SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  33
Plaque Assay Metode
assay adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengisolasi dan memurnikan virus dan untuk
menentukan titer virus (konsentrasi terendah virus yang mengakibatkan infeksi). Sebuah uji plak,
awalnya disebut alat tes virologi, dikembangkan untuk mengukur dan menghitung infektivitas
bakteriofag. Menurut Biologi-Online.org, belakangan juga diterapkan untuk menghitung virus
mamalia.

   1. Fakta
           o   plak adalah, konfluen monolayer budaya sel. Membentuk sebagai akibat infeksi
               dari salah satu sel oleh partikel virus tunggal, menurut Biologi-Online.org.
               Setelah sel terinfeksi, virus bereplikasi dan akhirnya membunuh sel. Selanjutnya,
               virus baru direplikasi partikel menyebar, menulari dan membunuh sel-sel di
               dekatnya.

       Fungsi
           o   Dalam uji plak, budaya pertama diwarnai dengan pewarna tertentu. Noda ini mati
               hanya layak (hidup) sel, menurut Biologi-Online.org. Akibatnya, sel-sel mati
               muncul tak bercacat dalam budaya, terhadap latar belakang dicelup. Saat ini, alat
               tes plak diterapkan untuk mendeteksi sel-sel yang menghasilkan antibodi yang
               menghancurkan eritrosit oleh hemolisis.

       Fitur
           o   Eritrosit adalah sel (juga disebut sel-sel darah merah) yang mengandung
               hemoglobin dan transportasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah, dari paru-
               paru dan jaringan. Hemolisis terjadi ketika istirahat hemoglobin eritrosit terbuka
               dan rilis, menurut Biologi-Online.org. Akibatnya, dalam uji plak, dasar adalah
               plak jelas dan menunjukkan bahwa sel-sel darah merah telah hemolysed oleh
               antibodi.

       Metode Bagian I
           o   pengenceran Sepuluh kali lipat dari stok virus dipersiapkan sebelum melakukan
               uji plak dan aliquiots 0.1ml diletakkan ke monolayers sel. Campuran ini
               diinkubasi selama jangka waktu tertentu sehingga virus memiliki waktu untuk
               menyerang sel. Selanjutnya, monolayers dijamin dengan media nutrisi yang
               mengandung zat (biasanya agar-agar), menurut "Mendeteksi Virus: Sebuah Uji
               Plak" oleh Vincent Racaniello. Bentuk gel medium nutrisi dan setelah budaya
               adalah diinkubasi, sel-sel yang terinfeksi virus keturunan asli rilis. Gel membatasi
               penyebaran virus ke sel-sel di sekitarnya, dan sebagai hasilnya, partikel menular
               menghasilkan zona melingkar yang disebut plak. Dengan waktu, plak tumbuh ke
ukuran yang terlihat dengan mata telanjang dan pewarna yang digunakan untuk
               meningkatkan tampilan.

       Metode Bagian II
           o   Titer virus dihitung dalam plak membentuk unit, disebut PFU, per mililiter.
               Mereka dihitung dan, kesalahan diminimalkan, piring hanya yang mengandung
               antara 10 dan 100 dihitung plak. Selanjutnya, sesuai dengan "Mendeteksi Virus:
               Sebuah Uji Plak," untuk setiap 100 plakat menghitung titer yang sama akan
               berbeda-beda menurut plus atau minus 10 persen. Oleh karena kesalahan estimasi
               alat tes plak adalah sekitar 10 persen, jika dilakukan dengan benar.


Viral Plaque tes
Dalam tes plak virus, struktur terlihat terbentuk dalam kultur sel yang terkandung dalam
beberapa media hara (seperti agar-agar). Dengan menyebarkan dalam kultur sel, virus
menghasilkan zona kerusakan sel yang dikenal sebagai plak. Plak ini dapat dideteksi secara
visual-kadang-kadang dengan mata telanjang, dan kadang-kadang melalui teknik lain seperti
pewarnaan, mikroskop, hemadsorption atau immunofluorescence, untuk beberapa nama. Dengan
mendeteksi dan mengevaluasi plakat ini, seorang peneliti dapat mengukur aktivitas virus dan
efektivitas, serta virus efektif enumerasi. Dasar dari teknik ini adalah untuk mengukur
kemampuan suatu infeksi tunggal virus untuk membentuk "plak" di konfluen monolayer budaya
dari sel . Sebuah plak terbentuk sebagai hasil dari infeksi dari satu sel oleh satu virus partikel
diikuti dengan replikasi dari virus , dan akhirnya, pada kematian dari sel . Yang baru diulang
virus partikel kemudian akan menginfeksi dan membunuh sekitar sel . The budaya kemudian
akan diwarnai dengan pewarna , yang hanya noda yang layak sel tetapi tidak mati sel . Oleh
karena itu, orang mati sel-sel dalam plak akan muncul tak bercacat terhadap latar belakang
berwarna.

Saat ini, uji plak diterapkan untuk mendeteksi sel-sel memproduksi antibodi yang
menghancurkan eritrosit (oleh hemolisis ). dasar adalah jelas plak yang menunjukkan sel-sel
darah merah telah hemolysed oleh antibodi .

http://elispot.tripod.com/defs/viral-plaque-assays.html

http://www.ehow.com/about_5480231_plaque-assay-method.html

Jumat, 26 November 2010
bakteriopage
. Jelaskan bentuk dan struktur virus bakteriofage!
Bakteriofage ialah virus yang menginfeksi bakteri . Walaupun spektrum bakteri yang dapat diinfeksi satu
bakteriofage itu terbatas, banyaknya bakteriofage yang ada tak terhitung jumlahnya itu maka sangat
mungkin bahwa paling sedikit terdapat satu bakteriofage untuk setiap tipe bakteri.
Komposisi dan struktur kimia.
Bakteriofage terdapat dalam bentuk-bentuk pilihan dan, seperti virus hewan, semuanya mempunyai
kapsid protein yang membungkus asam nukleat bakteriofage. Beberapa juga mempunyai struktur
kompleks yang digunakan untuk menempelkan bakteriofage pada sel yang rentan.
Kepala bakteriofage, yang berisi asam nukleat, sering ikosahedral, tetapi ada beberapa bentuk lain lain,
termasuk bentuk bulat dan gilig (silindris). Tidak semua bakteriofage mempunyai ekor; diantaranya yang
mempunyai, terdapat cukup keanekaragaman dalam strukturnya.
2. Mengapa ada orang yang tidak setuju memasukkan virus sebagai makhluk hidup.
Virus bukanlah prokariota (organisme bersel satu, terkadang berkoloni, sel-selnya tidak memiliki
nukleus, mitokondria, plastida, aparat Golgi, mikrotubulus). Virus hampir tidak memiliki ciri-ciri khas
eukariota dinding peptidoglikan, ribosom, dan sebagainya. Mereka tidak memiliki mesin enzimatik untuk
membuat ATP atau melakukan aspek-aspek lain dari metabolisme. Mereka tidak mampu
memperbanyak diri sendiri. Sebenarnya, mereka gagal mencukupi sedemikian banyak kriteria
kehidupan, sehingga bahkan tidak dapat dianggap sebagai makhluk hidup.
Virus adalah partikel yang terdiri atas inti yang mengandung asam nukleat (dan sering kali molekul
protein pula) yang dikelilingi oleh kapsid yang terbuat dari protein, dan kadang-kadang, molekul-molekul
lain misalnya lipid. Kapsid itu berfungsi untuk menyuntikkan inti kedalam sel inang yang sesuai. Asam
nukleat dalam inti itu – DNA pada beberapa virus, RNA pada yang lainnya – membawa sejumlah gen
yang dapat menggulingkan mesin metabolik sel inang untuk membuat partikel virus yang baru. Pada
situasi tertentu, gen-gen virus bakteri dapat bergabung ke dalam genom sel inang, suatu proses yang
disebut lisogeni. Fenomena serupa terjadi pada sel-sel hewan dan, kadang-kadang, dapat menyebabkan
sel inang menjadi bersifat kanker.
Jadi apakah virus itu ? Ialah suatu asam nukleat yang dapat menginfeksi, dikemas dalam rakitan makro
molekul (kapsid) yang sebagian besar menentukan sel-sel apa yang dapat diinfeksinya. Kalau sudah
terdapat di dalam sel inang, maka asam nukleat yang dapat menginfeksi ini dapat melakukan satu atau
dua hal. Asam nukleat tersebut pada hakekatnya dapat menggulingkan seluruh mesin metabolik
inangnya (sebagai contoh, enzim-enzim produksi ATP, ribosom, tRNA) untuk satu tujuan : membuat
salinan tambahan dari dirinya sendiri (dalam daur lisisnya). Atau, asam nukleat itu dapat bersembunyi
untuk sementara menyamar sebagai bagian dari genom inangnya sendiri. Akibatnya bagi inang mungkin
kecil saja, umpamanya sariawan yang kadang-kadang melanda sebagai stress pengeksposan terhadap
cahaya mengubah injeksi virus herpes simpliks yang laten (HSV) menjadi lisis. Tetapi akibatnya dapat
parah karena sel inang yang terinfeksi dapat terlepas dari mekanisme pengaturan normal pada tubuh
dan tumbuh secara tidak terkendali menjadi kanker.
Menentukan apakah virus itu hidup atau tidak. Virus sebagai satuan biologi yang dalam keadaan sendiri
tidak memiliki kehidupan , sebab virus memanifestasi kehidupan seperti yang diukur oleh reproduksi
hanya setelah berhasil memasuki sel inang yang rentan. Jadi, virus berada dalam daerah semantik
samar-samar antara ‘hidup’ dan ‘tidak hidup’, statusnya bergantung kepada apakah virus berkembang
biak di dalam sel yang rentan atau apakah virus berada dalam keadaan ekstraselula.
Salah satu komponen yang tidak dimiliki semua virus adalah sistem pembangkit ATP. Sintesis biologis
memerlukan energi, dan energi ini disediakan pada ATP sebagai energi kimia dalam bentuk ikatan fosfat
berenergi tinggi. Namun, untuk kehidupan mandiri, sel harus melakukan oksidasi untuk menyediakan
energi bagi pembangkitan (regenerasi) ikatan fosfat berenergi tinggi yang diperlukan untuk reaksi
biosintesis. Tidak ada virion (partikel virus) yang mempunyai sisten regenerasi ini; oleh karena itu harus
mengandalkan sistem pembangkit ATP yang ada dalam sel inang yang diinfeksi. Komponen kedua yang
tidak dimiliki virus, dan yang harus disediakan inang adalah komponen struktural untuk sistesis protein,
yaitu ribosom. Sintesis protein apapun memerlukan asam ribonukleat (RNA pesuruh) terikat pada
ribosom hingga masing-masing asam amino dapat disalurkan untuk membentuk protein. Virion memang
membawa asam ribonukleatnya sendiri (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), tetapi sejauh yang
diketahui kini, semua virus harus menggunakan ribosom sel inang untuk sintesis protein. Ciri lain yang
khas hanya pada virus adalah bahwa sementara semua bentuk kehidupan lain mengandung RNA dan
DNA, virus hanya mengandung satu tipe asam nukleat; dalam suatu hal kandungan itu adalah RNA, dan
dalam keadaan yang lain DNA, tetapi tidak pernah keduanya.
3. Jelaskan cara berkembang biak bakteriofage.
Replikasi.
Urutan peristiwa yang berlangsung selama replikasi bakteriofage sama untuk kebanyakan bakteriofage;
langkah-langkahnya sebagai berikut.
Virion melekat di permukaan sel inang. Protein-protein kapsidnya bertugas menyuntikkan inti DNA ke
dalam sel. ♣
Setelah berada di dalam sel, beberapa dari gen bakteriofag (gen-gen ♣ “awal”) ditranskripsi (oleh RNA
polimerese inang) dan ditranslasi (oleh ribosom inang, tRNA, dan lain-lain) untuk menghasilkan enzim
yang akan membuat banyak salinan dari DNA bakteriofage dan akan membunuh (bahkan
menghancurkan) DNA inangnya.
Begitu kopi baru dari DNA itu terkumpul, gen-gen lain (gen-gen ♣ “akhir”) ditranskripsi dan ditranslasi
untuk membuat protein-protein kapsid.
Timbunan inti DNA dan protein kapsid dirakit menjadi virion yang lengkap. ♣
Gen “akhir” yang lain ditranskripsi dan ditranslasi menjadi molekul ♣ lisozim. Lisozim ini menyerang
dinding peptidoglikan (tentu saja dari dalam). Akhirnya sel itu robek dan mengeluarkan kandungan
virionnya. Kini daur tersebut lengkaplah sudah dan siap untuk diulang.
Penyerapan.
Penyerapan bakteriofage terjadi ekor dulu pada tempat reseptor yang khas pada dinding sel bakteri.
Infeksi tidak dapat terjadi tanpa penyerapan; jadi, apabila bakteri kehilangan kemampuan untuk
mensintesis reseptor bakteriofage yang khas, bakteri akan menjadi resisten terhadap infeksi.
Penetrasi.
Setelah penyerapan, bakteriofage menginjeksikan asam nukleatnya ke dalam sitoplasma bakteri
sementara kapsid protein tetap di luar bakterium. Perhatikan bahwa prosedur ini tidak seperti yang
diikuti pada virus hewan, yang harus memasuki sel inangnya sebelum terjadi penanggalan selubung.
Transkripsi DNA Bakteriofage.
Langkah yang terlibat dalam replikasi DNA bakteriofage cukup bervariasi dari satu bakteriofage ke yang
lain, namun dalam urutan kejadian yang biasa asam nukleat yang diinjeksikan menjadisinteisi sejumlah
enzim. Enzim-enzim ini menyebabkan perusakan asam nukleat bakteri dan mengarahkan sistesis lebih
banyak asam nukleat bakteriofage dan lebih banyak kapsid bakteriofage.
Perakitan dan Pelepasan.
Apabila sintesis asam nukleat dan protein struktural tengah berjalan, bakteriofage mulai merakiti
menjadi partikel bakteriofage yang matang, seperti. Setelah perakitan 100 sampai 200 partikel
bakteriofage, sel bakteri melisis karena pembentukan lisozim yang disandi bakteriofage yang
menghidrolisis peptidoglikan bakteri, dengan melepaskan bakteriofage yang telah diselesaikan.
Lisogeni
Berbeda dengan pelepasan banyak virus hewan, pembebasan partikel bakteriofage yang matang selalu
berakibat lisis dan kematian bakteri yang diinfeksi. Bakteriofage-bakteriofage yang infeksinya diikuti
dengan reproduksi dan lisis disebut bakteriofage ‘virulen’. Akan tetapi banyak bakteriofage dapat
menginfeksi bakteri tanpa merangsang produksi lebih banyak atau lisis sel yang terinfeksikan. Dalam hal
ini, DNA bakteriofage menjadi bagian material genetik bakteri inangnya. DNA bakteriofage yang
terdapat dan mereplikasi bersama dengan DNA bakteri disebut ‘probakteriofage’ atau ‘profage’ Bakteri
yang membawa profage diberi istilah ‘lisogen’, yang menunjukkan adanya potensi untuk melisis dan
bakteriofage yang dapat memproduksi lisogen disebut bakteriofage ‘temperate’. Sudah tentu, kecuali
bila profage sewaktu-waktu menjadi virulen dan memproduksi partikel bakteriofage matang, suitlah
untuk mengetahui apakah galur bakteri tertentu lisogen atau tidak. Namun, bakterium yang kadang-
kadang lisogen memang akan menempuh daur lisis, dan bakteriofage yang dibebaskan dapat diasai
dengan mencawankan supernat pada biakan bakteri kedua yang dilisis oleh bakteriofage temperat yang
dibebaskan.
Konversi lisogen.
Walaupun profage tidak menyalin semua DNA nya (kecuali jika profage itu memasuki daur lisis), tidak
berarti bahwa semua gen DNA profage mungkin disalin untuk membentuk protein yang baru bagi
bakteri. Produk ini mungkin berupa enzim yang merangsang perubahan dalam struktur lipopolisakarida
membran luar bakteri atau yang memprduksi racun yang dikeluarkan oleh bakteri ke dalam lingkungan
sekitarnya. Protein racun yang dikeluarkan, yang disebut eksotoksin, merupakan dasar untuk penyakit
gawat seperti difteria, demam skarlet dan botulisme. Diperolehnya karakter baru yang disandi oleh DNA
profage disebut konversi lisogen.
4. Apa HIV itu? Jelaskan bentuk dan strukturnya.
HIV adalah Human Immune Virus yaitu virus yang menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) yaitu penyakit menurunnya sistem kekebalan tubuh. Strukturnya termasuk virus
yang kompleks.
5. Teknologi apa yang dapat dikembangkan dari pengetahuan tentang virus ?
Teknologi untuk pengamatan virus berhasil mengembangkan mikroskup elektron. Teknologi pembuatan
antigen dan antibodi untuk keperluan pengobatan. Teknologi berskala nanometer yang secara intensif
masih dalam penelitian. Ditemukan teknologi hibridoma yaitu penggunaan penyatuan sel somatik untuk
menggabungkan sel darah putih kanker (myeloma) dengan sel normal B yang sudah dimatangkan (jadi
dewasa) untuk memproduksi antibodi spesifik sebagai antibodi monoklonal.

http://yudha-sman1ultra.blogspot.com/2010/11/bakteriopage.html

Indikator Virus

Terdapat empat kandidat mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator virus[1].
•   Kolifage, yaitu baktriofage yang menginfeksi E.coli dan bakteri koliform lainnya. Bakteri yang
       diinfeksi tidak memiliki fili sehingga virus menempel langsung pada dinding selnya. Sifatnya tidak
       spesifik pada feses dan deteksi bergantung pada inangnya. Contohnya adalah myoviridae,
       podoviridae, dan siphoviridae.
   •   Kolifage jantan, yaitu colifage yang menginfeksi E.coli jantan (yang memilliki strain F+) sehingga
       dapat menghasilkan fili dan penempelan terjadi melalui reseptor fili. Bersifat spesifik pada feses.
       Contohnya adalah leviviridae
   •   Fage Bacteroides fragilis, bersifat spesifik feses manusia. Namun konsentrasinya sangat rendah
       sehingga belum dapat ditunjukkan spesifitasnya
   •   Fage Salmonella, terdapat pada feses manusia dan hewan. Digunakan untuk mengindikasi
       banyaknya bakteri Salmonella, namun konsentrasinya juga terlalu rendah[1].

http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme_indikator

Transduksi
Virus mempunyai kemampuan menstranfer informasi genetik dari sel host yang satu ke sel host
yang lainnya. Proses ini dinamakan transduksi. Telah diidentifikasi dua jenis transduksi. Yang
pertama, transduksi umum, transfer fragmen DNA host ke sel penerima. Jenis kedua, dinamakan
transduksi khusus yang melibatkan transfer gen khusus dari satu sel ke sel yang lain. Suatu virus
dapat mengubah kode genetik dari suatu sel melalui transduksi.

C. Peranan Virus dalam Kehidupan Manusia
1. Menyebabkan Penyakit pada manusia antara lain sebagai berikut.

   •   Penyakit influensa, penularannya melalui udara pernapasan dari penderita.
   •   Penyakit cacar, penularannya melalui kontak dengan kulit atau persinggungan dengan
       penderita.
   •   Penyakit campak, penularannya melalui persinggungan dengan penderita.
   •   Penyakit hepatitis B, penularannya antara lain melalui suntikan, luka, dan tranfusi darah.
   •   Penyakit Hepatitis A dan C, penularannya melalui makanan. Penyakit hepatitis disebut
       juga penyakit kuning.
   •   Penyakit demam berdarah (dengu) yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes
       aeqypti.
   •   Penyakit Aids (HIV), penularannya melalui suntikan, transfusi darah, dan hubungan
       seksual. Orang yang kena penyakit Aids, daya tahan tubuhnya akan menurun, sehingga ia
       mudah tertular penyakit lain.
   •   Penyakit Polio (lumpuh) pada anak-anak yang penularannya melalui makanan.
   •   Penyakit Rabies (gila anjing) dan penularannya kepada manusia melalui gigitan anjing
       yang berpenyakit rabies.
   •   Penyakit pada alat kelamin disebabkan oleh virus papiloma.
   •   Penyakit Herves pada kulit, penularannya melalui persing-gungan dengan kulit si
       penderita.

