SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  79
Télécharger pour lire hors ligne
BAPPENAS




   Strategi dan Kebijakan
   Pembangunan Wilayah
Kawasan Timur Indonesia (KTI)

                  Drs. H. Dadang Solihin, MA
   Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah-Bappenas




                  Jakarta, 30 Juni 2008
Dadang Solihin’s Profile
                 Dadang Solihin currently is Director for Regional Development
                 Performance Evaluation at Indonesian National Development Planning
                 Agency (Bappenas). He holds MA degree (Economics), University of
                 Colorado, USA. His previous post is Head, Center for Research Data
                 and Information at DPD Secretariat General as well as Deputy Director
                 for Information of Spatial Planning and Land Use Management at
                 Bappenas.
 Beside working as Assistant Professor at Graduate School of Asia-Pacific Studies,
  Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as Associate Professor at University
  of Darma Persada, Jakarta, Indonesia.
 He got various training around the globe, included Public Officials Capacity Building
  Training Program for Government Innovation, Seoul –Korea (2007), Advanced
  International Training Programme of Information Technology Management, at Karlstad
  City, Sweden (2005); the Training Seminar on Land Use and Management, Taiwan
  (2004); Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala Lumpur, Malaysia
  (2003); Applied Policy Development Training, Vancouver, Canada (2002); Local
  Government Administration Training Course, Hiroshima, Japan (2001); and Regional
  Development and Planning Training Course, Sapporo, Japan (1999). He published
  more than five books regarding local autonomous.
 You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.com or by his mobile
  at +62812 932 2202

                                  dadang-solihin.blogspot.com                    2
Materi
• Arah ke-5 RPJPN 2005-2025: Mewujudkan
  Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan
• Daerah Kawasan Timur Indonesia
• Hubungan Dokumen Perencanaan Pembangunan
  dengan Tata Ruang
• Strategi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
• Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan




                    dadang-solihin.blogspot.com       3
Arah ke-5 RPJPN 2005-2025: Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan

                                                       potensi dan peluang keunggulan sumberdaya
           Pengembangan Wilayah
                                                           darat dan/atau laut di setiap wilayah


         Percepatan pembangunan dan                   pengembangan wilayah tertinggal di sekitarnya
    pertumbuhan wilayah strategis dan cepat            dalam suatu sistem wilayah pengembangan
                   tumbuh                                       ekonomi yang sinergis

        Keberpihakan pemerintah dalam                   tumbuh dan berkembang secara lebih cepat
      pengembangan wilayah tertinggal dan                    dan mengurangi ketertinggalan
                  terpencil                                pembangunannya dengan daerah lain

                                                      acuan kebijakan spasial di setiap sektor, lintas
             Rencana Tata Ruang                         sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan
                                                      ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan

                                                       peningkatan kapasitas aparat, kelembagaan,
        Kapasitas Pemerintah Daerah                    kapasitas keuangan, serta kapasitas legislatif
                                                                        daerah

                                                        peningkatan pengetahuan dan ketrampilan,
                                                        akses modal usaha dan SDA, kesempatan
          Pemberdayaan Masyarakat
                                                         menyampaikan aspirasi, dan kesempatan
                                                           mengelola usaha ekonomi produktif
                                                       penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan
                                                       hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan4
         Penanggulangan Kemiskinandadang-solihin.blogspot.com
                                                           mengutamakan prinsip kesetaraan dan
                                                                      nondiskriminasi
Daerah KTI

                                  Sulut

                   Kalbar                        Gorontalo


         Kalsel                  Maluku                      Sulteng

                                                 Maluku 
Kaltim             Papua                                               Sultra
                                                 Utara
                                   Irja 
         Kalteng                                             Sulsel
                                  Barat
                    NTT                            NTB




                          dadang-solihin.blogspot.com                           5
Kesenjangan KBI dan KTI
                   Aspek                        KBI                                         KTI
                 PDB            81%                                        19%
                                61% (Jawa) dan 20% (Sumatera)              Kalimantan (8%) ; Sulawesi (5%) ;
                       PDB                                                 Papua (3%) ; Nusa Tenggara (1,5%) ;
                                                                           Maluku (1,5%)
                 PERTANIAN      78%                                        22%
                                54% (Jawa) dan 24% (Sumatera)              Komoditi Unggulan : Kehutanan,
KEGIATAN USAHA




                 Pertanian      Komoditi Unggulan : Tanaman                Perikanan Laut, Perkebunan,
                                Pangan, Holtikultura, Perkebunan,          Peternakan, Kelapa
                                Perikanan
                 PERTAMBANGAN   Produk Utama : Minyak & Gas,               Produk Utama : Minyak & Gas, Batubara,
                 Pertambangan   Batubara                                   Emas, Uranium, Tembaga, Nikel,
                                                                           Mangan, Timah dan Batubara
                 INDUSTRI       90%                                        10%
                                sebagian besar (75%) di Jabotabek          Kawasan Industri Hulu Makassar;
                   Industri     Kawasan& Zona Industri serta Export        Kawasan Industri Pertambangan (di
                                Processing Zone                            Papua)
                 JASA           Industri Hulu sampai Hilir                 Jasa Perdagangan
                       Jasa     Jasa Perbankan/Keuangan;
                                Perdagangan
                                             dadang-solihin.blogspot.com                                         6
Kesenjangan KBI dan KTI
                Aspek                   KBI                                  KTI
               KUANTITAS     80% tersebar di 60%              20% tersebar di Kalimantan (5%) ;
                             (Jawa) dan 20%                   Sulawesi (7% ) ; ; Maluku (termasuk
               Kuantitas     (Sumatera)                       Maluku Utara) dan Papua (masing-
                                                              masing 1% dari total penduduk
KEPENDUDUKAN




                                                              Indonesia) serta Nusa Tenggara (4%)
                             Terkonsentrasi di                Masih terkonsentrasi di ibukota :
                             Jabotabek, Bandung,              Makassar, Balikpapan, Banjarmasin,
                             Surabaya, Semarang,              Pontianak - Jayapura, Ternate,
               Kualitas      Medan dan Palembang              Ambon, Mataram dan Kupang serta
                             Cukup Banyak di Kota-kota        pulau-pulau besar
                             Besar
               DESA – KOTA   Persentase perdesaan dan         Relatif Kurang (hanya Spot-spot)
                Desa-Kota    perkotaan cukup seimbang         Dominan Perdesaan, bahkan Daerah
                                                              Terpencil



                                     dadang-solihin.blogspot.com                                   7
Fenomena Ketimpangan antar Wilayah
 Kesenjangan antar wilayah tercermin dari perbedaan
 kesejahteraan masyarakat
  Kemiskinan di DKI hanya mencakup sekitar 3,2 persen penduduk,
   sedangkan di Papua sekitar 38,7 persen.
  Penduduk di DKI rata-rata bersekolah selama 9,7 tahun,
   sedangkan penduduk di NTB rata-rata hanya selama 5,8 tahun
  Hanya sekitar 30 persen penduduk di DKI yang tidak mempunyai
   akses terhadap air bersih, sedangkan di Kalimantan Barat lebih
   dari 70 persen.
  Di bidang pelayanan kesehatan, jika di DKI hampir seluruh bayi
   yang lahir mendapat pertolongan dari dokter dan/atau tenaga
   medis lainnya, maka di Maluku Utara kurang dari 40 persen bayi
   yang lahir mendapat pelayanan yang sama. Atau dengan kata lain
   60 persen lebih persalinan bayi ditolong oleh tenaga dukun
   tradisional atau famili lainnya.


                         dadang-solihin.blogspot.com                8
Kondisi Kesenjangan antar Daerah
 Dimensi Wilayah
  Cepatnya perkembangan kota-kota di wilayah yang maju atau
   pusat aglomerasi ekonomi (di Jakarta dan sekitar, Surabaya dan
   sekitar, Medan dan sekitar, Makasar dan sekitar, serta kota besar
   di beberapa wilayah di Indonesia (disebut wilayah tumbuh cepat);
  Lambatnya perkembangan daerah yang terletak di wilayah
   frontier, perbatasan, pedalaman, pulau-pulau kecil, pesisir, dll-
   nya (disebut wilayah tumbuh lambat atau tertinggal);




                           dadang-solihin.blogspot.com                 9
Kondisi Kesenjangan antar Daerah
 Dimensi Sosial-ekonomi dan Pelayanan Publik
 Perbedan dalam:
    tingkat kesejahteraan sosial masyarakat antar daerah;
    tingkat pemanfaatan dan potensi sumberdaya alam;
    tingkat pertumbuhan ekonomi atau aliran dan akumulasi
     investasi antar daerah;
    tingkat pelayanan infrastruktur antar daerah,
    kapasitas institusi sosial-ekonomi dan pemerintahan antar
     daerah.




                         dadang-solihin.blogspot.com             10
Penyebab Kesenjangan antar Daerah
           Secara Umum                                     Secara Khusus
1. Letak geografis atau jarak geografis 1. Kualitas sumberdaya manusia yang
   suatu daerah terhadap/ dari pusat       relatif rendah;
   pertumbuhan ekonomi atau             2. Potensi sumberdaya alam yang
   aglomerasi ekonomi (geo-                relatif kecil atau belum
   economy);                               didayagunakan secara optimal;
2. Pelaksanaan kebijakan masa lalu      3. Ketersediaan pelayanan
   yang kurang pro-kemiskinan/pro-         infrastruktur yang kurang memadai;
   ketertinggalan (pro-poor policy).
                                        4. Aliran dan akumulasi investasi yang
                                           rendah;
                                           5. Kapasitas institusi sosial-ekonomi
                                              dan pemerintahan yang kurang
                                              memadai.

             Faktor Penyebab Utama Kesenjangan Antar Daerah:
         2S + 3I = SDM + SDA + Infrastruktur + Investasi + Institusi


                             dadang-solihin.blogspot.com                       11
Fenomena Ketimpangan antar Wilayah
Perbedaan Ekonomi Antarwilayah
 DKI menikmati bagi hasil pajak tertinggi di Indonesia yang besarnya
  Rp 4,09 trilyun atau 590 kali lipat bagi hasil pajak Gorontalo.
  Sementara itu Kaltim menikmati bagi hasil sumber daya alam sebesar
  Rp 1,32 trilyun atau sekitar 24 ribu kali lipat bagi hasil yang dinikmati
  NTT.
 Pada tahun 2004, provinsi di Jawa dan Bali menguasai sekitar 61,0
  persen seluruh PDRB, sedangkan provinsi di Sumatra sekitar 22,2
  persen, provinsi di Kalimantan 9,3 persen, Sulawesi 4,2 persen, serta
  provinsi di Nusa Tenggara, Maluku dan Papua hanya 3,3 persen.
 Laju pertumbuhan PDRB provinsi di Jawa dan Bali pada tahun 2004
  sebesar 10,7 persen, provinsi di Sumatra sebesar 7,78 persen,
  provinsi di Kalimantan 5,7 persen, provinsi di Sulawesi sebesar 11,2
  persen, dan provinsi di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua sebesar
  4,3 persen.

                            dadang-solihin.blogspot.com                 12
Fenomena Ketimpangan antar Wilayah

Perbedaan Pembangunan Infrastruktur
 KBI yang luas wilayahnya hanya 31,25 persen dari luas wilayah
  nasional dilayani jalan nasional dan propinsi yang total panjangnya
  mencapai 37.687,5 km. Sementara itu wilayah KTI yang luasnya
  mencakup 68,75 persen dari luas wilayah nasional dilayani jalan
  nasional dan propinsi yang total panjangnya justru lebih rendah
  yaitu 33.241,2 km.
 Kesenjangan pelayanan jalan ini semakin parah bila melihat kondisi
  jalan per Maret 2006, di mana lima provinsi tertinggi yang memiliki
  jalan dengan kondisi rusak berat sebagian besar di KTI, yaitu
  Kalteng (76,0 persen), Gorontalo (59,9 persen), Sulsel (54,2
  persen), dan Maluku Utara (51,6 persen) (Data tahun 2004).




                          dadang-solihin.blogspot.com                   13
Isu Pengembangan Daerah KTI
1. Masih rendahnya kemampuan manajemen potensi kelautan di
   KTI, serta belum terpadu dan sinkronnya pola pengelolaan potensi
   kelautan yang sangat besar dengan pengelolaan potensi darat
   yang masih berupa produk awal untuk kebutuhan konsumsi rumah
   tangga atau lokal (self-contained).
2. Rendahnya tingkat aksesibilitas antar kawasan di KTI sehingga
   masih banyaknya dijumpai kawasan-kawasan yang terisolasi dari
   pusat-pusat kegiatan ekonomi seperti daerah perbatasan, pulau-
   pulau kecil, pesisir, dan daerah pedalaman.
3. Secara umum sentra-sentra produksi di KTI belum memiliki
   aksesibilitas langsung ke Pasar Internasional.




                         dadang-solihin.blogspot.com                14
Isu Pengembangan Daerah KTI
4. Kondisi sosial dan keamanan di beberapa daerah yang belum
   kondusif, telah menyebabkan keengganan investor untuk
   menanamkan modalnya di KTI. Masih banyaknya dan tingginya
   kawasan rawan konflik sosial-ekonomi dan hankam di daerah KTI
   yang berbatasan dengan negara tetangga seperti Kalimantan Barat,
   Kalimantan Timur
5. Terbatasnya sarana dan prasarana (infrastruktur) seperti
   transportasi darat, laut dan udara dan telekomunikasi, serta
   tersedianya tenaga listrik yang sangat berpengaruh terhadap
   berbagai aspek yang dapat mendorong pertumbuhan misalnya,
   mengurangi minat investor untuk menginvestasikan modalnya di
   KTI, meningkatnya biaya produksi, dan menurunkan daya saing
   produk yang dihasilkan oleh KTI;




                          dadang-solihin.blogspot.com             15
Isu Pengembangan Daerah KTI
6. Terbatasnya sarana pendidikan dan tenaga pendidik yang
   berkualitas, yang berakibat terhadap rendahnya kualitas SDM yang
   sangat dibutuhkan untuk pembangunan KTI;
7. Terbatasnya kewenangan pengambilan keputusan seperti di bidang
   perbankan, berbagai perijinan dan lain-lain di KTI, sehingga proses
   pengambilan keputusan memakan waktu lama karena harus
   diputuskan oleh pusat. Di samping itu, hal ini menyebabkan
   tingginya biaya operasional dari para pengguna jasa tersebut;
8. Masih tingginya kesenjangan perkembangan wilayah antara
   Kawasan Timur Indonesia (KTI) dibandingkan dengan Kawasan
   Barat Indonesia (KBI) sebagaimana diperlihatkan pada Tabel
   dibawah ini:




                           dadang-solihin.blogspot.com                16
Permasalahan Pembangunan KTI
1. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam
   pembangunan
2. Belum berkembangnya wilayah-wilayah strategis dan cepat
   tumbuh
3. Wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakang
4. Kurang berfungsinya sistem kota-kota nasional dalam
   pengembangan wilayah
5. Ketidakseimbangan pertumbuhan antar kota-kota besar,
   metropolitan dengan kota-kota menengah dan kecil
6. Kesenjangan pembangunan antara desa dan kota
7. Rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan
   koordinasi pembangunan lintas sektor dan wilayah
8. Sistem pengelolaan pertanahan yang masih belum optimal


