SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang dan Perumusan Masalah
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diperkenalkan di
Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga pesantren tersebut telah
mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam
masyarakat Indonesia.
Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting
dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Juga pada zaman penjajahan
Belanda, hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda
bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya dari pesantren
(Hasbullah 1999:149). Selanjutnya, pondok pesantren berperan dalam era
kebangkitan Islam di Indonesia yang menurut Prof. Azyumardi Azra telah terlihat
dalam dua dekade terakhir ini.
1.2.Tujuan Penelitian:
Menurut Singelton dan Straits (1999:322), tujuan studi lapangan adalah
untuk: sungguh paham apa yang obyek studinya berpikir dan apa yang mereka
lakukan; untuk mengerti apa yang mereka mengerti; dan untuk benar-benar
memperdalam budaya mereka. Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk
membuat gambaran deskriptif mengenai pondok pesantren Assalam di desa Sri
Gunung Kecamatan Sungai Lilin,Musi Banyuasin,Sumatera Selatan. Saya
berharap laporan ini bermanfaat sebagai pengantar dunia pesantren yang sampai
sekarang masih belum diketahui dan dipahami masyarakat secara umum di
negara-negara Barat.
Dalam penelitian ini, saya ingin menjawab pertanyaan berikut ini:
 Bagaimana Sejarah berdirinya Pondok pesantren Assalam dan
perkembangnnya?
 Siapa bersekolah di pondok pesantren Assalam dan mengapa mereka
memilih pendidikan agama?
2
 Siapa pemimpin pondok pesantren Assalam dan mengapa dia mendirikan
pondok pesantren Assalam?
 Apa yang diajar di pondok pesantren Assalam?
1.3.Metode Penelitian:
Metode penelitian yang digunakan dalam proyek studi lapangan ini adalah
kualitatif studi kasus. Unsur-unsur penelitian kualitatif meliputi analysis yang
terbuka dengan fokus penelitian yang bisa berubah dan banyak perhatian terhadap
penggunaan wawancara mendalam.
Ada keragaman teknik observasi dan wawancara mendalam dalam rangka
studi kasus. Teknik observasi yang saya gunakan dalam penelitian ini disebut
observasi peserta dimana peneliti menjadi peserta dalam kegiatan-kegiatan
kelompok yang akan diteliti.
Sifat positif tentang teknik observasi peserta itu adalah bahwa peneliti
lebih gampang diterima, orang yang mau diobservasi menjadi lebih terbuka,
kelompok dapat diobservasi dalam lingkungan yang natural dan peneliti mampu
memperdalam budayanya serta mengembangkan pengertian yang lebih lengkap
mengenai kegiatannya. Namun demikian, juga ada sifat negatif yang bisa
mempengaruhi kualitas hasil penelitian; misalnya, peneliti menjadi kurang
objektif karena terlalu akrab atau ada hal-hal yang lupa diobservasi karena sudah
kebiasaan.
Sebagai peserta kegiatan sehari-hari di pondok, teknik-teknik wawancara
yang paling banyak digunakan adalah wawancara non-formal karena sifatnya
flexibal, bebas terpimpin, lebih terbuka dan memang lebih cocok untuk suasana
santai yang sering saya alami. Namun demikian, teknik wawancara formal juga
digunakan dimana rancangan wawancara dipakai sehingga fokus pembicaraan
telah di tentukan dengan jelas dan bisa diarahkan oleh peneliti untuk menghindari
pembicaraan yang tidak bermanfaat.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Unsur-unsur sebuah pesantren
Untuk memberi definisi sebuah pondok pesantren, harus kita melihat
makna perkataannya. Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan
istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian
asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang
dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri
(Dhofier 1985:18). Maka pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para
santri. Menurut Wahid (2001:171), “pondok pesantren mirip dengan akademi
militer atau biara (monestory, convent) dalam arti bahwa mereka yang berada di
sana mengalami suatu kondisi totalitas.”
Sekarang di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak
diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di
Sumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa (Azra, 2001:70). Pondok pesantren
di Jawa itu membentuk banyak macam-macam jenis. Perbedaan jenis-jenis
pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah
santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian,
ada unsur-unsur pokok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren.
(Hasyim, 1998:39) Unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kyai. masjid, santri,
pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang
membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.
a.Kyai:
Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan
pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial.
Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak
bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta
ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia
adalah tokoh sentral dalam pesantren (Hasbullah, 1999:144).
4
Istilah kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa (Ziemek,
1986:130). Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang
berbeda, yaitu: 1.sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
keramat; contohnya, “kyai garuda kencana” dipakai untuk sebutkan kereta emas
yang ada di Kraton Yogyakarta; 2. gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada
umumnya; 3.gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam
yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam
klasik kepada para santrinya (Dhofier 1985:55).
b.Masjid
Sangkut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat dalam
tradisi Islam di seluruh dunia. Dahulu, kaum muslimin selalu memanfaatkan
masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat lembaga pendidikan
Islam. Sebagai pusat kehidupan rohani,sosial dan politik, dan pendidikan Islam,
masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi
masyarakat. Dalam rangka pesantren, masjid dianggap sebagai “tempat yang
paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima
waktu, khutbah, dan sembahyang Jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.”
(Dhofier 1985:49) Biasanya yang pertama-tama didirikan oleh seorang kyai yang
ingin mengembangkan sebuah pesantren adalah masjid. Masjid itu terletak dekat
atau di belakang rumah kyai.
c.Santri:
Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah
pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren
adalah bahwa harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Kalau
murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa
disebut kyai dan mulai membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk
pondoknya.Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan
santri mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam
5
pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu
pelajaran di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar
pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim
ialah putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya
berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di
sebuah pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena
dia harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi
sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren (Dhofier, 1985:52).
d.Pondok
Definisi singkat istilah „pondok‟ adalah tempat sederhana yang merupakan
tempat tinggal kyai bersama para santrinya (Hasbullah, 1999:142). Di Jawa,
besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya. Adanya pondok yang sangat
kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai pondok yang memiliki
tanah yang luas dengan jumlah santri lebih dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan
berapa jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri
laki-laki.
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama
santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah, lapangan
olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan. Kadang-
kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan kadang-kadang oleh
penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat
asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk
mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri
dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus memasak sendiri,
mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok.
Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang
membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam lain
6
seperti sistem pendidikan di daerah Minangkabau yang disebut surau atau sistem
yang digunakan di Afghanistan (Dhofier, 1985:45).
e.Kitab-Kitab Islam Klasik
Kitab-kitab Islam klasik dikarang para ulama terdahulu dan termasuk
pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agama Islam dan Bahasa
Arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab Islam klasik sering disebut kitab
kuning oleh karena warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna kuning.
Menurut Dhofier (1985:50), “pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam
klasik…. merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam
lingkungan pesantren.” Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil
pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting dalam
pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih diberi
kepentingan tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang
sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan
tingkatan suatu pesantren bisa diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan
(Hasbullah, 1999:144).
Ada delapan macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalam kitab-kitab
Islam klasik, termasuk: 1.nahwu dan saraf (morfologi); 2.fiqh; 3.usul fiqh;
4.hadis; 5.tafsir; 6.tauhid; 7.tasawwuf dan etika; dan 8. cabang-cabang lain seperti
tarikh dan balaghah. Semua jenis kitab ini dapat digolongkan kedalam kelompok
menurut tingkat ajarannya, misalnya: tingkat dasar, menengah dan lanjut. Kitab
yang diajarkan di pesantren di Jawa pada umumnya sama (Dhofier 1985:51).
2.2.Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia
Sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, pendidikan Islam merupakan
kepentingan tinggi bagi kaum muslimin. Tetapi hanya sedikit sekali yang dapat
kita ketahui tentang perkembangan pesantren di masa lalu, terutama sebelum
Indonesia dijajah Belanda, karena dokumentasi sejarah sangat kurang. Bukti yang
7
dapat kita pastikan menunjukkan bahwa pemerintah penjajahan Belanda memang
membawa kemajuan teknologi ke Indonesia dan memperkenalkan sistem dan
metode pendidikan baru. Namun, pemerintahan Belanda tidak melaksanakan
kebijaksanaan yang mendorong sistem pendidikan yang sudah ada di Indonesia,
yaitu sistem pendidikan Islam. Malah pemerintahan penjajahan Belanda membuat
kebijaksanaan dan peraturan yang membatasi dan merugikan pendidikan Islam.
Ini bisa kita lihat dari kebijaksanaan berikut.
Pada tahun 1882 pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden
(Pengadilan Agama) yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan
pendidikan pesantren. Tidak begitu lama setelah itu, dikeluarkan Ordonansi tahun
1905 yang berisi peraturan bahwa guru-guru agama yang akan mengajar harus
mendapatkan izin dari pemerintah setempat. Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat
pada tahun 1925 yang membatasi siapa yang boleh memberikan pelajaran
mengaji. Akhirnya, pada tahun 1932 peraturan dikeluarkan yang dapat
memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau
yang memberikan pelajaran yang tak disukai oleh pemerintah. (Dhofier 1985:41,
Zuhairini 1997:149)
Peraturan-peraturan tersebut membuktikan kekurangan keadilan
kebijaksanaan pemerintah penjajahan Belanda terhadap pendidikan Islam di
Indonesia. Namun demikian, pendidikan pondok pesantren juga menghadapi
tantangan pada masa kemerdekaan Indonesia. Setelah penyerahan kedaulatan pada
tahun 1949, pemerintah Republik Indonesia mendorong pembangunan sekolah
umum seluas-luasnya dan membuka secara luas jabatan-jabatan dalam
administrasi modern bagi bangsa Indonesia yang terdidik dalam sekolah-sekolah
umum tersebut.. Dampak kebijaksanaan tersebut adalah bahwa kekuatan
pesantren sebagai pusat pendidikan Islam di Indonesia menurun. Ini berarti bahwa
jumlah anak-anak muda yang dulu tertarik kepada pendidikan pesantren menurun
dibandingkan dengan anak-anak muda yang ingin mengikuti pendidikan sekolah
8
umum yang baru saja diperluas. Akibatnya, banyak sekali pesantren-pesantren
kecil mati sebab santrinya kurang cukup banyak (Dhofier 1985:41).
Jika kita melihat peraturan-peraturan tersebut baik yang dikeluarkan
pemerintah Belanda selama bertahun-tahun maupun yang dibuat pemerintah RI,
memang masuk akal untuk menarik kesimpulan bahwa perkembangan dan
pertumbuhan sistem pendidikan Islam, dan terutama sistem pesantren, cukup
pelan karena ternyata sangat terbatas. Akan tetapi, apa yang dapat disaksikan
dalam sejarah adalah pertumbuhan pendidikan pesantren yang kuatnya dan
pesatnya luar biasa. Seperti yang dikatakan Zuhairini (1997:150), ternyata “jiwa
Islam tetap terpelihara dengan baik” di Indonesia.
2.3.Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Dulu, pusat pendidikan Islam adalah langgar masjid atau rumah sang guru,
di mana murid-murid duduk di lantai, menghadapi sang guru, dan belajar mengaji.
Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari biar tidak
mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. Menurut Zuhairini (1997:212),
tempat-tempat pendidikan Islam nonformal seperti inilah yang “menjadi embrio
terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren.” Ini berarti bahwa sistem
pendidikan pada pondok pesantren masih hampir sama seperti sistem pendidikan
di langgar atau masjid, hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama.
Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem
sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau
wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap
murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau
pembantu kyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-
murid yang telah menguasai pembacaan Qurán dan kenyataan merupakan bagian
yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan
disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini
sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren (Dhofier, 1985: 28).
9
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan
atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru
yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam
bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang
artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru (Dhofier,
1985: 28). Sistem sorogan juga digunakan di pondok pesantren tetapi biasanya
hanya untuk santri baru yang memerlukan bantuan individual.
Pesantren sekarang ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu
pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren
tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap mempertahankan
pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok
pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha mengintegrasikan
secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah).
Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah berusaha untuk
menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Akhir-akhir ini
pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka
renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan
yang bisa dilihat di pesantren modern termasuk: mulai akrab dengan metodologi
ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi
program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat
berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat (Hasbullah, 1999:155).
10
BAB III
SEJARAH SINGKAT PONDOK PESANTREN ASSALAM
3.1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Assalam
Sebelum saya membahas tentang Sejarah Pondok Pesantren Assalam.Saya
akan menjelaskan tentang Kapupaten Musi Banyuasin yang menjadi tempat
berdirinya Pondok Pesantren Assalam.
Barangkali tidak banyak yang tidak tahu Sungai Musi. Sebuah sungai
terbesar di Sumatra, bahkan di Indonesia. Atau mungkin cukup banyak yang tahu
Musi Banyuasin. Ya, Musi Banyuasin adalah sebuah kabupaten di Provinsi
Sumatra Selatan dengan ibu kota Sekayu dan jumlah penduduk sebesar 561.458
jiwa. Namanya memang mengambil nama sungai kebanggaan masyarakat
Sumatra Selatan itu. Sungai Musi memang mengalir di sebagian besar wilayah
Musi Banyuasin, terutama sebelum pemekaran wilayah ini menjadi Kabupaten
Musi Banyuasin dan Kabupeten Banyuasin beberapa tahun yang lalu. Kabupaten
ini memiliki luas wilayah 25.664,58 km² atau 15 persen dari keseluruhan luas
Provinsi Sumatra Selatan dan membentang pada lokasi 1,3° – 4° LS, 103° – 105°
BT (Muba Dalam Angka, 2010/2011: 2). Pada awalnya, Kabupaten Musi
Banyuasin berbatasan langsung dengan Kota Palembang di sebelah timur, namun
melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 2002 di wilayah ini terjadi pemekaran
sehingga terbentuk Kabupaten Banyuasin dengan ibukota Pangkalanbalai.
Secara geografis, Kabupaten Musi Banyuasin berbatasan dengan Provinsi
Jambi (Kabupaten Muara Jambi) di sebelah utara, Kabupaten Muara Enim di
selatan, Kabupaten Musi Rawas di sebelah barat dan Kabupaten Banyuasin di
sebelah timur. Sampai saat ini, Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari 14
kecamatan dengan Banyung Lencir sebagai kecamatan yang memiliki wilayah
terluas (33,98%) dan Lawang Wetan sebagai kecamatan dengan wilayah terkecil
sebesar 1,63 persen (Buku Saku Profil Daerah Kab. Muba, 2011: 10). Di samping
itu, Kabupaten Musi Banyuasin juga memiliki 236 desa/kelurahan, di mana Lalan
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak (26 buah)
sedangkan Babat Supat merupakan kecamatan yang memiliki jumlah
11
desa/kelurahan paling sedikit dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya (11
buah).
Sejak dahulu, Sumatera memang dikenal sebagai kawasan yang kaya
dengan beragam sumberdaya alam (natural resources) sehingga kemudian
mengemuka sebutan sebagai swarna dwipa yang berarti pulau emas terhadap
wilayah ini. Beraneka ragam jenis sumberdaya ada di pulau ini, mulai hasil
tambang, perkebunan dan lain sebagainya. Perkebunan nampaknya memang
memiliki bagian tersendiri dari pulau ini karena jika dilihat dari atas sebagian
besar kawasan ini diselimuti warna hijau dari dedaunan kelapa sawit, karet dan
beraneka ragam jenis tanaman lainnya. Meskipun demikian, karet dan kelapa
sawit menjadi komoditas dominan yang memang diusahakan di pulau yang juga
disebut Andalas ini, baik oleh pemerintah melalui PTP-PTP maupun oleh
masyarakat sendiri.
Salah satu wilayah di Pulau Sumatera yang memiliki areal perkebunan,
karet dan kelapa sawit, yang sangat besar adalah Sumatera Selatan dimana
provinsi ini berbatasan langsung dengan Lampung, Jambi, Bengkulu dan wilayah
pemekarannya, Bangka Belitung. Namun demikian, Sumatera Selatan sebenarnya
tidak hanya memiliki areal perkebunan yang luas tetapi juga mempunyai lembaga-
lembaga pendidikan yang cukup tumbuh subur di kawasan ini. Baik lembaga
pendidikan umum maupun agama seperti pesantren-pesantren layaknya yang
dapat dijumpai di Pulau Jawa.
Jika kita melakukan perjalanan darat, baik dari arah Jambi maupun dari
arah Lampung, dengan menyusuri jalan lintas timur maka kita akan menjumpai
