SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  71
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Dalam kegiatan belajar mengajar sering kita jumpai beberapa hal yang 
menghambat dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran di sekolah, 
mulai dari pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan sarana prasarana 
pembelajaran. Hal ini, tentunya akan menghambat dalam setiap kegiatan belajar 
mengajar atau proses pembelajaran apabila tidak segera diatasi. 
Yang perlu ditekankan untuk mengatasi permasalahan dalam kegiatan 
belajar mengajar atau proses pembelajaran adalah strategi yang perlu diterapkan 
atau digunakan dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. Oleh 
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi pembelajaran 
inovatif kontemporer yang merupakan suatu tinjauan konseptual operasional 
untuk mengatasi hambatan kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. 
1
B. Rumusan Masalah 
1. Bagaimana strategi dalam pembelajaran? 
2. Bagaimana strategi pengorganisasian dan pengelolaan dalam 
2 
pembelajaran? 
3. Bagaimana strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah? 
4. Bagaimana strategi pembelajaran dalam ranah motorik? 
5. Bagaimana strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis 
proyek, dan pembelajaran kuantum? 
6. Bagaimana strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative, 
pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif? 
7. Bagaimana strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran 
berbasis elektronik (E-Learning)? 
8. Bagaimana dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa 
pembelajaran? 
C. Tujuan 
1. Memahami dan menganalisis strategi dalam pembelajaran. 
2. Memahami dan menganalisis strategi pengorganisasian dan pengelolaan 
dalam pembelajaran. 
3. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam pemecahan 
masalah. 
4. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam ranah motorik. 
5. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran kretif produktif, 
pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kuantum. 
6. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran siklus, pembelajaran 
generative, pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif. 
7. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran berbasis komputer dan 
pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning). 
8. Memahami dan menganalisis dimensi belajar, pembelajaran berbasis 
modul dan peristiwa pembelajaran.
BAB II 
PEMBAHASAN 
3
BAB I 
A. PENDAHULUAN 
Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas 
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru 
diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran. 
Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (Degeng,1989). Dengan 
demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua 
sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Disebut suatu cara, strategi 
pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk 
suatu pengetahuan tersendiri. Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran 
kadang-kadang secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara 
formal tentang ilmu strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran sangat 
diperlukan karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat 
mencapai hasil yang optimal. Strategi pembelaran berguna bagi guru sebagai 
pedoman dan acuan bertindak sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Dan 
bagi siswa berguna untuk mempermudah proses belajar. 
B. Taksonomi Variabel Pembelajaran 
Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Degeng, 1989) strategi pembelajaran 
4 
dibagi menjadi tiga yaitu:
5 
VARIABEL 
PEMBELAJARAN 
1. Kondisi pembelajaran 
Kondisi 
(Condition) 
Pembelajaran 
Strategi (Methods) 
Pembelajaran 
Hasil (Outcomes) 
Pembelajaran 
Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Degeng, 1989) variable kondisi 
pembelajaran dikelompokkan menjadi menjadi tiga yaitu: 
Tujuan dan karakteristik 
bidang studi 
Kendala dan 
karakteristik bidang 
studi 
KONDISI 
PEMBELAJARAN 
Karateristik siswa
a. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan tentang hasil pembelajaran 
Strategi pengorganisasian 
(organization strategy) 
Strategi penyampaian 
(Delivery Strategy) 
Strategi Pengelolaan 
(Management Strategi) 
Strategi Pengelolaan 
(Management Strategi) 
Strategi penyampaian (Delivery 
Strategy) 
6 
yang diharapkan. 
b. Karakteristik bidang studi merupakan aspek yang memberikan landasan 
yang berguna dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. 
c. Karakteristik siswa, terkait dengan kualitas individu siswa. 
2. Strategi pembelajaran 
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk 
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda (Reigeluth, 1983h; Degeng, 
1989). Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 
STRATEGI 
PEMBELAJARAN 
NN 
a. Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang 
studi. 
b. Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran 
pada siswa. 
c. Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan 
variable strategi pembelajaran lainnya. 
3. Hasil pembelajaran 
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai 
indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah 
kondisi yang berbeda (Degeng, 1989). Variable hasil pembelajaran dapat 
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan 
terdapat empat indikator untuk mempreskripsikannya, yaitu (1) 
kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, (2) kecepatan unjuk 
kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi. 
b. Efisiensi pembelajaran, diukur dengan perbandingan antara 
keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa. 
c. Daya tarik pembelajaran, diukur dengan mengamati kecenderungan 
siswa untuk tetap belajar. 
Secara singkat taksonomi variable pembelajaran dapat digambarkan 
sebagai berikut; 
Kendala dak 
karakteristik 
bidang studi 
Strategi 
Penyampaian 
7 
Keefektifan 
(Effectiveness) 
HASIL 
PEMBELAJARAN 
Daya Tarik 
(Appeal) 
Efisiensi 
(Effeciency) 
Tujuan dan 
karakteristik 
bidang studi 
Strategi 
Pengorganisasia 
n 
Karakteristik 
siswa 
Strategi 
Pengelolaan 
Keefektifan, Efisiensi, dan Daya Tarik Pembelajaran
Strategi pengorganisasian pembelajaran lebih banyak dipengaruhi 
oleh tujuan pembelajaran dan karakteristik bidang studi. Strategi 
penyampaian pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh kendala dan 
karakteristik bidang studi. Strategi pengelolaan pembelajaran lebih banyak 
dipengaruhi oleh karakteristik siswa. 
C. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran 
Strategi pengorganisasian adalah cara untuk membuat urutan 
(sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan 
prinsip yang berkaitan, suatu isi pembelajaran. Sequencing terkait dengan 
cara pembuatan urutan penyajian isi suatu bidang studi, synthesizing 
terkait dengan cara untuk menunjukkan kepada siswa hubungan antara 
fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan, suatu isi pembelajaran. 
Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dipilah menjadi dua yaitu 
strategi pengorganisasian makro (menata keseluryhan isi bidang studi), 
dan strategi pengorganisasian mikro (menata urutan sajian untuk suatu ide 
tunggal). 
D. Strategi Penyampaian Pembelajaran 
Strategi penyampaian pembelajaran menekankan pada media yang 
dipakai untuk menyampaikan pembelajaran. Strategi penyampaian 
(delivery strategy) adalah cara-cara yang dipakai untuk penyampaikan 
pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus untuk menerima atau merespon 
masukan-masukan dari siswa. 
Menurut Degeng (1989) secara lengkap ada tiga komponen yang 
perlu diperhatikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu: 
8
a. Media pembelajaran, adalah komponen strategi penyampaian yang 
dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa (orang, alat 
atau bahan). 
b. Interaksi siswa dengan media, adalah komponen strategi penyampaian 
pembelajaran yang mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa 
dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar. 
c. Bentuk (struktur) belajar mengajar, adalah komponen strategi 
penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah siswa belajar 
dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan ataukah belajar 
mandiri. 
E. Strategi Pengelolaan Pembelajaran 
Pada dasarnya strategi pengelolaan pembelajaran terkait dengan 
usaha penataan interaksi antar siswa dengan komponen strategi 
pembelajaran yang terkait. 
Menurut Degeng (1998) paling tidak ada empat hal yang menjadi 
strategi pengelolaan, yaitu: 
1. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, 
2. Membuat catatan kemajuan belajar siswa, 
3. Pengelolaan motivasional, 
9 
Media 
pembelajaran 
Kegiatan belajar 
Bentuk belajar 
mengajar
10 
4. Control belajar. 
Penjadwalan 
penggunaan strategi 
pembelajaran 
Membuat catatan 
kemajuan belajar siswa 
Pengelolaan 
motivasional 
F. Penerapan Strategi Pembelajaran 
Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran, sangat 
tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang 
ada, meliputi: 
1. Tujuan pembelajaran 
Menurut taksonomi Bloom: secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi 
atas tiga kategori, yaitu (1) tujuan pembelajaran ranah kognitif, (2) 
tujuan pembelajaran ranah efektif, dan (3) tujuan pembelajaran ranah 
psikomotorik. 
Adanya perbedaann tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula pada 
adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus diterapkan. 
2. Karakteristik Siswa 
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat 
pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya 
belajar, kepribadian, dan sebagainya. 
3. Kendala SumberatauMedia belajar 
Control belajar 
STRATEGI 
PENGELOLAAN 
PEMBELAJARAN
Media pembelajaran adalah perantara pesan dari pengirim ke penerima 
pesan (Sadiman, 1990). Ketersediaan sumber belajar sangat 
mempengaruhi hasil belajar siswa. Tanpa adanya sumber belajar yang 
memadai sangat sullit bagi seorang guru untuk melaksanakan proses 
pembelajaran. Guna membuat produk media ini digunakan model 
pengembangan media pembelajaran yang diajukan Sadiman (1990) 
seprti bagan berikut: 
Identifikasi 
Kebutuhan 
4. Karakteristikatau Struktur Bidang Studi 
Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara 
bagian-bagian bidang studi. 
G. Faktor Penunjang Bidang Studi 
Secara umum ada beberapa variabel penunjang, baik teknis maupun 
nonteknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran. 
Beberapa variabel tersebut antara lain: 
11 
Perumusan 
Butir-Butir 
Materi 
TesatauUji 
Coba 
Naskah Siap 
Produksi 
Penulisan 
Naskah Media 
Perumusan 
Tujuan 
Revisi 
Perumusan Alat 
Pengukur 
Keberhasilan
1. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran, 
2. Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, 
3. Kemampuan guru melakukan penilaian, 
4. Kemampuan guru menutu pembelajaran, dan 
5. Faktor penunjang lainnya. 
12
BAB II 
STRATEGI PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN 
PEMBELAJARAN 
A. Pendahuluan 
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, seorang guru 
terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan isi pembelajaran yang akan 
diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah 
dipahami siswa. Salah satu cara untuk menata dan mengorganisasikan isi 
pembelajaran adalah dengan menggunakan teori elaborasi. 
B. Teori Elaborasi 
Strategi atau teori elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi 
pembelajaran tingkat makro. Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara 
pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci. 
Pegurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci dilakukan dengan: 
a. Langkah pertama dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi 
13 
bidang studi yang dipelajari), 
b. Langkah selanjutnya mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam 
epitome secara lebih rinci. 
1. Komponen Teori Elaborasi 
Pada dasarnya terdapat tujuh komponen strategi yang diintergrasikan 
dalam teori elaborasi, (Reigeluth, 1983 & Degeng, 1989) yaitu sebagai 
berikut: 
a. Urutan elaboratif, adalah urutan isi pembelajaran dai yang bersifat 
sederhana ke kompleks atau dari yang bersifat umum ke rinci. 
b. Urutan prasyarat belajar, adalah struktur yang menunjukan konsep, 
prosedur, atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep, 
perosedur, atau prinsip lain bias dipelajari.
c. Rangkuman, adalah tujuan kembali (review) terhadap apa yang telah 
14 
dipelajari. 
d. Sintesis, berfungsi untuk menunjukan kaitan-kaitan di antara konsep, 
prosedur, atau prinsip yang diajarkan. 
e. Analogi, dibuat untuk dapat memudahkan pemahaman terhadap 
pengetahuan yang baru dengan cara membandingkannya dengan 
pengetahuan yang sudah dikenal oleh siswa (Reigeluth, 1983). 
f. Pengaktif strategi kognitif, strategi kognitif adalah keterampilan yang 
diperlukan siswa untuk mengatur proses internalnya ketika belajar, 
mengingat, dan berpikir. 
g. Kontrol belajar, terkait dengan kebebasan siswa dalam melakukan 
pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari, kecepatan belajar, 
komponen strategi pembelajaran yang ingin digunakan, dan strategi 
kognitif yang ingin digunakan (Merrill, 1979). 
2. Model Elaborasi 
Menurut Degeng (1989) ada tujuh prinsip yang menjadi model teori 
elaborasi yaitu: 
a. Penyajian kerangka isi, 
b. Elaborasi secara bertahap, 
c. Bagian terpenting disajikan pertama kali, 
d. Cakupan optimasi elaborasi, 
e. Penyajian pensintesis secara bertahap, 
f. Penyajian jenis pensintesis, dan 
g. Tahapan pemberian rangkuman. 
3. Langkah-Langkah Pengorganisasian Teori Elaborasi 
Menurut Degeng (1989), langkah-langkah pengorganisasian pembelajaran 
dengan menggunakan model elaborasi adalah sebagai berikut. 
a. Penyajian kerangka isi, 
b. Elaborasi tahap pertama, 
c. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, 
d. Elaborasi tahap kedua,
e. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, 
f. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan 
diintegrasikan kedalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang 
kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan 
tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran. 
g. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk 
mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan. 
15 
4. Hasil Penelitian 
Penelitian tentang efektivitas dan efisiensi teori elaborasi, telah banyak 
dilakukan dalam berbagai jenjang pendidikan dan berbagai tipe bidang 
sstudi. Secara umum hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan 
teori elaborasi dalam pembelajarn dapat meningkatkan kualitas 
pembelajaran. 
C. Strategi Pengelolaan Motivasional 
Menurut Martin dan Briggs (1986), motivasi adalah kondisi internal dan 
eksternal yang mempengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu 
kegiatan atau tingkah laku. Good dan Brophy (1991) mendefinisikan motivasi 
sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku. 
Ditinjau dari tipe motivasi, para ahli membagi motivasi menjadi dua jenis, 
yaitu: 
a. Motivasi instrinsik, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor 
pendorong dari dalam diri individu. 
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh 
rangsangan dari luar. 
1. Komponen Strategi Pengelolaan Motivasional 
Pada dasrnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis, 
yaitu: a. strategi pengorganisasian, b. strategi penyampaian, c. strategi 
pengelolaan (Degeng, 1989). 
Reigeluth dan Merrill (1979) mengklasifikasikan strategi pengelolaan 
motivasional menjadi tiga, yaitu:
a. Penjadwalan strategi pembelajaran, 
b. Pembuatan catatan kemajuan belajar, 
c. Pengelolaan motivasional. 
Keller (1983;1987) mengajukan empat jenis strategi pengelolaan 
motivasional, yaitu: 
a. Strategi pengelolaan motivasional untuk membangkitkan dan 
16 
mempertahankan perhatian. 
b. Strategi pengelolaan motivasional untuk menciptakan relevansi 
terhadap isi pembelajaran. 
c. Strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan keyakinan diri 
pada siswa. 
d. Strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan rasa puas pada 
siswa terhadap pembelajaran. 
2. Menarik dan Mempertahankan Perhatian Siswa Selama Pembelajaran 
Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan 
mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran, yaitu: 
a. Membangkitkan daya perspsi siswa, 
b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dan 
c. Menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi. 
3. Mengaitkan Pembelajaran dengan Kebutuhan Siswa 
Pada dasrnya ada tiga jenis strategi guna meningkatkan relevansi isi 
pembelajaran dengan kebutuhan siswa, yaitu: 
a. Keakraban atau kebiasaan, 
b. Berorientasi pada tujuan, dan 
c. Motif yang sesuai. 
4. Menumbuhkan Rasa Yakin Diri Siswa 
Pada dasarnya ada tiga jenis strategi untuk menumbuhkan keyakinan pada 
diri siswa, yaitu: 
a. Prasyarat belajar, 
b. Kesempatan sukses, dan 
c. Kontrol pribadi (Keller & Kopp, 1987; Keller & Suzuki, 1988).
5. Membangkitkan Rasa Puas pada Pelajaran 
Pada dasarnya ada tiga jenis strategi pengelolaan motivasional untuk 
membangkitkan kepuasan dalam pembelajaran, yaitu: 
a. Konsekuensi alami, 
b. Konsekuensi positif, dan 
c. Kewajaran (Keller & Kopp, 1987; Keller & Suzuki, 1988). 
17 
6. Hasil Penelitian 
Penelitian Wena (1997) tentang Strategi Pengelolaan Motivasional ARCS 
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA di Malang 
menyimpulkan bahwa: 
a. Strategi pengelolaan motivasional ARCS lebih unggul dibandingkan 
dengan strategi pengelolaan motivasional konvensional, 
b. Strategi pengelolaan motivasional dapat meningkatka motivasi belajar 
siswa SMA secara signifikan.
BAB III 
STRATEGI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH 
A. Pendahuluan 
Pada hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami 
dan menguasai apa dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi juga memberi 
pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi.” Berpijak pada 
permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat 
penting untuk diajarkan. 
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan 
masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan 
pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang 
studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Suharsono, 1991). 
Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan terdiri dari berbagai kan 
macam permasalahan, maka terdapat juga berbagai macam strategi pemecahan 
masalah, antara lain strategi pemecahan masalah yang dikembang Solso, 
pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan masalah sistematis, 
inkuiri biologi, inkuiri jurisprudensial, inkuiri sosial latihan inkuiri, strategi 
pemecahan masalah ideal, dan strategi belajar berbasis masalah. 
B. Taksonomi Pemecahan Masalah 
Wankat dan Oreovocz (1995) mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi 
18 
pemecahan masalah, yaitu: 
1. Rutin: tindakan rutin atau bersifat alogaritmik yang dilakukan tanpa 
membuat suatu keputusan. 
2. Diagnostik: pemilihan sautu prosedur atau cara yang tepat secara rutin. 
3. Strategi: pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu 
masalah.
4. Interpretasi: kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya. 
5. Generalisasi: pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk 
memecahkan masalah-masalah yang baru. 
C. Model Peta Pemecahan Masalah 
Dalam melakukan pemecahan masalah, sebaiknya siswa diajak untuk 
melihat proses pemecahan masalah yang kompleks. Wankat dan Oreovocz (1995) 
menggambarkan peta interaksi dan kompleksitas pemecahan masalah. Pemetaan 
masalah yang dihadapi sangat perlu karena proses pemecahan masalah melibatkan 
berbagai aktivitas kognitif. 
D. Strategi Pemecahan Masalah Solso 
Solso (dalam Wankat dan Oreovocz, 1995) mengemukakan enam tahap 
19 
dalam pemecahan masalah. 
1. Identifikasi permasalahan (indentification the problem). 
2. Representasi permasalahan (representation of the problem). 
3. Perencanaan pemecahan (planning the solution). 
4. Menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan (execute the plan). 
5. Menilai perencanaan (evaluate the plan) 
6. Menilai hasil pemecahan (evaluate the solution). 
E. Strategi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz 
Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi 
operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut. 
1. Saya mampu atau bisa (I can): tahap menumbuhkan motivasi dan 
keyakinan siswa. 
2. Mendefinisikan (Define): Membuat daftar hal yang diketahui dan tidak 
diketahui.
3. Mengeksplorasi (Eksplore): merangsang siswa untuk mengajukan 
pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis 
permasalahan. 
4. Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk 
20 
menganalisis masalah. 
5. Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk 
memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah yang 
dihadapi. 
6. Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek 
kembali jawaban yang dibuat. 
7. Generalisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan 
pertanyaan. 
F. Strategi Pemecahan Masalah Sistematis (Sistematic Approach To 
Problem Solving) 
Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah sistematis terdiri atas 
empat tahap sebagai berikut (Kramers, dkk, 1988). 
1. Memahami masalahnya. 
2. Membuat rencana penyelesaian. 
3. Melaksanakan recana penyelesaian. 
4. Memeriksa kembali, mengecek hasilnya. 
G. Strategi Pembelajaran Inkuiri Biologi 
Pembelajaran model Inkuiri Biologi terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai 
berikut. 
1. Investigasi (area of investigation is posed to student). 
2. Penentuan masalah (student structure the problem). 
3. Identifikasi masalah (student indentify the problem in the investigation).
4. Penyimpulan atau penyelesaian masalah (student speculate on way to 
21 
clear up the difficulty). 
H. Strategi Pembelajaran Jurisprudensial (Jurisprudensial Inkuiri 
Model) 
Tahap pembelajaran inkuiri jurisprudensial, yaitu: 
