SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  45
Télécharger pour lire hors ligne
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA




       MEMBANGUN KELUARGA




                Disusun oleh :



      Indah Purwanti             11090083

      Lusiana                    11090674

      Sarah Teflaka              11090527




SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
      JL. KAYU JATI RAYA NO. 11 A
             RAWAMANGUN
            JAKARTA TIMUR




                                            Page 1
KATA PENGANTAR

       Dengan dibuatnya makalah mengenai “MEMBANGUN KELUARGA” ini,kami
berharap para pembaca dapat mengetahui bagaimana,kenapa dan apa itu keluarga sesuai
agama yang ada di Indonesia.

       Bukan hanya pengertian keluarga yang terdiri dari ayah,ibu dan anak – anak.Tapi
kami mencoba untuk membahas lebih luas lagi tentang keluarga.Baik dalam perkawinan
dan pernikahan dalam sudut pandang masing – masing agama,maupun di zaman modern
sekarang ini.

      Bagaimana juga keluarga ini berbaur,dan akhirnya menciptakan bentuk
masyarakat dalam bentukan kecil.

      Demikianlah makalah ini kami buat,kami berharap dapat menambah wawasan
mengenai membangun keluarga yang sesuai dengan agama sekaligus dapat bersosialisasi
dengan masyarakat.




                                                               Jakarta , Desember 2009




                                                                   Indah Purwanti
                                                                       Lusiana
                                                                    Sarah Teflaka




                                                                                Page 2
Daftar isi         :
1. Pengertian membangun keluarga
       hal.1

       Fungsi ayah,ibu dan anak-anak

       Kewajiban dan hak-hak suami isti

2. Membangun keluarga Islam                                   hal
     6
3.   Visi misi keluarga muslim                            hal
     12
4.   Kriteria memilih pasangan hidup                      hal
     13
5.   Manajemen keluarga menurut agama,masyarakat dan kehidupan
     modern hal 19
6.   Budha                                                hal
     22

       Perkawinan menurut agama Budha

7. Perkawinan menurut agama Hindu                             hal
    23
8. Perkawinan menurut agama Islam                             hal
    25
9. Pernikahan menurut agama Kristen                           hal
    27
10.Pernikahan beda agama                             hal 31
11.Menikah dengan beda agama                         hal 34
12. Poligami                                                  hal
    36
13.Syarat-syarat poligami                            hal 38
14.Dampak poligami terhadap perempuan di Indonesia
         hal44




                                                         Page 3
Membangun Keluarga
        Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang
berarti "anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu.

Keluarga inti ("nuclear family") terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka

        Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Menurut Departemen Kesehatan RI (1998).

Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa
berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama
memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. (Ki Hajar
Dewantara)

        Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.(Menurut Salvicion dan Ara
Celis). Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah : - Unit
terkecil dari masyarakat - Terdiri atas 2 orang atau lebih - Adanya ikatan perkawinan atau
pertalian darah - Hidup dalam satu rumah tangga - Di bawah asuhan seseorang kepala
rumah tangga - Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga - Setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing - Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan

       Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.



                                                                                  Page 4
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
        1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
        2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
        3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

       Tugas-tugas Keluarga Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok
sebagai berikut :


       1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
       2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
       3.Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
 masing-masing.
       4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
       5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
       6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
       7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
       8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :

1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan
anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.

2. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan
merasa aman.

4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain
dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas


                                                                                Page 5
kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber
kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja
untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.

7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke
tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton
TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb.

8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penerus.

9. Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga


      Nilai Keluarga adalah salah satu dari lima nilai Moral Islam. Setiap anak manusia
berhak untuk lahir dan tumbuh dalam keluarga secara terhormat. Untuk menjaga
kehormatan keluarga, dan pada akhirnya kehormatan anak manusia, manusia sewajarnya
menghormati ibu-bapak, menjauhi aborsi dan perbuatan yang memalukan semacam
homoseks, seks di luar pernikahan, dan pernikahan dengan keluarga (incest).

http://dunia.web.id/keluarga.php?note=1422&title=MEMBANGUN-KELUARGA-
ISLAMI




                                                                                 Page 6
MEMBANGUN KELUARGA ISLAMI


Oleh : kholix / 13-Apr-2009 15:48:16
 Nikah merupakan sunnah Rasul yang sangat sakral, karenanya nikah juga merupakan
 ikatan yang sangat kuat yang dalam istilah Al-Qur’an disebut dengan miytsaqon
 ghaliyzho (QS 4:21) yang kata ini digunakan juga untuk menyebut perjanjian antara
 para Nabi dengan Allah Swt dalam mengemban perjuangan da’wah (QS 33:7). Oleh
 karena itu pernikahan dan walimatul arusy harus dilaksanakan yang sesuai dengan
 ajaran Islam. Karena itu pernikahan jangan sampai dinodai dengan hal-hal yang
 bernilai maksiat. Sesudah pernikahan berlangsung, kehidupan berumah tanggapun
 harus dijalani dengan sebaik-baiknya meskipun tantangan dan godaan menjalani
 kehidupan rumah tangga yang Islami sangat banyak.
 Untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang islami, ada beberapa hal yang harus
 mendapat perhatian suami dan isteri.

 1. Memperkokoh Rasa Cinta.
 Cinta merupakan perekat dalam kekokohan kehidupan rumah tangga, bila rasa cinta
 suami kepada isteri atau sebaliknya telah hilang dari hatinya, maka kehancuran
 rumah tangga sangat sulit dihindari. Oleh karena itu suasana cinta mencintai harus
 saling ditumbuh-suburkan atau diperkokoh, tidak hanya pada masa-masa awal
 kehidupan rumah tangga, tapi juga pada masa-masa selanjutnya hingga suami isteri
 mencapai masa tua dan menemui kematian.

 Rasulullah Saw sebagai seorang suami berhasil membagi dan menumbuh-suburkan
 rasa cinta kepada semua isterinya sehingga isteri yang satu mengatakan dialah yang
 paling dicintai oleh Rasul, begitu juga dengan isteri yang lainnya.

 Berumah tangga itu diumpamakan seperti orang yang sedang berlayar, ketika
 pelayaran baru dimulai, kondisi di kapal masih tenang karena disamping
 penumpangnya betul-betul ingin menikmati pelayaran itu, juga karena belum ada
 kesulitan, belum ada ombak dan angin kencang yang menerpa, tapi ketika kapal itu
 telah mencapai lautan yang jauh, barulah terasa ombak besar dan angin yang sangat
 kencang menerpa, dalam kondisi seperti itu saling mengokohkan rasa cinta antara
 suami dengan isteri menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menghadapi dan
 mengatasi terpaan badai kehidupan rumah tangga. Pernikahan dilangsungkan dengan



                                                                              Page 7
maksud agar lelaki dan wanita yang mengikat hubungan suami isteri dapat
memperoleh ketenangan dan rasa cinta. Allah berfirman yang artinya: Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menjadikan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS 30:21).


2. Saling Hormat Menghormati.
Saling cinta mencintai itu harus diperkokoh dengan saling hormat menghormati,
suami hormat kepada isteri dengan memberikan penghargaan yang wajar terhadap
hal-hal baik yang dilakukan isterinya, begitu juga dengan isteri terhadap suaminya
dengan menerima apa-apa yang diberikan suami meskipun jumlahnya tidak banyak.

Awal-awal kehidupan rumah tangga selalu dengan masa romantis yang segalanya
indah, bahkan adanya kelemahan dan kekurangan tidak terlalu dipersoalkan,
romantisme memang membuat penilaian suami terhadap isteri dan isteri terhadap
suaminya menjadi sangat subyektif. Tapi ketika rumah tangga berlangsung semakin
lama mulailah muncul penilaian yang obyektif dalam arti suami menilai isteri atau
isteri menilai suami apa adanya. Dulu ketika masa romantis, kekurangan masing-
masing sebenarnya sudah terlihat tapi tidak terlalu dipersoalkan, tapi sekarang
kekurangan yang tidak prinsip saja dipersoalkan, dalam kondisi seperti itulah
diperlukan konsolidasi hubungan antara suami dan isteri hingga masing-masing
menyadari bahwa memang kekurangan itu ada tapi dia juga harus menyadari akan
adanya kelebihan.

Dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah Saw, beliau telah mencontohkan kepada
kita betapa beliau berlaku baik kepada keluarganya, dalam satu hadits beliau
bersabda: Orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik dengan
keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku (HR. Thabrani).

3. Saling Menutupi Kekurangan.
Suami dan isteri tentu saja memiliki banyak kekurangan, tidak hanya kekurangan dari
segi fisik, tapi juga dari sifat-sifat. Oleh karena itu suami isteri yang baik tentu saja
menutupi kekurangan-kekurangan itu yang berarti tidak suka diceriterakan kepada
orang lain, termasuk kepada orang tuanya sendiri.

Meskipun demikian dengan maksud untuk konsultasi dan perbaikan atas persoalan
keluarga kepada orang yang sangat dipercaya, maka seseorang boleh saja
mengungkapkan kekurangan sifat-sifat suami atau isteri.

4. Kerjasama Dalam Keluarga.
Dalam mengarungi kehidupan rumah tangga tentu saja banyak beban yang harus
diatasi, misalnya beban ekonomi, dalam hal ini suami harus mencari nafkah dan isteri
harus membelanjakannya dengan sebaik-baiknya dalam arti untuk membeli hal-hal
yang baik dan tidak boros. Begitu juga dengan tanggung jawab terhadap pendidikan



                                                                                   Page 8
anak yang dalam kaitan ini diperlukan kerjasama yang baik antara suami dan isteri
dalam menghasilkan anak-anak yang shaleh. Kerjasama yang baik dalam mendidik
anak itu antara lain dalam bentuk sama-sama meningkatkan keshalehan dirinya
sebagai orang tua karena mendidik anak itu harus dengan keteladanan yang baik,
juga tidak ada kontradiksi antara sikap bapak dengan ibu dalam mendidik anak dan
sebagainya. Keharusan kita bekerjasama dalam hal-hal yang baik difirmankan Allah
yang artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS 5:2).

5. Memfungsikan Rumah Tangga Secara Optimal.
Masa sesudah menikah juga harus dijalani dengan memfungsikan keluarga seoptimal
mungkin sehingga rumah tangga itu tidak sekedar dijadikan seperti terminal dalam
arti anggota keluarga menjadikan rumah sekedar untuk singgah sebagaimana
terminal, tapi semestinya rumah tangga itu difungsikan sebagai tempat kembali guna
menghilangkan rasa penat dan memperbaiki diri dari pengaruh yang tidak baik serta
memperkokoh hubungan dengan sesama anggota keluarga.

Oleh karena itu keluarga harus dioptimalkan fungsinya seperti masjid dalam arti
rumah difungsikan juga sebagai tempat untuk mengokohkan hubungan dengan Allah
Swt dan sesama anggota keluarga sehingga bisa dihindari sikap individual antar
sesama anggota keluarga.

Disamping itu rumah juga harus difungsikan seperti madrasah yang anggota
keluarganya harus memperoleh ilmu dan pembinaan karakter sehingga suami dan
isteri diharapkan berfungsi seperti guru bagi anak-anaknya yang memberikan ilmu
dan keteladanan yang baik.
Yang juga penting dalam kehidupan sekarang dan masa mendatang adalah
memfungsikan keluarga seperti benteng pertahanan yang memberikan kekuatan
pertahanan aqidah dan kepribadian dalam menghadapi godaan-godaan kehidupan
yang semakin banyak menjerumuskan manusia ke lembah kehidupan yang bernilai
maksiat dalam pandangan Allah dan rasul-Nya.

Mewujudkan rumah tangga yang Islami merupakan sesuatu yang tidak mudah,
banyak sekali kendala, baik internal maupun eksternal yang harus dihadapi. Namun
harus diingat bahwa kendala yang besar dan banyak itu bukan berarti mewujudkan
rumah tangga yang Islam tidak bisa, setiap kita harus yakin akan kemungkinan bisa
membentuk rumah tangga yang Islami, kalau kita sudah yakin, maka kita dituntut
membuktikan keyakinan itu dengan kesungguhan. Hal ini karena melaksanakan
ajaran Islam memang sangat dituntut kesungguhan yang sangat.

Akhirnya untuk meraih kehidupan rumah tangga yang bahagia, ada baiknya kita
telaah hadits Rasul saw berikut ini:
Empat perkara yang merupakan dari kebahagian seseorang, yaitu: mempunyai isteri
yang shalehah, mempunyai anak yang berbakti, mempunyai teman yang shaleh dan
mencari rizki di negerinya sendiri (HR. Dailami dari Ali ra)




                                                                             Page 9
Drs. H. Ahmad Yani

http://www.mail-archive.com/keluarga-islam@yahoogroups.com/msg16112.html




        Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah baiklah kita pelajari Hak
dan kewajiban yang buat oleh Allah dan Rasul-Nya, antara lain:

Hak-hak Suami
1. Suami adalah pemimpin rumah tangga
"Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(wanita).."(An-Nisa': 34)
2. Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang
3. Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh
berpuasa sunnah.
4. Suami harus dilayani oleh isteri dalam hubungan badan kecuali uzur, dan isteri tidak
boleh keluar rumah tanpa izinnya. Rasulullah
saw bersabda:
"Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan apapun yang ada di
rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin
suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya walaupun ia sedang
dalam kesulitan. Tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin suami." (Al-
Faqih, 3:277)
5. Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu
6. Menyajikan makanan yang baik untuk suami
7. Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan
mukanya
8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit

Rasulullah saw juga bersabda:
"Hak suami atas isteri adalah isteri hendaknya menyalakan lampu untuknya, memasakkan
makanan, menyambutnya di pintu rumah saat ia datang, membawakan untuknya bejana
air dan kain sapu tangan lalu mencuci tangan dan mukanya, dan tidak menghindar saat
suami menginginkan dirinya kecuali ia sedang sakit." (Makarim Al-Akhlaq: 215)

Rasulullah saw juga bersabda:
"(Ketahuilah) bahwa wanita tidak pernah akan dikatakan telah
menunaikan semua hak Allah atasnya kecuali jika ia telah menunaikan
kewajibannya kepada suami." (Makarim Al-Akhlaq:215)




                                                                              Page 10
Hak-Hak Isteri

1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga
kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21)
2. Isteri harus mendapat perlakukan yang baik
"Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu." ( Al-Nisa' :19)
3. Mendapat nafkah dari suami
4. Mendapatkan pakaian dari suami
5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya

          Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya
tentang hak seorang isteri. Beliau menjawab:
"Hak-hakmu atas suamimu adalah ia harus memberimu makan dengan
kwalitas makanan yang ia makan dan memberimu pakaian seperti
kualitas yang ia pakai, tidak menampar wajahmu, dan tidak
membentakmu" (Makarim Al-Akhlaq:218)

Rasulullah saw juga bersabda:
"Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang
yang pergi berperang di jalan Allah.". (Makarim Al-Akhlaq:218)
"Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada
mereka yang menjadi tanggung jawabnya." (Makarim Al-Akhlaq:218)

6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut
7. Suami harus memaafkan kesalahannya

Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata:
"Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
telah menjadikan untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih
sayang. Maka, hendaknya kau sadari hal itu sebagai nikmat dari Allah
yang harus kau muliakan dan bersikap lembut padanya, walaupun hakmu
atasnya lebih wajib baginya. Karena ia adalah keluargamu Engkau
wajib menyayanginya, memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan
kesalahannya."




                                                                            Page 11
Menghindari Pertikaian

Rasulullah saw bersabda:

"Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas
keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka."
(Makarim Al-Akhlaq:216-217)

"Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah
akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub
(a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah yang berat.
(Makarim Al-Akhlaq:213)

"Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan
memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu
dengan tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam." (Mustadrak Al- Wasail 2:550)

Isteri tidak boleh memancing emosi suaminya, Rasulullah saw bersabda:

"Isteri yang memaksa suaminya untuk memberikan nafkah di luar batas
kemampuannya, tidak akan diterima Allah swt amal perbuatannya sampai
ia bertaubat dan meminta nafkah semampu suaminya." (Makarim Al- Akhlaq: 202)




                                                                           Page 12
Visi dan Misi Keluarga Muslim


Visi keluarga kita:

Tidak ada satu pun anggota keluarga tersentuh api neraka َ ‫الــــ ّا ِ َ َابـَ ِــــ َا‬
                                                         ‫ـ ن ر عذ ـ ق ن و‬

Misi keluarga kita:

Mencapai derajat takwa yang sebenarnya        ‫ُـ َـا ِه َ ّ ال ّق َى‬
                                               ‫ت ق ت حق ت ْو‬

Memperoleh hidup mulia atau mati syahid       ْ‫َ ِيْد ُتْ أوْ َ ِيْ ًا َيْش‬
                                                  ‫شه م َ كر م ع‬

Strategi untuk mencapai visi dan misi keluarga kita:

1. Setiap anggota keluarga mengikuti tarbiyah (pendidikan) dalam bentuk tilawah Al
Qur’an, ada proses tazkiyah (pembersihan diri), dan taklim .

2. Setiap anggota keluarga menjalankan ibadah sampai derajat ihsan.

3. Setiap anggota keluarga berdakwah dan berjihad fii sabilillah.

4. Ada anggota keluarga yang menjadi pemimpin masyarakat (istikhlafu fiil ardhi).

Arah kebijakan keluarga kita:

1. Semua anggota keluarga kita harus tertarbiyah.

2. Setiap anggota keluarga harus memiliki jadwal ibadah unggulan pribadi, baik secara
ritual maupun sosial.

3. Secara jama’i (bersama-sama), keluarga harus punya jadwal ibadah unggulan, baik
ritual maupun sosial.

4. Harus memiliki agenda dakwah di dalam keluarga.




                                                                               Page 13
5. Harus memiliki agenda dakwah untuk masyarakat sekitar.

6. Menghadirkan suasana keluarga yang mendukung tercapainya visi dan misi keluarga.


7. Mendidik setiap anggota keluarga untuk mencapai kualitas keluarga sebagai pemimpin
umat.

8. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung tercapainya visi dan misi keluarga.


Kriteria Memilih Pasangan Hidup

   Menentukan Kriteria
   Dalam menentukan kriteria calon pasangan, Islam memberikan dua sisi yang perlu
   diperhatikan. Pertama, sisi yang terkait dengan agama, nasab, harta maupun
   kecantikan. Kedua, sisi lain yang lebih terkait dengan selera pribadi, seperti masalah
   suku, status sosial, corak pemikiran, kepribadian, serta hal-hal yang terkait dengan
   masalah pisik termasuk masalah kesehatan dan seterusnya.


       a. Masalah yang pertama
       Masalah yang pertama adalah masalah yang terkait dengan standar umum. Yaitu
       masalah agama, keturunan, harta dan kecantikan. Masalah ini sesuai dengan
       hadits Rasulullah SAW dalam haditsnya yang cukup masyhur.
       Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Wanita itu dinikahi
       karena empat hal : karena agamanya, nasabnya, hartanya dan kecantikannya.
       Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat (HR. Bukhari, Muslim)
       Khusus masalah agama, Rasulullah SAW memang memberikan penekanan yang
       lebih, sebab memilih wanita yang sisi keagamaannya sudah matang jauh lebih
       menguntungkan ketimbang istri yang kemampuan agamanya masih setengah-
       setengah.

              Sebab dengan kondisi yang masih setengah-setengah itu, berarti suami
       masih harus bekerja ekstra keras untuk mendidiknya. Itupun kalau suami punya
       kemampuan agama yang lebih. Tetapi kalau kemampuannya pas-pasan, maka
       mau tidak mau suami harus `menyekolahkan` kembali istrinya agar memiliki
       kemampuan dari sisi agama yang baik.
       Tentu saja yang dimaksud dengan sisi keagamaan bukan berhenti pada luasnya
       pemahaman agama atau fikrah saja, tetapi juga mencakup sisi kerohaniannya
       (ruhiyah) yang idealnya adalah tipe seorang yang punya hubungan kuat dengan
       Allah SWT.

               Secara rinci bisa dicontohkan antara lain :
       • Aqidahnya kuat
       • Ibadahnya rajin


                                                                                Page 14
• Akhlaqnya mulia
       • Pakaiannya dan dandanannya memenuhi standar busana muslimah
       • Menjaga kohormatan dirinya dengan tidak bercampur baur dan ikhtilath dengan
       lawan jenis yang bukan mahram
       • Tidak bepergian tanpa mahram atau pulang larut
       • Fasih membaca Al-Quran Al-Kariem
       • Ilmu pengetahuan agamanya mendalam
       • Aktifitas hariannya mencerminkan wanita shalilhah
       • Berbakti kepada orang tuanya serta rukun dengan saudaranya
       • Pandai menjaga lisannya
       • Pandai mengatur waktunya serta selalu menjaga amanah yang diberikan
       kepadanya
       • Selalu menjaga diri dari dosa-dosa meskipun kecil
       • Pemahaman syariahnya tidak terbata-bata
       • Berhusnuzhan kepada orang lain, ramah dan simpatik


Lima Prinsip Membangun Keluarga Bahagia
Oleh: KH. Abdul Hasib Hasan, Lc.


Al Quran adalah petunjuk bagi seluruh Ummat manusia, yang mengatur seluruh
peradaban. Menjadi pencerah bagi seluruh mahluk dan didalamnya terdapat segala macam
pelajaran, hukum, dan aturan-aturan yang akan membawa manusia ke derajat yang mulia.
Tak hanya mengatur masalah–masalah ibadah namun juga mengatur bagaiamana
membangun peradaban dari unit terkecil yaitu keluarga.


Lalu, seperti apakah prinsip dan kunci-kunci sukses yang di berikan Allah untuk
membentuk keluarga bahagia menurut Al Quran..?


Ada 5 prinsip membangun keluarga bahagia berdasarkan Surat Ar Ruum: 21. Ayat ini
identik dengan pernikahan dan segala pernak perniknya.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar-Ruum : 21).


