SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
Ahmad Sofian Apriady, S.Farm., Apt

            Bahan Kuliah D-III Farmasi
      Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
1
KROMATOGRAFIPENDAHULUAN

                     chromos (zat warna dan
                        graphos (gambar)




              seorang botanis dari Rusia Tswett




2
Sebagai alat pemisah




3
 1. Antara padat dan cair:




4
5
6
7
PERBANDINGAN METODE PEMISAHAN
    Gambar.




8
walaupun perbedaan sifatsuatu campuran antara komponen
     Agar senyawa dalam
                              kimia dan fisika
                                               dapat terpisah,
     dalam campuran hanya sedikit berbeda, dapat diusahakan
     dengan beberapa cara, dengan dasar
    1.Dasar distribusi suatu senyawa (solut atau linrut),
     diantara kedua fase adalah hasil keseimbangan tenaga antara
     molekul linarut dan molekul masing-masing fase.
    Distribusi tersebut merupakan gambaran kekuatan tarikan
     atau penolakan molekul atau ion yang bersaing terhadap fase
     yang bersangkutan.
    2.Tenaga tersebut karena sifatnya yang polar sehingga
     menimbulkan momen dipol secara tetap atau hanya memberi
     imbas, atau mereka terbagi karena ikatan London, atau
     kekuatan dispersi.

9
3.Pada kromatografi penukar ion tenaga molekul linarut
      umumnya karena sifat ionik, tetapi dapat juga sifat polaritas
      dan nonpolaritasnya.
     Sifat polaritas nisbi pelarut dinyatakan dalam bilangan
      dielektrika (tetapan dielektrika). Tenaga potensial
      masing-masing molekul yang terpisah pada kolom
      kromatografi karena adanya gaya gravitasi,
     4.Sedangkan pemisahan yang terjadi dengan distilasi fraksi
      karena perbedaan tekanan uap masing-masing senyawa,
      karena titik didih yang berbeda.
     Maka terdapat beberapa tipe atau mekanisme pemisahan
      akan dibahas tersendiri dalam paragraf berikutnnya.


10
B.PEMBAGIAN KROMATOGRAFI
       Dalam bab ini kromatografi yang dibicarakan dibedakan
      menjadi kelompok yang berdasar atas:
     1. Menurut proses pemisahannya dibedakan menjadi:
     a. Kromatografi adsorbsi
     b. Kromatografi partisi
     c. Kromatografi pasangan ion
     d. Kromatografi penukar ion
     e. Kromatografi eksklusif
     f. Kromatografi afinitas,



11
Pembagian berdasar alat
     2.Menurut alat yang digunakan terdiri dari 3 alat yang
      selalu dapat di kembangkan perleng kapannya ialah:
     a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat juga dikenal
      dengan thin layer chromatography (TLC). Dan
      kromatografi Kertas
     b. Kromatografi Gas, jenis kromatografi kolom yang
      menggunakan fase gerak gas.(GC)
     c.Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT,
      dan berasal dari terjemahan High Perfomance Liquid
      Chromatograpfay atau HPLC. Kromatografi ini
      termasuk kromatografi kolom yang fese geraknya
      berupa cairan dan dialirkan     berdasar kekuatan dari
      tekanan yang diberikan.

12
Menurut Willard et at, (1989),
     pembagian kromatografi dapat dibuat
           bagan sebagai berikut:
      




13
Keterngan
     : GLC = Gas Liquid Chromatography
       GSC = Gas Solid Chromatography
       IEC = Ion Exchange Chromatography
       EC=Eclusive Chromatography
       LLC=Liquid-Liquid Chromatography
       LSC= Liquid-Solid Chromatography
        BPC = Bonded Phase Chromatography
        PIC - Pair Ions Chromatography




14
Pembagian diatas berdasar jenis fase, ialah cair dan gas,
      sedangkan dalam pembagaian kedua seperti penukar ion
      dan eklusif serta pasangan ion hanya mengetengahkan
      salah satu fase diam,
     Memang Willard menerangkan bahwa kedua kromatografi
      penukar ion dan eklusif merupakan kromatografi yang
      berdasar pada interakasi antara linarut dan fase diam.
     Seperti pembagian kromatografi atas dasar pemisahaan,
      scbenamya kromatografi dibedakan menjadi 2 ialah:
      adsorbsi, dan partisi yang dapat terjadi baik dalam
      kromatografi gas maupun kromatografi cair.


15
  Kromatografi eksklusif merupakan kroma tografi
      yang pemisahannya atas dasar ukuran molekul
      linarut, utamanya pada molekul yang besar, sehingga
      dinamakan pula kromatografi filtrasi.
     Pada kromatografi filtrasi dapat pula terjadi pada
      kromatogarfi gas tetapi dengan ukuran molekul yang
      kecil disebut moleculer shiever
     Sehingga terdapat teori pemisahan dalam
      kromatografi
     Teori tersebut perlu dibahas terpisah sesuai dengan
      topik dan aplikasinya.

16
C.TEORI      PEMISAHAN
 Seperti telah dijelaskan bahwa kromatografi adalah
   alat pemisahan campuran senyawa kimia, karena itu
   perlu diketahui teori dan mekanisme dari berbagai
   pemisahan.
  
   1. Pemisahan Adsorpsi
 Peristiwa adsorpsi oleh fase diam terhadap fase gerak dan
   linarut selalu terjadi kompetitif
 Kemampuan fase diam mengadsorpsi keduanya sangat
   tergantung pada topografi gugus aktif yang terdapat pada
   masing -masing komponen.
 Fase diam dari silica yang mempunyai gugas hidoksil dari
   silanol (Si-OH) dapat terjadi interaksi dengan gugus pada
   linarut maupun pada fase gerak.
17
Peristiwa adsorbsi umumnya terjadi pada kromatografi padat cair
  (liquid solid chromatography, atau LSC, terjadi pada KLT).
 Dapat pula terjadi pada Gas solid chromatography atau
  Kromatografi gas (KG) yang berinteraksi antara fase diam dan
  linarutnya.
 Fase gerak pada kromatografi gas, tidak mempunyai gugus aktif
  yang dapat berinteraksi dengan fase diam. Rumus kompetitif itu
  sebagai berikut:




18
X m + nS ads      →       X ads + nS m (1.1)

     X  m
          dan Xads adalah linarut dalam fase gerak (m) dan fase
      diam (ads), sedangkan Sm dan Sads adalah fase gerak yang
      mengalami adsorpsi.
     Berdasar persamaan tersebut tempat linarut pada fase
      diam dapat digantikan oleh fase gerak atau sebaliknya.
     Bila senyawa X mempunyai ikatan yang kuat terhadap
      penjerap (ads), maka X akan lama tertambat pada ads.
      Pada keadaan seimbang dirumuskan sebagai berikut:
               (XAds)(Sm)n
       KD =                                   (2.1)
                  (Xm)(Sads)n


19
Rumus 2 dapat disederhanakan menjadi:
      KD =CS/CM              (3.1)

     CS menyatakan kadar linarut dalam fase diam (stationair
      phase), dan CM kadar linarut dalam fase gerak (mobile
      phase).
      Persamaan diatas menunjukkan bahwa linarut X lebih banyak
      berinteraksi dengan fase diam karena indeknya lebih kecil dan
      jumlah dalam masing-masing fase juga sangat kecil.
     Dengan pedoman tersebut bcrarti kadar linarut dalam fase
      diam selalu lebih kecil dari kadar linarut dalam fase gerak.

20
seperti ini, sehingga harga K menggunakankecil dari 1, umum
       Dalam kromatografi selalu
                                     selalu lebih
                                                  pedoman
                                                             Tetapi
                                    D
       mungkin dapat terjadi yang sebaliknya.
         Dasar tersebut yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
       Adsorpsi linarut oleh fase diam sangat tergan-tung pada:
       a. Struktur kimia linarut atau adanya gugus aktif yang ada
       b. Ukuran partikel fase diam, makin kecil ukuran partikel fase
       diam makin luas permukaannya sehingga kontak dengan linarut
       makin luas.
       c. Kelarutan linarut dalam fase gerak, makin mudah larut
       linarut dalam fase gerak, linarut makin mudah lepas dari fase
       diam.

