SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan faktor yang penting dalam usaha peternakan,
keberhasilan suatu usaha peternakan dipengaruhi oleh pemberian dan pemilihan
pakan dalam suatu limbah pertanian berupa jerami padi sangat potensial
dimanfaatkan sebagai pakan karena tersedia cukup banyak di Indonesia.
Penggunaan limbah pertanian berupa jerami padi sebagai paakn tunggal belum
dapat memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk ternak.
Analisis proksimat merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kandungan-kandungan nutrein yang ada didalam bahan pakan. Sehingga peternak
dapat memberikan pakan dengan kandungan nuterin yang cukup untuk kebutuhan
ternak agar dapat berproduksi dengann optimal.
Jerami padi yang sudah menjadi tepung jerami memiliki kandungan
lignoselulosa yang tinggi dan kandungan PK yang rendah menyebabkan
rendahnya kemampuan ternak dalam mengkonsumsi bahan kering (BK) yang
pada akhirnya menyebabkan rendahnya nilai cerna sehingga memberikan
produktivitas yang rendah.
Tujuan dari praktikum mengetahui kandungan bahan pakan pada Ilmu
Nutrisi Ternak adalah agar mahasiswa dapat menentukan kadar komposisi nuterin
bahan pakan yang dianalisis. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat
mengetahui prosedur analisis proksimat secara langsung dan cara menentukan
kadar nutrein dari bahan pakan dengan metode analisis proksimat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan suatu metode pengelompokan nutrein
menurut sifat fisik kimianya. Kata proksimat berasal dari kata “ Proximus” yang
berasal dari bahasa latin yang berarti terdekat Amrullah (2004). Analisis
proksimat dilakukan untuk mengetahui komponen utama dari suatu pakan.
Komponen utama pakan umumnya terdiri dari air, kadar abu, kadar serat kasar,
kadar lemak kasar, dan BETN. Analisis ini menjadi perlu untuk dilakukan karena
menyediakan data kandungan utama dari suatu bahan pakan. Faktor lain adalah
analisis proksimat dalam pakan berkenaan dengan kadar gizi dari bahan pakan
tersebut. Kadar gizi perlu diketahui karena berhubungan dengan kualitas pakan
tersebut. Analisi proksimat umumnya tidak mahal dan relatif mudah untuk
dilakukan Sofyan (1992.
2.1.1. Kadar Air
Kadar air sangat menentukan nilai nutrisi bahan pakan. Kadar air dalam
bahan pakan perlu diketahui untuk membandingkan nilai nutrisinya berdasarkan
bahan kering (Kamal, 1994). Air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air
bebas, air terikat lemah, dan air terikat kuat. Substansi sederhana dalam pakan
yang dapat dihitung berdasarkan kehilangan bobot sampel setelah dikeringkan
dalam oven sampai bobotnya tidak susut lagi (Anggorodi, 1994).
3
2.1.2. Kadar abu
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Kadar abu
suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut. Berbagai
kandungan mineral di dalam bahan pakan ada didalam abu pada saat bahan
dibaakar (Tilman et.,al, 1998). Penetuan abu dilakukan dalam tanur pada suhu
400-600° C sesudah dikeringkan sehingga semua air hilang. Kadar abu dinyatakan
dalam per 100 gram bahan. Standar kadar abu untuk tepung jerami adalah 21,73%
(Laconi, 1992). Penentuan kadar abu dapat dalam bahan pakan adalah menimbang
berat sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 600ºC.
Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan cara
menimbang sampel, membakar sampel pada suhu yang tinggi (400-600ºC )
selama beberapa jam (4-6 jam), lalu menimbang sisa pembakaran yang tertinggal
sebagai abu. Penetuan kadar abu juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu
dengan cara melarutkan sampel kedalam cairan yang ditambah oksidator. Setelah
itu dilakukan pembakaran sampel kedalam cairan ditambahkan oksidator. Setelah
itu dilakuakn pembakaran sampel. Cara pengabuan ini disebut pengabuan cara
basah dan keuntungannya adalah suhu pembakaran pada pengabuan ini tidak
terlalu tinggi (Tilman et.,al, 1998). Mineral dalam makanan biasanya ditentukan
dengan pengabuan atau insinerasi (pembakaran). Pembakaran ini merusak
senyawa organikdan meninggalkan mineral (Deman, 1997).
4
2.1.3. Kadar serat kasar
Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang sulit dicerna dan
mengandung senyawa selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat kasar yang tinggi
dapat diketahui mampu mengurangi ketersediaan energi dan nutrein lain serta
dapat diketahui mampu mengurangi ketersediaan energi dan nuterin lain serta
dapat mempengaruhi kecepatan aliran bahan makanan didalam saluran
pencernaan (Budiansyah, 2010). Semakin tinggi serat kasar dalam ransum, maka
dapat meningkatkan panjang organ tersebut per kilogram berat badan untuk
memperluas daerah penyerapan (Arinong, 2003). Berdasarkan penelitian lokal,
diperoleh hasil kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung jearmi padi
adalah sebesar 267,8% (Arinong, 2003).
2.1.4. Lemak kasar
Lemak kasar merupakan semua senyawa yang larut dalam pelarut organik
yang terdapat pada suatu sampel bahan pakan. Berdasarkan analisis proksimat,
kadar lemak bahan pakan ditentukan dengan mengekstraksikan bahan pakan
tersebut dalam pelarut organik. Sampel dibebaskan dahulu dari air dengan
memanaskannya dalam oven pada suhu 110º C, kemudian diekstraksikan dengan
pelarut organik, setelah ekstraksi selesai, sampel diuapkan hingga kering, lalu
sampel ditimbang. Lemak adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dan asam lemak.
Hasil ekstraksi tersebut jelas bukan hanya lemak, melainkan segala sesuatu yang
larut dalam pelarut organik seperti karetinoid,steroid, pigmen tanaman, dan
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Sehingga hasil
5
yang diperoleh umumnya lebih tinggi daripada kandungan lemak bahan pakan
yang sebenarnya (Amrullah,2004). Beberapa jenis tepung jerami padi memiliki
kadar lemak antara 26,7% (Arinong, 2003).
2.1.5. Kadar protein kasar
Protein kasar merupakan semua ikatan yang mengandung nitrogen (N),
baik protein sesungguhnya (true protein) mengandung N tetapi bukan protein
(non protein nitrogen) (Amrullah, 2004). Protein merupakan senyawa organik
yang tersusun atas asam-asam amino alfa yang umumnya diikat satu sama lain