Ada 5 prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai rasa tenteram, kasih dan sayang
dalam rumah tangga:




                                                                            Page 15
1. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf)
Merawat cinta kasih dalam keluarga ibaratnya seperti merawat tanaman, maka pernikahan
dan cinta kasih harus juga dirawat agar tumbuh subur dan indah, diantaranya dengan
mu’asyarah bil ma’ruf. Rasulullah saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara
kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang
yang     paling       baik   terhadap    isteriku.”     (HR.Thabrani    &      Tirmidzi)


2.            Saling             mengingatkan                dalam             kebaikan
Di antara bentuk ketakwaan suami istri dalam mempererat serta mengokohkan rumah
tangga adalah dengan saling nasehat menasehati untuk menjalankan sunnah Nabi. Lihat
dan renungkanlah betapa indah dan harmonisnya rumah tangga yang dibangun di atas Al-
Qur’an dan sunnah serta metode para sahabat yang telah digambarkan oleh Nabi dalam
haditsnya, "Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk
melaksanakan shalat (malam/tahajjud) lalu dia juga membangunkan istrinya hingga
shalat. Jika istrinya enggan untuk bangun dia percikan air kewajahnya. Dan Allah
merahmati seorang istri yang bangun dimalam hari untuk melaksanakan shalat
(malam/tahajjud) lalu dia membangunkan suaminya hingga shalat. Jika suaminya enggan
untuk bangun dia percikan air kewajahnya." HR. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah dan
derajatnya                      hasan                       shohih).


3. Lebih mengutamakan untuk melaksanakan kewajiban, daripada menuntut hak
Dalam membangun rumah tangga, suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang
saling sinergi satu sama lain. Untuk menghadirkan ketentraman, hendaknya setiap
individu lebih mengedepankan kewajiban daripada hak. Hal ini akan menumbuhkan sikap
saling pengertian dan rasa tanggung jawab. Sebaliknya, tuntutan2 yang muncul dalam
kehidupan rumahtangga dapat menyulut api perpecahan diantara pasangan suami-istri.


4.           Saling           menutupi                kekurangan            pasangannya
Setiap suami pasti memiliki kekurangan, begitu juga dengan sang istri. Kekurangan2 tsb
sangat mungkin baru diketahui oleh pasangan masing2 setelah menikah. Dengan saling
menutupi kekurangan diri masing2, harmonisasi dalam rumahtangga akan terjaga. Tidak
seperti seleb yang saling mengungkapkan aib pasangannya ke pihak lain, yang kemudian
berakhir dengan perceraian. Prinsip saling menutupi ini didasari oleh Surat Al Baqarah
ayat 187, "..mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka..".
Fungsi pakaian adalah menutup aurat, sehingga dapat dipahami bahwa suami-istri


                                                                                Page 16
hendaknya      saling      menutupi       kekurangannya       satu      sama       lain.


5.               Saling                tolong                menolong
Tolong menolong. Itulah kata kunci pasangan samara dalam mengelola keluarga. Suami-
istri itu akan berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengelola keluarga mereka.
Sungguh indah gambaran pasangan suami-istri yang seperti ini. Suaminya penuh rasa
tanggung jawab, istrinya mampu menjaga kehormatan diri dan pandai menempatkan diri.
(mys)

sumber: http://www.alhikmah-online.com/



http://www.akupercaya.com/forums/renungan-harian/1274-kumpulan-renungan-
keluarga.html

Bagaimana Keluarga Dimulai

“ Tuhan Allah berfirman :’ Tidak baik, kalau manusiaitu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”    [ Kejadian 2:18 ].

Keluarga-keluarga yang ada dimuka bumi ini, adalah merupakan rancangan Allah sendiri.
Dialah yang berinisiatif menciptakan keluarga di muka bumi ini. Ketika Tuhan Allah
membentuk manusia dari debu tanah serta menghembuskan nafas hidup kedalam
hidungnya, dan menempatkannya dalam taman Eden, maka Tuhan sendirilah yang
berfirman,   “…tidak      baik,   kalau   manusia    ituseorang   diri  saja…”.

Ia sendiri yang mengambil “ salah satu rusuk “ dari manusia itu, dan dari “ rusuk “ itu
dibangunNyalah seorang perempuan. Pengertian “ rusuk “ disini adalah ruang [chamber].
Jadi ketika Tuhan Allah mengambil “ruang” dari manusia itu, maka manusia itu menjadi
“tidak lengkap” lagi tanpa seorang perempuan. Tanpa seorang perempuan, manusia itu
tidak dapat memultiplikasikan dan memperluas dirinya melalui anak-anak ; karena hanya
perempuan [ womb-man = manusia rahim ] yang dapat memberikan anak-anak
kepadanya. Tanpa seorang perempuan, maka manusia itu kehilangan “sebagian dirinya”,
yang membuatnya “tidak utuh”. Tetapi semua ini adalah rancangan sang Pencipta.

Demikianlah Tuhan Allah menghadirkan seorang perempuan bagi manusia itu sebagai
penolong yang sepadan dengannya. Maka terciptalah apa yang disebut keluarga.
Kejadian pasal 2 merupakan kisah bagaimana Tuhan Allah sendiri membangun keluarga
pertama di muka bumi ini. Setelah manusia jatuh dalam dosa, kita lihat ada banyak orang
mencoba membangun keluarga. Namun tidak jarang keluarga-keluarga ini hancur
berantakan dan tercerai-berai setelah sejangka waktu berjalan. Atau, kalaupun tidak
bercerai, kehidupan yang ada di dalamnya sudah tidak seperti keluarga lagi. Masing-
masing anggota keluarga sudah berjalansendiri-sendiri. Suami, istri dan anak-anak


                                                                               Page 17
mempunyai
tujuan hidup masing-masing. Walaupun mereka masih hidup satu rumah, tidak ada lagi
kesatuan seperti yang direncanakan Allah semula bagi suatu keluarga. Ini bukan saja
terjadi pada keluarga-keluarga pada umumnya, namun seringkali terjadi juga dalam
keluarga-keluarga yang menyebut dirinya Kristen. Mengapa ? Supaya genaplah firman
Tuhan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang
membangunnya…”. Jika bukan Tuhan yang membangun keluarga, sia-sialah usaha orang
membangunnya, baik itu orang-orang pada umumnya maupun orang Kristen. Saudara
saudari keluarga adalah rancangan dan ciptaan Allah sendiri. tak ada seorangpun yang
dapat membangun keluarga. Marilah kita berserah dan mengizinkan diamembangun
keluarga kita sendiri. Amin.


  Resume "Manajemen Konflik dalam Keluarga"
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap keluarga berharap keluarga yang mereka bina
menjadi keluaraga yang sakinah, mawadah dan warahmah. tetapi adakalanya
permasalahan-permasalahan yang hadir dalam kehidupan berkeluarga membutuhkan
sebuah manejemen yang baik agar permasalah yang hadir dapat segera diatasi dan tidak
mengganggu hubungan keharmonisan di dalam kehidupan berkeluarga. ternyata
manajemen Konflik di dalam kehidupan berumah tangga sudah diaturoleh islam di dalam
Al-Quran.

Dalam kehidupan berkeluaraga pasti terdapat konflik-konflik dan promblematika yang
harus dihadapi dan harus diselesaikan dengan cara yang paling tepat. Alangkah baiknya
jika permasalah-permasalahan yang ada diselesaikan dengan cara yang benar dan islami.
Permasalahan yang terjadi biasanya menyangkut:
1. Permasalahan ekonomi.Hal ini biasanya terkait dengan masalah pendapatan yang
didapatkan oleh sang istri jauh lebih besar dari pendapatan sang suami.Adakalanya
superioritas suami sedikit terganggu dalam situasi seperti di contohkan di atas.

2. Perbedaan pendapat dan prinsip
3. Permasalahan dengan keluarga besar. Permasalahan terjadi disebebkan karena
keluarga besar terlalu mencampuri urusan internal keluarga
4. perkembangan psikologis atau kepribadian masing-masing pasangan


Pemecahan dari permasalahan-permasalahan di atas adalah dengan:

1.Jalan komunikasi dan meningkatakan pemahaman masing-masing pasangan.
2. Saling memahami dan mengetahui kondisi psikologis pasangan masing-masing



                                                                                   Page 18
3. Memperhatikan perasaan pasangan masing-masing atau meningkatkan perasaan
empati kita terhadap pasangan.

Jadi secara garis besarnya konflik keluarga di dalam islam diatur penyelesaiannya
sebagai berikut


1. Menasehati jika istri atau pasangan melakukan kesalahan
2. Tinggalkanlah atau pisah ranjang
3. Jika perlu pukulah mereka (dalam tahap ini jika sudah tidak ada jalan yang lain)

4. Memanggil juru damai dari kedua belah pihak     .


      Dalam kehidupan berumah tangga diperlukan rasa saling sayang dan memahami.
Dan juga harus diperhatikan juga hal-hal kecil dari pasangan-pasangan kita. Semisal
suami harus bisa memahami kondisi istri dan juga sebaliknya. Diperlukan juga adanya
waktu refresh bersama-sama . Dan yang penting adalah jika ada permasalahan, akan
sangat baik jika dibicarakan bersama dan dikomunikasikan.


Hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan untuk menjaga keharmonisan keluarga adalah:


1. memberikan perhatian baik simpati ataupun empati yang tulus
2. memberikan masukan yang jujur dan tulus
3. memberikan panggilan yang baik kepada pasangan

4. menjadi pendengar yang baik
5. membuka pembicaraan dengan hal-hal dan topik-topik yang menarik dan
menggembirakan.
6. menunjukkan kepada pasangan kita bahwa dialah yang terpenting, jadi memberikan
perhatian yang khusus pada pasangan kita.




                                                                           Page 19
Manajemen Keluarga Menurut Agama,Masyarakat dan Kehidupan Modern

   Manajemen keluarga, diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan orang-orang dalam
keluarga untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama dengan memanfaatkan
sumber daya, dana dan prasarana yang tersedia. Dalam mencapai tujuan keluarga ada dua
jenis sumber daya yang harus dikelola, yaitu manusia yang mencakup seluruh anggota
keluarga dan non manusia yang meliputi seluruh fasilitas, dana, peralatan dan perangkat
yang diperlukan dalam proses kerjasama.


Selain itu,komunikasi juga memegang peranan yang sangat penting dalam keluarga.
Adanya komunikasi antar anggota dalam keluarga yang terjadi dengan penuh kasih
sayang, persahabatan, kerjasama, penghargaan, kejujuran, kepercayaan dan keterbukaan.




                                                                              Page 20
Budha

       Jika dalam agama Islam, Kristen, Hindu, pernikahan dianggap sakral, di dalam
agama Budha tidak. Dalam Budha, ordo apapun, perkawinan semata-mata dianggap
urusan duniawi. Oleh karena itu tidak ada sanksi religius di dalam hubungan suami istri.
Jadi kalau laki-laki dan perempuan merasa cocok, maka tinggal masalah komitmen saja.
Meskipun Sang Budha tidak banyak berbicara masalah perkawinan, tetapi Sang Budha
juga mengajarkan hubungan keluarga, tentang suami istri yang penuh kasih sayang danm
setara. Namun dalam Budhisme, dalam hubungan keluarga ini yang diteklankan adalah
masalah kewajiban saja, bukan hak dan kewajiban. Hal ini dikarenakan adanya doktrin
An Ata, tidak ada aku, tidak ada aku yang berdiri sendiri. Jadi dalam tubuh manusia tidak
ada yang disebut se3bagai aku, melainkan hanya elemen.




Perkawinan menurut Agama Buddha.

       Buddha tidak pernah mengajarkan keharusan atau larangan khususnya dalam
perkawinan dan berdasarkan ajaran kebebasan itulah maka penganut Buddha
diperbolehkan atau tidak dilarang seorang pria Buddha mengikat perkawinan dengan
wanita non Buddhis, demikian juga dengan wanita Buddhis diperbolehkan atau tidak
dilarang mengikat perkawinan dengan pria non Buddha.

       Bukan hanya kebebasan berpikir, tetapi juga toleransi yang diajarkan Buddha
kepada murid-muridnya maka penganut Buddha bebas memilih pasangan hidupnya
dalam suatu ikatan perkawinan tanpa memandang agamanya.




                                                                                Page 21
Meskipun bebas berpikir tetapi Buddha mengajarkan hubungan antara suami-istri
merupakan hubungan yang suci dan keramat atau penghidupan keluarga yang keramat
atau Sadara-Brahma-cariya, tekanan diberikan kepada istilah “Brahma” merupakan
penghormatan tertinggi diberikan kepada hubungan suami-istri, karena suami istri harus
setia, saling mencintai, saling berbakti dan mempunyai kewajiban tertentu terhadap satu
dengan yang lain.

Suami harus selalu menghormati istrinya dan menjaga jangan sampai kekurangan apa-
apa. Ia harus mencintainya dan setia kepadanya, harus memberikan kedudukan dan
kesenangan kepada istrinya dan harus memberikan pakaian dan perhiasan.

Sebaliknya istri juga harus mengawasi dan mengurus rumah tangga, harus menjamu
sahabat-sahabat, tamu-tamu, keluarga dan pegawai suami, harus mencintai dan setia
kepada suaminya, harus melindungi pencaharian suami, serta harus pintar dan rajin dalam
semua pekerjaannya.




                                                                              Page 22
Perkawinan Menurut Agama Hindu

Artikel ini terjemahan dari The Wedding in Hindu (Balinese) Religion yang ditulis oleh
Bhagawan Dwija        .

By : Bhagawan Dwija

       Weda mengatakan bahwa pernikahan dalam Hindu adalah suatu perbuatan suci.
Ada dua maksud utama di dalamnya. Pertama, Tuhan memberkati lelaki dan perempuan
untuk saling mencintai sebagaimana Dewa Smara (sama seperti dengan Adam) dan Dewi
Ratih (sama seperti Hawa). Kedua, manusia diberi kesempatan untuk bereinkarnasi
melalui keturunan yang dihasilkan oleh sepasang lelaki dan perempuan. Itulah sebabnya
mengapa melahirkan keturunan masuk dalam prioritas bagi masyarakatHindu di Bali.

       Seorang anak, terutama anak laki-laki mempunyai peran penting dalam keluarga.
Dialah yang akan merawat orang tuanya, baik semasa hidup maupun setelah meninggal.
Roh dari orang tua yang sudah meninggal akan diantarkan kepada Tuhan oleh anaknya
dalam sebuah upacara Ngaben. Karena pernikahan itu suci, maka juga disebut sebagai
perbuatan dharma. Lawan kata dari adharma yang bermakna dosa. Masyarakat bali
sangat menghindari perceraian, kecuali untuk alas an yang prinsip, misalnya tidak bisa
mendapat keturunan. Seks sebelum pernikahan juga sebuah dosa. Jadi dengan kata lain,
seks menjadi hal kedua setelah pernikahan, lalu diikuti oleh kewajiban istri terhadap
keluarga suami. Ia meninggalkan rumah keluarga untuk bergabung dalam keluarga
barunya. Sekarang ia tidak hanya mencintai dan merawat suami dan anak, namun juga
harus mencintai dan merawat keluarga suami terutama kedua orang tua. Dalam filosofi
Bali kuno, istri hampir sama kedudukannya dengan pelayan, namun pada jaman
sekarang, suami dan istri mempunyai kedudukan yang setara dan seimbang.

Perayaan pernikahan diadakan sebagaimana mestinya seperti daerah lain, terkadang
mereka yang mampu boleh juga mengadakan pernikahan yang meriah dan mengeluarkan
banyak uang. Namun suatu pernikahan tidak tergantung pada besar kecilnya pesta atau
perayaan. Hal terpenting dari suatu pernikahan meliputi tiga aspek, yaitu Bhuta Saksi,
Dwa Saksi, dan Manusa Saksi. Butha Saksi adalah bagian dari ritual pernikahan untuk
mewujudkan pernikahan suci dan sacral. Dewa Saksi adalah permohonan dan do’a untuk
berkat dari Tuhan atas mempelai berdua pernikahan yang dilangsungkan. Sedangkan
Manusa Saksi lebih mengacu pada pemberitahuan pada masyarakat sekitar bahwa telah


                                                                              Page 23
berlangsung pernikahan antara sepasang mempelai tersebut. Sebagaimana tercantum juga
dalam undang-undang perkawinan No.1/1974.

        Acara Pernikahan tersusun atas tiga bagian yaitu keluarga kedua belah pihak
mempelai, orang-orang yang membuat perlengkapan dan kebutuhan upacara (banten),
serta pendeta. Pendeta yang memimpin semua ritual dan bertanggung jawab atas jalannya
upacara. Pendeta adalah seorang yang sudah terlatih dan diberkati, dia memiliki otoritas
dari guru yang biasa disebut Nabe, untuk memimpin suatu upacara. Seseorang dapat
menjadi pendeta setelah belajar segala sesuatu tentang Weda dan menjalani kehidupan
baru di ‘Jalan Tuhan’ barulah dia dapat memimpin pengikutnya untuk menuju kehidupan
yang lebih baik (suci).

Pendeta tidak hanya memimpin apacara namun juga harus aktif dalam mengarahkan
orang-orang untuk menjadi seorang Hindu yang baik. Orang yang membuat perlengkapan
dan kebutuhan upacara atau banten biasanya adalah para perempuan, terkadang dipimpin
oleh istri pendeta. Bantenmenjadi media yang digunakan oleh Pendeta dalam do’a-
do’anya, terdiri dari daun-daunan, berbagai macam bunga, babi, ayam, buah-buahan, dsb.
Selain itu juga dimaksudkan sebagai persembahan suci dan iklas dari lubuk hati umat
Hindu.




                                                                               Page 24
Pernikahan Secara Islam
Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok
dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia
menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan
penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya.


Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk
nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila
gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan
mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Allah Ta'ala.
"Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum : 30).


A. Islam Menganjurkan Nikah


Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-
Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia
yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan
Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan
sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata :
"Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya.
Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi".
(Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).


B. Islam Tidak Menyukai Membujang




                                                                          Page 25
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan
melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu
'anhu berkata : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk
nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau
bersabda :
"Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan
berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat".
(Hadits Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi
shallallahu   'alaihi   wa sallam    tentang   peribadatan    beliau,   kemudian    setelah
diterangkan,    masing-masing       ingin   meningkatkan   peribadatan    mereka.    Salah
seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang
lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin
selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
keluar seraya bersabda :
"Artinya : Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah,
sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku
berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini
perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak
termasuk       golonganku".     (Hadits        Riwayat       Bukhari     dan   Muslim).
Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya
ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad
Yusuf : "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup
yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari
berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme
dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".


Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka
membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian
semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan
melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun
pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan
iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke
lembah kenistaan.




                                                                                   Page 26
Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka
itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu
adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan
bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin
dari karunia Allah.


Trilogi Perkawinan Kristiani

Penulis : Eka Darmaputera

Pembicaraan mengenai Hukum ke-7 Dasa Titah, "JANGAN BERZINAH", membawa
kita pada masalah PERKAWINAN. Tidak dapat tidak! Pemahaman orang tentang apa itu
"berzinah", sangat tergantung pada pemahaman yang bersangkutan tentang apa itu
"perkawinan". Tidak ada perkawinan, tidak ada perzinahan. Contohnya, ayam. Ayam
biasa bertukar-tukar pasangan. Entah berapa kali sehari. Tapi berzinahkah ia?

Menurut ajaran Reformasi, lembaga "perkawinan" terletak pada ranah (= realm) "Orde
Penciptaan" (= Order of Creation). Apa artinya? Artinya, pertama, ialah, bahwa
"perkawinan" itu diciptakan dan dikehendaki Allah, sejak awalnya Ia sudah ada dalam
rancang-bangun penciptaan Allah, sejak "dari sono-nya".

Ini berbeda dengan, misalnya, lembaga manusiawi lain yang disebut "negara". Menurut
Alkitab, "negara" baru direstui Allah setelah dosa dan karena dosa ( Bnd. 1 Samuel
8:1-9). Mengatakan bahwa "perkawinan" termasuk dalam "orde penciptaan", berarti
mengatakan bahwa - apa pun yang kemudian terjadi -- perkawinan itu pada hakikatnya
baik, suci, diberkati.

Kedua, mengatakan bahwa "perkawinan" termasuk dalam "orde penciptaan" , juga berarti
mengatakan, bahwa ia diciptakan dan dikehendaki Allah bagi semua. Semua orang
ciptaan-Nya. Tidak hanya bagi sekelompok orang tertentu.

Implikasi teologisnya adalah, tidak hanya pernikahan orang-orang Protestan, dan yang
dilakukan di gereja-gereja Protestan saja, yang bisa disebut sebagai "perkawinan".
Ghozali tidak boleh dicap "berzinah" dengan Chotimah, hanya karena perkawinan
mereka dilangsungkan di KUA. Ong Bun Teng tidak boleh dianggap "kumpul kebo"
dengan Tjhie Sam Sioe, hanya sebab mereka menikah di kelenteng, tidak di gereja.

***

Sebuah perkawinan adalah "sah", bila ia "sah" menurut hukum. Gereja tidak
mengesahkan perkawinan. Gereja hanya "sekadar" memberkati serta meneguhkan
pernikahan warganya, yang terlebih dahulu telah disahkan oleh negara.

Konon, untuk menyungguhkan ajarannya yang terkesan "menentang arus" ini, Martin
Luther dengan sengaja. hanya menikah di depan pejabat negara. Dengan itu, ia seolah-


                                                                            Page 27
olah ingin mempermaklumkan, " Dengan ini, pernikahanku toh tidak jadi berkurang
keabsahannya. Baik di hadapan Tuhan, maupun di depan manusia".

Untuk pengetahuan Anda, keyakinan itulah yang membuat gereja-gereja Protestan di
Indonesia sebenarnya mengalami kesulitan mendasar, sehubungan dengan ketentuan UU
Perkawinan yang berlaku di negara kita, -- yang nota bene memang sudah kontroversial
sejak awal kelahirannya. Mengapa?

Sebab, di satu pihak, UU Perkawinan menetapkan, bahwa perkawinan harus "sah"
terlebih dahulu secara agama, baru kemudian bisa "dicatat" oleh negara. Di lain pihak,
ajaran Protestan mengatakan yang sebaliknya: bahwa perkawinan mesti "sah" dulu di
depan negara, baru gereja dapat merestui serta meneguhkannya.

Sebab bagaimana mungkin gereja "memberkati" sebuah perkawinan yang belum sah?
Atau "meneguhkan" sebuah perkawinan yang secara resmi belum ada?