21
d. Kemampuan interaksi (isotermik) yang terjadi antara
      fasediam dan fase gerak.
     Contoh interaksi antara beberapa senyawa aromatik (analit )
      dengan silica(fase diam)




22
23
 Ikatan hidrogen yang terbentuk dari para dihidroksi
 benzen paling kuat karena jarak gugus OH sama
 dengan jarak SiOH.
Bentuk ikatan tersebut menunjukka n bahwa para
 dihidroksi benzen membentuk ikatan pada ke dua sisi
 dengan silanol.
 Hal tersebut juga terjadi pada gugus yang lain seperti
 nitro, amina, karena gugus yang terdapat pada
 senyawa tersebut sebagai pemberi atau penerima
 elekron maupun proton ( atom N, 0, P dan S) maka
 kejadiannya dapat dilihat pada gambar slide 25.
Puncak hasil analisis dengan HPLC atau bercak yang
 terjadi pada analisis dengan KLT untuk dihidroksi
 benzen sangat berbeda dengan yang lain.
24
 
Contoh
     Puncak dan bercak.




25
Keterangan
     Puncak pada KCKT p-dihidroksi benzen paling lama
      tertahan dalam kolom dengan fase diam silica gel.
      Karena iktannya paling kuat.
     Bercak pada KLT p-dihidroksi benzin paling pendek
      migrasinya, karena ikatan dengan fase diam silica
      paling kuat.
     Makin dekat gugus hidroksil, ialah meta dihidroksi dan o
      – dihidroksi benzen paling mudah terelusi oleh
      pelarut, tetap ikatan adsorbsinya dengan silika makin
      lemah,


26
Penggolongan tipe adsorbsi isotermik
     Peristiwa adsorbsi isotermik dapat digolongkan dalam
      beberapa tipe.
         a.Tipe konkap, terjadi bila mula-mula linarut tidak kuat
      interaksinya. tetapi kemudian menjadi lebih kuat sehingga
      terikat lama pada fase diam. berarti K < 1
     b. Tipe normal (linier), ikatan yang terjadi pada sctiap saat
      panggah atau tetap. Sehingga berupa
        garis lurus dan K = 1.
      c. Tipe konvek, adsorpsi mula-mula terikat dengan kuat oleh
      fese diam, tetapi makin lama makin lemah sehingga bentuk
      kurvanya menjadi konvek atau harga K>1
     Puncak berckor
     
       Tipe a dan b tersebut yang sering menyebabkan terjadinya
       pelebaran puncak lihat gambar 3.2
27
Cntoh gambar adsorbsi isotermik

     Gambar:




28
a. Jenis fase diam
     Fase diam untuk kromatografi adsorbsi yang paling
      banyak digunakan adalah silica gel, hampir semua bahan
      kimia dapat dipisahkan secara kromatografi menggunakan
      fase diam silica gel.
     Partikel fase diam mempunyai bentuk dan ukuran
      yang berbeda. Ukuran makin kecil akan makin
      memperluas pcrmukaan fase diam, dan memperluas
      pula gugus aktif dan fase diam yang aktif berhubungan
      dengan linarut
     Bentuk dengan pori yang dalam, bila pori tersebut
      sangat banyak akan menaikkan harga K, yang jauh
      lebih besar dari 1 dan menimbulkan garis kurva adsorbsi
      isotermik yang konkaf
29
Makin dangkal pori yang ada, makin efisien untuk
      pemisahan.dan kromatografi model sekarang digunakan
      yang paling efisien.
     Dianjurkan untuk memilih fase diam dengan pedoman
      sebagai berikut:
     1).Fase diam yang bentuk pelikuler (pori yang dalam) akan
      menurunkan efisiensi, tetapi menaikkan kapasitasnya.
     2). Bentuk pelikuler tak berporus umumnya dibuat packing
      dengan cara kering

      
     
30
 3/. Bentuk mikroporus, dikepak secara basah (adonan
      atau slurry, permukaan jadi luas menambah harga K
     4/. Bila pemisahan antara linarut sukar. sebaiknya
      menggunakan mikroporus, karena efisiensinya makin tinggi,
      luas permukaan partikel makin besar, sehingga kontak
      dengan linarut makin banyak (K menjadi besar).
     Kejadian tersebut akan menaikkan sifat selektivitas fase
      diam terhadap linarut, dan kapasitas fase diam akan menjadi
      lebih besar.




                             02      4       6       8      10
                                                     Waktu tambat daiam memt
       Gambar 4. 1 Dua puncak dari senyawa alkena yang isomer
     sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom. Makin besar selisih t R2 dengan tR1,
       kedua puncak akan makin jelas pemisahannya. Kejadian sepertt itu
       adalah tujuan utama untuk pemisahan sekaligus analisis yang
       menggunakan kromatografi,
31
Perbedaan porositas
      Porositas merupakan rasio antara volume total fase diam
       dengan volume kolom. Untuk pengepakan yang rapat
       porositas antara 0,35 - 0,45, sedang porositas yang kurang
       rapat antara 0,70 - 0,90.
      Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong dalam
       kolom akan makin besar sebingga akan menurunkan
       kapasitas dan efisiensi.
      Tetapi pada kolom kapiler terutama pada kromatografi gas
       cair, harga porositas tidak ada, karena fase diam menempel
       pada dinding kapiler bagiao dalam.
     



32
Rumus porositas = ε
Kecepatan rata-rata rase gerak dalam kolom dapat dinyatakan
     dengan yang merupakan kecepatan linier, yang harganya
     dirumuskan:

                  Vt (Voltotal)
         ε =                        (6.1)
                 V d (Vol. fase diam)
 Volume fase diam= L/tm                    (7.1)
Gambar 4 menunjukkan beberapa parameter, tm waktu yang
 diperlukan fase gerak

33
Tabel I.I Beberapa nama adsorben/penjerap dan
               ukurannya (Johson dan Stevenson 1979)
       Tipe          Nama       Ukuran(nm) Sifat    Luas m 2 g
     Silica    Pellosil           37-50      Asam- 1-7dan
     aktif     Corasil            37-44     lemah   11-1
               (HS dan HC                           HS-4
               Perrisorb A        30-40             HC-8
               Vydac              30-44             14,12,

     Alumin   Pellumina         37-44      Basa     HS-4 &
     a        HS dan HC                    lemah    HC-8
     Lain-    Pellidon          45          non         1
     lain     Perrisorb PA      30-44      polar       0,5
              Diatomeae
              Lempung
              Celite
34
Keterangan
         Dalam memilih fase diam, yang perlu diperhatikan
      kepentingan dan jenis fase diam serta asal fase diam yang
      digunakan.
     Corasil misalnya ukuran partikelnya sangat jauh
      rcntangannya sehingga luas permukaan persatuan berat
      juga bervariasi, dan akan menurunkan selektivitas dan
      kapasitas.
     Floresil yang jarang digunakan karena asam kuat,
      digunakan bila bahan lain tidak mampu memisahkan
      senyawa yang dikehendaki.
     Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan partisi atau
      tetapan partisi dengan inial k' (perbandingan kadar linarut
      dalam fase diam dibanding dengan kadar linarut dalam fase
      gerak).

35
2. Partisi
     Pemisahan cara partisi sangat erat kaitannya dengan
      kelarutan senyawa ke dalam pelarut.
     Dalam kromatografi didasarkan pada kelarutan linarut
      dalam fase diam maupun fase cair, maka terdapat istilah
      koefisien partisi, yang peristiwanya akan mengembang
      menjadi koefisen distribusi yang umumnnya berlaku
      pada kromatografi.
     Koefisien    partisi dapat dinyatakan sebagai
      perbandingan kadar(kelarutan) linarut dalam
      fase diam dengan kadar(kelarutan) linarut dalam
      fase gerak.


