SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
1 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENINGKATAN
PARTISIPASI WANITA BEKERJA TERHADAP UPAYA MENURUNKAN
TINGKAT FERTILITAS DI KABUPATEN BOJONEGORO
Eka Adiputra, SE.,M.SM
Ria Septiani, SE
Abstrak
Negara China telah berhasil menurunkan angka kelahiran dari 2,63 anak per
wanita menjadi 1,61 anak per wanita pada tahun 2009. Ternyata faktor-faktor
yang mempengaruhi penurunan tingkat kelahiran (TFR) bukan hanya karena
kebijakan pemerintah. Faktor ekonomi dan jumlah partisipasi wanita juga
berpengaruh besar terhadap penurunan TFR. Analisis ini ingin mengetahui
pengaruh pertumbuhan ekonomi dan partisipasi wanita bekerja terhadap
tingkat kelahiran (TFR). Hasil penelitian dari ini adalah pertumbuhan ekonomi
dan partisipasi wanita bekerja tidak berpengaruh terhadap tingkat kelahiran.
Hal ini karena faktor wanita bekerja yang berpengaruh terhadap tingkat
kelahiran hanya terjadi di kota besar atau metropolis sedangkan kabupaten
Bojonegoro dikategorikan sebagai wilayah pertanian yang belum menjadi
sebuah kota metropolis
Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Partisipasi Wanita Bekerja, Tingkat
Kelahiran (TFR)
1. Latar Belakang
Negara China merupakan negara dengan tingkat populasi jumlah penduduk yang
sangat besar. Pemerintah China terkenal dengan kebijakan pembatasan memiliki keturunan.
Sebelum kebijakan tersebut, sebagian besar wanita di China melahirkan 2-3 anak. Setelah
kebijakan tersebut diberlakukan, rata-rata kelahiran di China turun dari 2,63 kelahiran per
wanita pada tahun 1980 menjadi 1,61 kelahiran per wanita pada tahun 2009 (Wikipedia,
2015).
Namun penurunan angka kelahiran tersebut apakah hanya dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah tersebut atau terdapat faktor lain, perlu dilakukan analisis faktor-faktor lain yang
mempengaruhi penurunan angka kelahiran tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Yong
Chai (2010) dari Carolina Population Center menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan budaya
sangat penting dalam mempengaruhi rendahnya jumlah kelahiran di China, lebih penting
daripada kebijakan satu anak dari pemerintah China. Pada beberapa tahun ini, pertumbuhan
ekonomi negara China meningkat dengan jumah kelahiran yang cenderung mengalammi
penurunan. Banyak pasangan keluarga saat ini yang merencanakan masa kelahirannya dan
lebih cenderung untuk mengejar kesejahteraan ekonomi keluarga. Investasi pada masa depan
pendidikan anak juga mendorong keluarga untuk mementingkan meningkatkan
perekonomian keluarga (Todaro dan Smith, 2011). Ketika pendapatan meningkat, hal ini
memungkinkan akan menurunkan jumlah kelahiran (Mincer ,1963; Willis, 1973). Faktor
tersebut yang diperkiran menjadi salah satu penyebab penurunan jumlah kelahiran.
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kelahiran adalah peningkatan kesempatan
kaum wanita dalam mendapatkan pendidikan. Dengan kaum wanita memperoleh kesempatan
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
2 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
pendidikan yang tinggi, maka ada kecenderungan bahwa wanita akan mengejar karirnya.
Adanya hubungan kausalitas secara langsung antara jumlah total kelahiran (TFR) dengan
partisipasi wanita untuk bekerja di Negara Sedang Berkembang (Hossain dan Tisdell, 2003),
artinya bahwa dengan semakin banyak wanita bekerja maka jumlah kelahiran di negara
tersebut semakin menurun. Terdapat hubungan searah antara peningkatan partisipasi kerja
wanita dengan penurunan tingkat fertilitas (TFR) untuk usia 15-64 tahun (Safii, 2014).
Isu tentang jumlah kelahiran telah menjadi bahan analisis sejak dahulu. Robert Maltus
menjelaskan bahwa populasi penduduk yang tinggi akan meningkatkan pendapatan nasional.
Teori tersebut didasarkan pada melimpahnya jumlah sumber daya alam sehingga semakin
banyak penduduk maka semakin banyak sumber daya alam yang dimanfaatkan dan pada
akhirnya output nasional bertambah. Pendapat tersebut berlaku apabila jumlah sumber daya
alam yang tersedia masih besar dan jumlah penduduk terbatas. Namun pada saat ini
kondisinya terbalik, sumber daya yang tersedia sangat terbatas sehingga mengalami
kelangkaan (scarcity). Salah satu cara untuk menghemat penggunaan sumber daya ini adalah
dengan menekan jumlah fertilitas. Teori kaum Neo-Klasik lebih menekankan pada penurunan
jumlah kelahiran agar dapat meningkatkan pendapatan nasional (Todaro dan Smith, 2011).
Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten dengan potensi pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Hal ini karena besarnya sumber daya migas dapat sebagai pendorong kemajuan
perekonomian daerah. Kemajuan perekonomian suatu daerah pada umumnya akan diikuti
dengan kenaikan jumlah penduduknya, baik itu disebabkan oleh jumlah kelahiran maupun
adanya migrasi besar-besaran. Penelitian ini ingin menganalisis keterkaitan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap jumlah kelahiran (TFR) di kabupaten Bojonegoro. Faktor-faktor
tersebut adalah pertumbuhan ekonomi dan jumlah wanita bekerja.
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di kabupaten Bojonegoro terus mengalami
penurunan setiap tahunnya (BPPKB kab. Bojonegoro, 2014). Berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010, LPP kabupaten Bojonegoro sebesar 0.379% lebih kecil dibandingkan dengan
LPP nasional yang sebesar 1.49%. Berdasarkan Parameter Kependudukan Kabupaten
Bojonegoro 2014, LPP kabupaten Bojonegoro mengalami penurunan dari tahun 2010 yang
sebesar 0.379% menjadi 0.377% pada tahun 2011, menurun lagi tahun 2012 menjadi 0.326%
serta terakhir tahun 2013 menurun menjadi 0.315%. besarnya LPP kabupaten Bojonegoro
lebih baik dibandingkan dengan LPP provinsi Jawa Timur, hal tersebut terlihat dari besarnya
LPP pada tahun 2010 dan 2011. Pergerakan laju pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi
oleh fertilitas, kematian, dan migrasi. Dalam analisis ini, penelitian lebih fokus pada faktor
fertilitas yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk. Rasio yang digunakan untuk
mengukur nilai fertilitas dalam penelitian ini adalah Total Fertility Ratio (TFR).
Tabel 1
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Tahun 2000-2013
Tahun Jumlah Penduduk
kab. Bojonegoro
LPP kab. Bojonegoro LPP
Prov. Jawa Timur
2000 1.165.401
2010 1.209.973 0.379% 0.64%
2011 1.214.518 0.377% 0.56%
2012 1.218.457 0.326%
2013 1.222.282 0.315%
Sumber: Parameter Kependudukan Kabupaten Bojonegoro, 2014
Nilai TFR kabupaten Bojonegoro berdasarkan sensus penduduk ternyata mengalami
penurunan dalam 2 periode terakhir. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 dan 2000,
nilai TFR kabupaten Bojonegoro relatif masih tinggi. Hal ini terlihat dari nilai TFR
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
3 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
kabupaten Bojonegoro yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai TFR Jawa Timur. Namun
berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, nilai TFR kabupaten Bojonegoro menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan nilai TFR provinsi Jawa Timur. Hal ini merupakan prestasi
tersendiri bagi instanti BPPKB kabupaten Bojonegoro dalam usaha menurunkan tingkat
kelahiran di kabupaten Bojonegoro.
Tabel 2
Nilai TFR Kabupaten Bojonegoro dan Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur, 2012