sebuah lembaga pendidikan keagamaan (pesantren) yang memiliki peran
signifikan dalam kehidupan masyarakat wilayah ini. Jika dari arah Jambi,
pesantren ini akan dijumpai setelah melewati perbatasan kedua propinsi sekitar
satu setengah jam menggunakan angkutan umum. Sedangkan dari arah Lampung,
maka pesantren ini akan dijumpai setelah beberarapa saat melewati Kota
Palembang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Selatan.
12
Ya, inilah Pondok Pesantren Assalam yang terletak di Desa Sri Gunung
Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin yang didirikan pada tahun
1987. Secara geografis, PP Assalam terletak dekat perbatasan dengan Provinsi
Jambi dan berada di tengah kawasan perkebunan kelapa sawit dan sebagian kecil
perkebunan karet rakyat. PP.Assalam awalnya didirikan oleh seorang ustadz yang
pernah mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Lampung bernama KH Masrur
Musir bersama istrinya (Zamzami HM) yang berasal dari sebuah daerah di Jambi
yang saat itu masih tergolong pengantin baru dan dengan dibantu saudara iparnya
KH. Isno Jamal yang kelak menjadi pengasuh. Pada awalnya pengelolaannya,
kawasan pesantren yang masih berupa padang ilalang dengan gubuk-gubuk reot
sebagai tempat pengajaran yang terletak di tepi Jalan Lintas Timur Sumatera ini
menghadapi banyak tantangan. Salah satu yang cukup terasa adalah kecurigaan
aparat setempat bahwa pesantren ini merupakan tempat pelarian ustadz-ustadz
Talangsari Lampung sehingga memunculkan plesetan bahwa Assalam adalah Asal
Lampung. Maklum saja, saat itu kejadian penyerangan aparat keamanan terhadap
komunitas pengajian Talangsari Lampung yang diketuai oleh Warsidi masih
segar-segarnya dalam ingatan. Namun, berkat usaha yang tak kenal lelah dari
pimpinan pesantren ini, maka lambat laun stigma negatif yang beredar di
masyarakat hilang dan berganti dengan kebersamaan dan persaudaraan.
2.2.Tujuan berdiri Pondok Pesantren Assalam
Tujuan pondok pesantren Assalam adalah untuk membina ketrampilan
kemandirian para santri. Ada dua motto utama, yaitu “tanya dirimu sendiri” dan
“bantu dirimu sendiri”. Menurut pekan perkenalan yang disampaikan kepada
santri oleh seorang Kyai pesantren di sana setiap awal tahun ajaran baru, “ajaran
yang utama di dalam pondok pesantren ialah “self help”, atau “membantu diri
sendiri”. Para santri diberitahu bahwa “pemuda-pemuda yang terdidik menolong
diri sendiri dapat menghadapi masa depan dengan penuh harapan, jalan hidup
terbentang luas di mukanya.” Motto ini dipeluk sepenuhnya oleh para santri dalam
hidupnya sendiri dan juga dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat pondok
pesantren. Di pondok, oleh karena disiplin yang tinggi sekali, mereka sanggup
13
menyelenggarakan sendiri kegiatan-kegiatannya dan tidak perlu diawasi para
guru.
Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren mempunyai peran penting
sekali dalam Islam karena ajaran Islam sangat mendorong dan menghargai orang
yang mencari ilmu. Ini jelas disebut dalam Al Qurán, surat Al-Mujadalah, ayat 11:
“…Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa
derajat…”
Dengan kalam Allah ini di belakang benaknya, KH. Abdul Malik Musir
mendirikan pondok pesantren Assalam dengan tujuan “mendidik dan mengajar
santri-santri Islam agar menjadi manusia yang:
1.Berbudi tinggi,
2. Menguasai bahasa Qur‟an (bahasa Arab) dan bahasa
umum (bahasa Inggris),
3. Takwallah – takut kepada Allah,
4. Menegakkan agama Allah dan memberikan berita
kepada orang tabligh, mengajar atau paling tidak menjadi
contoh.”
3.3. Riwayat pembangunan fasilitas Pondok Pesantren Assalam
Mulai tahun 1990 dapat dikatakan tahun kebangkitan bagi PP. Assalam
karena tahun- tahun inilah pesantren mulai mendapat bantuan yang signifikan bagi
pengembangan lembaga pendidikan ini. Dimulai dengan pembangunan asrama
santri yang merupakan bantuan Menteri Kehutanan saat itu hingga pembangunan
jalan aspal di areal pesantren yang merupakan bantuan Bupati Musi Banyuasin
saat itu. Santri-santri yang berasal dari beragam daerah, baik sekitar maupun yang
jauh sekalipun, mulai berdatangan. Tercatat saat itu ada yang dari Aceh, Riau,
Jambi, Lampung dan Bangka, di samping wilayah-wilayah lain di Sumatera
Selatan. Para pengajar pun juga mulai beragam yang berasal dari beragam
pesantren di Sumatera dan Jawa, seperti PP.Darussalam Lampung,Darul Qalam
Tangerang, Gontor dan Wali Songo di Ponorogo. Hal ini ditambah lagi dengan
14
pindahnya seorang ustadz karismatik yang menjadi tokoh sentral dalam
pengembangan Pesantren Darussalam Lampung, KH. Abdul Malik Musir, Lc.
Dengan demikian, lengkaplah sudah Assalam dipenuhi oleh santri-santri yang
berasal dari beragam daerah yang haus akan ilmu pengetahuan dan pengajar-
pengar yang mumpuni di bidang yang berasal dari lembaga-lembaga pendidikan
yang telah dikenal berkualitas.
PP.Assalam kini sangat jauh berbeda dengan masa-masa awal
pendiriannya. Jika dahulu satu-satunya gedung kebanggaan yang dimiliki lembaga
pendidikan Islam yang berada di tengah perkebunan kelapa sawit ini adalah
masjid yang kerap menjadi tempat pelarian santri di kala hujan deras datang
karena atap pondokan yang terbuat dari ayaman daun sejenis lontar bocor, maka
kini seluruh bangunan yang ada telah permanen yang terbuat dari beton dan
bertingkat. Jika dahulu jenjang pendidikan yang dilaksanakan hanya Madrasah
Ibtidaiyah dan Madsarah Aliyah, maka sejak beberapa tahun belakangan
ditambahkan dengan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah.
 ASAL-USUL TANAH KEBUN PESANTREN ASSALAM SELUAS
47,5 Ha.
1. Tahun 1998 Pesantren mendapatklan wakap tanah seluas 30 Ha. (15 Surat )
yang diakte wakafkan ke Departemen Agama tingkat II cq. KUA Sungai Lilin
2. Tahun 1992 Popndok Pesantren mendapatkan paket bantuan penanaman kebun
rambutan dan durian seluas 50 Ha. Dari Departemen Pertanian
3. Tahun 1992 untuk memenuhi pada butir ke 2 pesantren menambah tanah lagi
seluas 17,5 Ha. Dari warga Sri Gunung dengan jalan ganti rugi.
4. Tahun 1993 kebun yang sudah ditanami rambutan seluas 18 Ha
dipermasalahkan oleh PT. Hindoli yang kemudian telah diselesaikan (PT. Hindoli
mengganti tanaman pesantren yang telah dibakarnya dan meninggalkan lahan
tersebut) bukti surat terlampir.
5. Tahun 1994 kebun yang telah dibakar oleh PT. Hindoli tersebut ditanami
tanaman rambutan kembali.
15
6. Tahun 1995 kebun rambutan dan durian seluas 43,5 Ha terbakar, sisanya 4 Ha
tanaman rambutan masih ada sampai sekarang.
7. Tahun 1997 Ditanami Kelapa sawit seluas 7 Ha dan sekarang sudah dipanen.
8. Tahun 2000 lahan yang kosong ditanami kelapa sawit kembali dan sebahagian
besar rusak dikarenakan dimakan tikus dan babi dan yang masih ada sekarang +
10 Ha. Sudah buah pasir.
9. Tahun 2002 Saudara Hasan menunjukkan surat tanah kepada saya (Ir.
Syahfani) sebanyak 6 surat atau 12 Ha. bahwa beliau mempunyai lahan sebanyak
12 Ha dilokasi lahan pesantren tersebut. Dan saya sebagai penanggung jawab
kebun Pesantren tahu benar asal – usulnya. Maka pernyataan Sdr. Hasan tersebut
diatas saya sangkal dan sdr. Hasan akan mengadukannya kepihak yang berwajib
dan saya persilahkan.
10. Tahun 2003 tanah yang didapat dari ganti rugi dengan warga Sri Gunung pada
butir 3 kami sertifikatkan.
11. Tahun 2004 lahan yang masih kosong (rusak dimakan babi pada penanaman
tahun 2000 ) dibuatkan jalan didalam kebun tersebut
12. Tahun 2005 warga Bentayan yang dibonceng oleh sdr. Hasan
mempersalahkan kembali tanah tersebut yang sampai sekarang belum selesai,
sehingga areal tanah pesantren yang terkena jalan PT. Gas seluas 25m x 199 m
pembayaran ganti rugi masih dipending
13. Jadi kesimpulannya lokasi tanah kebun pesantren tersebut 30 Ha. Bersuratkan
SKT dari Kades Bentayan yang diketahui oleh Camat Banyuasin III dan 16 Ha
dari penggantian warga Sri Gunung sudah disertifikatkan dan sisanya 1,5 Ha
belum bersurat
3.4.Keadaan Masyarakat sekitar
Lokasi tempat berdirinya PP. Assalam merupakan tempat yang sangat
Strategis karena selain jauh dari kebisingan kota akan tetapi tepat didepan jalan
lintas Sumatera atau Jalan Palembang-Jambi Km. 121 juga ditinjau dari segi
Ekonomi masyarakat tergolong pada tingkat menengah kebawah namun
16
selangkah lebih maju disekitar Pondok adalah perkebunan Kelapa Sawit, Karet
dan Gas Alam (Pengeboran Minyak dan Gas)
Adapun masyarakat dalam bidang agama tergolong masih sangat
kurang.Kehadiran Pesantren di wilayah ini, telah banyak memberi pengaruh
positif bagi masyarakat sekitar dan kini berangsur-angsur masyarakat mengenal
Al-Islam lebih mendalam.
3.5 Keadaan Santri Kyai,Santri,dan Pondok Pesantren Assalam
Para santripun berdatangan dari berbagai daerah di Sumatera yaitu
Palembang Jambi,Riau, Ambon, Sulawesi, Bangka, Bengkulu, Lampung dan
Jawa. Hingga kini jumlah seluruh santri sebanyak 920 orang. Rinciannya 751
orang menginap di Asrama. Sisanya 169 orang di luar asrama.
 Kulliyatul Muallimin-Muallimat Al-Islamiyah (KMI)
Pendidikan yang dikembangkan di pesantren ini adalah Kulliyatul Muallimin-
Muallimat Al-Islamiyah (KMI) Tafaqquh Fiddin 6 th. Diajarkan Didaktik
Metodik (Tarbiah Amaliyah & Tarbiyah Wata‟lim) dikelas terakhir akan diujikan
yaitu ujian Paktik Amaliyah (Ujian Praktik Mengajar) juga meliputi Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Kurikulum yang digunakan merupakan
Kombinasi Kurikulum pesantren. Depag dan Diknas.Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK)
Jenjang Pendidikan yang ada saat ini :
1. Raudhatul Athfal (RA/TK)
2. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
3. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
4. Madrasah Aliyah (MA)
5. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIS)
6. Lembaga Tahfizh Qur'an (LTQ)
 Sekolah Tinggi Agama Islam Assalam (STAIS)
Seiring dengan perkembangan zaman semakin canggih, Teknologi semakin
digalakan, Pendidikan Tinggipun semakin diminati, sedangkan masih sangat
mimimnya keberadaan Lembaga Pendidikan Tinggi terutama di Daerah-daerah
yang jauh dari perkotaan. Maka demi mengatasi permasalahan tersebut untuk
17
memenuhi kebutuhan tenaga-tenaga Pendidik yang berkwalitas dan Profesional
yang mampu menggali ilmu-ilmu keislaman, Yayasan Pondondok Pesantren
Assalam sejak tahun 2004 berupaya untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan
mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Assalam (STAIS), yang
berkonsentrasi pada jurusan Syari'ah Program Ahwal Asy-syakhshiyah (AS) dan
jurusan Tarbiyah Program Pendidikan Agama Islam (PAI)
Para santri mengikuti pendidikan Tsanawiyah dan Aliyah pada pagi hari.
Kemudian di sore dan malam hari mendapatkan materi-materi tambahan yang
dipandu oleh Wali kelas merupakan muatan agama.dan mempersiapkan pelajaran
untuk esok hari mengerjakan tugas /PR dan lain-lain.
 Program Pengembangan Pendidikan
Untuk meningkatkan kualitas SDM, Lembaga ini telah mengupayakan Lembaga
Pendidikan Tinggi Assalam (STAIS). berkonsentrasi pada Jurusan Syari'ah
Program Ahwal Asy-Syahsiah (AS) dan Jurusan Tarbiyah Program Pendidikan
Agama Islam (PAI) dan mengupayakan beasiswa.Termasuk untuk melanjutkan ke
lembaga pendidikan di Timur Tengah. Beberapa santri dan pengajar tercatat telah
berhasil melanjutkan pendidikan di Timur Tengah. Seperti di Al-Azhar Cairo
Mesir sebanyak tujuh belas orang , di Universitas Al-Iman Yaman sebanyak lima
orang, di Universitas Madinah sebanyak dua orang dan enam orang di
International Univercity Khaurthoum Of Africa Sudan.
Satu hal yang menjadi perhatian pimpinan pesantren, memperkuat basis
ekonomi .Kemandirian menjadi perhatian utama. Apalagi mereka menyadari
kendala terbesar menyangkut sektor dana. Oleh karena itu, kemandirian dalam
soal pendanaan telah di upayakan sejak pesantren berdiri.
 Sumber Dana dan Usaha Ekonomi
Sumber dana untuk keperluan Penyelenggaraan dan pengelolaan Pontren
Diperoleh dari sumbangan atau iuran wajib santriwan/santriwati dan usaha
Pontren sendiri antara lain Toko Pondok / Kantin , Truk (alat angkut buah sawit
dll) 2 Unit KBU Wartel Kebun Kelapa Sawit seluas 20 Ha. dan 5 Ha. Sudah
dipanen
18
 Program Pengembangan dan Pemberdayaan
Langkah strategis yang diambil melalui pengadaan lahan. Dengan harapan akan
dimanfaatkan untuk perkebunan.Pilihan ini didasarkan pada kondisi factual di
lokasi pesantren.
KH Masrur Musir, S.Pd.I kemudian mengembangkan lahan. Semula hanya dua
hektar, kini menjadi 71,5 hektar. Dengan cara membeli tanah penduduk sekitar
pontren.
Sumber dana untuk pembelian, utamanya di peroleh melalui aktivitas ekonomi
dari koperasi / kantin.Setiap bulannya,penghasilan koperasi dan kantin mencapai
belasan juta rupiah uang itu disisihkan untuk menjadi dana utama lahan pesantren.
Upaya ini mencapai puncaknya menjelang krisis moneter dan ekonomi tahun
1997 s/d 1998. Ketika itu, secara keseluruhan pesantren telah berhasil membeli
lahan dibeberapa kawasan sekitar hingga mencapai 66 ha.
Lahan seluas itu, meliputi 20 ha. Yang kini telah ditanami kelapa sawit
yang sampai saat ini (th. 2005) sudah dipanen hasilnya. Lalu 5 ha. Lahan kebun
karet begitu juga sampai saat ini sudah berhasil (dipanen) ditambah 4 ha. Kebun
rambutan dan hasilnya sebagian digunakan untuk dana operasional pesantren.
Sebagian lagi bakal diinvestasikan. dan 46 ha. Dicanangkan untuk kebun kelapa
sawit.
Saat ini Pimpinan Pontren (KH.Masrur Musir, S.Pd.I) tengah
mengusahakan lahan + 6200 ha, untuk kebun kelapa sawit. Bekerjasama dengan
masyarakat yang berlokasi di Kecamatan Bayung Lencir Musi Banyuasin dan
Insya Allah pembagiannya nanti 30 % Plasma untuk masyarakat dan 70 % Inti
untuk pengelola. Kerja besar itu bakal melibatkan masyarakar sekitar. Oleh karna
itu, Pimpinan pesantren telah menyiapkan sebuah konsep kerja sama. Tentunya
yang menguntungkan kedua belah pihak.dan langkah awal saat ini Pimpinan
tengah mengurus izin lokasi secara resmi kepada Bapak Bupati Musi Banyuasin.
19
BAB IV
PERAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN ASSALAM’
4.1. Identifikasi santri
Ternyata ada banyak manfaat untuk santri-santri kalau wajib berasrama
karena suasana di pondok pantas untuk santri yang mau rajin belajar dan juga
tidak harus kuatir soal kemananan. Kewajiban berasrama itu juga memperkuat
keakraban masyarakat pondok dan mempermuda tugas kyai dalam pembinaan dan
pendorongan para santrinya.
Supaya saya lebih sanggup menjawab pertanyaan utama dalam penelitian
ini saya perlu menggambarkan siapa itu yang bersekolah di pesantren Assalam
Apakah mereka berasal dari daerah yang jauh sehingga mereka jarang pulang dan
tidak begitu dipengaruhi orangtua atau keadaan di rumah? Apakah mereka
memilih sendiri untuk berasrama di pondok pesantren dan apa alasannya? Apakah
ada yang keluar sebelum lulus dan mengapa? Dan apa cita-cita mereka?
a) Para santri berasal dari mana?
Para santri yang mondok di Assalam banyak berasal dari desa-desa di
kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Ini berarti bahwa kapan-kapan
kalau ada keperluan, orang tua santri bisa mengunjungi anaknya di pondok atau
santri-santri bisa pulang. Biasanya kalau orang tua santri datang ke pondok
mereka membawa makanan banyak untuk anaknya dan teman-temannya dan
hanya main di pesantren selama beberapa jam saja. Jika santri pulang selama
waktu semester sekolah masih berlanjut, biasanya alasannya adalah karena ada
keperluan penting, misalnya kalau sakit dan harus mengambil obat dari rumah,
atau karena ada upacara keluarga seperti upacara pernikahan dan lain-lain.
Santri-santri yang berasal dari daerah jauh seperti
Lampung,Bengkulu,Jambi,Sulawesi,dan pulau Jawa tidak seberuntung santri lain
20
yang berasal dari Kabupaten Musi Banyuasin sendiri. Mereka tidak mendapat
kesempatan untuk pulang, kecuali pada waktu musim libur, yaitu selama lima
puluh hari untuk bulan Ramadan, dan selama sepuluh hari pada bulan
Robiul‟awwal
b)Pengaruh orangtua
Memang sudah jelas bahwa pada umumnya, para pemuda-pemudi sangat
dipengaruhi oleh orangtuanya. Dalam konteks pondok pesantren, kenyataan ini
sangat penting kalau ingin tahu siapa yang memilih pendidikan pesantren daripada
pendidikan sekolah umum. Misalnya, kalau seorang santri berasal dari keluarga
yang kaya dan sudah terbiasa dengan kehidupan yang mewah dan nyaman,
mungkin santri tersebut akan merasa keberatan kalau bersekolah di pondok
pesantren yang mementingkan kesederhanaan. Atau kalau orangtua santri adalah
orang yang sangat aktif dalam urusan masyarakat, bidang keagamaan dan sangat
rajin beragama, maka si santri tersebut mungkin akan lebih cepat memeluk ajaran
yang dia temukan di pondok karena sudah terbiasa.
Dalam survey saya bertanya tentang pekerjaan bapak dan ibu santri.
Menurut data yang dikumpulkan dari survey saya, hampir 50% Ibu santri bekerja
sebagai Ibu rumah tangga. Yang lain bagi Ibu-Ibu santri termasuk pedagang
(20%), petani (12%), penjahit (9%), wiraswasta (7%) dan lain lain. Pekerjaan
yang paling popular bagi Bapak santri adalah wiraswasta dengan 36% yang
bekerja dalam bidang itu. Kerjaan lain termasuk petani (22%), pedagang (19%),
guru (6%) dan lain lain. Data-data ini menunjukkan bahwa pada umumnya,
kerjaan yang paling sering dikerjakaan orang tua para santri (selain dari Ibu rumah
tangga) termasuk petani, pedagang dan wiraswasta. Dari informasi ini saya
menarik kesimpulan bahwa para santri yang bersekolah di Assalam berasal dari
keluarga yang pada umumnya dapat disebut kelas menengah ke bawah.
21
c) Mengapa santri memilih untuk bersekolah di pesantren?
Ternyata di Assalam mayoritas santri memilih sendiri pendidikan
pesantren, dengan dorongan dari orangtua mereka. Kenyataan ini sangat
mempengaruhi suasana di pondok karena itu berarti bahwa santri-santri senang
dan siap menghadapi tantangan kehidupan di pondok pesantren. Walaupun, kalau
sudah dikatakan begitu, perlu ditanyai, mengapa para pemudi ini lebih memilih
sekolah agama daripada sekolah umum?
Dari hasil survey yang saya tunjukkan kepada para santri di Assalam dapat
saya lihat bahwa aspek-aspek pendidikan pesantren modern yang paling disukai
santri adalah kesempatan yang diberikan untuk memperdalam baik pelarajan
agama maupun pelajaran umum. Menurut salah satu santri kelas 3,
“pendidikan pesantren lebih baik karena di pesantren ilmunya bisa
digunakan untuk masalah akhirat dan duniawi.”
Hasil yang paling menarik dari survey tersebut adalah banyak santri berpendapat
bahwa sekolah umum tidak mendidik muridnya mempunyai akhlak yang kuat.
“Saya takut sekolah di luar (di sekolah umum) karena saya takut bertambah
nakal dan terjerumus dalam bujukan syetan.”
“Saya memilih sekolah pesantren karena sekolah umum hanya dapat
memberi pengetahuan duniawi.”
Jawaban semacam ini memang mengirim pesan jelas kepada pemerintah dan
ketua-ketua sekolah umum!
Aspek-aspek pendidikan pondok pesantren lain yang mempengaruhi santri
untuk memilih sistem pendidikan pesantren termasuk: kedisiplinan, yang
mendorong santri-santri menjadi lebih terfokus kepada pelajarannya; keamanan,
yang rajin dijaga dan sangat penting bagi semua penghuni pondok; dan pelajaran
bahasa Arab dan bahasa Inggris. Santri-santri mementingkan pelajaran bahasa
22
Arab untuk mengaji dan memahami ayat-ayat kitab suci dan bahasa Inggris
karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang sangat bermanfaat dalam
dunia modern ini.
Pada umumnya, informasi yang saya dapat dari studi kasus ini dan kesimpulan
yang saya ambil didorong oleh kesimpulan yang diambil oleh Dhofier dalam
penelitiannya sendiri. Menurut Dhofier, (1985:52) seorang santri pergi dan
menetap di suatu pesantren karena berbagai-bagai alasan:
1.Ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam
di bawah bimbingan kyai.
2.Ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang
pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren yang
terkenal;
3.Ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban
sehari-hari di rumah keluarganya.
d)Cita-cita santri
Ternyata lebih dari 90% santri mempunyai keinginan untuk melanjutkan
sekolahnya di universitas. Walaupun sebagian besar mengakui bahwa ada
kemungkinan keinginannya tidak dapat dicapai karena masalah biaya kuliah yang
pada saat ini sangat mahal. Dari bagian santri yang tidak ingin kuliah, rencananya
adalah untuk membantu orangtua di rumah atau langsung mencari pekerjaan.
Dengan soal pekerjaan, mayoritas santri bercita-cita mendapat pekerjaan
dalam bidang perguruan dan pendidikan karena di pesantren Assalam mereka
dididik biar nanti bisa mendidik. Bidang lain yang tertarik bagi beberapa santri
termasuk: jahit, kebankan, keperawatan, parawisata, komputer dan perdagangan.
Memang menarik bahwa tidak ada satupun santri yang bilang bahwa cita-citanya
adalah untuk menjadi Ibu rumah tangga, walaupun itu pekerjaan kebanyakan
Ibunya sendiri.
23
d)Mengapa santri keluar sebelum lulus?
Menurut para santri, ada beberapa alasan untuk mengapa santri tidak melanjutkan
pelajarannya. Yaitu:
1. karena kurang mampu membayar biaya sekolah dan asrama yang lebih
mahal dari pada sekolah umum;
2. karena santri sudah siap menikah (ada kasus pernikahan baik yang
diatur oleh orangtua santri maupun yang diatur oleh santri itu sendiri
dengan persetujuan orang tuanya);
3. karena santri tidak belum siap atau tidak kuat mengikuti pelajaran dan
peraturan pondok pesantren untuk alasan pribadi, misalnya tidak merasa
kerasan atau belum siap keluar dari rumah dan bimbingan orang tua;
4. karena masalah dengan keluarga, misalnya ada saudara yang meninggal;
5. karena tidak naik kelas jadi tidak berniat untuk melanjutkan sekolahnya;
6. karena mau pindah ke pondok pesantren yang lain atau melanjutkan
sekolahnya di sekolah umum.
Ternyata, paling banyak santri yang keluar sebelum lulus dari Assalam
melanjutkan sekolah di sekolah umum atau tidak melanjutkan sekolahnya sama
sekali. Dari yang tidak melanjutkan sekolahnya, ada yang tinggal di rumah saja,
yang langsung bekerja atau menikah.
4.2.Peran santri dalam masyarakat
a) Masyarakat Umum
Menurut Prof. Azyumardi Azra (2001:80), santri memainkan peran
penting dalam kecenderungan islamisasi atau re-islamisasi di kalangan umat Islam
Indonesia yang, menurut dia, telah terlihat dalam dua dekade terakhir ini. Proses
„kebangkitan Islam‟ ini diindikasikan oleh bertambahnya jumlah masjid dan
tempat ibadah lainnya di Indonesia, pertumbuhan jumlah orang yang pergi haji ke
Arab Saudi, dan berdirinya organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga Islam
baru, seperti Bank Islam dan Asuransi Islam. Istilah selain dari kebangkitan Islam
24
yang sering dipakai di Indonesia untuk menggambarkan kecenderungan tersebut
adalah „santrinisasi‟.
Proses santrinisasi tersebut mulai dengan santri yang mengalami re-
islamisasi selama pendidikannya di pesantren karena proses penanaman ajaran
dan praktik-praktik Islam lebih intens di lingkungan sistem pendidikan pesantren
daripada sistem pendidikan lain. Selanjutnya, santri-santri membawa pulang ilmu
dan pelajaran yang mereka dapat di pesantren dan menyampaikan kepada
keluarga dan orang tuanya. Menurut teori Prof Azyumardi Azra (2001:80), santri
bahkan “mengajarkan kepada orangtua mereka yang acapkali hanya mengetahui
sedikit tentang Islam. Umumnya orang tua merasa malu akibat ketidaktahuan
mereka mengenai ajaran dan praktik Islam tertentu. Akibatnya, agar tidak
mengecewakan sang anak, mereka mulai mempelajari Islam.”
Salah satu tujuan sistem pendidikan pondok pesantren Assalam adalah
untuk menyiapkan para santri untuk kehidupannya dalam masyarakat setelah
sudah lulus dari pesantren. Para santri dididik biar memiliki keterampilan
kemandirian dan biar mereka menghayati tugasnya dan perannya menurut ajaran
Islam di dalam masyarakat sebagai perempuan, Ibu, isteri, tetangga, pekerja dan
seorang alimSekolah-sekolah pendidikan Islam “tidak hanya memberi kontribusi
pada perbaikan pendidikan Islam di Indonesia, melainkan juga pada proses
santrinisasi masyarakat Muslim.” (Azra, 2001:79) Namun, saya merasa penting
untuk menyebut di sini bahwa peran santri dalam proses kebangkitan Islam
tersebut walaupun penting, juga terbatas dan beberapa macam fakta lain seperti
keadaan politik di Indonesia dan di arena internasional yang mempengaruhi
perkembangan agama Islam di Indonesia.
b) Masyarakat lokal
Di atas saya sudah menarik kesimpulan bahwa peran santri dalam
masyarakat adalah sebagai salah satu bagian yang mempengaruhi proses
kebangkitan Islam di Indonesia karena mereka mampu menyampaikan pelajaran
yang mereka dapatkan di pesantren untuk masyarakat. Sekarang, secara lebih
25
spesifik, saya mau menyampaikan observasi saya mengenai peran santri dalam
masyarakat lokal.
Ternyata pada umumnya, hubungan di antara santri Assalam dan
masyarakat yang menetap di sekeliling pesantren di desa Sungai Lilin itu kurang.
Selain dari tetangga-tetangga yang bersaudara dengan keluarga kyai-kyai yang di
sana dan oleh karena itu sering main atau mengajar di pondok dan pemilik toko-
toko kecil di desa, jarang ada interaksi di antara para santri dan masyarakat lokal.
Pada umumnya, santri-santri jarang sekali keluar dari pondok pesantren dan
akibatnya tidak begitu kenal dan kurang terlibat dalam kehidupan masyarakat
lokal. Dari pandangan lain, masyarakat lokal juga kurang terlibat dalam urusan
pondok pesantren.
Maka kenyataan ini membuat saya ingin tahu, mengapa begitu?
Jawabannya cukup sederhana. Tujuan santri bukan untuk bergaul dengan
tetangga-tetangga pondok atau bekerja untuk mempengaruhi pendapat masyarakat
sehingga ada lebih banyak yang masuk agama Islam, tetapi untuk belajar dan
memperdalam ilmu ajaran Islam. Terletaknya pondok pesantren di tengah
masyarakat desa Sri Gunung tidak begitu mempengaruhi masyarakat tersebut dan
ternyata peran santri dalam masyarakat lokal desa Sri Gunung juga kurang
penting.
4.3.Profil kehidupan sehari-hari santri
Budaya yang diciptakan dalam sebuah pondok pesantren memang sangat
unik. Setiap pondok memiliki budaya dan suasana yang cukup berbeda walaupun
tentu ada banyak kesamaan juga. Budaya ini terutama dibuat dari fakta
lingkungan pondok yang sangat terbatas, sifat kyai dan sifat para santri. Oleh
karena lingkungan pondok sangat terbatas dan banyak waktu harus dilewatkan di
dalam satu tempat itu, maka harus ada kehormatan dan kesabaran yang tinggi
sekali. Santri-santri harus bisa bekerja sama dan saling paham untuk menciptakan
suasana yang tenang dan cocok untuk belajar dan beribadah.
26
Tidak ada banyak keragaman bagi para santri dalam kehidupan sehari-hari
di pondok pesantren Assalam. Jadwal sekolah dan kegiatan-kegiatan sehari-hari
tetap, jarang berubah. Jadwal harian santri diatur menurut jam salat karena salat
lima kali sehari pada waktu tertentu merupakan kewajiban bagi kaum muslim.
Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri di pesantren Darur
Ridwan pada umumnya bisa dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu:
1. kegiatan pribadi, misalnya mandi, mencuci pakaian, membersihkan kamar,
makan, membaca, mengobrol dengan teman, dan istirihat;
2. kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji di musholla dan
mengerjakan PR atau belajar sendiri;
3. kegiatan sembahyang; dan
4. kegiatan ekstrakurikuler, misalnya olahraga yang dilakukan dua kali
seminggu, pramuka, kesenian atau tugas-tugas sebagai ketua
Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilihat di jadwal harian dasar santri di bawah:
Jadwal Harian Dasar Santri
4.15 – bangun, wudlu
4.30 – salat Subuh
4.40 – pengajian dipimpin Pak Kyai
5.30 – mandi, membersihkan kamar…dll
6.15 – sarapan
6.45 – masuk ruang kelas
7.00 – masuk kelas pertama
12.00 – kelas terakhir selesai
12.15 – wudlu
12.30 – salat Dhuhur
12.45 – makan siang
13.00 – kelas
13.45 – waktu bebas/belajar
15.00 – salat Ashar
15.15 – pengajian
16.00 – kegiatan ekstrakurikuler
17.00 – mandi, wudlu…dll
17.30 – salat Maghrib
17.45 – pengajian
19.00 – salat Ishya
19.30 – makan malam
19.45 – waktu bebas/belajar
22.00 – tidur
27
Salah satu aspek kehidupan sehari-hari para santri adalah
ketidakperluannya untuk diawasi atau dikelola oleh para guru atau Pak Kyai.
Tentu saja kadang terjadi kasus spesifik di mana Pak Kyai perlu ikut campur,
tetapi pada umumnya kedisiplinan para santri di Assalam sangat tinggi sehingga
saya tidak pernah melihat sorang santri diperintah mengerjakan sesuatu yang
seharusnya dia sudah kerjakan.
4.4.Riwayat KH. Masrur Musir Pendiri Pondok Pesantren Assalam.
Awal berdirinya Pontren ini merupakan prakarsa orang tua santri
Pesantren Moderen Darussalam Lampung. Ia adalah Bpk. Abdulah Mukiran
seorang pedagang bibit tanaman. Kepada KH. Masrur Musir – Guru Pesantren –ia
menawarkan untuk membuka pesantren didaerahnya. Namun KH. Masrur Musir
kurang tertarik dengan tawaran tersebut. Sebab ia ingin melanjutkan
pendidikannya.
Tetapi Bpk. Abdulah Mukiran terus mendesaknya. Bahkan akan
menghibahkan tanahnya seluas 2 Ha. Karena didesak terus, akhirnya KH. Masrur
Musir luluh. Apalagi setelah kakaknya – KH. Abdul Malik Musir,Lc. –
mendorongkan untuk menerima tawaran itu.
Untuk melihat keseriusan Bpk. Abdulah Mukiran, KH. Masrur Musir
bersama Kakaknya mengunjungi lokasi yang dimaksud.Keduanya kemudian
menemui tokoh-tokoh masyarakat sekitar termasuk pejabat militer. Dukungan pun
terus mengalir dari para tokoh masyarakat.
Langkah awalnya dengan mendirikan Yayasan Pondok Pesantren As-
salam .Tepatnya pada 10 Juni 1987. Lembaga itu dipimpin KH Abdul Malik
Musir, Lc. dan KH. Masrur Musir selaku sekretsris umum.Secara bergotong-
royong masyarakat ikut membantu membangun dua lokal bangunan .walau
sifatnya darurat, Tetapi berfungsi sebagai kelas dan asrama santri lokasinya Jl
Palembang-jambi Km 121 Sri Gunung,Sungai Lilin, Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan.Dua tahun kemudian mereka berhasil mendirikan bangunan
permanen.Tahun 1990 sebuah masjid pun telah berdiri di lingkungan Pontren
28
tersebut. Sejak saat itulah Pontren Modern As-salam berkembang dengan
penambahan lokal dan bangunan lainnya hingga kini.
4.5.Visi dan Misi Pondok Pesantren Assalam
VISI :
Membentuk system kehidupan yang islami berorientasikan kepada
Mardhotillah melalui proses Pendidikan dan Pengajaran yang terpadu.
MISI :
1. Memberi peringatan kepada masyarakat setelah pulang dari Pendidikan (QS. At
Taubah : 122)
2. Menanamkan Aqidah yang lurus, Ibadah yang benar, serta Akhlak yang mulia
kepada santri khususnya dan kepada masyarakat umumnya.
3. Melakukan proses dakwah yang terus menerus dan berkesinambungan kepada
seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut Pondok Pesantren Assalam
menerapakan sistem pelajaran Gabungan.Ilmu pengetahuan yang diajarkan di PP
Assalam merupakan gabungan antara ilmu agama dan ilmu umum layaknya yang
ada di sekolah-sekolah umum lainnya. Mata pelajaran yang berjumlah ratusan
diajarkan di waktu-waktu sekolah dari pukul 07.30-12.00. Dalam rentang waktu
tersebut, setiap hari para santri diajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum
dengan penataan pengajaran yang cukup sistematis.
Setelah melaksanakan shalat Dzuhur, layaknya yang berlaku umum di
pesantren-pesantren lainnya, para santri mulai berbaris rapi untuk mengantri
mendapatkan jatah makan siang. Setelah istirahat sebentar, aktivitas belajar
kembali dilanjutkan pada pukul 14.00-16.00 dengan mengikuti kursus-kursus
yang biasanya berupa pelajaran tambahan yang disampaikan oleh kakak-kakak
kelas V atau kelas II Madrasah Aliyah. Pada sore harinya, sehabis shalat „Ashar,
para santri mulai diperbolehkan beraktivitas sesuai keinginan masing-masing,
seperti berolahraga dan lain sebagainya. Kemudian, setelah melaksanakan shalat
Maghrib para santri diharuskan mengikuti pembacaan al-Qur‟an atau ngaji.
29
Di pagi harinya, setelah shalat Subuh menjelang persiapan masuk sekolah,
para santri mengikuti penyampaian kata-kata dalam bahasa Arab dan Inggris atau
muhadtsah. Pada malam-malam tertentu, yaitu malam Kamis dan malam Minggu,
para melaksanakan pelatihan berpidato atau muhadharah dalam bahasa Arab,
Inggris dan Indonesia. Begitu juga pada hari Kamis siangnya dimana saat itu para
pengajar mengadakan rapat rutin di kantor pesantren. Pada tingkat Madrasah
Aliyah telah ada pilihan-pilihan bagi siswanya sesuai dengan minat dan
kemampuannya, yaitu: keagamaan, IPA dan IPS. Alumni-alumni yang telah
menyelesaikan pendidikannya tersebar di berbagai lembaga pendidikan, baik di
Sumatera, Jawa bahkan luar negeri. Beberapa alumninya telah berhasil
menggondol beragam gelar kesarjanaan menengah dan tertinggi (S2 dan S3), baik
dalam maupun luar negeri.
Selain belajar Ilmu pengetahuan dan Agama pondok pesantren Assalam
membuka program ektrakurikuler untuk para santri.Program kegiatan dan
pelajaran ekstrakurikuler merupakan bagian penting sekali bagi setiap pranata
pendidikan, termasuk pesantren AssalamLewat program ekstrakurikuler tersebut,
santri dapat kesempatan untuk memperluas pengetahuan dan ketrampilannya
sesuai dengan keperluaanya untuk tinggal di masyarakat umum.
Selain dari perannya sebagai bagian pelajaran yang memperluas
pengetahuan dan ketrampilan para santri, program ekstrakurikuler juga merupakan
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan santai. Kegiatan semacam ini penting
sekali dalam perkembangan mental dan fisik seorang pemuda. Memang sudah
banyak penelitian mengenai cara pemuda-pemudi belajar dengan baik dan
ternyata tidak cukup bagi para pemuda kalau hanya diberi pelajaran di dalam
ruang kelas dengan buku-buku. Yang juga diperlukan adalah pelarajan yang bisa
didapat dari pengalamannya sendiri dan dari kegiatan yang menuntut keterlibatan
aktif.
Ada macam-macam kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti para santri di
Assalam. Salah satu yang paling populer adalah pramuka di mana santri mendapat
kesempatan untuk mengikuti kemah yang diadakan di tempat di luar pondok
pesantren (misalnya di pantai).Program pramuka ini adalah bagian program
30
ekstrakurikuler yang memberikan para santri kesempatan (walaupun agak singkat)
untuk melupakan buku-bukunya dan pelajaran akademiknya selama sementara
dan belajar dari dan tentang alam.
Selain pramuka, kegiatan ekstrakurikuler termasuk pelajaran ketrampilan
di mana para santri diajar berbagai macam ketrampilan praktis misalnya;
memasak, menjahit, merias, menyulam dan membuat hiasan hiasan seperti bunga.
Dari pelajaran ekstrakurikuler tersebut, para santri mendapat ketrampilan yang
bermanfaat bagi mereka untuk kehidupannya dalam masyarakat umum. Ada juga
pelajaran ekstra kurikuler khutbatul mimbariah (berpidato) di mana santri dapat
membangun perasaan percaya dirinya karena harus berani berdiri di depan banyak
orang yang kadang-kadang merupakan pengalaman yang menakutkan.
Pada setiap akhir tahun ajaran Assalam mengadakan konser bagi para
santri. Di konser ini para santri mempunyai kesempatan untuk mempertunjukkan
ketrampilan macam-macam yang mereka dapat dari kegiatan ekstra kurikulernya.
Selama konser tersebut, kegiatan ekstra kurikuler yang dipertunjukkan termasuk
kesenian, drama, karaoke dan samroh.
Secara politik, institusi PP Assalam netral alias tidak memihak kepada
salah satu partai politik mana pun. Akan tetapi, sebagian besar penghuni lembaga
pendidikan keagamaan ini merupakan pendukung utama salah satu partai politik
Islam progresif, Partai Keadilan Sejahtera. Orang-orang yang ada di PP Assalam
bahkan merupakan penggerak utama parpol Islam ini di kawasan-kawasan yang
berada Kabupaten Musi Banyuasin. Sedangkan dari aspek implementasi dan
aktualisasi ajaran agama, PP Assalam mengambil sikap netral alias berdiri di atas
semua golongan yang ada dalam Islam, khususnya di Indonesia. Inilah yang selalu
ditekankan oleh segenap pimpinan yang ada di pesantren ini. Meskipun demikian,
jika diperhatikan lebih jauh dan seksama maka aktualisasi ajaran agamanya lebih
mendekati atau cenderung „mirip‟ apa yang dipraktekkan dalam Muhammadiyah.
Hal ini misalnya terlihat pada pelaksanaan salat Subuh yang tidak menggunakan
Qunut dan tidak adanya penyelenggaraan maulid nabi dan isra‟ mi‟raj layaknya
31
yang umum dilakukan masyarakat. Namun demikian, hal ini sepertinya hanya
kecenderungan dalam beberapa hal saja karena pada kenyataannya tak ada
satupun pimpinan dan segenap pengajarnya yang berafiliasi dengan
Muhammadiyah.
32
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang telah berdiri dalam rentang
waktu yang cukup lama, Pesantren Assalam telah melahirkan beragam alumni.
Alumni-alumninya tersebar di berbagai tempat di tanah air, utamanya di kawasan
Sumatera Selatan. Setamat dari pendidikan di Assalam, para alumni ini
melanjutkan pendidikannya di berbagai perguruan tinggi di tanah air, seperti di
Palembang, Jakarta, Jambi, Pekanbaru, Yogyakarta, Bandung hingga ke luar
negeri seperti Malaysia, Mesir, Sudan, Arab Saudi, Yaman dan lain sebagainya.
Adapun wadah alumni yang menjadi tempat berhimpunnya para lulusan Assalam
adalah Forsilam atau Forum Silaturrahmi Alumni Assalam. Forum ini kini
tersebar di berbagai tempat yang menjadi wadah para tamatan Assalam untuk
kembali berkumpul dan berinteraksi. Meskipun demikian, ada juga alumni yang
langsung mengabdikan dirinya di tengah-tengah masyarakat, seperti mengajar,
bekerja dan bahkan menjadi anggota legislatif.
Demikianlah, dari tempat terpencil di tengah-tengah perkebunan di
kawasan perbatasan Sumsel dan Jambi, Pesantren Assalam terus mengembangkan
diri menuju menjadi lembaga pendidikan Islam yang maju. Sumbangsih yang
diberikan Assalam tentu sangat diperlukan dalam segala bidang kehidupan yang
dijalani oleh masyarakat. Semoga Assalam terus menapaki jalan dan meretas
masa depan dalam mempersiapkan dan mengasah para generasi muda bangsa
sebagai pelanjut tongkat tanggung jawab pengelolaan bangsa ini.
33
DAFTAR PUSTAKA
ArieAziz.2010.PondokPesantrenAssalam.http://aaztya.blogspot.com/2010/03/p
onpes-assalam-mutiara-sri-gunung.html ,di akses 16 Desember 2012 (Sumber
dari Internet)
Azra, Prof.Dr.Azyumardi, 2001.Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasin
Menuju Milenium Baru, Penerbit Kalimah : Jakarta.
Dhofier, Zamakhsyari.1985.Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, LP3ES : Jakarta.
Fahrudin.2012.PesantrenAssalam.http://roedijambi.wordpress.com/2010/01/27/pe
santren-assalam-sungai-lilin-sumsel/, di akses 16 Desember 2012 (Sumber dari
Internet)
Hakim, Agus., 1996, Perbandingan Agama.CV. Diponegoro : Bandung.
Hasbullah, Drs..1999.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembanga. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, (hl 24-27,
138-161)
Wahid, Abdurrahman.2001. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, LkiS,
Yogyakarta.
Ziemek, Manfred., 1986.Pesantren Dalam Perubahan Sosial : Jakarta.
Zuhairini, Dra., dll..1997.Sejarah Pendidikan Islam.Bumi Aksara :Jakarta.
2012.UnsurUnsurPondok.Pesantren.http://makalahmajannaii.blogspot.com/201
2/04/pesantrenkarakteristik-unsur-unsur.html,di akses 16 Desember 2012
(Sumber dari Internet)
2012.id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Musi_Banyuasin,di akses 16 Desember
2012 (Sumber dari Internet)
34
LAMPIRAN FOTO
UPACARA SALAH SATU KEGIATAN PONDOK PESANTREN ASSALAM

