Dokumen tersebut membahas mengenai kedudukan hukum wanita Indonesia di Hindia Belanda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah sistem hubungan keluarga (matrilineal, patrilineal, parental), faktor sosial dan ekonomi, hukum adat, pembagian peran antara suami dan istri, serta sistem pertanian yang mempengaruhi pembagian kerja antara petani pria dan wanita.
3. Pengaruh Sistem Hubungan Keluarga
Kedudukan hukum wanita Indonesia langsung
terpengaruh oleh sistem susunan keluarga yang
berlaku
Bentuk susunan keluarga yang berlaku di
Indonesia yaitu : Matrilineal (di
Minangkabau), Patrilineal (di Sumsel,dll) dan
Parental (di daerah kolonisasi)
4. Pengaruh Faktor-faktor Sosial dan Ekonomi
Faktor sosial dan ekonomi mempengaruhi
kedudukan seseorang pada suatu sistem
keluarga (seperti di Minangkabau)
Pemilihan bentuk perkawinan erat huungannya
dengan keadaan sosial dan ekonomis
Pengaruh atas kedudukan dalam kehidupan umum
wanita ditentukan oleh asing atau tidaknya ia
didalam keluarga
5. Kedudukan Hukum Wanita Indonesia di
Dalam Kehidupan
Perkawinan, bukan merupakan urusan individual
saja, tetapi juga kelompok yang lebih besar
Hukum adat melindungi perkawinan dari pihak
ketiga dengan ancaman hukuman dan sanksi
Ditinjau dari kesejahteraan kelompok dan
masyarakat hukum, perkawinan dan keluarga
terbukti merupakan kepentingan kelompok
6. Hubungan, Hak dan Kewajiban Suami-Istri di
Dalam Keluarga
Suami dan istri dalam keluarga saling
berkomplemen dalam membentuk keluarga yang
harmonis
Suami memiliki peran memimpin dan
melindungi, sedangkan istri yang dipimpin
Hak dan kewajiban istri terpusat pada hal yang
bersifat intern
Hak dan kewajiban suami meliputi: menghidupi
keluarga dan mewakili keluarga dalam hidup
bernegara dalam masyarakat hukumnya
7. Keluarga dan Famili
Genealogis, merupakan faktor terciptanya
kelompok besar
Perlunya menjaga prinsip “bersama” dan
menghilangkan individualistis dalam keluarga dan
famili
9. Pembagian kerja pada daerah dengan sistem
pertanian berpindah
Dominannya petani wanita dibandingkan petani
pria pada sistem pertanian berpindah
Petani pria bekerja selama 15 jam/minggu atau
kurang, sedangkan petani wanita lebih dari itu
Sistem pertanian berpindah banyak terdapat di
daerah Afrika dan sbagian India
10. Pembagian kerja pada daerah dengan sistem
pertanianmenggunakan bajak
Dominasi petani pria terhadap petani wanita
pada sistem pertanian menggunakan bajak
Petani pria bekerja 25-30
jam/minggu, sedangkan petani wanita kurang
dari itu
Sistem pertanian menggunakan bajak banyak
terdapat di Asia, terutama Asia tenggara
11. Pengaruh Buruh Tani Terhadap Pembagian
kerja Petani Pria dan Wanita
Penggunaan buruh tani, menguntungkan para
petani wanita karena tergantikan perannya
Wanita yang tergantikan perannya, terbebas
dari pekerjaan di sawah
Sistem ini tidak berlaku bagi masyarakat yang
menganut sistem sama rasa sama rata
12. “ Sebutir berlian tak sebanding dengan
sebuah bola kaca “
Maknailah oleh anda sendiri!
( Maula Al-Ghina )