SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  11
Télécharger pour lire hors ligne
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

                                 NOMOR : 20 TAHUN 2004

                                         TENTANG

                            RENCANA KERJA PEMERINTAH

                           PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang        : a.    bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
                         bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
                         Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
                   b.   bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, ditetapkan Anggaran
                         Pendapatan dan Belanja Negara setiap tahun dengan undang-undang,
                         sebagai wujud pengelolaan keuangan negara;
                   c.    bahwa dalam rangka penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
                         sebagaimana dimaksud dalam butir b, disusun Rancangan Anggaran
                         Pendapatan dan Belanja Negara yang berpedoman pada Rencana Kerja
                         Pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-
                         undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
                   d.    bahwa belum ada peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan
                         sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Pemerintah sebagaimana
                         dimaksud dalam butir c;
                   e.    bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir d
                         perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Kerja Pemerintah;

Mengingat    :    1.    Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
                        sebagaimana telah diubah dengan perubahan Keempat Undang-Undang
                        Dasar Negara Republik Indonesia 1945;
                  2.    Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
                        (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
                        Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).

                                       MEMUTUSKAN:

Menetapkan        :     PERATURAN PEMERINTAH               TENTANG       RENCANA        KERJA
                        PEMERINTAH.




                                               1
BAB I
                         KETENTUAN UMUM


                                  Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1.    Kementerian negara adalah organisasi dalam Pemerintahan Republik
      Indonesia yang dipimpin oleh menteri untuk melaksanakan tugas
      pemerintahan dalam bidang tertentu;
2.    Lembaga adalah organisasi non-kementerian negara dan instansi lain
      pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu
      berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
      atau peraturan perundang-undangan lainnya;
3.    Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
      kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga atau
      masyarakat yang dikordinasikan oleh instansi pemerintah untuk
      mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran;
4.    Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
      beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur
      pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan
      sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang
      modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
      beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan
      (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/ jasa;
5.    Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan
      yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
      program dan kebijakan;
6.    Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
      keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program;
7.    Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disebut RKP adalah
      dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun;
8.    Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya
      disebut Renja-KL, adalah dokumen perencanaan kementerian
      negara/lembaga untuk untuk periode 1 (satu) tahun;
9.    Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang
      selanjutnya disebut RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan
      penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian
      negara/lembaga yang merupakan penjabaran dari rencana kerja
      pemerintah dan rencana strategis kementerian negara/lembaga yang
      bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang
      diperlukan untuk melaksanakannya;
10.   Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD,
      adalah dokumen perencanaan daerah provinsi, kabupaten, dan kota
      untuk periode 1 (satu) tahun;
11.   Rencana Kerja satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disebut
      Renja-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat
      daerah untuk periode 1 (satu) tahun;

                          2
12.   Rencana pembangunan jangka menengah nasional yang selanjutnya
      disebut RPJM Nasional adalah dokumen perencanaan nasional untuk
      periode 5 (lima) tahun;
13.   Rencana Strategis Kementerian / Lembaga yang selanjutnya disebut
      Renstra KL adalah dokumen perencanaan kementerian / lembaga
      untuk periode 5 (lima) tahun;
14.   Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut
      APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
      disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat;
15.   Menteri Perencanaan adalah menteri yang bertanggungjawab di bidang
      perencanaan pembangunan nasional;
16.   Kementerian Perencanaan adalah lembaga yang dipimpin oleh menteri
      yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan nasional;
17.   Menteri Keuangan adalah menteri yang bertanggungjawab di bidang
      keuangan negara;
18.   Kementerian Kuangan adalah lembaga yang dipimpin oleh menteri
      yang bertanggungjawab dibidang keuangan negara.

                                 BAB II
                   POKOK-POKOK PENYUSUNAN

                                 Pasal 2
(1)   RKP merupakan penjabaran dari rencana pembangunan jangka
      menengah nasional, memuat rancangan kerangka ekonomi makro yang
      termasuk didalamnya arah kebijakan fiskal dan moneter, prioritas
      pembangunan, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan
      langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
      partisipasi masyarakat;
(2)   Penyusunan rencana kerja dan pendanaannya sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (1) menggunakan Renja-KL dan rancangan RKPD Provinsi,
      Kabupaten, dan Kota sebagai bahan masukan;
(3)   Ketentuan lebih lanjut mengenai format dan prosedur penyusunan
      RKP diatur oleh Menteri Perencanaan.

                                 Pasal 3
(1)   Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu
      pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta memuat
      kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
      langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
      partisipasi masyarakat.
(2)   Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun
      dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka
      menengah, dan penganggaran terpadu.
(3)   Program sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari
      kegiatan yang berupa:


                         3
a.   kerangka regulasi yang bertujuan untuk memfasilitasi,
           mendorong, maupun mengatur kegiatan pembangunan yang
           dilaksanakan sendiri oleh masyarakat; dan/atau
      b.   kerangka pelayanan umum dan investasi pemerintah yang
           bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa publik yang
           diperlukan masyarakat.
(4)   Ketentuan lebih lanjut mengenai pendekatan sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (2) diatur tersendiri dalam peraturan pemerintah mengenai
      penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga.

                                 Pasal 4
(1)   Kementerian negara/lembaga yang fungsinya mengatur dan/atau
      melaksanakan pelayanan langsung kepada masyarakat, menyusun
      standar pelayanan minimum berkoordinasi dengan Kementerian
      Perencanaan,     Kementerian  Keuangan,   dan     kementerian
      negara/lembaga lain terkait.
(2)   Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
      digunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun RKP.

                                 Pasal 5
(1)   RKPD merupakan penjabaran dari rencana pembangunan jangka
      menengah daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan
      kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja
      dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
      daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
      masyarakat.
(2)   Penyusunan rencana kerja dan pendanaannya sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (1) menggunakan Renja-SKPD sebagai bahan masukan.


                                 Pasal 6
(1)   Kementerian Perencanaan melaksanakan musyawarah perencanaan
      pembangunan untuk menselaraskan antar Renja-KL dan antara kegiatan
      dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang tercantum dalam Renja-KL
      dengan rancangan RKPD;
(2)   Musyawarah perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam
      ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri Perencanaan dan Menteri
      Dalam Negeri baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama sesuai dengan
      kewenangan masing-masing;
(3)   Hasil musyawarah perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksud
      dalam ayat (1) digunakan untuk memutakhirkan rancangan RKP.


                                 Pasal 7
(1)   Rancangan RKP dibahas dalam Sidang Kabinet untuk ditetapkan
      menjadi RKP dengan Keputusan Presiden paling lambat pertengahan
      bulan Mei.

