Dokumen tersebut membahas tentang iklan televisi yang melanggar etika berdasarkan aturan Etika Pariwara Indonesia (EPI). Beberapa iklan seperti Head & Shoulders, E-Juss Anggur, dan iklan politik Megawati-Prabowo ditolak karena dianggap melanggar aturan EPI seperti penggunaan bahasa superlatif dan peniruan iklan pesaing. Stasiun televisi Trans TV menolak iklan Megawati-Prabowo karena dianggap tidak etis dan tidak
1. NAMA
NPM
KELAS
TULISAN
: ARINI NURMALA SARI
: 11210100
: 4EA21
: ETIKA BISNIS ( IKLAN TELEVISI YANG TIDAK ETIS )
Iklan TV Masih Doyan Langgar Etika
Posted by melekmedia
Selama ini sudah ada EPI, atau Etika Pariwara Indonesia. Sayangnya, etika masih belum
sepenuhnya jadi panduan pembuat iklan dan pengiklan, masih saja banyak pelanggaran yang
masih dibiarkan saja. Berikut ini adalah hasil pengamatan teman-teman mahasiswa yang sedang
mempelajari Hukum dan Etika Desain, salah satunya dalam bentuk iklan. Beberapa iklan di
televisi ini diduga melanggar kode etik yang tertulis di dokumen EPI. Substansi EPI merupakan
penyempurnaan kedua terhadap kitab Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia.
UPDATE: Badan Pengawas Periklanan telah mempublikasikan akumulasi pelanggaran sejak
tahun 2009 – Oktober 2011. Unduh di sini.
Pelaksanaan etika, sebenarnya bukan atas dasar kesukarelaan. Etika dibangun untuk mengatur
hubungan antar manusia, dan lingkungan sekitarnya. Fajar Junaedi, seorang dosen Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pernah menulis di blog Kompasiana.com,
tentang Nilai dan Moral Etika Pariwara Indonesia. Menurutnya, pelaksanaan etika periklanan
dalam EPI, merupakan kewajiban moral yang bersifat mutlak. Merujuk pada pakar nilai,
Immanuel Kant, kewajiban moral bersifat mutlak, tidak dapat ditawar-tawar. Dari pengandaian
Immanuel Kant ini, Max Scheler, filsuf Jerman di masa abad pencerahan (1724 – 1804
M), menarik kesimpulan bahwa moralitas sebuah tindakan tidak mungkin tergantung dari tujuan
atau nilai yang hendak dicapai. Karena tujuan dan nilai selalu tergantung pada situasi dan kondisi
maka penegakan moral tidak bisa tergantung pada dua hal tersebut.
Para pembuat iklan dan televisi terikat dalam Pasal 49 ayat (1) tentang Standar Program Siaran
(SPS) KPI Tahun 2009, yang dinyatakan bahwa iklan wajib berpedoman kepada EPI.
ARINI NURMALA SARI – 11210100 – 4EA21 – ETIKA BISNIS – IKLAN TV YANG TIDAK ETIS
1
2. Berikut ini adalah beberapa iklan yang diduga kuat melanggar EPI beserta pasal yang
dilanggarnya, berdasarkan pengamatan:
IKLAN Head and Shoulder Shampoo
[youtube id="nPtZcAbDIyY"]
Sinopsis: Darius menanyakan tentang shampoo nomor dua dan nomor satu di dunia. Tokoh
dalam iklan tersebut tidak mengetahui shampoo nomor dua di dunia, Ia hanya mengetahui
shampoo nomor satu di dunia. Dalam iklan ini jelas tampil tulisan “No.1″.
Pelanggaran Pasal 1.2 Bahasa:
1.2.2
Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”,
”top”, atau kata-kata berawalan “ter“, dan atau yang bermakna sama, tanpa secara
khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan
tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.
IKLAN E- Juss Anggur ( Versi Sule )
[youtube id="l1rI4QPfow4"]
Sinopsis: Sule sebagai supir angkot yang di tengah perjalann mengalami keletihan (dalam iklan
ini memakai kata “gembos”). Para penumpang yang beratribut seperti tokoh di iklan jenis
minuman suplemen merek lain, menegur Sule. Kemudian sule meminum suplemen (E-JUSS),
dan setelah meminumnya ia kembali bertenaga dan menarik angkotnya menggunakan tangan.
Pelanggaran Pasal 1.22 Peniruan:
1.22.1 Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa sehingga
dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan atau membingungkan
khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting,
komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi termasuk model,
kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar,
komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti.
1.22.2 Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah lebih dulu digunakan oleh
sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.