Contenu connexe

Tendances

01 kebijakan pra literasi pada anak usia dini
01 kebijakan pra literasi pada anak usia dini01 kebijakan pra literasi pada anak usia dini
01 kebijakan pra literasi pada anak usia dinisopyansoleh
 
Masyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
Masyarakat Pada Masa Bercocok TanamMasyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
Masyarakat Pada Masa Bercocok TanamAfifah Allif
 
Ppt Sidang Skripsi BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUM...
Ppt Sidang Skripsi BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUM...Ppt Sidang Skripsi BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUM...
Ppt Sidang Skripsi BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUM...MujaddidHalimurrosyi1
 
Pkn mandiri 2.3 kelas XI kurikulum 2013
Pkn mandiri 2.3 kelas XI kurikulum 2013Pkn mandiri 2.3 kelas XI kurikulum 2013
Pkn mandiri 2.3 kelas XI kurikulum 2013Rezki Atirah
 
GASTRONOMI YOGYAKARTA.pptx
GASTRONOMI YOGYAKARTA.pptxGASTRONOMI YOGYAKARTA.pptx
GASTRONOMI YOGYAKARTA.pptxEdwinKusuma9
 
Sk Visi dan Misi Tahun Pelajaran 2016-2017
Sk Visi dan Misi Tahun Pelajaran 2016-2017Sk Visi dan Misi Tahun Pelajaran 2016-2017
Sk Visi dan Misi Tahun Pelajaran 2016-2017Muh Prio Susilo
 
Instrumen validasi. smk ktsp 2013
Instrumen validasi. smk ktsp 2013Instrumen validasi. smk ktsp 2013
Instrumen validasi. smk ktsp 2013Achmad Jainudin
 
Teks amanat pembina upacara upacara hardiknas
Teks amanat pembina upacara upacara hardiknasTeks amanat pembina upacara upacara hardiknas
Teks amanat pembina upacara upacara hardiknasDe Buch
 
Format surat keterangan pindah sekolah
Format surat keterangan pindah sekolahFormat surat keterangan pindah sekolah
Format surat keterangan pindah sekolahiksan labuke
 
LAPORAN SUPERVISI 15-16.doc
LAPORAN SUPERVISI 15-16.docLAPORAN SUPERVISI 15-16.doc
LAPORAN SUPERVISI 15-16.docUZky Apriliyaa
 
G.3.1.peraturan tata tertib baru
G.3.1.peraturan tata tertib baruG.3.1.peraturan tata tertib baru
G.3.1.peraturan tata tertib baruAriest Wimbadi
 
Surat panggilan orang tua copy
Surat panggilan orang tua   copySurat panggilan orang tua   copy
Surat panggilan orang tua copyretnosy_
 
Sosialisasi lroa
Sosialisasi lroaSosialisasi lroa
Sosialisasi lroaCecepmahpud
 
Peran Nakes Dalam Penanganan Stunting
Peran Nakes Dalam Penanganan StuntingPeran Nakes Dalam Penanganan Stunting
Peran Nakes Dalam Penanganan StuntingAriefSyarifudin9
 

Tendances (20)

01 kebijakan pra literasi pada anak usia dini
01 kebijakan pra literasi pada anak usia dini01 kebijakan pra literasi pada anak usia dini
01 kebijakan pra literasi pada anak usia dini
 
Masyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
Masyarakat Pada Masa Bercocok TanamMasyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
Masyarakat Pada Masa Bercocok Tanam
 
KOMITE SEKOLAH
KOMITE SEKOLAHKOMITE SEKOLAH
KOMITE SEKOLAH
 
Rekapitulasi supervisi genap 2015
Rekapitulasi supervisi genap 2015Rekapitulasi supervisi genap 2015
Rekapitulasi supervisi genap 2015
 
Ppt Sidang Skripsi BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUM...
Ppt Sidang Skripsi BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUM...Ppt Sidang Skripsi BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUM...
Ppt Sidang Skripsi BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUM...
 
PEMBUDAYAAN GERMAS
PEMBUDAYAAN GERMAS PEMBUDAYAAN GERMAS
PEMBUDAYAAN GERMAS
 
Pkn mandiri 2.3 kelas XI kurikulum 2013
Pkn mandiri 2.3 kelas XI kurikulum 2013Pkn mandiri 2.3 kelas XI kurikulum 2013
Pkn mandiri 2.3 kelas XI kurikulum 2013
 
GASTRONOMI YOGYAKARTA.pptx
GASTRONOMI YOGYAKARTA.pptxGASTRONOMI YOGYAKARTA.pptx
GASTRONOMI YOGYAKARTA.pptx
 
Sk Visi dan Misi Tahun Pelajaran 2016-2017
Sk Visi dan Misi Tahun Pelajaran 2016-2017Sk Visi dan Misi Tahun Pelajaran 2016-2017
Sk Visi dan Misi Tahun Pelajaran 2016-2017
 
Studi desain dapur ergonomis
Studi desain dapur ergonomisStudi desain dapur ergonomis
Studi desain dapur ergonomis
 
Instrumen validasi. smk ktsp 2013
Instrumen validasi. smk ktsp 2013Instrumen validasi. smk ktsp 2013
Instrumen validasi. smk ktsp 2013
 
Teks amanat pembina upacara upacara hardiknas
Teks amanat pembina upacara upacara hardiknasTeks amanat pembina upacara upacara hardiknas
Teks amanat pembina upacara upacara hardiknas
 
Format surat keterangan pindah sekolah
Format surat keterangan pindah sekolahFormat surat keterangan pindah sekolah
Format surat keterangan pindah sekolah
 
LAPORAN SUPERVISI 15-16.doc
LAPORAN SUPERVISI 15-16.docLAPORAN SUPERVISI 15-16.doc
LAPORAN SUPERVISI 15-16.doc
 
G.3.1.peraturan tata tertib baru
G.3.1.peraturan tata tertib baruG.3.1.peraturan tata tertib baru
G.3.1.peraturan tata tertib baru
 
Surat panggilan orang tua copy
Surat panggilan orang tua   copySurat panggilan orang tua   copy
Surat panggilan orang tua copy
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Sosialisasi lroa
Sosialisasi lroaSosialisasi lroa
Sosialisasi lroa
 
Peran Nakes Dalam Penanganan Stunting
Peran Nakes Dalam Penanganan StuntingPeran Nakes Dalam Penanganan Stunting
Peran Nakes Dalam Penanganan Stunting
 
Draft Kurikulum 2013
Draft Kurikulum 2013Draft Kurikulum 2013
Draft Kurikulum 2013
 

Similaire à SEJARAH PONDOK PESANTREN

Dinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pbDinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pbahmad al haris
 
Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren
Kurikulum berbasis kompetensi di pesantrenKurikulum berbasis kompetensi di pesantren
Kurikulum berbasis kompetensi di pesantrenOmay Komarudin
 
