SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  30
PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DALAM

    MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

      SISWA KELAS III SDN ORO ORO OMBO MADIUN




                       OLEH :

            NURUL RAHMAWATI / PGSD 7D

                    NPM. 09. 141. 160




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

           FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

                IKIP PGRI MADIUN

                        2013
BAB I

                             PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

         Pembelajaran matematika berfungsi membekali siswa agar siap

   beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan dinamika

   perubahan masyarakat. Dengan demikian matematika merupakan salah satu

   mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting bagi siswa. Oleh

   karena itu, pengetahuan matematika harus dimengerti dan dipahami sedini

   mungkin oleh siswa.

         Mengingat pentingnya matematika bagi kehidupan, maka matematika

   perlu dipelajari sejak di sekolah dasar. Adapun yang menjadi tujuan dari

   pembelajaran matematika menurut GBPP (Garis-garis Besar Program

   Pengajaran) secara umum yaitu :

   1.   Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi keadaan di dalam

        kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan

        bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, efektif dan

        efisien.

   2.   Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

        pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari

        berbagai ilmu pengetahuan.

         Realitas menunjukkan banyak siswa yang memandang matematika

   sebagai mata pelajaran yang sulit, membosankan, menyeramkan, bahkan

   menakutkan. Salah satu faktor penyebabnya adalah pola pembelajaran yang
kurang mengaitkan materi dengan dunia nyata. Apalagi dengan peserta didik

yang kerja otak kanan lebih dominan dalam aktivitas kesehariannya. Dengan

asumsi seperti ini, maka pelajaran matematika akan menjadi sebuah

penghambat dalam proses pembelajaran bagi sebagian siswa tersebut.

     Utomo dan Ruijter (Suparno, 2000:31) memaparkan bahwa pada latihan

pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat

mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus

dikerjakan. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat

menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga guru menerangkan seluruh

penyelesaiannya. Menurut Herman (2010:1) salah satu penyebab rendahnya

penguasaan matematika siswa adalah guru tidak memberi kesempatan yang

cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Matematika

dipelajari oleh kebanyakan siswa secara langsung dalam bentuk yang sudah

jadi (formal), karena matematika dipandang oleh kebanyakan guru sebagai

suatu proses yang prosedural dan mekanistis.

     RME adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal yang

„real‟ bagi siswa, menekankan keterampilan „proses of doing mathematics‟,

berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga

mereka dapat menemukan sendiri („student inventing‟ sebagai kebalikan dari

„teacher telling‟) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk

menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada

pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau

evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan „reasoning-nya‟,

melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.
Pendekatan ini didasarkan pada konsep Freudenthal yang berpendapat

   bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Dengan ide utamanya

   adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali

   (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa

   (Gravemeijer, 1994). Usaha untuk membangun kembali ide dan konsep

   matematika tersebut melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-

   persoalan realistik. Realistik dalam pengertian bahwa tidak hanya situasi yang

   ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan

   (Heuvel, 1998).

         Dalam pendekatan RME siswa didorong atau ditantang untuk aktif

   bekerja,   sekaligus    dapat       mengkonstruksi   atau   membangun   sendiri

   pengetahuan yang diperolehnya. Bagi guru, pendekatan RME berangkat dari

   persoalan dalam dunia nyata untuk memotivasi siswa terlibat dalam proses

   pembelajaran. Dalam pendekatan RME, pembelajaran matematika lebih

   memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan, serta bahan ajar

   yang disusun sebaik mungkin, sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi

   atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.



B. Identifikasi Masalah

         Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah yang dapat

   diteliti adalah sebagai berikut :

   1. Matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan,

       monoton, dan menakutkan, sehingga banyak siswa yang berusaha

       menghindari mata pelajaran tersebut.
2. Pola pendekatan pembelajaran matematika di kelas masih belum

       maksimal, ditandai dengan pembelajaran yang monoton, kurang

       demokratis, klasikal, dan memposisikan siswa sebagai objek.

   3. Guru tidak memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk

       membangun sendiri pengetahuannya.

   4. Pembelajaran yang digunakan oleh guru bersifat konvensional yakni

       ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas perlu mengalami perubahan.

   5. Praktik pembelajaran di sekolah kurang relevan dengan kehidupan nyata

       di sekitar siswa dan di luar sekolah.



C. Batasan Masalah

        Fokus masalah PTK ini adalah “pendekatan realistic mathematics

   education dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III

   SDN Oro Oro Ombo Madiun.”



D. Rumusan Masalah

        Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah diatas

   maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

   1. Pendekatan RME seperti apa yang lebih efektif meningkatkan prestasi

      belajar matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun?
E. Tujuan Penelitian

   Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah :

   1. Menemukan pendekatan yang efektif dalam pembelajaran matematika

      siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun melalui pendekatan realistic

      mathematics education.

   2. Mengungkap dampak PMR bagi pengembangan sikap positif siswa

      terhadap mata pelajaran matematika dan peningkatan prestasi belajarnya.



F. Manfaat Penelitian

   1. Bagi siswa

      Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka

      menggunakan      realitas   lingkungan   sebagai   daya     dukung   proses

      pembelajaran matematika.

   2. Bagi guru

      Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka menentukan

      strategi efektif dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan

      realistik.

   3. Bagi sekolah

      Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dalam upaya

      meningkatkan mutu pendidikan.
G. Definisi Operasional

   1. Pembelajaran disebut efektif jika pelaksanaannya sesuai dengan tujuan

      yang ingin dicapai dengan tingkat ketuntasan tertentu.

   2. Pendekatan PMR adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang

      dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran, sehingga

      mencapai tujuan secara lebih baik dari pada yang lalu.

   3. Realita adalah hal-hal yang nyata atau konkrit, dapat diamati atau

      dipahami siswa dengan cara membayangkan.

   4. Realitas lingkungan adalah tempat siswa berada, baik di sekolah, di

      lingkungan keluarga, maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa.

   5. Prestasi belajar adalah hasil belajar kognitif yang dicapai oleh siswa

      dibuktikan dengan skor hasil tes.

   6. Peningkatan prestasi belajar matematika adalah pertambahan kemampuan

      siswa memahami matematika dilihat dari ketetapan dan kecepatan

      mengerjakan soal bila dibandingkan sebelumnya, dan menumbuhkan rasa

      senang siswa terhadap pelajaran matematika.
BAB II

                              KAJIAN PUSTAKA



A. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah

        Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran

   (silabus) yang telah dikembangkan oleh guru. Pembelajaran konkrit lebih sesuai

   diberikan pada siswa kelas rendah (kelas 1,2,3) di Sekolah Dasar. Proses

   pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan

   ajar, proses belajar dan sistem penilaian sesuai dengan taraf perkembangan siswa.

        Hal lain yang harus dipahami yaitu proses belajar harus dikembangkan

   secara interaktif. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam

   menciptakan stimulus-respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar

   lingkungannya. Sementara itu, siswa kelas rendah di Sekolah Dasar masih

   banyak membutuhkan perhatian karena kurang terfokus dalam konsentrasi, serta

   kurang memperhatikan kecepatan dan aktivitas belajar sehingga hal ini

   memerlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang lebih

   menarik dan efektif.

        Banyak strategi yang dapat digunakan dalam proses belajar di kelas rendah

   Sekolah Dasar, namun penggunaan atau pemilihan strategi belajar harus

   mempertimbangkan variabel-variabel yang terlibat dalam suatu proses belajar

   mengajar. Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar

   dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan

   siswa berani mengemukakan pendapat, memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki

   sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain, dan mampu menjaga kebersihan diri
dan lingkungan. Dalam pengembangan kreativitas siswa, proses pembelajaran

  dapat diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan

  tingkat   perkembangannya,   misalnya memecahkan permasalahan melalui

  permainan sehari-hari.

        Untuk siswa SD kelas rendah, dianjurkan menggunakan pembelajaran

  tematik. Pembelajaran tematik adalah strategi pembelajaran untuk memberikan

  pengalaman bermakna kepada siswa dengan melibatkan beberapa mata pelajaran.

  Prioritas pembelajaran tematik adalah terciptanya pembelajaran bersahabat,

  menyenangkan, dan bermakna. Karakteristik pembelajaran tematik pada siswa

  adalah fleksibel, tidak ada pemisahan mata pelajaran dan dapat mengembangkan

  bakat sesuai dengan minat siswa, menumbuhkembangkan kreativitas siswa,

  kemampuan sosial, belajar bertahan lama, dan menumbuhkan kemampuan

  memecahkan masalah.