                         dadang-solihin.blogspot.com               17
Prosentase Penyebaran Daerah Tertinggal

                                    Jawa & Bali (8 %)   KTI (63 %)


Sumatera (28 %)




                  dadang-solihin.blogspot.com                        18
Aspek Permasalahan Daerah Tertinggal


                                                                50.81%




                                              18.39%                           17.41%
                 9.38%
                                4.02%


       Aspek Bencana        Aspek           Aspek      Aspek Sarana        Aspek
      Alam dan Konflik   Kelembagaan    Perekonomian   dan Prasarana     Sumberay a
                            Daerah          Lokal                         Manusia

 Sumber : Kementerian PDT Tahun 2005




                                       dadang-solihin.blogspot.com                      19
Permasalahan Sarana dan Prasarana
        Daerah Tertinggal




            dadang-solihin.blogspot.com   20
Sebaran Daerah Tertinggal
           berdasarkan Wilayah
•   KTI: 123 Kabupaten (62%)
•   Sumatera: 58 Kabupaten (29%)
•   Jawa dan Bali: 18 Kabupaten (9%)
•   Total : 199 Kabupaten (43%)




                      dadang-solihin.blogspot.com   21
PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL
                          DI INDONESIA
                   PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA




 Keterangan :
KETERANGAN
   Daerah Tertinggal
         DAERAH
   Daerah Maju         MAJU
        DAERAH
        TERTINGGAL




                              dadang-solihin.blogspot.com       22
Hubungan Dokumen Perencanaan
Pembangunan dengan Tata Ruang
Hubungan antara Dokumen Perencanaan dan Tata Ruang
                Dokumen Perencanaan (Pembangunan)          Tata Ruang            Budgeting


                RPJP


               RPJMN                   Renstra            RTRWN             APBN
Nasional
                                                               Kebijakan
                                         RKP                                Investasi Swasta

                                                                            Swadaya Masyarakat

             RPJP Daerah
                                                                            APBD Provinsi
Provinsi     RPJM Daerah               Renstra            RTRWP             Investasi Swasta
                                                             Kebijakan
                                                              Renc Teknis   Swadaya Masyarakat
                                    RKP Daerah

             RPJP Daerah                                                    APBD Kab/Kota
Kabupaten/
Kota         RPJM Daerah               Renstra            RTRWK             Investasi Swasta
                                                             Kebijakan
                                                                            Swadaya Masyarakat
                                    RKP Daerah                 Perijinan


Kecamatan
                             Renc Pengemb Kec            RTR Kaw Kota

Kelurahan/
Desa                           dadang-solihin.blogspot.com RTR Kaw Desa
                             Aspirasi Masyarakat                                               24
Penataan Ruang dalam Pembangunan Nasional

1. Digunakan sebagai alat untuk mengintegrasikan perencanaan dan
   pelaksanaan pembangunan yang bersifat lintas sektor, lintas
   wilayah administrasi, dan menggabungkan berbagai kepentingan
   (termasuk dalam rangka pemenuhan hak dasar rakyat) yang
   diwakili oleh berbagai pelaku pembangunan.
2. Menjamin adanya penggunaan ruang oleh berbagai pihak dengan
   berbagai kepentingan secara efisien dan berkelanjutan sehingga
   dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pembangunan dimasa
   yang akan datang.
3. Memfasilitasi terwujudnya sistem jaringan dan pelayanan
   infrastruktur yang efisien, sehingga dapat meningkatkan daya tarik
   untuk investasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan ektivitas
   perekonomian secara umum.




                          dadang-solihin.blogspot.com                   25
Penataan Ruang dalam Pembangunan Nasional

Aspek penting dalam penataan ruang yang perlu menjadi perhatian:
1. Sebagai alat pengintegrasian berbagai kepentingan, penataan ruang tidak
   dapat berjalan sendiri tanpa dukungan kelembagaan penataan ruang yang
   baik.
2. Diperlukan kesamaan persepsi dari para pihak yang melakukan kegiatan
   dalam suatu ruang serta memiliki komitmen bersama.
3. Untuk menerjemahkan rencana tata ruang kedalam perijinan, diperlukan
   praktek manajemen yang benar untuk menghindari :
   a. perilaku aparat yang di luar kontrol dan melanggar prosedur,
   b. budaya kerja dan organisasi yang kurang kondusif terutama terkait
      dengan aspek pelayanan
4. Bagian terpenting dari seluruh mekanisme penataan ruang adalah
   pengendalian pemanfaatan ruang, yang berhubungan erat dengan
   mekanisme penegakan hukum dan integritas aparat penegak hukum itu
   sendiri. Tanpa mekanisme yang baik, dan tanpa aparat yang berintegritas,
   seluruh rencana yang telah disusun tidak dapat diimplementasikan secara
   efektif.

                             dadang-solihin.blogspot.com                  26
Pengembangan KTI berdasarkan RTRW Nasional
Berdasarkan arah pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), kebijakan pengembangan KTI adalah
mewujudkan potret Indonesia masa depan yang dijabarkan dalam
tujuh kebijakan pokok, yaitu:
1. Pembangunan KTI dikembangkan secara terpadu lintas wilayah
   administrasi dan lintas sektor dengan memanfaatkan RTRWN,
   RTR Wilayah Pulau, dan RTRW Propinsi.
2. Pengembangan kawasan-kawasan prioritas dalam rangka
   percepatan pertumbuhan wilayah KTI (KAPET sebagai prime
   mover yang diarahkan menjadi Unit Corporate Mandiri ; kawasan
   cepat tumbuh dan potensial tumbuh ; kawasan KESR melalui
   peningkatan kerjasama antar negara), serta tanpa melupakan
   kawasan tertinggal seperti kawasan pesisir dan terisolasi di
   pedalaman



                        dadang-solihin.blogspot.com                27
Pengembangan KTI berdasarkan RTRW Nasional
3. Pengembangan kawasan perbatasan sebagai kawasan depan yang
   dilakukan dengan pendekatan prosperity dan security, khususnya
   untuk kawasan perbatasan Kaltim, Kalbar, Sulut, Papua, NTT dan
   Maluku.
4. Simpul-simpul utama KTI didorong sebagai pusat/hub ekonomi
   wilayah Timur Indonesia ke pasar internasional yang didukung
   pengembangan industri pengolahan
5. Wilayah KTI merupakan sentra pendukung ketahanan pangan
   nasional yang diarahkan untuk mendukung kebijakan substitusi
   import bahan pangan. Hal ini dicapai melalui pengembangan pola
   agroindustri terpadu dengan mengembangkan potensi pertanian
   skala besar (agriculture estate) yang dilengkapi dengan sistem
   manajemen modern berbasis teknologi (technology-based farming
   system), serta memiliki akses ke sentra produksi dan pasar regional/
   internasional dengan memanfaatkan pelayanan prasarana dan
   sarana yang tersedia.

                          dadang-solihin.blogspot.com                28
Pengembangan KTI berdasarkan RTRW Nasional

 6. KTI sebagai sentra pengembangan kelautan yang terpadu
    dengan memperhatikan ; peningkatan kemampuan teknologi
    kelautan dan perikanan secara bertahap; pemanfaatan SDA
    yang belum tergali secara berkelanjutan; pengembangan tidak
    terfokus pada wilayah pesisir saja (tapi menuju kawasan yang
    lebih luas -jembatan menuju pasar dunia); dan, laut sebagai
    alat pengawal dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan
    NKRI.
 7. KTI sebagai sentra pengembangan sumber daya alam yang
    berorientasi ekspor dengan tetap mendorong peningkatan
    kualitas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.




                        dadang-solihin.blogspot.com                29
Sasaran Pembangunan RPJMN 2004-2009
            Pembangunan Wilayah di Indoensia


1. Terwujudnya percepatan pembangunan di wilayah-wilayah cepat
   tumbuh dan strategis, wilayah tertinggal, termasuk wilayah
   perbatasan dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan
   ekonomi’ yang terintegrasi dan sinergis;
2. Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan pembangunan antar
   kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil secara
   hirarkis dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasional;’
3. Terwujudnya percepatan pembangunan kota-kota kecil dan
   menengah, terutama di luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan
   dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor penggerak’
   pembangunan di wilayah-wilayah pengaruhnya dalam ‘suatu
   sistem wilayah pengembangan ekonomi,’ termasuk dalam
   melayani kebutuhan masyarakat warga kotanya;


                        dadang-solihin.blogspot.com                30
Sasaran Pembangunan RPJMN 2004-2009
            Pembangunan Wilayah di Indoensia

4. Terkendalinya pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan
   dalam suatu ‘sistem wilayah pembangunan metropolitan’ yang
   compact, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta
   mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan;
5. Terwujudnya keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah
   perkotaan dan perdesaan dalam suatu ‘sistem wilayah
   pengembangan ekonomi’ yang saling menguntungkan;
6. Terwujudnya keserasian pemanfaatan dan pengendalian ruang
   dalam suatu ‘sistem wilayah pembangunan yang berkelanjutan.’
7. Terwujudnya sistem pengelolaan tanah yang efisien, efektif,
   serta terlaksananya penegakan hukum terhadap hak atas tanah
   masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan,
   transparansi, dan demokrasi.



                        dadang-solihin.blogspot.com               31
Arah Kebijakan Pembangunan KTI

1. Mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-
   wilayah strategis dan cepat tumbuh;
  a. Pengembangan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya
     dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang
     sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah
     administrasi,
  b. Penekanan pada keterkaitan mata-rantai proses industri dan
     distribusi.
  c. Pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong
     terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan
     kerjasama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan
     masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan
     investasi di daerah;



                         dadang-solihin.blogspot.com              32
Arah Kebijakan Pembangunan KTI

2. Meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk
   mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil;
   a. Wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang
      secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan
      pembangunannya dengan daerah lain.
   b. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan selain
      dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung
      melalui skema dana alokasi khusus (DAK), Public Service
      Obligation (PSO), Universal Service Obligation (USO) dan
      keperintisan,
   c. Penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah-
      wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu sistem
      wilayah pengembangan ekonomi;



                     dadang-solihin.blogspot.com                 33
Arah Kebijakan Pembangunan KTI

3. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan;
  a. Mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini
     cenderung berorientasi inward looking menjadi outward
     looking, sehingga kawasan tersebut dapat dimanfaatkan
     sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
     perdagangan dengan negara tetangga.
  b. Pendekatan pembangunan yang dilakukan selain
     menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan
     (security approach), juga diperlukan pendekatan
     kesejahteraan (prosperity approach);




                    dadang-solihin.blogspot.com              34
Arah Kebijakan Pembangunan KTI
4. Menyeimbangan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota
   metropolitan, besar, menengah, dan kecil secara hirarkis
   dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasional;
  a. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi (forward and
     backward linkages) sejak tahap awal mata rantai industri,
     tahap proses produksi antara, tahap akhir produksi (final
     process), sampai tahap konsumsi (final demand) di
     masing-masing kota sesuai dengan hirarkinya.
  b. Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas orang, barang
     dan jasa antar kota-kota tersebut, antara lain melalui
     penyelesaian dan peningkatan pembangunan trans
     Kalimantan, trans Sulawesi;




                     dadang-solihin.blogspot.com                 35
Arah Kebijakan Pembangunan KTI
5. Meningkatkan percepatan pembangunan kota-kota kecil dan
   menengah, terutama di luar Pulau Jawa;
   a.   Diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor
        penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di
        sekitarnya, maupun dalam melayani kebutuhan warga
        kotanya.
   b.   Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, antara
        lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan
        seseuai dengan tipologi kota masing-masing;
6. Mendorong peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di
   wilayah perkotaan
   a.   Pengembangan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan
        secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan
        merupakan ‘backward linkages’ dari kegiatan ekonomi
        di wilayah perkotaan) dalam suatu sistem wilayah
        pengembangan ekonomi;

                      dadang-solihin.blogspot.com              36
Arah Kebijakan Pembangunan KTI
7. Mengoperasionalisasikan ’Rencana Tata Ruang’ sesuai dengan
   hirarki perencanaan;
   a. RTRW- Nasional,
   b. RTRW-Pulau,
   c. RTRW-Provinsi,
   d. RTRW-Kabupaten/Kota
   Sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar
   sektor dan antar wilayah;
8. Merumuskan sistem pengelolaan tanah yang efisien, efektif, serta
   melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan
   menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi.
9. Mengendalikan pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan
   dalam suatu sistem wilayah pembangunan metropolitan yang
   compact, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta
   mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan;

                         dadang-solihin.blogspot.com               37
Program-Program Pembangunan Wilayah KTI

1. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
2. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal
3. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
4. Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar
   Kota
5. Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah
6. Program Pengendalian Pembangunan Kota-kota Besar dan
   Metropolitan
7. Program Penataan Ruang Nasional
8. Program Pengelolaan Pertanahan




                     dadang-solihin.blogspot.com             38
Program Pengembangan Wilayah Strategis
              dan Cepat Tumbuh

1. Peningkatan pengembangan kawasan-kawasan yang strategis
   dan cepat tumbuh, khususnya kawasan yang memiliki produk
   unggulan, melalui pemberian bantuan teknis dan pendampingan
   kepada Pemerintah Daerah, pelaku usaha, pengrajin, petani dan
   nelayan;
2. Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana, seperti
   pembangunan sistem jaringan perhubungan termasuk outlet-outlet
   pemasaran yang efisien dalam rangka menghubungkan kawasan
   strategis dan cepat tumbuh dengan pusat-pusat perdagangan
   nasional dan internasional, termasuk upaya untuk meningkatkan
   aksesibilitas yang menghubungkan dengan wilayah-wilayah
   tertinggal;




                         dadang-solihin.blogspot.com               39
Program Pengembangan Wilayah Strategis
             dan Cepat Tumbuh

3. Pemberdayaan kemampuan pemerintah daerah untuk
   membangun klaster-klaster industri, agroindustri, yang berdaya
   saing di lokasi-lokasi strategis di Luar Jawa melalui pemberian
   insentif yang kompetitif sehingga dapat menarik investor
   domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya. Insentif
   yang dimaksud berupa, antara lain;
   a. pemberian insentif pajak,
   b. kemudahan perizinan, dan
   c. pemberian hak pengelolaan lahan yang kompetitif dengan
      hak pengelolaan lahan di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
      di negara-negara lain