Pendidikan Pesantren.docx
Pendidikan Pesantren.docxPendidikan Pesantren.docx
Pendidikan Pesantren.docxZukét Printing
 
Pendidikan Pesantren.pdf
Pendidikan Pesantren.pdfPendidikan Pesantren.pdf
Pendidikan Pesantren.pdfZukét Printing
 
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdfSejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdfZukét Printing
 
Sejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docxSejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docxZukét Printing
 
Manajemen Pondok Pesantren.pptx
Manajemen Pondok Pesantren.pptxManajemen Pondok Pesantren.pptx
Manajemen Pondok Pesantren.pptxmuhardi6
 
Makalah pesantren madrasah sekolah
Makalah pesantren madrasah sekolahMakalah pesantren madrasah sekolah
Makalah pesantren madrasah sekolahsyaifulanam27
 
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfPESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfReskipernanda
 
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfPESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfReskipernanda
 
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfPESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfReskipernanda
 
Modernisasi pesantren
Modernisasi pesantrenModernisasi pesantren
Modernisasi pesantreniwan Alit
 
Institusi institusi pendidikan islam di indonesia
Institusi institusi pendidikan islam di indonesiaInstitusi institusi pendidikan islam di indonesia
Institusi institusi pendidikan islam di indonesiasadiman dimas
 
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnalKelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnalRicky Ramadhan
 

Similaire à SEJARAH PONDOK PESANTREN (20)

Dinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pbDinamika pesantren11 55-1-pb
Dinamika pesantren11 55-1-pb
 
Dayah (Pesantren)
Dayah (Pesantren)Dayah (Pesantren)
Dayah (Pesantren)
 
Lembaga
LembagaLembaga
Lembaga
 
Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren
Kurikulum berbasis kompetensi di pesantrenKurikulum berbasis kompetensi di pesantren
Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren
 
Makalah rara
Makalah raraMakalah rara
Makalah rara
 
Makalah 1.docx
Makalah 1.docxMakalah 1.docx
Makalah 1.docx
 
Pendidikan Pesantren.docx
Pendidikan Pesantren.docxPendidikan Pesantren.docx
Pendidikan Pesantren.docx
 
Pendidikan Pesantren.pdf
Pendidikan Pesantren.pdfPendidikan Pesantren.pdf
Pendidikan Pesantren.pdf
 
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdfSejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
 
Sejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docxSejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docx
 
Manajemen Pondok Pesantren.pptx
Manajemen Pondok Pesantren.pptxManajemen Pondok Pesantren.pptx
Manajemen Pondok Pesantren.pptx
 
Corak pesantren
Corak pesantrenCorak pesantren
Corak pesantren
 
Makalah pesantren madrasah sekolah
Makalah pesantren madrasah sekolahMakalah pesantren madrasah sekolah
Makalah pesantren madrasah sekolah
 
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfPESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
 
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfPESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
 
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdfPESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA.pdf
 
Modernisasi pesantren
Modernisasi pesantrenModernisasi pesantren
Modernisasi pesantren
 
Institusi institusi pendidikan islam di indonesia
Institusi institusi pendidikan islam di indonesiaInstitusi institusi pendidikan islam di indonesia
Institusi institusi pendidikan islam di indonesia
 
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnalKelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
 
Aswaja x -bab3
Aswaja x -bab3Aswaja x -bab3
Aswaja x -bab3
 

Plus de Dewi_Sejarah

PPT Perlawanan Rakyat Terhadap Penjajah
PPT Perlawanan Rakyat Terhadap PenjajahPPT Perlawanan Rakyat Terhadap Penjajah
PPT Perlawanan Rakyat Terhadap PenjajahDewi_Sejarah
 
PPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERAL
PPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERALPPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERAL
PPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERALDewi_Sejarah
 
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan ImperialismePPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan ImperialismeDewi_Sejarah
 
PPT Statistik Pendidikan
PPT Statistik PendidikanPPT Statistik Pendidikan
PPT Statistik PendidikanDewi_Sejarah
 
PPT SNI 6 Demokrasi Liberal
PPT SNI 6 Demokrasi LiberalPPT SNI 6 Demokrasi Liberal
PPT SNI 6 Demokrasi LiberalDewi_Sejarah
 
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VIPPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VIDewi_Sejarah
 
Ppt model pembelajaran tebak kata
Ppt model pembelajaran tebak kataPpt model pembelajaran tebak kata
Ppt model pembelajaran tebak kataDewi_Sejarah
 
Ppt Ilmu kealamiahan dasar 2
Ppt Ilmu kealamiahan dasar 2Ppt Ilmu kealamiahan dasar 2
Ppt Ilmu kealamiahan dasar 2Dewi_Sejarah
 
Ppt dasar2 geografi
Ppt dasar2 geografiPpt dasar2 geografi
Ppt dasar2 geografiDewi_Sejarah
 
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. KartosuwiryoSejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. KartosuwiryoDewi_Sejarah
 
Makalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
Makalah Sejarah Politik Peradaban KunoMakalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
Makalah Sejarah Politik Peradaban KunoDewi_Sejarah
 
Ppt Evaluasi Pembelajaran Model CIPP
Ppt Evaluasi Pembelajaran Model CIPPPpt Evaluasi Pembelajaran Model CIPP
Ppt Evaluasi Pembelajaran Model CIPPDewi_Sejarah
 
Ppt sni v individu
Ppt sni v individuPpt sni v individu
Ppt sni v individuDewi_Sejarah
 
PPT Sejarah Politik Peradaban India dan Cina Kuno
PPT Sejarah Politik Peradaban India dan Cina KunoPPT Sejarah Politik Peradaban India dan Cina Kuno
PPT Sejarah Politik Peradaban India dan Cina KunoDewi_Sejarah
 
PPT ILMU KEALAMIAHAN DASAR
PPT ILMU KEALAMIAHAN DASARPPT ILMU KEALAMIAHAN DASAR
PPT ILMU KEALAMIAHAN DASARDewi_Sejarah
 
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA V
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VPPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA V
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VDewi_Sejarah
 
Storyboard dewi setyawati movie maker kehidupan zaman prasejarah
Storyboard dewi setyawati   movie maker kehidupan zaman prasejarahStoryboard dewi setyawati   movie maker kehidupan zaman prasejarah
Storyboard dewi setyawati movie maker kehidupan zaman prasejarahDewi_Sejarah
 
Ppt india kelompok 8 dewi,rika,yunia
Ppt india kelompok 8 dewi,rika,yuniaPpt india kelompok 8 dewi,rika,yunia
Ppt india kelompok 8 dewi,rika,yuniaDewi_Sejarah
 
Ppt india kelompok 6 deta,fitriya,betty
Ppt india kelompok 6 deta,fitriya,bettyPpt india kelompok 6 deta,fitriya,betty
Ppt india kelompok 6 deta,fitriya,bettyDewi_Sejarah
 

Plus de Dewi_Sejarah (20)

PPT Perlawanan Rakyat Terhadap Penjajah
PPT Perlawanan Rakyat Terhadap PenjajahPPT Perlawanan Rakyat Terhadap Penjajah
PPT Perlawanan Rakyat Terhadap Penjajah
 
PPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERAL
PPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERALPPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERAL
PPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERAL
 
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan ImperialismePPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
 
PPT Statistik Pendidikan
PPT Statistik PendidikanPPT Statistik Pendidikan
PPT Statistik Pendidikan
 
PPT SNI 6 Demokrasi Liberal
PPT SNI 6 Demokrasi LiberalPPT SNI 6 Demokrasi Liberal
PPT SNI 6 Demokrasi Liberal
 
Ppt sni vi
Ppt sni viPpt sni vi
Ppt sni vi
 
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VIPPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI
 
Ppt model pembelajaran tebak kata
Ppt model pembelajaran tebak kataPpt model pembelajaran tebak kata
Ppt model pembelajaran tebak kata
 
Ppt Ilmu kealamiahan dasar 2
Ppt Ilmu kealamiahan dasar 2Ppt Ilmu kealamiahan dasar 2
Ppt Ilmu kealamiahan dasar 2
 
Ppt dasar2 geografi
Ppt dasar2 geografiPpt dasar2 geografi
Ppt dasar2 geografi
 
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. KartosuwiryoSejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
Sejarah Jejak Perjuangan S.M. Kartosuwiryo
 
Makalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
Makalah Sejarah Politik Peradaban KunoMakalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
Makalah Sejarah Politik Peradaban Kuno
 
Ppt Evaluasi Pembelajaran Model CIPP
Ppt Evaluasi Pembelajaran Model CIPPPpt Evaluasi Pembelajaran Model CIPP
Ppt Evaluasi Pembelajaran Model CIPP
 
Ppt sni v individu
Ppt sni v individuPpt sni v individu
Ppt sni v individu
 
PPT Sejarah Politik Peradaban India dan Cina Kuno
PPT Sejarah Politik Peradaban India dan Cina KunoPPT Sejarah Politik Peradaban India dan Cina Kuno
PPT Sejarah Politik Peradaban India dan Cina Kuno
 
PPT ILMU KEALAMIAHAN DASAR
PPT ILMU KEALAMIAHAN DASARPPT ILMU KEALAMIAHAN DASAR
PPT ILMU KEALAMIAHAN DASAR
 
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA V
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA VPPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA V
PPT SEJARAH NASIONAL INDONESIA V
 
Storyboard dewi setyawati movie maker kehidupan zaman prasejarah
Storyboard dewi setyawati   movie maker kehidupan zaman prasejarahStoryboard dewi setyawati   movie maker kehidupan zaman prasejarah
Storyboard dewi setyawati movie maker kehidupan zaman prasejarah
 
Ppt india kelompok 8 dewi,rika,yunia
Ppt india kelompok 8 dewi,rika,yuniaPpt india kelompok 8 dewi,rika,yunia
Ppt india kelompok 8 dewi,rika,yunia
 
Ppt india kelompok 6 deta,fitriya,betty
Ppt india kelompok 6 deta,fitriya,bettyPpt india kelompok 6 deta,fitriya,betty
Ppt india kelompok 6 deta,fitriya,betty
 