B. Pembelajaran Matematika SD

       Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang

  abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten. Matematika merupakan ilmu

  universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

  penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

  Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini

  dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar,

  analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan

  teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini

  (Puskur, 2008).
Matematika merupakan ilmu pasti dan konsisten yang memiliki peranan

penting dalam meningkatkan daya pikir siswa dan menunjang berbagai disiplin

ilmu pengetahuan lainnya serta aspek-aspek perkembangan kehidupan yang

terkait dengan penguasaan berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi.

      Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

siswa mulai dari SD agar siswa memilki kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

      Tujuan umum pelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar

sanggup menghadapi perubahan yang ada di dalam kehidupan dan di dunia yang

selalu berkembang melalui latihan atas dasar pemikiran secara logis, rasional,

kritis, cermat, jujur, dan efektif (Mushlisoh, 1991). Suyatinah dkk. (1999)

      Pada buku kurikulum Pendidikan Dasar 1994 (1994:70), tujuan pengajaran

matematika SD adalah sebagai berikut :

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung menggunakan

   bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui

   kegiatan matematika.

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih

   lanjut di Sekolah Menengah Pertama.

4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
C. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

        RME tidak dapat dipisahkan dari Institut Freudenthal. Institut ini didirikan

   pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht University, Belanda. RME atau PMR

   merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang didasari atas

   pandangan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia (Gravemeijer, 1994).

   Matematika diusahakan dekat dengan kehidupan siswa, harus dikaitkan dengan

   kehidupan sehari-hari, dan bila mungkin harus real bagi siswa. Dalam proses

   pembelajarannya siswa diberi kesempatan yang leluasa untuk belajar melakukan

   aktivitas bekerja matematika, siswa diberi kesempatan mengembangkan strategi

   belajarnya dengan berinteraksi serta bernegosiasi baik dengan sesama siswa

   maupun dengan guru (Streefland, 1991).

        Penerapan RME memberikan harapan untuk meningkatkan prestasi belajar

   matematika siswa. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hasil belajar

   siswa dengan menggunakan RME lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan

   menggunakan metode konvensional ( Trisna, 2005; Hasanah, 2005; Fauzan,

   2001).

        Menurut De Lange, Treffers, Gravemeijer yang dikutip dalam Darhim

   (2004) ada lima karakteristik RME, yaitu:

   1. Menggunakan masalah kontekstual. Masalah kontekstual sebagai peluang

      bagi aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana suatu konep matematika yang

      diinginkan muncul.

   2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal. Perhatian

      diarahkan pada pengenalan model, skema, dan simbolisasi daripada

      mentransfer rumus atau matematika formal secara langsung.
3. Menggunakan kontribusi siswa. Kontribusi yang besar pada proses

   pembelajaran diharapkan datang dari murid sendiri dimana mereka ditutut

   dari cara-cara informal ke arah yang formal atau standar.

4. Terjadinya interaktivitas dalam proses pembelajaran. Negosiasi secara

   eksplisit, intervensi, kooperasi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah

   faktor penting dalam proses pembelajaran secara konstruktif dengan

   menggunakan strategi informal murid sebagai jantung untuk mencapai yang

   formal.

5. Menggunakan berbagai teori belajar yang relevan, saling terkait, dan

   terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya. Pendekatan holistik,

   menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah

   tetapi keterkaitan dan keintegrasian harus diwujudkan dalam pemecahan

   masalah.

     Sama halnya dengan yang diuraikan di atas, Reewijk dikutip oleh

Marpaung (2007) merumuskan prinsip RME itu dengan singkat dalam 5 pokok,

(a) Dunia „nyata‟, (b) Produksi bebas dan konstruksi, (c) Matematisasi, (d)

Interaksi dan (e) Aspek pembelajaran secara terintegrasi. Selanjutnya Marpaung

(2007) merumuskan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) sebagai berikut:

1. Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktivitas manusia).

2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah

   kontekstual/realistik.

3. Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara

   sendiri.
4. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

5. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar).

6. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi ke

   luar sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data).

7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antara siswa dan

   siswa, juga antara siswa dan guru.

8. Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur

   kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model).

9. Guru bertindak sebagai fasilitator (Tut Wuri Handayani).

10. Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan

   dimarahi     tetapi    dibantu    melalui    pertanyaan-pertanyaan      (santun,

   terbuka,komunikatif dan menghargai pendapat siswa).

Ciri Pembelajaran yang Berorientasi RME diantaranya :

1. Pemberian perhatian yang cukup besar pada “reinvention” yakni siswa

   diharapkan membangun konsep dan struktur matematika bermula dari intuisi

   mereka masing-masing;

2. Pengenalan konsep dan abstraksi melalui hal yang konkrit; diawali dari

   pengalaman siswa serta berasal dari lingkungan sekitar siswa; diharapkan

   siswa tertarik terhadap aktivitas matematika       tersebut; siswa belajar dari

   pengalamannya sendiri bukan pengalaman gurunya;

3. Pembelajaran didesain dan diawali dari pemecahan masalah terhadap masalah

   kontekstual yang ada di sekitar siswa atau yang dapat dipikirkan siswa;

4. Selama proses matematisasi, diharapkan siswa mengkonstruksi gagasannya

   sendiri, menemukan solusi suatu masalah, dan membangun atau memperoleh
suatu konsep secara mandiri, tidak perlu sama antar siswa satu dengan siswa

      lainnya bahkan dengan gurunya sekalipun;

   5. Pembelajaran matematika tidak hanya memberi penekanan pada komputasi,

      serta mementingkan langkah prosedural (algoritmis) serta drill;

   6. Penekanan lebih pada pemahaman yang mendalam pada konsep dan

      pemecahan masalah; dengan penyelesaian masalah yang tidak rutin dan

      mungkin jawabannya tidak tunggal;

   7. Siswa belajar matematika dengan pemahaman, membangun secara aktif

      pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan awal;

   8. Terdapat interaksi yang kuat antara siswa dengan siswa lainnya, menyangkut

      hasil pemikiran para siswa yang dikonfrontir dengan siswa lainnya.



D. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)

        PAKEM merupakan strategi dalam proses pembelajaran yang bertujuan

   untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif serta dapat

   mengembangkan keterampilan, kreativitas, pengetahuan, dan sikap yang

   dibutuhkan siswa dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. PAKEM

   membantu guru agar dapat mengajar secara variatif sehingga tercipta suasana

   belajar yang tidak membosankan dan juga tepat sasaran. Siswa pun dapat lebih

   memahami materi yang diberikan, memiliki motivasi belajar, dan lebih

   berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam menerapkan PAKEM, ada

   hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya sebagai berikut :

   1. Memahami sifat yang dimiliki anak

   2. Mengenal anak secara perorangan
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

4. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan

   memecahkan masalah

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.

     Apabila digambarkan dalam bentuk skema maka proses belajarnya adalah

sebagai berikut:

                                  Proses                    Kompetensi
           Siswa               pembelajaran                   lulusan


                                 PAKEM

Keterangan bagan di atas :

Dalam proses pembelajaran, guru menerapkan model PAKEM agar siswa aktif

dan kreatif sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan. Dengan

demikian, diharapkan kompetensi kelulusan dapat tercapai.

Sesuai dengan namanya PAKEM memuat empat karakteristik utama yakni:

a. Pembelajaran Aktif

           Pembelajaran aktif maksudnya adalah          sebuah proses aktif

   membangun makna, pemahaman, informasi, ilmu pengetahuan maupun

   pengalaman oleh peserta didik sendiri. Dalam proses belajar peserta didik

   tidak semestinya dianggap seperti bejana kosong yang pasif yang hanya

   menerima kucuran ceramah sang guru tentang ilmu pengetahuan atau

   informasi. Karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu
menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif

menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan

keterampilan baru (Ismail, 2008 : 46).

           Pembelajaran dikatakan aktif jika dalam proses pembelajaran guru

dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa bebas bertanya

dan mengemukakan gagasan. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka

pembentukan generasi yang kreatif (Umi Supraptiningsih, 2005 : 7).

