SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  29
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
           UNIVERSITAS GADJAH MADA
                 FAKULTAS HUKUM




      PELESTARIAN ORANGUTAN SECARA EX-SITU
      DI WILDLIFE RESCUE CENTRE YOGYAKARTA


                       Disusun Oleh :


ANDRE BUDIMAN PANJAITAN          10/299097/HK/18432
BILAWAL ALHARIRI ANWAR           10/298962/HK/18419
BENNY WIJAYA                     10/299080/HK/18430
CHANDRA PURNAMA PUTRA            10/298854/HK/18403
RIZKI AGUNG SAPUTRA              10/305005/HK/18579




                      YOGYAKARTA
                          2012
LATAR BELAKANG


   Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi. Keanekaragaman hayati ini didukung oleh Indonesia yang merupakan negara tropis.
Sebagai negara tropis Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan
keberadaan jumlah hutan yang sangat sangat banyak. Hutan di Indonesia tersebar hampir di
seluruh pulau Indonesia, utamanya di Sumatra, Kalimantan dan Papua. Keberadaan hutan
tersebut membentuk suatu ekosistem ideal baik bagi hewan maupun tumbuhan. Di Sumatera dan
Kalimantan hutan dihuni oleh banyak tumbuhan dan hewan eksotis. Salah satunya adalah
Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) dan Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmeus)


   Dibandingkan dengan kerabatnya di Kalimantan, Orangutan Sumatera menempati daerah
sebaran yang lebih sempit. Orangutan Sumatera di Sumatera hanya menempati bagian utara
pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan.
Sementara itu, di Kalimantan orangutan dapatditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh
hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.


   Populasi orangutan di habitatnya saat ini mengalami penurunan drastis, diperkirakan dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir populasi tersebut telah menyusut 30-50%. Penurunan populasi itu
karena habitatnya telah rusak oleh penebangan liar, kebakaran hutan, tingginya perburuan liar
serta perluasan lahan perkebunan (Meijaard, 2001). Manusia dalam melakukan aktivitasnya tidak
memperdulikan keberlangsungan lingkungan sekitar. Dalam kasus perkebunan sawit misalnya,
baik di Sumatera maupun di Kalimantan manusia melakukan pembukaan lahan tanpa sesuai
ketentuan yang berlaku. Perbuatan manusia yang semata-mata demi keuntungan harus
mengorbankan habitat Orangutan.


   Dengan begitu Orangutan semakin lama semakin terdesak oleh keberadaan manusia. Bahkan,
manusia banyak yang menganggap Orangutan sebagai hama pengganggu yang perlu
dimusnahkan. Tren lain yang berkembang di masyarakat adalah menjadikan Orangutan sebagai
hewan peliharaan. Orangutan dianggap binatang eksotis sehingga dapat meningkatkan prestise
terhadap pemiliknya. Fenomena tersebut menyebabkan perburuan dan perdagangan orangutan
marak karena orangutan dianggap komoditas yang menguntungkan.


   Sebagai satwa asli Indonesia, keberadaan Orangutan dijamin oleh pemerintah. Orangutan
termasuk dalam Appendix I CITES yang artinya diakui sebagai satwa langka yang ternacam
punah sehingga perlu dilindungi. CITES ini telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia dengan Undang-Undang No 43 Tahun 1978 Tentang ratifikasi CITES. Selain itu
Orangutan juga dilindungi dengan Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.


   Untuk menjaga kelestariannya tetap berjalan serta berkesinambungan, maka diperlukan
upaya konservasi satwa dengan langkah-langkah yang benar. Upaya pelaksanaan konservasi
satwa meliputi juga unsur lingkungan atau ekosistem satwanya. Ekosistem ini memiliki fungsi
yang sangat penting sebagai unsur pembentuk lingkungan satwa, yang kehadirannya tidak dapat
diganti, harus disesuaikan dengan batas-batas daya dukung alam untuk terjaminnya keserasian,
keselarasan dan keseimbangan ekosistem satwa (Kuncoro : 2004)


   Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun in-situ. Konservasi in-
situ (dalam kawasan) adalah perlindungan populasi dan komunitas alami. Konservasi ex-situ
adalah kegiatan konservasi di luar habitat aslinya, dimana fauna tersebut diambil, dipelihara pada
suatu tempat tertentu yang dijaga keamanannya maupun kesesuaian ekologinya. Konservasi ex-
situ tersebut dilakukan dalam upaya pengelolaan jenis satwa yang memerlukan perlindungan dan
pelestarian (Johnson 2007).


   Tujuan dari perlindungan dan pelestarian alam tidak hanya unruk menyelamatkan jenis
tumbuhan dan binatang dari ancaman kepunahan, akan tetapi mengusahakan terjaminnya
keanekaragaman hayati dan keseimbangan unsur-unsur ekosistem yang telah mengalami
gangguan akibat meningkatnya aktivitas manusia yang merambah kawasan hutan alam. Kawasan
konservasi ex-situ sama pentingnya dengan kawasan konservasi insitu dan mempunyai peran
yang saling melengkapi (Kuncoro, 2004)
Orangutan pada umumnya lebih senang tinggal di hutan hujan tropis dataran rendah sebagai
tempat hidupnya, sehingga perlindungan ekosistem tersebut sangat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup satwa itu. Meskipun Pemerintah telah membangun sistem kawasan
konservasi seluas 6,5 juta hektar di Sumatera bagian utara dan Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, upaya pengelolaan kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan di
luar taman nasional dan cagar alam tidak kalah pentingnya.


   Di Daerah Istimewa Yogjakarta sendiri lembaga konservasi exsitu yaitu Wildlife Rescue
Centre Yogyakarta (WRC Yogyakarta). Program utama WRC Yogyakarta adalah rehabilitasi
dan pemeliharaan satwa terutama orangutan dengan program pendukung yakni pendidikan
konservasi, pengembangan ilmu pengetahuan dan kampanye konservasi satwa Indonesia.


   Sebagai lembaga konservasi satwa maka WRC Yogyakarta mau tidak mau harus
memperhatikan peraturan perundang-undangan terkait konservasi satwa. Undang-undang
tersebut antara lain Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosisitemnya, Peraturan Perundang-Undangan (PP) No 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta Peraturan Perundang-Undangan (PP) No 8 tahun
1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar serta serta Peraturan Menteri
Kehutanan (Permenhut) P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi.
RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah ditentukan sebagai berikut :


   1. Apakah WRC Yogyakarta sudah memadai sebagai lembaga konservasi ditinjau dari
       Peraturan Menteri Kehutanan P.53/Menhut-II/2006 Tentang Lembaga Konservasi?
   2. Bagaimanakah proses pemeliharaan Orangutan di WRC Yogyakarta?
   3. Apakah kendala yang dialami oleh WRC Yogyakarta serta bagaiman cara mengatasinya?
TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Konservasi

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa konservasi adalah pemeliharaan
dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan
jalan mengawetkan. Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri
atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya
memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use).
Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama
yang mengemukakan tentang konsep konservasi. 1

    Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural
dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga
dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti
mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi,
konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.2

    Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan,
sebagai berikut :

1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam
jumlah yang besar dalam waktu yang lama.

2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial.

3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk
manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam
kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan
dan latihan.3



1
  http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/konservasi-lahan.html diakses pada tanggal 27 November 2012
pukul 20.56 WIB
2
  http://diandaningeyil.blogspot.com/2011/07/konservasi-lahan.html diakses pada tanggal 27 November 2012
pukul 10.58 WIB
3
  ibid
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan
atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang
akan datang.

   Pengertian konservasi sumber daya alam hayati menurut pasal 1 ayat (2) UU No 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dirumuskan bahwa”
pengelolalaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatanya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya”. Dengan demikian konservasi dalam undang-undang ini
mencakup pengelolaan sumber alam hayati, yang termasuk didalamnya hutan.




   B. Tujuan Konservasi

   Sasaran konservasi yang ingin dicapai menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu:

1. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi
kelangsungan pembangunan dan         kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga
kehidupan);

2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya
sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi                         yang
memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati
bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);

3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin
kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang bijaksana, belum
harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi
secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi
genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari.
C. Kegiatan-Kegiatan Konservasi

   Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menurut UU no.5 Tahun 1990
dilakukan melalui kegiatan:


   1. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan;


   Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis
yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia.Untuk melaksanakan perlindungan sistem penyangga kehidupan , maka
Pemerintah menetapkan:
- wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
- pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
-pengaturan cara pemanfaatan wilayah pelindungan sistem penyangga kehidupan.


   2. Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Satwa Beserta Ekosistemnya;


   Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan
melalui kegiatan:
- pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
-pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.


   Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa bertujuan untuk:
a. menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan;
b. menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa;
c. memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada;


   Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan melalui upaya:
a. penetapan dan penggolongan yang dilindungi dan tidak dilindungi;
b. pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya;
c. pemeliharaan dan pengembangbiakan.
3. Pemanfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.




D. Pengertian Lembaga Konservasi

   Menurut PP no. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa , Pengertian
Konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan atau satwa di luar
habitatnya (ex situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah.
Lembaga Konservasi mempunyai fungsi utama yaitu pengembangbiakan dan atau penyelamatan
tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Disamping mempunyai
fungsi utama diatas Lembaga Konservasi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan
dan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan.


   Bentuk Lembaga Konservasi ada beberapa macam bentuknya dan kepentingan apa yang ada
didalamnya.


   Menurut PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :
P.31/Menhut-II/2012 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI , Lembaga Konservasi dapat
berbentuk :


       Kebun Binatang
   Kebun binatang adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 3 (tiga) kelas taksa
   pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hektar dan pengunjung tidak
   menggunakan kendaraan bermotor (motor atau mobil).
       Taman Safari,
   Taman safari adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 3 (tiga) kelas taksa
   pada areal terbuka dengan luasan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) hektar, yang bisa
   dikunjungi dengan menggunakan kendaraan roda empat (mobil) pribadi dan/atau kendaraan
   roda empat (mobil) yang disediakan pengelola yang aman dari jangkauan satwa.
       Taman Satwa,
   Taman satwa adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas taksa
   pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 2 (dua) hektar.
Taman Satwa Khusus,
Taman satwa khusus adalah tempat pemeliharaan jenis satwa tertentu atau kelas taksa satwa
tertentu pada areal sekurang-kurangnya 2 (dua) hektar
   Pusat Latihan Satwa Khusus,
Pusat latihan satwa khusus adalah tempat melatih satwa khusus spesies gajah agar menjadi
terampil sehingga dapat dimanfaatkan antara lain untuk kegiatan peragaan di dalam areal
pusat latihan gajah, patroli pengamanan kawasan hutan, sumber satwa bagi lembaga
konservasi lainnya dan/atau membantu kegiatan kemanusiaan dan pendidikan
   Pusat Penyelamatan Satwa,
Pusat penyelamatan satwa adalah tempat untuk melakukan kegiatan pemeliharaan satwa hasil
sitaan atau temuan atau penyerahan dari masyarakat yang pengelolaannya bersifat sementara
sebelum adanya penetapan penyaluran satwa (animal disposal) lebih lanjut oleh Pemerintah.
   Pusat Rehabilitasi Satwa,
Pusat rehabilitasi satwa adalah tempat untuk melakukan proses rehabilitasi, adaptasi satwa
dan pelepasliaran ke habitat alaminya
   Museum Zoologi,
Museum zoologi adalah tempat koleksi berbagai spesimen satwa dalam keadaan mati, untuk
kepentingan pendidikan dan penelitian.
   Kebun Botani,
Kebun botani adalah lokasi pemeliharaan berbagai jenis tumbuhan tertentu, untuk
dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan bioteknologi,
rekreasi dan budidaya
   Taman Tumbuhan Khusus,
Taman tumbuhan khusus adalah tempat pemeliharaan jenis tumbuhan liar tertentu atau kelas
taksa tumbuhan liar tertentu, untuk kepentingan sebagai sumber cadangan genetik,
pendidikan, budidaya, penelitian dan pengembangan bioteknologi
   Herbarium
Herbarium adalah tempat koleksi berbagai spesimen tumbuhan dalam keadaan mati untuk
kepentingan pendidikan dan penelitian
Suatu pendirian Lembaga Konsevasi harus meminta Izin dari kementerian Kehutanan.
      Adapun Izin Lembaga Konservasi dapat diberikan kepada :
      Lembaga Pemerintah :
      Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang konservasi,
      Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak di bidang konservasi,
      Lembaga Penelitian yang kegiatannya meliputi penelitian tumbuhan dan satwa, dan
      Lembaga Pendidikan Formal.
      Lembaga Non Pemerintah :
      Koperasi,
      Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak di bidang konservasi,
      Badan Usaha Milik Perorangan yang bergerak di bidang konservasi, dan
      Yayasan


           Lembaga Konservasi dapat memperoleh spesimen jenis tumbuhan dan satwa untuk
      koleksinya, dari :
      -Hasil sitaan atau penyerahan dari pemerintah atau penyerahan dari masyarakat,
      -Hibah atau pemberian atau sumbangan dari Lembaga Konservasi lainnya,
      -Tukar menukar,
      -Pembelian untuk jenis-jenis yang tidak dilindungi,
      -Pengambilan atau penangkapan dari alam.4


      Lembaga Konservasi sangatlah penting perannya dalam mealakukan upaya pengawetan jenis
tumbuhan dan hewan sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No.7 Tahun 1999 . Lembaga
Konservasi merupakan suatu langkah konservasi Sumber Daya Hayati yang konkrit dan
langsung.