oleh ikatan peptida atas asam-asam amino, asam amino bebas bukan protein,
nitrogen bahan makanan sebagian terdapat sebagai amida, asam nukleat, asam
amino, glukosida, alkaloida, dan garam ammonium. Analisis proksimat protein
ditentukan dengan mengalikan kadar N dengan faktor 6,25. Faktor 6,25
merupakan perkisaran kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan pakan yaitu
sebesar 16 % (Purbowati et al., 2007). Kadar N tidak selalu sebesar 16 %, nilai 16
% berasal dari rata-rata kandungan N daging. Kandungan protein erat
hubungannya dengan kandungan serat kasar. Makin tinggi kandungan protein dari
jenis bahan pakan yang sama maka rendah kandungan serat kasarnya. Bahan yang
banyak mengandung protein juga mudah dicerna dibandingkan dengan bahan
yang banyak mengandung karbohidrat. Protein yang tinggi, maka kadar serat
kasarnya rendah dan lebih mudah dicerna dibandingkan dengan bahan yang lebih
banyak mengandung serat kasar dan lebih rendah proteinnya. Tepung jerami padi
kadar proteinnya tinggi, yaitu antara 26,7 % (Purbowati et al.,2007).
6
2.1.6. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bahan organik yang dapat
diekstrak dari bahan yang tidak mengandung nitrogen (Hartadi et al., 1997).
Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bahan mudah larut. Bahan ini diekstrasi
selama penentuan kadar serat dengan menggunakan asam lemak dan basa lemak.
Pati, gula, dan pentosa lebih mudah larut serta karbohidrat komplek lainnya
termasuk dalam kelompok ini (Sayuti , 1989) BETN berisi zat-zat monosakrida,
disakarida, dan polisakarida yang semuanya mudah larut dalam larutan asam dan
basa. Analisis serat kasar mempunyai hasil daya cerna yang tinggi (Tillman et al.,
1998). BETN dijadikan sebagai indeks bagian karbohidrat bahan pakan yang
bukan selulosa (Amrullah, 2004).
2.2. Bahan Pakan
Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dimakan oleh hewan yang
didalamnya terdapat kandungan nutrien dan kebutuhan energi yang dibutuhkan
oleh hewan (Hartadi, 1980). Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok, yaitu bahan
pakan yang berasal dari tanaman dan bahan pakan yang berasal dari non tanaman
(hewan) (Umiyasih dan Anggraeny, 2007).
2.2.1. Jerami padi
Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang
tertinggal setelah dipanen butir buahnya Shiddieqy (2005). Jerami padi
merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat banyak dan tersedia sepanjang
tahun (Amrullah, 2004). Produksi padi tahun 2000 sebanyak 50.866.387 ton, bila
7
diasumsikan jumlah jerami padi adalah 50 % dari produksi padi yang dihasilkan
pada tahun yang sama sebanyak 25.433.194 ton.Dari jumlah tersebut baru sekitar
7,8 % yang sudah dimanfatkan sebagai makanan ternak. Jerami padi merupakan
bahan pakan herbivora yang tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah
antara lain karena dinding selnya tersusun oleh selulosa, hemiselulosa, lignin, dan
silika (Budiman, 2007). Penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak
mengalami kendala terutama disebabkan adanya faktor pembatas dengan nilai
nutrisi yang rendah yaitu kandungan protein rendah , serat kasar tinggi, serta
kecernaan rendah. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39,
sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan
sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industri bahan pangan (Syamsu, 2003).
8
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Nutrisi ternak dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20
Mei 2013 pukul 05.00-00.30 WIB dan hari Selasa tanggal 21 Mei 2013 pukul
05.30-23.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum Ilmu Nutrisi Ternak adalah
tepung jerami padi, kertas minyak, kertas saring bulat, kertas sarring persegi,
H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N. aseton, N-heksan, aquades panas, indikator
campuran Methylen Red + Methylen Blue, selenium, H2SO4 pekat, NaOH 45%,
H3BO3 4%, dan HCL 0,1 N.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol timbang untuk
analisis kadar air, timbangan analitis untuk menimbang sampel pakan dan
selenium, oven untuk mengoven sampel, eksikator untuk mendinginkan alat,
crucible porcelain sebagai wadah saat di oven dan ditanur pada analisis kadar abu
dan kadar serat kasar, tanur listrik untuk menghilangkan bahan organik dalam
analisis kadar abu dan kadar serat kasar, labu erlenmeyer sebagai tempat sampel
yang akan dianalisis kadar protein, beaker glass sebagai wadah sampel, gelas ukur
untuk mengukur jumah larutan yang digunakan analitis bahan, corong Buchner
9
untuk analisis kadar serat kasar, labu penyari untuk analisis kadar lemak, soxhlet,
pendingin tegak, water bath, selongsong penyari, labu dekstrusi/labu kjedhal
untuk proses dekstrusi protein, buret untuk titrasi, corong, kompor listrik untuk
memasak sampel, alat destilasi untuk mendestilasi dalam analisis kadar protein
dan alat-alat titrasi untuk menitrasi sampel pada analisis protein, pompa vacum,
lemari asam untuk proses destruksi, dan penjepit.
3.2 Metode
3.2.1. Analisis kadar air
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci botol timbang
kemudian mengeringkan dalam oven pada suhu 105-101ºC selama 1 jam,
memasukannya dalam eksikator selama 15 menit, dan menimbang botol timbang.
Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram, memasukan sampel ke dalam botol
timbang dan mengeringkannya dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105-110ºC,
kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan
menimbangnya. Pengerngan dilakukan dengan pengovenan selama 3 x 2 jam
samapi berat konstan yaitu beratnya tidak berubah lagi dengan standar perubahan
berat maksimal 0,2 mg. Menghitung kadar air dengan menggunakan rumus:
Kadar Air = (Berat botol timbanag+Berat sampel)- Setelah oven x 100%
Sampel masuk
10
3.2.2. Analisis kadar abu
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci bersih crucible
porcelain dengan air, mengeringkannya dalam oven pada suhu 105-110ºC selama
1 jam, kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan
menimbangn crucible porcelain. Menimbang sampel tepung jerami padi sebanyak
