Dokumen tersebut membahas tentang suku Sakai di Kabupaten Bengkalis, Riau. Suku Sakai merupakan penduduk asli yang masih ditemukan di beberapa desa di Kecamatan Mandau dan Minas, Bengkalis. Jumlah suku Sakai yang belum dibina mencapai 3.705 jiwa atau 741 kepala keluarga yang tersebar di beberapa desa. Kehidupan suku Sakai umumnya bergantung pada pertanian dan pengumpulan hasil hutan serta
1. III. SUKU SAKAI DI PROPINSI RIAU
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Data Depsos Riau 1998, menunjukkan bahwa sejak tahun 1977 hingga 1994 terdapat
1.568 jiwa atau 321 Kepala Keluarga (KK) suku sakai yang sudah dibina dan 158 KK
pada tahun 1992 hingga 1997. Sedangkan 3. 705 jiwa atau 741 KK belum dibina. Data
diatas juga menunjukkan bahwa perincian Kepala Keluarga (KK) suku Sakai yang belum
dibina menurut lokasi tempat tinggal:
No Nama Desa Jumlah KK
1. Pinggir 42
2. Semunai 32
3. Muara Basung 36
4. Kulim 13
5. Air Jamban 121
6. Tengganau 75
7. Petani 41
8. Kuala Penaso 30
9. Belutu 29
10. Samsam 156
11. Mandau 33
12. Sebangar 133
Sumber : Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing Di Prop.
Riau, Kanwil Depsos Riau, 1998
Tabel Pembangunan Masyarakat Terasing Selama PJP I
Di Kabupaten Bengkalis
No. DESA LO KASI KK JIWA Th.BINAAN
1. Pematang Pudu Buluh Kasap 75 318 1977/1978
2. Muara Basung Sialang 75 375 1979/1980
Rimbun
3. Bagan Besar Bukit Nenas 100 551 1981/1982
4. Kandis Kandis 100 536 1982/1983
5. Petani Petani I 51 239 1992/1993
6. Petani Petani II 20 100 1993/1994
Sumber : Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing Di Prop. Riau, Kanwil
Depsos Riau, 1998
B. ALASAN PENENTUAN LOKASI
Beberapa desa yang dikunjungi sebagai perbandingan untuk melihat kehidupan suku
sakai di Kecamatan mandau dan Minas adalah:
1. Kelurahan Pematang Pudu
2. Desa Petani
3. Desa Pinggir
112
2. 4. Desa Semunai
5. Desa Kandis
6. Desa Minas Barat
Kelurahan Pematang Pudu dan Desas Petani adalah dua lokasi yang ditempati oleh
penduduk suku asli quot;Sakaiquot; dan telah dilakukan pembinan oleh Departemen sosial melalui
proyek Pemukiman Kembali Masyarakat Terasing (PKMST). Kelurahan Pematang Pudu
merupakan proyek PKMST yang pertama dilakukan di Kecamatan Mandau, tepatnya pada
tahun 1977/1978 yang lebih populer dengan Proyek quot;Buluh Kasapquot;. Sedangkan di Desa
Petani proyek dimulai pada tahun 1992. Pematang Pudu dan Petani terletak di bagian
Timur Kecamatan Mandau, tepatnya terletak di Jalan antara Duri menuju Jurung (Jorong)
Kecamatan Kunto Darussalam. Dua desa lainnya yaitu Desa Pinggir dan Desa Semunai
terletak di bagian Selatan Kecamatan Mandau, tepatnya terletak dipinggir jalan antara
Duri menuju Pekanbaru (Km 16-20). Di dua desa terakhir ini merupakan desa yang belum
mendapatkan pembinaan dari Depsos seperti proyek PKMST (Kecuali kasus penduduk di
Dusun Pangkalan Libut). 4 Desa/Kelurahan ini terletak dibagian utara dari orbitasi
kehidupan orang-orang sakai, dan termasuk dalam kawasan Batin Delapan. Sedangkan 3
Desa terakhir terletak dibagian selatan, dan termasuk dalam wialayah Batin Lima.
C. GAMBARAN UMUM
Sakai adalah nama suatu suku penduduk yang dianggap asli dan menempati Kecamatan
Mandau, sebuah Kecamatan yang terdapat dalam Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis.
Duri sebagai ibu kota Kecamatan Mandau telah mengalami perkembangan yang pesat,
terutama setelah tahun 1980-an. Perkembangan yang terjadi tidak saja dalam pengertian
pisik, tetapi juga yang bersifat non-fisik (interaksi-sosial). Kemajuan yang terjadi pada
awal tahun 1980-an selain disebabkan oleh industrialisasi, terutama PT. CPI juga karena
terbukanya jalan yang menghubungkan Riau dengan Propinsi Sumatera Utara.
Konsekwensi dari kemajuan tersebut, menghendaki kecamatan tersebut dimekarkan
menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Mandau dan Kecamatan Minas.
Berdasarkan data Kecamatan Mandau dalam angka Tahun 1995, penduduk Kecamatan ini
berjumlah 140. 760 Jiwa. Terdiri dari 72. 445 jiwa laki-laki dan 68. 315 jiwa perempuan.
Menurut laporan petugas Sosial Kecamatan Mandau Tahun 1994/1995, terdapat 1. 434
Kepala Kelauarga atau 6. 427 jiwa orang sakai. Terdiri dari 3. 205 jiwa laki-laki dan 3. 222
jiwa perempuan. (sebelum terbagi dalam 2 Kecamatan).
1. Kondisi Geografis
1.1. Kecamatan Mandau
Kecamatan Mandau merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di kabupaten
Bengkalis dengan luas wilayah 6.985,47 Km atau 698.547 Ha. Wilayah Kecamatan
Mandau berada pada ketinggian 6 hingga 15 Meter dari permukaan laut. Sebagian besar
113
3. wilayah kecamatan ini terdiri dari perbukitan (75 %), sisanya merupakan daerah dataran
dan bergelombang. Pada daerah perbukitan dengan suhu maksimal berkisar antara 35
hingga 39 derajat celcius, dengan iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan
musim panas.
Musim hujan berkisar antara bulan september hinga februari, sedangkan musim panas
terjadi antara bulan Maret hingga Agustus, dengan curah hijan terbanyak di daerah ini
selama 93 hari dengan jumlah rata-rata pertahun 2. 280 mm. Jenis tanah daerah ini yaitu
Tanah liat berpasir, tanah lempung dan gambut.
Kecamatan ini berbatas dengan :
- Sebelah Utara dengan Kecamatan Bukit Kapur
- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Minas
- Sebelah Barat dengan Kecamatan Bukit Batu dan Kec. Siak
- Sebelah Timur dengan Kecamatan Kunto Darussalam dan Kecamatan Tanah Putih.
1.2. Kecamatan Minas
Data Monografi Kecamatan Minas Tahun 1998, menunjukkan bahwa jumlah penduduk
penduduk Kecamatan ini sebanyak 38. 768 Jiwa atau 8. 518 Kepala Keluarga (KK), terdiri
dari 20. 138 Jiwa laki-laki dan 18. 630 Jiwa perempuan. Berdasarkan laporan Petugas
Sosial Kecamatan Minas, orang-orang sakai di Kecamatan ini yang belum dibina terdapat
di beberapa desa, antara lain;
1. Desa Kandis 640 jiwa/145 KK
2. Desa Minas Barat 248 jiwa/61 KK
3. Sam-sam 350 jiwa/85 KK
4. Belutu 433 jiwa/97 KK
Kecamatan Minas merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di kabupaten Bengkalis
dengan luas wilayah 3. 385 Km atau 3. 385.000 Ha. Wilayah Kecamatan Mandau berada
pada ketinggian 6 dari permukaan laut. Sebagian besar wilayah kecamatan ini terdiri dari
perbukitan (75 %), sisanya merupakan daerah dataran dan berombak. Pada daerah
perbukitan dengan suhu maksimal berkisar antara 29 hingga 35 derajat celcius, dengan
iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim panas.