36
Sedangkan secara umum adalah perbandingan kelarutan
      senyawa dalam oktanol diban-ding kelarutannya dalam
      air, (lihat rumus 10.1)
      Sifat linarut dalam kromatografi dapat digambarkan
      dalam berbagai cara, pada kromatografi kolom dikenal
      dengan volume tambat atau VR.
     VR (sesuai dengan jumlah volume fase gerak yang
      digunakan untuk membawa satu linarut keluar dari
      kolom).
     Tetapi bila dinyatakan dengan tR (waktu tambat)
      menyatakan waktu yang diperlukan fase gerak membawa
      linarut keluar dari kolom.




37
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membawa linarut
      bergerak dari satu titik ke titik yang lain dalam KLT atau
      elektroforese disebut Rf.
     Satuan ini merupakan perbandingan jarak yang ditempuh
      linarut dengan jarak yang ditempuh pelarut (fase
      gerak) dalam waktu yang sama

     Rf = 

      Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan partisi atau
      tetapan partisi dengan inial k' (perbandingan kadar linarut
      dalam fase diam dibanding dengan kadar linarut dalam fase
      gerak).
     Rumusnya adalah: seperti k’= CsVs/ (CmVm)
38
Teori pemisahan
      Pemisahan yang terjadi dalam sistem selalu mengalami
       keseimbangan yang dinamis, baik pemisahan tersebut karena
       peristiwa adsorbsi partisi, penukaran ion, permiasi, maupun
       cara afinitas.




39
 Sifat   tambat suatu linarut menggambarkan jenis
       distribusi linarut diantara fase gerak dan fase diam.
      Slide 35 menunjukkan pemisahan dua senyawa dihidroksi
       benzen.
      Volume dari fase gerak yang diperlukan untuk membawa
       linarut dari permulaan sampai akir elusi (sampai pada
       detektor, untuk kromatografi gas dan kromatografi cair)
       lewat fase diam baik dalam kolom atau lempeng tipis
       dinamakan volume tambat.
      Retensi ini dinyatakan sebagai VR (volume tambat) atau tR
       (waktu tambat), kedua istilah itu berlaku untuk
       kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi
       (KCKT).

     
40
Contoh:




41
Sedangkan Rf (=retenstion faktor atau rasio waktu
      tambat dari pelarut dan linarut), juga disebut
      retardation factor yang umumnnya digunakn untuk
      KLT dan kromatografi kertas:
      Maka dalam kromatografi kolom dirumuskan sebagai
      berikut :
           VR = tR.Ft           (4.1)
     Ft - kecepatan alir rase gerak tiap satuan waktu dan F t
      dapat dihitung atas dasar:
      π(dc)2              L Vcol(ε tot)
     Ft=—— X(εtot)X ——= ————                     (5.1)
           4             tm       tm
     d = garis tengah kolom dalam keadaan kosong        (ε =
      porositas, L/tm = kecepatan rata-rata
     L = panjang kolom. V= volume kolom seluruhnya
42
Arti porositas




43
Porositas merupakan rasio antara volume total fase
     diam dengan volume kolom.
     Untuk pengepakan yang rapat porositas antara 0,35 -
     0,45, sedang porositas yang kurang rapat antara 0,70 -
     0,90.
     Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong dalam
     kolom akan makin besar sehingga akan menurunkan
     kapasitas dan efisiensi.
     Tetapi pada kolom kapiler terutama pada kromatografi
     gas cair, harga porositas tidak ada, karena fase diam
     menempel pada dinding kapiler bagian dalam.

44
 Kecepatan rata-rata fase gerak dalam kolom dapat
       dinyatakan sama dengan    kecepatan linier,yang harganya
       dirumuskan:
          Vt (Voltotal)
      ε =                    (6.1)
        V d (Vol. fase diam)
       µ=L/tm                      (7.1)
      Gambar slide 32 menunjukkan beberapa parameter, tm
       waktu yang diperlukan fase gerak untuk keluar dari
       kolom.
      Sedangkan tR1 dan tR2 menyatakan waktu yang diperlukan
       sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom. Makin besar selisih
       tR2 dengan tR2 , kedua puncak akan makin jelas
       pemisahannya.

     

45
Kejadian seperti itu adalah tujuan utama untuk pemisahan
      sekaligus analisis yang menggunakan kromatografi,
     Pelarut atau fase gerak yang tidak ditahan oleh fase diam
      dan dinyatakan dengan waktu tm , pada waktu itu tidak ada
      linarut yang telah terdusi sehingga Vm = Vo, harga ini
      disebut juga dead space ruang mati yang tak berfungsi,
      maka bila dihitung harga sesungguhnya:VR -Vo -VR 'atau
      tR=tm-tR (8.1)
     Dalam kromatografi lapis tipis parameter seperti tersebut
           tidak diketemukan, sehingga hanya berlaku bagi
      kromatograti gas, kromatografi kolom, dan KCKT

46
Pada kromatografi gas fase gerak yang berupa gas harus
      dinyatakan tekanan dan suhunya, karena kenyataannya
      kecepatan alir gas pada pennulaan kolom atau inlet lebih
      besar dari kecepatan pada akir kolom atau outlet.
     Maka dari itu kecepatan tersebut secara bertahap
      mengalami penurunan yang digunakan faktor: sebagai
      koreksi:
           3{(Pt/P0 )2 -1}
      j =  (9-1)
           2{(Pt/P0)3-l}
      P, adalah tekanan pada suhu t atau inlet pada kolom, dan
      P0 tckanan pada suhu (kamar), atau outlet.

47
b. Tetapan Partisi
      Bila linarut dimasukkan dalam sistem kroma tografi,
       maka linarut akan segera menebar kebagian-bagian fase
       diam maupun fase gerak.
      Pada saat fase gerak berhenti. linarut akan terbagi
       kedalam dua fase yang mempunyai perbandingan
       tertentu, bandingkan dengan slide 2a dan 2b yang
       besamya diberi istilah tetapan partisi termodinamik,
       dengan rumus:
             K = Cs /Cm             (10.1)
      Cs merupakan kadar linarut dalam fase diam dan Cm kadar
       linarut dalam fase gerak. Harga ini akan tergantung
       kekuatan interaksi antara linarut dengan fase diam dan
       linarut dengan fase gerak
48
. Untuk puncak yang semitris maka linarut akan terbagi
         secara teratur ke dalam VR, atau terelusi dan sebagian
         tersisa dalam fase diam karena itu dirumuskan:
        Cm = VfflCm + VsCs Atau:          (11.1)
         VR = Vm Cm / Cm + Vs.Cs/ Cm menjadi
        VR = Vm + K. Vs atauVR-Vm=KVs (12.1)
        Dalam persamaan ini terlihat bahwa volume retensi (VR)
         sangat bergantung pada ruang kosong (Vm), tetapan
         partisi (K), dan kemampuan fase diam melarutkan
         linarut (Vs).
        Bila persamaan tersebut diterapkan pada peristiwa
         adsorbsi misalnya maka Vs dapat diganti As

49
 3. Rasio Partisi
     Istilah diatas lebih dikenal dengan nama kapsitas atau k1,
      bilangan ini menyatakan kuantitas rasio kemam puan
      fase menampung linarut yang sangat penting dalam
      kromatografi kolom
     Sesuai dengan definisi maka harga tersebut merupa kan
      perbandingan jumlah molekul linarut dalam fase
      diam dengan jumlah molekul linarut dalam fase
      gerak, yang dirumuskan:
      k' = (Cs Vs)/(CmVin)                  (13.1)
     Simbul perbandingan volume V/Vm dinyatakan dengan β,
      sehingga
50
      k’=K/β                                   (14.1)
Bila suatu linarut tidak mengalami tambatan (penahanan
       dalam fase diam maka tak ada tambahan waktu, dan
       k'=0, karena itu k' dapat pula dirumuskan sebagi berikut:

      k’=(tR-tm)/tm              (15.1)
      k’= tR/ tm – tm/tm
      tR/tm = k’ +1 atau tR = tm(k’ +1)
      atau: tR = L/u(l+k') lihat rumus 7 (16.1)
     Rumus 11 menjadi jelas bahwa waktu tambat sangat erat
      kaitannya dengan kecepatan gerak elusi (µ), panjang
      kolom (L), dan kapasitas fese k’.
51
4. Tambat Relatif (Snyder & KirkJand, 1979)
     Tambat relatif merupakan rasio tambat antara dua linarut
      yang berbeda setelah dielusi atau dapat dinyatakan dalam
      beberapa paramter:
          k’2 K2         vr.2   t'R.2
          α=  =  =  =                     (17.1)
              k'1 Kt VR1        tR-1
      Makin besar harga α akan makin besar selisih waktu
      tambat linarut 2 - (dikurangi) waktu tambat linarut 1.
     Berarti kedua puncak linarut tcrsebut dapat terpisah dengan
      baik (Slide 2). Keadaan tersebut menggambarkan
      kemampuan fase membedakan linarut 1 dan linarut 2.

