Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai pengertian, jenis-jenis, dan pengukuran hutang lancar. Terdapat 10 jenis hutang lancar yang dijelaskan secara singkat yaitu hutang usaha, wesel bayar, hutang jangka panjang yang jatuh tempo, kewajiban jangka pendek yang diharapkan didanai kembali, hutang deviden, deposito yang dapat dikembalikan, pendapatan yang diterima dimuka, hutang pajak penjualan
3. PENGERTIAN UTANG LANCAR
Hutang lancar adalah kewajiban yang lukuidasinya di perkiran secara layak
memerlukan penggunaan sumber daya yang ada diklasifikasikan sebagai aktifa lancar,
atau penciptaan kewajiban lancar lain.
Macam-macam hutang lancar :
Hutang usaha
Wesel bayar
Hutang jangka panjang yang jatuh tempo
Kewajiban jangka pendek yang diharapkan didanai kembali
Hutang deviden
Deposito yang dapat dikembalikan
Pendapatan diterima dimuka
Hutang pajak penjualan/pendapatan
Kewajiban kepada karyawan
4. PENGUKURAN UTANG LANCAR
Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun
tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis,
yaitu:
1) Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh: dari hutang
ini adalah nominal dari wesel atau obligasi.
2)Hutang yang jumlahnya harus di estimasi. Dilihat dari
kepastian nya, hutang ini pasti terjadi namun jumlahnya
belum diketahui secara pasti. Hutang garansi merupakan
contohnya
3)Hutang bersyarat (contingent liability) yaitu suatu
hutang yang akan muncul jika terjadi kejadian lain.
Contohnya perusahaan di tuntut dipengadilan oleh
perusahaan lain.
5. Pengukuran utang lancar
Hutang diakui bila transaksi yang m enimbulkan kewajiban telah terjadi,
AFB (Statement nomor 4, paragraph 181) dan FASB (SFAC 5 paragraf
67) menyatakan bahwa hutang diukur berdasarkan jumlah uang pada
suatu transaksi. Kewajiban baru dapat diakui bila memenuhu criteria.
1. Memenuhi definisi suatu kewajiban
2. Dapat diukur
3. Relevan
4. Dapat diandalkan
Kewajiban biasanya timbuh dan diakui hanya kalau aktiva telah diserahkan
atau perusahaan telah membuat perjanjian yang tidak dapat dibatalkan untuk
membeli aktiva.
Dengan, demikian besarnya nilai hutang tersebut harus di diskontokan
dengan tingkat bunga tertentu dengan rumus:
PV= 𝐹(1 + 𝑟)−1
6. 1.Hutang Usaha
Hutang usaha atau hutang dagang adalah
saldo yang terhutang kepada pihak lain baik
berupa barang , supplies ataupun jasa yang di
beli dengan secara kredit. Penilaian yang
dilakukan didasarkan pada jumlah pesanan
(invoice). Pencatatan hutang dagang atau hutang
usaha bisa dilakukan atas dasar net atau gross.
7. Jika hak telah beralih sebelum barang diterima , maka transaksi di catat
setelah hak di terima pembeli.
Pencatatan pada saat terjadi nya hutang dagang.
Format jurnal pada hutang lancar
Jurnal pada saat terjadi nya pelunasan hutang dagang
Hutang dagang xxx
Kas xxx
Persediaan xxx
Hutang dagang xxx
8. 2. Hutang wesel
perusahaan kadangkala menerbitkan sebuah promes atau janji tertulis
untuk membayar uang pada tanggal tertentu. Dilihat dari ada atau tidak nya tarif
bunga yang harus di bayar, noters dapat dibagi kedala hutang wesel berbunga
dan hutang wesel tak berbunga. Hutang wesel berbunga merupakan hutang wesel
yang penerbitan nya disamping harus membayar nominal wesel juga harus
membayar bunga.
3. Hutang wesel berbunga (Interest Bearing Notes Payable)
Misalkan perusahaan pada tanggal 2 april 2004 perusahaan menerbitkan
sebuah promes nilai nominal Rp. 1.000.000,00 bunga 12% setahun yang akan jatuh
tempo 30 juni 2004 sebagai pelunasan hutang usaha. Jurnal yang dibuat pada
tanggal 2 april adalah sebagai berikut.