Musim hujan berkisar antara bulan september hinga Februari, sedangkan musim panas
terjadi antara bulan Maret hingga Agustus, dengan curah hijan terbanyak di daerah ini
selama 96 hari dengan jumlah rata-rata pertahun 3. 260 mm/tahun. Jenis tanah daerah ini
yaitu Tanah liat berpasir, tanah lempung dan gambut.
Kecamatan ini berbatas dengan :
- Sebelah Utara dengan Kecamatan Mandau
- Sebelah Selatan dengan Kotamadya Dati II Pekanbaru
- Sebelah Barat dengan Kecamatan Siak
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Kampar
2. Administratif Pemerintahan dan Kependudukan
Berdasarkan Kecamatan dalam angka tahun 1995, Penduduk Kecamatan Mandau
berjumlah 140.760 jiwa. Penduduk tersebut, tersebar kedalam 11 Kelurahan dan 14 Desa.
Seluruh kelurahan yang terdapat di Kemcatan Mandau ini merupakan hasil pemekaran
114
4. salah satu desa pada tahun 1980, yaitu Desa Air Jamban. Sebelum tahun 1980, di Kematan
Mandau terdapat 8 Desa/Kepenghuluan masing-masing:
- Desa Air Jamban;
- Desa Sebangar;
- Desa Petani;
- Desa Tengganau;
- Desa Semunai;
- Desa Pinggir;
- Desa Sam-sam;
- Desa Balai Pungut.
Sejak tahun 1980, mengikuti tuntutan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa dan Kelurahan, desa-desa yang terdapat di Kecamatan Mandau
dimekarkan menjadi 11 Kelurahan dan 27 Desa. Masing-masing:
1. Desa Sam-sam
2. Desa Belutu
3. Desa Minas Barat
4. Desa Minas Timur
5. Desa Sungai Selodang
6. Desa Muara Kelantan
7. Desa Olak
8. Desa Teluk Lancang
9. Desa Lubuk Jering
10. Desa Muara Bungkal
11. Desa Lubuk Umbut
12. Desa Bencah Umbai
13. Desa Tasik Betung
14. Desa Melibur
15. Desa Beringin
16. Desa Kuala Penaso
17. Desa Kandis
18. Desa Balai Pungut
19. Desa Muara Basung
20. Desa Tengganau
21. Desa Pinggir
22. Desa Semunai
23. Desa Tasik serai
24. Desa Petani
25. Desa Harapan Baru
26. Desa Balai Makam
27 Kelurahan Balai Raja
28. Kelurahan Titian Antui
29. Desa Talang Mandi
30. Kelurahan Pematang Pudu
31. Kelurahan Balik Alam
32. Kelurahan Batang Serosa
33. Kelurahan Gajah Sakti
34. Kelurahan Duri Timur
115
5. 35. Kelurahan Barat
36. Kelurahan Babussalam
37. Kelurahan Air Jamban
38. Kelurahan Sebangar
Perkembangan pesat yang terjadi di Kecamatan Mandau, pada tahun 1992 perlu
dimekarkan menjadi kecamatan baru yaitu Kecamatan Minas, sehingga 14 Desa
diantaranya menjadi bagian dari kecamatan baru tersebut, diantaranya:
1. Desa Sam-sam
2. Desa Belutu
3. Desa Minas Barat
4. Desa Minas Timur
5. Desa Sungai Selodang
6. Desa Muara Kelantan
7. Desa Olak
8. Desa Teluk Lancang
9. Desa Lubuk Jering
10. Desa Muara Bungkal
11. Desa Lubuk Umbut
12. Desa Bencah Umbai
13. Desa Tasik Betung
14. Desa Kandis.
Dengan terjadinya pemekaran Kecamatan Mandau menjadi 2 Kecamatan yaitu Mandau
Dan Kecamatan Minas, hingga penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mandau terdapat 11
Kelurahan dan 14 Desa. Diantaranya:
1. Kelurahan Balai Raja
2. Kelurahan Titian Antui
3. Desa Talang Mandi
4. Kelurahan Pematang Pudu
5. Kelurahan Balik Alam
6. Kelurahan Batang Serosa
7. Kelurahan Gajah Sakti
8. Kelurahan Duri Timur
9. Kelurahan Barat
10. Kelurahan Babussalam
11. Kelurahan Air Jamban
12. Kelurahan Sebangar
13. Desa Melibur
14. Desa Beringin
15. Desa Kuala Penaso
16. Desa Kandis
17. Desa Balai Pungut
18. Desa Muara Basung
19. Desa Tengganau
20. Desa Pinggir
21. Desa Semunai
116
6. 22. Desa Tasik serai
23. Desa Petani
24. Desa Harapan Baru
25. Desa Balai Makam
3. Pola Mata Pencarian
Mata pencarian utama penduduk asli adalah sebagai petani dan pengumpul hasil hutan,
termasuk mencari ikan. Meskipun sekarang ini mata pencarian pokok untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari telah mengalami perubahan, yaitu terbatasnya hutan dan hasil
sungai yang dapat mereka manfaatkan, namun sebutan sebagai petani tetap melekat
dengan kehidupan orang-orang sakai.
4. Kepemimpinan Tradisional
Pada umumnya Dasar kepercayaan orang-orang sakai adalah Islam. Meskipun demikian,
dalam kehidupan sehari-hari ciri kepercayaan animisme masih terlihat (populer dengan
agama pobatid), terutama dalam hal kesehatan. Umumnya mereka masih melakukan
cara-cara pengobatan secara tradisional dalam hal penyembuhan penyakit yang mereka
sebut dengan quot;Bodikiequot;.
Orang-orang sakai di Kecamatan Mandau Dan Minas berada dalam kawasan kekuasaan
Sultan Siak. Sistem kepemimpinan tradisional ditentukan dari pusat kerajaan. Sistem
pemerintahan terbagi kedalam 2 bentuk yaitu Kerajaan (Pusat) dan Batin (Daerah).
Pemerintahan Daerah dalam komunitas sakai terbagi atas 2 jenis, yaitu batin 8 dan batin 5.
Dusun dalam Batin 8 terdiri dari:
1. Batin Baromban di Petani
2. Sutan Bertuah di Tanah Setupang (Pematang Pudu)
3. Batin Bumbung di Tanah Putih (Sebanga)
4. Batin Jolelo di Lubuk (Pinggir)
5. Batin Tomat di Semunai
6. Batin Ajo Rangkayo di Air Jamban
7. Batin Genggong di Muara Basung
8. Batin Bertuah di Tanah Putih (Sebanga)
Masing-masing dusun dipimpin oleh seorang Batin yang bertanggung jawab kepada Batin
Induknya. Dalam Batin 8 terdapat 4 Batin induk, masing-masing menaungi 1 Batin, Batin
Induk yaitu:
1. Batin Pinggir
2. Batin Petani
3. Batin Sebanga
4. Batin Air Jamban
Dalam kaitannya dengan pemerintahan Kerajaan, menghadap Sultan melalui Batin
Pinggir.Perkembangan selanjutnya, dalam kawasan Batin 8, terdapat 5 dusun yang
dipimpin oleh seorang Batin yang disebut dengan Batin 5. Orbitasi batin 5 meliputi:
1. Kandis
2. Belutu
3. Sam-sam
4. Tengganau
117
7. 5. Penaso
Struktur Pemerintahan Batin Sakai
Mogek Omeh Antan-Antan
Wong Sao Ju -Panteh
Batin Pucuk
Wakil Raja
Datuk Bonao
Batin 5 Batin 8
Ular dipalu tidak mati
Kayu pemalu tidak patah
Rumpu tidak layu
Tanah tidak lombang
Dikotuk sejongkal tali diganang sekayang air
Duduk autlah anjaun togak tinjau jaah
Jilek bibir di tas jilek bibir di bawah
Gantung tapk baru dilangkahkan.