52
Maka dikenal sebagai harga selektivitasnya fase. Atau α
     Selektivitas ini merupakan faktor yang berpengaruh pada daya pisah
     romatografi.
      Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan fase
     membedakan linarut 1 dan linarut 2.




53
5. Efisiensi Kolom
               Efisiensi kolom sangat dipengruhi oleh berbagai
     faktor, terutama koefisien distribusi yang ajek dan tidak
     dipengaruhi oleh kadar linarut,
     Dengan demikian hasil elusi bila digambarkan dalam kurva
     akan didapat puncak yang semitris ( gambar 5a).
      Karena elusi fase gerak terhadap linarut pada mulanya hanya
     sedikit membawa linarut, yang makin lama makin besar
     setelah mencapai maksimun akan turun lagi sampai fase
     gerak bebas linarut.
           Bentuk puncak tergantung akan hubungan linarut dan
     fase gerak, kalau linarut mudah terbawa fase gerak maka
     didapat puncak yang ramping.
54
Sebaliknya bila linarut lebih banyak terikat oleh fase
     diam akan didapat puncak yang melebar. Pola tersebut
     (gambar 5) adalah puncak yang normal.
      Pada gambar 5a garis yang ditarik dari puncak sampai
     memotong dasar pada titik 0, kekanan sampai angka +3,
     sama besarnya kekiri sampai angka -3, mempunyai harga
     sama atau semitris.
     Bandingkan dengan gambar 5b. Dari data parameter
     tersebut      dapat    didiskusikan    berbagai    hal.
     Seperti Efisiensi Kolom, lempeng teoritis,puncak
     semitris dan tidak semitris,(pelebaran puncak) dengan
     segala faktornya.

55
Lanjutan Efisiensi
     Kolom
      a. Jumlah lempeng dan tinggi lempeng teoritis
     Dalam kromatografi, ciri yang penting adalah
     efisinsinya yang dapat dihitung tetapi tanpa
     dimensi.
     Parameter tersebut dinamakan lempeng efektif atau
     effective plates number atau - Neff
     Bilangan tersebut menyatakan: jumlah peristiwa
     partisi yang dialami oleh linarut pada setiap saat
     yang dibawa fase gerak dari masuknya linarut
     atau inlet, sampai keluar kolom atau outlet.
     Jumlah lempeng efektif tersebut dirumuskan sebagai
     berikut:

56
L= panjang kolom, H= (HETP), atau High Efficiency
     Theoritical Plates, tR, waktu retensi.
      σ= lebar alas dari puncak, ( menit atau detik)
       Karena lebar dasar Wb, sama dengan 4 σ (gambar 2),
     maka rumus 18 menjadi




     Pengukuran lebar puncak pada setengah tinggi      pada
     setengah tinggi bagi puncak yang tidak semetris   akan
     mengalami kesulitan.
57
Sebab sering terjadinya ekor atau tailing dan puncak
      pendahulu yang dinamakan leading atau fronting, akan sulit
      menggunakan garis dasarnya.
     Tinggi lempeng yang dinyatakan dengan H sebenarnya dari
      istilah high efficiency of theoritical plates = HETP.
      Harganya selalu lebih kecil dari pada 1, karena sebenarnya
      merupakan panjang kolom L dibagi dengan Jumlah
      lempeng teoritis

58
59

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
asterias
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
wd_amaliah
 
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjenLaporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
qlp
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
wd_amaliah
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Dokter Tekno
 

What's hot (20)

Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
 
Gravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatikaGravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatika
 
Kromatografi kolom (resin penukar ion)
Kromatografi kolom (resin penukar ion)Kromatografi kolom (resin penukar ion)
Kromatografi kolom (resin penukar ion)
 
Laporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhanaLaporan praktikum destilasi sederhana
Laporan praktikum destilasi sederhana
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjenLaporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikPenyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
Analisis Titrimetri dan Gravimetri
Analisis Titrimetri dan GravimetriAnalisis Titrimetri dan Gravimetri
Analisis Titrimetri dan Gravimetri
 
Iodometri
IodometriIodometri
Iodometri
 
Praktek kimia organik pr
Praktek kimia organik prPraktek kimia organik pr
Praktek kimia organik pr
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan VAnalisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
Analisis Kation Golongan I, II, III, IV dan V
 

Viewers also liked

Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
rebolegi
 
KROMATOGRAFI GAS PPT
KROMATOGRAFI GAS PPTKROMATOGRAFI GAS PPT
KROMATOGRAFI GAS PPT
Nida Faradisa
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografi
Bughis Berkata
 
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlcITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
Fransiska Puteri
 

Viewers also liked (20)

Jenis Jenis Kromatografi
Jenis Jenis KromatografiJenis Jenis Kromatografi
Jenis Jenis Kromatografi
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
Kromatografi(httpsdocs.google.comviewera=v&amp;q=cache by6bqm75wg0jblog.ub.ac...
Kromatografi(httpsdocs.google.comviewera=v&amp;q=cache by6bqm75wg0jblog.ub.ac...Kromatografi(httpsdocs.google.comviewera=v&amp;q=cache by6bqm75wg0jblog.ub.ac...
Kromatografi(httpsdocs.google.comviewera=v&amp;q=cache by6bqm75wg0jblog.ub.ac...
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
Kromatografia 1
Kromatografia 1Kromatografia 1
Kromatografia 1
 
KROMATOGRAFI GAS PPT
KROMATOGRAFI GAS PPTKROMATOGRAFI GAS PPT
KROMATOGRAFI GAS PPT
 
Kromatografi kertas
Kromatografi kertasKromatografi kertas
Kromatografi kertas
 
Kromatografi SMK-SMAK Bogor
Kromatografi SMK-SMAK BogorKromatografi SMK-SMAK Bogor
Kromatografi SMK-SMAK Bogor
 
KROMATOGRAFI KERTAS
KROMATOGRAFI KERTASKROMATOGRAFI KERTAS
KROMATOGRAFI KERTAS
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
Teknik RP-HPLC untuk Analisis Protein
Teknik RP-HPLC untuk Analisis ProteinTeknik RP-HPLC untuk Analisis Protein
Teknik RP-HPLC untuk Analisis Protein
 
Gc
GcGc
Gc
 
P 8. kromatografi ppt
P 8. kromatografi pptP 8. kromatografi ppt
P 8. kromatografi ppt
 
GC kolom
GC kolomGC kolom
GC kolom
 
Pemisahan Campuran
Pemisahan CampuranPemisahan Campuran
Pemisahan Campuran
 
Karakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografiKarakteristik kromatografi
Karakteristik kromatografi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlcITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
 
Metode pemisahan
Metode pemisahanMetode pemisahan
Metode pemisahan
 
Klasifikasi Kromatografi
Klasifikasi KromatografiKlasifikasi Kromatografi
Klasifikasi Kromatografi
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 

Similar to Bahan kuliah kromatografi

2. Jenis-jenis kromatografi.ppt
2. Jenis-jenis kromatografi.ppt2. Jenis-jenis kromatografi.ppt
2. Jenis-jenis kromatografi.ppt
Ranti47
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografi
welly yusup
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografi
oriza13
 
