SlideShare a Scribd company logo
1 of 96
Hukum Ekonomi, Bisnis dan
Lembaga Keuangan Syariah
SILABI KULIAH
• Tujuan Perkuliahan
  – Mahasiswa memahami hukum normatif dan
    positif yang berkaitan dengan ekonomi, bisnis dan
    lembaga keuangan syariah meliputi: bank syariah,
    lembaga keuangan mikro syariah, asuransi
    syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah,
    obligasi syariah dan surat berharga berjangka
    menengah syariah, pasar modal syariah,
    pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dan
    dana pensiun lembaga keuangan syariah.
MATERI KULIAH
•   Pendahuluan
•   Pengertian Hukum Ekonomi, Bisnis dan Lembaga Keuangan Syariah
•   Bisnis Syariah
•   Struktur Bisnis dan Lembaga Keuangan Syariah
•   Peraturan dan Operasional bank syariah,
•   Peraturan dan Operasional lembaga keuangan mikro syariah,
•   Peraturan dan Operasional asuransi syariah dan reasuransi syariah,
•   Peraturan dan Operasional pegadaian syariah,
•   Peraturan dan Operasional pasar modal syariah,
•   Peraturan dan Operasional obligasi syariah atau sukuk
•   Peraturan dan Operasional pembiayaan syariah,
•   Peraturan dan Operasional dana pensiun lembaga keuangan syariah.
PENDAHULUAN: Hukum Materil
Hukum materil ekonomi syariah saat ini adalah
 fiqh para fuqaha’, fatwa DSN yang sudah dan
    belum diposivitivisasi oleh BI dan sedikit
 peraturan perundang-undangan. Diharapkan
 putusan hakim berdasarkan istinbath al-hukm
 dan ijtihad terbatas dan penggunaan metode
  tarjih dapat mengisi kekosongan peraturan
     perundang-undangan dalam bidang ini
          sebagai judge’s making law.
                      4
Fenomena Baru
Selama ini kewenangan PA menyangkut sengketa di
      antara orang Islam, tetapi dalam sengketa
    ekonomi syariah juga menyangkut non-muslim
      yang menundukkan diri kepada akad-akad
     berdasarkan prinsip2 syariah. Gejala ini juga
    menunjukkan keluasan dan keluwesan syariah
  seperti disinggung oleh al-Qardhawi. Akad adalah
    konstitusi bagi para pihak, yang menjadi fokus
   pertama penyelesaian semua sengketa ekonomi
                       syariah.
 Ada kesamaan kontrak dalam sistem hukum Islam
      dengan sistem hukum lain, misalnya sistem
                     common law.
                         5
Syariat Islam Sbg Hukum Hidup
Perkembangan hukum ekonomi syariah adalah
  indikator hukum Islam atau syariah sebagai
     hukum yang hidup di negeri ini. Hukum
 ekonomi syariah dipakai oleh pelaku ekonomi,
  mendapat perhatian dari lembaga keuangan,
 keulamaan, peradilan dan pemerintah, tetapi
  dilihat dari minimnya peraturan perundang-
 undangan dalam bidang ini mendapat resepsi
      yang lamban dari legislator Indonesia.
                     6
PENGERTIAN HUKUM EKONOMI
         SYARIAH
Hukum Ekonomi Syariah
• Hukum ekonomi syariah kontemporer
  merupakan gabungan antara reformasi
  hukum ekonomi konvensional dan fiqh
  mu’amalat modern.
• Tidak mengherankan bila bidang ini
  merupakan suatu yang baru bagi
  peradilan Indonesia mengingat
  minimnya peraturan perundang-
  undangan dan prakek peradilan.
                   8
Nama Lain
• Hukum ekonomi syariah juga
  dikenal dengan nama hukum bisnis
  syariah, fiqh at-tijari wa al-
  mu’amalat, kitab al-amwal wa al-
  buyu’,
• Hukum keuangan syariah dan
  Islamic law of commerce and trade.
  Serupa tapi tak sama.
                  9
LATAR BELAKANG
• Geliat pemikiran dan praktek ekonomi Islam belakangan
  ini sedang mencuat. Hal ini muncul sebagai reaksi
  terhadap praktek ekonomi konvensional yang telah
  menjadikan masalah ekonomi.
• Islam ssebagai agama yang komprehensi dan universal,
  tentu memiliki konsep-konsep dasar dan praktik
  ekonomi.
• Terlebih lagi adalah yang berkaitan dengan hukum
  ekonomi, ajaran Islam sangat sarat dengan hukum Islam
• Indikator lain tentang kepedulian Islam terhadap
  persoalan ekonomi dan keuangan, ialah kenyataan yang
  menunjukkan bahwa di dalam al-Qur’an, yang menjadi
  sumber utama dan pertama hukum Islam, terdapat
  sejumlah ayat yang mengatur persoalan-persoalan
  hukum ekonomi dan keuangan (ayat al-iqtishadiyyah
  wa-al-maliyyah).
• Menurut kesimupulan Abdul Wahhab Khallaf, paling
  sedikit ada 10 ayat hukum dalam al-Qur’an yang
  berisikan norma-norma dasar hukum ekonomi dan
  keuangan
• Mahmud Syauqi al-Fanjari dalam konteks yang agak
  luas memprakirakan ayat-ayat ekonomi dan keuangan
  dalam al-Qur’an berjumlah 21 ayat yang secara
  langsung terkait erat dengan soal-soal ekonomi.
• Berlainan dengan Khallaf yang sama sekali tidak
  menunjukkan ayat-ayat mana saja yang ia maksud
  dengan 10 ayat al-iqtishadiyyah wa-al-maliyyah di
  atas,
• al-Fanjari secara eksplisit menyebutkan satu demi satu ke-
  21 ayat ekonomi yang dimaksudkannya, yaitu:
   –   al-Baqarah (2): 188, 275 dan 279;
   –   An-Nisa (4): 5 dan 32;
   –   Hud (11): 61 dan 116;
   –   Al-Isra’ (17): 27;
   –   An-Nur (24): 33;
   –   Al-Jatsiyah (45): 13;
   –   Adz-Dzariyat (51): 19;
   –   An-Najm (53): 31;
   –   Al-Hadid (57): 7;
   –   Al-Hasyr (59): 7;
   –   Al-Jumu`ah (62): 10;
   –   Al-Ma`arij (70): 24 dan 25;
   –   Al-Ma`un (107): 1, 2, dan 3.
Kitab Hadis
• Kitab hadis yang dimaksudkan adalah Bulughul Maram
  min Adillatil Ahkam, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-
  Asqalani (733 – 852 H).
• Dalam kitab Bulugh al-Maram, yang telah
  diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa (di
  antaranya Inggris dan Indonesia) dan telah disyarah
  (dikomentari) oleh sejumlah pensyarah, ini terdapat
  kitabul-buyu` (kitab perdagangan) yang memuat 192
  hadis hukum tentang ihwal ekonomi dan bisnis yang
  dikemas ke dalam beberapa bab. Selengkapnya adalah
  sebagai berikut:
• Bab as-syuruth al-buyu` wa-ma nuhiya `anhu (bab tentang
  syarat-syarat jual-beli dan hal-hal yang terlarang dari
  padanya), atau conditions of business transactions and
  those which are forbidden (46 hadis);
• Bab al-khiyar (bab tentang hak memilih pelaku akad untuk
  meneruskan atau membatalkan akadnya), atau
  reconditional bargains (3 hadis);
• Bab ar-riba (bab tentang riba), atau usury (18 hadis);
• Bab ar-rukhshah fil-`araya wa-bai`il-ushuli watstsimar
  (kelonggaran tentang berbagai pinjaman dan jual-beli
  pepohonan dan buah-buahnya), atau licence regarding the
  sale of `Araya and the sale of trees and fruits (7 hadis);
• Bab as-salam wal-qardhi war-rahni (bab tentang jual-beli
  salam, pinjam-meminjam dan gadai), atau payment in
  advance, loan and pledge (10 hadis);
• Bab at-taflis wa-al-hajr (bab tentang pailit dan penahanan
  harta seseorang), atau insolvency and seizure (10 hadis);
• Bab as-shuluh (bab tentang perdamaian), atau
  reconciliation (4 buah hadis).
• Bab al-hawalah wad-dhaman (bab tentang pemindahan
  hutang dan tanggungan/jaminan pembayaran hutang),
  atau transference of a debt to another and surety (4
  hadis);
• Bab as-syirkah wal-wakalah (bab tentang Persekutuan
  dan perwakilan), atau partnership and agency (8 hadis);
• Bab al-iqrar (bab tentang – pernyataan – pengakuan),
  confession (1 hadis);
• Bab al-`ariyah (bab tentang pinjaman), atau loan (5
  hadis);
• Bab al-ghashb (bab tentang mengganggu hak orang lain),
  atau wrongful appropriation (6 hadis);
• Bab as-syuf`ah (bab tentang hak pilihan untuk membeli
  harta yang dimiliki secara bersekutu), atau option to
  buy neighbouring property (6 hadis);
• Bab al-qiradh (bab tentang peminjaman modal kepada
  orang lain dengan motif bagi untung antara pemilik
  modal dan yang menggunakan modal), atau giving
  someone some property to trade with, the profit being
  shared between the two but any loss falling on the
  property (2 hadis);
• Bab al-masaqah wal-ijarah (bab tentang pemeliharaan
  kebun dan upah atau gaji), atau tending palm-trees
  and wages (9-10 hadis);
• Bab Ihya’ al-mawat (bab tentang
  penggarapan/pengelolaan tanah tidak bertuan), atau
  bringing barren lands into cultivation (5-6 hadis);
• Bab al-waqf (bab tentang wakaf), atau mortmain
  (3 hadis);
• Bab al-hibah, wa-al-`umra, wa-ar-ruqba (bab
  tentang hibah, umra dan penjaga upahan), atau
  gifts, life-tenancy, and giving property which goes
  to the survivor (11 hadis); Bab al-luqathah bab
  tentang luqatah), atau finds (6 hadis);
• Bab al-fara’idh (bab tentang kewarisan), atau
  shares inheritance (13 hadis);
• Bab al-washaya (bab tentang wasiat), atau wills
  (6-7 hadis);
• Bab al-wadi`ah (bab tentang penitipan), atau
  trust (satu hadis).
• Selain kitab hadis Bulugh al-Maram yang disebutkan di
  atas, masih banyak lagi buku-buku hadis lainnya —
  terutama hadis-hadis hukum – yang hampir atau bahkan
  semuanya memuat hadis-hadis tentang ekonomi dan
  keuangan (al-hadits al-iqtishadiyyah wa-al-maliyyah).
• Terutama di dalam kitab-kitab hadis yang tergabung dalam
  kelompok kutub as-sunan – berikut syarahnya – semisal:
• Sunan al-Awza`i, karya besar al-Imam Abdurrahman bin
  Amr al-Awza`i (88 – 157 H),
• Sunan Abi Dawud, karya monumental al-Imam al-Hafizh Abi
  Dawud Sulaiman ibn al-Asy`ats as-Sijistani al-Azdi (202 –
  275 H),
• Sunan an-Nasa’i, karya terpopuler al-Hafizh Abu
  Abdirrahman bin Dinar an-Nasa’i (214/215-303 H),
• Sunan at-Tirmidzi, karangan ternama al-Imam al-Muhaddits
  Abu `Isa Muhammad bin `Isa bin Saurah at-Tirmidzi (209-
  279 H),
• Sunan ad-Dar Quthni, karya besar al-Imam al-Kabir Ali bin
  Umar ad-Dar Quthny (305 – 385 H) dan lain-lain.
Kitab Fiqh
• Pembahasan ekonomi Islam/Syariah akan semakin
  terasa meluas dan mendalam tatkala kita membaca
  literatur-literatur Islam yang lain terutama dalam
  berbagai kitab fiqih (hukum Islam) yang jumlahnya
  tidak lagi puluhan apalagi belasan; akan tetapi, telah
  mencapai ratusan dan bahkan ratusan ribu.
• Hampir atau bahkan semua kitab fikih — terutama
  yang bersifat umum dan berukuran tebal apalagi
  berjilid-jilid — pasti membahas persoalan muamalah
  khususnya dalam bidang ekonomi dan keuangan
• Selain kitab-kitab fikih yang membahas berbagai persoalan
  hukum Islam dalam bentuknya yang bersifat umum dan
  komprehensif, juga teramat banyak kitab-kitab fikih – klasik
  maupun kontemporer – yang secara spesifik membahas
  ihwal ekonomi-bisnis dan keuangan ala Islam secara
  khusus.
• Perhatikan misalnya karya Abi Abdul Qasim bin Salam
  (1408 H/1988 M), Kitab al-Amwal, dan buah pena Ahmad
  Isa Asyur, al-Fiqh al-Muyassar fil-Mu`amalat [t.t.]. Yang
  pertama merepresentasikan karya-karya fikih keuangan
  klasik; sedangkan yang kedua, mewakili kitab-kitab fikih
  ekonomi kontemporer.
• Pendeknya, hukum ekonomi Islam sebagaimana dapat
  ditelusuri dalam berbagai literatur yang ada dan tersedia,
  memiliki jangkauan yang sangat luas.
• Hanya saja, bagaimana cara kita menggali dan
  mengembangkan norma-norma hukum ekonomi Islam
  yang terserak-serak di dalam berbagai literatur dimaksud,
  inilah tantangan yang harus dijawab dan dicarikan
  solusinya.
UNDANG-UNDANG yang terkait
dengan Lembaga Ekonomi dan Bisnis
            Syariah
Penjelasan Pasal 49 UU No. 3/2006
• Penjelasan Pasal 49 UU No. 3/2006 membagi ekonomi syariah
  kpd 11 macam dan salah satunya adalah bisnis syariah.
• 10 macam ekonomi syariah yang juga ) sebenarnya juga
  adalah bisnis syariah
   –   bank syariah,
   –   lembaga keuangan mikro syariah,
   –   asuransi syariah,
   –   reasuransi syariah,
   –   reksadana syariah,
   –   obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah,
   –   sekuritas syariah,
   –   pembiayaan syariah,
   –   pegadaian syariah, dan
   –   dana pensiun lembaga keuangan syariah
   –   Bisnis syariah.
                                     22
Sejarah PerUUan
• Legislator pada mulanya hanya berpikir ttg bank
  syariah. tetapi setelah didalamkan pandangan
  ternyata lembaga ekonomi syariah yang sudah mulai
  tumbuh di Indonesia mencapai 10 macam. Untuk
  mengcover semua bidang yang mungkin lahir di
  masa depan, maka dimasukkan tambahan terakhir
  berupa bisnis syariah, diharapkan dapat mencakup
  semua jenis usaha berbasis syariah .
• 11 bidang tsb menyangkut harta, kekayaan dan uang
  secara umum, maka juga dinamakan hukum
  keuangan, dan ini juga didukung oleh perundang-
  undangan.
                         23
. . . lanjutan
• Penyelasan Umum UU No. 19/2008 Tentang Surat
  Berharga Syariah Indonesia atau Sukuk Negara
  menyatakan: ”Keuangan Islam didasarkan pada
  prinsip moralitas dan keadilan.
• Oleh karena itu, sesuai dengan dasar operasionalnya
  yakni syariah Islam yang bersumber dari al-Qur’an
  dan al-Hadits serta Ijma’, instrumen pembayaran
  syariah harus selaras dan memenuhi prinsip syariah,
  yaitu antara lain transaksi yang dilakukan oleh para
  pihak harus bersifat adil, halal, thayyib, dan
  maslahat. “