5. PKMT, Keuntungan dan masalahnya
Beberapa keuntungan proyek ini, antara lain:
1. Fasilitas rumah lebih manusiawi dibandingkan dengan rumah semula;
2. Tersedianya fasilitas ibadah berupa Mushalla;
3. Bekal pelatihan keterampilan untuk modal berusaha selanjutnya;
4. Komunikasi dengan masyarakat lain lebih mudah;
5. Jalan keluar-masuk lebih lancar dan mudah daripada tempat semula.
Beberapa masalah yang ditimbulkan PKMT
1. Lingkungan tempat tinggal semula dikuasai oleh pendatang/pihak yang
berkepentingan terhadap hutan yang menjadi orbitasi orang sakai lebih mudah
dibebaskan, terutama untuk kepentingan perkebunan besar;
2. Di lingkungan proyek dimana fasilitas tersebut dibangun, tidak diiringi dengan
penyediaan sumber-sumber pendatan sebagai untuk pemenuhan kebutuhan
dasar manusia.
3. Bantuan yang diberikan, tidak diiringi dengan elemen penunjang lainnya.
6. Pandangan orang luar
118
8. Umumnya orang luar suku sakai memandang sakai sebagai orang yang tidak memiliki
kemandirian, dalam arti sangat tergantung pada sumber daya alam yang pemanfaatannya
dilakukan secara tradisional. Sementara sumberdaya alam tersebut sekarang ini sudah
terbatas pemanfaatannya dan tidak menjanjikan hasil yang menjamin sumber
penghidupan. Selain itu, orang luar juga memandang mereka ebagai orang yang pemalas,
masih memungkinkan bagi mereka ini untuk menanam jenis tanaman tertentu seperti Ubi
kayu (mangalo) dan palawija lainnya, tetapi mereka itu tidak melakukannya. Selanjutnya,
orang sakai dikenal sebagai orang yang suka menjual tanah atau hutan kepada pendatang
untuk kebutuhan sekunder. Karena itu, mereka menjadi semakin terdesak oleh
perkembangan usaha pada pendatang. Pandangan seperti ini, juga dimilki oleh
orang-orang sakai yang sudah mengalami kemajuan. Baik dalam aspek pendidikan
maupun ekonomi.
7. Persepsi Sakai Terhadap Masalah Yang Akan Datang
Mereka menghawatirkan perubahan yang terjadi pada lingkungan mereka sekarang ini
membuat identitas mereka menjadikan kabur dan bahkan menjadi hilang. Nilai-nilai
tradisional (upacara) dalam melakukan sesuatu pekerjaan sudah hilang, sehingga sekarang
ini mereka mengikuti nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pendatang. Dalam hal
pemanfaatan dan penguasaan sumber daya alam, mereka akan menjadi pekerja kasar pada
lingkungan mereka sendiri. Tanah atau hutan yang mereka kuasai sangat terbatas luasnya;
mereka tidak memiliki keterampilan atau usaha yang spesifik, sementara mereka tertinggal
jauh dalam hal pendidikan dan penguasaan dalam keterampilan lainnya.
8. Sejarah Perjuangan Orang-Orang Luar
Sejarah masuknya orang luar di lingkungan orang-orang sakai, terutama dalam hal
penyebaran agama, akan digambarkan dari informasi yang didapat dari dua tempat yaitu
Kandis dan Minas Barat atau Minas I. Masuknya orang luar di Kandis telah berlangsung
sebelum tahun 1960-an, ketika itu ada seseorang yang berasal dari Minangkabau
menemukan sebuah Pos Tentara di Kandis. Setelah berlangsung beberapa tahun, tepatnya
tahun 1962 di Kandis didirikan sebuah Mushalla dan Yayasan Pembinaan Suku Terasing.
Selanjutnya diiringi dengan munculnya beberapa warung minum dan makan tempat
perhentian orang yang melintasi jalan operasi Caltex dari Pekanbaru menuju Duri. Setelah
Kandis mulai ramai, Bersamaan dengan himbauan pemerintah kepada orang-orang sakai
agar pindah ke pinggir jalan, Kandis semakin hari semakin ramai ditempati oleh
orang-orang sakai yang mulanya tingal dipedalaman.
Pada tahun 1981/1982 Depsos mengadakan proyek pemukiman bagi 100 Kepala Keluarga
orang-orang sakai di Kandis. Untuk melakukan pembinaan terhadap orang-orang sakai,
lembaga dakwah yang sudah lebih dahulu terbentuk dilibatkan oleh Depsos dalam hal
pembinaan.
Missionaris Kristen Protestan masuk di Kandis berlangsung tahun 1970-an. Gereja Luther
di Kandis didirikan pada tahun 1972. Pada waktu itu terdapat beberapa nama Pastor
seperti Hutagalung, Satyo, Sitinjak dan Sihombing. Mereka memperkenalkan ajaran
kristen terhadap orang-orang sakai. Menurut informasi dari salah seorang warga sakai
yang telah dikristenkan bernama Kanak, ia disekolahkan oleh zending HKBP pada
Sekolah Guru Huria (SGH) untuk menjadi Postur di Tarutung pada tahun 1972. Setalah 3
tahun mempelajari ajaran protestan, pada tahun 1975 Kanak pulang ke Kandis dan menja-
119
9. di penyebar Injil dikalangan orang-orang sakai di Kandis dan sekitarnya. Pada waktu itu
terdapat 20 KK orang-orang sakai yang sudah memeluk agama kristen.
Setelah menjalani profesi sebagai pastor selama 4 tahun, pada bulan juni 1979 Kanak
meminta berhenti secara hormat sebagai pastur kepada zending HKBP. Sejak berhentinya
Kanak sebagai pastor pada tahun tersebut, warga sakai yang lain juga meninggalkan
agama kristen.
Sebagaimana halnya dengan Desa Kandis dan sekitarnya, kedatangan misionaris di Minas
Barat waktunya hampir bersamaan. Menurut pengakuan Batin quot;Injinquot;, penyebaran ajaran
Kristen Protestan dikalangan orang-orang sakai di Minas Barat berlangsung sejak tahun
1974 hingga tahun 1985. Ditempat ini, mereka tidak mendiri Gereja, tetapi sarana pendidi-
kan untuk memperkenalkan ajaran kristus kepada orang-orang sakai, baik anak-anak
maupun orang dewasa.
D. PERKAMPUNGAN ORANG-ORANG SAKAI
1. Orang Sakai Di PKMST Desa Petani
Suku Sakai yang menempati proyek quot;Petani I dan II di Desa Petani pada tahun 1992
berasal dari beberapa perkampungan kecil disekitar Desa Petani, diantaranya dari yang
pada mulanya tinggal di tepi sungai petani. Umumnya mereka hidup secara
berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Petani .
Pada mulanya proyek ini diperuntukan kepada 75 Kepala Keluarga (KK) atau 239 jiwa
yang menempati 75 unit yang disediakan proyek.