1. Orientasi kasus atau permasalahan (orientation to the case). 
2. Identifikasi Isu (identifying the issue). 
3. Penetapan posisi atau pendapat (taking position). 
4. Menyelidiki cara berpendirian, pola argumentasi (exploring the stance (s), 
patterns of argumentation). 
5. Memperbaiki dan mengkualifikasi posisi (refining and qualifiying the 
positions). 
6. Melakukan pengujian asumsi-asumsi terkait posisi atau pendapatnya 
(testing factual assumtions behind qualified positions). 
I. Strategi Latihan Inkuiri (Inquiry Traning) 
Menurut Joice and Weil (1986) strategi pembelajaran pelatihan inkuiri 
secara umum terbagi atas lima tahap, yaitu: 
1. Penyajian masalah (confrontation with problem). 
2. Pengumpulan data-verifikasi (data gathering-verification). 
3. Pengumpulan data-eksperimentasi (data gathering-eksperimentation). 
4. Organisasi data dan formulasi kesimpulan (organizing, formulating, and 
explanation). 
5. Analisis proses inkuiri (analysis of the inquiry process).
J. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial (Social Science Inquiry) 
Strategi pembelajaran inkuiri sosial terdiri atas enam tahap pembelajaran, 
22 
yaitu: 
1. Orientasi (orientation). 
2. Hipotesis (hypothesis). 
3. Definisi (definition). 
4. Eksplorasi (exploration). 
5. Pembuktian (evidencing). 
6. Generalisasi (generalization).
K. Strategi Pemecahan Masalah Ideal 
Strategi pemecahan masalah ideal terdiri atas lima tahap: 
1. Identifikasi masalah (identify the problem). 
2. Mendefinisikan masalah (define the problem). 
3. Mencari solusi (explore solution). 
4. Melaksanakan strategi (act on the strategy). 
5. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh (look back evaluate the 
23 
effect). 
L. Strategi Belajar Berbasis Masalah 
Menurut Fogarty (1997), tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah 
adalah sebagai berikut: 
1. Menemukan masalah. 
2. Mendefinisikan masalah. 
3. Mengumpulkan fakta. 
4. Menyusun hipotesis (dugaan sementara). 
5. Melakukan penyelidikan. 
6. Menyempurnakan masalah yang telah didefinisikan. 
7. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif. 
8. Melakukan pengujian hasil (solusi pemecahan masalah).
BAB IV 
STRATEGI PEMBELAJARAN RANAH MOTORIK 
A. Pendahuluan 
Melalui kegiatan pembelajaran praktik, siswa akan dapat menguasai 
keterampilan kerja secara optimal. Nolker & Schoenfeldt (1983: 28) 
mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam pembelajaran dan pelatihan 
praktik kejuruan adalah penguasaan keterampilan praktis, serta pengetahuan 
dan perilaku yang bertalian langsung dengan keterampilan tersebut. Agar 
siswa mampu menguasai keterampilan kerja yang diharapkan, pengajar harus 
menerapkan metode atau strategi mengajar praktik yang sesuai dengan 
pembelajaran dan pelatihan praktik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang 
menentukan keberhasilan program. Dalam program pendidikan sistem ganda 
di sekolah kejuruan, pada dasarnya pembelajaran praktik kejuruan meliputi 
tiga tahap berikut: 
a. Tahap pertama, pembelajaran praktis dasar kejuruan yang umumnya 
24 
dilaksanakan di sekolah. 
b. Tahap kedua, praktik keterampilan kejuruan dengan strategi proyek, 
yang umumnya dilaksanakan di sekolah juga. 
c. Tahap ketiga, pembelajaran praktik keterampilan kejuruan dengan 
strategi praktik industri yang harus dilakukan di industri atau dunia 
kerja. 
B. Strategi Pembelajaran Pelatihan Industri (Training Within Industry) 
Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) salah satu strategi pembelajaran 
untuk mengajarkan keterampilan keterampilan dasar kejuruan adalah strategi 
pembelajaran pelatihan industri yang terdiri dari lima tahap, yaitu: 
1. Tahap persiapan, 
2. Tahap peragaan,
25 
3. Tahap peniruan, 
4. Tahap praktik, 
5. Tahap evaluasi. 
1. Tahap Pembelajaran 
a. Persiapan 
Secara pokok guru dalam tahap ini adalah merencanakan, menata 
dan memformulasikan kondisi- kondisi pembelajaran dan pelatihan 
sehingga ada kaitan secara sistematis dengan strategi yang akan 
diterapkan. 
b. Peragaan 
Dalam tahap ini menekankan pada strategi penyampaian. Strategi 
penyampaian yang harus disesuaikan dengan media pembelajaran 
dan pelatihan praktik yang tersedia. Akan lebih baik jika siswa 
terlebih dahulu diperagakan pekerjaan yang harus dipelajari melalui 
media audio visual. Langkah selanjutnya adalah guru memperagakan 
secara nyata pekerjaan yang harus dipelajari dan menjelaskan cara 
kerja yang baik. 
c. Peniruan 
Dalam tahap peniruan siswa melakukan kegiatan kerja menirukan 
aktivitas kerja yang telah diperagakan oleh guru. Guru harus 
memperhatikan tahap kerja yang dilakukan siswa dan memonitor 
proses kerja siswa. 
d. Praktik 
Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar praktik secara 
optimal, disamping dipegaruhi kondisi pembelajaran dan pelatihan 
praktik juga sangat dipengaruhi oleh penerapan metode atau strategi 
pembelajaran dan pelatihan praktik yang sesuai dengan tujuan yang 
hendak dicapai. 
e. Evaluasi 
Evaluasi adalah tahap akhir dari pembelajaran. Dengan adanya 
evaluasi siswa akan mengetahui kemampuannya sehingga siswa
dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dan 
pelatihannya. Bagi seorang guru dari hasil evaluasi yang dilakukan 
dapat diketahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai. 
26 
Persiapan 
Peragaan 
Peniruan 
Praktik 
Evaluasi 
2. Penerapan di Kelas 
Strategi 
Pembelajaran 
Pelatihan Industri 
3. Hasil Penelitian 
Penelitian Ambibi dan Wena (2003) tentang penerapan metode 
pembelajaran pelatihan industri menyimpulkan bahwa: 1) penerapan 
strategi pembelajaran pelatihan industri pada matadiklat Praktik Kerja 
Kayu di SMK secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar 
siswa, dan 2) penerapan srategi pembelajaran pelatihan industri pada 
matadiklat Praktik Kerja Kayu di SMK secara signifikan dapat 
meningkatkan efisiensi pembelajaran. 
C. Pembelajaran Praktik Kejuruan Berbasis Proyek 
Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek 
yang sangat khas, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi agar strategi 
pembelajaran proyek dapat diterapkan, antara lain: 
a. Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang 
kompleks;
b. Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk 
mengadakan penentuan mengenai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta 
penerapan proyek; 
c. Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus; 
d. Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek; 
e. Diadakan pertalian antara teori dan praktik; 
f. Diperlukan keterampilan mengenai lebih dari satu bidang guna 
menyelesaikan problem yang ditimbulkan; 
g. Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok-kelompok; 
h. Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah. 
1. Tahap Pembelajaran 
Terdiri atas tiga tahap utama, yaitu: 
a. Tahap perencanaan 
Langkah-langkah perencanaan dirancang sebagai berikut 
1) Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek 
2) Menganalisis karakteristik siswa 
3) Merumuskan strategi pembelajaran 
4) Membuat lembar kerja 
5) Merancang kebutuhan sumber belajar 
6) Merancang alat evaluasi 
27 
b. Tahap pelaksanaan 
Agar proses pelaksanaan berjalan dengan baik, kegiatan yang harus 
dilakukan: 
1) Mempersiapkan sumber belajar yan di perlukan 
2) Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja 
3) Mengelompokkan siswa sesuai dengan tugas masing-masing 
4) Mengerjakan proyek 
c. Tahap evaluasi 
Guru harus melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh 
tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai. Evaluasi harus dilakukan
sesuai dengan prosedur evaluasi yang benar, sehingga perbaikan 
pembelajaran dapat dilakukan secara tepat. 
28 
2. Hasil Penelitian 
Penelitian Mujiono (2003) dengan judul Pengembangan Pembelajaran 
Metode Proyek dalam Matakuliah Praktik Kerja Batu dan Beton Guna 
Meningkatkan Keterampilan Kerja Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik 
Bangunan (PTB) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM) 
menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode proyek dalam matakuliah 
praktik kerja batu dan beton dapat meningkatkan evektifitas pelaksanaan 
pembelajaran praktik kerja batu dan beton mahasiswa semester IV pada 
program studi S1 PTB FT UM, dan 2) meningkatkan kemampuan dosen 
dalam penerapan metode pengajar. 
D. Stretegi Pembelajaran Model Pelatihan (Training Model) 
Taksonomi Bloom (1974) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga 
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. 
1. Tahap Pembelajaran 
Secara umum model pembelajaran pelatihan terdiri atas 6 tahap, yaitu: 
a. Penyampaian tujuan 
Mager dan Beach (1967: 29) dalam bukunya Developing Vocational 
Instruction mengatakan bahwa tujuan pembelajaran menggambarkan 
penampilan atau unjuk kerja yang diharapkan pada akhir suatu 
program pembelajaran. 
Derajat Keberhasilan 
Menurut Degeng (1989) ada 5 kriteria yang dapat digunakan untuk 
memenuhi derajat keberhasilan, yaitu: 
1) Kecermatan 
2) Waktu (kecepatan) 
3) Kesesuaian dengan prosedur
29 
4) Kuantitas 
5) Kualitas hasil akhir 
Pentingnya Tujuan Pembelajaran 
1) Siswa dapat mengatur waktu, energi, dan pemusatan perhatian 
2) Guru dapat lebih baik mengatur kegiatan pembelajaran yang 
digunakan dan respons yang lebih baik terhadap kegiatan belajar 
3) Pengelola dapat menyediakan sumber belajar 
4) Pada dunia industri, memberikan motivasi guna 
mengomunikasikan harapan perusahaan 
5) Lebih mudah dalam melakukan evaluasi hasil pembelajaran 
6) Sebagai alat validasi derajat keberhasilan untuk kerja siswa 
b. Penjelasan materi pendukung 
Strategi ceramah adalah suatu alat yang digunakan untuk menjelaskan 
materi praktik secara lisan. Agar lebih bermakna dan menarik 
perhatian siswa beberapa materi disajikan melalui media audio visual. 
Dengan adanya media audio visual siswa akan dapat menggunakan 
indera pandang dan dengar sehingga akan lebih cepat menguasai 
keterampilan kerja yang diajarkan. 
c. Pendemonstrasian untuk kerja 
Menunjukkan cara kerja yang benar yaitu dengan peragaan. Agar hasil 
pembelajaran praktik optimal, peragaan harus dilakukan dengan 
urutan: 
1) Menarik pehatian siswa 
2) Memberitahukan tujuan pembelajaran praktik 
3) Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan lembar kerja
4) Merangsang ingatan pada prasyarat 
5) Menyajikan bahan perangsang 
6) Melakukan peragaan 
30 
d. Latihan (praktik simulasi) 
Latihan memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan dan 
mempraktikkan keterampilan yang dimilikinya. Kegiatan praktik 
harus mendapat penekanan yang lebih besar daripada tahap-tahap 
pembelajaran yang lainnya. Kegiatan praktik akan memberikan 
kesempatan bagi siswa untuk belajar menggunakan peralatan, 
mengembangkan kemampuan dasar teknik, dan menumbuhkan sikap 
terhadap perkembangan pekerjaan di masa depan. 
e. Latihan pengalihan (training transfer) 
Latihan pengalihan adalah penggunaan hal-hal yang telah dipelajari 
untuk menghadapi atau memecahkan hal-hal baru. Latihan pengalihan 
mempunyai fungsi yang penting dalam pendidikan. Latihan 
pengalihan dilaksanakan agar apa yang dipelajari di sekolah dapat 
digunakan untuk berbagai keperluan di luar sekolah 
f. Kunjungan industri 
Menurut (Nolker & Schoenfeldt, 1983) ada tiga bentuk perjumpaan 
antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, yaitu: 
1) Darmawisata 
Perjumpaan pertama dengan dunia kerja, waktunya sangat 
terbatas,kadang hanya beberapa jam saja 
2) Widyawisata 
Membawa peserta didik ke dunia industri untuk melakukan tugas-tugas 
terbatas, waktunya lebih lama, sehari, dua atau tiga hari. 
3) Praktikum pada dunia industri 
Kegiatan yang berupa praktik langsung pada dunia kerja yang 
nyata. Waktunya beragam, dua hingga tiga bulan atau satu hingga 
dua semester.
31 
Strategi Pembelajaran 
Pelatihan 
Penyampaian Tujuan 
Pembelajaran 
Penyampaian Materi 
Pembelajaran 
Mendemonstrasikan 
Unjuk Kerja 
Latihan Praktik / 
Simulasi 
Latihan Pengalihan 
Melakukan 
Kunjungan Industri 
2. Penerapan di Kelas 
3. Hasil Penelitian 
Penelitian Djoko Trijanto dan Warno (2006) dengan judul Meningkatkan 
Hasil Belajar Mahasiswa D3 Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang 
dalam Matakuliah Praktik Beton melalui Penerapan Model 
Pembelajaran, menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode 
pembelajaran pelatihan (training model) dalam pembelajaran Praktik 
Beton, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Hal ini terlihat dari 
kecermatan unjuk kerja, kecepatan unjuk kerja, dan kualitas hasil kerja 
mahasiswa, 2) penggunaan metode pembelajaran pelatihan lebih unggul 
dibandingkan metode praktik konvensional dalam peningkatan 
keterampilan motorik mahasiswa. 
E. STRATEGI PEMBELAJARAN PELATIHAN LABORATORIUM 
(LABORATORY TRAINING) 
1. Prinsip Pembelajaran Pelatihan Laboratorium 
Menurut Joice and Weil (1986) ada dua prinsip utama, yaitu 
a. Kerja Kelompok
Melalui kelompok-kelompok belajar, siswa diharapkan dapat 
saling bertukar pikiran antar anggota kelompok. Dalam hal ini 
siswa diharapkan dapat belajar dari temannya dan juga dapat 
mengajari temannya. 
b. Menekankan Pengembangan 4 Area Kepribadian 
1) Intrapersonal 
2) Interpersonal 
3) Dinamisasi kelompok 
4) Pengarahan diri (self direction) 
32 
2. Tahap Pembelajaran 
Menurut Joice and Weil (1986) ada empat prosedur, yaitu: 
a. Pengelompokkan 
Pembentukkan kelompok merupakan langkah awal dari metode 
pembelajaran ini, disarankan setiap kelompok terdiri atas 2 sampai 
4 orang siswa. Melalui kelompok siswa dapat saling belajar dan 
mengajar, dapat saling memberi dan menerima. 
b. Penyajian materi atau teori 
Merupakan tahap kedua yang meliputi kegiatan: 
1) Penyampaian tujuan pembelajaran 
2) Penyampaian materi 
3) Diskusi dan tanya jawab, disertai balikan oleh pengajar. 
c. Latihan atau praktik 
Merupakan tahap ketiga dimana dalam tahap ini siswa mulai 
melakukan praktik kerja sesuai dengan rencana pembelajaran yang 
telah direncanakan 
d. Latihan pada masalah nyata 
Dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan kerja sesungguhnya 
terhadap masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata, yang sesuai 
dengan materi yang dibahas. Dengan demikian siswa dapat praktik 
langsung membuat benda kerja yang sesungguhnya.
Strategi Pembelajaran 
Pelatihan Laboratorium 
33 
Pembentukkan 
Kelompok 
Penyajian 
Materi 
Latihan / 
Praktik 
Latihan pada 
Masalah Nyata 
3. Penerapan di Kelas 
4. Hasil Penelitian 
Penelitian Pribadi dan Wahyo Hendarto (2004) dengan judul 
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Program D3 Teknik Sipil 
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang (UM) dalam Matakuliah 
Laboratorium Uji Bahan melalui Penerapan Pembelajaran 
Laboratory Training menyimpulkan: 
a. Penerapan Laboratory Training dapat meningkatkan efektivitas 
pembelajaran. 
b. Dibanding dengan pembelajaran ceramah bengkel, pembelajaran 
pelatihan laboratorium lebih unggul dalam peningkatan hasil 
belajar dan motivasi belajar mahasiswa.
BAB V 
STRATEGI PEMBELAJARAN KREATIF PRODUKTIF, 
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, DAN PEMBELAJARAN 
KUANTUM 
A. Pendahuluan 
Pada bab ini akan dibahas tiga jenis strategi pembelajan, yaitu strategi 
kreatif-produktif, strategi berbasis proyek, dan strategi pembelajaran kuantum. 
Ketiga strategi pembelajaran iini penting bagi guru untuk menciptakan 
pembelajaran yang efektif dan efisien. 
B. Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif 
Kreatifitas terkait langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian 
esensial dalam pemecahan masalah. Menurut Wankat dan Oreovoc(1995) 
meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan: 
a. Mendorong siswa untuk kreatif(tell student to be creative). 
b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif(teach student some 
34 
creativity methods). 
c. Menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa(accept the result of creative 
exercises). 
Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif antara lain: 
a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. 
b. Siswa didorong untuk menemukanataumengonstruksikan sendiri konsep 
yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara 
seperti observasi, diskusi, atau percobaan. 
c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas 
bersama. 
d. Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, 
berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri. 
Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut, strategi pembelajaran 
kreatif-produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan
berbagai kegiatan sehingga merasa tertantang menyelesaikan tugas-tugasnya 
secara kreatif. Terdapat 5 tahap strategi pembelajaran kreatif-produktif, yaitu: 
(a)Orientasi; (b)Eksplorasi; (c)Interpretasi; (d)Re-kreasi; dan (e)Evaluasi. 
C. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) 
1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek 
Menurut Buck Institute for Education(1999) be;lajar berbasis proyek 
memiliki karakteristik sebagai berikut. 
a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja. 
b. Terdapat pemecahan masalah yang pemecahannya tidak ditentukan 
35 
sebelmunya.. 
c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil. 
d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi 
yang dikumpulkan. 
e. Melakukan evaluasi secara kontinu. 
f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. 
g. Hasil akhir berupa produk dn dievaluasi kualitasnya. 
h. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan 
perubahan. 
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek 
Menurut Thomas(2000), pembelajaran berbasis proyek mempunyai 
beberapa prinsip, yaitu: 
a. Prinsip sentralistis(centrality). Model ini merupakan pusat strategi 
pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu 
pengetahuan melalui kerja proyek. 
b. Prinsip pertanyaan pendorongataupenuntun(driving question) berartii 
bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang 
dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip 
utama suatu bidang tertentu. 
c. Prinsip investigasi konstruktif(constructive investigation) merupakan 
proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung
kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi 
memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, 
pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. 
d. Prinsip otonomi(autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat 
diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakanproses 
pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja 
dengan minimal supervise, dan bertanggung jawab. 
e. Prinsip realistis(relism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang 
nyata, bukan seperti di sekolah(Suhartadi, 2001). 
3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek 
a. Increased motivation (meningkatkan motivasi belajar siswa). 
b. Increased problem-solving ability (meningkatkan kemampuan siswa 
36 
memecahkan masalah). 
c. Improved library research skills (meningkatkan ketrampilan siswa 
mencari dan mendapatkan informasi). 
d. Increased resource-management skills (meningkatkan kemampuan 
kecermatan mengorganisasi proyek). 
D. Strategi Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) 
Pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, 
yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk segala mata 
pelajaran. 
1. Asas Utama Pembelajaran Kuantum 
Pembelajaran kuantun bersandar pada suatu konsep, yaitu “bawalah dunia 
siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa”. Hal ini 
berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan PBM adalah 
memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan 
pembelajaran. Tindakan ini akan memberi peluangatauizin pada guru untuk 
memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa dalam PBM 
sehingga siswa akan semakin mudah untuk diberi pemahaman tentang isi 
pelajaran yang disampaikan oleh guru.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kuantum 
Menurut De Porter, Reardon & Nourie (2001) model pembelajaran 
ini memiliki lima prinsip, yaitu (1) segalanya berbicara, (2) segalanya 
bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, 
(5) jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. 
37 
3. Model Pembelajaran Kuantum 
Model pembelajaran kuantun dibagi atas dua kategori, yaitu konteks 
dan isi (De Porter, Reardon & Nourie, 2001). Konteks meliputi (1) 
lingkungan, (2) suasana, (3) landasan, dan (4) rancangan. Sedangkan isi 
mencakup masalah penyajian dan fasilitas(yang mempermudah proses 
belajar).
BAB VI 
STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS, PEMBELAJARAN 
GENERATIVE, BELAJAR TUNTAS, DAN PEMBELAJARAN 
KOOPERATIF 
A. Strategi Pembelajaran Siklus 
Model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) pertama kali 
diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study 
(SCIS). siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan 
pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: 
1. eksplorasi (Exploration) 
2. pengenalan konsep (concept introduction) 
3. penerapan konsep (concept application) 
ketiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap, yang terdiri atas: 
1. Pembangkitan minat (engagement) 
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus 
belajar. Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan 
keingintahuan (curiosity) siswa tentang topic yang akan diajarkan. 
38 
2. Eksplorasi (exploration) 
Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Dalam tahap ini 
dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa kemudian diberi 
kesempatan untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil tersebut tanpa 
pembelajaran langsung dari guru. Tujuannya adalah mengecek 
pengetahuan siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin 
sebagian salah, dan sebagian benar 
3. Penjelasan (explanation)
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat, 
atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan 
siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. 
4. Elaborasi (elaborationatauextention) 
Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan ketrampilan yang telah 
dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda 
39 
5. Evaluasi (evaluation) 
Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan 
konsep baru. 
B. Strategi Pembelajaran Generatif 
Pembelajaran generative (generative learning) pertama dikenalkan oleh 
Osborne dan cosgrove pada tahun 1985. pembelajaran ini melalui beberapa tahap, 
yaitu: 
1. Tahap pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi 
Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan 
eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh 
dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada 
tingkat kelas sebelumnya. 
2. Tahap pemfokusan 
Siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau 
dalm model pembelajaraan lain. 
3. Tahap tantangan atau tahap pengenalan konsep 
Siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, 
menghargai adanya perbedaan pendapat antar teman. Guru berperan 
sebagai moderator dan fasilitator terarah. 
4. Tahap penerapan konsep 
Pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan 
konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan 
dengan hal praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Sutarman dan Swasono (2003), secara garis beras ada tiga langkah 
yang dikerjakan guru dalam pembelajaran, yaitu: 
1. Guru perlu melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang 
40 
dipelajari 
2. Siswa perlu mengeksplorasi konsep dari pengalaman dan situasi 
kehidupan sehari-hari dan kemudian menguji pendapatnya, dan 
3. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapat 
mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan dan kritikan dari 
temannya. Dalam hal ini guru perlu menciptakan suasana kelas yang 
menyenangkan bagi semua siswa. 
Belajar Tuntas (Mastery Learning) 
Model pembelajaran tuntas dikembangkan oleh John B. Caroll (1971) dan 
Benjamin Bloom (1971). Belajar tuntas menyajikan suatu cara yang menarik dan 
ringkas untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok 
bahasan yang lebih memuaskan. Model pembelajaran ini terdiri dari 5 tahap, 
yaitu: 
1. Orientasi (orientation) 
Pada tahap orientasi dilakukan suatu penetapan kerangka isi pembelajaran 
Selama tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang 
akan dikerjakan dan mengembangkan tanggung jawab siswa. 
2. Penyajian (presentation) 
Dalam tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru 
disertai dengan contoh-contoh. 
3. Latihan terstruktur (structured practice) 
Guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah, berupa 
langkah-langkah penting secara bertahap dalam penyelesaian suatu 
masalah atau tugas. 
4. Latihan terbimbing (guided practice)
Pada tahap ini guru member siswa kesempatan untuk latihan 
menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan 
5. Latihan mandiri (independent practice). 
Latihan mandiri merupakan tahap inti dari strategi ini. Latihan mandiri 
dilakukan apabila siswa telah mencapai skor untuk kerja antara 85%-90% 
dalam tahap latihan terbimbing. 
C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran 
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran 
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar 
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa 
pandai dapat mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa 
yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena 
banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya 
terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan 
terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya. 
(Priyanto,2007) 
Beberapa pengertian pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang 
secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar siswa 
bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran 
kooperatif adalah sistem pembelajaran yang member kesempatan kepada siswa 
untuk bekerja sama dengan sesama siswa yang lain dalm tugas-tugas yang 
terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran 
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan 
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai 
latihan hidup di dalam masyarakat nyata. 
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa 
pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha 
41
memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar di samping guru 
dan sumber belajar yang lainnya. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem 
pembelajaran yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. 
Elemen-elemen merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, 
yaitu sebagai berikut: 
42 
1. Saling ketergantungan positif 
Dalam pembelajaran Kooperatif setiap anggota kelompok sadar bahwa 
mereka perlu bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Suasana saling 
ketergaantungan dapat diciptakan melaluinberbagai strategi yaitu: 
a) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan 
b) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas 
c) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar 
d) Saling ketergantungan peran 
e) Saling ketergantungan hadiah 
2. Interaksi tatap muka 
Menuntut siswa dalam kelompok untuk saling bertatap muka, sehingga 
mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga 
dengan sesame siswa (Nurhadi & Senduk, 2003) 
3. Akuntabilitas individual 
Akuntabilitas individual adalah unsure pembelajaran kooperatif yang 
menumbuhkan sikap tanggung jawab siswa terhadap kelompoknya. 
4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi 
Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar 
dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antaranggota 
kelompok. 
D. Model Pembelajaran Kooperatif
Beberapa model pembelajaran kooperatif, antara lain: model STAD 
(Student Team Achievement Division), model Jigsaw, dan model GI (Group 
Investigation). 
1) STAD (Student Team Achievement Division) 
a) Kelompok dibagi dalam beberapa kelompok. 
b) tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen, 
baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya 
c) Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran 
43 
yang harus dikerjakan 
d) Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan 
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok. 
e) Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan 
sebagai fasilitator dan motivator 
f) tiap minggu, atau dua minggu guru melakukan evaluasi, baik 
secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan 
belajar siswa. 
g) Bagi siswa atau kelompok siswa yang memperoleh hasil belajar 
yang sempurna diberi penghargaan. 
2) Model Jigsaw 
Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif model jigsaw yaitu: 
a) Pembentukan kelompok asal 
b) Pembelajaran pada kelompok asal 
c) Pembentukan kelompok ahli 
d) Diskusi kelompok Asal (induk) 
e) Diskusi kelas 
f) Pemberian kuis 
g) Pemberian penghargaan kelompok 
3) Model GI (Group Investigation) 
a) Identifikasi topik 
b) Perencanaan tugas belajar
c) Pelaksanaan kegiatan penelitian 
d) Persiapan laporan akhir 
e) Presentasi penelitian 
f) Evaluasi 
44
BAB VII 
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DAN 
PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK (E-LEARNING) 
A. Pembelajaran Berbasis Komputer 
Menurut Hick dan Hyde, pembelajaran berbasis komputer adalah a 
teaching process directly involving a computer in the presentation of instructional 
matenals in an interactive mode to provideand control the individualized tearning 
environment for each individual student. Dalam definisi tersebut, dengan 
pembelajaran berbasisi komputer siswa akan berinteraksi dan berhadapan secara 
kangsung dengan komputer secara individual sehingga apa yang dialami oleh 
seorang siswa akan berbeda dengan apa yang dialami oleh siswa lain. 
1. Model Pembelajaran Berbasis Komputer 
Menurut Simon (dalam Wankat & Oreovocz, 1995) terdapat tiga model 
penyampaian materi pembelajaran berbasis komputer, uaitu sebagai berikut: 
a. Latihan dan Praktik 
Model pembelajaran ini hampir sama dengan pekerjaan rumah yang 
diberikan kepada siswa, kemudian guru memberikan umpan balik. Namun 
dalam pembelajaran berbasis komputer, balikan akan diberikan segera 
kepada masing-masing siswa sehingga siswa tahu dimana letak 
kesalahannya. 
45 
b. Tutorial 
Model pembelajaran berbasis komputer ini menyediakan rancangan 
pembelajaran yang kompleks yang berisi materi pembelajaran, latihan yang 
disertai umpan balik. 
c. Simulasi 
Model pembelajaran berbsis komputer ini menyajikan pembelajaran 
denagn sistem simulasi yang berhubungan dengan materi yang dibahas. 
2. Peranan Media dalam Pembelajaran
Secara umum beberapa isi pembelajaran memuat prinsip-prinsip yang 
cukup rumit dan abstrak. Untuk bisa memahami dengan cepat, mudah, dan 
benar, konsepatauprinsip dalam suatu pembelajaran yang sifatnya abstrak, 
rumit, dan kompleks memerlukan multimedia yang sesuai dengan isi 
pembelajaran tersebut. 
Gambar-gambar multimedia melalui komputer akan berusaha 
secermat dan sentyata mungkin melukiskan konsepatauprinsip suatu 
pembelajaran yang sifatnya abstrak dan kompleksmenjadi sesuatu yang nyata, 
sederhana, sistenmatis dan sejelas mungkin. Dengan demikian penggunaan 
pembelajaran melalui komputer dalam pembelajaran akan membuat kegiatan 
pembelajaran berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna sehingga hasil 
belajar siswa dapat ditingkatkan. 
3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Komputer 
Keuntungan yang akan diperoleh dengan pembelajaran berbasis 
komputer, yaitu sebagai berikut; 
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara 
46 
individual. 
b. Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi. 
c. Menyediakan pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam. 
d. Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. 
e. Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik. 
f. Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadapa materi yang 
disajikan. 
g. Merangsang siswa belajar dengan penuh semangat, materi yang disajikan 
mudah dipahami oleh siswa. 
h. Siswa mendapat pengalaman yang bersifat konkret, retensi siwa 
meningkat. 
i. Memberi umpan balik secara langsung. 
j. Siswa dapat menentukan sendiri laju pembelajaran. 
k. Siswa dapat melakukan evaluasi diri.
Sedangakan Wankat & Oreovocz, (1993) menjelaskan bahwa 
keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adal;ah memberi 
kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih 
lanjut. Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memilki beberapa 
keuntungan antara lain sebagai berikut: 
a. Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan 
iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual. 
b. Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya 
animasi grafis, warna, dan musik. 
c. Kendali berda pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan 
47 
dengan tingkat kemampuan. 
Disamping itu, pembelajaran komputer juga memilki beberapa 
kelemahan, antara lain sebagai berikut: 
a. Hanya efektif jika digunakan oleh satu orang atau kelompok kecil. 
b. Jika tampailan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau 
hanya merupakan tampilan seperti pada buku teks biasa, pembelajaran 
melalui media komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar 
siswa. 
c. guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat 
merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama 
dengan ahli progamer grafis, juru kamera, dan teknisi komputer. 
4. Cara Pengembangan 
Berikut ini adalah salah satu contoh untuk mengembangkan 
pembelajaran berbasis komputer, dengan menggunakan pengembangan 
pembelajaran Model Banathy yang di gambarkan sebagai berikut;
1. Merumuskan 
Tujuan 
3. Analisis kegiatan 
belajar 
4. Mendesain 
Sistem 
Pembelajaran 
5. Melaksanakan 
kegiatan dan 
evaluasi 
6. Mengadakan 
Perbaikan 
2. Pengembangan tes 
Gambar 7.1 Pengembangan pembelajaran model Banathy 
(Suparman, 1991) 
48 
5. Langkah Pengembangan 
a. Pengembangan Bahan Ajar 
Sesuai dengan model pengembangan yang dijadikan pijakan dasar 
dalam proses pengembangan, prosedur pengembangan dilakukan dengan 
urutan langkah-langkah sebagai berikut: 
1) menetapkan rumusan tujuan pembelajaran, 
2) mengembangkan tes untuk mengukur ketercapaian tujuan, 
3) menganalisis kegiatan belajar, 
4) mendesain sistem pembelajran,
5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan melakukan evaluasi, dan 
6) mengadakan perbaikan. 
49 
b. Pengembangan Media Komputer 
Setelah rancangan pembelajaran dihasilkan, langkah selanjutnua 
adalah mengembangkan pembelajaran tersebut ke dalam program 
komputer sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan. 
Proses pengembangan dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut; 
1) Perancangan bahan ajar ke dalam program komputer. 
2) Pembuatan media untuk pembelajaran meliputi pengambilan gambar 
dan pembuatan animasi. 
3) Penggabungan gambaratauanimasi ke dalam bahan ajar komputer. 
4) Tim yang terlibat: untuk produksi melibatkan programer komputer 
grafis, juru kamera, teknisi dan objek lingkungan yang terkait dengan 
pembelajaran. 
6. Penerapan di Kelas 
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran 
dapat dijabarkan sebagai berikut. 
No. Peran Guru Peran Siswa 
1. 
2. 
3 
4. 
. 
Merancang dan mengembangkan 
isi pembelajaran dalam bentuk 
komputer. 
Memberi bimbingan individual 
pada setiap siswa yang 
membutuhkan. 
Fasilitator bagi kegiatan belajar 
siswa. 
Selalu melakukan update terhadap 
bahan ajar. 
Belajar secara mandiri. 
Mendiskusikan topikataumasalah 
yang dirasa belum jelas dengan guru. 
Menilai kemajuan belajar (self 
evaluation). 
7. Indikator Penilaian
Secara umum indikator-indikator penilaian yang digunakan untuk 
melihat apakah produk pembelajaran berbasis komputer telah memenuhi 
syarat pembelajaran atau belum, antara lain sebagai berikut; 
a. Tingkat kedalaman materi. 
b. Urutan penyajian atau pengorganisasian isi pembelajran. 
c. Kejelasan penggunaan bahasa. 
d. Kejelasan tabel atau gambar atau grafik atau animasi. 
e. Tampilan secara keseluruhan. 
8. Pentingnya Pembelajaran Berbasis Komputer 
50 
a. Bagi Guru 
Pembelajaran berbasis komputer sangat penting bagi guru karena: 
1) guru akan lebih banyak berperan sebagai fasilitator bagi siswa, 
2) memberi alternatif variasi metode pembelajaran, 
3) menolong mengembangkan media pembelajaran, 
4) memberi pedoman bagi pegembangan lebih lanjut, dan 
5) meminimalkan ytingkat kesalahpahaman konsep atau teori yang sering 
dialami siswa sehingga efektivitas dan efisiensi pembelajaran dapat 
dicapai secara optimal. 
b. Bagi Siswa 
Bagi siswa sangat bermanfaat karena: 
1) siswa akan lebih mudah dan cpat memahami materi pembelajaran yang 
bersifat abstrak, 
2) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa selama proses 
pembelajaran, 
3) meningkatkan hasil pembelajaran siswa, 
4) kendali belajar berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat 
disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, dan 
5) dapat mengakomodasi siswa yang lambat karena dapat menciptakan 
iklim yang efektif dengan cara ynag lebih individual. 
c. Bagi Sekolah
Dengan adanya model pembelajaran berbasis komputer yang 
dikembangkan melalui kegiatan ini, maka di sekolah: 
1) akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan bidang 
teknik sipil sehingga setiap guru dapat menggunakan dengan mudah dan 
efektivitas dan efisiensi pembelajaran secara keseluruhan akan 
meningkat, 
2) pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok 
51 
bahasan, dan 
3) sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan 
kondisi dan karakteristik pembelajaran. 
9. Hasil Penelitian 
Menurut beberapa hasil penelitian, ternyata pembelajaran berbasis 
komputer menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan 
pembelajaran konvensional (Dede & Swigger, 1998; Wilkinson, 1984). Hasil 
penelitian Morrinson, Ross dan O’Dell (1991) menemukan bahwa metode 
pembelajaran berbasis komputer lebih efektif dibannding kan metode 
pembelajaran tradisional. Dengan metode pembelajaran berbasis komputer, 
siswa akan lebih mudah melakukan kontrol belajar, memilih urutan 
pembelajaran, memudahkan mengerjakan tugas-tugas, dan melakukan 
evaluasi secara mandiri. Pembelajaran berbasis komputer ini memliki 
keuntungan dibandingkan metode lainnya karena mampu mengembangkan 
interaksi dan memeberi balikan secara segera pada siswa (Wankat & 
Oreonovicz, 1993: 158). Selain itu pembelajaran berbasis komputer memiliki 
tingkat motivasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran 
konvensional (Smith, 1991). 
B. Pembelajaran Berbasis Elektronik 
Pada dasarnya e-learning telah mulai diterapkan sejak tahun 1970-an 
(Waller & Wilson, 2001). Secara umum terdapat beberapa hal penting sebagai 
persyaratan pelaksanaan e-learning, yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan proses pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan. 
b. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu ssiswa apabila 
52 
mengalami kesulitan belajar. 
c. Adanya lembaga penyelenggara atau pengelola e-learning. 
d. Adanya sikap positif dari siswa dan tenaga pendidik terhadap teknologi 
komputer dan internet. 
e. Tersedianya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari atau 
diketahui oleh setiap siswa. 
f. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa dan mekanisme 
umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara. 
Pada pihak lain disebutkan bahwa pembelajaran e-learning merupakan 
kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet sebagai metode 
penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta dukungan oleh berbagai bentuk 
layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasy 2001). 
1. Fungsi Pembelajaran Elektronik 
Menurut Siahaan (2002) setidaknya ada tiga fungsi pembelajaran 
elektronik terhadap kegiatan pembelajaran dalam kelas, yaitu sebagai berikut: 
a. Sebagai suplemen pembelajaran yang sifatnya pilihan atau oposional. 
E-learning berfungsi sebagai suplemen pembelajaran apabila 
peserta didik mempunyai kebebasan memeilih, apakan siswa akan 
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau menggunakan 
pembelajaran model konvensional. Jadi tidak ada kewajiban atau keharusan 
bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. 
b. Sebagai pelengkap (komplemen) pembelajaran. 
E-learning berfungsi sebagai pelengkap pembelajaran apabila 
materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi 
pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas konvensional (Lewis, 
2002). 
c. Sebagai pengganti (substitusi) pembelajaran.
E-learning berfungsi sebagai pengganti pembelajaran jika 
pembelajaran elektronik sepenuhnya digunakan dalam proses 
pembelajaran. Dalam kondisi ini, siswa hanya belajar lewat pembelajaran 
elektronik saja, tanpa menggunaka model pembelajaran lainnya. 
2. Manfaat Pembelajaran Elektronik 
53 
a. Bagi Siswa 
Dengan kegiatan pembelajaran melalui e-learning dimungkinkan 
berkembangnya fleksibilitas belajar setiap siswa yang optimal, dimana 
siswa dapat mengakses bahan-bahan belajar secara optimal. Disamping itu 
siswa juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. 
b. Bagi Guru 
Menurut Sukartawi (2003), dengan adanya kegiatan pemelajaran e-learning 
ada beberapa manfaat yang diperoleh guru yaitu: 
1) Lebih mudah melakukan pemutakhiranbahan-bahan ajar yang menjadi 
tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangankeilmuan 
yang terjadi. 
2) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan 
wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak. 
3) Mengontrol kebiasaan belajar peserta didik. 
4) Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan so0al-soal latihan 
setelah mempelajari topik tertentu. 
5) Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya 
kepada peserta didik. 
Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A.W. Bates, 
1995 dan K. Wulf, 1996 terdiri atas 4 hal: 
1) Meningkatkan kadar pembelajaran antara siswa dengan guru. 
2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan 
saja. 
3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas.
4) Mempermudah penyempurnaan dan penyampaian materi 
54 
pembelajaran. 
c. Bagi Sekolah 
Dengan adanya model pembelajran e-learning berbasis web, maka 
di sekolah; 
1) akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan 
bidangnya, 
2) pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok 
bahasan, 
3) sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan 
kondisi dan karakteristik pembelajaran, dan 
4) mendorong menumbuhkan sikap kerja sama antar guru dengan guru 
dan guru dengan siswa dalam memecahkan masalah pembelajaran. 
3. Kelemahan Pembelajaran Elektronik 
Menurut Wildavsky, 9 2001 0 kelemahan utama pembelajaran e-learning 
adalah sebagai berikut: 
a. Frekuensi kontak secara langsung antara seasma siswa maupun antar siswa 
dengan narasumber sangat minim. 
b. Peluang siswa untuk bersosialisasi denagn siswa lain sangat terbatas. 
Guna mengatasi kelemahan tersebut, dapat dipecahkan denagn 
membentuk lingkungan pembelajaran elektronik yang dapat menciptakan dan 
mengembangkan “ rasa bermasyarakat “ di kalangan siswa sekalipun mereka 
terpisahkan secara geografis. 
Satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-learning 
tidak dapat sepenuhnya menggantikan pembelajaran konvensional di kelas 
(Lewis, 2002). E-learning dapat menjadi patner atau saling melengkapi dengan 
pembelajaran konvensional di kelas. 
4. Pembelajaran Berbasis Web (Web Based Learning)
WBL atau sering disebut on-line adalah suatu sistem atau proses untuk 
melaksanakan kegiatan belajar mengajar jarak jauh melalui aplikasi web dan 
jaringan internet (Simamora, 2003). 
Beberapa kelebihan dari pemanfaatan internet untuk WBL antara lain 
sebagai berikut: 
a. Kelas tidak membutuhkan bentuk fisik, semuanya dapat dibangun dalam 
55 
aplikasi internet. 
b. Melalui internet lembaga pendidikan akan dapat lebih fokus pada program 
penyelenggaraan pendidikan atau latihan. 
c. Program WBL dapat dilaksanakan dan di update secara cepat. 