                         4
(2)   RKP dipergunakan sebagai bahan pembahasan kebijakan umum dan
      prioritas anggaran di DPR.
(3)   Dalam hal RKP yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
      berbeda dengan RKP hasil pembahasan dengan DPR sebagaimana
      dimaksud dengan ayat (2), maka pemerintah mengunakan RKP hasil
      pembahasan dengan DPR.


                                   BAB III
               EVALUASI PROGRAM DAN KEGIATAN

                                   Pasal 8
(1)   Hasil program-program pembangunan harus secara sinergis
      mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional yang ditetapkan
      dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional.
(2)   Keluaran dari masing-masing kegiatan dalam satu program harus secara
      sinergis mendukung pencapaian hasil yang diharapkan dari program
      yang bersangkutan.


                                   Pasal 9
(1)   Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab dari segi kebijakan atas
      pencapaian kinerja kementerian negara/lembaga.
(2)   Kepala satuan kerja sebagai kuasa pengguna anggaran bertanggung
      jawab atas pencapaian kinerja berupa barang dan atau jasa dari kegiatan
      yang dilaksanakan satuan kerja yang bersangkutan.
(3)   Kementerian negara/lembaga membuat laporan kinerja triwulanan, dan
      tahunan atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang berisi uraian
      tentang keluaran kegiatan dan indikator kinerja masing-masing
      program.
(4)   Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disampaikan kepada
      Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan paling lambat
      14 (empat belas) hari setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.
(5)   Laporan kinerja menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi analisis
      dan evaluasi usulan anggaran tahun berikutnya yang diajukan oleh
      kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

                                   Pasal 10
(1)   Kementerian negara/lembaga melakukan evaluasi kinerja program
      paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun berdasarkan sasaran dan
      atau standar kinerja yang telah ditetapkan;


(2)   Perubahan terhadap program kementerian negara/lembaga didasarkan
      atas usulan menteri / pimpinan lembaga setelah dilakukan evaluasi
      sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan harus mendapat persetujuan



                           5
dari Menteri Perencanaan setelah berkoordinasi dengan Menteri
                              Keuangan.



                                                       BAB IV
                                                KETENTUAN PERALIHAN

                                                            Pasal 11
                         Segala ketentuan yang mengatur rencana kerja kementerian negara/lembaga
                         dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan atau
                         belum diatur dalam peraturan pemerintah ini.

                                                           BAB V
                                                     KETENTUANPENUTUP
                                                            Pasal 12
                         Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

                         Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
                         Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
                         Indonesia.

                                            Ditetapkan di Jakarta
                                            pada tanggal 5 Agustus 2004
                                  PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
                                               ttd
                                            MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Agustus 2004
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
      ttd
BAMBANG KESOWO
                         LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
                                      TAHUN 2004 NOMOR 74

            Salinan sesuai dengan aslinya
             Deputi Sekretaris Kabinet
                 Bidang Hukum dan
                Perundang-undangan

LAMBOCK V. NAHATTANDS




                                                      6
PENJELASAN

                                            ATAS

               PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

                                NOMOR: 20 TAHUN 2004

                                        TENTANG

                           RENCANA KERJA PEMERINTAH


I. UMUM
  1. Latar Belakang
             Undang-undang Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara memuat berbagai
     perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan ini didorong
     oleh beberapa faktor termasuk di antaranya perubahan yang berlangsung begitu cepat di
     bidang politik, desentralisasi, dan berbagai perkembangan tantangan pembangunan yang
     dihadapi pemerintah. Berbagai perubahan ini membutuhkan dukungan sistem penganggaran
     yang lebih responsif, yang dapat memfasilitasi upaya memenuhi tuntutan peningkatan kinerja
     – dalam artian dampak pembangunan, kualitas layanan dan efisiensi pemanfaatan
     sumberdaya.
             Kebijakan fiskal yang baik dan penerapan sistem perencanaan dan penganggaran
     dengan perspektif jangka menengah merupakan kunci bagi kepastian pendanaan kegiatan
     pemerintah, dalam keadaan dimana dana yang tersedia sangat terbataas sedangkan kebutuhan
     begitu besar. Alokasi sumberdaya secara strategis perlu dibatasi dengan pagu yang realistis
     agar tekanan pengeluaran/pembelanjaan tidak merongrong pencapaian tujuan-tujuan fiskal.
     Dengan penetapan pagu indikatif dan pagu sementara pada tahap awal sebelum dimulai
     penganggaran secara rinci, para pelaku anggaran (kementerian negara/lembaga
     pemerintah/pemerintah daerah) harus menentukan kebijakan dan prioritas anggaran,
     termasuk keputusan mengenai “trade-off” antara keputusan yang telah diambil masa lalu dan
     yang akan diambil pada masa yang akan datang. Dengan kata lain akan tercipta proses
     penganggaran yang lebih strategis. dan kredibel.
             Kredibilitas kebijakan yang tinggi dan keandalan (reliability) pendanaan akan menjadi
     landasan bagi pelaksanaan kegiatan pemerintahan secara efisien dan efektif. Kementerian
     negara dan lembaga pemerintah, dengan rasa memiliki (sense of ownership) yang tinggi terhadap
     kebijakan yang telah diambil karena keterlibatan mereka dalam proses formulasi, akan lebih
     cenderung melaksanakan anggaran sesuai rencana dan bekerja keras untuk mencapai hasil
     yang diharapkan.

  2. Lingkungan yang mendukung
            Untuk mencapai hasil yang dimaksudkan, sistem penganggaran harus menciptakan
     lingkungan yang mendukung (enabling environment), dengan karakteristik:

                                              7
•   Mengkaitkan Perencanaan dan Penganggaran dengan mengendalikan pengambilan
       keputusan untuk:
       o Memastikan perencanaan kebijakan, program dan kegiatan telah mempertimbangkan
           kendala anggaran;
       o Memastikan bahwa biaya sesuai dengan hasil yang diharapkan;
       o Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dan review
           kebijakan.
   •   Memberikan media/forum bagi alternatif kebijakan berkompetisi satu sama lain, suatu
       yang sangat penting bagi tumbuhnya dukungan pada tahap pelaksanaan nantinya.
   •   Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian prioritas kembali
       alokasi sumber daya.