Sedang mengabsahkannya? Ini lebih mustahil lagi! Sebab "gereja" bukanlah sebuah
lembaga hukum. "Gereja" juga bukan sebuah lembaga negara. "Gereja" adalah sebuah
lembaga keagamaan. Mengesahkan sebuah perkawinan, berarti merampas apa-apa yang
merupakan "hak" dan "otoritas" lembaga lain, d.h.i. "negara". Dan urusan pun akan jadi
lebih pelik, bila sebagai konsekuensinya, "gereja" yang harus mengabsahkan
"perkawinan", harus juga menentukan keabsahan "perceraian".

***

Tetapi walaupun, seperti diuraikan di atas, "perkawinan" bersifat universal, ini sama
sekali tidak berarti bahwa yang disebut "perkawinan kristiani" itu tidak ada. Perkawinan
Yohanes dengan Maria bisa saja sama sahnya dengan perkawinan antara Wayan dan
Ketut. Tapi juga amat berbeda!

Perbedaan itu terletak pada asas-asasnya. Sebuah "perkawinan kristiani" bukanlah
sekadar perkawinan antara dua orang kristen. Melainkan sebuah perkawinan yang
dilandasi oleh prinsip-prinsip kristen. Perkawinan Yohanes dan Maria tidak serta merta
adalah sebuah "perkawinan kristen". Baru bisa disebut begitu, apabila Yohanes dan Maria
benar-benar menjalankan hidup bersama mereka berdasarkan "asas-asas perkawinan
kristen". Karena itu penting sekali kita mengetahui karakteristik asas-asas tersebut.

Mengenai ini, perkenankanlah saya hanya berbicara mengenai apa-apa yang saya anggap
paling pokok saja. Yaitu bahwa, ibarat bemo atau bajaj yang memiliki tiga roda, sebuah
perkawinan kristen juga punya tiga (= trilogi) asas pokok. Tiga asas tersebut adalah:
        (a) asas monogami;
              (b) asas kesetiaan ( = fidelitas); dan
                     (c) asas seumur hidup (= indisolubilitas).

Sebuah perkawinan kristen adalah perkawinan antara seorang suami dengan seorang istri,
yang untuk seumur hidup mereka, saling mengikatkan diri dalam ikatan kasih-setia.


                                                                               Page 28
Yang perlu saya tekankan adalah, bahwa yang terpenting dari karakteristik ini bukanlah
masing-masing asas itu secara individual, melainkan bahwa tiga asas tersebut merupakan
satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Ini penting saya kemukakan, karena ada orang yang dengan "licik"nya membenarkan diri
dengan memanfaatkan asas-asas itu, sekali pun perbuatannya jelas-jelas merupakan
pelanggaran.

Misalnya, kasus pak Sastro Kempul. Dengan bangganya ia selalu mengatakan, betapa
dengan segenap hati ia menjunjung tinggi asas monogami. "Saya tidak pernah punya istri
lebih dari satu orang", katanya.

Tapi apa yang ia lakukan? Setiap kali ia jatuh hati kepada perempuan lain, maka
diceraikannyalah istri yang "satu-satu"nya itu, untuk digantikan kedudukannya oleh istri
yang baru, yang juga "satu-satu"nya. Pak Kempul menjalankan asas "monogami" tapi
melanggar asas "kesetiaan" dan "asas seumur hidup".

Pak Joni Kemplu lain lagi. Ia mengklaim diri sebagai penganut prinsip "monogami" dan
juga pembela asas "seumur hidup". Karena itu, katanya, "Seumur hidup saya, saya tidak
akan pernah menceraikan istri saya yang satu-satunya! Swear!". Tapi ia bermain "gelap-
gelapan" dengan entah berapa banyak perempuan lain.. Pak Kemplu tidak lulus tes asas
yang kedua, yaitu asas "kesetiaan".

***

ADA lagi tiga komponen yang juga amat erat saling terkait, di mana "perkawinan" adalah
salah satu komponennya. Inilah TRILOGI yang kedua: saling keterkaitan antara CINTA,
SEKS, dan PERKAWINAN.

Asas ini, saya akui, kini telah dianggap usang. Tak sesuai lagi dengan gaya hidup
moderen. Sebab orang moderen justru cenderung memisahkan ketiganya. "Seks",
misalnya, dianggap sebagai sebuah entitas yang berdiri sendiri. Boleh dinikmati sebagai
"seks".

Tanpa perlu dikait-kaitkan dengan "cinta". Dan tanpa perlu harus dihubung-hubungkan
dengan "perkawinan". "Seks untuk seks".

Di mata orang moderen, "perkawinan" juga begitu. Tidak hina, ganjil atau nista, bila
seorang Hasoloan "menikah" dengan Tarida, tapi "cinta"nya untuk Kemala, sedang
"seks"nya dinikmati bersama dengan Tuti dan Rini dan Evi dan Sandra.

Lalu "cinta"? "Cinta" tentu masih ada. Lihat saja sinetron-sinetron kita - entah berapa
banyak yang bertemakan "cinta"! Tapi tunggu dulu. Bila orang-orang muda sekarang
berbicara tentang "cinta" - apa sebenarnya maksud mereka? Menurut kesan saya,
sekarang ini padanan kata untuk "cinta" adalah: "tertarik" atau "terpikat" atau "timbul




                                                                                  Page 29
berahi", atau macam-macam lagi. Tapi yang pasti, tidak perlu terarah ke "perkawinan".
Mungkin terarah ke "seks", tapi "seks" tak selalu mesti ekspresi "cinta".

***

Dalam perspektif kristiani, tiga komponen tersebut tidak boleh dipisah-pisah atau
dipiliah-pilah. "Seks" dalam pandangan kristen bukanlah sesuatu yang tabu, hina dan
kotor.

Kenikmatan seksual adalah anugerah Tuhan - bahkan salah satu anugerah Tuhan yang
terbesar, yang - meniru bunyi sebuah iklan -- "membuat hidup benar-benar hidup"!

Ya! Tapi di mana letak kenikmatan seksual yang paling puncak, dan daya tarik seksual
yang paling indah? Jawabnya: ketika kegiatan seksual merupakan ekspresi "cinta" dan
dilaksanakan oleh suami - istri dalam konteks "perkawinan" yang berbahagia. Ini,
saudara, yang benar-benar ruaaarr biasa!

"Seks" tanpa "cinta" tentu saja bisa tetap menyenangkan dan memberi kenikmatan
tersendiri.. Tapi kesenangan dan kenikmatan yang cuma menyentuh permukaan. Tidak
memberi kepuasan yang mendalam.

"Seks" di luar konteks "perkawinan" amat boleh jadi mampu memberikan suasana
petualangan yang nikmat dan menegangkan. Tapi percayalah, ia pasti tidak memberi
ketentraman jiwa.

Bahkan yang lebih sering, ia melahirkan rasa bersalah yang mengganggu serta
penyesalan yang panjang.

Karena trilogi tersebut, kita menolak ide "hidup bersama" di luar pernikahan. Gaya hidup
ini memisahkan "seks" dan "cinta" dari "perkawinan". Dan sebaliknya, juga karena trilogi
tersebut, kita menolak dilaksanakannya "perkawinan" dengan motivasi-motivasi lain di
luar cinta yang murni dan "seksualitas" yang benar. Misalnya memaksakan perkawinan
untuk menutup aib atau untuk memperoleh keuntungan.

Sumber: http://www.glorianet.org/ekadarmaputera/ekadtril.html




                                                                               Page 30
Pernikahan Beda Agama

Ditulis oleh Komaruddin Hidyat
Jumat, 01 Mei 2009 14:46

Tulisan ini tidak hendak memasuki perdebatan teologis, apakah pernikahan beda agama
diperbolehkan ataukah tidak, melainkan sekadar menyajikan catatan psikologis problem
yang      muncul      dari   pasangan     suami-istri    yang     berbeda     agama.

Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar berkonsultasi mengenai kehidupan
rumah tangga mereka yang menghadapi problem akibat perbedaan keyakinan agama,yang
kemudian berimbas kepada anakanak mereka.Ada juga yang datang dengan status masih
berpacaran       dan       bersiap      memasuki         jenjang       pernikahan.

Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga yang telah dibina belasan tahun,
namun semakin hari serasa semakin kering, akibat perbedaan agama. Pada mulanya,
terutama sewaktu masih pacaran, perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh cinta.
Tetapi     lama-kelamaan     ternyata   jarak     itu    tetap     saja     menganga.

Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang beragama Islam) pergi umrah atau haji, adalah
suatu kebahagiaan jika istri dan anakanaknya bisa ikut bersamanya. Tetapi alangkah
sedihnya ketika istri dan anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah satu
kebahagiaan seorang ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah bersama anak
istri.

Begitu pun ketika Ramadhan tiba,suasana ibadah puasa menjadi perekat batin kehidupan
keluarga. Tetapi keinginan itu sulit terpenuhi ketika pasangannya berbeda agama. Di sisi
istrinya, yang kebetulan beragama Kristen misalnya, pasti akan merasakan hal yang
sama,betapa indahnya melakukan kebaktikan di gereja bersanding dengan suami.Namun itu
hanya                                    keinginan                               belaka.

Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena anak-anaknya ikut agama ibunya.Kondisi
ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman
beragama. Di zaman yang semakin plural ini pernikahan beda agama kelihatannya semakin


                                                                               Page 31
bertambah. Terlepas dari persoalan teologis dan keyakinan agama, perlu diingat bahwa
tujuan berumah tangga itu untuk meraih kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling
pengertian        sangat         penting        terpelihara      dan         tumbuh.

Bahwa karakter suami dan istri masing-masing berbeda, itu suatu keniscayaan.Misalnya
saja perbedaan usia, perbedaan kelas sosial, perbedaan pendidikan, semuanya itu hal yang
wajar     selama     keduanya     saling      menerima     dan     saling   melengkapi.

Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia, perbedaan agama menjadi krusial karena
peristiwa akad nikah tidak saja mempertemukan suami-istri, melainkan juga keluarga
besarnya. Jadi perlu dipikirkan matangmatang ketika perbedaan itu mengenai keyakinan
agama.Problem itu semakin terasa terutama ketika sebuah pasangan beda agama telah
memiliki                                                                       anak.

Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya mengikuti agama yang diyakininya.
Kalau ayahnya Islam, dia ingin anaknya menjadi muslim. Kalau ibunya Kristen dia ingin
anaknya memeluk Kristen.Anak yang mestinya menjadi perekat orang tua sebagai suami-
isteri, kadang kala menjadi sumber perselisihan. Orang tua saling berebut menanamkan
pengaruh        masing-masing.     Mengapa         agama       menjadi      persoalan?

Karena agama ibarat pakaian yang digunakan seumur hidup. Spirit,keyakinan,dan tradisi
agama senantiasa melekat pada setiap individu yang beragama,termasuk dalam kehidupan
rumah tangga.Di sana terdapat ritual-ritual keagamaan yang idealnya dijaga dan
dilaksanakan secara kolektif dalam kehidupan rumah tangga. Contohnya pelaksanaan salat
berjamaah dalam keluarga muslim, atau ritual berpuasa.Semua ini akan terasa indah dan
nyaman      ketika    dilakukan     secara     kompak     oleh    seluruh    keluarga.

Setelah salat berjamaah, seorang ayah yang bertindak sebagai imam lalu menyampaikan
kultum dan dialog, tukar-menukar pengalaman untuk memaknai hidup. Suasana yang
begitu indah dan religius itu sulit diwujudkan ketika pasangan hidupnya berbeda
agama.Kenikmatan berkeluarga ada yang hilang. Jadi, sepanjang pengamatan saya, secara
psikologis pernikahan beda agama menyimpan masalah yang bisa menggerogoti
kebahagiaan. Ini tidak berarti pernikahan satu agama akan terbebas dari masalah.

Namun perbedaan agama bagi kehidupan rumah tangga di Indonesia selalu dipandang
serius. Ada suatu kompetisi antara ayah dan ibu untuk memengaruhi anak-anak sehingga
anak jadi bingung. Namun ada juga yang malah menjadi lebih dewasa dan kritis.

Pasangan yang berbeda agama masing-masing akan berharap dan yakin suatu saat
pasangannya akan berpindah agama. Seorang teman bercerita, ada seorang suami yang rajin
salat, puasa, dan senantiasa berdoa agar istrinya yang beragama Katolik mendapat hidayah
sehingga                                   menjadi                               muslim.

Dengan segala kesabarannya sampai dikaruniai dua anak, istrinya masih tetap kokoh
dengan keyakinan agamanya.Tapi harapannya belum juga terwujud dan bahkan
perselisihan demi perselisihan muncul. Akhirnya suami dan istri tadi masing-masing



                                                                               Page 32
merasa kesepian di tengah keluarga. Ada suatu kehangatan dan keintiman yang kian redup
dan                                 perlahan                              menghilang.

Ketika semakin menapaki usia lanjut, kebahagiaan yang dicari tidak lagi materi, melainkan
bersifat psikologis-spiritual yang sumbernya dari keharmonisan keluarga yang diikat oleh
iman dan tradisi keagamaan. Ketika itu tak ada, maka rasa sepi kian terasa. Cerita di atas
tentu saja merupakan kasus, tidak bijak dibuat generalisasi. Namun pantas menjadi
pelajaran.

Ketika masih berpacaran lalu menikah dan belum punya anak,cinta mungkin diyakini bisa
mengatasi semua perbedaan. Tetapi setelah punya anak berbagai masalah baru akan
bermunculan. Memang ada satu dua pernikahan pasangan berbeda agama yang
kelihatannya baik-baik saja. Cuma kebetulan yang datang pada saya yang bermasalah.

Bayangkan, bagi seorang muslim, ketika usia semakin lanjut, tak ada yang diharapkan
kecuali untaian doa dari anaknya. Dan mereka yakin doa yang dikabulkan adalah yang
datang dari keluarga yang seiman. Dampak psikologis orang tua yang berbeda agama juga
akan           sangat         dirasakan         oleh           anak          -anaknya.

Mereka bingung siapa yang harus diikuti keyakinannya. Terlebih fase anak yang tengah
memasuki masa pembentukan dan perkembangan kepribadian di mana nilai-nilai agama
sangat berperan. Kalau agama malah menjadi sumber konflik, tentulah kurang bagus bagi
anak.(*)

Tulisan ini pernah dimuat di Koran Seputar Indonesia, Jumat 1 Mei 2009




                                                                                 Page 33
Menikah Dengan Beda Agama
Ada 4 kasus, Yaitu:

1. Kasus Pertama
Pria Muslim, Menikah dengan wanita ahli kitab (Yakni Yahudi dan nashoro, tidak
selainnya) Kasus ini dibolehkan menurut syara', berdasarkan firman Allah dalam
Alquran: "Dan wanita baik(Almaidah: 5)

2. Kasus Kedua
Pria Muslim menikah dengan wanita musyrik (majusi, Budha, HIndu, dll selain Yahudi
dan Nashrani)Kasus ini, maka haram hukumnya menikah dengan wanita musyrik,
berdasarkan firman Allah:

"Jangan kamu menikah dengan wanita musyrik, sampai (kecuali) mereka beriman."
(Albaqoroh: 221)

Jika ada yang bertanya, mengapa menikah dengan wanita ahli kitab dibolehkan padahal
haram hukumnya menikah dengan wanita musyrik, bukankah ahli kitab juga berbuat
syirik dengan menyekutukan Allah dengan nabi-Nya? maka syubhat ini dijawab:

(1). Bahwa Allah sendiri membedakan bahwa orang kafir itu ada 2,
yakni ahli kitab dan Musyrikin

Firman-Nya: "Dan sesungguhnya orang-orang Kafir dari golongan Ahli kitab dan
musyrikin, mereka kekal di neraka Jahannam, mereka adalah seburu-buruk makhluk"
(albayyinah: 6)

(2). Bahwa Walaupun kaum Ahli Kitab itu juga berbuat syirik, namun mereka tidak
dinisbatkan dengan kemusyrikannya, akan tetapi dinisbatkan dengan Kitab Allah yang
diturunkan kepada mereka, meskipun kitab tersebut mereka ubah.

Oleh karena itu, Allah mengharamkan menikah dengan wanita musyrik, namun Dia
menghalalkan menikah dengan wanita ahli kitab. ini adalah Syariat min robbil alamin,
yang tentunya sesuai dengan hikmah-Nya.




                                                                            Page 34
3. Kasus ketiga
Wanita muslimah menikah dengan Pria Musyrikin hukumnya haram, berdasarkan firman
Allah:

"Dan janganlah kamu menikahkan pria musyrik dengan wanita mukmin.."
(Albaqoroh: 221)

4. Kasus keempat
wanita muslimah menikah dengan pria Ahli kitab hukumnya haram, larangannya ialah
tercakup dalam kasus ketiga di atas. Hal ini
karena Allah tidak membedakan hukum menikah bagi muslimah dengan pria kafir, yakni
sama haramnya.

Adakah sahabat yang menikah dengan wanita ahli kitab?

Dalam tafsir ibnu Katsir tentang Surat Almaidah ayat 6 disebutkan:

Berkata Ibnu Abi Hatim: Telah menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan
kepada kami muhammad bin hatim bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami qosim
bin malik almuzanni, telah menceritakan kepada kami Ismail bin sami' dari abi malik
alghifari,
ia berkata:

".... tatkala turun ayat 6 surat almaidah, maka orang-orang pun menikah dengan wanita
ahli kitab, dan sungguh ada banyak (jama'ah) sahabat menikah dengan wanita nashrani,
dan mereka berpandangan itu tidaklah mengapa,berdasarkan ayat ini."

Apakah dijaman sekarang ini dibolehkan?

Ust. Abdulhakim ketika ditanya tentang permasalahan ini di Palembang, 22 Juni lalu)
menjelaskan, ringkasnya yaitu:
bahwa hukum pria menikah dengan wanita ahli kitab itu tetap berlaku, yakni boleh. dan
ia bukanlah suatu anjuran ketika jumlah kaum muslimah itu banyak.

Rukshsah ini tentunya akan sangat dirasakan manfaatnya, bagi umat islam yang memang
tinggal di negeri-negeri yang jumlah kaum muslimahnya sedikit, seperti di negara-negara
barat.

masalah ini sebenarnya pernah di bahas di majalah Assunnah




                                                                              Page 35
Poligami
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas




Wilayah yang membolehkan poligami

Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu
suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu
saat (berlawanan dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau
istri pada suatu saat).

Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa istri
sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), dan
pernikahan kelompok (bahasa Inggris: group marriage, yaitu kombinasi poligini dan
poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah, namum poligini
merupakan bentuk yang paling umum terjadi.

Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian
kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap
poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.

Poligami dan agama

Hindu

Baik poligini maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat Hindu pada zaman
dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada prakteknya dalam
sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami.

Yudaisme


                                                                             Page 36
Walaupun kitab-kitab kuna agama Yahudi menandakan bahwa poligami diizinkan,
berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami.




Kristen

Gereja-gereja Kristen umumnya, (Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain-lain) menentang
praktek poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab-
kitab kuna agama Yahudi.Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo
XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang.

Mormonisme

Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an
hingga sekarang mempraktikkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882
penganut Mormon memprotes keras undang-undang anti-poligami yang dibuat
pemerintah Amerika Serikat.Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih
untuk bergabung dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai
kini masih mempraktekkan poligini.

Islam

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Poligami dalam Islam

Islam pada dasarnya 'memperbolehkan' seorang pria beristri lebih dari satu (poligami).
Islam 'memperbolehkan' seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan syarat sang
suami harus dapat berbuat 'adil' terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 3 4:3).
Poligini dalam Islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi
di tiap-tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Di Indonesia sendiri
terdapat hukum yang memperketat aturan poligini untuk pegawai negeri, dan sedang
dalam wacana untuk diberlakukan kepada publik secara umum. Tunisia adalah contoh
negara arab dimana poligami tidak diperbolehkan.

Film

   •    Berbagi Suami (tahun 2006)
   •    Ayat-Ayat Cinta (tahun 2008)




                                                                               Page 37
Syarat – Syarat Poligami dalam Islam

        Bahwa beberapa ulama, setelah meninjau ayat-ayat tentang poligami, mereka
telah menetapkan bahwa menurut asalnya, Islam sebenamya ialah monogami. Terdapat
ayat yang mengandung gugutan serta peringatan agar tidak disalah gunakan poligami itu
di tempat-tempat yang tidak wajar. Ini semua bertujuan supaya tidak terjadinya
kezaliman. Tetapi, poligami diperbolehkan dengan syarat ia dilakukan pada masa-masa
terdesak untuk mengatasi perkara yang tidak dapat diatasi dengan jalan lain. Atau dengan
kata lain bahawa poligami itu diperbolehkan oleh Islam dan tidak dilarang kecuali jikalau
dikuatirkan bahwa kebaikannya akan dikalahkan oleh keburukannya.

        Jadi, sebagaimana talaq, begitu jugalah halnya dengan poligami yang
diperbolehkan karena hendak mencari jalan keluar dari kesulitan. Islam memperbolehkan
umatnya berpoligami berdasarkan nas-nas syariat serta realiti keadaan masyarakat. Ini
berarti ia tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenangnya demi untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat Islam, demi untuk menjaga ketinggian budi pekerti dan nilai
kaum Muslimin.

Oleh yang demikian, apabila seorang lelaki akan berpoligami, hendaklah dia memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut;

1. Membatasi jumlah isteri yang akan dikawininya. Syarat ini telah disebutkan oleh
Allah (SWT) dengan firman-Nya;

"Maka berkawinlah dengan sesiapa yang kamu ber-kenan dari perempuan-perempuan
(lain): dua, tiga atau empat." (Al-Qur'an, Surah an-Nisak ayat 3)

Ayat di atas menerangkan dengan jelas bahawa Allah telah menetapkan seseorang itu
berkawin tidak boleh lebih dari empat orang isteri. Jadi, Islam membatasi kalau tidak
beristeri satu, boleh dua, tiga atau empat saja.

        Pembatasan ini juga bertujuan membatasi kaum lelaki yang suka dengan
perempuan agar tidak berbuat sesuka hatinya. Di samping itu, dengan pembatasan empat
orang isteri, diharapkan jangan sampai ada lelaki yang tidak menemukan isteri atau ada
pula wanita yang tidak menemukan suami. Mungkin, kalau Islam membolehkan dua
orang isteri saja, maka akan banyak wanita yang tidak menikah. Kalau pula dibolehkan
lebih dari empat, mungkin terjadi banyak lelaki tidak memperolehi isteri.