2.Penyakit pada Hewan
Virus pada hewan dikelompokkan berdasarkan jenis Asam intinya.
                 No.          Kelas               Contohnya/penyakit
I   DNA ganda
                       Virus papova             Papiloma (kanker servik),
                  1.                            polioma (tumor pada hewan
                                                tertentu)
                  2. Virus Adeno                Penyakit pernapasan,
                                                menyebabkan tumor pada
                                                hewan tertentu
                  3. Virus Herves               Herpes simpleks I (di
                                                mulut), herves simpleks II
                                                (di genital), Varicella
                                                zoster (cacar air) chiken
                                                poks (cacar sapi )
                  4. Virus pox                  Smallpox, vaksinia, cacar
                                                sapi
                  II DNA tunggal
                     Virus Parvo                Roseola, kebanyakan virus
                                                parvo harus menginfeksi
                                                bersama adenovirus untuk
                                                agar bisa tumbuh.
                  III RNA ganda
                      Virus Reo                 Diare dan penyakit saluran
                                                pernapasan
                  IV   RNA tunggal sebagai RNAm
                  1.   Virus Picorna            Virus polio dan Rinovirus
                                                (demam)
                  2.   Virus Toga               Virus rubela, virus demam
                                                kuning, virus ensepalus.
                  V.   RNA tunggal, templet untuk mRNA
                  1.   Virus Rhabdo             Rabies (penyakit anjing
                                                gila)
                 2.    Virus Paramyxo           Beguk
                 3.    Ortomiksovirus           Influenza
                 VI.   RNA tunggal, templet untuk sintesis DNA
                       Retrovirus               Virus tumor RNA (contoh,
                                                leukemia), HIV (virus
                                                AIDS).

3. Penyakit Pada Tumbuhan
Virus pada tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil panen.
Kebanyakan virus tanaman yang ditemukan adalah virus RNA, termasuk virus mozaik. Virus ini
mempunyai kapsid berbentuk batang dengan protein yang tersusun dalam bentuk spiral. Virus
mozaik menyerang tanaman tembakau, tomat, dan kentang. Daun tembakau yang kena penyakit
tersebut akan bewarna belang-belang dan keriting.
Penularan virus ada yang melalui serangga, alat pemotong tanaman, dan peralatan lain, serta
petani sendiri. Setelah virus masuk ke dalam sel tanaman dan mulai bereproduksi, partikel virus
dapat menyebar ke seluruh bagian tanaman melalui plasmodesmata.
Penyakit tungro pada padi, penularannya melalui gigitan serangga. Padi yang kena penyakit virus
ini akan menjadi kerdil dan bijinya juga kecil. Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada tanaman
jeruk ( CVPD ), dan penularannya juga melalui peran-taraan serangga.
Para ahli pertanian belum berhasil menemukan obat untuk beberapa penyakit yang disebabkan
virus. Oleh sebab itu para ahli hanya berusaha mencegah terjadinya penyakit dan
mengembangkan jenis tanaman yang tahan virus

Manfaat Virus
Di samping menyebabkan penyakit, virus ada juga yang menguntungkan. Virus dapat digunakan
untuk memproduksi interferon. Interferon dihasilkan jika sejenis virus menginfeksi sel, virus
menghasilkan zat (protein) yang menghalangi infeksi virus yang lain. Interferon ini dapat
digunakan untuk mencegah penyakit tertentu. Selubung virus dapat juga digunakan sebagai
vaksin, misalnya selubung virus hepatitis B. Selubung virus dapat dikembangbiakan dengan
rekayasa genetik dalam bakteri Escherichia coli .

Selasa, 13 Juli 2010
Plaque Virus
       Virus adalah satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa asam nukleat (RNA atau
DNA), yang biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung atau
lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan
memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang. Virus merupakan unit elemen
yang masih menunjukkan tanda kehidupan, sehingga virus dapat juga didefinikan sebagai
organisme tak sel yang mempunyai genom yang hanya dapat bereplikasi dalam sel inang dengan
menggunakan perangkat metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus
(Akin, 2006).
       Setiap siklus replikasi menghasilkan asam nukleat dan mantel protein virus dalam jumlah
yang banvak. Mantel protein virus bergabung bersama-sama membentuk kapsid yang berfungsi
membungkus dan menjaga stabilitas asam nukleat virus terhadap lingkungan ekstraseluler.
Selain itu juga berfungsi untuk mempermudah penempelan serta penetrasi virus terhadap sel baru
yang dapat dimasukinya. Infeksi virus terhadap sel inang yang dimasukinya dapat berefek ringan
atau bahkan tidak berefek sama sekali namun mungkin juga bisa membuat sel inang rusak atau
bahkan mati (filzahazny, 2008).
Adapun sifat-sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier (1966) adalah bahan genetik
virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), akan tetapi tidak terdiri
dari kedua jenis asam nukleat sekaligus. Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu terdiri dari
pembungkus yang mengelilingi atau melindungi asam nukleat. Virus mengadakan reproduksi hanya
dalam sel hidup, yaitu di dalam nukleus, sitoplasma atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan
kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan
biner. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan
pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindunng dan komponen asam nukleat
infektif. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan
sistem enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus. Virus
yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya.
Komponen-komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes
tidak lama sebelum dibebaskan. Selama berlangsungnya proses pembebasan,beberapa partikel virus
mendapat selubung luar yang mengandung lipid protein dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal
dari sel hospes. Partikel virus lengkap disebut virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi
lapisan protein yang bersifat antigenik yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid.


        Pendeteksian adanya virus dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya langsung, PCR,
pelacak DNA dan metode Plaque. Plaque sering digunakan karena lebih mudah dan sederhana yaitu
dengan melihat zona jernih dari biakan bakteri yang ditumbuhkan. Zona jernih tersebut diakibatkan
lisisnya bakteri akibat virus (Anonim, 2008).


        Virus dapat menyerang hewan, manusia, tumbuhan dan bakteri. Virus pada tumbuhan tidak
memiliki alat penetrasi untuk menembus dinding sel tumbuhan, sedangkan pada virus hewan, manusia
dan bakteri dapat melakukan penetrasi secara langsung melalui selaput sel. Adapun contoh penyakit
yang diakibatkan oleh virus yaitu cow pox (cacar sapi), Foot and Mouth desease pada sapi, Newcastle
desease pada ayam, herpes simplex, HIV dan influenza pada manusia, bakteriofag pada bakteri. Ada dua
macam cara virus menginfeksi sel hospes, yaitu secara litik dan secara lisogenik.


        Tujuan praktikum pengamatan virus pada bakteri dengan metode plaque adalah untuk
mengetahui ada tidaknya virus dalam sampel yang melisiskan sel bakteri. Terlihat dari zona jernih atau
adanya plaque yang terbentuk di dalam media NA yang telah diinokulasi sampel dari bakteri E.coli.
1.     Sampel dari limbah cair ternak yang diduga mengandung virus dimasukkan ke dalam botol
     sampel steril.
2.    Media pertumbuhan NA disiapkan.
3.       Sampel diambil sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan pipet ukur secara aseptis dan di
     tuang ke dalam media NA.
4.    Sampel cair yang dituang pada media diratakan dengan menggunakan durgalsky.
5.    Cawan ditutup dengan wrap cling setelah itu diinkubasi 2x24 jam di inkubator.
6.    Plaque yang terbentuk diamati.

          Salah satu prosedur yang penting dalam virologi adalah mengukur konsentrasi virus dalam
sampel. Pendekatan yang banyak digunakan untuk menentukan jumlah seberapa banyak virus yang
menginfeksi adalah dengan tes plak atau metode Plaque. Teknik ini pertama kali dikembangkan untuk
menghitung banyaknya bakteriofage. Renato Dulbecco mengembangkan metode ini pada tahun 1952
untuk digunakan dalam virologi hewan. Teknik ini melihatkan penyebaran virus progeni yang ditandai
dengan zona lingkar sel (Dulbecco, 1953).


          Uji plak dilakukan dengan mengamati plak dalam sampel bakteri E.coli yang ditumbuhkan pada
media NA. Sampel dimasukkan ke dalam Na sebanyak 0,1 ml tanpa melalui pengenceran dimaksudkan
agar bakteri tetap dalam jumlah yang banyak sehingga kemungkinan besar didapatnya plak yang
diakibatkan oleh virus. Hasil praktikum menunjukkan adanya zona jernih atau plak yang diakibatkan oleh
lisisnya sel bakteri akibat infeksi virus. Siklus hidup virus ada 2 cara yaitu lisis dan lisogenik (Anonim,
2008).


          Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel makhluk
hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya
merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis
organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang
jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung
sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi
semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang
dibutuhkan dalam daur hidupnya. Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia
tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influensa dan HIV), hewan
(misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV) (filzahazny, 2008).




        Lisis diawali dengan proses melekatnya virion pada permukaan sel inang yang diperantarai oleh
interaksi spesifik antara virus dengan reseptor (protein,polisakarida,lipoprotein,glikoprotein) kemudian
masuknya genom virus ke dalam sel inang. Virus memasukkan materi genetik (DNA) ke dalam sel.
Pelepasan selubung berlangsung melalui serabut           ekor faga yang berkontraksi sehingga terjadi
cengkeraman pada bagian spike pada membran sel bakteri selaput ekor berkontraksi dan DNA virus
masuk melalui pori-pori pada ujung ekor. Ekor melepaskan lysozim dan capsid ditinggal diluar, setelah
masuk protein virus dibentuk dengan menggunakan energy dari sel inang dan mengalami pendewasaan
DNA fagadirakit menjadi Virion. virion dibebaskan dari sel, faga memerintahkan untuk memproduksi
lisozim yang mencerna dinding sel bakteri, plasma membran pecah dan sel lisis.


        Lisogeni diawali dengan Ekor virus melekat pada spesifik reseptor pada permukaan sel dan
menginjeksikan DNA ke dalam sel, Phage DNA berintegrasi dengan kromosom bakteri dan membentuk
prophage. Prophage tetap bersifat latent. Prophage DNA dilepaskan berhubungan dengan stimulus
seperti Uv radiasi, senyawa kimia lain dan akan masuk ke siklus litik.


        Virus yang melisiskan sel bakteri adalah bakteriofage. Bakteriofage berasal dari kata bacteria
dan phagus (bahasa Yunani). Dari asal kata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bakteriofage
merupakan virus yang menyerang bakteri. Bakteriofage termasuk ke dalam ordo Caudovirales. Salah
satu contoh bakteriofage adalah T4 virus yang menyerang bakteri Eschericia coli. E. coli merupakan
bakteri yang hidup pada saluran pencernaan (Wikipedia).


        Macam-macam virus pada manusia salah satunya retrovirus (HIV) yang secara khusus
menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN.
Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal
ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan
ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN
virus ikut mengalami replikasi. Virus Herpes Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda
yang kemudian disalin menjadi mARN. Virus Infuenza Siklus replikasi virus influenza hampir same
dengan siklus replikasi virus herpes. Hanya saja, pada virus influenza materi genetiknya berupa rantai
tunggal ARN yang kemudian mengalami replikasi menjadi mARN. Paramyxovirus adalah semacam virus
ARN yang selanjutnya mengalami replikasi menjadi mARN. Paramyxovirus merupakan penyebab
penyakit campak dan gondongan (Anonim, 2008).


        Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam.
Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV). Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit
yang menyerang ternak sapi dan kerbau. Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV).
Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet. Penyebabnya adalah
virus rabies (Anonim, 2008).




Diposkan oleh chanlightz di 12:57:00 AM

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz


Selasa, 13 Juli 2010
Postulat Koch
        Virus adalah satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa asam nukleat (RNA atau
DNA), yang biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung atau
lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan
memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang. Virus merupakan unit elemen
yang masih menunjukkan tanda kehidupan, sehingga virus dapat juga didefinikan sebagai
organisme tak sel yang mempunyai genom yang hanya dapat bereplikasi dalam sel inang dengan
menggunakan perangkat metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus
(Akin, 2006).

        Adapun sifat-sifat khusus virus adalah bahan genetik virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA)
atau asam deoksiribonukleat (DNA), akan tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus.
Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu terdiri dari pembungkus yang mengelilingi atau
melindungi asam nukleat. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu di dalam nukleus,
sitoplasma atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel
hidup. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk dengan
suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi
lapisan protein pelindunng dan komponen asam nukleat infektif. Asam nukleat partikel virus yang
menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim hospesnya, sehingga selaras
dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan
ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya. Komponen-komponen utama virus dibentuk
secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama sebelum dibebaskan. Selama
berlangsungnya proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang mengandung
lipid protein dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes. Partikel virus lengkap disebut
virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang
disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid (Lwoff et al., 1966).


        Virus tumbuhan pertama kali ditemukan pada tahun 1576, sebagai patogen yang menimbulkan
gejala perubahan warna pada bunga tulip yang semula berwarna polos menjadi bergejala strip (bercak
bergaris). Mekanisme penularan virus tersebut belum dapat dijelaskan secara ilmiah oleh pakar biologi
hingga tahun 1886. Meyer melakukan percobaan untuk mempelajari etiologi penyakit tanaman yang
disebabkan oleh virus pada tanaman tembakau bergejala mosaik (tobacco mosaic virus/TMV). Meyer
belum sampai menyimpulkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh virus. Patogen mosaik tembakau
dapat melewati saringan yang tidak dapat dilalui oleh bakteri. Martinus Beijerinck pada tahun 1898 juga
mengulangi percobaan Meyer dan melaporkan bahwa patogen mosaic tembakau bukanlah bakteri
tetapi merupakan contagium vivum fluidum yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit (Akin, 2006).


        Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dengan virus yang menyerang hewan dan bakteri.
Salah satu perbedaan tersebut adalah mekanisme penetrasi virus ke dalam sel inang. Virus tumbuhan
hanya dapat masuk ke dalam sel tumbuhan melalui luka yang terjadi secara mekanis atau yang
disebabkan oleh serangga vector. Hal ini disebabkan virus tumbuhan tidak mempunyai alat penetrasi
untuk menembus dinding sel tumbuhan. Asam nukleat yang menjadi genom virus tumbuhan sebagian
besar merupakan molekul ssRNA. Namun, ada beberapa virus tumbuhan yang mempunyai genom
dsDNA, ssDNA, dan dsRNA (Akin, 2006).


        Tujuan dari praktikum Postulat Koch adalah untuk memberikan pemahaman praktek Postulat
Koch dalam penularan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus tumbuhan. Khususnya mengetahui
bagaimana cara penularan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode
sap, karena sangat penting untuk penelitian virus dalam laboratorium.
A. Pengamatan langsung

1. Daun kacang-kacangan yang terkena penyakit karat daun disiapkan.

2. Daun yang diduga terkena penyakit karat daun diamati gejalanya dengan tanda-tanda penyakit
   yang ditimbulkan pada tanaman kacang.

3. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit.
   B. Pembuatan ekstrak atau sap dari tanaman yang terinfeksi virus

1. Tanaman kacang-kacangan yang mengalami sakit dicari, kemudian dipetik beberapa daun muda
   yang sakit.

2. Daun yang sakit dimasukkan ke dalam mortar, daun dilumatkan dalam akuades dengan penumbuk
   porselen.

3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring sampai sap yang diperoleh hanya
   berupa cairan atau ekstrak.
   C. Pengujian

1. Dua tanaman kacang-kacangan sehat disiapkan, satu tanaman sebagai kontrol dan satu tanaman
   lagi sebagai uji perlakuan.

2. Sap atau ekstrak dari daun yang sakit diolesi dengan cotton bud ke daun yang sehat pada tanaman
   perlakuan yang sebelumnya permukaan daun sudah dilukai dengan menggunakan amplas secara
   perlahan.

3. Setelah itu kedua daun tanaman baik kontrol maupun perlakuan ditutup dengan menggunakan
   plastik transparan yang terpisah agar tanaman kontrol tidak ikut terinfeksi. Penutupan dengan
   plastik transparan dimaksudkan untuk menjaga kondisi agar tetap lembab yang akan mendukung
   pertumbuhan patogen pada tanaman inang.
4. Perubahan yang terjadi pada daun diamati baik pada daun yang diinokulasi maupun control setiap
   hari sampai 7 hari. Mengamati apakah menimbulkan gejala yang sama antara daun awal yang
   terinfeksi virus dengan daun yang telah diinokulasi.
   D. Uji penegasan

1. Uji penegasan dilakukan sesuai dengan kriteria Postulat Koch yang ketiga dan keempat yaitu, (3)
   mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat menimbulkan gejala yang sama
   dengan gejala penyakitnya, apabila diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit
   harus dapat direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi. Maka dilakukan reisolasi atau
   perlakuan kembali seperti pada metode poin A, B dan C.

2. Daun awal yang terinfeksi virus, daun pada inokulasi sap pertama, daun pada inokulasi sap kedua
   dan kontrol dibandingkan.

            Virus tumbuhan adalah virus yang menginfeksi tumbuhan. Umumnya memiliki asam nukleat
   berupa ssRNA. Namun, ada beberapa virus tumbuhan yang memiliki genom dsDNA, ssDNA, dan dsRNA.
   Sifat khas infeksi virus tumbuhan adalah tidak adanya alat penetrasi sehingga apabila virus tumbuhan
   akan menginfeksi inangnya harus melalui mekanis atau dengan perlukaan (Akin, 2006).


            Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya virus yang
   menginfeksi suatu tumbuhan. Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum
   untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa
   Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan
   tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat
   mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Masa itu virus belum dapat dilihat
   atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari virologi (Gibbs, 1980).


            Tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria
   yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu.
   Kriteria ini dikenal dengan postulat Koch


   yaitu:

   1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.

3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.

4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah terinfeksi tersebut.


        Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri penyebab berbagai
penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun). Penemuan virus, adanya bakteri yang
dapat menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1
mikroorganisme memerlukan modifikasi dari postulat Koch (Kock, 1884).


        Virus mengalami perubahan bentuk ketika berada dalam sel tanaman inang sesuai dengan tahap
replikasi virus. Morfologi virus yang lengkap dapat diamati pada partikel virus atau dikenal dengan istilah
virion. Bentuk virus ada yang tak-isometri berbentuk tongkat dan virus isometric berbentuk isosahedron
(Akin, 2006).


        Mekanisme pengifeksian virus ke tanaman yaitu partikel virus masuk ke dalam tanaman melalui
luka pada permukaan tanaman dengan perantaraan tepung sari dan sebagainya, maka akan terjadi
kontak antara virus dengan sitoplasma sel tanaman. Sesudah terjadi inokulasi, RNA yang merupakan
bagian virus yang infektif keluar dari selubung protein. Usaha tersebut dilakukan dengan perantaraan sel
tanaman karena virus tidak mempunyai energi untuk keperluan tersebut. Semua aktivitas biologis
tergantung dari tanaman yang diserangnya. Keadaan ini merupakan perbedaan utama dalam hubungan
tanaman inang dengan parasit untuk penyakit virus dan penyakit yang disebabkan oleh patogen lainnya.
Protein yang ditinggalkan kemungkinan tertinggal dalam sel tanaman dan selanjutnya menjadi bagian
protein sel tanaman inang. RNA yang keluar tersebut merangsang tanaman inang untuk membentuk
enzim yang disebut RNA-polymerases, RNA-synthetases atau RNA-replicates. Enzim tersebut
membentuk RNA baru dan RNA baru selanjutnya merangsang sel tanaman inang untuk mensintesa
molekul protein yang spesifik untuk dijadikan selubung RNA (Akin, 2006).


