SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  53
MANAJEMEN KEUANGAN
KAPITALISASI, STRUKTUR MODAL,
EKSPANSI DAN REORGANISASI
Disusun oleh
Neng Rina Nur Aeni (01112016)
Nuriah (01112017)
Dewi Yuningsih (01112018)
KAPITALISASI
Pengertian kapitalisasi terbagi kedalam dua
pengertian yaitu :
1. Menunjukan jumlah securities yang
beredar (saham dan obligasi)
2. Menunjukan jumlah modal yang
digunakan dalm perusahaan dan modal
tersebut dalm bentuk moda saham, surplus
dan utang jangka panjang lainya.
Teori-teori kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua
golongan, yaitu :
1. Berdasarkan pendapatan atau earning
NiLai suatu perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan pendapatan yang didapatkan setiap
tahunya dikalikan dengan multiplayer tertentu.
2. Berdasarkan pengeluaran atau cost
Kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari
fixed capital yang digunakan dalam suatu
perusahaan.
Over dan under capitalization
 Over capitalization
Over capitalization akan terjadi apabila :
1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair
of return dari jumlah modal yang di investasikan , atau
dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari
pada fair rate of return.
2. Jumlah nilai securities yang ada di dalam peredaran
lebih besar daripada nilai riil dibandingkan dengan nilai
assetnya.
 Under capitalization
Under capitalization terjadi apabila :
1. Average rate of return dari perusahaan tersebut
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return
dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan
yang sejenis lainya.
2. Jumlah nilai security yang tercantum dalam
nereca jauh lebih kecil daripada nilai riil daripada
assetnya.
Cara mengatasi over dan under capitalization
 Over capitalization dapat diatasi dengan cara
mengurangi jumlah nilai nominal modal saham atau
mengurangi jumlah lembar saham yang beredar.
 Under capitalisasi dapat diatasi dengan cara
mengadakan stock splits, yaitu pemecahan jumlah
lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih
banyak dengan pengurangan harga nominal per
lembar secara proporsional dan stock devident, yaitu
pembayaran devident dalam bentuk saham dan
bukan dalam bentuk kas.
STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM
 Perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal yang
optimal antara kedua sumber dana tersebut. Kalau kita
mendasarkan pada prinsip hati-hati, maka kita mendasarkan
pada aturan struktur finansiil konservatif dalam mencari
struktur modal yang optimal. Sebagaimana diuraikan dalam
Bab 2, “aturan struktur finansiil konservatif yang vertical”
menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan
bagaimanapun juga jangan mempunyai jumlah utang yang
lebih besar dari 50%! , sehingga modal yang dijamin (Utang)
tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal
sendiri).
 Apabila kita mendasarkan pada konsep “Cost of capital”
maka kita akan mengusahakan dimilikinya “struktur modal
yang optimum” dalam artian “struktur modal yang dapat
meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average
cost of capital).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STRUKTUR MODAL
 Tingkat Bunga
 Stabilitas dari “Earning”
 Susunan dari Aktiva
 Kadar Risiko dari Aktiva
 Besarnya Jumlah modal yang Dibutuhkan
 Keadaan Pasar Modal
 Sifat Manajemen
 Besarnya suatu Perusahaan
TEORI-TEORI STRUKTUR MODAL
 Teori struktur modal menjelaskan apakah ada
pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai
perusahaan, kalau keputusan investasi dan
kebijakan dividen dipegang konstan.
 Sturktur modal yang dapat memaksimalkan nilai
perusahaan, atau harga saham, adalah struktur
modal yang terbaik.
1.STRUKTUR MODAL PADA PASAR MODAL
SEMPURNA DAN TIDAK ADA PAJAK
 Dalam pasar tersebut antara lain tidak dikenal
biaya kebangkrutan, tidak ada biaya
transaksi, bunga simpanan dan pinjaman sama
yang berlaku untuk semua pihak.
Asumsi-asumsi untuk mempermudah analisis
adalah sebagai berikut:
 Laba operasi yang diperoleh setiap tahunnya
dianggap konstan
 Semua laba yang tersedia bagi pemegang saham
dibagikan sebagai dividen
 Hutang yang dipergunakan bersifat permanen
 Pergantian struktur hutang dialkukan secara
langsung
Sesuai dengan asumsi dan definisi diatas, maka
kita bisa merumuskan biaya modal dari masing-
masing sumber dana sebagai berikut:
Biaya modal sendiri ( diberi notasi ke) dirumuskan
sebagai:
S =
Keterangan:
E =laba per lembar saham (atau laba yang tersedia bagi
pemilik perusahaan)
ke =biaya modal sendiri (cost of equity)
Karena
n = ∞ , maka persamaan tersebut bisa dituliskan
menjadi :
ke =
Sedangkan bagi para kreditur, biaya modal yang
mereka syaratkan (disebut sebagai cost of debt
atau biaya hutang) adalah
Kd =
Keterangan:
kd = biaya hutang
B =nilai hutang
F =bunga hutang yang dibayarkan oleh perusahaan (atau diterima
oleh kreditur)
Munculnya persamaan tersebut adalah hutang
bersifat permanen, sehingga n = ∞ .
Dengan demikian biaya modal perusahaan (yang
tidak lain merupakan biaya modal rata-rata
tertimbang) bisa dihitung dengan,
Ko = ke …………………………..
Biaya modal perusahaan juga bisa dihitung
dengan,
Ko = ……………………………………
Dalam hal ini perusahaan = V = B + S
A. PENDEKATAN TRADISIONAL
 pasar modal yang sempurna dan tidakada
pajak, nilai perusahaan (atau baiya modal
perusahaan) bisa dirubah dengan cara merubah
struktur modalnya (yaitu B/S).
 Misalkan PT A mempunyai 100% modal sendiri, dan
diharapkan memperoleh laba bersih setiap tahunnya sebesar
Rp 10 juta. Kalau tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
pemilik modal sendiri ( ke ) adalah 20%, maka nilai
perusahaan dan biaya modal perusahaan bisa dihitung
sebagai berikut :
O Laba bersih operasi Rp 10 juta
F Bunga -
E Laba tersedia untuk pemilik saham Rp 10 juta
KeBiaya modal sendiri 0,20
S Nilai modal sendiri Rp 50 juta
B Nilai pasar hutang -
V Nilai perusahaan
Ko Biaya modal perusahaan
= 0,20 (50/50) + 0 (0/50) 0,20
Biaya modal perusahaan juga bisa dihitung dengan rumus yaitu,
Ko = 10 juta/ 50 juta = 0,20
Sekarang misalkan PT A akan mengganti sebagian modal sendiri
dengan hutang. Biaya hutang ( kd ) atau tingkat keuntungan yang
diminta oleh kreditur, misalnya 16%. Untuk menggunakan hutang
tersebut perusahaan harus membayar bunga setiap tahunnya sebesar
Rp 4 juta, dengan menggunakan hutang perusahaan menjadi lebih
berisiko, dan karenanya biaya modal sendiri
( ke ) naik menjadi misalnya 22%. Kalau laba operasi bersih tidak
berubah maka keadaan perusahaan lebih baik setelah perusahaan
menggunakan hutang karena niali perusahaan meningkat (atau biaya
modal perusahaan menurun). Kalau misalkan sebuah perusahaan
menggunakan mempunyai jumlah lembar saham sebanyak 1.000 lembar, maka
harga sahamnya adalah Rp 50.000 per lembar. Setelah
perusahaan mengganti sebagian saham dengan hutang (yang diganti adalah
sebesar Rp 25 juta atau 500 lembar saham), maka nilai sahamnya naik menjadi
Rp 27,27 juta/500 = 0,20
O Laba oerasi bersih Rp 10 juta
F Bunga Rp 4 juta
E Laba tersedian untuk pemegang saham Rp 6 juta
KeBiaya modal sendiri 0,22
S Nilai modal sendiri Rp 27,27 juta
B Nilai hutang (4 juta/0,16) Rp 25 juta
V Nilai perusahaan Rp 2,27 juta
KOBiaya modal perusahaan
=0,22 (27,27/52,27) + 0,16 (25/52,27)
= 0,91
B. PENDEKATAN MONDIGLIANI DAN MILLER
Menunjukkan kemungkinan munculnya proses
arbitrage yang akan membuat harga saham (atau
nilai perusahaan) yang tidak menggunakan hutang
maupun menggunakan hutang, akhirnya sama.
Misalkan Arief memiliki 20% saham PT A yang menggunakan hutang.
Dengan demikian maka nilai kekayaannya adalah sebesar 0,20 x Rp
27.27 juta = Rp5 ,45 juta. Sekarang misalkan terdapa PT B Yang
identik dengan PT A yang tidak mempunyai hutang. Untuk proses
artbitrage akan dilakukan sebagai berikut:
 Jual saham PT A, memperoleh dana sebesar Rp 5,45 juta.
 Pinjam sebesar Rp 5 juta. Nilai pinjaman ini adalah sebesar 20%
dari ilai hutang PT A.
 Beli 20% saham PT B (yaitu perusahaan yang identik dengan PT A pada waktu tidak
mempunyai hutang), seniali 0,20 x Rp 50 juta = Rp 10 juta.
 Dengan demikian Arief dapat menghemat investasi senilai Rp 0,45 juta.
Pada waktu Arief masih memiliki 20% saham PT A yang menggunakan hutang, ia
mengharapkan untuk memperoleh keuntungan sebesar,
0,20 x Rp 6 juta = Rp 1,2 juta
Pada waktu ia memiliki 20% saham PT B dan
mempunyai hutang sebesar Rp 10 juta, maka
keuntungan yang diharapkannya adalah,
1.Keuntungan dari saham PT B = 0,20 x R p 10 juta = Rp 2 juta
2.Bunga yang dibayar = 0,16 x Rp 5 juta = Rp 0,8 juta