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipisFitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
Sapan Nada
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
exson Prakoso
 

Similar to Bahan kuliah kromatografi (20)

2. Jenis-jenis kromatografi.ppt
2. Jenis-jenis kromatografi.ppt2. Jenis-jenis kromatografi.ppt
2. Jenis-jenis kromatografi.ppt
 
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPISPEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
 
Kromatografi2
Kromatografi2Kromatografi2
Kromatografi2
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Kimia analisis
Kimia analisisKimia analisis
Kimia analisis
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
Makalah Kromatografi Serapan dan Kromatografi Partisi
Makalah Kromatografi Serapan dan Kromatografi PartisiMakalah Kromatografi Serapan dan Kromatografi Partisi
Makalah Kromatografi Serapan dan Kromatografi Partisi
 
Klt ku
Klt kuKlt ku
Klt ku
 
Kromatografi-ppt
Kromatografi-ppt Kromatografi-ppt
Kromatografi-ppt
 
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptxFASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
FASE EQUILIBRIA, LOGAM DAN PADUAN yudi.pptx
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografi
 
Basic of Spectrophotometer and Chromatography
Basic of Spectrophotometer and ChromatographyBasic of Spectrophotometer and Chromatography
Basic of Spectrophotometer and Chromatography
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografi
 
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipisFitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
 
Fluida plasma
Fluida plasmaFluida plasma
Fluida plasma
 
Pertukaran kation
Pertukaran kationPertukaran kation
Pertukaran kation
 
Kromatografi kertas
Kromatografi kertasKromatografi kertas
Kromatografi kertas
 
Ringkasan zat padat
Ringkasan zat padatRingkasan zat padat
Ringkasan zat padat
 
Sektrofotometri uv vis - sample
Sektrofotometri uv vis - sampleSektrofotometri uv vis - sample
Sektrofotometri uv vis - sample
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
 

More from Yandi Novia (Debu Yandi)

Beasiswa s1 ahwal al syakhsyiyyah universitas muhammadiyah palangkaraya
Beasiswa s1 ahwal al syakhsyiyyah universitas muhammadiyah palangkarayaBeasiswa s1 ahwal al syakhsyiyyah universitas muhammadiyah palangkaraya
Beasiswa s1 ahwal al syakhsyiyyah universitas muhammadiyah palangkaraya
Yandi Novia (Debu Yandi)
 
Persyaratan beasiswa bidikmisi universitas muhammadiyah palangkaraya
Persyaratan beasiswa bidikmisi universitas muhammadiyah palangkarayaPersyaratan beasiswa bidikmisi universitas muhammadiyah palangkaraya
Persyaratan beasiswa bidikmisi universitas muhammadiyah palangkaraya
Yandi Novia (Debu Yandi)
 
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitasPerubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Yandi Novia (Debu Yandi)
 

More from Yandi Novia (Debu Yandi) (20)

Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
Membongkar Praktek SDA Asing di Indonesia dan Transaksi Politik; Oleh WALHI K...
 
Beasiswa s1 ahwal al syakhsyiyyah universitas muhammadiyah palangkaraya
Beasiswa s1 ahwal al syakhsyiyyah universitas muhammadiyah palangkarayaBeasiswa s1 ahwal al syakhsyiyyah universitas muhammadiyah palangkaraya
Beasiswa s1 ahwal al syakhsyiyyah universitas muhammadiyah palangkaraya
 
Persyaratan beasiswa bidikmisi universitas muhammadiyah palangkaraya
Persyaratan beasiswa bidikmisi universitas muhammadiyah palangkarayaPersyaratan beasiswa bidikmisi universitas muhammadiyah palangkaraya
Persyaratan beasiswa bidikmisi universitas muhammadiyah palangkaraya
 
Generasi Berencana
Generasi BerencanaGenerasi Berencana
Generasi Berencana
 
Hiv dan aids
Hiv dan aidsHiv dan aids
Hiv dan aids
 
Makalah biologi, Farmasi.
Makalah biologi, Farmasi.Makalah biologi, Farmasi.
Makalah biologi, Farmasi.
 
Pedoman administrasi IMM
Pedoman administrasi IMMPedoman administrasi IMM
Pedoman administrasi IMM
 
Daulah fatimiah
Daulah fatimiahDaulah fatimiah
Daulah fatimiah
 
Tafsir maudhui pengantar
Tafsir maudhui pengantarTafsir maudhui pengantar
Tafsir maudhui pengantar
 
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsi
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsiPeran mahasiswa dalam mencegah korupsi
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsi
 
Ppt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganismePpt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganisme
 
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitasPerubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
Perubahan, kerusakan, dan toksin oleh aktifitas
 
Perhitungan ethanol (4)
Perhitungan ethanol (4)Perhitungan ethanol (4)
Perhitungan ethanol (4)
 
Penilaian stabilitas suspensi (3)
Penilaian stabilitas suspensi (3)Penilaian stabilitas suspensi (3)
Penilaian stabilitas suspensi (3)
 
Pengelolaan resep (6)
Pengelolaan resep (6)Pengelolaan resep (6)
Pengelolaan resep (6)
 
Pengelolaan obat di apotek (5)
Pengelolaan obat di apotek (5)Pengelolaan obat di apotek (5)
Pengelolaan obat di apotek (5)
 
Pendirian apotek (4)
Pendirian apotek (4)Pendirian apotek (4)
Pendirian apotek (4)
 
Obat (1)
Obat (1)Obat (1)
Obat (1)
 
Metode sampling kimia farmasi
Metode sampling kimia farmasiMetode sampling kimia farmasi
Metode sampling kimia farmasi
 
Identifikasi senyawa secara sederhana
Identifikasi senyawa secara sederhanaIdentifikasi senyawa secara sederhana
Identifikasi senyawa secara sederhana
 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 