           Pembelajaran ini menitik beratkan pada siswa aktif artinya aktif

membangun konsep, aktif bertanya, aktif mengemukakan gagasan, aktif

mempertanyakan gagasan dan aktif melakukan kegiatan. Untuk itu, guru

harus juga aktif artinya membantu kegiatan belajar siswa, memberi umpan

balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, dan mempertanyakan

gagasan siswa (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.12).

           Menurut Depdiknas (dalam suwartiningsih, 2009 : 8) aktif diartikan

peserta didik maupun guru berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. Guru

harus menciptakan suasanan peserta didik aktif dalam pembelajaran baik aktif

bertanya,       memberi      tanggapan,     mengungkapkan       ide    maupun

mendemonstrasikan gagasan. Namun demikian menurut Joel Wein (1997:1),

keterlibatan aktif guru disini hanya dalam perannya sebagai seorang pelatih,

pengarah,      dan   penolong;   bukan    pihak   yang   mendominasi    proses

pembelajaran. Siswalah yang berada dalam posisi pengajaran diri mereka

sendiri.

           Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa

bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang
dialami. Beberapa contoh pembelajaran aktif yang bisa meningkatkan

   pembelajaran di kelas adalah mengacu pada tujuan, melibatkan siswa,

   menggunakan seni, gerakan dan indra, serta meragamkan langkah kegiatan

   (Pat Hollingsworth, 2008 : viii-ix).

          Beberapa contoh pembelajaran aktif seperti pembelajaran berpasang-

   pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, terlibat aktif dalam

   kerja kelompok, atau membuat laporan singkat dan sebagainya. Disarankan

   agar guru menjadi pemandu sepanjang tahap awal pembelajaran, kemudian

   biarkan anak melakukan praktik keterampilan baru, selanjutnya berikan

   informasi-informasi baru yang belum diketahui siswa selama pembelajaran.

   Caranya bermacam-macam, misalnya mengajak mengungkapkan pengalaman

   mereka membantu orang tua di rumah. Dengan cara seperti ini, siswa akan

   terdorong untuk secara aktif mengeksplorasi pengalaman hidupnya untuk

   kemudian diungkapkan dalam berbagai bentuk, seperti cerita lisan, tulisan

   atau gambar.

b. Pembelajaran kreatif

          Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang mampu menghasilkan

   sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain (Umi Supraptiningsih,

   2005:7). Pembelajaran ini menitik beratkan pada siswa kreatif, artinya kreatif

   merancang/membuat sesuatu. Untuk itu, guru harus juga kreatif, artinya

   mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu

   belajar, dan memanfaatkan lingkungan (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.13).
Menurut Anang Santoso (2009 : 2) “ pembelajaran kreatif adalah

pembelajaran yang pelaksanaannya banyak diwarnai penciptaan-penciptaan

baru“.

         Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) berpendapat bahwa

kretaif dapat diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar

mengajar dan membuat alat bantu belajar, menciptakan teknik-teknik

mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan

belajarnya.

         Pembelajaran yang kreatif mengandung arti bahwa seorang guru harus

dapat menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi

berbagai tingkat kemampuan siswa. Di sini guru perlu memahami perbedaan

tingkat kemampuan tiap siswa dan tiap kelasnya. Siswa kelas 1 tentu

memiliki kemampuan yang berbeda dengan siswa kelas 6. Siswa kelas 6

relatif sudah mahir menulis sehingga aktivitas seperti ini tidak akan

menimbulkan masalah.

         Bardasarkan pemahaman seperti digambarkan di atas, seorang guru

tidak hanya dituntut kreatif tetapi juga inovatif dalam menciptakan aktivitas

belajar yang berbeda dari satu kelas ke kelas yang lain, dari satu kelompok

siswa ke kelompok siswa yang lain. Kreativitas guru juga berkaitan dengan

pemanfaatan media belajar yang sesuai untuk menjelaskan suatu materi

kepada para siswa. Seorang guru dituntut untuk kreatif dan memiliki

kepekaan terhadap berbagai media yang ada di sekitarnya yang dapat dipakai

untuk proses belajar di kelas. Guru juga dapat memanfaatkan media belajar
yang berbasiskan teknologi informasi komunikasi (Information and

   Communication Technology) yang saat ini tengah berkembang pesat.

          Teknologi seperti komputer, handphone, dan internet dapat dipakai

   sebagai media untuk memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada

   siswa. Namun yang perlu diingat bahwa media belajar tidak perlu sesuatu

   yang mahal. Media belajar dapat dirancang dari benda atau sesuatu yang

   sederhana yang ada di lingkungan sekitar, misalnya dari barang-barang bekas

   atau dari aktivitas masyarakat di sekitar seperti bertani, berdagang, dan

   sebagainya. Dengan strategi dan media belajar yang kreatif seperti itu, siswa

   tentu akan semakin terdorong untuk juga berkreasi dengan kemampuan dan

   pengetahuan yang dimilikinya.

c. Pembelajaran efektif

          Pembelajaran efektif adalah proses pembelajaran yang berhasil atau

   yang mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan dengan mendayagunakan

   sumber daya pembelajaran yang ada. Guru menggunakan kemampuan

   profesionalnya untuk menggerakkan sumber daya pembelajaran sehingga

   tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Syafaruddin dan Irwan

   Nasution, 2006 : 212).

          Menurut Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) efektif diartikan

   sebagai ketercapaian suatu tujuan atau kompetensi yang merupakan pijakan

   utama suatu rancangan pembelajaran.

          Pembelajaran yang efektif berkaitan dengan pertanyaan: “sejauh mana

   proses belajar yang dijalankan mampu membawa siswa mencapai tujuan

   pembelajaran yang diharapkan”. Situasi belajar yang aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup jika proses pembelajaran tersebut tidak efektif, yaitu tidak

menghasilkan    apa    yang seharusnya    dikuasai     siswa   setelah    proses

pembelajaran    berlangsung.   Menurut     Suparlan,    M.Ed     (2009)     jika

pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka

pembelajaran tersebut tak ubahnya sebagai sebuah permainan biasa.

       Oleh karena itu, hal yang krusial dari seorang guru adalah

mempersiapkan dan merancang aktivitas belajar yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Dalam tahapan ini, guru perlu bertanya pada diri sendiri

apakah aktivitas yang dirancangnya dapat membantu siswa mencapai

kompetensi yang diharapkan atau sebaliknya tidak akan memberi dampak

apa-apa bagi mereka.

       Setiap alternatif pilihan aktivitas pembelajaran sedapat mungkin

dipertimbangkan efektifitasnya. Hal ini antara lain berarti bahwa seorang

guru tidak perlu memaksakan sebuah aktivitas yang rumit apabila indikator

atau tujuan pembelajarannya hanya memerlukan aktivitas pembelajaran yang

sederhana. Sebaliknya, seorang guru pun tidak sepantasnya menyederhanakan

aktivitas pembelajaran jika indikatornya menuntut aktivitas yang lebih

banyak atau rumit.

       Berkenaan dengan itu, lesson plan atau Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang biasa dibuat oleh seorang guru hendaknnya tidak

dibuat seadanya tetapi benar-benar dipikirkan dengan matang apakah dapat

diterapkan dan efektif menjadi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
d. Pembelajaran menyenangkan

          Pembelajaran menyenangkan menitik beratkan pada siswa yang

   merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran, artinya senang mencoba

   atau berbuat, senang bertanya, senang mengemukakan pendapat, senang

   mempertanyakan gagasan orang lain. Pembelajaran ini tidak membuat anak

   takut, artinya takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap sepele. Dalam

   hal ini guru juga ikut senang dalam melaksanakan pembelajaran (Subiyanto

   dan Susiati, 2008 : 1.14).

           Menurut Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) menyenangkan

   diartikan sebagai suasana belajar mengajar yang “hidup” semarak, terkondisi

   untuk terus berlanjut, ekspresif dan mendorong pemusatan peserta didik

   terhadap pembelajaran.

          Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan dengan penciptaan

   suasana belajar yang aman, menyenangkan, dan menarik bagi siswa sehingga

   mereka tergerak untuk terlibat dan memusatkan perhatiannya secara penuh

   pada kegiatan tersebut. Menurut hasil penelitian, besarnya perhatian yang

   diberikan seorang siswa terhadap pembelajaran terbukti meningkatkan hasil

   belajar siswa tersebut (Suparlan 2009). Oleh karena itu, sangat penting bagi

   guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menarik perhatian para

   siswa sehingga mereka akhirnya tergerak untuk memusatkan perhatian pada

   kegiatan belajar yang telah direncanakan oleh guru. Suasana belajar yang

   dimaksud antara lain adalah suasana belajar yang menyenangkan dan

   didukung oleh lingkungan yang aman dan bahan ajar yang relevan.
Kegiatan pembelajaran harus menyenangkan karena siswa-siswa pada

usia SD umumnya berada pada usia bermain sehingga ketertarikan mereka

terhadap aktivitas belajar akan tumbuh jika mereka merasa aktivitas tersebut

menyenangkan seperti yang mereka rasakan saat bermain. Untuk itu guru,

harus merancang aktivitas belajar yang sedemikian rupa sehingga siswa tidak

merasakan sebagai beban tetapi layaknya sebuah permainan dimana di

dalamnya ada kegembiraan, interaksi sosial, interaksi dengan alam, namun

dengan sejumlah aturan.

       Suasana belajar yang menyenangkan biasanya terjadi ketika

dilaksanakan bersama orang lain misalnya dalam bentuk diskusi, kerja

kelompok,   bermain    peran,   bereksperimen,   dan     sebagainya.   Selain

memyenangkan, melalui bentuk aktivitas seperti ini, para siswa sebenarnya

diarahkan untuk membangun pengetahuan secara bersama karena pada

dasarnya pengetahuan bukan milik perseorangan melainkan tersebar dalam

berbagai bentuk dan kondisi sebagai kekayaan kolektif.

       Melalui aktivitas bersama, para siswa akan berbagi pengetahuan dan

keterampilan yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk

kompetensi diri masing-masing ke arah yang lebih baik. Pengaturan kelas

juga menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk membantu para

siswa belajar dengan senang dan mau berbagi pengetahuan dan keterampilan

kepada yang lain. Misalnya, tempat duduk siswa tidak harus selalu

menggunakan pola berjejer kebelakang dengan guru berada dibagian paling

depan. Tempat duduk dapat dirancang dengan berbagai pola sesuai kebutuhan

belajar. Selain itu pembelajaran yang menyenangkan juga dapat diciptakan
guru melalui berbagai cara yang sederhana, misalnya menggunakan mimik

      dan bahasa tubuh dalam menjelaskan suatu materi, memberikan selingan

      humor, menggunakan alat peraga, serta memberi waktu istirahat dan jeda

      yang teratur. Dengan cara pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan

      menyenangkan seperti yang telah disebutkan diatas, kita yakin siswa akan

      merasa belajar sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam dirinya

      akan tumbuh kecintaan terhadap aktivitas belajar seumur hidupnya (life- long

      education).



E. Prestasi Belajar

         Dalam pendidikan, prestasi belajar merupakan faktor yang sangat penting

   dan sering dijadikan pokok pembicaraan atau permasalahan antar pendidik,

   karena prestasi belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari

   suatu materi pelajaran.

         Prestasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri-

   sendiri yakni prestasi dan belajar, tetapi dalam pembahasan ini kedua kata sangan

   berhubungan.

         Berikut ini diberikan pengertian prestasi dan pengertian belajar menurut

   beberapa para ahli :

   1. Suharsini Arikunto (1998:5) berpendapat bahwa prestasi adalah tingkatan-

      tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

   2. Nana Sudjana (1998:5) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang

      ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan proses hasil

      belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, penalaran, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

    kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang

    belajar.

3. Gozali (dalam Suhito, 1989:4) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil

    kerja suatu lapangan yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan.

4. Oemar Hamalik (dalam Suhito, 1989:4) mengemukakan prestasi adalah hasil

    interaksi baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu yang

    bersangkutan.

      Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah

ditetapkan yang ditandai adanya perubahan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, penalaran, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang

belajar.
BAB III

                            METODE PENELITIAN



A. Hipotesis Tindakan

        Peneraan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika di kelas III

   sekolah dasar efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.



B. Tempat dan Waktu Penelitian

   1. Tempat penelitian

      Penelitian ini akan diadakan pada kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.

      Alasan mengambil mata pelajaran dan kelas ini, karena sesuai dengan

      tuntutan kurikulum yang berlaku.

   2. Waktu penelitian

      Waktu penelitian yaitu selama dua bulan, yaitu pada bulan awal November

      sampai akhir bulan Desember tahun ajaran 2012/2013.



C. Desain Penelitian

        Desain penelitian yang digunakan dalam                        0

   penelitian ini adalah desain putaran spiral. Kegiatan

   penelitian dimulai dengan perencanaan, tindakan,             ?4
                                                           ?3         ?1
   pengamatan, dan refleksi, seperti disajikan pada
                                                                 ?2   0
   gambar.


                                                                 ?4

                                                           ?3         ?1

                                                                 ?2
Siklus I           : (1) Perencanaan I, (2) Tindakan I, (3) Observasi I, dan

     (4) Refleksi I.

     Siklus II          : (1) Revisi Rencana I, (2) Tindakan II, (3) Observasi II, dan

     (4) Refleksi II.

         Penelitian ini direncanakan dua siklus. Namun demikian, jika hasilnya

   belum optimal, akan dilakukan siklus 3. Kegiatan pada masing-masing siklus

   terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

         Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran matematika kelas III

   dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya yaitu bulan November-Desember

   2012. Tindakan, meliputi proses pembelajaran melalui PMR kelas III semester 1.

   Observasi, dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Refleksi,

   meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana

   perbaikan pada siklus berikutnya.



D. Subjek dan Objek Penelitian

         Subyek dalam penelitian ini adalah kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun,

   dengan jumlah siswa 30 orang. Obyek penelitian ini adalah pembelajaran

   matematika dengan PMR dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa

   kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.



E. Setting Penelitian

         Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2012-2013 di SDN

   Oro Oro Ombo madiun, dimulai pada awal November 2012, Minggu I, II, III,

   dan IV. Setting penelitian ini adalah lingkungan kelas tempat subjek melakukan
kegiatan pembelajaran, dan lingkungan secara umum pada kelas III SDN Oro

   Oro Ombo Madiun.



F. Metode Pengumpulan Data

         Data penelitian dikumpulkan melalui tes, observasi, dan catatan lapangan.

   Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam

   pembelajaran matematika pada siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.

   Peningkatan prestasi belajar berupa data tindakan belajar atau hasil belajar.

   Metode pengumpulan data yaitu observasi, tes, dan catatan lapangan.

         Instrumen yang dipakai adalah pedoman observasi, soal tes, dan lembar

   catatan. Pedoman observasi yang digunakan memuat garis besar sejauh mana

   minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

   matematika. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data sebelum

   tindakan, baik dari guru maupun pengamat langsung di lapangan. Lembar soal tes

   digunakan untuk menguji kemampuan dan prestasi belajar siswa.



G. Teknik Analisis Data

         Analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Data

   yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil penilaian observasi pada

   saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis dan

   dikaitkan dengan peningkatan prestasi belajar matematika dengan pendekatan

   realistic.

         Data penelitian diperoleh mulai observasi langsung pada objek penelitian

   untuk mengungkap sejauh mana peningkatan minat dan prestasi belajar siswa
dalam bidang studi matematika. Observasi langsung dilaksanakan pada kondisi

   awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat digunakan tindakan kelas berupa

   penggunaan RME. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

   analisis deskriptif teknik persentase.