                          24
. . . lanjutan
• “Selain itu, transaksi dalam keuangan Islam
  sesuai dengan syariah harus terlepas dari
  unsur larangan berikut:
  – (1) Riba, yaitu unsur bunga atau return yang
    diperoleh dari penggunaan uang untuk
    mendapatkan uang (money for money);
  – (2) Maysir, yaitu unsur spekulasi, judi, dan sikap
    untung-untungan; dan
  – (3) Gharar, yaitu unsur ketidakpastian yang
    antara lain terkait dengan penyerahan, kualitas,
    kuantitas, dan sebagainya . . .”

                           25
Bisnis Syariah
• Bisnis berasal dari kata Inggeris business.
• Sebuah bisnis, disebut juga firm atau enterprise,
  adalah sebuah organisasi yang diakui secara
  hukum, dirancang untuk menyediakan barang2
  dan pelayanan untuk konsumen.
• Pemilik dan pelaksana bisnis memiliki sebuah
  tujuan utama yaitu menerima atau
  mengembangkan keuntungan finansial sbg
  imbalan kerja dan menanggung resiko.
                         26
. . . lanjutan
• Kata ‘bisnis’ secara etimologi berhubungan
  dgn keadaan busy (sibuk), paling kurang
  mempunyai tiga penggunaan, tergantung kpd
  cakupannya.
  – (1) berarti perusahaan tertentu atau korporasi,
  – (2) penggunaan umum menunjuk kpd sektor pasar
    tertentu seperti bisnis musik dan agribisnis, dan
  – (3) dlm pengertian luas termasuk semua kegiatan
    oleh komunitas pensuplai barang2 dan pelayanan.
                         27
. . . lanjutan
• Bisnis dapat digolongkan kpd bisnis pertanian
  (agriculture) dan pertambangan (mining) atau bisnis
  finansial, termasuk bank dan perusahaan2 yang
  menghasilkan keuntungan melalui investasi dan
  manajemen modal; atau bisnis informasi, hak milik
  intelektual (intellectual property), termasuk studio2
  film, penerbit, perusahaan2 perangkat lunak; atau
  bisnis pabrik2 atau bisnis perumahan atau pekerjaan
  pengecer dan distributor atau bisnis pelayanan atau
  jasa hiburan; atau bisnis transportasi. pelayanan
  publik seperti listrik, pengolahan sampah dll

                           28
. . . lanjutan
• Sedangkan bisnis syariah adalah
  dunia usaha yang dilakukan
  berdasarkan prinsip2 syariah. Bisnis
  syariah adalah usaha bisnis yang
  dilakukan secara profesional untuk
  mendapatkan keuntungan sebesar-
  besarnya tetapi dengan
  memperhatikan prinsip halal-haram.
                   29
Tijarah
• Bisnis dalam kajian fiqh disebut tijarah
  (perdagangan).
• Tijarah : “penukaran harta melalui jual-beli
  untuk tujuan mendapatkan keuntungan.”
• Perdagangan: kegiatan ekonomi yg sah secara
  Islam bila dilakukan dgn cara yang halal.
  – “Wahai orang2 yang beriman! Jangan kalian
    memakan harta saudaramu dengan cara
    berdasarkan kebatilan kecuali melakukan tijarah
    (perdagangan) saling kerelaan di antara kalian.”
    (an-Nisa’ 29).

                         30
. . . lanjutan
• Tijarah juga dikenal dengan nama al-bay’ (jual
  beli), “yaitu penukaran harta dengan harta
  untuk tujuan memiliki dan menguasainya.”
• Keduanya adalah penukaran harta dengan
  harta, tetapi pada tijarah, penekanan adalah
  pada mendapatkan keuntungan, walaupun
  dalam kenyataan tidak selalu mendapatkan
  keuntungan.

                       31
. . . lanjutan
• Tijarah= coomerce atau perdagangan (trade) atau
  produksi berhubungan dgn pertukaran barang
  dan pelayanan dari produsen kpd konsumen
  akhir.
• Commerce terdiri dari sesuatu yang bernilai
  ekonomi seperti barang2, pelayanan, informasi
  atau uang antara dua atau lebih benda.
• Commerce pada dasarnya untuk menunjukkan
  kegiatan jual-beli, sedangkan trade menunjuk
  kpd pertukaran jenis barang tertentu, misalnya
  perdagangan gula (sugar trade) atau
  perdagangan saham pasar bursa (trade on the
  stock-exchange) dll.
                        32
FALSAFAH BISNIS

• BISNIS KONVENSIONAL              • BISNIS ISLAMI
  – Market Driven :                  – Bisnis harus memiliki nilai
     •   Target Market                 ibadah, menjadi rahmatan
     •   Customer Needs                lil ‘alamin, untuk
     •   Integrated Marketing          mendapatkan Ridlo Allah
     •   Profit through Customer     – Sasaran Profit, Satisfaction
         Satisfaction
                                       (ridlo Customer) harus
                                       dibingkai Ridlo Allah
                                        • G = f (p, s, …) R
BEKERJA & BISNIS
                           BEKERJA
                           (al-’Amal)



Mendapatan Harta                              Mengembangkan Harta
 (Akhdu al-mal)                                (Tanmiyatul al-mal)



                           BISNIS

          Usaha Sendiri)           Usaha Bersama (Syirkah)
KERANGKA BISNIS ISLAMI

                      ALLAH




             IBADAH             RIDLO


              RIDLO             RIDLO
STAKEHOLDE            COMPANY           CUSTOMER
     R
             RAHMAT             RAHMAT
KERANGKA PEMASARAN DALAM BISNIS
            ISLAMI
                       ALLAH




              IBADAH             RIDLO


               RIDLO             RIDLO
 STAKEHOLDE            COMPANY           CUSTOMER
      R
              RAHMAT             RAHMAT

                                    Creating
                                    Values &
                                     Market


                          PERNIAGAAN = PEMASARAN
PRINSIP DASAR PEMASARAN DALAM BISNIS
                ISLAMI

                 RIDLO ALLAH

                 EXCHANGE




                  Satisfaction


         NEEDS                   VALUES


                  CREATING
PEMASARAN
• Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya
  di dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh pintu
  rizki (HR. Ahmad)

• Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
  harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan
  perniagaan yang berlaku dengan saling suka sama suka di
  antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu,
  sesungguhnya Allah maha Penyayang kepadamu (An
  Nisaa’ : 29)

• Barang siapa yang memelihara silaturrahmi, maka Allah
  akan menganugerahkan rizki yang melimpah dan umur
  panjang (Al-Hadis)
CREATING DEMAND :
 MELAKUKAN EDUKASI PASAR MELALUI PROMOSI

           HALAL & TOYYIB



                                 PROMO


                                DESIRED
                 Needs
                                 STATE
                 Wants
DESIRED
 STATE



PROMO
CREATING DEMAND
• Activating Needs, hendaknya diarahkan pada
  dorongan suara hati yang bersumber dari asma’ul
  husna

     • Activating needs hendaknya diarahkan pada
   pemenuhan kebutuhan akan produk/values yang
                                  halal dan toyyib

• Metode dan cara melakukan edukasi pasar
  hendaknya didasarkan nilai-nilai : Siddiq –
  Amanah - Tabligh
SISTEM BISNIS ISLAMI

        INPUT :                                         OUT-PUT :
Enterpreneurship               PROSES :        Profit
Keahlian SDI                   Penerapan       Pertumbuhan
Sumber Daya                       Ilmu         Sustainability
                               Manajemen
Modal                                          Berkah




                      Manajemen Operasi/
                    Produksi; Keuangan, SDI,
                     Pemasaran & Strategik
ORGANISASI BISNIS ISLAMI
   •Refleksi sifat-sifat Allah = 99 asma’ul husna Allah

          •Refleksi fungsi akal dalam bisnis = pengembangan 12 fungsi baku
          perusahaan

                                  Fungsi Khusus

                F7          F6           F4           F2
Fungsi
Umum
                F8
    F11                                                            F0      S0
                                                                             S0 = Jml
                F9                                                           Penjualan;
                                                                             Pendapatan &
                                                                             Laba

               F10          F5            F3          F1



    F0=Transaksi; F1=Perebutan Pelanggan; F2=Produk; F3= Perenc Pemasaran; F4=Pernc.
    Produk; F5=Riset Pasar & pemasaran; F6= Riset Produk; F7=Personalia; F8=peralatan &
    perbekalan; F9= Manj. keuangan; F10=Akuntansi; F11=Inti manajemen
FIQH MUAMALAH UNTUK BISNIS
         SYARIAH
PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH ISLAM


     Bidang yang diperbolehkan syari’ah


                    Tadlis

            Bidang yang dilarang
Taghrir                               Riba
                  syari’ah


          Persaingan tidak sempurna
             Ikhtikar & bai’ najasy
PENYEBAB TRANSAKSI DILARANG
                             Penyebab dilarangnya
                                  transaksi




       Haram zatnya                 Haram selain           Tidak sah akadnya
                                       zatnya



1.   Darah                    1.   Tadlis             1.     Rukunnya tidak
2.   Bangkai (kecuali ikan                                   terpenuhi
     & belalang)              2.   Ikhtikar
                                                      2.     Syarat tidak
3.   Daging babi              3.   Bai’ Najasy
                                                             terpenuhi
4.   Binatang yang            4.   Taghrir (Gharar)
     disembelih tidak                                 3.     Terjadi Ta’alluq
     menyebut asma Allah      5.   Riba
                                                      4.     Terjadi “2 in 1”
5.   Khamer (minuman
     keras)                   6.   Risywah
HARAM ZATNYA
Transaksi dilarang karena obyek yang ditransaksikan juga
dilarang
Misalnya: minuman keras, bangkai (kecuali ikan dan belalang),
babi
Transaksi barang atau jasa yang demikian ini tetap haram
walaupun akad jual-belinya sah.


