SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  11
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas flourescens) UNTUK
MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN
TOMAT
(Makalah Produksi Tanaman Sayur)
Oleh
Husna
111121103
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tomat (Solanum lycopersicum) adalah salah satu komoditas pertanian yang sangat
bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat mengandung karbohidrat, protein,
lemak dan kalori. Buah tomat merupakan komoditas multiguna yang berfungsi
sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, bahan
pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. Sebagai
sumber mineral, buah tomat dapat bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi
(zat kapur dan fospor), sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung di dalam buah
tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin.
Selain itu tomat mengandung zat potassium yang sangat bermanfaat untuk
menurunkan gejala tekanan darah tinggi (Cahyono, 2008).
Produksi tomat di Indonesia masih tergolong rendah yaitu 7,5 ton/ha. Salah satu
upaya peningkatan produksi tanaman tomat adalah dengan teknik budidaya yang
baik dan pemupukan yang benar. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi
pemupukan adalah dengan penggunaan pupuk hayati.
Pupuk hayati adalah mikrobia yang diberikan ke dalam tanah untuk meningkatkan
pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya
digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman
inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan
tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan
organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya.
Salah satu grup mikroorganisme yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai pupuk hayati adalah Pseudomonas flourescens. Bakteri ini berperan
sebagai pemacu pertumbuhan (Plant Growth Promoting Rhizobakteria = PGPR),
karena menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan dapat pula meningkatkan
ketersediaan hara melalui produksi asam organik (Linderman dan Paulizt, 1985).
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manfaat
pupuk hayati P. flourescens, dan mengetahui tingkat efisiensi pupuk hayati P.
flourescens terhadap pertumbuhan tanaman tomat (S. lycopersicum).
II. PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens)
UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA
TANAMAN TOMAT
II.1 Deskripsi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
Tanaman tomat ( S. lycopersicum) adalah tanaman semusim, berbentuk perdu atau
semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae).
Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae (daun penumpu). Jumlah
daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan daun terdapat 1-2 pasang
daun kecil yang berbentuk delta.
Untuk dapat berproduksi dengan baik diperlukan perkembangan organ
yang baik. Organ-organ tersebut adalah:
1. Akar. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke
dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi
dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan tumbuh dengan
baik bila ditanam pada lahan yang gembur atau porous. Ketersediaan air dan
nutrisi merupakan dua faktor penting pada lingkungan perakaran, memiliki
dampak pada perkembangan tanaman.
2. Batang. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat,
berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara bulu-
bulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batangnya berwarna hijau, pada ruas-ruas
batang mengalami penebalan, dan pada ruas-ruas bawah tumbuh akar pendek.
Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan
akan bercabang banyak yang menyebar secara merata.
3. Daun. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan
membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna
hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun
sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara
daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun
majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi
batang tanaman.
4. Bunga. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm
dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna
hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lainnya adalah
mahkota bunga, berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat
merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan kepala putik terletak pada
bungan yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik
berwarna kekuningan.
5. Buah. Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, bergantung pada
jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, oval, dan bulat persegi. Ukuran
nya sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan
yang berukuran besar memiliki bobot 180 gram. Buah tomat yang masih muda
berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat
muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat
lycopersicin yang berbentuk lendir.
Aroma yang tidak sedap itu akan hilang dengan sendirinya pada saat buah
memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi
manis agak masam yang mencirikan rasa buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2
hingga 12 lokul yang mengandung banyak biji.
II.1.1Agriklimat
Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
gembur dengan pH antara 5-6. Temperatur udara yang terbaik bagi pertumbuhan
tomat adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Selisihnya adalah
6°C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan
penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat
mengganggu pembentukan buah. Untuk tanaman tomat yang masih muda,
kelembaban relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan, karena asimilasi
menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.
II.2 Pengertian Pupuk Hayati Pseudomonas flourescens.
Pseudomonas merupakan salah satu genus dari Famili Pseudomonadaceae.
Bakteri ini berbentuk batang lurus atau lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1
1μm x 1.5- 4.0 μm, tidak membentuk spora dan bereaksi negatif terhadap
pewarnaan Gram, aerob, menggunakan H2 atau karbon sebagai energinya,
kebanyakan tidak dapat tumbuh dalam kondisi masam (pH 4,5). Adapun
taksonomi dari P. flourescens sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas flourescens
P. flourescens termasuk kedalam bakteri yang dapat ditemukan dimana saja
(ubiquitous), seringkali ditemukan pada bagian tanaman (permukaan daun dan
akar) dan sisa tanaman yang membusuk, tanah dan air (Bradbury, 1986 dalam
Supriadi, 2006). Ciri yang mencolok dan mudah dilihat dari P. flourescens adalah
kemampuannya menghasilkan pigmen pyoverdin dan atau fenazin pada medium
King’s B sehingga terlihat berpijar bila terkena sinar UV. P. flourescens telah
dimanfaatkan sebagai agens hayati untuk beberapa jamur dan bakteri patogen
tanaman.
Kemampuan P. flourescens menekan populasi patogen diasosiasikan dengan
kemampuan untuk melindungi akar dari infeksi patogen tanah dengan cara
mengkolonisasi permukaan akar, menghasilkan senyawa kimia seperti antijamur
dan antibiotik serta kompetisi dalam penyerapan kation Fe (Supriadi, 2006).
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa P. flourescens dapat mengendalikan
penyakit layu fusarium pada tanaman pisang (Djatnika I,2003); penyakit virus
kuning pada tanaman cabai (Yulmira Y, 2009); penyakit layu bakteri (Ralstonia
solanacearum) pada tanaman kacang tanah (Suryadi, Y, 2009).
P. flourescens yang hidup didaerah perakaran tanaman dapat berperan sebagai
jasad renik pelarut fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur
tumbuh bagi tanaman sehingga dengan kemampuan tersebut P. flourescens dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk biologis yang dapat menyediakan hara untuk
pertumbuhan tanaman.
II.3 Pemanfaatan Pseudomonas flourescens sebagai Pupuk Hayati untuk
Meningkatkan Efisiensi Pemupukan pada Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum)
Bakteri P. flourescensdigunakan sebagai pupuk hayati karena bakteri ini dapat
melarutkan fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur tumbuh
(ZPT). P. flourescensdapat meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman
tomat karena mengingat harga pupuk kimia yang semakin naik, selain itu bakteri
ini juga dapat berkembang biak dengan baik karena bersimbiosis dengan akar
tanaman.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jumsu Trisno dan kawan-kawan
(2006) menunjukkan bahwa tanaman yang diaplikasikan P. flourescens
menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan memperhatikan tinggi tanaman dan
jumlah daun pada tanaman tomat. Hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah
daun tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat sesuai
perlakuan.
Perlakuan
Tinggi Tanaman
(cm)
Peningkatan
(%)
Jumlah
Daun
Peningkatan
(%)
A (Kontrol) 40,88 0 52 0
B (Pf + dosis
pupuk P normal) 50,88 24,46 59 13,65
C (Pf + 1/2 dosis
pupuk P normal) 49,77 21,75 55 6,85
D (Pf tanpa
pupuk P) 42 2,74 59 4,03
Keterangan :
Pf = Pseudomonas flourescens
Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa aplikasi P. flourescens dapat
meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat (Perlakuan
B,C, dan D). Pemberian P. flourescens diikuti dengan pemberian pupuk P dengan
dosis normal (perlakuan B) menunjukkan pertambahan tinggi yang baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan pertambahan tinggi sebesar