Beberapa fasilitas yang disediakan proyek untuk setiap keluarga diantaranya 1 unit rumah
yang terbuat dari papan dan atap seng (Zink); tanah pekarang 25 lebar dan panjang 40
meter, dan dibelakang rumah pemukiman terdapat tanah lahan usaha 75 x 60 meter. Untuk
modal berusaha mereka yang disamping itu mereka masih tetap melakukan pekerjaan
sebelumnya yaitu mencari damar dan ikan.
Lahan usaha tani yang disediakan proyek, hampir tidak dapat mereka manfaatkan untuk
berusaha. Tanaman mereka sering diganggu oleh Gajah dan babi sementara mereka
berjauhan tinggal dengan tanaman mereka. Karena itu, rumah yang disediakan proyek
mereka tinggalkan dan dan mereka lebih lama waktunya tinggal di ladang.
Di luar proyek kurang lebih jarak 1 kilo meter terdapat 1 unit Sekolah dasar yang pada
dasarnya diperuntukan bagi anak-anak sakai yang tinggal di proyek. Sedangkan untuk
melanjutkan pendidikan menengah, mereka harus ke luar proyek memasuki sekolah
sebagaimana masyarakat umumnya di Kota Duri. Dalam hal pendidikan menengah ini,
pada mulanya terjadi semacam tekanan psikologi bagi anak-anak sakai untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang lebih maju di luar lingkungan mereka.
Dalam hal akses pada fasilitas lainnya seperti kesehatan, terlihat relatif minimal. Meskipun
120
10. tidak ditemukan adanya anak-anak sakai yang bekerja dalam hal pelayanan kesehatan,
namun partisipasi mereka dalam pengobatan modern relatif tinggi. Mereka memanfaatkan
fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta dalam hal pengobatan. Meskipun demikian
mereka juga masih menggunakan cara-cara pengobatan tradisonal yang berlaku pada suku
sakai seperti berdikir (mantra/jampi-jampi) tergantung jenis penyakit yang mereka pahami
(berlaku umum dalam komunitas sakai).
Perkembangan pembangunan yang berkaitan dengan tanah pesat Awal tahun 1990-an,
kota Duri semakin berkembang banyak diantara pendatang yang mencari tanah di desa ini
dan membentuk perkampungan baru, termasuk beberapa perusahan seperti perkebunan
Kelapa Sawit. Perkembangan yang terjadi di wilayah desa ini menjadikan warga suku
sakai kesulitan untuk mencari lahan untuk berladang. Dan sekarang ini, tanah bekas
ladang-ladang tersebut telah mereka jual dan dikuasai oleh pendatang.
Di Desa ini, kelembagaan pemerintahan Desa dikuasai oleh suku pendatang. Kepala Desa
dan Sekretaris Desa diisi oleh pendatang. Mereka ini telah menempuh pendidikan sekolah
lanjutan pertama dan atas atau telah tinggal lama di daerah ini.
2.Orang Sakai Di PKMST Kelurahan Pematang Pudu
Suku Sakai yang menempati proyek quot;Buluh Kasapquot; di Pematang Pudu pada tahun 1978
berasal dari beberapa perkampungan kecil disekitar kota Duri sekarang ini, diantaranya
dari Air Jamban, Tanah Putih (Sebangar) dan Tanah Setupang. Umumnya mereka hidup
secara berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Duri.
Pada mulanya proyek ini diperuntukan kepada 75 Kepala Keluarga (KK) atau 204 jiwa
yang menempati 75 unit yang disediakan proyek.
Beberapa fasilitas yang disediakan proyek untuk setiap keluarga diantaranya 1 unit rumah
bertiang yang terbuat dari papan (lantai dan dinding) dan atap seng (Zink); tanah pekarang
25 lebar dan panjang 40 meter, dan dibelakang rumah pemukiman terdapat tanah lahan
usaha 75 x 60 meter. Untuk modal berusaha mereka yang tinggal di proyek, mereka
mendapatkan bantuan bibit padi, disamping itu mereka masih tetap melakukan pekerjaan
sebelumnya yaitu mencari damar dan ikan.
Lahan usaha tani yang disediakan proyek, hampir tidak dapat mereka manfaatkan untuk
berusaha. Tanaman mereka sering diganggu oleh Gajah dan babi sementara mereka
berjauhan tinggal dengan tanaman mereka. Karena itu, rumah yang disediakan proyek
mereka tinggalkan dan dan mereka lebih lama waktunya tinggal di ladang.
Di dalam proyek terdapat 1 unit Sekolah dasar yang pada dasarnya diperuntukan bagi
anak-anak sakai yang tinggal di proyek. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan
menengah, mereka harus ke luar proyek memasuki sekolah sebagaimana masyarakat
umumnya di Kota Duri. Dalam hal pendidikan menengah ini, pada mulanya terjadi
semacam tekanan psikologi bagi anak Sakai untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
lebih maju di luar lingkungannya.
Dalam hal akses pada fasilitas lainnya seperti kesehatan, terlihat relatif minimal. Meskipun
121
11. tidak ditemukan adanya anak-anak sakai yang bekerja dalam hal pelayanan kesehatan,
namun partisipasi mereka dalam pengobatan modern relatif tinggi. Mereka memanfaatkan
fasilitas kesehatan pemerintah atau swasta dalam hal pengobatan. Meskipun demikian
mereka juga masih menggunakan cara-cara pengobatan tradisonal yang berlaku pada suku
sakai seperti bedikie (yang diiringi dengan membaca mantra) tergantung jenis penyakit
yang mereka pahami.
Walaupun mereka berada dalam lingkungan yang relatif sudah maju, namun mereka tidak
menguasai atau tidak tertarik dalam hal penguasai pasar maupun transportasi. Mereka
memiliki beberapa kendaraan untuk mereka sendiri, bukan dijadikan sebagai usaha
ekonomi.
Awal tahun 1990-an, kota Duri semakin berkembang banyak diantara pendatang yang
mencari tanah di Kelurahan ini dan membentuk perkampungan baru, termasuk beberapa
perusahan seperti perkebunan Kelapa Sawit. Perkembangan yang terjadi di wilayah
kelurahan ini menjadikan warga suku sakai kesulitan untuk mencari lahan untuk
berladang. Dan sekarang ini, tanah bekas ladang-ladang tersebut telah mereka jual dan
dikuasai oleh pendatang, termasuk tanah yang disediakan proyek sebagai lahan usaha.
Di Kelurahan ini, kelembagaan pemerintahan Kelurahan dikuasai oleh warga suku Sakai.
Terdapat 5 diantara 7 perangkat Kelurahan di tempati oleh warga Sakai, termasuk Lurah
Kelurahan Pematang Pudu. Mereka ini telah menempuh pendidikan sekolah lanjutan
pertama dan atas atau telah bekerja sebelumnya di kantor Kecamatan Mandau.
3. Orang Sakai Di Desa Pinggir
Monografi Desa Pinggir mencatat bahwa penduduk desa ini berjumlah 5.375 jiwa atau 1.
060 Kepala Keluarga (KK). Terdiri dari 2. 709 jiwa laki-laki dan 2. 666 perempuan. Data
Pemilu 1997 tercatat 4. 523 jiwa, terdiri dari 2. 330 jiwa laki-laki dan 2. 193 perempuan.
Penduduk yang ikut dalam Pemilu tahun 1997 yang lalu berjumlah 2. 719 jiwa, terdiri dari
1. 579 laki-laki dan 1. 146 perempuan. Catatan pemuka masyarakat Desa Pinggir terdapat
134 KK orang Sakai, baik yang sudah dibina oleh instansi pemerintah maupun yang
belum pernah mendapatkan pembinaan. Berdasarkan data Depsos Riau 1998, terdapat 42
KK suku Sakai yang belum dibina.
