Dokumen tersebut membahas tentang hukum muamalah dalam perspektif hukum Islam, meliputi pengertian muamalah, asas kerjasama ekonomi dalam Islam, penerapan sikap dan perilaku dalam muamalah, hukum jual beli, menghindari riba, dan asas kerjasama ekonomi seperti musyarakah, mudarabah, dan musaq."
2. Hukum Islam tentang
muamalah
Pengertian
Muamalah
Asas Kerja Sama
Ekonomi Dalam Islam
Penerapan Sikap dan
Perilaku
3. Pengertian Muamalah
Ilmu ekonomi islam memiliki
makna hukum yang bertalian
dengan harta, hak milik,
perjanjian, jual beli, utang
piutang, sewa-menyewa, pinjam-
meminjam.
4. Jual Beli
•Hukum Jual Beli
•Rukun dan Syarat Jual Beli
•Perilaku atau Sikap yang Harus Dimiliki Oleh
Penjual
Menghindari Riba
•Riba Fadal
•Riba Nasirah
•Riba Qardi
•Riba Yad
5. Jual Beli
Jual beli dalam bahasa Arab terdiri dari dua
kata yang mengandung makna berlawanan
yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a
yang artinya Beli. Menurut istilah hukum Syara,
jual beli adalah penukaran harta (dalam
pengertian luas) atas dasar saling rela atau
tukar menukar suatu benda (barang) yang
dilakukan antara dua pihak dengan
kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka
sama suka (lihat QS Az Zumar : 39, At Taubah :
103, hud : 93)
6. 1. Hukum Jual Beli
Orang yang terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui hukum
jual beli agar dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, baik dari
pihak penjual maupun pihak pembeli. Jual beli hukumnya mubah. Artinya, hal
tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka. Allah berfirman. lihat Al-
qur,an on line di gogle
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”(QS An Nisa : 29
Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut.
Artinya : “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama suka.” (HR
Bukhari)
Artinya : “ Dua orang jual beli boleh memilih akan meneruskan jual beli
mereka atau tidak, selama keduanya belum berpisah dari tempat akad.” (HR
Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang melakukan
jual beli dan tawar menawar dan tidak ada kesesuaian harga antara penjual
dan pembeli, si pembeli boleh memilih akan meneruskan jual beli tersebut
atau tidak. Apabila akad (kesepakatan) jual beli telah dilaksanakan dan
terjadi pembayaran, kemudian salah satu dari mereka atau keduanya telah
meninggalkan tempat akad, keduanya tidak boleh membatalkan jual beli
7. 2. Rukun dan syarat Jual Beli
Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi.
a. Penjual atau pembeli harus dalam keadaan sehat akalnya
Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan jual beli dengan
kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya, atau salah satu diantara
keduanya. Apabila ada paksaan, jual beli tersebut tidak sah.
b. Syarat Ijab dan Kabul
Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan, misalnya saya menjual
mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai
jawaban dari perkataan si penjual, misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 25
juta rupiah. Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih
dulu.
Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus. Yang diperlukan ijab
kabul adalah saling rela (ridha) yang direalisasikan dalam bentuk kata-kata. Contohnya,
aku jual, aku berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga sah
dilakukan dalam bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah pihak berjauhan
tempat, atau orang yang melakukan transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini,
jual beli dilakukan dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti itu sah saja,
apabila si pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai
keyakinan tidak ada unsur penipuan.
c. Benda yang diperjualbelikan
1) Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi sarat sebagai berikut.
2) Suci atau bersih dan halal barangnya
3) Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu
4) Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran dengan orang lain
5) Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan
8. 3. Perilaku atau sikap yang harus dimiliki oleh
penjual
a. Berlaku Benar (Lurus)
salah satu karakter pedagang yang terpenting dan diridhai Allah adalah berlaku benar.
Dusta dalam berdagang sangat dicela terlebih jika diiringi sumpah atas nama Allah. “Empat macam manusia yang
dimurkai Allah, yaitu penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang tua renta yang berzina, dan
pemimpin yang zalim.”(HR Nasai dan Ibnu Hibban)
b. Menepati Amanat
amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya. Orang yang tidak melaksanakan amanat dalam
islam sangat dicela.
Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual atau pedagang menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan
harga barang dagangannya kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Hal itu dimaksudkan agar pembeli tidak
merasa tertipu dan dirugikan.
c. Jujur
Sikap jujur dalam hal timbangan, ukuran kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual belikan adalah perintah Allah
SWT. Firman Allah Artinya : Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia
berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang
yang beriman.” (QS Al A’raf : 85)
Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan menjelaskan cacat barang dagangan, baik yang diketahui
maupun yang tidak diketahui. Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya
“Muslim itu adalah saudara muslim, tidak boleh seorang muslim apabila ia berdagang dengan saudaranya dan
menemukan cacat, kecuali diterangkannya.”
d. Khiar
Khiar artunya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya
(menarik kembali atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Ada tiga macam khiar yaitu sebagai berikut.
1) Khiar Majelis
Khiar majelis adalah si pembeli an penjual boleh memilih antara meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya
selama keduanya masih tetap ditempat jual beli.
2) Khiar Syarat
Khiar syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan atau mengurungkan jual beli setelah mempertimbangkan satu
atau dua hari.
3) Khiar Aib (cacat)
Khiar aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui
9. Menghindari Riba
Salah satu contoh perolehan harta yang haram adalah
sesuatu yang berasal dari pekerjaan memungut riba. Hadis
nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut. Yang
artinya : “Dari Abu Hurairah r.a ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda : Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang pun,
kecuali ia memakan harta riba. Kalau ia memakannya
secara langsung ia akan terkena debunya.” (HR Ibnu
Majah)
Kata riba (ar riba) menurut bahasa yaitu tambahan (az
ziyadah) atau kelebihan. Riba menurut istilah syarak ialah
suatu akad perjanjian yang terjadi dalam tukar menukar
suatu barang yang tidak diketahui syaraknya. Atau dalam
tukar menukar itu disyaratkan menerima salah satu dari
dua barang apabila terlambat. Riba dapat terjadi pada
hutang piutang, pinjaman, gadai, atau sewa menyewa.
10. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah : 275)
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa.” (QS Al Baqarah : 276)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah Supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (QS Ali Imran : 130)
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Jabir r.a ia berkata :
Rasulullah SAW telah melaknati orang-orang yang memakan riba, orang
yang menjadi wakilnya (orang yang memberi makan hasil riba), orang
yang menuliskan, orang yang menyaksikannya, dan (selanjutnya) nabi
bersabda, mereka itu semua sama saja.” (HR Muslim)
11. 1. Riba fadal
Riba fadal yaitu tukar menukar dua buah barang
yang sama jenisnya, namun tidak sama
ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarnya. Contohnya tukar menukar emas
dengan emas atau beras dengan beras, dan ada
kelebihan yang disyaratkan oleh yang
menukarkan. Supaya tukar menukar seperti ini
tidak termasuk riba harus memenuhi tiga syarat
sebagai berikut.
Barang yang ditukarkan harus sama
Timbangan atau takarannya harus sama
Serah terima harus pada saat itu juga.
12. 2. Riba nasiah
Ribanasiah yaitu tukar menukar barang
yang sejenis maupun yang tidak sejenis
atau jual beli yang pembayarannya
disyaratkan lebih oleh penjual dengan
waktu yang dilambatkan. Contohnya,
salim membeli arloji seharga Rp 500.000.
Oleh penjualnya disyaratkan
membayarnya tahun depan dengan
harga Rp 525.000
13. 3. Riba Qardi
Meminjamkansesuatu dengan syarat
ada keuntungan atau tambahan dari
orang yang meminjami.
14. 4. Riba yad
Riba yad yaitu berpisah dari tempat akad
jual beli sebelum serah terima. Misalnya,
orang yang membeli suatu barang
sebelum ia menerima barang tersebut
dari penjual, penjual dan pembeli
tersebut telah berpisah sebelum serah
terima barang itu. Jual beli ini dinamakan
riba yad
15. Berikut syarat-syarat jual beli agar tidak
menjadi riba.
A. Menjual
sesuatu yang sejenis ada tiga syarat, yaitu:
1) serupa timbangan dan banyaknya
2) tunai, dan
3) timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum
meninggalkan majelis akad.
b. Menjual sesuatu yang berlainan jenis ada dua syarat, yaitu:
1) tunai dan
2) timbang terima dalam akad (ijab kabul) sebelum meninggalkan majelis
akad.
Riba diharamkan oleh semua agama samawi. Adapun sebab
diharamkannya karena memiliki bahaya yang sangat besar antara lain
sebagai berikut.