9. 4. Wesel Bayar tak berbunga secara eksplisit
Dalam wesel tak berbunga, penerbit promes hanya membayar nilai nominal,
dengan demikian nilai nominal merupakan nilai pada saat jatuh tempo
untuk tujuan pengukuran , wesel tersebut didiskontokan dalam jumlah
dilaporkan di neraca adalah sebesar nilai sekarang yaitu niali nominal
dikurangi diskonto nya.
Nilai sekarang dari hutang wesel ini kadang kala mudah diketahui, misalkan
pada tanggal 30 desember 2003 perusahaan menyerahkan wesel tak
berbunga nominal Rp. 100.000.000,00 kepada seorang kreditur untuk
melunasi hutang perusahaan kepada nya sebesar Rp. 90.000.000,00 jika
diserahkan promes (hutang wesel) tersebut adalah nilai hutang yang
dilunasi yaitu Rp. 90.000.000,00 jatuh tempo wesel 30 agustus 2004
Jurnal yang dibuat adalah:
10. 5. hutang jangka panjang ynga jatuh tempo
Hutang jangka panjang seoerti obligasi, hipotik maupun wesel
yang akan jatuh tempo pada tahun fiskal berikutnya akan di
akui sebagai jutang lancar. Adapun hutang jangka panjang
yang tidak diakui hutang lancar yaitu :
a. Dilunasi dari penerbitan hutang yang baru
b. Dikonversi menjadi hutang saham
c. Dilunasi dengan menggunakan aktiva yang terakumulasi
11. 6. kewajiban jangka pendek yang diharapkan di danai kembali
Adalah hutang yang dijadwalkan akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun setelah tanggal neraca perusahaan . beberapa kewajiban
jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas dasar jangka
panjang dan karena itu dipekirakan tidak memrlukan penggunaan
modal kerja selama tahun berikutnya.
Kriteria pendanaan kembali
Kriteria otorotif untuk menentukan situasi dimana kewajiban
jangka pendek dapat secara layak dikeluarkan dari kewajiban
lancar
12. Suatu perusahaan diharuskan mengeluarkan kewajibanjangka pendek dari
kewajiban lancar jika kedua kondisi berikut terpenuhi :
1. Memilik rencana untuk mendanai kembali kewajiban atas dasar dasar jangka
panjang
2. Menunjukkan kemampuan untuk melaksanaan pendanaan kembali, kemampuan
tersebut dapar ditunjukkan dari :
3. Mendanai kembali secara aktual kewajiban jangka pendek dengan
menerbitkan kewajiban jangka panjang atau sekuritas ekuitas setelah
tanggal neraca, tetapi sebelum neraca tersebut di terbitkan .
4. Melakukan perjanjian pendanaan yang jelasmengizinkan perusahaan untuk
mendanai kembali hutang atas dasar jangka pnajng pada syarat-syarat yang
dapat ditentukan.
13. 7. Hutang deviden
Adalah kewajiban perusahaan kepada pemegang saham karena
mengumumkan pembagian laba berupa kas dan aktiva lain. Deviden menjadi hutang
pada saat diumumkan oleh dewan direksi perusahaan. Hutang deviden tidak bertambah
seperti halnya hutang obligasi.
Dalam pembagian deviden, perusahaan mengumumkan secara resmi berapa jumlah
yang akan dibagikan dan setelah itu baru dilakukan pembayaran. Dengan adanya
pengumuman ini, maka pada saat itu perusahaan sudah memunyai kewajiban kepada
para pemegang saham sebesar jmlah deviden yang telah diumumkan dan deviden itu
baru lunas setelah deviden dibayarkan
Kewajiban pengumuman ini diakui sebagai kewajiban lancar sebesar jumlah yang akan
dibayarkan. Contoh timbulnya kewajiban :
Pada tgl 31 desember 2010 PT. “WIBOWO” mengumumkan pembagian deviden Rp.
1.000 per lembar saham untuk jumlah lembar saham yang beredar 10.000 lembar.
Pembayaran akan dilakukan mulai tanggal 15 januari 2011.
14. Mulai tanggal 15 januari 2011.
Transaksi ini akan dicatat sbb :
1. Pada waktu pengumuman
Laba yang ditahan Rp. 10.000.000,-
Hutang deviden Rp. 10.000.000,-
1. Pada waktu deviden dibayarkan
Hutang deviden Rp. 10.000.000,-
Kas Rp. 10.000.000,-
15. 8. Deposito yang dapat dikembalikan
yaitu deposito kas yang diterima dari pelanggan dan karyawan untuk menjamin
Pelaksanaan kontrak atau jasa sebagai jaminan untuk menutuppembayaran kewajiban
Yang diharapkan dimasa depan. Klasifikas deposito yang dapat dikembalikan sebagai
hutang Lancar dan tidak lancar tergantung pada waktu antara tanggal deposito
dan pemutusan Hubungan yang memasyarakatkan deposito.
