Dokumen tersebut membahas pengembangan vaksin edible (dapat dimakan) menggunakan tanaman transgenik. Tanaman transgenik diengineerkan untuk menghasilkan antigen penyakit tertentu sehingga dapat berfungsi sebagai vaksin setelah dikonsumsi. Uji klinik menunjukkan vaksin edible mampu meningkatkan respon kekebalan tubuh manusia. Teknologi ini diharapkan dapat mengatasi keterbatasan distribusi vaksin konvension
2. Penggunaan Tanaman
Transgenik Sebagai
Bioreaktor Untuk
Memproduksi “Edibel Vaksin”
Department of Poultry Science, Auburn University,
2012
Karyn Scissum Gunn, Narendra Singh, Joseph
Giambrone, Hongzhuan Wu
3. Latar Belakang
• Vaksin dibuat dengan niat yang sangat mulia, yakni
membentengi setiap penduduk terutama generasi dari
serangan berbagai patogen (penyakit) dengan cara
membentuk tentara-tentara kekebalan yang tangguh di
dalam tubuh
• Vaksin yang selama ini digunakan adalah berupa cairan
yang disuntikkan ke dalam tubuh, yang akan akan
mengaktifkan kekebalan untuk menyerang suatu penyakit
tertentu. Cara vaksinasi seperti ini dinilai kurang praktis,
terutama mengingat penerima vaksin mayoritas bayi dan
anak-anak. Mereka sangat sulit menerima suntikan karena
merasa takut dan sakit, sehingga sering membuat anak
menangis
4. • Vaksin yang dibuat berupa cairan suntik harus tetap
terjaga baik dalam penyimpanan. Penyimpanan
dilakukan secara khusus di dalam bioreaktor besar
disertai mesin pendingin. Teknologi penyimpanan
ini tentunya menghabiskan harga yang cukup besar.
• Meskipun dengan imunsasi telah sukses dalam
mengatasi beberapa penyakit namun masih ada
sekitar dua juta anak meninggal tiap tahunnya
akibat penyakit infeksi tersebut. Hal tersebut terjadi
akibat beberapa masalah yaitu, mahalnya biaya
imunisasi bagi negara berkembang dan terpencil
dan sulitnya jangkauan pengiriman vaksin serta
rusaknya vaksin selama perjalanan.
5. • Oleh sebab itulah pada akhirnya para ilmuwan
mencetuskan sebuah vaksin yang disebut “edible
vaccine” (Vaksin edible).
• Tanaman ini disisipi gen yang memproduksi
protein sebagai epitop suatu penyakit yang bila
masuk kedalam tubuh kita dapat berfungsi
sebagai vaksin. Sehingga tanaman tersebut dapat
sebagai bioreaktor atau pabrik yang
memproduksi vaksin berupa sayur atau buah
yang dapat dikonsumsi secara langsung
6. Metode
• Teknologi ini menggunakan tanaman transgenic, yaitu
tanaman pangan yang telah disisipkan oleh gen
tertentu.
• Vaksin, dalam hal ini antigen dari patogen
diintegrasikan ke dalam genom tanaman yang sudah
dipilih, sehingga tanaman tersebut dapat
mengekspresikan dan menghasilkan antigen yang akan
merangsang antibodi suatu penyakit.
• Bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini
yaitu : tumbuhan yang akan di transformasikan, media
tumbuh sementara dalam lab, media tanam asli,
protein antigenik, bakteri penyimpan gen
7. LANGKAH KERJA
Isolasi gen terpilih
dari mikroba yang
akan
dipakai sebagai
kandidat vaksin
Sisipkan gen terpilih
ke dalam vektor
plasmid yang membawa
gen resistensi
terhadap herbisida
(Agrobacterium tumefaciens )
1 2
8. Transformasikan
plasmid rekombinan
ke dalam sel
tanaman inang
Biakkan sel tanaman dalam
media seleksi yang
mengandung
herbisida.
Biakkan tanaman
transgenik
dalam media
buatan
Seleksi sel tanaman
transgenik
yang tumbuh dalam
media + herbisida
3 4
6 5
9. Pindahkan tanaman
transgenik
dan tanam
di habitat aslinya.
Uji aktivitas
biologik, keamanan,
allergisitas,
dan efikasinya pada
hewan percobaan
Lakukan uji klinik
pada manusia
(Fase I, II, III, dan
IV)
8
9 10
Vaksin edibel siap
dikonsumsi
7
10.
11. • Teknologi pengembangan vaksin telah berkembang
sangat pesat namun tidak seluruhnya
memuaskan, akibat ketersediaannya yang sangat
terbatas terutama di negara miskin dan negara-negara
yang sedang berkembang.
• Walaupun masih perlu untuk terus
dikembangkan, namun hasil penelitian yang telah
diperoleh dalam tehnologi tanaman transgenik dimana
kita dapat memproduksi vaksin yang dapat dimakan
(edible vaccines) diharapkan dapat menjadi salah satu
komponen penting dalam upaya manusia untuk
mempertahankan dirinya dari penyakit infeksi.
Hasil
12. Hasil Uji Klinik
• Uji klinik yang pertama kali dilakukan untuk edibel vaksin ini
bertujuan untuk mengetahui respon imun dari vaksin edibel pada
manusia.
• uji klinik fase I dan fase II untuk melihat tingkat keamanan dan efek
imunogenisitasnya dari vaksin edibel yang mengandung LT-B, NVCP,
dan HbsAG pada manusia Berdasarkan hasil uji klinik yang dilakukan
ternyata manusia yang mengonsumsi anaman transgenik yang
mengandung protein yang berasal dari LTB, NVCP, dan HbsAG,
menunjukkan peningkatan respon imun mukosal dengan
meningkatnya kadar imunoglobulinnya.
• Uji klinik melibatkan 14 sukarelawan sehat, dimana 11 orang
diantaranya secara acak diberi makan kentang transgenik mentah,
sedangkan 3 orang lainnya di beri kentang biasa. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa 10 dari 11 orang (91%) yang mengkonsumsi
kentang transgenik menunjukkanpeningkatan kadar antibodi dalam
darahnya sebesar 4 kali lipat,.
13. Antigen yang telah berhasil dibuat dibuat dalam
tanaman trangenik diantaranya :
ANTIGEN
Penyebab diare Nowalk virus, Rotavirus, Vibrio
cholerae, enteroxigenic E.coli
Hepatitis B gen s HBV (Hepatitis B Virus) dalam
tembakau
Penyakit pada Hewan
ternak
virus penyakit kaki-dan-mulut
(FMDV), bovine rotavirus (BRV) dan
virus virus diare bovine (BVDV)
14. Kesimpulan
• Vaksin yang diturunkan dari tanaman dapat
dimakan dapat menyebabkan masa depan
imunisasi aman dan lebih efektif
• Produk terapi yang dihasilkan akan mengatasi
beberapa kesulitan yang berhubungan dengan
vaksin tradisional, seperti produksi mahal,
distribusi dan pengiriman