Riba dapat menimbulkan permusuhan antar pribadi dan mengikis habis
16. Asas Kerja sama Ekonomi
(Syirkah) dalam Islam
Saatini umat Islam Indonesia, demikian
juga belahan dunia Islam (muslim world)
lainnya telah menerapkan sistem
perekonomian yang berbasis nilai-nilai
dan prinsip syariah (Islamic economic
system) untuk dapat diterapkan dalam
segenap aspek kehidupan bisnis dan
transaksi ekonomi umat. Keinginan ini
didasari oleh kesadaran untuk
menerapkan Islam secara utuh dan total.
17. Musyarakah Mudarabah
Musaqah,
muzaraah, Perbankan Islam
mukhabarah
Lembaga
Asuransi Islam keuangan nonbank
yang islami
18. 1. Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
atau amal (expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
19. a. Dasar Hukum
Landasan hukum dari musyarakah ini antara lain :
Artinya : “… maka mereka berserikat pada sepertiga …” (QS An Nisa : 12)
Bersabda Rasulullah yang artinya : “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda : sesungguhnya Allah azza wajalla berfirman : Aku pihak ketiga dari
dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.”
(HR Abu Daud)
Hadis tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hambanya
yang melakukan perkongsian atau kerja sama selama pihak-pihak yang
bekerja sama tersebut saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan
menjauhi pengkhianatan.
Berdasarkan dalil-dalil diatas, musyarakah (syirkah) dapat diartikan dua orang
atau lebih yang bersekutu (berserikat) dimana uang yang mereka dapatkan
dari harta warisan, atau mereka kumpulkan diantara mereka, kemudian
diinvestasikan dalam perdagangan, industri, atau pertanian dan lain-lain
sepanjang sesuai dengan kesepakatan bersama dan hal tersebut hukumnya
boleh.
20. b. Syarat-syarat musyarakah
Dalam bersyarikah ada 5 syarat ayng harus
dipenuhi yaitu sebagai berikut.
1) Benda (harta dinilai dengan uang)
2) Harta-harta itu sesuai dalam jenis dan
macamnya
3) Harta-harta dicampur
4) Satu sama lain membolehkan untuk
membelanjakan harta itu
5) Untung rugi diterima dengan ukuran harta
masing-masing.
21. c. Jenis-jenis musyarakah
Ada dua jenis musyarakah yakni musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak)
1) Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang
mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini,
kepemilikan dua orang atau lebih, berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula
keuntungan yang dihasilkan oleh aset tersebut.
2) Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju
bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Mereka pun sepakat berbagi
keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi menjadi ‘inan, mufawadah, a’mal, wujuh,
dan mudarabah
a) Syirkah ‘inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu
porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan dan kerugian yang
dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka
b) Syirkah mufawadah adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan dana yang jumlahnya sama dan berpartisipasi dalam kerja, keuntungan dan
kerugian dibagi secara sama besar
c) Syirkah a’mal adalah kontrak kerjasama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan
secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misal dua orang arsitek
menggarap sebuah proyek
d) Syirkah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestise baik dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan
menjual barang tersebut secara tunai. Keuntungan dan kerugian dibagi berdasarkan jaminan
yang disediakan masing-masing.
Pada bidang perbankan misalnya, penerapan musyarakah dapat berwujud hal-hal berikut ini.
1. Pembiayaan proyek. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan dimana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah
proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati
2. Modal ventura. Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi
dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura.
Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan
divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.
22. 2. Mudarabah (bagi hasil)
Mudarabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama (sahibul
mal) menyediakan seluruh (100 %) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudarabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab
atas kerugian tersebut.
23. a.Dasar Hukum
Secara umum landasan dasar syariah mudarabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak
dalam ayat dan hadis berikut ini. Allah berfirman dalam surat al-
Muzammil yang artinya : “… dan dari orang-orang yang berjalan
dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…” (Al Muzammil
: 20)
Adanya kata yadribun pada ayat diatas dianggap sama dengan
akar kata mudarabah yang berarti melakukan suatu perjalanan
usaha. Surah tersebut mendorong kaum muslim untuk melakukan
upaya atau usaha yang telah diperintahkan Allah SWT.
Hadis nabi Muhammad yang artinya : “Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke
mitra usahanya secara mudarabah mensyaratkan agar dananya
tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang
berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan
tersebut, maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana
tersebut. Disampaikan syarat syarat tersebut kepada rasulullah
SAW. Dan rasulullah pun membolehkannya.”(HR Tabrani).