                        dadang-solihin.blogspot.com                  40
Program Pengembangan Wilayah Strategis
              dan Cepat Tumbuh
4. Pertimbangan kemungkinan perlunya pemberian status wilayah
   pembangunan strategis sebagai kawasan perdagangan bebas
   dan pelabuhan bebas (free port and trade zones) selain yang
   sudah diberikan kepada Pulau Batam dan Pulau Sabang. Selain
   itu, untuk menghindari terjadinya perkembangan yang bersifat
   ‘enclave’ di FTZ, maka perlu diciptakan keterkaitan kegiatan
   ekonomi kebelakang (backward linkages) antara FTZ Batam
   dengan wilayah-wilayah lain di kepulauan Riau, maupun dengan
   wilayah-wilayah di Pulau Sumatera, terutama yang menghasilkan
   bahan mentah dan input antara yang saat ini masih harus diimpor;
5. Penguatan pemerintah daerah untuk meningkatkan,
   mengefektifkan dan memperluas kerjasama pembangunan
   ekonomi regional yang saling menguntungkan antar negara-
   negara tetangga, termasuk peningkatan kerjasama ekonomi sub-
   regional yang selama ini sudah dirintis, yaitu IMT-GT, IMS-GT, dan
   BIMP-EAGA, AIDA;

                          dadang-solihin.blogspot.com                   41
Program Pengembangan Wilayah Strategis
             dan Cepat Tumbuh

6. Peningkatan kerja sama antar pemerintah daerah melalui
   sistem jejaring kerja (networking) yang saling menguntungkan.
   Kerja sama ini sangat bermanfaat sebagai sarana
   a. Saling berbagi pengalaman (sharing of experiences),
   b. Saling berbagi manfaat (sharing of benefits), maupun
   c. Saling berbagi dalam memikul tanggung jawab pembiayaan
      pembangunan (sharing of burdens) terutama untuk
      pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
      ekonomi yang menuntut skala ekonomi (scale of economy)
      tertentu sehingga tidak efisien untuk dibangun di masing-
      masing daerah;




                        dadang-solihin.blogspot.com                42
Program Pengembangan Wilayah Strategis
            dan Cepat Tumbuh

7. Pemberdayaan pemerintah daerah dalam:
   a. Mengidentifikasi produk-produk unggulan;
   b. Pengembangan informasi pasar bagi hasil-hasil produk
      unggulan;
   c. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan kewirausahaan
      pelaku ekonomi;
   d. Peningkatan akses petani dan pengusaha kecil menengah
      kepada sumber-sumber permodalan;
   e. Perluasan jaringan informasi teknologi dan pemanfaatan
      riset dan teknologi yang difokuskan untuk mendukung
      produk unggulan;
   f. Pengembangan kelembagaan pengelolaan pengembangan
      usaha;

                       dadang-solihin.blogspot.com             43
Program Pengembangan Wilayah Tertinggal
1. Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaan
   pembangunan, khususnya untuk pembangunan sarana dan
   prasarana ekonomi di wilayah-wilayah tertinggal melalui, antara
   lain, penerapan berbagai skema pembiayaan pembangunan
   seperti:
  a. Pemberian prioritas dana alokasi khusus (DAK),
  b. Skema public service obligation (PSO) dan Keperintisan
     untuk transportasi,
  c. Penerapan universal service obligation (USO) untuk
     telekomunikasi, program listrik masuk desa;




                          dadang-solihin.blogspot.com                44
Program Pengembangan Wilayah Tertinggal
2. Peningkatan kapasitas (capacity building) terhadap
   masyarakat, aparatur pemerintah, kelembagaan, dan
   keuangan daerah. Selain dari pada itu, upaya percepatan
   pembangunan SDM sangat diperlukan melalui pengembangan
   sarana dan prasarana sosial terutama bidang pendidikan dan
   kesehatan;
3. Pemberdayaan komunitas adat terpencil untuk meningkatkan
   kesejahteraan dan kemampuan beradaptasi dengan kehidupan
   masyarakat yang lebih kompetitif;




                       dadang-solihin.blogspot.com              45
Program Pengembangan Wilayah Tertinggal
 4. Pembentukan pengelompokan permukiman untuk
    meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyediaan pelayanan
    umum, terutama untuk wilayah-wilayah yang mempunyai
    kepadatan penduduk rendah dan tersebar. Hal ini antara lain
    dapat dilaksanakan melalui transmigrasi lokal, maupun antar
    regional;
 5. Peningkatan akses petani, nelayan, transmigran dan
    pengusaha kecil menengah kepada sumber- sumber
    permodalan, khususnya dengan skema dana bergulir dan
    kredit mikro, serta melalui upaya penjaminan kredit mikro
    oleh pemerintah kepada perbankan;
 6. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah
    tertinggal dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis,
    terutama pembangunan sistem jaringan transportasi yang
    menghubungkan antar wilayah, antar pulau, maupun antar
    moda transpotasi, khususnya untuk wilayah-wilayah Papua
    dan Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.



                        dadang-solihin.blogspot.com                 46
Strategi Percepatan Pembangunan
         Daerah Tertinggal
Pendekatan Perwilayahan untuk Percepatan
        Pembangunan Daerah Tertinggal
 Pembangunan daerah tertinggal membutuhkan pendekatan
  perwilayahan (regional development approach) yang bersifat lintas
  pelaku maupun sektor untuk mengelola potensi lokal. Regional
  development (pengembangan wilayah), termasuk pembangunan daerah
  tertinggal, tidak mungkin dilaksanakan oleh satu departemen teknis
  sektoral atau pemerintah kota/kabupaten saja.
 Demikian halnya satu daerah tertinggal tidak mungkin bekerja sendiri
  tanpa melakukan kerja sama/ networking dengan daerah sekitarnya
 Suatu ruang yang amat terbuka bagi kontribusi, peran, dan efektivitas
  kerja kelembagaan yang terkait percepatan pembangunan daerah
  tertinggal. Memang bukan sesuatu yang mudah untuk menyinergikan
  dan "mengoordinasikan" para pelaku yang antara lain meliputi
  departemen/ instansi teknis termasuk dunia usaha, instansi
  kabupaten/kota, masyarakat terkait, hingga lembaga donor, serta
  perguruan tinggi setempat.

                            dadang-solihin.blogspot.com               48
Pendekatan Perwilayahan untuk Percepatan Pembangunan
                              Daerah Tertinggal
      KEBIJAKAN NASIONAL
                                                                                                   Pasar Domestik,
   Sektor perindustrian: kebijakan                                                              Nasional, Internasional
    penyediaan sarana dan prasarana
   pengolahan, teknologi pengolahan
 Sektor perdagangan: kebijakan Pasar
   Nasional dan internasional/ekspor
                                                                       KAWASAN PUSAT
            Sektor hukum:                                               PERTUMBUHAN
  kebijakan branding produk unggulan/
                 HAKI
     Sektor energi dan komunikasi:
kebijakan peningkatan jaringan listrik dan
             telekomunikasi                                Daerah                                 Daerah
                                                          Tertinggal                             Tertinggal
      Sektor PU/ Perhubungan:
                                                                              Daerah
 Penyediaan infrastruktur jalan nasional
                                                                             Tertinggal
     dan irigasi, pelabhan, bandara

    Sektor Pertanian, Perikanan:
  Kebijakan distribusi sarana prasarana
    produksi, teknologi pengolahan

       KEBIJAKAN PROPINSI                                                                           Daerah tertinggal/
                                                                                                       Perbatasan
Kebijakan :penyediaan infrasturktur jalan
   provinsi, kebijakan standar upah,
        kerjasama antar propinsi                                           Daerah Tertinggal/
                                                                              Perbatasan
     KEBIJAKAN KABUPATEN

Kebijakan : penyediaan infrastruktur jalan
   kabupaten, kebijakan perpajakan dan
     pungutan, pengendalian dampak
                                             dadang-solihin.blogspot.com                                           49
 lingkungan, kerjasama antar kabuapaten
Sinkronisasi antar Sektor dalam Peningkatan 
     Pengelolaan Potensi Ekonomi Lokal 
             di Daerah Tertinggal
                  Regulasi/ Iklim Investasi
                   • Pemerintah/ Dinas
Investasi            Perindag                          Akses Modal
• BKPM                                               • Perbankan
• Swasta

                       Peningkatan                      Prasarana/ Sarana
                    Pengelolaan Potensi                 • Kimpraswil/ Swasta
                      Ekonomi Lokal                     • Perhubungan

Informasi Pasar                                     Pendampingan &
• Deperindag                                         Advokasi
• KADIN                                             • NGOs
• Media              Peningkatan Skill              • Universitas
                     • BLK, NGO
                     • Diknas

                      dadang-solihin.blogspot.com                      50
Program Pengembangan Wilayah
              Perbatasan
1. Penguatan pemerintah daerah dalam mempercepat peningkatan
   kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui:
    a. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi;
    b. Peningkatan kapasitas SDM;
    c. Pemberdayaan kapasitas aparatur pemerintah dan kelembagaan;
    d. peningkatan mobilisasi pendanaan pembangunan;
2. Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaan
   pembangunan, terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana
   ekonomi di wilayah-wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil
   melalui, antara lain, penerapan berbagai skema pembiayaan
   pembangunan seperti: pemberian prioritas dana alokasi khusus
   (DAK), public service obligation (PSO) dan keperintisan untuk
   transportasi, penerapan universal service obligation (USO) untuk
   telekomunikasi, program listrik masuk desa;


                           dadang-solihin.blogspot.com                51
Program Pengembangan Wilayah
              Perbatasan
3. Percepatan pendeklarasian dan penetapan garis perbatasan
   antar negara dengan tanda-tanda batas yang jelas serta dilindungi
   oleh hukum internasional;
4. Peningkatan kerja sama masyarakat dalam memelihara
   lingkungan (hutan) dan mencegah penyelundupan barang,
   termasuk hasil hutan (illegal logging) dan perdagangan manusia
   (human trafficking). Namun demikian perlu pula diupayakan
   kemudahan pergerakan barang dan orang secara sah, melalui
   peningkatan penyediaan fasilitas kepabeanan, keimigrasian,
   karantina, serta keamanan dan pertahanan;




                          dadang-solihin.blogspot.com               52
Program Pengembangan Wilayah
             Perbatasan
5. Peningkatan kemampuan kerja sama kegiatan ekonomi antar
   kawasan perbatasan dengan kawasan negara tetangga dalam
   rangka mewujudkan wilayah perbatasan sebagai pintu gerbang
   lintas negara. Selain dari pada itu, perlu pula dilakukan
   pengembangan wilayah perbatasan sebagai pusat pertumbuhan
   ekonomi berbasis sumber daya alam lokal melalui pengembangan
   sektor-sektor unggulan;
6. Peningkatan wawasan kebangsaan masyarakat; dan penegakan
   supremasi hukum serta aturan perundang-undangan terhadap
   setiap pelanggaran yang terjadi di wilayah perbatasan.




                        dadang-solihin.blogspot.com           53
Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan
                 Antar Kota

 1. Penetapan dan pemantapan peran dan fungsi kota-kota secara
    hirarkis dalam kerangka ‘sistem wilayah pengembangan
    ekonomi’ dan ‘sistem pembangunan perkotaan nasional’;
 2. Peningkatan penyediaan jaringan transportasi wilayah yang
    menghubungkan antar kota-kota secara hirarkis untuk
    memperlancar koleksi dan distribusi barang dan jasa antara lain
    melalui penyelesaian dan peningkatan pembangunan trans
    Kalimantan dan trans Sulawesi;




                          dadang-solihin.blogspot.com                 54
Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan
                 Antar Kota

 3. Pembentukan forum kerja sama antar pemerintah kota untuk
    merumuskan kerja sama pembangunan, khususnya:
    a. Pembangunan industri pengolahan yang saling menunjang
       satu sama lain dalam suatu mata-rantai industri di masing-
       masing kota secara hirarkis sesuai dengan tipologi kota;
    b. Pembangunan infrastruktur yang mempersyaratkan ‘scale of
       economy’ tertentu;
    c. Pelestarian sumber daya air dan banjir yang memerlukan
       keterpaduan pengelolaan, contoh Jabodetabek-Bopunjur.




                          dadang-solihin.blogspot.com               55
Program Pengembangan Kota-kota Kecil
           dan Menengah
1. Penguatan pengembangan kegiatan industri dan perdagangan di
   kota-kota menengah terutama kegiatan industri yang
   memproses lebih lanjut input antara yang dihasilkan kota-kota
   kecil di wilayah pengaruhnya, melalui:
   a. Peningkatan fungsi pasar regional;
   b. Pengembangan sentra-sentra industri pengolahan regional;
   c. Peningkatan fungsi pelabuhan dan terminal regional sebagai
      ‘outlet’ pemasaran hasil-hasil produksi wilayah;
   d. Peningkatan jaringan transportasi wilayah yang
      menghubungkan antara kota-kota menengah dan kecil;




                         dadang-solihin.blogspot.com               56
Program Pengembangan Kota-kota Kecil
           dan Menengah
2. Peningkatan pertumbuhan industri kecil di kota-kota kecil, khususnya
   industri yang mengolah hasil pertanian (agroindustry) dari wilayah-
   wilayah perdesaan, melalui:
  a. pengembangan sentra- sentra industri kecil dengan
     menggunakan teknologi tepat guna;
  b. Peningkatan fungsi pasar lokal;
  c. peningkatan prasarana dan sarana transportasi yang
     menghubungkan kota-kota kecil dengan wilayah-wilayah
     perdesaan; .
3. Penyiapan dan pemantapan infrastruktur sosial dasar perkotaan di
   kota-kota kecil dan menengah untuk dapat melayani fungsi internal
   dan eksternal kotanya, terutama wilayah-wilayah yang masuk dalam
   satuan wilayah pengembangan ekonomi;



                           dadang-solihin.blogspot.com               57
Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan
              Menengah
  4. Pemberdayaan kemampuan:
     a. Profesionalisme aparatur dalam pengelolaan dan
        peningkatan produktivitas kota;
     b. Kewirausahaan dan manajemen pengusaha kecil dan
        menengah dalam meningkatkan kegiatan usaha, termasuk
        penerapan ‘good corporate governance’;
     c. masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan
        keputusan kebijakan publik perkotaan di kota-kota kecil dan
        menengah;
  5. Penyempurnaan kelembagaan melalui reformasi dan
     restrukturisasi kelembagaan dengan menerapkan prinsip-
     prinsip ‘good urban governance’ dalam pengelolaan perkotaan
     kota-kota kecil dan menengah dalam rangka meningkatkan
     fungsi pelayanan publik;


                         dadang-solihin.blogspot.com                  58
Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan
              Menengah
  6. Pemberdayaan kemampuan pemerintah kota dalam
     memobilisasi dana pembangunan melalui:
    a. Peningkatan kemitraan dengan swasta dan masyarakat;
    b. Pinjaman langsung dari bank komersial dan pemerintah
       pusat;
    c. penerbitan obligasi daerah (municipal bond);
    d. ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dan retribusi;
  7. Pemberdayaan kemampuan pengusaha kecil dan menengah,
     melalui:
    a. Pemberian akses permodalan;
    b. Pengembangan informasi pasar bagi produk-produk lokal;
    c. pemberian bantuan teknologi tepat guna.