H. Jadwal Penelitian

                                                          WAKTU

                                                November              Desember
     No.            KEGIATAN
                                                (minggu ke)           (minggu ke)

                                            1     2   3       4   1     2   3       4

      1.   Perencanaan                      √

      2.   Proses pembelajaran                    √   √    √      √     √

      3.   Evaluasi proses pembelajaran           √   √    √      √     √

      4.   Evaluasi hasil pembelajaran            √                     √

      5.   Pengumplan data PTK                    √   √    √      √     √

      6.   Analisis data PTK                                            √   √

      7.   Penyusunan hasil PTK                                             √

      8.   Pelaporan hasil PTK                                                   √
DAFTAR PUSTAKA



Danim, Sudarwan. 2010. Karya Tulis Inovatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
         R & D. Bandung : Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Walle, J. A. 2008. Matematika Pengembangan Pengajaran. Jakarta : Erlangga

http://p4tkmatematika.org/2008/09/rme-salah-satu-pendekatan-pembelajaran-yang-
         menyenangkan/

http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/22/matematika-realistik/
LAMPIRAN

1. Lembar observasi terhadap keaktifan siswa kelas III pada saat proses belajar

   mengajar matematika berlangsung

                                               Aspek yang Diamati
               Nama         Bertanya        Menjawab Mengemukakan memecahkan
     No.
               Siswa       kepada guru      pertanyaan     pendapat masalah
                          1 2 3 4           1 2 3 4 1        2 3 4 1 2 3 4
     1.
     2.
     3.
     4.
     dst
           Persentase


2. Lembar observasi

     No.                              Pernyataan                       Ya   Tidak
     1.       Siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh
     2.       Siswa mengindahkan perintah guru
     3.       Siswa bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran
     4.       Siswa serius memperhatikan penjelasan guru
     5.       Siswa serius belajar kelompok
     6.       Siswa serius belajar matematika secara individu
     7.       Siswa dengan senang belajar matematika secara individu
     8.       Siswa semangat saat diberikan soal jajakan
     9.       Siswa bergairah dalam mengerjakan soal latihan
     dst

Contenu connexe

Tendances

Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Andri Tampani
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xfadhyl_bagenda
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptkAgoes Sholeh
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amaliarichimaryadi
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Operator Warnet Vast Raha
 
Ptk matematika
Ptk matematikaPtk matematika
Ptk matematikaata bik
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)nu rokhman
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDDchuex AJie
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptkohasmart
 

Tendances (19)

PTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENTPTK METODE EXPERIMENT
PTK METODE EXPERIMENT
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amalia
 
Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTK
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
Karya tulis ilmiah hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (ptk)
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENELITIAN TINDAKAN KELASPENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
 
Ptk matematika
Ptk matematikaPtk matematika
Ptk matematika
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptk
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Ptk ipa
Ptk ipaPtk ipa
Ptk ipa
 
Proposal ptk jadi
Proposal ptk jadiProposal ptk jadi
Proposal ptk jadi
 

Similaire à Peningkatan Prestasi

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematikaguestf6b63af
 
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Pipit Wijaya
 
PTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka RiantiPTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka RiantiNi Ekarianti
 
Kajian tindakan (kaedah)bib
Kajian tindakan (kaedah)bibKajian tindakan (kaedah)bib
Kajian tindakan (kaedah)bibHabibah Abdullah
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatifContoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatifAndy Saiful Musthofa
 
HBEF 2503 PROPOSAL KAJIAN TINDAKAN
HBEF 2503 PROPOSAL KAJIAN TINDAKANHBEF 2503 PROPOSAL KAJIAN TINDAKAN
HBEF 2503 PROPOSAL KAJIAN TINDAKANTeacher Nasrah
 
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiCha Aisyah
 

Similaire à Peningkatan Prestasi (20)

Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar MatematikaProblem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika
 
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
 
PTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka RiantiPTK Media Dakon dari Eka Rianti
PTK Media Dakon dari Eka Rianti
 
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
 
Karil Muhamad Syahril
Karil Muhamad SyahrilKaril Muhamad Syahril
Karil Muhamad Syahril
 
Tugas ptk HERNANTO,S.Pd SMA4 - kerinci
Tugas ptk  HERNANTO,S.Pd  SMA4 - kerinciTugas ptk  HERNANTO,S.Pd  SMA4 - kerinci
Tugas ptk HERNANTO,S.Pd SMA4 - kerinci
 
Skripsi New
Skripsi NewSkripsi New
Skripsi New
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
Kajian tindakan (kaedah)bib
Kajian tindakan (kaedah)bibKajian tindakan (kaedah)bib
Kajian tindakan (kaedah)bib
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Agissssss
AgissssssAgissssss
Agissssss
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatifContoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
Contoh proposal-usulan-penelitian-kuantitatif
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
Desain judul ptk
Desain judul ptkDesain judul ptk
Desain judul ptk
 
Penerapan pendekatan rme
Penerapan pendekatan rmePenerapan pendekatan rme
Penerapan pendekatan rme
 
Proposal baru
Proposal baruProposal baru
Proposal baru
 
HBEF 2503 PROPOSAL KAJIAN TINDAKAN
HBEF 2503 PROPOSAL KAJIAN TINDAKANHBEF 2503 PROPOSAL KAJIAN TINDAKAN
HBEF 2503 PROPOSAL KAJIAN TINDAKAN
 
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
 
Bab i.3 doc
Bab i.3 docBab i.3 doc
Bab i.3 doc
 

Plus de Harry Widodo (10)

Ppt ptk mei diyah s
Ppt  ptk  mei diyah sPpt  ptk  mei diyah s
Ppt ptk mei diyah s
 
Ptk'ku
Ptk'kuPtk'ku
Ptk'ku
 
Ppt'ku
Ppt'kuPpt'ku
Ppt'ku
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
Ptk ru
Ptk ruPtk ru
Ptk ru
 
Jurnal ptk
Jurnal ptkJurnal ptk
Jurnal ptk
 
Jurnal ptk
Jurnal ptkJurnal ptk
Jurnal ptk
 
Ppt ptk q
Ppt ptk qPpt ptk q
Ppt ptk q
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Resume ptk
Resume ptkResume ptk
Resume ptk
 