Keuntungan bersih Rp 1,2 juta
Hal ini berarti Arief dapat mengharapkan untuk memperoleh
keuntungan yang sama ( yaitu Rp 1,2 juta), menanggung resiko
yang sama (karena proporsi hutang yang ditanggung sama), tetapi
dengan investasi lebih kecil sebesar Rp 0,45 juta. Apabila hal ini
disadari oleh semua pemodal, maka mereka akan meniru apa yang
dilakukan oleh Arief.
Diatas disebutkan bahwa PT A mengganti modal
sendiri dengan hutang sebesar Rp 25 juta. Kalau
semula (sebelum mengganti hutang) nilai modal sendirinya
adalah Rp 50 juta, maka setelah diganti dengan hutang
sebesar Rp 25 juta, nilainya tentu tinggal Rp 25 juta pula.
Tidak mungkin menjadi Rp 27,27 juta (sebagaimana
diungkapkan oleh pendekatan tardisional). Kalau nilai
modal sendiri menjadi Rp 25 juta, maka mestinya biaya
modal setelah menggunakan hutang menjadi,
ke = E/S = Rp 6 juta / Rp 2 juta
= 24%
Dengan kd = 16%, maka biaya modal perusahaan setelah
menggunakan hutang adalah,
ko = 24% (25/50) + 16% (25/50)
= 20%
Ini berarti bahwa biaya modal perusahaan (atau nilai perusahaan)
tidak berubah, baik perusahaan menggunakan hutang atau tidak.
Karena pada pendekatan tradisional diasumsikan biaya modal sendiri
meningkat tetapi hanya menjadi 22%, maka perusahaan yang
menggunakan hutang menjadi lebih tinggi nilainya dari perusahaan
yang tidak menggunakan hutang.
Dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, MM
merumuskan bahwa biaya modal sendiri akan berperilaku sebagai
berikut:
ke = keu + (keu – kd) (B/S)
Dalam hal ini k eu adalah biaya modal sendiri pada saat perusahaan
tidak menggunakan hutang. Dalam contoh PT A ini berarti bahwa
ke (setelah menggunakan hutang) = 20% + (20% -16%)(25/25)
= 24%
Kita memperoleh angka yang sama dengan cara perhitungan diatas.
Biaya hutang (kd) selalu lebih kecil dari biaya modal sendiri (keu).
Hal ini disebabkan karena pemilik modal sendiri menanggung
resiko yang lebih besar dari pemberi kredit dan kita berada dalam
pasar modal yang sangat kompetitif. Hal tersebut disebabkan oleh:
 Penghasilan yang diterima oleh pemilik modal sendiri bersifat lebih tidak pasti
dibandingkan dengan pemberi kredit,dan
 Dalam peristiwa likuidasi pemilik modal sendiri akan menerima bagian paling akhir
setelah kredit-kredit dilunasi.
Dalam keadaan perusahaan memperoleh hutang dari pasar modal yang
kompetitif, kd < ke . Jadi tidaklah benar apabila perusahaan menghimpun dana
dalam bentuk equity, perusahaan kemudian berhasil meghimpun dana murah.
Semua sumber pendanaan mempunyai biaya, dan untuk modal sendiri justru
biayanya lebih mahal dibandingkan dengan dana pinjaman.
Dengan demikian MM menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar
modal sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan
(financing decisions) menjadi tidak relevan. Artinya penggunaan hutang
ataukah modal sendiri akan member dampak yang sama bagi
kemakmuran pemilik perusahaan.
2. PASAR MODAL SEMPURNA DAN
ADA PAJAK
 Dalam keadaan ada pajak, MM berpendapat bahwa keputusan
pendanaan menjadi relevan. Hal ini disebabkan oleh karena pada
umumnya bunga yang dibayarkan (karena menggunakan hutang) bisa
dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak (
bersifat tax deductible). Dengan kata lain, apabila ada dua perusahaan
yang memperoleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu
menggunakan hutang (dan membayar bunga) sedangkan satunya
tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak
penghasilan (income tax) yang lebih kecil. Karena menghemat
membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka
tentunya nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar
dari nilai perusahaan yang tidak menggunaknan hutang
Perhatikan contoh berikut ini:
PT D PT E
Laba Operasi Rp 10 juta Rp 10juta
Bunga Rp 4 juta
Laba sebelum pajak Rp 10 juta Rp 6 juta
Pajak (missal 25%) Rp 2,5 juta Rp 1,5juta
Laba setelah pajak R p 7,5 juta Rp 4,5juta
Nilai penghematan pajak bisa dihitung dengan
cara sebagai berikut:
PV penghematan pajak =
…………………………………….
Keterangan:
PV = present value
r =adalah tingkat bunga yang dianggap relevan
karena n = ∞, maka persamaan bisa dituliskan
menjadi:
PV penghematan pajak = Rp 1 juta/ kd
Karena itu MM berpendapat bahwa nilai perusahaan yang
menggunakan hutang akan lebih besar daripada nilai perusahaan yang
tidak menggunakan hutang. Selisihnya adalah sebesar present value
penghematan pajak. Secara formal bisa dinyatakan sebagai:
VL = Vu + PV Penghematan pajak
Dalam hal ini VL adalah nilai perusahaan yang menggunakan hutang,
dan Vu adalah nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
Karena itu kalu misalkan keu (yaitu PT D yang tidak menggunakan hutang)
adalah 20%, dan
kd = 16%, mak nilai PT E bisa dihitung sebagai berikut:
Vu = Rp 7,50 juta/ 0,20
=Rp 37,5 juta
Penghematan pajak = Rp 1 juta/0,16
= Rp 6,25 juta
Dengan demikian maka,
VL = Rp 37,5 juta + Rp 6,25 juta
= Rp 43,75 juta
Perhatikan bahwa laba yang tersedia untuk pemilik modal sendiri bagi PT D
adalah Rp 7,5 juta. Dengan demikian nilai modal sendiri (S) PT D adalah Rp 37,5
juta, dan karena PT D tidak menggunakan hutang (disebut sebagai unlevered)
maka berarti nilai perusahaan (V) adalah juga Rp 37,5 juta.
Keadaan tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
PT D PT E
Laba Operasi Rp 10 Rp 10
Bunga Rp 4
Laba sebelum pajak Rp 10 Rp 6
Pajak Rp 2,5 Rp 1,5
Laba setelah pajak Rp 7,5 Rp 4,5
kd _ 0,16
B - Rp 25
ke 0,2 0,24
S Rp 37,5 Rp 18,75
V Rp 37,5 Rp 43,75
ko 0,2 0,1714
Apabila kd sebesar 0,16 dan bunga yang dibayar
pertahun adalah Rp 4 juta, maka nilai B = Rp 25
juta. Dari perhitungan ditas diketahui bahwa VL
(yaitu nilai perusahaan E) adalah Rp 43,5 juta.
Dengan demikian maka nilai S = Rp 43,75 juta –
Rp 25 juta = Rp 18,75 juta. Karena laba yang
tersedia bagi pemilik perusahaan adalah Rp 4,5
juta setiap tahunnya, maka ke = 4,5/18,75 = 0,24.
 Pertama, ko = Laba operasi (1-t)/ V.
dengan demikian maka,
ko = [ 10(1- 0,25)]/43,75 = 0,1714.
 Kedua adalah menghitung biaya modal rata-rata
tertimbang atas dasar setelah pajak.
Biaya modal rata-rata tertimbsng (ko) dirumuskan
sebagai:
ko = ke(S/V) + kd (1–t) (B/V)
Dalam contoh diatas, PT E membayar bunga Rp 4 juta,
tetapi sebagai akibatnya dapat mengurangi
pembayaran pajak sebesar Rp 1 juta. Karena itu biaya
netonya hanyalah Rp 3 juta. Dengan nilai hutang
sebesar Rp 25 juta maka biaya hutang setelah pajak
(cost of debt after tax) adalah 3/25 = 0,12. Angka yang
sama dapat diperoleh kalau kita nyatakan biaya
hutang setelah pajak = kd = kd (1-t). Dalam contoh kita
kd = 0,16 (1-0,25) = 0,12.
Biaya modal rata-rata tertimbang untuk contoh
kita diatas adalah,
Ko =0,24 (18,75/43,75) + 0,16 (1-0,25) (25/43,75)
=0.1714
Asumsi pasar modal sempurna menyiratkan
bahwa biaya modal sendiri ( ke ) akan mengikuti
rumus,
ke = keu + ( keu – kd) (B/S) (1-t)
Dalam contoh yang kita pergunakan, ini berarti
bahwa ke PT E adalah
ke = 20% + (20% - 16%) (25/18,75) (1-0,25) = 24%
Dalam keadaa tidak ada pajak, maka biaya
modal perusahaan ( ko ) akan konstan, berapapun
komposisi hutang yang dipergunakan.
Biaya hutang ( kd ) diasumsikan konstan,
berapapun proporsi hutang yang dipergunakan.
MENGAPA TIDAK MEMPERGUNAKAN EXTREME
LEVERAGE?
penggunaan hutang akan menguntungkan karena
sifat tax deducyibility of interest payment.
Apabila pasar modal tidak sempurna, salah satu
kemungkinannya adalah munculnya biaya
kebangkrutan yang cukup tinggi.
Biaya kebangkrutan terdiri antara lain dari:
legal fee ( yaitu biaya yang harus dibayar kepada
para ahli hukum untuk menyelesaikan claim ),
dan
distress price ( kekayaan perusahaan terpaksa
dijual dengan harga murah sewaktu perusahaan
dinyatakan bangkrut).
misal, sesuai dengan persamaan biaya modal
sendiri akan menjadi 24% pada saat B/S = 1,33 .
Apabila biaya kebangkrutan dipertimbangkan,
maka bisa terjadi biaya modal modal sendiri akan
lebih besar dari 24%.
penggunaan hutang yang besar, meskipun
memperoleh manfaat dari penghematan pajak,
akhirnya akan di-penalty oleh kenaikan biaya
modal sendiri yang terlalu tajam, sehingga
dampak akhirnya menaikkan ko.
Misalkan perusahaan akan menggunakan B/S = 2.
Anggaplah bahwa biaya modal sendiri masih
mengikuti persamaan. Dengan demikian maka,
ke =20% + (20% -16%) (2) (1-0,25)
= 26%
Apabila kd tidak berubah, maka biaya modal
perusahaan akan sebesar,
ko =16% (1-0.25) (2/3) + 26% (1/3)
= 16,67%
Sekarang mislakn ke naik menjadi 30% ( tidak lagi
hanya 26% ). Apa yang terjadi dengan ko?
ko =16% (1-0,25) (2/3) + 30% (1/3)
=18%