                          dadang-solihin.blogspot.com           59
Program Pengendalian Pembangunan Kota-
       kota Besar dan Metropolitan
 1. Penerapan ‘land use and growth management’ yang
    menekankan pada ‘infill development’, dengan intensitas
    bangunan vertikal yang cukup tinggi, serta membatasi
    ‘suburban sprawl,’ termasuk upaya pencegahan konversi lahan
    pertanian produktif disertai dengan penerapan ’zoning
    regulation.’ secara tegas, adil dan demokratis di kota-kota
    metropolitan;
 2. Peningkatan peran dan fungsi kota-kota satelit, termasuk kota
    baru supaya menjadi self sustained city, sehingga dapat
    mengurangi ketergantungan penggunanaan sarana, prasarana,
    dan utilitas pada kota inti;




                        dadang-solihin.blogspot.com                 60
Program Pengendalian Pembangunan Kota-
       kota Besar dan Metropolitan
 3. Pengembalian fungsi kawasan kota lama (down-town areas),
    yang saat ini kondisinya cenderung kumuh, tidak teratur, dan
    menjadi kota mati pada malam hari, dengan melakukan
    peremajaan kembali (redevelopment) dan revitalisasi
    revitalization) kawasan tersebut, termasuk upaya pelestarian
    (preservation) gedung-gedung bersejarah;
 4. Pemanfaatan aset-aset tidur milik negara di pusat-pusat kota
    dengan memanfaatkannya untuk bangunan pemerintah,
    masyarakat dan swasta, melalui skema BOO dan BOT; dan
    penerapan pajak progresif bagi lahan-lahan tidur milik
    perorangan maupun perusahaan di kawasan-kawasan
    produktif;




                         dadang-solihin.blogspot.com               61
Program Pengendalian Pembangunan Kota-
       kota Besar dan Metropolitan
 5. Peningkatan kerjasama pembangunan antar kota inti dan kota-kota
    satelit di wilayah metropolitan, baik pada tahap perencanaan,
    pembiayaan, pembangunan, maupun pemeliharaan, terutama
    dalam pembangunan sarana, prasarana, dan utilitas perkotaan,
    khususnya yang mempersyaratkan adanya keterpaduan dan skala
    ekonomi (scale of economy) tertentu, sehingga tidak efisien untuk
    dibangun di masing-masing daerah, sebagai contoh:
    a. pembangunan pelayanan transportasi antar moda dan antar
       wilayah, termasuk angkutan transportasi massal;
    b. Pembangunan tempat pembuangan sampah;
    c. penyediaan air minum;
    d. prasarana pengendalian banjir.




                          dadang-solihin.blogspot.com               62
Program Pengendalian Pembangunan Kota-
       kota Besar dan Metropolitan
 6. Peningkatan penyelenggaraan pembangunan perkotaan dalam
    kerangka tata-pemerintahan yang baik (good urban governance);
    dan peningkatan kemitraan dengan pihak swasta dan
    masyarakat, terutama kegiatan-kegiatan pelayanan publik yang
    layak secara komersial (commercially viable), melalui kontrak,
    pemberian konsesi dsb;




                         dadang-solihin.blogspot.com                 63
Program Pengendalian Pembangunan Kota-
       kota Besar dan Metropolitan
7. Pembentukan ‘Dewan Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Metropolitan’
   yang anggotanya terdiri dari unsur dunia usaha, masyarakat,
   pemerintah daerah terkait, akademisi, dan lembaga swadaya
   masyarakat. Tugas Pokok dan Fungsi dewan ini adalah:
  a. Menjaga konsistensi pemanfaatan Rencana Tata Ruang
     Kabupaten/Kota dengan RTRW Provinsi, termasuk dengan
     RTRW Nasional;
  b. mengevaluasi dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah
     daerah terkait, terutama untuk menganalisa implikasi negatif
     terhadap usulan pembangunan proyek-proyek besar di kawasan
     perkotaan, seperti usulan pembangunan Mall, Hypermarket, Mass
     Rapid Transit, dan memberikan rekomendasi persyaratan teknis
     tertentu jika proyek tersebut diijinkan untuk dibangun;
  c. Memberikan rekomendasi mengenai upaya-upaya peningkatan
     pelayanan publik perkotaan.

                         dadang-solihin.blogspot.com             64
Program Penataan Ruang Nasional
1. Pelaksanaan sosialisasi RTRWN dan RTRW-Pulau kepada
   Pemerintah Kota/Kabupaten dan stakeholder terkait, dan
   pembangunan kesepakatan untuk implementasi RTRWN dan
   RTRW- Pulau;
2. Penyempurnaan dan penyerasian UU Nomor 24/1992 tentang
   Penataan Ruang (termasuk ruang udara) dan penyusunan
   peraturan perundang-undangan pelaksanaannya beserta
   berbagai pedoman teknis;
3. Peninjauan kembali dan pendayagunaan rencana tata ruang,
   terutama di kawasan prioritas pembangunan nasional untuk
   menjamin keterpaduan pembangunan antar wilayah dan antar
   sektor;




                        dadang-solihin.blogspot.com           65
Program Penataan Ruang Nasional

4. Pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjamin kesesuaian
   rencana dengan pelaksanaan, penerapan prinsip pembangunan
   berkelanjutan, dan peningkatan keseimbangan pembangunan
   antar fungsi;
5. Pemantapan koordinasi dan konsultasi antara pusat dan daerah,
   antar daerah, antar lembaga eksekutif dan legislatif, serta
   dengan lembaga dan organisasi masyarakat yang terkait dalam
   kegiatan penataan ruang di tingkat nasional dan daerah.




                         dadang-solihin.blogspot.com               66
Program Pengelolaan Pertanahan
1. Pembangunan sistem pendaftaran tanah yang efisien dan
   transparan, termasuk pembuatan peta dasar dalam rangka
   percepatan pendaftaran tanah;
2. Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
   pemanfaatan tanah yang berkeadilan, berkelanjutan, dan
   menjunjung supremasi hukum, dengan mengacu pada rencana
   tata ruang wilayah dan kepentingan rakyat;
3. Peningkatan kualitas dan kapasitas kelembagaan dan SDM
   pertanahan di pusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan
   penataan dan pelayanan pertanahan yang sesuai dengan prinsip-
   prinsip pembaruan agraria dan tata ruang wilayah;




                       dadang-solihin.blogspot.com            67
Program Pengelolaan Pertanahan
4. Penegakan hukum pertanahan yang adil dan transparan untuk
   meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah kepada
   masyarakat melalui sinkronisasi peraturan-peraturan
   perundangan pertanahan;
5. Pengembangan sistem informasi pertanahan nasional yang
   handal dan mendukung terlaksananya prinsip-prinsip good
   governance dalam rangka peningkatan koordinasi, pelayanan dan
   pengelolaan pertanahan.




                       dadang-solihin.blogspot.com             68
Potensi Pengembangan Wilayah
         Bertipologi Kepulauan
Wilayah bertipologi kepulauan pada umumnya kaya akan
sumber daya kelautan
 Potensi sumberdaya alam hayati (terumbu karang,
   padang lamun, hutan mangrove, perikanan dll).
 Potensi sumberdaya alam non-hayati (pertambangan,
   energi kelautan, dll)
 Potensi jasa-jasa lingkungan (wisata bahari, wisata
   terestrial, dan wisata kultural)




                    dadang-solihin.blogspot.com         69
Isu Strategis Pengembangan
        Wilayah Bertipologi Kepulauan
1. Luas laut lebih besar dari daratan namun belum didukung oleh
   jaringan transportasi yang memadai
2. Penyebaran jumlah penduduk tidak merata pada tiap-tiap pulau
3. Rendahnya kualitas SDM lokal karena keterbatasan fasilitas
   pelayanan sosial dasar
4. Sumberdaya perikanan dan kelautan besar namun belum
   dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan
5. Skala ekonomi yang tidak mencukupi, terutama di pulau kecil,
   seringkali menyebabkan sulit berkembangnya industri pengolahan
   berorientasi ekspor sehingga menyebabkan tidak adanya nilai
   tambah dari sumberdaya alam lokal.
6. Sarana prasarana penunjang ekonomi serta jaringan distribusi
   belum memadai.
7. Keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan pulau
   kecil
                         dadang-solihin.blogspot.com              70
Isu Strategis Pengembangan
        Wilayah Bertipologi Kepulauan
8. Pada umumnya merupakan kawasan rawan bencana gempa
   bumi dan tsunami
9. Pemanasan global (global warming) dengan ancaman
   tenggelamnya pulau-pulau kecil
10. Pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni potensial dijadikan
    lokasi kegiatan ilegal (penyelundupan, perompakan, illegal
    fishing).
11. Terdapat pulau kecil terisolir di kawasan perbatasan negara yang
    menenetukan kedaulatan wilayah, namun lebih berorientasi
    kepada negara tetangga
12. Keterbatasan kemampuan aparat pemerintah daerah dalam
    melakukan pembinaan dan pengawasan kawasan perbatasan
    laut karena luasnya span of control.
13. Sumber pembiayaan pembangunan yang terbatas

                          dadang-solihin.blogspot.com                  71
Peluang Pengembangan
                  Wilayah Bertipologi Kepulauan
    PETA
PERDAGANGAN
   DUNIA




• 40 Persen perdagangan internasional melewati wilayah Kepulauan Indonesia
• Indonesia memiliki akses yang baik menuju pasar internasional (orientasi
  ekspor), kedekatan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)
• Perdagangan bebas (free trade zone) berpotensi memacu percepatan
  pembangunan pulau-pulau kecil
                             dadang-solihin.blogspot.com                72
        “OUTWARD LOOKING DALAM MEMBANGUN DAERAH”
Sektor Kelautan sebagai Leading Sector
      Pembangunan Wilayah Kepulauan
•   Indonesia memiliki sumber daya laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas
    maupun diversitas
•   Indonesia memiliki daya saing (competitive advantage) yang tinggi di sektor
    kelautan dan perikanan sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang
    dimilikinya serta produksi yang dihasilkannya
•   Industri di sektor kelautan dan perikanan memiliki keterkaitan (backward
    and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri lainnnya
•   Sumber daya di sektor kelautan dan perikanan merupakan sumber daya
    yang selalu dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga bertahan
    dalam jangka panjang asal diikuti dengan pengelolaan yang arif
•   Investasi di sektor kelautan dan perikanan memiliki efisiensi dan daya serap
    tenaga kerja yang relatif tinggi
•   Produk kelautan dan perikanan memilki prospek pasar yang baik dengan
    pangsa pasar yang terus meningkat



                              dadang-solihin.blogspot.com                      73
Strategi Pengembangan
  Wilayah Kepulauan
Konsep Dasar Pengembangan Wilayah Kepulauan




               dadang-solihin.blogspot.com    75
Konsepsi Dasar Pengembangan Wilayah Kepulauan

    Pemanfaatan Kawasan Andalan (termasuk Kawasan Andalan Laut)
     sebagai batas geografis pengembangan wilayah (Satuan Wilayah
     Pengembangan/SWP)
    Pengembangan kegiatan ekonomi berbasis sumber daya kelautan
     (perikanan dan wisata bahari) dengan memperhatikan daya dukung dan
     daya tampung lingkungan.
    Pemanfaatan pusat permukiman nasional ( PKN / PKW / PKL ) di dalam
     Kawasan Andalan sebagai pusat orientasi pengembangan wilayah.
    Pengembangan sub-kawasan sebagai Wilayah Pusat Pengembangan
     (WPP) dengan mengadopsi konsep pengembangan agropolitan.
    Pengembangan Pusat WPP sebagai pusat pengolahan sumber daya
     perikanan, pusat penyediaan input produksi, dan pusat pelayanan sosial
     ekonomi masyarakat.
    Pengembangan Pusat SWP sebagai pusat pertumbuhan dan pusat
     pelayanan utama sekaligus sebagai outlet menuju pasar regional atau
     ekspor dengan memanfaatkan jalur ALKI.


                              dadang-solihin.blogspot.com                     76
Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan

 Affirmative Action
  Anggaran khusus untuk propinsi kepulauan (DAU)


 Transportasi dan komunikasi intra pulau dan antar pulau
  subsidi operasi angkutan perintis
  pengembangan sarana dan prasarana perhubungan


 Keterkaitan ekonomi antar sektor dan antar daerah (networking)
  Pemilihan sektor unggulan sebagai engine of growth yang memiliki
   keterkaitan yang kuat baik dengan industri hilir maupun hulu serta
   dengan daerah penunjang (hinterland).
  peningkatan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi;


                          dadang-solihin.blogspot.com               77
Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan

 Kelembagaan
  Pemberdayaan kapasitas aparatur pemerintah dan kelembagaan;
  Peningkatan mobilisasi pendanaan pembangunan;


 Sumberdaya Manusia
  Peningkatan pendidikan dan keterampilan berbasis potensi lokal
  Peningkatan pelayanan sosial dasar
  Pengelompokan permukiman melalui


 Lingkungan
  eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir perlu dilakukan
    dengan hati-hati dan memperhatikan konservasi sumberdaya.

                          dadang-solihin.blogspot.com               78
TERIMA KASIH

Contenu connexe

Tendances

KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
KONSEPPENGEMBANGAN EKONOMI LOKALKONSEPPENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
VisualBee.com
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Yuca Siahaan
 

Tendances (20)

Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
 
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauAnalisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
Menghitung Lq dan Shiftshare Hasil Pertanian Kacang Tanah, Padi, Kacang kedel...
 
Teori basis ekonomi
Teori basis ekonomiTeori basis ekonomi
Teori basis ekonomi
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
 
Proyeksi penduduk
Proyeksi pendudukProyeksi penduduk
Proyeksi penduduk
 
Metode Baru dalam Pengitungan IPM
Metode Baru dalam Pengitungan IPM Metode Baru dalam Pengitungan IPM
Metode Baru dalam Pengitungan IPM
 
Teori dan Indikator Pembangunan
Teori dan Indikator Pembangunan Teori dan Indikator Pembangunan
Teori dan Indikator Pembangunan
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalSistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Ruang Lingkup, Prinsip dan Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah
Ruang Lingkup, Prinsip dan Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah Ruang Lingkup, Prinsip dan Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah
Ruang Lingkup, Prinsip dan Pendekatan Perencanaan Pembangunan Daerah
 
KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
KONSEPPENGEMBANGAN EKONOMI LOKALKONSEPPENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
KONSEP PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
 
Kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Perencanaan Pembangunan DaerahKebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
Ekonomi regional
Ekonomi regionalEkonomi regional
Ekonomi regional
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
Perencanaan Pembangunan
Perencanaan PembangunanPerencanaan Pembangunan
Perencanaan Pembangunan
 
Perencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatifPerencanaan partisipatif
Perencanaan partisipatif
 
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan Pembangunan Daerah
 

En vedette

Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasanJurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
Imam Moklisin
 
Strategi Pembangunan Wilayah
Strategi Pembangunan WilayahStrategi Pembangunan Wilayah
Strategi Pembangunan Wilayah
Sri Wahyuni
 
Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.
awarisusanti
 
Mekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBNMekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBN
Jogo Hera
 

En vedette (20)

Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia dalam skala nasional, wilayah, da...
 
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasanJurnal pengembangan wilayah perbatasan
Jurnal pengembangan wilayah perbatasan
 
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah TertinggalArah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Arah dan Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
 
Mkn 56-for-web
Mkn 56-for-webMkn 56-for-web
Mkn 56-for-web
 
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
Metodologi Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Dalam Mendukung Pengembang...
 