Contoh:
Pembelian minuman keras dengan akad murabahah melalui
Bank Syari’ah.
(Zat barangnya haram, namun akadnya sah)
HARAM SELAIN ZATNYA

1.   Tadlis (melanggar prinsip “an taraddin minkum”

     Setiap transaksi dalam Islam harus dilandasi pada prinsip kerelaan
     kedua pihak yang bertransaksi
     Mereka harus memiliki informasi yang sama tentang barang/jasa yang
     diperjual belikan, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan
     Unknown to one party dalam bahasa fiqh disebut tadlis.
     Tadlis terjadi karena empat hal:
     a.   Kuantitas  pengurangan timbangan
     b.   Kualitas  penyembunyian kecacatan obyek
     c.   Harga  memanfaatkan ketidaktahuan harga pasar
     d.   Waktu penyerahan  penjual tidak mengetahui secara pasti
          barang akan diserahkan kepada pembeli
HARAM SELAIN ZATNYA

b. Taghrir (Gharar)

Gharar adalah situasi dimana terjadi incomplete information karena adanya
   ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi.
Taghrir terjadi bila kita merubah sesuatu yang seharusnya bersifat pasti
    menjadi tidak pasti.
Gharar/taghrir terjadi karena empat hal, yaitu:
1) Kuantitas  kasus ijon
2) Kualitas  menjual sapi masih dalam perut induknya
3) Harga  pengambilan margin 20% untuk 1 tahun atau 40% untuk 2
   tahun
4) Waktu penyerahan  menjual barang hilang seharga Rp. X dan
   disetujui oleh pembelinya
HARAM SELAIN ZATNYA

2. Melanggar prinsip “la tazhlimuna wa la tuzhlamun”

    Jangan menzalimi dan jangan dizalimi
                                                                      S2
Praktek yang melanggar prinsip ini adalah:
a. Rekayasa pasar dalam Supply (Ikhtikar)                                  S1

   - Mengupayakan adanya kelangkaan barang
                                                       P”
     dengan menimbun atau entry barier
                                                       P’
   - Menjual harga lebih tinggi dibandingkan harga
     sebelum munculnya kelangkaan                                      D
   - Mengambil keuntungan lebih dibandingkan
     keuntungan sebelum kejadian I dan II                   Q2   Q1
HARAM SELAIN ZATNYA
b. Rekayasa Pasar dalam demand (Bai’ Najasy)

Rekayasa pasar dalam demand terjadi bila seorang
    produsen/ pembeli menciptakan permintaan
    palsu, seolah-olah ada banyak permintaan
    terhadap suatu produk sehingga harga jual
                                                                 S1
    produk akan naik.
Cara ini dapat dilakukan dengan cara:               P”

1) Penyerbaran isu                                  P’           D2
2) Melakukan order pembelian
                                                                 D1
3) Pembelian pancingan sehingga tercipta sentimen
   pasar, bila harga sudah naik sampai level yang
   diinginkan, maka yang bersangkutan akan               Q1 Q2
   melakukan aksi ambil untung dengan melepas
   kembali obyek yang sudah dibeli
HARAM SELAIN ZATNYA
d. Riba

Dalam ilmu fiqh dikenal jenis riba:
1) Fadl (riba buyu’) riba karena pertukaran barang sejenis yang tidak
   memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama
   kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya
   (yadan bi yadin).
2) Nasi’ah (riba duyun)  riba yang timbul akibat hutang-piutang yang
   tidak memenuhi kriteria untuk muncul renturn bersama risiko (al
   ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi
   la dhaman). Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban
   menanggung beban, hanya berjalannya waktu. Nasi’ah adalah
   memastikan sesuatu yang tidak pasti menjadi pasti
3) Qard dan Jahiliyah  hutang yang dibayar melebihi dari pokok
   pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana
   pinjaman pada waktu yang ditetapkan.
RINGKASAN MENGENAI RIBA
Tipe Riba        Faktor penyebab      Cara Menghilangkan Faktor Penyebab
Riba Fadl        Gharar (uncertain    Kedua belah pihak harus memastikan
                 to both parties)     faktor berikut: 1) Kuantitas; 2) Kualitas; 3)
                                      Harga; 4) Waktu penyerahan

Riba Nasi’ah     Return tanpa         Kedua belah pihak membuat kontrak yang
                 risiko, pendapatan   merinci hak dan kewajiban masing-masing
                 tanpa biaya          untuk menjamin tidak adanya pihak
                                      manapun yang mendapatkan return tanpa
                                      menanggung risiko, atau menikmati
                                      pendapatan tanpa menanggung biaya

Riba Jahiliyah   Memberi pinjaman     Jangan mengambil manfaat apapun dari
                 sukarela secara      akad kebaikan (tabarru)
                 komersiil, karena    Kalaupun ingin mengambil manfaat maka
                 setiap pinjaman      gunakan akad bisnis (tijarah), bukan akad
                 yang mengambil       kebaikan (tabarru)
                 manfaat adalah
                 riba
HARAM SELAIN ZATNYA

e. Risywah
  Menyuap orang lain untuk meloloskan atau
  memudahkan urusan yang bersangkutan
TIDAK SAH/LENGKAP AKADNYA

Suatu transaksi yang tidak termasuk dalam kategori haram li dzatihi maupun haram li
    ghairihi, belum tentu serta merta menjadi halal.
Sesuatu tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap.
Suatu transaksi dikatakan tidak sah atau tidak lengkap akadnya bila terjadi salah satu atau
    lebih faktor berikut:
1)   Rukun dan syarat tidak terpenuhi  Rukun jual beli meliputi: (a) Pelaku; (b) Obyek; ©
     Ijab-qabul. Syarat jual beli, tidak: (a) Menghalalkan yang haram; (b) Mengharamkan
     yang halal; © Menggugurkan rukun; (d) Bertentangan dengan rukun; (e) Mencegah
     berlakunya rukun
2)   Terjadi Ta’alluq  Terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan.
     Dengan maksud, berlakunya akad 1 tergantung pada akad ke 2. Dalam terminologi
     fiqh disebut bai’ al-’inah.
3)   Terjadi two in one  Satu transaksi mewadahi dua akad sekaligus, sehingga terjadi
     ketidakpastian. Dalam terminologi fiqh disebut: shafqatain fi al-shafqah. Two in one
     terjadi karena: (a) obyek sama; (b) pelaku sama; © jangka waktu sama. Bila salah satu
     dari faktor tersebut tidak ada maka tidak terjadi two in one
TEORI PERTUKARAN &
          PERCAMPURAN
Berdasarkan tingkat kepastian hasil yang
   diperoleh, kontrak bisnis dapat dibedakan
   menjadi
1. Natural Certainty Contracts (Teori
   Pertukaran)
2. Natural Uncertainty Contracts (Teori
   Percampuran)
TEORI PERTUKARAN DALAM ISLAM


Natural Certainty Contracts/teori pertukaran, adalah
kontrak dalam bisnis yang memberikan kepastian
pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktu. Dalam
bentuk ini:
  Cash-flownya pasti atau sudah disepakati di awal
    kontrak
  Obyek pertukarannya juga pasti secara jumlah, mutu,
    waktu maupun harganya
TEORI PERTUKARAN
                ‘AYN (aset riil) BI ‘AYN (aset
                riil)

   OBYEK        ‘AYN (aset riil) BI DAYN (aset
PERTUKARAN      keuangan)

                DAYN (aset keuangan) BI
                DAYN (aset keuangan)

                      NAQDAN
  WAKTU           (Sekarang/Tunai)
PERTUKARAN
                 GHAIRU NAQDAN
                   (Masa YAD)
TEORI PERTUKARAN
                                    JENIS BEDA

                                      upah tenaga kerja yang dibayar dengan sejumlah
                                      beras
                                                                          Kasat Mata
      ‘AYN BI ‘AYN
                                                                          Kualitas dapat
                                                                          dibedakan
                                                                       Pertukaran kuda dengan kuda

real asset (‘ayn) dengan real
         asset (‘ayn)               JENIS SAMA                             Kasat Mata
                                                                           Kualitas tidak
                                                                           dapat dibedakan
                                                      Jika tidak dapat dibedakan mutunya, pertukaran
                                                                                        dibolehkan, jika:
                                                                  Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya)
                                                                    Mistlan bi mistlin (sama mutunya)
                                                          Yadan bi yadin (sama waktu penyerahannya)
TEORI PERTUKARAN
                                    Naqdan

                                                         Salam
                       Barang
                                     Order
                       Al-Bai’                          Istishna’
                                    Mu’ajjal
   ‘AYN BI
    DAYN
real asset (‘ayn)
dengan financial                               Ijarah
  asset (dayn)
                          Jasa
                        Al-Ijarah              Ju’alah
TEORI PERTUKARAN
                                                    Jenis sama
                                              Sawa-an bi sawa-in (sama
                                              jumlahnya)
                               Uang           Yadan bi yadin (diserahkan saat
                                              itu juga)
                                                    Jenis Beda
     DAYN BI
      DAYN                                    Yadan bi yadin
                                              (diserahkan saat itu juga)
Pertukaran financial asset
 (dayn) dengan financial
      asset (dayn)
                               Non-Uang
                             Surat berharga
TEORI PERCAMPURAN DALAM ISLAM
Natural Uncertainty Contracts/teori percampuran adalah kontrak
dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik
dari segi jumlah maupun waktunya. Tingkat returnnya bisa positif,
negatif maupun nol.
Kontrak-kontrak investasi ini secara sunatullah tidak menawarkan :
  Return yang tetap dan pasti. `
  Sifatnya tidak fixed dan predetermined.

Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya (baik real asset maupun financial assets)
menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-
sama untuk mendapatkan keuntungan.

Dalam kontrak demikian ini, keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama.
TEORI PERCAMPURAN
                ‘AYN BI ‘AYN

    OBYEK
PERCAMPURAN      ‘AYN BI DAYN

                 DAYN BI DAYN



                      NAQDAN
   WAKTU
PERCAMPURAN
                  GHAIRU NAQDAN
TEORI PERCAMPURAN



  ‘AYN BI                    ‘AYN BI                          DAYN BI
   ‘AYN                       DAYN                             DAYN
Menyumbangkan
keahlian Syirkah         Jasa/keahlian (real asset)      Percampuran financial asset
    ‘Abdan           dicampur dengan uang (financial    (dayn) dengan financial asset
                      asset) Bentuk percampuran ini                 (dayn)
                       disebut syirkah mudharabah      Jika percampuran antara uang
                        Seorang penyandang dana         dengan uang dengan jumlah
                     memberikan dana dan yang lain          sama disebut syirkah
                         memberikan reputasinya        mufawadah; atau jumlah uang
                     Bentuk percampuran ini disebut         yang dipercampurkan
                               syirkah wujuh             jumlahnya berbeda disebut
                                                                syirkah ‘inan.
Regulasi Perbankan Syariah
Dalam UU Perbankan Indonesia
Perkembangan Landasan
         Hukum
      UU No 7/92 tentang Perbankan
PP No 72/92 tentang Bank         UU No 10/98 tentang
 Berdasarkan Bagi Hasil           perubahan UU 7/92




                                     UU No 21/08 tentang
             Dicabut dg PP           perubahan UU 10/98
                30/99



                      BANK SYARIAH
DASAR PEMIKIRAN

•untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
yang tidak mau dilayani oleh bank dengan sistem
bunga

•mengoptimalkan peran sektor perbankan dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan
nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat.
Landasan Hukum
Bank Indonesia adalah otoritas pengawasan perbankan
(termasuk perbankan syariah):
Pasal 29 (1) (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU No.10
Th.1998 ttng Perbankan:
Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank
Indonesia
Pasal 8 UU No.3/04 ttg Perubahan atas UUNo.23
Th.1999 ttng Bank Indonesia:
Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:
a.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
b.Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c.Mengatur dan mengawasi bank.
Bank Umum dan BPR Syariah
Pasal 1 ayat 3 (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU No.10 /
  1998:
  Bank Umum: bank yang melaksanakan kegiatan usaha
  secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip
  Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
  lalu lintas pembayaran.