Artinya, struktur modal yang menggunakan hutang sampai dua
kali lipat modal sendiri ( yaitu B/S =2 ) dinilai lebih jelek apabila
B/S hanya sebesar 1,33.
 Misalakan ada seorang pemodal yang memiliki dana ( modal sendiri )
sebesar Rp 1.000 juta. Ia bisa membentuk perusahaan yang berbentuk
PT, dan perusahaan tersebut memerlukan dana Rp 1.000 juta untuk
investasinya. Seandainya ia menanmkan seluruh dananya pada
perusahaannya, maka PT tersebut akan terdiri dari 100% modal sendiri.
Misalkan ia juga bisa membentuk PT tersebut dengan hanya menyetorkan
dana sebesar Rp 100 juta sedangkan sisanya yang Rp 900 juta dibiayai
oleh kreditur. Dengan kata lain rasio hutang terhadap modal sendiri adalah
900%.
 Sekarang misalkan investasi yang ia lakukan ternyata salah. Sebagai
akibatnya nilai perusahaannya merosot menjadi hanya Rp 600 juta ( yait
nilai yang terbentuk seandainya perusahaan tersebut dijual ). Seandainya
perusahaan tadi mempunyai 100% modal sendiri, maka kerugian yang
ditanggungnya adalah Rp 400 juta. Seandainya perusahaan tadi
menggunakan hutang senilai Rp 900 juta, maka kerugian yang ia
tanggung hanya sebesar Rp 100 juta ( yaitu maksimum sebesar modal
sendiri yang ia gunakan . Yang Rp 300 juta ditanggung oleh
kreditur, karena itu kreditur akan enggan untuk memberikat kredit ng
terlalu besar, kecuali diberikan jaminan tambahan.
 Sebagai akibat dari pertimbangan tersebut, kita mungkin jarang melihat
perusahaan yang menggunakan laverage yang ekstrem. Hal tersebut
dikarenakan kreditur enggan untuk memberikan kredit yang terlalu besar.
PERSONAL TAX
Dalam keadaan tarif personal tax sama untuk
capital gains maupun dividen, para pemegang
saham dapat menunda pembayaran pajak mereka
apabila mereka memutuskan untuk tidak
membagikan dividen. Penundaan ini dilakukan
untuk pembayaran bunga.
Yang menyukai penundaan pembayaran pajak
adalah para pemodal yang sudah berada pada tarif
pajak yang tinggi. Sebagai misal, di Indonesia tariff
pajak adalah 15%, 25%, dan 35%. Mereka yang sudah
berada dalam tariff pajak 35%, akan lebih beruntung
kalau dapat menunda pembayaran pajak mereka.
PECKING ORDER THEORY
Berbagai faktor, seperti adanya corporate tax,
biaya kebangkrutan, dan personal tax, telah
dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa
suatu perusahan akhirnya memilih struktur modal
tertentu. Penjelasan tersebut termasuk dalam
lingkup balancing theories.
Esensi balancing theories adalah menyeimbangkan
manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai
akibat penggunaan hutang.
Disebut sebagai pecking order karena teori ni
menjelaskan mengapa perusahaan akan
menentukan hiraarki sumber dana yang paling
disukai.
Teori ini mendasarkan diri atas informasi
asimetrik (asymmetryc information), sutau istilah
yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai
informasi yang lebih banyak (tentang prosfek,
risiko dan nilai perusahaan) daripada pemodal
Publik.
Informasi asimetrik ini mempengaruhi palihan antara sumber dana
internal (yaitu dana dari hasil opersai perusahaan) ataukah eksternal,
dan antara penerbitan hutang baru ataukah ekuitas Baru.
Secara ringkas teori order pecking tersebut menyatakan sebagai
berikut (Brealey and Myers, 1966, p.500)
 Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal.
 Perusahaan akan berusahamenyesuaikan rasio pembagian dividen
dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak
melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar.
 Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang
diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih ataupun
kurang untuk investasi.
 Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan
sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang
dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan
saham baru.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua
jenis modal sendiri yang preferensinya berbeda. Yaitu laba ditahan
(dipilih lebih dulu) dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir).
Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana
untuk investasi.
PEMBELANJAAN EKSPANSI
 Ekspansi itu dimaksudkan sebagai perluasan
modal, baik perluasan modal secara kerja
saja, atau modal kerja dan modal tetap, yang
digunakan secara tetap dan terus-menerus di
dalam perusahaan. Apabila ekspansi suatu
perusahaan didsarkan pada pertimbangan untuk
memperbesar atau menstabilisir laba yang
diperoleh, maka ekspansi itu adalah didsarkan
pada motif ekonomi hal ini terjadi misalnya karena
semakin besarnta permintaan terhadap barang
atau jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan.
 Makin luasnya pasar bagi produknya mendorong
perusahaan tersebut untuk memperbesar
produksinya untuk mengimbangi tambahan
permintaan atau tambahan luasnya pasar bagi
produknya. Makin besarnya jumlah produksi yang
dapat dijual, berarti makin besar kemungkinan
untuk mendapatkan laba yang lebih besar,
sehingga dengan demikian setiap pimpinan
perusahaan mempunyai harapan dan keinginan
untuk dapat selalu mengembangkan dan
meluaskan perusahaannya.
ASPEK-ASPEK EKONOMI DARI EKSPANSI:
 Adanya produksi yang ekonomis
 Pembelian dan penjualan yang ekonomis
 Manajemen yang ekonomis
 Pembelanjaan yang ekonomis
SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN EKSPANSI
 Ekspansi yang berangsur-angsur
REORGANISASI
Reorganisasi dalam aspek finansial
dilakukan untuk memperkecil beban
finansial yang tetap sifatnya. Dengan
demikian asumsinya adalah bahwa
perusahaan masih mempunyai
kemampuan profesional yang baik. Ini
berarti bahwa kegiatan operasi masih
mampu menutup biaya-biaya operasi.
 Perusahaan perlu melakukan reorganisasi operasional.
Ini berarti bahwa perusahaan perlu mengganti mesin-
mesin dengan jenis yang lebih efisien, mengurangi
tenaga kerja, dan memotong berbagai biaya yang
mungkin dipotong.
 Sayangnya, keputusan-keputusan tersebut akan
mengakibatkan timbulnya dana yang cukup besar pada
tahap-tahap awal. Seringkali dana pihak ketiga
diperlukan, atau perlu tambahan modal sendiri
 Kebutuhan dana yang cukup besar tersebut akan dipergunakan
untuk, mengganti mesin lama dengan mesin baru yang lebih
efisien (mesin lama mungkin terpaksa dijual dengan harga
yang sangat murah, apabila dinilai oleh kalangan bisnis sebagai
mesin yang tidak efisien). Pengurangan tenaga kerja akan
memerlukan dana untuk uang pesangon
 Tentusaja dalam analisis investasi tersebut tidak dapat
dilepaskan unsur risiko. Meskipun analisisi terhadap
rencana tersebut misalnya dinilai menguntungkan,
dalam pelaksanaannya dapat saja terjadi penyimpangan
(misal muncul pesaing, muncul mesin dengan tekhnologi
lebih baik lagi, pemerintah menentukan upah minimum
yang lebih tinggi, dan sebagainya). Apabila
penyimpangan ternyata mengakibatkan penurunan
manfaat, maka investasi yang dimaksud untuk
memperbaiki situasi dapat berubah bahkan
memperburuk situasi.
 Dengan demikian masalah sebenarnya adalah (1) kalau
kita tidak melakukan tindakan apa-apa , hampir dapat
dipastikan kondisi perubahan akan makin memburuk, (2)
sedangkan kalau kita mencoba memperbaiki efisiensi,
ada kemungkinan bahwa situasi perusahaan akan
tekhnologi, meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa
perusahaan justru akan makin buruk kondisinya.
 Sedangkan perusahan melakukan reorganisasi finansial
apabila dinilai bahwa prospek perusaan masih baik,
sehingga dapat tertolong. Untuk menyelamatkan
perusahaan, diperlukan pengorbanan semua pihak, -
pemilik, kreditur, karyawan, supplier, pemerintah,-
meskipun pemiliklah yang bertanggung jawab terakhir
Dalam melakukan reorganisasi finansial, ada tiga langkah
yang perlu ditempuh.
 Pertama, menaksir nilai perusahaan.
 Kedua, menentukan struktur pendanaan yang dipandang
cukup aman. Dan
 ketiga, menentukan nilai sekuritas–sekuritas yang baru.
Dalam reorganisasifinansial sering diberi dengan
konsolidasi, yaitu membuat perusahaan jadi lebih
“ramping” secara operasional. Reorganisasi dan
konsolidasi dilakukan dengan cara:
 Melakukan penghematan biaya. Pengeluran yang tidak
perlu, ditunda atau dibatalkan.
 Menjual aktiva-aktiva yang tidak dipelukan.
 Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan
atau digabung.
 Menunda secara ekspansi sampai situasi dinilai telah
menguntungkan.
 Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah
hutang(kalau dapat dikurangi dari hasil penjualan aktiva
yang tidak diperlukan), dan menjaga likuiditas. Dalam
jangka pendek mungkin sekali profitabilitas dikorbankan
(profitabilitas terpaksa negatif).
OPTIMALISASI MANAJEMEN KEUANGAN