Kawasan perbatasan final
Kawasan perbatasan finalKawasan perbatasan final
Kawasan perbatasan final
 
Sos dak 2012 sarpras daerah tertinggal
Sos dak 2012   sarpras daerah tertinggalSos dak 2012   sarpras daerah tertinggal
Sos dak 2012 sarpras daerah tertinggal
 
Chapter 1 dan 2 manajemen perbatasan
Chapter 1 dan 2 manajemen perbatasanChapter 1 dan 2 manajemen perbatasan
Chapter 1 dan 2 manajemen perbatasan
 
Data berkualitas
Data berkualitasData berkualitas
Data berkualitas
 
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan KemiskinanSistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan
Sistem Data dan Penentuan Sasaran dalam Penanggulangan Kemiskinan
 
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan BaratAnalisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Analisis Sarana dan Prasarana Desa dan Kota di Provinsi Kalimantan Barat
 
Strategi Pembangunan Wilayah
Strategi Pembangunan WilayahStrategi Pembangunan Wilayah
Strategi Pembangunan Wilayah
 
Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.
 
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
 
Powerpoint
PowerpointPowerpoint
Powerpoint
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
 
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
Kebijakan Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan Pengembangan Ekonomi Lokal Mela...
 
Mekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBNMekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBN
 
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeuPaparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
 
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010
Gambaran Umum PP 71 Tahun 2010
 

Similaire à Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)

pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta ganggapembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
Marsiningsih Yanyan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Kamen Ride
 
Lampiran 4. Arah Pembangunan Wilayah RPJMN 2020-2024.pdf
Lampiran 4. Arah Pembangunan Wilayah RPJMN 2020-2024.pdfLampiran 4. Arah Pembangunan Wilayah RPJMN 2020-2024.pdf
Lampiran 4. Arah Pembangunan Wilayah RPJMN 2020-2024.pdf
AndyWidayat1
 
PPTANP ujian terbuka 19 Juni 2013 new1
PPTANP ujian terbuka 19 Juni  2013 new1PPTANP ujian terbuka 19 Juni  2013 new1
PPTANP ujian terbuka 19 Juni 2013 new1
ignatiuswirawan
 
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehBahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Nachan
 

Similaire à Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) (20)

Isi Laporan SM3T
Isi Laporan SM3TIsi Laporan SM3T
Isi Laporan SM3T
 
Kkn salawati
Kkn salawatiKkn salawati
Kkn salawati
 
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta ganggapembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
 
Materi Dirjen Bappenas Sektor Kelautan
Materi Dirjen Bappenas Sektor KelautanMateri Dirjen Bappenas Sektor Kelautan
Materi Dirjen Bappenas Sektor Kelautan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan TimurRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur
 
PERAN KPDT DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN SEBAGAI BE...
PERAN KPDT DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN SEBAGAI BE...PERAN KPDT DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN SEBAGAI BE...
PERAN KPDT DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN SEBAGAI BE...
 
Paradigma baru pembangunan perdesaan
Paradigma baru pembangunan perdesaanParadigma baru pembangunan perdesaan
Paradigma baru pembangunan perdesaan
 
Lampiran 4. Arah Pembangunan Wilayah RPJMN 2020-2024.pdf
Lampiran 4. Arah Pembangunan Wilayah RPJMN 2020-2024.pdfLampiran 4. Arah Pembangunan Wilayah RPJMN 2020-2024.pdf
Lampiran 4. Arah Pembangunan Wilayah RPJMN 2020-2024.pdf
 
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanKapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
 
PPTANP ujian terbuka 19 Juni 2013 new1
PPTANP ujian terbuka 19 Juni  2013 new1PPTANP ujian terbuka 19 Juni  2013 new1
PPTANP ujian terbuka 19 Juni 2013 new1
 
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
Penguatan Daerah Penyangga Ibu Kota Negara (IKN)
 
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 acehBahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
Bahan paparan kapet 28 juni 2013 aceh
 
TOBA INTEGRATED MASTERPLAN
TOBA INTEGRATED MASTERPLANTOBA INTEGRATED MASTERPLAN
TOBA INTEGRATED MASTERPLAN
 
Share Knowledge Fia UB 2023.pdf
Share Knowledge Fia UB 2023.pdfShare Knowledge Fia UB 2023.pdf
Share Knowledge Fia UB 2023.pdf
 
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal DaerahKerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah
Kerjasama Antar Daeah Sebagai Payung Pengembangan Ekonomi Lokal Daerah
 
Newsletter AMPL Edisi Juli 2012
Newsletter AMPL Edisi Juli 2012Newsletter AMPL Edisi Juli 2012
Newsletter AMPL Edisi Juli 2012
 
Kebijakan Pembangunan Parekraf Prov. NTT
Kebijakan Pembangunan Parekraf Prov. NTTKebijakan Pembangunan Parekraf Prov. NTT
Kebijakan Pembangunan Parekraf Prov. NTT
 
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal MajdiBest Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
Best Practice Etika Perencanaan; Tuan Guru Bajang Muhammad Zainal Majdi
 
ANALISIS DAN EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EKONOMI WILAYAH DI PROVINSI KA...
ANALISIS DAN EVALUASI  IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EKONOMI WILAYAH  DI PROVINSI KA...ANALISIS DAN EVALUASI  IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EKONOMI WILAYAH  DI PROVINSI KA...
ANALISIS DAN EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EKONOMI WILAYAH DI PROVINSI KA...
 
Kajian otsus papua
Kajian otsus papuaKajian otsus papua
Kajian otsus papua
 

Plus de Dadang Solihin

Plus de Dadang Solihin (20)

Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum No. 360 Tahun 2024.pdf
Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum No. 360 Tahun 2024.pdfPermohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum No. 360 Tahun 2024.pdf
Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum No. 360 Tahun 2024.pdf
 
Marty M. Natalegawa, 2021, Geopolitik dan Perekonomian Indonesia Dampak dan R...
Marty M. Natalegawa, 2021, Geopolitik dan Perekonomian Indonesia Dampak dan R...Marty M. Natalegawa, 2021, Geopolitik dan Perekonomian Indonesia Dampak dan R...
Marty M. Natalegawa, 2021, Geopolitik dan Perekonomian Indonesia Dampak dan R...
 
Mark Turner, David Hulme & Willy Mccourt, Governance, Management & Developmen...
Mark Turner, David Hulme & Willy Mccourt, Governance, Management & Developmen...Mark Turner, David Hulme & Willy Mccourt, Governance, Management & Developmen...
Mark Turner, David Hulme & Willy Mccourt, Governance, Management & Developmen...
 
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
Catatan Harian Ahmad Wahib - Pergolakan Pemikiran Islam disertai Komentar Pro...
 
Ben Bland - Man of Contradictions Joko Widodo and the struggle to remake Indo...
Ben Bland - Man of Contradictions Joko Widodo and the struggle to remake Indo...Ben Bland - Man of Contradictions Joko Widodo and the struggle to remake Indo...
Ben Bland - Man of Contradictions Joko Widodo and the struggle to remake Indo...
 
Saat-Saat Terakhir di Universitas Darma Persada - Darma Persada Daigaku de no...
Saat-Saat Terakhir di Universitas Darma Persada - Darma Persada Daigaku de no...Saat-Saat Terakhir di Universitas Darma Persada - Darma Persada Daigaku de no...
Saat-Saat Terakhir di Universitas Darma Persada - Darma Persada Daigaku de no...
 
Wisuda Universitas Darma Persada Program Magister, Sarjana, & Diploma di Bala...
Wisuda Universitas Darma Persada Program Magister, Sarjana, & Diploma di Bala...Wisuda Universitas Darma Persada Program Magister, Sarjana, & Diploma di Bala...
Wisuda Universitas Darma Persada Program Magister, Sarjana, & Diploma di Bala...
 
Status Kepemilikan Kampus UNSADA Pondok Kelapa Jakarta Timur
Status Kepemilikan Kampus UNSADA Pondok Kelapa Jakarta TimurStatus Kepemilikan Kampus UNSADA Pondok Kelapa Jakarta Timur
Status Kepemilikan Kampus UNSADA Pondok Kelapa Jakarta Timur
 
Who Dares Wins - Kill or Be Killed, Reaksi Rektor UNSADA terhadap Review Tim ...
Who Dares Wins - Kill or Be Killed, Reaksi Rektor UNSADA terhadap Review Tim ...Who Dares Wins - Kill or Be Killed, Reaksi Rektor UNSADA terhadap Review Tim ...
Who Dares Wins - Kill or Be Killed, Reaksi Rektor UNSADA terhadap Review Tim ...
 
The President Can Do No Wrong, Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe P JKW
The President Can Do No Wrong, Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe P JKWThe President Can Do No Wrong, Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe P JKW
The President Can Do No Wrong, Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe P JKW
 
Laporan Akhir the Carter Center untuk Pemilu Legislatif di Indonesia
Laporan Akhir the Carter Center untuk Pemilu Legislatif di IndonesiaLaporan Akhir the Carter Center untuk Pemilu Legislatif di Indonesia
Laporan Akhir the Carter Center untuk Pemilu Legislatif di Indonesia
 
Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah -Penyelarasan RPJPN-RPJD
Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah -Penyelarasan RPJPN-RPJDEvaluasi Rencana Pembangunan Daerah -Penyelarasan RPJPN-RPJD
Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah -Penyelarasan RPJPN-RPJD
 
Laporan Pelaksanaan Tugas Taprof Lemhannas RI Tahun II 2023
Laporan Pelaksanaan Tugas Taprof Lemhannas RI Tahun II 2023 Laporan Pelaksanaan Tugas Taprof Lemhannas RI Tahun II 2023
Laporan Pelaksanaan Tugas Taprof Lemhannas RI Tahun II 2023
 
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL TB 500
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL TB 500ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL TB 500
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL TB 500
 
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL TB 350
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL TB 350ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL TB 350
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL TB 350
 
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Thunderbird 500
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Thunderbird 500ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Thunderbird 500
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Thunderbird 500
 
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Interceptor 650
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Interceptor 650ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Interceptor 650
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Interceptor 650
 
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Himalayan BS IV
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Himalayan BS IVROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Himalayan BS IV
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL Himalayan BS IV
 
ROYAL ENFIELD CRUSADER 250 Instruction Book
ROYAL ENFIELD CRUSADER 250 Instruction BookROYAL ENFIELD CRUSADER 250 Instruction Book
ROYAL ENFIELD CRUSADER 250 Instruction Book
 
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL BULLET ELECTRA
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL BULLET ELECTRAROYAL ENFIELD OWNER MANUAL BULLET ELECTRA
ROYAL ENFIELD OWNER MANUAL BULLET ELECTRA
 

Dernier

Dernier (20)

DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)

