bandung: Bina Cipta, 1983) huruf c. Terjemahan Bina Cipta. 2 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. 1976 2|Page
  • 3. C. Permasalahan - Mengapa seseorang/kelompok melakukan korupsi? - Bagaimana akibat/dampak dari korupsi itu? 3|Page
  • 4. PEMBAHASAN A. Sebab dan Akibat dari Korupsi Seperti telah diuraikan oleh Thomas Moore (1478-1535), dalam 25 tahun ada 72.000 pencuri digantung di daerah yang penduduknya tiga sampai empat saja, tetapi kejahatan terus merajalela. Menurut Moore, dengan kekerasan saja tidak akan dibendung kejahatan. Untuk memberantas kejahatan harus dicari sebabnya dan menghapusnkannya.3 Dengan demikian, kejahatan seperti korupsi pun tidak akan terberantas atau kurang kecuali kalau kita menemukan sebabnya, kemudian sebab itu dihapuskan atau dikurangi. Tentang kausa atau sebab orang melakukan perbuatan korupsi di Indonesia, berbagai pendapat telah dilontarkan. Ditambah dengan pengalaman-pengalaman selama ini, kita dapat membuat asumsi atau hipotesis minyalnya sebagai berikut. 1. Kurangnya Gaji atau Pendapatan Pegawai Negeri Dibandingkan dengan Kebutuhan yang Makin Hari Makin Meningkat “Pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab paling gampang dihubungkan misalnya kurang gaji pejabat, buruknya ekonomi, mental pejabat kurang baik, administrasi dan manajemen yang kacau yang menghasilkan adanya prosedur yang berliku-liku dan sebagainya.”4 Namun demikian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang factor yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia. Hal ini dikemukakan pula oleh Guy J. Pauker dalam tulisannya yang berjudul “Indonesia 1979: The Record of three decades” (Asia Survey Vol. xx No. 2, 1980 : 123). 3 W. A. Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, terjemahan R. A. Koesnoen (Jakarta: PT Pembangunan, 1955), hlm. 46. 4 B. Soedarso, Korupsi di Indonesia (Jakarata: Bhratara Karya Aksara, 1969), hlm. 10-11 4|Page
  • 5. 2. Manajemen yang Kurang Baik dan Kontrol yang Kurang Efektif dan Efisien Terkenal ucapan Prof. Soemitro Alm. yang dikutip oleh media cetak bahwa kebocoran mencapai 30% dari anggaran. Ternyata usaha pendidikan dan pelatihan seperti P4 dan SESPA tidak mempan bukan saja untuk memberantas korupsi, tetapi juga untuk menguranginya. Korupsi semakin meningkat dari tahun ke tahun. 3. Penyebab Korupsi ialah Modernisasi Huntington menulis sebagai berikut. “Korupsi terdapat dalam masyarakat, tetapi korupsi lebih umum dalam masyarakat yang satu daripada yang lain, dan dalam masyarakat yang sedang tumbuh korupsi lebih umum suatu periode yang satu dari yang lain. Bukti-bukti dari sana sini menunjukkan bahwa luas perkembangan korupsi berkaitan dengan modernisasi social dan ekonomi yang cepat.”5 Penyebab medernisasi mengembangbiakkan korupsi dapat disingkat dari jawabab Huntington berikut ini. a. Modernisasi membawa perubahan-perubahan paa nilai dasar atas masyarakat. b. Modernisasi juga ikut mengembangkan korupsi karena medernisasi membuka sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan yang baru. c. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang diakibatkan dalam bidang kegiatan system politik. Mengenai akibat korupsi, ada dua pendapat. Ada yang mengatakan korupsi tidak selalu berakibat negative, kadang-kadang berakibat positif, ketika korupsi itu berfungsi sebagai uang pelican bagaikan tangki minyak pelumas pada mesin. Pendapat ini banyak dianut oleh peneliti Barat.6 5 Samuel P. Huntington, op.cit., hlm. 121. 6 J. W. Schoorl, op.cit., hlm. 184 5|Page