Contenu connexe

Tendances

Perdagangan Margin (Matematika Keuangan)
Perdagangan Margin (Matematika Keuangan)Perdagangan Margin (Matematika Keuangan)
Perdagangan Margin (Matematika Keuangan)Kelinci Coklat
 
Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Kacung Abdullah
 
Analisis leverage
Analisis leverageAnalisis leverage
Analisis leveragetitikefnita
 
Manajemen keuangan bab 06
Manajemen keuangan bab 06Manajemen keuangan bab 06
Manajemen keuangan bab 06Lia Ivvana
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiFransisco Laben
 
Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5Judianto Nugroho
 
Return dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalReturn dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalTrisnadi Wijaya
 
Risk and return
Risk and returnRisk and return
Risk and returnyy rahmat
 
Bab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasBab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasInal Ypyn
 
Economic order quantity
Economic order quantityEconomic order quantity
Economic order quantityTito Riyanto
 
Tugas 3 metode harga perolehan
Tugas 3 metode harga perolehanTugas 3 metode harga perolehan
Tugas 3 metode harga perolehanfadhly arsani
 
Manajemen Keuangan Brigham Houston
Manajemen Keuangan Brigham HoustonManajemen Keuangan Brigham Houston
Manajemen Keuangan Brigham Houstonanharwahyu
 
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasAkuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasLusi Mei
 

Tendances (20)

Cost of capital
Cost of capitalCost of capital
Cost of capital
 
Pemilihan Portofolio
Pemilihan PortofolioPemilihan Portofolio
Pemilihan Portofolio
 
Capital Budgeting
Capital Budgeting Capital Budgeting
Capital Budgeting
 
Bab 3 risk and return
Bab 3 risk and returnBab 3 risk and return
Bab 3 risk and return
 
Perdagangan Margin (Matematika Keuangan)
Perdagangan Margin (Matematika Keuangan)Perdagangan Margin (Matematika Keuangan)
Perdagangan Margin (Matematika Keuangan)
 
Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage Capital Structure & Leverage
Capital Structure & Leverage
 
Kebijakan deviden
Kebijakan devidenKebijakan deviden
Kebijakan deviden
 
Analisis leverage
Analisis leverageAnalisis leverage
Analisis leverage
 
Manajemen keuangan bab 06
Manajemen keuangan bab 06Manajemen keuangan bab 06
Manajemen keuangan bab 06
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5Manajemen keuangan part 3 of 5
Manajemen keuangan part 3 of 5
 
Manajemen Kas
Manajemen Kas Manajemen Kas
Manajemen Kas
 
Return dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset TunggalReturn dan Risiko Aset Tunggal
Return dan Risiko Aset Tunggal
 
Risk and return
Risk and returnRisk and return
Risk and return
 
Bab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasBab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kas
 
Economic order quantity
Economic order quantityEconomic order quantity
Economic order quantity
 
Tugas 3 metode harga perolehan
Tugas 3 metode harga perolehanTugas 3 metode harga perolehan
Tugas 3 metode harga perolehan
 
Manajemen Keuangan Brigham Houston
Manajemen Keuangan Brigham HoustonManajemen Keuangan Brigham Houston
Manajemen Keuangan Brigham Houston
 
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasAkuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
 
Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan KeuanganAnalisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan
 

En vedette

Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai PerusahaanPengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai PerusahaanTrisnadi Wijaya
 
Ujian Tugas Akhir (Sidang Skripsi)
Ujian Tugas Akhir (Sidang Skripsi)Ujian Tugas Akhir (Sidang Skripsi)
Ujian Tugas Akhir (Sidang Skripsi)ocktav andrian
 
6878583 manajemen-keuangan
6878583 manajemen-keuangan6878583 manajemen-keuangan
6878583 manajemen-keuanganpuput075
 
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSIContoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSIAhmad Said
 
Presentasi seminar proposal
Presentasi seminar proposalPresentasi seminar proposal
Presentasi seminar proposalNajmi Sari
 
mengenal komunikasi internasional
mengenal komunikasi internasionalmengenal komunikasi internasional
mengenal komunikasi internasionalgilang muharam
 
aliansi strategi NIssan-Renault
aliansi strategi NIssan-Renaultaliansi strategi NIssan-Renault
aliansi strategi NIssan-RenaultRiri Ventriana
 
STRUKTUR+MODAL putra meunafa simeulue
STRUKTUR+MODAL putra meunafa simeulueSTRUKTUR+MODAL putra meunafa simeulue
STRUKTUR+MODAL putra meunafa simeuluePutra Meunafa
 
Teori struktur modal pecking order theory1
Teori struktur modal pecking order theory1Teori struktur modal pecking order theory1
Teori struktur modal pecking order theory1Wida Widiyaningsih
 
Chapter 14 Capital Structure and Leverage version1
Chapter 14 Capital Structure and Leverage version1Chapter 14 Capital Structure and Leverage version1
Chapter 14 Capital Structure and Leverage version1Mikee Bylss
 
Analisis faktor faktor yang mempengaruhi
Analisis faktor faktor yang mempengaruhiAnalisis faktor faktor yang mempengaruhi
Analisis faktor faktor yang mempengaruhiyogieardhensa
 
5. manajemen struktur modal
5. manajemen struktur modal5. manajemen struktur modal
5. manajemen struktur modaldianpipit
 
4 benny analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelabuhan
4 benny   analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelabuhan4 benny   analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelabuhan
4 benny analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelabuhanDidik Purwiyanto Vay
 
Financial distress outcomes
Financial distress outcomesFinancial distress outcomes
Financial distress outcomestulasi
 
Pengantar E-Business & E-Commerce
Pengantar E-Business & E-CommercePengantar E-Business & E-Commerce
Pengantar E-Business & E-CommerceRasma Adhi Prayogo
 

En vedette (20)

Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai PerusahaanPengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
 
Ujian Tugas Akhir (Sidang Skripsi)
Ujian Tugas Akhir (Sidang Skripsi)Ujian Tugas Akhir (Sidang Skripsi)
Ujian Tugas Akhir (Sidang Skripsi)
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
6878583 manajemen-keuangan
6878583 manajemen-keuangan6878583 manajemen-keuangan
6878583 manajemen-keuangan
 
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSIContoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
 
Presentasi seminar proposal
Presentasi seminar proposalPresentasi seminar proposal
Presentasi seminar proposal
 
mengenal komunikasi internasional
mengenal komunikasi internasionalmengenal komunikasi internasional
mengenal komunikasi internasional
 
aliansi strategi NIssan-Renault
aliansi strategi NIssan-Renaultaliansi strategi NIssan-Renault
aliansi strategi NIssan-Renault
 