Peningkatan Prestasi

  • 1. PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN ORO ORO OMBO MADIUN OLEH : NURUL RAHMAWATI / PGSD 7D NPM. 09. 141. 160 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika berfungsi membekali siswa agar siap beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan dinamika perubahan masyarakat. Dengan demikian matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting bagi siswa. Oleh karena itu, pengetahuan matematika harus dimengerti dan dipahami sedini mungkin oleh siswa. Mengingat pentingnya matematika bagi kehidupan, maka matematika perlu dipelajari sejak di sekolah dasar. Adapun yang menjadi tujuan dari pembelajaran matematika menurut GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) secara umum yaitu : 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, efektif dan efisien. 2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Realitas menunjukkan banyak siswa yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Salah satu faktor penyebabnya adalah pola pembelajaran yang
  • 3. kurang mengaitkan materi dengan dunia nyata. Apalagi dengan peserta didik yang kerja otak kanan lebih dominan dalam aktivitas kesehariannya. Dengan asumsi seperti ini, maka pelajaran matematika akan menjadi sebuah penghambat dalam proses pembelajaran bagi sebagian siswa tersebut. Utomo dan Ruijter (Suparno, 2000:31) memaparkan bahwa pada latihan pemecahan soal ternyata hanya sebagian kecil siswa yang dapat mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga guru menerangkan seluruh penyelesaiannya. Menurut Herman (2010:1) salah satu penyebab rendahnya penguasaan matematika siswa adalah guru tidak memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Matematika dipelajari oleh kebanyakan siswa secara langsung dalam bentuk yang sudah jadi (formal), karena matematika dipandang oleh kebanyakan guru sebagai suatu proses yang prosedural dan mekanistis. RME adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal yang „real‟ bagi siswa, menekankan keterampilan „proses of doing mathematics‟, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri („student inventing‟ sebagai kebalikan dari „teacher telling‟) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan „reasoning-nya‟, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain.
  • 4. Pendekatan ini didasarkan pada konsep Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Dengan ide utamanya adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994). Usaha untuk membangun kembali ide dan konsep matematika tersebut melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan- persoalan realistik. Realistik dalam pengertian bahwa tidak hanya situasi yang ada di dunia nyata, tetapi juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan (Heuvel, 1998). Dalam pendekatan RME siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, sekaligus dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Bagi guru, pendekatan RME berangkat dari persoalan dalam dunia nyata untuk memotivasi siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan RME, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan, serta bahan ajar yang disusun sebaik mungkin, sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah yang dapat diteliti adalah sebagai berikut : 1. Matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang membosankan, monoton, dan menakutkan, sehingga banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut.
  • 5. 2. Pola pendekatan pembelajaran matematika di kelas masih belum maksimal, ditandai dengan pembelajaran yang monoton, kurang demokratis, klasikal, dan memposisikan siswa sebagai objek. 3. Guru tidak memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. 4. Pembelajaran yang digunakan oleh guru bersifat konvensional yakni ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas perlu mengalami perubahan. 5. Praktik pembelajaran di sekolah kurang relevan dengan kehidupan nyata di sekitar siswa dan di luar sekolah. C. Batasan Masalah Fokus masalah PTK ini adalah “pendekatan realistic mathematics education dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun.” D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Pendekatan RME seperti apa yang lebih efektif meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun?
  • 6. E. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah : 1. Menemukan pendekatan yang efektif dalam pembelajaran matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun melalui pendekatan realistic mathematics education. 2. Mengungkap dampak PMR bagi pengembangan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran matematika dan peningkatan prestasi belajarnya. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka menggunakan realitas lingkungan sebagai daya dukung proses pembelajaran matematika. 2. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka menentukan strategi efektif dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik. 3. Bagi sekolah Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
  • 7. G. Definisi Operasional 1. Pembelajaran disebut efektif jika pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan tingkat ketuntasan tertentu. 2. Pendekatan PMR adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran, sehingga mencapai tujuan secara lebih baik dari pada yang lalu. 3. Realita adalah hal-hal yang nyata atau konkrit, dapat diamati atau dipahami siswa dengan cara membayangkan. 4. Realitas lingkungan adalah tempat siswa berada, baik di sekolah, di lingkungan keluarga, maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa. 5. Prestasi belajar adalah hasil belajar kognitif yang dicapai oleh siswa dibuktikan dengan skor hasil tes. 6. Peningkatan prestasi belajar matematika adalah pertambahan kemampuan siswa memahami matematika dilihat dari ketetapan dan kecepatan mengerjakan soal bila dibandingkan sebelumnya, dan menumbuhkan rasa senang siswa terhadap pelajaran matematika.
  • 8. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran (silabus) yang telah dikembangkan oleh guru. Pembelajaran konkrit lebih sesuai diberikan pada siswa kelas rendah (kelas 1,2,3) di Sekolah Dasar. Proses pembelajaran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar dan sistem penilaian sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Hal lain yang harus dipahami yaitu proses belajar harus dikembangkan secara interaktif. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus-respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Sementara itu, siswa kelas rendah di Sekolah Dasar masih banyak membutuhkan perhatian karena kurang terfokus dalam konsentrasi, serta kurang memperhatikan kecepatan dan aktivitas belajar sehingga hal ini memerlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif. Banyak strategi yang dapat digunakan dalam proses belajar di kelas rendah Sekolah Dasar, namun penggunaan atau pemilihan strategi belajar harus mempertimbangkan variabel-variabel yang terlibat dalam suatu proses belajar mengajar. Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani mengemukakan pendapat, memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain, dan mampu menjaga kebersihan diri
  • 9. dan lingkungan. Dalam pengembangan kreativitas siswa, proses pembelajaran dapat diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan melalui permainan sehari-hari. Untuk siswa SD kelas rendah, dianjurkan menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah strategi pembelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa dengan melibatkan beberapa mata pelajaran. Prioritas pembelajaran tematik adalah terciptanya pembelajaran bersahabat, menyenangkan, dan bermakna. Karakteristik pembelajaran tematik pada siswa adalah fleksibel, tidak ada pemisahan mata pelajaran dan dapat mengembangkan bakat sesuai dengan minat siswa, menumbuhkembangkan kreativitas siswa, kemampuan sosial, belajar bertahan lama, dan menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah. B. Pembelajaran Matematika SD Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Puskur, 2008).
  • 10. Matematika merupakan ilmu pasti dan konsisten yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya pikir siswa dan menunjang berbagai disiplin ilmu pengetahuan lainnya serta aspek-aspek perkembangan kehidupan yang terkait dengan penguasaan berbagai perkembangan teknologi dan komunikasi. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari SD agar siswa memilki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Tujuan umum pelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan yang ada di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif (Mushlisoh, 1991). Suyatinah dkk. (1999) Pada buku kurikulum Pendidikan Dasar 1994 (1994:70), tujuan pengajaran matematika SD adalah sebagai berikut : 1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. 2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika. 3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama. 4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
  • 11. C. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) RME tidak dapat dipisahkan dari Institut Freudenthal. Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht University, Belanda. RME atau PMR merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang didasari atas pandangan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia (Gravemeijer, 1994). Matematika diusahakan dekat dengan kehidupan siswa, harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dan bila mungkin harus real bagi siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa diberi kesempatan yang leluasa untuk belajar melakukan aktivitas bekerja matematika, siswa diberi kesempatan mengembangkan strategi belajarnya dengan berinteraksi serta bernegosiasi baik dengan sesama siswa maupun dengan guru (Streefland, 1991). Penerapan RME memberikan harapan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan RME lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan menggunakan metode konvensional ( Trisna, 2005; Hasanah, 2005; Fauzan, 2001). Menurut De Lange, Treffers, Gravemeijer yang dikutip dalam Darhim (2004) ada lima karakteristik RME, yaitu: 1. Menggunakan masalah kontekstual. Masalah kontekstual sebagai peluang bagi aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana suatu konep matematika yang diinginkan muncul. 2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal. Perhatian diarahkan pada pengenalan model, skema, dan simbolisasi daripada mentransfer rumus atau matematika formal secara langsung.