d. Dapat diciptakan interaksi yang bersifat real time maupun non real time. 
e. Dapat mengakomodasi keseluruhan proses belajar, mulai dari registrasi, 
penyampaian materi, diskusi, evaluasi, dan juga transaksi. 
f. Dapat diakses dari lokasi mana saja dan bersifat global. 
g. Materi dapat dirancang secara multimedia dan dinamis. 
h. Siswa dapat terhubung ke berbagai perpustakaan maya di seluruh dunia 
dan menjadikannya sebagai media penelitian dalam menuingkatkan 
pemahaman dan bahan ajar. 
i. Guru dapat secara cepat menambah referensi bahan ajar yang bersifat studi 
kasus, tren industri dan proyeksi teknologi ke depan melalui berbagai 
sumber untuk menambah wawasan peserta terhadap bahan ajar 
(Simamora, 2003). 
5. Pengembangan WBL 
Simamora (2003) mendeskripsikan komponen-komponen WBL, baik 
dalam interaksi langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut: 
a. Interaksi secara tidak langsung dalam WBL dapat diwujudkan dengan 
menggunakan: 
1) Elektronik mail (e-mail), merupakan layanan yang paling banyak 
digunakan dalam web. 
2) Newsgroup, merupakan media komunikasi antar siswa untuk diskusi 
dan berkolaborasi dalam suatu kelompok tertentu.
3) Bulletin board file exchange, merupakan media komunikasi untuk 
mempertukar dokumen, mengirim dokumen yang ditugaskan oleh guru 
dan kolaborasi dokumen antarsiswa. 
b. Interaksi secara langsung dalam WBL dapat diwujudkan dengan 
menggunakan: 
1) Chat, merupakan media komunikasi langsung antarsiswa dalam bentuk 
56 
teks. 
2) Aplicatin Sharing, meggunakan aplikasi khusus yang memungkinkan 
suatu grup berkolaborasi secara langsung pada suatu dokumen kerja 
dengan melakukan editing secara jarak jauh. 
3) Audio atau video conference, menggunakan aplikasi perangkat lunak 
khusus yang memungkinkan terjadinya komunikasi audioatau video 
conference. 
Menurut Simamora (2003) bagian teknologi e-learning adalah sebagai 
berikut. 
Computer Based 
Learning 
Gambar 7.2 Kedudukan Web Learning (Simamora, 2003) 
Dari Gambar 7.2 dapat dipetakan kedudukan WBL dalam sekumpulan 
jenis pembelajaran jarak jauh. 
Online 
Learning E-Learning 
Distance 
Learning
a. Distance learning, merupakan seluruh bentuk pembelajran jarak jauh 
(PJJ), baik yang berbasis korespondensi maupun yang berbasis teknologi 
informasi. 
b. E-learning merupakan PJJ yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan 
57 
informasi. 
c. Online learning, memanfaatkan teknologi intranet, internet yang dikenal 
dengan world wide web (www). 
d. Computer base learning, memanfaatkan komputer sebagai terminal akses 
ke proses belajar. 
6. Model Pengembangan 
Salah satu contoh model pengembangan pembelajaran e-learning adalah 
sebagai berikut. 
Menentukan mata 
pelajran yang akan 
dikembangkan 
Mengidentifikasi 
silabus mata pelajaran 
Mengembangkan 
Web Based Learning 
Uji coba produk 
pembelajaran WBL 
Menyusun petunjuk 
penggunaan program 
Memproduksi 
WBL
Prosedur pengembangan 
a. Menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan 
b. Mengembangkan WBL 
c. Memproduksi WBL 
d. Menyusun petunjuk penggunaan program 
e. Menyediakan jaringan 
f. Proses instalasi produk pembelajaran 
58 
7. Hasil Penelitian 
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan e-learning 
sebagai pelengkap pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kreativitas 
dan hasil belajar siswa. Penelitian Hajji (2006) menyimpulkan bahwa: 
a. Terjadinya aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 
yang di tandai dengan sebuah hit yang mengakses situs belajar. 
b. Terjadi peningkatan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan 
pembelajaran yang ditandai dengan jumlah balikan yang diperoleh dalam 
webmail situs belajar. 
c. Menurunnya tingkat kejenuhan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan 
pembelajaran. 
d. Terjadinya peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap materi 
perkuliahan yang dapat dilihat dari kualitas balikan terhadap tes dan 
pertanyaan yang ada dalam situs belajar.
BAB VIII 
DIMENSI BELAJAR PEMBELAJARAN, BERBASIS MODUL DAN 
PERISTIWA PEMBELAJARAN 
A. Dimensi Belajar 
Dimensi belajar adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari beberapa 
langkah pembelajaran, yang diyakini mampu mengembangkan dan 
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Konsep dimensi belajar ini 
dikembangkan oleh Marzano (1998) dan Marzano (1994), yang meliputi lima 
dimensi belajar, yaitu sikap dan presepsi yang positif,pemerolehan dan 
pengintergrasian pengetahuan, perluasan dan penghalusan pengetahuan, 
penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan kebiasaan berpikir positif. 
1. Konsep Dimensi Belajar 
a. Sikap dan Presepsi yang Positif 
Ada dua kategori sikap dan presepsi yang mempengaruhi belajar, yaitu 
(1) sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan (2) sikap dan 
persepsi tentang tugas-tugas kelas. Cara guru membantu siswa 
menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap iklim belajar 
dengan menekankan aspek-aspek internal dan eksternal siswa. Aspek-aspek 
internal meliputi (1) penerimaan guru dan teman sekelas (kontak 
mata, pengetahuan, dan lain-lain), dan (2) kenyamanan fisik dalam 
kelas. Cara membantunmenumbuhkan sikap dan sikap persepsi yang 
positif terhadap tugas-tugas kelas dilakukan dengan pemahaman akan 
nilai- nilai tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber (Waras, 2001). 
b. Pemerolehan dan Pengintergrasian Pengetahuan 
Menerima pengetahuan melibatkan proses interaksi antara apa yang 
sudah diketahui dengan apa yang ingin dipelajari, setelah itu 
mengintergrasikan informasi tersebut menjadi langkah-langkah 
sederhana yang mudah dipahami. Cara guru membantu siswa untuk 
59
dapat menerima pengetahuan (deklaratif dan prosedural) dilakukan 
dengan persiapan pembelajaran yang menggunakan perencanaan 
dengan mempertimbangkan sejumlah pertanyaan dasar untuk tiap jenis 
pengetahuan. Belajar pengetahuan deklaratif melibatkan tiga fase yakni 
kontruksi makna , pengorganisasian pengetahuan, dan penyimpanan 
pengetahuan (Waras, 2001). 
c. Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan 
Kegiatan memperluas dan memperhalus pengetahuan dilakukan dengan 
(1) comparising (identifikasi dan artikulasi hal-halataubenda-benda 
yang mirip dan berbeda), (2) classifying (pengklasifikasian kasus-kasus 
ke dalam suatu kategori berdasarkan atribut dasarnya), (3) inducing 
(pendugaan prinsip-prinsip atau generalisasi yang belum diketahui dari 
observasi atau analisis), (4) deducting (pendugaan kondisi yang belum 
tertanyakan dari prinsip-prinsip atau generalisasi tertentu), (5) analizing 
error (identifikasi dan artikulasi kesalahan di dalam pikiran sendiri atau 
orang lain), (6) contructing support (pengkontruksian sistem dukungan 
kebenaran atau bukti-bukti suatu pernyataan yang tegas), (7) 
abstracting (identifikasi dan artikulasi tema penting atau pola umum 
suatu informasi), dan (8) analyzing perspective (identifikasi dan 
artikulasi perspektif personal tentang berbagai macam isu). 
Kegiatan belajar bisaberupa proses-proses membandingkan, klasifikasi, 
menginduksi, mendeduksi, menganalisis kesalahan dan sebagainya 
(Waras, 2001). 
d. Penggunaan Pengetahuan Secara Bermakna 
Penggunaan pengetahuan secara bermakna dilakukan dengan cara (1) 
decision making (strategi pengambilan keputusan), (2) investigation 
(melakukan penyelidikan), (3) experiment inquiry (proses memperoleh 
jawaban atas suatu pertanyaan), (4) problem solving (proses pemecahan 
masalah), dan (5) invetion (proses penciptaanataupenemuan). 
60 
e. Kebiasaan Berpikir Produktif
Dimensi ini berkaitan dengan penumbuhan kebiasaan mental untuk 
dapat berpikir secara produktif yang ditandai dengan (1) self regulated 
thinking and learning (menumbuhkan kemampuan berpikir dan belajar 
yang teratur secara mandiri), (2) critical thinking and learning 
(menumbuhkan sikap kritis dalam berpikir dan belajar), (3) creative 
thinking and learning (menumbuhkan sikap kreatif dalam berpikir dan 
belajar. 
61 
2. Penerapan Dimensi Belajar 
Pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model dimensi belajar 
memiliki asumsi dasar bahwa pembelajaran yang komprehensif sekurang-kurangnya 
mengakomodasikan dua tipe pembelajaran, yakni pembelajaran 
yang lebih teacher directed maupun yang bertipe student directed (Waras, 
2001). 
Cara guru membantu siswa untuk dapat menerima pengetahuan 
(deklaratif dan prosedural) dilakukan dengan persiapan pembelajaran yang 
menggunakan perencanaan dengan mempertimbangkan sejumlah 
pertanyaan dasar untuk tiap jenis pengetahuan. Belajar mengetahui 
deklaratif melibatkan tiga fase, yakni konstruksi makna, pengorganisasian 
pengetahuan, dan penyimpanan pengetahuan (Waras, 2001). 
3. Hasil Penelitian 
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, model dimensi belajar memiliki 
beberapa keunggulan, yaitu (1) model dimensi belajar lebih menekankan 
pada aktivitas mental dan fisik anak dalam belajar, (2) upaya alternatif 
membangun hubungan dinamis dan sistematis antara bagaimana guru 
mengajar dan bagaimana siswa belajar, (3) penerapan model dimensi belajar 
telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar bidang sains (Waras, 2001), 
(4) dimensi belajar lebih akomodatif dalam meningkatkan kadar CBSA 
untuk situasi dan kondisi sekolah di Indonesia, dan (5) memandu 
pembelajaran berlangsung secara sistematis dan dinamis tanpa menambah 
beban guru untuk mempelajari teori-teori belajar tingkat tinggi secara 
langsung (Marzano, 1994; Waras, 2001).
B. Pembeljaran Berbasis Modul 
Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan 
adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas 
pembelajaran dapat dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran. 
Variabel pembelajaran yang terkait langsung dengan kualitas 
pembelajaran adalah tersedianya buku teks yang berkualitas. Menurut 
Russel (1974) sistem pembelajaran modul akan menjadikan pembelajaran 
lebih efisien, efektif, dan relevan. Dibandingkan dengan pembelajaran 
konvesional yang cenderung klasikal dan dilaksanakan dengan tatap muka, 
pembelajaran modul ternyata memiliki keunggulan atau kelebihan (Sudjoko, 
1989). Disamping itu, pembelajaran modul dalam beberapa hal kurang 
efektif jika dibandingkan dengan sistem pembelajaran tradisional (Good & 
Brophy, 1991). 
62 
1. Unsur-Unsur Modul Pembelajaran 
Unsur-unsur sebuah modul pembelajaran yaitu: 
a. Modul merupakan seperangkat pengalaman belajra yang berdiri sendiri, 
b. Modul dimaksudkan untuk mempermudah siswa mencapai seperangkat 
tujuan yang telah ditetapkan, 
c. Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu dengan yang lain 
secara hierarkis. 
Menurut Russel (1974) karakteristik modul mencakup: 
a. Self contain, 
b. Bersandar pada berbedaan individu, 
c. Adanya asosiasi, 
d. Pemakaian bermacam-macam media, 
e. Partisipasi aktif siswa,
f. Pengetahuan langsung, dan 
g. Pengawasan strategi evaluasi. 
Komponen-komponen modul terdiri dari: 
a. Rasional 
b. Tujuan 
c. Tes masukan 
d. Kegiatan belajar 
e. Tes diri (self test) 
f. Tes akhir (post test) 
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Kebudayaan 
(dikemukakan oleh Suryobroto, 1983), peneertian modul adalah satu unit 
program belajar mengajar terkecil, yang secara rinci menggariskan: 
a. Tujuan intruksional yang akan dicapai, 
b. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, 
c. Pokok-pokok yang akan dipelajari, 
d. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas, 
e. Peran guru dalam proses belajar mengajar, 
f. Alat dan sumber belajar yang dipergunakan, 
g. Kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa secara 
63 
berurutan, 
h. Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa, 
i. Program evaluasi yang akan dilaksanakan. 
Vembiarto (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ciri-ciri modul, yaitu: 
a. Modul merupaken paket pembelajaran yang bersifat self-intruction; 
b. Pengakuan adanya individual belajar; 
c. Membuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit; 
d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan; 
e. Penggunaan berbagai macam media; 
f. Partisipasi aktif dari siswa; 
g. Adanya reinforcement langsung terhadap rrespon siswa;
h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajar. 
64 
2. Struktur Modul Pembelajaran 
Dikcson dan Leonard (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ada 12 unsur 
dalam modul yaitu: 
a. Topik statement, yaitu sebuah kalimat yang menyertakan pokok masalah 
yang akan diajarkan; 
b. Rational, yaitu pernyataan singkat yang mengungkapkan rasional dan 
kegunaan materi tersebut untuk siswa; 
c. Concept statement and prerequsite, yaitu pernyataan yang 
mendefinisikan ruang lingkup dan sekuen dari konsep-konsep dalam 
hubungannya dengan konsep lain dalam bidang pokok; 
d. Concept, yaitu abstraksi atau ide pokok dari materi pelajaran yang 
tertuang di dalam modul; 
e. Pehavioral objectives, yaitu pernyataan tentang kemampuan apa yang 
harus dikuasai siswa; 
f. Pretest, yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa 
sebelum mengikuti pelajaran; 
g. Suggest teacher techniques, yaitu petunjuk kepada guru tentang metode 
apa yang diterapkan dalam membantu siswa; 
h. Suggest student activities, yaitu aktivitas yang harus dilakukan siswa 
untuk mencapai tujuan pembelajaran; 
i. Multimedia resources, yaitu menunjukan sumber dan berbagai pilihan 
materi yang dapat digunakan ketika mengerjakan modul; 
j. Post test and evaluation, yaitu guru menerapkan kondisi dan kriteria 
penilaian terhadap penampilan siswa; 
k. Remidiations plans, yaitu untuk membantu siswa yang lemah dalam 
mencapai kriteria tertentu; 
l. General reassessment potential, yaitu mengacu pada kebutuhan penilaian 
terus menerus dari unsur-unsur modul. 
Selanjutnya Soedijarto (1977) mengemukakan bahwa komponen-komponen 
modul yang digunakan sebagai program pembelajaran mandiri
adalah sebagai berikut (1) pedoman guru, (2) lembar kegiatan siswa, (3) 
lembar kerja, (4) kunci lembaran kerja, (5) lembaran tes, dan (6) kunci 
lembaran tes. 
65 
3. Panduan Mengajar 
Didalamnya memuat penjelasan tentang: (a) kegiatan yang harus 
dilaksanakan guru dikelas; (b) waktu yang disediakan untuk menyelesaikan 
modul yang bersangkutan, (c) alat-alat yang harus digunakan, (d) petunjuk-petunjuk 
evaluasi, (e) komponen kunci lembaran tes dan lembaran tugas, 
dan (f) buku sumber. 
4. Lembaran Kegiatan Siswa 
Lembaran kegiatan siswa memuat tentang; (a) rasional, (b) waktu, (c) tujuan 
belajar secara umum, (d) petunjuk umum dan petunjuk khusus mempelajari 
modul, (e) buku sumber atau sumber belajar lanjutan, (f) dekripsi kegiatan 
siswa, (g) penggalan modul, (h) tujuan belajar secara khusus, (i) waktu yang 
diperlukan untuk belajar setiap penggalan, (j) uraian dan contoh, (k) 
ringkasan isi, (l) lembar soal, (m) lembar tugas. 
5. Hasil Penelitian 
Penelitian Wena, dkk (2000) dengan judul Pengembangan Modul 
Pembelajaran Dengan Metode Elaborasi Pada Matapelajaran Kontruklsi 
Bangunan Dan Menggambar I Pada Jurusan Pendidikan Teknik 
Bangunan,menyimpulkan bahwa (1) pembelajaran modul dapat 
meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan, dan (2) pembelajaran 
modul dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas-tugas 
pembelajaran. 
C. Peristiwa Pembelajaran 
Peristiwa pembelajaran ini dibagi menjadi sembilan tahapan, yang 
diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses 
internal dalam belajar. Hakikat suatu peristiwa pembelajaran berbeda 
tergantung pada kapabilitas apa yang diharapkan akan menjadi hasil
pembelajaran. "Learning intellectual skills requires a different design of 
intructional evens from those required for learninp verbal information or for 
those required for learning motor skills, and so on".(Gagne, 1985) 
Tahapan pembelajaran yang dikembangkan gagne (1985) meliputi : 
1. Menarik perhatian, 
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran, 
3. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar, 
4. Menyajikan bahan perangsang, 
5. Member bimbingan belajar, 
6. Menampilkan unjuk kerja, 
7. Member balikan, 
8. Menilai unjuk kerja, 
9. Meningkatkan retensi dan alih belajar. 
a. Tahap pembelajaran 
66 
1) Menarik perhatian 
Keller dan Kopp (1987) secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk 
membangkitkan dan mempertahankan siswa, yaitu (1)membangkitkan 
daya persepsi siswa, dengan menyajikan sesuatu yg membingungkan 
dan kontradiktif, (2)menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dengan jalan 
(a)merangsang aktif merespons, menggunakan interaksi pertanyaan-respons- 
umpan balik, (b)menciptakan masalah, yaitu memberi 
kesempatan siswa memecahkan masalah (c)menciptakan materi, yaitu 
menciptakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang 
membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan, 
(3)menggunakan elemen pembelajaran variatif, dengan cara meringkas 
pembelajaran, menciptakan respons saling mempengaruhi dan 
mengintergrasikan media fungsional. 
2) Menginformasikan Tujuan Pembelajaran 
Tujuan pebelajaran merupakan uraian rinci tentang suatu (isi 
pembelajaran) yang akan mampu dikerjakan siswa selesai mengikuti
satu satuan pembelajaran. Ditinjau dari segi siswa, tujuan 
pembelajaran diartikan sebagai deskripsi tentang perilaku yang 
diharapkan dapat dimiliki setelah mengikuti pembelajaran (Davis, 
1976). Menuruj Dick and Carey (1985) perumusan tujuan 
pembelajaran berguna dalam (1) menspesifikasi perilaku yang akan 
diajarkan, (2) menentukan siasat bagi pembelajaran,dan (3) 
menetapkan kriteria unjuk kerja siswa sesuai pembelajaran. 
3) Merangsang Ingatan pada Prasyarat Belajar 
Dalam proses pembelajaran prasyarat belajar ini harus dimunculkan 
kembali dalam memori siswa. Karena merangsang ingatan pada 
prasyarat belajar dapat memudahkan belajar kapabilitas baru (Gagne, 
1985). Hal ini dapat dilakukan dengan kalimat sederhana, yaitu hanya 
mengingatkan pada hal-hal yang sudah dipelajari. 
4) Menyajikan Bahan Perangsang 
Menurut Degeng (1989) apabila yang dipelajari adalah informasi 
verbal, bahan perangsang dapat berupa bahan-bahan tercetak, seperti 
fotocopi dari sub bab buku teks atau secara lisan dengan rekaman. 
Apabila yang dipelajari suatu keterampilan intelektual, maka objek-objek 
atau simbol-simbol yang termasuk dalam konsep, atau kaidah 
atau masalah yang ingin dipecahkan, perlu disajikan. Untuk 
keterampilan motorik bahan perancang yang biasanya perlu disajikan 
adalah situasi ketika keterampilan itu ditampilkan. 
67 
5) Bimbingan Belajar 
Memberikan bimbingan belajar berguna untuk membantu siswa guna 
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Gagne, 1985). 
Untuk memudahkan siswa memahami masalah konsep, prosedur, 
maupun prinsip perlu diberi bimbingan belajar oleh guru. 
6) Menampilkan Unjuk Kerja 
Unjuk kerja berguna untuk meyakinkan siswa bahwa ia telah 
menguasai kapabilitas. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi suatu
pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Melalui jawaban siswa akan dapat 
diketahui tingkat kemampuan siswa untuk menampilkan unjuk kerja. 
7) Memberi Balikan (Feed Back) 
Menurut Bardwell (1981) informasi balikan mempunyah dua fungsi, 
yaitu sebagai perbaikan, dan sebagai penguatan. Balikan dapat 
membantu meningkatkan motivasi dan mengatur kegiatan selanjutnya. 
Pemrosesan balikan dalam diri seseorang yang berasal dari pemberi 
balikan dan stimulus terjadi dalam tiga tahapan, yaitu (1) mempersepsi 
balikan, (2) mempunyai keinginan menanggapi balikan, dan 
(3)merespons (Ilgen, Fisher dan Taylor, 1979). 
68 
8) Menilai Unjuk Kerja 
Tahap menilai unjuk kerja berguna untuk menetapkan seberapa jauh 
siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran dan mampu menampilkan 
unjuk kerja seperti yang ditetapkan dalam tujuan secara konsisten 
(Gagne, 1985). Alat penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan 
menggunakan alat tes baik tes tulis, lisan ataupun tes perbuatan; ini 
tergantung dari karakteristik isi pembelajaran. 
9) Meningkatkan Retensi dan Alih Belajar 
Retensi merupakan jumlah hasil belajar yang masih mampu diingat 
atau diproduksioleh siswa setelah selang waktu tertentu (Gagne, 1985). 
makin banyak jumlah hasil belajar yang mampu diingat oleh siswa 
dalam selang waktu tertentu, berarti tingkat retensi tinggi, jadi 
pembelajaran dianggap efektif. 
b. Hasil Penelitian 
Berdasarkan hasil penelitian Wahyo Hendarto Yoh dan Made Oka Mulya 
(2006) disimpulkan sebagai berikut. (1) Model tahapan pembelajaran dapat 
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam matakuliah Peralatan 
Kontruksi. HAl ini nampak dari adanya peningkatan hasil belajar, motivasi 
belajar, keaktifan mahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen. (2) Dengan 
penerapan model tahapan pembelajaran akan lebih berfokus pada siswa dan
lebih menempatkan dosen sebagai fasilator, yang mampu mendorong dan 
mengembangkan keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran. 
69
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Dari hasil diskusi kelompok yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan: 
Dalam buku “Strategi Pembelajaran Inovatif Kurikulum,” terdapat 8 pokok 
70 
bahasan, yaitu: 
1. Strategi pembelajaran. 
2. Strategi pengorganisasian dan pengelolaan pembelajaran. 
3. Strategi pembelajaran pemecahan masalah. 
4. Strategi pembelajaran ranah motorik. 
5. Strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis proyek, dan 
pembelajaran kuantum. 
6. Strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative, pembelajaran 
tuntas, dan pembelajaran kooperatif. 
7. Strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis 
elektronik (E-Learning). 
8. Dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa pembelajaran. 
B. Saran 
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca dapat lebih 
memahami tentang strategi pembelajaran inovatif kontemporer yang merupakan 
suatu tinjauan konseptual opersional terutama dalam kaitannya dengan strategi 
pembelajaran bagi anak sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA 
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi 
Aksara. 
71