          Lingkungan yang medukung semacam ini memungkinkan sistem penganggaran untuk
   memfasilitasi review kebijakan dan program, sejalan dengan prioritas-prioritas yang
   mengalami perubahan, yang pada gilirannya mencerminkan tekanan dari berbagai sumber,
   yang utama berasal dari perkembangan politik, fluktuasi ketersediaan sumberdaya, dan
   informasi baru mengenai efisiensi dan efektivitas program yang didukung oleh anggaran.
   Dengan demikian diharapkan agar perencanaan dapat mendorong alokasi sumber daya secara
   optimal dalam mencapai tujuan bernegara.
            Undang-undang Keuangan Negara menciptakan lingkungan pendukung dengan
   menciptakan landasan bagi tatanan kontraktual kinerja antara lembaga-lembaga pusat (central
   agency) yaitu Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
   dengan kementerian negara/lembaga teknis. Kesepakatan-kesepakatan ini mencerminkan
   platform politik Pemerintah. Undang-undang Keuangan Negara secara eksplisit menguraikan
   hubungan antara Presiden, Kementerian Keuangan sebagai Chief Financial Officer (CFO), dan
   kementerian negara/lembaga yang menjalankan fungsi Chief Operational Officer (COO).
            Central agency mengkoordinasikan penyusunan prioritas pembangunan dan prioritas
   anggaran, menelaah rencana kerja dan anggaran sesuai dengan kewenangan masing-masing,
   dan menetapkan prosedur perencanaan dan penganggaran. CFO memberikan kepastian
   pendanaan dalam kerangka keberlanjutan fiskal, dan menetapkan aturan main dan praktek-
   praktek yang mendukung dan menuntut pemanfaatan sumberdaya secara efisien. Sebagai
   imbalan dari penerapan kerangka penganggaran yang disiplin, COO sebagai pengguna anggaran
   mendapatkan kewenangan yang memadai dalam penyediaan layanan umum. Kemudian,
   tanggung-jawab COO meliputi: merumuskan strategi kementerian negara/lembaga yang jelas,
   menyusun rencana kerja dan anggaran, menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif,
   melaporkan kinerja dan penggunaan sumber daya yang tersedia, serta melakukan evaluasi atas
   hasil kinerja.

3. Prinsip-prinsip perubahan
          Perubahan-perubahan kunci yang diamanatkan oleh Undang-undang Keuangan
   Negara meliputi aspek-aspek penting sebagai berikut. Pertama, penerapan pendekatan
   penganggaran dengan perspektif jangka menengah. Pendekatan dengan perspektif jangka
   menengah memberikan kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses
   perencanaan dan penganggaran, mengembangkan disiplin fiskal, mengarah kepada
   pengalokasian sumber daya yang lebih rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan
   masyarakat pada pemerintah dengan pelayanan yang optimal.dan lebih efisien.
           Dengan melakukan proyeksi jangka menengah, biaya di masa yang akan datang dari
   kebijakan yang diambil saat ini diketahui dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Dalam
   konteks ini tetap dimungkinkan untuk memasukkan berbagai inisiatif kebijakan baru dalam

                                            8
anggaran tahunan, tetapi pada saat yang sama harus pula menghitung implikasi kebijakan
   baru tersebut dalam konteks keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah (medium term fiscal
   sustainability). Cara ini juga memberikan peluang kepada kementerian negara/lembaga dan
   Kementrian Keuangan bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional untuk
   melakukan analisis apakah perlu melakukan perubahan terhadap kebijakan yang ada,
   termasuk menghentikan program-program yang tidak efektif, agar kebijakan-kebijakan baru
   dapat diakomodasikan.
           Dengan memusatkan perhatian pada kebijakan-kebijakan yang dapat dibiayai, kita
   mendukung disiplin fiskal, yang merupakan kunci bagi tingkat kepastian ketersediaan sumber
   daya untuk membiayai kebijakan-kebijakan prioritas. Sebagai konsekuensi dari menempuh
   proses penganggaran dengan perspektif jangka menengah secara disiplin, manajemen
   mendapatkan imbalan dalam bentuk keleluasaan pada tahap implementasi dalam kerangka
   kinerja yang dijaga dengan ketat.
            Kedua, memuat semua kegiatan instansi pemerintahan dalam APBN/APBD yang
   disusun secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran
   belanja pembangunan merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian upaya jangka
   panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan, dan memudahkan
   penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja. Dalam kaitan dengan
   menghitung biaya input dan menaksir kinerja program sangat penting untuk melihat secara
   bersama-sama biaya secara keseluruhan, baik yang bersifat investasi maupun biaya yang
   bersifat operasional. Dualisme/perbedaan yang ada saat ini antara anggaran rutin dan
   anggaran pembangunan mengalihkan fokus dari kinerja secara keseluruhan. Memadukan
   (unifying) anggaran sangat penting untuk memastikan bahwa investasi dan biaya operational
   yang berulang (recurrent) dipertimbangkan secara simultan pada saat-saat kunci pengambilan
   keputusan dalam siklus penganggaran.
           Ketiga, memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan
   sistem penganggaran berdasarkan kinerja akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas
   dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang
   kebijakan dalam kerangka jangka menengah.
          Peraturan Pemerintah ini, yang disusun berdasarkan Pasal 12, 14, 17 dan 19 Undang-
   undang Nomor 17/2003, menyangkut Rencana Kerja Pemerintah/Pemerintah Daerah dan
   Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga/SKPD. Rencana Kerja dan
   Anggaran Kementerian Negara/Lembaga/SKPD disusun berdasarkan prioritas dan
   kemampuan keuangan, dan dirancang dengan tujuan mencapai kinerja yang dapat dihasilkan.
   Melalui pelaporan kinerja, diharapkan dapat mengukur efisiensi dan efektivitas yang
   memungkinkan kebijakan untuk dimantapkan, direvisi, dan bahkan dihentikan.


4. Tahapan pelaksanaan perubahan
           Undang-undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara memungkinkan
   implementasi proses reformasi dalam jangka waktu lima tahun. Untuk itu, tahapan
   implementasi yang tepat sangat dibutuhkan. Pertama-tama, perlu menerapkan penganggaran
   yang disiplin, yang diberlakukan untuk seluruh kementerian negara dan lembaga pemerintah
   lainnya. Ini meliputi penerapan pendekatan penganggaran jangka menengah, dengan pagu
   anggaran yang tegas (hard budget constraint) untuk mendisiplinkan proses penganggaran dan
   memastikan bahwa, paling tidak, keberlanjutan fiskal dan kepastian ketersediaan sumber daya
   benar-benar terjaga.
         Bersamaan dengan itu, perlu diterapkan penganggaran secara terpadu, sambil
   kementerian negara/lembaga melakukan review terhadap prioritas pembangunan dan


                                            9
prioritas anggaran, yang ditetapkan berdasarkan landasan program yang diajukan oleh
     presiden terpilih. Di samping itu, harus dilakukan evaluasi terhadap program dan kegiatan
     untuk menghilangkan program-program dan kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih, dan
     untuk membuat sasaran program lebih transparan dan dapat diukur.
             Tahapan paling lanjut dalam rangkaian penyempurnaan penganggaran adalah
     menerapkan penganggaran berbasis kinerja dengan penekanan pertama-tama pada
     ketersediaan rencana kerja, yang benar-benar mencerminkan komitmen kementerian
     negara/lembaga sebagai bagian dari proses penganggaran. Kementerian negara/lembaga
     dituntut memperkuat diri dengan kapasitas dalam mengembangkan indikator kinerja dan
     sistem pengukuran kinerja mereka sendiri dan dalam meningkatkan kualitas penyusunan
     kebutuhan biaya, sebagai persyaratan untuk mendapatkan anggaran. Sejalan dengan
     tumbuhnya orientasi kinerja dan perbaikan informasi indikator kinerja, pendekatan yang lebih
     sistematik terhadap penganggaran berbasis kinerja akan terbentuk. Sebagai langkah antara,
     sejumlah uji coba dapat dilakukan pada beberapa lembaga pemerintah, khususnya lembaga-
     lembaga yang berkaitan langsung dengan pelayanan masyarakat.