± 1 gram dengan menggunakan crucible porcelain sebagai tempatna. Memijarkan
sampel tepung jerami padi dlam tanur listrik pada suhu tanur hingga suhunya
mencapai 120ºC dan mengangkat crucible porcelain dari tanur lalu mendinginkan
dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menghitung kadar abu
sampel tepung jerami padi dengan menggunakan rumus:
Kadar Abu = (Berat setelah tanur-Berat crucible porcelain) x 100%
Sampel masuk
3.2.3. Analisis serat kasar
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah memasukan beker gelas
dan crucible porcelain ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110ºC.
Memasukan sampel tepung jerami padi sebanyak ± 1 gram ke dalam beker gelas
kemudian menambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan memasaknya hingga mendidih
selama 30 menit. Menambahkan larutan 25 ml NaOH 1,5 N ke dalam beker gelas
kemudian memasaknya hngga mendidih selama 30 menit. Menyaring cairan
tersebut dengan kertas saring yang telah dipasang pada corong Buchner.
Menyaring sampel dengan labu penghisap kemudian mencuci berturut-turut
dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml aseton.
11
Diangin-angnkan sampai bau aseton hilang. Memasukan ketas saring beserta
isinya dalam crucible porcelain dan mengeringkannya dalam oven pada suhu 105-
110ºCselama 6 jam, kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit
dan menimbang beratnya. Memasukan kertas saring beserta isisnya dalam
crucible porcelain ke dalam tanur pada suhu 400-600ºC selama 6 jam. Mematikan
tanur listrik dan menunggu sampai suhunya 120ºC dan memasukannya dalam
eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang beratnya. Mengitung kadar serat
kasar menggunakan rumus:
Kadar Serat Kasar = Setelah oven- Setelah tanur-Kertas saring x 100%
Sampel masuk
3.2.4. Analisis lemak kasar
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah menimbang sampel pada
kertas saring. Membungkus tepung jerami padi dengan menggunakan kertas
saring tersebut, selanjutnya memasukan sampel ke dalam oven pada suhu 110ºC
selama 6 jam. Sampel yang sudah dioven selama 6 jam, sampel dikeluarkan dari
oven dan mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit kemudan
menimbangnya. Setelah itu memasukan sampel ke dalam soxhlet yang telah
terpasang dalam kompor listrik. Menuangkan N-hexan ke dalamnya, selanjutnya
memasang alat pendingin tegak yang dialiri air. Melakukan penyaringan dengan
N-hexan di dalam alat soxhlet selama 4 jam. Mengerluarkan sampel dari alat
soxhlet dan mengangin-anginkannya sampai tidak berbau N-hexan. Mengeringkan
12
sampel yang terbungkus kertas saring ke dalam oven pada suhu 110ºC selama 6
jam. Menghitung kadar lemak kasar menggunakan rumus:
Kadar lemak Kasar = Berat oven I – Berat oven II x 100%
Berat oven I-Kertas saring
3.2.5. Analisis protein kasar
Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci labu destruksi ,
gelas ukur, beker gelas, Erlenmeyer dan memasukan ke dalam oven selama 1 jam
pada suhu 105-110ºC. Memasukan sampel tepung jerami padi sebanyak ± 1 gram
ke dalam labu destruksi dengan menambahkan 1 gram selenium dan 15 ml H2SO4
pekat lalu mencampurkannya. Memasukan labu destruksi dan isinya ke dalam
lemari asam sampai larutan berubah warna menjadi hijau jernih. Kemudian
mendinginan larutan. Membuat larutan penangkap dengan menyiapkan larutan
H3BO3 sebanyak 20 ml kemudian menetesi dengan indkator MR+MB sebanyak 2
tetes. Memasukkan sampel yang sudah didestruksi kedalam labu destilasi lalu
menambahkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45% dan melakukan destilasi
sampai berubah warna dari ungu menjadi hjau. Menitrasi hasil destilasi dengan
menggunakan HCL 0,1 N samapi terbentk warna ungu. Menghitung kadar protein
menggunakan rumus:
Protein Kasar = (Titran sampel-Titran blangko) x N HCL x 0,014 x 6,25 x 100%
Sampel masuk
13
DAFTAR PUSTAKA
Anggordi, R. 1994. Ilmu Makan ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Amrullah I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.
Arinong, R. 2003. Pemanfaatan Jerami Padi Kombinasi Jerami Padi dengan Daun
gamal (Griricidia maculata) terhadap Kualitas yang Difermentasi
Silase. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol. 6 (1) : 2007 ISSN
1411-4577 (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).
Budiansyah, A. 2010. Perfoman Ayam Broiler yang Diberi ransum yang
mengandung Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai
Pengganti Sebagian Ransum Komersial. Universitas Jambi. Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Volume 13 No 5.
Demam, J. M. 1997. Kimia Makanan edisi 2. ITB, Bandung.
Hartadi, H. S. 1980. Tabel Komposisi Pakan untuk Ternak Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tilam. 1997. Tabel Komosisi Pakan
untuk Ternak Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak Laboratorium Makanan Ternak. Jurnal Nutrisi
dan Makan Ternak. UGM, Yogyakarta.
14
Laconi, E. B. 1992. Pemanfaatan Manure Ayam sebagai Suplemen Non Protein
Bitrogen (NPN) dalam Pembuatan Silase Jerami Padi untuk Ternak
Kerbau. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Purbowat, E., C.I. Sutrisno, E. Baliarti, S.P.S. Budhi dan W. Lestariana. 2007.
Pengaruh Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang
Berbeda pada Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot
terhadap Konversi Pakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian, Bogor. Hal: 394-401.
Sayuti, N. 1989. Landasan Ruminansia. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas.
Padang.
Syamsu, J. A. 2003. Kajian Fermentasi Jerami Padi dengan Probiotik sebagai
Pakan Sapi Bali di Sulawesi Selatan. J. Ilmu Ternak. 3(2): 26: 26-35.
Shiddieqy, M. I. 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan, www.pikiranrakyat.com
diakses pada 10 April 2006.
Tilam, A. D., Hartadi, S. Reksohardjo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo. 1998.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM, Yogyakarta.
15
Umiyasih, U dan Y. N. Anggraeny. 2007. Petunjuk teknis ransum Seimbang
Stategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembanan
Peternakan, Bogor.
16