                                                                                Page 38
2. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali
persaudaraan menjadi isterinya. Misalnya, berkawin dengan kakak dan adik, ibu dan
anaknya, anak saudara dengan ibu saudara baik sebelah ayah maupun ibu.

Tujuan pengharaman ini ialah untuk menjaga silaturrahim antara anggota-anggota
keluarga. Rasulullah (s.a.w.) bersabda, maksudnya;

"Sesungguhnya kalau kamu berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu akan
memutuskan silaturrahim di antara sesama kamu." (Hadis riwayat Bukhari & Muslim)

Kemudian dalam hadis berikut, Rasulullah (s.a.w.) juga memperkuatkan larangan ini,
maksudnya;

Bahwa Urnmu Habibah (isteri Rasulullah) mengusulkan agar baginda menikahi
adiknya. Maka beliau menjawab; "Sesungguhnya dia tidak halal untukku." (Hadis
riwayat Bukhari dan Nasa'i)

Seorang sahabat bernama Fairuz Ad-Dailamy setelah memeluk agama Islam, beliau
memberitahu kepada Rasulullah bahwa beliau mempunyai isteri yang kakak beradik.
Maka Rasulullah menyuruhnya memilih salah seorang di antara mereka dan menceraikan
yang satunya lagi. Jadi telah disepakati tentang haramnya mengumpulkan kakak beradik
ini di dalam Islam.

3. Disyaratkan pula berlaku adil, sebagaimana yang difirmankan Allah (SWT);

"Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu),
maka (kawinlah dengan) seorang saja, atau (pakailah) hamba-hamba perempuan yang
kaumiliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak
melakukan kezaliman." (Al-Qur'an, Surah an-Nisak ayat 3)

Dengan tegas diterangkan serta dituntut agar para suami bersikap adil jika akan
berpoligami. Andaikan takut tidak dapat berlaku adil kalau sampai empat orang isteri,
cukuplah tiga orang saja. Tetapi kalau itupun masih juga tidak dapat adil, cukuplah dua
saja. Dan kalau dua itu pun masih kuatir tidak boleh berlaku adil, maka hendaklah
menikah dengan seorang saja.

        Para mufassirin berpendapat bahwa berlaku adil itu wajib. Adil di sini bukanlah
berarti hanya adil terhadap para isteri saja, tetapi mengandung arti berlaku adil secara
mutlak. Oleh karena itu seorang suami hendaklah berlaku adil sebagai berikut:

a) Berlaku adil terhadap dirinya sendiri     .
Seorang suami yang selalu sakit-sakitan dan mengalami kesukaran untuk bekerja mencari
rezeki, sudah tentu tidak akan dapat memelihara beberapa orang isteri. Apabila dia tetap
berpoligami, ini bearti dia telah menganiayai dirinya sendiri. Sikap yang demikian adalah
tidak adil.




                                                                                Page 39
b) Adil di antara para isteri.
Setiap isteri berhak mendapatkan hak masing-masing dari suaminya, berupa kemesraan
hubungan jiwa, nafkah berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain perkara
yang diwajibkan Allah kepada setiap suami.

Adil di antara isteri-isteri ini hukumnya wajib, berdasarkan firman Allah dalam Surah an-
Nisak ayat 3 dan juga sunnah Rasul. Rasulullah (s.a.w.) bersabda, maksudnya;

"Barangsiapa yang mempunyai dua isteri, lalu dia cenderung kepada salah seorang di
antaranya dan tidak berlaku adil antara mereka berdua, maka kelak di hari kiamat dia
akan datang dengan keadaan pinggangnya miring hampir jatuh sebelah." (Hadis riwayat
Ahmad bin Hanbal)

i) Adil memberikan nafkah.
        Dalam soal adil memberikan nafkah ini, hendaklah si suami tidak mengurangi
nafkah dari salah seorang isterinya dengan alasan bahawa si isteri itu kaya atau ada
sumber keuangannya, kecuali kalau si isteri itu rela. Suami memang boleh menganjurkan
isterinya untuk membantu dalam soal nafkah tetapi tanpa paksaan. Memberi nafkah yang
lebih kepada seorang isteri dari yang lain-lainnya diperbolehkan dengan sebab-sebab
tertentu. Misalnya, si isteri tersebut sakit dan memerlukan biaya rawatan sebagai
tambahan.


        Prinsip adil ini tidak ada perbedaannya antara gadis dan janda, isteri lama atau
isteri baru, isteri yang masih muda atau yang sudah tua, yang cantik atau yang tidak
cantik, yang berpendidikan tinggi atau yang buta huruf, kaya atau miskin, yang sakit atau
yang sehat, yang mandul atau yang dapat melahirkan. Kesemuanya mempunyai hak yang
sama sebagai isteri.

ii) Adil dalam menyediakan tempat tinggal.
         Selanjutnya, para ulama telah sepakat mengatakan bahawa suami
bertanggungjawab menyediakan tempat tinggal yang tersendiri untuk tiap-tiap isteri
berserta anak-anaknya sesuai dengan kemampuan suami. Ini dilakukan semata-mata
untuk menjaga kesejahteraan isteri-isteri, jangan sampai timbul rasa cemburu atau
pertengkaran yang tidak diingini.

iii) Adil dalam giliran.
         Demikian juga, isteri berhak mendapat giliran suaminya menginap di rumahnya
sama lamanya dengan waktu menginap di rumah isteri-isteri yang lain. Sekurang-
kurangnya si suami mesti menginap di rumah seorang isteri satu malam suntuk tidak
boleh kurang. Begitu juga pada isteri-isteri yang lain. Walaupun ada di antara mereka
yang dalam keadaan haid, nifas atau sakit, suami wajib adil dalam soal ini. Sebab, tujuan
perkawinan dalam Islam bukanlah semata-mata untuk mengadakan 'hubungan seks'
dengan isteri pada malam giliran itu, tetapi bermaksud untuk menyempurnakan
kemesraan, kasih sayang dan kerukunan antara suami isteri itu sendiri. Hal ini
diterangkan Allah dengan firman-Nya;



                                                                                Page 40
"Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya, dan rahmat-Nya, bahwa
la menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri,
supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya di antara
kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang
demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi
orang-orang yang berfikir." (Al-Qur'an, Surah ar-Ruum ayat 21)

Andaikan suami tidak bersikap adil kepada isteri-isterinya, dia berdosa dan akan
menerima seksaan dari Allah (SWT) pada hari kiamat dengan tanda-tanda berjalan dalam
keadaan pinggangnya miring. Hal ini akan disaksikan oleh seluruh umat manusia sejak
Nabi Adam sampai ke anak cucunya.



Firman Allah (SWT) dalam Surah az-Zalzalah ayat 7 hingga 8;

"Maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarrah, niscaya akan dilihatnya (dalam surat
amalnya)! Dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarrah, niscaya akan dilihatnya
(dalam surat amalnya)."

c) Anak-anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, pemeliharaan
serta kasih sayang yang adil dari seorang ayah.
        Oleh itu, disyaratkan agar setiap suami yang berpoligami tidak membeda-bedakan
antara anak si anu dengan anak si anu. Berlaku adil dalam soal nafkah anak-anak
mestilah diperhatikan bahwa nafkah anak yang masih kecil berbeda dengan anak yang
sudah besar. Anak-anak perempuan berbeda pula dengan anak-anak lelaki. Tidak kira
dari ibu yang mana, kesemuanya mereka berhak memiliki kasih sayang serta perhatian
yang sama dari bapa mereka. Jangan sampai mereka diterlantarkan karena kecenderungan
si bapa pada salah seorang isteri serta anak-anaknya saja.

        Keadilan juga sangat dituntut oleh Islam agar dengan demikian si suami
terpelihara dari sikap curang yang dapat merusakkan rumah tangganya. Seterusnya,
diharapkan pula dapat memelihara dari terjadinya cerai-berai di antara anak-anak serta
menghindarkan rasa dendam di antara sesama isteri.

Sesungguhnya kalau diperhatikan tuntutan syarat dalam hal menegakkan keadilan antara
para isteri, nyatalah bahwa sukar sekali didapati orang yang sanggup menegakkan
keadilan itu dengan sewajarnya.

         Bersikap adil dalam hal-hal menzahirkan cinta dan kasih sayang terhadap isteri-
isteri, adalah satu tanggungjawab yang sangat berat. Walau bagaimanapun, ia termasuk
perkara yang berada dalam kemampuan manusia. Lain halnya dengan berlaku adil dalam
soal kasih sayang, kecenderungan hati dan perkara-perkara yang manusia tidak
berkesanggupan melakukannya, mengikut tabiat semula jadi manusia.




                                                                               Page 41
Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah dalam Surah an-Nisak ayat 129
yang berbunyi;

"Dan kamu tidak sekali-kali akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri kamu
sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu
cenderung dengan melampau-lampau (berat sebelah kepada isteri yang kamu sayangi)
sehingga kamu biarkan isteri yang lain seperti benda yang tergantung (di awang-
awang)."

Selanjutnya Siti 'Aisyah (r.a.) menerangkan, maksudnya;

Bahwa Rasulullah (s.a.w.) selalu berlaku adil dalam mengadakan pembahagian antara
isteri-isterinya. Dan beliau berkata dalam doanya: "Ya Allah, inilah kemampuanku
membahagia apa yang ada dalam milikku. Ya Allah, janganlah aku dimarahi dalam
membahagia apa yang menjadi milikku dan apa yang bukan milikku."

        Menurut Prof. Dr. Syeikh Mahmoud Syaltout; "Keadilan yang dijadikan syarat
diperbolehkan poligami berdasarkan ayat 3 Surah an-Nisak. Kemudian pada ayat 129
Surah an-Nisak pula menyatakan bahawa keadilan itu tidak mungkin dapat dipenuhi atau
dilakukan. Sebenamya yang dimaksudkan oleh kedua ayat di atas ialah keadilan yang
dikehendaki itu bukanlah keadilan yang menyempitkan dada kamu sehingga kamu
merasakan keberatan yang sangat terhadap poligami yang dihalalkan oleh Allah. Hanya
saja yang dikehendaki ialah jangan sampai kamu cenderung sepenuh-penuhnya kepada
salah seorang sahaja di antara para isteri kamu itu, lalu kamu tinggalkan yang lain seperti
tergantung-gantung."

Kemudian Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shidieqy pula menerangkan; "Orang yang boleh
beristeri dua ialah yang percaya benar akan dirinya dapat berlaku adil, yang sedikit pun
tidak akan ada keraguannya. Jika dia ragu, cukuplah seorang sahaja."

"Adil yang dimaksudkan di sini ialah 'kecondongan hati'. Dan ini tentu amat sulit untuk
dilakukan, sehingga poligami adalah suatu hal yang sukar untuk dicapai. Jelasnya,
poligami itu diperbolehkan secara darurat bagi orang yang benar-benar percaya dapat
berlaku adil."

       Selanjutnya beliau menegaskan, jangan sampai si suami membiarkan salah
seorang isterinya terkatung-katung, digantung tak bertali. Hendaklah disingkirkan sikap
condong kepada salah seorang isteri yang menyebabkan seorang lagi kecewa. Adapun
condong yang dimaafkan hanyalah condong yang tidak dapat dilepaskan oleh setiap
individu darinya, iaitu condong hati kepada salah seorangnya yang tidak membawa
kepada mengurangkan hak yang seorang lagi.

Afif Ab. Fattah Tabbarah dalam bukunya Ruhuddinil Islami mengatakan; "Makna adil di
dalam ayat tersebut ialah persamaan; yang dikehendaki ialah persamaan dalam hal
pergaulan yang bersifat lahir seperti memberi nafkah, tempat tinggal, tempat tidur, dan
layanan yang baik, juga dalam hal menunaikan tanggungjawab sebagai suami isteri."


                                                                                  Page 42
4. Tidak menimbulkan huru-hara di kalangan isteri mahupun anak-anak. Jadi,
suami mesti yakin bahawa perkahwinannya yang baru ini tidak akan menjejaskan serta
merosakkan kehidupan isteri serta anak-anaknya. Kerana, diperbolehkan poligami dalam
Islam adalah untuk menjaga kepentingan semua pihak. Jika kepentingan ini tidak dapat
dijaga dengan baik, maka seseorang yang berpoligami pada saat itu adalah berdosa.

5. Berkuasa menanggung nafkah. Yang dimaksudkan dengan nafkah di sini ialah
nafkah zahir, sebagaimana Rasulullah (s.a.w.) bersabda yang bermaksud;

"Wahai sekalian pemuda, sesiapa di antara kamu yang berkuasa mengeluarkan nafkah,
maka hendaklah kamu berkahwin. Dan sesiapa yang tidak berkuasa, hendaklah
berpuasa."

Hadis di atas menunjukkan bahawa Rasulullah (s.a.w.) menyuruh setiap kaum lelaki
supaya berkahwin tetapi dengan syarat sanggup mengeluarkan nafkah kepada isterinya.
Andaikan mereka tidak berkemampuan, maka tidak digalakkan berkahwin walaupun dia
seorang yang sihat zahir serta batinnya. Oleh itu, untuk menahan nafsu seksnya,
dianjurkan agar berpuasa. Jadi, kalau seorang isteri saja sudah kepayahan untuk memberi
nafkah, sudah tentulah Islam melarang orang yang demikian itu berpoligami. Memberi
nafkah kepada isteri adalah wajib sebaik sahaja berlakunya suatu perkahwinan, ketika
suami telah memiliki isteri secara mutlak. Begitu juga si isteri wajib mematuhi serta
memberikan perkhidmatan yang diperlukan dalam pergaulan sehari-hari.




                                                                              Page 43
Dampak poligami terhadap perempuan di Indonesia

Dampak yang umum terjadi terhadap istri yang suaminya berpoligami[1] yang terdiri dari
2 faktor yaitu:

   •   Faktor Internal

   1. Dampak psikologis: perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena merasa
      tindakan suaminya berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya
      memenuhi kebutuhan biologis suaminya.
   2. Dampak ekonomi: Ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Walaupun ada
      beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya, tetapi dalam
      praktiknya lebih sering ditemukan bahwa suami lebih mementingkan istri muda
      dan menelantarkan istri dan anak-anaknya terdahulu. Akibatnya istri yang tidak
      memiliki pekerjaan akan sangat kesulitan menutupi kebutuhan sehari-hari.
   3. Dampak hukum: Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (perkawinan yang tidak
      dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama), sehingga
      perkawinan dianggap tidak sah oleh negara, walaupun perkawinan tersebut sah
      menurut agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena konsekuensinya suatu
      perkawinan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan sebagainya.
   4. Dampak kesehatan: Kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan suami/istri
      menjadi rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS), bahkan rentan
      terjangkit virus HIV/AIDS.
   5. Kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun
      psikologis. Hal ini umum terjadi pada rumah tangga poligami, walaupun begitu
      kekerasan juga terjadi pada rumah tangga yang monogami.

   •   Faktor Eksternal




Kesimpulan dari maksud kemampuan secara zahir ialah;

i) Mampu memberi nafkah asas seperti pakaian dan makan minum.

ii) Mampu menyediakan tempat tinggal yang wajar.




                                                                               Page 44
iii) Mampu menyediakan kemudahan asas yang wajar seperti pendidikan dan
sebagainya.

iv) Sehat tubuh badannya dan tidak berpenyakit yang boleh menyebabkan ia gagal
memenuhi tuntutan nafkah zahir yang lain.

v) Mempunyai kemampuan dan keinginan seksual.




                                                                      Page 45

Contenu connexe

Tendances

Ptt Gereja yang Bersaksi dan Melayani di Dunia
Ptt Gereja yang Bersaksi dan Melayani diDuniaPtt Gereja yang Bersaksi dan Melayani diDunia
Ptt Gereja yang Bersaksi dan Melayani di DuniaRuangguruKristen
 
Pelajaran 3 - Beriman Kristiani
Pelajaran 3  - Beriman KristianiPelajaran 3  - Beriman Kristiani
Pelajaran 3 - Beriman KristianiKornelis Ruben
 
Tugas presentasi agama(gereja)
Tugas presentasi agama(gereja)Tugas presentasi agama(gereja)
Tugas presentasi agama(gereja)Dearest Rome
 
Bina Pranikah: Persahabatan Rohani
Bina Pranikah: Persahabatan RohaniBina Pranikah: Persahabatan Rohani
Bina Pranikah: Persahabatan RohaniJohan Setiawan
 
Buku Guru Agama Katolik Kelas 8
Buku Guru Agama Katolik Kelas 8Buku Guru Agama Katolik Kelas 8
Buku Guru Agama Katolik Kelas 8Kornelis Ruben
 
Pernikahan Dalam Prespektif Kristiani
Pernikahan Dalam Prespektif KristianiPernikahan Dalam Prespektif Kristiani
Pernikahan Dalam Prespektif KristianiSabam Sitinjak
 
Pel 3 Kemampuan dan Keterbatasanku Sebagai Citra Allah
Pel 3 Kemampuan dan Keterbatasanku Sebagai Citra AllahPel 3 Kemampuan dan Keterbatasanku Sebagai Citra Allah
Pel 3 Kemampuan dan Keterbatasanku Sebagai Citra AllahKornelis Ruben
 
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)Kornelis Ruben
 
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul tuhan yme
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul tuhan ymeSEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul tuhan yme
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul tuhan ymeFransiska Puteri
 
Formação de Lideranças
Formação de LiderançasFormação de Lideranças
Formação de LiderançasBernadetecebs .
 
Membangun Sebuah Keluarga Kristen
Membangun Sebuah Keluarga KristenMembangun Sebuah Keluarga Kristen
Membangun Sebuah Keluarga KristenFansisko Manatar
 
Makalah penyembahan yang benar (dogama i v)
Makalah penyembahan yang benar (dogama i v)Makalah penyembahan yang benar (dogama i v)
Makalah penyembahan yang benar (dogama i v)franciskussalabbaet
 
Gereja yang Terbuka
Gereja yang TerbukaGereja yang Terbuka
Gereja yang TerbukaSABDA
 
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slidesharePak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshareDave Alexius Inkiriwang
 

Tendances (20)

Ptt Gereja yang Bersaksi dan Melayani di Dunia
Ptt Gereja yang Bersaksi dan Melayani diDuniaPtt Gereja yang Bersaksi dan Melayani diDunia
Ptt Gereja yang Bersaksi dan Melayani di Dunia
 
Pak kelas9 bahan bab4 uas sm1 dave
Pak kelas9 bahan bab4 uas sm1 davePak kelas9 bahan bab4 uas sm1 dave
Pak kelas9 bahan bab4 uas sm1 dave
 
Pelajaran 3 - Beriman Kristiani
Pelajaran 3  - Beriman KristianiPelajaran 3  - Beriman Kristiani
Pelajaran 3 - Beriman Kristiani
 
Pak kelas8 bahan bab6 uts sm2 dave
Pak kelas8 bahan bab6 uts sm2 davePak kelas8 bahan bab6 uts sm2 dave
Pak kelas8 bahan bab6 uts sm2 dave
 
Tugas presentasi agama(gereja)
Tugas presentasi agama(gereja)Tugas presentasi agama(gereja)
Tugas presentasi agama(gereja)
 
Bina Pranikah: Persahabatan Rohani
Bina Pranikah: Persahabatan RohaniBina Pranikah: Persahabatan Rohani
Bina Pranikah: Persahabatan Rohani
 
Buku Guru Agama Katolik Kelas 8
Buku Guru Agama Katolik Kelas 8Buku Guru Agama Katolik Kelas 8
Buku Guru Agama Katolik Kelas 8
 
Pernikahan Dalam Prespektif Kristiani
Pernikahan Dalam Prespektif KristianiPernikahan Dalam Prespektif Kristiani
Pernikahan Dalam Prespektif Kristiani
 
Pel 3 Kemampuan dan Keterbatasanku Sebagai Citra Allah
Pel 3 Kemampuan dan Keterbatasanku Sebagai Citra AllahPel 3 Kemampuan dan Keterbatasanku Sebagai Citra Allah
Pel 3 Kemampuan dan Keterbatasanku Sebagai Citra Allah
 
Panggilan hidup berkeluarga
Panggilan hidup berkeluargaPanggilan hidup berkeluarga
Panggilan hidup berkeluarga
 
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
Pel 14 Yesus Sang Pendoa (kelas vii)
 
Remaja kristen
Remaja kristenRemaja kristen
Remaja kristen
 
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul tuhan yme
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul tuhan ymeSEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul tuhan yme
SEMESTER 2 AGAMA KATOLIK Modul tuhan yme
 
PAK Kelas9 Bab1 Sm1
PAK Kelas9 Bab1 Sm1PAK Kelas9 Bab1 Sm1
PAK Kelas9 Bab1 Sm1
 
Formação de Lideranças
Formação de LiderançasFormação de Lideranças
Formação de Lideranças
 
Membangun Sebuah Keluarga Kristen
Membangun Sebuah Keluarga KristenMembangun Sebuah Keluarga Kristen
Membangun Sebuah Keluarga Kristen
 
Makalah penyembahan yang benar (dogama i v)
Makalah penyembahan yang benar (dogama i v)Makalah penyembahan yang benar (dogama i v)
Makalah penyembahan yang benar (dogama i v)
 
Pak kelas7 bahan bab4 uh1 uts sm2 dave
Pak kelas7 bahan bab4 uh1 uts sm2 davePak kelas7 bahan bab4 uh1 uts sm2 dave
Pak kelas7 bahan bab4 uh1 uts sm2 dave
 
Gereja yang Terbuka
Gereja yang TerbukaGereja yang Terbuka
Gereja yang Terbuka
 
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slidesharePak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
Pak kelas7 bahan bab1 uh1 sm1 dave-slideshare
 

En vedette

Keluarga bahagia itu pilihan
Keluarga bahagia itu pilihanKeluarga bahagia itu pilihan
Keluarga bahagia itu pilihanTolop Marbun
 
Hakikat keluarga bahagia
Hakikat keluarga bahagiaHakikat keluarga bahagia
Hakikat keluarga bahagiadihastinee
 
Langkah langkah membentuk keluaraga bahagia
Langkah langkah membentuk keluaraga bahagiaLangkah langkah membentuk keluaraga bahagia
Langkah langkah membentuk keluaraga bahagiaAshraf Azim
 