Bahan kuliah kromatografi

  • 1. Ahmad Sofian Apriady, S.Farm., Apt Bahan Kuliah D-III Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangka Raya 1
  • 2. KROMATOGRAFIPENDAHULUAN chromos (zat warna dan graphos (gambar) seorang botanis dari Rusia Tswett 2
  • 4.  1. Antara padat dan cair: 4
  • 5. 5
  • 6. 6
  • 7. 7
  • 9. walaupun perbedaan sifatsuatu campuran antara komponen Agar senyawa dalam kimia dan fisika dapat terpisah, dalam campuran hanya sedikit berbeda, dapat diusahakan dengan beberapa cara, dengan dasar 1.Dasar distribusi suatu senyawa (solut atau linrut), diantara kedua fase adalah hasil keseimbangan tenaga antara molekul linarut dan molekul masing-masing fase. Distribusi tersebut merupakan gambaran kekuatan tarikan atau penolakan molekul atau ion yang bersaing terhadap fase yang bersangkutan. 2.Tenaga tersebut karena sifatnya yang polar sehingga menimbulkan momen dipol secara tetap atau hanya memberi imbas, atau mereka terbagi karena ikatan London, atau kekuatan dispersi. 9
  • 10. 3.Pada kromatografi penukar ion tenaga molekul linarut umumnya karena sifat ionik, tetapi dapat juga sifat polaritas dan nonpolaritasnya. Sifat polaritas nisbi pelarut dinyatakan dalam bilangan dielektrika (tetapan dielektrika). Tenaga potensial masing-masing molekul yang terpisah pada kolom kromatografi karena adanya gaya gravitasi, 4.Sedangkan pemisahan yang terjadi dengan distilasi fraksi karena perbedaan tekanan uap masing-masing senyawa, karena titik didih yang berbeda. Maka terdapat beberapa tipe atau mekanisme pemisahan akan dibahas tersendiri dalam paragraf berikutnnya. 10
  • 11. B.PEMBAGIAN KROMATOGRAFI   Dalam bab ini kromatografi yang dibicarakan dibedakan menjadi kelompok yang berdasar atas: 1. Menurut proses pemisahannya dibedakan menjadi: a. Kromatografi adsorbsi b. Kromatografi partisi c. Kromatografi pasangan ion d. Kromatografi penukar ion e. Kromatografi eksklusif f. Kromatografi afinitas, 11
  • 12. Pembagian berdasar alat 2.Menurut alat yang digunakan terdiri dari 3 alat yang selalu dapat di kembangkan perleng kapannya ialah: a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat juga dikenal dengan thin layer chromatography (TLC). Dan kromatografi Kertas b. Kromatografi Gas, jenis kromatografi kolom yang menggunakan fase gerak gas.(GC) c.Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT, dan berasal dari terjemahan High Perfomance Liquid Chromatograpfay atau HPLC. Kromatografi ini termasuk kromatografi kolom yang fese geraknya berupa cairan dan dialirkan berdasar kekuatan dari tekanan yang diberikan. 12
  • 13. Menurut Willard et at, (1989), pembagian kromatografi dapat dibuat bagan sebagai berikut:   13
  • 14. Keterngan : GLC = Gas Liquid Chromatography GSC = Gas Solid Chromatography IEC = Ion Exchange Chromatography EC=Eclusive Chromatography LLC=Liquid-Liquid Chromatography LSC= Liquid-Solid Chromatography BPC = Bonded Phase Chromatography PIC - Pair Ions Chromatography 14
  • 15. Pembagian diatas berdasar jenis fase, ialah cair dan gas, sedangkan dalam pembagaian kedua seperti penukar ion dan eklusif serta pasangan ion hanya mengetengahkan salah satu fase diam, Memang Willard menerangkan bahwa kedua kromatografi penukar ion dan eklusif merupakan kromatografi yang berdasar pada interakasi antara linarut dan fase diam. Seperti pembagian kromatografi atas dasar pemisahaan, scbenamya kromatografi dibedakan menjadi 2 ialah: adsorbsi, dan partisi yang dapat terjadi baik dalam kromatografi gas maupun kromatografi cair. 15
  • 16.  Kromatografi eksklusif merupakan kroma tografi yang pemisahannya atas dasar ukuran molekul linarut, utamanya pada molekul yang besar, sehingga dinamakan pula kromatografi filtrasi. Pada kromatografi filtrasi dapat pula terjadi pada kromatogarfi gas tetapi dengan ukuran molekul yang kecil disebut moleculer shiever Sehingga terdapat teori pemisahan dalam kromatografi Teori tersebut perlu dibahas terpisah sesuai dengan topik dan aplikasinya. 16
  • 17. C.TEORI PEMISAHAN Seperti telah dijelaskan bahwa kromatografi adalah alat pemisahan campuran senyawa kimia, karena itu perlu diketahui teori dan mekanisme dari berbagai pemisahan.   1. Pemisahan Adsorpsi Peristiwa adsorpsi oleh fase diam terhadap fase gerak dan linarut selalu terjadi kompetitif Kemampuan fase diam mengadsorpsi keduanya sangat tergantung pada topografi gugus aktif yang terdapat pada masing -masing komponen. Fase diam dari silica yang mempunyai gugas hidoksil dari silanol (Si-OH) dapat terjadi interaksi dengan gugus pada linarut maupun pada fase gerak. 17
  • 18. Peristiwa adsorbsi umumnya terjadi pada kromatografi padat cair (liquid solid chromatography, atau LSC, terjadi pada KLT). Dapat pula terjadi pada Gas solid chromatography atau Kromatografi gas (KG) yang berinteraksi antara fase diam dan linarutnya. Fase gerak pada kromatografi gas, tidak mempunyai gugus aktif yang dapat berinteraksi dengan fase diam. Rumus kompetitif itu sebagai berikut: 18
  • 19. X m + nS ads → X ads + nS m (1.1) X m dan Xads adalah linarut dalam fase gerak (m) dan fase diam (ads), sedangkan Sm dan Sads adalah fase gerak yang mengalami adsorpsi. Berdasar persamaan tersebut tempat linarut pada fase diam dapat digantikan oleh fase gerak atau sebaliknya. Bila senyawa X mempunyai ikatan yang kuat terhadap penjerap (ads), maka X akan lama tertambat pada ads. Pada keadaan seimbang dirumuskan sebagai berikut:   (XAds)(Sm)n KD =  (2.1) (Xm)(Sads)n 19
  • 20. Rumus 2 dapat disederhanakan menjadi:  KD =CS/CM (3.1) CS menyatakan kadar linarut dalam fase diam (stationair phase), dan CM kadar linarut dalam fase gerak (mobile phase).  Persamaan diatas menunjukkan bahwa linarut X lebih banyak berinteraksi dengan fase diam karena indeknya lebih kecil dan jumlah dalam masing-masing fase juga sangat kecil. Dengan pedoman tersebut bcrarti kadar linarut dalam fase diam selalu lebih kecil dari kadar linarut dalam fase gerak. 20
  • 21. seperti ini, sehingga harga K menggunakankecil dari 1, umum Dalam kromatografi selalu selalu lebih pedoman Tetapi D mungkin dapat terjadi yang sebaliknya.  Dasar tersebut yang menyebabkan terjadinya pemisahan. Adsorpsi linarut oleh fase diam sangat tergan-tung pada:  a. Struktur kimia linarut atau adanya gugus aktif yang ada  b. Ukuran partikel fase diam, makin kecil ukuran partikel fase diam makin luas permukaannya sehingga kontak dengan linarut makin luas.  c. Kelarutan linarut dalam fase gerak, makin mudah larut linarut dalam fase gerak, linarut makin mudah lepas dari fase diam. 21
  • 22. d. Kemampuan interaksi (isotermik) yang terjadi antara fasediam dan fase gerak. Contoh interaksi antara beberapa senyawa aromatik (analit ) dengan silica(fase diam) 22
  • 23. 23
  • 24.  Ikatan hidrogen yang terbentuk dari para dihidroksi benzen paling kuat karena jarak gugus OH sama dengan jarak SiOH. Bentuk ikatan tersebut menunjukka n bahwa para dihidroksi benzen membentuk ikatan pada ke dua sisi dengan silanol.  Hal tersebut juga terjadi pada gugus yang lain seperti nitro, amina, karena gugus yang terdapat pada senyawa tersebut sebagai pemberi atau penerima elekron maupun proton ( atom N, 0, P dan S) maka kejadiannya dapat dilihat pada gambar slide 25. Puncak hasil analisis dengan HPLC atau bercak yang terjadi pada analisis dengan KLT untuk dihidroksi benzen sangat berbeda dengan yang lain. 24  
  • 25. Contoh Puncak dan bercak. 25