Pasal 1 ayat 4 (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU No.10 /
  1998:
  BPR:bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
  konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang
  dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
  lintas pembayaran.
Bank Umum dan BPR Syariah
Pasal 6 huruf m UU No.10 Tahun 1998:
   “… Pokok-pokok ketentuan yang
   ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat
   antara lain:
   a.Kegiatan usaha dan produk-produk
     bank berdasarkan prinsip syariah
   b.Pembentukan dan tugas Dewan
   Pengawas Syariah; …”
Pendirian Bank Syariah
Pasal 16 UU No.10 Tahun 1998:
Persyaratan dan tatacara pendirian bank
umum dan BPR Syariah ditetapkan oleh
Bank Indonesia
– SK No.32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum
  Berdasarkan Prinsip Syariah
– PBI No.4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002 ttg Perubahan
  Kegiatan Usaha Bank Umum Konv menjadi Bank Umum Syariah
  dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh
  Bank Umum Konvensional.
– No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan
  Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah (mencabut SK
  No.32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum
  Berdasarkan Prinsip Syariah)
– PBI No. 7/35/PBI/2005 perubahan atas No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank
  Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
  Syariah.
– PBI No.6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang BPR
  Berdasarkan Prinsip Syariah
Pendirian Bank Syariah
Pendirian Bank Syariah
1. Izin Prinsip
2. Izin Usaha

Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank
Syariah
1. Izin Prinsip
2. Izin Perubahan Kegiatan Usaha
Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank
         Umum Konvensional
 PBI No.4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002
 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
 Umum Konvensional Menjadi Bank Umum
 Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan
 Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh
 Bank Umum Konvensional:
  – Pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS)
  – Pembukaan Kantor Cabang Pembantu Syariah
    (KCPS)
  – Unit Syariah (US)
Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank
         Umum Konvensional
 Pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS)
 dengan cara:
  – Membuka KCS baru
  – Mengubah KC konvensional menjadi KCS
  – Meningkatkan status KCPS menjadi KCS

  Wajib melaksanakan hal-hal sbb:
  – Membentuk Unit Usaha Syariah (UUS)
  – Membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS)
  – Menyediakan modal kerja:
    = 2 M untuk KCS di wilayah Jabotabek
    = 1 M untuk KCS di luar wilayah Jabotabek
Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank
         Umum Konvensional

    Pembukaan Kantor Cabang Pembantu
    Syariah (KCPS)
     – Bertempat dan beralamat di KC atau KCP bank
       umum konvensional (tidak perlu membangun atau
       menyewa gedung kantor sendiri)
     – Menginduk kepada KCS dalam satu wilayah kerja
       BI (termasuk kliring)
     – Wajib mendapat izin dari BI
     – Menyediakan modal kerja minimal 500 J di
       wilayah Jabotabek dan 250 J di luar wilayah
       Jabotabek
Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh
    Bank Umum Konvensional

  Pembukaan Unit Syariah (US)
  – Merupakan bagian dari KC atau KCP konvensional
  – Transaksi Produk dan Jasa US dibukukan secara
    terpisah dari kegiatan konvensional
  – Wajib mendapat izin dari BI
  – Menyediakan modal kerja minimal 500 J di wilayah
    Jabotabek dan 250 J di luar wilayah Jabotabek
  – Dalam jangka waktu 3 tahun US harus sudah
    mengubah KC atau meningkatkan status KCP dimana
    US bertempat menjadi KCS
Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
Pasal 6, 7 dan 13 UU No.7 Tahun 1992
sbgmn telah diubah dlm UU No.10 Tahun
1998 mengatur kegiatan usaha bank secara
umum

Khusus untuk bank syariah, kegiatan usaha
yang dapat dilaksanakan adalah yang
sesuai dengan Prinsip Syariah
Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
  Pasal 1 angka 13 UU No.10 Th.1998 ttng Perbankan:
  Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
  hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
  penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
  usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
  dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan
  prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
  berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),
  prinsip jual beli barang dengan keuntungan
  (murabahah), atau pembiayaan barang modal
  berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah),
  atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan
  atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
  lain (ijarah wa iqtina)
Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
                       (BU)
  PBI No. 7/35/PBI/2005 perubahan atas No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank Umum
  Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Pasal 36:
Bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam
melakukan kegiatan usahanya yang meliputi:
a. melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, antara lain
     1. giro berdasarkan prinsip wadi’ah;
     2. tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah dan atau mudharabah; atau
     3. deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah;
a. melakukan penyaluran dana melalui :
     1. prinsip jual beli berdasarkan akad antara lain:
           a) murabahah;
           b) istishna;
           c) salam;
     2. prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain:
           a) mudharabah;
           b) musyarakah;
     3. prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain:
           a) ijarah;
           b) ijarah muntahiya bittamlik;
     4. prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh;
Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
                         (BU)
c.melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan
   berdasarkan akad antara lain:
   1. wakalah;
   2. hawalah;
   3. kafalah;
   4. rahn.
d.membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko
   sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan
   atas dasar transaksi nyata (underlying transaction)
   berdasarkan prinsip syariah;
e.membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah
   yang diterbitkan oleh Pemerintah dan/atau Bank
   Indonesia;
f. menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip
   syariah;
g.memindahkan uang untuk kepentingan sendiri
   dan/atau nasabah berdasarkan prinsip syariah;
Kegiatan Usaha dan Produk Bank
                    Syariah (BU)
h. menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang
   diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar
   pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah;
i. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
   berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah;
j. melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya
   untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
   dengan prinsip wakalah;
k. memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip
   syariah;
l. memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip syariah;
m. melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card
   berdasarkan prinsip syariah;
n. melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah;
o. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang
   disetujui oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan
   Syariah Nasional.
Kegiatan Usaha dan Produk Bank
                  Syariah (BU)
Psal 37 :
1) Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
   Pasal 36, Bank dapat pula :
   a) Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf;
   b) melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan
      lain dibidang keuangan berdasarkan prinsip syariah seperti sewa
      guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta
      lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan;
   c) melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan
      prinsip syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan
      dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan
      ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan
   d) bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
      berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dalam
      perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
2) Bank syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak
   sebagai penerima dana sosial antara lain dalam bentuk zakat,
   infaq, shadaqah, waqaf, hibah dan menyalurkannya sesuai
   syariah atas nama Bank atau lembaga amil zakat yang ditunjuk
   oleh pemerintah.
Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
                       (BU)
Pasal 38
1. Bank wajib mengajukan permohonan persetujuan
   kepada Bank Indonesia atas produk dan jasa baru
   yang akan dikeluarkan.
2. Permohonan persetujuan atas produk dan jasa baru
   yang akan dikeluarkan sebagaimana dimaksud pada
   ayat (1) wajib dilampiri dengan fatwa dari Dewan
   Syariah Nasional.
Pasal 39
1. Bank dilarang melakukan kegiatan usaha perbankan
   secara konvensional.
2. Bank dilarang mengubah kegiatan usaha menjadi
   bank konvensional.
Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
  PBI No.6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang
  BPR Berdasarkan Prinsip Syariah

 Pasal 34
 BPRS wajib melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
 Syariah dan prinsip kehati-hatian yang meliputi:
  – menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
    berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
    melakukan penyaluran dana melalui transaksi jual beli berdasarkan
    prinsip murabahah, istishna, ijarah, salam, jual beli lainnya.
  – pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah,
    musyarakah dan bagi hasil lainnya.
  – melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan sepanjang tidak
    bertentangan dengan UU Perbankan dan prinsip syariah.
  – Produk dan jasa baru wajib disetujui BI
Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah
Pasal 36
• BPRS dilarang mengubah kegiatan usahanya
  menjadi BPR Konvensional.
• BPRS dilarang melakukan kegiatan usaha secara
  konvensional
Dewan Pengawas Syariah (DPS)                      dan
Dewan Syariah Nasional (DSN)
Dalam rangka menjaga kegiatan usaha bank syariah
agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai
syariah
Penjelasan UU No.10 Tahun 1998 Pasal 6 huruf
m : Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia memuat antara lain:
 a.Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan
   prinsip syariah;
 b.Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah
 c.Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang
   melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk
   melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan
        Dewan Syariah Nasional (DSN)
•   DPS wajib mengikuti fatwa dari DSN
•   DPS adalah dewan yang ditempatkan di Bank Syariah yang
    keanggotaannya ditetapkan berdasarkan rekomendasi DSN yang
    bertugas mengawasi penerapan prinsip syariah dalam kegiatan
    usaha Bank.
•   Keanggotaan DPS harus mendapat persetujuan BI.
•   DSN merupakan dewan yang dibentuk oleh MUI merupakan satu-
    satunya badan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa
    syariah terhadap jenis-jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan
    syariah, serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-
    lembaga keuangan di Indonesia
PENUTUP
•   UU No.10 Tahun 1998:
    – mengakomodir legalitas hukum baik dari aspek kelembagaan dan
      kegiatan usaha bank syariah dengan jelas
    – menjadi landasan yuridis yang kuat bagi perbankan dan para pihak
      yang berkepentingan.

•   UU No.23 Tahun 1998 tentang Bank Indonesia sebagaimana
    telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004:
    – memberikan landasan hukum yang cukup kuat kepada Bank
      Indonesia untuk melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap
      perbankan Syariah.
•   Pengaturan hukum kegiatan usaha bank syariah secara “equal
    treatment regulations”. Namun demikian kadangkala terdapat
    pengaturan yang bersifat khusus terhadap kegiatan usaha bank
    syariah yang disesuaikan dengan karakter usaha bank Syariah.
PENUTUP
•   Standarisasi dalam penerapan akuntansi dan audit bank Syariah
    yang diperlakukan secara khusus sebagaimana ditentukan dalam
    standar internasional untuk akuntansi dan audit lembaga keuangan
    syariah yang diterbitkan oleh AAOIFI Bahrain.
•   Dalam kegiatan usaha bank syariah peranan DPS juga sangat
    penting dalam rangka menjaga kegiatan usaha bank syariah agar
    senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah.
•   DPS harus independen dan terdiri dari para pakar Syariah
    Muamalah yang juga memiliki pengetahuan dasar bidang
    perbankan.
•   Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari DPS wajib mengikuti fatwa
    DSN.
•   DSN merupakan badan independen yang mempunyai kewenangan
    mengeluarkan fatwa syariah terhadap produk dan jasa lembaga
    keuangan syariah di Indonesia.
Dewan Pengawas Syariah
Untuk memastikan usaha ekonomi
   atau bisnis syariah sesuai rinsip
 syariah di Indonesia, telah dibentuk
   Badan Pengawas Syariah (LPS),
 antara lain melalui Undang-Undang
   No. 40/2007 Tentang Perseroan
  Terbatas dan Undang-Undang No.
21/2008 Tentang Perbankan Syariah.
                 89
. . . lanjutan
   Pasal 109 UU No. 40/2007: (1) Perseroan yg
 menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
 syariah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib
   mempunyai Dewan Pengawas Syariah. (2) DPS
    sbgmana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh
   RUPS atas rekomendasi MUI. (3) DPS sbgmana
   dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan
nasehat dan saran kepada Direksi serta mengawasi
  kegiatan Perseroan agar sesuai prinsip syariah.
                       90
. . . lanjutan
  Pasal 32 UU No. 21/2006: (1) DPS wajib
  dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum
   Konvensional yang memiliki UUS. (2) DPS
  sbgmana dimaksud pada ayat (1) diangkat
  oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas
rekomendasi MUI. (2) DPS sbgmana dimaksud
 pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat
  dan saran kepada direksi serta mengawasi
kegiatan Bank agar sesuai dgn Prinsip Syariah.
     (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
 pembentukan DPS sbgmana dimaksud pada
          ayat (1) diatur dengan PBI.
                     91
Permasalahan DPS a.l.
Di antara permasalahan DPS: perannya yang
 terbatas dlm mengawasi praktek keuangan
 syariah karena anggota DPS pada umumnya
  adalah ahli syariah tetapi bukanlah praktisi
 keuangan syariah dan mereka tidak bekerja
   purna waktu. Juga disinyalir praktek yang
   tidak syariah dlm lembaga2 ini, misalnya
 melalui margin yang dipahami oleh sebagian
pengamat sbg bentuk lain dari bunga atau riba
    yang terlarang dalam ekonomi syariah.
                     92
. . . lanjutan
  Hakim harus teliti melihat praktek
 perjanjian berdasarkan prinsip syariah
     dalam kasus yang diajukan ke
               pengadilan,
missalnya bila ada gugatan pembatalan
   akad oleh pihak dlm hal akad tidak
      murni berdasarkan syariah.

                  93
Contoh Kasus
Antara lembaga keuangan Islam di Dubai (Emirat
     Arab) sbg Pihak I dan sebuah perusahaan
  farmasi di Bangladesh sbg Pihak II. melakukan
   akad mudharabah bagi pembelian sejumlah
  alat farmasi oleh Pihak I untuk Pihak II. Pihak I
       mendapat keuntungan bagi hasil dari
  pembelian ini dan Pihak II membayar ansuran
        hutang setiap bulan plus prosentasi
  keuntungan bagi hasil perbulan kepada Pihak
                         I.
                         94
. . . lanjutan
Setelah kontrak berjalan, perusahan farmasi
   kemudian tidak mau melunasi cicilan dgn
 pertimbangan bunga terselubung, karena itu
     perjanjian batal demi hukum. Pihak I
  membawa kasusnya ke pengadilan Inggeris
  sesuai bunyi kontrak. Akhirnya pengadilan
 London menerima gugatan tsb berdasarkan
hukum umum, dan bukan prinsip syariat Islam
   yang tidak dikenal di pengadilan Inggeris,
bahwa orang yang berhutang wajib membayar
     hutangnya sesuai syarat2 perjanjian.
                    95
LPS Sudan
 LPS yang cukup bagus misalnya terdapat di
 Sudan dengan nama Hay’ah ar-Riqabah asy-
   Syari’iyyah. Bila ditemukan praktek tidak
syariah, misalnya unsur bunga atau riba, maka
 bunga atau riba tsb tidak dibayarkan kepada
  pihak, tetapi disalurkan ke rekening khusus
milik negara untuk tujuan dana kebajikan. Bila
     praktek tsb disebabkan karena pasal
   perundang-undangan tertentu, maka LPS
  mengusulkan perubahan pasal tsb kepada
             pemerintah dan DPR.
                     96

More Related Content

What's hot (20)