24. b.Jenis-jenis mudarabah
Secara umum, mudarabah terbagi menjadi dua jenis yakni
mudarabah mutlaqah dan mudarabah muqayyadah.
a. Mudarabah mutlaqah
Mudarabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik
modal (sahibul mal) dan pengelola (mudarib) yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,
dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fikih ulama salafus saleh
seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan
sesukamu) dari sahibul mal ke mudarib yang memberi kekuasaan
sangat besar.
b. Mudarabah Muqayyadah
Mudarabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudarabah
mutlaqah. Si Mudarib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu,
atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali
mencerminkan kecenderungan umum si Sahibul Mal dalam
memasuki jenis dunia usaha.
25. 3. Musaqah, Muzaraah, dan
Mukhabarah
a. Musaqah (paroan kebun)
Yang dimaksud musaqah adalah bentuk kerja sama dimana orang
yang mempunyai kebun memberikan kebunnya kepada orang
lain (petani) agar dipelihara dan penghasilan yang didapat dari
kebun itu dibagi berdua menurut perjanjian sewaktu akad
Musaqah dibolehkan oleh agama karena banyak orang yang
membutuhkannya. Ada orang yang mempunyai kebun, tapi dia
tidak dapat memeliharanya. Sebaliknya, ada orang yang tidak
mempunyai kebun, tapi terampil bekerja. Musaqah memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak yakni pemilik kebun dan
pengelola sehingga sama-sama memperoleh hasil dari kerja sama
tersebut. Hadis menjelaskan sebagai berikut yang artinya : “Dari
Ibnu Umar: Sesungguhnya nabi Muhammad SAW telah
memberikan kebun beliau kepada penduduk khaibar agar
dipelihara oleh mereka dengan perjanjian, mereka akan diberi
sebagian dari penghasilannya, baik dari buah-buahan atau hasil
petani (palawija).” (HR Muslim)
26. b. Muzaraah
Muzaraah adalah kerjasama dalam pertanian
berupa paroan sawah atau ladang seperdua
atau sepertiga atau lebih atau kurang,
sedangkan benih(bibit tanaman)nya dari pekerja
(petani). Zakat hasil paroan ini diwajibkan atas
orang yang punya benih. Oleh karena itu, pada
muzaraah zakat wajib atas petani yang bekerja
karena pada hakekatnya dialah (si petani) yang
bertanam, yang mempunyai tanah seolah-olah
mengambil sewa tanahnya, sedangkan
pengantar dari sewaan tidak wajib mengeluarkan
zakatnya.
27. c. Mukhabarah
Mukhabarah kerjasama dalam pertanian berupa
paroan sawah atau ladang seperdua atau
sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan
benihnya dari pemilik sawah/ladang. Adapun
pada mukhabarah, zakat diwajibkan atas yang
punya tanah karena pada hakekatnya dialah
yang bertanam, sedangkan petani hanya
mengambil upah bekerja. Penghasilan yang
didapat dari upah tidak wajib dibayar zakatnya.
Kalau benih dari keduanya, zakat wajib atas
keduanya yang diambil dari jumlah pendapatan
sebelum dibagi. Hukum kerja sama tersebut diatas
diperbolehkan sebagian besar para sahabat,
tabi’in dan para imam
28. 4. Perbankan Islam
Lahirnya ekonomi Islam di zaman modern ini cukup unik dalam sejarah perkembangan
ekonomi. Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi-ekonomi yang lain karena lahir atau
berasal dari ajaran Islam yang mengharamkan riba dan menganjurkan sedekah.
Kesadaran tentang larangan riba telah menimbulkan gagasan pembentukan suatu bank
Islam pada dasawarsa kedua abad ke-20 diantaranya melalui pendirian institusi sebagai
berikut.
1. Bank Pedesaan (Rural Bank) dan Bank Mir-Ghammar di Mesir tahun 1963 atas prakarsa
seorang cendikiawan Mesir DR. Ahmad An Najjar
2. Dubai Islamic Bank (1973) di kawasan negara-negara Emirat Arab
3. Islamic Development Bank (1975) di Saudi Arabia
4. Faisal Islamic Bank (1977) di Mesir
5. Kuwait House of Finance di Kuwait (1977)
6. Jordan Islamic Bank di Yordania (1978)
Bank non Islam yang disebut juga bank konvensional adalah sebuah lembaga keuangan
yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan
dana, baik perorangan atau badan usaha guna investasi dalam usaha-usaha yang
produktif dan lain-lain dengan sistem bunga.