STRUKTUR+MODAL putra meunafa simeulue
STRUKTUR+MODAL putra meunafa simeulueSTRUKTUR+MODAL putra meunafa simeulue
STRUKTUR+MODAL putra meunafa simeulue
 
2008050610224801312168
20080506102248013121682008050610224801312168
2008050610224801312168
 
Struktur Permodalan yang Baik
Struktur Permodalan yang BaikStruktur Permodalan yang Baik
Struktur Permodalan yang Baik
 
Teori struktur modal pecking order theory1
Teori struktur modal pecking order theory1Teori struktur modal pecking order theory1
Teori struktur modal pecking order theory1
 
Chapter 14 Capital Structure and Leverage version1
Chapter 14 Capital Structure and Leverage version1Chapter 14 Capital Structure and Leverage version1
Chapter 14 Capital Structure and Leverage version1
 
Analisis faktor faktor yang mempengaruhi
Analisis faktor faktor yang mempengaruhiAnalisis faktor faktor yang mempengaruhi
Analisis faktor faktor yang mempengaruhi
 
1000 3070-1-pb
1000 3070-1-pb1000 3070-1-pb
1000 3070-1-pb
 
5. manajemen struktur modal
5. manajemen struktur modal5. manajemen struktur modal
5. manajemen struktur modal
 
4 benny analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelabuhan
4 benny   analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelabuhan4 benny   analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelabuhan
4 benny analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelabuhan
 
Financial distress outcomes
Financial distress outcomesFinancial distress outcomes
Financial distress outcomes
 
Struktur modal
Struktur modalStruktur modal
Struktur modal
 
Pengantar E-Business & E-Commerce
Pengantar E-Business & E-CommercePengantar E-Business & E-Commerce
Pengantar E-Business & E-Commerce
 

Similaire à OPTIMALISASI MANAJEMEN KEUANGAN

Teori Dan Kebijaksanaan Struktur Modal
Teori Dan Kebijaksanaan Struktur ModalTeori Dan Kebijaksanaan Struktur Modal
Teori Dan Kebijaksanaan Struktur ModalChandradwiprasetya
 
Teori struktur modal
Teori struktur modalTeori struktur modal
Teori struktur modalSigit Sanjaya
 
8. Struktur-Modal.pptx
8. Struktur-Modal.pptx8. Struktur-Modal.pptx
8. Struktur-Modal.pptxNellyAgustini
 
8. Struktur-Modal.pptx
8. Struktur-Modal.pptx8. Struktur-Modal.pptx
8. Struktur-Modal.pptxNellyAgustini
 
Cost of capital modal bag1
Cost of capital modal bag1Cost of capital modal bag1
Cost of capital modal bag1apapanya
 
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Juniar Tifanni B. Sinurat/3-03
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Juniar Tifanni B. Sinurat/3-03Capital Structure Policy/abshor.marantika/Juniar Tifanni B. Sinurat/3-03
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Juniar Tifanni B. Sinurat/3-03AuroraSiahaan
 
kosep biaya modal.ppt
kosep biaya modal.pptkosep biaya modal.ppt
kosep biaya modal.pptAhmadAsri11
 
EKOTEK_Biaya Modal.pptx
EKOTEK_Biaya Modal.pptxEKOTEK_Biaya Modal.pptx
EKOTEK_Biaya Modal.pptxArdianS7
 
Capital Structure Policy / Abshor Marantika / Mahendra Dicky Setyawan / 3-4
Capital Structure Policy / Abshor Marantika / Mahendra Dicky Setyawan / 3-4Capital Structure Policy / Abshor Marantika / Mahendra Dicky Setyawan / 3-4
Capital Structure Policy / Abshor Marantika / Mahendra Dicky Setyawan / 3-4MahendraDicky
 
capital structure policy/absor.marantika/salsadila jannati/3-03
capital structure policy/absor.marantika/salsadila jannati/3-03capital structure policy/absor.marantika/salsadila jannati/3-03
capital structure policy/absor.marantika/salsadila jannati/3-03SalsadilaJannati
 
6. biaya penggunaan modal kerja (cost of capital)
6. biaya penggunaan modal kerja (cost of capital)6. biaya penggunaan modal kerja (cost of capital)
6. biaya penggunaan modal kerja (cost of capital)SEPTIANA RAHAYUNINGTIAS
 
BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialBMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialMang Engkus
 
Dian ayu lestari hubungan perusahaan induk dan anak
Dian ayu lestari hubungan perusahaan induk dan anakDian ayu lestari hubungan perusahaan induk dan anak
Dian ayu lestari hubungan perusahaan induk dan anakNeng Ayu Lestari
 
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Dea Ivana Chrysti/3-04
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Dea Ivana Chrysti/3-04Capital Structure Policy/abshor.marantika/Dea Ivana Chrysti/3-04
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Dea Ivana Chrysti/3-04DeaIvana1
 
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
10. Analisis Laporan Keuangan.pptxNinaMaqfirah1
 
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
10. Analisis Laporan Keuangan.pptxMariaUlfa646706
 
1. analisis penggunaan rasio keuangan edit
1. analisis penggunaan rasio keuangan edit1. analisis penggunaan rasio keuangan edit
1. analisis penggunaan rasio keuangan editSEPTIANA RAHAYUNINGTIAS
 

Similaire à OPTIMALISASI MANAJEMEN KEUANGAN (20)

Teori Dan Kebijaksanaan Struktur Modal
Teori Dan Kebijaksanaan Struktur ModalTeori Dan Kebijaksanaan Struktur Modal
Teori Dan Kebijaksanaan Struktur Modal
 
Teori struktur modal
Teori struktur modalTeori struktur modal
Teori struktur modal
 
biaya modal
biaya modalbiaya modal
biaya modal
 
8. Struktur-Modal.pptx
8. Struktur-Modal.pptx8. Struktur-Modal.pptx
8. Struktur-Modal.pptx
 
8. Struktur-Modal.pptx
8. Struktur-Modal.pptx8. Struktur-Modal.pptx
8. Struktur-Modal.pptx
 
Cost of capital modal bag1
Cost of capital modal bag1Cost of capital modal bag1
Cost of capital modal bag1
 
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Juniar Tifanni B. Sinurat/3-03
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Juniar Tifanni B. Sinurat/3-03Capital Structure Policy/abshor.marantika/Juniar Tifanni B. Sinurat/3-03
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Juniar Tifanni B. Sinurat/3-03
 
kosep biaya modal.ppt
kosep biaya modal.pptkosep biaya modal.ppt
kosep biaya modal.ppt
 
EKOTEK_Biaya Modal.pptx
EKOTEK_Biaya Modal.pptxEKOTEK_Biaya Modal.pptx
EKOTEK_Biaya Modal.pptx
 
Capital Structure Policy / Abshor Marantika / Mahendra Dicky Setyawan / 3-4
Capital Structure Policy / Abshor Marantika / Mahendra Dicky Setyawan / 3-4Capital Structure Policy / Abshor Marantika / Mahendra Dicky Setyawan / 3-4
Capital Structure Policy / Abshor Marantika / Mahendra Dicky Setyawan / 3-4
 
materi-14-merger-akuisisi.pdf
materi-14-merger-akuisisi.pdfmateri-14-merger-akuisisi.pdf
materi-14-merger-akuisisi.pdf
 
capital structure policy/absor.marantika/salsadila jannati/3-03
capital structure policy/absor.marantika/salsadila jannati/3-03capital structure policy/absor.marantika/salsadila jannati/3-03
capital structure policy/absor.marantika/salsadila jannati/3-03
 
Pertemuan 12 Kebijakan manajemen modal kerja
Pertemuan 12 Kebijakan manajemen modal kerjaPertemuan 12 Kebijakan manajemen modal kerja
Pertemuan 12 Kebijakan manajemen modal kerja
 
6. biaya penggunaan modal kerja (cost of capital)
6. biaya penggunaan modal kerja (cost of capital)6. biaya penggunaan modal kerja (cost of capital)
6. biaya penggunaan modal kerja (cost of capital)
 
BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialBMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
 
Dian ayu lestari hubungan perusahaan induk dan anak
Dian ayu lestari hubungan perusahaan induk dan anakDian ayu lestari hubungan perusahaan induk dan anak
Dian ayu lestari hubungan perusahaan induk dan anak
 
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Dea Ivana Chrysti/3-04
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Dea Ivana Chrysti/3-04Capital Structure Policy/abshor.marantika/Dea Ivana Chrysti/3-04
Capital Structure Policy/abshor.marantika/Dea Ivana Chrysti/3-04
 
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
 
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
10. Analisis Laporan Keuangan.pptx
 
1. analisis penggunaan rasio keuangan edit
1. analisis penggunaan rasio keuangan edit1. analisis penggunaan rasio keuangan edit
1. analisis penggunaan rasio keuangan edit
 