Contenu connexe

Tendances

Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1FKIP UHO
 
773 article text-1515-2-10-20121203 (1)
773 article text-1515-2-10-20121203 (1)773 article text-1515-2-10-20121203 (1)
773 article text-1515-2-10-20121203 (1)CHIASHEAKKOONMoe
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapAjrina Pia
 
Makalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaranMakalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaraniskawia
 
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Konsep Dasar Strategi PembelajaranKonsep Dasar Strategi Pembelajaran
Konsep Dasar Strategi PembelajaranIfwhar Yuhono
 
Model-model Pembelajaran
Model-model PembelajaranModel-model Pembelajaran
Model-model PembelajaranNini Ibrahim01
 
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalamPpt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalamUkhty Nicken
 
Strategy PEMBELAJARAN.pptx
Strategy PEMBELAJARAN.pptxStrategy PEMBELAJARAN.pptx
Strategy PEMBELAJARAN.pptxRamaekafitria05
 
Mengkaji Permasalahan dalam Pembelajaran
Mengkaji Permasalahan dalam  PembelajaranMengkaji Permasalahan dalam  Pembelajaran
Mengkaji Permasalahan dalam PembelajaranNini Ibrahim01
 
Tugas makalah-strategi-peasambelajaran (2)
Tugas makalah-strategi-peasambelajaran (2)Tugas makalah-strategi-peasambelajaran (2)
Tugas makalah-strategi-peasambelajaran (2)Mask Kur
 
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARANPERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARANIna Wati
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran mia elbugis
 
Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranTandrian
 

Tendances (19)

Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
773 article text-1515-2-10-20121203 (1)
773 article text-1515-2-10-20121203 (1)773 article text-1515-2-10-20121203 (1)
773 article text-1515-2-10-20121203 (1)
 
Deri
DeriDeri
Deri
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
 
Makalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaranMakalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaran
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Konsep Dasar Strategi PembelajaranKonsep Dasar Strategi Pembelajaran
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
 
Model-model Pembelajaran
Model-model PembelajaranModel-model Pembelajaran
Model-model Pembelajaran
 
Rafisah p&p
Rafisah p&pRafisah p&p
Rafisah p&p
 
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalamPpt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
 
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi PembelajaranEvaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
 
Strategy PEMBELAJARAN.pptx
Strategy PEMBELAJARAN.pptxStrategy PEMBELAJARAN.pptx
Strategy PEMBELAJARAN.pptx
 
Mengkaji Permasalahan dalam Pembelajaran
Mengkaji Permasalahan dalam  PembelajaranMengkaji Permasalahan dalam  Pembelajaran
Mengkaji Permasalahan dalam Pembelajaran
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar Mengajar Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar Mengajar
 
Tugas makalah-strategi-peasambelajaran (2)
Tugas makalah-strategi-peasambelajaran (2)Tugas makalah-strategi-peasambelajaran (2)
Tugas makalah-strategi-peasambelajaran (2)
 
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARANPERENCANAAN PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaran
 
Strategi strategi belajar
Strategi strategi belajarStrategi strategi belajar
Strategi strategi belajar
 

En vedette

Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)Hariyatunnisa Ahmad
 
Model peembelajaran
Model peembelajaranModel peembelajaran
Model peembelajaraniskawia
 
MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)
MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)
MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)yatitarbiyah
 
Prosedur pengembangan modul
Prosedur pengembangan modulProsedur pengembangan modul
Prosedur pengembangan modulPAICAsman
 
Pembelajaran efektif
Pembelajaran efektifPembelajaran efektif
Pembelajaran efektifJULIO_MARKOTO
 
M e d i a p e m b e l a j a r an
M e d i a  p e m b e l a j a r anM e d i a  p e m b e l a j a r an
M e d i a p e m b e l a j a r anPAICAsman
 
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan Suhu
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan SuhuPengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan Suhu
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan SuhuDesy Aryanti
 
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahStrategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahHariyatunnisa Ahmad
 
Perncanaan pembelajaran
Perncanaan pembelajaranPerncanaan pembelajaran
Perncanaan pembelajaranIday Hidayat
 
Modul strategi dan model pembelajaran
Modul strategi dan model pembelajaranModul strategi dan model pembelajaran
Modul strategi dan model pembelajaranRAHMANULJA
 
Makalah prob stat distribusi binomial
Makalah prob stat distribusi binomialMakalah prob stat distribusi binomial
Makalah prob stat distribusi binomialRifqi Syamsul Fuadi
 
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemDesain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemNailul Hasibuan
 
Konsep dasar desain pembelajaran
Konsep dasar desain pembelajaranKonsep dasar desain pembelajaran
Konsep dasar desain pembelajaranrofieamirasyka
 
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
 

En vedette (18)

Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Made Wena)
 
Marzano's Taksonomi
Marzano's TaksonomiMarzano's Taksonomi
Marzano's Taksonomi
 
Model peembelajaran
Model peembelajaranModel peembelajaran
Model peembelajaran
 
MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)
MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)
MODUL MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INFORMATION COMMUNICATION TECHNOLOGY (ICT)
 
Belajar Resume Buku
Belajar Resume BukuBelajar Resume Buku
Belajar Resume Buku
 
Prosedur pengembangan modul
Prosedur pengembangan modulProsedur pengembangan modul
Prosedur pengembangan modul
 
Pembelajaran efektif
Pembelajaran efektifPembelajaran efektif
Pembelajaran efektif
 
Artikel mastery learning
Artikel mastery learningArtikel mastery learning
Artikel mastery learning
 
M e d i a p e m b e l a j a r an
M e d i a  p e m b e l a j a r anM e d i a  p e m b e l a j a r an
M e d i a p e m b e l a j a r an
 
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan Suhu
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan SuhuPengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan Suhu
Pengukuran Waktu, Berat, Sudut, dan Suhu
 
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahStrategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
 
Perncanaan pembelajaran
Perncanaan pembelajaranPerncanaan pembelajaran
Perncanaan pembelajaran
 
Modul strategi dan model pembelajaran
Modul strategi dan model pembelajaranModul strategi dan model pembelajaran
Modul strategi dan model pembelajaran
 
Makalah prob stat distribusi binomial
Makalah prob stat distribusi binomialMakalah prob stat distribusi binomial
Makalah prob stat distribusi binomial
 
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemDesain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
 
Konsep dasar desain pembelajaran
Konsep dasar desain pembelajaranKonsep dasar desain pembelajaran
Konsep dasar desain pembelajaran
 
Kajian tindakan
Kajian tindakanKajian tindakan
Kajian tindakan
 
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Model Model dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 

Similaire à Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranTandrian
 
Portovolio design pembelajaran
Portovolio design pembelajaranPortovolio design pembelajaran
Portovolio design pembelajaranAde Mufti Kholil
 
Power Point Kel. 4 - Strategi dalam Pembelajaran.pptx
Power Point Kel. 4 - Strategi dalam Pembelajaran.pptxPower Point Kel. 4 - Strategi dalam Pembelajaran.pptx
Power Point Kel. 4 - Strategi dalam Pembelajaran.pptxIndahWahyuni85
 
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Hariyatunnisa Ahmad
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranHilda Pujianti
 
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxPPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxMuhamadhendro
 
Strategi_pembelajaran.docx
Strategi_pembelajaran.docxStrategi_pembelajaran.docx
Strategi_pembelajaran.docxUpiHambuku
 
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfirwan prayogo
 
68284275 asmn-kepentingan-rph
68284275 asmn-kepentingan-rph68284275 asmn-kepentingan-rph
68284275 asmn-kepentingan-rphWei Fen Chua
 
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MENGAJAR KLP 1.pdf
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MENGAJAR KLP 1.pdfKONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MENGAJAR KLP 1.pdf
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MENGAJAR KLP 1.pdfAslanSaja1
 
Prinsip dan prosedur bg ucok
Prinsip dan prosedur bg ucokPrinsip dan prosedur bg ucok
Prinsip dan prosedur bg ucoklavanter simamora
 
perencanaan pembelajaran matematika
perencanaan pembelajaran matematikaperencanaan pembelajaran matematika
perencanaan pembelajaran matematikaMintonIsmail
 
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptx
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptxPpt Strategi Belajar Kel.1.pptx
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptxHerdiNanda
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarRizal M Suhardi
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDani Novita Rahma
 
Ppt tekno maya
Ppt tekno mayaPpt tekno maya
Ppt tekno maya240108
 
Pp tekno maya
Pp tekno mayaPp tekno maya
Pp tekno mayamaya38
 
Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriStrategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriPotpotya Fitri
 

Similaire à Strategi Belajar Mengajar - Made Wena (20)

Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaran
 
Portovolio design pembelajaran
Portovolio design pembelajaranPortovolio design pembelajaran
Portovolio design pembelajaran
 
Power Point Kel. 4 - Strategi dalam Pembelajaran.pptx
Power Point Kel. 4 - Strategi dalam Pembelajaran.pptxPower Point Kel. 4 - Strategi dalam Pembelajaran.pptx
Power Point Kel. 4 - Strategi dalam Pembelajaran.pptx
 
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaran
 
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxPPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
 
Strategi_pembelajaran.docx
Strategi_pembelajaran.docxStrategi_pembelajaran.docx
Strategi_pembelajaran.docx
 
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
 
68284275 asmn-kepentingan-rph
68284275 asmn-kepentingan-rph68284275 asmn-kepentingan-rph
68284275 asmn-kepentingan-rph
 
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MENGAJAR KLP 1.pdf
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MENGAJAR KLP 1.pdfKONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MENGAJAR KLP 1.pdf
KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MENGAJAR KLP 1.pdf
 
Prinsip dan prosedur bg ucok
Prinsip dan prosedur bg ucokPrinsip dan prosedur bg ucok
Prinsip dan prosedur bg ucok
 
perencanaan pembelajaran matematika
perencanaan pembelajaran matematikaperencanaan pembelajaran matematika
perencanaan pembelajaran matematika
 
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptx
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptxPpt Strategi Belajar Kel.1.pptx
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptx
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar Mengajar
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
 
PPt_Desain_Pembelajaran.pptx
PPt_Desain_Pembelajaran.pptxPPt_Desain_Pembelajaran.pptx
PPt_Desain_Pembelajaran.pptx
 
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan PembelajaranKegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
 
Ppt tekno maya
Ppt tekno mayaPpt tekno maya
Ppt tekno maya
 
Pp tekno maya
Pp tekno mayaPp tekno maya
Pp tekno maya
 
Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriStrategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori
 

Plus de Hariyatunnisa Ahmad

Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanHariyatunnisa Ahmad
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHariyatunnisa Ahmad
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemHariyatunnisa Ahmad
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeHariyatunnisa Ahmad
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Hariyatunnisa Ahmad
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranHariyatunnisa Ahmad
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Hariyatunnisa Ahmad
 

Plus de Hariyatunnisa Ahmad (20)

Model Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di JepangModel Lesson Study di Jepang
Model Lesson Study di Jepang
 
Media Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 DimensiMedia Ajar 3 Dimensi
Media Ajar 3 Dimensi
 
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen PendidikanMini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
Mini Riset: Pembelajaran Sebagai Sarana Mencapai Tujuan Manajemen Pendidikan
 
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra IndonesiaHakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Hakikat Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Analisis Wacana
Analisis WacanaAnalisis Wacana
Analisis Wacana
 
Sastra Anak
Sastra AnakSastra Anak
Sastra Anak
 
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstemPerangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
Perangkat Pembelajaran Sebagai Suatu SIstem
 
Pembuktian Fonem
Pembuktian FonemPembuktian Fonem
Pembuktian Fonem
 
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar DewantaraPemikiran Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara
 
Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan PancasilaFilsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat Pendidikan Pancasila
 
Filsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan EsensialismeFilsafat Pendidikan Esensialisme
Filsafat Pendidikan Esensialisme
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Membaca
MembacaMembaca
Membaca
 
Duga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak DiriDuga Daya Simak Diri
Duga Daya Simak Diri
 
Menyimak
MenyimakMenyimak
Menyimak
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
 
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
Imbuhan bebarengan Bahasa Daerah (Jawa)
 
Konsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen KelasKonsep Dasar Manajemen Kelas
Konsep Dasar Manajemen Kelas
 
Analisis Butir Soal
Analisis Butir SoalAnalisis Butir Soal
Analisis Butir Soal
 

Dernier

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 

Dernier (20)