E. Pengertian Orang Utan


      Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar dengan
lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika Indonesia dan

4
    http://bksdadiy.dephut.go.id/isi.php?top=3&id=13&ver= diakses pada tanggal 27 November 2012 Pukul 21.00
Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. 5 Istilah "orang utan" diambil dari kata
dalam bahasa Indonesia, yaitu 'orang' yang berarti manusia dan 'utan' yang berarti hutan.


      Orang utan mencakup dua spesies, yaitu orang utan sumatera (Pongo Abelii) dan orang utan
kalimantan (Borneo) (Pongo Pygmaeus). Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan
dekat dengan manusia pada tingkat kingdom animalia, dimana orang utan memiliki tingkat
kesamaan DNA sebesar 96.4%. 6


      Ciri-ciri orang utan antara lain :
1. Memiliki tubuh yang gemuk dan besar,
2. Berleher besar,
3. Lengan yang panjang dan kuat,
4. Kaki yang pendek dan tertunduk,
5. Tidak mempunyai ekor.
6. Memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter.
7. Tubuh orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan.
8. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi
9. Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk
     pada kedua sisi, ubun-ubun besar, rambut menjadi panjang dan janggut disekitar wajah.
10.Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan,
      penciuman, pengecap, dan peraba.
11. Berat orangutan jantan sekitar 90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya sekitar 60 kg.
12. Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari.
13. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia.


      Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse.Golongan
kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata yang
mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman.



5
     http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_utan diakses pada tanggal 27 November 2012 pukul 21.03 WIB
6
    Ibid
Ada 2 jenis spesies orangutan, yaitu Orangutan Kalimantan / Borneo (Pongo pygmaeus) dan
                                          7
Orangutan Sumatra (Pongo abelii).             Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia
Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia.
Mereka biasa tinggal di pohon yang lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan dan ranting
yang ada di pohon itu.Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan kering,
perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah
kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan.




7
    http://www.seaworld.org/animal- diakses pada tanggal 27 November 2012 pukul 21.09 WIB
Kasus Posisi

Lagi, Orangutan diselamatkan dari pemeliharaan ilegal8
Rabu, 24 November 2010, oleh Gloria Samantha

        Tim dari International Animal Rescue (IAR) menyelamatkan seekor orangutan berumur
13 tahun yang hidup dalam kandang di rumah seorang warga di Kalimantan Barat pada Jumat
(19/11). Inilah penyelamatan berikutnya setelah pada akhir Oktober lalu, IAR menyelamatkan
orangutan betina bernama Mely.

        Orangutan bernama Monte itu menjalani hidup dalam kandang selama 12 tahun.
Walaupun kandang itu cukup besar agar ia bisa berdiri, Monte tetap dirantai. Pemiliknya
khawatir Monte, yang semakin dewasa, semakin kuat untuk mendobrak pagar kandang. Orang
yang memelihara Monte mengaku mendapatkannya dari seorang pemburu liar 12 tahun yang
lalu.

        Ia kini sudah berada di pusat rehabilitasi IAR di Ketapang, Kalimantan Barat, bersama
dengan 17 ekor orangutan lain. Mereka ditempatkan pada pusat transit sebelum dibawa ke lokasi
baru, tempat mereka akan direhabilitasi dan kemudian dilepasliarkan ke habitat alaminya.

        Menurut Direktur Veteriner IAR Indonesia dr. Karmele Sanchez, Monte menderita
malnutrisi. "Saat tiba di Ketapang, untuk berjalan dan memanjat tali dalam kandang saja kakinya
bahkan gemetar," papar dr. Karmele.

        Memelihara orangutan merupakan tindakan melanggar hukum. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 5 tahun 1990, orangutan adalah salah satu jenis satwa yang
dilindungi, dilarang untuk ditangkap, dilukai, disimpan, dipelihara, atau diangkut. Namun tetap
saja orangutan ditangkapi dari hutan.

        Argitoe Ranting dari tim rescue IAR mengatakan, "Kita harus lebih konsentrasi dalam
penegakan hukum." dr. Karmele mengajak LSM serta pemerintah Indonesia untuk bekerja sama
menjalankan penegakan hukum. "Kalau tidak, kita akan melihat orangutan habis dari hutan
Kalimantan," imbuhnya

8
 Sumber National Geographic Indonesia. “Lagi, orangutan diselamatkan dari pemeliharaan ilegal.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2010/11/lagi-orangutan-diselamatkan-dari-pemeliharaan-ilegal diakses
pada tanggal 28 November 2012 Pukul 22.20
Populasi orangutan di Kalimantan diperkirakan berkurang 50 persen dalam 10 tahun
terakhir. Sementara menurut data Juni 2009 dari Yayasan Titian, jumlah orangutan liar yang
masih tersisa di Kalimantan Barat diperkirakan ada 6.675 individu dengan dua spesies utama
Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus wurmbii. Hidup mereka sangat terancam
dengan semakin luasnya area hutan yang dibabat untuk perkebunan kelapa sawit dan industri
kayu.

Penyelamatan

        Hari Jumat tanggal 19 november, satu tim berangkat dari Pontianak bersama satu tim
BKSDA Pontianak dan Singkawang, menuju ke lokasi Monte dipelihara, di Desa Monterado,
Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayan. Sebelum tim melakukan evakuasi, semua
dokumen penyitaan legal telah disiapkan. Dokter Karmele membius Monte agar dapat
dimasukkan ke dalam kandang transportasi untuk dibawa ke Pontianak. Monte tiba di Pontianak
pada malam hari sekitar pukul 20.00. Esoknya, Monte dibawa ke kargo Kalstar di Bandara
Supadio Pontianak dengan didampingi oleh dr. Karmele dan Taufik, polisi hutan dari
Singkawang. Mote tiba di Ketapang pukul 8 pagi dan langsung dibawa ke kandang transit IAR di
Ketapang.

        Untuk menangkap anak orangutan, pemburunya harus membunuh induknya lebih dulu.
Monte dibeli ketika masih bayi. Saat masih kecil, Monte masih bebas di rumah Pak Cembe tapi
sejak 5 tahun yang lalu, orangutan ini menjadi besar dan kuat, sehingga harus dikurung di
kandang.
Analisis

       Orang Utan adalah salah satu satwa liar yang dilindungi pemerintah. Hal ini termaktub di
dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa. Orang Utan yang bernama latin Pongo Pygmaeus (Orang Utan
Kalimantan) dan/atau Pongo Abelii (Orang Utan Sumatera) ini adalah satwa yang hampir habis
populasinya di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kehutanan pada Februari 2012,
populasi Orang Utan diperkirakan tinggal 51.300 ekor.9

       Dalam status konservasi, Orang Utan termasuk binatang yang terancam dalam artian
populasinya hampir habis alias punah. Dalam kasus diatas, Orang Utan yang menjadi objek
sitaan adalah Orang Utan yang dipelihara secara pribadi oleh masyarakat. Dalam hal ini,
masyarakat tidak bisa disalahkan secara penuh karena memelihara Orang Utan yang notabene
merupakan satwa liar yang terancam punah dan dilindungi dengan Undang-Undang. Masyarakat
yang memelihara juga tidak bisa di generalisasi sebagai orang yang ikut mereduksi jumlah Orang
Utan menjadi sekarang ini.

       Dalam kasus di atas, Orang Utan yang didapatkan oleh penduduk merupakan hasil
tangkapan dari pemburu dari hutan. Sehingga dalam hal ini edukasi dari Kementerian terkait
sebenarnya masih sangat diperlukan untuk mengedukasi masyarakat terhadap pentingnya
menjaga sumber daya alam hayati, khususnya Orang Utan. Undang-undang yang dibuat untuk
melindungi Orang Utan sebenarnya sudah cukup mumpuni dan mampu mengakomodir
penyelamatannya dari kepunahan. Akan tetapi dalam hal ini terlihat sanksi yang ada masih
belum bisa mengurangi angka penurunan jumlah Orang Utan.

       Padahal di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya memiliki sanksi tegas terhadap perniagaan satwa liar dari
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda hingga Rp 100.000.000 (Seratus Juta
Rupiah). Terhadap sanksi memang seharusnya lebih ditekankan penerapannya, hal ini
dikarenakan masih banyak pemelihara dan pemburu satwa liar yang dilindungi yang masih lolos
dari jeratan hukum. Pemelihara satwa yang dilindungi juga masih jarang terkena sanksi pidana


9
 Orang Utan terancam Punah. http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/20/82511/Orang-Utan-Terancam-
Punah/6 Diakses pada tanggal 28 November 2012 Pukul 22.36
maupun denda sebagaimana di dalam ketentuan Undang-Undang, padahal seharusnya mereka-
mereka ini juga harus terkena sanksi pidana maupun denda.

       Selain itu, hal yang membuat tingginya perburuan orang utan adalah hobi. Di beberapa
kalangan masyarakat masih beranggapan bahwa memelihara satwa yang langka merupakan suatu
prestise atau kebanggaan bagi pemiliknya, sehingga mereka berusaha mencari satwa-satwa unik
dan langka diniagakan, salah satunya adalah orang utan. Sesuai dengan teori ekonomi, apabila
semakin tinggi permintaan, maka semakin tinggi penawaran. Hal ini juga yang terjadi dengan
populasi orang utan, akibat tingginya permintaan orang utan sebagai hewan peliharaan, akan
memungkinkan tingginya perburuan untuk diniagakan sebagai binatang peliharaan bak kucing
maupun anjing.

       Memelihara binatang untuk pemeliharaan untuk kesenangan memang tidak dilarang, hal
ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Pasal 3 huruf h, yakni sebagai salah satu cara
untuk pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Akan tetapi di pasal 37 ayat 2 menyatakan
bahwa pemeliharaan untuk kesenangan hanya dapat dilakukan terhadap jenis yang tidak
dilindungi. Dalam hal ini, Orang Utan dalam pasal 34 merupakan salah satu fauna yang untuk
pertukarannya harus dengan persetujuan presiden, dengan logika sempit bisa terlihat bahwa
orang utan merupakan satwa yang dilindungi sehingga tidak bisa dipelihara dengan tujuan
kesenangan oleh perorangan. Satwa liar yang masih bisa dipelihara untuk kesenangan adalah
satwa-satwa liar yang bisa diniagakan dan yang tidak dilindungi sebagaimana pasal 18.