  • 12. 3. Menggunakan kontribusi siswa. Kontribusi yang besar pada proses pembelajaran diharapkan datang dari murid sendiri dimana mereka ditutut dari cara-cara informal ke arah yang formal atau standar. 4. Terjadinya interaktivitas dalam proses pembelajaran. Negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi, dan evaluasi sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses pembelajaran secara konstruktif dengan menggunakan strategi informal murid sebagai jantung untuk mencapai yang formal. 5. Menggunakan berbagai teori belajar yang relevan, saling terkait, dan terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya. Pendekatan holistik, menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan keintegrasian harus diwujudkan dalam pemecahan masalah. Sama halnya dengan yang diuraikan di atas, Reewijk dikutip oleh Marpaung (2007) merumuskan prinsip RME itu dengan singkat dalam 5 pokok, (a) Dunia „nyata‟, (b) Produksi bebas dan konstruksi, (c) Matematisasi, (d) Interaksi dan (e) Aspek pembelajaran secara terintegrasi. Selanjutnya Marpaung (2007) merumuskan karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) sebagai berikut: 1. Murid aktif, guru aktif (matematika sebagai aktivitas manusia). 2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual/realistik. 3. Guru memberi kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cara sendiri.
  • 13. 4. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 5. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau besar). 6. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi ke luar sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data). 7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antara siswa dan siswa, juga antara siswa dan guru. 8. Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya sewaktu menyelesaikan suatu masalah (menggunakan model). 9. Guru bertindak sebagai fasilitator (Tut Wuri Handayani). 10. Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah jangan dimarahi tetapi dibantu melalui pertanyaan-pertanyaan (santun, terbuka,komunikatif dan menghargai pendapat siswa). Ciri Pembelajaran yang Berorientasi RME diantaranya : 1. Pemberian perhatian yang cukup besar pada “reinvention” yakni siswa diharapkan membangun konsep dan struktur matematika bermula dari intuisi mereka masing-masing; 2. Pengenalan konsep dan abstraksi melalui hal yang konkrit; diawali dari pengalaman siswa serta berasal dari lingkungan sekitar siswa; diharapkan siswa tertarik terhadap aktivitas matematika tersebut; siswa belajar dari pengalamannya sendiri bukan pengalaman gurunya; 3. Pembelajaran didesain dan diawali dari pemecahan masalah terhadap masalah kontekstual yang ada di sekitar siswa atau yang dapat dipikirkan siswa; 4. Selama proses matematisasi, diharapkan siswa mengkonstruksi gagasannya sendiri, menemukan solusi suatu masalah, dan membangun atau memperoleh
  • 14. suatu konsep secara mandiri, tidak perlu sama antar siswa satu dengan siswa lainnya bahkan dengan gurunya sekalipun; 5. Pembelajaran matematika tidak hanya memberi penekanan pada komputasi, serta mementingkan langkah prosedural (algoritmis) serta drill; 6. Penekanan lebih pada pemahaman yang mendalam pada konsep dan pemecahan masalah; dengan penyelesaian masalah yang tidak rutin dan mungkin jawabannya tidak tunggal; 7. Siswa belajar matematika dengan pemahaman, membangun secara aktif pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan awal; 8. Terdapat interaksi yang kuat antara siswa dengan siswa lainnya, menyangkut hasil pemikiran para siswa yang dikonfrontir dengan siswa lainnya. D. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) PAKEM merupakan strategi dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif serta dapat mengembangkan keterampilan, kreativitas, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. PAKEM membantu guru agar dapat mengajar secara variatif sehingga tercipta suasana belajar yang tidak membosankan dan juga tepat sasaran. Siswa pun dapat lebih memahami materi yang diberikan, memiliki motivasi belajar, dan lebih berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam menerapkan PAKEM, ada hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya sebagai berikut : 1. Memahami sifat yang dimiliki anak 2. Mengenal anak secara perorangan
  • 15. 3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar 4. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Apabila digambarkan dalam bentuk skema maka proses belajarnya adalah sebagai berikut: Proses Kompetensi Siswa pembelajaran lulusan PAKEM Keterangan bagan di atas : Dalam proses pembelajaran, guru menerapkan model PAKEM agar siswa aktif dan kreatif sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan. Dengan demikian, diharapkan kompetensi kelulusan dapat tercapai. Sesuai dengan namanya PAKEM memuat empat karakteristik utama yakni: a. Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif maksudnya adalah sebuah proses aktif membangun makna, pemahaman, informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Dalam proses belajar peserta didik tidak semestinya dianggap seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi. Karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu
  • 16. menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru (Ismail, 2008 : 46). Pembelajaran dikatakan aktif jika dalam proses pembelajaran guru dapat menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa bebas bertanya dan mengemukakan gagasan. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif (Umi Supraptiningsih, 2005 : 7). Pembelajaran ini menitik beratkan pada siswa aktif artinya aktif membangun konsep, aktif bertanya, aktif mengemukakan gagasan, aktif mempertanyakan gagasan dan aktif melakukan kegiatan. Untuk itu, guru harus juga aktif artinya membantu kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, dan mempertanyakan gagasan siswa (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.12). Menurut Depdiknas (dalam suwartiningsih, 2009 : 8) aktif diartikan peserta didik maupun guru berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. Guru harus menciptakan suasanan peserta didik aktif dalam pembelajaran baik aktif bertanya, memberi tanggapan, mengungkapkan ide maupun mendemonstrasikan gagasan. Namun demikian menurut Joel Wein (1997:1), keterlibatan aktif guru disini hanya dalam perannya sebagai seorang pelatih, pengarah, dan penolong; bukan pihak yang mendominasi proses pembelajaran. Siswalah yang berada dalam posisi pengajaran diri mereka sendiri. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang
  • 17. dialami. Beberapa contoh pembelajaran aktif yang bisa meningkatkan pembelajaran di kelas adalah mengacu pada tujuan, melibatkan siswa, menggunakan seni, gerakan dan indra, serta meragamkan langkah kegiatan (Pat Hollingsworth, 2008 : viii-ix). Beberapa contoh pembelajaran aktif seperti pembelajaran berpasang- pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, terlibat aktif dalam kerja kelompok, atau membuat laporan singkat dan sebagainya. Disarankan agar guru menjadi pemandu sepanjang tahap awal pembelajaran, kemudian biarkan anak melakukan praktik keterampilan baru, selanjutnya berikan informasi-informasi baru yang belum diketahui siswa selama pembelajaran. Caranya bermacam-macam, misalnya mengajak mengungkapkan pengalaman mereka membantu orang tua di rumah. Dengan cara seperti ini, siswa akan terdorong untuk secara aktif mengeksplorasi pengalaman hidupnya untuk kemudian diungkapkan dalam berbagai bentuk, seperti cerita lisan, tulisan atau gambar. b. Pembelajaran kreatif Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain (Umi Supraptiningsih, 2005:7). Pembelajaran ini menitik beratkan pada siswa kreatif, artinya kreatif merancang/membuat sesuatu. Untuk itu, guru harus juga kreatif, artinya mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu belajar, dan memanfaatkan lingkungan (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.13).
  • 18. Menurut Anang Santoso (2009 : 2) “ pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang pelaksanaannya banyak diwarnai penciptaan-penciptaan baru“. Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) berpendapat bahwa kretaif dapat diartikan guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membuat alat bantu belajar, menciptakan teknik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan belajarnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung arti bahwa seorang guru harus dapat menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Di sini guru perlu memahami perbedaan tingkat kemampuan tiap siswa dan tiap kelasnya. Siswa kelas 1 tentu memiliki kemampuan yang berbeda dengan siswa kelas 6. Siswa kelas 6 relatif sudah mahir menulis sehingga aktivitas seperti ini tidak akan menimbulkan masalah. Bardasarkan pemahaman seperti digambarkan di atas, seorang guru tidak hanya dituntut kreatif tetapi juga inovatif dalam menciptakan aktivitas belajar yang berbeda dari satu kelas ke kelas yang lain, dari satu kelompok siswa ke kelompok siswa yang lain. Kreativitas guru juga berkaitan dengan pemanfaatan media belajar yang sesuai untuk menjelaskan suatu materi kepada para siswa. Seorang guru dituntut untuk kreatif dan memiliki kepekaan terhadap berbagai media yang ada di sekitarnya yang dapat dipakai untuk proses belajar di kelas. Guru juga dapat memanfaatkan media belajar
  • 19. yang berbasiskan teknologi informasi komunikasi (Information and Communication Technology) yang saat ini tengah berkembang pesat. Teknologi seperti komputer, handphone, dan internet dapat dipakai sebagai media untuk memberikan pengetahuan atau keterampilan kepada siswa. Namun yang perlu diingat bahwa media belajar tidak perlu sesuatu yang mahal. Media belajar dapat dirancang dari benda atau sesuatu yang sederhana yang ada di lingkungan sekitar, misalnya dari barang-barang bekas atau dari aktivitas masyarakat di sekitar seperti bertani, berdagang, dan sebagainya. Dengan strategi dan media belajar yang kreatif seperti itu, siswa tentu akan semakin terdorong untuk juga berkreasi dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya. c. Pembelajaran efektif Pembelajaran efektif adalah proses pembelajaran yang berhasil atau yang mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan dengan mendayagunakan sumber daya pembelajaran yang ada. Guru menggunakan kemampuan profesionalnya untuk menggerakkan sumber daya pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Syafaruddin dan Irwan Nasution, 2006 : 212). Menurut Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) efektif diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan atau kompetensi yang merupakan pijakan utama suatu rancangan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif berkaitan dengan pertanyaan: “sejauh mana proses belajar yang dijalankan mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Situasi belajar yang aktif dan menyenangkan