II. PASAL DEMI PASAL
    Pasal 1
         Cukup jelas

    Pasal 2
         Ayat (1)
               Yang dimaksud dengan pendanaan dalam ayat ini adalah pagu indikatif.
     Ayat (2)
               Yang dimaksud dengan RKPD dalam ayat ini adalah RKPD propinsi, kabupaten
               dan kota.
               Bahan masukan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini digunakan sebagai instrumen
               sinkronisasi antara capaian sasaran pelaksanaan tugas pemerintahan pusat dan
               daerah.

    Pasal 3
         Ayat (1)
               Yang dimaksud dengan kebijakan dalam ayat ini adalah kebijakan pelaksanaan
               pembangunan dilingkunagn kementerian negara/lembaga.
               Kegiatan dalam ayat ini mencakup pula kegiatan dekonsentrasi dan tugas
               pembantuan.
         Ayat (2)
               Cukup jelas
         Ayat (3)
               Cukup jelas
         Ayat (4)
               Cukup jelas

    Pasal 4
         Cukup jelas

    Pasal 5
         Ayat (1)
               Yang dimaksud dengan pendanaan dalam ayat ini adalah pagu indikatif.
         Ayat (2)

                                             10
Bahan masukan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini digunakan sebagai instrumen
          sinkronisasi antara capaian sasaran pelaksanaan tugas pemerintahan pusat dan
          daerah.

Pasal 6
     Cukup jelas.

Pasal 7
     Cukup jelas

Pasal 8
     Cukup jelas

Pasal 9
     Cukup jelas

Pasal 10
     Cukup jelas

Pasal 11
     Cukup jelas

Pasal 12
     Cukup jelas.



         TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
                                 NOMOR 4405




                                       11

Contenu connexe

Tendances

Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawas...
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawas...Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawas...
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawas...Penataan Ruang
 
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Tatang Suwandi
 
1.1 pp nomor 8 tahun 2008
1.1 pp nomor 8 tahun 20081.1 pp nomor 8 tahun 2008
1.1 pp nomor 8 tahun 2008bappedameme
 
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas PembantuanPeraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas PembantuanPenataan Ruang
 
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Pertanggungja...
Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Pertanggungja...Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Pertanggungja...
Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Pertanggungja...Penataan Ruang
 
0 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 20040 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 2004bappedameme
 
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPeraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPenataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Joy Irman
 
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPenataan Ruang
 
Permen dagri no.54 tahun 2010
Permen dagri  no.54 tahun 2010Permen dagri  no.54 tahun 2010
Permen dagri no.54 tahun 2010Deki Zulkarnain
 
UU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraUU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraAde ermawati
 
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Penataan Ruang
 

Tendances (20)

Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Na...
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
 
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawas...
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawas...Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawas...
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawas...
 
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara
 
1.1 pp nomor 8 tahun 2008
1.1 pp nomor 8 tahun 20081.1 pp nomor 8 tahun 2008
1.1 pp nomor 8 tahun 2008
 
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas PembantuanPeraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan
 
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
Lampiran : Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka...
 
Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Pertanggungja...
Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Pertanggungja...Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Pertanggungja...
Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Dan Pertanggungja...
 
0 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 20040 uu nomor 25 tahun 2004
0 uu nomor 25 tahun 2004
 
Pp no 40_th_2006
Pp no 40_th_2006Pp no 40_th_2006
Pp no 40_th_2006
 
138
138138
138
 
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana PerimbanganPeraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
 
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi PemerintahPeraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
 
Permen dagri no.54 tahun 2010
Permen dagri  no.54 tahun 2010Permen dagri  no.54 tahun 2010
Permen dagri no.54 tahun 2010
 
UU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraUU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan Negara
 
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan ...
 
UU Nomor 25 Tahun 2004
UU Nomor 25 Tahun 2004UU Nomor 25 Tahun 2004
UU Nomor 25 Tahun 2004
 
Keuangan negara
Keuangan negaraKeuangan negara
Keuangan negara
 
Uu252004
Uu252004Uu252004
Uu252004
 

En vedette

Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RUU...
Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RUU...Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RUU...
Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RUU...Badan Kebijakan Fiskal
 
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingStudi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingBadan Kebijakan Fiskal
 
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011Badan Kebijakan Fiskal
 
Global financial safety net: A three tier approach
Global financial safety net: A three tier approachGlobal financial safety net: A three tier approach
Global financial safety net: A three tier approachBadan Kebijakan Fiskal
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Badan Kebijakan Fiskal
 
International Journal of Engineering Research and Development (IJERD)
International Journal of Engineering Research and Development (IJERD)International Journal of Engineering Research and Development (IJERD)
International Journal of Engineering Research and Development (IJERD)IJERD Editor
 

En vedette (18)

UU Nomor 1 Tahun 2004
UU Nomor 1 Tahun 2004UU Nomor 1 Tahun 2004
UU Nomor 1 Tahun 2004
 
UU Nomor 2 Tahun 2010
UU Nomor 2 Tahun 2010UU Nomor 2 Tahun 2010
UU Nomor 2 Tahun 2010
 
PMK Nomor 44/PMK.011/2010
PMK Nomor 44/PMK.011/2010PMK Nomor 44/PMK.011/2010
PMK Nomor 44/PMK.011/2010
 
Fasilitas Dan Prosedur Pembiayaan IDB
Fasilitas Dan Prosedur Pembiayaan IDBFasilitas Dan Prosedur Pembiayaan IDB
Fasilitas Dan Prosedur Pembiayaan IDB
 
Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RUU...
Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RUU...Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RUU...
Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RUU...
 