  • 6. B. Pemberantasan Korupsi 1. Korupsi Harus Ditempatkan Sebagai Dosa Sosial Lemahnya sanksi social bagi koruptor adalah pemicu lain terjadinya korupsi. Seorang koruptor masih merasa tidak bersalah meski telah ditetapkan sebagai tersangka. Keadaan ini cukup membuat keberanian bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Angka korupsi yang meningkat dari tahun ke tahun tidak hanya menempatkan kita sebagai jegara terkorup se-Asia dalam dua tahun terakhir, tetapi juga menurunkan kualitas manusia Indonesia karena anggaran yang semestinya dipergunakan untuk kesejahteraan bersama, pendidikan, penyediaan pangan dan lapangan pekerjaan habis terkorupsi. Merajalelanya korupsi mestinya dilawan dengan kekatan yang sama dari masyarakat anti korupsi. Selama perlawanan terhadap tindak korupsi hanya parsial, maka justru semakin kontraproduktif. Memang selama ini telah bermunculan lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang merespon berbagai kasus korupsi, tetapi nampaknya kekuatan dan posisi mereka masih kalah kuat dengan bebasnya pelaku-pelaku yng didukung penuh oleh negara dan kekuasaan. LSM tidak akan pernah akan mempunyai bukti-bukti memadai selain mengamati sejumlah gejala yang diungkap oleh pejabat yang kecewa atau media massa. Oleh karena itu, menurut saya, memberantas korupsi tidak hanya dikembangkan dengan mengembangkan budaya sopan santun atau prihatin tetapi menyediakan gerakan dalam kualitas dan kuantitas yang sama untuk melawan. Dengan kata lain, jika ada 10 orang melakukan korupsi maka diperlukan juga 10 orang anti korupsi untuk melawannya dengan kualitas yang sama. Membudayakan gerakan-gerakan anti korupsi sebanyak mungkin jauh lebih efektif di berbagai negara ketimbang melakukan rindakan-tindakan hukum yang rawan dimanipulasi. 6|Page
  • 7. 2. Meruntuhkan Ruang Bebas Korupsi Banyak ditahannya wakil-wakil rakyat dengan tuduhan korupsi makin menegaskan kepada kita jika upaya-upaya pemberantasan korupsi masih menemui jalan terjal. Bagaimanapun juga, kapasitas sebagai wakil rakyat adalah kapasitas control baik kepada kepada eksekutif ataupun masyarakat. Tidak sepatutnya lembaga wakil rakyat dikotori oleh ulah orang-orang tidak bermoral. Ketika lembaga-lembaga control tidak mampu menjalankan perannya, maka sejalan dengan itu praktek KKN semakin berkembang subur dan merajalela. Korupsi di Indonesia bukan melulu pada masalah lemahnya system administrasi seperti diduga sebagian besar orang selama ini. lembaga pengadilan, legislative yang mestinya menjadi barometer pencipta keadilan justru tidak bisa melepaskan diri dari belenggu KKN. Istilah negara hukum sebagaimana diatur dalam pasal-pasal UUD 1945 hanyalah slogan belaka, terbukti para pelaku dan tersangka korupsi masih bebas melenggang. Praktek korupsi di Indonesia yang sudah menggurita ini membutuhkan komitmen semua pihak untuk menanggulanginya. Yang terpenting sekarang bukan menyusun system dan peraturan melainkan justru mendorong tumbuhnya lembaga- lembaga control an mempersempit ruang gerak peluang melakukan korupsi. Selama eksekutif, yudikatif, dan legislative berperan sebagai pelopor korupsi, tinggal menghitung hari hancurnya negara yang kita banggakan ini. karena terikat sumpah, pejabat public yang berkorupsi meski dihukum lebih berat dan memadai. 7|Page
  • 8. PENUTUP A. Kesimpulan Kondisi korupsi di Indonesia pada pasca era reformasi bukan semakin menurun melainkan meningkat ke segala aspek kehidupan dan di semua bidang penyelenggara negara, baik di lingkungan eksekutif, legislative, yudikatif, bidang politik maupun sector swasta. Kuantitas korupsi semakin beragam mulai dari yang dilakukan di tingkat organisasi terendah seperti RT, RW, Pungli di jalanan sampai dengan jual beli perkara di pengadilan, jual beli objek dan hasil temuan pemeriksaan sampai dengan yang dilakukan oleh elit birokrat dan kalangan intelektual baik di lingkungan pemerintahan pusat, daerah, lembaga negara maupun BUMN/BUMD, dan yayasan- yayasan di lingkungan insitusi kepemerintahan. Korupsi tersebut tidak terjadi secara kebetulan atau seketika, tetapi sudah direncanakan jauh-jauh hari sejak saat perncanaan kerja/kegiatan/penyelenggaraan dimulai, dan lebih jauh lagi sejak penempatan para pejabat disuatu unit kerja daerah maupun lembaga negara. Melihat kondisi tersebut, apabila korupsi tidak segera dicegah dan diberantas, tinggal menunggu waktu saja bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia terjadinya revolusi yang akan menghiasi sejarah kepulauan nusantara yang menandakan bahwa Republik Indonesia pernah ada. 8|Page