OPTIMALISASI MANAJEMEN KEUANGAN

  • 1. MANAJEMEN KEUANGAN KAPITALISASI, STRUKTUR MODAL, EKSPANSI DAN REORGANISASI Disusun oleh Neng Rina Nur Aeni (01112016) Nuriah (01112017) Dewi Yuningsih (01112018)
  • 2. KAPITALISASI Pengertian kapitalisasi terbagi kedalam dua pengertian yaitu : 1. Menunjukan jumlah securities yang beredar (saham dan obligasi) 2. Menunjukan jumlah modal yang digunakan dalm perusahaan dan modal tersebut dalm bentuk moda saham, surplus dan utang jangka panjang lainya.
  • 3. Teori-teori kapitalisasi Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu : 1. Berdasarkan pendapatan atau earning NiLai suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan pendapatan yang didapatkan setiap tahunya dikalikan dengan multiplayer tertentu. 2. Berdasarkan pengeluaran atau cost Kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.
  • 4. Over dan under capitalization  Over capitalization Over capitalization akan terjadi apabila : 1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal yang di investasikan , atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari pada fair rate of return. 2. Jumlah nilai securities yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil dibandingkan dengan nilai assetnya.
  • 5.  Under capitalization Under capitalization terjadi apabila : 1. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis lainya. 2. Jumlah nilai security yang tercantum dalam nereca jauh lebih kecil daripada nilai riil daripada assetnya.
  • 6. Cara mengatasi over dan under capitalization  Over capitalization dapat diatasi dengan cara mengurangi jumlah nilai nominal modal saham atau mengurangi jumlah lembar saham yang beredar.  Under capitalisasi dapat diatasi dengan cara mengadakan stock splits, yaitu pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pengurangan harga nominal per lembar secara proporsional dan stock devident, yaitu pembayaran devident dalam bentuk saham dan bukan dalam bentuk kas.
  • 7. STRUKTUR MODAL YANG OPTIMUM  Perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal yang optimal antara kedua sumber dana tersebut. Kalau kita mendasarkan pada prinsip hati-hati, maka kita mendasarkan pada aturan struktur finansiil konservatif dalam mencari struktur modal yang optimal. Sebagaimana diuraikan dalam Bab 2, “aturan struktur finansiil konservatif yang vertical” menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimanapun juga jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar dari 50%! , sehingga modal yang dijamin (Utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri).  Apabila kita mendasarkan pada konsep “Cost of capital” maka kita akan mengusahakan dimilikinya “struktur modal yang optimum” dalam artian “struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital).
  • 8. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL  Tingkat Bunga  Stabilitas dari “Earning”  Susunan dari Aktiva  Kadar Risiko dari Aktiva  Besarnya Jumlah modal yang Dibutuhkan  Keadaan Pasar Modal  Sifat Manajemen  Besarnya suatu Perusahaan
  • 9. TEORI-TEORI STRUKTUR MODAL  Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan.  Sturktur modal yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik.
  • 10. 1.STRUKTUR MODAL PADA PASAR MODAL SEMPURNA DAN TIDAK ADA PAJAK  Dalam pasar tersebut antara lain tidak dikenal biaya kebangkrutan, tidak ada biaya transaksi, bunga simpanan dan pinjaman sama yang berlaku untuk semua pihak.
  • 11. Asumsi-asumsi untuk mempermudah analisis adalah sebagai berikut:  Laba operasi yang diperoleh setiap tahunnya dianggap konstan  Semua laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagikan sebagai dividen  Hutang yang dipergunakan bersifat permanen  Pergantian struktur hutang dialkukan secara langsung
  • 12. Sesuai dengan asumsi dan definisi diatas, maka kita bisa merumuskan biaya modal dari masing- masing sumber dana sebagai berikut: Biaya modal sendiri ( diberi notasi ke) dirumuskan sebagai: S = Keterangan: E =laba per lembar saham (atau laba yang tersedia bagi pemilik perusahaan) ke =biaya modal sendiri (cost of equity)
  • 13. Karena n = ∞ , maka persamaan tersebut bisa dituliskan menjadi : ke = Sedangkan bagi para kreditur, biaya modal yang mereka syaratkan (disebut sebagai cost of debt atau biaya hutang) adalah Kd = Keterangan: kd = biaya hutang B =nilai hutang F =bunga hutang yang dibayarkan oleh perusahaan (atau diterima oleh kreditur)
  • 14. Munculnya persamaan tersebut adalah hutang bersifat permanen, sehingga n = ∞ . Dengan demikian biaya modal perusahaan (yang tidak lain merupakan biaya modal rata-rata tertimbang) bisa dihitung dengan, Ko = ke ………………………….. Biaya modal perusahaan juga bisa dihitung dengan, Ko = …………………………………… Dalam hal ini perusahaan = V = B + S
  • 15. A. PENDEKATAN TRADISIONAL  pasar modal yang sempurna dan tidakada pajak, nilai perusahaan (atau baiya modal perusahaan) bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya (yaitu B/S).
  • 16.  Misalkan PT A mempunyai 100% modal sendiri, dan diharapkan memperoleh laba bersih setiap tahunnya sebesar Rp 10 juta. Kalau tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri ( ke ) adalah 20%, maka nilai perusahaan dan biaya modal perusahaan bisa dihitung sebagai berikut : O Laba bersih operasi Rp 10 juta F Bunga - E Laba tersedia untuk pemilik saham Rp 10 juta KeBiaya modal sendiri 0,20 S Nilai modal sendiri Rp 50 juta B Nilai pasar hutang - V Nilai perusahaan Ko Biaya modal perusahaan = 0,20 (50/50) + 0 (0/50) 0,20
  • 17. Biaya modal perusahaan juga bisa dihitung dengan rumus yaitu, Ko = 10 juta/ 50 juta = 0,20 Sekarang misalkan PT A akan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang. Biaya hutang ( kd ) atau tingkat keuntungan yang diminta oleh kreditur, misalnya 16%. Untuk menggunakan hutang tersebut perusahaan harus membayar bunga setiap tahunnya sebesar Rp 4 juta, dengan menggunakan hutang perusahaan menjadi lebih berisiko, dan karenanya biaya modal sendiri ( ke ) naik menjadi misalnya 22%. Kalau laba operasi bersih tidak berubah maka keadaan perusahaan lebih baik setelah perusahaan menggunakan hutang karena niali perusahaan meningkat (atau biaya modal perusahaan menurun). Kalau misalkan sebuah perusahaan menggunakan mempunyai jumlah lembar saham sebanyak 1.000 lembar, maka harga sahamnya adalah Rp 50.000 per lembar. Setelah perusahaan mengganti sebagian saham dengan hutang (yang diganti adalah sebesar Rp 25 juta atau 500 lembar saham), maka nilai sahamnya naik menjadi Rp 27,27 juta/500 = 0,20
  • 18. O Laba oerasi bersih Rp 10 juta F Bunga Rp 4 juta E Laba tersedian untuk pemegang saham Rp 6 juta KeBiaya modal sendiri 0,22 S Nilai modal sendiri Rp 27,27 juta B Nilai hutang (4 juta/0,16) Rp 25 juta V Nilai perusahaan Rp 2,27 juta KOBiaya modal perusahaan =0,22 (27,27/52,27) + 0,16 (25/52,27) = 0,91
  • 19. B. PENDEKATAN MONDIGLIANI DAN MILLER Menunjukkan kemungkinan munculnya proses arbitrage yang akan membuat harga saham (atau nilai perusahaan) yang tidak menggunakan hutang maupun menggunakan hutang, akhirnya sama. Misalkan Arief memiliki 20% saham PT A yang menggunakan hutang. Dengan demikian maka nilai kekayaannya adalah sebesar 0,20 x Rp 27.27 juta = Rp5 ,45 juta. Sekarang misalkan terdapa PT B Yang identik dengan PT A yang tidak mempunyai hutang. Untuk proses artbitrage akan dilakukan sebagai berikut:  Jual saham PT A, memperoleh dana sebesar Rp 5,45 juta.  Pinjam sebesar Rp 5 juta. Nilai pinjaman ini adalah sebesar 20% dari ilai hutang PT A.  Beli 20% saham PT B (yaitu perusahaan yang identik dengan PT A pada waktu tidak mempunyai hutang), seniali 0,20 x Rp 50 juta = Rp 10 juta.  Dengan demikian Arief dapat menghemat investasi senilai Rp 0,45 juta. Pada waktu Arief masih memiliki 20% saham PT A yang menggunakan hutang, ia mengharapkan untuk memperoleh keuntungan sebesar, 0,20 x Rp 6 juta = Rp 1,2 juta
  • 20. Pada waktu ia memiliki 20% saham PT B dan mempunyai hutang sebesar Rp 10 juta, maka keuntungan yang diharapkannya adalah, 1.Keuntungan dari saham PT B = 0,20 x R p 10 juta = Rp 2 juta 2.Bunga yang dibayar = 0,16 x Rp 5 juta = Rp 0,8 juta Keuntungan bersih Rp 1,2 juta Hal ini berarti Arief dapat mengharapkan untuk memperoleh keuntungan yang sama ( yaitu Rp 1,2 juta), menanggung resiko yang sama (karena proporsi hutang yang ditanggung sama), tetapi dengan investasi lebih kecil sebesar Rp 0,45 juta. Apabila hal ini disadari oleh semua pemodal, maka mereka akan meniru apa yang dilakukan oleh Arief.