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Susy Amelia
 
Kb pohon industri-11
Kb pohon industri-11Kb pohon industri-11
Kb pohon industri-11
PUPUK
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Ade Setiawan
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanaman
Hasan Addiny
 
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganPengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Happinessa Brilliant
 
tatalaksana pastura
tatalaksana pasturatatalaksana pastura
tatalaksana pastura
Mario Banoet
 
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbianlaporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
Suryani Lubisch
 

What's hot (20)

Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternakSni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
Sni 3178-2013-dedak-padi-bahan-pakan-ternak
 
mutu protein
mutu proteinmutu protein
mutu protein
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar air
 
Laporan praktikum pembuatan medium pda
Laporan praktikum pembuatan medium pdaLaporan praktikum pembuatan medium pda
Laporan praktikum pembuatan medium pda
 
Kb pohon industri-11
Kb pohon industri-11Kb pohon industri-11
Kb pohon industri-11
 
Penilaian mutu makanan
Penilaian mutu makananPenilaian mutu makanan
Penilaian mutu makanan
 
Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapi
 
Acara 3 Ukuran Rumah Tangga
Acara 3 Ukuran Rumah TanggaAcara 3 Ukuran Rumah Tangga
Acara 3 Ukuran Rumah Tangga
 
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.pptTeknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan.ppt
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanaman
 
Sistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansiaSistem pencernaan ruminansia
Sistem pencernaan ruminansia
 
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacanganPengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
Pengetahuan Bahan Pangan Serealia dan Kacang-kacangan
 
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakananPertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
Pertemuan i nutrisi unggas- zatmakanan
 
tatalaksana pastura
tatalaksana pasturatatalaksana pastura
tatalaksana pastura
 
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbianlaporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
laporan pengetahuan bahan pangan Umbi umbian
 
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolahPertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
Pertemuan 3 konversi pangan mentah dan terolah
 

Similar to Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak

LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
Ilmianisa Azizah
 
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternakfermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
HILDEGARDIS NAI ULU
 
Alhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadiAlhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadi
Nidiya Fitri
 

Similar to Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak (20)

LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternakfermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak
 
Pounder Terifik
Pounder TerifikPounder Terifik
Pounder Terifik
 
Terafik Restorn
Terafik RestornTerafik Restorn
Terafik Restorn
 
Intern Terifik
Intern TerifikIntern Terifik
Intern Terifik
 
Proposal Derivat
Proposal DerivatProposal Derivat
Proposal Derivat
 
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
MAKALAH PERMASALAHAN USAHA AGRIBISNIS MENGATASI PERMASALAHAN PAKAN DI INDONES...
 
Alhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadiAlhamdulillah jadi
Alhamdulillah jadi
 
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakanBahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
Bahan ajar hands out pengujian kualitas pakan
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
04metode
04metode04metode
04metode
 
Lap teknik laboratorium
Lap teknik laboratoriumLap teknik laboratorium
Lap teknik laboratorium
 
Contoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkmContoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkm
 
Terpadu
TerpaduTerpadu
Terpadu
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makananPENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 

More from Dewi Purwati

LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
Dewi Purwati
 
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKANLAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
Dewi Purwati
 
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
Dewi Purwati
 
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013 Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Dewi Purwati
 

More from Dewi Purwati (12)

LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013
LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013
LAPORAN RESMI BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN 2013
 
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
 
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKANLAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
LAPORAN RESMI ILMU TANAMAN PAKAN
 
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
MANAJEMEN MIKROKLIMAT PADA PEMELIHARAAN AYAM PEMBIBIT BROILER FASE LAYER DI F...
 
LAPORAN BIOLOGI 2013
LAPORAN BIOLOGI 2013LAPORAN BIOLOGI 2013
LAPORAN BIOLOGI 2013
 
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013 Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
Laporan Praktikum Matakuliah Fisiologi Ternak Semester 2 Tahun 2013
 
Kelompok vi b fister
Kelompok vi b fisterKelompok vi b fister
Kelompok vi b fister
 
Hukum Gravitsi Umum
Hukum Gravitsi Umum Hukum Gravitsi Umum
Hukum Gravitsi Umum
 
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIPLaporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
Laporan Praktikum Matakuliah Biologi Semester 1 Tahun 2012 FPP UNDIP
 
Lembar pengesahan1
Lembar pengesahan1Lembar pengesahan1
Lembar pengesahan1
 
Pigeons
PigeonsPigeons
Pigeons
 
Produksi Ternak Perah
Produksi Ternak Perah Produksi Ternak Perah
Produksi Ternak Perah
 