Islam, solusi tuntas masalah rumah tangga
Islam, solusi tuntas masalah rumah tanggaIslam, solusi tuntas masalah rumah tangga
Islam, solusi tuntas masalah rumah tanggaRizky Faisal
 
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan AgamaPedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agamapjj_kemenkes
 
Nilai 14 hormat dan taat kepada anggota keluarga
Nilai 14 hormat dan taat kepada anggota keluargaNilai 14 hormat dan taat kepada anggota keluarga
Nilai 14 hormat dan taat kepada anggota keluargaChuaHK
 
Presentasi Agama Keluarga Sakinah
Presentasi Agama Keluarga SakinahPresentasi Agama Keluarga Sakinah
Presentasi Agama Keluarga SakinahIra Setyarini
 
Keluarga bahagia
Keluarga bahagiaKeluarga bahagia
Keluarga bahagiaAdli Johadi
 
Membentuk keluarga muslim ppt
Membentuk keluarga muslim pptMembentuk keluarga muslim ppt
Membentuk keluarga muslim ppthepriyansah
 
2.2 Hormat dan Taat kepada Anggota Keluarga
2.2 Hormat dan Taat kepada Anggota Keluarga2.2 Hormat dan Taat kepada Anggota Keluarga
2.2 Hormat dan Taat kepada Anggota Keluargaadrisya90
 
Keluarga Bahagia
Keluarga BahagiaKeluarga Bahagia
Keluarga Bahagiaiium
 
1.5 - Membangun Komitmen Tinggi
1.5 - Membangun Komitmen Tinggi1.5 - Membangun Komitmen Tinggi
1.5 - Membangun Komitmen TinggiIchsan Mujahid
 
Bs agama kristen_sma kelas xi kurikulum 2013__[blogerkupang.com]
Bs agama kristen_sma kelas xi kurikulum 2013__[blogerkupang.com]Bs agama kristen_sma kelas xi kurikulum 2013__[blogerkupang.com]
Bs agama kristen_sma kelas xi kurikulum 2013__[blogerkupang.com]Randy Ikas
 
Perancang keluarga berisiko 2
Perancang keluarga berisiko 2Perancang keluarga berisiko 2
Perancang keluarga berisiko 2Daniel Ds Farhan
 
RAHASIA MENANG ATAS PERGUMULAN HIDUP DI 2015
RAHASIA MENANG ATAS PERGUMULAN HIDUP DI 2015RAHASIA MENANG ATAS PERGUMULAN HIDUP DI 2015
RAHASIA MENANG ATAS PERGUMULAN HIDUP DI 2015Yohanes Ratu Eda
 

En vedette (20)

Keluarga bahagia itu pilihan
Keluarga bahagia itu pilihanKeluarga bahagia itu pilihan
Keluarga bahagia itu pilihan
 
Hakikat keluarga bahagia
Hakikat keluarga bahagiaHakikat keluarga bahagia
Hakikat keluarga bahagia
 
Ibu Bapa Tonggak Keluarga Bahagia
Ibu Bapa Tonggak Keluarga BahagiaIbu Bapa Tonggak Keluarga Bahagia
Ibu Bapa Tonggak Keluarga Bahagia
 
Langkah langkah membentuk keluaraga bahagia
Langkah langkah membentuk keluaraga bahagiaLangkah langkah membentuk keluaraga bahagia
Langkah langkah membentuk keluaraga bahagia
 
Islam, solusi tuntas masalah rumah tangga
Islam, solusi tuntas masalah rumah tanggaIslam, solusi tuntas masalah rumah tangga
Islam, solusi tuntas masalah rumah tangga
 
Kitab dua hari raya
Kitab dua hari rayaKitab dua hari raya
Kitab dua hari raya
 
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan AgamaPedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
Pedoman menciptakan keluarga berdasarkan Agama
 
Keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakatKeluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat
 
Membina keluarga
Membina keluargaMembina keluarga
Membina keluarga
 
Nilai 14 hormat dan taat kepada anggota keluarga
Nilai 14 hormat dan taat kepada anggota keluargaNilai 14 hormat dan taat kepada anggota keluarga
Nilai 14 hormat dan taat kepada anggota keluarga
 
Presentasi Agama Keluarga Sakinah
Presentasi Agama Keluarga SakinahPresentasi Agama Keluarga Sakinah
Presentasi Agama Keluarga Sakinah
 
Keluarga bahagia
Keluarga bahagiaKeluarga bahagia
Keluarga bahagia
 
Membentuk keluarga muslim ppt
Membentuk keluarga muslim pptMembentuk keluarga muslim ppt
Membentuk keluarga muslim ppt
 
2.2 Hormat dan Taat kepada Anggota Keluarga
2.2 Hormat dan Taat kepada Anggota Keluarga2.2 Hormat dan Taat kepada Anggota Keluarga
2.2 Hormat dan Taat kepada Anggota Keluarga
 
Keluarga Bahagia
Keluarga BahagiaKeluarga Bahagia
Keluarga Bahagia
 
1.5 - Membangun Komitmen Tinggi
1.5 - Membangun Komitmen Tinggi1.5 - Membangun Komitmen Tinggi
1.5 - Membangun Komitmen Tinggi
 
Bs agama kristen_sma kelas xi kurikulum 2013__[blogerkupang.com]
Bs agama kristen_sma kelas xi kurikulum 2013__[blogerkupang.com]Bs agama kristen_sma kelas xi kurikulum 2013__[blogerkupang.com]
Bs agama kristen_sma kelas xi kurikulum 2013__[blogerkupang.com]
 
Perancang keluarga berisiko 2
Perancang keluarga berisiko 2Perancang keluarga berisiko 2
Perancang keluarga berisiko 2
 
Psikologi keluarga
Psikologi keluargaPsikologi keluarga
Psikologi keluarga
 
RAHASIA MENANG ATAS PERGUMULAN HIDUP DI 2015
RAHASIA MENANG ATAS PERGUMULAN HIDUP DI 2015RAHASIA MENANG ATAS PERGUMULAN HIDUP DI 2015
RAHASIA MENANG ATAS PERGUMULAN HIDUP DI 2015
 

Similaire à Membangun keluarga

Realitas kehidupan sosial (keluarga)
Realitas kehidupan sosial (keluarga)Realitas kehidupan sosial (keluarga)
Realitas kehidupan sosial (keluarga)Surya Ardi
 
Bab 1 Bab5
Bab 1 Bab5Bab 1 Bab5
Bab 1 Bab5mawardie
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Rendra Fahrurrozie
 
Bentuk bentuk keluarga
Bentuk bentuk keluarga Bentuk bentuk keluarga
Bentuk bentuk keluarga badriah92
 
Perspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.ppt
Perspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.pptPerspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.ppt
Perspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.pptainul23
 
6. KONSEP KELUARGA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.ppt
6. KONSEP KELUARGA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.ppt6. KONSEP KELUARGA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.ppt
6. KONSEP KELUARGA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.pptDaraHumayra
 
1. Konsep Keluarga Sakinah penting untuk di baca
1. Konsep Keluarga Sakinah penting untuk di baca1. Konsep Keluarga Sakinah penting untuk di baca
1. Konsep Keluarga Sakinah penting untuk di bacarizkyanaoke
 
Power point sem 2 kls xi k 13
Power point sem 2 kls xi k 13Power point sem 2 kls xi k 13
Power point sem 2 kls xi k 13Yeremia Kaawoan
 
Penegrtian dan hakikat keluarga
Penegrtian dan hakikat keluargaPenegrtian dan hakikat keluarga
Penegrtian dan hakikat keluargaayufitriana
 
materi keperawatan komunitas konsep keluarga
materi keperawatan komunitas konsep keluarga materi keperawatan komunitas konsep keluarga
materi keperawatan komunitas konsep keluarga ayu rahmadani
 
Keluarga sakinah mawddah wa rahmah
Keluarga sakinah mawddah wa rahmahKeluarga sakinah mawddah wa rahmah
Keluarga sakinah mawddah wa rahmahvia audina
 
Tugas ringkasan keperawatan keluarga
Tugas ringkasan keperawatan keluargaTugas ringkasan keperawatan keluarga
Tugas ringkasan keperawatan keluargaagus hananto
 

Similaire à Membangun keluarga (20)

Pendidikan keluarga
Pendidikan keluargaPendidikan keluarga
Pendidikan keluarga
 
Realitas kehidupan sosial (keluarga)
Realitas kehidupan sosial (keluarga)Realitas kehidupan sosial (keluarga)
Realitas kehidupan sosial (keluarga)
 
Bab 1 Bab5
Bab 1 Bab5Bab 1 Bab5
Bab 1 Bab5
 
pendidikan
pendidikanpendidikan
pendidikan
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
 
keluarga-1.pptx
keluarga-1.pptxkeluarga-1.pptx
keluarga-1.pptx
 
Bentuk bentuk keluarga
Bentuk bentuk keluarga Bentuk bentuk keluarga
Bentuk bentuk keluarga
 
Perspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.ppt
Perspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.pptPerspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.ppt
Perspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga.ppt
 
6. KONSEP KELUARGA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.ppt
6. KONSEP KELUARGA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.ppt6. KONSEP KELUARGA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.ppt
6. KONSEP KELUARGA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.ppt
 
1. Konsep Keluarga Sakinah penting untuk di baca
1. Konsep Keluarga Sakinah penting untuk di baca1. Konsep Keluarga Sakinah penting untuk di baca
1. Konsep Keluarga Sakinah penting untuk di baca
 
Power point sem 2 kls xi k 13
Power point sem 2 kls xi k 13Power point sem 2 kls xi k 13
Power point sem 2 kls xi k 13
 
Penegrtian dan hakikat keluarga
Penegrtian dan hakikat keluargaPenegrtian dan hakikat keluarga
Penegrtian dan hakikat keluarga
 
Presentation dendy rm
Presentation dendy rmPresentation dendy rm
Presentation dendy rm
 
materi keperawatan komunitas konsep keluarga
materi keperawatan komunitas konsep keluarga materi keperawatan komunitas konsep keluarga
materi keperawatan komunitas konsep keluarga
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Keluarga sakinah mawddah wa rahmah
Keluarga sakinah mawddah wa rahmahKeluarga sakinah mawddah wa rahmah
Keluarga sakinah mawddah wa rahmah
 
BAB I ku.docx
BAB I ku.docxBAB I ku.docx
BAB I ku.docx
 
Pranata keluarga
Pranata keluargaPranata keluarga
Pranata keluarga
 
Tugas ringkasan keperawatan keluarga
Tugas ringkasan keperawatan keluargaTugas ringkasan keperawatan keluarga
Tugas ringkasan keperawatan keluarga
 