Contoh deposito yang akan dikembalikan :
1. Perusahaan telepon seringkali mensyaratkan sejumlah deposito untuk pemasangan
telepon
2. Deposito juga dapat diterima dari pelanggan sebagai jaminan untuk kemungkinan
kerusakan atas property yang ada ditangan pelanggan.
16. 9. Pendapatan yang diterima dimuka
Perusahaan kadang menerima pembayaran untuk barang atau jasa yang
belum diberikan. untuk penerimaan jenis ini, perusahaan harus memasukkannya
kedalam pos utang, karena perusahaan mempunyai kewajiban untuk
memberikan barang atau jasa diwaktu yang akan datang.
contoh:
PT. D menerima pembayaran Rp 50 juta untuk barang dagangan
yang dipesan konsumen, barang dagangan tersebut harus dikirim
akhir bulan depan.
17. 10. Hutang kontijensi
Istilah kewajiban kontingensi merupakan kewajiban potensial di masa yang akan
datang yang memungkinkan dapat terjadi. Kewajiban ini berbeda dengan
kewajiban yang diestimasikan, yaitu kewajiban yang memang ada namun jumlah,
tanggal jatuh temponya dan atau pelunasannya tidak pasti. Jenis kewajiban
kontingensi itu meliputi:
1) Perkara hukum yang belun diputuskan
Perkara hukum terhadap suatu perusahaan dicatat sebagai kewajiban
kontingensi dan berakhir bila tuntutan hasil perkara itu diselesaikan (yaitu
semua sudah sepakat, diselesaikan di luar pengadilan). perkara hukum yang belum
diputuskan pada saat tanggal neraca umumnya dimasukan dalam bentuk catatan
kaki tanpa mencantumkan nilainya.
18. 2) Endorsemen
Bila kesepakatan berkaitan dalam mendiskontokan wesel bayar atau menjual
piutang dagang, maka perusahaan menjamin hutang itu dan menjadi terhutang bila
debitur yang semula tidak melunasi.
3) Pajak pendapatan
Jika IRS tidak mengakui pengembalian pajak perusahaan sebagaimana yang
dilaporkan dan menimbulkan pajak tambahan, maka kewajiban kontingensi perlu disajikan
untuk tujuan pemeriksaan. penjelasan khusus perlu diberikan, namun sering dimasukan
pula catatan kaki mengenai pemeriksaan dari IRS dan surat ketetapan kewajiban pajak
selama beberapa tahun. kecuali dalam kasus penyelewengan atau tidak mengis
pengembalian pajak, ketentuan pembatasan mencegah IRS tidak melakukan auditing
lebih dari tiga tahun.
19. Dalam penyajian kewajiban kontingensi, tujuan utamanya adalah untuk penjelasan yang
layak atas kontingensi tersebut dan jika dapat ditaksir jumlahnya, sebaiknya nilainya
dicantumkan. Penjelasan dalam laporan keuangan dapat dilakukan berupa :
a) Penjelasan lebih lanjut setelah nama perkiraan,
b) catatan kaki,
c) memasukan item itu diantara kewajiban tanpa menunjukan nilai atau
d) apropriasi dari laba yang ditahan
20. Cara penyajian hutang lancar pada laporan keuangan neraca
Dalam laporan keuangan neraca hutang lancar disajika dengan cara :
1. Setiap jenis hutang lancar harus disajikan terpisah (cut off) dari jumlah yang material,
2. Hutang terhadap perusahaan afillasi, pemegang saham, karyawan perusahaan harus dipisahkan
dari hutang kepada pihak ketiga yang independent,
3. aktiva yang dijaminkan dalam penarikan hutang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan,
4. Aktiva dan hutang lancar tidak boleh digabungkan penyajiannya kedalam jumlah netto,
5. Hutang bersyarat harus dijelaskan didalam neraca,
6. Disajikan sesuai likuiditasnya, sama seperti aktiva, hutang lancar yang dapat dengan segera
dibayar maka disajikan dalam urutan yang paling diatas,
7. Dilaporkan pada sisi sebelah kanan neraca.