Makalah Mudhabarah
Makalah MudhabarahMakalah Mudhabarah
Makalah Mudhabarah
 
Mudharabah
MudharabahMudharabah
Mudharabah
 
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
01.1 METODE STUDI FIQIH KONTEMPORER
 
bahan tugas Kelompok 5 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 5 ushul fiqh ekonomi islambahan tugas Kelompok 5 ushul fiqh ekonomi islam
bahan tugas Kelompok 5 ushul fiqh ekonomi islam
 
69 sbsn
69 sbsn69 sbsn
69 sbsn
 
13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH13 HUKUM 'ARIYAH
13 HUKUM 'ARIYAH
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
 
002 konsep akad
002 konsep akad002 konsep akad
002 konsep akad
 
01.7 koperasi syariah
01.7 koperasi syariah01.7 koperasi syariah
01.7 koperasi syariah
 
Materiibc9jakarta membangun perusahaansyariah
Materiibc9jakarta membangun perusahaansyariahMateriibc9jakarta membangun perusahaansyariah
Materiibc9jakarta membangun perusahaansyariah
 
1.+muamalah
1.+muamalah1.+muamalah
1.+muamalah
 
Materiibc11jakarta hukum ketenagakerjaanislam
Materiibc11jakarta hukum ketenagakerjaanislamMateriibc11jakarta hukum ketenagakerjaanislam
Materiibc11jakarta hukum ketenagakerjaanislam
 
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalahKonsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
 
01.5 HUKUM ASURANSI SYARIAH
01.5 HUKUM ASURANSI SYARIAH01.5 HUKUM ASURANSI SYARIAH
01.5 HUKUM ASURANSI SYARIAH
 
Syariah 2
Syariah 2Syariah 2
Syariah 2
 
03 konsep akad 2014
03 konsep akad 201403 konsep akad 2014
03 konsep akad 2014
 
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islamkelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
 
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
 
11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAH11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAH
 

Similar to Hukum ekonomi stain ta

Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
materi muamalah kelas 3 smp
materi muamalah kelas 3 smpmateri muamalah kelas 3 smp
materi muamalah kelas 3 smpPutri Meilani
 
Landasan Hukum Pasar Modal Syariah
Landasan Hukum Pasar Modal SyariahLandasan Hukum Pasar Modal Syariah
Landasan Hukum Pasar Modal Syariahucu_mujahidah
 
Bab 1 konsep akuntansi syariah
Bab 1 konsep akuntansi syariahBab 1 konsep akuntansi syariah
Bab 1 konsep akuntansi syariahTajus Yamani
 
Metodologi syariah slide
Metodologi syariah slideMetodologi syariah slide
Metodologi syariah slideFaezah Ibrahim
 
TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 1 SAMPAI DENGAN 7 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REGU...
TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 1 SAMPAI DENGAN 7 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REGU...TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 1 SAMPAI DENGAN 7 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REGU...
TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 1 SAMPAI DENGAN 7 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REGU...nishannisa
 
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf AminPidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf AminFakultas Syariah dan Hukum
 
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturDigital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturaalmutawali
 
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxMilenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxFauziahNurHutauruk
 
Bank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalBank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalKrilekz
 
Bank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalBank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalKrilekz
 
Bank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalBank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalKrilekz
 
Bank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalBank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalKrilekz
 
Penyuluhan Koperasi Syariah Dasar
Penyuluhan Koperasi Syariah DasarPenyuluhan Koperasi Syariah Dasar
Penyuluhan Koperasi Syariah DasarAsep Suryanto
 
Kamus populer keuangan syariah pkes
Kamus populer keuangan syariah pkesKamus populer keuangan syariah pkes
Kamus populer keuangan syariah pkesFitri Lely
 
Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah
Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi SyariahKamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah
Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi SyariahPiet_Fitriady
 

Similar to Hukum ekonomi stain ta (20)

FIQH_mUAMALAH_materi.ppt
FIQH_mUAMALAH_materi.pptFIQH_mUAMALAH_materi.ppt
FIQH_mUAMALAH_materi.ppt
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
materi muamalah kelas 3 smp
materi muamalah kelas 3 smpmateri muamalah kelas 3 smp
materi muamalah kelas 3 smp
 
Landasan Hukum Pasar Modal Syariah
Landasan Hukum Pasar Modal SyariahLandasan Hukum Pasar Modal Syariah
Landasan Hukum Pasar Modal Syariah
 
Bab 1 konsep akuntansi syariah
Bab 1 konsep akuntansi syariahBab 1 konsep akuntansi syariah
Bab 1 konsep akuntansi syariah
 
Akad Wadhiah dan Ariyah
Akad Wadhiah dan Ariyah Akad Wadhiah dan Ariyah
Akad Wadhiah dan Ariyah
 
Metodologi syariah slide
Metodologi syariah slideMetodologi syariah slide
Metodologi syariah slide
 
TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 1 SAMPAI DENGAN 7 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REGU...
TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 1 SAMPAI DENGAN 7 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REGU...TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 1 SAMPAI DENGAN 7 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REGU...
TUGAS PERBANKAN SYARIAH RAPEM 1 SAMPAI DENGAN 7 - UNIVERSITAS MERCUBUANA REGU...
 
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf AminPidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa KH Maruf Amin
 
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literaturDigital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
Digital 126691 6115-analisis perbedaan-literatur
 
12. Muamalah.pptx
12. Muamalah.pptx12. Muamalah.pptx
12. Muamalah.pptx
 
Akuntansi syariah
Akuntansi syariahAkuntansi syariah
Akuntansi syariah
 
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxMilenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
 
Bank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalBank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensional
 
Bank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalBank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensional
 
Bank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalBank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensional
 
Bank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensionalBank syari’ah vs bank konvensional
Bank syari’ah vs bank konvensional
 
Penyuluhan Koperasi Syariah Dasar
Penyuluhan Koperasi Syariah DasarPenyuluhan Koperasi Syariah Dasar
Penyuluhan Koperasi Syariah Dasar
 
Kamus populer keuangan syariah pkes
Kamus populer keuangan syariah pkesKamus populer keuangan syariah pkes
Kamus populer keuangan syariah pkes
 
Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah
Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi SyariahKamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah
Kamus Populer Keuangan dan Ekonomi Syariah
 

More from Gus Alwy Muhammad

More from Gus Alwy Muhammad (10)

Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporer
Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporerHarta kena zakat, perspektif fiqih kontemporer
Harta kena zakat, perspektif fiqih kontemporer
 
Simpul simpul fiqih ekonomi
Simpul simpul fiqih ekonomiSimpul simpul fiqih ekonomi
Simpul simpul fiqih ekonomi
 
Harta Kena Zakat, Perspektif Fiqh Kontemporer
Harta Kena Zakat, Perspektif Fiqh KontemporerHarta Kena Zakat, Perspektif Fiqh Kontemporer
Harta Kena Zakat, Perspektif Fiqh Kontemporer
 
Pegadaian syari’ah
Pegadaian syari’ahPegadaian syari’ah
Pegadaian syari’ah
 
Pasar modal syari’ah
Pasar modal syari’ahPasar modal syari’ah
Pasar modal syari’ah
 
Teori produksi ppt
Teori produksi pptTeori produksi ppt
Teori produksi ppt
 
Lelang
LelangLelang
Lelang
 
Pengembangan harta menurut islam
Pengembangan harta menurut islamPengembangan harta menurut islam
Pengembangan harta menurut islam
 
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamSejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariah
 

Recently uploaded

Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxWahyuSolehudin1
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxMarto Marbun
 
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANGilbertFibriyantAdan
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Adam Hiola
 
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...RobertusLolok1
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 

Recently uploaded (6)

Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
 
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
 
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 

Hukum ekonomi stain ta

  • 1. Hukum Ekonomi, Bisnis dan Lembaga Keuangan Syariah
  • 2. SILABI KULIAH • Tujuan Perkuliahan – Mahasiswa memahami hukum normatif dan positif yang berkaitan dengan ekonomi, bisnis dan lembaga keuangan syariah meliputi: bank syariah, lembaga keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana syariah, obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, pasar modal syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dan dana pensiun lembaga keuangan syariah.
  • 3. MATERI KULIAH • Pendahuluan • Pengertian Hukum Ekonomi, Bisnis dan Lembaga Keuangan Syariah • Bisnis Syariah • Struktur Bisnis dan Lembaga Keuangan Syariah • Peraturan dan Operasional bank syariah, • Peraturan dan Operasional lembaga keuangan mikro syariah, • Peraturan dan Operasional asuransi syariah dan reasuransi syariah, • Peraturan dan Operasional pegadaian syariah, • Peraturan dan Operasional pasar modal syariah, • Peraturan dan Operasional obligasi syariah atau sukuk • Peraturan dan Operasional pembiayaan syariah, • Peraturan dan Operasional dana pensiun lembaga keuangan syariah.
  • 4. PENDAHULUAN: Hukum Materil Hukum materil ekonomi syariah saat ini adalah fiqh para fuqaha’, fatwa DSN yang sudah dan belum diposivitivisasi oleh BI dan sedikit peraturan perundang-undangan. Diharapkan putusan hakim berdasarkan istinbath al-hukm dan ijtihad terbatas dan penggunaan metode tarjih dapat mengisi kekosongan peraturan perundang-undangan dalam bidang ini sebagai judge’s making law. 4
  • 5. Fenomena Baru Selama ini kewenangan PA menyangkut sengketa di antara orang Islam, tetapi dalam sengketa ekonomi syariah juga menyangkut non-muslim yang menundukkan diri kepada akad-akad berdasarkan prinsip2 syariah. Gejala ini juga menunjukkan keluasan dan keluwesan syariah seperti disinggung oleh al-Qardhawi. Akad adalah konstitusi bagi para pihak, yang menjadi fokus pertama penyelesaian semua sengketa ekonomi syariah. Ada kesamaan kontrak dalam sistem hukum Islam dengan sistem hukum lain, misalnya sistem common law. 5
  • 6. Syariat Islam Sbg Hukum Hidup Perkembangan hukum ekonomi syariah adalah indikator hukum Islam atau syariah sebagai hukum yang hidup di negeri ini. Hukum ekonomi syariah dipakai oleh pelaku ekonomi, mendapat perhatian dari lembaga keuangan, keulamaan, peradilan dan pemerintah, tetapi dilihat dari minimnya peraturan perundang- undangan dalam bidang ini mendapat resepsi yang lamban dari legislator Indonesia. 6
  • 8. Hukum Ekonomi Syariah • Hukum ekonomi syariah kontemporer merupakan gabungan antara reformasi hukum ekonomi konvensional dan fiqh mu’amalat modern. • Tidak mengherankan bila bidang ini merupakan suatu yang baru bagi peradilan Indonesia mengingat minimnya peraturan perundang- undangan dan prakek peradilan. 8
  • 9. Nama Lain • Hukum ekonomi syariah juga dikenal dengan nama hukum bisnis syariah, fiqh at-tijari wa al- mu’amalat, kitab al-amwal wa al- buyu’, • Hukum keuangan syariah dan Islamic law of commerce and trade. Serupa tapi tak sama. 9
  • 10. LATAR BELAKANG • Geliat pemikiran dan praktek ekonomi Islam belakangan ini sedang mencuat. Hal ini muncul sebagai reaksi terhadap praktek ekonomi konvensional yang telah menjadikan masalah ekonomi. • Islam ssebagai agama yang komprehensi dan universal, tentu memiliki konsep-konsep dasar dan praktik ekonomi. • Terlebih lagi adalah yang berkaitan dengan hukum ekonomi, ajaran Islam sangat sarat dengan hukum Islam • Indikator lain tentang kepedulian Islam terhadap persoalan ekonomi dan keuangan, ialah kenyataan yang menunjukkan bahwa di dalam al-Qur’an, yang menjadi sumber utama dan pertama hukum Islam, terdapat sejumlah ayat yang mengatur persoalan-persoalan hukum ekonomi dan keuangan (ayat al-iqtishadiyyah wa-al-maliyyah).
  • 11. • Menurut kesimupulan Abdul Wahhab Khallaf, paling sedikit ada 10 ayat hukum dalam al-Qur’an yang berisikan norma-norma dasar hukum ekonomi dan keuangan • Mahmud Syauqi al-Fanjari dalam konteks yang agak luas memprakirakan ayat-ayat ekonomi dan keuangan dalam al-Qur’an berjumlah 21 ayat yang secara langsung terkait erat dengan soal-soal ekonomi. • Berlainan dengan Khallaf yang sama sekali tidak menunjukkan ayat-ayat mana saja yang ia maksud dengan 10 ayat al-iqtishadiyyah wa-al-maliyyah di atas,
  • 12. • al-Fanjari secara eksplisit menyebutkan satu demi satu ke- 21 ayat ekonomi yang dimaksudkannya, yaitu: – al-Baqarah (2): 188, 275 dan 279; – An-Nisa (4): 5 dan 32; – Hud (11): 61 dan 116; – Al-Isra’ (17): 27; – An-Nur (24): 33; – Al-Jatsiyah (45): 13; – Adz-Dzariyat (51): 19; – An-Najm (53): 31; – Al-Hadid (57): 7; – Al-Hasyr (59): 7; – Al-Jumu`ah (62): 10; – Al-Ma`arij (70): 24 dan 25; – Al-Ma`un (107): 1, 2, dan 3.
  • 13. Kitab Hadis • Kitab hadis yang dimaksudkan adalah Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al- Asqalani (733 – 852 H). • Dalam kitab Bulugh al-Maram, yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa (di antaranya Inggris dan Indonesia) dan telah disyarah (dikomentari) oleh sejumlah pensyarah, ini terdapat kitabul-buyu` (kitab perdagangan) yang memuat 192 hadis hukum tentang ihwal ekonomi dan bisnis yang dikemas ke dalam beberapa bab. Selengkapnya adalah sebagai berikut:
  • 14. • Bab as-syuruth al-buyu` wa-ma nuhiya `anhu (bab tentang syarat-syarat jual-beli dan hal-hal yang terlarang dari padanya), atau conditions of business transactions and those which are forbidden (46 hadis); • Bab al-khiyar (bab tentang hak memilih pelaku akad untuk meneruskan atau membatalkan akadnya), atau reconditional bargains (3 hadis); • Bab ar-riba (bab tentang riba), atau usury (18 hadis); • Bab ar-rukhshah fil-`araya wa-bai`il-ushuli watstsimar (kelonggaran tentang berbagai pinjaman dan jual-beli pepohonan dan buah-buahnya), atau licence regarding the sale of `Araya and the sale of trees and fruits (7 hadis); • Bab as-salam wal-qardhi war-rahni (bab tentang jual-beli salam, pinjam-meminjam dan gadai), atau payment in advance, loan and pledge (10 hadis); • Bab at-taflis wa-al-hajr (bab tentang pailit dan penahanan harta seseorang), atau insolvency and seizure (10 hadis);
  • 15. • Bab as-shuluh (bab tentang perdamaian), atau reconciliation (4 buah hadis). • Bab al-hawalah wad-dhaman (bab tentang pemindahan hutang dan tanggungan/jaminan pembayaran hutang), atau transference of a debt to another and surety (4 hadis); • Bab as-syirkah wal-wakalah (bab tentang Persekutuan dan perwakilan), atau partnership and agency (8 hadis); • Bab al-iqrar (bab tentang – pernyataan – pengakuan), confession (1 hadis); • Bab al-`ariyah (bab tentang pinjaman), atau loan (5 hadis); • Bab al-ghashb (bab tentang mengganggu hak orang lain), atau wrongful appropriation (6 hadis);
  • 16. • Bab as-syuf`ah (bab tentang hak pilihan untuk membeli harta yang dimiliki secara bersekutu), atau option to buy neighbouring property (6 hadis); • Bab al-qiradh (bab tentang peminjaman modal kepada orang lain dengan motif bagi untung antara pemilik modal dan yang menggunakan modal), atau giving someone some property to trade with, the profit being shared between the two but any loss falling on the property (2 hadis); • Bab al-masaqah wal-ijarah (bab tentang pemeliharaan kebun dan upah atau gaji), atau tending palm-trees and wages (9-10 hadis); • Bab Ihya’ al-mawat (bab tentang penggarapan/pengelolaan tanah tidak bertuan), atau bringing barren lands into cultivation (5-6 hadis);
  • 17. • Bab al-waqf (bab tentang wakaf), atau mortmain (3 hadis); • Bab al-hibah, wa-al-`umra, wa-ar-ruqba (bab tentang hibah, umra dan penjaga upahan), atau gifts, life-tenancy, and giving property which goes to the survivor (11 hadis); Bab al-luqathah bab tentang luqatah), atau finds (6 hadis); • Bab al-fara’idh (bab tentang kewarisan), atau shares inheritance (13 hadis); • Bab al-washaya (bab tentang wasiat), atau wills (6-7 hadis); • Bab al-wadi`ah (bab tentang penitipan), atau trust (satu hadis).
  • 18. • Selain kitab hadis Bulugh al-Maram yang disebutkan di atas, masih banyak lagi buku-buku hadis lainnya — terutama hadis-hadis hukum – yang hampir atau bahkan semuanya memuat hadis-hadis tentang ekonomi dan keuangan (al-hadits al-iqtishadiyyah wa-al-maliyyah). • Terutama di dalam kitab-kitab hadis yang tergabung dalam kelompok kutub as-sunan – berikut syarahnya – semisal: • Sunan al-Awza`i, karya besar al-Imam Abdurrahman bin Amr al-Awza`i (88 – 157 H), • Sunan Abi Dawud, karya monumental al-Imam al-Hafizh Abi Dawud Sulaiman ibn al-Asy`ats as-Sijistani al-Azdi (202 – 275 H), • Sunan an-Nasa’i, karya terpopuler al-Hafizh Abu Abdirrahman bin Dinar an-Nasa’i (214/215-303 H), • Sunan at-Tirmidzi, karangan ternama al-Imam al-Muhaddits Abu `Isa Muhammad bin `Isa bin Saurah at-Tirmidzi (209- 279 H), • Sunan ad-Dar Quthni, karya besar al-Imam al-Kabir Ali bin Umar ad-Dar Quthny (305 – 385 H) dan lain-lain.
  • 19. Kitab Fiqh • Pembahasan ekonomi Islam/Syariah akan semakin terasa meluas dan mendalam tatkala kita membaca literatur-literatur Islam yang lain terutama dalam berbagai kitab fiqih (hukum Islam) yang jumlahnya tidak lagi puluhan apalagi belasan; akan tetapi, telah mencapai ratusan dan bahkan ratusan ribu. • Hampir atau bahkan semua kitab fikih — terutama yang bersifat umum dan berukuran tebal apalagi berjilid-jilid — pasti membahas persoalan muamalah khususnya dalam bidang ekonomi dan keuangan
  • 20. • Selain kitab-kitab fikih yang membahas berbagai persoalan hukum Islam dalam bentuknya yang bersifat umum dan komprehensif, juga teramat banyak kitab-kitab fikih – klasik maupun kontemporer – yang secara spesifik membahas ihwal ekonomi-bisnis dan keuangan ala Islam secara khusus. • Perhatikan misalnya karya Abi Abdul Qasim bin Salam (1408 H/1988 M), Kitab al-Amwal, dan buah pena Ahmad Isa Asyur, al-Fiqh al-Muyassar fil-Mu`amalat [t.t.]. Yang pertama merepresentasikan karya-karya fikih keuangan klasik; sedangkan yang kedua, mewakili kitab-kitab fikih ekonomi kontemporer. • Pendeknya, hukum ekonomi Islam sebagaimana dapat ditelusuri dalam berbagai literatur yang ada dan tersedia, memiliki jangkauan yang sangat luas. • Hanya saja, bagaimana cara kita menggali dan mengembangkan norma-norma hukum ekonomi Islam yang terserak-serak di dalam berbagai literatur dimaksud, inilah tantangan yang harus dijawab dan dicarikan solusinya.
  • 21. UNDANG-UNDANG yang terkait dengan Lembaga Ekonomi dan Bisnis Syariah
  • 22. Penjelasan Pasal 49 UU No. 3/2006 • Penjelasan Pasal 49 UU No. 3/2006 membagi ekonomi syariah kpd 11 macam dan salah satunya adalah bisnis syariah. • 10 macam ekonomi syariah yang juga ) sebenarnya juga adalah bisnis syariah – bank syariah, – lembaga keuangan mikro syariah, – asuransi syariah, – reasuransi syariah, – reksadana syariah, – obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, – sekuritas syariah, – pembiayaan syariah, – pegadaian syariah, dan – dana pensiun lembaga keuangan syariah – Bisnis syariah. 22
  • 23. Sejarah PerUUan • Legislator pada mulanya hanya berpikir ttg bank syariah. tetapi setelah didalamkan pandangan ternyata lembaga ekonomi syariah yang sudah mulai tumbuh di Indonesia mencapai 10 macam. Untuk mengcover semua bidang yang mungkin lahir di masa depan, maka dimasukkan tambahan terakhir berupa bisnis syariah, diharapkan dapat mencakup semua jenis usaha berbasis syariah . • 11 bidang tsb menyangkut harta, kekayaan dan uang secara umum, maka juga dinamakan hukum keuangan, dan ini juga didukung oleh perundang- undangan. 23
  • 24. . . . lanjutan • Penyelasan Umum UU No. 19/2008 Tentang Surat Berharga Syariah Indonesia atau Sukuk Negara menyatakan: ”Keuangan Islam didasarkan pada prinsip moralitas dan keadilan. • Oleh karena itu, sesuai dengan dasar operasionalnya yakni syariah Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits serta Ijma’, instrumen pembayaran syariah harus selaras dan memenuhi prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal, thayyib, dan maslahat. “ 24
  • 25. . . . lanjutan • “Selain itu, transaksi dalam keuangan Islam sesuai dengan syariah harus terlepas dari unsur larangan berikut: – (1) Riba, yaitu unsur bunga atau return yang diperoleh dari penggunaan uang untuk mendapatkan uang (money for money); – (2) Maysir, yaitu unsur spekulasi, judi, dan sikap untung-untungan; dan – (3) Gharar, yaitu unsur ketidakpastian yang antara lain terkait dengan penyerahan, kualitas, kuantitas, dan sebagainya . . .” 25
  • 26. Bisnis Syariah • Bisnis berasal dari kata Inggeris business. • Sebuah bisnis, disebut juga firm atau enterprise, adalah sebuah organisasi yang diakui secara hukum, dirancang untuk menyediakan barang2 dan pelayanan untuk konsumen. • Pemilik dan pelaksana bisnis memiliki sebuah tujuan utama yaitu menerima atau mengembangkan keuntungan finansial sbg imbalan kerja dan menanggung resiko. 26
  • 27. . . . lanjutan • Kata ‘bisnis’ secara etimologi berhubungan dgn keadaan busy (sibuk), paling kurang mempunyai tiga penggunaan, tergantung kpd cakupannya. – (1) berarti perusahaan tertentu atau korporasi, – (2) penggunaan umum menunjuk kpd sektor pasar tertentu seperti bisnis musik dan agribisnis, dan – (3) dlm pengertian luas termasuk semua kegiatan oleh komunitas pensuplai barang2 dan pelayanan. 27
  • 28. . . . lanjutan • Bisnis dapat digolongkan kpd bisnis pertanian (agriculture) dan pertambangan (mining) atau bisnis finansial, termasuk bank dan perusahaan2 yang menghasilkan keuntungan melalui investasi dan manajemen modal; atau bisnis informasi, hak milik intelektual (intellectual property), termasuk studio2 film, penerbit, perusahaan2 perangkat lunak; atau bisnis pabrik2 atau bisnis perumahan atau pekerjaan pengecer dan distributor atau bisnis pelayanan atau jasa hiburan; atau bisnis transportasi. pelayanan publik seperti listrik, pengolahan sampah dll 28
