3. Dalam hubungannya dengan wewenang yang dimiliki
oleh seorang manajer Aktiva,pendapatan dan biaya
dikelompokkan menjadi 2 golongan :
1. Aktiva, pendapatan dan biaya yang terkendalikan
• Aktiva yang terkendalikan
• Pendapatan yang terkendalikan
• Biaya yang terkendalikan
2. Aktiva, pendapatan dan biaya yang tidak
terkendalikan
4. Pengubahan Biaya Tidak Terkendalikan Menjadi
Biaya Terkendalikan
Biaya tidak terkendalikan dapat diubah menjadi
biaya terkendalikan melalui dua cara yang saling
berkaitan yaitu:
1. Dengan mengubah dasar pembebanan dari
alokasi ke pembebanan langsung, atau
2. Dengan mengubah letak tanggung jawab
pengambil keputusan.
5. Anggaran Biaya Sebagai Tolak Ukur
Pengendalian Biaya
Untuk tujuan pengendalian biaya:
Organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga
jelas wewenang dan tanggungjawab tiap-tiap manajer.
Anggaran biaya harus disusun sesuai dengan tingkat
manajemen dalam organisasi.
Setiap manajer berpartisipasi dalam penyusunan
anggaran oleh karena itu masing-masing akan dimintai
pertanggungjawaban mengenai realisasi anggarannya.
6. Terkendalikannya Biaya versus Variabilitas
Biaya
Biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
1. Biaya dalam jangka pendek tidak dapat dipengaruhi
secara signifikan oleh manajer lain yang berwenang.
2. Biaya dalam jangka pendek dapat dipengaruhi secara
signifikan oleh manajer lain yang berwenang.
7. Tanggung Jawab Ganda
Seringkali terdapat lebih dari seorang manajer yang
dianggap dapat mempengaruhi secara signifikan suatu
biaya. Hal ini menimbulkan masalah tanggung jawab
ganda.
Pemecahan Masalah Tanggung Jawab Ganda
Untuk memecahkan masalah tanggung jawab ganda, pusat
pertanggungjawaban yang bertanggung jawab atas
terjadinya suatu biaya yang dikelompokan kedalam dua
golongan yaitu pertanggungjawaban utama dan
pertanggungjawaban sekunder.
8. MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
Sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat dibagi 2
tahap perkembangan:
1. Akuntansi pertanggungjawaban tradisional.
Manfaat :
• Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai
dasar penyusunan anggaran
• Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai
penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban
• Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai
pemotivasi manajer
9. 2. Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan
aktivitas.
Manfaat :
• Informasi akuntansi pertanggungjawaban
memungkinkan pegelolaan aktivitas
• Informasi akuntansi pertanggungjawaban
memungkinkan pemantauanefektivitas
program pegelolaan aktivitas
10. ASUMSI PERILAKU DALAM SISTIM
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
TRADISIONAL
Sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional dirancang
berlandaskan atas beberapa asumsi tentang perilaku manusia
berikut ini :
1. Pengelolaan berdasarkan penyimpangan merupakan
pengendalian operasi secara efektif yang memadai.
2. Pengelolaan berdasaran tujuan akan menghasilkan anggaran
yang disepakati, biaya standar, sasaran organisasi dan
rencana yang dapat dilaksanakan.
3. Struktur pertanggungjawaban sesuai dengan struktur
hirarkhi organisasi.
4. Manajer dan bawahannya bersedia untuk menerima
tanggung jawab yang di bebankan kepada mereka melalui
hirarkhi organisasi.
5. Sistem akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerja
sama, bukan kompetesi.
12. SISTEM AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN TRADISIONAL
Karakteristik sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional :
Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban.
Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang
bertangung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
Kinerja manajer diukur dengan membandingkanrealisasi dengan
anggaran.
Manajer secara individual diberi penghargaan atau
hukumanberdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.
13. REKAYASA INFORMASI AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
1. Rekayasa informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam
sistem akuntansi pertanggungjawaban Tradisional
Penggambaran perekayasaan informasi dalam sistem
akuntansi pertanggungjawaban tradisional dapat diuraikan
mengenai system pelaporan biaya dan dilanjutkan dengan
uraian system pengolahan informasi akuntansi
pertanggungjawaban.