SEJARAH PONDOK PESANTREN

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia. Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Juga pada zaman penjajahan Belanda, hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya dari pesantren (Hasbullah 1999:149). Selanjutnya, pondok pesantren berperan dalam era kebangkitan Islam di Indonesia yang menurut Prof. Azyumardi Azra telah terlihat dalam dua dekade terakhir ini. 1.2.Tujuan Penelitian: Menurut Singelton dan Straits (1999:322), tujuan studi lapangan adalah untuk: sungguh paham apa yang obyek studinya berpikir dan apa yang mereka lakukan; untuk mengerti apa yang mereka mengerti; dan untuk benar-benar memperdalam budaya mereka. Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk membuat gambaran deskriptif mengenai pondok pesantren Assalam di desa Sri Gunung Kecamatan Sungai Lilin,Musi Banyuasin,Sumatera Selatan. Saya berharap laporan ini bermanfaat sebagai pengantar dunia pesantren yang sampai sekarang masih belum diketahui dan dipahami masyarakat secara umum di negara-negara Barat. Dalam penelitian ini, saya ingin menjawab pertanyaan berikut ini:  Bagaimana Sejarah berdirinya Pondok pesantren Assalam dan perkembangnnya?  Siapa bersekolah di pondok pesantren Assalam dan mengapa mereka memilih pendidikan agama?
  • 2. 2  Siapa pemimpin pondok pesantren Assalam dan mengapa dia mendirikan pondok pesantren Assalam?  Apa yang diajar di pondok pesantren Assalam? 1.3.Metode Penelitian: Metode penelitian yang digunakan dalam proyek studi lapangan ini adalah kualitatif studi kasus. Unsur-unsur penelitian kualitatif meliputi analysis yang terbuka dengan fokus penelitian yang bisa berubah dan banyak perhatian terhadap penggunaan wawancara mendalam. Ada keragaman teknik observasi dan wawancara mendalam dalam rangka studi kasus. Teknik observasi yang saya gunakan dalam penelitian ini disebut observasi peserta dimana peneliti menjadi peserta dalam kegiatan-kegiatan kelompok yang akan diteliti. Sifat positif tentang teknik observasi peserta itu adalah bahwa peneliti lebih gampang diterima, orang yang mau diobservasi menjadi lebih terbuka, kelompok dapat diobservasi dalam lingkungan yang natural dan peneliti mampu memperdalam budayanya serta mengembangkan pengertian yang lebih lengkap mengenai kegiatannya. Namun demikian, juga ada sifat negatif yang bisa mempengaruhi kualitas hasil penelitian; misalnya, peneliti menjadi kurang objektif karena terlalu akrab atau ada hal-hal yang lupa diobservasi karena sudah kebiasaan. Sebagai peserta kegiatan sehari-hari di pondok, teknik-teknik wawancara yang paling banyak digunakan adalah wawancara non-formal karena sifatnya flexibal, bebas terpimpin, lebih terbuka dan memang lebih cocok untuk suasana santai yang sering saya alami. Namun demikian, teknik wawancara formal juga digunakan dimana rancangan wawancara dipakai sehingga fokus pembicaraan telah di tentukan dengan jelas dan bisa diarahkan oleh peneliti untuk menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat.
  • 3. 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Unsur-unsur sebuah pesantren Untuk memberi definisi sebuah pondok pesantren, harus kita melihat makna perkataannya. Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier 1985:18). Maka pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para santri. Menurut Wahid (2001:171), “pondok pesantren mirip dengan akademi militer atau biara (monestory, convent) dalam arti bahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi totalitas.” Sekarang di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di Sumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa (Azra, 2001:70). Pondok pesantren di Jawa itu membentuk banyak macam-macam jenis. Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian, ada unsur-unsur pokok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren. (Hasyim, 1998:39) Unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kyai. masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya. a.Kyai: Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren (Hasbullah, 1999:144).
  • 4. 4 Istilah kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa (Ziemek, 1986:130). Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu: 1.sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat; contohnya, “kyai garuda kencana” dipakai untuk sebutkan kereta emas yang ada di Kraton Yogyakarta; 2. gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya; 3.gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya (Dhofier 1985:55). b.Masjid Sangkut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat dalam tradisi Islam di seluruh dunia. Dahulu, kaum muslimin selalu memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat lembaga pendidikan Islam. Sebagai pusat kehidupan rohani,sosial dan politik, dan pendidikan Islam, masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka pesantren, masjid dianggap sebagai “tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah, dan sembahyang Jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.” (Dhofier 1985:49) Biasanya yang pertama-tama didirikan oleh seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren adalah masjid. Masjid itu terletak dekat atau di belakang rumah kyai. c.Santri: Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Kalau murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa disebut kyai dan mulai membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk pondoknya.Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam
  • 5. 5 pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren (Dhofier, 1985:52). d.Pondok Definisi singkat istilah „pondok‟ adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya (Hasbullah, 1999:142). Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya. Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri lebih dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki. Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah, lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan. Kadang- kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan. Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok. Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam lain
  • 6. 6 seperti sistem pendidikan di daerah Minangkabau yang disebut surau atau sistem yang digunakan di Afghanistan (Dhofier, 1985:45). e.Kitab-Kitab Islam Klasik Kitab-kitab Islam klasik dikarang para ulama terdahulu dan termasuk pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agama Islam dan Bahasa Arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab Islam klasik sering disebut kitab kuning oleh karena warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna kuning. Menurut Dhofier (1985:50), “pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik…. merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren.” Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih diberi kepentingan tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan tingkatan suatu pesantren bisa diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan (Hasbullah, 1999:144). Ada delapan macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalam kitab-kitab Islam klasik, termasuk: 1.nahwu dan saraf (morfologi); 2.fiqh; 3.usul fiqh; 4.hadis; 5.tafsir; 6.tauhid; 7.tasawwuf dan etika; dan 8. cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Semua jenis kitab ini dapat digolongkan kedalam kelompok menurut tingkat ajarannya, misalnya: tingkat dasar, menengah dan lanjut. Kitab yang diajarkan di pesantren di Jawa pada umumnya sama (Dhofier 1985:51). 2.2.Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia Sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, pendidikan Islam merupakan kepentingan tinggi bagi kaum muslimin. Tetapi hanya sedikit sekali yang dapat kita ketahui tentang perkembangan pesantren di masa lalu, terutama sebelum Indonesia dijajah Belanda, karena dokumentasi sejarah sangat kurang. Bukti yang
  • 7. 7 dapat kita pastikan menunjukkan bahwa pemerintah penjajahan Belanda memang membawa kemajuan teknologi ke Indonesia dan memperkenalkan sistem dan metode pendidikan baru. Namun, pemerintahan Belanda tidak melaksanakan kebijaksanaan yang mendorong sistem pendidikan yang sudah ada di Indonesia, yaitu sistem pendidikan Islam. Malah pemerintahan penjajahan Belanda membuat kebijaksanaan dan peraturan yang membatasi dan merugikan pendidikan Islam. Ini bisa kita lihat dari kebijaksanaan berikut. Pada tahun 1882 pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden (Pengadilan Agama) yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan pesantren. Tidak begitu lama setelah itu, dikeluarkan Ordonansi tahun 1905 yang berisi peraturan bahwa guru-guru agama yang akan mengajar harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat. Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat pada tahun 1925 yang membatasi siapa yang boleh memberikan pelajaran mengaji. Akhirnya, pada tahun 1932 peraturan dikeluarkan yang dapat memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau yang memberikan pelajaran yang tak disukai oleh pemerintah. (Dhofier 1985:41, Zuhairini 1997:149) Peraturan-peraturan tersebut membuktikan kekurangan keadilan kebijaksanaan pemerintah penjajahan Belanda terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Namun demikian, pendidikan pondok pesantren juga menghadapi tantangan pada masa kemerdekaan Indonesia. Setelah penyerahan kedaulatan pada tahun 1949, pemerintah Republik Indonesia mendorong pembangunan sekolah umum seluas-luasnya dan membuka secara luas jabatan-jabatan dalam administrasi modern bagi bangsa Indonesia yang terdidik dalam sekolah-sekolah umum tersebut.. Dampak kebijaksanaan tersebut adalah bahwa kekuatan pesantren sebagai pusat pendidikan Islam di Indonesia menurun. Ini berarti bahwa jumlah anak-anak muda yang dulu tertarik kepada pendidikan pesantren menurun dibandingkan dengan anak-anak muda yang ingin mengikuti pendidikan sekolah
  • 8. 8 umum yang baru saja diperluas. Akibatnya, banyak sekali pesantren-pesantren kecil mati sebab santrinya kurang cukup banyak (Dhofier 1985:41). Jika kita melihat peraturan-peraturan tersebut baik yang dikeluarkan pemerintah Belanda selama bertahun-tahun maupun yang dibuat pemerintah RI, memang masuk akal untuk menarik kesimpulan bahwa perkembangan dan pertumbuhan sistem pendidikan Islam, dan terutama sistem pesantren, cukup pelan karena ternyata sangat terbatas. Akan tetapi, apa yang dapat disaksikan dalam sejarah adalah pertumbuhan pendidikan pesantren yang kuatnya dan pesatnya luar biasa. Seperti yang dikatakan Zuhairini (1997:150), ternyata “jiwa Islam tetap terpelihara dengan baik” di Indonesia. 2.3.Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dulu, pusat pendidikan Islam adalah langgar masjid atau rumah sang guru, di mana murid-murid duduk di lantai, menghadapi sang guru, dan belajar mengaji. Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari biar tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. Menurut Zuhairini (1997:212), tempat-tempat pendidikan Islam nonformal seperti inilah yang “menjadi embrio terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren.” Ini berarti bahwa sistem pendidikan pada pondok pesantren masih hampir sama seperti sistem pendidikan di langgar atau masjid, hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama. Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau pembantu kyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid- murid yang telah menguasai pembacaan Qurán dan kenyataan merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren (Dhofier, 1985: 28).
  • 9. 9 Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru (Dhofier, 1985: 28). Sistem sorogan juga digunakan di pondok pesantren tetapi biasanya hanya untuk santri baru yang memerlukan bantuan individual. Pesantren sekarang ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah). Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah berusaha untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Akhir-akhir ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan yang bisa dilihat di pesantren modern termasuk: mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat (Hasbullah, 1999:155).
  • 10. 10 BAB III SEJARAH SINGKAT PONDOK PESANTREN ASSALAM 3.1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Assalam Sebelum saya membahas tentang Sejarah Pondok Pesantren Assalam.Saya akan menjelaskan tentang Kapupaten Musi Banyuasin yang menjadi tempat berdirinya Pondok Pesantren Assalam. Barangkali tidak banyak yang tidak tahu Sungai Musi. Sebuah sungai terbesar di Sumatra, bahkan di Indonesia. Atau mungkin cukup banyak yang tahu Musi Banyuasin. Ya, Musi Banyuasin adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatra Selatan dengan ibu kota Sekayu dan jumlah penduduk sebesar 561.458 jiwa. Namanya memang mengambil nama sungai kebanggaan masyarakat Sumatra Selatan itu. Sungai Musi memang mengalir di sebagian besar wilayah Musi Banyuasin, terutama sebelum pemekaran wilayah ini menjadi Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupeten Banyuasin beberapa tahun yang lalu. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 25.664,58 km² atau 15 persen dari keseluruhan luas Provinsi Sumatra Selatan dan membentang pada lokasi 1,3° – 4° LS, 103° – 105° BT (Muba Dalam Angka, 2010/2011: 2). Pada awalnya, Kabupaten Musi Banyuasin berbatasan langsung dengan Kota Palembang di sebelah timur, namun melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 2002 di wilayah ini terjadi pemekaran sehingga terbentuk Kabupaten Banyuasin dengan ibukota Pangkalanbalai. Secara geografis, Kabupaten Musi Banyuasin berbatasan dengan Provinsi Jambi (Kabupaten Muara Jambi) di sebelah utara, Kabupaten Muara Enim di selatan, Kabupaten Musi Rawas di sebelah barat dan Kabupaten Banyuasin di sebelah timur. Sampai saat ini, Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari 14 kecamatan dengan Banyung Lencir sebagai kecamatan yang memiliki wilayah terluas (33,98%) dan Lawang Wetan sebagai kecamatan dengan wilayah terkecil sebesar 1,63 persen (Buku Saku Profil Daerah Kab. Muba, 2011: 10). Di samping itu, Kabupaten Musi Banyuasin juga memiliki 236 desa/kelurahan, di mana Lalan merupakan kecamatan yang memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak (26 buah) sedangkan Babat Supat merupakan kecamatan yang memiliki jumlah
  • 11. 11 desa/kelurahan paling sedikit dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya (11 buah). Sejak dahulu, Sumatera memang dikenal sebagai kawasan yang kaya dengan beragam sumberdaya alam (natural resources) sehingga kemudian mengemuka sebutan sebagai swarna dwipa yang berarti pulau emas terhadap wilayah ini. Beraneka ragam jenis sumberdaya ada di pulau ini, mulai hasil tambang, perkebunan dan lain sebagainya. Perkebunan nampaknya memang memiliki bagian tersendiri dari pulau ini karena jika dilihat dari atas sebagian besar kawasan ini diselimuti warna hijau dari dedaunan kelapa sawit, karet dan beraneka ragam jenis tanaman lainnya. Meskipun demikian, karet dan kelapa sawit menjadi komoditas dominan yang memang diusahakan di pulau yang juga disebut Andalas ini, baik oleh pemerintah melalui PTP-PTP maupun oleh masyarakat sendiri. Salah satu wilayah di Pulau Sumatera yang memiliki areal perkebunan, karet dan kelapa sawit, yang sangat besar adalah Sumatera Selatan dimana provinsi ini berbatasan langsung dengan Lampung, Jambi, Bengkulu dan wilayah pemekarannya, Bangka Belitung. Namun demikian, Sumatera Selatan sebenarnya tidak hanya memiliki areal perkebunan yang luas tetapi juga mempunyai lembaga- lembaga pendidikan yang cukup tumbuh subur di kawasan ini. Baik lembaga pendidikan umum maupun agama seperti pesantren-pesantren layaknya yang dapat dijumpai di Pulau Jawa. Jika kita melakukan perjalanan darat, baik dari arah Jambi maupun dari arah Lampung, dengan menyusuri jalan lintas timur maka kita akan menjumpai sebuah lembaga pendidikan keagamaan (pesantren) yang memiliki peran signifikan dalam kehidupan masyarakat wilayah ini. Jika dari arah Jambi, pesantren ini akan dijumpai setelah melewati perbatasan kedua propinsi sekitar satu setengah jam menggunakan angkutan umum. Sedangkan dari arah Lampung, maka pesantren ini akan dijumpai setelah beberarapa saat melewati Kota Palembang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Selatan.
  • 12. 12 Ya, inilah Pondok Pesantren Assalam yang terletak di Desa Sri Gunung Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin yang didirikan pada tahun 1987. Secara geografis, PP Assalam terletak dekat perbatasan dengan Provinsi Jambi dan berada di tengah kawasan perkebunan kelapa sawit dan sebagian kecil perkebunan karet rakyat. PP.Assalam awalnya didirikan oleh seorang ustadz yang pernah mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Lampung bernama KH Masrur Musir bersama istrinya (Zamzami HM) yang berasal dari sebuah daerah di Jambi yang saat itu masih tergolong pengantin baru dan dengan dibantu saudara iparnya KH. Isno Jamal yang kelak menjadi pengasuh. Pada awalnya pengelolaannya, kawasan pesantren yang masih berupa padang ilalang dengan gubuk-gubuk reot sebagai tempat pengajaran yang terletak di tepi Jalan Lintas Timur Sumatera ini menghadapi banyak tantangan. Salah satu yang cukup terasa adalah kecurigaan aparat setempat bahwa pesantren ini merupakan tempat pelarian ustadz-ustadz Talangsari Lampung sehingga memunculkan plesetan bahwa Assalam adalah Asal Lampung. Maklum saja, saat itu kejadian penyerangan aparat keamanan terhadap komunitas pengajian Talangsari Lampung yang diketuai oleh Warsidi masih segar-segarnya dalam ingatan. Namun, berkat usaha yang tak kenal lelah dari pimpinan pesantren ini, maka lambat laun stigma negatif yang beredar di masyarakat hilang dan berganti dengan kebersamaan dan persaudaraan. 2.2.Tujuan berdiri Pondok Pesantren Assalam Tujuan pondok pesantren Assalam adalah untuk membina ketrampilan kemandirian para santri. Ada dua motto utama, yaitu “tanya dirimu sendiri” dan “bantu dirimu sendiri”. Menurut pekan perkenalan yang disampaikan kepada santri oleh seorang Kyai pesantren di sana setiap awal tahun ajaran baru, “ajaran yang utama di dalam pondok pesantren ialah “self help”, atau “membantu diri sendiri”. Para santri diberitahu bahwa “pemuda-pemuda yang terdidik menolong diri sendiri dapat menghadapi masa depan dengan penuh harapan, jalan hidup terbentang luas di mukanya.” Motto ini dipeluk sepenuhnya oleh para santri dalam hidupnya sendiri dan juga dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat pondok pesantren. Di pondok, oleh karena disiplin yang tinggi sekali, mereka sanggup