  • 29. . . . lanjutan • Sedangkan bisnis syariah adalah dunia usaha yang dilakukan berdasarkan prinsip2 syariah. Bisnis syariah adalah usaha bisnis yang dilakukan secara profesional untuk mendapatkan keuntungan sebesar- besarnya tetapi dengan memperhatikan prinsip halal-haram. 29
  • 30. Tijarah • Bisnis dalam kajian fiqh disebut tijarah (perdagangan). • Tijarah : “penukaran harta melalui jual-beli untuk tujuan mendapatkan keuntungan.” • Perdagangan: kegiatan ekonomi yg sah secara Islam bila dilakukan dgn cara yang halal. – “Wahai orang2 yang beriman! Jangan kalian memakan harta saudaramu dengan cara berdasarkan kebatilan kecuali melakukan tijarah (perdagangan) saling kerelaan di antara kalian.” (an-Nisa’ 29). 30
  • 31. . . . lanjutan • Tijarah juga dikenal dengan nama al-bay’ (jual beli), “yaitu penukaran harta dengan harta untuk tujuan memiliki dan menguasainya.” • Keduanya adalah penukaran harta dengan harta, tetapi pada tijarah, penekanan adalah pada mendapatkan keuntungan, walaupun dalam kenyataan tidak selalu mendapatkan keuntungan. 31
  • 32. . . . lanjutan • Tijarah= coomerce atau perdagangan (trade) atau produksi berhubungan dgn pertukaran barang dan pelayanan dari produsen kpd konsumen akhir. • Commerce terdiri dari sesuatu yang bernilai ekonomi seperti barang2, pelayanan, informasi atau uang antara dua atau lebih benda. • Commerce pada dasarnya untuk menunjukkan kegiatan jual-beli, sedangkan trade menunjuk kpd pertukaran jenis barang tertentu, misalnya perdagangan gula (sugar trade) atau perdagangan saham pasar bursa (trade on the stock-exchange) dll. 32
  • 33. FALSAFAH BISNIS • BISNIS KONVENSIONAL • BISNIS ISLAMI – Market Driven : – Bisnis harus memiliki nilai • Target Market ibadah, menjadi rahmatan • Customer Needs lil ‘alamin, untuk • Integrated Marketing mendapatkan Ridlo Allah • Profit through Customer – Sasaran Profit, Satisfaction Satisfaction (ridlo Customer) harus dibingkai Ridlo Allah • G = f (p, s, …) R
  • 34. BEKERJA & BISNIS BEKERJA (al-’Amal) Mendapatan Harta Mengembangkan Harta (Akhdu al-mal) (Tanmiyatul al-mal) BISNIS Usaha Sendiri) Usaha Bersama (Syirkah)
  • 35. KERANGKA BISNIS ISLAMI ALLAH IBADAH RIDLO RIDLO RIDLO STAKEHOLDE COMPANY CUSTOMER R RAHMAT RAHMAT
  • 36. KERANGKA PEMASARAN DALAM BISNIS ISLAMI ALLAH IBADAH RIDLO RIDLO RIDLO STAKEHOLDE COMPANY CUSTOMER R RAHMAT RAHMAT Creating Values & Market PERNIAGAAN = PEMASARAN
  • 37. PRINSIP DASAR PEMASARAN DALAM BISNIS ISLAMI RIDLO ALLAH EXCHANGE Satisfaction NEEDS VALUES CREATING
  • 38. PEMASARAN • Perhatikan olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh pintu rizki (HR. Ahmad) • Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan saling suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah maha Penyayang kepadamu (An Nisaa’ : 29) • Barang siapa yang memelihara silaturrahmi, maka Allah akan menganugerahkan rizki yang melimpah dan umur panjang (Al-Hadis)
  • 39. CREATING DEMAND : MELAKUKAN EDUKASI PASAR MELALUI PROMOSI HALAL & TOYYIB PROMO DESIRED Needs STATE Wants DESIRED STATE PROMO
  • 40. CREATING DEMAND • Activating Needs, hendaknya diarahkan pada dorongan suara hati yang bersumber dari asma’ul husna • Activating needs hendaknya diarahkan pada pemenuhan kebutuhan akan produk/values yang halal dan toyyib • Metode dan cara melakukan edukasi pasar hendaknya didasarkan nilai-nilai : Siddiq – Amanah - Tabligh
  • 41. SISTEM BISNIS ISLAMI INPUT : OUT-PUT : Enterpreneurship PROSES : Profit Keahlian SDI Penerapan Pertumbuhan Sumber Daya Ilmu Sustainability Manajemen Modal Berkah Manajemen Operasi/ Produksi; Keuangan, SDI, Pemasaran & Strategik
  • 42. ORGANISASI BISNIS ISLAMI •Refleksi sifat-sifat Allah = 99 asma’ul husna Allah •Refleksi fungsi akal dalam bisnis = pengembangan 12 fungsi baku perusahaan Fungsi Khusus F7 F6 F4 F2 Fungsi Umum F8 F11 F0 S0 S0 = Jml F9 Penjualan; Pendapatan & Laba F10 F5 F3 F1 F0=Transaksi; F1=Perebutan Pelanggan; F2=Produk; F3= Perenc Pemasaran; F4=Pernc. Produk; F5=Riset Pasar & pemasaran; F6= Riset Produk; F7=Personalia; F8=peralatan & perbekalan; F9= Manj. keuangan; F10=Akuntansi; F11=Inti manajemen
  • 43. FIQH MUAMALAH UNTUK BISNIS SYARIAH
  • 44. PRINSIP-PRINSIP MUAMALAH ISLAM Bidang yang diperbolehkan syari’ah Tadlis Bidang yang dilarang Taghrir Riba syari’ah Persaingan tidak sempurna Ikhtikar & bai’ najasy
  • 45. PENYEBAB TRANSAKSI DILARANG Penyebab dilarangnya transaksi Haram zatnya Haram selain Tidak sah akadnya zatnya 1. Darah 1. Tadlis 1. Rukunnya tidak 2. Bangkai (kecuali ikan terpenuhi & belalang) 2. Ikhtikar 2. Syarat tidak 3. Daging babi 3. Bai’ Najasy terpenuhi 4. Binatang yang 4. Taghrir (Gharar) disembelih tidak 3. Terjadi Ta’alluq menyebut asma Allah 5. Riba 4. Terjadi “2 in 1” 5. Khamer (minuman keras) 6. Risywah
  • 46. HARAM ZATNYA Transaksi dilarang karena obyek yang ditransaksikan juga dilarang Misalnya: minuman keras, bangkai (kecuali ikan dan belalang), babi Transaksi barang atau jasa yang demikian ini tetap haram walaupun akad jual-belinya sah. Contoh: Pembelian minuman keras dengan akad murabahah melalui Bank Syari’ah. (Zat barangnya haram, namun akadnya sah)
  • 47. HARAM SELAIN ZATNYA 1. Tadlis (melanggar prinsip “an taraddin minkum” Setiap transaksi dalam Islam harus dilandasi pada prinsip kerelaan kedua pihak yang bertransaksi Mereka harus memiliki informasi yang sama tentang barang/jasa yang diperjual belikan, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan Unknown to one party dalam bahasa fiqh disebut tadlis. Tadlis terjadi karena empat hal: a. Kuantitas  pengurangan timbangan b. Kualitas  penyembunyian kecacatan obyek c. Harga  memanfaatkan ketidaktahuan harga pasar d. Waktu penyerahan  penjual tidak mengetahui secara pasti barang akan diserahkan kepada pembeli
  • 48. HARAM SELAIN ZATNYA b. Taghrir (Gharar) Gharar adalah situasi dimana terjadi incomplete information karena adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi. Taghrir terjadi bila kita merubah sesuatu yang seharusnya bersifat pasti menjadi tidak pasti. Gharar/taghrir terjadi karena empat hal, yaitu: 1) Kuantitas  kasus ijon 2) Kualitas  menjual sapi masih dalam perut induknya 3) Harga  pengambilan margin 20% untuk 1 tahun atau 40% untuk 2 tahun 4) Waktu penyerahan  menjual barang hilang seharga Rp. X dan disetujui oleh pembelinya
  • 49. HARAM SELAIN ZATNYA 2. Melanggar prinsip “la tazhlimuna wa la tuzhlamun” Jangan menzalimi dan jangan dizalimi S2 Praktek yang melanggar prinsip ini adalah: a. Rekayasa pasar dalam Supply (Ikhtikar) S1 - Mengupayakan adanya kelangkaan barang P” dengan menimbun atau entry barier P’ - Menjual harga lebih tinggi dibandingkan harga sebelum munculnya kelangkaan D - Mengambil keuntungan lebih dibandingkan keuntungan sebelum kejadian I dan II Q2 Q1
  • 50. HARAM SELAIN ZATNYA b. Rekayasa Pasar dalam demand (Bai’ Najasy) Rekayasa pasar dalam demand terjadi bila seorang produsen/ pembeli menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga harga jual S1 produk akan naik. Cara ini dapat dilakukan dengan cara: P” 1) Penyerbaran isu P’ D2 2) Melakukan order pembelian D1 3) Pembelian pancingan sehingga tercipta sentimen pasar, bila harga sudah naik sampai level yang diinginkan, maka yang bersangkutan akan Q1 Q2 melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali obyek yang sudah dibeli
  • 51. HARAM SELAIN ZATNYA d. Riba Dalam ilmu fiqh dikenal jenis riba: 1) Fadl (riba buyu’) riba karena pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an bi sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). 2) Nasi’ah (riba duyun)  riba yang timbul akibat hutang-piutang yang tidak memenuhi kriteria untuk muncul renturn bersama risiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi la dhaman). Transaksi semisal ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban, hanya berjalannya waktu. Nasi’ah adalah memastikan sesuatu yang tidak pasti menjadi pasti 3) Qard dan Jahiliyah  hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang ditetapkan.
  • 52. RINGKASAN MENGENAI RIBA Tipe Riba Faktor penyebab Cara Menghilangkan Faktor Penyebab Riba Fadl Gharar (uncertain Kedua belah pihak harus memastikan to both parties) faktor berikut: 1) Kuantitas; 2) Kualitas; 3) Harga; 4) Waktu penyerahan Riba Nasi’ah Return tanpa Kedua belah pihak membuat kontrak yang risiko, pendapatan merinci hak dan kewajiban masing-masing tanpa biaya untuk menjamin tidak adanya pihak manapun yang mendapatkan return tanpa menanggung risiko, atau menikmati pendapatan tanpa menanggung biaya Riba Jahiliyah Memberi pinjaman Jangan mengambil manfaat apapun dari sukarela secara akad kebaikan (tabarru) komersiil, karena Kalaupun ingin mengambil manfaat maka setiap pinjaman gunakan akad bisnis (tijarah), bukan akad yang mengambil kebaikan (tabarru) manfaat adalah riba
  • 53. HARAM SELAIN ZATNYA e. Risywah Menyuap orang lain untuk meloloskan atau memudahkan urusan yang bersangkutan
  • 54. TIDAK SAH/LENGKAP AKADNYA Suatu transaksi yang tidak termasuk dalam kategori haram li dzatihi maupun haram li ghairihi, belum tentu serta merta menjadi halal. Sesuatu tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap. Suatu transaksi dikatakan tidak sah atau tidak lengkap akadnya bila terjadi salah satu atau lebih faktor berikut: 1) Rukun dan syarat tidak terpenuhi  Rukun jual beli meliputi: (a) Pelaku; (b) Obyek; © Ijab-qabul. Syarat jual beli, tidak: (a) Menghalalkan yang haram; (b) Mengharamkan yang halal; © Menggugurkan rukun; (d) Bertentangan dengan rukun; (e) Mencegah berlakunya rukun 2) Terjadi Ta’alluq  Terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan. Dengan maksud, berlakunya akad 1 tergantung pada akad ke 2. Dalam terminologi fiqh disebut bai’ al-’inah. 3) Terjadi two in one  Satu transaksi mewadahi dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian. Dalam terminologi fiqh disebut: shafqatain fi al-shafqah. Two in one terjadi karena: (a) obyek sama; (b) pelaku sama; © jangka waktu sama. Bila salah satu dari faktor tersebut tidak ada maka tidak terjadi two in one
  • 55. TEORI PERTUKARAN & PERCAMPURAN Berdasarkan tingkat kepastian hasil yang diperoleh, kontrak bisnis dapat dibedakan menjadi 1. Natural Certainty Contracts (Teori Pertukaran) 2. Natural Uncertainty Contracts (Teori Percampuran)
  • 56. TEORI PERTUKARAN DALAM ISLAM Natural Certainty Contracts/teori pertukaran, adalah kontrak dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktu. Dalam bentuk ini: Cash-flownya pasti atau sudah disepakati di awal kontrak Obyek pertukarannya juga pasti secara jumlah, mutu, waktu maupun harganya
  • 57. TEORI PERTUKARAN ‘AYN (aset riil) BI ‘AYN (aset riil) OBYEK ‘AYN (aset riil) BI DAYN (aset PERTUKARAN keuangan) DAYN (aset keuangan) BI DAYN (aset keuangan) NAQDAN WAKTU (Sekarang/Tunai) PERTUKARAN GHAIRU NAQDAN (Masa YAD)
  • 58. TEORI PERTUKARAN JENIS BEDA upah tenaga kerja yang dibayar dengan sejumlah beras Kasat Mata ‘AYN BI ‘AYN Kualitas dapat dibedakan Pertukaran kuda dengan kuda real asset (‘ayn) dengan real asset (‘ayn) JENIS SAMA Kasat Mata Kualitas tidak dapat dibedakan Jika tidak dapat dibedakan mutunya, pertukaran dibolehkan, jika: Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya) Mistlan bi mistlin (sama mutunya) Yadan bi yadin (sama waktu penyerahannya)
  • 59. TEORI PERTUKARAN Naqdan Salam Barang Order Al-Bai’ Istishna’ Mu’ajjal ‘AYN BI DAYN real asset (‘ayn) dengan financial Ijarah asset (dayn) Jasa Al-Ijarah Ju’alah
  • 60. TEORI PERTUKARAN Jenis sama Sawa-an bi sawa-in (sama jumlahnya) Uang Yadan bi yadin (diserahkan saat itu juga) Jenis Beda DAYN BI DAYN Yadan bi yadin (diserahkan saat itu juga) Pertukaran financial asset (dayn) dengan financial asset (dayn) Non-Uang Surat berharga
  • 61. TEORI PERCAMPURAN DALAM ISLAM Natural Uncertainty Contracts/teori percampuran adalah kontrak dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktunya. Tingkat returnnya bisa positif, negatif maupun nol. Kontrak-kontrak investasi ini secara sunatullah tidak menawarkan : Return yang tetap dan pasti. ` Sifatnya tidak fixed dan predetermined. Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik real asset maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama- sama untuk mendapatkan keuntungan. Dalam kontrak demikian ini, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama.
  • 62. TEORI PERCAMPURAN ‘AYN BI ‘AYN OBYEK PERCAMPURAN ‘AYN BI DAYN DAYN BI DAYN NAQDAN WAKTU PERCAMPURAN GHAIRU NAQDAN
  • 63. TEORI PERCAMPURAN ‘AYN BI ‘AYN BI DAYN BI ‘AYN DAYN DAYN Menyumbangkan keahlian Syirkah Jasa/keahlian (real asset) Percampuran financial asset ‘Abdan dicampur dengan uang (financial (dayn) dengan financial asset asset) Bentuk percampuran ini (dayn) disebut syirkah mudharabah Jika percampuran antara uang Seorang penyandang dana dengan uang dengan jumlah memberikan dana dan yang lain sama disebut syirkah memberikan reputasinya mufawadah; atau jumlah uang Bentuk percampuran ini disebut yang dipercampurkan syirkah wujuh jumlahnya berbeda disebut syirkah ‘inan.
  • 64. Regulasi Perbankan Syariah Dalam UU Perbankan Indonesia
  • 65. Perkembangan Landasan Hukum UU No 7/92 tentang Perbankan PP No 72/92 tentang Bank UU No 10/98 tentang Berdasarkan Bagi Hasil perubahan UU 7/92 UU No 21/08 tentang Dicabut dg PP perubahan UU 10/98 30/99 BANK SYARIAH
  • 66. DASAR PEMIKIRAN •untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang tidak mau dilayani oleh bank dengan sistem bunga •mengoptimalkan peran sektor perbankan dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat.
  • 67. Landasan Hukum Bank Indonesia adalah otoritas pengawasan perbankan (termasuk perbankan syariah): Pasal 29 (1) (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU No.10 Th.1998 ttng Perbankan: Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia Pasal 8 UU No.3/04 ttg Perubahan atas UUNo.23 Th.1999 ttng Bank Indonesia: Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut: a.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter b.Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran c.Mengatur dan mengawasi bank.