Fluktuasi nilai TFR kabupaten Bojonegoro inilah yang akan dianalisis. Adakah laju
pertumbuhan ekonomi dan jumlah partisipasi wanita bekerja terkait atau berpengaruh
terhadap perubahan TFR tersebut atau tidak. Karena keterbatasan data, maka batasan analisis
ini hanya menganalisis perubahan TFR tersebut dalam 4 tahun terakhir. Penelitian dilakukan
dengan metode deskriptif. Penelitian lanjutan yang lebih spesifik dapat dilakukan dengan
menambah jumlah tahun penelitian.
2. Landasan Teori
2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Peneliti Teori
Todaro, 2011 Dampak kemajuan ekonomi dan sosial dalam menurunkan fertilitas
di Negara Sedang Berkembang akan maksimal jika sebagian
penduduk, terutama golongan penduduk miskin turut serta
menikmati hasil kemajuan tersebut
Mincer, 1963; Becker,
1965; Willis, 1973
Ketika pendapatan (pertumbuhan ekonomi) meningkat, keadaan
tersebut memungkinkan dapat menurunkan tingkat kelahiran
Hossain dan Tisdell,
2003
 GDP perkapita berpengaruh hanya secara temporer terhadap
tingkat fertilitas dan partisipasi wanita bekerja
 GDP perkapita berperan penting dalam jangka panjang yang
berhubungan dengan tingkat fertilitas dan wanita bekerja
Chai, 2010 Faktor ekonomi dan budaya merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap menurunnya tingkat kelahiran di China,
3.56
2.46
1.87
2
2.6
2.1
1.88
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
1980 1990 2000 2010
Jawa Timur
Bojonegoro
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
4 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
dibandingkan dengan kebijakan pemerintah yang membatasi
memiliki anak
2.2. Jumlah Wanita Bekerja
Peneliti Teori
Todaro dan Smith,
2009
 Kesempatan kerja bagi kaum wanita di sektor non pertanian
meningkat sehingga opportunity cost atas waktu yang biasanya
hanya dihabiskan untuk berbagai fungsi tradisional menjadi
lebih tinggi
Hossain dan Tisdell,
2003
Terdapat hubungan kausalitas antara partisipasi wanita bekerja
dengan tingkat fertilitas
Cheng, 1999  Tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat fertilitas dengan
partisipasi wanita bekerja, studi kasus di Taiwan
Elizabeth, 1999 Orang yang belum menikah hingga menyelesaikan pendidikannya
atau memulai karir, tidak akan menikah sebelum merasa mampu
berkeluarga. Maka, usia menikah akan lebih tua dan kesempatan
bereproduksi semakin berkurang
3. Pembahasan
3.1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bojonegoro terus mengalami penurunan.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2010
sebesar 11,84% namun selanjutnya turun hingga mencapai 5,30% pada tahun 2013. Jelas
sebuah penurunan yang sangat signifikan mengingat kabupaten Bojonegoro memiliki sektor-
sektor usaha yang potensial, seperti sektor pertanian dan sektor pertambangan. Sedangkan
nilai TFR terus menunjukkan tren yang membanggakan, yaitu mengalami penurunan setiap
tahunnya. Suatu fenomena yang tidak sesuai dengan hasil teori yang pernah dianalisis
sebelumnya.
Tabel 3.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan TFR Kabupaten Bojonegoro
Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2014; Parameter Kependudukan kab. Bojonegoro, 2014
10.1 11.84
9.19
5.68 5.3
2.08 2.01 1.948 1.908
0
2
4
6
8
10
12
14
2009 2010 2011 2012 2013
PE
TFR
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
5 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
Penelitian ini akan mencoba menganalisis pengaruh dari pertumbuhan ekonomi
terhadap nilai TFR secara per tahun. Dalam analisis tahunan, penulis mengasumsikan bahwa
pengaruh suatu variabel independen akan berpengaruh minim 1 atau 2 tahun setelahnya
terhadap variabel yang dipengaruhinya (Hossain dan Tisdell, 2003). Atau misalkan, tingkat
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berpengaruh terhadap nilai TFR pada
tahun 2011 atau 2012.
Berdasarkan data pada tabel 3.1, kenaikan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar
11,84% diperkirakan berpengaruh terhadap nilai TFR tahun 2011. Hal tersebut terbukti
dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 11,84% berpengaruh terhadap menurunnya
nilai TFR tahun 2011 sebesar menjadi 2,01%. Hasil ini sesuai dengan teori yang telah ada
(Mincer ,1963; Willis, 1973). Pada tahun 2011 dan 2012, pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan yang tajam, bahkan tahun 2012 pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5,68%.
Berdasarkan teori, sebaliknya, penurunan pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh pada
meningkatnya nilai TFR alasannya banyak penduduk yang tidak merencanakan
perekonomian dan karirnya sehingga tidak merencanakan menunda memiliki anak, maka
peluang memiliki anak semakin besar. Namun pada kenyataannya, nilai TFR pada tahun
2012 dan 2013 justru mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada
sehingga penurunan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap penurunan TFR. Ada
faktor-faktor lain selain pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh terhadap penurunan nilai
TFR.
Berdasarkan pada hasil diatas, pertumbuhan ekonomi hanya berpengaruh secara
temporer terhadap tingkat TFR (Hossain dan Tisdell, 2003). Terdapat faktor eksternal lain
yang lebih berpengaruh terhadap penurunan tingkat TFR. Penelitian yang dilakukan oleh
Hossain dan Tisdell, (2003) dilakukan di negara Bangladesh, sebuah negara miskin, sehingga
perubahan perekonomian kurang berpengaruh terhadap tingkat demografi. Hasil yang
berbeda akan didapat apabila penelitian dilakukan di negara maju, dimana diperkirakan laju
pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh terhadap tingkat kelahiran. Kabupaten Bojonegoro
merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur yang dikategorikan bukan
kota metropolis atau kabupaten dengan perekonomian maju. Sektor usaha masih
mengandalkan sektor pertanian, dan hasil alam (migas) yang ekspoitasinya belum mencapai
maksimal, bukan kota industri yang tingkat perekonomiannya tinggi dan berdampak pada
banyak sektor. Maka, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi kurang berpengaruh
terhadap tingkat perekonomian di kabupaten Bojonegoro.
3.2. Jumlah Wanita Bekerja
Pada saat ini kabupaten Bojonegoro sedang memperoleh “bonus demografi”, artinya
bahwa penduduk usia kerja di kabupaten Bojonegoro jumlahnya besar. Bonus demografi
adalah bonus yang dinikmati suatu daerah/negara sebagai akibat dari besarnya proporsi
penduduk usia produktif (BKKBN, 2013). Jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2012
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
6 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
dan 2013 sebesar 1.045.171 dan 1.066.075. Dari jumlah tersebut tentulah terdapat beberapa
persen wanita yang masuk dalam usia kerja (usia produktif).
Gambar 3.1
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten Bojonegoro
Tahun
Angkatan Kerja Pencari
Kerja
JumlahPenduduk
Usia Kerja
Wanita
BekerjaJumlah Tertampung
2010 731.001 704.651 11.668 945.851 15.646
2011 745.047 722.192 8.257 997.256 15.765
2012 752.458 731.893 5.893 1.045.171 14.973
2013 769.757 749.825 4.749 1.066.075 12.072
Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2014
Wanita dalam usia produktif merupakan saat yang tepat untuk menuntut pendidikan
maupun menjadi wanita karir. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menurunkan usia
pernikahan dini dan menurunkan tingkat fertilitas (Todaro dan Smith, 2009). Tingkat