Pinggir adalah nama satu diantara 25 Desa di Kecamatan Mandau. Terletak dipinggirar
jalan raya antara Duri menuju Pekanbaru. Terdiri dari tiga Dusun yaitu 1. Jaya Mukti; 2.
Pangkalan Libut; 3. Karya Maju. Orang-orang sakai yang menetap di Dusun Jaya Mukti
dipandang telah mengalami perubahan ke arah kemajuan dibandingkan dengan yang
menetap di Dusun Pangkalan Libut, terutama yang menetap di pinggir sungai Mandau dan
sungan Sam-sam. Pemukiman orang-orang sakai terpencar di dua Dusun terakhir. Jarak
Desa Pinggir ke kota Duri, sebagai pusat kegiatan di Kecamatan ini, sejauh 18 Km.
Luas wilayah Desa Pinggir tercatat 230.000 Ha, Profil desa Pinggir membentuk huruf U
(lihat sketsa desa) dari Timur ke Barat. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Balai Raja;
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Semunai; sebelah timur berbatasan dengan Desa
122
12. Sontang Kecamatan Kunto Darussalam dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kandis
Kecamatan Minas.
Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke selatan datarannya
semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat tiga sungai yang tergolong
besar yaitu Sungai Air Godang; Sungai Mandau dan Sungai Sam-sam. Sebagian besar
orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Pinggir mengaku berasal dari Sungai Mandau.
Penduduk Desa Pinggir tercatat dalam monografi desa per 1 April 1997 sejumlah 5. 375
Jiwa atau 1060 Kepala Keluarga. Terdiri dari 2.709 jiwa laki-laki dan 2.666 jiwa
perempuan. Berdasarkan Data Pemilu 1997, tercatat 4523 Jiwa, terdiri 2.330 jiwa
Laki-laki dan 2193 jiwa perempuan. Penduduk yang ikut dalam Pemilu tercatat 2719 Jiwa,
pemilih laki-laki sejumlah 1579 dan 1146 pemilih perempuan.
Penduduk Desa Pinggir dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai
yang disebut sebagai penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan
atas 3 golongan, yaitu Etnik Jawa; Minangkabau dan Batak. Dusun Jaya Mukti (dusun I)
sebagai pusat Desa ditempati oleh semua etnik. Etnik Jawa terkonsentrasi di RW. III dan
RW. I (Bahorok); Minangkabau di RW. I; Batak di RW. II (Sinar Toba). Berdasarkan
tokoh masyarakat sakai di Desa Pinggir, tercatat 134 Kepala Keluarga sakai di desa itu.
Catatan Ketua RW. I Dusun I (Azhari Azwar), terdapat 72 Kepala Keluarga orang sakai
ditempat tersebut. Catatan Ketua RW. IV Dusun Pangkalan Libut, terdapat 42 Kepala
Keluarga Sakai di RW. IV, dan 20 KK di Dusun Sukamaju.
Migrasi ke Desa pinggir diperkirakan dimulai sejak akhir tahun 80-an, yaitu tahun 1989
sebanyak 60 Kepala Keluarga (KK) dari sialang mudo wilayah Desa Muara Basung.
Sialang Mudo terletak di sebelah PKSMT quot;Sialang Rimbunquot; Desa Muara Basung. Seluruh
migrasi ini adalah etnis jawa yang terpaksa pindah karena lahan yang mereka tempati
termasuk dalam areal PT. ADEI. Di Desa Pinggir mereka ini tinggal di Dusun Jaya Mukti
(Dusun I) RW 3 yang lebih dikenal di desa ini dengan nama Bahorok. Selain di Dusun I
ini, etnis Jawa juga menempati Dusun Suka Maju (Dusun III) membaur dengan
orang-orang sakai. Daerah ini, lebih dikenal dengan Simpang Anggur.
Etnis Batak mulai memasuki Desa Pinggir sekitar tahun 1992. Mereka tinggal di Desa ini
dengan cara membeli hutan kepada penduduk asli (sakai). Umumnya etnik ini tinggal di
Dusun Pangkalan Libut (Dusun II) RW 4. Setelah itu, mereka ini mengajak saudara
lainnya untuk tingal dengan membentuk kelompok. Mereka ini pada mulanya menanam
tanaman palawija pada lahan yang mereka beli itu. Dalam perkembangan berikutnya,
setelah modal terkumpul lebih banyak, mereka kemudian beralih menanam kelapa sawit.
Etnis Jawa dan Batak ini kabanyaka berasal dari Sumatera Utara. Etnis Batak masih terus
melakukan migrasi sampai survai ini dilakukan, umumnya mereka bekerja di sektor
perkebunan Kelapa Sawit. Etnis Minangkabau mulai masuk di Desa Pinggir pada tahun
1991, mereka ini menetap di kawasan pemukiman yang lebih ramai. Umumnya etnis
Minang di desa ini membuka usaha sebagai pedagang makanan (warung nasi) dan warung
yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, banyak jabatan
123
13. dalam lembaga tersebut yang di isi oleh penduduk asli/orang sakai, seperti Kepala Desa;
Ketua I LKMD; Ketua LMD; Ketua PKK; Kepala Dusun II dan terdapat 2 orang asli yang
menjadi ketua RW yaitu RW I Dusun Jaya Mukti dan RW 4 Dusun Pangkalan Libut.
Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun swasta di desa ini
umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa. Misalnya, bantuan sumur
bor dari Caltex Pacific Indonesia (CPI); semenisasi jalan desa dari PU. Di Desa
Pinggir terdapat 2 Sekolah Dasar (SD). 1 Unit berstatus negeri terletak di Dusun Jaya
Mukti dan 1 unit lagi SD swasta yang terletak di dusun Suka Maju. Umumnya anak-anak
yang berada dalam usia sekolah, terutama di Dusun Suka Maju dan Jaya Mukti adalah
bersekolah. Sedangkan di Dusun Pangkalan Libut, anak-anak penduduk asli umumnya
tidak bersekolah. Hal itu oleh karena beberapa sebab: Pertama, faktor jarak, yaitu jarak
dari dusun ke SD terdekat lebih kurang berjarang 4 kilo meter. Kedua, ekonomi keluarga
yang relatif masih rendah dan tidak mendukung. Ketiga, kesadaran orang tua yang relatif
rendah dalam hal pendidikan anak (di bandingkan dengan pendatang) . Untuk tingkat
lanjutan, anak-anak Desa Pinggir umumnya melanjutkan ke SLTP di Desa Muara Basung
dan sebagian kecil melanjutkan pendidikannya ke SLTP di Balai Raja. Umumnya yang
melanjutkan pendidikan hingga SLTP adalah anak-anak etnis pendtang, sedangka
anak-anak orang sakai sebagian kecil yang melanjutkan pendidikannya.
Di Desa ini belum ada Pasar. Fasilitas Pasar desa sudah 3 tahun yang lalu dibangun, tetapi
sampai sekarang ini belum selesai dan belum dimanfaatkan. Penduduk desa ini berbelanja
ke Pasar Duri atau di warung-warung yang terdapat di desa tersebut. Sarana transportasi
umum di ke atau dari Desa Pinggir dapat dikatakan sudah cukup lancar karena desa ini
dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. bahkan ada beberapa
orang penduduk asli yang memiliki angkutan (oplet).
Di Desa Pinggir terdapat Puskesmas pembantu dengan seorang tenaga mantri kesehatan.