        Pengaruh infeksi virus terhadap sintesis makromolekul diamati pada penurunan sintesis asam
nukleat, protein, dan karbohidrat. Sementara itu infeksi virus terhadap fotosintesis tanaman inang
diamati pada pengaruh infeksi virus terhadap berkurangnya laju fotosintesis tanaman inang. Gejala
penyakit virus pada tanaman dibagi menjadi dua yaitu gejala eksternal dan gejala internal (Akin, 2006).
Gejala eksternal berupa gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala lokal merupakan gejala yang
hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam virologi dikenal dengan istilah bercak lokal. Bercak
lokal dapat berupa klorosis karena hilang atau berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadi
kematian sel tanaman inang. Contohnya pada daun Chenopodium amaranticolor yang terinfeksi PStV.
Gejala sistemik terjadi apabila virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak hanya terbatas pada situs
infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Gejala
infeksi ini secara umum disebut gejala sistemik. Tanaman dikatakan bantut apabila ukuran tanaman
yang terinfeksi lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman normal. Contohnya pada tanaman kedelai
yang terserang CPMMV (cowpea mild mottle virus). Mosaik menunjukkan adanya warna yang berbeda
secara tidak teratur, seperti warna hijau tua yang diselingi dengan hijau muda. Gejala mosaic biasanya
didahului oleh pemucatan sepanjang tulang daun (vein clearing) atau akumulasi warna hijau sepanjang
tulang daun (vein banding). Contoh pada tanaman tembakau yang terkena TMV. Bercak cincin pada
bagian tanaman yang terinfeksi dilingkari garis berbentuk cincin. Selain berupa klorosis atau nekrosis,
kadang-kadang gejala tersebut dapat berupa lingkaran terpusat. Contoh pada tanaman paprika yang
terkena CMV. Layu (Wilting) akibat nekrosis pada pembuluh tanaman. Contoh tomat yang terinfeksi
TSWV. Malabentuk daun akan menimbulkan perubahan sitologi sel tanaman, seperti bentuk dan ukuran
kloroplas, penggumpalan kloroplas, berkurangnya jumlah klorofil total daun, serta terjadinya
penumpukan karbohidrat pada daun. Contoh pada kedelai yang terinfeksi SMV (Akin, 1998).


        Tanaman kacang panjang sangat berpotensial untuk dikembangkan sebagai usaha tani, karena
selain mudah dibudidayakan, pangsa pasarnya juga cukup tinggi. Salah satu kendala dalam usaha dalam
meningkatkan produksi kacang panjang adalah gangguan penyakit tanaman. Beberapa penyakit
diantaranya layu (Fusarium sp.), antraknosa (Colletotrichum sp.), nematoda puru akar (Meloidogyne sp.),
dan penyakit mosaik. Penyakit mosaik pada kacang panjang dapat ditularkan melalui vektor yaitu Aphis
craccivora, vektor ini banyak ditemukan pada tangkai bunga tanaman kacang-kacangan. A. craccivora
dapat menularkan lebih dari 30 virus tanaman secara non persisten. Oleh karena itu, peranan A.
craccivora dalam menularkan virus di lapang sangat penting, apalagi kutudaun (A. Craccivora) ada
sepanjang tahun. Selain itu, penyakit mosaic dapat ditularkan melalui benih, dan secara mekanis.
Penyakit mosaik merupakan penyakit tanaman kacang panjang yang banyak dijumpai dan merupakan
salah satu penyakit penting yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas kacang panjang. Beberapa
penyakit mosaik diantaranya Bean Common Mosaic Virus (BCMV), Bean Yellow Mosaic Virus (BYMV),
Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus (CABMV), ketiga virus ini termasuk ke dalam genus potyvirus (Suryadi,
2007).


         Postulat Koch pada inokulasi pertama mengalami kegagalan diakibatkan tanaman layu sebelum
terlihat gejala-gejala yang diakibatkan oleh virus dan pada inokulasi kedua ada tanaman yang berhasil
dan ada yang gagal hal ini dikarenakan dimungkinkan kekurangan konsentrasi virus yang akan
menginfeksi tanaman inang. Meurut Akin (2006), konsentrasi virus untuk dapat menginfeksi tanaman
harus sebanyak (105 virion) dan faktor lainnya adalah umur tanaman semakin tua tanaman tersebut
maka akan semakin terbatas penyebaran virus dalam tanaman, genotip tanaman, dan lingkungan (Akin,
2006).




Virologi - BAB DUA
DASAR virologi: REPLIKASI DARI VIRUS
Dr Margaret Hunt

EN ESPAÑOL DI PORTUGIS SHQIP - Albania   Marilah kita tahu apa yang Anda pikirkan
KOMENTAR CARI

                                  SAHAM BookMark PRINT HALAMAN INI
Gambar logo © Jeffrey Nelson, Rush University, Chicago, Illinois dan The MicrobeLibrary


                                                         MEMBACA:
                                                   Murray et al., Mikrobiologi
                                                         5 Ed., Bab 6

                                                   TUJUAN PENGAJARAN

                                    Pandangan keseluruhan siklus replikasi virus

PERISTIWA UTAMA TERLIBAT DALAM REPLIKASI

Adsorpsi
Langkah pertama dalam infeksi sel adalah lampiran ke permukaan sel. Lampiran adalah melalui interaksi
ionik yang suhu-independen. Lampiran protein reseptor spesifik virus mengakui, yang mungkin protein,
karbohidrat atau lemak, pada bagian luar sel. Sel tanpa reseptor yang tepat tidak rentan terhadap virus.

Penetrasi
Virus memasuki sel dalam berbagai cara sesuai dengan sifat virus.

Menyelimuti virus

(A) Entry dengan menggabungkan dengan membran plasma. Beberapa sekering virus menyelimuti
langsung dengan membran plasma. Dengan demikian, komponen internal virion segera dikirimkan ke
sitoplasma sel (gambar 1).

(B) Entry melalui endosomes pada permukaan sel (gambar 2)

Beberapa virus menyelimuti memerlukan pH asam untuk fusi terjadi dan tidak dapat sekering langsung
dengan membran plasma. Virus ini diambil oleh invagination dari membran ke endosomes. Sebagai
endosomes menjadi diasamkan, laten fusi aktivitas virus protein menjadi diaktifkan oleh penurunan pH dan
sekering membran virion dengan membran endosome. Hal ini menyebabkan pengiriman komponen
internal virus ke sitoplasma sel

Non-menyelimuti virus

Non-menyelimuti virus dapat melintasi membran plasma secara langsung atau mungkin diangkat ke
endosomes. Mereka kemudian silang (atau menghancurkan) selaput endosomal.

Uncoating
asam nukleat harus cukup uncoated bahwa replikasi virus dapat dimulai pada tahap ini. Bila asam nukleat
adalah uncoated, partikel virus yang menular tidak dapat pulih dari sel - ini adalah awal dari fase ECLIPSE
- yang berlangsung sampai virion menular baru dibuat.

Sintesis asam nukleat dan protein virus
Banyak strategi yang digunakan, beberapa akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya.
Majelis / pematangan
partikel virus baru dirakit. Mungkin ada langkah pematangan yang mengikuti proses perakitan awal.

Pelepasan
Virus dapat dilepaskan akibat lisis sel, atau, jika terbungkus, mungkin tunas dari sel. virus Budding (angka
3 dan 4) tidak harus membunuh sel. Dengan demikian, beberapa virus tunas mungkin dapat mengatur
infeksi persisten. merilis virus partikel semua Bukan yang menular. Rasio non-infeksius untuk partikel
infeksi bervariasi dengan virus dan kondisi pertumbuhan.

STRUKTUR VERSUS NON-STRUKTUR PROTEIN
Semua protein dalam partikel virus dewasa dikatakan protein struktural - bahkan jika mereka tidak
membuat kontribusi terhadap morfologi atau kekakuan virion - protein non-struktural adalah mereka protein
virus yang ditemukan dalam sel tetapi tidak dikemas menjadi virion.




                        Gambar 1. Fusi virus dengan membran plasma setelah lampiran ke reseptor permukaan
sel




                        Gambar 2. Fusi virus dengan membran dari endosome




                        Gambar 3. Transmisi mikrograf elektron HIV-1, budding dan bebas CDC




                        Gambar 4. HIV tunas dari jaringan getah bening manusia (TEM x133, 335) © Dennis Kunkel
Mikroskopi, Inc izin. Digunakan dengan




                Gambar 5. Sebuah uji plak. Serial pengenceran virus telah disebar pada budaya
monolayer konfluen sel. Sel-sel yang bernoda setelah periode waktu di mana satu virus menginfeksi
sebuah sel, menghasilkan partikel virus baru dan menginfeksi sel-sel sekitarnya. Daerah putih
menunjukkan wilayah budaya di mana sel-sel telah terbunuh. Setiap "plak" adalah hasil dari adanya satu
partikel virus menular asli.

PENGARUH VIRUS PADA HOST SINTESIS makromolekul

Banyak virus host menghambat RNA, DNA atau sintesis protein (atau kombinasi dari semuanya).
Mekanisme dengan mana virus melakukan hal ini sangat bervariasi.

Cytopathic efek (CPE)
Kehadiran virus sering menimbulkan perubahan morfologi pada sel inang. Setiap perubahan terdeteksi
dalam sel inang akibat infeksi yang dikenal sebagai efek cytopathic. efek Cytopathic (CPE) dapat terdiri
dari pembulatan sel, disorientasi, bengkak atau menyusut, kematian, lepas dari permukaan, dll

Banyak virus menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) di sel yang terinfeksi. Hal ini dapat menjadi
bagian penting dari pertahanan sel inang terhadap virus - kematian sel sebelum berakhirnya siklus replikasi
virus dapat membatasi jumlah progeni dan penyebaran infeksi. (Beberapa virus menunda atau mencegah
apoptosis - sehingga memberikan diri kesempatan untuk meniru virion lebih.)

Beberapa virus mempengaruhi pengaturan ekspresi gen sel host yang ini dapat memiliki hasil penting baik
bagi virus kemampuan untuk tumbuh, dan dalam hal efek pada sel inang.

Efek cytopathic dihasilkan oleh virus yang berbeda bergantung pada virus dan sel-sel di mana ia tumbuh.
Ini dapat digunakan di laboratorium virologi klinis untuk membantu dalam identifikasi virus isolat.

Pengujian untuk unit pembentuk plak

Efek CPE dapat digunakan menduga jumlah partikel virus yang menular oleh pembentukan unit uji-plak
(Gambar 5).

Sel yang tumbuh pada permukaan yang datar sampai mereka membentuk monolayer sel meliputi botol
plastik atau piring. Mereka kemudian terinfeksi virus. Media tumbuh yang cair diganti dengan padat satu
setengah sehingga virus setiap partikel yang dihasilkan sebagai akibat infeksi tidak bisa bergerak jauh dari
tempat produksi mereka. plak adalah dihasilkan ketika partikel virus menginfeksi sel, ulangan, dan
kemudian membunuh sel itu. Sekitar sel yang terinfeksi oleh virus baru direplikasi dan mereka juga
dibunuh. Proses ini dapat mengulang beberapa kali. Sel-sel ini kemudian diwarnai dengan pewarna yang
hanya noda sel-sel hidup. Sel-sel mati di plak tersebut tidak noda dan muncul sebagai daerah tak bercacat
pada latar belakang berwarna. Setiap plak merupakan hasil infeksi dari satu sel per satu virus diikuti oleh
replikasi dan penyebaran virus itu. Namun, virus yang tidak membunuh sel-sel tidak dapat menghasilkan
plak.

Tes untuk virus

Beberapa metode (misalnya elektron-mikroskop) memungkinkan setiap virion dihitung namun tidak
informatif tentang infektivitas. Metode lain (misalnya hemaglutinasi) adalah kurang sensitif mengukur
bagaimana virus banyak hadir, tapi sekali lagi tidak informatif tentang infektivitas. Metode lain, misalnya uji
plak, mengukur jumlah partikel virus yang menular.
Mendeteksi virus: alat tes plak
6 Juli 2009

Salah satu prosedur yang paling penting dalam virologi adalah mengukur titer virus - konsentrasi
virus dalam sampel. Pendekatan yang banyak digunakan untuk menentukan jumlah virus yang
menular adalah tes plak. Teknik ini pertama kali dikembangkan untuk menghitung titer saham
bakteriofag. Renato Dulbecco diubah prosedur ini pada tahun 1952 untuk digunakan dalam
virologi hewan, dan sejak saat itu telah digunakan untuk penentuan handal dari titer dari virus
yang berbeda.
Untuk melakukan uji plak, pengenceran 10 kali lipat dari stok virus
disusun, dan 0,1 ml Aliquot diinokulasi ke sel monolayers rentan. Setelah masa inkubasi, untuk
memungkinkan virus untuk melampirkan sel, monolayers ditutupi dengan medium yang
mengandung zat gizi, biasanya agar-agar, yang menyebabkan pembentukan gel. Ketika piring
yang diinkubasi, sel yang terinfeksi virus keturunan asli rilis. Penyebaran virus baru dibatasi
untuk sel-sel tetangga dengan gel. Akibatnya, setiap partikel menular menghasilkan zona
lingkaran sel yang terinfeksi yang disebut plak. Akhirnya plak menjadi cukup besar untuk dapat
dilihat dengan mata telanjang. Pewarna bahwa sel-sel hidup noda sering digunakan untuk
meningkatkan kontras antara sel-sel hidup dan plak. Hanya virus yang menyebabkan kerusakan
sel dapat diuji dengan cara ini. Contoh plak dibentuk oleh virus polio pada sel HeLa monolayer
ditampilkan di sebelah kiri. Dalam gambar ini, sel-sel telah diwarnai dengan kristal violet, dan
plak dapat segera terlihat dimana sel telah dihancurkan oleh infeksi virus.

Titer suatu persediaan virus dapat dihitung dalam satuan pembentuk plak (PFU) per mililiter.
Untuk menentukan titer virus, plak dihitung. Untuk meminimalkan kesalahan, hanya piring berisi
antara plak 10 dan 100 yang dihitung, tergantung pada ukuran dari pelat kultur sel yang
digunakan. prinsip-prinsip statistik mendikte bahwa ketika 100 plak yang dihitung, titer sampel
akan bervariasi dengan plus atau minus 10%. Setiap pengenceran berlapis dalam rangkap untuk
meningkatkan akurasi. Dalam contoh yang ditunjukkan di bawah ini, ada 17 plakat pada pelat
terbuat dari pengenceran 10 -6. Titer dari saham virus itu 1,7 x 10 8 PFU / ml.




Selanjutnya kita akan mempertimbangkan bagaimana uji plak dapat digunakan untuk
menyiapkan stok virus klonal, langkah yang penting untuk mempelajari genetika virus.
Dulbecco, R., & Vogt, M. (1953). Beberapa permasalahan virologi hewan yang dipelajari oleh
teknik plak Spring. Cold Harbor gejala. Quant. Biol 18.,, 273-279


Sekarang bermain: pembentukan plak Viral
3 Februari 2010




                                               Salah satu prosedur yang paling penting dalam
virologi adalah mengukur titer virus - konsentrasi virus dalam sampel. Sebuah pendekatan yang
digunakan secara luas untuk menentukan jumlah virus yang menular adalah assay plak . Dalam
teknik ini, penyebaran virus keturunan dilepaskan oleh sel individual yang terinfeksi dibatasi
untuk tetangga sel oleh media setengah padat. Akibatnya, setiap partikel menular menghasilkan
zona lingkaran sel yang terinfeksi yang disebut plak. Dengan membayangkan hidup, sel yang
terinfeksi virus dengan menggunakan mikroskop, film yang indah telah dibuat yang
menunjukkan bagaimana sebuah plakat berkembang secara real time.

Untuk menghasilkan film, sel yang terinfeksi virus vaccinia, ditutupi dengan media semi-padat,
dan ditempatkan dalam inkubator. Para monolayers diperiksa secara berkala sampai sebuah
plakat kecil menjadi terlihat. Sel-sel yang terinfeksi itu kemudian diletakkan di mikroskop
inverted dilengkapi dengan kamera. Gambar dari plak diambil setiap jam selama 12-19 jam dan
dirakit menjadi sebuah film.

Film pertama menunjukkan pembentukan plak pada sel monyet terinfeksi virus vaccinia. Infeksi
virus dimulai pada fokus kecil di tengah, kemudian menyebar secara radial ke luar. Sebagai
menyebar infeksi, sel-sel mengalami perubahan tahu sebagai efek cytopathic. Lingkaran besar
sel-sel mati akan muncul sebagai plak jika monolayer itu ternoda.

Film kedua, dilakukan pada perbesaran yang lebih tinggi, menunjukkan tersebar di tepi plak
virus. Virus vaccinia digunakan untuk percobaan ini membawa gen pengkode ditingkatkan green
fluorescent protein (EGFP). Oleh karena itu sel yang terinfeksi berpendar hijau sebagai hasil
replikasi virus.

Dengan menunjukkan sangat jelas bagaimana sebuah plakat virus berkembang, film ini akan
menjadi sumber pengajaran yang tak ternilai untuk tahun yang akan datang. Saya berterima kasih
kepada para penulis studi ini untuk memberikan pandangan yang up-dekat teknik yang
virologists binatang telah menggunakan sejak tahun 1952.

Doceul, V., Hollinshead, M., van der Linden, L., & Smith, G. (2010). Tolakan dari virion
Superinfecting: Sebuah Mekanisme Ilmu Penyebaran Virus Rapid DOI:
10.1126/science.1183173




                                                             PENYAKIT MENULAR


Bakteriologi Imunologi Ilmu jamur Parasitologi Ilmu pengetahuan virus


                                                            VIDEO CERAMAH


Bakteriologi - BAB TUJUH
Bakteriofag
Dr Gene Mayer

                                                                DI SPANYOL

                                                                   DI Albania

Marilah kita tahu apa yang Anda pikirkan
KOMENTAR CARI

                                                SAHAM BookMark PRINT HALAMAN INI



                                Gambar logo © Jeffrey Nelson, Rush University, Chicago, Illinois dan The MicrobeLibrary


                                           TUJUAN PENGAJARAN
                          Untuk menggambarkan komposisi umum dan struktur bakteriofag
                             Untuk membahas proses menular dan siklus litik perkalian
                              Untuk menjelaskan siklus lisogenik dan pengaturannya
© CellsAlive - James A. Sullivan


I. PENDAHULUAN

Bakteriofag (fag) adalah parasit intraseluler obligat yang berkembang biak di dalam bakteri dengan
menggunakan beberapa atau semua biosintesis mesin host (yaitu, virus yang menginfeksi bakteri.).

Ada banyak kesamaan antara virus bakteriofag dan sel hewan. Dengan demikian, bakteriofag dapat dilihat
sebagai sistem model untuk virus sel hewan. Selain itu pengetahuan tentang siklus hidup bakteriofag
diperlukan untuk memahami salah satu mekanisme yang gen bakteri dapat ditransfer dari satu bakteri yang
lain.

Pada suatu waktu ia berpikir bahwa penggunaan bakteriofag mungkin merupakan cara yang efektif untuk
mengobati infeksi bakteri, tetapi segera menjadi jelas bahwa fag dengan cepat dikeluarkan dari tubuh dan
dengan demikian, adalah nilai klinis yang kecil. Namun, bakteriofag digunakan di laboratorium diagnostik
untuk identifikasi bakteri patogen (fag mengetik). Meskipun mengetik fag tidak digunakan di laboratorium
klinis rutin, digunakan di laboratorium rujukan untuk tujuan epidemiologis. Baru-baru ini, minat baru telah
berkembang dalam kemungkinan penggunaan bakteriofag untuk pengobatan infeksi bakteri dan profilaksis.
Apakah bakteriofag akan digunakan dalam pengobatan klinis masih harus ditentukan.

                                                          KATA KUNCI
                                                           Bakteriofag
                                                          Fag mengetik
                                                              Kapsid
                                                               Ekor
                                                       Kontraktil selubung
                                                           Base piring
                                                            Tail serat
                                                            Virulen fag
                                                             Gerhana
                                                     Awal dan akhir m-RNA
                                                               Plak
                                                                Pfu
                                                            Lysogeny
                                                           Beriklim fag
                                                              Profag
                                                             Lysogen
                                                         Kohesif berakhir
                                                    Situs khusus rekombinasi
                                                             Represi
Induksi
                                                 Lisogenik konversi




                 T4 bakteriofag (TEM x390, 000) © Dennis Kunkel Mikroskopi, Inc . Digunakan dengan izin




             Bakteriofag T4 Negatif noda mikrograf elektron © ICTV .