pendidikan yang tinggi pada akhirnya akan mendorong para kaum wanita untuk
memanfaatkan pengalaman pendidikannya untuk mencapai karir yang tinggi. Maka, dapat
simpulkan bahwa jumlah partisipasi wanita bekerja akan berpengaruh terhadap tingkat
fertilitas.
Tabel 3.2
Partisipasi Wanita Bekerja dan Tingkat TFR
Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2014; Parameter Kependudukan kab. Bojonegoro, 2014
Dalam tiga tahun terakhir, jumlah partisipasi wanita bekerja di kabupaten Bojonegoro
terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah wanita
yang bekerja di beberapa sektor. Sektor “Perikanan, Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan
Kehutanan” mengalamai penurunan yang sangat tajam, yaitu 1.427 orang pada tahun 2012
dan turun hingga menjadi 43 orang saja jumlah pekerja wanita pada tahun 2013.
Berdasarkan pada teori yang ada, bahwa kenaikan jumlah partisipasi wanita bekerja
akan menurunkan tingkat fertilitasi. Jumlah wanita bekerja di kabupaten Bojonegoro terus
15.872 15.646 15.765
14.973
12.072
2.08 2.01 1.948 1.908
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2009 2010 2011 2012 2013
FLP
TFR
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
7 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
mengalami penurunan namun penurunan tersebut tidak mempengaruhi tingkat fertilisasi.
Tingkat fertilitas (TFR) justru mengalami penurunan sehingga jumlah partisipasi wanita
bekerja juga bukan faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di kabupaten Bojonegoro.
Penurunan jumlah wanita bekerja lebih disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Salah
satunya adalah semakin terbatasnya lahan pertanian sebagai sumber lapangan pekerjaan bagi
para wanita. Banyak lahan pertanian yang sekarang beralih fungsi menjadi perumahan dan
pertambangan sehingga mereka kehilangan lapangan pekerjaan. Pada akhirnya, jumlah
wanita yang bekerja di sektor Perikanan, Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan
hanya sebanyak 43 orang saja. Untuk saat ini secara sektoral, wanita lebih banyak bekerja di
sektor Industri Pengolahan.
4. Implikasi
Berdasarkan pada pembahasan diatas, baik laju pertumbuhan ekonomi maupun
jumlah wanita bekerja tidak berpengaruh terhadap tingkat fertilitas di kabupaten Bojonegoro.
Penurunan tingkat TFR lebih banyak dipengaruhi oleh faktor fundamental lainnya. Dalam hal
ini adalah keberhasilan dari instansi yang menangani masalah kependudukan di kabupaten
Bojonegoro, yaitu Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB kabupaten Bojonegoro (PPKB).
PPKB kabupaten Bojonegoro berhasil menurunkan tingkat fertilitas setiap tahunnya
dengan berbagai program dan kegiatan yang telah dilakukan. Pada tahun 2013, tingkat
fertilitas (TFR) kabupaten Bojonegoro bahkan lebih rendah dibandingkan TFR provinsi Jawa
Timur. Selain itu, pada tahun 2014, kabupaten Bojonegoro meraih prestasi dengan masuk
nominasi 3 terbaik untuk Gerakan Sayang Ibu, merupakan program yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup perempuan. Selain itu, kabupaten Bojonegoro masuk menjadi
Kabupaten Layak Anak (KLA).
Banyak program dan kegiatan yang telah dilakukan dalam proses mencapai
keberhasilan tersebut. Antara lain dengan melaksanakan pelatihan PPKBD koordinator di
kecamatan-kecamatan, mengadakan sosialisasi program pembangunan kependudukan bagi
pelajar dan mahasiswa, serta pelayanan KB dengan mobil ke daerah-daerah. Selain itu, PPKB
kabupaten Bojonegoro juga bekerjasama pihak atau instansi terkait, antara lain dengan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Koalisi Kependudukan kabupaten
Bojonegoro, serta Forum Data dan Informasi Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro.
5. Rekomendasi
Penurunan tingkat kelahiran (TFR) yang terjadi setiap tahun merupakan keberhasilan
yang patut dibanggakan. Keberhasilan tersebut masih lebih banyak dipengaruhi oleh
kebijakan-kebijakan dari instansi yang bersangkutan. Namun sebenarnya masih ada faktor-
faktor eksternal lain yang apabila dikembangkan dapat semakin menurunkan tingkat
kelahiran. Dalam hasil analisis, faktor pertumbuhan ekonomi dan partisipasi wanita bekerja
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
8 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
tidak berhubungan dengan tingkat fertilitas (TFR). Maka, perlu ada langkah-langkah untuk
lebih mendorong peranan faktor-faktor eksternal dalam menurunkan tingkat fertilitas, antara
lain:
a. Pertumbuhan ekonomi merupakan ekonomi makro yang terdiri dari beberapa sektor
usaha. Jumlah tenaga kerja wanita di industri pengolahan merosot drastis, maka perlu
adanya pengembangan usaha di sektor tersebut. Secara umum, penurunan jumlah
wanita bekerja juga dipengarui oleh semakin berkurangnya lahan pertanian maka
seharusnya ada alternatif usaha lain sebagai penggantinya
b. Jumlah wanita bekerja yang mengalami penurunan dapat diminimalisir dengan
bekerja sama dengan dinas ketenagakerjaan untuk melakukan pelatihan
kewirausahaan bagi para wanita. Program dapat dilaksankan saat seminar penyuluhan
PPKB di kecamatan. Seminar akan lebih menarik apabila disertai pelatihan kreatif dan
mendatangkan wirausahawan yang telah berhasil di usaha tersebut
c. Usia pernikahan muda di kabupaten Bojonegoro relatif tinggi. Langkah antisipasinya
bekerjasama dengan dinas ketenagakerjaan untuk membuka magang kerja atau
pelatihan kerja yang berkelanjutan bagi wanita usia muda
d. Menggalakkan para pelajar wanita untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, baik di
dalam maupun di luar kota. Wanita yang memiliki jenjang pendidikan tinggi, lebih
memiliki rencana memiliki anak yang terstruktur
e. Menjangkau kelompok anak muda melalui program generasi berencana dan keluarga
muda melalui Bina Keluarga Balita (BKB) holistic integrative
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2010. Bojonegoro Dalam Angka 2010. BAPPEKAB Bojonegoro
.................................. 2011. Bojonegoro Dalam Angka 2011. BAPPEKAB Bojonegoro
.................................. 2012. Bojonegoro Dalam Angka 2012. BAPPEKAB Bojonegoro
.................................. 2013. Bojonegoro Dalam Angka 2013. BAPPEKAB Bojonegoro
.................................. 2014. Bojonegoro Dalam Angka 2014. BAPPEKAB Bojonegoro
BPPKB. 2014. Parameter Kependudukan Kabupaten Bojonegoro. Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro
BPPKB. 2013. Grand Desain Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2013-2038. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro
Becker, G. 1960. An Economic Analysis of Fertility, in Demographic and Economic Change
in Developed Countries. NBER Conference Series, Princeton
Cai, Yong. 2010. Economic and Cultural Factors Lead to China’s Low Fertility Rate, More
So Than Government’s One-Child Policy. Carolina Population Center, USA
Hossain, M dan C. Tisdell. 2003. Fertility and Female Work Force
[POLICY BRIEF] [Pickthe date]
9 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO
Mincer, J. Polachek S. 1974. Family Investments In Human Capital: Earnings of Women.
Journal of Political Economic, 82:S76-S108
Todaro, M. P. dan Smith, S. C. 2011. Economic Development. Edisi 11, Pearson Education
Wikipedia. 2014. Kebijakan Satu Anak. Di akses pada tanggal 9 Maret 2015
Willis, R. 1973. A New Approach to the Economic Theory of Fertility Behavior. Journal of
Political Economic. 81:514-564