Masyarakat sudah banyak yang memanfaatkan fasilitas ini. Meskipun demikian,
orang-orang sakai masih menggunakan pengobatan secara tradisional seperti quot;bedikeiquot;.
Kegiatan Posyandu diadakan dua kali seminggu dan petugas didatangkan dari Duri.
Fasilitas umum lainnya yang terdapat di desa ini seperti Listrik PLN. Sedikit diantara
penduduk asli di desa ini yang sudah memanfaatkan fasilita penerangan ini. Fasilitas
lainnya adalah POS dan Giro. Surat yang masuk ke desa ini dititipkan petugas Pos melalui
kantor desa, selanjutnya petugas kantor desaa yang mengantarkan ke rumah penduduk
yang bersangkutan. Fasilitas lainnya adalah telepon, ada 5 sambungan pesawat telepon di
desa ini, 4 sambungan merupakan atas nama pribadi dan 1 sambungan atas nama instansi
pemerintah.
Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan, lahan pertanian relatif masih
tersdia luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyaknya pendatang ke desa ini dan membeli
hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk dan selanjutnya mangajak saudara dan
kenalan mereka menetap di desa ini. Selain itu, perusahan pemilik HPH dan perkebunan
besar lainnya juga memulai usahanya di desa ini. Akibanynya, lahan penduduk menjadi
semakin terbatas karena banyak diantara mereka yang menjual tanah dan mereka tidak
dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai oleh HPH dan pendatang lainnya.
124
14. Penduduk asli yang mulanya membuka hutan dan menjualnya kepada pendatang,
sekarang ini tidak memungkinkan lagi. Perusahaan HPH (PT. Rokan Permai Timber) yang
sebagian arealnya terdapat di desa ini, menjadi bapak angkat bagi 50 KK penduduk dalam
penanaman sengon. Lahan untuk penanaman ini terletak di luar kawasan HPH, yaitu di
kawasan hutan desa. Luas lahan penanaman sengon ini adalah 100 Ha dan tersebar
dibeberapa tempat.
4. Orang Sakai Di Desa Semunai
Monografi Desa Semunai tercatat bahwa penduduk desa ini berjumlah 2209 jiwa atau 560
Kepala Keluarga (KK). Penduduk tersebut tersebar di 2 RW dan 6 RT. Berdasarkan Data
Depsos Riau (1998), terdapat 32 Kepala Keluarga orang Sakai di Desa Semunai.
Sementara catatan aparat pemerintah desa, di desa ini terdapat 46 Kepala Keluarga orang
Sakai yang belum mendapatkan pembinaan.
Desa semunai terletak dipinggiran jalan raya antara Duri menuju Pekanbaru, tepat Km 20
dari kota Duri. Desa ini terdiri dari 1 Dusun; 2 RW dan 6 RT. Orang-orang sakai yang
menetap di desa ini, dipandang relatif belum mengalami perubahan ke arah kemajuan
dibandingkan dengan orang sakai yang menetap di Desa Pinggir. Pemukiman orang-orang
sakai di Desa Semunai, umumnta terletak dipinggir jalan raya.
Luas wilayah Desa Semunai tercatat 2200 Ha, Profil desa ini memanjang (lihat sketsa
desa) dari Utara ke Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Semunai; sebelah sela-
tan berbatasan dengan desa Kecamatan Kunto Darussalam; sebelah timur berbatasan
dengan desa Balai Raja dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kandis Kecamatan
Minas.
Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah yang bergelombang, semakin
ke selatan datarannya semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah desa ini terdapat
lima sungai yang tergolong besar yaitu Sei Air Godang; Sei Sikai; Sei Lebuai; Sei Dalam
dan Sei Bakulo. Sebagian besar orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Semunai
mengaku berasal dari Air Godang.
Penduduk Desa Pinggir tercatat dalam Monografi Desa per 22 Oktober 1996 penduduk
desa ini berjumlah 2209 Jiwa atau 560 Kepala Keluarga. Terdiri dari 1124 jiwa laki-laki
dan 1085 jiwa perempuan. Penduduk Desa Semunai dapat dibedakan atas 2 golongan
besar. Pertama, Orang Sakai yang umumnya menetap dipinggir jalan raya Kedua,
kelompok pendatang yang dibedakan atas 2 golongan utama, yaitu Etnik Jawa dan Batak.
Etnik Jawa umumnya terkonsentrasi di RW. II dan Batak di RW. I. Berdasarkan catatan
aparat pemerintah desa, tercatat 46 Kepala Keluarga sakai di desa ini dan menetap di
RW.I.
Migrasi ke Desa Semunai dimulai sejak tahun 1984 ketika Etnik Batak marga Simamora,
Purba dan Sihite membeli tanah penduduk setempat. Tahun berikutnya, beberapa marga
yang lain seperti Sinaga, Munthe dan Siregar mengikuti kenalan mereka yang sudah lebih
dahulu menetap di desa ini. Menurut catatan mantan Kepala Desa Semunai (Pak Pintau),
Ketika pertama sekali Ia menjabat sebagai Kepala Desa tahun 1983, tercatat sebanyak 17
125
15. marga etnik Batak atau 193 jiwa etnik Batak di desa ini. Mereka ini umumnya berasal
langsung dari Sumatera Utara. Pada mulanya tanah yang mereka beli dari penduduk
setempat digunakan sebagai lahan menanam palawija dan buah-buahan seperti semangka,
pisang dan kacang-kacangan.
Etnik Jawa mulai masuk di Desa Semunai pada tahun 1991, mereka ini lebih banyak
memilih tinggal di kawasan belakang desa atau pada lapisan kedua pinggir jalan raya.
Meskipun masih ada penduduk setempat yang menjual tanah yang terletak dipinggir jalan,
tapi pada waktu itu harga tanah tersebut sudah cukup tinggi.
Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, jabatan dalam
lembaga tersebut yang di isi oleh orang sakai, seperti Kepala Desa; Ketua I LKMD; Ketua
LMD; Ketua RW.I. Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun
swasta di desa ini umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa.
Misalnya, bantuan sumur bor dari Caltex Pacific Indonesia (CPI) dan sekarang ini sudah
tidak lagi berfungsi.
Di Desa Semunai terdapat 1 unit Sekolah Dasar Negeri (SDN), yang terletak di RW. I.
Banyak diantara anak-anak mereka yang tidak bersekolah ataupun tidak melanjutkan ke
sekolah lanjutan. Hal itu disebabkan oleh latarbelakang kemampuan orang tua mereka
yang tidak memungkinkan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Meskipun mereka
menyadari bahwa pendidikan akan dapat meningkatkan status atau mereka berubah,
namun pendidikan tersebut tidak memberi daya tarik bagi kehiduapan mereka.
Di Desa Semunai belum ada Pasar. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka
berbelanja ke Pasar Duri atau di warung-warung yang terdapat di desa tersebut. Sarana
transportasi umum di ke atau dari desa ini dapat dikatakan sudah cukup lancar karena desa
ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. Demikian juga
halnya dengan fasilitas kesehatan, di desa ini tidak terdapat sarana kesehatan seperti
Puskesmas pembantu. Untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal pengibatan modern,
mereka harus berobat di Puskesmas Pembantu yang terletak di Desa Pinggir.
Sebagaimana orang-orang Sakai di desa lainnya, di desa ini mereka juga masih
menggunakan pengobatan secara tradisional seperti quot;bedikeiquot;.
Dalam hal penerangan, di Desa Semunai mereka menggunakan listrik desa ataupun milik
perorangan. Umumnya yang memiliki listrik perorangan adalah pendatang. Jumlah
mereka yang menggunaka listrik nini sangat terbatas. Hanya beberapa rumah orang-orang
Sakai yang memanfaatkan fasilitas listrik, mereka umumnya masih menggunakan lampu
dinding (teplok).