Fungsi keluarga
Fungsi keluargaFungsi keluarga
Fungsi keluarga
 

Membangun keluarga

  • 1. MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA MEMBANGUN KELUARGA Disusun oleh : Indah Purwanti 11090083 Lusiana 11090674 Sarah Teflaka 11090527 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JL. KAYU JATI RAYA NO. 11 A RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR Page 1
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan dibuatnya makalah mengenai “MEMBANGUN KELUARGA” ini,kami berharap para pembaca dapat mengetahui bagaimana,kenapa dan apa itu keluarga sesuai agama yang ada di Indonesia. Bukan hanya pengertian keluarga yang terdiri dari ayah,ibu dan anak – anak.Tapi kami mencoba untuk membahas lebih luas lagi tentang keluarga.Baik dalam perkawinan dan pernikahan dalam sudut pandang masing – masing agama,maupun di zaman modern sekarang ini. Bagaimana juga keluarga ini berbaur,dan akhirnya menciptakan bentuk masyarakat dalam bentukan kecil. Demikianlah makalah ini kami buat,kami berharap dapat menambah wawasan mengenai membangun keluarga yang sesuai dengan agama sekaligus dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Jakarta , Desember 2009 Indah Purwanti Lusiana Sarah Teflaka Page 2
  • 3. Daftar isi : 1. Pengertian membangun keluarga hal.1 Fungsi ayah,ibu dan anak-anak Kewajiban dan hak-hak suami isti 2. Membangun keluarga Islam hal 6 3. Visi misi keluarga muslim hal 12 4. Kriteria memilih pasangan hidup hal 13 5. Manajemen keluarga menurut agama,masyarakat dan kehidupan modern hal 19 6. Budha hal 22 Perkawinan menurut agama Budha 7. Perkawinan menurut agama Hindu hal 23 8. Perkawinan menurut agama Islam hal 25 9. Pernikahan menurut agama Kristen hal 27 10.Pernikahan beda agama hal 31 11.Menikah dengan beda agama hal 34 12. Poligami hal 36 13.Syarat-syarat poligami hal 38 14.Dampak poligami terhadap perempuan di Indonesia hal44 Page 3
  • 4. Membangun Keluarga Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat". Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti ("nuclear family") terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Menurut Departemen Kesehatan RI (1998). Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. (Ki Hajar Dewantara) Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.(Menurut Salvicion dan Ara Celis). Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga adalah : - Unit terkecil dari masyarakat - Terdiri atas 2 orang atau lebih - Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah - Hidup dalam satu rumah tangga - Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga - Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga - Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing - Diciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Page 4
  • 5. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : 1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Tugas-tugas Keluarga Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut : 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. 2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga. 3.Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing. 4. Sosialisasi antar anggota keluarga. 5. Pengaturan jumlah anggota keluarga. 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga. 7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. 8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya. Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut : 1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa. 2. Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. 3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman. 4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. 5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas Page 5
  • 6. kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini. 6. Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga. 7. Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dsb. 8. Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus. 9. Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga Nilai Keluarga adalah salah satu dari lima nilai Moral Islam. Setiap anak manusia berhak untuk lahir dan tumbuh dalam keluarga secara terhormat. Untuk menjaga kehormatan keluarga, dan pada akhirnya kehormatan anak manusia, manusia sewajarnya menghormati ibu-bapak, menjauhi aborsi dan perbuatan yang memalukan semacam homoseks, seks di luar pernikahan, dan pernikahan dengan keluarga (incest). http://dunia.web.id/keluarga.php?note=1422&title=MEMBANGUN-KELUARGA- ISLAMI Page 6
  • 7. MEMBANGUN KELUARGA ISLAMI Oleh : kholix / 13-Apr-2009 15:48:16 Nikah merupakan sunnah Rasul yang sangat sakral, karenanya nikah juga merupakan ikatan yang sangat kuat yang dalam istilah Al-Qur’an disebut dengan miytsaqon ghaliyzho (QS 4:21) yang kata ini digunakan juga untuk menyebut perjanjian antara para Nabi dengan Allah Swt dalam mengemban perjuangan da’wah (QS 33:7). Oleh karena itu pernikahan dan walimatul arusy harus dilaksanakan yang sesuai dengan ajaran Islam. Karena itu pernikahan jangan sampai dinodai dengan hal-hal yang bernilai maksiat. Sesudah pernikahan berlangsung, kehidupan berumah tanggapun harus dijalani dengan sebaik-baiknya meskipun tantangan dan godaan menjalani kehidupan rumah tangga yang Islami sangat banyak. Untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang islami, ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian suami dan isteri. 1. Memperkokoh Rasa Cinta. Cinta merupakan perekat dalam kekokohan kehidupan rumah tangga, bila rasa cinta suami kepada isteri atau sebaliknya telah hilang dari hatinya, maka kehancuran rumah tangga sangat sulit dihindari. Oleh karena itu suasana cinta mencintai harus saling ditumbuh-suburkan atau diperkokoh, tidak hanya pada masa-masa awal kehidupan rumah tangga, tapi juga pada masa-masa selanjutnya hingga suami isteri mencapai masa tua dan menemui kematian. Rasulullah Saw sebagai seorang suami berhasil membagi dan menumbuh-suburkan rasa cinta kepada semua isterinya sehingga isteri yang satu mengatakan dialah yang paling dicintai oleh Rasul, begitu juga dengan isteri yang lainnya. Berumah tangga itu diumpamakan seperti orang yang sedang berlayar, ketika pelayaran baru dimulai, kondisi di kapal masih tenang karena disamping penumpangnya betul-betul ingin menikmati pelayaran itu, juga karena belum ada kesulitan, belum ada ombak dan angin kencang yang menerpa, tapi ketika kapal itu telah mencapai lautan yang jauh, barulah terasa ombak besar dan angin yang sangat kencang menerpa, dalam kondisi seperti itu saling mengokohkan rasa cinta antara suami dengan isteri menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menghadapi dan mengatasi terpaan badai kehidupan rumah tangga. Pernikahan dilangsungkan dengan Page 7
  • 8. maksud agar lelaki dan wanita yang mengikat hubungan suami isteri dapat memperoleh ketenangan dan rasa cinta. Allah berfirman yang artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menjadikan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (QS 30:21). 2. Saling Hormat Menghormati. Saling cinta mencintai itu harus diperkokoh dengan saling hormat menghormati, suami hormat kepada isteri dengan memberikan penghargaan yang wajar terhadap hal-hal baik yang dilakukan isterinya, begitu juga dengan isteri terhadap suaminya dengan menerima apa-apa yang diberikan suami meskipun jumlahnya tidak banyak. Awal-awal kehidupan rumah tangga selalu dengan masa romantis yang segalanya indah, bahkan adanya kelemahan dan kekurangan tidak terlalu dipersoalkan, romantisme memang membuat penilaian suami terhadap isteri dan isteri terhadap suaminya menjadi sangat subyektif. Tapi ketika rumah tangga berlangsung semakin lama mulailah muncul penilaian yang obyektif dalam arti suami menilai isteri atau isteri menilai suami apa adanya. Dulu ketika masa romantis, kekurangan masing- masing sebenarnya sudah terlihat tapi tidak terlalu dipersoalkan, tapi sekarang kekurangan yang tidak prinsip saja dipersoalkan, dalam kondisi seperti itulah diperlukan konsolidasi hubungan antara suami dan isteri hingga masing-masing menyadari bahwa memang kekurangan itu ada tapi dia juga harus menyadari akan adanya kelebihan. Dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah Saw, beliau telah mencontohkan kepada kita betapa beliau berlaku baik kepada keluarganya, dalam satu hadits beliau bersabda: Orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik dengan keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku (HR. Thabrani). 3. Saling Menutupi Kekurangan. Suami dan isteri tentu saja memiliki banyak kekurangan, tidak hanya kekurangan dari segi fisik, tapi juga dari sifat-sifat. Oleh karena itu suami isteri yang baik tentu saja menutupi kekurangan-kekurangan itu yang berarti tidak suka diceriterakan kepada orang lain, termasuk kepada orang tuanya sendiri. Meskipun demikian dengan maksud untuk konsultasi dan perbaikan atas persoalan keluarga kepada orang yang sangat dipercaya, maka seseorang boleh saja mengungkapkan kekurangan sifat-sifat suami atau isteri. 4. Kerjasama Dalam Keluarga. Dalam mengarungi kehidupan rumah tangga tentu saja banyak beban yang harus diatasi, misalnya beban ekonomi, dalam hal ini suami harus mencari nafkah dan isteri harus membelanjakannya dengan sebaik-baiknya dalam arti untuk membeli hal-hal yang baik dan tidak boros. Begitu juga dengan tanggung jawab terhadap pendidikan Page 8
  • 9. anak yang dalam kaitan ini diperlukan kerjasama yang baik antara suami dan isteri dalam menghasilkan anak-anak yang shaleh. Kerjasama yang baik dalam mendidik anak itu antara lain dalam bentuk sama-sama meningkatkan keshalehan dirinya sebagai orang tua karena mendidik anak itu harus dengan keteladanan yang baik, juga tidak ada kontradiksi antara sikap bapak dengan ibu dalam mendidik anak dan sebagainya. Keharusan kita bekerjasama dalam hal-hal yang baik difirmankan Allah yang artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS 5:2). 5. Memfungsikan Rumah Tangga Secara Optimal. Masa sesudah menikah juga harus dijalani dengan memfungsikan keluarga seoptimal mungkin sehingga rumah tangga itu tidak sekedar dijadikan seperti terminal dalam arti anggota keluarga menjadikan rumah sekedar untuk singgah sebagaimana terminal, tapi semestinya rumah tangga itu difungsikan sebagai tempat kembali guna menghilangkan rasa penat dan memperbaiki diri dari pengaruh yang tidak baik serta memperkokoh hubungan dengan sesama anggota keluarga. Oleh karena itu keluarga harus dioptimalkan fungsinya seperti masjid dalam arti rumah difungsikan juga sebagai tempat untuk mengokohkan hubungan dengan Allah Swt dan sesama anggota keluarga sehingga bisa dihindari sikap individual antar sesama anggota keluarga. Disamping itu rumah juga harus difungsikan seperti madrasah yang anggota keluarganya harus memperoleh ilmu dan pembinaan karakter sehingga suami dan isteri diharapkan berfungsi seperti guru bagi anak-anaknya yang memberikan ilmu dan keteladanan yang baik. Yang juga penting dalam kehidupan sekarang dan masa mendatang adalah memfungsikan keluarga seperti benteng pertahanan yang memberikan kekuatan pertahanan aqidah dan kepribadian dalam menghadapi godaan-godaan kehidupan yang semakin banyak menjerumuskan manusia ke lembah kehidupan yang bernilai maksiat dalam pandangan Allah dan rasul-Nya. Mewujudkan rumah tangga yang Islami merupakan sesuatu yang tidak mudah, banyak sekali kendala, baik internal maupun eksternal yang harus dihadapi. Namun harus diingat bahwa kendala yang besar dan banyak itu bukan berarti mewujudkan rumah tangga yang Islam tidak bisa, setiap kita harus yakin akan kemungkinan bisa membentuk rumah tangga yang Islami, kalau kita sudah yakin, maka kita dituntut membuktikan keyakinan itu dengan kesungguhan. Hal ini karena melaksanakan ajaran Islam memang sangat dituntut kesungguhan yang sangat. Akhirnya untuk meraih kehidupan rumah tangga yang bahagia, ada baiknya kita telaah hadits Rasul saw berikut ini: Empat perkara yang merupakan dari kebahagian seseorang, yaitu: mempunyai isteri yang shalehah, mempunyai anak yang berbakti, mempunyai teman yang shaleh dan mencari rizki di negerinya sendiri (HR. Dailami dari Ali ra) Page 9
  • 10. Drs. H. Ahmad Yani http://www.mail-archive.com/keluarga-islam@yahoogroups.com/msg16112.html Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah baiklah kita pelajari Hak dan kewajiban yang buat oleh Allah dan Rasul-Nya, antara lain: Hak-hak Suami 1. Suami adalah pemimpin rumah tangga "Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita).."(An-Nisa': 34) 2. Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang 3. Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh berpuasa sunnah. 4. Suami harus dilayani oleh isteri dalam hubungan badan kecuali uzur, dan isteri tidak boleh keluar rumah tanpa izinnya. Rasulullah saw bersabda: "Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan apapun yang ada di rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya walaupun ia sedang dalam kesulitan. Tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin suami." (Al- Faqih, 3:277) 5. Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu 6. Menyajikan makanan yang baik untuk suami 7. Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan mukanya 8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit Rasulullah saw juga bersabda: "Hak suami atas isteri adalah isteri hendaknya menyalakan lampu untuknya, memasakkan makanan, menyambutnya di pintu rumah saat ia datang, membawakan untuknya bejana air dan kain sapu tangan lalu mencuci tangan dan mukanya, dan tidak menghindar saat suami menginginkan dirinya kecuali ia sedang sakit." (Makarim Al-Akhlaq: 215) Rasulullah saw juga bersabda: "(Ketahuilah) bahwa wanita tidak pernah akan dikatakan telah menunaikan semua hak Allah atasnya kecuali jika ia telah menunaikan kewajibannya kepada suami." (Makarim Al-Akhlaq:215) Page 10
  • 11. Hak-Hak Isteri 1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21) 2. Isteri harus mendapat perlakukan yang baik "Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu." ( Al-Nisa' :19) 3. Mendapat nafkah dari suami 4. Mendapatkan pakaian dari suami 5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya tentang hak seorang isteri. Beliau menjawab: "Hak-hakmu atas suamimu adalah ia harus memberimu makan dengan kwalitas makanan yang ia makan dan memberimu pakaian seperti kualitas yang ia pakai, tidak menampar wajahmu, dan tidak membentakmu" (Makarim Al-Akhlaq:218) Rasulullah saw juga bersabda: "Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang yang pergi berperang di jalan Allah.". (Makarim Al-Akhlaq:218) "Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada mereka yang menjadi tanggung jawabnya." (Makarim Al-Akhlaq:218) 6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut 7. Suami harus memaafkan kesalahannya Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata: "Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih sayang. Maka, hendaknya kau sadari hal itu sebagai nikmat dari Allah yang harus kau muliakan dan bersikap lembut padanya, walaupun hakmu atasnya lebih wajib baginya. Karena ia adalah keluargamu Engkau wajib menyayanginya, memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan kesalahannya." Page 11
  • 12. Menghindari Pertikaian Rasulullah saw bersabda: "Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka." (Makarim Al-Akhlaq:216-217) "Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah yang berat. (Makarim Al-Akhlaq:213) "Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam." (Mustadrak Al- Wasail 2:550) Isteri tidak boleh memancing emosi suaminya, Rasulullah saw bersabda: "Isteri yang memaksa suaminya untuk memberikan nafkah di luar batas kemampuannya, tidak akan diterima Allah swt amal perbuatannya sampai ia bertaubat dan meminta nafkah semampu suaminya." (Makarim Al- Akhlaq: 202) Page 12
  • 13. Visi dan Misi Keluarga Muslim Visi keluarga kita: Tidak ada satu pun anggota keluarga tersentuh api neraka َ ‫الــــ ّا ِ َ َابـَ ِــــ َا‬ ‫ـ ن ر عذ ـ ق ن و‬ Misi keluarga kita: Mencapai derajat takwa yang sebenarnya ‫ُـ َـا ِه َ ّ ال ّق َى‬ ‫ت ق ت حق ت ْو‬ Memperoleh hidup mulia atau mati syahid ْ‫َ ِيْد ُتْ أوْ َ ِيْ ًا َيْش‬ ‫شه م َ كر م ع‬ Strategi untuk mencapai visi dan misi keluarga kita: 1. Setiap anggota keluarga mengikuti tarbiyah (pendidikan) dalam bentuk tilawah Al Qur’an, ada proses tazkiyah (pembersihan diri), dan taklim . 2. Setiap anggota keluarga menjalankan ibadah sampai derajat ihsan. 3. Setiap anggota keluarga berdakwah dan berjihad fii sabilillah. 4. Ada anggota keluarga yang menjadi pemimpin masyarakat (istikhlafu fiil ardhi). Arah kebijakan keluarga kita: 1. Semua anggota keluarga kita harus tertarbiyah. 2. Setiap anggota keluarga harus memiliki jadwal ibadah unggulan pribadi, baik secara ritual maupun sosial. 3. Secara jama’i (bersama-sama), keluarga harus punya jadwal ibadah unggulan, baik ritual maupun sosial. 4. Harus memiliki agenda dakwah di dalam keluarga. Page 13
  • 14. 5. Harus memiliki agenda dakwah untuk masyarakat sekitar. 6. Menghadirkan suasana keluarga yang mendukung tercapainya visi dan misi keluarga. 7. Mendidik setiap anggota keluarga untuk mencapai kualitas keluarga sebagai pemimpin umat. 8. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung tercapainya visi dan misi keluarga. Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menentukan Kriteria Dalam menentukan kriteria calon pasangan, Islam memberikan dua sisi yang perlu diperhatikan. Pertama, sisi yang terkait dengan agama, nasab, harta maupun kecantikan. Kedua, sisi lain yang lebih terkait dengan selera pribadi, seperti masalah suku, status sosial, corak pemikiran, kepribadian, serta hal-hal yang terkait dengan masalah pisik termasuk masalah kesehatan dan seterusnya. a. Masalah yang pertama Masalah yang pertama adalah masalah yang terkait dengan standar umum. Yaitu masalah agama, keturunan, harta dan kecantikan. Masalah ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW dalam haditsnya yang cukup masyhur. Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena agamanya, nasabnya, hartanya dan kecantikannya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat (HR. Bukhari, Muslim) Khusus masalah agama, Rasulullah SAW memang memberikan penekanan yang lebih, sebab memilih wanita yang sisi keagamaannya sudah matang jauh lebih menguntungkan ketimbang istri yang kemampuan agamanya masih setengah- setengah. Sebab dengan kondisi yang masih setengah-setengah itu, berarti suami masih harus bekerja ekstra keras untuk mendidiknya. Itupun kalau suami punya kemampuan agama yang lebih. Tetapi kalau kemampuannya pas-pasan, maka mau tidak mau suami harus `menyekolahkan` kembali istrinya agar memiliki kemampuan dari sisi agama yang baik. Tentu saja yang dimaksud dengan sisi keagamaan bukan berhenti pada luasnya pemahaman agama atau fikrah saja, tetapi juga mencakup sisi kerohaniannya (ruhiyah) yang idealnya adalah tipe seorang yang punya hubungan kuat dengan Allah SWT. Secara rinci bisa dicontohkan antara lain : • Aqidahnya kuat • Ibadahnya rajin Page 14
  • 15. • Akhlaqnya mulia • Pakaiannya dan dandanannya memenuhi standar busana muslimah • Menjaga kohormatan dirinya dengan tidak bercampur baur dan ikhtilath dengan lawan jenis yang bukan mahram • Tidak bepergian tanpa mahram atau pulang larut • Fasih membaca Al-Quran Al-Kariem • Ilmu pengetahuan agamanya mendalam • Aktifitas hariannya mencerminkan wanita shalilhah • Berbakti kepada orang tuanya serta rukun dengan saudaranya • Pandai menjaga lisannya • Pandai mengatur waktunya serta selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya • Selalu menjaga diri dari dosa-dosa meskipun kecil • Pemahaman syariahnya tidak terbata-bata • Berhusnuzhan kepada orang lain, ramah dan simpatik Lima Prinsip Membangun Keluarga Bahagia Oleh: KH. Abdul Hasib Hasan, Lc. Al Quran adalah petunjuk bagi seluruh Ummat manusia, yang mengatur seluruh peradaban. Menjadi pencerah bagi seluruh mahluk dan didalamnya terdapat segala macam pelajaran, hukum, dan aturan-aturan yang akan membawa manusia ke derajat yang mulia. Tak hanya mengatur masalah–masalah ibadah namun juga mengatur bagaiamana membangun peradaban dari unit terkecil yaitu keluarga. Lalu, seperti apakah prinsip dan kunci-kunci sukses yang di berikan Allah untuk membentuk keluarga bahagia menurut Al Quran..? Ada 5 prinsip membangun keluarga bahagia berdasarkan Surat Ar Ruum: 21. Ayat ini identik dengan pernikahan dan segala pernak perniknya. "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar-Ruum : 21). Ada 5 prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai rasa tenteram, kasih dan sayang dalam rumah tangga: Page 15
  • 16. 1. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf) Merawat cinta kasih dalam keluarga ibaratnya seperti merawat tanaman, maka pernikahan dan cinta kasih harus juga dirawat agar tumbuh subur dan indah, diantaranya dengan mu’asyarah bil ma’ruf. Rasulullah saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR.Thabrani & Tirmidzi) 2. Saling mengingatkan dalam kebaikan Di antara bentuk ketakwaan suami istri dalam mempererat serta mengokohkan rumah tangga adalah dengan saling nasehat menasehati untuk menjalankan sunnah Nabi. Lihat dan renungkanlah betapa indah dan harmonisnya rumah tangga yang dibangun di atas Al- Qur’an dan sunnah serta metode para sahabat yang telah digambarkan oleh Nabi dalam haditsnya, "Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk melaksanakan shalat (malam/tahajjud) lalu dia juga membangunkan istrinya hingga shalat. Jika istrinya enggan untuk bangun dia percikan air kewajahnya. Dan Allah merahmati seorang istri yang bangun dimalam hari untuk melaksanakan shalat (malam/tahajjud) lalu dia membangunkan suaminya hingga shalat. Jika suaminya enggan untuk bangun dia percikan air kewajahnya." HR. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah dan derajatnya hasan shohih). 3. Lebih mengutamakan untuk melaksanakan kewajiban, daripada menuntut hak Dalam membangun rumah tangga, suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang saling sinergi satu sama lain. Untuk menghadirkan ketentraman, hendaknya setiap individu lebih mengedepankan kewajiban daripada hak. Hal ini akan menumbuhkan sikap saling pengertian dan rasa tanggung jawab. Sebaliknya, tuntutan2 yang muncul dalam kehidupan rumahtangga dapat menyulut api perpecahan diantara pasangan suami-istri. 4. Saling menutupi kekurangan pasangannya Setiap suami pasti memiliki kekurangan, begitu juga dengan sang istri. Kekurangan2 tsb sangat mungkin baru diketahui oleh pasangan masing2 setelah menikah. Dengan saling menutupi kekurangan diri masing2, harmonisasi dalam rumahtangga akan terjaga. Tidak seperti seleb yang saling mengungkapkan aib pasangannya ke pihak lain, yang kemudian berakhir dengan perceraian. Prinsip saling menutupi ini didasari oleh Surat Al Baqarah ayat 187, "..mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka..". Fungsi pakaian adalah menutup aurat, sehingga dapat dipahami bahwa suami-istri Page 16
  • 17. hendaknya saling menutupi kekurangannya satu sama lain. 5. Saling tolong menolong Tolong menolong. Itulah kata kunci pasangan samara dalam mengelola keluarga. Suami- istri itu akan berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengelola keluarga mereka. Sungguh indah gambaran pasangan suami-istri yang seperti ini. Suaminya penuh rasa tanggung jawab, istrinya mampu menjaga kehormatan diri dan pandai menempatkan diri. (mys) sumber: http://www.alhikmah-online.com/ http://www.akupercaya.com/forums/renungan-harian/1274-kumpulan-renungan- keluarga.html Bagaimana Keluarga Dimulai “ Tuhan Allah berfirman :’ Tidak baik, kalau manusiaitu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” [ Kejadian 2:18 ]. Keluarga-keluarga yang ada dimuka bumi ini, adalah merupakan rancangan Allah sendiri. Dialah yang berinisiatif menciptakan keluarga di muka bumi ini. Ketika Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah serta menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya, dan menempatkannya dalam taman Eden, maka Tuhan sendirilah yang berfirman, “…tidak baik, kalau manusia ituseorang diri saja…”. Ia sendiri yang mengambil “ salah satu rusuk “ dari manusia itu, dan dari “ rusuk “ itu dibangunNyalah seorang perempuan. Pengertian “ rusuk “ disini adalah ruang [chamber]. Jadi ketika Tuhan Allah mengambil “ruang” dari manusia itu, maka manusia itu menjadi “tidak lengkap” lagi tanpa seorang perempuan. Tanpa seorang perempuan, manusia itu tidak dapat memultiplikasikan dan memperluas dirinya melalui anak-anak ; karena hanya perempuan [ womb-man = manusia rahim ] yang dapat memberikan anak-anak kepadanya. Tanpa seorang perempuan, maka manusia itu kehilangan “sebagian dirinya”, yang membuatnya “tidak utuh”. Tetapi semua ini adalah rancangan sang Pencipta. Demikianlah Tuhan Allah menghadirkan seorang perempuan bagi manusia itu sebagai penolong yang sepadan dengannya. Maka terciptalah apa yang disebut keluarga. Kejadian pasal 2 merupakan kisah bagaimana Tuhan Allah sendiri membangun keluarga pertama di muka bumi ini. Setelah manusia jatuh dalam dosa, kita lihat ada banyak orang mencoba membangun keluarga. Namun tidak jarang keluarga-keluarga ini hancur berantakan dan tercerai-berai setelah sejangka waktu berjalan. Atau, kalaupun tidak bercerai, kehidupan yang ada di dalamnya sudah tidak seperti keluarga lagi. Masing- masing anggota keluarga sudah berjalansendiri-sendiri. Suami, istri dan anak-anak Page 17