PMK Nomor 67/PMK.011/2010
PMK Nomor 67/PMK.011/2010PMK Nomor 67/PMK.011/2010
PMK Nomor 67/PMK.011/2010
 
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal BorrowingStudi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
Studi Manajemen Utang LN & DN Pemerintah & Assessment Terhadap Optimal Borrowing
 
PMK Nomor 45/PMK.011/2010
PMK Nomor 45/PMK.011/2010PMK Nomor 45/PMK.011/2010
PMK Nomor 45/PMK.011/2010
 
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2011
 
Infrastructure Finance in Indonesia
Infrastructure Finance in IndonesiaInfrastructure Finance in Indonesia
Infrastructure Finance in Indonesia
 
Global financial safety net: A three tier approach
Global financial safety net: A three tier approachGlobal financial safety net: A three tier approach
Global financial safety net: A three tier approach
 
Policy Paper Nomor 1 Agustus 2010
Policy Paper Nomor 1 Agustus 2010Policy Paper Nomor 1 Agustus 2010
Policy Paper Nomor 1 Agustus 2010
 
PMK Nomor 30 Tahun 2007
PMK Nomor  30 Tahun 2007PMK Nomor  30 Tahun 2007
PMK Nomor 30 Tahun 2007
 
Keppres Nomor 104 Tahun 2003
Keppres Nomor 104 Tahun 2003Keppres Nomor 104 Tahun 2003
Keppres Nomor 104 Tahun 2003
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
 
En guadalinfo he aprendido..
En guadalinfo he aprendido..En guadalinfo he aprendido..
En guadalinfo he aprendido..
 
International Journal of Engineering Research and Development (IJERD)
International Journal of Engineering Research and Development (IJERD)International Journal of Engineering Research and Development (IJERD)
International Journal of Engineering Research and Development (IJERD)
 
Data visualization tools
Data visualization tools Data visualization tools
Data visualization tools
 

Similaire à PP Nomor 20 Tahun 2004

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Penataan Ruang
 
Pp 7 tahun 2008 batang tubuh
Pp 7 tahun 2008  batang tubuh Pp 7 tahun 2008  batang tubuh
Pp 7 tahun 2008 batang tubuh Rizal Junaedi
 
Lusiarti-PERMENDAGRI_NO_18_tahun_2016_tentang_RKPD.pdf
Lusiarti-PERMENDAGRI_NO_18_tahun_2016_tentang_RKPD.pdfLusiarti-PERMENDAGRI_NO_18_tahun_2016_tentang_RKPD.pdf
Lusiarti-PERMENDAGRI_NO_18_tahun_2016_tentang_RKPD.pdfilusiDigulSelatan
 
Permen No.18 TH 2016, PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA K...
Permen No.18 TH 2016, PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA K...Permen No.18 TH 2016, PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA K...
Permen No.18 TH 2016, PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA K...FahrudinAlFarizy
 
Lusiarti-Peraturan-Menteri-PPN-Nomor-4-Tahun-2019.pdf
Lusiarti-Peraturan-Menteri-PPN-Nomor-4-Tahun-2019.pdfLusiarti-Peraturan-Menteri-PPN-Nomor-4-Tahun-2019.pdf
Lusiarti-Peraturan-Menteri-PPN-Nomor-4-Tahun-2019.pdfilusiDigulSelatan
 
Uu no 17 tahun 2007 rpjpn
Uu no 17 tahun 2007 rpjpnUu no 17 tahun 2007 rpjpn
Uu no 17 tahun 2007 rpjpnavturangga
 
akuntansi sektor publik
akuntansi sektor publikakuntansi sektor publik
akuntansi sektor publikAmrul Rizal
 
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan NasionalUU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan NasionalJoy Irman
 
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalUU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalPenataan Ruang
 
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Deki Zulkarnain
 
Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013ryzky_aka_babon
 
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptxImplementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptxKutaiTimur
 
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdfPermen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdfAulia05a
 
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pdP mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pdMikhail Rasyid
 
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018Denbagus
 
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2011 – 2015
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2011 – 2015RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2011 – 2015
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2011 – 2015Adi T Wibowo
 

Similaire à PP Nomor 20 Tahun 2004 (20)

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
 
Pp 7 tahun 2008 batang tubuh
Pp 7 tahun 2008  batang tubuh Pp 7 tahun 2008  batang tubuh
Pp 7 tahun 2008 batang tubuh
 
Lusiarti-PERMENDAGRI_NO_18_tahun_2016_tentang_RKPD.pdf
Lusiarti-PERMENDAGRI_NO_18_tahun_2016_tentang_RKPD.pdfLusiarti-PERMENDAGRI_NO_18_tahun_2016_tentang_RKPD.pdf
Lusiarti-PERMENDAGRI_NO_18_tahun_2016_tentang_RKPD.pdf
 
Permen No.18 TH 2016, PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA K...
Permen No.18 TH 2016, PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA K...Permen No.18 TH 2016, PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA K...
Permen No.18 TH 2016, PEDOMAN PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA K...
 
Lusiarti-Peraturan-Menteri-PPN-Nomor-4-Tahun-2019.pdf
Lusiarti-Peraturan-Menteri-PPN-Nomor-4-Tahun-2019.pdfLusiarti-Peraturan-Menteri-PPN-Nomor-4-Tahun-2019.pdf
Lusiarti-Peraturan-Menteri-PPN-Nomor-4-Tahun-2019.pdf
 
Uu no.17 2007
Uu no.17 2007Uu no.17 2007
Uu no.17 2007
 
Uu no 17 tahun 2007 rpjpn
Uu no 17 tahun 2007 rpjpnUu no 17 tahun 2007 rpjpn
Uu no 17 tahun 2007 rpjpn
 
akuntansi sektor publik
akuntansi sektor publikakuntansi sektor publik
akuntansi sektor publik
 
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan NasionalUU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
 
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalUU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
PP8 2008-penyusunan rpjmd
PP8 2008-penyusunan rpjmdPP8 2008-penyusunan rpjmd
PP8 2008-penyusunan rpjmd
 
Uu no 25_2004
Uu no 25_2004Uu no 25_2004
Uu no 25_2004
 
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
Peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan...
 
Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013Rencana strategis DPKAD 2013
Rencana strategis DPKAD 2013
 
BAB 1.docx
BAB 1.docxBAB 1.docx
BAB 1.docx
 
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptxImplementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
Implementasi-rkpd2021_kalbar.pptx
 
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdfPermen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
Permen_Nomor_9_Tahun_20183.pdf
 
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pdP mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
P mendagri 9 2018 reviu rpjmd& renstra pd
 
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
Salinan permen ppn_no.5_tahun_2018
 
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2011 – 2015
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2011 – 2015RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2011 – 2015
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2011 – 2015
 

Plus de Badan Kebijakan Fiskal

Recent Economic Development: August 2010
Recent Economic Development: August 2010Recent Economic Development: August 2010
Recent Economic Development: August 2010Badan Kebijakan Fiskal
 
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010Badan Kebijakan Fiskal
 
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011Badan Kebijakan Fiskal
 

Plus de Badan Kebijakan Fiskal (20)

Ministry of Finance Green Paper
Ministry of Finance Green PaperMinistry of Finance Green Paper
Ministry of Finance Green Paper
 
Pertemuan ke-17 Menteri Keuangan APEC
Pertemuan ke-17 Menteri Keuangan APECPertemuan ke-17 Menteri Keuangan APEC
Pertemuan ke-17 Menteri Keuangan APEC
 
Pidato Menkeu
Pidato MenkeuPidato Menkeu
Pidato Menkeu
 
Indonesia oecd
Indonesia   oecdIndonesia   oecd
Indonesia oecd
 
Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
Rekonstruksi Kebijakan P3B IndonesiaRekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
 
Communique
CommuniqueCommunique
Communique
 
Pelantikan Eselon II
Pelantikan Eselon IIPelantikan Eselon II
Pelantikan Eselon II
 
Recent Economic Development: August 2010
Recent Economic Development: August 2010Recent Economic Development: August 2010
Recent Economic Development: August 2010
 
PMK Nomor 144/PMK.011/2010
PMK Nomor 144/PMK.011/2010PMK Nomor 144/PMK.011/2010
PMK Nomor 144/PMK.011/2010
 
PMK Nomor 131/PMK.011/2010
PMK Nomor 131/PMK.011/2010PMK Nomor 131/PMK.011/2010
PMK Nomor 131/PMK.011/2010
 
PMK Nomor 128/PMK.011/2010
PMK Nomor 128/PMK.011/2010PMK Nomor 128/PMK.011/2010
PMK Nomor 128/PMK.011/2010
 
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Belanja Kementerian / Lembaga 2010
 
Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2010
Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2010Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2010
Permen ESDM Nomor 07 Tahun 2010
 
PMK Nomor 44 Tahun 2008
PMK Nomor 44 Tahun 2008PMK Nomor 44 Tahun 2008
PMK Nomor 44 Tahun 2008
 
Perpres Nomor 91 Tahun 2007
Perpres Nomor 91 Tahun 2007Perpres Nomor 91 Tahun 2007
Perpres Nomor 91 Tahun 2007
 
PP Nomor 1 Tahun 2007
PP Nomor 1 Tahun 2007PP Nomor 1 Tahun 2007
PP Nomor 1 Tahun 2007
 
Perpres Nomor 103 Tahun 2006
Perpres Nomor 103 Tahun 2006Perpres Nomor 103 Tahun 2006
Perpres Nomor 103 Tahun 2006
 
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011
 
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
Pokok-Pokok Nota Keuangan dan RAPBN 2011
 
PMK Nomor 38/PMK.01/2006
PMK Nomor 38/PMK.01/2006PMK Nomor 38/PMK.01/2006
PMK Nomor 38/PMK.01/2006
 

Dernier

SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxPPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxsailimuna9
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexquotex
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptharis916240
 
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxTeori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxPutraAgung19
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxMyusuf852079
 

Dernier (13)

SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptxPPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
PPT UTANG JANGA PENDEK DAN BERSYARAT.pptx
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
 
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptxTeori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
Teori Biaya Produksi dalam Ekonomi Mikro.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
 