More Related Content

What's hot

Peran penting penanganan masalah kependudukan
Peran penting penanganan masalah kependudukanPeran penting penanganan masalah kependudukan
Peran penting penanganan masalah kependudukanStiunus Esap
 
perekonomian indonesia penduduk ketenagakerjaan
perekonomian indonesia penduduk ketenagakerjaanperekonomian indonesia penduduk ketenagakerjaan
perekonomian indonesia penduduk ketenagakerjaandinda97
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA UTARA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA UTARAHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA UTARA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA UTARAEKPD
 
Permasalahan Kependudukan di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di IndonesiaPermasalahan Kependudukan di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di IndonesiaFebrina Sarbini
 
Ekonomi Kesehatan STIKES Raflesia
Ekonomi Kesehatan STIKES RaflesiaEkonomi Kesehatan STIKES Raflesia
Ekonomi Kesehatan STIKES Raflesiaesyaayuning cipta
 
Permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan
Permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunanPermasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan
Permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunanTrisna Monalia
 
10 kebijaksanaan+kependudukan
10 kebijaksanaan+kependudukan10 kebijaksanaan+kependudukan
10 kebijaksanaan+kependudukanGunawan Widiarto
 
Kependudukan dan pengangguran
Kependudukan dan pengangguranKependudukan dan pengangguran
Kependudukan dan pengangguranmuktiimam
 
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelaminKomposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelaminWarung Bidan
 
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugasPermasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugasAnna Puspita
 

What's hot (18)

Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Karya ilmiah (ESDM)
Karya ilmiah (ESDM)Karya ilmiah (ESDM)
Karya ilmiah (ESDM)
 
Peran penting penanganan masalah kependudukan
Peran penting penanganan masalah kependudukanPeran penting penanganan masalah kependudukan
Peran penting penanganan masalah kependudukan
 
perekonomian indonesia penduduk ketenagakerjaan
perekonomian indonesia penduduk ketenagakerjaanperekonomian indonesia penduduk ketenagakerjaan
perekonomian indonesia penduduk ketenagakerjaan
 
Ppt ketenagakerjaan
Ppt ketenagakerjaanPpt ketenagakerjaan
Ppt ketenagakerjaan
 
Ppt kwu
Ppt kwuPpt kwu
Ppt kwu
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA UTARA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA UTARAHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA UTARA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SUMATERA UTARA
 
Permasalahan Kependudukan di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di IndonesiaPermasalahan Kependudukan di Indonesia
Permasalahan Kependudukan di Indonesia
 
Kuantitas penduduk indonesia
Kuantitas penduduk indonesiaKuantitas penduduk indonesia
Kuantitas penduduk indonesia
 
partisipasi KB
partisipasi KBpartisipasi KB
partisipasi KB
 
Ekonomi Kesehatan STIKES Raflesia
Ekonomi Kesehatan STIKES RaflesiaEkonomi Kesehatan STIKES Raflesia
Ekonomi Kesehatan STIKES Raflesia
 
Permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan
Permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunanPermasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan
Permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan
 
10 kebijaksanaan+kependudukan
10 kebijaksanaan+kependudukan10 kebijaksanaan+kependudukan
10 kebijaksanaan+kependudukan
 
Dinamika kependudukan
Dinamika kependudukanDinamika kependudukan
Dinamika kependudukan
 
Kependudukan dan pengangguran
Kependudukan dan pengangguranKependudukan dan pengangguran
Kependudukan dan pengangguran
 
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelaminKomposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
 
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugasPermasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
Permasalahan kependudukan di indonesia, dampak dan upaya ips tugas
 
BAB II IPS 8
BAB II IPS 8BAB II IPS 8
BAB II IPS 8
 

Viewers also liked

Merencanakan Pemasaran Batik Jonegoro
Merencanakan Pemasaran Batik JonegoroMerencanakan Pemasaran Batik Jonegoro
Merencanakan Pemasaran Batik JonegoroEkaAdiputra
 
Analisis Kependudukan dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bojonegoro
Analisis Kependudukan dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten BojonegoroAnalisis Kependudukan dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bojonegoro
Analisis Kependudukan dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten BojonegoroEkaAdiputra
 
Mengelola Saluran Distribusi
Mengelola Saluran DistribusiMengelola Saluran Distribusi
Mengelola Saluran DistribusiShifa Khairunnisa
 
Sekelumit Tentang Penyusunan Policy Brief
Sekelumit Tentang Penyusunan Policy BriefSekelumit Tentang Penyusunan Policy Brief
Sekelumit Tentang Penyusunan Policy BriefRusman R. Manik
 

Viewers also liked (7)

Merencanakan Pemasaran Batik Jonegoro
Merencanakan Pemasaran Batik JonegoroMerencanakan Pemasaran Batik Jonegoro
Merencanakan Pemasaran Batik Jonegoro
 