  • 1. BAPPENAS Strategi dan Kebijakan Pembangunan Wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah-Bappenas Jakarta, 30 Juni 2008
  • 2. Dadang Solihin’s Profile Dadang Solihin currently is Director for Regional Development Performance Evaluation at Indonesian National Development Planning Agency (Bappenas). He holds MA degree (Economics), University of Colorado, USA. His previous post is Head, Center for Research Data and Information at DPD Secretariat General as well as Deputy Director for Information of Spatial Planning and Land Use Management at Bappenas.  Beside working as Assistant Professor at Graduate School of Asia-Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as Associate Professor at University of Darma Persada, Jakarta, Indonesia.  He got various training around the globe, included Public Officials Capacity Building Training Program for Government Innovation, Seoul –Korea (2007), Advanced International Training Programme of Information Technology Management, at Karlstad City, Sweden (2005); the Training Seminar on Land Use and Management, Taiwan (2004); Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala Lumpur, Malaysia (2003); Applied Policy Development Training, Vancouver, Canada (2002); Local Government Administration Training Course, Hiroshima, Japan (2001); and Regional Development and Planning Training Course, Sapporo, Japan (1999). He published more than five books regarding local autonomous.  You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.com or by his mobile at +62812 932 2202 dadang-solihin.blogspot.com 2
  • 3. Materi • Arah ke-5 RPJPN 2005-2025: Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan • Daerah Kawasan Timur Indonesia • Hubungan Dokumen Perencanaan Pembangunan dengan Tata Ruang • Strategi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal • Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan dadang-solihin.blogspot.com 3
  • 4. Arah ke-5 RPJPN 2005-2025: Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya Pengembangan Wilayah darat dan/atau laut di setiap wilayah Percepatan pembangunan dan pengembangan wilayah tertinggal di sekitarnya pertumbuhan wilayah strategis dan cepat dalam suatu sistem wilayah pengembangan tumbuh ekonomi yang sinergis Keberpihakan pemerintah dalam tumbuh dan berkembang secara lebih cepat pengembangan wilayah tertinggal dan dan mengurangi ketertinggalan terpencil pembangunannya dengan daerah lain acuan kebijakan spasial di setiap sektor, lintas Rencana Tata Ruang sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan peningkatan kapasitas aparat, kelembagaan, Kapasitas Pemerintah Daerah kapasitas keuangan, serta kapasitas legislatif daerah peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, akses modal usaha dan SDA, kesempatan Pemberdayaan Masyarakat menyampaikan aspirasi, dan kesempatan mengelola usaha ekonomi produktif penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan4 Penanggulangan Kemiskinandadang-solihin.blogspot.com mengutamakan prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi
  • 5. Daerah KTI Sulut Kalbar Gorontalo Kalsel Maluku Sulteng Maluku  Kaltim Papua Sultra Utara Irja  Kalteng Sulsel Barat NTT NTB dadang-solihin.blogspot.com 5
  • 6. Kesenjangan KBI dan KTI Aspek KBI KTI PDB 81% 19% 61% (Jawa) dan 20% (Sumatera) Kalimantan (8%) ; Sulawesi (5%) ; PDB Papua (3%) ; Nusa Tenggara (1,5%) ; Maluku (1,5%) PERTANIAN 78% 22% 54% (Jawa) dan 24% (Sumatera) Komoditi Unggulan : Kehutanan, KEGIATAN USAHA Pertanian Komoditi Unggulan : Tanaman Perikanan Laut, Perkebunan, Pangan, Holtikultura, Perkebunan, Peternakan, Kelapa Perikanan PERTAMBANGAN Produk Utama : Minyak & Gas, Produk Utama : Minyak & Gas, Batubara, Pertambangan Batubara Emas, Uranium, Tembaga, Nikel, Mangan, Timah dan Batubara INDUSTRI 90% 10% sebagian besar (75%) di Jabotabek Kawasan Industri Hulu Makassar; Industri Kawasan& Zona Industri serta Export Kawasan Industri Pertambangan (di Processing Zone Papua) JASA Industri Hulu sampai Hilir Jasa Perdagangan Jasa Jasa Perbankan/Keuangan; Perdagangan dadang-solihin.blogspot.com 6
  • 7. Kesenjangan KBI dan KTI Aspek KBI KTI KUANTITAS 80% tersebar di 60% 20% tersebar di Kalimantan (5%) ; (Jawa) dan 20% Sulawesi (7% ) ; ; Maluku (termasuk Kuantitas (Sumatera) Maluku Utara) dan Papua (masing- masing 1% dari total penduduk KEPENDUDUKAN Indonesia) serta Nusa Tenggara (4%) Terkonsentrasi di Masih terkonsentrasi di ibukota : Jabotabek, Bandung, Makassar, Balikpapan, Banjarmasin, Surabaya, Semarang, Pontianak - Jayapura, Ternate, Kualitas Medan dan Palembang Ambon, Mataram dan Kupang serta Cukup Banyak di Kota-kota pulau-pulau besar Besar DESA – KOTA Persentase perdesaan dan Relatif Kurang (hanya Spot-spot) Desa-Kota perkotaan cukup seimbang Dominan Perdesaan, bahkan Daerah Terpencil dadang-solihin.blogspot.com 7
  • 8. Fenomena Ketimpangan antar Wilayah Kesenjangan antar wilayah tercermin dari perbedaan kesejahteraan masyarakat  Kemiskinan di DKI hanya mencakup sekitar 3,2 persen penduduk, sedangkan di Papua sekitar 38,7 persen.  Penduduk di DKI rata-rata bersekolah selama 9,7 tahun, sedangkan penduduk di NTB rata-rata hanya selama 5,8 tahun  Hanya sekitar 30 persen penduduk di DKI yang tidak mempunyai akses terhadap air bersih, sedangkan di Kalimantan Barat lebih dari 70 persen.  Di bidang pelayanan kesehatan, jika di DKI hampir seluruh bayi yang lahir mendapat pertolongan dari dokter dan/atau tenaga medis lainnya, maka di Maluku Utara kurang dari 40 persen bayi yang lahir mendapat pelayanan yang sama. Atau dengan kata lain 60 persen lebih persalinan bayi ditolong oleh tenaga dukun tradisional atau famili lainnya. dadang-solihin.blogspot.com 8
  • 9. Kondisi Kesenjangan antar Daerah Dimensi Wilayah  Cepatnya perkembangan kota-kota di wilayah yang maju atau pusat aglomerasi ekonomi (di Jakarta dan sekitar, Surabaya dan sekitar, Medan dan sekitar, Makasar dan sekitar, serta kota besar di beberapa wilayah di Indonesia (disebut wilayah tumbuh cepat);  Lambatnya perkembangan daerah yang terletak di wilayah frontier, perbatasan, pedalaman, pulau-pulau kecil, pesisir, dll- nya (disebut wilayah tumbuh lambat atau tertinggal); dadang-solihin.blogspot.com 9
  • 10. Kondisi Kesenjangan antar Daerah Dimensi Sosial-ekonomi dan Pelayanan Publik Perbedan dalam:  tingkat kesejahteraan sosial masyarakat antar daerah;  tingkat pemanfaatan dan potensi sumberdaya alam;  tingkat pertumbuhan ekonomi atau aliran dan akumulasi investasi antar daerah;  tingkat pelayanan infrastruktur antar daerah,  kapasitas institusi sosial-ekonomi dan pemerintahan antar daerah. dadang-solihin.blogspot.com 10
  • 11. Penyebab Kesenjangan antar Daerah Secara Umum Secara Khusus 1. Letak geografis atau jarak geografis 1. Kualitas sumberdaya manusia yang suatu daerah terhadap/ dari pusat relatif rendah; pertumbuhan ekonomi atau 2. Potensi sumberdaya alam yang aglomerasi ekonomi (geo- relatif kecil atau belum economy); didayagunakan secara optimal; 2. Pelaksanaan kebijakan masa lalu 3. Ketersediaan pelayanan yang kurang pro-kemiskinan/pro- infrastruktur yang kurang memadai; ketertinggalan (pro-poor policy). 4. Aliran dan akumulasi investasi yang rendah; 5. Kapasitas institusi sosial-ekonomi dan pemerintahan yang kurang memadai. Faktor Penyebab Utama Kesenjangan Antar Daerah: 2S + 3I = SDM + SDA + Infrastruktur + Investasi + Institusi dadang-solihin.blogspot.com 11
  • 12. Fenomena Ketimpangan antar Wilayah Perbedaan Ekonomi Antarwilayah  DKI menikmati bagi hasil pajak tertinggi di Indonesia yang besarnya Rp 4,09 trilyun atau 590 kali lipat bagi hasil pajak Gorontalo. Sementara itu Kaltim menikmati bagi hasil sumber daya alam sebesar Rp 1,32 trilyun atau sekitar 24 ribu kali lipat bagi hasil yang dinikmati NTT.  Pada tahun 2004, provinsi di Jawa dan Bali menguasai sekitar 61,0 persen seluruh PDRB, sedangkan provinsi di Sumatra sekitar 22,2 persen, provinsi di Kalimantan 9,3 persen, Sulawesi 4,2 persen, serta provinsi di Nusa Tenggara, Maluku dan Papua hanya 3,3 persen.  Laju pertumbuhan PDRB provinsi di Jawa dan Bali pada tahun 2004 sebesar 10,7 persen, provinsi di Sumatra sebesar 7,78 persen, provinsi di Kalimantan 5,7 persen, provinsi di Sulawesi sebesar 11,2 persen, dan provinsi di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua sebesar 4,3 persen. dadang-solihin.blogspot.com 12
  • 13. Fenomena Ketimpangan antar Wilayah Perbedaan Pembangunan Infrastruktur  KBI yang luas wilayahnya hanya 31,25 persen dari luas wilayah nasional dilayani jalan nasional dan propinsi yang total panjangnya mencapai 37.687,5 km. Sementara itu wilayah KTI yang luasnya mencakup 68,75 persen dari luas wilayah nasional dilayani jalan nasional dan propinsi yang total panjangnya justru lebih rendah yaitu 33.241,2 km.  Kesenjangan pelayanan jalan ini semakin parah bila melihat kondisi jalan per Maret 2006, di mana lima provinsi tertinggi yang memiliki jalan dengan kondisi rusak berat sebagian besar di KTI, yaitu Kalteng (76,0 persen), Gorontalo (59,9 persen), Sulsel (54,2 persen), dan Maluku Utara (51,6 persen) (Data tahun 2004). dadang-solihin.blogspot.com 13
  • 14. Isu Pengembangan Daerah KTI 1. Masih rendahnya kemampuan manajemen potensi kelautan di KTI, serta belum terpadu dan sinkronnya pola pengelolaan potensi kelautan yang sangat besar dengan pengelolaan potensi darat yang masih berupa produk awal untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga atau lokal (self-contained). 2. Rendahnya tingkat aksesibilitas antar kawasan di KTI sehingga masih banyaknya dijumpai kawasan-kawasan yang terisolasi dari pusat-pusat kegiatan ekonomi seperti daerah perbatasan, pulau- pulau kecil, pesisir, dan daerah pedalaman. 3. Secara umum sentra-sentra produksi di KTI belum memiliki aksesibilitas langsung ke Pasar Internasional. dadang-solihin.blogspot.com 14
  • 15. Isu Pengembangan Daerah KTI 4. Kondisi sosial dan keamanan di beberapa daerah yang belum kondusif, telah menyebabkan keengganan investor untuk menanamkan modalnya di KTI. Masih banyaknya dan tingginya kawasan rawan konflik sosial-ekonomi dan hankam di daerah KTI yang berbatasan dengan negara tetangga seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Timur 5. Terbatasnya sarana dan prasarana (infrastruktur) seperti transportasi darat, laut dan udara dan telekomunikasi, serta tersedianya tenaga listrik yang sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek yang dapat mendorong pertumbuhan misalnya, mengurangi minat investor untuk menginvestasikan modalnya di KTI, meningkatnya biaya produksi, dan menurunkan daya saing produk yang dihasilkan oleh KTI; dadang-solihin.blogspot.com 15
  • 16. Isu Pengembangan Daerah KTI 6. Terbatasnya sarana pendidikan dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang berakibat terhadap rendahnya kualitas SDM yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan KTI; 7. Terbatasnya kewenangan pengambilan keputusan seperti di bidang perbankan, berbagai perijinan dan lain-lain di KTI, sehingga proses pengambilan keputusan memakan waktu lama karena harus diputuskan oleh pusat. Di samping itu, hal ini menyebabkan tingginya biaya operasional dari para pengguna jasa tersebut; 8. Masih tingginya kesenjangan perkembangan wilayah antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia (KBI) sebagaimana diperlihatkan pada Tabel dibawah ini: dadang-solihin.blogspot.com 16
  • 17. Permasalahan Pembangunan KTI 1. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan 2. Belum berkembangnya wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh 3. Wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakang 4. Kurang berfungsinya sistem kota-kota nasional dalam pengembangan wilayah 5. Ketidakseimbangan pertumbuhan antar kota-kota besar, metropolitan dengan kota-kota menengah dan kecil 6. Kesenjangan pembangunan antara desa dan kota 7. Rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan koordinasi pembangunan lintas sektor dan wilayah 8. Sistem pengelolaan pertanahan yang masih belum optimal dadang-solihin.blogspot.com 17
  • 18. Prosentase Penyebaran Daerah Tertinggal Jawa & Bali (8 %) KTI (63 %) Sumatera (28 %) dadang-solihin.blogspot.com 18
  • 19. Aspek Permasalahan Daerah Tertinggal 50.81% 18.39% 17.41% 9.38% 4.02% Aspek Bencana Aspek Aspek Aspek Sarana Aspek Alam dan Konflik Kelembagaan Perekonomian dan Prasarana Sumberay a Daerah Lokal Manusia Sumber : Kementerian PDT Tahun 2005 dadang-solihin.blogspot.com 19
  • 20. Permasalahan Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal dadang-solihin.blogspot.com 20
  • 21. Sebaran Daerah Tertinggal berdasarkan Wilayah • KTI: 123 Kabupaten (62%) • Sumatera: 58 Kabupaten (29%) • Jawa dan Bali: 18 Kabupaten (9%) • Total : 199 Kabupaten (43%) dadang-solihin.blogspot.com 21
  • 22. PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA Keterangan : KETERANGAN Daerah Tertinggal DAERAH Daerah Maju MAJU DAERAH TERTINGGAL dadang-solihin.blogspot.com 22
  • 24. Hubungan antara Dokumen Perencanaan dan Tata Ruang Dokumen Perencanaan (Pembangunan) Tata Ruang Budgeting RPJP RPJMN Renstra RTRWN APBN Nasional Kebijakan RKP Investasi Swasta Swadaya Masyarakat RPJP Daerah APBD Provinsi Provinsi RPJM Daerah Renstra RTRWP Investasi Swasta Kebijakan Renc Teknis Swadaya Masyarakat RKP Daerah RPJP Daerah APBD Kab/Kota Kabupaten/ Kota RPJM Daerah Renstra RTRWK Investasi Swasta Kebijakan Swadaya Masyarakat RKP Daerah Perijinan Kecamatan Renc Pengemb Kec RTR Kaw Kota Kelurahan/ Desa dadang-solihin.blogspot.com RTR Kaw Desa Aspirasi Masyarakat 24
  • 25. Penataan Ruang dalam Pembangunan Nasional 1. Digunakan sebagai alat untuk mengintegrasikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah administrasi, dan menggabungkan berbagai kepentingan (termasuk dalam rangka pemenuhan hak dasar rakyat) yang diwakili oleh berbagai pelaku pembangunan. 2. Menjamin adanya penggunaan ruang oleh berbagai pihak dengan berbagai kepentingan secara efisien dan berkelanjutan sehingga dapat menjadi landasan yang kokoh bagi pembangunan dimasa yang akan datang. 3. Memfasilitasi terwujudnya sistem jaringan dan pelayanan infrastruktur yang efisien, sehingga dapat meningkatkan daya tarik untuk investasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan ektivitas perekonomian secara umum. dadang-solihin.blogspot.com 25
  • 26. Penataan Ruang dalam Pembangunan Nasional Aspek penting dalam penataan ruang yang perlu menjadi perhatian: 1. Sebagai alat pengintegrasian berbagai kepentingan, penataan ruang tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan kelembagaan penataan ruang yang baik. 2. Diperlukan kesamaan persepsi dari para pihak yang melakukan kegiatan dalam suatu ruang serta memiliki komitmen bersama. 3. Untuk menerjemahkan rencana tata ruang kedalam perijinan, diperlukan praktek manajemen yang benar untuk menghindari : a. perilaku aparat yang di luar kontrol dan melanggar prosedur, b. budaya kerja dan organisasi yang kurang kondusif terutama terkait dengan aspek pelayanan 4. Bagian terpenting dari seluruh mekanisme penataan ruang adalah pengendalian pemanfaatan ruang, yang berhubungan erat dengan mekanisme penegakan hukum dan integritas aparat penegak hukum itu sendiri. Tanpa mekanisme yang baik, dan tanpa aparat yang berintegritas, seluruh rencana yang telah disusun tidak dapat diimplementasikan secara efektif. dadang-solihin.blogspot.com 26
  • 27. Pengembangan KTI berdasarkan RTRW Nasional Berdasarkan arah pengembangan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), kebijakan pengembangan KTI adalah mewujudkan potret Indonesia masa depan yang dijabarkan dalam tujuh kebijakan pokok, yaitu: 1. Pembangunan KTI dikembangkan secara terpadu lintas wilayah administrasi dan lintas sektor dengan memanfaatkan RTRWN, RTR Wilayah Pulau, dan RTRW Propinsi. 2. Pengembangan kawasan-kawasan prioritas dalam rangka percepatan pertumbuhan wilayah KTI (KAPET sebagai prime mover yang diarahkan menjadi Unit Corporate Mandiri ; kawasan cepat tumbuh dan potensial tumbuh ; kawasan KESR melalui peningkatan kerjasama antar negara), serta tanpa melupakan kawasan tertinggal seperti kawasan pesisir dan terisolasi di pedalaman dadang-solihin.blogspot.com 27