PP Nomor 20 Tahun 2004

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan untuk mencapai tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; b. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, ditetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara setiap tahun dengan undang-undang, sebagai wujud pengelolaan keuangan negara; c. bahwa dalam rangka penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dimaksud dalam butir b, disusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (2) Undang- undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; d. bahwa belum ada peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam butir c; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir d perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Kerja Pemerintah; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH. 1
  • 2. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kementerian negara adalah organisasi dalam Pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin oleh menteri untuk melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang tertentu; 2. Lembaga adalah organisasi non-kementerian negara dan instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya; 3. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga atau masyarakat yang dikordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran; 4. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/ jasa; 5. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan; 6. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program; 7. Rencana Kerja Pemerintah yang selanjutnya disebut RKP adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun; 8. Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut Renja-KL, adalah dokumen perencanaan kementerian negara/lembaga untuk untuk periode 1 (satu) tahun; 9. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang selanjutnya disebut RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian negara/lembaga yang merupakan penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan rencana strategis kementerian negara/lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya; 10. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disebut RKPD, adalah dokumen perencanaan daerah provinsi, kabupaten, dan kota untuk periode 1 (satu) tahun; 11. Rencana Kerja satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disebut Renja-SKPD, adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun; 2
  • 3. 12. Rencana pembangunan jangka menengah nasional yang selanjutnya disebut RPJM Nasional adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 5 (lima) tahun; 13. Rencana Strategis Kementerian / Lembaga yang selanjutnya disebut Renstra KL adalah dokumen perencanaan kementerian / lembaga untuk periode 5 (lima) tahun; 14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat; 15. Menteri Perencanaan adalah menteri yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan nasional; 16. Kementerian Perencanaan adalah lembaga yang dipimpin oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang perencanaan pembangunan nasional; 17. Menteri Keuangan adalah menteri yang bertanggungjawab di bidang keuangan negara; 18. Kementerian Kuangan adalah lembaga yang dipimpin oleh menteri yang bertanggungjawab dibidang keuangan negara. BAB II POKOK-POKOK PENYUSUNAN Pasal 2 (1) RKP merupakan penjabaran dari rencana pembangunan jangka menengah nasional, memuat rancangan kerangka ekonomi makro yang termasuk didalamnya arah kebijakan fiskal dan moneter, prioritas pembangunan, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat; (2) Penyusunan rencana kerja dan pendanaannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menggunakan Renja-KL dan rancangan RKPD Provinsi, Kabupaten, dan Kota sebagai bahan masukan; (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai format dan prosedur penyusunan RKP diatur oleh Menteri Perencanaan. Pasal 3 (1) Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. (2) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpadu. (3) Program sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari kegiatan yang berupa: 3
  • 4. a. kerangka regulasi yang bertujuan untuk memfasilitasi, mendorong, maupun mengatur kegiatan pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat; dan/atau b. kerangka pelayanan umum dan investasi pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa publik yang diperlukan masyarakat. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendekatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur tersendiri dalam peraturan pemerintah mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga. Pasal 4 (1) Kementerian negara/lembaga yang fungsinya mengatur dan/atau melaksanakan pelayanan langsung kepada masyarakat, menyusun standar pelayanan minimum berkoordinasi dengan Kementerian Perencanaan, Kementerian Keuangan, dan kementerian negara/lembaga lain terkait. (2) Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun RKP. Pasal 5 (1) RKPD merupakan penjabaran dari rencana pembangunan jangka menengah daerah dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. (2) Penyusunan rencana kerja dan pendanaannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menggunakan Renja-SKPD sebagai bahan masukan. Pasal 6 (1) Kementerian Perencanaan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan untuk menselaraskan antar Renja-KL dan antara kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang tercantum dalam Renja-KL dengan rancangan RKPD; (2) Musyawarah perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri Perencanaan dan Menteri Dalam Negeri baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama sesuai dengan kewenangan masing-masing; (3) Hasil musyawarah perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digunakan untuk memutakhirkan rancangan RKP. Pasal 7 (1) Rancangan RKP dibahas dalam Sidang Kabinet untuk ditetapkan menjadi RKP dengan Keputusan Presiden paling lambat pertengahan bulan Mei. 4
  • 5. (2) RKP dipergunakan sebagai bahan pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran di DPR. (3) Dalam hal RKP yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berbeda dengan RKP hasil pembahasan dengan DPR sebagaimana dimaksud dengan ayat (2), maka pemerintah mengunakan RKP hasil pembahasan dengan DPR. BAB III EVALUASI PROGRAM DAN KEGIATAN Pasal 8 (1) Hasil program-program pembangunan harus secara sinergis mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional. (2) Keluaran dari masing-masing kegiatan dalam satu program harus secara sinergis mendukung pencapaian hasil yang diharapkan dari program yang bersangkutan. Pasal 9 (1) Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab dari segi kebijakan atas pencapaian kinerja kementerian negara/lembaga. (2) Kepala satuan kerja sebagai kuasa pengguna anggaran bertanggung jawab atas pencapaian kinerja berupa barang dan atau jasa dari kegiatan yang dilaksanakan satuan kerja yang bersangkutan. (3) Kementerian negara/lembaga membuat laporan kinerja triwulanan, dan tahunan atas pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang berisi uraian tentang keluaran kegiatan dan indikator kinerja masing-masing program. (4) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan. (5) Laporan kinerja menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi analisis dan evaluasi usulan anggaran tahun berikutnya yang diajukan oleh kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. Pasal 10 (1) Kementerian negara/lembaga melakukan evaluasi kinerja program paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun berdasarkan sasaran dan atau standar kinerja yang telah ditetapkan; (2) Perubahan terhadap program kementerian negara/lembaga didasarkan atas usulan menteri / pimpinan lembaga setelah dilakukan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan harus mendapat persetujuan 5
  • 6. dari Menteri Perencanaan setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 11 Segala ketentuan yang mengatur rencana kerja kementerian negara/lembaga dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan atau belum diatur dalam peraturan pemerintah ini. BAB V KETENTUANPENUTUP Pasal 12 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2004 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2004 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 74 Salinan sesuai dengan aslinya Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-undangan LAMBOCK V. NAHATTANDS 6
  • 7. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH I. UMUM 1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Perubahan-perubahan ini didorong oleh beberapa faktor termasuk di antaranya perubahan yang berlangsung begitu cepat di bidang politik, desentralisasi, dan berbagai perkembangan tantangan pembangunan yang dihadapi pemerintah. Berbagai perubahan ini membutuhkan dukungan sistem penganggaran yang lebih responsif, yang dapat memfasilitasi upaya memenuhi tuntutan peningkatan kinerja – dalam artian dampak pembangunan, kualitas layanan dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya. Kebijakan fiskal yang baik dan penerapan sistem perencanaan dan penganggaran dengan perspektif jangka menengah merupakan kunci bagi kepastian pendanaan kegiatan pemerintah, dalam keadaan dimana dana yang tersedia sangat terbataas sedangkan kebutuhan begitu besar. Alokasi sumberdaya secara strategis perlu dibatasi dengan pagu yang realistis agar tekanan pengeluaran/pembelanjaan tidak merongrong pencapaian tujuan-tujuan fiskal. Dengan penetapan pagu indikatif dan pagu sementara pada tahap awal sebelum dimulai penganggaran secara rinci, para pelaku anggaran (kementerian negara/lembaga pemerintah/pemerintah daerah) harus menentukan kebijakan dan prioritas anggaran, termasuk keputusan mengenai “trade-off” antara keputusan yang telah diambil masa lalu dan yang akan diambil pada masa yang akan datang. Dengan kata lain akan tercipta proses penganggaran yang lebih strategis. dan kredibel. Kredibilitas kebijakan yang tinggi dan keandalan (reliability) pendanaan akan menjadi landasan bagi pelaksanaan kegiatan pemerintahan secara efisien dan efektif. Kementerian negara dan lembaga pemerintah, dengan rasa memiliki (sense of ownership) yang tinggi terhadap kebijakan yang telah diambil karena keterlibatan mereka dalam proses formulasi, akan lebih cenderung melaksanakan anggaran sesuai rencana dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang diharapkan. 2. Lingkungan yang mendukung Untuk mencapai hasil yang dimaksudkan, sistem penganggaran harus menciptakan lingkungan yang mendukung (enabling environment), dengan karakteristik: 7