       Selain hal-hal diatas, orang utan berkurang juga diakibatkan karena berkurangnya jumlah
luas habitat mereka, yaitu hutan. Sebaran orang utan di Indonesia adalah di Pulau Kalimantan
dan Pulau Sumatera, dengan tingginya tingkat alih lahan dan perambahan hutan, membuat
berkurangnya tempat orang utan untuk hidup dan bertempat tinggal. Alih lahan hutan menjadi
lahan kebun kelapa sawit secara besar-besaran diduga menjadi akibatnya. Seperti diketahui,
Kelapa Sawit memiliki banyak sekali produk turunan yang hadir di dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Produk-produk turunan kelapa sawit tadi antara lain adalah minyak goreng, mentega,
lemak nabati, sabun, deterjen, sampo, serta kosmetik lainnya yang dengan semakin tingginya
jumlah kelahiran dan jumlah manusia di dunia ini membuat kebutuhan akan produk turunan
sawit tadi tinggi karena memang vital digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tingginya
permintaan minyak sawit dan produk turunannya, membuat kebutuhan akan lahan sawit menjadi
meningkat sehingga lahan hutan dialih fungsikan kegunaannya10, termasuk dalam hal ini adalah
hutan yang menjadi habitat orang utan. Akibatnya, orang utan keluar dari sarangnya karena
makin sempit lahan habitatnya sehingga masuk ke lahan-lahan yang dimukimi warga. Seperti
yang baru-baru ini terjadi di Kalimantan Barat, dimana seekor orang utan terbakar saat akan
diusir dari pohon oleh warga. Pada saat itu, warga takut jika orang utan yang muncul akan
merusak tanaman dan rumah mereka sehingga mengusirnya dengan membakar pohon tempat
orang utan bergelantungan.11

        Tidak bisa dipungkiri bahwa Kelapa Sawit memberi harapan baru bagi petani-petani
rakyat di berbagai wilayah di Indonesia, sehingga pemerintah mendorong peningkatan lahan
sawit untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hingga saat ini, minat masyarakat untuk
menanam sawit masih cukup tinggi, hal ini didukung dengan tingginya harga sawit dan
permintaan12. Dan hal yang dilakukan untuk itu semua adalah dengan alih fungsi lahan hutan13
menjadi kebun sawit yang bukan merupakan habitat orang utan. Dalam hal ini, pertumbuhan
ekonomi berbanding lurus dengan kerusakan alam, dan berkurangnya luas habitat dan jumlah
satwa pada khususnya. Akan tetapi di lain pihak mengatakan tidak melulu kebun sawit merusak
lingkungan. Dengan metode yang benar dalam pengelolaan lingkungan, maka sinergi kebun
sawit dan alam akan berjalan dengan baik, seperti yang dilakukan penduduk Dosan, Kecamatan
Posako, Kabupaten Siak, Riau. 14

        Lembaga konservasi dan penyelamatan menjadi elemen penting dalam urusan
penyelamatan satwa di masa sekarang. Dengan munculnya berbagai macam lembaga konservasi
dan penyelamatan diharapkan turunnya populasi satwa liar yang dilindungi, khususnya orang
utan bisa di reduksi karena orang utan merupakan salah satu biodiversity unik yang dimiliki
Indonesia sebagai negara tropis dengan tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Sehingga
10
   http://atjehpost.com/read/2012/10/13/24042/8/8/Gawat-90-Perkebunan-Kelapa-Sawit-di-Kalimantan-
Mengorbankan-Hutan Diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 01.17
11
   http://www.memobee.com/index.php?do=c.every_body_is_journalist&idej=5569 Diakses pada tanggal 29
November 2012 Pukul 00.47
12
   http://www.metrotvnews.com/metronews/news/2012/09/30/108004/Minat-Berkebun-Sawit-Picu-Kenaikan-
Harga-Lahan/6 Diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 01.04
13
   http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=5488&coid=1&caid=23&gid=3 Diakses pada tanggal 29
November 2012 Pukul 01.05
14
   http://www.beritasatu.com/mobile/bisnis/62730-kebun-kelapa-sawit-tak-sepenuhnya-bom-waktu-perusakan-
hutan.html diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 01.11
dalam hal ini dukungan terhadap lembaga konservasi dan penyelamatan harus diberikan secara
penuh karena mereka merupakan organisasi nirlaba yang bekerja tanpa mencari keuntungan.

       Selain itu, edukasi pada masyarakat juga harus ditekankan dalam hal ini sehingga
masyarakat tidak lagi bertindak terhadap orang utan dengan cara yang kurang benar apabila
makhluk-makhluk tersebut mulai masuk dan mengganggu masyarakat. Hal lain adalah sanksi
yang tegas. Jika peraturan dibuat dengan ancaman sanksi tegas namun tidak atau jarang
menjatuhkan sanksi tersebut pada pelanggarnya maka hal yang terjadi adalah pelanggaran yang
berulang-ulang, sehingga sanksi tegas seharusnya diberikan secara tanpa pandang bulu sebagai
shock theraphy bagi masyarakat yang lain.
PEMBAHASAN

   A. WRC Yogyakarta Sebagai Lembaga Konservasi


   Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rosa dari bagian Public Relations WRC, Ibu Rosa
mengungkapkan bahwa WRC Yogyakarta merupakan sebuah Lembaga Konservasi, yang
khususnya adalah Taman Satwa. Berdasarkan kriteria taman satwa yang termuat dalam pasal 7
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.53/Menhut-II/2006, kriteria taman satwa meliputi:


   1. Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas, baik yang dilindungi
       maupun yang tidak dilindungi Undang-Undang dan atau ketentuan Convention Trade on
       Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES);
   2. Memiliki lahan sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar;
   3. Memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup;
   4. Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain : kandang pemeliharaan, kandang
       perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/pembesaran dan prasarana
       pendukung pengelolaan satwa lain;
   5. Memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung;
   6. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi
       atau konservasi, perawat, dan tenaga keamanan


   Berdasarkan hasil penelitian di WRC Yogyakarta, maka WRC Yogyakarta dapat
dikategorikan sebagai Taman Satwa. Hal tersebut dikarenakan:


   1. WRC Yogyakarta mempunyai kurang lebih 150 satwa liar, baik yang termasuk dilindungi
       maupun tidak dilindungi.
   2. WRC Yogyakarta memiliki lahan seluas 13,9 Hektar.
   3. WRC Yogyakarta memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup.
   4. WRC Yogyakarta memiliki kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang
       karantina,   kandang   pengembangbiakan/     pembesaran   dan   prasarana   pendukung
       pengelolaan satwa yang lain yakni ruang otopsi dan krematoir. (Foto Terlampir)
5. Memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung.
   6. WRC Yogyakarta memiliki satu dokter hewan dan satu ahli nutrisi yang mengurusi pakan
       satwa, serta memiliki 5 orang animal keeper dan satpam.


   Sebenarnya, jika mengacu pada pasal 10 dan pasal 11 Menteri Kehutanan Nomor:
P.53/Menhut-II/2006 WRC Yogyakarta juga dapat dikategorikan sebagai Pusat Penyelamatan
Satwa dan Pusat Rehabilitasi Satwa.


   B. Pelestarian Orang Utan di WRC Yogyakarta


   Di WRC Yogyakarta saat ini terdapat 5 ekor Orangutan yang semuanya merupakan jenis
Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmeaus). Mereka adalah :


   1. Boni, laki-laki, usia 17 tahun
   2. Gogon, laki-laki, usia 15 tahun
   3. Dedek, laki-laki, usia 13 tahun
   4. Joko, laki-laki, usia 8 tahun
   5. Ucok, perempuan, usia 10 tahun


   Boni didapatkan sekitar 6 tahun dengan cara diselamatkan oleh BKSDA di Muntilan
dariseorang Kepala Desa. Gogon dan Dedek didapatkan dengan cara diserahkan secara sukarela
oleh pemiliknya, seorang polisi yang berasal dari Semarang. Joko dan Ucok juga didapatkan
dengan cara yang sama yakni pemiliknya yang merupakan seorang pengusaha restoran di Solo,
menyerahkannya secara sukarela.


   Di WRC Yogyakarta, Untuk pertama kalinya masing-masing Orangutan tersebut dilakukan
pendataan atau identifikasi terlebih dahulu. Proses identifikasi ini sangat bergantung kepada
kerjasama pemilik sebelumnya. Apabila pemilik mau bekerjasama untuk memberikan data-data
yang valid maka proses identifikasi akan menjadi lebih mudah. Akan tetapi apabila pemilik
tidak mau bekerjasama maka pihak WRC Yogyakarta melakukan pendataan atau identifikasi
mandiri. Hal ini seperti pemeriksaan oleh dokter hewan terhadap kondisi Orangutan seperti
pemeriksaan kelengkapan anggota-anggota tubuh. Selain itu juga dilakukan tes darah untuk
mengetahui apakah Orangutan tersebut mengidap penyakit seperti Hepatitis, Herpes, TBC
ataupun AIDS.


   Setelah itu akan dilakukan proses karantina terhadap Orangutan. Lama proses karantina ini
tergantung pada kesiapan masing-masing Orangutan. Tujuannya adalah Orangutan tersebut bisa
beradaptasi dengan kondisi lingkungan baru.


   Setelah dilakukan karantina Orangutan akan ditempatkan di kandang-kandang yang telah
disiapkan untuk proses rehabilitasi. Sebelumnya kandang-kandang ini telah dipersiapkan dengan
cara memberi fasilitas bagi satwa (enrichment) seperti dahan atau ban bekas untuk bermain.
Lama proses rehabilitasi ini tidak dapat ditentukan karena tergantung pada setiap Orangutan.
Dari proses rehabilitasi inilah dapat diketahui mana Orangutan yang mempunyai potensi untuk
dilepas kembali ke alam, menjadi penghuni tetap hingga akhir hayatnya, dan mana yang terpaksa
harus dimusnahkan dengan cara disuntik mati (etanasia)


   Selama dalam proses rehabilitasi kondisi Orangutan sangat diperhatikan. Pemberian makan
dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan siang, dengan menu yang ditentukan oleh dokter nutrisi.
Untuk sekali makan Orangutan diberikan porsi sebanyak 10% dari berat tubuhnya. Jadi apabila
Orangutan tersebut beratnya 200 kg maka makanannya sebanyak 20 kg campuran buah-buahan,
telu, vitamin ataupun sayur.


   Pemeriksaan kesehatan terhadap satwa juga dilakukan secara berkala oleh manajemen WRC
Yogyakarta. Pemeriksaan ini meliputi cek darah ulang ataupun cek kotoran satwa (veses). Dari
kegiatan inilah kesehatan satwa dapat diketahui secara pasti dan berkala. Kebersihan kandang
juga sangat diperhatikan. Setiap hari akan dilakukan pembersihan kandang seperti membersihkan
kotoran satwa maupun pembersihan bak air minum.


   Selama proses rehabilitasi tersebut keseharian perilaku Orangutan juga diamati. Hasil
pengamatan terhadap baik itu Orangutan atuaupun satwa lainnya secara 3 bulan sekali akan
dilaporkan kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA Yogyakarta) dan para
Orangtua asuh. Dari pengamatan inilah dapat diketahui mana Orangutan yang potensial untuk
dilepaskan ke alam liar dan mana yang harus menetap hingga akhir hayatnya.


   Untuk Orangutan di WRC Yogyakarta yakni Boni dan Gogon sudah tidak memungkinkan
untuk dilepas kembali ke alam liar. Hal ini dikarenakan Boni dan Gogon sudah terlalu tua
usianya. Untuk Dedek, Joko dan Ucok masih ada potensi untuk dilepas kembali ke alam. Hal
inilah yang paling baik karena alam adalah habitat terbaik bagi satwa. Akan tetapi ketiadaan
lahan hutan yang memadai menjadi kendala utama.


    Menurut data dari Forest Watch Indonesia, pada rentang waktu 2000 hingga 2009
deforestasi hutan di Sumatera mencapai 3.711.797, 45 hektar. Sedangkan untuk di daerah
Kalimantan pada rentang waktu yang sama telah terjadi deforestasi sebesar 5.505.863,93 hektar.
Pada tahun 2008 yang lalu Indonesia di anugerahi Certificate Guinnes World Records sebagai
Perusak Hutan Tercepat di Dunia. Berdasarkan data-data dari Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB), tahun 2000 hingga 2005, rata-rata perhari 51,km2 hutan Indonesia hilang (rusak) Dengan
menghitung rata-rata kerusakan hutan Indonesia pada tahun 2002. PBB, merilis Hutan Sumatera
dan Hutan Kalimantan akan punah pada tahun 2032. (Forest Watch Indonesia : 2011)


    Dari data-data tersebut sangat jelas bahwa ketersediaan hutan untuk pelepasan kembali ke
alam bagi Orangutan merupakan tantangan yang berat. Menurut keterangan dari Bu Ross
narasumber kami, jumlah Orangutan di Taman Konservasi Orangutan di Kalimantan yang sudah
siap untuk dikembalikan ke alam berjumlah setidaknya 300 ekor. Akan tetapi tidak adanya hutan
menghambat proses tersebut.
C. Kendala Yang Dialami WRC Yogyakarta


   Kendala yang dialamai oleh WRC Yogyakarta adalah dana. Sebagai lembaga konservasi
yang mempunyai luas 13,9 hektar dan memelihara ratusan satwa dana yang dibutuhkan sangatlah
besar. Untuk biaya pakan 150 satwa pihak manejemen harus mengeluarkan dana sebesar 20 juta
rupiah perhari. Dana tersebut hanya untuk biaya pakan satwa saja belum termasuk untuk
pemeriksaan kesehatan satwa, biaya operasional ataupun gaji para karyawan.