Analisis Kependudukan dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bojonegoro
Analisis Kependudukan dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten BojonegoroAnalisis Kependudukan dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bojonegoro
Analisis Kependudukan dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bojonegoro
 
metode analisis SWOT
metode analisis SWOTmetode analisis SWOT
metode analisis SWOT
 
Policy Brief 2016 (Diskresi)
Policy Brief 2016 (Diskresi)Policy Brief 2016 (Diskresi)
Policy Brief 2016 (Diskresi)
 
Mengelola Saluran Distribusi
Mengelola Saluran DistribusiMengelola Saluran Distribusi
Mengelola Saluran Distribusi
 
Merancang Policy Brief
Merancang Policy BriefMerancang Policy Brief
Merancang Policy Brief
 
Sekelumit Tentang Penyusunan Policy Brief
Sekelumit Tentang Penyusunan Policy BriefSekelumit Tentang Penyusunan Policy Brief
Sekelumit Tentang Penyusunan Policy Brief
 

Similar to TREN TFR DAN EKONOMI

tifa_persoalanketimpangan_erani_0.pptx
tifa_persoalanketimpangan_erani_0.pptxtifa_persoalanketimpangan_erani_0.pptx
tifa_persoalanketimpangan_erani_0.pptxAruel Gtl
 
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummitPaparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummitKurniawan Saputra
 
804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdfMustani98
 
Sosialisasi profil kependudukan kota pekalongan 2015
Sosialisasi profil kependudukan kota pekalongan 2015Sosialisasi profil kependudukan kota pekalongan 2015
Sosialisasi profil kependudukan kota pekalongan 2015sigit taruna
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6PusdiklatKKB
 
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxMakalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxByOneNet
 
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025Muh Saleh
 
Peran penting penanganan masalah kependudukan
Peran penting penanganan masalah kependudukanPeran penting penanganan masalah kependudukan
Peran penting penanganan masalah kependudukanStiunus Esap
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxDedySetiawan94
 
Meretas Jalan, Mengurangi Kesenjangan
Meretas Jalan, Mengurangi KesenjanganMeretas Jalan, Mengurangi Kesenjangan
Meretas Jalan, Mengurangi KesenjanganLestari Moerdijat
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasbramantiyo marjuki
 
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...AfneiNganBillyTumba
 
3 Pertumbuhan Penduduk (geo penggal 1)
3 Pertumbuhan Penduduk (geo penggal 1) 3 Pertumbuhan Penduduk (geo penggal 1)
3 Pertumbuhan Penduduk (geo penggal 1) azam_hazel
 
SKRIPSI YOLANDA ASLI.docx
SKRIPSI YOLANDA ASLI.docxSKRIPSI YOLANDA ASLI.docx
SKRIPSI YOLANDA ASLI.docxMustani98
 
Perekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesiaPerekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesiaridhanur2
 
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Irma Damayanti
 
Ekopub Ketenagakerjaan
Ekopub KetenagakerjaanEkopub Ketenagakerjaan
Ekopub Ketenagakerjaanbarita
 

Similar to TREN TFR DAN EKONOMI (20)

tifa_persoalanketimpangan_erani_0.pptx
tifa_persoalanketimpangan_erani_0.pptxtifa_persoalanketimpangan_erani_0.pptx
tifa_persoalanketimpangan_erani_0.pptx
 
jm_jie,+13772.pdf
jm_jie,+13772.pdfjm_jie,+13772.pdf
jm_jie,+13772.pdf
 
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummitPaparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
 
804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf
 
Sosialisasi profil kependudukan kota pekalongan 2015
Sosialisasi profil kependudukan kota pekalongan 2015Sosialisasi profil kependudukan kota pekalongan 2015
Sosialisasi profil kependudukan kota pekalongan 2015
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6
 
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxMakalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
 
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
Grand Strategi Pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat 2005 - 2025
 
Peran penting penanganan masalah kependudukan
Peran penting penanganan masalah kependudukanPeran penting penanganan masalah kependudukan
Peran penting penanganan masalah kependudukan
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
 
Prakarsa policy oktober rev3-1
Prakarsa policy oktober rev3-1Prakarsa policy oktober rev3-1
Prakarsa policy oktober rev3-1
 
Meretas Jalan, Mengurangi Kesenjangan
Meretas Jalan, Mengurangi KesenjanganMeretas Jalan, Mengurangi Kesenjangan
Meretas Jalan, Mengurangi Kesenjangan
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
 
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR  PRIODE JANUARI-NOVEMB...
PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR PRIODE JANUARI-NOVEMB...
 
3 Pertumbuhan Penduduk (geo penggal 1)
3 Pertumbuhan Penduduk (geo penggal 1) 3 Pertumbuhan Penduduk (geo penggal 1)
3 Pertumbuhan Penduduk (geo penggal 1)
 
Posyandu Melati.pdf
Posyandu Melati.pdfPosyandu Melati.pdf
Posyandu Melati.pdf
 
SKRIPSI YOLANDA ASLI.docx
SKRIPSI YOLANDA ASLI.docxSKRIPSI YOLANDA ASLI.docx
SKRIPSI YOLANDA ASLI.docx
 
Perekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesiaPerekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesia
 
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
 
Ekopub Ketenagakerjaan
Ekopub KetenagakerjaanEkopub Ketenagakerjaan
Ekopub Ketenagakerjaan
 

Recently uploaded

INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxyovi2305
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...iman333159
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfHeru Syah Putra
 

Recently uploaded (14)

INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 

TREN TFR DAN EKONOMI

  • 1. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 1 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENINGKATAN PARTISIPASI WANITA BEKERJA TERHADAP UPAYA MENURUNKAN TINGKAT FERTILITAS DI KABUPATEN BOJONEGORO Eka Adiputra, SE.,M.SM Ria Septiani, SE Abstrak Negara China telah berhasil menurunkan angka kelahiran dari 2,63 anak per wanita menjadi 1,61 anak per wanita pada tahun 2009. Ternyata faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat kelahiran (TFR) bukan hanya karena kebijakan pemerintah. Faktor ekonomi dan jumlah partisipasi wanita juga berpengaruh besar terhadap penurunan TFR. Analisis ini ingin mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi dan partisipasi wanita bekerja terhadap tingkat kelahiran (TFR). Hasil penelitian dari ini adalah pertumbuhan ekonomi dan partisipasi wanita bekerja tidak berpengaruh terhadap tingkat kelahiran. Hal ini karena faktor wanita bekerja yang berpengaruh terhadap tingkat kelahiran hanya terjadi di kota besar atau metropolis sedangkan kabupaten Bojonegoro dikategorikan sebagai wilayah pertanian yang belum menjadi sebuah kota metropolis Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Partisipasi Wanita Bekerja, Tingkat Kelahiran (TFR) 1. Latar Belakang Negara China merupakan negara dengan tingkat populasi jumlah penduduk yang sangat besar. Pemerintah China terkenal dengan kebijakan pembatasan memiliki keturunan. Sebelum kebijakan tersebut, sebagian besar wanita di China melahirkan 2-3 anak. Setelah kebijakan tersebut diberlakukan, rata-rata kelahiran di China turun dari 2,63 kelahiran per wanita pada tahun 1980 menjadi 1,61 kelahiran per wanita pada tahun 2009 (Wikipedia, 2015). Namun penurunan angka kelahiran tersebut apakah hanya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah tersebut atau terdapat faktor lain, perlu dilakukan analisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi penurunan angka kelahiran tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Yong Chai (2010) dari Carolina Population Center menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan budaya sangat penting dalam mempengaruhi rendahnya jumlah kelahiran di China, lebih penting daripada kebijakan satu anak dari pemerintah China. Pada beberapa tahun ini, pertumbuhan ekonomi negara China meningkat dengan jumah kelahiran yang cenderung mengalammi penurunan. Banyak pasangan keluarga saat ini yang merencanakan masa kelahirannya dan lebih cenderung untuk mengejar kesejahteraan ekonomi keluarga. Investasi pada masa depan pendidikan anak juga mendorong keluarga untuk mementingkan meningkatkan perekonomian keluarga (Todaro dan Smith, 2011). Ketika pendapatan meningkat, hal ini memungkinkan akan menurunkan jumlah kelahiran (Mincer ,1963; Willis, 1973). Faktor tersebut yang diperkiran menjadi salah satu penyebab penurunan jumlah kelahiran. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kelahiran adalah peningkatan kesempatan kaum wanita dalam mendapatkan pendidikan. Dengan kaum wanita memperoleh kesempatan
  • 2. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 2 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO pendidikan yang tinggi, maka ada kecenderungan bahwa wanita akan mengejar karirnya. Adanya hubungan kausalitas secara langsung antara jumlah total kelahiran (TFR) dengan partisipasi wanita untuk bekerja di Negara Sedang Berkembang (Hossain dan Tisdell, 2003), artinya bahwa dengan semakin banyak wanita bekerja maka jumlah kelahiran di negara tersebut semakin menurun. Terdapat hubungan searah antara peningkatan partisipasi kerja wanita dengan penurunan tingkat fertilitas (TFR) untuk usia 15-64 tahun (Safii, 2014). Isu tentang jumlah kelahiran telah menjadi bahan analisis sejak dahulu. Robert Maltus menjelaskan bahwa populasi penduduk yang tinggi akan meningkatkan pendapatan nasional. Teori tersebut didasarkan pada melimpahnya jumlah sumber daya alam sehingga semakin banyak penduduk maka semakin banyak sumber daya alam yang dimanfaatkan dan pada akhirnya output nasional bertambah. Pendapat tersebut berlaku apabila jumlah sumber daya alam yang tersedia masih besar dan jumlah penduduk terbatas. Namun pada saat ini kondisinya terbalik, sumber daya yang tersedia sangat terbatas sehingga mengalami kelangkaan (scarcity). Salah satu cara untuk menghemat penggunaan sumber daya ini adalah dengan menekan jumlah fertilitas. Teori kaum Neo-Klasik lebih menekankan pada penurunan jumlah kelahiran agar dapat meningkatkan pendapatan nasional (Todaro dan Smith, 2011). Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini karena besarnya sumber daya migas dapat sebagai pendorong kemajuan perekonomian daerah. Kemajuan perekonomian suatu daerah pada umumnya akan diikuti dengan kenaikan jumlah penduduknya, baik itu disebabkan oleh jumlah kelahiran maupun adanya migrasi besar-besaran. Penelitian ini ingin menganalisis keterkaitan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kelahiran (TFR) di kabupaten Bojonegoro. Faktor-faktor tersebut adalah pertumbuhan ekonomi dan jumlah wanita bekerja. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di kabupaten Bojonegoro terus mengalami penurunan setiap tahunnya (BPPKB kab. Bojonegoro, 2014). Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, LPP kabupaten Bojonegoro sebesar 0.379% lebih kecil dibandingkan dengan LPP nasional yang sebesar 1.49%. Berdasarkan Parameter Kependudukan Kabupaten Bojonegoro 2014, LPP kabupaten Bojonegoro mengalami penurunan dari tahun 2010 yang sebesar 0.379% menjadi 0.377% pada tahun 2011, menurun lagi tahun 2012 menjadi 0.326% serta terakhir tahun 2013 menurun menjadi 0.315%. besarnya LPP kabupaten Bojonegoro lebih baik dibandingkan dengan LPP provinsi Jawa Timur, hal tersebut terlihat dari besarnya LPP pada tahun 2010 dan 2011. Pergerakan laju pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh fertilitas, kematian, dan migrasi. Dalam analisis ini, penelitian lebih fokus pada faktor fertilitas yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk. Rasio yang digunakan untuk mengukur nilai fertilitas dalam penelitian ini adalah Total Fertility Ratio (TFR). Tabel 1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bojonegoro Tahun 2000-2013 Tahun Jumlah Penduduk kab. Bojonegoro LPP kab. Bojonegoro LPP Prov. Jawa Timur 2000 1.165.401 2010 1.209.973 0.379% 0.64% 2011 1.214.518 0.377% 0.56% 2012 1.218.457 0.326% 2013 1.222.282 0.315% Sumber: Parameter Kependudukan Kabupaten Bojonegoro, 2014 Nilai TFR kabupaten Bojonegoro berdasarkan sensus penduduk ternyata mengalami penurunan dalam 2 periode terakhir. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 dan 2000, nilai TFR kabupaten Bojonegoro relatif masih tinggi. Hal ini terlihat dari nilai TFR