Recently uploaded

KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 

Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN Pakan merupakan faktor yang penting dalam usaha peternakan, keberhasilan suatu usaha peternakan dipengaruhi oleh pemberian dan pemilihan pakan dalam suatu limbah pertanian berupa jerami padi sangat potensial dimanfaatkan sebagai pakan karena tersedia cukup banyak di Indonesia. Penggunaan limbah pertanian berupa jerami padi sebagai paakn tunggal belum dapat memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk ternak. Analisis proksimat merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan-kandungan nutrein yang ada didalam bahan pakan. Sehingga peternak dapat memberikan pakan dengan kandungan nuterin yang cukup untuk kebutuhan ternak agar dapat berproduksi dengann optimal. Jerami padi yang sudah menjadi tepung jerami memiliki kandungan lignoselulosa yang tinggi dan kandungan PK yang rendah menyebabkan rendahnya kemampuan ternak dalam mengkonsumsi bahan kering (BK) yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya nilai cerna sehingga memberikan produktivitas yang rendah. Tujuan dari praktikum mengetahui kandungan bahan pakan pada Ilmu Nutrisi Ternak adalah agar mahasiswa dapat menentukan kadar komposisi nuterin bahan pakan yang dianalisis. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui prosedur analisis proksimat secara langsung dan cara menentukan kadar nutrein dari bahan pakan dengan metode analisis proksimat.
  • 2. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Proksimat Analisis proksimat merupakan suatu metode pengelompokan nutrein menurut sifat fisik kimianya. Kata proksimat berasal dari kata “ Proximus” yang berasal dari bahasa latin yang berarti terdekat Amrullah (2004). Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komponen utama dari suatu pakan. Komponen utama pakan umumnya terdiri dari air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar, dan BETN. Analisis ini menjadi perlu untuk dilakukan karena menyediakan data kandungan utama dari suatu bahan pakan. Faktor lain adalah analisis proksimat dalam pakan berkenaan dengan kadar gizi dari bahan pakan tersebut. Kadar gizi perlu diketahui karena berhubungan dengan kualitas pakan tersebut. Analisi proksimat umumnya tidak mahal dan relatif mudah untuk dilakukan Sofyan (1992. 2.1.1. Kadar Air Kadar air sangat menentukan nilai nutrisi bahan pakan. Kadar air dalam bahan pakan perlu diketahui untuk membandingkan nilai nutrisinya berdasarkan bahan kering (Kamal, 1994). Air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah, dan air terikat kuat. Substansi sederhana dalam pakan yang dapat dihitung berdasarkan kehilangan bobot sampel setelah dikeringkan dalam oven sampai bobotnya tidak susut lagi (Anggorodi, 1994).
  • 3. 3 2.1.2. Kadar abu Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. Kadar abu suatu bahan erat kaitannya dengan kandungan mineral bahan tersebut. Berbagai kandungan mineral di dalam bahan pakan ada didalam abu pada saat bahan dibaakar (Tilman et.,al, 1998). Penetuan abu dilakukan dalam tanur pada suhu 400-600° C sesudah dikeringkan sehingga semua air hilang. Kadar abu dinyatakan dalam per 100 gram bahan. Standar kadar abu untuk tepung jerami adalah 21,73% (Laconi, 1992). Penentuan kadar abu dapat dalam bahan pakan adalah menimbang berat sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 600ºC. Penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan cara menimbang sampel, membakar sampel pada suhu yang tinggi (400-600ºC ) selama beberapa jam (4-6 jam), lalu menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagai abu. Penetuan kadar abu juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara melarutkan sampel kedalam cairan yang ditambah oksidator. Setelah itu dilakukan pembakaran sampel kedalam cairan ditambahkan oksidator. Setelah itu dilakuakn pembakaran sampel. Cara pengabuan ini disebut pengabuan cara basah dan keuntungannya adalah suhu pembakaran pada pengabuan ini tidak terlalu tinggi (Tilman et.,al, 1998). Mineral dalam makanan biasanya ditentukan dengan pengabuan atau insinerasi (pembakaran). Pembakaran ini merusak senyawa organikdan meninggalkan mineral (Deman, 1997).
  • 4. 4 2.1.3. Kadar serat kasar Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang sulit dicerna dan mengandung senyawa selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat kasar yang tinggi dapat diketahui mampu mengurangi ketersediaan energi dan nutrein lain serta dapat diketahui mampu mengurangi ketersediaan energi dan nuterin lain serta dapat mempengaruhi kecepatan aliran bahan makanan didalam saluran pencernaan (Budiansyah, 2010). Semakin tinggi serat kasar dalam ransum, maka dapat meningkatkan panjang organ tersebut per kilogram berat badan untuk memperluas daerah penyerapan (Arinong, 2003). Berdasarkan penelitian lokal, diperoleh hasil kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung jearmi padi adalah sebesar 267,8% (Arinong, 2003). 2.1.4. Lemak kasar Lemak kasar merupakan semua senyawa yang larut dalam pelarut organik yang terdapat pada suatu sampel bahan pakan. Berdasarkan analisis proksimat, kadar lemak bahan pakan ditentukan dengan mengekstraksikan bahan pakan tersebut dalam pelarut organik. Sampel dibebaskan dahulu dari air dengan memanaskannya dalam oven pada suhu 110º C, kemudian diekstraksikan dengan pelarut organik, setelah ekstraksi selesai, sampel diuapkan hingga kering, lalu sampel ditimbang. Lemak adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dan asam lemak. Hasil ekstraksi tersebut jelas bukan hanya lemak, melainkan segala sesuatu yang larut dalam pelarut organik seperti karetinoid,steroid, pigmen tanaman, dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Sehingga hasil