   Banyak cara yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengatasi masalah tersebut salah
satunya adalah dengan beternak tikus/mencit sebagai pakan satwa. Peternakan tikus ini mampu
menghasilkan sekitar 60 ekor tikus perhari. Sehingga dapat menghemat sejumlah biaya pakan.
Tikus-tikus ini biasanya digunakan sebagai pakan burung Elang.


   Dalam memenuhi kebutuhan operasional harian, WRC Yogyakarta melakukan aktivitas
penggalangan dana baik dari donatur maupun dengan menyediakan fasilitas ruang pertemuan,
penginapan, jasa outbound training, serta ekowisata. Fasilitas tersebut diwujudkan dengan
pemanfaatan lokasi dengan dikembangkannya Penginapan baik berupa hotel maupun Pondok
dengan biaya yang terjangkau, Fasilitas camping serta outbond yang didukung dengan
kelengkapan arena seperti flying fox, serta fasilitas pengenalan satwa yang terdapat Di WRC
Yogyakarta dengan biaya yang terjangkau yaitu Rp 12.500 perorang. Pemanfaatan fasilitas
tersebut diwujudkan di dalam 4 kategori paket wisata yaitu Animal care, Detektif Pohon,
Detektif Serangga, dan Detektif Air yang dapat dimanfaatkan pengunjung.


   Selain itu untuk menggalang dana sebagian dari area konservasi digunakan untuk membuka
fasilitas penginapan dan jasa outbond. Manejemen WRC juga membuka program volunteer
yakni mempersilahkan orang untuk mendapatkan pengalaman baru yakni merawat satwa dengan
membayar sejumlah uang. Program volunteer ini terhitung masih baru dan        menargetkan
wisatawan asing, sehingga tarif yang diberlakukan pun dalam kurs dollar. Untuk program
volunteer selama 1 minggu tarif yang dikenakan sebesar 770 USD, sedangkan untuk paket
volunter dengan durasi waktu 8 minggu dikenakan tarif sebesar 2000 USD. Keseluruhan dana
akan digunakan untuk kesejahteraan satwa dan akomodasi volunteer selama program
berlangsung.


   WRC Yogyakarta juga menawarkan program adopsi satwa. Program ini dikhususkan bagi
mereka yang ingin menjadi orang tua asuh dari satwa yang ada di WRC Yogyakarta. Dengan
biaya adopsi sekitar 10 USD perbulan kita bisa membantu menjamin kesejahteraan satwa. Masa
kontrak program adopsi satwa ini minimal 6 bulan. Kontraprestasi dari program ini adalah
sertifikat, laporan periodik 3 bulan sekali dan update foto satwa adopsi.


   Peran pemerintah dalam hal dukungan dana adalah nihil. Pemerintah baik itu pemerintah
pusat ataupun daerah sama sekali tidak memberikan bantuan dana kepada WRC Yogyakarta.
Padahal   negara    juga   bertanggung    jawab    sekaligus   berkepentingan   untuk   menjaga
keberlangsungan satwa, utamanya satwa langka semisal Orangutan. Pemerintah dalam hal ini
hanya membantu urusan legal seperti pengurusan surat-surat dan pengawasan dalam hal ini yang
berperan adalah BKSDA Yogyakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan :


   1. WRC Yogyakarta cukup representatif dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga
          konservasi. Hal tersebut terbukti karena, WRC Yogyakarta telah memenuhi kriteria yang
          termuat dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.53/Menhut-II/2006. Disamping
          itu, WRC Yogyakarta juga telah mendapatkan bantuan dari lembaga terkait seperti Badan
          Konservasi Sumber Daya Alam DIY.
   2. Pelestarian Orangutan di WRC Yogyakarta dimulai dengan proses identifikasi. Kemudian
          dilanjutkan dengan proses rehabilitasi untuk menentukan mana yang potensial untuk
          dilepaskan kembali kealam dan mana yang haus tetap tinggal di WRC Yogyakarta.
   3. Permasalahan yang dihadapi adalah masalah dana. Pihak menejemen berusaha
          menggalang dana dengan cara menggalang donasi, menyewakan fasilitas, program
          volunteer dan adopsi satwa. Pemerintah tidak mendukung dari segi dana akan tetapi dari
          segi perizinan dan persuratan


Saran :


   Seharusnya pemerintah mendukung Lembaga Konservasi seperti WRC Yogyakarta tidak
secara setengah-setengah. Bentuk dukungan harus berupa moriil maupun materiil. Dukungan
materiil yang berupa dana seharusnya juga diberikan oleh pemerintah. Pemerintah sebagai stake
holder yang utama berkepentingan untuk menjaga keberlanjutan satwa utamanya satwa langka
yang dilindungi seperti Orangutan.
DAFTAR PUSTAKA


Forest Watch Indonesia, 2011, Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009
Johnson, JR Thorstrom, 2007, Systematics and Conservation of the Hook-Billed Kite including
        The Island Taxa from Cuba and Grenada. Animal Conservation
Kuncoro, 2004, Aktivitas Harian Pongo Pygmaeus Rehabilitany di Hutan Lindung Pegunungan
         Meratu Kalimantan Timur, Skripsi Universitas Udayana
Meijaard, E; HD Rijksen, 2001, Di Ambang Kepunahan! Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad
         ke 21. Penyunting SN Kartikasari, The Gibbon Foundation, Jakarta


UU No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
PP No 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
PP No 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
P.53/Menhut-II/2006 Tentang Lembaga Konservasi


http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/konservasi-lahan.html diakses 27 November 2012
http://diandaningeyil.blogspot.com/2011/07/konservasi-lahan.html diakses 27 November 2012
http://bksdadiy.dephut.go.id/isi.php?top=3&id=13&ver= diakses 27 November 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_utan diakses 27 November 2012
http://www.seaworld.org/animal- diakses 27 November 2012
http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/20/82511/Orang-Utan-Terancam-Punah/6 Diakses 28
    November 2012
http://www.beritasatu.com/mobile/bisnis/62730-kebun-kelapa-sawit-tak-sepenuhnya-bom-waktu-
     perusakan-hutan.html diakses tanggal 29 November 2012
http://www.metrotvnews.com/metronews/news/2012/09/30/108004/Minat-Berkebun-Sawit-Picu-
     Kenaikan-Harga-Lahan/6 Diakses tanggal 29 November 2012
http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=5488&coid=1&caid=23&gid=3 Diakses pada tanggal
     29 November 2012 Pukul 01.05
LAMPIRAN


Tema Penelitian         : Pelestarian Orang Utan Di Luar Habitat

Tempat Penelitian       : Wildlife Rescue Centre (WRC) Yogyakarta

                               DAFTAR PERTANYAAN

1. Berapa jumlah Orang Utan yang ada di WRC?
2. Apakah ada pendataan bagi setiap Orang Utan yang ada? Seperti apa?
3. Bagaimana Orang Utan tersebut didapatkan?
4. Bagaimana cara menentukan kriteria Orang Utan yang sehat / bermasalah?
5. Masalah apa yang sering ditemukan pada Orang Utan yang dikirim disini?
6. Apabila ada Orang Utan yang bermasalah apakah dilakukan rehabilitasi? Seperti apa?
7. Berapa lama waktu rehabilitasi yang diperlukan?
8. Apakah kendala pada saat rehabilitasi & bagaimana solusinya?
9. Apakah Orang Utan akan dikembalikan kembali ke alam atau tetap disini?
10. Bagaimana kriteria Orang Utan yang dilepas & yang tetap dipelihara di WRC?
11. Apakah tempat WRC sudah representatif untuk konservasi Orang Utan?
12. Berapakah jumlah pegawai yang dipunyai WRC (tenaga ahli & relawan)?
13. Apakah ada pelatihan khusus bagi para pegawai ?
14. Bagaimana proses pemeliharaan Orang Utan di WRC?
15. Adakah hal-hal yang harus diperhatikan terkait pemeliharaan Orang Utan?
16. Apakah kendala pada pemeliharaan Orang Utan & bagaimana solusinya?
17. Bagaimana perlakuan terhadap Orang Utan yang sedang sakit?
18. Apakah dilakukan pengembangbiakan pula? Berapa banyak?
19. Seperti apa cara pengembangbiakan Orang Utan?
20. Apakah di WRC dilakukan penelitian terkait Orang Utan? Bila ya, seperti apa?
21. Apa yang dilakukan terhadap hasil penelitian tersebut?
22. Apakah WRC melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain terkait Orang Utan?
23. Seperti apa bentuk kerjasamanya?
24. Bagaimana peran pemerintah (pusat & daerah) terhadap WRC ini?
25. Apakah ada program atau kampanye tentang satwa yang dilakukan?
26. Bagaimana peran masyarakat terhadap WRC ini?
27. Kendala-kendala apa yang dialami WRC selama ini?
28. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala tersebut

Adakah buku-buku atau jurnal terkait dengan Orang Utan untuk sumber referensi kami?

                                   TERIMA KASIH
Foto Bersama Narasumber (Bu Rossa)   Animal Keeper Menyiapkan Makan Siang Satwa




Kandang Orangutan                    Penjelasan dari Narasumber Terkait Satwa

Contenu connexe

Tendances

Rpp biologi xi. kd 3.7 (sistem pencernaan) almansyahnis sman 8 pekanbaru
Rpp biologi xi. kd 3.7 (sistem pencernaan) almansyahnis sman 8 pekanbaruRpp biologi xi. kd 3.7 (sistem pencernaan) almansyahnis sman 8 pekanbaru
Rpp biologi xi. kd 3.7 (sistem pencernaan) almansyahnis sman 8 pekanbaru
almansyahnis .
 
Power point biogeokimia
Power point biogeokimiaPower point biogeokimia
Power point biogeokimia
Bayu Setiarbi
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
diana novitasari
 

Tendances (20)

Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi TumbuhanFisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasi
 
3 teknik dasar pengolahan limbah cair
3 teknik dasar pengolahan limbah cair3 teknik dasar pengolahan limbah cair
3 teknik dasar pengolahan limbah cair
 
Pestisida
PestisidaPestisida
Pestisida
 
Rpp Project Based Learning Bioteknologi
Rpp Project Based Learning BioteknologiRpp Project Based Learning Bioteknologi
Rpp Project Based Learning Bioteknologi
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Etnozoology.pptx
Etnozoology.pptxEtnozoology.pptx
Etnozoology.pptx
 
Rpp biologi xi. kd 3.7 (sistem pencernaan) almansyahnis sman 8 pekanbaru
Rpp biologi xi. kd 3.7 (sistem pencernaan) almansyahnis sman 8 pekanbaruRpp biologi xi. kd 3.7 (sistem pencernaan) almansyahnis sman 8 pekanbaru
Rpp biologi xi. kd 3.7 (sistem pencernaan) almansyahnis sman 8 pekanbaru
 
Semt 3 tikus 1
Semt 3 tikus 1Semt 3 tikus 1
Semt 3 tikus 1
 
Power point biogeokimia
Power point biogeokimiaPower point biogeokimia
Power point biogeokimia
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
 
Metabolisme
MetabolismeMetabolisme
Metabolisme
 
Pupuk organik
Pupuk organikPupuk organik
Pupuk organik
 
Ppt air & kesehatan
Ppt air & kesehatanPpt air & kesehatan
Ppt air & kesehatan
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
Ppt tanaman obat
Ppt tanaman obatPpt tanaman obat
Ppt tanaman obat
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
 
EKTODERM DAN ENDODERM
EKTODERM DAN ENDODERMEKTODERM DAN ENDODERM
EKTODERM DAN ENDODERM
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
Interaksi mikroba 2011
Interaksi mikroba 2011Interaksi mikroba 2011
Interaksi mikroba 2011
 

Similaire à Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta

editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdfeditor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
smkyapis4
 
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
UNIB
 
Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem seca...
Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem seca...Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem seca...
Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem seca...
fitria rusadi
 
Keanekaragaman hayati dan pelestariannya
Keanekaragaman hayati dan pelestariannyaKeanekaragaman hayati dan pelestariannya
Keanekaragaman hayati dan pelestariannya
lailyaan
 
Siti Maemunah E28119082 Kajian Lingkungan Hidup AGT.pptx
Siti Maemunah E28119082 Kajian Lingkungan Hidup AGT.pptxSiti Maemunah E28119082 Kajian Lingkungan Hidup AGT.pptx
Siti Maemunah E28119082 Kajian Lingkungan Hidup AGT.pptx
nadiaazmikhairunnisa
 
Manfaat keanekaragaman hayati dan konservasi (geografi)
Manfaat keanekaragaman hayati dan konservasi (geografi)Manfaat keanekaragaman hayati dan konservasi (geografi)
Manfaat keanekaragaman hayati dan konservasi (geografi)
enggalfauzia
 
Kebijakan_plindungan_sumber_dayaalam
Kebijakan_plindungan_sumber_dayaalamKebijakan_plindungan_sumber_dayaalam
Kebijakan_plindungan_sumber_dayaalam
Pipiet Noorch
 
Studi pemahaman pengunjung terhadap fungsi taman hutan raya r (1)
Studi pemahaman pengunjung terhadap  fungsi taman hutan raya r (1)Studi pemahaman pengunjung terhadap  fungsi taman hutan raya r (1)
Studi pemahaman pengunjung terhadap fungsi taman hutan raya r (1)
Ifa Aulia
 
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptxMedia Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Carnelianstone
 

Similaire à Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta (20)

Biologi kelas 1
Biologi kelas 1Biologi kelas 1
Biologi kelas 1
 
Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman HayatiKeanekaragaman Hayati
Keanekaragaman Hayati
 
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdfeditor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
editor_dppm,+2661-7531-1-CE.pdf
 
Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandiMakalah kawasan konservasi ahmad afandi
Makalah kawasan konservasi ahmad afandi
 
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
 
Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem seca...
Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem seca...Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem seca...
Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai komponen ekosistem seca...
 
PPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxPPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptx
 
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdfHutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
Hutan Lindung_ Pengertian, Fungsi, dan Lokasinya di Indonesia.pdf
 
Usaha untuk melindungi keanekaragaman hayati
Usaha untuk melindungi keanekaragaman hayatiUsaha untuk melindungi keanekaragaman hayati
Usaha untuk melindungi keanekaragaman hayati
 
Keanekaragaman hayati dan pelestariannya
Keanekaragaman hayati dan pelestariannyaKeanekaragaman hayati dan pelestariannya
Keanekaragaman hayati dan pelestariannya
 
Siti Maemunah E28119082 Kajian Lingkungan Hidup AGT.pptx
Siti Maemunah E28119082 Kajian Lingkungan Hidup AGT.pptxSiti Maemunah E28119082 Kajian Lingkungan Hidup AGT.pptx
Siti Maemunah E28119082 Kajian Lingkungan Hidup AGT.pptx
 
Jurnal.pdf
Jurnal.pdfJurnal.pdf
Jurnal.pdf
 
TIK LINA.pptx
TIK LINA.pptxTIK LINA.pptx
TIK LINA.pptx
 
etnosains dalam biologi konservasi
etnosains dalam biologi konservasietnosains dalam biologi konservasi
etnosains dalam biologi konservasi
 
Manfaat keanekaragaman hayati dan konservasi (geografi)
Manfaat keanekaragaman hayati dan konservasi (geografi)Manfaat keanekaragaman hayati dan konservasi (geografi)
Manfaat keanekaragaman hayati dan konservasi (geografi)
 
Tugas mk. konservasi pak indra l.
Tugas mk. konservasi pak indra l.Tugas mk. konservasi pak indra l.
Tugas mk. konservasi pak indra l.
 
Kebijakan_plindungan_sumber_dayaalam
Kebijakan_plindungan_sumber_dayaalamKebijakan_plindungan_sumber_dayaalam
Kebijakan_plindungan_sumber_dayaalam
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutan
 
Studi pemahaman pengunjung terhadap fungsi taman hutan raya r (1)
Studi pemahaman pengunjung terhadap  fungsi taman hutan raya r (1)Studi pemahaman pengunjung terhadap  fungsi taman hutan raya r (1)
Studi pemahaman pengunjung terhadap fungsi taman hutan raya r (1)
 
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptxMedia Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
Media Pembelajaran IPS VIII Bab 1.pptx
 

Plus de Bilawal Alhariri Anwar

Plus de Bilawal Alhariri Anwar (14)

Leasing Merpati & TALG
Leasing Merpati & TALGLeasing Merpati & TALG
Leasing Merpati & TALG
 
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 
Putusan Pailit PT Telkomsel
Putusan Pailit PT TelkomselPutusan Pailit PT Telkomsel
Putusan Pailit PT Telkomsel
 
IPO Garuda Indonesia
IPO Garuda IndonesiaIPO Garuda Indonesia
IPO Garuda Indonesia
 
Hukum Surat Berharga
Hukum Surat BerhargaHukum Surat Berharga
Hukum Surat Berharga
 
Ekspor Impor Dengan Letter of Credit
Ekspor Impor Dengan Letter of CreditEkspor Impor Dengan Letter of Credit
Ekspor Impor Dengan Letter of Credit
 
Analisis Teknikal Saham 2
Analisis Teknikal Saham 2Analisis Teknikal Saham 2
Analisis Teknikal Saham 2
 
Analisis Teknikal Saham 1
Analisis Teknikal Saham 1Analisis Teknikal Saham 1
Analisis Teknikal Saham 1
 
Seminar Saham
Seminar SahamSeminar Saham
Seminar Saham
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum Perikatan
 
Berinvestasi Saham Online
Berinvestasi Saham OnlineBerinvestasi Saham Online
Berinvestasi Saham Online
 
Asas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum PidanaAsas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum Pidana
 
Hak Pinjam Pakai Tanah Magersari Keraton Yogyakarta
Hak Pinjam Pakai Tanah Magersari Keraton YogyakartaHak Pinjam Pakai Tanah Magersari Keraton Yogyakarta
Hak Pinjam Pakai Tanah Magersari Keraton Yogyakarta
 
Pembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian Uang
Pembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian UangPembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian Uang
Pembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian Uang
 

Dernier

KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Dernier (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 

Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta

  • 1. KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM PELESTARIAN ORANGUTAN SECARA EX-SITU DI WILDLIFE RESCUE CENTRE YOGYAKARTA Disusun Oleh : ANDRE BUDIMAN PANJAITAN 10/299097/HK/18432 BILAWAL ALHARIRI ANWAR 10/298962/HK/18419 BENNY WIJAYA 10/299080/HK/18430 CHANDRA PURNAMA PUTRA 10/298854/HK/18403 RIZKI AGUNG SAPUTRA 10/305005/HK/18579 YOGYAKARTA 2012
  • 2. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Keanekaragaman hayati ini didukung oleh Indonesia yang merupakan negara tropis. Sebagai negara tropis Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan keberadaan jumlah hutan yang sangat sangat banyak. Hutan di Indonesia tersebar hampir di seluruh pulau Indonesia, utamanya di Sumatra, Kalimantan dan Papua. Keberadaan hutan tersebut membentuk suatu ekosistem ideal baik bagi hewan maupun tumbuhan. Di Sumatera dan Kalimantan hutan dihuni oleh banyak tumbuhan dan hewan eksotis. Salah satunya adalah Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) dan Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmeus) Dibandingkan dengan kerabatnya di Kalimantan, Orangutan Sumatera menempati daerah sebaran yang lebih sempit. Orangutan Sumatera di Sumatera hanya menempati bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di Tapanuli Selatan. Sementara itu, di Kalimantan orangutan dapatditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam. Populasi orangutan di habitatnya saat ini mengalami penurunan drastis, diperkirakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir populasi tersebut telah menyusut 30-50%. Penurunan populasi itu karena habitatnya telah rusak oleh penebangan liar, kebakaran hutan, tingginya perburuan liar serta perluasan lahan perkebunan (Meijaard, 2001). Manusia dalam melakukan aktivitasnya tidak memperdulikan keberlangsungan lingkungan sekitar. Dalam kasus perkebunan sawit misalnya, baik di Sumatera maupun di Kalimantan manusia melakukan pembukaan lahan tanpa sesuai ketentuan yang berlaku. Perbuatan manusia yang semata-mata demi keuntungan harus mengorbankan habitat Orangutan. Dengan begitu Orangutan semakin lama semakin terdesak oleh keberadaan manusia. Bahkan, manusia banyak yang menganggap Orangutan sebagai hama pengganggu yang perlu dimusnahkan. Tren lain yang berkembang di masyarakat adalah menjadikan Orangutan sebagai
  • 3. hewan peliharaan. Orangutan dianggap binatang eksotis sehingga dapat meningkatkan prestise terhadap pemiliknya. Fenomena tersebut menyebabkan perburuan dan perdagangan orangutan marak karena orangutan dianggap komoditas yang menguntungkan. Sebagai satwa asli Indonesia, keberadaan Orangutan dijamin oleh pemerintah. Orangutan termasuk dalam Appendix I CITES yang artinya diakui sebagai satwa langka yang ternacam punah sehingga perlu dilindungi. CITES ini telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang No 43 Tahun 1978 Tentang ratifikasi CITES. Selain itu Orangutan juga dilindungi dengan Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Untuk menjaga kelestariannya tetap berjalan serta berkesinambungan, maka diperlukan upaya konservasi satwa dengan langkah-langkah yang benar. Upaya pelaksanaan konservasi satwa meliputi juga unsur lingkungan atau ekosistem satwanya. Ekosistem ini memiliki fungsi yang sangat penting sebagai unsur pembentuk lingkungan satwa, yang kehadirannya tidak dapat diganti, harus disesuaikan dengan batas-batas daya dukung alam untuk terjaminnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan ekosistem satwa (Kuncoro : 2004) Konservasi yang dilakukan dapat berupa konservasi ex-situ maupun in-situ. Konservasi in- situ (dalam kawasan) adalah perlindungan populasi dan komunitas alami. Konservasi ex-situ adalah kegiatan konservasi di luar habitat aslinya, dimana fauna tersebut diambil, dipelihara pada suatu tempat tertentu yang dijaga keamanannya maupun kesesuaian ekologinya. Konservasi ex- situ tersebut dilakukan dalam upaya pengelolaan jenis satwa yang memerlukan perlindungan dan pelestarian (Johnson 2007). Tujuan dari perlindungan dan pelestarian alam tidak hanya unruk menyelamatkan jenis tumbuhan dan binatang dari ancaman kepunahan, akan tetapi mengusahakan terjaminnya keanekaragaman hayati dan keseimbangan unsur-unsur ekosistem yang telah mengalami gangguan akibat meningkatnya aktivitas manusia yang merambah kawasan hutan alam. Kawasan konservasi ex-situ sama pentingnya dengan kawasan konservasi insitu dan mempunyai peran yang saling melengkapi (Kuncoro, 2004)
  • 4. Orangutan pada umumnya lebih senang tinggal di hutan hujan tropis dataran rendah sebagai tempat hidupnya, sehingga perlindungan ekosistem tersebut sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup satwa itu. Meskipun Pemerintah telah membangun sistem kawasan konservasi seluas 6,5 juta hektar di Sumatera bagian utara dan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, upaya pengelolaan kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan di luar taman nasional dan cagar alam tidak kalah pentingnya. Di Daerah Istimewa Yogjakarta sendiri lembaga konservasi exsitu yaitu Wildlife Rescue Centre Yogyakarta (WRC Yogyakarta). Program utama WRC Yogyakarta adalah rehabilitasi dan pemeliharaan satwa terutama orangutan dengan program pendukung yakni pendidikan konservasi, pengembangan ilmu pengetahuan dan kampanye konservasi satwa Indonesia. Sebagai lembaga konservasi satwa maka WRC Yogyakarta mau tidak mau harus memperhatikan peraturan perundang-undangan terkait konservasi satwa. Undang-undang tersebut antara lain Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosisitemnya, Peraturan Perundang-Undangan (PP) No 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa serta Peraturan Perundang-Undangan (PP) No 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar serta serta Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi.
  • 5. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah ditentukan sebagai berikut : 1. Apakah WRC Yogyakarta sudah memadai sebagai lembaga konservasi ditinjau dari Peraturan Menteri Kehutanan P.53/Menhut-II/2006 Tentang Lembaga Konservasi? 2. Bagaimanakah proses pemeliharaan Orangutan di WRC Yogyakarta? 3. Apakah kendala yang dialami oleh WRC Yogyakarta serta bagaiman cara mengatasinya?
  • 6. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Konservasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan. Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. 1 Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.2 Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut : 1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama. 2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial. 3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan.3 1 http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/konservasi-lahan.html diakses pada tanggal 27 November 2012 pukul 20.56 WIB 2 http://diandaningeyil.blogspot.com/2011/07/konservasi-lahan.html diakses pada tanggal 27 November 2012 pukul 10.58 WIB 3 ibid
  • 7. 4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang. Pengertian konservasi sumber daya alam hayati menurut pasal 1 ayat (2) UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dirumuskan bahwa” pengelolalaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatanya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya”. Dengan demikian konservasi dalam undang-undang ini mencakup pengelolaan sumber alam hayati, yang termasuk didalamnya hutan. B. Tujuan Konservasi Sasaran konservasi yang ingin dicapai menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu: 1. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga kehidupan); 2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah); 3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari.
  • 8. C. Kegiatan-Kegiatan Konservasi Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menurut UU no.5 Tahun 1990 dilakukan melalui kegiatan: 1. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan; Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.Untuk melaksanakan perlindungan sistem penyangga kehidupan , maka Pemerintah menetapkan: - wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan; - pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan; -pengaturan cara pemanfaatan wilayah pelindungan sistem penyangga kehidupan. 2. Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Satwa Beserta Ekosistemnya; Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dilaksanakan melalui kegiatan: - pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; -pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa bertujuan untuk: a. menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan; b. menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa; c. memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada; Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan melalui upaya: a. penetapan dan penggolongan yang dilindungi dan tidak dilindungi; b. pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya; c. pemeliharaan dan pengembangbiakan.
  • 9. 3. Pemanfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. D. Pengertian Lembaga Konservasi Menurut PP no. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa , Pengertian Konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan atau satwa di luar habitatnya (ex situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Lembaga Konservasi mempunyai fungsi utama yaitu pengembangbiakan dan atau penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Disamping mempunyai fungsi utama diatas Lembaga Konservasi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan dan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan. Bentuk Lembaga Konservasi ada beberapa macam bentuknya dan kepentingan apa yang ada didalamnya. Menurut PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.31/Menhut-II/2012 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI , Lembaga Konservasi dapat berbentuk : Kebun Binatang Kebun binatang adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 3 (tiga) kelas taksa pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) hektar dan pengunjung tidak menggunakan kendaraan bermotor (motor atau mobil). Taman Safari, Taman safari adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 3 (tiga) kelas taksa pada areal terbuka dengan luasan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) hektar, yang bisa dikunjungi dengan menggunakan kendaraan roda empat (mobil) pribadi dan/atau kendaraan roda empat (mobil) yang disediakan pengelola yang aman dari jangkauan satwa. Taman Satwa, Taman satwa adalah tempat pemeliharaan satwa sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas taksa pada areal dengan luasan sekurang-kurangnya 2 (dua) hektar.
  • 10. Taman Satwa Khusus, Taman satwa khusus adalah tempat pemeliharaan jenis satwa tertentu atau kelas taksa satwa tertentu pada areal sekurang-kurangnya 2 (dua) hektar Pusat Latihan Satwa Khusus, Pusat latihan satwa khusus adalah tempat melatih satwa khusus spesies gajah agar menjadi terampil sehingga dapat dimanfaatkan antara lain untuk kegiatan peragaan di dalam areal pusat latihan gajah, patroli pengamanan kawasan hutan, sumber satwa bagi lembaga konservasi lainnya dan/atau membantu kegiatan kemanusiaan dan pendidikan Pusat Penyelamatan Satwa, Pusat penyelamatan satwa adalah tempat untuk melakukan kegiatan pemeliharaan satwa hasil sitaan atau temuan atau penyerahan dari masyarakat yang pengelolaannya bersifat sementara sebelum adanya penetapan penyaluran satwa (animal disposal) lebih lanjut oleh Pemerintah. Pusat Rehabilitasi Satwa, Pusat rehabilitasi satwa adalah tempat untuk melakukan proses rehabilitasi, adaptasi satwa dan pelepasliaran ke habitat alaminya Museum Zoologi, Museum zoologi adalah tempat koleksi berbagai spesimen satwa dalam keadaan mati, untuk kepentingan pendidikan dan penelitian. Kebun Botani, Kebun botani adalah lokasi pemeliharaan berbagai jenis tumbuhan tertentu, untuk dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan bioteknologi, rekreasi dan budidaya Taman Tumbuhan Khusus, Taman tumbuhan khusus adalah tempat pemeliharaan jenis tumbuhan liar tertentu atau kelas taksa tumbuhan liar tertentu, untuk kepentingan sebagai sumber cadangan genetik, pendidikan, budidaya, penelitian dan pengembangan bioteknologi Herbarium Herbarium adalah tempat koleksi berbagai spesimen tumbuhan dalam keadaan mati untuk kepentingan pendidikan dan penelitian
  • 11. Suatu pendirian Lembaga Konsevasi harus meminta Izin dari kementerian Kehutanan. Adapun Izin Lembaga Konservasi dapat diberikan kepada : Lembaga Pemerintah : Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang konservasi, Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak di bidang konservasi, Lembaga Penelitian yang kegiatannya meliputi penelitian tumbuhan dan satwa, dan Lembaga Pendidikan Formal. Lembaga Non Pemerintah : Koperasi, Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak di bidang konservasi, Badan Usaha Milik Perorangan yang bergerak di bidang konservasi, dan Yayasan Lembaga Konservasi dapat memperoleh spesimen jenis tumbuhan dan satwa untuk koleksinya, dari : -Hasil sitaan atau penyerahan dari pemerintah atau penyerahan dari masyarakat, -Hibah atau pemberian atau sumbangan dari Lembaga Konservasi lainnya, -Tukar menukar, -Pembelian untuk jenis-jenis yang tidak dilindungi, -Pengambilan atau penangkapan dari alam.4 Lembaga Konservasi sangatlah penting perannya dalam mealakukan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan hewan sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No.7 Tahun 1999 . Lembaga Konservasi merupakan suatu langkah konservasi Sumber Daya Hayati yang konkrit dan langsung. E. Pengertian Orang Utan Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika Indonesia dan 4 http://bksdadiy.dephut.go.id/isi.php?top=3&id=13&ver= diakses pada tanggal 27 November 2012 Pukul 21.00