  • 13. 13 menyelenggarakan sendiri kegiatan-kegiatannya dan tidak perlu diawasi para guru. Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren mempunyai peran penting sekali dalam Islam karena ajaran Islam sangat mendorong dan menghargai orang yang mencari ilmu. Ini jelas disebut dalam Al Qurán, surat Al-Mujadalah, ayat 11: “…Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat…” Dengan kalam Allah ini di belakang benaknya, KH. Abdul Malik Musir mendirikan pondok pesantren Assalam dengan tujuan “mendidik dan mengajar santri-santri Islam agar menjadi manusia yang: 1.Berbudi tinggi, 2. Menguasai bahasa Qur‟an (bahasa Arab) dan bahasa umum (bahasa Inggris), 3. Takwallah – takut kepada Allah, 4. Menegakkan agama Allah dan memberikan berita kepada orang tabligh, mengajar atau paling tidak menjadi contoh.” 3.3. Riwayat pembangunan fasilitas Pondok Pesantren Assalam Mulai tahun 1990 dapat dikatakan tahun kebangkitan bagi PP. Assalam karena tahun- tahun inilah pesantren mulai mendapat bantuan yang signifikan bagi pengembangan lembaga pendidikan ini. Dimulai dengan pembangunan asrama santri yang merupakan bantuan Menteri Kehutanan saat itu hingga pembangunan jalan aspal di areal pesantren yang merupakan bantuan Bupati Musi Banyuasin saat itu. Santri-santri yang berasal dari beragam daerah, baik sekitar maupun yang jauh sekalipun, mulai berdatangan. Tercatat saat itu ada yang dari Aceh, Riau, Jambi, Lampung dan Bangka, di samping wilayah-wilayah lain di Sumatera Selatan. Para pengajar pun juga mulai beragam yang berasal dari beragam pesantren di Sumatera dan Jawa, seperti PP.Darussalam Lampung,Darul Qalam Tangerang, Gontor dan Wali Songo di Ponorogo. Hal ini ditambah lagi dengan
  • 14. 14 pindahnya seorang ustadz karismatik yang menjadi tokoh sentral dalam pengembangan Pesantren Darussalam Lampung, KH. Abdul Malik Musir, Lc. Dengan demikian, lengkaplah sudah Assalam dipenuhi oleh santri-santri yang berasal dari beragam daerah yang haus akan ilmu pengetahuan dan pengajar- pengar yang mumpuni di bidang yang berasal dari lembaga-lembaga pendidikan yang telah dikenal berkualitas. PP.Assalam kini sangat jauh berbeda dengan masa-masa awal pendiriannya. Jika dahulu satu-satunya gedung kebanggaan yang dimiliki lembaga pendidikan Islam yang berada di tengah perkebunan kelapa sawit ini adalah masjid yang kerap menjadi tempat pelarian santri di kala hujan deras datang karena atap pondokan yang terbuat dari ayaman daun sejenis lontar bocor, maka kini seluruh bangunan yang ada telah permanen yang terbuat dari beton dan bertingkat. Jika dahulu jenjang pendidikan yang dilaksanakan hanya Madrasah Ibtidaiyah dan Madsarah Aliyah, maka sejak beberapa tahun belakangan ditambahkan dengan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah.  ASAL-USUL TANAH KEBUN PESANTREN ASSALAM SELUAS 47,5 Ha. 1. Tahun 1998 Pesantren mendapatklan wakap tanah seluas 30 Ha. (15 Surat ) yang diakte wakafkan ke Departemen Agama tingkat II cq. KUA Sungai Lilin 2. Tahun 1992 Popndok Pesantren mendapatkan paket bantuan penanaman kebun rambutan dan durian seluas 50 Ha. Dari Departemen Pertanian 3. Tahun 1992 untuk memenuhi pada butir ke 2 pesantren menambah tanah lagi seluas 17,5 Ha. Dari warga Sri Gunung dengan jalan ganti rugi. 4. Tahun 1993 kebun yang sudah ditanami rambutan seluas 18 Ha dipermasalahkan oleh PT. Hindoli yang kemudian telah diselesaikan (PT. Hindoli mengganti tanaman pesantren yang telah dibakarnya dan meninggalkan lahan tersebut) bukti surat terlampir. 5. Tahun 1994 kebun yang telah dibakar oleh PT. Hindoli tersebut ditanami tanaman rambutan kembali.
  • 15. 15 6. Tahun 1995 kebun rambutan dan durian seluas 43,5 Ha terbakar, sisanya 4 Ha tanaman rambutan masih ada sampai sekarang. 7. Tahun 1997 Ditanami Kelapa sawit seluas 7 Ha dan sekarang sudah dipanen. 8. Tahun 2000 lahan yang kosong ditanami kelapa sawit kembali dan sebahagian besar rusak dikarenakan dimakan tikus dan babi dan yang masih ada sekarang + 10 Ha. Sudah buah pasir. 9. Tahun 2002 Saudara Hasan menunjukkan surat tanah kepada saya (Ir. Syahfani) sebanyak 6 surat atau 12 Ha. bahwa beliau mempunyai lahan sebanyak 12 Ha dilokasi lahan pesantren tersebut. Dan saya sebagai penanggung jawab kebun Pesantren tahu benar asal – usulnya. Maka pernyataan Sdr. Hasan tersebut diatas saya sangkal dan sdr. Hasan akan mengadukannya kepihak yang berwajib dan saya persilahkan. 10. Tahun 2003 tanah yang didapat dari ganti rugi dengan warga Sri Gunung pada butir 3 kami sertifikatkan. 11. Tahun 2004 lahan yang masih kosong (rusak dimakan babi pada penanaman tahun 2000 ) dibuatkan jalan didalam kebun tersebut 12. Tahun 2005 warga Bentayan yang dibonceng oleh sdr. Hasan mempersalahkan kembali tanah tersebut yang sampai sekarang belum selesai, sehingga areal tanah pesantren yang terkena jalan PT. Gas seluas 25m x 199 m pembayaran ganti rugi masih dipending 13. Jadi kesimpulannya lokasi tanah kebun pesantren tersebut 30 Ha. Bersuratkan SKT dari Kades Bentayan yang diketahui oleh Camat Banyuasin III dan 16 Ha dari penggantian warga Sri Gunung sudah disertifikatkan dan sisanya 1,5 Ha belum bersurat 3.4.Keadaan Masyarakat sekitar Lokasi tempat berdirinya PP. Assalam merupakan tempat yang sangat Strategis karena selain jauh dari kebisingan kota akan tetapi tepat didepan jalan lintas Sumatera atau Jalan Palembang-Jambi Km. 121 juga ditinjau dari segi Ekonomi masyarakat tergolong pada tingkat menengah kebawah namun
  • 16. 16 selangkah lebih maju disekitar Pondok adalah perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Gas Alam (Pengeboran Minyak dan Gas) Adapun masyarakat dalam bidang agama tergolong masih sangat kurang.Kehadiran Pesantren di wilayah ini, telah banyak memberi pengaruh positif bagi masyarakat sekitar dan kini berangsur-angsur masyarakat mengenal Al-Islam lebih mendalam. 3.5 Keadaan Santri Kyai,Santri,dan Pondok Pesantren Assalam Para santripun berdatangan dari berbagai daerah di Sumatera yaitu Palembang Jambi,Riau, Ambon, Sulawesi, Bangka, Bengkulu, Lampung dan Jawa. Hingga kini jumlah seluruh santri sebanyak 920 orang. Rinciannya 751 orang menginap di Asrama. Sisanya 169 orang di luar asrama.  Kulliyatul Muallimin-Muallimat Al-Islamiyah (KMI) Pendidikan yang dikembangkan di pesantren ini adalah Kulliyatul Muallimin- Muallimat Al-Islamiyah (KMI) Tafaqquh Fiddin 6 th. Diajarkan Didaktik Metodik (Tarbiah Amaliyah & Tarbiyah Wata‟lim) dikelas terakhir akan diujikan yaitu ujian Paktik Amaliyah (Ujian Praktik Mengajar) juga meliputi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Kurikulum yang digunakan merupakan Kombinasi Kurikulum pesantren. Depag dan Diknas.Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Jenjang Pendidikan yang ada saat ini : 1. Raudhatul Athfal (RA/TK) 2. Madrasah Ibtidaiyah (MI) 3. Madrasah Tsanawiyah (MTs) 4. Madrasah Aliyah (MA) 5. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIS) 6. Lembaga Tahfizh Qur'an (LTQ)  Sekolah Tinggi Agama Islam Assalam (STAIS) Seiring dengan perkembangan zaman semakin canggih, Teknologi semakin digalakan, Pendidikan Tinggipun semakin diminati, sedangkan masih sangat mimimnya keberadaan Lembaga Pendidikan Tinggi terutama di Daerah-daerah yang jauh dari perkotaan. Maka demi mengatasi permasalahan tersebut untuk
  • 17. 17 memenuhi kebutuhan tenaga-tenaga Pendidik yang berkwalitas dan Profesional yang mampu menggali ilmu-ilmu keislaman, Yayasan Pondondok Pesantren Assalam sejak tahun 2004 berupaya untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Assalam (STAIS), yang berkonsentrasi pada jurusan Syari'ah Program Ahwal Asy-syakhshiyah (AS) dan jurusan Tarbiyah Program Pendidikan Agama Islam (PAI) Para santri mengikuti pendidikan Tsanawiyah dan Aliyah pada pagi hari. Kemudian di sore dan malam hari mendapatkan materi-materi tambahan yang dipandu oleh Wali kelas merupakan muatan agama.dan mempersiapkan pelajaran untuk esok hari mengerjakan tugas /PR dan lain-lain.  Program Pengembangan Pendidikan Untuk meningkatkan kualitas SDM, Lembaga ini telah mengupayakan Lembaga Pendidikan Tinggi Assalam (STAIS). berkonsentrasi pada Jurusan Syari'ah Program Ahwal Asy-Syahsiah (AS) dan Jurusan Tarbiyah Program Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mengupayakan beasiswa.Termasuk untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan di Timur Tengah. Beberapa santri dan pengajar tercatat telah berhasil melanjutkan pendidikan di Timur Tengah. Seperti di Al-Azhar Cairo Mesir sebanyak tujuh belas orang , di Universitas Al-Iman Yaman sebanyak lima orang, di Universitas Madinah sebanyak dua orang dan enam orang di International Univercity Khaurthoum Of Africa Sudan. Satu hal yang menjadi perhatian pimpinan pesantren, memperkuat basis ekonomi .Kemandirian menjadi perhatian utama. Apalagi mereka menyadari kendala terbesar menyangkut sektor dana. Oleh karena itu, kemandirian dalam soal pendanaan telah di upayakan sejak pesantren berdiri.  Sumber Dana dan Usaha Ekonomi Sumber dana untuk keperluan Penyelenggaraan dan pengelolaan Pontren Diperoleh dari sumbangan atau iuran wajib santriwan/santriwati dan usaha Pontren sendiri antara lain Toko Pondok / Kantin , Truk (alat angkut buah sawit dll) 2 Unit KBU Wartel Kebun Kelapa Sawit seluas 20 Ha. dan 5 Ha. Sudah dipanen
  • 18. 18  Program Pengembangan dan Pemberdayaan Langkah strategis yang diambil melalui pengadaan lahan. Dengan harapan akan dimanfaatkan untuk perkebunan.Pilihan ini didasarkan pada kondisi factual di lokasi pesantren. KH Masrur Musir, S.Pd.I kemudian mengembangkan lahan. Semula hanya dua hektar, kini menjadi 71,5 hektar. Dengan cara membeli tanah penduduk sekitar pontren. Sumber dana untuk pembelian, utamanya di peroleh melalui aktivitas ekonomi dari koperasi / kantin.Setiap bulannya,penghasilan koperasi dan kantin mencapai belasan juta rupiah uang itu disisihkan untuk menjadi dana utama lahan pesantren. Upaya ini mencapai puncaknya menjelang krisis moneter dan ekonomi tahun 1997 s/d 1998. Ketika itu, secara keseluruhan pesantren telah berhasil membeli lahan dibeberapa kawasan sekitar hingga mencapai 66 ha. Lahan seluas itu, meliputi 20 ha. Yang kini telah ditanami kelapa sawit yang sampai saat ini (th. 2005) sudah dipanen hasilnya. Lalu 5 ha. Lahan kebun karet begitu juga sampai saat ini sudah berhasil (dipanen) ditambah 4 ha. Kebun rambutan dan hasilnya sebagian digunakan untuk dana operasional pesantren. Sebagian lagi bakal diinvestasikan. dan 46 ha. Dicanangkan untuk kebun kelapa sawit. Saat ini Pimpinan Pontren (KH.Masrur Musir, S.Pd.I) tengah mengusahakan lahan + 6200 ha, untuk kebun kelapa sawit. Bekerjasama dengan masyarakat yang berlokasi di Kecamatan Bayung Lencir Musi Banyuasin dan Insya Allah pembagiannya nanti 30 % Plasma untuk masyarakat dan 70 % Inti untuk pengelola. Kerja besar itu bakal melibatkan masyarakar sekitar. Oleh karna itu, Pimpinan pesantren telah menyiapkan sebuah konsep kerja sama. Tentunya yang menguntungkan kedua belah pihak.dan langkah awal saat ini Pimpinan tengah mengurus izin lokasi secara resmi kepada Bapak Bupati Musi Banyuasin.
  • 19. 19 BAB IV PERAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN ASSALAM’ 4.1. Identifikasi santri Ternyata ada banyak manfaat untuk santri-santri kalau wajib berasrama karena suasana di pondok pantas untuk santri yang mau rajin belajar dan juga tidak harus kuatir soal kemananan. Kewajiban berasrama itu juga memperkuat keakraban masyarakat pondok dan mempermuda tugas kyai dalam pembinaan dan pendorongan para santrinya. Supaya saya lebih sanggup menjawab pertanyaan utama dalam penelitian ini saya perlu menggambarkan siapa itu yang bersekolah di pesantren Assalam Apakah mereka berasal dari daerah yang jauh sehingga mereka jarang pulang dan tidak begitu dipengaruhi orangtua atau keadaan di rumah? Apakah mereka memilih sendiri untuk berasrama di pondok pesantren dan apa alasannya? Apakah ada yang keluar sebelum lulus dan mengapa? Dan apa cita-cita mereka? a) Para santri berasal dari mana? Para santri yang mondok di Assalam banyak berasal dari desa-desa di kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Ini berarti bahwa kapan-kapan kalau ada keperluan, orang tua santri bisa mengunjungi anaknya di pondok atau santri-santri bisa pulang. Biasanya kalau orang tua santri datang ke pondok mereka membawa makanan banyak untuk anaknya dan teman-temannya dan hanya main di pesantren selama beberapa jam saja. Jika santri pulang selama waktu semester sekolah masih berlanjut, biasanya alasannya adalah karena ada keperluan penting, misalnya kalau sakit dan harus mengambil obat dari rumah, atau karena ada upacara keluarga seperti upacara pernikahan dan lain-lain. Santri-santri yang berasal dari daerah jauh seperti Lampung,Bengkulu,Jambi,Sulawesi,dan pulau Jawa tidak seberuntung santri lain
  • 20. 20 yang berasal dari Kabupaten Musi Banyuasin sendiri. Mereka tidak mendapat kesempatan untuk pulang, kecuali pada waktu musim libur, yaitu selama lima puluh hari untuk bulan Ramadan, dan selama sepuluh hari pada bulan Robiul‟awwal b)Pengaruh orangtua Memang sudah jelas bahwa pada umumnya, para pemuda-pemudi sangat dipengaruhi oleh orangtuanya. Dalam konteks pondok pesantren, kenyataan ini sangat penting kalau ingin tahu siapa yang memilih pendidikan pesantren daripada pendidikan sekolah umum. Misalnya, kalau seorang santri berasal dari keluarga yang kaya dan sudah terbiasa dengan kehidupan yang mewah dan nyaman, mungkin santri tersebut akan merasa keberatan kalau bersekolah di pondok pesantren yang mementingkan kesederhanaan. Atau kalau orangtua santri adalah orang yang sangat aktif dalam urusan masyarakat, bidang keagamaan dan sangat rajin beragama, maka si santri tersebut mungkin akan lebih cepat memeluk ajaran yang dia temukan di pondok karena sudah terbiasa. Dalam survey saya bertanya tentang pekerjaan bapak dan ibu santri. Menurut data yang dikumpulkan dari survey saya, hampir 50% Ibu santri bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Yang lain bagi Ibu-Ibu santri termasuk pedagang (20%), petani (12%), penjahit (9%), wiraswasta (7%) dan lain lain. Pekerjaan yang paling popular bagi Bapak santri adalah wiraswasta dengan 36% yang bekerja dalam bidang itu. Kerjaan lain termasuk petani (22%), pedagang (19%), guru (6%) dan lain lain. Data-data ini menunjukkan bahwa pada umumnya, kerjaan yang paling sering dikerjakaan orang tua para santri (selain dari Ibu rumah tangga) termasuk petani, pedagang dan wiraswasta. Dari informasi ini saya menarik kesimpulan bahwa para santri yang bersekolah di Assalam berasal dari keluarga yang pada umumnya dapat disebut kelas menengah ke bawah.
  • 21. 21 c) Mengapa santri memilih untuk bersekolah di pesantren? Ternyata di Assalam mayoritas santri memilih sendiri pendidikan pesantren, dengan dorongan dari orangtua mereka. Kenyataan ini sangat mempengaruhi suasana di pondok karena itu berarti bahwa santri-santri senang dan siap menghadapi tantangan kehidupan di pondok pesantren. Walaupun, kalau sudah dikatakan begitu, perlu ditanyai, mengapa para pemudi ini lebih memilih sekolah agama daripada sekolah umum? Dari hasil survey yang saya tunjukkan kepada para santri di Assalam dapat saya lihat bahwa aspek-aspek pendidikan pesantren modern yang paling disukai santri adalah kesempatan yang diberikan untuk memperdalam baik pelarajan agama maupun pelajaran umum. Menurut salah satu santri kelas 3, “pendidikan pesantren lebih baik karena di pesantren ilmunya bisa digunakan untuk masalah akhirat dan duniawi.” Hasil yang paling menarik dari survey tersebut adalah banyak santri berpendapat bahwa sekolah umum tidak mendidik muridnya mempunyai akhlak yang kuat. “Saya takut sekolah di luar (di sekolah umum) karena saya takut bertambah nakal dan terjerumus dalam bujukan syetan.” “Saya memilih sekolah pesantren karena sekolah umum hanya dapat memberi pengetahuan duniawi.” Jawaban semacam ini memang mengirim pesan jelas kepada pemerintah dan ketua-ketua sekolah umum! Aspek-aspek pendidikan pondok pesantren lain yang mempengaruhi santri untuk memilih sistem pendidikan pesantren termasuk: kedisiplinan, yang mendorong santri-santri menjadi lebih terfokus kepada pelajarannya; keamanan, yang rajin dijaga dan sangat penting bagi semua penghuni pondok; dan pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris. Santri-santri mementingkan pelajaran bahasa
  • 22. 22 Arab untuk mengaji dan memahami ayat-ayat kitab suci dan bahasa Inggris karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang sangat bermanfaat dalam dunia modern ini. Pada umumnya, informasi yang saya dapat dari studi kasus ini dan kesimpulan yang saya ambil didorong oleh kesimpulan yang diambil oleh Dhofier dalam penelitiannya sendiri. Menurut Dhofier, (1985:52) seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena berbagai-bagai alasan: 1.Ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kyai. 2.Ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren yang terkenal; 3.Ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya. d)Cita-cita santri Ternyata lebih dari 90% santri mempunyai keinginan untuk melanjutkan sekolahnya di universitas. Walaupun sebagian besar mengakui bahwa ada kemungkinan keinginannya tidak dapat dicapai karena masalah biaya kuliah yang pada saat ini sangat mahal. Dari bagian santri yang tidak ingin kuliah, rencananya adalah untuk membantu orangtua di rumah atau langsung mencari pekerjaan. Dengan soal pekerjaan, mayoritas santri bercita-cita mendapat pekerjaan dalam bidang perguruan dan pendidikan karena di pesantren Assalam mereka dididik biar nanti bisa mendidik. Bidang lain yang tertarik bagi beberapa santri termasuk: jahit, kebankan, keperawatan, parawisata, komputer dan perdagangan. Memang menarik bahwa tidak ada satupun santri yang bilang bahwa cita-citanya adalah untuk menjadi Ibu rumah tangga, walaupun itu pekerjaan kebanyakan Ibunya sendiri.