                 Gambar 1 Struktur bakteriofag T4

II. KOMPOSISI DAN STRUKTUR bakteriofag

A. Komposisi

Meskipun bakteriofag yang berbeda dapat mengandung bahan-bahan yang berbeda mereka semua
mengandung asam nukleat dan protein.

Tergantung pada fag, maka asam nukleat dapat berupa DNA atau RNA tetapi tidak baik dan dapat eksis
dalam berbagai bentuk. Asam nukleat dari fag sering mengandung atau diubah basis biasa. Dasar tersebut
diubah melindungi asam nukleat fag dari nucleases yang memecah host asam nukleat selama infeksi fag.
Ukuran asam nukleat bervariasi tergantung pada fag tersebut. The fag sederhana hanya memiliki asam
nukleat yang cukup untuk kode untuk 3-5 produk gen ukuran rata-rata sedangkan fag yang lebih kompleks
dapat kode untuk lebih dari 100 produk gen.

Jumlah jenis protein dan jumlah masing-masing jenis protein dalam partikel fag akan bervariasi tergantung
pada fag tersebut. Para fag sederhana memiliki banyak salinan satu atau dua yang berbeda hanya ketika
fag protein yang lebih kompleks mungkin memiliki berbagai macam. Protein berfungsi dalam infeksi dan
untuk melindungi asam nukleat dari nucleases di lingkungan.

B. Struktur

Bakteriofag datang dalam berbagai ukuran dan bentuk. Fitur struktur dasar dari bakteriofag diilustrasikan
pada Gambar 1, yang menggambarkan fag yang disebut T4.

1. Ukuran - T4 merupakan salah satu fag terbesar; itu adalah sekitar 200 nm panjang dan lebar 80-100 nm.
fag lainnya lebih kecil. Kebanyakan fag berbagai ukuran 24-200 nm panjangnya.
2. Kepala atau kapsid - Semua fag berisi struktur kepala yang dapat bervariasi dalam ukuran dan bentuk.
Beberapa icosahedral (20 sisi) yang lain filamen. Kepala atau kapsid terdiri dari banyak salinan atau lebih
yang berbeda protein satu. Di dalam kepala ditemukan asam nukleat. kepala bertindak sebagai pelindung
yang menutupi untuk asam nukleat.

3. Tail - Banyak tapi tidak semua fag memiliki ekor yang menempel pada kepala fag. Ekor adalah tabung
hampa di mana asam nukleat melewati selama infeksi. Ukuran ekor dapat bervariasi dan beberapa fag
bahkan tidak memiliki struktur ekor. Di kompleks lebih mirip fag T4 ekor dikelilingi oleh selubung kontraktil
yang kontrak selama infeksi bakteri. Pada akhir ekor kompleks fag lebih seperti T4 memiliki pelat dasar
dan satu atau serat ekor lebih melekat padanya. Plat dasar dan serat ekor terlibat dalam mengikat fag ke
sel bakteri. Tidak semua fag memiliki pelat dasar dan serat ekor. Dalam hal ini struktur lain yang terlibat
dalam pengikatan partikel fag untuk bakteri.

III. INFEKSI SEL HOST

A. adsorpsi

Langkah pertama dalam proses infeksi adalah adsorpsi dari fag ke sel bakteri. Langkah ini dimediasi oleh
serat ekor atau oleh beberapa struktur analog pada orang-orang fag yang kurang serat ekor dan itu adalah
reversibel. Serat ekor menempel pada reseptor spesifik pada sel bakteri dan spesifisitas host fag (yaitu
bakteri yang dapat menginfeksi) biasanya ditentukan oleh jenis serat ekor yang fag telah. Sifat dari
reseptor bakteri bervariasi untuk bakteri yang berbeda. Contohnya termasuk protein pada permukaan luar
dari bakteri, LPS, pili, dan lipoprotein. Reseptor-reseptor ini berada pada bakteri untuk tujuan lain dan fag
telah berevolusi untuk menggunakan reseptor untuk infeksi.

B. ireversibel lampiran

Lampiran dari fag ke bakteri melalui serat ekor adalah satu lemah dan reversibel. ireversibel mengikat dari
fag untuk bakteri dimediasi oleh satu atau lebih komponen dari pelat dasar. Fag kurang pelat dasar
memiliki cara lain menjadi erat terikat pada sel bakteri.

                                                          MOVIE
                                                         Bakteriofag
                                                   Memerlukan Quicktime
                                                           © Mondo Media
                               San Francisco, California 94107 Amerika Serikat dan The MicrobeLibrary




           Gambar 2 Kontraksi selubung ekor T4

C. Sheath Kontraksi

Para ireversibel mengikat dari fag terhadap hasil bakteri dalam kontraksi sarungnya (bagi fag yang memiliki
selubung a) dan serat ekor berlubang didorong melalui amplop bakteri (Gambar 2). Fag yang tidak memiliki
selubung kontraktil menggunakan mekanisme lain untuk mendapatkan partikel fag melalui amplop bakteri.
Beberapa fag memiliki enzim yang mencerna berbagai komponen amplop bakteri.

D. Asam Nukleat Injeksi

Ketika fag telah mendapat melalui amplop bakteri asam nukleat dari kepala melewati ekor berlubang dan
memasuki sel bakteri. Biasanya, komponen fag-satunya yang benar-benar masuk sel adalah asam
nukleat. Sisa dari fag tetap di luar bakteri. Ada beberapa pengecualian untuk aturan ini. Ini berbeda dari
virus sel hewan yang sebagian besar partikel virus biasanya masuk ke dalam sel. Perbedaan ini mungkin
disebabkan oleh ketidakmampuan bakteri untuk bahan menelan.




                 Gambar 3 Daur hidup sebuah fag litik




                 Gambar 4 Assay untuk fag litik

IV. Perkalian fag SIKLUS

A. litik atau jahat fag

1. Definisi
Litik atau fag fag ganas yang hanya dapat berkembang biak pada bakteri dan membunuh sel oleh lisis
pada akhir siklus hidup.

2. Siklus hidup
Siklus hidup dari fag litik diilustrasikan pada Gambar 3.

a. Eclipse periode
Selama fase gerhana, tidak ada partikel fag menular dapat ditemukan baik di dalam atau di luar sel bakteri.
Asam nukleat fag mengambil alih biosintetik mesin host dan fag tertentu m-RNA dan protein dibuat. Ada
ungkapan tertib fag diarahkan sintesis makromolekul, seperti orang melihat dalam infeksi virus hewan.
Awal-RNA kode m untuk protein awal yang diperlukan untuk sintesis DNA fag dan untuk mematikan inang
DNA, RNA dan biosintesis protein. Dalam beberapa kasus, protein awal sebenarnya menurunkan
kromosom inang. Setelah DNA fag dibuat terlambat m-RNA dan protein terlambat dibuat. Protein akhir
adalah protein struktural yang terdiri dari fag serta protein yang diperlukan untuk lisis dari sel bakteri.

b. Akumulasi intraseluler Tahap
Pada fase ini asam nukleat dan protein struktural yang telah dibuat dirakit dan partikel fag menular
menumpuk dalam sel.

c. Lisis dan Tahap Release
Setelah beberapa saat bakteri mulai melisiskan akibat akumulasi protein dan lisis fag fag intraseluler yang
dilepaskan ke medium. Jumlah partikel dirilis per bakteri mungkin terinfeksi setinggi 1000.

3. Assay untuk fag litik

a. Plaque assay
Litik fag yang disebutkan oleh assay plak. plak adalah daerah yang jelas yang dihasilkan dari lisis bakteri
(Gambar 4). Setiap plak muncul dari fag menular tunggal. Partikel menular yang menimbulkan plak ini
disebut pfu suatu (plak forming unit).


                 Gambar. 5. Circularization kromosom fag: berakhir kohesif




                 Gambar Situs Tertentu rekombinasi 6

B. lisogenik atau Beriklim fag

1. Definisi
Lisogenik atau fag beriklim adalah mereka yang bisa memperbanyak melalui siklus litik atau masukkan
keadaan diam di dalam sel. Dalam keadaan diam sebagian besar gen tidak ditranskripsi fag, fag genom
ada dalam keadaan tertekan. DNA fag dalam keadaan tertekan disebut profag karena tidak fag tetapi ia
memiliki potensi untuk menghasilkan fag. Dalam kebanyakan kasus DNA fag benar-benar terintegrasi ke
dalam kromosom inang dan direplikasi bersama dengan kromosom inang dan diteruskan ke sel anak. Sel
menyembunyikan profag tidak terpengaruh oleh kehadiran profag dan negara lisogenik dapat bertahan
selamanya. Sel menyembunyikan profag disebut sebuah lysogen.

2. Acara Memimpin untuk Lysogeny

The fag Prototype: Lambda

a. Circularization kromosom fag
Lambda DNA adalah molekul linear terdampar ganda dengan kecil daerah beruntai tunggal pada 5
'berakhir. Ini berakhir beruntai tunggal saling melengkapi (berakhir kohesif) sehingga mereka dapat dasar
pasangan dan menghasilkan molekul melingkar. Dalam sel bebas ujung lingkaran dapat diligasikan untuk
membentuk lingkaran tertutup kovalen seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5.

b. Situs khusus rekombinasi
Sebuah peristiwa rekombinasi, dikatalisis oleh suatu fag kode enzim, terjadi antara situs tertentu pada DNA
fag diedarkan dan situs tertentu pada kromosom inang. Hasilnya adalah integrasi DNA fag ke dalam
kromosom inang seperti yang diilustrasikan pada Gambar 6.

c. Represi dari genome fag
Sebuah fag kode protein, disebut represor, adalah dibuat yang mengikat ke suatu situs tertentu pada DNA
fag, yang disebut operator, dan menutup off transkripsi gen fag paling KECUALI gen represor. Hasilnya
adalah fag genom direpresi stabil yang terintegrasi ke dalam kromosom inang. Setiap fag beriklim hanya
akan menekan DNA sendiri dan bukan dari fag lain, sehingga represi sangat spesifik (kekebalan terhadap
superinfeksi dengan fag sama).




                          Gambar 7 Pemutusan lysogeny



                Gambar 8A Scanning mikrograf elektron (SEM) Escherichia coli sel dengan partikel fag
(yang muncul sebagai titik-titik putih kecil) yang menempel pada luar sel. © Scott Kachlany, Cornell University Ithaca, New
York, Amerika Serikat dan The MicrobeLibrary




                 Gambar 8B
SEM sel E. coli dengan amplop sel terganggu, mungkin karena fag rilis. Setelah fag replikasi dalam sel
tuan rumah, mereka harus dibebaskan dari sel inang. Hal ini sering terjadi dengan Gambaran sel.
© Scott Kachlany, Universitas Cornell Ithaca, New York, Amerika Serikat dan The MicrobeLibrary


3. Acara terkemuka untuk Pengakhiran Lysogeny

Kapan saja bakteri lisogenik terkena kondisi buruk, negara lisogenik dapat dihentikan. Proses ini disebut
induksi. Kondisi yang mendukung penghentian negara lisogenik meliputi: pengeringan, paparan UV atau
radiasi pengion, paparan bahan kimia mutagenik, dll kondisi buruk menyebabkan produksi protease (rec
protein A) yang menghancurkan protein represor. Hal ini pada gilirannya menyebabkan ekspresi gen fag,
pembalikan dari proses integrasi dan perkalian litik.

4. Litik vs Siklus lisogenik

Keputusan untuk lambda untuk memasuki atau siklus litik lisogenik ketika pertama kali masuk sel
ditentukan oleh konsentrasi represor dan protein lain yang disebut fag CRO dalam sel. Protein CRO
mematikan sintesis represor dan dengan demikian mencegah pembentukan lysogeny. Kondisi lingkungan
yang mendukung produksi CRO akan mengarah pada siklus litik sementara mereka yang mendukung
produksi represor akan menguntungkan lysogeny.

5. Pentingnya Lysogeny

a. Model untuk transformasi virus hewan
Lysogeny adalah sistem model untuk transformasi virus sel hewan

b. Lisogenik konversi
Ketika sel menjadi lysogenized, ekstra gen kadang-kadang dilakukan oleh fag mendapatkan dinyatakan
dalam sel. Gen ini dapat mengubah sifat sel bakteri. Proses ini disebut atau konversi fag lisogenik. Hal ini
dapat signifikansi klinis. lisogenik misalnya fag telah terbukti membawa gen yang dapat memodifikasi
antigen O Salmonella, yang merupakan salah satu antigen utama yang respon imun diarahkan. Produksi
Toksin oleh Corynebacterium diphtheriae dimediasi oleh gen yang dibawa oleh seorang fag. Hanya
mereka strain yang telah diubah oleh lysogeny bersifat patoge

http://pathmicro.med.sc.edu/mhunt/replicat.htm

Virus kuantifikasi melibatkan menghitung jumlah virus dalam volume yang spesifik untuk
menentukan konsentrasi virus. Hal ini digunakan dalam penelitian dan pengembangan (R & D)
di laboratorium komersial dan akademik serta situasi produksi di mana jumlah virus pada
berbagai langkah merupakan variabel penting. Sebagai contoh, produksi virus vaksin , protein
rekombinan menggunakan vektor virus dan virus antigen semuanya memerlukan kuantifikasi
virus untuk terus beradaptasi dan memonitor proses dalam rangka mengoptimalkan hasil
produksi dan merespon tuntutan perubahan yang pernah dan aplikasi. Contoh kasus tertentu di
mana virus yang dikenal perlu dikuantifikasi termasuk skrining klon, keanekaragaman infeksi
(MOI) optimalisasi dan adaptasi metode untuk kultur sel. Halaman ini membahas berbagai
teknik yang saat ini digunakan untuk mengukur virus dalam sampel cair. Metode ini dipisahkan
menjadi dua kategori, metode tradisional vs modern. metode tradisional adalah metode standar
industri yang telah digunakan selama puluhan tahun tetapi umumnya lambat dan padat karya.
metode modern relatif baru produk komersial yang tersedia dan kit yang sangat mengurangi
waktu kuantifikasi. Hal ini tidak dimaksudkan sebagai kajian mendalam dari semua metode yang
potensial, melainkan sebuah salib perwakilan-bagian dari metode tradisional dan baru, komersial
metode yang ada. Sementara metode dipublikasikan lain mungkin ada untuk kuantifikasi virus,
metode non-komersial yang tidak dibahas di sini.

Plaque assay
Plak virus Herpes Simplex Virus

Pengujian berbasis Plak merupakan metode standar yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi virus dalam hal dosis menular. plak Viral uji menentukan jumlah plak membentuk
unit (pfu) dalam sampel virus, yang merupakan salah satu ukuran kuantitas virus. Uji ini
didasarkan pada metode mikrobiologi dilakukan pada cawan petri atau piring multi-well. Secara
khusus, sebuah monolayer terimpit dari host sel yang terinfeksi dengan virus pada dilusi
bervariasi dan ditutup dengan media semi-padat, seperti agar-agar, untuk mencegah infeksi virus
dari penyebaran tanpa pandang bulu. Sebuah plakat virus terbentuk ketika virus menginfeksi sel
dalam monolayer sel tetap. [1] Virus akan lisis sel yang terinfeksi dan menyebarkan infeksi ke sel
yang berdekatan di mana-untuk-lisis siklus infeksi diulang. Daerah sel yang terinfeksi akan
membuat plak (area infeksi dikelilingi oleh sel yang tidak terinfeksi) yang dapat dilihat secara
visual atau dengan mikroskop optik. pembentukan Plak dapat mengambil 3 - 14 hari, tergantung
pada virus yang sedang dianalisis. Plak umumnya dihitung secara manual dan hasilnya, dalam
kombinasi dengan faktor pengenceran yang digunakan untuk menyiapkan piring, digunakan
untuk menghitung jumlah plak membentuk unit per satuan volume sampel (pfu / mL). pfu ini /
hasil mL menunjukkan jumlah partikel infektif dalam sampel dan didasarkan pada asumsi bahwa
setiap plak terbentuk merupakan perwakilan dari satu partikel virus infektif. [2]

Contenu connexe

Tendances

Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiBahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiRisa Wahyuningsih
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinMita Yurike
 
3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darah
3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darah3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darah
3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darahSofyan Dwi Nugroho
 
PPT immunoserologi - Antibodi
PPT immunoserologi - AntibodiPPT immunoserologi - Antibodi
PPT immunoserologi - AntibodiRiskymessyana99
 
Materi biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentationMateri biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentationIsmail Lathiif
 
Mikologi slide new
Mikologi slide newMikologi slide new
Mikologi slide newfikri asyura
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin cAnnisa Nurul Chaerani
 
Lap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamukLap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamukArini Utami
 
Respon imun terhadap parasit
Respon imun terhadap parasitRespon imun terhadap parasit
Respon imun terhadap parasitPratiwiRatih
 
Sistem imunitas bawaan (non spesifik respon)
Sistem imunitas bawaan (non spesifik respon)Sistem imunitas bawaan (non spesifik respon)
Sistem imunitas bawaan (non spesifik respon)Welly Andrei
 
LKPD Golongan Darah.docx
LKPD Golongan Darah.docxLKPD Golongan Darah.docx
LKPD Golongan Darah.docxTalitaAlifa1
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coliArini Utami
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologitristyanto
 

Tendances (20)

Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
Ppt DNA
Ppt DNAPpt DNA
Ppt DNA
 
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar SitohistoteknologiBahan Ajar Sitohistoteknologi
Bahan Ajar Sitohistoteknologi
 
Virus 5
Virus 5Virus 5
Virus 5
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darah
3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darah3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darah
3. laporan praktikum biologi perhitungan jumlah eritrosit darah
 
PPT immunoserologi - Antibodi
PPT immunoserologi - AntibodiPPT immunoserologi - Antibodi
PPT immunoserologi - Antibodi
 
Materi biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentationMateri biologi - Virus .ppt presentation
Materi biologi - Virus .ppt presentation
 
Mikologi slide new
Mikologi slide newMikologi slide new
Mikologi slide new
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin c
 
Kul 4. nekrosis dan kematian sel
Kul 4. nekrosis dan kematian selKul 4. nekrosis dan kematian sel
Kul 4. nekrosis dan kematian sel
 
Lap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamukLap. parasitologi ii nyamuk
Lap. parasitologi ii nyamuk
 
Ppt replikasi DNA
Ppt replikasi DNAPpt replikasi DNA
Ppt replikasi DNA
 
Respon imun terhadap parasit
Respon imun terhadap parasitRespon imun terhadap parasit
Respon imun terhadap parasit
 
Sistem imunitas bawaan (non spesifik respon)
Sistem imunitas bawaan (non spesifik respon)Sistem imunitas bawaan (non spesifik respon)
Sistem imunitas bawaan (non spesifik respon)
 
Lap ndv adz
Lap ndv adzLap ndv adz
Lap ndv adz
 
siklus sel (cell cycle)
siklus sel (cell cycle)siklus sel (cell cycle)
siklus sel (cell cycle)
 
LKPD Golongan Darah.docx
LKPD Golongan Darah.docxLKPD Golongan Darah.docx
LKPD Golongan Darah.docx
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
 

Similaire à Plaque assay metode

Virus hewan dan tumbuhan
Virus hewan dan tumbuhanVirus hewan dan tumbuhan
Virus hewan dan tumbuhandhea ratnasari
 
Virus dan Serologi (Bukan HIV)
Virus dan Serologi (Bukan HIV)Virus dan Serologi (Bukan HIV)
Virus dan Serologi (Bukan HIV)Nata Dev
 
Interaksi Obat antivirus yang digunakan pada masyarakat[ 1].pptx
Interaksi Obat antivirus yang digunakan pada masyarakat[ 1].pptxInteraksi Obat antivirus yang digunakan pada masyarakat[ 1].pptx
Interaksi Obat antivirus yang digunakan pada masyarakat[ 1].pptxAndiAtirahMasyita1
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziahlunalya
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziahlunalya
 