  • 5. 5 yang diperoleh umumnya lebih tinggi daripada kandungan lemak bahan pakan yang sebenarnya (Amrullah,2004). Beberapa jenis tepung jerami padi memiliki kadar lemak antara 26,7% (Arinong, 2003). 2.1.5. Kadar protein kasar Protein kasar merupakan semua ikatan yang mengandung nitrogen (N), baik protein sesungguhnya (true protein) mengandung N tetapi bukan protein (non protein nitrogen) (Amrullah, 2004). Protein merupakan senyawa organik yang tersusun atas asam-asam amino alfa yang umumnya diikat satu sama lain oleh ikatan peptida atas asam-asam amino, asam amino bebas bukan protein, nitrogen bahan makanan sebagian terdapat sebagai amida, asam nukleat, asam amino, glukosida, alkaloida, dan garam ammonium. Analisis proksimat protein ditentukan dengan mengalikan kadar N dengan faktor 6,25. Faktor 6,25 merupakan perkisaran kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan pakan yaitu sebesar 16 % (Purbowati et al., 2007). Kadar N tidak selalu sebesar 16 %, nilai 16 % berasal dari rata-rata kandungan N daging. Kandungan protein erat hubungannya dengan kandungan serat kasar. Makin tinggi kandungan protein dari jenis bahan pakan yang sama maka rendah kandungan serat kasarnya. Bahan yang banyak mengandung protein juga mudah dicerna dibandingkan dengan bahan yang banyak mengandung karbohidrat. Protein yang tinggi, maka kadar serat kasarnya rendah dan lebih mudah dicerna dibandingkan dengan bahan yang lebih banyak mengandung serat kasar dan lebih rendah proteinnya. Tepung jerami padi kadar proteinnya tinggi, yaitu antara 26,7 % (Purbowati et al.,2007).
  • 6. 6 2.1.6. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bahan organik yang dapat diekstrak dari bahan yang tidak mengandung nitrogen (Hartadi et al., 1997). Bahan ekstrak tanpa nitrogen merupakan bahan mudah larut. Bahan ini diekstrasi selama penentuan kadar serat dengan menggunakan asam lemak dan basa lemak. Pati, gula, dan pentosa lebih mudah larut serta karbohidrat komplek lainnya termasuk dalam kelompok ini (Sayuti , 1989) BETN berisi zat-zat monosakrida, disakarida, dan polisakarida yang semuanya mudah larut dalam larutan asam dan basa. Analisis serat kasar mempunyai hasil daya cerna yang tinggi (Tillman et al., 1998). BETN dijadikan sebagai indeks bagian karbohidrat bahan pakan yang bukan selulosa (Amrullah, 2004). 2.2. Bahan Pakan Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dimakan oleh hewan yang didalamnya terdapat kandungan nutrien dan kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh hewan (Hartadi, 1980). Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok, yaitu bahan pakan yang berasal dari tanaman dan bahan pakan yang berasal dari non tanaman (hewan) (Umiyasih dan Anggraeny, 2007). 2.2.1. Jerami padi Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya Shiddieqy (2005). Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat banyak dan tersedia sepanjang tahun (Amrullah, 2004). Produksi padi tahun 2000 sebanyak 50.866.387 ton, bila
  • 7. 7 diasumsikan jumlah jerami padi adalah 50 % dari produksi padi yang dihasilkan pada tahun yang sama sebanyak 25.433.194 ton.Dari jumlah tersebut baru sekitar 7,8 % yang sudah dimanfatkan sebagai makanan ternak. Jerami padi merupakan bahan pakan herbivora yang tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah antara lain karena dinding selnya tersusun oleh selulosa, hemiselulosa, lignin, dan silika (Budiman, 2007). Penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak mengalami kendala terutama disebabkan adanya faktor pembatas dengan nilai nutrisi yang rendah yaitu kandungan protein rendah , serat kasar tinggi, serta kecernaan rendah. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industri bahan pangan (Syamsu, 2003).
  • 8. 8 BAB III MATERI DAN METODE Praktikum Ilmu Nutrisi ternak dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Mei 2013 pukul 05.00-00.30 WIB dan hari Selasa tanggal 21 Mei 2013 pukul 05.30-23.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1 Materi Bahan yang digunakan dalam praktikum Ilmu Nutrisi Ternak adalah tepung jerami padi, kertas minyak, kertas saring bulat, kertas sarring persegi, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N. aseton, N-heksan, aquades panas, indikator campuran Methylen Red + Methylen Blue, selenium, H2SO4 pekat, NaOH 45%, H3BO3 4%, dan HCL 0,1 N. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol timbang untuk analisis kadar air, timbangan analitis untuk menimbang sampel pakan dan selenium, oven untuk mengoven sampel, eksikator untuk mendinginkan alat, crucible porcelain sebagai wadah saat di oven dan ditanur pada analisis kadar abu dan kadar serat kasar, tanur listrik untuk menghilangkan bahan organik dalam analisis kadar abu dan kadar serat kasar, labu erlenmeyer sebagai tempat sampel yang akan dianalisis kadar protein, beaker glass sebagai wadah sampel, gelas ukur untuk mengukur jumah larutan yang digunakan analitis bahan, corong Buchner
  • 9. 9 untuk analisis kadar serat kasar, labu penyari untuk analisis kadar lemak, soxhlet, pendingin tegak, water bath, selongsong penyari, labu dekstrusi/labu kjedhal untuk proses dekstrusi protein, buret untuk titrasi, corong, kompor listrik untuk memasak sampel, alat destilasi untuk mendestilasi dalam analisis kadar protein dan alat-alat titrasi untuk menitrasi sampel pada analisis protein, pompa vacum, lemari asam untuk proses destruksi, dan penjepit. 3.2 Metode 3.2.1. Analisis kadar air Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci botol timbang kemudian mengeringkan dalam oven pada suhu 105-101ºC selama 1 jam, memasukannya dalam eksikator selama 15 menit, dan menimbang botol timbang. Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram, memasukan sampel ke dalam botol timbang dan mengeringkannya dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105-110ºC, kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Pengerngan dilakukan dengan pengovenan selama 3 x 2 jam samapi berat konstan yaitu beratnya tidak berubah lagi dengan standar perubahan berat maksimal 0,2 mg. Menghitung kadar air dengan menggunakan rumus: Kadar Air = (Berat botol timbanag+Berat sampel)- Setelah oven x 100% Sampel masuk