  • 12. Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. 5 Istilah "orang utan" diambil dari kata dalam bahasa Indonesia, yaitu 'orang' yang berarti manusia dan 'utan' yang berarti hutan. Orang utan mencakup dua spesies, yaitu orang utan sumatera (Pongo Abelii) dan orang utan kalimantan (Borneo) (Pongo Pygmaeus). Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia pada tingkat kingdom animalia, dimana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%. 6 Ciri-ciri orang utan antara lain : 1. Memiliki tubuh yang gemuk dan besar, 2. Berleher besar, 3. Lengan yang panjang dan kuat, 4. Kaki yang pendek dan tertunduk, 5. Tidak mempunyai ekor. 6. Memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter. 7. Tubuh orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. 8. Mereka mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi 9. Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun besar, rambut menjadi panjang dan janggut disekitar wajah. 10.Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba. 11. Berat orangutan jantan sekitar 90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya sekitar 60 kg. 12. Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari. 13. Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia. Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse.Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata yang mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman. 5 http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_utan diakses pada tanggal 27 November 2012 pukul 21.03 WIB 6 Ibid
  • 13. Ada 2 jenis spesies orangutan, yaitu Orangutan Kalimantan / Borneo (Pongo pygmaeus) dan 7 Orangutan Sumatra (Pongo abelii). Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia. Mereka biasa tinggal di pohon yang lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan dan ranting yang ada di pohon itu.Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan kering, perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. 7 http://www.seaworld.org/animal- diakses pada tanggal 27 November 2012 pukul 21.09 WIB
  • 14. Kasus Posisi Lagi, Orangutan diselamatkan dari pemeliharaan ilegal8 Rabu, 24 November 2010, oleh Gloria Samantha Tim dari International Animal Rescue (IAR) menyelamatkan seekor orangutan berumur 13 tahun yang hidup dalam kandang di rumah seorang warga di Kalimantan Barat pada Jumat (19/11). Inilah penyelamatan berikutnya setelah pada akhir Oktober lalu, IAR menyelamatkan orangutan betina bernama Mely. Orangutan bernama Monte itu menjalani hidup dalam kandang selama 12 tahun. Walaupun kandang itu cukup besar agar ia bisa berdiri, Monte tetap dirantai. Pemiliknya khawatir Monte, yang semakin dewasa, semakin kuat untuk mendobrak pagar kandang. Orang yang memelihara Monte mengaku mendapatkannya dari seorang pemburu liar 12 tahun yang lalu. Ia kini sudah berada di pusat rehabilitasi IAR di Ketapang, Kalimantan Barat, bersama dengan 17 ekor orangutan lain. Mereka ditempatkan pada pusat transit sebelum dibawa ke lokasi baru, tempat mereka akan direhabilitasi dan kemudian dilepasliarkan ke habitat alaminya. Menurut Direktur Veteriner IAR Indonesia dr. Karmele Sanchez, Monte menderita malnutrisi. "Saat tiba di Ketapang, untuk berjalan dan memanjat tali dalam kandang saja kakinya bahkan gemetar," papar dr. Karmele. Memelihara orangutan merupakan tindakan melanggar hukum. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1990, orangutan adalah salah satu jenis satwa yang dilindungi, dilarang untuk ditangkap, dilukai, disimpan, dipelihara, atau diangkut. Namun tetap saja orangutan ditangkapi dari hutan. Argitoe Ranting dari tim rescue IAR mengatakan, "Kita harus lebih konsentrasi dalam penegakan hukum." dr. Karmele mengajak LSM serta pemerintah Indonesia untuk bekerja sama menjalankan penegakan hukum. "Kalau tidak, kita akan melihat orangutan habis dari hutan Kalimantan," imbuhnya 8 Sumber National Geographic Indonesia. “Lagi, orangutan diselamatkan dari pemeliharaan ilegal. http://nationalgeographic.co.id/berita/2010/11/lagi-orangutan-diselamatkan-dari-pemeliharaan-ilegal diakses pada tanggal 28 November 2012 Pukul 22.20
  • 15. Populasi orangutan di Kalimantan diperkirakan berkurang 50 persen dalam 10 tahun terakhir. Sementara menurut data Juni 2009 dari Yayasan Titian, jumlah orangutan liar yang masih tersisa di Kalimantan Barat diperkirakan ada 6.675 individu dengan dua spesies utama Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus wurmbii. Hidup mereka sangat terancam dengan semakin luasnya area hutan yang dibabat untuk perkebunan kelapa sawit dan industri kayu. Penyelamatan Hari Jumat tanggal 19 november, satu tim berangkat dari Pontianak bersama satu tim BKSDA Pontianak dan Singkawang, menuju ke lokasi Monte dipelihara, di Desa Monterado, Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayan. Sebelum tim melakukan evakuasi, semua dokumen penyitaan legal telah disiapkan. Dokter Karmele membius Monte agar dapat dimasukkan ke dalam kandang transportasi untuk dibawa ke Pontianak. Monte tiba di Pontianak pada malam hari sekitar pukul 20.00. Esoknya, Monte dibawa ke kargo Kalstar di Bandara Supadio Pontianak dengan didampingi oleh dr. Karmele dan Taufik, polisi hutan dari Singkawang. Mote tiba di Ketapang pukul 8 pagi dan langsung dibawa ke kandang transit IAR di Ketapang. Untuk menangkap anak orangutan, pemburunya harus membunuh induknya lebih dulu. Monte dibeli ketika masih bayi. Saat masih kecil, Monte masih bebas di rumah Pak Cembe tapi sejak 5 tahun yang lalu, orangutan ini menjadi besar dan kuat, sehingga harus dikurung di kandang.
  • 16. Analisis Orang Utan adalah salah satu satwa liar yang dilindungi pemerintah. Hal ini termaktub di dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Orang Utan yang bernama latin Pongo Pygmaeus (Orang Utan Kalimantan) dan/atau Pongo Abelii (Orang Utan Sumatera) ini adalah satwa yang hampir habis populasinya di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kehutanan pada Februari 2012, populasi Orang Utan diperkirakan tinggal 51.300 ekor.9 Dalam status konservasi, Orang Utan termasuk binatang yang terancam dalam artian populasinya hampir habis alias punah. Dalam kasus diatas, Orang Utan yang menjadi objek sitaan adalah Orang Utan yang dipelihara secara pribadi oleh masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat tidak bisa disalahkan secara penuh karena memelihara Orang Utan yang notabene merupakan satwa liar yang terancam punah dan dilindungi dengan Undang-Undang. Masyarakat yang memelihara juga tidak bisa di generalisasi sebagai orang yang ikut mereduksi jumlah Orang Utan menjadi sekarang ini. Dalam kasus di atas, Orang Utan yang didapatkan oleh penduduk merupakan hasil tangkapan dari pemburu dari hutan. Sehingga dalam hal ini edukasi dari Kementerian terkait sebenarnya masih sangat diperlukan untuk mengedukasi masyarakat terhadap pentingnya menjaga sumber daya alam hayati, khususnya Orang Utan. Undang-undang yang dibuat untuk melindungi Orang Utan sebenarnya sudah cukup mumpuni dan mampu mengakomodir penyelamatannya dari kepunahan. Akan tetapi dalam hal ini terlihat sanksi yang ada masih belum bisa mengurangi angka penurunan jumlah Orang Utan. Padahal di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya memiliki sanksi tegas terhadap perniagaan satwa liar dari pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda hingga Rp 100.000.000 (Seratus Juta Rupiah). Terhadap sanksi memang seharusnya lebih ditekankan penerapannya, hal ini dikarenakan masih banyak pemelihara dan pemburu satwa liar yang dilindungi yang masih lolos dari jeratan hukum. Pemelihara satwa yang dilindungi juga masih jarang terkena sanksi pidana 9 Orang Utan terancam Punah. http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/20/82511/Orang-Utan-Terancam- Punah/6 Diakses pada tanggal 28 November 2012 Pukul 22.36
  • 17. maupun denda sebagaimana di dalam ketentuan Undang-Undang, padahal seharusnya mereka- mereka ini juga harus terkena sanksi pidana maupun denda. Selain itu, hal yang membuat tingginya perburuan orang utan adalah hobi. Di beberapa kalangan masyarakat masih beranggapan bahwa memelihara satwa yang langka merupakan suatu prestise atau kebanggaan bagi pemiliknya, sehingga mereka berusaha mencari satwa-satwa unik dan langka diniagakan, salah satunya adalah orang utan. Sesuai dengan teori ekonomi, apabila semakin tinggi permintaan, maka semakin tinggi penawaran. Hal ini juga yang terjadi dengan populasi orang utan, akibat tingginya permintaan orang utan sebagai hewan peliharaan, akan memungkinkan tingginya perburuan untuk diniagakan sebagai binatang peliharaan bak kucing maupun anjing. Memelihara binatang untuk pemeliharaan untuk kesenangan memang tidak dilarang, hal ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Pasal 3 huruf h, yakni sebagai salah satu cara untuk pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Akan tetapi di pasal 37 ayat 2 menyatakan bahwa pemeliharaan untuk kesenangan hanya dapat dilakukan terhadap jenis yang tidak dilindungi. Dalam hal ini, Orang Utan dalam pasal 34 merupakan salah satu fauna yang untuk pertukarannya harus dengan persetujuan presiden, dengan logika sempit bisa terlihat bahwa orang utan merupakan satwa yang dilindungi sehingga tidak bisa dipelihara dengan tujuan kesenangan oleh perorangan. Satwa liar yang masih bisa dipelihara untuk kesenangan adalah satwa-satwa liar yang bisa diniagakan dan yang tidak dilindungi sebagaimana pasal 18. Selain hal-hal diatas, orang utan berkurang juga diakibatkan karena berkurangnya jumlah luas habitat mereka, yaitu hutan. Sebaran orang utan di Indonesia adalah di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, dengan tingginya tingkat alih lahan dan perambahan hutan, membuat berkurangnya tempat orang utan untuk hidup dan bertempat tinggal. Alih lahan hutan menjadi lahan kebun kelapa sawit secara besar-besaran diduga menjadi akibatnya. Seperti diketahui, Kelapa Sawit memiliki banyak sekali produk turunan yang hadir di dalam kehidupan manusia sehari-hari. Produk-produk turunan kelapa sawit tadi antara lain adalah minyak goreng, mentega, lemak nabati, sabun, deterjen, sampo, serta kosmetik lainnya yang dengan semakin tingginya jumlah kelahiran dan jumlah manusia di dunia ini membuat kebutuhan akan produk turunan sawit tadi tinggi karena memang vital digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tingginya
  • 18. permintaan minyak sawit dan produk turunannya, membuat kebutuhan akan lahan sawit menjadi meningkat sehingga lahan hutan dialih fungsikan kegunaannya10, termasuk dalam hal ini adalah hutan yang menjadi habitat orang utan. Akibatnya, orang utan keluar dari sarangnya karena makin sempit lahan habitatnya sehingga masuk ke lahan-lahan yang dimukimi warga. Seperti yang baru-baru ini terjadi di Kalimantan Barat, dimana seekor orang utan terbakar saat akan diusir dari pohon oleh warga. Pada saat itu, warga takut jika orang utan yang muncul akan merusak tanaman dan rumah mereka sehingga mengusirnya dengan membakar pohon tempat orang utan bergelantungan.11 Tidak bisa dipungkiri bahwa Kelapa Sawit memberi harapan baru bagi petani-petani rakyat di berbagai wilayah di Indonesia, sehingga pemerintah mendorong peningkatan lahan sawit untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hingga saat ini, minat masyarakat untuk menanam sawit masih cukup tinggi, hal ini didukung dengan tingginya harga sawit dan permintaan12. Dan hal yang dilakukan untuk itu semua adalah dengan alih fungsi lahan hutan13 menjadi kebun sawit yang bukan merupakan habitat orang utan. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan kerusakan alam, dan berkurangnya luas habitat dan jumlah satwa pada khususnya. Akan tetapi di lain pihak mengatakan tidak melulu kebun sawit merusak lingkungan. Dengan metode yang benar dalam pengelolaan lingkungan, maka sinergi kebun sawit dan alam akan berjalan dengan baik, seperti yang dilakukan penduduk Dosan, Kecamatan Posako, Kabupaten Siak, Riau. 14 Lembaga konservasi dan penyelamatan menjadi elemen penting dalam urusan penyelamatan satwa di masa sekarang. Dengan munculnya berbagai macam lembaga konservasi dan penyelamatan diharapkan turunnya populasi satwa liar yang dilindungi, khususnya orang utan bisa di reduksi karena orang utan merupakan salah satu biodiversity unik yang dimiliki Indonesia sebagai negara tropis dengan tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Sehingga 10 http://atjehpost.com/read/2012/10/13/24042/8/8/Gawat-90-Perkebunan-Kelapa-Sawit-di-Kalimantan- Mengorbankan-Hutan Diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 01.17 11 http://www.memobee.com/index.php?do=c.every_body_is_journalist&idej=5569 Diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 00.47 12 http://www.metrotvnews.com/metronews/news/2012/09/30/108004/Minat-Berkebun-Sawit-Picu-Kenaikan- Harga-Lahan/6 Diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 01.04 13 http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=5488&coid=1&caid=23&gid=3 Diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 01.05 14 http://www.beritasatu.com/mobile/bisnis/62730-kebun-kelapa-sawit-tak-sepenuhnya-bom-waktu-perusakan- hutan.html diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 01.11
  • 19. dalam hal ini dukungan terhadap lembaga konservasi dan penyelamatan harus diberikan secara penuh karena mereka merupakan organisasi nirlaba yang bekerja tanpa mencari keuntungan. Selain itu, edukasi pada masyarakat juga harus ditekankan dalam hal ini sehingga masyarakat tidak lagi bertindak terhadap orang utan dengan cara yang kurang benar apabila makhluk-makhluk tersebut mulai masuk dan mengganggu masyarakat. Hal lain adalah sanksi yang tegas. Jika peraturan dibuat dengan ancaman sanksi tegas namun tidak atau jarang menjatuhkan sanksi tersebut pada pelanggarnya maka hal yang terjadi adalah pelanggaran yang berulang-ulang, sehingga sanksi tegas seharusnya diberikan secara tanpa pandang bulu sebagai shock theraphy bagi masyarakat yang lain.
  • 20. PEMBAHASAN A. WRC Yogyakarta Sebagai Lembaga Konservasi Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rosa dari bagian Public Relations WRC, Ibu Rosa mengungkapkan bahwa WRC Yogyakarta merupakan sebuah Lembaga Konservasi, yang khususnya adalah Taman Satwa. Berdasarkan kriteria taman satwa yang termuat dalam pasal 7 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.53/Menhut-II/2006, kriteria taman satwa meliputi: 1. Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi Undang-Undang dan atau ketentuan Convention Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES); 2. Memiliki lahan sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar; 3. Memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup; 4. Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain : kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa lain; 5. Memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung; 6. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, perawat, dan tenaga keamanan Berdasarkan hasil penelitian di WRC Yogyakarta, maka WRC Yogyakarta dapat dikategorikan sebagai Taman Satwa. Hal tersebut dikarenakan: 1. WRC Yogyakarta mempunyai kurang lebih 150 satwa liar, baik yang termasuk dilindungi maupun tidak dilindungi. 2. WRC Yogyakarta memiliki lahan seluas 13,9 Hektar. 3. WRC Yogyakarta memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup. 4. WRC Yogyakarta memiliki kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/ pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain yakni ruang otopsi dan krematoir. (Foto Terlampir)