  • 18. mempunyai tujuan hidup masing-masing. Walaupun mereka masih hidup satu rumah, tidak ada lagi kesatuan seperti yang direncanakan Allah semula bagi suatu keluarga. Ini bukan saja terjadi pada keluarga-keluarga pada umumnya, namun seringkali terjadi juga dalam keluarga-keluarga yang menyebut dirinya Kristen. Mengapa ? Supaya genaplah firman Tuhan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang membangunnya…”. Jika bukan Tuhan yang membangun keluarga, sia-sialah usaha orang membangunnya, baik itu orang-orang pada umumnya maupun orang Kristen. Saudara saudari keluarga adalah rancangan dan ciptaan Allah sendiri. tak ada seorangpun yang dapat membangun keluarga. Marilah kita berserah dan mengizinkan diamembangun keluarga kita sendiri. Amin. Resume "Manajemen Konflik dalam Keluarga" Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap keluarga berharap keluarga yang mereka bina menjadi keluaraga yang sakinah, mawadah dan warahmah. tetapi adakalanya permasalahan-permasalahan yang hadir dalam kehidupan berkeluarga membutuhkan sebuah manejemen yang baik agar permasalah yang hadir dapat segera diatasi dan tidak mengganggu hubungan keharmonisan di dalam kehidupan berkeluarga. ternyata manajemen Konflik di dalam kehidupan berumah tangga sudah diaturoleh islam di dalam Al-Quran. Dalam kehidupan berkeluaraga pasti terdapat konflik-konflik dan promblematika yang harus dihadapi dan harus diselesaikan dengan cara yang paling tepat. Alangkah baiknya jika permasalah-permasalahan yang ada diselesaikan dengan cara yang benar dan islami. Permasalahan yang terjadi biasanya menyangkut: 1. Permasalahan ekonomi.Hal ini biasanya terkait dengan masalah pendapatan yang didapatkan oleh sang istri jauh lebih besar dari pendapatan sang suami.Adakalanya superioritas suami sedikit terganggu dalam situasi seperti di contohkan di atas. 2. Perbedaan pendapat dan prinsip 3. Permasalahan dengan keluarga besar. Permasalahan terjadi disebebkan karena keluarga besar terlalu mencampuri urusan internal keluarga 4. perkembangan psikologis atau kepribadian masing-masing pasangan Pemecahan dari permasalahan-permasalahan di atas adalah dengan: 1.Jalan komunikasi dan meningkatakan pemahaman masing-masing pasangan. 2. Saling memahami dan mengetahui kondisi psikologis pasangan masing-masing Page 18
  • 19. 3. Memperhatikan perasaan pasangan masing-masing atau meningkatkan perasaan empati kita terhadap pasangan. Jadi secara garis besarnya konflik keluarga di dalam islam diatur penyelesaiannya sebagai berikut 1. Menasehati jika istri atau pasangan melakukan kesalahan 2. Tinggalkanlah atau pisah ranjang 3. Jika perlu pukulah mereka (dalam tahap ini jika sudah tidak ada jalan yang lain) 4. Memanggil juru damai dari kedua belah pihak . Dalam kehidupan berumah tangga diperlukan rasa saling sayang dan memahami. Dan juga harus diperhatikan juga hal-hal kecil dari pasangan-pasangan kita. Semisal suami harus bisa memahami kondisi istri dan juga sebaliknya. Diperlukan juga adanya waktu refresh bersama-sama . Dan yang penting adalah jika ada permasalahan, akan sangat baik jika dibicarakan bersama dan dikomunikasikan. Hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan untuk menjaga keharmonisan keluarga adalah: 1. memberikan perhatian baik simpati ataupun empati yang tulus 2. memberikan masukan yang jujur dan tulus 3. memberikan panggilan yang baik kepada pasangan 4. menjadi pendengar yang baik 5. membuka pembicaraan dengan hal-hal dan topik-topik yang menarik dan menggembirakan. 6. menunjukkan kepada pasangan kita bahwa dialah yang terpenting, jadi memberikan perhatian yang khusus pada pasangan kita. Page 19
  • 20. Manajemen Keluarga Menurut Agama,Masyarakat dan Kehidupan Modern Manajemen keluarga, diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan orang-orang dalam keluarga untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama dengan memanfaatkan sumber daya, dana dan prasarana yang tersedia. Dalam mencapai tujuan keluarga ada dua jenis sumber daya yang harus dikelola, yaitu manusia yang mencakup seluruh anggota keluarga dan non manusia yang meliputi seluruh fasilitas, dana, peralatan dan perangkat yang diperlukan dalam proses kerjasama. Selain itu,komunikasi juga memegang peranan yang sangat penting dalam keluarga. Adanya komunikasi antar anggota dalam keluarga yang terjadi dengan penuh kasih sayang, persahabatan, kerjasama, penghargaan, kejujuran, kepercayaan dan keterbukaan. Page 20
  • 21. Budha Jika dalam agama Islam, Kristen, Hindu, pernikahan dianggap sakral, di dalam agama Budha tidak. Dalam Budha, ordo apapun, perkawinan semata-mata dianggap urusan duniawi. Oleh karena itu tidak ada sanksi religius di dalam hubungan suami istri. Jadi kalau laki-laki dan perempuan merasa cocok, maka tinggal masalah komitmen saja. Meskipun Sang Budha tidak banyak berbicara masalah perkawinan, tetapi Sang Budha juga mengajarkan hubungan keluarga, tentang suami istri yang penuh kasih sayang danm setara. Namun dalam Budhisme, dalam hubungan keluarga ini yang diteklankan adalah masalah kewajiban saja, bukan hak dan kewajiban. Hal ini dikarenakan adanya doktrin An Ata, tidak ada aku, tidak ada aku yang berdiri sendiri. Jadi dalam tubuh manusia tidak ada yang disebut se3bagai aku, melainkan hanya elemen. Perkawinan menurut Agama Buddha. Buddha tidak pernah mengajarkan keharusan atau larangan khususnya dalam perkawinan dan berdasarkan ajaran kebebasan itulah maka penganut Buddha diperbolehkan atau tidak dilarang seorang pria Buddha mengikat perkawinan dengan wanita non Buddhis, demikian juga dengan wanita Buddhis diperbolehkan atau tidak dilarang mengikat perkawinan dengan pria non Buddha. Bukan hanya kebebasan berpikir, tetapi juga toleransi yang diajarkan Buddha kepada murid-muridnya maka penganut Buddha bebas memilih pasangan hidupnya dalam suatu ikatan perkawinan tanpa memandang agamanya. Page 21
  • 22. Meskipun bebas berpikir tetapi Buddha mengajarkan hubungan antara suami-istri merupakan hubungan yang suci dan keramat atau penghidupan keluarga yang keramat atau Sadara-Brahma-cariya, tekanan diberikan kepada istilah “Brahma” merupakan penghormatan tertinggi diberikan kepada hubungan suami-istri, karena suami istri harus setia, saling mencintai, saling berbakti dan mempunyai kewajiban tertentu terhadap satu dengan yang lain. Suami harus selalu menghormati istrinya dan menjaga jangan sampai kekurangan apa- apa. Ia harus mencintainya dan setia kepadanya, harus memberikan kedudukan dan kesenangan kepada istrinya dan harus memberikan pakaian dan perhiasan. Sebaliknya istri juga harus mengawasi dan mengurus rumah tangga, harus menjamu sahabat-sahabat, tamu-tamu, keluarga dan pegawai suami, harus mencintai dan setia kepada suaminya, harus melindungi pencaharian suami, serta harus pintar dan rajin dalam semua pekerjaannya. Page 22
  • 23. Perkawinan Menurut Agama Hindu Artikel ini terjemahan dari The Wedding in Hindu (Balinese) Religion yang ditulis oleh Bhagawan Dwija . By : Bhagawan Dwija Weda mengatakan bahwa pernikahan dalam Hindu adalah suatu perbuatan suci. Ada dua maksud utama di dalamnya. Pertama, Tuhan memberkati lelaki dan perempuan untuk saling mencintai sebagaimana Dewa Smara (sama seperti dengan Adam) dan Dewi Ratih (sama seperti Hawa). Kedua, manusia diberi kesempatan untuk bereinkarnasi melalui keturunan yang dihasilkan oleh sepasang lelaki dan perempuan. Itulah sebabnya mengapa melahirkan keturunan masuk dalam prioritas bagi masyarakatHindu di Bali. Seorang anak, terutama anak laki-laki mempunyai peran penting dalam keluarga. Dialah yang akan merawat orang tuanya, baik semasa hidup maupun setelah meninggal. Roh dari orang tua yang sudah meninggal akan diantarkan kepada Tuhan oleh anaknya dalam sebuah upacara Ngaben. Karena pernikahan itu suci, maka juga disebut sebagai perbuatan dharma. Lawan kata dari adharma yang bermakna dosa. Masyarakat bali sangat menghindari perceraian, kecuali untuk alas an yang prinsip, misalnya tidak bisa mendapat keturunan. Seks sebelum pernikahan juga sebuah dosa. Jadi dengan kata lain, seks menjadi hal kedua setelah pernikahan, lalu diikuti oleh kewajiban istri terhadap keluarga suami. Ia meninggalkan rumah keluarga untuk bergabung dalam keluarga barunya. Sekarang ia tidak hanya mencintai dan merawat suami dan anak, namun juga harus mencintai dan merawat keluarga suami terutama kedua orang tua. Dalam filosofi Bali kuno, istri hampir sama kedudukannya dengan pelayan, namun pada jaman sekarang, suami dan istri mempunyai kedudukan yang setara dan seimbang. Perayaan pernikahan diadakan sebagaimana mestinya seperti daerah lain, terkadang mereka yang mampu boleh juga mengadakan pernikahan yang meriah dan mengeluarkan banyak uang. Namun suatu pernikahan tidak tergantung pada besar kecilnya pesta atau perayaan. Hal terpenting dari suatu pernikahan meliputi tiga aspek, yaitu Bhuta Saksi, Dwa Saksi, dan Manusa Saksi. Butha Saksi adalah bagian dari ritual pernikahan untuk mewujudkan pernikahan suci dan sacral. Dewa Saksi adalah permohonan dan do’a untuk berkat dari Tuhan atas mempelai berdua pernikahan yang dilangsungkan. Sedangkan Manusa Saksi lebih mengacu pada pemberitahuan pada masyarakat sekitar bahwa telah Page 23
  • 24. berlangsung pernikahan antara sepasang mempelai tersebut. Sebagaimana tercantum juga dalam undang-undang perkawinan No.1/1974. Acara Pernikahan tersusun atas tiga bagian yaitu keluarga kedua belah pihak mempelai, orang-orang yang membuat perlengkapan dan kebutuhan upacara (banten), serta pendeta. Pendeta yang memimpin semua ritual dan bertanggung jawab atas jalannya upacara. Pendeta adalah seorang yang sudah terlatih dan diberkati, dia memiliki otoritas dari guru yang biasa disebut Nabe, untuk memimpin suatu upacara. Seseorang dapat menjadi pendeta setelah belajar segala sesuatu tentang Weda dan menjalani kehidupan baru di ‘Jalan Tuhan’ barulah dia dapat memimpin pengikutnya untuk menuju kehidupan yang lebih baik (suci). Pendeta tidak hanya memimpin apacara namun juga harus aktif dalam mengarahkan orang-orang untuk menjadi seorang Hindu yang baik. Orang yang membuat perlengkapan dan kebutuhan upacara atau banten biasanya adalah para perempuan, terkadang dipimpin oleh istri pendeta. Bantenmenjadi media yang digunakan oleh Pendeta dalam do’a- do’anya, terdiri dari daun-daunan, berbagai macam bunga, babi, ayam, buah-buahan, dsb. Selain itu juga dimaksudkan sebagai persembahan suci dan iklas dari lubuk hati umat Hindu. Page 24
  • 25. Pernikahan Secara Islam Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya. Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam. Firman Allah Ta'ala. "Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum : 30). A. Islam Menganjurkan Nikah Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As- Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : "Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim). B. Islam Tidak Menyukai Membujang Page 25
  • 26. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda : "Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (Hadits Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban). Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda : "Artinya : Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf : "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab". Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan. Page 26
  • 27. Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah. Trilogi Perkawinan Kristiani Penulis : Eka Darmaputera Pembicaraan mengenai Hukum ke-7 Dasa Titah, "JANGAN BERZINAH", membawa kita pada masalah PERKAWINAN. Tidak dapat tidak! Pemahaman orang tentang apa itu "berzinah", sangat tergantung pada pemahaman yang bersangkutan tentang apa itu "perkawinan". Tidak ada perkawinan, tidak ada perzinahan. Contohnya, ayam. Ayam biasa bertukar-tukar pasangan. Entah berapa kali sehari. Tapi berzinahkah ia? Menurut ajaran Reformasi, lembaga "perkawinan" terletak pada ranah (= realm) "Orde Penciptaan" (= Order of Creation). Apa artinya? Artinya, pertama, ialah, bahwa "perkawinan" itu diciptakan dan dikehendaki Allah, sejak awalnya Ia sudah ada dalam rancang-bangun penciptaan Allah, sejak "dari sono-nya". Ini berbeda dengan, misalnya, lembaga manusiawi lain yang disebut "negara". Menurut Alkitab, "negara" baru direstui Allah setelah dosa dan karena dosa ( Bnd. 1 Samuel 8:1-9). Mengatakan bahwa "perkawinan" termasuk dalam "orde penciptaan", berarti mengatakan bahwa - apa pun yang kemudian terjadi -- perkawinan itu pada hakikatnya baik, suci, diberkati. Kedua, mengatakan bahwa "perkawinan" termasuk dalam "orde penciptaan" , juga berarti mengatakan, bahwa ia diciptakan dan dikehendaki Allah bagi semua. Semua orang ciptaan-Nya. Tidak hanya bagi sekelompok orang tertentu. Implikasi teologisnya adalah, tidak hanya pernikahan orang-orang Protestan, dan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan saja, yang bisa disebut sebagai "perkawinan". Ghozali tidak boleh dicap "berzinah" dengan Chotimah, hanya karena perkawinan mereka dilangsungkan di KUA. Ong Bun Teng tidak boleh dianggap "kumpul kebo" dengan Tjhie Sam Sioe, hanya sebab mereka menikah di kelenteng, tidak di gereja. *** Sebuah perkawinan adalah "sah", bila ia "sah" menurut hukum. Gereja tidak mengesahkan perkawinan. Gereja hanya "sekadar" memberkati serta meneguhkan pernikahan warganya, yang terlebih dahulu telah disahkan oleh negara. Konon, untuk menyungguhkan ajarannya yang terkesan "menentang arus" ini, Martin Luther dengan sengaja. hanya menikah di depan pejabat negara. Dengan itu, ia seolah- Page 27
  • 28. olah ingin mempermaklumkan, " Dengan ini, pernikahanku toh tidak jadi berkurang keabsahannya. Baik di hadapan Tuhan, maupun di depan manusia". Untuk pengetahuan Anda, keyakinan itulah yang membuat gereja-gereja Protestan di Indonesia sebenarnya mengalami kesulitan mendasar, sehubungan dengan ketentuan UU Perkawinan yang berlaku di negara kita, -- yang nota bene memang sudah kontroversial sejak awal kelahirannya. Mengapa? Sebab, di satu pihak, UU Perkawinan menetapkan, bahwa perkawinan harus "sah" terlebih dahulu secara agama, baru kemudian bisa "dicatat" oleh negara. Di lain pihak, ajaran Protestan mengatakan yang sebaliknya: bahwa perkawinan mesti "sah" dulu di depan negara, baru gereja dapat merestui serta meneguhkannya. Sebab bagaimana mungkin gereja "memberkati" sebuah perkawinan yang belum sah? Atau "meneguhkan" sebuah perkawinan yang secara resmi belum ada? Sedang mengabsahkannya? Ini lebih mustahil lagi! Sebab "gereja" bukanlah sebuah lembaga hukum. "Gereja" juga bukan sebuah lembaga negara. "Gereja" adalah sebuah lembaga keagamaan. Mengesahkan sebuah perkawinan, berarti merampas apa-apa yang merupakan "hak" dan "otoritas" lembaga lain, d.h.i. "negara". Dan urusan pun akan jadi lebih pelik, bila sebagai konsekuensinya, "gereja" yang harus mengabsahkan "perkawinan", harus juga menentukan keabsahan "perceraian". *** Tetapi walaupun, seperti diuraikan di atas, "perkawinan" bersifat universal, ini sama sekali tidak berarti bahwa yang disebut "perkawinan kristiani" itu tidak ada. Perkawinan Yohanes dengan Maria bisa saja sama sahnya dengan perkawinan antara Wayan dan Ketut. Tapi juga amat berbeda! Perbedaan itu terletak pada asas-asasnya. Sebuah "perkawinan kristiani" bukanlah sekadar perkawinan antara dua orang kristen. Melainkan sebuah perkawinan yang dilandasi oleh prinsip-prinsip kristen. Perkawinan Yohanes dan Maria tidak serta merta adalah sebuah "perkawinan kristen". Baru bisa disebut begitu, apabila Yohanes dan Maria benar-benar menjalankan hidup bersama mereka berdasarkan "asas-asas perkawinan kristen". Karena itu penting sekali kita mengetahui karakteristik asas-asas tersebut. Mengenai ini, perkenankanlah saya hanya berbicara mengenai apa-apa yang saya anggap paling pokok saja. Yaitu bahwa, ibarat bemo atau bajaj yang memiliki tiga roda, sebuah perkawinan kristen juga punya tiga (= trilogi) asas pokok. Tiga asas tersebut adalah: (a) asas monogami; (b) asas kesetiaan ( = fidelitas); dan (c) asas seumur hidup (= indisolubilitas). Sebuah perkawinan kristen adalah perkawinan antara seorang suami dengan seorang istri, yang untuk seumur hidup mereka, saling mengikatkan diri dalam ikatan kasih-setia. Page 28
  • 29. Yang perlu saya tekankan adalah, bahwa yang terpenting dari karakteristik ini bukanlah masing-masing asas itu secara individual, melainkan bahwa tiga asas tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ini penting saya kemukakan, karena ada orang yang dengan "licik"nya membenarkan diri dengan memanfaatkan asas-asas itu, sekali pun perbuatannya jelas-jelas merupakan pelanggaran. Misalnya, kasus pak Sastro Kempul. Dengan bangganya ia selalu mengatakan, betapa dengan segenap hati ia menjunjung tinggi asas monogami. "Saya tidak pernah punya istri lebih dari satu orang", katanya. Tapi apa yang ia lakukan? Setiap kali ia jatuh hati kepada perempuan lain, maka diceraikannyalah istri yang "satu-satu"nya itu, untuk digantikan kedudukannya oleh istri yang baru, yang juga "satu-satu"nya. Pak Kempul menjalankan asas "monogami" tapi melanggar asas "kesetiaan" dan "asas seumur hidup". Pak Joni Kemplu lain lagi. Ia mengklaim diri sebagai penganut prinsip "monogami" dan juga pembela asas "seumur hidup". Karena itu, katanya, "Seumur hidup saya, saya tidak akan pernah menceraikan istri saya yang satu-satunya! Swear!". Tapi ia bermain "gelap- gelapan" dengan entah berapa banyak perempuan lain.. Pak Kemplu tidak lulus tes asas yang kedua, yaitu asas "kesetiaan". *** ADA lagi tiga komponen yang juga amat erat saling terkait, di mana "perkawinan" adalah salah satu komponennya. Inilah TRILOGI yang kedua: saling keterkaitan antara CINTA, SEKS, dan PERKAWINAN. Asas ini, saya akui, kini telah dianggap usang. Tak sesuai lagi dengan gaya hidup moderen. Sebab orang moderen justru cenderung memisahkan ketiganya. "Seks", misalnya, dianggap sebagai sebuah entitas yang berdiri sendiri. Boleh dinikmati sebagai "seks". Tanpa perlu dikait-kaitkan dengan "cinta". Dan tanpa perlu harus dihubung-hubungkan dengan "perkawinan". "Seks untuk seks". Di mata orang moderen, "perkawinan" juga begitu. Tidak hina, ganjil atau nista, bila seorang Hasoloan "menikah" dengan Tarida, tapi "cinta"nya untuk Kemala, sedang "seks"nya dinikmati bersama dengan Tuti dan Rini dan Evi dan Sandra. Lalu "cinta"? "Cinta" tentu masih ada. Lihat saja sinetron-sinetron kita - entah berapa banyak yang bertemakan "cinta"! Tapi tunggu dulu. Bila orang-orang muda sekarang berbicara tentang "cinta" - apa sebenarnya maksud mereka? Menurut kesan saya, sekarang ini padanan kata untuk "cinta" adalah: "tertarik" atau "terpikat" atau "timbul Page 29
  • 30. berahi", atau macam-macam lagi. Tapi yang pasti, tidak perlu terarah ke "perkawinan". Mungkin terarah ke "seks", tapi "seks" tak selalu mesti ekspresi "cinta". *** Dalam perspektif kristiani, tiga komponen tersebut tidak boleh dipisah-pisah atau dipiliah-pilah. "Seks" dalam pandangan kristen bukanlah sesuatu yang tabu, hina dan kotor. Kenikmatan seksual adalah anugerah Tuhan - bahkan salah satu anugerah Tuhan yang terbesar, yang - meniru bunyi sebuah iklan -- "membuat hidup benar-benar hidup"! Ya! Tapi di mana letak kenikmatan seksual yang paling puncak, dan daya tarik seksual yang paling indah? Jawabnya: ketika kegiatan seksual merupakan ekspresi "cinta" dan dilaksanakan oleh suami - istri dalam konteks "perkawinan" yang berbahagia. Ini, saudara, yang benar-benar ruaaarr biasa! "Seks" tanpa "cinta" tentu saja bisa tetap menyenangkan dan memberi kenikmatan tersendiri.. Tapi kesenangan dan kenikmatan yang cuma menyentuh permukaan. Tidak memberi kepuasan yang mendalam. "Seks" di luar konteks "perkawinan" amat boleh jadi mampu memberikan suasana petualangan yang nikmat dan menegangkan. Tapi percayalah, ia pasti tidak memberi ketentraman jiwa. Bahkan yang lebih sering, ia melahirkan rasa bersalah yang mengganggu serta penyesalan yang panjang. Karena trilogi tersebut, kita menolak ide "hidup bersama" di luar pernikahan. Gaya hidup ini memisahkan "seks" dan "cinta" dari "perkawinan". Dan sebaliknya, juga karena trilogi tersebut, kita menolak dilaksanakannya "perkawinan" dengan motivasi-motivasi lain di luar cinta yang murni dan "seksualitas" yang benar. Misalnya memaksakan perkawinan untuk menutup aib atau untuk memperoleh keuntungan. Sumber: http://www.glorianet.org/ekadarmaputera/ekadtril.html Page 30
  • 31. Pernikahan Beda Agama Ditulis oleh Komaruddin Hidyat Jumat, 01 Mei 2009 14:46 Tulisan ini tidak hendak memasuki perdebatan teologis, apakah pernikahan beda agama diperbolehkan ataukah tidak, melainkan sekadar menyajikan catatan psikologis problem yang muncul dari pasangan suami-istri yang berbeda agama. Berulang kali saya kedatangan tamu yang sekadar berkonsultasi mengenai kehidupan rumah tangga mereka yang menghadapi problem akibat perbedaan keyakinan agama,yang kemudian berimbas kepada anakanak mereka.Ada juga yang datang dengan status masih berpacaran dan bersiap memasuki jenjang pernikahan. Di antara kasus itu adalah memudarnya rumah tangga yang telah dibina belasan tahun, namun semakin hari serasa semakin kering, akibat perbedaan agama. Pada mulanya, terutama sewaktu masih pacaran, perbedaan itu dianggap sepele, bisa diatasi oleh cinta. Tetapi lama-kelamaan ternyata jarak itu tetap saja menganga. Bayangkan saja, ketika seorang suami (yang beragama Islam) pergi umrah atau haji, adalah suatu kebahagiaan jika istri dan anakanaknya bisa ikut bersamanya. Tetapi alangkah sedihnya ketika istri dan anak-anaknya lebih memilih pergi ke gereja. Salah satu kebahagiaan seorang ayah muslim adalah menjadi imam salat berjamaah bersama anak istri. Begitu pun ketika Ramadhan tiba,suasana ibadah puasa menjadi perekat batin kehidupan keluarga. Tetapi keinginan itu sulit terpenuhi ketika pasangannya berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan beragama Kristen misalnya, pasti akan merasakan hal yang sama,betapa indahnya melakukan kebaktikan di gereja bersanding dengan suami.Namun itu hanya keinginan belaka. Ada seorang ibu yang merasa beruntung karena anak-anaknya ikut agama ibunya.Kondisi ini membuat ayahnya merasa kesepian ketika ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman beragama. Di zaman yang semakin plural ini pernikahan beda agama kelihatannya semakin Page 31