Presentasi Materi Virus Kelas X Semester 2.pptx
Presentasi Materi Virus Kelas X Semester 2.pptxPresentasi Materi Virus Kelas X Semester 2.pptx
Presentasi Materi Virus Kelas X Semester 2.pptxmuhamadfakoubun90
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziahlunalya
 
Hakikat Biologi (Materi Biologi)
Hakikat Biologi (Materi Biologi)Hakikat Biologi (Materi Biologi)
Hakikat Biologi (Materi Biologi)Rio Anggala
 
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2Warnet Raha
 
Buku x bab 3 (Virus)
Buku x bab 3 (Virus)Buku x bab 3 (Virus)
Buku x bab 3 (Virus)Muhamad Toha
 

Similaire à Plaque assay metode (20)

Plaque
PlaquePlaque
Plaque
 
Virus bagian 1
Virus bagian 1Virus bagian 1
Virus bagian 1
 
Virus hewan dan tumbuhan
Virus hewan dan tumbuhanVirus hewan dan tumbuhan
Virus hewan dan tumbuhan
 
Virus dan Serologi (Bukan HIV)
Virus dan Serologi (Bukan HIV)Virus dan Serologi (Bukan HIV)
Virus dan Serologi (Bukan HIV)
 
Interaksi Obat antivirus yang digunakan pada masyarakat[ 1].pptx
Interaksi Obat antivirus yang digunakan pada masyarakat[ 1].pptxInteraksi Obat antivirus yang digunakan pada masyarakat[ 1].pptx
Interaksi Obat antivirus yang digunakan pada masyarakat[ 1].pptx
 
Lap postulat adz
Lap postulat adzLap postulat adz
Lap postulat adz
 
Biologi virus
Biologi virusBiologi virus
Biologi virus
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziah
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziah
 
Presentasi Materi Virus Kelas X Semester 2.pptx
Presentasi Materi Virus Kelas X Semester 2.pptxPresentasi Materi Virus Kelas X Semester 2.pptx
Presentasi Materi Virus Kelas X Semester 2.pptx
 
37. lulu fauziah
37. lulu fauziah37. lulu fauziah
37. lulu fauziah
 
Hakikat Biologi (Materi Biologi)
Hakikat Biologi (Materi Biologi)Hakikat Biologi (Materi Biologi)
Hakikat Biologi (Materi Biologi)
 
Ringkasan mikro
Ringkasan mikroRingkasan mikro
Ringkasan mikro
 
Virus group 1
Virus group 1Virus group 1
Virus group 1
 
Bab 2 virus by poslen simbolon,S.Pd
Bab 2 virus by poslen simbolon,S.PdBab 2 virus by poslen simbolon,S.Pd
Bab 2 virus by poslen simbolon,S.Pd
 
Biologi - VIRUS
Biologi - VIRUSBiologi - VIRUS
Biologi - VIRUS
 
Bab virus kelas 1
Bab virus kelas 1Bab virus kelas 1
Bab virus kelas 1
 
Review mikrobiologi
Review mikrobiologiReview mikrobiologi
Review mikrobiologi
 
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
 
Buku x bab 3 (Virus)
Buku x bab 3 (Virus)Buku x bab 3 (Virus)
Buku x bab 3 (Virus)
 

Plus de Dickdick Maulana

Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit Dickdick Maulana
 
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Dickdick Maulana
 
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri Dickdick Maulana
 
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerjaPmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerjaDickdick Maulana
 
Materi HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
Materi  HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes JabarMateri  HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
Materi HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes JabarDickdick Maulana
 
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi Dickdick Maulana
 
Pengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
Pengelolaan Sampah Melalui PenguranganPengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
Pengelolaan Sampah Melalui PenguranganDickdick Maulana
 
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatanPp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatanDickdick Maulana
 
Sufg clean coal technologies report
Sufg clean coal technologies reportSufg clean coal technologies report
Sufg clean coal technologies reportDickdick Maulana
 
Pharmaceutical in drinking water
Pharmaceutical in drinking water Pharmaceutical in drinking water
Pharmaceutical in drinking water Dickdick Maulana
 
Sakit dan lingkungan hidup
Sakit dan lingkungan hidup Sakit dan lingkungan hidup
Sakit dan lingkungan hidup Dickdick Maulana
 
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn. Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn. Dickdick Maulana
 
Lingkungan air (hidrosphere)
Lingkungan air (hidrosphere) Lingkungan air (hidrosphere)
Lingkungan air (hidrosphere) Dickdick Maulana
 
Metode penelitian survai editor masri singarimbun, sofian effendi
Metode penelitian survai   editor masri singarimbun, sofian effendiMetode penelitian survai   editor masri singarimbun, sofian effendi
Metode penelitian survai editor masri singarimbun, sofian effendiDickdick Maulana
 
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbahSni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbahDickdick Maulana
 

Plus de Dickdick Maulana (20)

Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
Uu no. 44_th_2009_ttg_rumah_sakit
 
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
Kepmenkes 1087-standar-k3-rs
 
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
Pmk no. 541_ttg_program_tugas_belajar_sdm_kesehatan_depkes_ri
 
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerjaPmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
Pmk no. 1199 ttg pedoman pengadaan tenaga kesehatan dengan perjanjian kerja
 
Materi HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
Materi  HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes JabarMateri  HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
Materi HSP Sanitarian RS 2014 Dinkes Jabar
 
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi Perda no. 2 thn 2014  b3 final otentifikasi
Perda no. 2 thn 2014 b3 final otentifikasi
 
Pengelolaan Sampah
Pengelolaan SampahPengelolaan Sampah
Pengelolaan Sampah
 
Pengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
Pengelolaan Sampah Melalui PenguranganPengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
Pengelolaan Sampah Melalui Pengurangan
 
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatanPp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
Pp no. 19_th_2003_ttg_pengamanan_rokok_bagi_kesehatan
 
Sufg clean coal technologies report
Sufg clean coal technologies reportSufg clean coal technologies report
Sufg clean coal technologies report
 
Kesling 2
Kesling 2 Kesling 2
Kesling 2
 
Water quality strategy
Water quality strategy Water quality strategy
Water quality strategy
 
Pharmaceutical in drinking water
Pharmaceutical in drinking water Pharmaceutical in drinking water
Pharmaceutical in drinking water
 
Sakit dan lingkungan hidup
Sakit dan lingkungan hidup Sakit dan lingkungan hidup
Sakit dan lingkungan hidup
 
Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan
 
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn. Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
Lingkungan air (hidrosphere) lnjtn.
 
Lingkungan air (hidrosphere)
Lingkungan air (hidrosphere) Lingkungan air (hidrosphere)
Lingkungan air (hidrosphere)
 
Metode penelitian survai editor masri singarimbun, sofian effendi
Metode penelitian survai   editor masri singarimbun, sofian effendiMetode penelitian survai   editor masri singarimbun, sofian effendi
Metode penelitian survai editor masri singarimbun, sofian effendi
 
Tetraethyl orthosilicate
Tetraethyl orthosilicateTetraethyl orthosilicate
Tetraethyl orthosilicate
 
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbahSni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
Sni 6989.59 2008 metoda pengambilan contoh air limbah
 