  • 21. Diatas disebutkan bahwa PT A mengganti modal sendiri dengan hutang sebesar Rp 25 juta. Kalau semula (sebelum mengganti hutang) nilai modal sendirinya adalah Rp 50 juta, maka setelah diganti dengan hutang sebesar Rp 25 juta, nilainya tentu tinggal Rp 25 juta pula. Tidak mungkin menjadi Rp 27,27 juta (sebagaimana diungkapkan oleh pendekatan tardisional). Kalau nilai modal sendiri menjadi Rp 25 juta, maka mestinya biaya modal setelah menggunakan hutang menjadi, ke = E/S = Rp 6 juta / Rp 2 juta = 24% Dengan kd = 16%, maka biaya modal perusahaan setelah menggunakan hutang adalah, ko = 24% (25/50) + 16% (25/50) = 20%
  • 22. Ini berarti bahwa biaya modal perusahaan (atau nilai perusahaan) tidak berubah, baik perusahaan menggunakan hutang atau tidak. Karena pada pendekatan tradisional diasumsikan biaya modal sendiri meningkat tetapi hanya menjadi 22%, maka perusahaan yang menggunakan hutang menjadi lebih tinggi nilainya dari perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, MM merumuskan bahwa biaya modal sendiri akan berperilaku sebagai berikut: ke = keu + (keu – kd) (B/S) Dalam hal ini k eu adalah biaya modal sendiri pada saat perusahaan tidak menggunakan hutang. Dalam contoh PT A ini berarti bahwa ke (setelah menggunakan hutang) = 20% + (20% -16%)(25/25) = 24% Kita memperoleh angka yang sama dengan cara perhitungan diatas.
  • 23. Biaya hutang (kd) selalu lebih kecil dari biaya modal sendiri (keu). Hal ini disebabkan karena pemilik modal sendiri menanggung resiko yang lebih besar dari pemberi kredit dan kita berada dalam pasar modal yang sangat kompetitif. Hal tersebut disebabkan oleh:  Penghasilan yang diterima oleh pemilik modal sendiri bersifat lebih tidak pasti dibandingkan dengan pemberi kredit,dan  Dalam peristiwa likuidasi pemilik modal sendiri akan menerima bagian paling akhir setelah kredit-kredit dilunasi. Dalam keadaan perusahaan memperoleh hutang dari pasar modal yang kompetitif, kd < ke . Jadi tidaklah benar apabila perusahaan menghimpun dana dalam bentuk equity, perusahaan kemudian berhasil meghimpun dana murah. Semua sumber pendanaan mempunyai biaya, dan untuk modal sendiri justru biayanya lebih mahal dibandingkan dengan dana pinjaman. Dengan demikian MM menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan (financing decisions) menjadi tidak relevan. Artinya penggunaan hutang ataukah modal sendiri akan member dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan.
  • 24. 2. PASAR MODAL SEMPURNA DAN ADA PAJAK  Dalam keadaan ada pajak, MM berpendapat bahwa keputusan pendanaan menjadi relevan. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya bunga yang dibayarkan (karena menggunakan hutang) bisa dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak ( bersifat tax deductible). Dengan kata lain, apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan hutang (dan membayar bunga) sedangkan satunya tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan (income tax) yang lebih kecil. Karena menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka tentunya nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dari nilai perusahaan yang tidak menggunaknan hutang
  • 25. Perhatikan contoh berikut ini: PT D PT E Laba Operasi Rp 10 juta Rp 10juta Bunga Rp 4 juta Laba sebelum pajak Rp 10 juta Rp 6 juta Pajak (missal 25%) Rp 2,5 juta Rp 1,5juta Laba setelah pajak R p 7,5 juta Rp 4,5juta
  • 26. Nilai penghematan pajak bisa dihitung dengan cara sebagai berikut: PV penghematan pajak = ……………………………………. Keterangan: PV = present value r =adalah tingkat bunga yang dianggap relevan karena n = ∞, maka persamaan bisa dituliskan menjadi: PV penghematan pajak = Rp 1 juta/ kd
  • 27. Karena itu MM berpendapat bahwa nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Selisihnya adalah sebesar present value penghematan pajak. Secara formal bisa dinyatakan sebagai: VL = Vu + PV Penghematan pajak Dalam hal ini VL adalah nilai perusahaan yang menggunakan hutang, dan Vu adalah nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Karena itu kalu misalkan keu (yaitu PT D yang tidak menggunakan hutang) adalah 20%, dan kd = 16%, mak nilai PT E bisa dihitung sebagai berikut: Vu = Rp 7,50 juta/ 0,20 =Rp 37,5 juta Penghematan pajak = Rp 1 juta/0,16 = Rp 6,25 juta Dengan demikian maka, VL = Rp 37,5 juta + Rp 6,25 juta = Rp 43,75 juta Perhatikan bahwa laba yang tersedia untuk pemilik modal sendiri bagi PT D adalah Rp 7,5 juta. Dengan demikian nilai modal sendiri (S) PT D adalah Rp 37,5 juta, dan karena PT D tidak menggunakan hutang (disebut sebagai unlevered) maka berarti nilai perusahaan (V) adalah juga Rp 37,5 juta.
  • 28. Keadaan tersebut dapat disajikan sebagai berikut: PT D PT E Laba Operasi Rp 10 Rp 10 Bunga Rp 4 Laba sebelum pajak Rp 10 Rp 6 Pajak Rp 2,5 Rp 1,5 Laba setelah pajak Rp 7,5 Rp 4,5 kd _ 0,16 B - Rp 25 ke 0,2 0,24 S Rp 37,5 Rp 18,75 V Rp 37,5 Rp 43,75 ko 0,2 0,1714
  • 29. Apabila kd sebesar 0,16 dan bunga yang dibayar pertahun adalah Rp 4 juta, maka nilai B = Rp 25 juta. Dari perhitungan ditas diketahui bahwa VL (yaitu nilai perusahaan E) adalah Rp 43,5 juta. Dengan demikian maka nilai S = Rp 43,75 juta – Rp 25 juta = Rp 18,75 juta. Karena laba yang tersedia bagi pemilik perusahaan adalah Rp 4,5 juta setiap tahunnya, maka ke = 4,5/18,75 = 0,24.
  • 30.  Pertama, ko = Laba operasi (1-t)/ V. dengan demikian maka, ko = [ 10(1- 0,25)]/43,75 = 0,1714.  Kedua adalah menghitung biaya modal rata-rata tertimbang atas dasar setelah pajak. Biaya modal rata-rata tertimbsng (ko) dirumuskan sebagai: ko = ke(S/V) + kd (1–t) (B/V)
  • 31. Dalam contoh diatas, PT E membayar bunga Rp 4 juta, tetapi sebagai akibatnya dapat mengurangi pembayaran pajak sebesar Rp 1 juta. Karena itu biaya netonya hanyalah Rp 3 juta. Dengan nilai hutang sebesar Rp 25 juta maka biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax) adalah 3/25 = 0,12. Angka yang sama dapat diperoleh kalau kita nyatakan biaya hutang setelah pajak = kd = kd (1-t). Dalam contoh kita kd = 0,16 (1-0,25) = 0,12. Biaya modal rata-rata tertimbang untuk contoh kita diatas adalah, Ko =0,24 (18,75/43,75) + 0,16 (1-0,25) (25/43,75) =0.1714
  • 32. Asumsi pasar modal sempurna menyiratkan bahwa biaya modal sendiri ( ke ) akan mengikuti rumus, ke = keu + ( keu – kd) (B/S) (1-t) Dalam contoh yang kita pergunakan, ini berarti bahwa ke PT E adalah ke = 20% + (20% - 16%) (25/18,75) (1-0,25) = 24%
  • 33. Dalam keadaa tidak ada pajak, maka biaya modal perusahaan ( ko ) akan konstan, berapapun komposisi hutang yang dipergunakan. Biaya hutang ( kd ) diasumsikan konstan, berapapun proporsi hutang yang dipergunakan.
  • 34. MENGAPA TIDAK MEMPERGUNAKAN EXTREME LEVERAGE? penggunaan hutang akan menguntungkan karena sifat tax deducyibility of interest payment. Apabila pasar modal tidak sempurna, salah satu kemungkinannya adalah munculnya biaya kebangkrutan yang cukup tinggi. Biaya kebangkrutan terdiri antara lain dari: legal fee ( yaitu biaya yang harus dibayar kepada para ahli hukum untuk menyelesaikan claim ), dan distress price ( kekayaan perusahaan terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu perusahaan dinyatakan bangkrut).
  • 35. misal, sesuai dengan persamaan biaya modal sendiri akan menjadi 24% pada saat B/S = 1,33 . Apabila biaya kebangkrutan dipertimbangkan, maka bisa terjadi biaya modal modal sendiri akan lebih besar dari 24%. penggunaan hutang yang besar, meskipun memperoleh manfaat dari penghematan pajak, akhirnya akan di-penalty oleh kenaikan biaya modal sendiri yang terlalu tajam, sehingga dampak akhirnya menaikkan ko.
  • 36. Misalkan perusahaan akan menggunakan B/S = 2. Anggaplah bahwa biaya modal sendiri masih mengikuti persamaan. Dengan demikian maka, ke =20% + (20% -16%) (2) (1-0,25) = 26% Apabila kd tidak berubah, maka biaya modal perusahaan akan sebesar, ko =16% (1-0.25) (2/3) + 26% (1/3) = 16,67% Sekarang mislakn ke naik menjadi 30% ( tidak lagi hanya 26% ). Apa yang terjadi dengan ko? ko =16% (1-0,25) (2/3) + 30% (1/3) =18% Artinya, struktur modal yang menggunakan hutang sampai dua kali lipat modal sendiri ( yaitu B/S =2 ) dinilai lebih jelek apabila B/S hanya sebesar 1,33.