  • 3. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 3 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO kabupaten Bojonegoro yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai TFR Jawa Timur. Namun berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, nilai TFR kabupaten Bojonegoro menjadi lebih rendah dibandingkan dengan nilai TFR provinsi Jawa Timur. Hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi instanti BPPKB kabupaten Bojonegoro dalam usaha menurunkan tingkat kelahiran di kabupaten Bojonegoro. Tabel 2 Nilai TFR Kabupaten Bojonegoro dan Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur, 2012 Fluktuasi nilai TFR kabupaten Bojonegoro inilah yang akan dianalisis. Adakah laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah partisipasi wanita bekerja terkait atau berpengaruh terhadap perubahan TFR tersebut atau tidak. Karena keterbatasan data, maka batasan analisis ini hanya menganalisis perubahan TFR tersebut dalam 4 tahun terakhir. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian lanjutan yang lebih spesifik dapat dilakukan dengan menambah jumlah tahun penelitian. 2. Landasan Teori 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Peneliti Teori Todaro, 2011 Dampak kemajuan ekonomi dan sosial dalam menurunkan fertilitas di Negara Sedang Berkembang akan maksimal jika sebagian penduduk, terutama golongan penduduk miskin turut serta menikmati hasil kemajuan tersebut Mincer, 1963; Becker, 1965; Willis, 1973 Ketika pendapatan (pertumbuhan ekonomi) meningkat, keadaan tersebut memungkinkan dapat menurunkan tingkat kelahiran Hossain dan Tisdell, 2003  GDP perkapita berpengaruh hanya secara temporer terhadap tingkat fertilitas dan partisipasi wanita bekerja  GDP perkapita berperan penting dalam jangka panjang yang berhubungan dengan tingkat fertilitas dan wanita bekerja Chai, 2010 Faktor ekonomi dan budaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap menurunnya tingkat kelahiran di China, 3.56 2.46 1.87 2 2.6 2.1 1.88 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 1980 1990 2000 2010 Jawa Timur Bojonegoro
  • 4. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 4 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO dibandingkan dengan kebijakan pemerintah yang membatasi memiliki anak 2.2. Jumlah Wanita Bekerja Peneliti Teori Todaro dan Smith, 2009  Kesempatan kerja bagi kaum wanita di sektor non pertanian meningkat sehingga opportunity cost atas waktu yang biasanya hanya dihabiskan untuk berbagai fungsi tradisional menjadi lebih tinggi Hossain dan Tisdell, 2003 Terdapat hubungan kausalitas antara partisipasi wanita bekerja dengan tingkat fertilitas Cheng, 1999  Tidak ada hubungan kausalitas antara tingkat fertilitas dengan partisipasi wanita bekerja, studi kasus di Taiwan Elizabeth, 1999 Orang yang belum menikah hingga menyelesaikan pendidikannya atau memulai karir, tidak akan menikah sebelum merasa mampu berkeluarga. Maka, usia menikah akan lebih tua dan kesempatan bereproduksi semakin berkurang 3. Pembahasan 3.1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi di kabupaten Bojonegoro terus mengalami penurunan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 11,84% namun selanjutnya turun hingga mencapai 5,30% pada tahun 2013. Jelas sebuah penurunan yang sangat signifikan mengingat kabupaten Bojonegoro memiliki sektor- sektor usaha yang potensial, seperti sektor pertanian dan sektor pertambangan. Sedangkan nilai TFR terus menunjukkan tren yang membanggakan, yaitu mengalami penurunan setiap tahunnya. Suatu fenomena yang tidak sesuai dengan hasil teori yang pernah dianalisis sebelumnya. Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan TFR Kabupaten Bojonegoro Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2014; Parameter Kependudukan kab. Bojonegoro, 2014 10.1 11.84 9.19 5.68 5.3 2.08 2.01 1.948 1.908 0 2 4 6 8 10 12 14 2009 2010 2011 2012 2013 PE TFR
  • 5. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 5 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO Penelitian ini akan mencoba menganalisis pengaruh dari pertumbuhan ekonomi terhadap nilai TFR secara per tahun. Dalam analisis tahunan, penulis mengasumsikan bahwa pengaruh suatu variabel independen akan berpengaruh minim 1 atau 2 tahun setelahnya terhadap variabel yang dipengaruhinya (Hossain dan Tisdell, 2003). Atau misalkan, tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berpengaruh terhadap nilai TFR pada tahun 2011 atau 2012. Berdasarkan data pada tabel 3.1, kenaikan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 11,84% diperkirakan berpengaruh terhadap nilai TFR tahun 2011. Hal tersebut terbukti dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 11,84% berpengaruh terhadap menurunnya nilai TFR tahun 2011 sebesar menjadi 2,01%. Hasil ini sesuai dengan teori yang telah ada (Mincer ,1963; Willis, 1973). Pada tahun 2011 dan 2012, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang tajam, bahkan tahun 2012 pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5,68%. Berdasarkan teori, sebaliknya, penurunan pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh pada meningkatnya nilai TFR alasannya banyak penduduk yang tidak merencanakan perekonomian dan karirnya sehingga tidak merencanakan menunda memiliki anak, maka peluang memiliki anak semakin besar. Namun pada kenyataannya, nilai TFR pada tahun 2012 dan 2013 justru mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada sehingga penurunan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap penurunan TFR. Ada faktor-faktor lain selain pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh terhadap penurunan nilai TFR. Berdasarkan pada hasil diatas, pertumbuhan ekonomi hanya berpengaruh secara temporer terhadap tingkat TFR (Hossain dan Tisdell, 2003). Terdapat faktor eksternal lain yang lebih berpengaruh terhadap penurunan tingkat TFR. Penelitian yang dilakukan oleh Hossain dan Tisdell, (2003) dilakukan di negara Bangladesh, sebuah negara miskin, sehingga perubahan perekonomian kurang berpengaruh terhadap tingkat demografi. Hasil yang berbeda akan didapat apabila penelitian dilakukan di negara maju, dimana diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh terhadap tingkat kelahiran. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur yang dikategorikan bukan kota metropolis atau kabupaten dengan perekonomian maju. Sektor usaha masih mengandalkan sektor pertanian, dan hasil alam (migas) yang ekspoitasinya belum mencapai maksimal, bukan kota industri yang tingkat perekonomiannya tinggi dan berdampak pada banyak sektor. Maka, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi kurang berpengaruh terhadap tingkat perekonomian di kabupaten Bojonegoro. 3.2. Jumlah Wanita Bekerja Pada saat ini kabupaten Bojonegoro sedang memperoleh “bonus demografi”, artinya bahwa penduduk usia kerja di kabupaten Bojonegoro jumlahnya besar. Bonus demografi adalah bonus yang dinikmati suatu daerah/negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk usia produktif (BKKBN, 2013). Jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2012