Plaque assay metode

  • 1. Plaque Assay Metode assay adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengisolasi dan memurnikan virus dan untuk menentukan titer virus (konsentrasi terendah virus yang mengakibatkan infeksi). Sebuah uji plak, awalnya disebut alat tes virologi, dikembangkan untuk mengukur dan menghitung infektivitas bakteriofag. Menurut Biologi-Online.org, belakangan juga diterapkan untuk menghitung virus mamalia. 1. Fakta o plak adalah, konfluen monolayer budaya sel. Membentuk sebagai akibat infeksi dari salah satu sel oleh partikel virus tunggal, menurut Biologi-Online.org. Setelah sel terinfeksi, virus bereplikasi dan akhirnya membunuh sel. Selanjutnya, virus baru direplikasi partikel menyebar, menulari dan membunuh sel-sel di dekatnya. Fungsi o Dalam uji plak, budaya pertama diwarnai dengan pewarna tertentu. Noda ini mati hanya layak (hidup) sel, menurut Biologi-Online.org. Akibatnya, sel-sel mati muncul tak bercacat dalam budaya, terhadap latar belakang dicelup. Saat ini, alat tes plak diterapkan untuk mendeteksi sel-sel yang menghasilkan antibodi yang menghancurkan eritrosit oleh hemolisis. Fitur o Eritrosit adalah sel (juga disebut sel-sel darah merah) yang mengandung hemoglobin dan transportasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah, dari paru- paru dan jaringan. Hemolisis terjadi ketika istirahat hemoglobin eritrosit terbuka dan rilis, menurut Biologi-Online.org. Akibatnya, dalam uji plak, dasar adalah plak jelas dan menunjukkan bahwa sel-sel darah merah telah hemolysed oleh antibodi. Metode Bagian I o pengenceran Sepuluh kali lipat dari stok virus dipersiapkan sebelum melakukan uji plak dan aliquiots 0.1ml diletakkan ke monolayers sel. Campuran ini diinkubasi selama jangka waktu tertentu sehingga virus memiliki waktu untuk menyerang sel. Selanjutnya, monolayers dijamin dengan media nutrisi yang mengandung zat (biasanya agar-agar), menurut "Mendeteksi Virus: Sebuah Uji Plak" oleh Vincent Racaniello. Bentuk gel medium nutrisi dan setelah budaya adalah diinkubasi, sel-sel yang terinfeksi virus keturunan asli rilis. Gel membatasi penyebaran virus ke sel-sel di sekitarnya, dan sebagai hasilnya, partikel menular menghasilkan zona melingkar yang disebut plak. Dengan waktu, plak tumbuh ke
  • 2. ukuran yang terlihat dengan mata telanjang dan pewarna yang digunakan untuk meningkatkan tampilan. Metode Bagian II o Titer virus dihitung dalam plak membentuk unit, disebut PFU, per mililiter. Mereka dihitung dan, kesalahan diminimalkan, piring hanya yang mengandung antara 10 dan 100 dihitung plak. Selanjutnya, sesuai dengan "Mendeteksi Virus: Sebuah Uji Plak," untuk setiap 100 plakat menghitung titer yang sama akan berbeda-beda menurut plus atau minus 10 persen. Oleh karena kesalahan estimasi alat tes plak adalah sekitar 10 persen, jika dilakukan dengan benar. Viral Plaque tes Dalam tes plak virus, struktur terlihat terbentuk dalam kultur sel yang terkandung dalam beberapa media hara (seperti agar-agar). Dengan menyebarkan dalam kultur sel, virus menghasilkan zona kerusakan sel yang dikenal sebagai plak. Plak ini dapat dideteksi secara visual-kadang-kadang dengan mata telanjang, dan kadang-kadang melalui teknik lain seperti pewarnaan, mikroskop, hemadsorption atau immunofluorescence, untuk beberapa nama. Dengan mendeteksi dan mengevaluasi plakat ini, seorang peneliti dapat mengukur aktivitas virus dan efektivitas, serta virus efektif enumerasi. Dasar dari teknik ini adalah untuk mengukur kemampuan suatu infeksi tunggal virus untuk membentuk "plak" di konfluen monolayer budaya dari sel . Sebuah plak terbentuk sebagai hasil dari infeksi dari satu sel oleh satu virus partikel diikuti dengan replikasi dari virus , dan akhirnya, pada kematian dari sel . Yang baru diulang virus partikel kemudian akan menginfeksi dan membunuh sekitar sel . The budaya kemudian akan diwarnai dengan pewarna , yang hanya noda yang layak sel tetapi tidak mati sel . Oleh karena itu, orang mati sel-sel dalam plak akan muncul tak bercacat terhadap latar belakang berwarna. Saat ini, uji plak diterapkan untuk mendeteksi sel-sel memproduksi antibodi yang menghancurkan eritrosit (oleh hemolisis ). dasar adalah jelas plak yang menunjukkan sel-sel darah merah telah hemolysed oleh antibodi . http://elispot.tripod.com/defs/viral-plaque-assays.html http://www.ehow.com/about_5480231_plaque-assay-method.html Jumat, 26 November 2010 bakteriopage . Jelaskan bentuk dan struktur virus bakteriofage! Bakteriofage ialah virus yang menginfeksi bakteri . Walaupun spektrum bakteri yang dapat diinfeksi satu bakteriofage itu terbatas, banyaknya bakteriofage yang ada tak terhitung jumlahnya itu maka sangat mungkin bahwa paling sedikit terdapat satu bakteriofage untuk setiap tipe bakteri.
  • 3. Komposisi dan struktur kimia. Bakteriofage terdapat dalam bentuk-bentuk pilihan dan, seperti virus hewan, semuanya mempunyai kapsid protein yang membungkus asam nukleat bakteriofage. Beberapa juga mempunyai struktur kompleks yang digunakan untuk menempelkan bakteriofage pada sel yang rentan. Kepala bakteriofage, yang berisi asam nukleat, sering ikosahedral, tetapi ada beberapa bentuk lain lain, termasuk bentuk bulat dan gilig (silindris). Tidak semua bakteriofage mempunyai ekor; diantaranya yang mempunyai, terdapat cukup keanekaragaman dalam strukturnya. 2. Mengapa ada orang yang tidak setuju memasukkan virus sebagai makhluk hidup. Virus bukanlah prokariota (organisme bersel satu, terkadang berkoloni, sel-selnya tidak memiliki nukleus, mitokondria, plastida, aparat Golgi, mikrotubulus). Virus hampir tidak memiliki ciri-ciri khas eukariota dinding peptidoglikan, ribosom, dan sebagainya. Mereka tidak memiliki mesin enzimatik untuk membuat ATP atau melakukan aspek-aspek lain dari metabolisme. Mereka tidak mampu memperbanyak diri sendiri. Sebenarnya, mereka gagal mencukupi sedemikian banyak kriteria kehidupan, sehingga bahkan tidak dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Virus adalah partikel yang terdiri atas inti yang mengandung asam nukleat (dan sering kali molekul protein pula) yang dikelilingi oleh kapsid yang terbuat dari protein, dan kadang-kadang, molekul-molekul lain misalnya lipid. Kapsid itu berfungsi untuk menyuntikkan inti kedalam sel inang yang sesuai. Asam nukleat dalam inti itu – DNA pada beberapa virus, RNA pada yang lainnya – membawa sejumlah gen yang dapat menggulingkan mesin metabolik sel inang untuk membuat partikel virus yang baru. Pada situasi tertentu, gen-gen virus bakteri dapat bergabung ke dalam genom sel inang, suatu proses yang disebut lisogeni. Fenomena serupa terjadi pada sel-sel hewan dan, kadang-kadang, dapat menyebabkan sel inang menjadi bersifat kanker. Jadi apakah virus itu ? Ialah suatu asam nukleat yang dapat menginfeksi, dikemas dalam rakitan makro molekul (kapsid) yang sebagian besar menentukan sel-sel apa yang dapat diinfeksinya. Kalau sudah terdapat di dalam sel inang, maka asam nukleat yang dapat menginfeksi ini dapat melakukan satu atau dua hal. Asam nukleat tersebut pada hakekatnya dapat menggulingkan seluruh mesin metabolik inangnya (sebagai contoh, enzim-enzim produksi ATP, ribosom, tRNA) untuk satu tujuan : membuat salinan tambahan dari dirinya sendiri (dalam daur lisisnya). Atau, asam nukleat itu dapat bersembunyi untuk sementara menyamar sebagai bagian dari genom inangnya sendiri. Akibatnya bagi inang mungkin kecil saja, umpamanya sariawan yang kadang-kadang melanda sebagai stress pengeksposan terhadap cahaya mengubah injeksi virus herpes simpliks yang laten (HSV) menjadi lisis. Tetapi akibatnya dapat parah karena sel inang yang terinfeksi dapat terlepas dari mekanisme pengaturan normal pada tubuh dan tumbuh secara tidak terkendali menjadi kanker. Menentukan apakah virus itu hidup atau tidak. Virus sebagai satuan biologi yang dalam keadaan sendiri tidak memiliki kehidupan , sebab virus memanifestasi kehidupan seperti yang diukur oleh reproduksi hanya setelah berhasil memasuki sel inang yang rentan. Jadi, virus berada dalam daerah semantik samar-samar antara ‘hidup’ dan ‘tidak hidup’, statusnya bergantung kepada apakah virus berkembang biak di dalam sel yang rentan atau apakah virus berada dalam keadaan ekstraselula. Salah satu komponen yang tidak dimiliki semua virus adalah sistem pembangkit ATP. Sintesis biologis memerlukan energi, dan energi ini disediakan pada ATP sebagai energi kimia dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi. Namun, untuk kehidupan mandiri, sel harus melakukan oksidasi untuk menyediakan energi bagi pembangkitan (regenerasi) ikatan fosfat berenergi tinggi yang diperlukan untuk reaksi
  • 4. biosintesis. Tidak ada virion (partikel virus) yang mempunyai sisten regenerasi ini; oleh karena itu harus mengandalkan sistem pembangkit ATP yang ada dalam sel inang yang diinfeksi. Komponen kedua yang tidak dimiliki virus, dan yang harus disediakan inang adalah komponen struktural untuk sistesis protein, yaitu ribosom. Sintesis protein apapun memerlukan asam ribonukleat (RNA pesuruh) terikat pada ribosom hingga masing-masing asam amino dapat disalurkan untuk membentuk protein. Virion memang membawa asam ribonukleatnya sendiri (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), tetapi sejauh yang diketahui kini, semua virus harus menggunakan ribosom sel inang untuk sintesis protein. Ciri lain yang khas hanya pada virus adalah bahwa sementara semua bentuk kehidupan lain mengandung RNA dan DNA, virus hanya mengandung satu tipe asam nukleat; dalam suatu hal kandungan itu adalah RNA, dan dalam keadaan yang lain DNA, tetapi tidak pernah keduanya. 3. Jelaskan cara berkembang biak bakteriofage. Replikasi. Urutan peristiwa yang berlangsung selama replikasi bakteriofage sama untuk kebanyakan bakteriofage; langkah-langkahnya sebagai berikut. Virion melekat di permukaan sel inang. Protein-protein kapsidnya bertugas menyuntikkan inti DNA ke dalam sel. ♣ Setelah berada di dalam sel, beberapa dari gen bakteriofag (gen-gen ♣ “awal”) ditranskripsi (oleh RNA polimerese inang) dan ditranslasi (oleh ribosom inang, tRNA, dan lain-lain) untuk menghasilkan enzim yang akan membuat banyak salinan dari DNA bakteriofage dan akan membunuh (bahkan menghancurkan) DNA inangnya. Begitu kopi baru dari DNA itu terkumpul, gen-gen lain (gen-gen ♣ “akhir”) ditranskripsi dan ditranslasi untuk membuat protein-protein kapsid. Timbunan inti DNA dan protein kapsid dirakit menjadi virion yang lengkap. ♣ Gen “akhir” yang lain ditranskripsi dan ditranslasi menjadi molekul ♣ lisozim. Lisozim ini menyerang dinding peptidoglikan (tentu saja dari dalam). Akhirnya sel itu robek dan mengeluarkan kandungan virionnya. Kini daur tersebut lengkaplah sudah dan siap untuk diulang. Penyerapan. Penyerapan bakteriofage terjadi ekor dulu pada tempat reseptor yang khas pada dinding sel bakteri. Infeksi tidak dapat terjadi tanpa penyerapan; jadi, apabila bakteri kehilangan kemampuan untuk mensintesis reseptor bakteriofage yang khas, bakteri akan menjadi resisten terhadap infeksi. Penetrasi. Setelah penyerapan, bakteriofage menginjeksikan asam nukleatnya ke dalam sitoplasma bakteri sementara kapsid protein tetap di luar bakterium. Perhatikan bahwa prosedur ini tidak seperti yang diikuti pada virus hewan, yang harus memasuki sel inangnya sebelum terjadi penanggalan selubung. Transkripsi DNA Bakteriofage. Langkah yang terlibat dalam replikasi DNA bakteriofage cukup bervariasi dari satu bakteriofage ke yang lain, namun dalam urutan kejadian yang biasa asam nukleat yang diinjeksikan menjadisinteisi sejumlah enzim. Enzim-enzim ini menyebabkan perusakan asam nukleat bakteri dan mengarahkan sistesis lebih banyak asam nukleat bakteriofage dan lebih banyak kapsid bakteriofage. Perakitan dan Pelepasan. Apabila sintesis asam nukleat dan protein struktural tengah berjalan, bakteriofage mulai merakiti
  • 5. menjadi partikel bakteriofage yang matang, seperti. Setelah perakitan 100 sampai 200 partikel bakteriofage, sel bakteri melisis karena pembentukan lisozim yang disandi bakteriofage yang menghidrolisis peptidoglikan bakteri, dengan melepaskan bakteriofage yang telah diselesaikan. Lisogeni Berbeda dengan pelepasan banyak virus hewan, pembebasan partikel bakteriofage yang matang selalu berakibat lisis dan kematian bakteri yang diinfeksi. Bakteriofage-bakteriofage yang infeksinya diikuti dengan reproduksi dan lisis disebut bakteriofage ‘virulen’. Akan tetapi banyak bakteriofage dapat menginfeksi bakteri tanpa merangsang produksi lebih banyak atau lisis sel yang terinfeksikan. Dalam hal ini, DNA bakteriofage menjadi bagian material genetik bakteri inangnya. DNA bakteriofage yang terdapat dan mereplikasi bersama dengan DNA bakteri disebut ‘probakteriofage’ atau ‘profage’ Bakteri yang membawa profage diberi istilah ‘lisogen’, yang menunjukkan adanya potensi untuk melisis dan bakteriofage yang dapat memproduksi lisogen disebut bakteriofage ‘temperate’. Sudah tentu, kecuali bila profage sewaktu-waktu menjadi virulen dan memproduksi partikel bakteriofage matang, suitlah untuk mengetahui apakah galur bakteri tertentu lisogen atau tidak. Namun, bakterium yang kadang- kadang lisogen memang akan menempuh daur lisis, dan bakteriofage yang dibebaskan dapat diasai dengan mencawankan supernat pada biakan bakteri kedua yang dilisis oleh bakteriofage temperat yang dibebaskan. Konversi lisogen. Walaupun profage tidak menyalin semua DNA nya (kecuali jika profage itu memasuki daur lisis), tidak berarti bahwa semua gen DNA profage mungkin disalin untuk membentuk protein yang baru bagi bakteri. Produk ini mungkin berupa enzim yang merangsang perubahan dalam struktur lipopolisakarida membran luar bakteri atau yang memprduksi racun yang dikeluarkan oleh bakteri ke dalam lingkungan sekitarnya. Protein racun yang dikeluarkan, yang disebut eksotoksin, merupakan dasar untuk penyakit gawat seperti difteria, demam skarlet dan botulisme. Diperolehnya karakter baru yang disandi oleh DNA profage disebut konversi lisogen. 4. Apa HIV itu? Jelaskan bentuk dan strukturnya. HIV adalah Human Immune Virus yaitu virus yang menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu penyakit menurunnya sistem kekebalan tubuh. Strukturnya termasuk virus yang kompleks. 5. Teknologi apa yang dapat dikembangkan dari pengetahuan tentang virus ? Teknologi untuk pengamatan virus berhasil mengembangkan mikroskup elektron. Teknologi pembuatan antigen dan antibodi untuk keperluan pengobatan. Teknologi berskala nanometer yang secara intensif masih dalam penelitian. Ditemukan teknologi hibridoma yaitu penggunaan penyatuan sel somatik untuk menggabungkan sel darah putih kanker (myeloma) dengan sel normal B yang sudah dimatangkan (jadi dewasa) untuk memproduksi antibodi spesifik sebagai antibodi monoklonal. http://yudha-sman1ultra.blogspot.com/2010/11/bakteriopage.html Indikator Virus Terdapat empat kandidat mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator virus[1].
  • 6. Kolifage, yaitu baktriofage yang menginfeksi E.coli dan bakteri koliform lainnya. Bakteri yang diinfeksi tidak memiliki fili sehingga virus menempel langsung pada dinding selnya. Sifatnya tidak spesifik pada feses dan deteksi bergantung pada inangnya. Contohnya adalah myoviridae, podoviridae, dan siphoviridae. • Kolifage jantan, yaitu colifage yang menginfeksi E.coli jantan (yang memilliki strain F+) sehingga dapat menghasilkan fili dan penempelan terjadi melalui reseptor fili. Bersifat spesifik pada feses. Contohnya adalah leviviridae • Fage Bacteroides fragilis, bersifat spesifik feses manusia. Namun konsentrasinya sangat rendah sehingga belum dapat ditunjukkan spesifitasnya • Fage Salmonella, terdapat pada feses manusia dan hewan. Digunakan untuk mengindikasi banyaknya bakteri Salmonella, namun konsentrasinya juga terlalu rendah[1]. http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme_indikator Transduksi Virus mempunyai kemampuan menstranfer informasi genetik dari sel host yang satu ke sel host yang lainnya. Proses ini dinamakan transduksi. Telah diidentifikasi dua jenis transduksi. Yang pertama, transduksi umum, transfer fragmen DNA host ke sel penerima. Jenis kedua, dinamakan transduksi khusus yang melibatkan transfer gen khusus dari satu sel ke sel yang lain. Suatu virus dapat mengubah kode genetik dari suatu sel melalui transduksi. C. Peranan Virus dalam Kehidupan Manusia 1. Menyebabkan Penyakit pada manusia antara lain sebagai berikut. • Penyakit influensa, penularannya melalui udara pernapasan dari penderita. • Penyakit cacar, penularannya melalui kontak dengan kulit atau persinggungan dengan penderita. • Penyakit campak, penularannya melalui persinggungan dengan penderita. • Penyakit hepatitis B, penularannya antara lain melalui suntikan, luka, dan tranfusi darah. • Penyakit Hepatitis A dan C, penularannya melalui makanan. Penyakit hepatitis disebut juga penyakit kuning. • Penyakit demam berdarah (dengu) yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aeqypti. • Penyakit Aids (HIV), penularannya melalui suntikan, transfusi darah, dan hubungan seksual. Orang yang kena penyakit Aids, daya tahan tubuhnya akan menurun, sehingga ia mudah tertular penyakit lain. • Penyakit Polio (lumpuh) pada anak-anak yang penularannya melalui makanan. • Penyakit Rabies (gila anjing) dan penularannya kepada manusia melalui gigitan anjing yang berpenyakit rabies. • Penyakit pada alat kelamin disebabkan oleh virus papiloma. • Penyakit Herves pada kulit, penularannya melalui persing-gungan dengan kulit si penderita. 2.Penyakit pada Hewan Virus pada hewan dikelompokkan berdasarkan jenis Asam intinya. No. Kelas Contohnya/penyakit
  • 7. I DNA ganda Virus papova Papiloma (kanker servik), 1. polioma (tumor pada hewan tertentu) 2. Virus Adeno Penyakit pernapasan, menyebabkan tumor pada hewan tertentu 3. Virus Herves Herpes simpleks I (di mulut), herves simpleks II (di genital), Varicella zoster (cacar air) chiken poks (cacar sapi ) 4. Virus pox Smallpox, vaksinia, cacar sapi II DNA tunggal Virus Parvo Roseola, kebanyakan virus parvo harus menginfeksi bersama adenovirus untuk agar bisa tumbuh. III RNA ganda Virus Reo Diare dan penyakit saluran pernapasan IV RNA tunggal sebagai RNAm 1. Virus Picorna Virus polio dan Rinovirus (demam) 2. Virus Toga Virus rubela, virus demam kuning, virus ensepalus. V. RNA tunggal, templet untuk mRNA 1. Virus Rhabdo Rabies (penyakit anjing gila) 2. Virus Paramyxo Beguk 3. Ortomiksovirus Influenza VI. RNA tunggal, templet untuk sintesis DNA Retrovirus Virus tumor RNA (contoh, leukemia), HIV (virus AIDS). 3. Penyakit Pada Tumbuhan Virus pada tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan hasil panen. Kebanyakan virus tanaman yang ditemukan adalah virus RNA, termasuk virus mozaik. Virus ini mempunyai kapsid berbentuk batang dengan protein yang tersusun dalam bentuk spiral. Virus mozaik menyerang tanaman tembakau, tomat, dan kentang. Daun tembakau yang kena penyakit tersebut akan bewarna belang-belang dan keriting.
  • 8. Penularan virus ada yang melalui serangga, alat pemotong tanaman, dan peralatan lain, serta petani sendiri. Setelah virus masuk ke dalam sel tanaman dan mulai bereproduksi, partikel virus dapat menyebar ke seluruh bagian tanaman melalui plasmodesmata. Penyakit tungro pada padi, penularannya melalui gigitan serangga. Padi yang kena penyakit virus ini akan menjadi kerdil dan bijinya juga kecil. Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada tanaman jeruk ( CVPD ), dan penularannya juga melalui peran-taraan serangga. Para ahli pertanian belum berhasil menemukan obat untuk beberapa penyakit yang disebabkan virus. Oleh sebab itu para ahli hanya berusaha mencegah terjadinya penyakit dan mengembangkan jenis tanaman yang tahan virus Manfaat Virus Di samping menyebabkan penyakit, virus ada juga yang menguntungkan. Virus dapat digunakan untuk memproduksi interferon. Interferon dihasilkan jika sejenis virus menginfeksi sel, virus menghasilkan zat (protein) yang menghalangi infeksi virus yang lain. Interferon ini dapat digunakan untuk mencegah penyakit tertentu. Selubung virus dapat juga digunakan sebagai vaksin, misalnya selubung virus hepatitis B. Selubung virus dapat dikembangbiakan dengan rekayasa genetik dalam bakteri Escherichia coli . Selasa, 13 Juli 2010 Plaque Virus Virus adalah satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa asam nukleat (RNA atau DNA), yang biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung atau lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang. Virus merupakan unit elemen yang masih menunjukkan tanda kehidupan, sehingga virus dapat juga didefinikan sebagai organisme tak sel yang mempunyai genom yang hanya dapat bereplikasi dalam sel inang dengan menggunakan perangkat metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus (Akin, 2006). Setiap siklus replikasi menghasilkan asam nukleat dan mantel protein virus dalam jumlah yang banvak. Mantel protein virus bergabung bersama-sama membentuk kapsid yang berfungsi membungkus dan menjaga stabilitas asam nukleat virus terhadap lingkungan ekstraseluler. Selain itu juga berfungsi untuk mempermudah penempelan serta penetrasi virus terhadap sel baru yang dapat dimasukinya. Infeksi virus terhadap sel inang yang dimasukinya dapat berefek ringan atau bahkan tidak berefek sama sekali namun mungkin juga bisa membuat sel inang rusak atau bahkan mati (filzahazny, 2008).
  • 9. Adapun sifat-sifat khusus virus menurut Lwoff, Home dan Tournier (1966) adalah bahan genetik virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), akan tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus. Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu terdiri dari pembungkus yang mengelilingi atau melindungi asam nukleat. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu di dalam nukleus, sitoplasma atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindunng dan komponen asam nukleat infektif. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya. Komponen-komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama sebelum dibebaskan. Selama berlangsungnya proses pembebasan,beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang mengandung lipid protein dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes. Partikel virus lengkap disebut virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid. Pendeteksian adanya virus dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya langsung, PCR, pelacak DNA dan metode Plaque. Plaque sering digunakan karena lebih mudah dan sederhana yaitu dengan melihat zona jernih dari biakan bakteri yang ditumbuhkan. Zona jernih tersebut diakibatkan lisisnya bakteri akibat virus (Anonim, 2008). Virus dapat menyerang hewan, manusia, tumbuhan dan bakteri. Virus pada tumbuhan tidak memiliki alat penetrasi untuk menembus dinding sel tumbuhan, sedangkan pada virus hewan, manusia dan bakteri dapat melakukan penetrasi secara langsung melalui selaput sel. Adapun contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus yaitu cow pox (cacar sapi), Foot and Mouth desease pada sapi, Newcastle desease pada ayam, herpes simplex, HIV dan influenza pada manusia, bakteriofag pada bakteri. Ada dua macam cara virus menginfeksi sel hospes, yaitu secara litik dan secara lisogenik. Tujuan praktikum pengamatan virus pada bakteri dengan metode plaque adalah untuk mengetahui ada tidaknya virus dalam sampel yang melisiskan sel bakteri. Terlihat dari zona jernih atau adanya plaque yang terbentuk di dalam media NA yang telah diinokulasi sampel dari bakteri E.coli.