24,46%.Peningkatan jumlah daun tertinggi juga terdapat pada perlakuan B yaitu
sebesar 13,65%. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi bakteri P. flourescens
berdampak positif bagi tanaman tomat dan dapat meningkatkan efisiensi
pemupukan pada tanaman tomat.
Selain tinggi tanaman dan jumlah daun, bakteri P. flourescens juga berpengaruh
terhadap bobot basah dan bobot kering tanaman tomat. Data bobot basah dan
bobot kering tanaman tomat dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata berat basah dan berat kering tanaman tomat dengan aplikasi dan
tanpa aplikasi Pf
Perlakuan
Berat Basah
(gr)
Peningkatan
(%)
Berat Kering
(gr)
Peningkatan
(%)
A (Kontrol) 31,4 0 7,3 0
B (Pf + dosis
pupuk P
normal) 58,4 85,99 13,55 85,62
C (Pf + 1/2
dosis pupuk
P normal) 43,9 39,81 13,08 79,18
D (Pf tanpa
pupuk P) 42,41 35,06 9,41 28,9
Keterangan :
Pf = Pseudomonas flourescens
Data diatas menunjukkan bahwa perlakuann dengan aplikasi P. flourescens (B,C
dan D) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan A
(Kontrol). Pada perlakuan B (Pf + pupuk P dosis normal) meningkatkan berat
basah 85,99% dan meningkatkan berat kering sebesar 85,62%. Pada perlakuan D
(P. flourescens tanpa pupuk P) meningkatkan hasil berat basah 35,06% dan bobot
kering 28,90%.
Pengamatan terhadap produksi tanaman tomat disajikan dalam tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata berat buah tanaman tomat sesuai perlakuan
Perlakuan Hasil (Kg/Tan) Hasil (ton/ha)
Peningkatan
(%)
A (Kontrol) 0,161 6,44 0
B (Pf + dosis
pupuk P normal) 0,26 10,4 61,49
C (Pf + 1/2 dosis
pupuk P normal) 0,208 8,32 29,19
D (Pf tanpa
pupuk P) 0,164 6,56 1,86
Keterangan :
Pf = Pseudomonas flourescens
Data diatas menunjukkan perbedaan yang signifikan dari berat buah tomat pada
setiap perlakuan. Pada perlakuan B didapatkan peningkatan hasil buah tomat
tertinggi yaitu 61,49%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan aplikasi bakteri
P. flourescensdan pupuk P dengan dosis normal akan meningkatkan hasil buah
pada tanaman tomat.
Dari ketiga tabel diatas maka kita dapat mengetahui bahwa pengaplikasian P.
flourescensdapat mempengaruhi tinggi tanaman tomat, jumlah daun, berat basah,
berat kering serta hasil buah pada tanaman tomat. Hal ini menunjukkan bahwa
bakteri Pseudomonas flourescenssebagai pupuk hayati dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman tomat dan bersifat
menguntungkan.
III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi pupuk
hayati P. flourescens dapat meningkatkan efisiensi pemupukan karena bakteri P.
flourescens dapat melarutkan fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat
pengatur tumbuh bagi tanaman tomat. Bakteri ini bersimbiosis dengan akar
tanaman sehingga tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang
diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan
pertumbuhannya.
III.2 Saran
Dengan diketahuinya bahwa pemanfaatan pupuk hayati P. flourescens dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan maka sebaiknya kita mulai menerapkan
penggunaan pupuk hayati P. flourescens. Dalam aplikasi pupuk hayati ini juga
harus dilakukan dengan tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, I., 2008, Tomat : Usaha Tani dan Penganganan Pasca Panen,
Kanisius, Yogyakarta.
Djatnika I. dkk., 2003. Peranan Pseudomonas flourescens MR 96 Pada Layu
Fusarium Tanaman Pisang. DalamJurnal Hortikultura 13 (3) : 212 – 218,
2003.
Hasanudin, MSc.,Dr., Ir., 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam
Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Jurusan
Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara.
Lindermann, R.G dan T.C Paulizt. 1990. Mycorhizal Rhizobacterial. Biological
Control of Soil Born Pathogens. D.Hombly (Ed.). 267-283 CAB.
International, Wellingford, England.
Supriadi., 2006. Analisis Resiko Agens Hayati Untuk Pengendalian Patogen Pada
Tanaman. DalamJurnal Litbang Pertanian 25 (3), 2006.
Suryadi, Y., 2009. Efektifitas Pseudomonas flourescens Terhadap Layu Bakteri
(Ralstonia solanacearum) Pada Tanaman Kacang Tanah.Dalam Jurnal
HPT Tropika. ISSN 1411-7525. Vol. 9 No. 2 ; 174 – 180, September ,
2009.
Trisno, Jumsu dkk. 2006. Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens sebagai
Pupuk Hayati untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat di
Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Kotamadya Padang.
Direktorat Pembinaan Pengembangan Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional: 1-13
Yulmira Y., 2009. Aplikasi Agens Hayati Pseudomonas flourescens Sebagai
Penginduksi Ketahanan untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Cabai
Terhadap Penyakit Virus Kuning di Kecamatan Kuraji, Kotamadya
Padang. DalamWarta Pengabdian Andalas Vol. 15 No. 22, 2009.