  • 28. Pengembangan KTI berdasarkan RTRW Nasional 3. Pengembangan kawasan perbatasan sebagai kawasan depan yang dilakukan dengan pendekatan prosperity dan security, khususnya untuk kawasan perbatasan Kaltim, Kalbar, Sulut, Papua, NTT dan Maluku. 4. Simpul-simpul utama KTI didorong sebagai pusat/hub ekonomi wilayah Timur Indonesia ke pasar internasional yang didukung pengembangan industri pengolahan 5. Wilayah KTI merupakan sentra pendukung ketahanan pangan nasional yang diarahkan untuk mendukung kebijakan substitusi import bahan pangan. Hal ini dicapai melalui pengembangan pola agroindustri terpadu dengan mengembangkan potensi pertanian skala besar (agriculture estate) yang dilengkapi dengan sistem manajemen modern berbasis teknologi (technology-based farming system), serta memiliki akses ke sentra produksi dan pasar regional/ internasional dengan memanfaatkan pelayanan prasarana dan sarana yang tersedia. dadang-solihin.blogspot.com 28
  • 29. Pengembangan KTI berdasarkan RTRW Nasional 6. KTI sebagai sentra pengembangan kelautan yang terpadu dengan memperhatikan ; peningkatan kemampuan teknologi kelautan dan perikanan secara bertahap; pemanfaatan SDA yang belum tergali secara berkelanjutan; pengembangan tidak terfokus pada wilayah pesisir saja (tapi menuju kawasan yang lebih luas -jembatan menuju pasar dunia); dan, laut sebagai alat pengawal dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan NKRI. 7. KTI sebagai sentra pengembangan sumber daya alam yang berorientasi ekspor dengan tetap mendorong peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. dadang-solihin.blogspot.com 29
  • 30. Sasaran Pembangunan RPJMN 2004-2009 Pembangunan Wilayah di Indoensia 1. Terwujudnya percepatan pembangunan di wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis, wilayah tertinggal, termasuk wilayah perbatasan dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’ yang terintegrasi dan sinergis; 2. Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil secara hirarkis dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasional;’ 3. Terwujudnya percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah, terutama di luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor penggerak’ pembangunan di wilayah-wilayah pengaruhnya dalam ‘suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi,’ termasuk dalam melayani kebutuhan masyarakat warga kotanya; dadang-solihin.blogspot.com 30
  • 31. Sasaran Pembangunan RPJMN 2004-2009 Pembangunan Wilayah di Indoensia 4. Terkendalinya pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dalam suatu ‘sistem wilayah pembangunan metropolitan’ yang compact, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan; 5. Terwujudnya keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan perdesaan dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’ yang saling menguntungkan; 6. Terwujudnya keserasian pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam suatu ‘sistem wilayah pembangunan yang berkelanjutan.’ 7. Terwujudnya sistem pengelolaan tanah yang efisien, efektif, serta terlaksananya penegakan hukum terhadap hak atas tanah masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi. dadang-solihin.blogspot.com 31
  • 32. Arah Kebijakan Pembangunan KTI 1. Mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah- wilayah strategis dan cepat tumbuh; a. Pengembangan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, b. Penekanan pada keterkaitan mata-rantai proses industri dan distribusi. c. Pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah; dadang-solihin.blogspot.com 32
  • 33. Arah Kebijakan Pembangunan KTI 2. Meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil; a. Wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. b. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui skema dana alokasi khusus (DAK), Public Service Obligation (PSO), Universal Service Obligation (USO) dan keperintisan, c. Penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah- wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu sistem wilayah pengembangan ekonomi; dadang-solihin.blogspot.com 33
  • 34. Arah Kebijakan Pembangunan KTI 3. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan; a. Mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking, sehingga kawasan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. b. Pendekatan pembangunan yang dilakukan selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan (security approach), juga diperlukan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach); dadang-solihin.blogspot.com 34
  • 35. Arah Kebijakan Pembangunan KTI 4. Menyeimbangan pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil secara hirarkis dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasional; a. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi (forward and backward linkages) sejak tahap awal mata rantai industri, tahap proses produksi antara, tahap akhir produksi (final process), sampai tahap konsumsi (final demand) di masing-masing kota sesuai dengan hirarkinya. b. Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa antar kota-kota tersebut, antara lain melalui penyelesaian dan peningkatan pembangunan trans Kalimantan, trans Sulawesi; dadang-solihin.blogspot.com 35
  • 36. Arah Kebijakan Pembangunan KTI 5. Meningkatkan percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah, terutama di luar Pulau Jawa; a. Diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya, maupun dalam melayani kebutuhan warga kotanya. b. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan seseuai dengan tipologi kota masing-masing; 6. Mendorong peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan a. Pengembangan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan ‘backward linkages’ dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi; dadang-solihin.blogspot.com 36
  • 37. Arah Kebijakan Pembangunan KTI 7. Mengoperasionalisasikan ’Rencana Tata Ruang’ sesuai dengan hirarki perencanaan; a. RTRW- Nasional, b. RTRW-Pulau, c. RTRW-Provinsi, d. RTRW-Kabupaten/Kota Sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah; 8. Merumuskan sistem pengelolaan tanah yang efisien, efektif, serta melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi. 9. Mengendalikan pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dalam suatu sistem wilayah pembangunan metropolitan yang compact, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan; dadang-solihin.blogspot.com 37
  • 38. Program-Program Pembangunan Wilayah KTI 1. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 2. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal 3. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan 4. Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota 5. Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah 6. Program Pengendalian Pembangunan Kota-kota Besar dan Metropolitan 7. Program Penataan Ruang Nasional 8. Program Pengelolaan Pertanahan dadang-solihin.blogspot.com 38
  • 39. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 1. Peningkatan pengembangan kawasan-kawasan yang strategis dan cepat tumbuh, khususnya kawasan yang memiliki produk unggulan, melalui pemberian bantuan teknis dan pendampingan kepada Pemerintah Daerah, pelaku usaha, pengrajin, petani dan nelayan; 2. Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana, seperti pembangunan sistem jaringan perhubungan termasuk outlet-outlet pemasaran yang efisien dalam rangka menghubungkan kawasan strategis dan cepat tumbuh dengan pusat-pusat perdagangan nasional dan internasional, termasuk upaya untuk meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan dengan wilayah-wilayah tertinggal; dadang-solihin.blogspot.com 39
  • 40. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 3. Pemberdayaan kemampuan pemerintah daerah untuk membangun klaster-klaster industri, agroindustri, yang berdaya saing di lokasi-lokasi strategis di Luar Jawa melalui pemberian insentif yang kompetitif sehingga dapat menarik investor domestik maupun asing untuk menanamkan modalnya. Insentif yang dimaksud berupa, antara lain; a. pemberian insentif pajak, b. kemudahan perizinan, dan c. pemberian hak pengelolaan lahan yang kompetitif dengan hak pengelolaan lahan di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di negara-negara lain dadang-solihin.blogspot.com 40
  • 41. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 4. Pertimbangan kemungkinan perlunya pemberian status wilayah pembangunan strategis sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (free port and trade zones) selain yang sudah diberikan kepada Pulau Batam dan Pulau Sabang. Selain itu, untuk menghindari terjadinya perkembangan yang bersifat ‘enclave’ di FTZ, maka perlu diciptakan keterkaitan kegiatan ekonomi kebelakang (backward linkages) antara FTZ Batam dengan wilayah-wilayah lain di kepulauan Riau, maupun dengan wilayah-wilayah di Pulau Sumatera, terutama yang menghasilkan bahan mentah dan input antara yang saat ini masih harus diimpor; 5. Penguatan pemerintah daerah untuk meningkatkan, mengefektifkan dan memperluas kerjasama pembangunan ekonomi regional yang saling menguntungkan antar negara- negara tetangga, termasuk peningkatan kerjasama ekonomi sub- regional yang selama ini sudah dirintis, yaitu IMT-GT, IMS-GT, dan BIMP-EAGA, AIDA; dadang-solihin.blogspot.com 41
  • 42. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 6. Peningkatan kerja sama antar pemerintah daerah melalui sistem jejaring kerja (networking) yang saling menguntungkan. Kerja sama ini sangat bermanfaat sebagai sarana a. Saling berbagi pengalaman (sharing of experiences), b. Saling berbagi manfaat (sharing of benefits), maupun c. Saling berbagi dalam memikul tanggung jawab pembiayaan pembangunan (sharing of burdens) terutama untuk pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi yang menuntut skala ekonomi (scale of economy) tertentu sehingga tidak efisien untuk dibangun di masing- masing daerah; dadang-solihin.blogspot.com 42
  • 43. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh 7. Pemberdayaan pemerintah daerah dalam: a. Mengidentifikasi produk-produk unggulan; b. Pengembangan informasi pasar bagi hasil-hasil produk unggulan; c. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan kewirausahaan pelaku ekonomi; d. Peningkatan akses petani dan pengusaha kecil menengah kepada sumber-sumber permodalan; e. Perluasan jaringan informasi teknologi dan pemanfaatan riset dan teknologi yang difokuskan untuk mendukung produk unggulan; f. Pengembangan kelembagaan pengelolaan pengembangan usaha; dadang-solihin.blogspot.com 43
  • 44. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal 1. Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, khususnya untuk pembangunan sarana dan prasarana ekonomi di wilayah-wilayah tertinggal melalui, antara lain, penerapan berbagai skema pembiayaan pembangunan seperti: a. Pemberian prioritas dana alokasi khusus (DAK), b. Skema public service obligation (PSO) dan Keperintisan untuk transportasi, c. Penerapan universal service obligation (USO) untuk telekomunikasi, program listrik masuk desa; dadang-solihin.blogspot.com 44
  • 45. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal 2. Peningkatan kapasitas (capacity building) terhadap masyarakat, aparatur pemerintah, kelembagaan, dan keuangan daerah. Selain dari pada itu, upaya percepatan pembangunan SDM sangat diperlukan melalui pengembangan sarana dan prasarana sosial terutama bidang pendidikan dan kesehatan; 3. Pemberdayaan komunitas adat terpencil untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan beradaptasi dengan kehidupan masyarakat yang lebih kompetitif; dadang-solihin.blogspot.com 45
  • 46. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal 4. Pembentukan pengelompokan permukiman untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyediaan pelayanan umum, terutama untuk wilayah-wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk rendah dan tersebar. Hal ini antara lain dapat dilaksanakan melalui transmigrasi lokal, maupun antar regional; 5. Peningkatan akses petani, nelayan, transmigran dan pengusaha kecil menengah kepada sumber- sumber permodalan, khususnya dengan skema dana bergulir dan kredit mikro, serta melalui upaya penjaminan kredit mikro oleh pemerintah kepada perbankan; 6. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah tertinggal dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis, terutama pembangunan sistem jaringan transportasi yang menghubungkan antar wilayah, antar pulau, maupun antar moda transpotasi, khususnya untuk wilayah-wilayah Papua dan Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. dadang-solihin.blogspot.com 46
  • 47. Strategi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
  • 48. Pendekatan Perwilayahan untuk Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal  Pembangunan daerah tertinggal membutuhkan pendekatan perwilayahan (regional development approach) yang bersifat lintas pelaku maupun sektor untuk mengelola potensi lokal. Regional development (pengembangan wilayah), termasuk pembangunan daerah tertinggal, tidak mungkin dilaksanakan oleh satu departemen teknis sektoral atau pemerintah kota/kabupaten saja.  Demikian halnya satu daerah tertinggal tidak mungkin bekerja sendiri tanpa melakukan kerja sama/ networking dengan daerah sekitarnya  Suatu ruang yang amat terbuka bagi kontribusi, peran, dan efektivitas kerja kelembagaan yang terkait percepatan pembangunan daerah tertinggal. Memang bukan sesuatu yang mudah untuk menyinergikan dan "mengoordinasikan" para pelaku yang antara lain meliputi departemen/ instansi teknis termasuk dunia usaha, instansi kabupaten/kota, masyarakat terkait, hingga lembaga donor, serta perguruan tinggi setempat. dadang-solihin.blogspot.com 48
  • 49. Pendekatan Perwilayahan untuk Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal KEBIJAKAN NASIONAL Pasar Domestik, Sektor perindustrian: kebijakan Nasional, Internasional penyediaan sarana dan prasarana pengolahan, teknologi pengolahan Sektor perdagangan: kebijakan Pasar Nasional dan internasional/ekspor KAWASAN PUSAT Sektor hukum: PERTUMBUHAN kebijakan branding produk unggulan/ HAKI Sektor energi dan komunikasi: kebijakan peningkatan jaringan listrik dan telekomunikasi Daerah Daerah Tertinggal Tertinggal Sektor PU/ Perhubungan: Daerah Penyediaan infrastruktur jalan nasional Tertinggal dan irigasi, pelabhan, bandara Sektor Pertanian, Perikanan: Kebijakan distribusi sarana prasarana produksi, teknologi pengolahan KEBIJAKAN PROPINSI Daerah tertinggal/ Perbatasan Kebijakan :penyediaan infrasturktur jalan provinsi, kebijakan standar upah, kerjasama antar propinsi Daerah Tertinggal/ Perbatasan KEBIJAKAN KABUPATEN Kebijakan : penyediaan infrastruktur jalan kabupaten, kebijakan perpajakan dan pungutan, pengendalian dampak dadang-solihin.blogspot.com 49 lingkungan, kerjasama antar kabuapaten
  • 50. Sinkronisasi antar Sektor dalam Peningkatan  Pengelolaan Potensi Ekonomi Lokal  di Daerah Tertinggal Regulasi/ Iklim Investasi • Pemerintah/ Dinas Investasi Perindag Akses Modal • BKPM • Perbankan • Swasta Peningkatan Prasarana/ Sarana Pengelolaan Potensi • Kimpraswil/ Swasta Ekonomi Lokal • Perhubungan Informasi Pasar Pendampingan & • Deperindag Advokasi • KADIN • NGOs • Media Peningkatan Skill • Universitas • BLK, NGO • Diknas dadang-solihin.blogspot.com 50
  • 51. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan 1. Penguatan pemerintah daerah dalam mempercepat peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui: a. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi; b. Peningkatan kapasitas SDM; c. Pemberdayaan kapasitas aparatur pemerintah dan kelembagaan; d. peningkatan mobilisasi pendanaan pembangunan; 2. Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana ekonomi di wilayah-wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil melalui, antara lain, penerapan berbagai skema pembiayaan pembangunan seperti: pemberian prioritas dana alokasi khusus (DAK), public service obligation (PSO) dan keperintisan untuk transportasi, penerapan universal service obligation (USO) untuk telekomunikasi, program listrik masuk desa; dadang-solihin.blogspot.com 51