  • 10. 10 3.2.2. Analisis kadar abu Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci bersih crucible porcelain dengan air, mengeringkannya dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 1 jam, kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangn crucible porcelain. Menimbang sampel tepung jerami padi sebanyak ± 1 gram dengan menggunakan crucible porcelain sebagai tempatna. Memijarkan sampel tepung jerami padi dlam tanur listrik pada suhu tanur hingga suhunya mencapai 120ºC dan mengangkat crucible porcelain dari tanur lalu mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menghitung kadar abu sampel tepung jerami padi dengan menggunakan rumus: Kadar Abu = (Berat setelah tanur-Berat crucible porcelain) x 100% Sampel masuk 3.2.3. Analisis serat kasar Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah memasukan beker gelas dan crucible porcelain ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110ºC. Memasukan sampel tepung jerami padi sebanyak ± 1 gram ke dalam beker gelas kemudian menambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan memasaknya hingga mendidih selama 30 menit. Menambahkan larutan 25 ml NaOH 1,5 N ke dalam beker gelas kemudian memasaknya hngga mendidih selama 30 menit. Menyaring cairan tersebut dengan kertas saring yang telah dipasang pada corong Buchner. Menyaring sampel dengan labu penghisap kemudian mencuci berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml aseton.
  • 11. 11 Diangin-angnkan sampai bau aseton hilang. Memasukan ketas saring beserta isinya dalam crucible porcelain dan mengeringkannya dalam oven pada suhu 105- 110ºCselama 6 jam, kemudian mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbang beratnya. Memasukan kertas saring beserta isisnya dalam crucible porcelain ke dalam tanur pada suhu 400-600ºC selama 6 jam. Mematikan tanur listrik dan menunggu sampai suhunya 120ºC dan memasukannya dalam eksikator selama 15 menit kemudian ditimbang beratnya. Mengitung kadar serat kasar menggunakan rumus: Kadar Serat Kasar = Setelah oven- Setelah tanur-Kertas saring x 100% Sampel masuk 3.2.4. Analisis lemak kasar Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah menimbang sampel pada kertas saring. Membungkus tepung jerami padi dengan menggunakan kertas saring tersebut, selanjutnya memasukan sampel ke dalam oven pada suhu 110ºC selama 6 jam. Sampel yang sudah dioven selama 6 jam, sampel dikeluarkan dari oven dan mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit kemudan menimbangnya. Setelah itu memasukan sampel ke dalam soxhlet yang telah terpasang dalam kompor listrik. Menuangkan N-hexan ke dalamnya, selanjutnya memasang alat pendingin tegak yang dialiri air. Melakukan penyaringan dengan N-hexan di dalam alat soxhlet selama 4 jam. Mengerluarkan sampel dari alat soxhlet dan mengangin-anginkannya sampai tidak berbau N-hexan. Mengeringkan
  • 12. 12 sampel yang terbungkus kertas saring ke dalam oven pada suhu 110ºC selama 6 jam. Menghitung kadar lemak kasar menggunakan rumus: Kadar lemak Kasar = Berat oven I – Berat oven II x 100% Berat oven I-Kertas saring 3.2.5. Analisis protein kasar Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah mencuci labu destruksi , gelas ukur, beker gelas, Erlenmeyer dan memasukan ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110ºC. Memasukan sampel tepung jerami padi sebanyak ± 1 gram ke dalam labu destruksi dengan menambahkan 1 gram selenium dan 15 ml H2SO4 pekat lalu mencampurkannya. Memasukan labu destruksi dan isinya ke dalam lemari asam sampai larutan berubah warna menjadi hijau jernih. Kemudian mendinginan larutan. Membuat larutan penangkap dengan menyiapkan larutan H3BO3 sebanyak 20 ml kemudian menetesi dengan indkator MR+MB sebanyak 2 tetes. Memasukkan sampel yang sudah didestruksi kedalam labu destilasi lalu menambahkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45% dan melakukan destilasi sampai berubah warna dari ungu menjadi hjau. Menitrasi hasil destilasi dengan menggunakan HCL 0,1 N samapi terbentk warna ungu. Menghitung kadar protein menggunakan rumus: Protein Kasar = (Titran sampel-Titran blangko) x N HCL x 0,014 x 6,25 x 100% Sampel masuk
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA Anggordi, R. 1994. Ilmu Makan ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amrullah I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Arinong, R. 2003. Pemanfaatan Jerami Padi Kombinasi Jerami Padi dengan Daun gamal (Griricidia maculata) terhadap Kualitas yang Difermentasi Silase. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol. 6 (1) : 2007 ISSN 1411-4577 (Diterjemahkan oleh B. Srigandono). Budiansyah, A. 2010. Perfoman Ayam Broiler yang Diberi ransum yang mengandung Bungkil Kelapa yang Difermentasi Ragi Tape Sebagai Pengganti Sebagian Ransum Komersial. Universitas Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Volume 13 No 5. Demam, J. M. 1997. Kimia Makanan edisi 2. ITB, Bandung. Hartadi, H. S. 1980. Tabel Komposisi Pakan untuk Ternak Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tilam. 1997. Tabel Komosisi Pakan untuk Ternak Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak Laboratorium Makanan Ternak. Jurnal Nutrisi dan Makan Ternak. UGM, Yogyakarta.
  • 14. 14 Laconi, E. B. 1992. Pemanfaatan Manure Ayam sebagai Suplemen Non Protein Bitrogen (NPN) dalam Pembuatan Silase Jerami Padi untuk Ternak Kerbau. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Purbowat, E., C.I. Sutrisno, E. Baliarti, S.P.S. Budhi dan W. Lestariana. 2007. Pengaruh Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang Berbeda pada Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot terhadap Konversi Pakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Hal: 394-401. Sayuti, N. 1989. Landasan Ruminansia. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang. Syamsu, J. A. 2003. Kajian Fermentasi Jerami Padi dengan Probiotik sebagai Pakan Sapi Bali di Sulawesi Selatan. J. Ilmu Ternak. 3(2): 26: 26-35. Shiddieqy, M. I. 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan, www.pikiranrakyat.com diakses pada 10 April 2006. Tilam, A. D., Hartadi, S. Reksohardjo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM, Yogyakarta.
  • 15. 15 Umiyasih, U dan Y. N. Anggraeny. 2007. Petunjuk teknis ransum Seimbang Stategi Pakan Pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembanan Peternakan, Bogor.
  • 16. 16