  • 8. Mengkaitkan Perencanaan dan Penganggaran dengan mengendalikan pengambilan keputusan untuk: o Memastikan perencanaan kebijakan, program dan kegiatan telah mempertimbangkan kendala anggaran; o Memastikan bahwa biaya sesuai dengan hasil yang diharapkan; o Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dan review kebijakan. • Memberikan media/forum bagi alternatif kebijakan berkompetisi satu sama lain, suatu yang sangat penting bagi tumbuhnya dukungan pada tahap pelaksanaan nantinya. • Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian prioritas kembali alokasi sumber daya. Lingkungan yang medukung semacam ini memungkinkan sistem penganggaran untuk memfasilitasi review kebijakan dan program, sejalan dengan prioritas-prioritas yang mengalami perubahan, yang pada gilirannya mencerminkan tekanan dari berbagai sumber, yang utama berasal dari perkembangan politik, fluktuasi ketersediaan sumberdaya, dan informasi baru mengenai efisiensi dan efektivitas program yang didukung oleh anggaran. Dengan demikian diharapkan agar perencanaan dapat mendorong alokasi sumber daya secara optimal dalam mencapai tujuan bernegara. Undang-undang Keuangan Negara menciptakan lingkungan pendukung dengan menciptakan landasan bagi tatanan kontraktual kinerja antara lembaga-lembaga pusat (central agency) yaitu Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dengan kementerian negara/lembaga teknis. Kesepakatan-kesepakatan ini mencerminkan platform politik Pemerintah. Undang-undang Keuangan Negara secara eksplisit menguraikan hubungan antara Presiden, Kementerian Keuangan sebagai Chief Financial Officer (CFO), dan kementerian negara/lembaga yang menjalankan fungsi Chief Operational Officer (COO). Central agency mengkoordinasikan penyusunan prioritas pembangunan dan prioritas anggaran, menelaah rencana kerja dan anggaran sesuai dengan kewenangan masing-masing, dan menetapkan prosedur perencanaan dan penganggaran. CFO memberikan kepastian pendanaan dalam kerangka keberlanjutan fiskal, dan menetapkan aturan main dan praktek- praktek yang mendukung dan menuntut pemanfaatan sumberdaya secara efisien. Sebagai imbalan dari penerapan kerangka penganggaran yang disiplin, COO sebagai pengguna anggaran mendapatkan kewenangan yang memadai dalam penyediaan layanan umum. Kemudian, tanggung-jawab COO meliputi: merumuskan strategi kementerian negara/lembaga yang jelas, menyusun rencana kerja dan anggaran, menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif, melaporkan kinerja dan penggunaan sumber daya yang tersedia, serta melakukan evaluasi atas hasil kinerja. 3. Prinsip-prinsip perubahan Perubahan-perubahan kunci yang diamanatkan oleh Undang-undang Keuangan Negara meliputi aspek-aspek penting sebagai berikut. Pertama, penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah. Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran, mengembangkan disiplin fiskal, mengarah kepada pengalokasian sumber daya yang lebih rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pemerintah dengan pelayanan yang optimal.dan lebih efisien. Dengan melakukan proyeksi jangka menengah, biaya di masa yang akan datang dari kebijakan yang diambil saat ini diketahui dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Dalam konteks ini tetap dimungkinkan untuk memasukkan berbagai inisiatif kebijakan baru dalam 8
  • 9. anggaran tahunan, tetapi pada saat yang sama harus pula menghitung implikasi kebijakan baru tersebut dalam konteks keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah (medium term fiscal sustainability). Cara ini juga memberikan peluang kepada kementerian negara/lembaga dan Kementrian Keuangan bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional untuk melakukan analisis apakah perlu melakukan perubahan terhadap kebijakan yang ada, termasuk menghentikan program-program yang tidak efektif, agar kebijakan-kebijakan baru dapat diakomodasikan. Dengan memusatkan perhatian pada kebijakan-kebijakan yang dapat dibiayai, kita mendukung disiplin fiskal, yang merupakan kunci bagi tingkat kepastian ketersediaan sumber daya untuk membiayai kebijakan-kebijakan prioritas. Sebagai konsekuensi dari menempuh proses penganggaran dengan perspektif jangka menengah secara disiplin, manajemen mendapatkan imbalan dalam bentuk keleluasaan pada tahap implementasi dalam kerangka kinerja yang dijaga dengan ketat. Kedua, memuat semua kegiatan instansi pemerintahan dalam APBN/APBD yang disusun secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan, dan memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja. Dalam kaitan dengan menghitung biaya input dan menaksir kinerja program sangat penting untuk melihat secara bersama-sama biaya secara keseluruhan, baik yang bersifat investasi maupun biaya yang bersifat operasional. Dualisme/perbedaan yang ada saat ini antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan mengalihkan fokus dari kinerja secara keseluruhan. Memadukan (unifying) anggaran sangat penting untuk memastikan bahwa investasi dan biaya operational yang berulang (recurrent) dipertimbangkan secara simultan pada saat-saat kunci pengambilan keputusan dalam siklus penganggaran. Ketiga, memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah. Peraturan Pemerintah ini, yang disusun berdasarkan Pasal 12, 14, 17 dan 19 Undang- undang Nomor 17/2003, menyangkut Rencana Kerja Pemerintah/Pemerintah Daerah dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga/SKPD. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga/SKPD disusun berdasarkan prioritas dan kemampuan keuangan, dan dirancang dengan tujuan mencapai kinerja yang dapat dihasilkan. Melalui pelaporan kinerja, diharapkan dapat mengukur efisiensi dan efektivitas yang memungkinkan kebijakan untuk dimantapkan, direvisi, dan bahkan dihentikan. 4. Tahapan pelaksanaan perubahan Undang-undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara memungkinkan implementasi proses reformasi dalam jangka waktu lima tahun. Untuk itu, tahapan implementasi yang tepat sangat dibutuhkan. Pertama-tama, perlu menerapkan penganggaran yang disiplin, yang diberlakukan untuk seluruh kementerian negara dan lembaga pemerintah lainnya. Ini meliputi penerapan pendekatan penganggaran jangka menengah, dengan pagu anggaran yang tegas (hard budget constraint) untuk mendisiplinkan proses penganggaran dan memastikan bahwa, paling tidak, keberlanjutan fiskal dan kepastian ketersediaan sumber daya benar-benar terjaga. Bersamaan dengan itu, perlu diterapkan penganggaran secara terpadu, sambil kementerian negara/lembaga melakukan review terhadap prioritas pembangunan dan 9
  • 10. prioritas anggaran, yang ditetapkan berdasarkan landasan program yang diajukan oleh presiden terpilih. Di samping itu, harus dilakukan evaluasi terhadap program dan kegiatan untuk menghilangkan program-program dan kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih, dan untuk membuat sasaran program lebih transparan dan dapat diukur. Tahapan paling lanjut dalam rangkaian penyempurnaan penganggaran adalah menerapkan penganggaran berbasis kinerja dengan penekanan pertama-tama pada ketersediaan rencana kerja, yang benar-benar mencerminkan komitmen kementerian negara/lembaga sebagai bagian dari proses penganggaran. Kementerian negara/lembaga dituntut memperkuat diri dengan kapasitas dalam mengembangkan indikator kinerja dan sistem pengukuran kinerja mereka sendiri dan dalam meningkatkan kualitas penyusunan kebutuhan biaya, sebagai persyaratan untuk mendapatkan anggaran. Sejalan dengan tumbuhnya orientasi kinerja dan perbaikan informasi indikator kinerja, pendekatan yang lebih sistematik terhadap penganggaran berbasis kinerja akan terbentuk. Sebagai langkah antara, sejumlah uji coba dapat dilakukan pada beberapa lembaga pemerintah, khususnya lembaga- lembaga yang berkaitan langsung dengan pelayanan masyarakat. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pendanaan dalam ayat ini adalah pagu indikatif. Ayat (2) Yang dimaksud dengan RKPD dalam ayat ini adalah RKPD propinsi, kabupaten dan kota. Bahan masukan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini digunakan sebagai instrumen sinkronisasi antara capaian sasaran pelaksanaan tugas pemerintahan pusat dan daerah. Pasal 3 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kebijakan dalam ayat ini adalah kebijakan pelaksanaan pembangunan dilingkunagn kementerian negara/lembaga. Kegiatan dalam ayat ini mencakup pula kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pendanaan dalam ayat ini adalah pagu indikatif. Ayat (2) 10
  • 11. Bahan masukan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini digunakan sebagai instrumen sinkronisasi antara capaian sasaran pelaksanaan tugas pemerintahan pusat dan daerah. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4405 11