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 

Strategi Belajar Mengajar - Made Wena

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kegiatan belajar mengajar sering kita jumpai beberapa hal yang menghambat dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran di sekolah, mulai dari pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan sarana prasarana pembelajaran. Hal ini, tentunya akan menghambat dalam setiap kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran apabila tidak segera diatasi. Yang perlu ditekankan untuk mengatasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran adalah strategi yang perlu diterapkan atau digunakan dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi pembelajaran inovatif kontemporer yang merupakan suatu tinjauan konseptual operasional untuk mengatasi hambatan kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. 1
  • 2. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana strategi dalam pembelajaran? 2. Bagaimana strategi pengorganisasian dan pengelolaan dalam 2 pembelajaran? 3. Bagaimana strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah? 4. Bagaimana strategi pembelajaran dalam ranah motorik? 5. Bagaimana strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kuantum? 6. Bagaimana strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative, pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif? 7. Bagaimana strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning)? 8. Bagaimana dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa pembelajaran? C. Tujuan 1. Memahami dan menganalisis strategi dalam pembelajaran. 2. Memahami dan menganalisis strategi pengorganisasian dan pengelolaan dalam pembelajaran. 3. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah. 4. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam ranah motorik. 5. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kuantum. 6. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative, pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif. 7. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning). 8. Memahami dan menganalisis dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa pembelajaran.
  • 4. BAB I A. PENDAHULUAN Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (Degeng,1989). Dengan demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Disebut suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu pengetahuan tersendiri. Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran sangat diperlukan karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Strategi pembelaran berguna bagi guru sebagai pedoman dan acuan bertindak sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Dan bagi siswa berguna untuk mempermudah proses belajar. B. Taksonomi Variabel Pembelajaran Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Degeng, 1989) strategi pembelajaran 4 dibagi menjadi tiga yaitu:
  • 5. 5 VARIABEL PEMBELAJARAN 1. Kondisi pembelajaran Kondisi (Condition) Pembelajaran Strategi (Methods) Pembelajaran Hasil (Outcomes) Pembelajaran Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Degeng, 1989) variable kondisi pembelajaran dikelompokkan menjadi menjadi tiga yaitu: Tujuan dan karakteristik bidang studi Kendala dan karakteristik bidang studi KONDISI PEMBELAJARAN Karateristik siswa
  • 6. a. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan tentang hasil pembelajaran Strategi pengorganisasian (organization strategy) Strategi penyampaian (Delivery Strategy) Strategi Pengelolaan (Management Strategi) Strategi Pengelolaan (Management Strategi) Strategi penyampaian (Delivery Strategy) 6 yang diharapkan. b. Karakteristik bidang studi merupakan aspek yang memberikan landasan yang berguna dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. c. Karakteristik siswa, terkait dengan kualitas individu siswa. 2. Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda (Reigeluth, 1983h; Degeng, 1989). Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: STRATEGI PEMBELAJARAN NN a. Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang studi. b. Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa. c. Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan variable strategi pembelajaran lainnya. 3. Hasil pembelajaran Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda (Degeng, 1989). Variable hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
  • 7. a. Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan terdapat empat indikator untuk mempreskripsikannya, yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi. b. Efisiensi pembelajaran, diukur dengan perbandingan antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa. c. Daya tarik pembelajaran, diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Secara singkat taksonomi variable pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut; Kendala dak karakteristik bidang studi Strategi Penyampaian 7 Keefektifan (Effectiveness) HASIL PEMBELAJARAN Daya Tarik (Appeal) Efisiensi (Effeciency) Tujuan dan karakteristik bidang studi Strategi Pengorganisasia n Karakteristik siswa Strategi Pengelolaan Keefektifan, Efisiensi, dan Daya Tarik Pembelajaran
  • 8. Strategi pengorganisasian pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran dan karakteristik bidang studi. Strategi penyampaian pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh kendala dan karakteristik bidang studi. Strategi pengelolaan pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh karakteristik siswa. C. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Strategi pengorganisasian adalah cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan, suatu isi pembelajaran. Sequencing terkait dengan cara pembuatan urutan penyajian isi suatu bidang studi, synthesizing terkait dengan cara untuk menunjukkan kepada siswa hubungan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan, suatu isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dipilah menjadi dua yaitu strategi pengorganisasian makro (menata keseluryhan isi bidang studi), dan strategi pengorganisasian mikro (menata urutan sajian untuk suatu ide tunggal). D. Strategi Penyampaian Pembelajaran Strategi penyampaian pembelajaran menekankan pada media yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran. Strategi penyampaian (delivery strategy) adalah cara-cara yang dipakai untuk penyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus untuk menerima atau merespon masukan-masukan dari siswa. Menurut Degeng (1989) secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu: 8
  • 9. a. Media pembelajaran, adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa (orang, alat atau bahan). b. Interaksi siswa dengan media, adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar. c. Bentuk (struktur) belajar mengajar, adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah siswa belajar dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan ataukah belajar mandiri. E. Strategi Pengelolaan Pembelajaran Pada dasarnya strategi pengelolaan pembelajaran terkait dengan usaha penataan interaksi antar siswa dengan komponen strategi pembelajaran yang terkait. Menurut Degeng (1998) paling tidak ada empat hal yang menjadi strategi pengelolaan, yaitu: 1. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, 2. Membuat catatan kemajuan belajar siswa, 3. Pengelolaan motivasional, 9 Media pembelajaran Kegiatan belajar Bentuk belajar mengajar
  • 10. 10 4. Control belajar. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran Membuat catatan kemajuan belajar siswa Pengelolaan motivasional F. Penerapan Strategi Pembelajaran Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran, sangat tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang ada, meliputi: 1. Tujuan pembelajaran Menurut taksonomi Bloom: secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi atas tiga kategori, yaitu (1) tujuan pembelajaran ranah kognitif, (2) tujuan pembelajaran ranah efektif, dan (3) tujuan pembelajaran ranah psikomotorik. Adanya perbedaann tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula pada adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus diterapkan. 2. Karakteristik Siswa Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar, kepribadian, dan sebagainya. 3. Kendala SumberatauMedia belajar Control belajar STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
  • 11. Media pembelajaran adalah perantara pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 1990). Ketersediaan sumber belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Tanpa adanya sumber belajar yang memadai sangat sullit bagi seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Guna membuat produk media ini digunakan model pengembangan media pembelajaran yang diajukan Sadiman (1990) seprti bagan berikut: Identifikasi Kebutuhan 4. Karakteristikatau Struktur Bidang Studi Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara bagian-bagian bidang studi. G. Faktor Penunjang Bidang Studi Secara umum ada beberapa variabel penunjang, baik teknis maupun nonteknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran. Beberapa variabel tersebut antara lain: 11 Perumusan Butir-Butir Materi TesatauUji Coba Naskah Siap Produksi Penulisan Naskah Media Perumusan Tujuan Revisi Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
  • 12. 1. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran, 2. Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, 3. Kemampuan guru melakukan penilaian, 4. Kemampuan guru menutu pembelajaran, dan 5. Faktor penunjang lainnya. 12
  • 13. BAB II STRATEGI PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, seorang guru terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan isi pembelajaran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Salah satu cara untuk menata dan mengorganisasikan isi pembelajaran adalah dengan menggunakan teori elaborasi. B. Teori Elaborasi Strategi atau teori elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi pembelajaran tingkat makro. Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci. Pegurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci dilakukan dengan: a. Langkah pertama dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi 13 bidang studi yang dipelajari), b. Langkah selanjutnya mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci. 1. Komponen Teori Elaborasi Pada dasarnya terdapat tujuh komponen strategi yang diintergrasikan dalam teori elaborasi, (Reigeluth, 1983 & Degeng, 1989) yaitu sebagai berikut: a. Urutan elaboratif, adalah urutan isi pembelajaran dai yang bersifat sederhana ke kompleks atau dari yang bersifat umum ke rinci. b. Urutan prasyarat belajar, adalah struktur yang menunjukan konsep, prosedur, atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep, perosedur, atau prinsip lain bias dipelajari.
  • 14. c. Rangkuman, adalah tujuan kembali (review) terhadap apa yang telah 14 dipelajari. d. Sintesis, berfungsi untuk menunjukan kaitan-kaitan di antara konsep, prosedur, atau prinsip yang diajarkan. e. Analogi, dibuat untuk dapat memudahkan pemahaman terhadap pengetahuan yang baru dengan cara membandingkannya dengan pengetahuan yang sudah dikenal oleh siswa (Reigeluth, 1983). f. Pengaktif strategi kognitif, strategi kognitif adalah keterampilan yang diperlukan siswa untuk mengatur proses internalnya ketika belajar, mengingat, dan berpikir. g. Kontrol belajar, terkait dengan kebebasan siswa dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari, kecepatan belajar, komponen strategi pembelajaran yang ingin digunakan, dan strategi kognitif yang ingin digunakan (Merrill, 1979). 2. Model Elaborasi Menurut Degeng (1989) ada tujuh prinsip yang menjadi model teori elaborasi yaitu: a. Penyajian kerangka isi, b. Elaborasi secara bertahap, c. Bagian terpenting disajikan pertama kali, d. Cakupan optimasi elaborasi, e. Penyajian pensintesis secara bertahap, f. Penyajian jenis pensintesis, dan g. Tahapan pemberian rangkuman. 3. Langkah-Langkah Pengorganisasian Teori Elaborasi Menurut Degeng (1989), langkah-langkah pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan model elaborasi adalah sebagai berikut. a. Penyajian kerangka isi, b. Elaborasi tahap pertama, c. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, d. Elaborasi tahap kedua,
  • 15. e. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal, f. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan kedalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran. g. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan. 15 4. Hasil Penelitian Penelitian tentang efektivitas dan efisiensi teori elaborasi, telah banyak dilakukan dalam berbagai jenjang pendidikan dan berbagai tipe bidang sstudi. Secara umum hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan teori elaborasi dalam pembelajarn dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. C. Strategi Pengelolaan Motivasional Menurut Martin dan Briggs (1986), motivasi adalah kondisi internal dan eksternal yang mempengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan atau tingkah laku. Good dan Brophy (1991) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku. Ditinjau dari tipe motivasi, para ahli membagi motivasi menjadi dua jenis, yaitu: a. Motivasi instrinsik, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar. 1. Komponen Strategi Pengelolaan Motivasional Pada dasrnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: a. strategi pengorganisasian, b. strategi penyampaian, c. strategi pengelolaan (Degeng, 1989). Reigeluth dan Merrill (1979) mengklasifikasikan strategi pengelolaan motivasional menjadi tiga, yaitu:
  • 16. a. Penjadwalan strategi pembelajaran, b. Pembuatan catatan kemajuan belajar, c. Pengelolaan motivasional. Keller (1983;1987) mengajukan empat jenis strategi pengelolaan motivasional, yaitu: a. Strategi pengelolaan motivasional untuk membangkitkan dan 16 mempertahankan perhatian. b. Strategi pengelolaan motivasional untuk menciptakan relevansi terhadap isi pembelajaran. c. Strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan keyakinan diri pada siswa. d. Strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan rasa puas pada siswa terhadap pembelajaran. 2. Menarik dan Mempertahankan Perhatian Siswa Selama Pembelajaran Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran, yaitu: a. Membangkitkan daya perspsi siswa, b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dan c. Menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi. 3. Mengaitkan Pembelajaran dengan Kebutuhan Siswa Pada dasrnya ada tiga jenis strategi guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa, yaitu: a. Keakraban atau kebiasaan, b. Berorientasi pada tujuan, dan c. Motif yang sesuai. 4. Menumbuhkan Rasa Yakin Diri Siswa Pada dasarnya ada tiga jenis strategi untuk menumbuhkan keyakinan pada diri siswa, yaitu: a. Prasyarat belajar, b. Kesempatan sukses, dan c. Kontrol pribadi (Keller & Kopp, 1987; Keller & Suzuki, 1988).
  • 17. 5. Membangkitkan Rasa Puas pada Pelajaran Pada dasarnya ada tiga jenis strategi pengelolaan motivasional untuk membangkitkan kepuasan dalam pembelajaran, yaitu: a. Konsekuensi alami, b. Konsekuensi positif, dan c. Kewajaran (Keller & Kopp, 1987; Keller & Suzuki, 1988). 17 6. Hasil Penelitian Penelitian Wena (1997) tentang Strategi Pengelolaan Motivasional ARCS dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA di Malang menyimpulkan bahwa: a. Strategi pengelolaan motivasional ARCS lebih unggul dibandingkan dengan strategi pengelolaan motivasional konvensional, b. Strategi pengelolaan motivasional dapat meningkatka motivasi belajar siswa SMA secara signifikan.
  • 18. BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH A. Pendahuluan Pada hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi juga memberi pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi.” Berpijak pada permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk diajarkan. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Suharsono, 1991). Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan terdiri dari berbagai kan macam permasalahan, maka terdapat juga berbagai macam strategi pemecahan masalah, antara lain strategi pemecahan masalah yang dikembang Solso, pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan masalah sistematis, inkuiri biologi, inkuiri jurisprudensial, inkuiri sosial latihan inkuiri, strategi pemecahan masalah ideal, dan strategi belajar berbasis masalah. B. Taksonomi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz (1995) mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi 18 pemecahan masalah, yaitu: 1. Rutin: tindakan rutin atau bersifat alogaritmik yang dilakukan tanpa membuat suatu keputusan. 2. Diagnostik: pemilihan sautu prosedur atau cara yang tepat secara rutin. 3. Strategi: pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu masalah.
  • 19. 4. Interpretasi: kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya. 5. Generalisasi: pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk memecahkan masalah-masalah yang baru. C. Model Peta Pemecahan Masalah Dalam melakukan pemecahan masalah, sebaiknya siswa diajak untuk melihat proses pemecahan masalah yang kompleks. Wankat dan Oreovocz (1995) menggambarkan peta interaksi dan kompleksitas pemecahan masalah. Pemetaan masalah yang dihadapi sangat perlu karena proses pemecahan masalah melibatkan berbagai aktivitas kognitif. D. Strategi Pemecahan Masalah Solso Solso (dalam Wankat dan Oreovocz, 1995) mengemukakan enam tahap 19 dalam pemecahan masalah. 1. Identifikasi permasalahan (indentification the problem). 2. Representasi permasalahan (representation of the problem). 3. Perencanaan pemecahan (planning the solution). 4. Menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan (execute the plan). 5. Menilai perencanaan (evaluate the plan) 6. Menilai hasil pemecahan (evaluate the solution). E. Strategi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut. 1. Saya mampu atau bisa (I can): tahap menumbuhkan motivasi dan keyakinan siswa. 2. Mendefinisikan (Define): Membuat daftar hal yang diketahui dan tidak diketahui.
  • 20. 3. Mengeksplorasi (Eksplore): merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis permasalahan. 4. Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk 20 menganalisis masalah. 5. Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 6. Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek kembali jawaban yang dibuat. 7. Generalisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan. F. Strategi Pemecahan Masalah Sistematis (Sistematic Approach To Problem Solving) Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah sistematis terdiri atas empat tahap sebagai berikut (Kramers, dkk, 1988). 1. Memahami masalahnya. 2. Membuat rencana penyelesaian. 3. Melaksanakan recana penyelesaian. 4. Memeriksa kembali, mengecek hasilnya. G. Strategi Pembelajaran Inkuiri Biologi Pembelajaran model Inkuiri Biologi terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut. 1. Investigasi (area of investigation is posed to student). 2. Penentuan masalah (student structure the problem). 3. Identifikasi masalah (student indentify the problem in the investigation).
  • 21. 4. Penyimpulan atau penyelesaian masalah (student speculate on way to 21 clear up the difficulty). H. Strategi Pembelajaran Jurisprudensial (Jurisprudensial Inkuiri Model) Tahap pembelajaran inkuiri jurisprudensial, yaitu: 1. Orientasi kasus atau permasalahan (orientation to the case). 2. Identifikasi Isu (identifying the issue). 3. Penetapan posisi atau pendapat (taking position). 4. Menyelidiki cara berpendirian, pola argumentasi (exploring the stance (s), patterns of argumentation). 5. Memperbaiki dan mengkualifikasi posisi (refining and qualifiying the positions). 6. Melakukan pengujian asumsi-asumsi terkait posisi atau pendapatnya (testing factual assumtions behind qualified positions). I. Strategi Latihan Inkuiri (Inquiry Traning) Menurut Joice and Weil (1986) strategi pembelajaran pelatihan inkuiri secara umum terbagi atas lima tahap, yaitu: 1. Penyajian masalah (confrontation with problem). 2. Pengumpulan data-verifikasi (data gathering-verification). 3. Pengumpulan data-eksperimentasi (data gathering-eksperimentation). 4. Organisasi data dan formulasi kesimpulan (organizing, formulating, and explanation). 5. Analisis proses inkuiri (analysis of the inquiry process).
  • 22. J. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial (Social Science Inquiry) Strategi pembelajaran inkuiri sosial terdiri atas enam tahap pembelajaran, 22 yaitu: 1. Orientasi (orientation). 2. Hipotesis (hypothesis). 3. Definisi (definition). 4. Eksplorasi (exploration). 5. Pembuktian (evidencing). 6. Generalisasi (generalization).
  • 23. K. Strategi Pemecahan Masalah Ideal Strategi pemecahan masalah ideal terdiri atas lima tahap: 1. Identifikasi masalah (identify the problem). 2. Mendefinisikan masalah (define the problem). 3. Mencari solusi (explore solution). 4. Melaksanakan strategi (act on the strategy). 5. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh (look back evaluate the 23 effect). L. Strategi Belajar Berbasis Masalah Menurut Fogarty (1997), tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1. Menemukan masalah. 2. Mendefinisikan masalah. 3. Mengumpulkan fakta. 4. Menyusun hipotesis (dugaan sementara). 5. Melakukan penyelidikan. 6. Menyempurnakan masalah yang telah didefinisikan. 7. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif. 8. Melakukan pengujian hasil (solusi pemecahan masalah).
  • 24. BAB IV STRATEGI PEMBELAJARAN RANAH MOTORIK A. Pendahuluan Melalui kegiatan pembelajaran praktik, siswa akan dapat menguasai keterampilan kerja secara optimal. Nolker & Schoenfeldt (1983: 28) mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam pembelajaran dan pelatihan praktik kejuruan adalah penguasaan keterampilan praktis, serta pengetahuan dan perilaku yang bertalian langsung dengan keterampilan tersebut. Agar siswa mampu menguasai keterampilan kerja yang diharapkan, pengajar harus menerapkan metode atau strategi mengajar praktik yang sesuai dengan pembelajaran dan pelatihan praktik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan program. Dalam program pendidikan sistem ganda di sekolah kejuruan, pada dasarnya pembelajaran praktik kejuruan meliputi tiga tahap berikut: a. Tahap pertama, pembelajaran praktis dasar kejuruan yang umumnya 24 dilaksanakan di sekolah. b. Tahap kedua, praktik keterampilan kejuruan dengan strategi proyek, yang umumnya dilaksanakan di sekolah juga. c. Tahap ketiga, pembelajaran praktik keterampilan kejuruan dengan strategi praktik industri yang harus dilakukan di industri atau dunia kerja. B. Strategi Pembelajaran Pelatihan Industri (Training Within Industry) Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) salah satu strategi pembelajaran untuk mengajarkan keterampilan keterampilan dasar kejuruan adalah strategi pembelajaran pelatihan industri yang terdiri dari lima tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan, 2. Tahap peragaan,
  • 25. 25 3. Tahap peniruan, 4. Tahap praktik, 5. Tahap evaluasi. 1. Tahap Pembelajaran a. Persiapan Secara pokok guru dalam tahap ini adalah merencanakan, menata dan memformulasikan kondisi- kondisi pembelajaran dan pelatihan sehingga ada kaitan secara sistematis dengan strategi yang akan diterapkan. b. Peragaan Dalam tahap ini menekankan pada strategi penyampaian. Strategi penyampaian yang harus disesuaikan dengan media pembelajaran dan pelatihan praktik yang tersedia. Akan lebih baik jika siswa terlebih dahulu diperagakan pekerjaan yang harus dipelajari melalui media audio visual. Langkah selanjutnya adalah guru memperagakan secara nyata pekerjaan yang harus dipelajari dan menjelaskan cara kerja yang baik. c. Peniruan Dalam tahap peniruan siswa melakukan kegiatan kerja menirukan aktivitas kerja yang telah diperagakan oleh guru. Guru harus memperhatikan tahap kerja yang dilakukan siswa dan memonitor proses kerja siswa. d. Praktik Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar praktik secara optimal, disamping dipegaruhi kondisi pembelajaran dan pelatihan praktik juga sangat dipengaruhi oleh penerapan metode atau strategi pembelajaran dan pelatihan praktik yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. e. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari pembelajaran. Dengan adanya evaluasi siswa akan mengetahui kemampuannya sehingga siswa
  • 26. dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dan pelatihannya. Bagi seorang guru dari hasil evaluasi yang dilakukan dapat diketahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai. 26 Persiapan Peragaan Peniruan Praktik Evaluasi 2. Penerapan di Kelas Strategi Pembelajaran Pelatihan Industri 3. Hasil Penelitian Penelitian Ambibi dan Wena (2003) tentang penerapan metode pembelajaran pelatihan industri menyimpulkan bahwa: 1) penerapan strategi pembelajaran pelatihan industri pada matadiklat Praktik Kerja Kayu di SMK secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, dan 2) penerapan srategi pembelajaran pelatihan industri pada matadiklat Praktik Kerja Kayu di SMK secara signifikan dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran. C. Pembelajaran Praktik Kejuruan Berbasis Proyek Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek yang sangat khas, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi agar strategi pembelajaran proyek dapat diterapkan, antara lain: a. Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang kompleks;
  • 27. b. Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk mengadakan penentuan mengenai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta penerapan proyek; c. Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus; d. Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek; e. Diadakan pertalian antara teori dan praktik; f. Diperlukan keterampilan mengenai lebih dari satu bidang guna menyelesaikan problem yang ditimbulkan; g. Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok-kelompok; h. Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah. 1. Tahap Pembelajaran Terdiri atas tiga tahap utama, yaitu: a. Tahap perencanaan Langkah-langkah perencanaan dirancang sebagai berikut 1) Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek 2) Menganalisis karakteristik siswa 3) Merumuskan strategi pembelajaran 4) Membuat lembar kerja 5) Merancang kebutuhan sumber belajar 6) Merancang alat evaluasi 27 b. Tahap pelaksanaan Agar proses pelaksanaan berjalan dengan baik, kegiatan yang harus dilakukan: 1) Mempersiapkan sumber belajar yan di perlukan 2) Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja 3) Mengelompokkan siswa sesuai dengan tugas masing-masing 4) Mengerjakan proyek c. Tahap evaluasi Guru harus melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai. Evaluasi harus dilakukan