  • 20. tidaklah cukup jika proses pembelajaran tersebut tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang seharusnya dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Menurut Suparlan, M.Ed (2009) jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya sebagai sebuah permainan biasa. Oleh karena itu, hal yang krusial dari seorang guru adalah mempersiapkan dan merancang aktivitas belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam tahapan ini, guru perlu bertanya pada diri sendiri apakah aktivitas yang dirancangnya dapat membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan atau sebaliknya tidak akan memberi dampak apa-apa bagi mereka. Setiap alternatif pilihan aktivitas pembelajaran sedapat mungkin dipertimbangkan efektifitasnya. Hal ini antara lain berarti bahwa seorang guru tidak perlu memaksakan sebuah aktivitas yang rumit apabila indikator atau tujuan pembelajarannya hanya memerlukan aktivitas pembelajaran yang sederhana. Sebaliknya, seorang guru pun tidak sepantasnya menyederhanakan aktivitas pembelajaran jika indikatornya menuntut aktivitas yang lebih banyak atau rumit. Berkenaan dengan itu, lesson plan atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasa dibuat oleh seorang guru hendaknnya tidak dibuat seadanya tetapi benar-benar dipikirkan dengan matang apakah dapat diterapkan dan efektif menjadi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
  • 21. d. Pembelajaran menyenangkan Pembelajaran menyenangkan menitik beratkan pada siswa yang merasa senang melakukan kegiatan pembelajaran, artinya senang mencoba atau berbuat, senang bertanya, senang mengemukakan pendapat, senang mempertanyakan gagasan orang lain. Pembelajaran ini tidak membuat anak takut, artinya takut salah, takut ditertawakan, takut dianggap sepele. Dalam hal ini guru juga ikut senang dalam melaksanakan pembelajaran (Subiyanto dan Susiati, 2008 : 1.14). Menurut Depdiknas (dalam Suwartiningsih, 2009 : 8) menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar mengajar yang “hidup” semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif dan mendorong pemusatan peserta didik terhadap pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan dengan penciptaan suasana belajar yang aman, menyenangkan, dan menarik bagi siswa sehingga mereka tergerak untuk terlibat dan memusatkan perhatiannya secara penuh pada kegiatan tersebut. Menurut hasil penelitian, besarnya perhatian yang diberikan seorang siswa terhadap pembelajaran terbukti meningkatkan hasil belajar siswa tersebut (Suparlan 2009). Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menarik perhatian para siswa sehingga mereka akhirnya tergerak untuk memusatkan perhatian pada kegiatan belajar yang telah direncanakan oleh guru. Suasana belajar yang dimaksud antara lain adalah suasana belajar yang menyenangkan dan didukung oleh lingkungan yang aman dan bahan ajar yang relevan.
  • 22. Kegiatan pembelajaran harus menyenangkan karena siswa-siswa pada usia SD umumnya berada pada usia bermain sehingga ketertarikan mereka terhadap aktivitas belajar akan tumbuh jika mereka merasa aktivitas tersebut menyenangkan seperti yang mereka rasakan saat bermain. Untuk itu guru, harus merancang aktivitas belajar yang sedemikian rupa sehingga siswa tidak merasakan sebagai beban tetapi layaknya sebuah permainan dimana di dalamnya ada kegembiraan, interaksi sosial, interaksi dengan alam, namun dengan sejumlah aturan. Suasana belajar yang menyenangkan biasanya terjadi ketika dilaksanakan bersama orang lain misalnya dalam bentuk diskusi, kerja kelompok, bermain peran, bereksperimen, dan sebagainya. Selain memyenangkan, melalui bentuk aktivitas seperti ini, para siswa sebenarnya diarahkan untuk membangun pengetahuan secara bersama karena pada dasarnya pengetahuan bukan milik perseorangan melainkan tersebar dalam berbagai bentuk dan kondisi sebagai kekayaan kolektif. Melalui aktivitas bersama, para siswa akan berbagi pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka saling belajar untuk membentuk kompetensi diri masing-masing ke arah yang lebih baik. Pengaturan kelas juga menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk membantu para siswa belajar dengan senang dan mau berbagi pengetahuan dan keterampilan kepada yang lain. Misalnya, tempat duduk siswa tidak harus selalu menggunakan pola berjejer kebelakang dengan guru berada dibagian paling depan. Tempat duduk dapat dirancang dengan berbagai pola sesuai kebutuhan belajar. Selain itu pembelajaran yang menyenangkan juga dapat diciptakan
  • 23. guru melalui berbagai cara yang sederhana, misalnya menggunakan mimik dan bahasa tubuh dalam menjelaskan suatu materi, memberikan selingan humor, menggunakan alat peraga, serta memberi waktu istirahat dan jeda yang teratur. Dengan cara pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan seperti yang telah disebutkan diatas, kita yakin siswa akan merasa belajar sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam dirinya akan tumbuh kecintaan terhadap aktivitas belajar seumur hidupnya (life- long education). E. Prestasi Belajar Dalam pendidikan, prestasi belajar merupakan faktor yang sangat penting dan sering dijadikan pokok pembicaraan atau permasalahan antar pendidik, karena prestasi belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri- sendiri yakni prestasi dan belajar, tetapi dalam pembahasan ini kedua kata sangan berhubungan. Berikut ini diberikan pengertian prestasi dan pengertian belajar menurut beberapa para ahli : 1. Suharsini Arikunto (1998:5) berpendapat bahwa prestasi adalah tingkatan- tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Nana Sudjana (1998:5) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan proses hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
  • 24. pengetahuan, penalaran, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang belajar. 3. Gozali (dalam Suhito, 1989:4) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil kerja suatu lapangan yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan. 4. Oemar Hamalik (dalam Suhito, 1989:4) mengemukakan prestasi adalah hasil interaksi baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu yang bersangkutan. Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang ditandai adanya perubahan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang sedang belajar.
  • 25. BAB III METODE PENELITIAN A. Hipotesis Tindakan Peneraan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika di kelas III sekolah dasar efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini akan diadakan pada kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun. Alasan mengambil mata pelajaran dan kelas ini, karena sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian yaitu selama dua bulan, yaitu pada bulan awal November sampai akhir bulan Desember tahun ajaran 2012/2013. C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam 0 penelitian ini adalah desain putaran spiral. Kegiatan penelitian dimulai dengan perencanaan, tindakan, ?4 ?3 ?1 pengamatan, dan refleksi, seperti disajikan pada ?2 0 gambar. ?4 ?3 ?1 ?2
  • 26. Siklus I : (1) Perencanaan I, (2) Tindakan I, (3) Observasi I, dan (4) Refleksi I. Siklus II : (1) Revisi Rencana I, (2) Tindakan II, (3) Observasi II, dan (4) Refleksi II. Penelitian ini direncanakan dua siklus. Namun demikian, jika hasilnya belum optimal, akan dilakukan siklus 3. Kegiatan pada masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran matematika kelas III dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya yaitu bulan November-Desember 2012. Tindakan, meliputi proses pembelajaran melalui PMR kelas III semester 1. Observasi, dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya. D. Subjek dan Objek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun, dengan jumlah siswa 30 orang. Obyek penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan PMR dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun. E. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2012-2013 di SDN Oro Oro Ombo madiun, dimulai pada awal November 2012, Minggu I, II, III, dan IV. Setting penelitian ini adalah lingkungan kelas tempat subjek melakukan
  • 27. kegiatan pembelajaran, dan lingkungan secara umum pada kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun. F. Metode Pengumpulan Data Data penelitian dikumpulkan melalui tes, observasi, dan catatan lapangan. Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas III SDN Oro Oro Ombo Madiun. Peningkatan prestasi belajar berupa data tindakan belajar atau hasil belajar. Metode pengumpulan data yaitu observasi, tes, dan catatan lapangan. Instrumen yang dipakai adalah pedoman observasi, soal tes, dan lembar catatan. Pedoman observasi yang digunakan memuat garis besar sejauh mana minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data sebelum tindakan, baik dari guru maupun pengamat langsung di lapangan. Lembar soal tes digunakan untuk menguji kemampuan dan prestasi belajar siswa. G. Teknik Analisis Data Analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis dan dikaitkan dengan peningkatan prestasi belajar matematika dengan pendekatan realistic. Data penelitian diperoleh mulai observasi langsung pada objek penelitian untuk mengungkap sejauh mana peningkatan minat dan prestasi belajar siswa
  • 28. dalam bidang studi matematika. Observasi langsung dilaksanakan pada kondisi awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat digunakan tindakan kelas berupa penggunaan RME. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif teknik persentase. H. Jadwal Penelitian WAKTU November Desember No. KEGIATAN (minggu ke) (minggu ke) 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Perencanaan √ 2. Proses pembelajaran √ √ √ √ √ 3. Evaluasi proses pembelajaran √ √ √ √ √ 4. Evaluasi hasil pembelajaran √ √ 5. Pengumplan data PTK √ √ √ √ √ 6. Analisis data PTK √ √ 7. Penyusunan hasil PTK √ 8. Pelaporan hasil PTK √
  • 29. DAFTAR PUSTAKA Danim, Sudarwan. 2010. Karya Tulis Inovatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Walle, J. A. 2008. Matematika Pengembangan Pengajaran. Jakarta : Erlangga http://p4tkmatematika.org/2008/09/rme-salah-satu-pendekatan-pembelajaran-yang- menyenangkan/ http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/22/matematika-realistik/
  • 30. LAMPIRAN 1. Lembar observasi terhadap keaktifan siswa kelas III pada saat proses belajar mengajar matematika berlangsung Aspek yang Diamati Nama Bertanya Menjawab Mengemukakan memecahkan No. Siswa kepada guru pertanyaan pendapat masalah 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. 2. 3. 4. dst Persentase 2. Lembar observasi No. Pernyataan Ya Tidak 1. Siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh 2. Siswa mengindahkan perintah guru 3. Siswa bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran 4. Siswa serius memperhatikan penjelasan guru 5. Siswa serius belajar kelompok 6. Siswa serius belajar matematika secara individu 7. Siswa dengan senang belajar matematika secara individu 8. Siswa semangat saat diberikan soal jajakan 9. Siswa bergairah dalam mengerjakan soal latihan dst