Sebelum masuknya Perusahan Besar Swasta (PBS) seperti PT. ADEI dan migran spontan
di desa ini, lahan usaha pertanian tersdia cukup luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyakn-
ya pendatang ke desa ini yang membeli hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk,
selanjutnya mangajak saudara dan kenalan mereka menetap di desa ini dan masuknya
perusahan perkebunan karet tersebut, menjadi orang-orang Sakai di Desa Semunai
menjadi terdesak. Akibanynya, lahan penduduk menjadi semakin terbatas dan mereka
tidak dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai dan diolah oleh pendatang dan
perusahan besar.
126
16. 5. Orang Sakai Di Desa Kandis
Data Dasar Profil Desa/ Kelurahan Tahun 1998 Desa Kandis mencatat bahwa penduduk
desa ini berjumlah 5.439 jiwa atau Kepala Keluarga (KK). Terdiri dari 2. 607 jiwa
laki-laki dan 2. 832 perempuan. Data Pemilu 1997 tercatat 2. 988 penduduk yang punya
hak pilih, dan yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 2. 903 pemilih.
Catatan pemuka masyarakat Desa Kandis terdapat 75 KK orang Sakai, baik yang sudah
dibina oleh instansi pemerintah maupun yang belum pernah mendapatkan pembinaan.
Berdasarkan data Depsos Riau 1998, terdapat 100 KK atau 551 jiwa orang Sakai yang
sudah dibina, tepatnya Tahun 1982/1983.
Kandis adalah nama satu diantara 16 Desa di Kecamatan Minas. Terletak dipinggir jalan
raya antara KM 73 Pekanbaru menuju Duri. Terdiri dari tiga Dusun yaitu 1. Indah ; 2.
Cendana ; 3. Tantaro; 7 RW dan 22 RT. Di Desa ini terdapat proyek pemukiman ayang
diperuntukan 100 KK pada tahun 1982/83. Desa Kandis berbatas dengan:
Sebelah Utara dengan Desa Pinggir
Sebelah Selatan dengan Desa Sam-sam
Sebelah Barat dengan Desa Sam-sam
Sebelah Timur dengan Desa Belutu
Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke Barat datarannya
semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat empat (4) sungai yang
tergolong besar yaitu Sungai Sam-Sam; Sungai Mandau; Sungai Tantaro dan sungai
Kandis. Sebagian besar orang-orang Sakai yang terdapat di Desa Kandis mengaku berasal
dari Sungai Pauh, Kandis dan Sungai Mandau.
Penduduk Desa Kandis dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai
yang disebut sebagai penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan
atas 3 golongan, yaitu Etnik Batak; Jawa dan Minangkabau. Dusun Indah (Dusun I)
sebagai pusat Desa ditempati oleh semua etnik, terutama Sakai dan Batak. Etnik Jawa
terkonsentrasi di Dusun Tantaro, mereka ini umumnya pekerja pada perusahan
perkebunan Ivo Mas Kebun II a. Etnik Minangkabau banyak ditemukan di Dusun
Cendana (II), tepatnya di RW. IV Dusun Cendana. Etnik Batak, disamping di Dusun I
juga ditemukan terkonsentrasi di RW. III Dusun Cendana. Berdasarkan catatan tokoh
masyarakat sakai di Desa Kandis, tercatat 75 Kepala Keluarga sakai di desa itu, termasuk
yang tinggal di luar proyek PKMT.
Migrasi ke tempat itu (sekarang Desa Kandis) diperkirakan telah berlangsung sebelum
tahun 1960-an, ketika itu migran dari Minangkabau yang datang ketempat itu pada tahun
1962 menemukan ada sebuah pos tentara dengan lima (5) orang yang sedang menjalankan
tugas. Selanjutnya migran tersebut menetap ditempat itu dan membaur dengan
orang-orang sakai yang lebih dikenal dengan quot;banjar empatquot; (ada 4 keluarga yang
membuka ladang). Tahun-tahun selanjutnya, Banjar Empat mengalami perkembangan,
banyak orang-orang Sakai yang mula tinggal di pedalaman pindah di sekitar Banjar
Empat, dan pada tahun 1962 beberapa migran mendirikan sebuah mushalla an-Naba'di
tempat itu. Banjar empat merupakan cikal-bakal terbentuknya sebuah dusun dan
127
17. selanjutnya berkembang menjadi Desa Kandis. Setelah berdirinya proyek PKMT Kandis
oleh Departemen Sosial pada tahun 1981/1982 untuk 100 KK Sakai, sebuah
Yayasan/lembaga dakwah yang sudah lebih dulu beridir di tempat itu dilibatkan oleh
Depsos untuk memberikan pemahaman agama Islam kepada orang-prang sakai yang pada
waktu itu masih menganut kepercayaan pebatin.
Dalam sektor kelembagaan desa yaitu dalam bidang pemerintahan desa, banyak jabatan
dalam lembaga tersebut yang di isi oleh penduduk asli/orang sakai, seperti Kepala Desa;
Sekretaris Desa (campuran Minang-Sakai); Ketua LMD; dan terdapat 2 orang asli yang
menjadi ketua RW yaitu RW 02 dan RW 07 Dusun Indah.
Bantuan dalam bentuk proyek-proyek, baik Pemerintah maupun swasta di desa ini
umumnya dimanfaatkan bersama oleh seluruh penduduk desa. Misalnya; semenisasi jalan
desa yang berasal dari proyek padat karya, Pembangunan Mesjid yang diperuntukan bagi
orang-orang sakai, tetapi pemanfaatan dan perawatannya dilakukan atas nama masyarakat
desa. Meskipun Di Desa Kandis terdapat Sekolah Dasar (SD), namun banyak diantara
anak-anak sakai dalam usaia Sekolah Dasar yang tidak bersekolah. Umumnya orang tua
mereka punya alasan yang sama tentang pendidikan anak-anaknya, karena alasan ekonomi
mereka tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan yang tersedia disekitar mereka. Demikian
juga halnya untuk kelanjutan pendidikan seperti pendidikan lanjutan.
Di Desa Kandis terdapat sebuah Pasar yang mereka sebut dengan Pasar Minggu. Transaksi
jual-beli di tempat in hanya tejadi pada hari inggu, sedangkan selain hari minggu kebu-
tuhan sehari-hari diperoleh dari warung-warung yang ada di Desa Kandis. Sarana
transportasi umum di ke atau dari Desa Kandis dapat dikatakan sudah cukup lancar karena
desa ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini. Karena posisi
desa ini yang terletak antara Pekanbaru-Duri, transportasi tidak menjadi hambatan untuk
memasuki desa Kandis.
Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan (khususnya Perkebunan PT. Ivo
Mas Tunggal, kebun II a dan II b, lahan pertanian relatif masih tersdia luas. Sejak masukn-
ya perusahan perkebuna tersebut pada tahun 1989, memaksa penduduk setempat ke luar
wialyah desanya untuk berladang atau membuka hutan.
6.Orang Sakai Di Desa Minas Barat
Data Monografi Desa Minas Barta Tahun 1997 mencatat bahwa penduduk desa ini
berjumlah 1.439 jiwa atau 305 Kepala Keluarga (KK). Catatan pemuka masyarakat Desa
Minas Barat terdapat 126 KK orang Sakai, baik yang sudah dibina oleh instansi
pemerintah maupun yang belum pernah mendapatkan pembinaan, 86 KK diantaranya
bertempat tinggal di Dusun Rantau Bertuah (Desa Persiapan) sebagai peserta program
HTI.
