1. Pertemuan III
HUBUNGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN
Analisis hubungan agama dan
kebudayaan itu, bukan hanya melihat
agama sebagai doktrin dan teks suci
saja, melainkan “hasil interpretasi
manusia terhadap doktrin agama dalam
hubungannya dengan budaya lokal”
Hubungan agama (Islam) dan
kebudayaan (lokal) dapat digambarkan
sebagai hubungan timbal balik
2. Substansi Utama Kebudayaan
Sistem Pengetahuan (akumulasi dari segala yang diperoleh
manusia melalui panca indera)
Nilai (sesuatu yang dianggap baik, selalu diinginkan, dicita-
citakan, dan dianggap penting)
Pandangan Hidup (keyakinan tentang tujuan hidup, yang selalu
berdasarkan iman (agama) atau pengalaman yang dimiliki
seseorang)
Keyakinan (religi) (berkaitan dengan sistem kepercayaan,
sebagaimana definisi agama, di atas)
Persepsi (titik tolak pemikiran dalam memahami kejadian atau
gejala kehidupan)
Etos (jiwa kebudayaan) (watak khas suatu kebudayan yang
tampak dalam gaya perilaku, kegemaran-kegemaran, dan
berbagai benda hasil karya masyarakat.
4. Agama dan Kebudayaan
Persamaannya: keduanya merupakan pedoman
bertindak dan petunjuk dalam kehidupan
Perbedaannya: Petunjuk agama dari Tuhan,
sedangkan petunjuk budaya dari kesepakatan
manusia
Agama, khususnya Islam, bersifat universal datang
pada sesuatu masyarakat ketika masyarakat itu
sendiri telah memiliki petunjuk-petunjuk kehidupan
yang sifatnya khusus atau lokal
Karena itu hubungan antara agama sebagai ajaran
baru dan kebiasaan masyarakat sebagai budaya
lama, biasa dipahami sebagai hubungan antara
tradisi besar (the great tradition) dan tradisi kecil
(the little tradition).
5. Pengaruh Agama atas Kebudayaan
• Agama berperan mengubah struktur kebudayaan
masyarakat
• Agama akan menjadi inti dari kebudayaan, karena
agama memiliki landasan yang lebih kuat, yaitu agama
brsifat absolut sedangkan kebudayaan bersifat relatif
• Landasan agama adalah doktrin dan teks suci,
sedangkan kebudayaan berlandaskan pada pemahaman
dan kesepakatan masyarakat yang mudah berubah
• Agama mudah diterima masyarakat apabila agama
memiliki kesamaan dengan kebudayaan masyarakat.
Begitu sebaliknya, agama akan ditolak masyarakat yang
kebudayaannya berbeda dengan ajaran agama
• Dialog antara agama (Islam) dengan kebudayaan (lokal)
pada umumnya terjadi karena memiliki kesamaan
pandangan tentang kehidupan.
6. Dialog Islam dan Budaya Lokal
• Islam yang pada asasnya lebih menyangkut
sistem kepercayaan atau agama, maka
konteks keterhubungannya dengan
kebudayaan lokal lebih banyak berkaitan
dengan sistem religi sesuatu masyarakat
dalam geografi, komunitas, dan etnis
tertentu.
Agama, khususnya Islam dalam dialognya
dengan budaya lokal selalu mengalami
domestikasi, yaitu pemahaman dan
pelaksanaan agama disesuaikan dengan
konteks dan kemampuan masyarakat lokal.
7. Contoh Domestikasi Agama
• Orang Jawa menyebut Tuhan dengan sebutan Gusti Allah,
padahal kata gusti adalah gelar kebangsawanan
orang Jawa. Demikian pula pemanggilan Nabi
dengan sebutan Kanjeng Nabi Muhammad.
• Praktek-praktek keagamaan masyarakat Jawa,
ditunjukkan dalam proses Islamisasi kebudyaan
Jawa, tetapi pada saat yang sama juga terjadi
Jawanisasi Islam. Gejala seperti ini biasa disebut
sinkretisme agama
• Masyarakat dalam keragaman kebudayaan akan
menyebabkan keragaman mereka dalam memahami
dan menjalankan agama. Misalnya, berbeda antara
keagamaan masyarakat kota dan masyarakat desa,
sebagaimana berbeda antara Islam di Jawa dengan
Islam di Aceh, Islam di Minangkabau, dan
sebagainya.