  • 26. Keterangan Puncak pada KCKT p-dihidroksi benzen paling lama tertahan dalam kolom dengan fase diam silica gel. Karena iktannya paling kuat. Bercak pada KLT p-dihidroksi benzin paling pendek migrasinya, karena ikatan dengan fase diam silica paling kuat. Makin dekat gugus hidroksil, ialah meta dihidroksi dan o – dihidroksi benzen paling mudah terelusi oleh pelarut, tetap ikatan adsorbsinya dengan silika makin lemah, 26
  • 27. Penggolongan tipe adsorbsi isotermik Peristiwa adsorbsi isotermik dapat digolongkan dalam beberapa tipe. a.Tipe konkap, terjadi bila mula-mula linarut tidak kuat interaksinya. tetapi kemudian menjadi lebih kuat sehingga terikat lama pada fase diam. berarti K < 1 b. Tipe normal (linier), ikatan yang terjadi pada sctiap saat panggah atau tetap. Sehingga berupa garis lurus dan K = 1.  c. Tipe konvek, adsorpsi mula-mula terikat dengan kuat oleh fese diam, tetapi makin lama makin lemah sehingga bentuk kurvanya menjadi konvek atau harga K>1 Puncak berckor  Tipe a dan b tersebut yang sering menyebabkan terjadinya pelebaran puncak lihat gambar 3.2 27
  • 28. Cntoh gambar adsorbsi isotermik Gambar: 28
  • 29. a. Jenis fase diam Fase diam untuk kromatografi adsorbsi yang paling banyak digunakan adalah silica gel, hampir semua bahan kimia dapat dipisahkan secara kromatografi menggunakan fase diam silica gel. Partikel fase diam mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda. Ukuran makin kecil akan makin memperluas pcrmukaan fase diam, dan memperluas pula gugus aktif dan fase diam yang aktif berhubungan dengan linarut Bentuk dengan pori yang dalam, bila pori tersebut sangat banyak akan menaikkan harga K, yang jauh lebih besar dari 1 dan menimbulkan garis kurva adsorbsi isotermik yang konkaf 29
  • 30. Makin dangkal pori yang ada, makin efisien untuk pemisahan.dan kromatografi model sekarang digunakan yang paling efisien. Dianjurkan untuk memilih fase diam dengan pedoman sebagai berikut: 1).Fase diam yang bentuk pelikuler (pori yang dalam) akan menurunkan efisiensi, tetapi menaikkan kapasitasnya. 2). Bentuk pelikuler tak berporus umumnya dibuat packing dengan cara kering    30
  • 31.  3/. Bentuk mikroporus, dikepak secara basah (adonan atau slurry, permukaan jadi luas menambah harga K 4/. Bila pemisahan antara linarut sukar. sebaiknya menggunakan mikroporus, karena efisiensinya makin tinggi, luas permukaan partikel makin besar, sehingga kontak dengan linarut makin banyak (K menjadi besar). Kejadian tersebut akan menaikkan sifat selektivitas fase diam terhadap linarut, dan kapasitas fase diam akan menjadi lebih besar. 02 4 6 8 10 Waktu tambat daiam memt Gambar 4. 1 Dua puncak dari senyawa alkena yang isomer sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom. Makin besar selisih t R2 dengan tR1, kedua puncak akan makin jelas pemisahannya. Kejadian sepertt itu adalah tujuan utama untuk pemisahan sekaligus analisis yang menggunakan kromatografi, 31
  • 32. Perbedaan porositas  Porositas merupakan rasio antara volume total fase diam dengan volume kolom. Untuk pengepakan yang rapat porositas antara 0,35 - 0,45, sedang porositas yang kurang rapat antara 0,70 - 0,90.  Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong dalam kolom akan makin besar sebingga akan menurunkan kapasitas dan efisiensi.  Tetapi pada kolom kapiler terutama pada kromatografi gas cair, harga porositas tidak ada, karena fase diam menempel pada dinding kapiler bagiao dalam.  32
  • 33. Rumus porositas = ε Kecepatan rata-rata rase gerak dalam kolom dapat dinyatakan dengan yang merupakan kecepatan linier, yang harganya dirumuskan:   Vt (Voltotal)  ε = (6.1)  V d (Vol. fase diam)  Volume fase diam= L/tm (7.1) Gambar 4 menunjukkan beberapa parameter, tm waktu yang diperlukan fase gerak 33
  • 34. Tabel I.I Beberapa nama adsorben/penjerap dan ukurannya (Johson dan Stevenson 1979) Tipe Nama Ukuran(nm) Sifat Luas m 2 g Silica Pellosil 37-50 Asam- 1-7dan aktif Corasil 37-44 lemah 11-1 (HS dan HC HS-4 Perrisorb A 30-40 HC-8 Vydac 30-44 14,12, Alumin Pellumina 37-44 Basa HS-4 & a HS dan HC lemah HC-8 Lain- Pellidon 45 non 1 lain Perrisorb PA 30-44 polar 0,5 Diatomeae Lempung Celite 34
  • 35. Keterangan  Dalam memilih fase diam, yang perlu diperhatikan kepentingan dan jenis fase diam serta asal fase diam yang digunakan. Corasil misalnya ukuran partikelnya sangat jauh rcntangannya sehingga luas permukaan persatuan berat juga bervariasi, dan akan menurunkan selektivitas dan kapasitas. Floresil yang jarang digunakan karena asam kuat, digunakan bila bahan lain tidak mampu memisahkan senyawa yang dikehendaki. Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan partisi atau tetapan partisi dengan inial k' (perbandingan kadar linarut dalam fase diam dibanding dengan kadar linarut dalam fase gerak). 35
  • 36. 2. Partisi Pemisahan cara partisi sangat erat kaitannya dengan kelarutan senyawa ke dalam pelarut. Dalam kromatografi didasarkan pada kelarutan linarut dalam fase diam maupun fase cair, maka terdapat istilah koefisien partisi, yang peristiwanya akan mengembang menjadi koefisen distribusi yang umumnnya berlaku pada kromatografi. Koefisien partisi dapat dinyatakan sebagai perbandingan kadar(kelarutan) linarut dalam fase diam dengan kadar(kelarutan) linarut dalam fase gerak. 36
  • 37. Sedangkan secara umum adalah perbandingan kelarutan senyawa dalam oktanol diban-ding kelarutannya dalam air, (lihat rumus 10.1)  Sifat linarut dalam kromatografi dapat digambarkan dalam berbagai cara, pada kromatografi kolom dikenal dengan volume tambat atau VR. VR (sesuai dengan jumlah volume fase gerak yang digunakan untuk membawa satu linarut keluar dari kolom). Tetapi bila dinyatakan dengan tR (waktu tambat) menyatakan waktu yang diperlukan fase gerak membawa linarut keluar dari kolom. 37
  • 38. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membawa linarut bergerak dari satu titik ke titik yang lain dalam KLT atau elektroforese disebut Rf. Satuan ini merupakan perbandingan jarak yang ditempuh linarut dengan jarak yang ditempuh pelarut (fase gerak) dalam waktu yang sama Rf =   Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan partisi atau tetapan partisi dengan inial k' (perbandingan kadar linarut dalam fase diam dibanding dengan kadar linarut dalam fase gerak). Rumusnya adalah: seperti k’= CsVs/ (CmVm) 38
  • 39. Teori pemisahan  Pemisahan yang terjadi dalam sistem selalu mengalami keseimbangan yang dinamis, baik pemisahan tersebut karena peristiwa adsorbsi partisi, penukaran ion, permiasi, maupun cara afinitas. 39
  • 40.  Sifat tambat suatu linarut menggambarkan jenis distribusi linarut diantara fase gerak dan fase diam.  Slide 35 menunjukkan pemisahan dua senyawa dihidroksi benzen.  Volume dari fase gerak yang diperlukan untuk membawa linarut dari permulaan sampai akir elusi (sampai pada detektor, untuk kromatografi gas dan kromatografi cair) lewat fase diam baik dalam kolom atau lempeng tipis dinamakan volume tambat.  Retensi ini dinyatakan sebagai VR (volume tambat) atau tR (waktu tambat), kedua istilah itu berlaku untuk kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).  40
  • 42. Sedangkan Rf (=retenstion faktor atau rasio waktu tambat dari pelarut dan linarut), juga disebut retardation factor yang umumnnya digunakn untuk KLT dan kromatografi kertas:  Maka dalam kromatografi kolom dirumuskan sebagai berikut :  VR = tR.Ft (4.1) Ft - kecepatan alir rase gerak tiap satuan waktu dan F t dapat dihitung atas dasar:  π(dc)2 L Vcol(ε tot) Ft=—— X(εtot)X ——= ———— (5.1)  4 tm tm d = garis tengah kolom dalam keadaan kosong (ε = porositas, L/tm = kecepatan rata-rata L = panjang kolom. V= volume kolom seluruhnya 42