  • 52. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan 3. Percepatan pendeklarasian dan penetapan garis perbatasan antar negara dengan tanda-tanda batas yang jelas serta dilindungi oleh hukum internasional; 4. Peningkatan kerja sama masyarakat dalam memelihara lingkungan (hutan) dan mencegah penyelundupan barang, termasuk hasil hutan (illegal logging) dan perdagangan manusia (human trafficking). Namun demikian perlu pula diupayakan kemudahan pergerakan barang dan orang secara sah, melalui peningkatan penyediaan fasilitas kepabeanan, keimigrasian, karantina, serta keamanan dan pertahanan; dadang-solihin.blogspot.com 52
  • 53. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan 5. Peningkatan kemampuan kerja sama kegiatan ekonomi antar kawasan perbatasan dengan kawasan negara tetangga dalam rangka mewujudkan wilayah perbatasan sebagai pintu gerbang lintas negara. Selain dari pada itu, perlu pula dilakukan pengembangan wilayah perbatasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya alam lokal melalui pengembangan sektor-sektor unggulan; 6. Peningkatan wawasan kebangsaan masyarakat; dan penegakan supremasi hukum serta aturan perundang-undangan terhadap setiap pelanggaran yang terjadi di wilayah perbatasan. dadang-solihin.blogspot.com 53
  • 54. Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota 1. Penetapan dan pemantapan peran dan fungsi kota-kota secara hirarkis dalam kerangka ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’ dan ‘sistem pembangunan perkotaan nasional’; 2. Peningkatan penyediaan jaringan transportasi wilayah yang menghubungkan antar kota-kota secara hirarkis untuk memperlancar koleksi dan distribusi barang dan jasa antara lain melalui penyelesaian dan peningkatan pembangunan trans Kalimantan dan trans Sulawesi; dadang-solihin.blogspot.com 54
  • 55. Program Pengembangan Keterkaitan Pembangunan Antar Kota 3. Pembentukan forum kerja sama antar pemerintah kota untuk merumuskan kerja sama pembangunan, khususnya: a. Pembangunan industri pengolahan yang saling menunjang satu sama lain dalam suatu mata-rantai industri di masing- masing kota secara hirarkis sesuai dengan tipologi kota; b. Pembangunan infrastruktur yang mempersyaratkan ‘scale of economy’ tertentu; c. Pelestarian sumber daya air dan banjir yang memerlukan keterpaduan pengelolaan, contoh Jabodetabek-Bopunjur. dadang-solihin.blogspot.com 55
  • 56. Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah 1. Penguatan pengembangan kegiatan industri dan perdagangan di kota-kota menengah terutama kegiatan industri yang memproses lebih lanjut input antara yang dihasilkan kota-kota kecil di wilayah pengaruhnya, melalui: a. Peningkatan fungsi pasar regional; b. Pengembangan sentra-sentra industri pengolahan regional; c. Peningkatan fungsi pelabuhan dan terminal regional sebagai ‘outlet’ pemasaran hasil-hasil produksi wilayah; d. Peningkatan jaringan transportasi wilayah yang menghubungkan antara kota-kota menengah dan kecil; dadang-solihin.blogspot.com 56
  • 57. Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah 2. Peningkatan pertumbuhan industri kecil di kota-kota kecil, khususnya industri yang mengolah hasil pertanian (agroindustry) dari wilayah- wilayah perdesaan, melalui: a. pengembangan sentra- sentra industri kecil dengan menggunakan teknologi tepat guna; b. Peningkatan fungsi pasar lokal; c. peningkatan prasarana dan sarana transportasi yang menghubungkan kota-kota kecil dengan wilayah-wilayah perdesaan; . 3. Penyiapan dan pemantapan infrastruktur sosial dasar perkotaan di kota-kota kecil dan menengah untuk dapat melayani fungsi internal dan eksternal kotanya, terutama wilayah-wilayah yang masuk dalam satuan wilayah pengembangan ekonomi; dadang-solihin.blogspot.com 57
  • 58. Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah 4. Pemberdayaan kemampuan: a. Profesionalisme aparatur dalam pengelolaan dan peningkatan produktivitas kota; b. Kewirausahaan dan manajemen pengusaha kecil dan menengah dalam meningkatkan kegiatan usaha, termasuk penerapan ‘good corporate governance’; c. masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kebijakan publik perkotaan di kota-kota kecil dan menengah; 5. Penyempurnaan kelembagaan melalui reformasi dan restrukturisasi kelembagaan dengan menerapkan prinsip- prinsip ‘good urban governance’ dalam pengelolaan perkotaan kota-kota kecil dan menengah dalam rangka meningkatkan fungsi pelayanan publik; dadang-solihin.blogspot.com 58
  • 59. Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah 6. Pemberdayaan kemampuan pemerintah kota dalam memobilisasi dana pembangunan melalui: a. Peningkatan kemitraan dengan swasta dan masyarakat; b. Pinjaman langsung dari bank komersial dan pemerintah pusat; c. penerbitan obligasi daerah (municipal bond); d. ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dan retribusi; 7. Pemberdayaan kemampuan pengusaha kecil dan menengah, melalui: a. Pemberian akses permodalan; b. Pengembangan informasi pasar bagi produk-produk lokal; c. pemberian bantuan teknologi tepat guna. dadang-solihin.blogspot.com 59
  • 60. Program Pengendalian Pembangunan Kota- kota Besar dan Metropolitan 1. Penerapan ‘land use and growth management’ yang menekankan pada ‘infill development’, dengan intensitas bangunan vertikal yang cukup tinggi, serta membatasi ‘suburban sprawl,’ termasuk upaya pencegahan konversi lahan pertanian produktif disertai dengan penerapan ’zoning regulation.’ secara tegas, adil dan demokratis di kota-kota metropolitan; 2. Peningkatan peran dan fungsi kota-kota satelit, termasuk kota baru supaya menjadi self sustained city, sehingga dapat mengurangi ketergantungan penggunanaan sarana, prasarana, dan utilitas pada kota inti; dadang-solihin.blogspot.com 60
  • 61. Program Pengendalian Pembangunan Kota- kota Besar dan Metropolitan 3. Pengembalian fungsi kawasan kota lama (down-town areas), yang saat ini kondisinya cenderung kumuh, tidak teratur, dan menjadi kota mati pada malam hari, dengan melakukan peremajaan kembali (redevelopment) dan revitalisasi revitalization) kawasan tersebut, termasuk upaya pelestarian (preservation) gedung-gedung bersejarah; 4. Pemanfaatan aset-aset tidur milik negara di pusat-pusat kota dengan memanfaatkannya untuk bangunan pemerintah, masyarakat dan swasta, melalui skema BOO dan BOT; dan penerapan pajak progresif bagi lahan-lahan tidur milik perorangan maupun perusahaan di kawasan-kawasan produktif; dadang-solihin.blogspot.com 61
  • 62. Program Pengendalian Pembangunan Kota- kota Besar dan Metropolitan 5. Peningkatan kerjasama pembangunan antar kota inti dan kota-kota satelit di wilayah metropolitan, baik pada tahap perencanaan, pembiayaan, pembangunan, maupun pemeliharaan, terutama dalam pembangunan sarana, prasarana, dan utilitas perkotaan, khususnya yang mempersyaratkan adanya keterpaduan dan skala ekonomi (scale of economy) tertentu, sehingga tidak efisien untuk dibangun di masing-masing daerah, sebagai contoh: a. pembangunan pelayanan transportasi antar moda dan antar wilayah, termasuk angkutan transportasi massal; b. Pembangunan tempat pembuangan sampah; c. penyediaan air minum; d. prasarana pengendalian banjir. dadang-solihin.blogspot.com 62
  • 63. Program Pengendalian Pembangunan Kota- kota Besar dan Metropolitan 6. Peningkatan penyelenggaraan pembangunan perkotaan dalam kerangka tata-pemerintahan yang baik (good urban governance); dan peningkatan kemitraan dengan pihak swasta dan masyarakat, terutama kegiatan-kegiatan pelayanan publik yang layak secara komersial (commercially viable), melalui kontrak, pemberian konsesi dsb; dadang-solihin.blogspot.com 63
  • 64. Program Pengendalian Pembangunan Kota- kota Besar dan Metropolitan 7. Pembentukan ‘Dewan Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Metropolitan’ yang anggotanya terdiri dari unsur dunia usaha, masyarakat, pemerintah daerah terkait, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat. Tugas Pokok dan Fungsi dewan ini adalah: a. Menjaga konsistensi pemanfaatan Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota dengan RTRW Provinsi, termasuk dengan RTRW Nasional; b. mengevaluasi dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait, terutama untuk menganalisa implikasi negatif terhadap usulan pembangunan proyek-proyek besar di kawasan perkotaan, seperti usulan pembangunan Mall, Hypermarket, Mass Rapid Transit, dan memberikan rekomendasi persyaratan teknis tertentu jika proyek tersebut diijinkan untuk dibangun; c. Memberikan rekomendasi mengenai upaya-upaya peningkatan pelayanan publik perkotaan. dadang-solihin.blogspot.com 64
  • 65. Program Penataan Ruang Nasional 1. Pelaksanaan sosialisasi RTRWN dan RTRW-Pulau kepada Pemerintah Kota/Kabupaten dan stakeholder terkait, dan pembangunan kesepakatan untuk implementasi RTRWN dan RTRW- Pulau; 2. Penyempurnaan dan penyerasian UU Nomor 24/1992 tentang Penataan Ruang (termasuk ruang udara) dan penyusunan peraturan perundang-undangan pelaksanaannya beserta berbagai pedoman teknis; 3. Peninjauan kembali dan pendayagunaan rencana tata ruang, terutama di kawasan prioritas pembangunan nasional untuk menjamin keterpaduan pembangunan antar wilayah dan antar sektor; dadang-solihin.blogspot.com 65
  • 66. Program Penataan Ruang Nasional 4. Pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjamin kesesuaian rencana dengan pelaksanaan, penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan, dan peningkatan keseimbangan pembangunan antar fungsi; 5. Pemantapan koordinasi dan konsultasi antara pusat dan daerah, antar daerah, antar lembaga eksekutif dan legislatif, serta dengan lembaga dan organisasi masyarakat yang terkait dalam kegiatan penataan ruang di tingkat nasional dan daerah. dadang-solihin.blogspot.com 66
  • 67. Program Pengelolaan Pertanahan 1. Pembangunan sistem pendaftaran tanah yang efisien dan transparan, termasuk pembuatan peta dasar dalam rangka percepatan pendaftaran tanah; 2. Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berkeadilan, berkelanjutan, dan menjunjung supremasi hukum, dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan kepentingan rakyat; 3. Peningkatan kualitas dan kapasitas kelembagaan dan SDM pertanahan di pusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan penataan dan pelayanan pertanahan yang sesuai dengan prinsip- prinsip pembaruan agraria dan tata ruang wilayah; dadang-solihin.blogspot.com 67
  • 68. Program Pengelolaan Pertanahan 4. Penegakan hukum pertanahan yang adil dan transparan untuk meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah kepada masyarakat melalui sinkronisasi peraturan-peraturan perundangan pertanahan; 5. Pengembangan sistem informasi pertanahan nasional yang handal dan mendukung terlaksananya prinsip-prinsip good governance dalam rangka peningkatan koordinasi, pelayanan dan pengelolaan pertanahan. dadang-solihin.blogspot.com 68
  • 69. Potensi Pengembangan Wilayah Bertipologi Kepulauan Wilayah bertipologi kepulauan pada umumnya kaya akan sumber daya kelautan  Potensi sumberdaya alam hayati (terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, perikanan dll).  Potensi sumberdaya alam non-hayati (pertambangan, energi kelautan, dll)  Potensi jasa-jasa lingkungan (wisata bahari, wisata terestrial, dan wisata kultural) dadang-solihin.blogspot.com 69
  • 70. Isu Strategis Pengembangan Wilayah Bertipologi Kepulauan 1. Luas laut lebih besar dari daratan namun belum didukung oleh jaringan transportasi yang memadai 2. Penyebaran jumlah penduduk tidak merata pada tiap-tiap pulau 3. Rendahnya kualitas SDM lokal karena keterbatasan fasilitas pelayanan sosial dasar 4. Sumberdaya perikanan dan kelautan besar namun belum dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan 5. Skala ekonomi yang tidak mencukupi, terutama di pulau kecil, seringkali menyebabkan sulit berkembangnya industri pengolahan berorientasi ekspor sehingga menyebabkan tidak adanya nilai tambah dari sumberdaya alam lokal. 6. Sarana prasarana penunjang ekonomi serta jaringan distribusi belum memadai. 7. Keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan pulau kecil dadang-solihin.blogspot.com 70
  • 71. Isu Strategis Pengembangan Wilayah Bertipologi Kepulauan 8. Pada umumnya merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi dan tsunami 9. Pemanasan global (global warming) dengan ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil 10. Pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni potensial dijadikan lokasi kegiatan ilegal (penyelundupan, perompakan, illegal fishing). 11. Terdapat pulau kecil terisolir di kawasan perbatasan negara yang menenetukan kedaulatan wilayah, namun lebih berorientasi kepada negara tetangga 12. Keterbatasan kemampuan aparat pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan kawasan perbatasan laut karena luasnya span of control. 13. Sumber pembiayaan pembangunan yang terbatas dadang-solihin.blogspot.com 71
  • 72. Peluang Pengembangan Wilayah Bertipologi Kepulauan PETA PERDAGANGAN DUNIA • 40 Persen perdagangan internasional melewati wilayah Kepulauan Indonesia • Indonesia memiliki akses yang baik menuju pasar internasional (orientasi ekspor), kedekatan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) • Perdagangan bebas (free trade zone) berpotensi memacu percepatan pembangunan pulau-pulau kecil dadang-solihin.blogspot.com 72 “OUTWARD LOOKING DALAM MEMBANGUN DAERAH”
  • 73. Sektor Kelautan sebagai Leading Sector Pembangunan Wilayah Kepulauan • Indonesia memiliki sumber daya laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas • Indonesia memiliki daya saing (competitive advantage) yang tinggi di sektor kelautan dan perikanan sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang dimilikinya serta produksi yang dihasilkannya • Industri di sektor kelautan dan perikanan memiliki keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri lainnnya • Sumber daya di sektor kelautan dan perikanan merupakan sumber daya yang selalu dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga bertahan dalam jangka panjang asal diikuti dengan pengelolaan yang arif • Investasi di sektor kelautan dan perikanan memiliki efisiensi dan daya serap tenaga kerja yang relatif tinggi • Produk kelautan dan perikanan memilki prospek pasar yang baik dengan pangsa pasar yang terus meningkat dadang-solihin.blogspot.com 73
  • 74. Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan
  • 75. Konsep Dasar Pengembangan Wilayah Kepulauan dadang-solihin.blogspot.com 75
  • 76. Konsepsi Dasar Pengembangan Wilayah Kepulauan  Pemanfaatan Kawasan Andalan (termasuk Kawasan Andalan Laut) sebagai batas geografis pengembangan wilayah (Satuan Wilayah Pengembangan/SWP)  Pengembangan kegiatan ekonomi berbasis sumber daya kelautan (perikanan dan wisata bahari) dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.  Pemanfaatan pusat permukiman nasional ( PKN / PKW / PKL ) di dalam Kawasan Andalan sebagai pusat orientasi pengembangan wilayah.  Pengembangan sub-kawasan sebagai Wilayah Pusat Pengembangan (WPP) dengan mengadopsi konsep pengembangan agropolitan.  Pengembangan Pusat WPP sebagai pusat pengolahan sumber daya perikanan, pusat penyediaan input produksi, dan pusat pelayanan sosial ekonomi masyarakat.  Pengembangan Pusat SWP sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan utama sekaligus sebagai outlet menuju pasar regional atau ekspor dengan memanfaatkan jalur ALKI. dadang-solihin.blogspot.com 76
  • 77. Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan Affirmative Action  Anggaran khusus untuk propinsi kepulauan (DAU) Transportasi dan komunikasi intra pulau dan antar pulau  subsidi operasi angkutan perintis  pengembangan sarana dan prasarana perhubungan Keterkaitan ekonomi antar sektor dan antar daerah (networking)  Pemilihan sektor unggulan sebagai engine of growth yang memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hilir maupun hulu serta dengan daerah penunjang (hinterland).  peningkatan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi; dadang-solihin.blogspot.com 77
  • 78. Strategi Pengembangan Wilayah Kepulauan Kelembagaan  Pemberdayaan kapasitas aparatur pemerintah dan kelembagaan;  Peningkatan mobilisasi pendanaan pembangunan; Sumberdaya Manusia  Peningkatan pendidikan dan keterampilan berbasis potensi lokal  Peningkatan pelayanan sosial dasar  Pengelompokan permukiman melalui Lingkungan  eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir perlu dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan konservasi sumberdaya. dadang-solihin.blogspot.com 78