  • 10. 1. Sampel dari limbah cair ternak yang diduga mengandung virus dimasukkan ke dalam botol sampel steril. 2. Media pertumbuhan NA disiapkan. 3. Sampel diambil sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan pipet ukur secara aseptis dan di tuang ke dalam media NA. 4. Sampel cair yang dituang pada media diratakan dengan menggunakan durgalsky. 5. Cawan ditutup dengan wrap cling setelah itu diinkubasi 2x24 jam di inkubator. 6. Plaque yang terbentuk diamati. Salah satu prosedur yang penting dalam virologi adalah mengukur konsentrasi virus dalam sampel. Pendekatan yang banyak digunakan untuk menentukan jumlah seberapa banyak virus yang menginfeksi adalah dengan tes plak atau metode Plaque. Teknik ini pertama kali dikembangkan untuk menghitung banyaknya bakteriofage. Renato Dulbecco mengembangkan metode ini pada tahun 1952 untuk digunakan dalam virologi hewan. Teknik ini melihatkan penyebaran virus progeni yang ditandai dengan zona lingkar sel (Dulbecco, 1953). Uji plak dilakukan dengan mengamati plak dalam sampel bakteri E.coli yang ditumbuhkan pada media NA. Sampel dimasukkan ke dalam Na sebanyak 0,1 ml tanpa melalui pengenceran dimaksudkan agar bakteri tetap dalam jumlah yang banyak sehingga kemungkinan besar didapatnya plak yang diakibatkan oleh virus. Hasil praktikum menunjukkan adanya zona jernih atau plak yang diakibatkan oleh lisisnya sel bakteri akibat infeksi virus. Siklus hidup virus ada 2 cara yaitu lisis dan lisogenik (Anonim, 2008). Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel). Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia
  • 11. tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influensa dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV) (filzahazny, 2008). Lisis diawali dengan proses melekatnya virion pada permukaan sel inang yang diperantarai oleh interaksi spesifik antara virus dengan reseptor (protein,polisakarida,lipoprotein,glikoprotein) kemudian masuknya genom virus ke dalam sel inang. Virus memasukkan materi genetik (DNA) ke dalam sel. Pelepasan selubung berlangsung melalui serabut ekor faga yang berkontraksi sehingga terjadi cengkeraman pada bagian spike pada membran sel bakteri selaput ekor berkontraksi dan DNA virus masuk melalui pori-pori pada ujung ekor. Ekor melepaskan lysozim dan capsid ditinggal diluar, setelah masuk protein virus dibentuk dengan menggunakan energy dari sel inang dan mengalami pendewasaan DNA fagadirakit menjadi Virion. virion dibebaskan dari sel, faga memerintahkan untuk memproduksi lisozim yang mencerna dinding sel bakteri, plasma membran pecah dan sel lisis. Lisogeni diawali dengan Ekor virus melekat pada spesifik reseptor pada permukaan sel dan menginjeksikan DNA ke dalam sel, Phage DNA berintegrasi dengan kromosom bakteri dan membentuk prophage. Prophage tetap bersifat latent. Prophage DNA dilepaskan berhubungan dengan stimulus seperti Uv radiasi, senyawa kimia lain dan akan masuk ke siklus litik. Virus yang melisiskan sel bakteri adalah bakteriofage. Bakteriofage berasal dari kata bacteria dan phagus (bahasa Yunani). Dari asal kata tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bakteriofage merupakan virus yang menyerang bakteri. Bakteriofage termasuk ke dalam ordo Caudovirales. Salah satu contoh bakteriofage adalah T4 virus yang menyerang bakteri Eschericia coli. E. coli merupakan bakteri yang hidup pada saluran pencernaan (Wikipedia). Macam-macam virus pada manusia salah satunya retrovirus (HIV) yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi. Virus Herpes Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi mARN. Virus Infuenza Siklus replikasi virus influenza hampir same
  • 12. dengan siklus replikasi virus herpes. Hanya saja, pada virus influenza materi genetiknya berupa rantai tunggal ARN yang kemudian mengalami replikasi menjadi mARN. Paramyxovirus adalah semacam virus ARN yang selanjutnya mengalami replikasi menjadi mARN. Paramyxovirus merupakan penyebab penyakit campak dan gondongan (Anonim, 2008). Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV). Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau. Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV). Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet. Penyebabnya adalah virus rabies (Anonim, 2008). Diposkan oleh chanlightz di 12:57:00 AM Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Selasa, 13 Juli 2010 Postulat Koch Virus adalah satu set dari satu atau lebih molekul genom berupa asam nukleat (RNA atau DNA), yang biasanya dibungkus oleh selubung pengaman berupa protein selubung atau lipoprotein dan hanya dapat memperbanyak diri dalam sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan metabolisme, materi, dan energi dari sel inang. Virus merupakan unit elemen yang masih menunjukkan tanda kehidupan, sehingga virus dapat juga didefinikan sebagai organisme tak sel yang mempunyai genom yang hanya dapat bereplikasi dalam sel inang dengan menggunakan perangkat metabolisme sel inang untuk membentuk seluruh komponen virus (Akin, 2006). Adapun sifat-sifat khusus virus adalah bahan genetik virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), akan tetapi tidak terdiri dari kedua jenis asam nukleat sekaligus. Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu terdiri dari pembungkus yang mengelilingi atau melindungi asam nukleat. Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yaitu di dalam nukleus, sitoplasma atau di dalam keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup. Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk dengan
  • 13. suatu proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi lapisan protein pelindunng dan komponen asam nukleat infektif. Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus. Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya. Komponen-komponen utama virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama sebelum dibebaskan. Selama berlangsungnya proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang mengandung lipid protein dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes. Partikel virus lengkap disebut virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid (Lwoff et al., 1966). Virus tumbuhan pertama kali ditemukan pada tahun 1576, sebagai patogen yang menimbulkan gejala perubahan warna pada bunga tulip yang semula berwarna polos menjadi bergejala strip (bercak bergaris). Mekanisme penularan virus tersebut belum dapat dijelaskan secara ilmiah oleh pakar biologi hingga tahun 1886. Meyer melakukan percobaan untuk mempelajari etiologi penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus pada tanaman tembakau bergejala mosaik (tobacco mosaic virus/TMV). Meyer belum sampai menyimpulkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh virus. Patogen mosaik tembakau dapat melewati saringan yang tidak dapat dilalui oleh bakteri. Martinus Beijerinck pada tahun 1898 juga mengulangi percobaan Meyer dan melaporkan bahwa patogen mosaic tembakau bukanlah bakteri tetapi merupakan contagium vivum fluidum yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit (Akin, 2006). Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dengan virus yang menyerang hewan dan bakteri. Salah satu perbedaan tersebut adalah mekanisme penetrasi virus ke dalam sel inang. Virus tumbuhan hanya dapat masuk ke dalam sel tumbuhan melalui luka yang terjadi secara mekanis atau yang disebabkan oleh serangga vector. Hal ini disebabkan virus tumbuhan tidak mempunyai alat penetrasi untuk menembus dinding sel tumbuhan. Asam nukleat yang menjadi genom virus tumbuhan sebagian besar merupakan molekul ssRNA. Namun, ada beberapa virus tumbuhan yang mempunyai genom dsDNA, ssDNA, dan dsRNA (Akin, 2006). Tujuan dari praktikum Postulat Koch adalah untuk memberikan pemahaman praktek Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus tumbuhan. Khususnya mengetahui bagaimana cara penularan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap, karena sangat penting untuk penelitian virus dalam laboratorium.
  • 14. A. Pengamatan langsung 1. Daun kacang-kacangan yang terkena penyakit karat daun disiapkan. 2. Daun yang diduga terkena penyakit karat daun diamati gejalanya dengan tanda-tanda penyakit yang ditimbulkan pada tanaman kacang. 3. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit. B. Pembuatan ekstrak atau sap dari tanaman yang terinfeksi virus 1. Tanaman kacang-kacangan yang mengalami sakit dicari, kemudian dipetik beberapa daun muda yang sakit. 2. Daun yang sakit dimasukkan ke dalam mortar, daun dilumatkan dalam akuades dengan penumbuk porselen. 3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring sampai sap yang diperoleh hanya berupa cairan atau ekstrak. C. Pengujian 1. Dua tanaman kacang-kacangan sehat disiapkan, satu tanaman sebagai kontrol dan satu tanaman lagi sebagai uji perlakuan. 2. Sap atau ekstrak dari daun yang sakit diolesi dengan cotton bud ke daun yang sehat pada tanaman perlakuan yang sebelumnya permukaan daun sudah dilukai dengan menggunakan amplas secara perlahan. 3. Setelah itu kedua daun tanaman baik kontrol maupun perlakuan ditutup dengan menggunakan plastik transparan yang terpisah agar tanaman kontrol tidak ikut terinfeksi. Penutupan dengan plastik transparan dimaksudkan untuk menjaga kondisi agar tetap lembab yang akan mendukung pertumbuhan patogen pada tanaman inang.
  • 15. 4. Perubahan yang terjadi pada daun diamati baik pada daun yang diinokulasi maupun control setiap hari sampai 7 hari. Mengamati apakah menimbulkan gejala yang sama antara daun awal yang terinfeksi virus dengan daun yang telah diinokulasi. D. Uji penegasan 1. Uji penegasan dilakukan sesuai dengan kriteria Postulat Koch yang ketiga dan keempat yaitu, (3) mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya, apabila diinokulasikan, dan (4) mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat direisolasi dari gejala yang timbul hasil inokulasi. Maka dilakukan reisolasi atau perlakuan kembali seperti pada metode poin A, B dan C. 2. Daun awal yang terinfeksi virus, daun pada inokulasi sap pertama, daun pada inokulasi sap kedua dan kontrol dibandingkan. Virus tumbuhan adalah virus yang menginfeksi tumbuhan. Umumnya memiliki asam nukleat berupa ssRNA. Namun, ada beberapa virus tumbuhan yang memiliki genom dsDNA, ssDNA, dan dsRNA. Sifat khas infeksi virus tumbuhan adalah tidak adanya alat penetrasi sehingga apabila virus tumbuhan akan menginfeksi inangnya harus melalui mekanis atau dengan perlukaan (Akin, 2006). Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya virus yang menginfeksi suatu tumbuhan. Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Masa itu virus belum dapat dilihat atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari virologi (Gibbs, 1980). Tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini dikenal dengan postulat Koch yaitu: 1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.
  • 16. 2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium. 3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat menimbulkan penyakit. 4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah terinfeksi tersebut. Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri penyebab berbagai penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun). Penemuan virus, adanya bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1 mikroorganisme memerlukan modifikasi dari postulat Koch (Kock, 1884). Virus mengalami perubahan bentuk ketika berada dalam sel tanaman inang sesuai dengan tahap replikasi virus. Morfologi virus yang lengkap dapat diamati pada partikel virus atau dikenal dengan istilah virion. Bentuk virus ada yang tak-isometri berbentuk tongkat dan virus isometric berbentuk isosahedron (Akin, 2006). Mekanisme pengifeksian virus ke tanaman yaitu partikel virus masuk ke dalam tanaman melalui luka pada permukaan tanaman dengan perantaraan tepung sari dan sebagainya, maka akan terjadi kontak antara virus dengan sitoplasma sel tanaman. Sesudah terjadi inokulasi, RNA yang merupakan bagian virus yang infektif keluar dari selubung protein. Usaha tersebut dilakukan dengan perantaraan sel tanaman karena virus tidak mempunyai energi untuk keperluan tersebut. Semua aktivitas biologis tergantung dari tanaman yang diserangnya. Keadaan ini merupakan perbedaan utama dalam hubungan tanaman inang dengan parasit untuk penyakit virus dan penyakit yang disebabkan oleh patogen lainnya. Protein yang ditinggalkan kemungkinan tertinggal dalam sel tanaman dan selanjutnya menjadi bagian protein sel tanaman inang. RNA yang keluar tersebut merangsang tanaman inang untuk membentuk enzim yang disebut RNA-polymerases, RNA-synthetases atau RNA-replicates. Enzim tersebut membentuk RNA baru dan RNA baru selanjutnya merangsang sel tanaman inang untuk mensintesa molekul protein yang spesifik untuk dijadikan selubung RNA (Akin, 2006). Pengaruh infeksi virus terhadap sintesis makromolekul diamati pada penurunan sintesis asam nukleat, protein, dan karbohidrat. Sementara itu infeksi virus terhadap fotosintesis tanaman inang diamati pada pengaruh infeksi virus terhadap berkurangnya laju fotosintesis tanaman inang. Gejala penyakit virus pada tanaman dibagi menjadi dua yaitu gejala eksternal dan gejala internal (Akin, 2006).
  • 17. Gejala eksternal berupa gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala lokal merupakan gejala yang hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam virologi dikenal dengan istilah bercak lokal. Bercak lokal dapat berupa klorosis karena hilang atau berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadi kematian sel tanaman inang. Contohnya pada daun Chenopodium amaranticolor yang terinfeksi PStV. Gejala sistemik terjadi apabila virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Gejala infeksi ini secara umum disebut gejala sistemik. Tanaman dikatakan bantut apabila ukuran tanaman yang terinfeksi lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman normal. Contohnya pada tanaman kedelai yang terserang CPMMV (cowpea mild mottle virus). Mosaik menunjukkan adanya warna yang berbeda secara tidak teratur, seperti warna hijau tua yang diselingi dengan hijau muda. Gejala mosaic biasanya didahului oleh pemucatan sepanjang tulang daun (vein clearing) atau akumulasi warna hijau sepanjang tulang daun (vein banding). Contoh pada tanaman tembakau yang terkena TMV. Bercak cincin pada bagian tanaman yang terinfeksi dilingkari garis berbentuk cincin. Selain berupa klorosis atau nekrosis, kadang-kadang gejala tersebut dapat berupa lingkaran terpusat. Contoh pada tanaman paprika yang terkena CMV. Layu (Wilting) akibat nekrosis pada pembuluh tanaman. Contoh tomat yang terinfeksi TSWV. Malabentuk daun akan menimbulkan perubahan sitologi sel tanaman, seperti bentuk dan ukuran kloroplas, penggumpalan kloroplas, berkurangnya jumlah klorofil total daun, serta terjadinya penumpukan karbohidrat pada daun. Contoh pada kedelai yang terinfeksi SMV (Akin, 1998). Tanaman kacang panjang sangat berpotensial untuk dikembangkan sebagai usaha tani, karena selain mudah dibudidayakan, pangsa pasarnya juga cukup tinggi. Salah satu kendala dalam usaha dalam meningkatkan produksi kacang panjang adalah gangguan penyakit tanaman. Beberapa penyakit diantaranya layu (Fusarium sp.), antraknosa (Colletotrichum sp.), nematoda puru akar (Meloidogyne sp.), dan penyakit mosaik. Penyakit mosaik pada kacang panjang dapat ditularkan melalui vektor yaitu Aphis craccivora, vektor ini banyak ditemukan pada tangkai bunga tanaman kacang-kacangan. A. craccivora dapat menularkan lebih dari 30 virus tanaman secara non persisten. Oleh karena itu, peranan A. craccivora dalam menularkan virus di lapang sangat penting, apalagi kutudaun (A. Craccivora) ada sepanjang tahun. Selain itu, penyakit mosaic dapat ditularkan melalui benih, dan secara mekanis. Penyakit mosaik merupakan penyakit tanaman kacang panjang yang banyak dijumpai dan merupakan salah satu penyakit penting yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas kacang panjang. Beberapa penyakit mosaik diantaranya Bean Common Mosaic Virus (BCMV), Bean Yellow Mosaic Virus (BYMV),
  • 18. Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus (CABMV), ketiga virus ini termasuk ke dalam genus potyvirus (Suryadi, 2007). Postulat Koch pada inokulasi pertama mengalami kegagalan diakibatkan tanaman layu sebelum terlihat gejala-gejala yang diakibatkan oleh virus dan pada inokulasi kedua ada tanaman yang berhasil dan ada yang gagal hal ini dikarenakan dimungkinkan kekurangan konsentrasi virus yang akan menginfeksi tanaman inang. Meurut Akin (2006), konsentrasi virus untuk dapat menginfeksi tanaman harus sebanyak (105 virion) dan faktor lainnya adalah umur tanaman semakin tua tanaman tersebut maka akan semakin terbatas penyebaran virus dalam tanaman, genotip tanaman, dan lingkungan (Akin, 2006). Virologi - BAB DUA DASAR virologi: REPLIKASI DARI VIRUS Dr Margaret Hunt EN ESPAÑOL DI PORTUGIS SHQIP - Albania Marilah kita tahu apa yang Anda pikirkan KOMENTAR CARI SAHAM BookMark PRINT HALAMAN INI
  • 19. Gambar logo © Jeffrey Nelson, Rush University, Chicago, Illinois dan The MicrobeLibrary MEMBACA: Murray et al., Mikrobiologi 5 Ed., Bab 6 TUJUAN PENGAJARAN Pandangan keseluruhan siklus replikasi virus PERISTIWA UTAMA TERLIBAT DALAM REPLIKASI Adsorpsi Langkah pertama dalam infeksi sel adalah lampiran ke permukaan sel. Lampiran adalah melalui interaksi ionik yang suhu-independen. Lampiran protein reseptor spesifik virus mengakui, yang mungkin protein, karbohidrat atau lemak, pada bagian luar sel. Sel tanpa reseptor yang tepat tidak rentan terhadap virus. Penetrasi Virus memasuki sel dalam berbagai cara sesuai dengan sifat virus. Menyelimuti virus (A) Entry dengan menggabungkan dengan membran plasma. Beberapa sekering virus menyelimuti langsung dengan membran plasma. Dengan demikian, komponen internal virion segera dikirimkan ke sitoplasma sel (gambar 1). (B) Entry melalui endosomes pada permukaan sel (gambar 2) Beberapa virus menyelimuti memerlukan pH asam untuk fusi terjadi dan tidak dapat sekering langsung dengan membran plasma. Virus ini diambil oleh invagination dari membran ke endosomes. Sebagai endosomes menjadi diasamkan, laten fusi aktivitas virus protein menjadi diaktifkan oleh penurunan pH dan sekering membran virion dengan membran endosome. Hal ini menyebabkan pengiriman komponen internal virus ke sitoplasma sel Non-menyelimuti virus Non-menyelimuti virus dapat melintasi membran plasma secara langsung atau mungkin diangkat ke endosomes. Mereka kemudian silang (atau menghancurkan) selaput endosomal. Uncoating asam nukleat harus cukup uncoated bahwa replikasi virus dapat dimulai pada tahap ini. Bila asam nukleat adalah uncoated, partikel virus yang menular tidak dapat pulih dari sel - ini adalah awal dari fase ECLIPSE - yang berlangsung sampai virion menular baru dibuat. Sintesis asam nukleat dan protein virus Banyak strategi yang digunakan, beberapa akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya.
  • 20. Majelis / pematangan partikel virus baru dirakit. Mungkin ada langkah pematangan yang mengikuti proses perakitan awal. Pelepasan Virus dapat dilepaskan akibat lisis sel, atau, jika terbungkus, mungkin tunas dari sel. virus Budding (angka 3 dan 4) tidak harus membunuh sel. Dengan demikian, beberapa virus tunas mungkin dapat mengatur infeksi persisten. merilis virus partikel semua Bukan yang menular. Rasio non-infeksius untuk partikel infeksi bervariasi dengan virus dan kondisi pertumbuhan. STRUKTUR VERSUS NON-STRUKTUR PROTEIN Semua protein dalam partikel virus dewasa dikatakan protein struktural - bahkan jika mereka tidak membuat kontribusi terhadap morfologi atau kekakuan virion - protein non-struktural adalah mereka protein virus yang ditemukan dalam sel tetapi tidak dikemas menjadi virion. Gambar 1. Fusi virus dengan membran plasma setelah lampiran ke reseptor permukaan sel Gambar 2. Fusi virus dengan membran dari endosome Gambar 3. Transmisi mikrograf elektron HIV-1, budding dan bebas CDC Gambar 4. HIV tunas dari jaringan getah bening manusia (TEM x133, 335) © Dennis Kunkel Mikroskopi, Inc izin. Digunakan dengan Gambar 5. Sebuah uji plak. Serial pengenceran virus telah disebar pada budaya monolayer konfluen sel. Sel-sel yang bernoda setelah periode waktu di mana satu virus menginfeksi sebuah sel, menghasilkan partikel virus baru dan menginfeksi sel-sel sekitarnya. Daerah putih