  • 37.  Misalakan ada seorang pemodal yang memiliki dana ( modal sendiri ) sebesar Rp 1.000 juta. Ia bisa membentuk perusahaan yang berbentuk PT, dan perusahaan tersebut memerlukan dana Rp 1.000 juta untuk investasinya. Seandainya ia menanmkan seluruh dananya pada perusahaannya, maka PT tersebut akan terdiri dari 100% modal sendiri. Misalkan ia juga bisa membentuk PT tersebut dengan hanya menyetorkan dana sebesar Rp 100 juta sedangkan sisanya yang Rp 900 juta dibiayai oleh kreditur. Dengan kata lain rasio hutang terhadap modal sendiri adalah 900%.  Sekarang misalkan investasi yang ia lakukan ternyata salah. Sebagai akibatnya nilai perusahaannya merosot menjadi hanya Rp 600 juta ( yait nilai yang terbentuk seandainya perusahaan tersebut dijual ). Seandainya perusahaan tadi mempunyai 100% modal sendiri, maka kerugian yang ditanggungnya adalah Rp 400 juta. Seandainya perusahaan tadi menggunakan hutang senilai Rp 900 juta, maka kerugian yang ia tanggung hanya sebesar Rp 100 juta ( yaitu maksimum sebesar modal sendiri yang ia gunakan . Yang Rp 300 juta ditanggung oleh kreditur, karena itu kreditur akan enggan untuk memberikat kredit ng terlalu besar, kecuali diberikan jaminan tambahan.  Sebagai akibat dari pertimbangan tersebut, kita mungkin jarang melihat perusahaan yang menggunakan laverage yang ekstrem. Hal tersebut dikarenakan kreditur enggan untuk memberikan kredit yang terlalu besar.
  • 38. PERSONAL TAX Dalam keadaan tarif personal tax sama untuk capital gains maupun dividen, para pemegang saham dapat menunda pembayaran pajak mereka apabila mereka memutuskan untuk tidak membagikan dividen. Penundaan ini dilakukan untuk pembayaran bunga. Yang menyukai penundaan pembayaran pajak adalah para pemodal yang sudah berada pada tarif pajak yang tinggi. Sebagai misal, di Indonesia tariff pajak adalah 15%, 25%, dan 35%. Mereka yang sudah berada dalam tariff pajak 35%, akan lebih beruntung kalau dapat menunda pembayaran pajak mereka.
  • 39. PECKING ORDER THEORY Berbagai faktor, seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax, telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu perusahan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan tersebut termasuk dalam lingkup balancing theories. Esensi balancing theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang.
  • 40. Disebut sebagai pecking order karena teori ni menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hiraarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini mendasarkan diri atas informasi asimetrik (asymmetryc information), sutau istilah yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak (tentang prosfek, risiko dan nilai perusahaan) daripada pemodal Publik.
  • 41. Informasi asimetrik ini mempengaruhi palihan antara sumber dana internal (yaitu dana dari hasil opersai perusahaan) ataukah eksternal, dan antara penerbitan hutang baru ataukah ekuitas Baru. Secara ringkas teori order pecking tersebut menyatakan sebagai berikut (Brealey and Myers, 1966, p.500)  Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal.  Perusahaan akan berusahamenyesuaikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar.  Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih ataupun kurang untuk investasi.  Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru. Sesuai dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua jenis modal sendiri yang preferensinya berbeda. Yaitu laba ditahan (dipilih lebih dulu) dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir). Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk investasi.
  • 42. PEMBELANJAAN EKSPANSI  Ekspansi itu dimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal secara kerja saja, atau modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap dan terus-menerus di dalam perusahaan. Apabila ekspansi suatu perusahaan didsarkan pada pertimbangan untuk memperbesar atau menstabilisir laba yang diperoleh, maka ekspansi itu adalah didsarkan pada motif ekonomi hal ini terjadi misalnya karena semakin besarnta permintaan terhadap barang atau jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan.
  • 43.  Makin luasnya pasar bagi produknya mendorong perusahaan tersebut untuk memperbesar produksinya untuk mengimbangi tambahan permintaan atau tambahan luasnya pasar bagi produknya. Makin besarnya jumlah produksi yang dapat dijual, berarti makin besar kemungkinan untuk mendapatkan laba yang lebih besar, sehingga dengan demikian setiap pimpinan perusahaan mempunyai harapan dan keinginan untuk dapat selalu mengembangkan dan meluaskan perusahaannya.
  • 44. ASPEK-ASPEK EKONOMI DARI EKSPANSI:  Adanya produksi yang ekonomis  Pembelian dan penjualan yang ekonomis  Manajemen yang ekonomis  Pembelanjaan yang ekonomis
  • 45. SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN EKSPANSI  Ekspansi yang berangsur-angsur
  • 46. REORGANISASI Reorganisasi dalam aspek finansial dilakukan untuk memperkecil beban finansial yang tetap sifatnya. Dengan demikian asumsinya adalah bahwa perusahaan masih mempunyai kemampuan profesional yang baik. Ini berarti bahwa kegiatan operasi masih mampu menutup biaya-biaya operasi.
  • 47.  Perusahaan perlu melakukan reorganisasi operasional. Ini berarti bahwa perusahaan perlu mengganti mesin- mesin dengan jenis yang lebih efisien, mengurangi tenaga kerja, dan memotong berbagai biaya yang mungkin dipotong.  Sayangnya, keputusan-keputusan tersebut akan mengakibatkan timbulnya dana yang cukup besar pada tahap-tahap awal. Seringkali dana pihak ketiga diperlukan, atau perlu tambahan modal sendiri
  • 48.  Kebutuhan dana yang cukup besar tersebut akan dipergunakan untuk, mengganti mesin lama dengan mesin baru yang lebih efisien (mesin lama mungkin terpaksa dijual dengan harga yang sangat murah, apabila dinilai oleh kalangan bisnis sebagai mesin yang tidak efisien). Pengurangan tenaga kerja akan memerlukan dana untuk uang pesangon
  • 49.  Tentusaja dalam analisis investasi tersebut tidak dapat dilepaskan unsur risiko. Meskipun analisisi terhadap rencana tersebut misalnya dinilai menguntungkan, dalam pelaksanaannya dapat saja terjadi penyimpangan (misal muncul pesaing, muncul mesin dengan tekhnologi lebih baik lagi, pemerintah menentukan upah minimum yang lebih tinggi, dan sebagainya). Apabila penyimpangan ternyata mengakibatkan penurunan manfaat, maka investasi yang dimaksud untuk memperbaiki situasi dapat berubah bahkan memperburuk situasi.
  • 50.  Dengan demikian masalah sebenarnya adalah (1) kalau kita tidak melakukan tindakan apa-apa , hampir dapat dipastikan kondisi perubahan akan makin memburuk, (2) sedangkan kalau kita mencoba memperbaiki efisiensi, ada kemungkinan bahwa situasi perusahaan akan tekhnologi, meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa perusahaan justru akan makin buruk kondisinya.  Sedangkan perusahan melakukan reorganisasi finansial apabila dinilai bahwa prospek perusaan masih baik, sehingga dapat tertolong. Untuk menyelamatkan perusahaan, diperlukan pengorbanan semua pihak, - pemilik, kreditur, karyawan, supplier, pemerintah,- meskipun pemiliklah yang bertanggung jawab terakhir
  • 51. Dalam melakukan reorganisasi finansial, ada tiga langkah yang perlu ditempuh.  Pertama, menaksir nilai perusahaan.  Kedua, menentukan struktur pendanaan yang dipandang cukup aman. Dan  ketiga, menentukan nilai sekuritas–sekuritas yang baru.
  • 52. Dalam reorganisasifinansial sering diberi dengan konsolidasi, yaitu membuat perusahaan jadi lebih “ramping” secara operasional. Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan dengan cara:  Melakukan penghematan biaya. Pengeluran yang tidak perlu, ditunda atau dibatalkan.  Menjual aktiva-aktiva yang tidak dipelukan.  Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabung.  Menunda secara ekspansi sampai situasi dinilai telah menguntungkan.  Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang(kalau dapat dikurangi dari hasil penjualan aktiva yang tidak diperlukan), dan menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin sekali profitabilitas dikorbankan (profitabilitas terpaksa negatif).