Umumnya lingkungan tempat tinggal orang-orang Sakai di Minas Barat sudah menyatu
dengan kehidupan pendatang lainnya seperti Melayu Mandau, Minang, Batak dan
sebagian kecil Jawa. Walaupun mereka berada dalam lingkungan yang relatif sudah maju,
128
18. namun mereka tidak menguasai atau tidak tertarik dalam hal penguasan pasar maupun
transportasi. Mereka memiliki beberapa kendaraan untuk mereka sendiri, bukan dijadikan
sebagai usaha ekonomi (dalam hal ini prilakunya sama dengan desa lain).
Desa Minas Barta berbatas dengan Desa Beringin Kecamatan Siak Sri Indrapura sebelah
Utara. Desa Minas Timur sebelah Selatan. Desa Belutu sebelah Barat. Desa Muara
Bungkal dan Desa Selodang sebelah Timurnya.
Topografi wilayah desa ini sebagian besar dataran rendah, semakin ke Timur datarannya
semakin rendah dan berawa-rawa. Dalam wilayah ini terdapat empat sungai yang
tergolong besar yaitu Sungai Mandau; Sungai Mandi Angin; Sungai Minas dan Sungai
Lebuai. Sebagian orang-orang Sakai yang menempati Desa Minas Barat sekarang ini
berasal dari berbagai perkampungan kecil disekitar Minas Barat (sebelumnya lebih
populer dengan sebutan Minas 1) seperti Minas asal dan sei Arang, mereka hidup secara
berpindah-pindah dari lingkungan yang satu kelingkungan yang lain disekitar Minas
Barat.
Sebagaimana penduduk desa lainnya di Kecamatan Minas, penduduk Desa Minas Barat
dapat dibedakan atas 2 golongan besar. Pertama, Orang Sakai yang disebut sebagai
penduduk setempat. Kedua, kelompok pendatang yang dibedakan atas 3 golongan, yaitu
Melayu, Minangkabau dan Batak.
Desa Minas Barat terdiri dari 2 Dusun yaitu Dusun Bukit Keramat dan Rantau Bertuah
dan, 4 RW masing-masing; 0I. Kemuning; 02. Bukit Keramat; 03. Rantau Bertuah; 04.
KM 45. Dusun Bukit Keramat merupakan pusat kegiatan pemerintahan desa dan terdiri
atas 2 RW yaitu Kemuning dan Bukit Keramat. RW 02 (Bukit Keramat) sebagai pusat
kegiatan desa ditempati oleh semua etnik, terutama Sakai dan Minangkabau. Orang
Melayu terkonsentrasi di RW. OI; Batak di RW. O4 (kilo meter 45). Informasi dari tokoh
masyarakat sakai di Desa Minas Barat, tercatat 40 Kepala Keluarga sakai yang terdapat di
Dusun Bukit Keramat. Sedangkan 86 KK lainnya sudah menempati lahan HTI di Desa
persiapan quot;Rantau Bertuahquot;.
Migrasi ke Desa Minas Barat pinggir diperkirakan dimulai sebelum kemerdekaan, yaitu
ketika eksplorasi menemukan sumur minyak tanah pertama kali ditemukan di Minas I
tahun 1940-an. Setelah dibukanya jalan antara Pekanbaru menju Duri, banyak
orang-orang sakai pindah ke pinggir jalan raya termasuk disekitar Minas I. Perkembangan
migrasi selanjutnya adalah etnis Minagkabau yang membuka warung dan pedagang kecil.
Etnis Minangkabau dalam jumlah yang lebih besar masuk di Desa Minas Barat pada tahun
1970-an, mereka ini menetap di kawasan pemukiman yang lebih ramai.
Etnis Batak mulai memasuki Desa Minas Barat sekitar tahun 1987. Mereka tinggal di
Desa ini dengan cara membeli hutan kepada penduduk asli (sakai). Umumnya etnik ini
tinggal di RW. 04 (KM 45). Setelah itu, mereka ini mengajak saudara lainnya untuk tingal
dengan membentuk kelompok. Mereka ini pada mulanya bekerja pada perusahan yang ada
di sekitarnya dan menanam tanaman palawija pada lahan yang mereka beli itu. Dalam
perkembangan berikutnya, mereka kemudian beralih menanam kelapa sawit.
Di Desa ini, kelembagaan pemerintahan banyak dikuasai oleh orang Sakai. Mereka
menempati posisi Kepala Desa (Bungsu DJ); Ketua RW. II dan 2 orang Ketua RT. Di Desa
129
19. ini juga terdapat lembaga kemsyarakatan yang menjadi tempat perjuangan orang-orang
Sakai. Misalnya, Ikatan Keluarga Sakai Batin 5 Minas (IKSBLM). Ketua lembaga ini
dijabat oleh Sekretaris Desa yang bernama A. Sidik J. Sebenarnya sekretaris desa tersebut
berasal dari suku Melayu Mandau, tetapi karena penguasaannya terhadap kehidupan Batin
5, orang-orang Sakai menunjuk A. Sidik tersebut sebagai ketua ikatan orang-orang Sakai
Batin Lima.
Sarana transportasi umum ke atau dari Desa Minas Barat dapat dikatakan sudah cukup
lancar karena desa ini dilewati jalan lintas dan banyak angkutan yang melewati desa ini.
bahkan banyak penduduk Desa Minas yang memiliki angkutan (oplet) yang dioperasikan
Minas-Pekanbaru setiap harinya.
Sebelum masuknya para migran spontan dan perusahan, lahan pertanian relatif masih
tersdia luas. Sejak akhir tahun 1980-an, banyaknya pendatang ke desa ini dan membeli
hutan sebagai lahan pertanian kepada penduduk dan selanjutnya mangajak saudara dan
kenalan mereka menetap di desa ini. Selain itu, perusahan pemilik HPH dan perkebunan
besar lainnya juga memulai usahanya di desa ini. Akibanynya, lahan penduduk menjadi
semakin terbatas karena banyak diantara mereka yang menjual tanah dan mereka tidak
dapat lagi membuka lahan karena telah dikuasai oleh HPH dan pendatang lainnya.
Penduduk asli yang mulanya membuka hutan dan menjualnya kepada pendatang,
sekarang ini tidak memungkinkan lagi. Perusahaan HPH (PT. Arara Abadi dengan segala
anak perusahannya) yang sebagian arealnya terdapat di desa ini, menjadi bapak angkat
bagi 300 KK penduduk dalam penanaman Akasia, 86 KK diantaranya adalah orang-orang
sakai. Penanaman akasia ini sebenarnya diadakan tahun 1993, tetapi sampai sekarang ini
belum terealisir sebagai mana disepakati dengan perusahan PT. Arara Abadi. Mereka
yang masuk dalam program HTI ini baru menempati lahan pekarangan yang jumlahnya
0,5 Ha, sedangkan lahan usaha belum terealisir.
130
21. Daftar Isi
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Alasan pemilihan lokasi
II. Gambaran Umum
A. Kondisi Geografis
B. Administratif Pemerintahan dan Kependudukan
C. Pola Mata pencarian
D. Kepemimpinan Tradisonal
E. PKMT, keuntungan dan masalahnya
F. Persepsi orang sakai terhadap masalah
yang akan datang
G. Sejarah Perjuangan orang luar
III. Perkampungan orang-orang Sakai
A. Desa Petani
B. Kelurahan Pematang Pudu
C. Desa Pinggir
D. Desa Semunai
E. Desa Kandis
F. Desa Minas Barat
Lampiran:
132