  • 44. Porositas merupakan rasio antara volume total fase diam dengan volume kolom. Untuk pengepakan yang rapat porositas antara 0,35 - 0,45, sedang porositas yang kurang rapat antara 0,70 - 0,90. Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong dalam kolom akan makin besar sehingga akan menurunkan kapasitas dan efisiensi. Tetapi pada kolom kapiler terutama pada kromatografi gas cair, harga porositas tidak ada, karena fase diam menempel pada dinding kapiler bagian dalam. 44
  • 45.  Kecepatan rata-rata fase gerak dalam kolom dapat dinyatakan sama dengan kecepatan linier,yang harganya dirumuskan: Vt (Voltotal) ε = (6.1) V d (Vol. fase diam) µ=L/tm (7.1)  Gambar slide 32 menunjukkan beberapa parameter, tm waktu yang diperlukan fase gerak untuk keluar dari kolom.  Sedangkan tR1 dan tR2 menyatakan waktu yang diperlukan sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom. Makin besar selisih tR2 dengan tR2 , kedua puncak akan makin jelas pemisahannya.  45
  • 46. Kejadian seperti itu adalah tujuan utama untuk pemisahan sekaligus analisis yang menggunakan kromatografi, Pelarut atau fase gerak yang tidak ditahan oleh fase diam dan dinyatakan dengan waktu tm , pada waktu itu tidak ada linarut yang telah terdusi sehingga Vm = Vo, harga ini disebut juga dead space ruang mati yang tak berfungsi, maka bila dihitung harga sesungguhnya:VR -Vo -VR 'atau tR=tm-tR (8.1) Dalam kromatografi lapis tipis parameter seperti tersebut tidak diketemukan, sehingga hanya berlaku bagi kromatograti gas, kromatografi kolom, dan KCKT 46
  • 47. Pada kromatografi gas fase gerak yang berupa gas harus dinyatakan tekanan dan suhunya, karena kenyataannya kecepatan alir gas pada pennulaan kolom atau inlet lebih besar dari kecepatan pada akir kolom atau outlet. Maka dari itu kecepatan tersebut secara bertahap mengalami penurunan yang digunakan faktor: sebagai koreksi: 3{(Pt/P0 )2 -1} j =  (9-1) 2{(Pt/P0)3-l}  P, adalah tekanan pada suhu t atau inlet pada kolom, dan P0 tckanan pada suhu (kamar), atau outlet. 47
  • 48. b. Tetapan Partisi  Bila linarut dimasukkan dalam sistem kroma tografi, maka linarut akan segera menebar kebagian-bagian fase diam maupun fase gerak.  Pada saat fase gerak berhenti. linarut akan terbagi kedalam dua fase yang mempunyai perbandingan tertentu, bandingkan dengan slide 2a dan 2b yang besamya diberi istilah tetapan partisi termodinamik, dengan rumus:  K = Cs /Cm (10.1)  Cs merupakan kadar linarut dalam fase diam dan Cm kadar linarut dalam fase gerak. Harga ini akan tergantung kekuatan interaksi antara linarut dengan fase diam dan linarut dengan fase gerak 48
  • 49. . Untuk puncak yang semitris maka linarut akan terbagi secara teratur ke dalam VR, atau terelusi dan sebagian tersisa dalam fase diam karena itu dirumuskan:  Cm = VfflCm + VsCs Atau: (11.1) VR = Vm Cm / Cm + Vs.Cs/ Cm menjadi  VR = Vm + K. Vs atauVR-Vm=KVs (12.1)  Dalam persamaan ini terlihat bahwa volume retensi (VR) sangat bergantung pada ruang kosong (Vm), tetapan partisi (K), dan kemampuan fase diam melarutkan linarut (Vs).  Bila persamaan tersebut diterapkan pada peristiwa adsorbsi misalnya maka Vs dapat diganti As 49
  • 50.  3. Rasio Partisi Istilah diatas lebih dikenal dengan nama kapsitas atau k1, bilangan ini menyatakan kuantitas rasio kemam puan fase menampung linarut yang sangat penting dalam kromatografi kolom Sesuai dengan definisi maka harga tersebut merupa kan perbandingan jumlah molekul linarut dalam fase diam dengan jumlah molekul linarut dalam fase gerak, yang dirumuskan:  k' = (Cs Vs)/(CmVin) (13.1) Simbul perbandingan volume V/Vm dinyatakan dengan β, sehingga 50  k’=K/β (14.1)
  • 51. Bila suatu linarut tidak mengalami tambatan (penahanan dalam fase diam maka tak ada tambahan waktu, dan k'=0, karena itu k' dapat pula dirumuskan sebagi berikut: k’=(tR-tm)/tm (15.1) k’= tR/ tm – tm/tm tR/tm = k’ +1 atau tR = tm(k’ +1) atau: tR = L/u(l+k') lihat rumus 7 (16.1) Rumus 11 menjadi jelas bahwa waktu tambat sangat erat kaitannya dengan kecepatan gerak elusi (µ), panjang kolom (L), dan kapasitas fese k’. 51
  • 52. 4. Tambat Relatif (Snyder & KirkJand, 1979) Tambat relatif merupakan rasio tambat antara dua linarut yang berbeda setelah dielusi atau dapat dinyatakan dalam beberapa paramter:  k’2 K2 vr.2 t'R.2  α=  =  =  =  (17.1)  k'1 Kt VR1 tR-1  Makin besar harga α akan makin besar selisih waktu tambat linarut 2 - (dikurangi) waktu tambat linarut 1. Berarti kedua puncak linarut tcrsebut dapat terpisah dengan baik (Slide 2). Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan fase membedakan linarut 1 dan linarut 2. 52
  • 53. Maka dikenal sebagai harga selektivitasnya fase. Atau α Selektivitas ini merupakan faktor yang berpengaruh pada daya pisah romatografi.  Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan fase membedakan linarut 1 dan linarut 2. 53
  • 54. 5. Efisiensi Kolom Efisiensi kolom sangat dipengruhi oleh berbagai faktor, terutama koefisien distribusi yang ajek dan tidak dipengaruhi oleh kadar linarut, Dengan demikian hasil elusi bila digambarkan dalam kurva akan didapat puncak yang semitris ( gambar 5a). Karena elusi fase gerak terhadap linarut pada mulanya hanya sedikit membawa linarut, yang makin lama makin besar setelah mencapai maksimun akan turun lagi sampai fase gerak bebas linarut.  Bentuk puncak tergantung akan hubungan linarut dan fase gerak, kalau linarut mudah terbawa fase gerak maka didapat puncak yang ramping. 54
  • 55. Sebaliknya bila linarut lebih banyak terikat oleh fase diam akan didapat puncak yang melebar. Pola tersebut (gambar 5) adalah puncak yang normal.  Pada gambar 5a garis yang ditarik dari puncak sampai memotong dasar pada titik 0, kekanan sampai angka +3, sama besarnya kekiri sampai angka -3, mempunyai harga sama atau semitris. Bandingkan dengan gambar 5b. Dari data parameter tersebut dapat didiskusikan berbagai hal. Seperti Efisiensi Kolom, lempeng teoritis,puncak semitris dan tidak semitris,(pelebaran puncak) dengan segala faktornya. 55
  • 56. Lanjutan Efisiensi Kolom  a. Jumlah lempeng dan tinggi lempeng teoritis Dalam kromatografi, ciri yang penting adalah efisinsinya yang dapat dihitung tetapi tanpa dimensi. Parameter tersebut dinamakan lempeng efektif atau effective plates number atau - Neff Bilangan tersebut menyatakan: jumlah peristiwa partisi yang dialami oleh linarut pada setiap saat yang dibawa fase gerak dari masuknya linarut atau inlet, sampai keluar kolom atau outlet. Jumlah lempeng efektif tersebut dirumuskan sebagai berikut: 56
  • 57. L= panjang kolom, H= (HETP), atau High Efficiency Theoritical Plates, tR, waktu retensi. σ= lebar alas dari puncak, ( menit atau detik) Karena lebar dasar Wb, sama dengan 4 σ (gambar 2), maka rumus 18 menjadi Pengukuran lebar puncak pada setengah tinggi pada setengah tinggi bagi puncak yang tidak semetris akan mengalami kesulitan. 57
  • 58. Sebab sering terjadinya ekor atau tailing dan puncak pendahulu yang dinamakan leading atau fronting, akan sulit menggunakan garis dasarnya. Tinggi lempeng yang dinyatakan dengan H sebenarnya dari istilah high efficiency of theoritical plates = HETP.  Harganya selalu lebih kecil dari pada 1, karena sebenarnya merupakan panjang kolom L dibagi dengan Jumlah lempeng teoritis 58
  • 59. 59