1. PRINSIP-PRINSIP PEMBEDAHAN
GINEKOLOGI
Oleh :
Darini Sahara
110.2006.066
Pembimbing :
dr. H. Ammar Siradjuddin, Sp.OG
2. Prinsip-Prinsip Pembedahan
• Keputusan operasi: setelah ditegakkan
diagnosis tentang penyakit, kondisi penderita
dan jenis operasi yang paling tepat.
• Diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik,
laboratorium, dan yang dianggap perlu seperti
potret roentgen.
• Perlu diperhatikan keadaan mental penderita.
3. • Pembedahan elektif : operator menentukan
waktu pembedahan, setelah segala persiapan
selesai
• Pembedahan darurat (emergency) : tindakan
operasi sesegera mungkin, bila ditunda akan lebih
membahayakan penderita
• Pembedahan paliatif : bertujuan untuk
mengurangi penderitaan pasien, tidak untuk
menyembuhkan
• Pembedahan percobaan : dilakukan untuk
mendapat kepastian tentang jenis penyakit
4. Indikasi Pembedahan Ginekologi:
1. Keperluan diagnostik : biopsi, kerokan,
laparoskopi.
2. Tindakan untuk mengangkat tumor jinak atau
ganas.
3. Tindakan untuk mengoreksi kelainan bawaan,
atau kelainan akibat persalinan, trauma,
dan/atau radang.
5. Persiapan Pra Pembedahan
Pemeriksaan yang teliti untuk menegakkan
diagnosis penyakit
Nilai keadaan pasien
Jika terdapat penyakit lain, sebaiknya
disembuhkan terlebih dahulu, untuk
mengurangi risiko operasi
Jika operasi darurat : pemeriksaan yang
esensial perlu dilakukan
6. Persiapan pasien:
• Malam sebelum operasi pasien diberi
makanan yang mudah dicerna
• 6 jam sebelum operasi, pasien dianjurkan
puasa
• Dapat diberikan obat tidur agar bisa tidur
dengan baik
• Sebelum operasi perlu diberi klisma untuk
mengosongkan usus besar
7. ... Persiapan Pasien
• Obat pramedikasi yang diatur oleh
dokter anestesi
• Kandung kencing dikosongkan/pasang
kateter
• Operasi vagina : vagina dibersihakan dan
didesinfeksi
• Operasi histerektomi : dilakukan toilet
vagina yaitu pencucian vagina,
pengolesan antiseptik, tampon
8. Pembedahan
• Dalam bidang ginekologi dibagi dalam
beberapa kelompok:
1. Pembedahan pada vulva
2. Pembedahan vaginal
3. Pembedahan dengan jalan laparotomi
9. 1. Pembedahan pada vulva
Umumnya tidak tergolong operasi besar. Operasi
yang terbesar di sini ialah vulvektomi radikal
untuk karsinoma vulvae.
2. Pembedahan vaginal
Dilakukan untuk:
a. Kelainan bawaan dan akibat trauma dan
radang
b. Kelainan akibat persalinan
c. Pengangkatan uterus per vaginam, keperluan
diagnostik
12. 3. Pembedahan dengan jalan laparotomi
Termasuk pembedahan per laparotomi ialah:
a. Berbagai jenis operasi pada uterus
b. Operasi pada tuba Falloppii
c. Operasi pada ovarium
19. ... Pembedahan dengan jalan laparotomi
• Laparotomi pada alat-alat dalam rongga pelvis
bisa menjadi sulit dan berbahaya apabila
terdapat banyak perlengketan.
• Operator harus sanggup menangani perlukaan
pada usus, kandung kencing, dan ureter.
• Operasi laparotomi yang banyak dilakukan
ialah operasi pada uterus berupa histerotomi,
miomektomi dan histerektomi.
20. ... Pembedahan dengan jalan laparotomi
• Histerektomi total: mengangkat seluruh uterus
dengan membuka vagina
• Histerektomi subtotal: mengangkat bagian
uterus di atas vagina tanpa membuka vagina
• Histerektomi radikal: mengangkat uterus, alat-
alat adneks, sebagian dari parametrium,
bagian atas vagina, dan kelenjar-kelenjar
regional.
21. ... Pembedahan dengan jalan laparotomi
• Operasi eksenterik pelvik: mengangkat semua
jaringan di dalam rongga pelvis, termasuk
kandung kencing dan/atau rektum.
• Operasi pada tuba umumnya untuk keperluan
sterilisasi, atau membuka tuba pada
infertilitas.
• Pada tumor ganas ovaria kanan dan kiri
diangkat dengan tuba (salpingo-ooforektomi
bilateral) bersama dengan uterus.
22. Penanganan Masa Pasca Bedah
• Perubahan pada tubuh pasca operasi :
1) Kehilangan darah dan air yang
menyebabkan berkurangnya volume
cairan dalam sirkulasi. Perlu
pemantauan tanda vital.
2) Diuresis pascaoperasi agak berkurang.
Pengukuran volume urin sangat
diperlukan, oliguri merupakan tanda
syok mengancam.
23. 3) Saat operasi terjadi penghancuran
protein jaringan, sehingga ekskresi
kalsium meningkat, pengeluaran
natrium dan klorida menurun.
• Setelah operasi : penderita perlu dipantau
sampai sadar
• Perhatikan jalan nafas
• Setelah bebas efek bius : nyeri, berikan obat
tahan nyeri
24. • Pantau pemberian cairan terutama melalui
infus. Hitung balance cairan.
• Jangan terjadi dehidrasi ataupun kelebihan
cairan (edema paru).
• Pasca operasi, pasien biasanya mual. Tidak
boleh makan dan minum, tunggu flatus
(terutama pasien dengan anestesi general)
atau dalam 24-48 jam pascaoperasi diberi
makanan cairan.
25. • Pemberian antibiotika pascaoperasi
tergantung dari jenis operasi yang dilakukan.
• Setelah sadar dari pembiusan dan telah dapat
bergerak, pasien dapat tidur miring (merubah
posisi tidur).
• Buka jahitan hari 7 - 10 pascaoperasi.
26. Komplikasi-Komplikasi Pasca Operasi
• Syok
• Hemoragi
• Gangguan saluran kencing :
o Retensi urin
o Infeksi jalan kencing
o Distensi perut : hati-hati terjadi dilatasi
lambung, ileus paralitik. Makanan per os
dihentikan, masukkan sonde lambung, dan
pemberian makanan perenteral.
27. Ileus paralitik umumnya timbul 48 – 72 jam
pasca operasi, tidak terdapat gerakan usus,
perut tidak terlalu nyeri
Ileus obstruktif : 5 – 7 hari pasca operasi,
gerakan usus lebih keras, disertai rasa
mules yang keras dan berulang
• Infeksi
• Terbukanya luka operasi dan eviserasi
• Tromboflebitis
29. DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo, S (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta
: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. http://www.surgeryencyclopedia.com/Fi-
La/Hysterectomy.html, diakses pada 3 Desember
2012.
3. http://www.yalemedicalgroup.org/stw/Page.asp
?PageID=STW029033, diakses pada 3 Desember
2012.
4. http://www.fusionobgyn.com/laparoscopically-
assisted-vaginal-hysterectomy,diakses pada
tanggal 3 Desember 2012.