  • 21. 5. Memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung. 6. WRC Yogyakarta memiliki satu dokter hewan dan satu ahli nutrisi yang mengurusi pakan satwa, serta memiliki 5 orang animal keeper dan satpam. Sebenarnya, jika mengacu pada pasal 10 dan pasal 11 Menteri Kehutanan Nomor: P.53/Menhut-II/2006 WRC Yogyakarta juga dapat dikategorikan sebagai Pusat Penyelamatan Satwa dan Pusat Rehabilitasi Satwa. B. Pelestarian Orang Utan di WRC Yogyakarta Di WRC Yogyakarta saat ini terdapat 5 ekor Orangutan yang semuanya merupakan jenis Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmeaus). Mereka adalah : 1. Boni, laki-laki, usia 17 tahun 2. Gogon, laki-laki, usia 15 tahun 3. Dedek, laki-laki, usia 13 tahun 4. Joko, laki-laki, usia 8 tahun 5. Ucok, perempuan, usia 10 tahun Boni didapatkan sekitar 6 tahun dengan cara diselamatkan oleh BKSDA di Muntilan dariseorang Kepala Desa. Gogon dan Dedek didapatkan dengan cara diserahkan secara sukarela oleh pemiliknya, seorang polisi yang berasal dari Semarang. Joko dan Ucok juga didapatkan dengan cara yang sama yakni pemiliknya yang merupakan seorang pengusaha restoran di Solo, menyerahkannya secara sukarela. Di WRC Yogyakarta, Untuk pertama kalinya masing-masing Orangutan tersebut dilakukan pendataan atau identifikasi terlebih dahulu. Proses identifikasi ini sangat bergantung kepada kerjasama pemilik sebelumnya. Apabila pemilik mau bekerjasama untuk memberikan data-data yang valid maka proses identifikasi akan menjadi lebih mudah. Akan tetapi apabila pemilik tidak mau bekerjasama maka pihak WRC Yogyakarta melakukan pendataan atau identifikasi mandiri. Hal ini seperti pemeriksaan oleh dokter hewan terhadap kondisi Orangutan seperti
  • 22. pemeriksaan kelengkapan anggota-anggota tubuh. Selain itu juga dilakukan tes darah untuk mengetahui apakah Orangutan tersebut mengidap penyakit seperti Hepatitis, Herpes, TBC ataupun AIDS. Setelah itu akan dilakukan proses karantina terhadap Orangutan. Lama proses karantina ini tergantung pada kesiapan masing-masing Orangutan. Tujuannya adalah Orangutan tersebut bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan baru. Setelah dilakukan karantina Orangutan akan ditempatkan di kandang-kandang yang telah disiapkan untuk proses rehabilitasi. Sebelumnya kandang-kandang ini telah dipersiapkan dengan cara memberi fasilitas bagi satwa (enrichment) seperti dahan atau ban bekas untuk bermain. Lama proses rehabilitasi ini tidak dapat ditentukan karena tergantung pada setiap Orangutan. Dari proses rehabilitasi inilah dapat diketahui mana Orangutan yang mempunyai potensi untuk dilepas kembali ke alam, menjadi penghuni tetap hingga akhir hayatnya, dan mana yang terpaksa harus dimusnahkan dengan cara disuntik mati (etanasia) Selama dalam proses rehabilitasi kondisi Orangutan sangat diperhatikan. Pemberian makan dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan siang, dengan menu yang ditentukan oleh dokter nutrisi. Untuk sekali makan Orangutan diberikan porsi sebanyak 10% dari berat tubuhnya. Jadi apabila Orangutan tersebut beratnya 200 kg maka makanannya sebanyak 20 kg campuran buah-buahan, telu, vitamin ataupun sayur. Pemeriksaan kesehatan terhadap satwa juga dilakukan secara berkala oleh manajemen WRC Yogyakarta. Pemeriksaan ini meliputi cek darah ulang ataupun cek kotoran satwa (veses). Dari kegiatan inilah kesehatan satwa dapat diketahui secara pasti dan berkala. Kebersihan kandang juga sangat diperhatikan. Setiap hari akan dilakukan pembersihan kandang seperti membersihkan kotoran satwa maupun pembersihan bak air minum. Selama proses rehabilitasi tersebut keseharian perilaku Orangutan juga diamati. Hasil pengamatan terhadap baik itu Orangutan atuaupun satwa lainnya secara 3 bulan sekali akan dilaporkan kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA Yogyakarta) dan para
  • 23. Orangtua asuh. Dari pengamatan inilah dapat diketahui mana Orangutan yang potensial untuk dilepaskan ke alam liar dan mana yang harus menetap hingga akhir hayatnya. Untuk Orangutan di WRC Yogyakarta yakni Boni dan Gogon sudah tidak memungkinkan untuk dilepas kembali ke alam liar. Hal ini dikarenakan Boni dan Gogon sudah terlalu tua usianya. Untuk Dedek, Joko dan Ucok masih ada potensi untuk dilepas kembali ke alam. Hal inilah yang paling baik karena alam adalah habitat terbaik bagi satwa. Akan tetapi ketiadaan lahan hutan yang memadai menjadi kendala utama. Menurut data dari Forest Watch Indonesia, pada rentang waktu 2000 hingga 2009 deforestasi hutan di Sumatera mencapai 3.711.797, 45 hektar. Sedangkan untuk di daerah Kalimantan pada rentang waktu yang sama telah terjadi deforestasi sebesar 5.505.863,93 hektar. Pada tahun 2008 yang lalu Indonesia di anugerahi Certificate Guinnes World Records sebagai Perusak Hutan Tercepat di Dunia. Berdasarkan data-data dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), tahun 2000 hingga 2005, rata-rata perhari 51,km2 hutan Indonesia hilang (rusak) Dengan menghitung rata-rata kerusakan hutan Indonesia pada tahun 2002. PBB, merilis Hutan Sumatera dan Hutan Kalimantan akan punah pada tahun 2032. (Forest Watch Indonesia : 2011) Dari data-data tersebut sangat jelas bahwa ketersediaan hutan untuk pelepasan kembali ke alam bagi Orangutan merupakan tantangan yang berat. Menurut keterangan dari Bu Ross narasumber kami, jumlah Orangutan di Taman Konservasi Orangutan di Kalimantan yang sudah siap untuk dikembalikan ke alam berjumlah setidaknya 300 ekor. Akan tetapi tidak adanya hutan menghambat proses tersebut.
  • 24. C. Kendala Yang Dialami WRC Yogyakarta Kendala yang dialamai oleh WRC Yogyakarta adalah dana. Sebagai lembaga konservasi yang mempunyai luas 13,9 hektar dan memelihara ratusan satwa dana yang dibutuhkan sangatlah besar. Untuk biaya pakan 150 satwa pihak manejemen harus mengeluarkan dana sebesar 20 juta rupiah perhari. Dana tersebut hanya untuk biaya pakan satwa saja belum termasuk untuk pemeriksaan kesehatan satwa, biaya operasional ataupun gaji para karyawan. Banyak cara yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah dengan beternak tikus/mencit sebagai pakan satwa. Peternakan tikus ini mampu menghasilkan sekitar 60 ekor tikus perhari. Sehingga dapat menghemat sejumlah biaya pakan. Tikus-tikus ini biasanya digunakan sebagai pakan burung Elang. Dalam memenuhi kebutuhan operasional harian, WRC Yogyakarta melakukan aktivitas penggalangan dana baik dari donatur maupun dengan menyediakan fasilitas ruang pertemuan, penginapan, jasa outbound training, serta ekowisata. Fasilitas tersebut diwujudkan dengan pemanfaatan lokasi dengan dikembangkannya Penginapan baik berupa hotel maupun Pondok dengan biaya yang terjangkau, Fasilitas camping serta outbond yang didukung dengan kelengkapan arena seperti flying fox, serta fasilitas pengenalan satwa yang terdapat Di WRC Yogyakarta dengan biaya yang terjangkau yaitu Rp 12.500 perorang. Pemanfaatan fasilitas tersebut diwujudkan di dalam 4 kategori paket wisata yaitu Animal care, Detektif Pohon, Detektif Serangga, dan Detektif Air yang dapat dimanfaatkan pengunjung. Selain itu untuk menggalang dana sebagian dari area konservasi digunakan untuk membuka fasilitas penginapan dan jasa outbond. Manejemen WRC juga membuka program volunteer yakni mempersilahkan orang untuk mendapatkan pengalaman baru yakni merawat satwa dengan membayar sejumlah uang. Program volunteer ini terhitung masih baru dan menargetkan wisatawan asing, sehingga tarif yang diberlakukan pun dalam kurs dollar. Untuk program volunteer selama 1 minggu tarif yang dikenakan sebesar 770 USD, sedangkan untuk paket volunter dengan durasi waktu 8 minggu dikenakan tarif sebesar 2000 USD. Keseluruhan dana
  • 25. akan digunakan untuk kesejahteraan satwa dan akomodasi volunteer selama program berlangsung. WRC Yogyakarta juga menawarkan program adopsi satwa. Program ini dikhususkan bagi mereka yang ingin menjadi orang tua asuh dari satwa yang ada di WRC Yogyakarta. Dengan biaya adopsi sekitar 10 USD perbulan kita bisa membantu menjamin kesejahteraan satwa. Masa kontrak program adopsi satwa ini minimal 6 bulan. Kontraprestasi dari program ini adalah sertifikat, laporan periodik 3 bulan sekali dan update foto satwa adopsi. Peran pemerintah dalam hal dukungan dana adalah nihil. Pemerintah baik itu pemerintah pusat ataupun daerah sama sekali tidak memberikan bantuan dana kepada WRC Yogyakarta. Padahal negara juga bertanggung jawab sekaligus berkepentingan untuk menjaga keberlangsungan satwa, utamanya satwa langka semisal Orangutan. Pemerintah dalam hal ini hanya membantu urusan legal seperti pengurusan surat-surat dan pengawasan dalam hal ini yang berperan adalah BKSDA Yogyakarta.
  • 26. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : 1. WRC Yogyakarta cukup representatif dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga konservasi. Hal tersebut terbukti karena, WRC Yogyakarta telah memenuhi kriteria yang termuat dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.53/Menhut-II/2006. Disamping itu, WRC Yogyakarta juga telah mendapatkan bantuan dari lembaga terkait seperti Badan Konservasi Sumber Daya Alam DIY. 2. Pelestarian Orangutan di WRC Yogyakarta dimulai dengan proses identifikasi. Kemudian dilanjutkan dengan proses rehabilitasi untuk menentukan mana yang potensial untuk dilepaskan kembali kealam dan mana yang haus tetap tinggal di WRC Yogyakarta. 3. Permasalahan yang dihadapi adalah masalah dana. Pihak menejemen berusaha menggalang dana dengan cara menggalang donasi, menyewakan fasilitas, program volunteer dan adopsi satwa. Pemerintah tidak mendukung dari segi dana akan tetapi dari segi perizinan dan persuratan Saran : Seharusnya pemerintah mendukung Lembaga Konservasi seperti WRC Yogyakarta tidak secara setengah-setengah. Bentuk dukungan harus berupa moriil maupun materiil. Dukungan materiil yang berupa dana seharusnya juga diberikan oleh pemerintah. Pemerintah sebagai stake holder yang utama berkepentingan untuk menjaga keberlanjutan satwa utamanya satwa langka yang dilindungi seperti Orangutan.
  • 27. DAFTAR PUSTAKA Forest Watch Indonesia, 2011, Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009 Johnson, JR Thorstrom, 2007, Systematics and Conservation of the Hook-Billed Kite including The Island Taxa from Cuba and Grenada. Animal Conservation Kuncoro, 2004, Aktivitas Harian Pongo Pygmaeus Rehabilitany di Hutan Lindung Pegunungan Meratu Kalimantan Timur, Skripsi Universitas Udayana Meijaard, E; HD Rijksen, 2001, Di Ambang Kepunahan! Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke 21. Penyunting SN Kartikasari, The Gibbon Foundation, Jakarta UU No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya PP No 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa PP No 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar P.53/Menhut-II/2006 Tentang Lembaga Konservasi http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/konservasi-lahan.html diakses 27 November 2012 http://diandaningeyil.blogspot.com/2011/07/konservasi-lahan.html diakses 27 November 2012 http://bksdadiy.dephut.go.id/isi.php?top=3&id=13&ver= diakses 27 November 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_utan diakses 27 November 2012 http://www.seaworld.org/animal- diakses 27 November 2012 http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/20/82511/Orang-Utan-Terancam-Punah/6 Diakses 28 November 2012 http://www.beritasatu.com/mobile/bisnis/62730-kebun-kelapa-sawit-tak-sepenuhnya-bom-waktu- perusakan-hutan.html diakses tanggal 29 November 2012 http://www.metrotvnews.com/metronews/news/2012/09/30/108004/Minat-Berkebun-Sawit-Picu- Kenaikan-Harga-Lahan/6 Diakses tanggal 29 November 2012 http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=5488&coid=1&caid=23&gid=3 Diakses pada tanggal 29 November 2012 Pukul 01.05
  • 28. LAMPIRAN Tema Penelitian : Pelestarian Orang Utan Di Luar Habitat Tempat Penelitian : Wildlife Rescue Centre (WRC) Yogyakarta DAFTAR PERTANYAAN 1. Berapa jumlah Orang Utan yang ada di WRC? 2. Apakah ada pendataan bagi setiap Orang Utan yang ada? Seperti apa? 3. Bagaimana Orang Utan tersebut didapatkan? 4. Bagaimana cara menentukan kriteria Orang Utan yang sehat / bermasalah? 5. Masalah apa yang sering ditemukan pada Orang Utan yang dikirim disini? 6. Apabila ada Orang Utan yang bermasalah apakah dilakukan rehabilitasi? Seperti apa? 7. Berapa lama waktu rehabilitasi yang diperlukan? 8. Apakah kendala pada saat rehabilitasi & bagaimana solusinya? 9. Apakah Orang Utan akan dikembalikan kembali ke alam atau tetap disini? 10. Bagaimana kriteria Orang Utan yang dilepas & yang tetap dipelihara di WRC? 11. Apakah tempat WRC sudah representatif untuk konservasi Orang Utan? 12. Berapakah jumlah pegawai yang dipunyai WRC (tenaga ahli & relawan)? 13. Apakah ada pelatihan khusus bagi para pegawai ? 14. Bagaimana proses pemeliharaan Orang Utan di WRC? 15. Adakah hal-hal yang harus diperhatikan terkait pemeliharaan Orang Utan? 16. Apakah kendala pada pemeliharaan Orang Utan & bagaimana solusinya? 17. Bagaimana perlakuan terhadap Orang Utan yang sedang sakit? 18. Apakah dilakukan pengembangbiakan pula? Berapa banyak? 19. Seperti apa cara pengembangbiakan Orang Utan? 20. Apakah di WRC dilakukan penelitian terkait Orang Utan? Bila ya, seperti apa? 21. Apa yang dilakukan terhadap hasil penelitian tersebut? 22. Apakah WRC melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain terkait Orang Utan? 23. Seperti apa bentuk kerjasamanya? 24. Bagaimana peran pemerintah (pusat & daerah) terhadap WRC ini? 25. Apakah ada program atau kampanye tentang satwa yang dilakukan? 26. Bagaimana peran masyarakat terhadap WRC ini? 27. Kendala-kendala apa yang dialami WRC selama ini? 28. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala tersebut Adakah buku-buku atau jurnal terkait dengan Orang Utan untuk sumber referensi kami? TERIMA KASIH
  • 29. Foto Bersama Narasumber (Bu Rossa) Animal Keeper Menyiapkan Makan Siang Satwa Kandang Orangutan Penjelasan dari Narasumber Terkait Satwa