  • 6. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 6 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO dan 2013 sebesar 1.045.171 dan 1.066.075. Dari jumlah tersebut tentulah terdapat beberapa persen wanita yang masuk dalam usia kerja (usia produktif). Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kabupaten Bojonegoro Tahun Angkatan Kerja Pencari Kerja JumlahPenduduk Usia Kerja Wanita BekerjaJumlah Tertampung 2010 731.001 704.651 11.668 945.851 15.646 2011 745.047 722.192 8.257 997.256 15.765 2012 752.458 731.893 5.893 1.045.171 14.973 2013 769.757 749.825 4.749 1.066.075 12.072 Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2014 Wanita dalam usia produktif merupakan saat yang tepat untuk menuntut pendidikan maupun menjadi wanita karir. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan menurunkan usia pernikahan dini dan menurunkan tingkat fertilitas (Todaro dan Smith, 2009). Tingkat pendidikan yang tinggi pada akhirnya akan mendorong para kaum wanita untuk memanfaatkan pengalaman pendidikannya untuk mencapai karir yang tinggi. Maka, dapat simpulkan bahwa jumlah partisipasi wanita bekerja akan berpengaruh terhadap tingkat fertilitas. Tabel 3.2 Partisipasi Wanita Bekerja dan Tingkat TFR Sumber: Bojonegoro Dalam Angka, 2014; Parameter Kependudukan kab. Bojonegoro, 2014 Dalam tiga tahun terakhir, jumlah partisipasi wanita bekerja di kabupaten Bojonegoro terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah wanita yang bekerja di beberapa sektor. Sektor “Perikanan, Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan” mengalamai penurunan yang sangat tajam, yaitu 1.427 orang pada tahun 2012 dan turun hingga menjadi 43 orang saja jumlah pekerja wanita pada tahun 2013. Berdasarkan pada teori yang ada, bahwa kenaikan jumlah partisipasi wanita bekerja akan menurunkan tingkat fertilitasi. Jumlah wanita bekerja di kabupaten Bojonegoro terus 15.872 15.646 15.765 14.973 12.072 2.08 2.01 1.948 1.908 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2009 2010 2011 2012 2013 FLP TFR
  • 7. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 7 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO mengalami penurunan namun penurunan tersebut tidak mempengaruhi tingkat fertilisasi. Tingkat fertilitas (TFR) justru mengalami penurunan sehingga jumlah partisipasi wanita bekerja juga bukan faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di kabupaten Bojonegoro. Penurunan jumlah wanita bekerja lebih disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Salah satunya adalah semakin terbatasnya lahan pertanian sebagai sumber lapangan pekerjaan bagi para wanita. Banyak lahan pertanian yang sekarang beralih fungsi menjadi perumahan dan pertambangan sehingga mereka kehilangan lapangan pekerjaan. Pada akhirnya, jumlah wanita yang bekerja di sektor Perikanan, Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan hanya sebanyak 43 orang saja. Untuk saat ini secara sektoral, wanita lebih banyak bekerja di sektor Industri Pengolahan. 4. Implikasi Berdasarkan pada pembahasan diatas, baik laju pertumbuhan ekonomi maupun jumlah wanita bekerja tidak berpengaruh terhadap tingkat fertilitas di kabupaten Bojonegoro. Penurunan tingkat TFR lebih banyak dipengaruhi oleh faktor fundamental lainnya. Dalam hal ini adalah keberhasilan dari instansi yang menangani masalah kependudukan di kabupaten Bojonegoro, yaitu Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB kabupaten Bojonegoro (PPKB). PPKB kabupaten Bojonegoro berhasil menurunkan tingkat fertilitas setiap tahunnya dengan berbagai program dan kegiatan yang telah dilakukan. Pada tahun 2013, tingkat fertilitas (TFR) kabupaten Bojonegoro bahkan lebih rendah dibandingkan TFR provinsi Jawa Timur. Selain itu, pada tahun 2014, kabupaten Bojonegoro meraih prestasi dengan masuk nominasi 3 terbaik untuk Gerakan Sayang Ibu, merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan. Selain itu, kabupaten Bojonegoro masuk menjadi Kabupaten Layak Anak (KLA). Banyak program dan kegiatan yang telah dilakukan dalam proses mencapai keberhasilan tersebut. Antara lain dengan melaksanakan pelatihan PPKBD koordinator di kecamatan-kecamatan, mengadakan sosialisasi program pembangunan kependudukan bagi pelajar dan mahasiswa, serta pelayanan KB dengan mobil ke daerah-daerah. Selain itu, PPKB kabupaten Bojonegoro juga bekerjasama pihak atau instansi terkait, antara lain dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Koalisi Kependudukan kabupaten Bojonegoro, serta Forum Data dan Informasi Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro. 5. Rekomendasi Penurunan tingkat kelahiran (TFR) yang terjadi setiap tahun merupakan keberhasilan yang patut dibanggakan. Keberhasilan tersebut masih lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan dari instansi yang bersangkutan. Namun sebenarnya masih ada faktor- faktor eksternal lain yang apabila dikembangkan dapat semakin menurunkan tingkat kelahiran. Dalam hasil analisis, faktor pertumbuhan ekonomi dan partisipasi wanita bekerja
  • 8. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 8 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO tidak berhubungan dengan tingkat fertilitas (TFR). Maka, perlu ada langkah-langkah untuk lebih mendorong peranan faktor-faktor eksternal dalam menurunkan tingkat fertilitas, antara lain: a. Pertumbuhan ekonomi merupakan ekonomi makro yang terdiri dari beberapa sektor usaha. Jumlah tenaga kerja wanita di industri pengolahan merosot drastis, maka perlu adanya pengembangan usaha di sektor tersebut. Secara umum, penurunan jumlah wanita bekerja juga dipengarui oleh semakin berkurangnya lahan pertanian maka seharusnya ada alternatif usaha lain sebagai penggantinya b. Jumlah wanita bekerja yang mengalami penurunan dapat diminimalisir dengan bekerja sama dengan dinas ketenagakerjaan untuk melakukan pelatihan kewirausahaan bagi para wanita. Program dapat dilaksankan saat seminar penyuluhan PPKB di kecamatan. Seminar akan lebih menarik apabila disertai pelatihan kreatif dan mendatangkan wirausahawan yang telah berhasil di usaha tersebut c. Usia pernikahan muda di kabupaten Bojonegoro relatif tinggi. Langkah antisipasinya bekerjasama dengan dinas ketenagakerjaan untuk membuka magang kerja atau pelatihan kerja yang berkelanjutan bagi wanita usia muda d. Menggalakkan para pelajar wanita untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, baik di dalam maupun di luar kota. Wanita yang memiliki jenjang pendidikan tinggi, lebih memiliki rencana memiliki anak yang terstruktur e. Menjangkau kelompok anak muda melalui program generasi berencana dan keluarga muda melalui Bina Keluarga Balita (BKB) holistic integrative Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik. 2010. Bojonegoro Dalam Angka 2010. BAPPEKAB Bojonegoro .................................. 2011. Bojonegoro Dalam Angka 2011. BAPPEKAB Bojonegoro .................................. 2012. Bojonegoro Dalam Angka 2012. BAPPEKAB Bojonegoro .................................. 2013. Bojonegoro Dalam Angka 2013. BAPPEKAB Bojonegoro .................................. 2014. Bojonegoro Dalam Angka 2014. BAPPEKAB Bojonegoro BPPKB. 2014. Parameter Kependudukan Kabupaten Bojonegoro. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro BPPKB. 2013. Grand Desain Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten Bojonegoro Tahun 2013-2038. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Becker, G. 1960. An Economic Analysis of Fertility, in Demographic and Economic Change in Developed Countries. NBER Conference Series, Princeton Cai, Yong. 2010. Economic and Cultural Factors Lead to China’s Low Fertility Rate, More So Than Government’s One-Child Policy. Carolina Population Center, USA Hossain, M dan C. Tisdell. 2003. Fertility and Female Work Force
  • 9. [POLICY BRIEF] [Pickthe date] 9 | PPKBKABUPATEN BOJONEGORO Mincer, J. Polachek S. 1974. Family Investments In Human Capital: Earnings of Women. Journal of Political Economic, 82:S76-S108 Todaro, M. P. dan Smith, S. C. 2011. Economic Development. Edisi 11, Pearson Education Wikipedia. 2014. Kebijakan Satu Anak. Di akses pada tanggal 9 Maret 2015 Willis, R. 1973. A New Approach to the Economic Theory of Fertility Behavior. Journal of Political Economic. 81:514-564