  • 23. 23 d)Mengapa santri keluar sebelum lulus? Menurut para santri, ada beberapa alasan untuk mengapa santri tidak melanjutkan pelajarannya. Yaitu: 1. karena kurang mampu membayar biaya sekolah dan asrama yang lebih mahal dari pada sekolah umum; 2. karena santri sudah siap menikah (ada kasus pernikahan baik yang diatur oleh orangtua santri maupun yang diatur oleh santri itu sendiri dengan persetujuan orang tuanya); 3. karena santri tidak belum siap atau tidak kuat mengikuti pelajaran dan peraturan pondok pesantren untuk alasan pribadi, misalnya tidak merasa kerasan atau belum siap keluar dari rumah dan bimbingan orang tua; 4. karena masalah dengan keluarga, misalnya ada saudara yang meninggal; 5. karena tidak naik kelas jadi tidak berniat untuk melanjutkan sekolahnya; 6. karena mau pindah ke pondok pesantren yang lain atau melanjutkan sekolahnya di sekolah umum. Ternyata, paling banyak santri yang keluar sebelum lulus dari Assalam melanjutkan sekolah di sekolah umum atau tidak melanjutkan sekolahnya sama sekali. Dari yang tidak melanjutkan sekolahnya, ada yang tinggal di rumah saja, yang langsung bekerja atau menikah. 4.2.Peran santri dalam masyarakat a) Masyarakat Umum Menurut Prof. Azyumardi Azra (2001:80), santri memainkan peran penting dalam kecenderungan islamisasi atau re-islamisasi di kalangan umat Islam Indonesia yang, menurut dia, telah terlihat dalam dua dekade terakhir ini. Proses „kebangkitan Islam‟ ini diindikasikan oleh bertambahnya jumlah masjid dan tempat ibadah lainnya di Indonesia, pertumbuhan jumlah orang yang pergi haji ke Arab Saudi, dan berdirinya organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga Islam baru, seperti Bank Islam dan Asuransi Islam. Istilah selain dari kebangkitan Islam
  • 24. 24 yang sering dipakai di Indonesia untuk menggambarkan kecenderungan tersebut adalah „santrinisasi‟. Proses santrinisasi tersebut mulai dengan santri yang mengalami re- islamisasi selama pendidikannya di pesantren karena proses penanaman ajaran dan praktik-praktik Islam lebih intens di lingkungan sistem pendidikan pesantren daripada sistem pendidikan lain. Selanjutnya, santri-santri membawa pulang ilmu dan pelajaran yang mereka dapat di pesantren dan menyampaikan kepada keluarga dan orang tuanya. Menurut teori Prof Azyumardi Azra (2001:80), santri bahkan “mengajarkan kepada orangtua mereka yang acapkali hanya mengetahui sedikit tentang Islam. Umumnya orang tua merasa malu akibat ketidaktahuan mereka mengenai ajaran dan praktik Islam tertentu. Akibatnya, agar tidak mengecewakan sang anak, mereka mulai mempelajari Islam.” Salah satu tujuan sistem pendidikan pondok pesantren Assalam adalah untuk menyiapkan para santri untuk kehidupannya dalam masyarakat setelah sudah lulus dari pesantren. Para santri dididik biar memiliki keterampilan kemandirian dan biar mereka menghayati tugasnya dan perannya menurut ajaran Islam di dalam masyarakat sebagai perempuan, Ibu, isteri, tetangga, pekerja dan seorang alimSekolah-sekolah pendidikan Islam “tidak hanya memberi kontribusi pada perbaikan pendidikan Islam di Indonesia, melainkan juga pada proses santrinisasi masyarakat Muslim.” (Azra, 2001:79) Namun, saya merasa penting untuk menyebut di sini bahwa peran santri dalam proses kebangkitan Islam tersebut walaupun penting, juga terbatas dan beberapa macam fakta lain seperti keadaan politik di Indonesia dan di arena internasional yang mempengaruhi perkembangan agama Islam di Indonesia. b) Masyarakat lokal Di atas saya sudah menarik kesimpulan bahwa peran santri dalam masyarakat adalah sebagai salah satu bagian yang mempengaruhi proses kebangkitan Islam di Indonesia karena mereka mampu menyampaikan pelajaran yang mereka dapatkan di pesantren untuk masyarakat. Sekarang, secara lebih
  • 25. 25 spesifik, saya mau menyampaikan observasi saya mengenai peran santri dalam masyarakat lokal. Ternyata pada umumnya, hubungan di antara santri Assalam dan masyarakat yang menetap di sekeliling pesantren di desa Sungai Lilin itu kurang. Selain dari tetangga-tetangga yang bersaudara dengan keluarga kyai-kyai yang di sana dan oleh karena itu sering main atau mengajar di pondok dan pemilik toko- toko kecil di desa, jarang ada interaksi di antara para santri dan masyarakat lokal. Pada umumnya, santri-santri jarang sekali keluar dari pondok pesantren dan akibatnya tidak begitu kenal dan kurang terlibat dalam kehidupan masyarakat lokal. Dari pandangan lain, masyarakat lokal juga kurang terlibat dalam urusan pondok pesantren. Maka kenyataan ini membuat saya ingin tahu, mengapa begitu? Jawabannya cukup sederhana. Tujuan santri bukan untuk bergaul dengan tetangga-tetangga pondok atau bekerja untuk mempengaruhi pendapat masyarakat sehingga ada lebih banyak yang masuk agama Islam, tetapi untuk belajar dan memperdalam ilmu ajaran Islam. Terletaknya pondok pesantren di tengah masyarakat desa Sri Gunung tidak begitu mempengaruhi masyarakat tersebut dan ternyata peran santri dalam masyarakat lokal desa Sri Gunung juga kurang penting. 4.3.Profil kehidupan sehari-hari santri Budaya yang diciptakan dalam sebuah pondok pesantren memang sangat unik. Setiap pondok memiliki budaya dan suasana yang cukup berbeda walaupun tentu ada banyak kesamaan juga. Budaya ini terutama dibuat dari fakta lingkungan pondok yang sangat terbatas, sifat kyai dan sifat para santri. Oleh karena lingkungan pondok sangat terbatas dan banyak waktu harus dilewatkan di dalam satu tempat itu, maka harus ada kehormatan dan kesabaran yang tinggi sekali. Santri-santri harus bisa bekerja sama dan saling paham untuk menciptakan suasana yang tenang dan cocok untuk belajar dan beribadah.
  • 26. 26 Tidak ada banyak keragaman bagi para santri dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren Assalam. Jadwal sekolah dan kegiatan-kegiatan sehari-hari tetap, jarang berubah. Jadwal harian santri diatur menurut jam salat karena salat lima kali sehari pada waktu tertentu merupakan kewajiban bagi kaum muslim. Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri di pesantren Darur Ridwan pada umumnya bisa dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu: 1. kegiatan pribadi, misalnya mandi, mencuci pakaian, membersihkan kamar, makan, membaca, mengobrol dengan teman, dan istirihat; 2. kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji di musholla dan mengerjakan PR atau belajar sendiri; 3. kegiatan sembahyang; dan 4. kegiatan ekstrakurikuler, misalnya olahraga yang dilakukan dua kali seminggu, pramuka, kesenian atau tugas-tugas sebagai ketua Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilihat di jadwal harian dasar santri di bawah: Jadwal Harian Dasar Santri 4.15 – bangun, wudlu 4.30 – salat Subuh 4.40 – pengajian dipimpin Pak Kyai 5.30 – mandi, membersihkan kamar…dll 6.15 – sarapan 6.45 – masuk ruang kelas 7.00 – masuk kelas pertama 12.00 – kelas terakhir selesai 12.15 – wudlu 12.30 – salat Dhuhur 12.45 – makan siang 13.00 – kelas 13.45 – waktu bebas/belajar 15.00 – salat Ashar 15.15 – pengajian 16.00 – kegiatan ekstrakurikuler 17.00 – mandi, wudlu…dll 17.30 – salat Maghrib 17.45 – pengajian 19.00 – salat Ishya 19.30 – makan malam 19.45 – waktu bebas/belajar 22.00 – tidur
  • 27. 27 Salah satu aspek kehidupan sehari-hari para santri adalah ketidakperluannya untuk diawasi atau dikelola oleh para guru atau Pak Kyai. Tentu saja kadang terjadi kasus spesifik di mana Pak Kyai perlu ikut campur, tetapi pada umumnya kedisiplinan para santri di Assalam sangat tinggi sehingga saya tidak pernah melihat sorang santri diperintah mengerjakan sesuatu yang seharusnya dia sudah kerjakan. 4.4.Riwayat KH. Masrur Musir Pendiri Pondok Pesantren Assalam. Awal berdirinya Pontren ini merupakan prakarsa orang tua santri Pesantren Moderen Darussalam Lampung. Ia adalah Bpk. Abdulah Mukiran seorang pedagang bibit tanaman. Kepada KH. Masrur Musir – Guru Pesantren –ia menawarkan untuk membuka pesantren didaerahnya. Namun KH. Masrur Musir kurang tertarik dengan tawaran tersebut. Sebab ia ingin melanjutkan pendidikannya. Tetapi Bpk. Abdulah Mukiran terus mendesaknya. Bahkan akan menghibahkan tanahnya seluas 2 Ha. Karena didesak terus, akhirnya KH. Masrur Musir luluh. Apalagi setelah kakaknya – KH. Abdul Malik Musir,Lc. – mendorongkan untuk menerima tawaran itu. Untuk melihat keseriusan Bpk. Abdulah Mukiran, KH. Masrur Musir bersama Kakaknya mengunjungi lokasi yang dimaksud.Keduanya kemudian menemui tokoh-tokoh masyarakat sekitar termasuk pejabat militer. Dukungan pun terus mengalir dari para tokoh masyarakat. Langkah awalnya dengan mendirikan Yayasan Pondok Pesantren As- salam .Tepatnya pada 10 Juni 1987. Lembaga itu dipimpin KH Abdul Malik Musir, Lc. dan KH. Masrur Musir selaku sekretsris umum.Secara bergotong- royong masyarakat ikut membantu membangun dua lokal bangunan .walau sifatnya darurat, Tetapi berfungsi sebagai kelas dan asrama santri lokasinya Jl Palembang-jambi Km 121 Sri Gunung,Sungai Lilin, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.Dua tahun kemudian mereka berhasil mendirikan bangunan permanen.Tahun 1990 sebuah masjid pun telah berdiri di lingkungan Pontren
  • 28. 28 tersebut. Sejak saat itulah Pontren Modern As-salam berkembang dengan penambahan lokal dan bangunan lainnya hingga kini. 4.5.Visi dan Misi Pondok Pesantren Assalam VISI : Membentuk system kehidupan yang islami berorientasikan kepada Mardhotillah melalui proses Pendidikan dan Pengajaran yang terpadu. MISI : 1. Memberi peringatan kepada masyarakat setelah pulang dari Pendidikan (QS. At Taubah : 122) 2. Menanamkan Aqidah yang lurus, Ibadah yang benar, serta Akhlak yang mulia kepada santri khususnya dan kepada masyarakat umumnya. 3. Melakukan proses dakwah yang terus menerus dan berkesinambungan kepada seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut Pondok Pesantren Assalam menerapakan sistem pelajaran Gabungan.Ilmu pengetahuan yang diajarkan di PP Assalam merupakan gabungan antara ilmu agama dan ilmu umum layaknya yang ada di sekolah-sekolah umum lainnya. Mata pelajaran yang berjumlah ratusan diajarkan di waktu-waktu sekolah dari pukul 07.30-12.00. Dalam rentang waktu tersebut, setiap hari para santri diajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum dengan penataan pengajaran yang cukup sistematis. Setelah melaksanakan shalat Dzuhur, layaknya yang berlaku umum di pesantren-pesantren lainnya, para santri mulai berbaris rapi untuk mengantri mendapatkan jatah makan siang. Setelah istirahat sebentar, aktivitas belajar kembali dilanjutkan pada pukul 14.00-16.00 dengan mengikuti kursus-kursus yang biasanya berupa pelajaran tambahan yang disampaikan oleh kakak-kakak kelas V atau kelas II Madrasah Aliyah. Pada sore harinya, sehabis shalat „Ashar, para santri mulai diperbolehkan beraktivitas sesuai keinginan masing-masing, seperti berolahraga dan lain sebagainya. Kemudian, setelah melaksanakan shalat Maghrib para santri diharuskan mengikuti pembacaan al-Qur‟an atau ngaji.
  • 29. 29 Di pagi harinya, setelah shalat Subuh menjelang persiapan masuk sekolah, para santri mengikuti penyampaian kata-kata dalam bahasa Arab dan Inggris atau muhadtsah. Pada malam-malam tertentu, yaitu malam Kamis dan malam Minggu, para melaksanakan pelatihan berpidato atau muhadharah dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia. Begitu juga pada hari Kamis siangnya dimana saat itu para pengajar mengadakan rapat rutin di kantor pesantren. Pada tingkat Madrasah Aliyah telah ada pilihan-pilihan bagi siswanya sesuai dengan minat dan kemampuannya, yaitu: keagamaan, IPA dan IPS. Alumni-alumni yang telah menyelesaikan pendidikannya tersebar di berbagai lembaga pendidikan, baik di Sumatera, Jawa bahkan luar negeri. Beberapa alumninya telah berhasil menggondol beragam gelar kesarjanaan menengah dan tertinggi (S2 dan S3), baik dalam maupun luar negeri. Selain belajar Ilmu pengetahuan dan Agama pondok pesantren Assalam membuka program ektrakurikuler untuk para santri.Program kegiatan dan pelajaran ekstrakurikuler merupakan bagian penting sekali bagi setiap pranata pendidikan, termasuk pesantren AssalamLewat program ekstrakurikuler tersebut, santri dapat kesempatan untuk memperluas pengetahuan dan ketrampilannya sesuai dengan keperluaanya untuk tinggal di masyarakat umum. Selain dari perannya sebagai bagian pelajaran yang memperluas pengetahuan dan ketrampilan para santri, program ekstrakurikuler juga merupakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan santai. Kegiatan semacam ini penting sekali dalam perkembangan mental dan fisik seorang pemuda. Memang sudah banyak penelitian mengenai cara pemuda-pemudi belajar dengan baik dan ternyata tidak cukup bagi para pemuda kalau hanya diberi pelajaran di dalam ruang kelas dengan buku-buku. Yang juga diperlukan adalah pelarajan yang bisa didapat dari pengalamannya sendiri dan dari kegiatan yang menuntut keterlibatan aktif. Ada macam-macam kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti para santri di Assalam. Salah satu yang paling populer adalah pramuka di mana santri mendapat kesempatan untuk mengikuti kemah yang diadakan di tempat di luar pondok pesantren (misalnya di pantai).Program pramuka ini adalah bagian program
  • 30. 30 ekstrakurikuler yang memberikan para santri kesempatan (walaupun agak singkat) untuk melupakan buku-bukunya dan pelajaran akademiknya selama sementara dan belajar dari dan tentang alam. Selain pramuka, kegiatan ekstrakurikuler termasuk pelajaran ketrampilan di mana para santri diajar berbagai macam ketrampilan praktis misalnya; memasak, menjahit, merias, menyulam dan membuat hiasan hiasan seperti bunga. Dari pelajaran ekstrakurikuler tersebut, para santri mendapat ketrampilan yang bermanfaat bagi mereka untuk kehidupannya dalam masyarakat umum. Ada juga pelajaran ekstra kurikuler khutbatul mimbariah (berpidato) di mana santri dapat membangun perasaan percaya dirinya karena harus berani berdiri di depan banyak orang yang kadang-kadang merupakan pengalaman yang menakutkan. Pada setiap akhir tahun ajaran Assalam mengadakan konser bagi para santri. Di konser ini para santri mempunyai kesempatan untuk mempertunjukkan ketrampilan macam-macam yang mereka dapat dari kegiatan ekstra kurikulernya. Selama konser tersebut, kegiatan ekstra kurikuler yang dipertunjukkan termasuk kesenian, drama, karaoke dan samroh. Secara politik, institusi PP Assalam netral alias tidak memihak kepada salah satu partai politik mana pun. Akan tetapi, sebagian besar penghuni lembaga pendidikan keagamaan ini merupakan pendukung utama salah satu partai politik Islam progresif, Partai Keadilan Sejahtera. Orang-orang yang ada di PP Assalam bahkan merupakan penggerak utama parpol Islam ini di kawasan-kawasan yang berada Kabupaten Musi Banyuasin. Sedangkan dari aspek implementasi dan aktualisasi ajaran agama, PP Assalam mengambil sikap netral alias berdiri di atas semua golongan yang ada dalam Islam, khususnya di Indonesia. Inilah yang selalu ditekankan oleh segenap pimpinan yang ada di pesantren ini. Meskipun demikian, jika diperhatikan lebih jauh dan seksama maka aktualisasi ajaran agamanya lebih mendekati atau cenderung „mirip‟ apa yang dipraktekkan dalam Muhammadiyah. Hal ini misalnya terlihat pada pelaksanaan salat Subuh yang tidak menggunakan Qunut dan tidak adanya penyelenggaraan maulid nabi dan isra‟ mi‟raj layaknya
  • 31. 31 yang umum dilakukan masyarakat. Namun demikian, hal ini sepertinya hanya kecenderungan dalam beberapa hal saja karena pada kenyataannya tak ada satupun pimpinan dan segenap pengajarnya yang berafiliasi dengan Muhammadiyah.
  • 32. 32 BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang telah berdiri dalam rentang waktu yang cukup lama, Pesantren Assalam telah melahirkan beragam alumni. Alumni-alumninya tersebar di berbagai tempat di tanah air, utamanya di kawasan Sumatera Selatan. Setamat dari pendidikan di Assalam, para alumni ini melanjutkan pendidikannya di berbagai perguruan tinggi di tanah air, seperti di Palembang, Jakarta, Jambi, Pekanbaru, Yogyakarta, Bandung hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Mesir, Sudan, Arab Saudi, Yaman dan lain sebagainya. Adapun wadah alumni yang menjadi tempat berhimpunnya para lulusan Assalam adalah Forsilam atau Forum Silaturrahmi Alumni Assalam. Forum ini kini tersebar di berbagai tempat yang menjadi wadah para tamatan Assalam untuk kembali berkumpul dan berinteraksi. Meskipun demikian, ada juga alumni yang langsung mengabdikan dirinya di tengah-tengah masyarakat, seperti mengajar, bekerja dan bahkan menjadi anggota legislatif. Demikianlah, dari tempat terpencil di tengah-tengah perkebunan di kawasan perbatasan Sumsel dan Jambi, Pesantren Assalam terus mengembangkan diri menuju menjadi lembaga pendidikan Islam yang maju. Sumbangsih yang diberikan Assalam tentu sangat diperlukan dalam segala bidang kehidupan yang dijalani oleh masyarakat. Semoga Assalam terus menapaki jalan dan meretas masa depan dalam mempersiapkan dan mengasah para generasi muda bangsa sebagai pelanjut tongkat tanggung jawab pengelolaan bangsa ini.
  • 33. 33 DAFTAR PUSTAKA ArieAziz.2010.PondokPesantrenAssalam.http://aaztya.blogspot.com/2010/03/p onpes-assalam-mutiara-sri-gunung.html ,di akses 16 Desember 2012 (Sumber dari Internet) Azra, Prof.Dr.Azyumardi, 2001.Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasin Menuju Milenium Baru, Penerbit Kalimah : Jakarta. Dhofier, Zamakhsyari.1985.Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES : Jakarta. Fahrudin.2012.PesantrenAssalam.http://roedijambi.wordpress.com/2010/01/27/pe santren-assalam-sungai-lilin-sumsel/, di akses 16 Desember 2012 (Sumber dari Internet) Hakim, Agus., 1996, Perbandingan Agama.CV. Diponegoro : Bandung. Hasbullah, Drs..1999.Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembanga. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, (hl 24-27, 138-161) Wahid, Abdurrahman.2001. Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, LkiS, Yogyakarta. Ziemek, Manfred., 1986.Pesantren Dalam Perubahan Sosial : Jakarta. Zuhairini, Dra., dll..1997.Sejarah Pendidikan Islam.Bumi Aksara :Jakarta. 2012.UnsurUnsurPondok.Pesantren.http://makalahmajannaii.blogspot.com/201 2/04/pesantrenkarakteristik-unsur-unsur.html,di akses 16 Desember 2012 (Sumber dari Internet) 2012.id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Musi_Banyuasin,di akses 16 Desember 2012 (Sumber dari Internet)
  • 34. 34 LAMPIRAN FOTO UPACARA SALAH SATU KEGIATAN PONDOK PESANTREN ASSALAM