ARINI NURMALA SARI – 11210100 – 4EA21 – ETIKA BISNIS – IKLAN TV YANG TIDAK ETIS
2
3. Iklan-iklan yang pernah mendapat peringatan karena melanggar EPI antara lain :
Iklan Shinyoku “Romy Rafael”, iklan So Nice “So Good”, dan Iklan Betadine Feminim
Hygines “Fakta Bicara”. Oleh Badan Pengawasan Periklanan, Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia (PPPI) ketiga iklan tersebut diputuskan melanggar Etika Pariwara
Indonesia (EPI). Untuk iklan TV Shinyoku versi Romy Rafael pelanggaran EPI yang ditemukan
adalah penayangan pernyataan superlatif di dalam iklan tersebut berupa pernyataan: “paling
terang, paling hemat, dan paling kuat” (EPI BAB IIIA No. 1.2.2). Pada iklan TV So Nice “So
Good”, pelanggaran EPI terjadi pada pernyataan bahwa mereka yang mengkonsumsi produk
yang diiklankan akan tumbuh lebih tinggi daripada yang tidak (EPI BAB IIIA No.
1.7). Sedangkan untuk iklan TV Betadine Feminim Hygines “Fakta Bicara”, berpotensi
melanggar EPI karena ditayangkan di luar klasifkasi jam tayang dewasa (EPI BAB IIIA No.
4.3.1, dan BAB IIIA No. 2.8.2).
Jika Anda belum tahu tentang EPI, silakan lihat dokmennya di sini. Jika Anda menemukan
pelanggaran kode etik, silakan laporkan ke Komisi Penyiaran Indonesia, melalui form pengaduan
di alamat ini: Pojok Aduan KPI. Mengenai daftar iklan atau tayangan media massa yang
mendapat peringatan atau sanksi dari KPI, bisa dilihat di sini: Imbauan, Peringatan & Sanksi.
TRANS TV : IKLAN ENGGAK ETIS JADI DITOLAK
Rabu, 17 Juni 2009 | 19:43 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pihak stasiun televisi Trans TV mengakui menolak salah satu
iklan pasangan Megawati dan Prabowo. Hal tersebut dikatakan Marketing Public Relations
Department Head Trans TV Hadiansyah Lubis saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (17/6)
petang.
"Yang ditolak hanya iklan yang versi terbaru versi harga, kalau iklan versi lainnya tayang seperti
biasa," kata Hadiansyah Lubis. Ia mengatakan hal tersebut semata-mata dilakukan karena
pihaknya keberatan dengan cara visualisasinya.
Ia mengatakan, untuk memutuskan sebuah iklan bisa ditayangkan atau tidak ada sensor internal
yang dilakukan stasiun televisi. Trans TV sendiri, jelas Hadiansyah, membatasi agar iklan tidak
menggunakan simbol-simbol negara, contohnya visualisasi kepala negara untuk menggambarkan
hal yang dapat menimbulkan keresahan.
"Tidak etislah," ujar Hadiansyah. Selain itu, iklan tersebut dinilai tidak pantas karena
memvisualisasikan capres lainnya sebagai materi untuk menyerang. Menurut Hadiansyah,
ARINI NURMALA SARI – 11210100 – 4EA21 – ETIKA BISNIS – IKLAN TV YANG TIDAK ETIS
3
4. kreativitas dalam beriklan pada dasarnya bebas, tetapi pihaknya ingin iklan menjadi bagian
edukasi dan dilakukan dengan cara yang damai.
Alasan penolakan tayang iklan tersebut, kata Hadiansyah, sudah dijelaskan kepada tim
kampanye Megawati dan Prabowo. Namun, ketika ditanya apakah hal tersebut sudah
diberitahukan sebelumnya kepada tim kampanye Mega-Pro, ia mengatakan, pihaknya tidak
membuat batasan secara khusus.
"Saya rasa mereka lebih paham batasannya bagaimana iklan yang pantas ditampilkan," ujarnya.
Ia menampik tuduhan bahwa ada intervensi dari pihak SBY-Boediono sehingga menolak iklan
Mega-Pro. Selain itu, ia juga memastikan bahwa pihaknya tetap memberikan peluang
proporsional kepada semua pasangan capres dan cawapres untuk beriklan sesuai aturan.
Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2009/06/17/19432758/trans.tv.iklan.enggak.etis.jadi.ditolak
http://melekmedia.org/kajian/pantau-media/iklan-tv-masih-doyan-langgar-etika/
ARINI NURMALA SARI – 11210100 – 4EA21 – ETIKA BISNIS – IKLAN TV YANG TIDAK ETIS
4