Sedangkan Bank Islam yang dikenal dengan Bank Syariah adalah sebuah lembaga
keuangan yang menjalankan operasinya menurut hukum (syariat) Islam dan tidak memakai
sistem bunga karena bunga dianggap riba yang diharamkan oleh Islam. (QS Al Baqarah :
275-279)
29. 5. Asuransi Islam
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melaui investasi
dalam bentuk aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalu akad (perikatan) yang sesuai Syariah
Ada beberapa sumber yang dijadikan rujukan bagi berlangsungnya sistem asuransi tersebut,
diantaranya adalah hadis Nabi Muhammad SAW “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam
suatu masyarakat ibarat satu bangunan, dimana tiap bangunan saling mengokohkan satu sama
lain.” (HR Bukhari danMmuslim)
Secara operasional, asuransi yang sesuai dengan Syariah memiliki sistem yang mengandung hal-hal
sebagai berikut.
1. Mempunyai akad takafuli (tolong menolong) untuk memberikan santunan atau perlindungan atas
musibah yang akan datang
2. Dana yang terkumpul menjadi amanah pengelola dana. Dana tersebut diinvestasikan sesuai
dengan instrumen Syariah seperti mudarabah, wakalah, wadi’ah dan murabahah.
3. Premi memiliki unsur tabaru’ atau mortalita (harapan hidup)
4. Pembebanan biaya operasional ditanggung pemegang polis, terbatas pada kisaran 30 % dari
premi sehingga pembentukan pada nilai tunai cepat terbentuk pada tahun pertama yang memiliki
nilai 70 % dari premi.
5. dari rekening tabaru’ (dana kebajikan seluruh peserta) sejak awal sudah dikhlaskan oleh peserta
untuk keperluan tolong menolong bila terjadi musibah.
6. Mekanisme pertanggungan pada asuransi Syariah adalah sharing of risk. Apabila terjadi musibah
semua peserta ikut (saling) menanggung dan membantu
7. Keuntungan (profit) dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai prinsip bagi hasil
(mudarabah),atau dalam akad tabarru’ dapat berbentuk hadiah kepada peserta dan ujrah (fee)
kepada pengelola.
8. Mempunyai misi akidah, sosial serta mengangkat perekonomian umat Islam atau misi iqtisadi
30. 6. Lembaga Keuangan
Nonbank yang Islami
1. Koperasi
Pengertian koperasi dari segi etimologi berasal dari bahasa inggris
coorporation, yang artinya bekerja sama. Pengertian koperasi dari segi
etimologi ialah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakn
orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama denagn penuh
kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar suka rela
secara kekeluargaan.
2. BMT (Baitul Mal wat Tamwil)
Merupakan lembaga keuangan mikro yang sanagt sukses. BMT di Indonesia
tumbuh dari bawah (masyarakat berekonomi lemah) yang didukung oleh
deposan-deposan kecil. BMT telah menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi yang mengelola dana dari, untuk dan oleh masyarakat yang
merupakan perwujudan demokrasi ekonomi. BMT-BMT sebagian besar
berbadan hukum koperasi yang merupakan badan usaha berdasarkan azas
kekeluargaan yang sesuai dengan Islam. Sampai tahun 2003, jumlah BMT
sudah mendekati angka 4000 unit dimana proses operasionalnya tidak jauh
beda dengan operasional BPRS atau Bank Syariah
31. Penerapan Sikap dan Perilaku
Ekonomi Islam di Indonesia hingga saat ini mengalami perkembangan yang
signifikan. Hal ini ditandai dengan maraknya kajian-kajian ekonomi Syariah,
banyaknya lembaga keuangan yang berorientasi Syariah serta semakin
tingginya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menerapkan kerjasama
ekonomi berdasarkan Syariah. Ada beberapa aspek perilaku yang harus
mencerminkan kepatuhan terhadap hukum Islam di segala aspek kehidupan,
khusunya tentang kerja sama ekonomi Islam yaitu sebagai berikut.
Tanggung Jawab
Tolong Menolong
Saling melindungi
Adil
Amanah/jujur
Perilaku lain adalah mempunyai manajemen islami, menghormati hak azazi
manusia, menjaga lingkungan hidup, melaksanakan good corporate
governance, tidak spekulatif dan memegang teguh prinsip kehati-hatian.