14. 2. Sistem Pelaporan Biaya dalam Akuntansi
Pertanggungjawaban Tradisional
Jenis laporan biaya yang dihasilkan oleh akuntansi
biaya dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban
tradisional meliputi :
Laporan Pertanggungjawaban (resposibility cost report)
Laporan Biaya Produksi (cost of produstion report)
15. 3. Sistem Pengolahan Informasi Akuntansi
Pertanggungjawaban dalam – Sistem Akuntansi
Pertanggungjawaban Tradisional
Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan
sistem pengolahan informasi biaya, dengan cara
menggolongkan, encatat, dan meringkas biaya dalam
hubungannya dengan jenjang manajemen yang
bertanggung jawab atas terjadinya biaya, dengan
tujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi
pertanggungjawaban guna pengendalian biaya.
16. Contoh 1 :
PT X yang struktur organisasinya tercantum pada Gambar 4.4
adalah produsen kertas. Akun buku besarnya dibagi menjadi 6
kelompok dan diberi kode akun sebagai berikut:
(1) Aktiva (2) Utang (3) Modal (4) Pendapatan
(5) Biaya (6) Pendapatan dan Biaya Diluar Usaha
Akun buku besar diberi kode angka dengan group code method. Kode
akun pembantu biaya terdiri dari 7 angka dan arti posisi angka
dalam kode disajikan pada gambar 4.9
5 211 111
Kelompok Akun biaya
Bagian persiapan
Biaya Merang
17. 4. Pengumpulan Biaya untuk Pembuatan Laporan Biaya
Produksi
Perhitungan cost produk dilakukan melalui tahap-tahap
berikut :
Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen
produksi
Perhitungan cost produksi Bagian Persiapan, Bagian
Pengolahan, dan Bagian Penyelesaian.
18. 5. Perhitungan Kos Produk
Perhitungan kos produk di Bagian Persiapan dilakukan
dengan cara menjumlahkan biaya-biaya berikut ini :
Biaya yang langsung terjadi di Bagian Persiapan
Biaya overhead pabrik yang dialokasikan dari pusat
pertanggungjawaban pembantu ke Bagian Persiapan
6. Pembebanan Tanggung Jawab Biaya Dalam Akuntansi
Pertanggungjawaban Tradisional
Dalam menentukan terkendalikan atau tidaknya biaya,
ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu :
Didasarkan pada biaya yang dikeluarkan
Berdasarkan pada sumber daya yang dikonsumsi
19. Contoh 2 :
Misalnya Departemen Listrik menghasilkan listri untuk memenuhi
kebutuhan dua Departemen produksi A dan B. Kapasitas Departemen
Listrik per tahun adalah 180.000kwh dengan jumlah biaya produksi
listrik sebesar Rp 60.000, yang terdiri dari biaya tetap Rp 40.000 dan
biaya variabel Rp 20.000. Kebutuhan minimun Departemen A dan
Departemen B berturut-turut 50.000 kwh dan 30.000 kwh per tahun.
•Alokasi biaya Departemen Listrik dapat dilakukan dengan 3 cara,
yang masing-masing cara dapat digunakan untuk memotivasi
manajemen untuk berprestasi disajikan dalam gambar 4.16
20. DATA DEPARTEMEN LISTRIK
Biaya tetap
Biaya variabel
Total biaya produksi listrik per tahun
Rp 40.000
Rp 20.000
Rp 60.000
Data Pemakaian listik per tahun
Kapasitas yang tersedia
Kebutuhan pokok Departemen
A
B
Kapasitas yang bebas pemakaiannya
50.000 kwh
30.000 kwh
180.000 kwh
80.000 kwh
100.000 kwh
METODE PEMBEBANAN TANGGUNG JAWAB BIAYA LISTRIK
Metode 1 Pembebanan Berdasar Kapasitas Pelayanan
Departemen A = (50.000 ÷ 80.000) x Rp 60.000
Departemen B = (30.000 ÷ 80.000) x Rp 60.000
Rp 37.500
Rp 22.500
Rp 60.000
Metode 2 Pembebanan Berdasar Kapasitas Pelayanan dan
Pemakaian
Departemen A
Biaya tetap = (50.000 ÷ 80.000) x Rp 40.000
Biaya variabel = (Rp 20.000 ÷ 100.000)
Departemen B
Biaya tetap = (30.000 ÷ 80.000) x Rp 40.000
Biaya variabel = (Rp 20.000 ÷ 100.000)
Rp 25.000 +
Rp 0,20 per kwh
Rp 15.000 +
Rp 0,20 per kwh
Metode 3 Pembebana Berdasar Pemakaian
Departemen A (Rp 60.000 ÷ 180.000)
Departemen B (Rp 60.000 ÷ 180.000)
Rp 0,333 per kwh
Rp 0,333 per kwh
21. 7. Rekayasa Informasi Pertanggungjawaban dalam
Activity-Based Responsibility Accounting
Untuk memungkinkan majement melakukan
pengelolaan aktivitas, sistem akuntasni
pertanggungjawaban harus memisahkan biaya-
penambah nilai dan biaya bukan-penambah nilai.