  • 28. sesuai dengan prosedur evaluasi yang benar, sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secara tepat. 28 2. Hasil Penelitian Penelitian Mujiono (2003) dengan judul Pengembangan Pembelajaran Metode Proyek dalam Matakuliah Praktik Kerja Batu dan Beton Guna Meningkatkan Keterampilan Kerja Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Bangunan (PTB) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM) menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode proyek dalam matakuliah praktik kerja batu dan beton dapat meningkatkan evektifitas pelaksanaan pembelajaran praktik kerja batu dan beton mahasiswa semester IV pada program studi S1 PTB FT UM, dan 2) meningkatkan kemampuan dosen dalam penerapan metode pengajar. D. Stretegi Pembelajaran Model Pelatihan (Training Model) Taksonomi Bloom (1974) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1. Tahap Pembelajaran Secara umum model pembelajaran pelatihan terdiri atas 6 tahap, yaitu: a. Penyampaian tujuan Mager dan Beach (1967: 29) dalam bukunya Developing Vocational Instruction mengatakan bahwa tujuan pembelajaran menggambarkan penampilan atau unjuk kerja yang diharapkan pada akhir suatu program pembelajaran. Derajat Keberhasilan Menurut Degeng (1989) ada 5 kriteria yang dapat digunakan untuk memenuhi derajat keberhasilan, yaitu: 1) Kecermatan 2) Waktu (kecepatan) 3) Kesesuaian dengan prosedur
  • 29. 29 4) Kuantitas 5) Kualitas hasil akhir Pentingnya Tujuan Pembelajaran 1) Siswa dapat mengatur waktu, energi, dan pemusatan perhatian 2) Guru dapat lebih baik mengatur kegiatan pembelajaran yang digunakan dan respons yang lebih baik terhadap kegiatan belajar 3) Pengelola dapat menyediakan sumber belajar 4) Pada dunia industri, memberikan motivasi guna mengomunikasikan harapan perusahaan 5) Lebih mudah dalam melakukan evaluasi hasil pembelajaran 6) Sebagai alat validasi derajat keberhasilan untuk kerja siswa b. Penjelasan materi pendukung Strategi ceramah adalah suatu alat yang digunakan untuk menjelaskan materi praktik secara lisan. Agar lebih bermakna dan menarik perhatian siswa beberapa materi disajikan melalui media audio visual. Dengan adanya media audio visual siswa akan dapat menggunakan indera pandang dan dengar sehingga akan lebih cepat menguasai keterampilan kerja yang diajarkan. c. Pendemonstrasian untuk kerja Menunjukkan cara kerja yang benar yaitu dengan peragaan. Agar hasil pembelajaran praktik optimal, peragaan harus dilakukan dengan urutan: 1) Menarik pehatian siswa 2) Memberitahukan tujuan pembelajaran praktik 3) Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan lembar kerja
  • 30. 4) Merangsang ingatan pada prasyarat 5) Menyajikan bahan perangsang 6) Melakukan peragaan 30 d. Latihan (praktik simulasi) Latihan memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan yang dimilikinya. Kegiatan praktik harus mendapat penekanan yang lebih besar daripada tahap-tahap pembelajaran yang lainnya. Kegiatan praktik akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menggunakan peralatan, mengembangkan kemampuan dasar teknik, dan menumbuhkan sikap terhadap perkembangan pekerjaan di masa depan. e. Latihan pengalihan (training transfer) Latihan pengalihan adalah penggunaan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi atau memecahkan hal-hal baru. Latihan pengalihan mempunyai fungsi yang penting dalam pendidikan. Latihan pengalihan dilaksanakan agar apa yang dipelajari di sekolah dapat digunakan untuk berbagai keperluan di luar sekolah f. Kunjungan industri Menurut (Nolker & Schoenfeldt, 1983) ada tiga bentuk perjumpaan antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, yaitu: 1) Darmawisata Perjumpaan pertama dengan dunia kerja, waktunya sangat terbatas,kadang hanya beberapa jam saja 2) Widyawisata Membawa peserta didik ke dunia industri untuk melakukan tugas-tugas terbatas, waktunya lebih lama, sehari, dua atau tiga hari. 3) Praktikum pada dunia industri Kegiatan yang berupa praktik langsung pada dunia kerja yang nyata. Waktunya beragam, dua hingga tiga bulan atau satu hingga dua semester.
  • 31. 31 Strategi Pembelajaran Pelatihan Penyampaian Tujuan Pembelajaran Penyampaian Materi Pembelajaran Mendemonstrasikan Unjuk Kerja Latihan Praktik / Simulasi Latihan Pengalihan Melakukan Kunjungan Industri 2. Penerapan di Kelas 3. Hasil Penelitian Penelitian Djoko Trijanto dan Warno (2006) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa D3 Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang dalam Matakuliah Praktik Beton melalui Penerapan Model Pembelajaran, menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode pembelajaran pelatihan (training model) dalam pembelajaran Praktik Beton, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Hal ini terlihat dari kecermatan unjuk kerja, kecepatan unjuk kerja, dan kualitas hasil kerja mahasiswa, 2) penggunaan metode pembelajaran pelatihan lebih unggul dibandingkan metode praktik konvensional dalam peningkatan keterampilan motorik mahasiswa. E. STRATEGI PEMBELAJARAN PELATIHAN LABORATORIUM (LABORATORY TRAINING) 1. Prinsip Pembelajaran Pelatihan Laboratorium Menurut Joice and Weil (1986) ada dua prinsip utama, yaitu a. Kerja Kelompok
  • 32. Melalui kelompok-kelompok belajar, siswa diharapkan dapat saling bertukar pikiran antar anggota kelompok. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat belajar dari temannya dan juga dapat mengajari temannya. b. Menekankan Pengembangan 4 Area Kepribadian 1) Intrapersonal 2) Interpersonal 3) Dinamisasi kelompok 4) Pengarahan diri (self direction) 32 2. Tahap Pembelajaran Menurut Joice and Weil (1986) ada empat prosedur, yaitu: a. Pengelompokkan Pembentukkan kelompok merupakan langkah awal dari metode pembelajaran ini, disarankan setiap kelompok terdiri atas 2 sampai 4 orang siswa. Melalui kelompok siswa dapat saling belajar dan mengajar, dapat saling memberi dan menerima. b. Penyajian materi atau teori Merupakan tahap kedua yang meliputi kegiatan: 1) Penyampaian tujuan pembelajaran 2) Penyampaian materi 3) Diskusi dan tanya jawab, disertai balikan oleh pengajar. c. Latihan atau praktik Merupakan tahap ketiga dimana dalam tahap ini siswa mulai melakukan praktik kerja sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah direncanakan d. Latihan pada masalah nyata Dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan kerja sesungguhnya terhadap masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata, yang sesuai dengan materi yang dibahas. Dengan demikian siswa dapat praktik langsung membuat benda kerja yang sesungguhnya.
  • 33. Strategi Pembelajaran Pelatihan Laboratorium 33 Pembentukkan Kelompok Penyajian Materi Latihan / Praktik Latihan pada Masalah Nyata 3. Penerapan di Kelas 4. Hasil Penelitian Penelitian Pribadi dan Wahyo Hendarto (2004) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Program D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang (UM) dalam Matakuliah Laboratorium Uji Bahan melalui Penerapan Pembelajaran Laboratory Training menyimpulkan: a. Penerapan Laboratory Training dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. b. Dibanding dengan pembelajaran ceramah bengkel, pembelajaran pelatihan laboratorium lebih unggul dalam peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar mahasiswa.
  • 34. BAB V STRATEGI PEMBELAJARAN KREATIF PRODUKTIF, PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, DAN PEMBELAJARAN KUANTUM A. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tiga jenis strategi pembelajan, yaitu strategi kreatif-produktif, strategi berbasis proyek, dan strategi pembelajaran kuantum. Ketiga strategi pembelajaran iini penting bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. B. Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Kreatifitas terkait langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah. Menurut Wankat dan Oreovoc(1995) meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan: a. Mendorong siswa untuk kreatif(tell student to be creative). b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif(teach student some 34 creativity methods). c. Menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa(accept the result of creative exercises). Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif antara lain: a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran. b. Siswa didorong untuk menemukanataumengonstruksikan sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan. c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama. d. Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri. Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut, strategi pembelajaran kreatif-produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan
  • 35. berbagai kegiatan sehingga merasa tertantang menyelesaikan tugas-tugasnya secara kreatif. Terdapat 5 tahap strategi pembelajaran kreatif-produktif, yaitu: (a)Orientasi; (b)Eksplorasi; (c)Interpretasi; (d)Re-kreasi; dan (e)Evaluasi. C. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) 1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Buck Institute for Education(1999) be;lajar berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja. b. Terdapat pemecahan masalah yang pemecahannya tidak ditentukan 35 sebelmunya.. c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil. d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. e. Melakukan evaluasi secara kontinu. f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. g. Hasil akhir berupa produk dn dievaluasi kualitasnya. h. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan. 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Thomas(2000), pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu: a. Prinsip sentralistis(centrality). Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. b. Prinsip pertanyaan pendorongataupenuntun(driving question) berartii bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. c. Prinsip investigasi konstruktif(constructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung
  • 36. kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. d. Prinsip otonomi(autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakanproses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervise, dan bertanggung jawab. e. Prinsip realistis(relism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah(Suhartadi, 2001). 3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek a. Increased motivation (meningkatkan motivasi belajar siswa). b. Increased problem-solving ability (meningkatkan kemampuan siswa 36 memecahkan masalah). c. Improved library research skills (meningkatkan ketrampilan siswa mencari dan mendapatkan informasi). d. Increased resource-management skills (meningkatkan kemampuan kecermatan mengorganisasi proyek). D. Strategi Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching) Pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk segala mata pelajaran. 1. Asas Utama Pembelajaran Kuantum Pembelajaran kuantun bersandar pada suatu konsep, yaitu “bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa”. Hal ini berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan PBM adalah memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan pembelajaran. Tindakan ini akan memberi peluangatauizin pada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa dalam PBM sehingga siswa akan semakin mudah untuk diberi pemahaman tentang isi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
  • 37. 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kuantum Menurut De Porter, Reardon & Nourie (2001) model pembelajaran ini memiliki lima prinsip, yaitu (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, (5) jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. 37 3. Model Pembelajaran Kuantum Model pembelajaran kuantun dibagi atas dua kategori, yaitu konteks dan isi (De Porter, Reardon & Nourie, 2001). Konteks meliputi (1) lingkungan, (2) suasana, (3) landasan, dan (4) rancangan. Sedangkan isi mencakup masalah penyajian dan fasilitas(yang mempermudah proses belajar).
  • 38. BAB VI STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS, PEMBELAJARAN GENERATIVE, BELAJAR TUNTAS, DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF A. Strategi Pembelajaran Siklus Model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study (SCIS). siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1. eksplorasi (Exploration) 2. pengenalan konsep (concept introduction) 3. penerapan konsep (concept application) ketiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap, yang terdiri atas: 1. Pembangkitan minat (engagement) Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topic yang akan diajarkan. 38 2. Eksplorasi (exploration) Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Dalam tahap ini dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil tersebut tanpa pembelajaran langsung dari guru. Tujuannya adalah mengecek pengetahuan siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, dan sebagian benar 3. Penjelasan (explanation)
  • 39. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat, atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. 4. Elaborasi (elaborationatauextention) Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan ketrampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda 39 5. Evaluasi (evaluation) Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. B. Strategi Pembelajaran Generatif Pembelajaran generative (generative learning) pertama dikenalkan oleh Osborne dan cosgrove pada tahun 1985. pembelajaran ini melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. 2. Tahap pemfokusan Siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalm model pembelajaraan lain. 3. Tahap tantangan atau tahap pengenalan konsep Siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai adanya perbedaan pendapat antar teman. Guru berperan sebagai moderator dan fasilitator terarah. 4. Tahap penerapan konsep Pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal praktis dalam kehidupan sehari-hari.
  • 40. Menurut Sutarman dan Swasono (2003), secara garis beras ada tiga langkah yang dikerjakan guru dalam pembelajaran, yaitu: 1. Guru perlu melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang 40 dipelajari 2. Siswa perlu mengeksplorasi konsep dari pengalaman dan situasi kehidupan sehari-hari dan kemudian menguji pendapatnya, dan 3. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapat mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan dan kritikan dari temannya. Dalam hal ini guru perlu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi semua siswa. Belajar Tuntas (Mastery Learning) Model pembelajaran tuntas dikembangkan oleh John B. Caroll (1971) dan Benjamin Bloom (1971). Belajar tuntas menyajikan suatu cara yang menarik dan ringkas untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok bahasan yang lebih memuaskan. Model pembelajaran ini terdiri dari 5 tahap, yaitu: 1. Orientasi (orientation) Pada tahap orientasi dilakukan suatu penetapan kerangka isi pembelajaran Selama tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang akan dikerjakan dan mengembangkan tanggung jawab siswa. 2. Penyajian (presentation) Dalam tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru disertai dengan contoh-contoh. 3. Latihan terstruktur (structured practice) Guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah, berupa langkah-langkah penting secara bertahap dalam penyelesaian suatu masalah atau tugas. 4. Latihan terbimbing (guided practice)
  • 41. Pada tahap ini guru member siswa kesempatan untuk latihan menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan 5. Latihan mandiri (independent practice). Latihan mandiri merupakan tahap inti dari strategi ini. Latihan mandiri dilakukan apabila siswa telah mencapai skor untuk kerja antara 85%-90% dalam tahap latihan terbimbing. C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai dapat mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya. (Priyanto,2007) Beberapa pengertian pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang member kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa yang lain dalm tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha 41
  • 42. memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar di samping guru dan sumber belajar yang lainnya. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pembelajaran yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: 42 1. Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran Kooperatif setiap anggota kelompok sadar bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Suasana saling ketergaantungan dapat diciptakan melaluinberbagai strategi yaitu: a) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan b) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas c) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar d) Saling ketergantungan peran e) Saling ketergantungan hadiah 2. Interaksi tatap muka Menuntut siswa dalam kelompok untuk saling bertatap muka, sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesame siswa (Nurhadi & Senduk, 2003) 3. Akuntabilitas individual Akuntabilitas individual adalah unsure pembelajaran kooperatif yang menumbuhkan sikap tanggung jawab siswa terhadap kelompoknya. 4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antaranggota kelompok. D. Model Pembelajaran Kooperatif
  • 43. Beberapa model pembelajaran kooperatif, antara lain: model STAD (Student Team Achievement Division), model Jigsaw, dan model GI (Group Investigation). 1) STAD (Student Team Achievement Division) a) Kelompok dibagi dalam beberapa kelompok. b) tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya c) Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran 43 yang harus dikerjakan d) Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok. e) Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator f) tiap minggu, atau dua minggu guru melakukan evaluasi, baik secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa. g) Bagi siswa atau kelompok siswa yang memperoleh hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan. 2) Model Jigsaw Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif model jigsaw yaitu: a) Pembentukan kelompok asal b) Pembelajaran pada kelompok asal c) Pembentukan kelompok ahli d) Diskusi kelompok Asal (induk) e) Diskusi kelas f) Pemberian kuis g) Pemberian penghargaan kelompok 3) Model GI (Group Investigation) a) Identifikasi topik b) Perencanaan tugas belajar
  • 44. c) Pelaksanaan kegiatan penelitian d) Persiapan laporan akhir e) Presentasi penelitian f) Evaluasi 44
  • 45. BAB VII STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DAN PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK (E-LEARNING) A. Pembelajaran Berbasis Komputer Menurut Hick dan Hyde, pembelajaran berbasis komputer adalah a teaching process directly involving a computer in the presentation of instructional matenals in an interactive mode to provideand control the individualized tearning environment for each individual student. Dalam definisi tersebut, dengan pembelajaran berbasisi komputer siswa akan berinteraksi dan berhadapan secara kangsung dengan komputer secara individual sehingga apa yang dialami oleh seorang siswa akan berbeda dengan apa yang dialami oleh siswa lain. 1. Model Pembelajaran Berbasis Komputer Menurut Simon (dalam Wankat & Oreovocz, 1995) terdapat tiga model penyampaian materi pembelajaran berbasis komputer, uaitu sebagai berikut: a. Latihan dan Praktik Model pembelajaran ini hampir sama dengan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa, kemudian guru memberikan umpan balik. Namun dalam pembelajaran berbasis komputer, balikan akan diberikan segera kepada masing-masing siswa sehingga siswa tahu dimana letak kesalahannya. 45 b. Tutorial Model pembelajaran berbasis komputer ini menyediakan rancangan pembelajaran yang kompleks yang berisi materi pembelajaran, latihan yang disertai umpan balik. c. Simulasi Model pembelajaran berbsis komputer ini menyajikan pembelajaran denagn sistem simulasi yang berhubungan dengan materi yang dibahas. 2. Peranan Media dalam Pembelajaran
  • 46. Secara umum beberapa isi pembelajaran memuat prinsip-prinsip yang cukup rumit dan abstrak. Untuk bisa memahami dengan cepat, mudah, dan benar, konsepatauprinsip dalam suatu pembelajaran yang sifatnya abstrak, rumit, dan kompleks memerlukan multimedia yang sesuai dengan isi pembelajaran tersebut. Gambar-gambar multimedia melalui komputer akan berusaha secermat dan sentyata mungkin melukiskan konsepatauprinsip suatu pembelajaran yang sifatnya abstrak dan kompleksmenjadi sesuatu yang nyata, sederhana, sistenmatis dan sejelas mungkin. Dengan demikian penggunaan pembelajaran melalui komputer dalam pembelajaran akan membuat kegiatan pembelajaran berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. 3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Komputer Keuntungan yang akan diperoleh dengan pembelajaran berbasis komputer, yaitu sebagai berikut; a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara 46 individual. b. Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi. c. Menyediakan pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam. d. Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. e. Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik. f. Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadapa materi yang disajikan. g. Merangsang siswa belajar dengan penuh semangat, materi yang disajikan mudah dipahami oleh siswa. h. Siswa mendapat pengalaman yang bersifat konkret, retensi siwa meningkat. i. Memberi umpan balik secara langsung. j. Siswa dapat menentukan sendiri laju pembelajaran. k. Siswa dapat melakukan evaluasi diri.
  • 47. Sedangakan Wankat & Oreovocz, (1993) menjelaskan bahwa keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adal;ah memberi kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut. Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memilki beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut: a. Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual. b. Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya animasi grafis, warna, dan musik. c. Kendali berda pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan 47 dengan tingkat kemampuan. Disamping itu, pembelajaran komputer juga memilki beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut: a. Hanya efektif jika digunakan oleh satu orang atau kelompok kecil. b. Jika tampailan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau hanya merupakan tampilan seperti pada buku teks biasa, pembelajaran melalui media komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. c. guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama dengan ahli progamer grafis, juru kamera, dan teknisi komputer. 4. Cara Pengembangan Berikut ini adalah salah satu contoh untuk mengembangkan pembelajaran berbasis komputer, dengan menggunakan pengembangan pembelajaran Model Banathy yang di gambarkan sebagai berikut;
  • 48. 1. Merumuskan Tujuan 3. Analisis kegiatan belajar 4. Mendesain Sistem Pembelajaran 5. Melaksanakan kegiatan dan evaluasi 6. Mengadakan Perbaikan 2. Pengembangan tes Gambar 7.1 Pengembangan pembelajaran model Banathy (Suparman, 1991) 48 5. Langkah Pengembangan a. Pengembangan Bahan Ajar Sesuai dengan model pengembangan yang dijadikan pijakan dasar dalam proses pengembangan, prosedur pengembangan dilakukan dengan urutan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menetapkan rumusan tujuan pembelajaran, 2) mengembangkan tes untuk mengukur ketercapaian tujuan, 3) menganalisis kegiatan belajar, 4) mendesain sistem pembelajran,
  • 49. 5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan melakukan evaluasi, dan 6) mengadakan perbaikan. 49 b. Pengembangan Media Komputer Setelah rancangan pembelajaran dihasilkan, langkah selanjutnua adalah mengembangkan pembelajaran tersebut ke dalam program komputer sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan. Proses pengembangan dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut; 1) Perancangan bahan ajar ke dalam program komputer. 2) Pembuatan media untuk pembelajaran meliputi pengambilan gambar dan pembuatan animasi. 3) Penggabungan gambaratauanimasi ke dalam bahan ajar komputer. 4) Tim yang terlibat: untuk produksi melibatkan programer komputer grafis, juru kamera, teknisi dan objek lingkungan yang terkait dengan pembelajaran. 6. Penerapan di Kelas Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut. No. Peran Guru Peran Siswa 1. 2. 3 4. . Merancang dan mengembangkan isi pembelajaran dalam bentuk komputer. Memberi bimbingan individual pada setiap siswa yang membutuhkan. Fasilitator bagi kegiatan belajar siswa. Selalu melakukan update terhadap bahan ajar. Belajar secara mandiri. Mendiskusikan topikataumasalah yang dirasa belum jelas dengan guru. Menilai kemajuan belajar (self evaluation). 7. Indikator Penilaian
  • 50. Secara umum indikator-indikator penilaian yang digunakan untuk melihat apakah produk pembelajaran berbasis komputer telah memenuhi syarat pembelajaran atau belum, antara lain sebagai berikut; a. Tingkat kedalaman materi. b. Urutan penyajian atau pengorganisasian isi pembelajran. c. Kejelasan penggunaan bahasa. d. Kejelasan tabel atau gambar atau grafik atau animasi. e. Tampilan secara keseluruhan. 8. Pentingnya Pembelajaran Berbasis Komputer 50 a. Bagi Guru Pembelajaran berbasis komputer sangat penting bagi guru karena: 1) guru akan lebih banyak berperan sebagai fasilitator bagi siswa, 2) memberi alternatif variasi metode pembelajaran, 3) menolong mengembangkan media pembelajaran, 4) memberi pedoman bagi pegembangan lebih lanjut, dan 5) meminimalkan ytingkat kesalahpahaman konsep atau teori yang sering dialami siswa sehingga efektivitas dan efisiensi pembelajaran dapat dicapai secara optimal. b. Bagi Siswa Bagi siswa sangat bermanfaat karena: 1) siswa akan lebih mudah dan cpat memahami materi pembelajaran yang bersifat abstrak, 2) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran, 3) meningkatkan hasil pembelajaran siswa, 4) kendali belajar berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, dan 5) dapat mengakomodasi siswa yang lambat karena dapat menciptakan iklim yang efektif dengan cara ynag lebih individual. c. Bagi Sekolah
  • 51. Dengan adanya model pembelajaran berbasis komputer yang dikembangkan melalui kegiatan ini, maka di sekolah: 1) akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan bidang teknik sipil sehingga setiap guru dapat menggunakan dengan mudah dan efektivitas dan efisiensi pembelajaran secara keseluruhan akan meningkat, 2) pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok 51 bahasan, dan 3) sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan kondisi dan karakteristik pembelajaran. 9. Hasil Penelitian Menurut beberapa hasil penelitian, ternyata pembelajaran berbasis komputer menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (Dede & Swigger, 1998; Wilkinson, 1984). Hasil penelitian Morrinson, Ross dan O’Dell (1991) menemukan bahwa metode pembelajaran berbasis komputer lebih efektif dibannding kan metode pembelajaran tradisional. Dengan metode pembelajaran berbasis komputer, siswa akan lebih mudah melakukan kontrol belajar, memilih urutan pembelajaran, memudahkan mengerjakan tugas-tugas, dan melakukan evaluasi secara mandiri. Pembelajaran berbasis komputer ini memliki keuntungan dibandingkan metode lainnya karena mampu mengembangkan interaksi dan memeberi balikan secara segera pada siswa (Wankat & Oreonovicz, 1993: 158). Selain itu pembelajaran berbasis komputer memiliki tingkat motivasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (Smith, 1991). B. Pembelajaran Berbasis Elektronik Pada dasarnya e-learning telah mulai diterapkan sejak tahun 1970-an (Waller & Wilson, 2001). Secara umum terdapat beberapa hal penting sebagai persyaratan pelaksanaan e-learning, yaitu sebagai berikut:
  • 52. a. Kegiatan proses pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan. b. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu ssiswa apabila 52 mengalami kesulitan belajar. c. Adanya lembaga penyelenggara atau pengelola e-learning. d. Adanya sikap positif dari siswa dan tenaga pendidik terhadap teknologi komputer dan internet. e. Tersedianya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari atau diketahui oleh setiap siswa. f. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa dan mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara. Pada pihak lain disebutkan bahwa pembelajaran e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta dukungan oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasy 2001). 1. Fungsi Pembelajaran Elektronik Menurut Siahaan (2002) setidaknya ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran dalam kelas, yaitu sebagai berikut: a. Sebagai suplemen pembelajaran yang sifatnya pilihan atau oposional. E-learning berfungsi sebagai suplemen pembelajaran apabila peserta didik mempunyai kebebasan memeilih, apakan siswa akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau menggunakan pembelajaran model konvensional. Jadi tidak ada kewajiban atau keharusan bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. b. Sebagai pelengkap (komplemen) pembelajaran. E-learning berfungsi sebagai pelengkap pembelajaran apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas konvensional (Lewis, 2002). c. Sebagai pengganti (substitusi) pembelajaran.
  • 53. E-learning berfungsi sebagai pengganti pembelajaran jika pembelajaran elektronik sepenuhnya digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam kondisi ini, siswa hanya belajar lewat pembelajaran elektronik saja, tanpa menggunaka model pembelajaran lainnya. 2. Manfaat Pembelajaran Elektronik 53 a. Bagi Siswa Dengan kegiatan pembelajaran melalui e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar setiap siswa yang optimal, dimana siswa dapat mengakses bahan-bahan belajar secara optimal. Disamping itu siswa juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. b. Bagi Guru Menurut Sukartawi (2003), dengan adanya kegiatan pemelajaran e-learning ada beberapa manfaat yang diperoleh guru yaitu: 1) Lebih mudah melakukan pemutakhiranbahan-bahan ajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangankeilmuan yang terjadi. 2) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak. 3) Mengontrol kebiasaan belajar peserta didik. 4) Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan so0al-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu. 5) Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik. Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A.W. Bates, 1995 dan K. Wulf, 1996 terdiri atas 4 hal: 1) Meningkatkan kadar pembelajaran antara siswa dengan guru. 2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan saja. 3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas.
  • 54. 4) Mempermudah penyempurnaan dan penyampaian materi 54 pembelajaran. c. Bagi Sekolah Dengan adanya model pembelajran e-learning berbasis web, maka di sekolah; 1) akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan bidangnya, 2) pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok bahasan, 3) sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan kondisi dan karakteristik pembelajaran, dan 4) mendorong menumbuhkan sikap kerja sama antar guru dengan guru dan guru dengan siswa dalam memecahkan masalah pembelajaran. 3. Kelemahan Pembelajaran Elektronik Menurut Wildavsky, 9 2001 0 kelemahan utama pembelajaran e-learning adalah sebagai berikut: a. Frekuensi kontak secara langsung antara seasma siswa maupun antar siswa dengan narasumber sangat minim. b. Peluang siswa untuk bersosialisasi denagn siswa lain sangat terbatas. Guna mengatasi kelemahan tersebut, dapat dipecahkan denagn membentuk lingkungan pembelajaran elektronik yang dapat menciptakan dan mengembangkan “ rasa bermasyarakat “ di kalangan siswa sekalipun mereka terpisahkan secara geografis. Satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-learning tidak dapat sepenuhnya menggantikan pembelajaran konvensional di kelas (Lewis, 2002). E-learning dapat menjadi patner atau saling melengkapi dengan pembelajaran konvensional di kelas. 4. Pembelajaran Berbasis Web (Web Based Learning)
  • 55. WBL atau sering disebut on-line adalah suatu sistem atau proses untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar jarak jauh melalui aplikasi web dan jaringan internet (Simamora, 2003). Beberapa kelebihan dari pemanfaatan internet untuk WBL antara lain sebagai berikut: a. Kelas tidak membutuhkan bentuk fisik, semuanya dapat dibangun dalam 55 aplikasi internet. b. Melalui internet lembaga pendidikan akan dapat lebih fokus pada program penyelenggaraan pendidikan atau latihan. c. Program WBL dapat dilaksanakan dan di update secara cepat. d. Dapat diciptakan interaksi yang bersifat real time maupun non real time. e. Dapat mengakomodasi keseluruhan proses belajar, mulai dari registrasi, penyampaian materi, diskusi, evaluasi, dan juga transaksi. f. Dapat diakses dari lokasi mana saja dan bersifat global. g. Materi dapat dirancang secara multimedia dan dinamis. h. Siswa dapat terhubung ke berbagai perpustakaan maya di seluruh dunia dan menjadikannya sebagai media penelitian dalam menuingkatkan pemahaman dan bahan ajar. i. Guru dapat secara cepat menambah referensi bahan ajar yang bersifat studi kasus, tren industri dan proyeksi teknologi ke depan melalui berbagai sumber untuk menambah wawasan peserta terhadap bahan ajar (Simamora, 2003). 5. Pengembangan WBL Simamora (2003) mendeskripsikan komponen-komponen WBL, baik dalam interaksi langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut: a. Interaksi secara tidak langsung dalam WBL dapat diwujudkan dengan menggunakan: 1) Elektronik mail (e-mail), merupakan layanan yang paling banyak digunakan dalam web. 2) Newsgroup, merupakan media komunikasi antar siswa untuk diskusi dan berkolaborasi dalam suatu kelompok tertentu.
  • 56. 3) Bulletin board file exchange, merupakan media komunikasi untuk mempertukar dokumen, mengirim dokumen yang ditugaskan oleh guru dan kolaborasi dokumen antarsiswa. b. Interaksi secara langsung dalam WBL dapat diwujudkan dengan menggunakan: 1) Chat, merupakan media komunikasi langsung antarsiswa dalam bentuk 56 teks. 2) Aplicatin Sharing, meggunakan aplikasi khusus yang memungkinkan suatu grup berkolaborasi secara langsung pada suatu dokumen kerja dengan melakukan editing secara jarak jauh. 3) Audio atau video conference, menggunakan aplikasi perangkat lunak khusus yang memungkinkan terjadinya komunikasi audioatau video conference. Menurut Simamora (2003) bagian teknologi e-learning adalah sebagai berikut. Computer Based Learning Gambar 7.2 Kedudukan Web Learning (Simamora, 2003) Dari Gambar 7.2 dapat dipetakan kedudukan WBL dalam sekumpulan jenis pembelajaran jarak jauh. Online Learning E-Learning Distance Learning
  • 57. a. Distance learning, merupakan seluruh bentuk pembelajran jarak jauh (PJJ), baik yang berbasis korespondensi maupun yang berbasis teknologi informasi. b. E-learning merupakan PJJ yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan 57 informasi. c. Online learning, memanfaatkan teknologi intranet, internet yang dikenal dengan world wide web (www). d. Computer base learning, memanfaatkan komputer sebagai terminal akses ke proses belajar. 6. Model Pengembangan Salah satu contoh model pengembangan pembelajaran e-learning adalah sebagai berikut. Menentukan mata pelajran yang akan dikembangkan Mengidentifikasi silabus mata pelajaran Mengembangkan Web Based Learning Uji coba produk pembelajaran WBL Menyusun petunjuk penggunaan program Memproduksi WBL
  • 58. Prosedur pengembangan a. Menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan b. Mengembangkan WBL c. Memproduksi WBL d. Menyusun petunjuk penggunaan program e. Menyediakan jaringan f. Proses instalasi produk pembelajaran 58 7. Hasil Penelitian Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan e-learning sebagai pelengkap pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Penelitian Hajji (2006) menyimpulkan bahwa: a. Terjadinya aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang di tandai dengan sebuah hit yang mengakses situs belajar. b. Terjadi peningkatan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan jumlah balikan yang diperoleh dalam webmail situs belajar. c. Menurunnya tingkat kejenuhan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. d. Terjadinya peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang dapat dilihat dari kualitas balikan terhadap tes dan pertanyaan yang ada dalam situs belajar.
  • 59. BAB VIII DIMENSI BELAJAR PEMBELAJARAN, BERBASIS MODUL DAN PERISTIWA PEMBELAJARAN A. Dimensi Belajar Dimensi belajar adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari beberapa langkah pembelajaran, yang diyakini mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Konsep dimensi belajar ini dikembangkan oleh Marzano (1998) dan Marzano (1994), yang meliputi lima dimensi belajar, yaitu sikap dan presepsi yang positif,pemerolehan dan pengintergrasian pengetahuan, perluasan dan penghalusan pengetahuan, penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan kebiasaan berpikir positif. 1. Konsep Dimensi Belajar a. Sikap dan Presepsi yang Positif Ada dua kategori sikap dan presepsi yang mempengaruhi belajar, yaitu (1) sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan (2) sikap dan persepsi tentang tugas-tugas kelas. Cara guru membantu siswa menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap iklim belajar dengan menekankan aspek-aspek internal dan eksternal siswa. Aspek-aspek internal meliputi (1) penerimaan guru dan teman sekelas (kontak mata, pengetahuan, dan lain-lain), dan (2) kenyamanan fisik dalam kelas. Cara membantunmenumbuhkan sikap dan sikap persepsi yang positif terhadap tugas-tugas kelas dilakukan dengan pemahaman akan nilai- nilai tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber (Waras, 2001). b. Pemerolehan dan Pengintergrasian Pengetahuan Menerima pengetahuan melibatkan proses interaksi antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingin dipelajari, setelah itu mengintergrasikan informasi tersebut menjadi langkah-langkah sederhana yang mudah dipahami. Cara guru membantu siswa untuk 59
  • 60. dapat menerima pengetahuan (deklaratif dan prosedural) dilakukan dengan persiapan pembelajaran yang menggunakan perencanaan dengan mempertimbangkan sejumlah pertanyaan dasar untuk tiap jenis pengetahuan. Belajar pengetahuan deklaratif melibatkan tiga fase yakni kontruksi makna , pengorganisasian pengetahuan, dan penyimpanan pengetahuan (Waras, 2001). c. Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan Kegiatan memperluas dan memperhalus pengetahuan dilakukan dengan (1) comparising (identifikasi dan artikulasi hal-halataubenda-benda yang mirip dan berbeda), (2) classifying (pengklasifikasian kasus-kasus ke dalam suatu kategori berdasarkan atribut dasarnya), (3) inducing (pendugaan prinsip-prinsip atau generalisasi yang belum diketahui dari observasi atau analisis), (4) deducting (pendugaan kondisi yang belum tertanyakan dari prinsip-prinsip atau generalisasi tertentu), (5) analizing error (identifikasi dan artikulasi kesalahan di dalam pikiran sendiri atau orang lain), (6) contructing support (pengkontruksian sistem dukungan kebenaran atau bukti-bukti suatu pernyataan yang tegas), (7) abstracting (identifikasi dan artikulasi tema penting atau pola umum suatu informasi), dan (8) analyzing perspective (identifikasi dan artikulasi perspektif personal tentang berbagai macam isu). Kegiatan belajar bisaberupa proses-proses membandingkan, klasifikasi, menginduksi, mendeduksi, menganalisis kesalahan dan sebagainya (Waras, 2001). d. Penggunaan Pengetahuan Secara Bermakna Penggunaan pengetahuan secara bermakna dilakukan dengan cara (1) decision making (strategi pengambilan keputusan), (2) investigation (melakukan penyelidikan), (3) experiment inquiry (proses memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan), (4) problem solving (proses pemecahan masalah), dan (5) invetion (proses penciptaanataupenemuan). 60 e. Kebiasaan Berpikir Produktif
  • 61. Dimensi ini berkaitan dengan penumbuhan kebiasaan mental untuk dapat berpikir secara produktif yang ditandai dengan (1) self regulated thinking and learning (menumbuhkan kemampuan berpikir dan belajar yang teratur secara mandiri), (2) critical thinking and learning (menumbuhkan sikap kritis dalam berpikir dan belajar), (3) creative thinking and learning (menumbuhkan sikap kreatif dalam berpikir dan belajar. 61 2. Penerapan Dimensi Belajar Pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model dimensi belajar memiliki asumsi dasar bahwa pembelajaran yang komprehensif sekurang-kurangnya mengakomodasikan dua tipe pembelajaran, yakni pembelajaran yang lebih teacher directed maupun yang bertipe student directed (Waras, 2001). Cara guru membantu siswa untuk dapat menerima pengetahuan (deklaratif dan prosedural) dilakukan dengan persiapan pembelajaran yang menggunakan perencanaan dengan mempertimbangkan sejumlah pertanyaan dasar untuk tiap jenis pengetahuan. Belajar mengetahui deklaratif melibatkan tiga fase, yakni konstruksi makna, pengorganisasian pengetahuan, dan penyimpanan pengetahuan (Waras, 2001). 3. Hasil Penelitian Berdasarkan beberapa hasil penelitian, model dimensi belajar memiliki beberapa keunggulan, yaitu (1) model dimensi belajar lebih menekankan pada aktivitas mental dan fisik anak dalam belajar, (2) upaya alternatif membangun hubungan dinamis dan sistematis antara bagaimana guru mengajar dan bagaimana siswa belajar, (3) penerapan model dimensi belajar telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar bidang sains (Waras, 2001), (4) dimensi belajar lebih akomodatif dalam meningkatkan kadar CBSA untuk situasi dan kondisi sekolah di Indonesia, dan (5) memandu pembelajaran berlangsung secara sistematis dan dinamis tanpa menambah beban guru untuk mempelajari teori-teori belajar tingkat tinggi secara langsung (Marzano, 1994; Waras, 2001).
  • 62. B. Pembeljaran Berbasis Modul Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran. Variabel pembelajaran yang terkait langsung dengan kualitas pembelajaran adalah tersedianya buku teks yang berkualitas. Menurut Russel (1974) sistem pembelajaran modul akan menjadikan pembelajaran lebih efisien, efektif, dan relevan. Dibandingkan dengan pembelajaran konvesional yang cenderung klasikal dan dilaksanakan dengan tatap muka, pembelajaran modul ternyata memiliki keunggulan atau kelebihan (Sudjoko, 1989). Disamping itu, pembelajaran modul dalam beberapa hal kurang efektif jika dibandingkan dengan sistem pembelajaran tradisional (Good & Brophy, 1991). 62 1. Unsur-Unsur Modul Pembelajaran Unsur-unsur sebuah modul pembelajaran yaitu: a. Modul merupakan seperangkat pengalaman belajra yang berdiri sendiri, b. Modul dimaksudkan untuk mempermudah siswa mencapai seperangkat tujuan yang telah ditetapkan, c. Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu dengan yang lain secara hierarkis. Menurut Russel (1974) karakteristik modul mencakup: a. Self contain, b. Bersandar pada berbedaan individu, c. Adanya asosiasi, d. Pemakaian bermacam-macam media, e. Partisipasi aktif siswa,
  • 63. f. Pengetahuan langsung, dan g. Pengawasan strategi evaluasi. Komponen-komponen modul terdiri dari: a. Rasional b. Tujuan c. Tes masukan d. Kegiatan belajar e. Tes diri (self test) f. Tes akhir (post test) Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Kebudayaan (dikemukakan oleh Suryobroto, 1983), peneertian modul adalah satu unit program belajar mengajar terkecil, yang secara rinci menggariskan: a. Tujuan intruksional yang akan dicapai, b. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar, c. Pokok-pokok yang akan dipelajari, d. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas, e. Peran guru dalam proses belajar mengajar, f. Alat dan sumber belajar yang dipergunakan, g. Kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa secara 63 berurutan, h. Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa, i. Program evaluasi yang akan dilaksanakan. Vembiarto (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ciri-ciri modul, yaitu: a. Modul merupaken paket pembelajaran yang bersifat self-intruction; b. Pengakuan adanya individual belajar; c. Membuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit; d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan; e. Penggunaan berbagai macam media; f. Partisipasi aktif dari siswa; g. Adanya reinforcement langsung terhadap rrespon siswa;
  • 64. h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajar. 64 2. Struktur Modul Pembelajaran Dikcson dan Leonard (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ada 12 unsur dalam modul yaitu: a. Topik statement, yaitu sebuah kalimat yang menyertakan pokok masalah yang akan diajarkan; b. Rational, yaitu pernyataan singkat yang mengungkapkan rasional dan kegunaan materi tersebut untuk siswa; c. Concept statement and prerequsite, yaitu pernyataan yang mendefinisikan ruang lingkup dan sekuen dari konsep-konsep dalam hubungannya dengan konsep lain dalam bidang pokok; d. Concept, yaitu abstraksi atau ide pokok dari materi pelajaran yang tertuang di dalam modul; e. Pehavioral objectives, yaitu pernyataan tentang kemampuan apa yang harus dikuasai siswa; f. Pretest, yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pelajaran; g. Suggest teacher techniques, yaitu petunjuk kepada guru tentang metode apa yang diterapkan dalam membantu siswa; h. Suggest student activities, yaitu aktivitas yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran; i. Multimedia resources, yaitu menunjukan sumber dan berbagai pilihan materi yang dapat digunakan ketika mengerjakan modul; j. Post test and evaluation, yaitu guru menerapkan kondisi dan kriteria penilaian terhadap penampilan siswa; k. Remidiations plans, yaitu untuk membantu siswa yang lemah dalam mencapai kriteria tertentu; l. General reassessment potential, yaitu mengacu pada kebutuhan penilaian terus menerus dari unsur-unsur modul. Selanjutnya Soedijarto (1977) mengemukakan bahwa komponen-komponen modul yang digunakan sebagai program pembelajaran mandiri
  • 65. adalah sebagai berikut (1) pedoman guru, (2) lembar kegiatan siswa, (3) lembar kerja, (4) kunci lembaran kerja, (5) lembaran tes, dan (6) kunci lembaran tes. 65 3. Panduan Mengajar Didalamnya memuat penjelasan tentang: (a) kegiatan yang harus dilaksanakan guru dikelas; (b) waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul yang bersangkutan, (c) alat-alat yang harus digunakan, (d) petunjuk-petunjuk evaluasi, (e) komponen kunci lembaran tes dan lembaran tugas, dan (f) buku sumber. 4. Lembaran Kegiatan Siswa Lembaran kegiatan siswa memuat tentang; (a) rasional, (b) waktu, (c) tujuan belajar secara umum, (d) petunjuk umum dan petunjuk khusus mempelajari modul, (e) buku sumber atau sumber belajar lanjutan, (f) dekripsi kegiatan siswa, (g) penggalan modul, (h) tujuan belajar secara khusus, (i) waktu yang diperlukan untuk belajar setiap penggalan, (j) uraian dan contoh, (k) ringkasan isi, (l) lembar soal, (m) lembar tugas. 5. Hasil Penelitian Penelitian Wena, dkk (2000) dengan judul Pengembangan Modul Pembelajaran Dengan Metode Elaborasi Pada Matapelajaran Kontruklsi Bangunan Dan Menggambar I Pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,menyimpulkan bahwa (1) pembelajaran modul dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan, dan (2) pembelajaran modul dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran. C. Peristiwa Pembelajaran Peristiwa pembelajaran ini dibagi menjadi sembilan tahapan, yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam belajar. Hakikat suatu peristiwa pembelajaran berbeda tergantung pada kapabilitas apa yang diharapkan akan menjadi hasil
  • 66. pembelajaran. "Learning intellectual skills requires a different design of intructional evens from those required for learninp verbal information or for those required for learning motor skills, and so on".(Gagne, 1985) Tahapan pembelajaran yang dikembangkan gagne (1985) meliputi : 1. Menarik perhatian, 2. Memberitahukan tujuan pembelajaran, 3. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar, 4. Menyajikan bahan perangsang, 5. Member bimbingan belajar, 6. Menampilkan unjuk kerja, 7. Member balikan, 8. Menilai unjuk kerja, 9. Meningkatkan retensi dan alih belajar. a. Tahap pembelajaran 66 1) Menarik perhatian Keller dan Kopp (1987) secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mempertahankan siswa, yaitu (1)membangkitkan daya persepsi siswa, dengan menyajikan sesuatu yg membingungkan dan kontradiktif, (2)menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dengan jalan (a)merangsang aktif merespons, menggunakan interaksi pertanyaan-respons- umpan balik, (b)menciptakan masalah, yaitu memberi kesempatan siswa memecahkan masalah (c)menciptakan materi, yaitu menciptakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan, (3)menggunakan elemen pembelajaran variatif, dengan cara meringkas pembelajaran, menciptakan respons saling mempengaruhi dan mengintergrasikan media fungsional. 2) Menginformasikan Tujuan Pembelajaran Tujuan pebelajaran merupakan uraian rinci tentang suatu (isi pembelajaran) yang akan mampu dikerjakan siswa selesai mengikuti
  • 67. satu satuan pembelajaran. Ditinjau dari segi siswa, tujuan pembelajaran diartikan sebagai deskripsi tentang perilaku yang diharapkan dapat dimiliki setelah mengikuti pembelajaran (Davis, 1976). Menuruj Dick and Carey (1985) perumusan tujuan pembelajaran berguna dalam (1) menspesifikasi perilaku yang akan diajarkan, (2) menentukan siasat bagi pembelajaran,dan (3) menetapkan kriteria unjuk kerja siswa sesuai pembelajaran. 3) Merangsang Ingatan pada Prasyarat Belajar Dalam proses pembelajaran prasyarat belajar ini harus dimunculkan kembali dalam memori siswa. Karena merangsang ingatan pada prasyarat belajar dapat memudahkan belajar kapabilitas baru (Gagne, 1985). Hal ini dapat dilakukan dengan kalimat sederhana, yaitu hanya mengingatkan pada hal-hal yang sudah dipelajari. 4) Menyajikan Bahan Perangsang Menurut Degeng (1989) apabila yang dipelajari adalah informasi verbal, bahan perangsang dapat berupa bahan-bahan tercetak, seperti fotocopi dari sub bab buku teks atau secara lisan dengan rekaman. Apabila yang dipelajari suatu keterampilan intelektual, maka objek-objek atau simbol-simbol yang termasuk dalam konsep, atau kaidah atau masalah yang ingin dipecahkan, perlu disajikan. Untuk keterampilan motorik bahan perancang yang biasanya perlu disajikan adalah situasi ketika keterampilan itu ditampilkan. 67 5) Bimbingan Belajar Memberikan bimbingan belajar berguna untuk membantu siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Gagne, 1985). Untuk memudahkan siswa memahami masalah konsep, prosedur, maupun prinsip perlu diberi bimbingan belajar oleh guru. 6) Menampilkan Unjuk Kerja Unjuk kerja berguna untuk meyakinkan siswa bahwa ia telah menguasai kapabilitas. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi suatu
  • 68. pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Melalui jawaban siswa akan dapat diketahui tingkat kemampuan siswa untuk menampilkan unjuk kerja. 7) Memberi Balikan (Feed Back) Menurut Bardwell (1981) informasi balikan mempunyah dua fungsi, yaitu sebagai perbaikan, dan sebagai penguatan. Balikan dapat membantu meningkatkan motivasi dan mengatur kegiatan selanjutnya. Pemrosesan balikan dalam diri seseorang yang berasal dari pemberi balikan dan stimulus terjadi dalam tiga tahapan, yaitu (1) mempersepsi balikan, (2) mempunyai keinginan menanggapi balikan, dan (3)merespons (Ilgen, Fisher dan Taylor, 1979). 68 8) Menilai Unjuk Kerja Tahap menilai unjuk kerja berguna untuk menetapkan seberapa jauh siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran dan mampu menampilkan unjuk kerja seperti yang ditetapkan dalam tujuan secara konsisten (Gagne, 1985). Alat penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat tes baik tes tulis, lisan ataupun tes perbuatan; ini tergantung dari karakteristik isi pembelajaran. 9) Meningkatkan Retensi dan Alih Belajar Retensi merupakan jumlah hasil belajar yang masih mampu diingat atau diproduksioleh siswa setelah selang waktu tertentu (Gagne, 1985). makin banyak jumlah hasil belajar yang mampu diingat oleh siswa dalam selang waktu tertentu, berarti tingkat retensi tinggi, jadi pembelajaran dianggap efektif. b. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian Wahyo Hendarto Yoh dan Made Oka Mulya (2006) disimpulkan sebagai berikut. (1) Model tahapan pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam matakuliah Peralatan Kontruksi. HAl ini nampak dari adanya peningkatan hasil belajar, motivasi belajar, keaktifan mahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen. (2) Dengan penerapan model tahapan pembelajaran akan lebih berfokus pada siswa dan
  • 69. lebih menempatkan dosen sebagai fasilator, yang mampu mendorong dan mengembangkan keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran. 69
  • 70. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil diskusi kelompok yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan: Dalam buku “Strategi Pembelajaran Inovatif Kurikulum,” terdapat 8 pokok 70 bahasan, yaitu: 1. Strategi pembelajaran. 2. Strategi pengorganisasian dan pengelolaan pembelajaran. 3. Strategi pembelajaran pemecahan masalah. 4. Strategi pembelajaran ranah motorik. 5. Strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kuantum. 6. Strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative, pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif. 7. Strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning). 8. Dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa pembelajaran. B. Saran Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca dapat lebih memahami tentang strategi pembelajaran inovatif kontemporer yang merupakan suatu tinjauan konseptual opersional terutama dalam kaitannya dengan strategi pembelajaran bagi anak sekolah dasar.
  • 71. DAFTAR PUSTAKA Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. 71