  • 68. Bank Umum dan BPR Syariah Pasal 1 ayat 3 (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU No.10 / 1998: Bank Umum: bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pasal 1 ayat 4 (UU.No.7/1992 sbgmn diubah dg) UU No.10 / 1998: BPR:bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
  • 69. Bank Umum dan BPR Syariah Pasal 6 huruf m UU No.10 Tahun 1998: “… Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain: a.Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah b.Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah; …”
  • 70. Pendirian Bank Syariah Pasal 16 UU No.10 Tahun 1998: Persyaratan dan tatacara pendirian bank umum dan BPR Syariah ditetapkan oleh Bank Indonesia – SK No.32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah – PBI No.4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002 ttg Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konv menjadi Bank Umum Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. – No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah (mencabut SK No.32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah) – PBI No. 7/35/PBI/2005 perubahan atas No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. – PBI No.6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang BPR Berdasarkan Prinsip Syariah
  • 71. Pendirian Bank Syariah Pendirian Bank Syariah 1. Izin Prinsip 2. Izin Usaha Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah 1. Izin Prinsip 2. Izin Perubahan Kegiatan Usaha
  • 72. Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank Umum Konvensional PBI No.4/1/PBI/2002 tanggal 27 Maret 2002 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional: – Pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS) – Pembukaan Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS) – Unit Syariah (US)
  • 73. Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank Umum Konvensional Pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS) dengan cara: – Membuka KCS baru – Mengubah KC konvensional menjadi KCS – Meningkatkan status KCPS menjadi KCS Wajib melaksanakan hal-hal sbb: – Membentuk Unit Usaha Syariah (UUS) – Membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) – Menyediakan modal kerja: = 2 M untuk KCS di wilayah Jabotabek = 1 M untuk KCS di luar wilayah Jabotabek
  • 74. Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank Umum Konvensional Pembukaan Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS) – Bertempat dan beralamat di KC atau KCP bank umum konvensional (tidak perlu membangun atau menyewa gedung kantor sendiri) – Menginduk kepada KCS dalam satu wilayah kerja BI (termasuk kliring) – Wajib mendapat izin dari BI – Menyediakan modal kerja minimal 500 J di wilayah Jabotabek dan 250 J di luar wilayah Jabotabek
  • 75. Pembukaan Kantor Bank Syariah oleh Bank Umum Konvensional Pembukaan Unit Syariah (US) – Merupakan bagian dari KC atau KCP konvensional – Transaksi Produk dan Jasa US dibukukan secara terpisah dari kegiatan konvensional – Wajib mendapat izin dari BI – Menyediakan modal kerja minimal 500 J di wilayah Jabotabek dan 250 J di luar wilayah Jabotabek – Dalam jangka waktu 3 tahun US harus sudah mengubah KC atau meningkatkan status KCP dimana US bertempat menjadi KCS
  • 76. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah Pasal 6, 7 dan 13 UU No.7 Tahun 1992 sbgmn telah diubah dlm UU No.10 Tahun 1998 mengatur kegiatan usaha bank secara umum Khusus untuk bank syariah, kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan adalah yang sesuai dengan Prinsip Syariah
  • 77. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah Pasal 1 angka 13 UU No.10 Th.1998 ttng Perbankan: Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)
  • 78. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah (BU) PBI No. 7/35/PBI/2005 perubahan atas No. 6/24/PBI/2004 ttg Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Pasal 36: Bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi: a. melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, antara lain 1. giro berdasarkan prinsip wadi’ah; 2. tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah dan atau mudharabah; atau 3. deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah; a. melakukan penyaluran dana melalui : 1. prinsip jual beli berdasarkan akad antara lain: a) murabahah; b) istishna; c) salam; 2. prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain: a) mudharabah; b) musyarakah; 3. prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain: a) ijarah; b) ijarah muntahiya bittamlik; 4. prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh;
  • 79. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah (BU) c.melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara lain: 1. wakalah; 2. hawalah; 3. kafalah; 4. rahn. d.membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip syariah; e.membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh Pemerintah dan/atau Bank Indonesia; f. menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah; g.memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan prinsip syariah;
  • 80. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah (BU) h. menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah; i. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah; j. melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah; k. memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip syariah; l. memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip syariah; m. melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan prinsip syariah; n. melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah; o. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syariah Nasional.
  • 81. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah (BU) Psal 37 : 1) Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Bank dapat pula : a) Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf; b) melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan berdasarkan prinsip syariah seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan; c) melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan d) bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. 2) Bank syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak sebagai penerima dana sosial antara lain dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah dan menyalurkannya sesuai syariah atas nama Bank atau lembaga amil zakat yang ditunjuk oleh pemerintah.
  • 82. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah (BU) Pasal 38 1. Bank wajib mengajukan permohonan persetujuan kepada Bank Indonesia atas produk dan jasa baru yang akan dikeluarkan. 2. Permohonan persetujuan atas produk dan jasa baru yang akan dikeluarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan fatwa dari Dewan Syariah Nasional. Pasal 39 1. Bank dilarang melakukan kegiatan usaha perbankan secara konvensional. 2. Bank dilarang mengubah kegiatan usaha menjadi bank konvensional.
  • 83. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah PBI No.6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang BPR Berdasarkan Prinsip Syariah Pasal 34 BPRS wajib melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah dan prinsip kehati-hatian yang meliputi: – menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah. melakukan penyaluran dana melalui transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istishna, ijarah, salam, jual beli lainnya. – pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah dan bagi hasil lainnya. – melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan UU Perbankan dan prinsip syariah. – Produk dan jasa baru wajib disetujui BI
  • 84. Kegiatan Usaha dan Produk Bank Syariah Pasal 36 • BPRS dilarang mengubah kegiatan usahanya menjadi BPR Konvensional. • BPRS dilarang melakukan kegiatan usaha secara konvensional
  • 85. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) Dalam rangka menjaga kegiatan usaha bank syariah agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah Penjelasan UU No.10 Tahun 1998 Pasal 6 huruf m : Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain: a.Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah; b.Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah c.Persyaratan bagi pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
  • 86. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) • DPS wajib mengikuti fatwa dari DSN • DPS adalah dewan yang ditempatkan di Bank Syariah yang keanggotaannya ditetapkan berdasarkan rekomendasi DSN yang bertugas mengawasi penerapan prinsip syariah dalam kegiatan usaha Bank. • Keanggotaan DPS harus mendapat persetujuan BI. • DSN merupakan dewan yang dibentuk oleh MUI merupakan satu- satunya badan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa syariah terhadap jenis-jenis kegiatan, produk, dan jasa keuangan syariah, serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga- lembaga keuangan di Indonesia
  • 87. PENUTUP • UU No.10 Tahun 1998: – mengakomodir legalitas hukum baik dari aspek kelembagaan dan kegiatan usaha bank syariah dengan jelas – menjadi landasan yuridis yang kuat bagi perbankan dan para pihak yang berkepentingan. • UU No.23 Tahun 1998 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004: – memberikan landasan hukum yang cukup kuat kepada Bank Indonesia untuk melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap perbankan Syariah. • Pengaturan hukum kegiatan usaha bank syariah secara “equal treatment regulations”. Namun demikian kadangkala terdapat pengaturan yang bersifat khusus terhadap kegiatan usaha bank syariah yang disesuaikan dengan karakter usaha bank Syariah.
  • 88. PENUTUP • Standarisasi dalam penerapan akuntansi dan audit bank Syariah yang diperlakukan secara khusus sebagaimana ditentukan dalam standar internasional untuk akuntansi dan audit lembaga keuangan syariah yang diterbitkan oleh AAOIFI Bahrain. • Dalam kegiatan usaha bank syariah peranan DPS juga sangat penting dalam rangka menjaga kegiatan usaha bank syariah agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah. • DPS harus independen dan terdiri dari para pakar Syariah Muamalah yang juga memiliki pengetahuan dasar bidang perbankan. • Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari DPS wajib mengikuti fatwa DSN. • DSN merupakan badan independen yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa syariah terhadap produk dan jasa lembaga keuangan syariah di Indonesia.
  • 89. Dewan Pengawas Syariah Untuk memastikan usaha ekonomi atau bisnis syariah sesuai rinsip syariah di Indonesia, telah dibentuk Badan Pengawas Syariah (LPS), antara lain melalui Undang-Undang No. 40/2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang No. 21/2008 Tentang Perbankan Syariah. 89
  • 90. . . . lanjutan Pasal 109 UU No. 40/2007: (1) Perseroan yg menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah. (2) DPS sbgmana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh RUPS atas rekomendasi MUI. (3) DPS sbgmana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasehat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai prinsip syariah. 90
  • 91. . . . lanjutan Pasal 32 UU No. 21/2006: (1) DPS wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS. (2) DPS sbgmana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi MUI. (2) DPS sbgmana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dgn Prinsip Syariah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan DPS sbgmana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan PBI. 91
  • 92. Permasalahan DPS a.l. Di antara permasalahan DPS: perannya yang terbatas dlm mengawasi praktek keuangan syariah karena anggota DPS pada umumnya adalah ahli syariah tetapi bukanlah praktisi keuangan syariah dan mereka tidak bekerja purna waktu. Juga disinyalir praktek yang tidak syariah dlm lembaga2 ini, misalnya melalui margin yang dipahami oleh sebagian pengamat sbg bentuk lain dari bunga atau riba yang terlarang dalam ekonomi syariah. 92
  • 93. . . . lanjutan Hakim harus teliti melihat praktek perjanjian berdasarkan prinsip syariah dalam kasus yang diajukan ke pengadilan, missalnya bila ada gugatan pembatalan akad oleh pihak dlm hal akad tidak murni berdasarkan syariah. 93
  • 94. Contoh Kasus Antara lembaga keuangan Islam di Dubai (Emirat Arab) sbg Pihak I dan sebuah perusahaan farmasi di Bangladesh sbg Pihak II. melakukan akad mudharabah bagi pembelian sejumlah alat farmasi oleh Pihak I untuk Pihak II. Pihak I mendapat keuntungan bagi hasil dari pembelian ini dan Pihak II membayar ansuran hutang setiap bulan plus prosentasi keuntungan bagi hasil perbulan kepada Pihak I. 94
  • 95. . . . lanjutan Setelah kontrak berjalan, perusahan farmasi kemudian tidak mau melunasi cicilan dgn pertimbangan bunga terselubung, karena itu perjanjian batal demi hukum. Pihak I membawa kasusnya ke pengadilan Inggeris sesuai bunyi kontrak. Akhirnya pengadilan London menerima gugatan tsb berdasarkan hukum umum, dan bukan prinsip syariat Islam yang tidak dikenal di pengadilan Inggeris, bahwa orang yang berhutang wajib membayar hutangnya sesuai syarat2 perjanjian. 95
  • 96. LPS Sudan LPS yang cukup bagus misalnya terdapat di Sudan dengan nama Hay’ah ar-Riqabah asy- Syari’iyyah. Bila ditemukan praktek tidak syariah, misalnya unsur bunga atau riba, maka bunga atau riba tsb tidak dibayarkan kepada pihak, tetapi disalurkan ke rekening khusus milik negara untuk tujuan dana kebajikan. Bila praktek tsb disebabkan karena pasal perundang-undangan tertentu, maka LPS mengusulkan perubahan pasal tsb kepada pemerintah dan DPR. 96