Pemisahan biaya ini diperlukan agar manajement:
• Dapat memusatkan perhatian mereka terhadap
pengurangan dan akhirnya menghilangkan biaya-
bukan-penambah nilai.
• Menyadari besarnya pemborosan yang sekarang sedang
terjadi.
• Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas
dengan menyajikan biaya-bukan penambah nilai
kepada manajemen dalam bentuk perbandingan antar
periode
22. Formula perhitungan Biaya-Penambah dan Bukan-Penambah
Nilai adalah:
Biaya-penambah Nilai = Kst x Hst
Biaya-bukan-Penambah Nilai = (Kst – KS) Hst
Keterangan :
Kst = Kuantitas ideal cost diver
KS = Kuantitas Sesungguhnya cost driver yang
digunakan
Hst = Harga Standar per unit cost driver.
23. Contoh 3 :
Departemen Produksi I PT X memisahkan aktivitas menjadi dua golongan
aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai. Komponen
dan cost driver-nya masing-masing disajikan pada Gambar 4.18
Gambar 4.18 Tingkat Ideal dan Tingkat Sesungguhnya Aktiva Cost Driver
Aktivitas Cost Driver Kst KS Hst
Pemakaian Bahan Baku
Tenaga Listrik
Set up
Inspeksi
Kg
Kwh
Jam Set Up
Jam Inspeksi
150.000
30.000
-
-
175.000
35.000
40.000
20.000
Rp 2.000
Rp 4000
Rp 2.500
Rp 3.000
24. Penyelesaian :
Gambar 4.19 Laporan Biaya-Penambah dan Bukan-Penambah Nilai
Aktivitas Biaya Penambah
Nilai
Biaya Bukan
Penambah Nilai
Biaya
Sesungguhnya
Pemakaian Bahan
Baku
Rp 300.000.000 * Rp 50.000.000 ** Rp 350.000.000
Tenaga Listrik 120.000.000 * 20.000.000 ** 140.000.000
Set up - 100.000.000 *** 100.000.000
Inspeksi - 60.000.000 *** 60.000.000
Jumlah Rp 420.000 Rp 230.000.000 Rp 650.000.000
25. Contoh 4
Departemen Produksi PT X dalam contoh 3 tersebut diatas
melaksanakan berbagai perbaikan aktivitas untuk
memproduksi produk dengan program sebagai berikut :
• Aktivitas pemakaian bahan baku : Perusahaan memasang
peralatan elektronik untuk mengawasi jalannya proses
pengolahan bahan baku dengan tujuan untuk mengurangi
sisa bahan (scrap materials) dan pemborosan pemakaian
bahan baku.
• Set up : Produk dirancang kembali untuk memudahkan
proses pengolahan bahan baku, sehingga mengurangi waktu
yang digunakan untuk set up mesin dan ekuipmen.
• Tenaga Listrik : Perancangan kembali produk ditujukan
pula untuk mengurangii waktu pengerjaan kembali produk
yang tidak memenuhi spesifikasi mutu dan mengurangi
konsumsi tenaga listrik.
• Inspeksi : Perusahaan melaksanakan program seleksi
pemasok untuk memilih pemasok yang mampu
menyerahkan bahan baku yang bermutu tinggi, sehingga
aktivitas isnkpeksi akhirnya dapat dihapus.
26. Gambar 4.20 Laporan Perbandingan Biaya-Bukan-Penambah Nilai
Laporan Biaya Bukan Penambah Nilai
(Non-Value-Added Cost)
Aktivitas 20X1 20X2 Perubahan
Pemakaian Bahan Baku Rp 50.000.000 Rp 40.000.000 Rp 10.000.000
Tenaga Listrik 20.000.000 17.000.000 3.000.000
Set up 100.000.000 96.000.000 4.000.000
Inspeksi 60.000.000 50.000.000 10.000.000
Jumlah Rp 230.000.000 Rp 203.000.000 Rp 27.000.000