  • 32. bertambah. Terlepas dari persoalan teologis dan keyakinan agama, perlu diingat bahwa tujuan berumah tangga itu untuk meraih kebahagiaan. Untuk itu kecocokan dan saling pengertian sangat penting terpelihara dan tumbuh. Bahwa karakter suami dan istri masing-masing berbeda, itu suatu keniscayaan.Misalnya saja perbedaan usia, perbedaan kelas sosial, perbedaan pendidikan, semuanya itu hal yang wajar selama keduanya saling menerima dan saling melengkapi. Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia, perbedaan agama menjadi krusial karena peristiwa akad nikah tidak saja mempertemukan suami-istri, melainkan juga keluarga besarnya. Jadi perlu dipikirkan matangmatang ketika perbedaan itu mengenai keyakinan agama.Problem itu semakin terasa terutama ketika sebuah pasangan beda agama telah memiliki anak. Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya mengikuti agama yang diyakininya. Kalau ayahnya Islam, dia ingin anaknya menjadi muslim. Kalau ibunya Kristen dia ingin anaknya memeluk Kristen.Anak yang mestinya menjadi perekat orang tua sebagai suami- isteri, kadang kala menjadi sumber perselisihan. Orang tua saling berebut menanamkan pengaruh masing-masing. Mengapa agama menjadi persoalan? Karena agama ibarat pakaian yang digunakan seumur hidup. Spirit,keyakinan,dan tradisi agama senantiasa melekat pada setiap individu yang beragama,termasuk dalam kehidupan rumah tangga.Di sana terdapat ritual-ritual keagamaan yang idealnya dijaga dan dilaksanakan secara kolektif dalam kehidupan rumah tangga. Contohnya pelaksanaan salat berjamaah dalam keluarga muslim, atau ritual berpuasa.Semua ini akan terasa indah dan nyaman ketika dilakukan secara kompak oleh seluruh keluarga. Setelah salat berjamaah, seorang ayah yang bertindak sebagai imam lalu menyampaikan kultum dan dialog, tukar-menukar pengalaman untuk memaknai hidup. Suasana yang begitu indah dan religius itu sulit diwujudkan ketika pasangan hidupnya berbeda agama.Kenikmatan berkeluarga ada yang hilang. Jadi, sepanjang pengamatan saya, secara psikologis pernikahan beda agama menyimpan masalah yang bisa menggerogoti kebahagiaan. Ini tidak berarti pernikahan satu agama akan terbebas dari masalah. Namun perbedaan agama bagi kehidupan rumah tangga di Indonesia selalu dipandang serius. Ada suatu kompetisi antara ayah dan ibu untuk memengaruhi anak-anak sehingga anak jadi bingung. Namun ada juga yang malah menjadi lebih dewasa dan kritis. Pasangan yang berbeda agama masing-masing akan berharap dan yakin suatu saat pasangannya akan berpindah agama. Seorang teman bercerita, ada seorang suami yang rajin salat, puasa, dan senantiasa berdoa agar istrinya yang beragama Katolik mendapat hidayah sehingga menjadi muslim. Dengan segala kesabarannya sampai dikaruniai dua anak, istrinya masih tetap kokoh dengan keyakinan agamanya.Tapi harapannya belum juga terwujud dan bahkan perselisihan demi perselisihan muncul. Akhirnya suami dan istri tadi masing-masing Page 32
  • 33. merasa kesepian di tengah keluarga. Ada suatu kehangatan dan keintiman yang kian redup dan perlahan menghilang. Ketika semakin menapaki usia lanjut, kebahagiaan yang dicari tidak lagi materi, melainkan bersifat psikologis-spiritual yang sumbernya dari keharmonisan keluarga yang diikat oleh iman dan tradisi keagamaan. Ketika itu tak ada, maka rasa sepi kian terasa. Cerita di atas tentu saja merupakan kasus, tidak bijak dibuat generalisasi. Namun pantas menjadi pelajaran. Ketika masih berpacaran lalu menikah dan belum punya anak,cinta mungkin diyakini bisa mengatasi semua perbedaan. Tetapi setelah punya anak berbagai masalah baru akan bermunculan. Memang ada satu dua pernikahan pasangan berbeda agama yang kelihatannya baik-baik saja. Cuma kebetulan yang datang pada saya yang bermasalah. Bayangkan, bagi seorang muslim, ketika usia semakin lanjut, tak ada yang diharapkan kecuali untaian doa dari anaknya. Dan mereka yakin doa yang dikabulkan adalah yang datang dari keluarga yang seiman. Dampak psikologis orang tua yang berbeda agama juga akan sangat dirasakan oleh anak -anaknya. Mereka bingung siapa yang harus diikuti keyakinannya. Terlebih fase anak yang tengah memasuki masa pembentukan dan perkembangan kepribadian di mana nilai-nilai agama sangat berperan. Kalau agama malah menjadi sumber konflik, tentulah kurang bagus bagi anak.(*) Tulisan ini pernah dimuat di Koran Seputar Indonesia, Jumat 1 Mei 2009 Page 33
  • 34. Menikah Dengan Beda Agama Ada 4 kasus, Yaitu: 1. Kasus Pertama Pria Muslim, Menikah dengan wanita ahli kitab (Yakni Yahudi dan nashoro, tidak selainnya) Kasus ini dibolehkan menurut syara', berdasarkan firman Allah dalam Alquran: "Dan wanita baik(Almaidah: 5) 2. Kasus Kedua Pria Muslim menikah dengan wanita musyrik (majusi, Budha, HIndu, dll selain Yahudi dan Nashrani)Kasus ini, maka haram hukumnya menikah dengan wanita musyrik, berdasarkan firman Allah: "Jangan kamu menikah dengan wanita musyrik, sampai (kecuali) mereka beriman." (Albaqoroh: 221) Jika ada yang bertanya, mengapa menikah dengan wanita ahli kitab dibolehkan padahal haram hukumnya menikah dengan wanita musyrik, bukankah ahli kitab juga berbuat syirik dengan menyekutukan Allah dengan nabi-Nya? maka syubhat ini dijawab: (1). Bahwa Allah sendiri membedakan bahwa orang kafir itu ada 2, yakni ahli kitab dan Musyrikin Firman-Nya: "Dan sesungguhnya orang-orang Kafir dari golongan Ahli kitab dan musyrikin, mereka kekal di neraka Jahannam, mereka adalah seburu-buruk makhluk" (albayyinah: 6) (2). Bahwa Walaupun kaum Ahli Kitab itu juga berbuat syirik, namun mereka tidak dinisbatkan dengan kemusyrikannya, akan tetapi dinisbatkan dengan Kitab Allah yang diturunkan kepada mereka, meskipun kitab tersebut mereka ubah. Oleh karena itu, Allah mengharamkan menikah dengan wanita musyrik, namun Dia menghalalkan menikah dengan wanita ahli kitab. ini adalah Syariat min robbil alamin, yang tentunya sesuai dengan hikmah-Nya. Page 34
  • 35. 3. Kasus ketiga Wanita muslimah menikah dengan Pria Musyrikin hukumnya haram, berdasarkan firman Allah: "Dan janganlah kamu menikahkan pria musyrik dengan wanita mukmin.." (Albaqoroh: 221) 4. Kasus keempat wanita muslimah menikah dengan pria Ahli kitab hukumnya haram, larangannya ialah tercakup dalam kasus ketiga di atas. Hal ini karena Allah tidak membedakan hukum menikah bagi muslimah dengan pria kafir, yakni sama haramnya. Adakah sahabat yang menikah dengan wanita ahli kitab? Dalam tafsir ibnu Katsir tentang Surat Almaidah ayat 6 disebutkan: Berkata Ibnu Abi Hatim: Telah menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan kepada kami muhammad bin hatim bin Sulaiman, telah menceritakan kepada kami qosim bin malik almuzanni, telah menceritakan kepada kami Ismail bin sami' dari abi malik alghifari, ia berkata: ".... tatkala turun ayat 6 surat almaidah, maka orang-orang pun menikah dengan wanita ahli kitab, dan sungguh ada banyak (jama'ah) sahabat menikah dengan wanita nashrani, dan mereka berpandangan itu tidaklah mengapa,berdasarkan ayat ini." Apakah dijaman sekarang ini dibolehkan? Ust. Abdulhakim ketika ditanya tentang permasalahan ini di Palembang, 22 Juni lalu) menjelaskan, ringkasnya yaitu: bahwa hukum pria menikah dengan wanita ahli kitab itu tetap berlaku, yakni boleh. dan ia bukanlah suatu anjuran ketika jumlah kaum muslimah itu banyak. Rukshsah ini tentunya akan sangat dirasakan manfaatnya, bagi umat islam yang memang tinggal di negeri-negeri yang jumlah kaum muslimahnya sedikit, seperti di negara-negara barat. masalah ini sebenarnya pernah di bahas di majalah Assunnah Page 35
  • 36. Poligami Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Wilayah yang membolehkan poligami Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan) sekaligus pada suatu saat (berlawanan dengan monogami, di mana seseorang memiliki hanya satu suami atau istri pada suatu saat). Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu poligini (seorang pria memiliki beberapa istri sekaligus), poliandri (seorang wanita memiliki beberapa suami sekaligus), dan pernikahan kelompok (bahasa Inggris: group marriage, yaitu kombinasi poligini dan poliandri). Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah, namum poligini merupakan bentuk yang paling umum terjadi. Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita. Poligami dan agama Hindu Baik poligini maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat Hindu pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang maupun menyarankan poligami. Pada prakteknya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami. Yudaisme Page 36
  • 37. Walaupun kitab-kitab kuna agama Yahudi menandakan bahwa poligami diizinkan, berbagai kalangan Yahudi kini melarang poligami. Kristen Gereja-gereja Kristen umumnya, (Protestan, Katolik, Ortodoks, dan lain-lain) menentang praktek poligami. Namun beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab- kitab kuna agama Yahudi.Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang. Mormonisme Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika Serikat sejak tahun 1840-an hingga sekarang mempraktikkan, bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882 penganut Mormon memprotes keras undang-undang anti-poligami yang dibuat pemerintah Amerika Serikat.Namun praktik ini resmi dihapuskan ketika Utah memilih untuk bergabung dengan Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai kini masih mempraktekkan poligini. Islam Artikel utama untuk bagian ini adalah: Poligami dalam Islam Islam pada dasarnya 'memperbolehkan' seorang pria beristri lebih dari satu (poligami). Islam 'memperbolehkan' seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat 'adil' terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 3 4:3). Poligini dalam Islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap-tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Di Indonesia sendiri terdapat hukum yang memperketat aturan poligini untuk pegawai negeri, dan sedang dalam wacana untuk diberlakukan kepada publik secara umum. Tunisia adalah contoh negara arab dimana poligami tidak diperbolehkan. Film • Berbagi Suami (tahun 2006) • Ayat-Ayat Cinta (tahun 2008) Page 37
  • 38. Syarat – Syarat Poligami dalam Islam Bahwa beberapa ulama, setelah meninjau ayat-ayat tentang poligami, mereka telah menetapkan bahwa menurut asalnya, Islam sebenamya ialah monogami. Terdapat ayat yang mengandung gugutan serta peringatan agar tidak disalah gunakan poligami itu di tempat-tempat yang tidak wajar. Ini semua bertujuan supaya tidak terjadinya kezaliman. Tetapi, poligami diperbolehkan dengan syarat ia dilakukan pada masa-masa terdesak untuk mengatasi perkara yang tidak dapat diatasi dengan jalan lain. Atau dengan kata lain bahawa poligami itu diperbolehkan oleh Islam dan tidak dilarang kecuali jikalau dikuatirkan bahwa kebaikannya akan dikalahkan oleh keburukannya. Jadi, sebagaimana talaq, begitu jugalah halnya dengan poligami yang diperbolehkan karena hendak mencari jalan keluar dari kesulitan. Islam memperbolehkan umatnya berpoligami berdasarkan nas-nas syariat serta realiti keadaan masyarakat. Ini berarti ia tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenangnya demi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Islam, demi untuk menjaga ketinggian budi pekerti dan nilai kaum Muslimin. Oleh yang demikian, apabila seorang lelaki akan berpoligami, hendaklah dia memenuhi syarat-syarat sebagai berikut; 1. Membatasi jumlah isteri yang akan dikawininya. Syarat ini telah disebutkan oleh Allah (SWT) dengan firman-Nya; "Maka berkawinlah dengan sesiapa yang kamu ber-kenan dari perempuan-perempuan (lain): dua, tiga atau empat." (Al-Qur'an, Surah an-Nisak ayat 3) Ayat di atas menerangkan dengan jelas bahawa Allah telah menetapkan seseorang itu berkawin tidak boleh lebih dari empat orang isteri. Jadi, Islam membatasi kalau tidak beristeri satu, boleh dua, tiga atau empat saja. Pembatasan ini juga bertujuan membatasi kaum lelaki yang suka dengan perempuan agar tidak berbuat sesuka hatinya. Di samping itu, dengan pembatasan empat orang isteri, diharapkan jangan sampai ada lelaki yang tidak menemukan isteri atau ada pula wanita yang tidak menemukan suami. Mungkin, kalau Islam membolehkan dua orang isteri saja, maka akan banyak wanita yang tidak menikah. Kalau pula dibolehkan lebih dari empat, mungkin terjadi banyak lelaki tidak memperolehi isteri. Page 38
  • 39. 2. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali persaudaraan menjadi isterinya. Misalnya, berkawin dengan kakak dan adik, ibu dan anaknya, anak saudara dengan ibu saudara baik sebelah ayah maupun ibu. Tujuan pengharaman ini ialah untuk menjaga silaturrahim antara anggota-anggota keluarga. Rasulullah (s.a.w.) bersabda, maksudnya; "Sesungguhnya kalau kamu berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu akan memutuskan silaturrahim di antara sesama kamu." (Hadis riwayat Bukhari & Muslim) Kemudian dalam hadis berikut, Rasulullah (s.a.w.) juga memperkuatkan larangan ini, maksudnya; Bahwa Urnmu Habibah (isteri Rasulullah) mengusulkan agar baginda menikahi adiknya. Maka beliau menjawab; "Sesungguhnya dia tidak halal untukku." (Hadis riwayat Bukhari dan Nasa'i) Seorang sahabat bernama Fairuz Ad-Dailamy setelah memeluk agama Islam, beliau memberitahu kepada Rasulullah bahwa beliau mempunyai isteri yang kakak beradik. Maka Rasulullah menyuruhnya memilih salah seorang di antara mereka dan menceraikan yang satunya lagi. Jadi telah disepakati tentang haramnya mengumpulkan kakak beradik ini di dalam Islam. 3. Disyaratkan pula berlaku adil, sebagaimana yang difirmankan Allah (SWT); "Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara isteri-isteri kamu), maka (kawinlah dengan) seorang saja, atau (pakailah) hamba-hamba perempuan yang kaumiliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman." (Al-Qur'an, Surah an-Nisak ayat 3) Dengan tegas diterangkan serta dituntut agar para suami bersikap adil jika akan berpoligami. Andaikan takut tidak dapat berlaku adil kalau sampai empat orang isteri, cukuplah tiga orang saja. Tetapi kalau itupun masih juga tidak dapat adil, cukuplah dua saja. Dan kalau dua itu pun masih kuatir tidak boleh berlaku adil, maka hendaklah menikah dengan seorang saja. Para mufassirin berpendapat bahwa berlaku adil itu wajib. Adil di sini bukanlah berarti hanya adil terhadap para isteri saja, tetapi mengandung arti berlaku adil secara mutlak. Oleh karena itu seorang suami hendaklah berlaku adil sebagai berikut: a) Berlaku adil terhadap dirinya sendiri . Seorang suami yang selalu sakit-sakitan dan mengalami kesukaran untuk bekerja mencari rezeki, sudah tentu tidak akan dapat memelihara beberapa orang isteri. Apabila dia tetap berpoligami, ini bearti dia telah menganiayai dirinya sendiri. Sikap yang demikian adalah tidak adil. Page 39
  • 40. b) Adil di antara para isteri. Setiap isteri berhak mendapatkan hak masing-masing dari suaminya, berupa kemesraan hubungan jiwa, nafkah berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain perkara yang diwajibkan Allah kepada setiap suami. Adil di antara isteri-isteri ini hukumnya wajib, berdasarkan firman Allah dalam Surah an- Nisak ayat 3 dan juga sunnah Rasul. Rasulullah (s.a.w.) bersabda, maksudnya; "Barangsiapa yang mempunyai dua isteri, lalu dia cenderung kepada salah seorang di antaranya dan tidak berlaku adil antara mereka berdua, maka kelak di hari kiamat dia akan datang dengan keadaan pinggangnya miring hampir jatuh sebelah." (Hadis riwayat Ahmad bin Hanbal) i) Adil memberikan nafkah. Dalam soal adil memberikan nafkah ini, hendaklah si suami tidak mengurangi nafkah dari salah seorang isterinya dengan alasan bahawa si isteri itu kaya atau ada sumber keuangannya, kecuali kalau si isteri itu rela. Suami memang boleh menganjurkan isterinya untuk membantu dalam soal nafkah tetapi tanpa paksaan. Memberi nafkah yang lebih kepada seorang isteri dari yang lain-lainnya diperbolehkan dengan sebab-sebab tertentu. Misalnya, si isteri tersebut sakit dan memerlukan biaya rawatan sebagai tambahan. Prinsip adil ini tidak ada perbedaannya antara gadis dan janda, isteri lama atau isteri baru, isteri yang masih muda atau yang sudah tua, yang cantik atau yang tidak cantik, yang berpendidikan tinggi atau yang buta huruf, kaya atau miskin, yang sakit atau yang sehat, yang mandul atau yang dapat melahirkan. Kesemuanya mempunyai hak yang sama sebagai isteri. ii) Adil dalam menyediakan tempat tinggal. Selanjutnya, para ulama telah sepakat mengatakan bahawa suami bertanggungjawab menyediakan tempat tinggal yang tersendiri untuk tiap-tiap isteri berserta anak-anaknya sesuai dengan kemampuan suami. Ini dilakukan semata-mata untuk menjaga kesejahteraan isteri-isteri, jangan sampai timbul rasa cemburu atau pertengkaran yang tidak diingini. iii) Adil dalam giliran. Demikian juga, isteri berhak mendapat giliran suaminya menginap di rumahnya sama lamanya dengan waktu menginap di rumah isteri-isteri yang lain. Sekurang- kurangnya si suami mesti menginap di rumah seorang isteri satu malam suntuk tidak boleh kurang. Begitu juga pada isteri-isteri yang lain. Walaupun ada di antara mereka yang dalam keadaan haid, nifas atau sakit, suami wajib adil dalam soal ini. Sebab, tujuan perkawinan dalam Islam bukanlah semata-mata untuk mengadakan 'hubungan seks' dengan isteri pada malam giliran itu, tetapi bermaksud untuk menyempurnakan kemesraan, kasih sayang dan kerukunan antara suami isteri itu sendiri. Hal ini diterangkan Allah dengan firman-Nya; Page 40
  • 41. "Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya, dan rahmat-Nya, bahwa la menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir." (Al-Qur'an, Surah ar-Ruum ayat 21) Andaikan suami tidak bersikap adil kepada isteri-isterinya, dia berdosa dan akan menerima seksaan dari Allah (SWT) pada hari kiamat dengan tanda-tanda berjalan dalam keadaan pinggangnya miring. Hal ini akan disaksikan oleh seluruh umat manusia sejak Nabi Adam sampai ke anak cucunya. Firman Allah (SWT) dalam Surah az-Zalzalah ayat 7 hingga 8; "Maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarrah, niscaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya)! Dan sesiapa berbuat kejahatan seberat zarrah, niscaya akan dilihatnya (dalam surat amalnya)." c) Anak-anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, pemeliharaan serta kasih sayang yang adil dari seorang ayah. Oleh itu, disyaratkan agar setiap suami yang berpoligami tidak membeda-bedakan antara anak si anu dengan anak si anu. Berlaku adil dalam soal nafkah anak-anak mestilah diperhatikan bahwa nafkah anak yang masih kecil berbeda dengan anak yang sudah besar. Anak-anak perempuan berbeda pula dengan anak-anak lelaki. Tidak kira dari ibu yang mana, kesemuanya mereka berhak memiliki kasih sayang serta perhatian yang sama dari bapa mereka. Jangan sampai mereka diterlantarkan karena kecenderungan si bapa pada salah seorang isteri serta anak-anaknya saja. Keadilan juga sangat dituntut oleh Islam agar dengan demikian si suami terpelihara dari sikap curang yang dapat merusakkan rumah tangganya. Seterusnya, diharapkan pula dapat memelihara dari terjadinya cerai-berai di antara anak-anak serta menghindarkan rasa dendam di antara sesama isteri. Sesungguhnya kalau diperhatikan tuntutan syarat dalam hal menegakkan keadilan antara para isteri, nyatalah bahwa sukar sekali didapati orang yang sanggup menegakkan keadilan itu dengan sewajarnya. Bersikap adil dalam hal-hal menzahirkan cinta dan kasih sayang terhadap isteri- isteri, adalah satu tanggungjawab yang sangat berat. Walau bagaimanapun, ia termasuk perkara yang berada dalam kemampuan manusia. Lain halnya dengan berlaku adil dalam soal kasih sayang, kecenderungan hati dan perkara-perkara yang manusia tidak berkesanggupan melakukannya, mengikut tabiat semula jadi manusia. Page 41
  • 42. Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan Allah dalam Surah an-Nisak ayat 129 yang berbunyi; "Dan kamu tidak sekali-kali akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri kamu sekalipun kamu bersungguh-sungguh (hendak melakukannya); oleh itu janganlah kamu cenderung dengan melampau-lampau (berat sebelah kepada isteri yang kamu sayangi) sehingga kamu biarkan isteri yang lain seperti benda yang tergantung (di awang- awang)." Selanjutnya Siti 'Aisyah (r.a.) menerangkan, maksudnya; Bahwa Rasulullah (s.a.w.) selalu berlaku adil dalam mengadakan pembahagian antara isteri-isterinya. Dan beliau berkata dalam doanya: "Ya Allah, inilah kemampuanku membahagia apa yang ada dalam milikku. Ya Allah, janganlah aku dimarahi dalam membahagia apa yang menjadi milikku dan apa yang bukan milikku." Menurut Prof. Dr. Syeikh Mahmoud Syaltout; "Keadilan yang dijadikan syarat diperbolehkan poligami berdasarkan ayat 3 Surah an-Nisak. Kemudian pada ayat 129 Surah an-Nisak pula menyatakan bahawa keadilan itu tidak mungkin dapat dipenuhi atau dilakukan. Sebenamya yang dimaksudkan oleh kedua ayat di atas ialah keadilan yang dikehendaki itu bukanlah keadilan yang menyempitkan dada kamu sehingga kamu merasakan keberatan yang sangat terhadap poligami yang dihalalkan oleh Allah. Hanya saja yang dikehendaki ialah jangan sampai kamu cenderung sepenuh-penuhnya kepada salah seorang sahaja di antara para isteri kamu itu, lalu kamu tinggalkan yang lain seperti tergantung-gantung." Kemudian Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shidieqy pula menerangkan; "Orang yang boleh beristeri dua ialah yang percaya benar akan dirinya dapat berlaku adil, yang sedikit pun tidak akan ada keraguannya. Jika dia ragu, cukuplah seorang sahaja." "Adil yang dimaksudkan di sini ialah 'kecondongan hati'. Dan ini tentu amat sulit untuk dilakukan, sehingga poligami adalah suatu hal yang sukar untuk dicapai. Jelasnya, poligami itu diperbolehkan secara darurat bagi orang yang benar-benar percaya dapat berlaku adil." Selanjutnya beliau menegaskan, jangan sampai si suami membiarkan salah seorang isterinya terkatung-katung, digantung tak bertali. Hendaklah disingkirkan sikap condong kepada salah seorang isteri yang menyebabkan seorang lagi kecewa. Adapun condong yang dimaafkan hanyalah condong yang tidak dapat dilepaskan oleh setiap individu darinya, iaitu condong hati kepada salah seorangnya yang tidak membawa kepada mengurangkan hak yang seorang lagi. Afif Ab. Fattah Tabbarah dalam bukunya Ruhuddinil Islami mengatakan; "Makna adil di dalam ayat tersebut ialah persamaan; yang dikehendaki ialah persamaan dalam hal pergaulan yang bersifat lahir seperti memberi nafkah, tempat tinggal, tempat tidur, dan layanan yang baik, juga dalam hal menunaikan tanggungjawab sebagai suami isteri." Page 42
  • 43. 4. Tidak menimbulkan huru-hara di kalangan isteri mahupun anak-anak. Jadi, suami mesti yakin bahawa perkahwinannya yang baru ini tidak akan menjejaskan serta merosakkan kehidupan isteri serta anak-anaknya. Kerana, diperbolehkan poligami dalam Islam adalah untuk menjaga kepentingan semua pihak. Jika kepentingan ini tidak dapat dijaga dengan baik, maka seseorang yang berpoligami pada saat itu adalah berdosa. 5. Berkuasa menanggung nafkah. Yang dimaksudkan dengan nafkah di sini ialah nafkah zahir, sebagaimana Rasulullah (s.a.w.) bersabda yang bermaksud; "Wahai sekalian pemuda, sesiapa di antara kamu yang berkuasa mengeluarkan nafkah, maka hendaklah kamu berkahwin. Dan sesiapa yang tidak berkuasa, hendaklah berpuasa." Hadis di atas menunjukkan bahawa Rasulullah (s.a.w.) menyuruh setiap kaum lelaki supaya berkahwin tetapi dengan syarat sanggup mengeluarkan nafkah kepada isterinya. Andaikan mereka tidak berkemampuan, maka tidak digalakkan berkahwin walaupun dia seorang yang sihat zahir serta batinnya. Oleh itu, untuk menahan nafsu seksnya, dianjurkan agar berpuasa. Jadi, kalau seorang isteri saja sudah kepayahan untuk memberi nafkah, sudah tentulah Islam melarang orang yang demikian itu berpoligami. Memberi nafkah kepada isteri adalah wajib sebaik sahaja berlakunya suatu perkahwinan, ketika suami telah memiliki isteri secara mutlak. Begitu juga si isteri wajib mematuhi serta memberikan perkhidmatan yang diperlukan dalam pergaulan sehari-hari. Page 43
  • 44. Dampak poligami terhadap perempuan di Indonesia Dampak yang umum terjadi terhadap istri yang suaminya berpoligami[1] yang terdiri dari 2 faktor yaitu: • Faktor Internal 1. Dampak psikologis: perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena merasa tindakan suaminya berpoligami adalah akibat dari ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan biologis suaminya. 2. Dampak ekonomi: Ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Walaupun ada beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya, tetapi dalam praktiknya lebih sering ditemukan bahwa suami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan istri dan anak-anaknya terdahulu. Akibatnya istri yang tidak memiliki pekerjaan akan sangat kesulitan menutupi kebutuhan sehari-hari. 3. Dampak hukum: Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (perkawinan yang tidak dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil atau Kantor Urusan Agama), sehingga perkawinan dianggap tidak sah oleh negara, walaupun perkawinan tersebut sah menurut agama. Pihak perempuan akan dirugikan karena konsekuensinya suatu perkawinan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan sebagainya. 4. Dampak kesehatan: Kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan suami/istri menjadi rentan terhadap penyakit menular seksual (PMS), bahkan rentan terjangkit virus HIV/AIDS. 5. Kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun psikologis. Hal ini umum terjadi pada rumah tangga poligami, walaupun begitu kekerasan juga terjadi pada rumah tangga yang monogami. • Faktor Eksternal Kesimpulan dari maksud kemampuan secara zahir ialah; i) Mampu memberi nafkah asas seperti pakaian dan makan minum. ii) Mampu menyediakan tempat tinggal yang wajar. Page 44
  • 45. iii) Mampu menyediakan kemudahan asas yang wajar seperti pendidikan dan sebagainya. iv) Sehat tubuh badannya dan tidak berpenyakit yang boleh menyebabkan ia gagal memenuhi tuntutan nafkah zahir yang lain. v) Mempunyai kemampuan dan keinginan seksual. Page 45