  • 21. menunjukkan wilayah budaya di mana sel-sel telah terbunuh. Setiap "plak" adalah hasil dari adanya satu partikel virus menular asli. PENGARUH VIRUS PADA HOST SINTESIS makromolekul Banyak virus host menghambat RNA, DNA atau sintesis protein (atau kombinasi dari semuanya). Mekanisme dengan mana virus melakukan hal ini sangat bervariasi. Cytopathic efek (CPE) Kehadiran virus sering menimbulkan perubahan morfologi pada sel inang. Setiap perubahan terdeteksi dalam sel inang akibat infeksi yang dikenal sebagai efek cytopathic. efek Cytopathic (CPE) dapat terdiri dari pembulatan sel, disorientasi, bengkak atau menyusut, kematian, lepas dari permukaan, dll Banyak virus menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) di sel yang terinfeksi. Hal ini dapat menjadi bagian penting dari pertahanan sel inang terhadap virus - kematian sel sebelum berakhirnya siklus replikasi virus dapat membatasi jumlah progeni dan penyebaran infeksi. (Beberapa virus menunda atau mencegah apoptosis - sehingga memberikan diri kesempatan untuk meniru virion lebih.) Beberapa virus mempengaruhi pengaturan ekspresi gen sel host yang ini dapat memiliki hasil penting baik bagi virus kemampuan untuk tumbuh, dan dalam hal efek pada sel inang. Efek cytopathic dihasilkan oleh virus yang berbeda bergantung pada virus dan sel-sel di mana ia tumbuh. Ini dapat digunakan di laboratorium virologi klinis untuk membantu dalam identifikasi virus isolat. Pengujian untuk unit pembentuk plak Efek CPE dapat digunakan menduga jumlah partikel virus yang menular oleh pembentukan unit uji-plak (Gambar 5). Sel yang tumbuh pada permukaan yang datar sampai mereka membentuk monolayer sel meliputi botol plastik atau piring. Mereka kemudian terinfeksi virus. Media tumbuh yang cair diganti dengan padat satu setengah sehingga virus setiap partikel yang dihasilkan sebagai akibat infeksi tidak bisa bergerak jauh dari tempat produksi mereka. plak adalah dihasilkan ketika partikel virus menginfeksi sel, ulangan, dan kemudian membunuh sel itu. Sekitar sel yang terinfeksi oleh virus baru direplikasi dan mereka juga dibunuh. Proses ini dapat mengulang beberapa kali. Sel-sel ini kemudian diwarnai dengan pewarna yang hanya noda sel-sel hidup. Sel-sel mati di plak tersebut tidak noda dan muncul sebagai daerah tak bercacat pada latar belakang berwarna. Setiap plak merupakan hasil infeksi dari satu sel per satu virus diikuti oleh replikasi dan penyebaran virus itu. Namun, virus yang tidak membunuh sel-sel tidak dapat menghasilkan plak. Tes untuk virus Beberapa metode (misalnya elektron-mikroskop) memungkinkan setiap virion dihitung namun tidak informatif tentang infektivitas. Metode lain (misalnya hemaglutinasi) adalah kurang sensitif mengukur bagaimana virus banyak hadir, tapi sekali lagi tidak informatif tentang infektivitas. Metode lain, misalnya uji plak, mengukur jumlah partikel virus yang menular.
  • 22. Mendeteksi virus: alat tes plak 6 Juli 2009 Salah satu prosedur yang paling penting dalam virologi adalah mengukur titer virus - konsentrasi virus dalam sampel. Pendekatan yang banyak digunakan untuk menentukan jumlah virus yang menular adalah tes plak. Teknik ini pertama kali dikembangkan untuk menghitung titer saham bakteriofag. Renato Dulbecco diubah prosedur ini pada tahun 1952 untuk digunakan dalam virologi hewan, dan sejak saat itu telah digunakan untuk penentuan handal dari titer dari virus yang berbeda.
  • 23. Untuk melakukan uji plak, pengenceran 10 kali lipat dari stok virus disusun, dan 0,1 ml Aliquot diinokulasi ke sel monolayers rentan. Setelah masa inkubasi, untuk memungkinkan virus untuk melampirkan sel, monolayers ditutupi dengan medium yang mengandung zat gizi, biasanya agar-agar, yang menyebabkan pembentukan gel. Ketika piring yang diinkubasi, sel yang terinfeksi virus keturunan asli rilis. Penyebaran virus baru dibatasi untuk sel-sel tetangga dengan gel. Akibatnya, setiap partikel menular menghasilkan zona lingkaran sel yang terinfeksi yang disebut plak. Akhirnya plak menjadi cukup besar untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Pewarna bahwa sel-sel hidup noda sering digunakan untuk meningkatkan kontras antara sel-sel hidup dan plak. Hanya virus yang menyebabkan kerusakan sel dapat diuji dengan cara ini. Contoh plak dibentuk oleh virus polio pada sel HeLa monolayer ditampilkan di sebelah kiri. Dalam gambar ini, sel-sel telah diwarnai dengan kristal violet, dan plak dapat segera terlihat dimana sel telah dihancurkan oleh infeksi virus. Titer suatu persediaan virus dapat dihitung dalam satuan pembentuk plak (PFU) per mililiter. Untuk menentukan titer virus, plak dihitung. Untuk meminimalkan kesalahan, hanya piring berisi antara plak 10 dan 100 yang dihitung, tergantung pada ukuran dari pelat kultur sel yang digunakan. prinsip-prinsip statistik mendikte bahwa ketika 100 plak yang dihitung, titer sampel akan bervariasi dengan plus atau minus 10%. Setiap pengenceran berlapis dalam rangkap untuk meningkatkan akurasi. Dalam contoh yang ditunjukkan di bawah ini, ada 17 plakat pada pelat terbuat dari pengenceran 10 -6. Titer dari saham virus itu 1,7 x 10 8 PFU / ml. Selanjutnya kita akan mempertimbangkan bagaimana uji plak dapat digunakan untuk menyiapkan stok virus klonal, langkah yang penting untuk mempelajari genetika virus.
  • 24. Dulbecco, R., & Vogt, M. (1953). Beberapa permasalahan virologi hewan yang dipelajari oleh teknik plak Spring. Cold Harbor gejala. Quant. Biol 18.,, 273-279 Sekarang bermain: pembentukan plak Viral 3 Februari 2010 Salah satu prosedur yang paling penting dalam virologi adalah mengukur titer virus - konsentrasi virus dalam sampel. Sebuah pendekatan yang digunakan secara luas untuk menentukan jumlah virus yang menular adalah assay plak . Dalam teknik ini, penyebaran virus keturunan dilepaskan oleh sel individual yang terinfeksi dibatasi untuk tetangga sel oleh media setengah padat. Akibatnya, setiap partikel menular menghasilkan zona lingkaran sel yang terinfeksi yang disebut plak. Dengan membayangkan hidup, sel yang terinfeksi virus dengan menggunakan mikroskop, film yang indah telah dibuat yang menunjukkan bagaimana sebuah plakat berkembang secara real time. Untuk menghasilkan film, sel yang terinfeksi virus vaccinia, ditutupi dengan media semi-padat, dan ditempatkan dalam inkubator. Para monolayers diperiksa secara berkala sampai sebuah plakat kecil menjadi terlihat. Sel-sel yang terinfeksi itu kemudian diletakkan di mikroskop inverted dilengkapi dengan kamera. Gambar dari plak diambil setiap jam selama 12-19 jam dan dirakit menjadi sebuah film. Film pertama menunjukkan pembentukan plak pada sel monyet terinfeksi virus vaccinia. Infeksi virus dimulai pada fokus kecil di tengah, kemudian menyebar secara radial ke luar. Sebagai menyebar infeksi, sel-sel mengalami perubahan tahu sebagai efek cytopathic. Lingkaran besar sel-sel mati akan muncul sebagai plak jika monolayer itu ternoda. Film kedua, dilakukan pada perbesaran yang lebih tinggi, menunjukkan tersebar di tepi plak virus. Virus vaccinia digunakan untuk percobaan ini membawa gen pengkode ditingkatkan green
  • 25. fluorescent protein (EGFP). Oleh karena itu sel yang terinfeksi berpendar hijau sebagai hasil replikasi virus. Dengan menunjukkan sangat jelas bagaimana sebuah plakat virus berkembang, film ini akan menjadi sumber pengajaran yang tak ternilai untuk tahun yang akan datang. Saya berterima kasih kepada para penulis studi ini untuk memberikan pandangan yang up-dekat teknik yang virologists binatang telah menggunakan sejak tahun 1952. Doceul, V., Hollinshead, M., van der Linden, L., & Smith, G. (2010). Tolakan dari virion Superinfecting: Sebuah Mekanisme Ilmu Penyebaran Virus Rapid DOI: 10.1126/science.1183173 PENYAKIT MENULAR Bakteriologi Imunologi Ilmu jamur Parasitologi Ilmu pengetahuan virus VIDEO CERAMAH Bakteriologi - BAB TUJUH Bakteriofag Dr Gene Mayer DI SPANYOL DI Albania Marilah kita tahu apa yang Anda pikirkan KOMENTAR CARI SAHAM BookMark PRINT HALAMAN INI Gambar logo © Jeffrey Nelson, Rush University, Chicago, Illinois dan The MicrobeLibrary TUJUAN PENGAJARAN Untuk menggambarkan komposisi umum dan struktur bakteriofag Untuk membahas proses menular dan siklus litik perkalian Untuk menjelaskan siklus lisogenik dan pengaturannya
  • 26. © CellsAlive - James A. Sullivan I. PENDAHULUAN Bakteriofag (fag) adalah parasit intraseluler obligat yang berkembang biak di dalam bakteri dengan menggunakan beberapa atau semua biosintesis mesin host (yaitu, virus yang menginfeksi bakteri.). Ada banyak kesamaan antara virus bakteriofag dan sel hewan. Dengan demikian, bakteriofag dapat dilihat sebagai sistem model untuk virus sel hewan. Selain itu pengetahuan tentang siklus hidup bakteriofag diperlukan untuk memahami salah satu mekanisme yang gen bakteri dapat ditransfer dari satu bakteri yang lain. Pada suatu waktu ia berpikir bahwa penggunaan bakteriofag mungkin merupakan cara yang efektif untuk mengobati infeksi bakteri, tetapi segera menjadi jelas bahwa fag dengan cepat dikeluarkan dari tubuh dan dengan demikian, adalah nilai klinis yang kecil. Namun, bakteriofag digunakan di laboratorium diagnostik untuk identifikasi bakteri patogen (fag mengetik). Meskipun mengetik fag tidak digunakan di laboratorium klinis rutin, digunakan di laboratorium rujukan untuk tujuan epidemiologis. Baru-baru ini, minat baru telah berkembang dalam kemungkinan penggunaan bakteriofag untuk pengobatan infeksi bakteri dan profilaksis. Apakah bakteriofag akan digunakan dalam pengobatan klinis masih harus ditentukan. KATA KUNCI Bakteriofag Fag mengetik Kapsid Ekor Kontraktil selubung Base piring Tail serat Virulen fag Gerhana Awal dan akhir m-RNA Plak Pfu Lysogeny Beriklim fag Profag Lysogen Kohesif berakhir Situs khusus rekombinasi Represi
  • 27. Induksi Lisogenik konversi T4 bakteriofag (TEM x390, 000) © Dennis Kunkel Mikroskopi, Inc . Digunakan dengan izin Bakteriofag T4 Negatif noda mikrograf elektron © ICTV . Gambar 1 Struktur bakteriofag T4 II. KOMPOSISI DAN STRUKTUR bakteriofag A. Komposisi Meskipun bakteriofag yang berbeda dapat mengandung bahan-bahan yang berbeda mereka semua mengandung asam nukleat dan protein. Tergantung pada fag, maka asam nukleat dapat berupa DNA atau RNA tetapi tidak baik dan dapat eksis dalam berbagai bentuk. Asam nukleat dari fag sering mengandung atau diubah basis biasa. Dasar tersebut diubah melindungi asam nukleat fag dari nucleases yang memecah host asam nukleat selama infeksi fag. Ukuran asam nukleat bervariasi tergantung pada fag tersebut. The fag sederhana hanya memiliki asam nukleat yang cukup untuk kode untuk 3-5 produk gen ukuran rata-rata sedangkan fag yang lebih kompleks dapat kode untuk lebih dari 100 produk gen. Jumlah jenis protein dan jumlah masing-masing jenis protein dalam partikel fag akan bervariasi tergantung pada fag tersebut. Para fag sederhana memiliki banyak salinan satu atau dua yang berbeda hanya ketika fag protein yang lebih kompleks mungkin memiliki berbagai macam. Protein berfungsi dalam infeksi dan untuk melindungi asam nukleat dari nucleases di lingkungan. B. Struktur Bakteriofag datang dalam berbagai ukuran dan bentuk. Fitur struktur dasar dari bakteriofag diilustrasikan pada Gambar 1, yang menggambarkan fag yang disebut T4. 1. Ukuran - T4 merupakan salah satu fag terbesar; itu adalah sekitar 200 nm panjang dan lebar 80-100 nm. fag lainnya lebih kecil. Kebanyakan fag berbagai ukuran 24-200 nm panjangnya.
  • 28. 2. Kepala atau kapsid - Semua fag berisi struktur kepala yang dapat bervariasi dalam ukuran dan bentuk. Beberapa icosahedral (20 sisi) yang lain filamen. Kepala atau kapsid terdiri dari banyak salinan atau lebih yang berbeda protein satu. Di dalam kepala ditemukan asam nukleat. kepala bertindak sebagai pelindung yang menutupi untuk asam nukleat. 3. Tail - Banyak tapi tidak semua fag memiliki ekor yang menempel pada kepala fag. Ekor adalah tabung hampa di mana asam nukleat melewati selama infeksi. Ukuran ekor dapat bervariasi dan beberapa fag bahkan tidak memiliki struktur ekor. Di kompleks lebih mirip fag T4 ekor dikelilingi oleh selubung kontraktil yang kontrak selama infeksi bakteri. Pada akhir ekor kompleks fag lebih seperti T4 memiliki pelat dasar dan satu atau serat ekor lebih melekat padanya. Plat dasar dan serat ekor terlibat dalam mengikat fag ke sel bakteri. Tidak semua fag memiliki pelat dasar dan serat ekor. Dalam hal ini struktur lain yang terlibat dalam pengikatan partikel fag untuk bakteri. III. INFEKSI SEL HOST A. adsorpsi Langkah pertama dalam proses infeksi adalah adsorpsi dari fag ke sel bakteri. Langkah ini dimediasi oleh serat ekor atau oleh beberapa struktur analog pada orang-orang fag yang kurang serat ekor dan itu adalah reversibel. Serat ekor menempel pada reseptor spesifik pada sel bakteri dan spesifisitas host fag (yaitu bakteri yang dapat menginfeksi) biasanya ditentukan oleh jenis serat ekor yang fag telah. Sifat dari reseptor bakteri bervariasi untuk bakteri yang berbeda. Contohnya termasuk protein pada permukaan luar dari bakteri, LPS, pili, dan lipoprotein. Reseptor-reseptor ini berada pada bakteri untuk tujuan lain dan fag telah berevolusi untuk menggunakan reseptor untuk infeksi. B. ireversibel lampiran Lampiran dari fag ke bakteri melalui serat ekor adalah satu lemah dan reversibel. ireversibel mengikat dari fag untuk bakteri dimediasi oleh satu atau lebih komponen dari pelat dasar. Fag kurang pelat dasar memiliki cara lain menjadi erat terikat pada sel bakteri. MOVIE Bakteriofag Memerlukan Quicktime © Mondo Media San Francisco, California 94107 Amerika Serikat dan The MicrobeLibrary Gambar 2 Kontraksi selubung ekor T4 C. Sheath Kontraksi Para ireversibel mengikat dari fag terhadap hasil bakteri dalam kontraksi sarungnya (bagi fag yang memiliki selubung a) dan serat ekor berlubang didorong melalui amplop bakteri (Gambar 2). Fag yang tidak memiliki
  • 29. selubung kontraktil menggunakan mekanisme lain untuk mendapatkan partikel fag melalui amplop bakteri. Beberapa fag memiliki enzim yang mencerna berbagai komponen amplop bakteri. D. Asam Nukleat Injeksi Ketika fag telah mendapat melalui amplop bakteri asam nukleat dari kepala melewati ekor berlubang dan memasuki sel bakteri. Biasanya, komponen fag-satunya yang benar-benar masuk sel adalah asam nukleat. Sisa dari fag tetap di luar bakteri. Ada beberapa pengecualian untuk aturan ini. Ini berbeda dari virus sel hewan yang sebagian besar partikel virus biasanya masuk ke dalam sel. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan bakteri untuk bahan menelan. Gambar 3 Daur hidup sebuah fag litik Gambar 4 Assay untuk fag litik IV. Perkalian fag SIKLUS A. litik atau jahat fag 1. Definisi Litik atau fag fag ganas yang hanya dapat berkembang biak pada bakteri dan membunuh sel oleh lisis pada akhir siklus hidup. 2. Siklus hidup Siklus hidup dari fag litik diilustrasikan pada Gambar 3. a. Eclipse periode Selama fase gerhana, tidak ada partikel fag menular dapat ditemukan baik di dalam atau di luar sel bakteri. Asam nukleat fag mengambil alih biosintetik mesin host dan fag tertentu m-RNA dan protein dibuat. Ada ungkapan tertib fag diarahkan sintesis makromolekul, seperti orang melihat dalam infeksi virus hewan.
  • 30. Awal-RNA kode m untuk protein awal yang diperlukan untuk sintesis DNA fag dan untuk mematikan inang DNA, RNA dan biosintesis protein. Dalam beberapa kasus, protein awal sebenarnya menurunkan kromosom inang. Setelah DNA fag dibuat terlambat m-RNA dan protein terlambat dibuat. Protein akhir adalah protein struktural yang terdiri dari fag serta protein yang diperlukan untuk lisis dari sel bakteri. b. Akumulasi intraseluler Tahap Pada fase ini asam nukleat dan protein struktural yang telah dibuat dirakit dan partikel fag menular menumpuk dalam sel. c. Lisis dan Tahap Release Setelah beberapa saat bakteri mulai melisiskan akibat akumulasi protein dan lisis fag fag intraseluler yang dilepaskan ke medium. Jumlah partikel dirilis per bakteri mungkin terinfeksi setinggi 1000. 3. Assay untuk fag litik a. Plaque assay Litik fag yang disebutkan oleh assay plak. plak adalah daerah yang jelas yang dihasilkan dari lisis bakteri (Gambar 4). Setiap plak muncul dari fag menular tunggal. Partikel menular yang menimbulkan plak ini disebut pfu suatu (plak forming unit). Gambar. 5. Circularization kromosom fag: berakhir kohesif Gambar Situs Tertentu rekombinasi 6 B. lisogenik atau Beriklim fag 1. Definisi Lisogenik atau fag beriklim adalah mereka yang bisa memperbanyak melalui siklus litik atau masukkan keadaan diam di dalam sel. Dalam keadaan diam sebagian besar gen tidak ditranskripsi fag, fag genom ada dalam keadaan tertekan. DNA fag dalam keadaan tertekan disebut profag karena tidak fag tetapi ia memiliki potensi untuk menghasilkan fag. Dalam kebanyakan kasus DNA fag benar-benar terintegrasi ke dalam kromosom inang dan direplikasi bersama dengan kromosom inang dan diteruskan ke sel anak. Sel menyembunyikan profag tidak terpengaruh oleh kehadiran profag dan negara lisogenik dapat bertahan selamanya. Sel menyembunyikan profag disebut sebuah lysogen. 2. Acara Memimpin untuk Lysogeny The fag Prototype: Lambda a. Circularization kromosom fag Lambda DNA adalah molekul linear terdampar ganda dengan kecil daerah beruntai tunggal pada 5 'berakhir. Ini berakhir beruntai tunggal saling melengkapi (berakhir kohesif) sehingga mereka dapat dasar
  • 31. pasangan dan menghasilkan molekul melingkar. Dalam sel bebas ujung lingkaran dapat diligasikan untuk membentuk lingkaran tertutup kovalen seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5. b. Situs khusus rekombinasi Sebuah peristiwa rekombinasi, dikatalisis oleh suatu fag kode enzim, terjadi antara situs tertentu pada DNA fag diedarkan dan situs tertentu pada kromosom inang. Hasilnya adalah integrasi DNA fag ke dalam kromosom inang seperti yang diilustrasikan pada Gambar 6. c. Represi dari genome fag Sebuah fag kode protein, disebut represor, adalah dibuat yang mengikat ke suatu situs tertentu pada DNA fag, yang disebut operator, dan menutup off transkripsi gen fag paling KECUALI gen represor. Hasilnya adalah fag genom direpresi stabil yang terintegrasi ke dalam kromosom inang. Setiap fag beriklim hanya akan menekan DNA sendiri dan bukan dari fag lain, sehingga represi sangat spesifik (kekebalan terhadap superinfeksi dengan fag sama). Gambar 7 Pemutusan lysogeny Gambar 8A Scanning mikrograf elektron (SEM) Escherichia coli sel dengan partikel fag (yang muncul sebagai titik-titik putih kecil) yang menempel pada luar sel. © Scott Kachlany, Cornell University Ithaca, New York, Amerika Serikat dan The MicrobeLibrary Gambar 8B SEM sel E. coli dengan amplop sel terganggu, mungkin karena fag rilis. Setelah fag replikasi dalam sel tuan rumah, mereka harus dibebaskan dari sel inang. Hal ini sering terjadi dengan Gambaran sel. © Scott Kachlany, Universitas Cornell Ithaca, New York, Amerika Serikat dan The MicrobeLibrary 3. Acara terkemuka untuk Pengakhiran Lysogeny Kapan saja bakteri lisogenik terkena kondisi buruk, negara lisogenik dapat dihentikan. Proses ini disebut induksi. Kondisi yang mendukung penghentian negara lisogenik meliputi: pengeringan, paparan UV atau radiasi pengion, paparan bahan kimia mutagenik, dll kondisi buruk menyebabkan produksi protease (rec protein A) yang menghancurkan protein represor. Hal ini pada gilirannya menyebabkan ekspresi gen fag, pembalikan dari proses integrasi dan perkalian litik. 4. Litik vs Siklus lisogenik Keputusan untuk lambda untuk memasuki atau siklus litik lisogenik ketika pertama kali masuk sel ditentukan oleh konsentrasi represor dan protein lain yang disebut fag CRO dalam sel. Protein CRO mematikan sintesis represor dan dengan demikian mencegah pembentukan lysogeny. Kondisi lingkungan
  • 32. yang mendukung produksi CRO akan mengarah pada siklus litik sementara mereka yang mendukung produksi represor akan menguntungkan lysogeny. 5. Pentingnya Lysogeny a. Model untuk transformasi virus hewan Lysogeny adalah sistem model untuk transformasi virus sel hewan b. Lisogenik konversi Ketika sel menjadi lysogenized, ekstra gen kadang-kadang dilakukan oleh fag mendapatkan dinyatakan dalam sel. Gen ini dapat mengubah sifat sel bakteri. Proses ini disebut atau konversi fag lisogenik. Hal ini dapat signifikansi klinis. lisogenik misalnya fag telah terbukti membawa gen yang dapat memodifikasi antigen O Salmonella, yang merupakan salah satu antigen utama yang respon imun diarahkan. Produksi Toksin oleh Corynebacterium diphtheriae dimediasi oleh gen yang dibawa oleh seorang fag. Hanya mereka strain yang telah diubah oleh lysogeny bersifat patoge http://pathmicro.med.sc.edu/mhunt/replicat.htm Virus kuantifikasi melibatkan menghitung jumlah virus dalam volume yang spesifik untuk menentukan konsentrasi virus. Hal ini digunakan dalam penelitian dan pengembangan (R & D) di laboratorium komersial dan akademik serta situasi produksi di mana jumlah virus pada berbagai langkah merupakan variabel penting. Sebagai contoh, produksi virus vaksin , protein rekombinan menggunakan vektor virus dan virus antigen semuanya memerlukan kuantifikasi virus untuk terus beradaptasi dan memonitor proses dalam rangka mengoptimalkan hasil produksi dan merespon tuntutan perubahan yang pernah dan aplikasi. Contoh kasus tertentu di mana virus yang dikenal perlu dikuantifikasi termasuk skrining klon, keanekaragaman infeksi (MOI) optimalisasi dan adaptasi metode untuk kultur sel. Halaman ini membahas berbagai teknik yang saat ini digunakan untuk mengukur virus dalam sampel cair. Metode ini dipisahkan menjadi dua kategori, metode tradisional vs modern. metode tradisional adalah metode standar industri yang telah digunakan selama puluhan tahun tetapi umumnya lambat dan padat karya. metode modern relatif baru produk komersial yang tersedia dan kit yang sangat mengurangi waktu kuantifikasi. Hal ini tidak dimaksudkan sebagai kajian mendalam dari semua metode yang potensial, melainkan sebuah salib perwakilan-bagian dari metode tradisional dan baru, komersial metode yang ada. Sementara metode dipublikasikan lain mungkin ada untuk kuantifikasi virus, metode non-komersial yang tidak dibahas di sini. Plaque assay
  • 33. Plak virus Herpes Simplex Virus Pengujian berbasis Plak merupakan metode standar yang digunakan untuk menentukan konsentrasi virus dalam hal dosis menular. plak Viral uji menentukan jumlah plak membentuk unit (pfu) dalam sampel virus, yang merupakan salah satu ukuran kuantitas virus. Uji ini didasarkan pada metode mikrobiologi dilakukan pada cawan petri atau piring multi-well. Secara khusus, sebuah monolayer terimpit dari host sel yang terinfeksi dengan virus pada dilusi bervariasi dan ditutup dengan media semi-padat, seperti agar-agar, untuk mencegah infeksi virus dari penyebaran tanpa pandang bulu. Sebuah plakat virus terbentuk ketika virus menginfeksi sel dalam monolayer sel tetap. [1] Virus akan lisis sel yang terinfeksi dan menyebarkan infeksi ke sel yang berdekatan di mana-untuk-lisis siklus infeksi diulang. Daerah sel yang terinfeksi akan membuat plak (area infeksi dikelilingi oleh sel yang tidak terinfeksi) yang dapat dilihat secara visual atau dengan mikroskop optik. pembentukan Plak dapat mengambil 3 - 14 hari, tergantung pada virus yang sedang dianalisis. Plak umumnya dihitung secara manual dan hasilnya, dalam kombinasi dengan faktor pengenceran yang digunakan untuk menyiapkan piring, digunakan untuk menghitung jumlah plak membentuk unit per satuan volume sampel (pfu / mL). pfu ini / hasil mL menunjukkan jumlah partikel infektif dalam sampel dan didasarkan pada asumsi bahwa setiap plak terbentuk merupakan perwakilan dari satu partikel virus infektif. [2]