Contenu connexe

Tendances

Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...UNESA
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihTidar University
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 5 Pengecatan Sederhana Sel Khamir
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 5 Pengecatan Sederhana Sel KhamirITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 5 Pengecatan Sederhana Sel Khamir
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 5 Pengecatan Sederhana Sel KhamirFransiska Puteri
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHANLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHANhimabioummy
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan III Angkutan Air
Laporan Fisiologi Tumbuhan III Angkutan AirLaporan Fisiologi Tumbuhan III Angkutan Air
Laporan Fisiologi Tumbuhan III Angkutan AirUNESA
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahTidar University
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...UNESA
 
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologiLaporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologiJoel mabes
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanJidun Cool
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduPurwandaru Widyasunu
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanAli Babang
 
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanamanM23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanamanFeisal Rachman Soedibja
 

Tendances (20)

Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan I Difusi dan Osmosis (Penentuan Tekanan Osmosis Ca...
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 5 Pengecatan Sederhana Sel Khamir
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 5 Pengecatan Sederhana Sel KhamirITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 5 Pengecatan Sederhana Sel Khamir
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 5 Pengecatan Sederhana Sel Khamir
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
 
Fisiologi Tumbuhan
Fisiologi TumbuhanFisiologi Tumbuhan
Fisiologi Tumbuhan
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHANLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN TENTANG GERAK PADA TUMBUHAN
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan III Angkutan Air
Laporan Fisiologi Tumbuhan III Angkutan AirLaporan Fisiologi Tumbuhan III Angkutan Air
Laporan Fisiologi Tumbuhan III Angkutan Air
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
 
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologiLaporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
Laporan agroklimatologi alat-alat agroklimatologi
 
Kakao
KakaoKakao
Kakao
 
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanamanMekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
Mekanisme serangan & gejala serangan hama pada tanaman
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Bakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanamanBakteri penyakit pada tanaman
Bakteri penyakit pada tanaman
 
Makalah klimatologi
Makalah klimatologiMakalah klimatologi
Makalah klimatologi
 
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanamanM23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
 

Similaire à PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN TOMAT

Similaire à PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN TOMAT (20)

Em4 pada tomat
Em4 pada tomatEm4 pada tomat
Em4 pada tomat
 
Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Teknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomatTeknik budidaya tanaman tomat
Teknik budidaya tanaman tomat
 
tinjauan pustaka
tinjauan pustakatinjauan pustaka
tinjauan pustaka
 
Proposal yani terung
Proposal yani terungProposal yani terung
Proposal yani terung
 
bio93.pptx
bio93.pptxbio93.pptx
bio93.pptx
 
Proposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomatProposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomat
 
analisis stabilitas-literatur
analisis stabilitas-literaturanalisis stabilitas-literatur
analisis stabilitas-literatur
 
Proposal penelitian pengaruh cahaya
Proposal penelitian pengaruh cahayaProposal penelitian pengaruh cahaya
Proposal penelitian pengaruh cahaya
 
Proposal penelitian tanaman tomat KABUPATEN MUNA
Proposal penelitian tanaman tomat KABUPATEN MUNAProposal penelitian tanaman tomat KABUPATEN MUNA
Proposal penelitian tanaman tomat KABUPATEN MUNA
 
Proposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomatProposal penelitian tanaman tomat
Proposal penelitian tanaman tomat
 
Proposal penelitian pengaruh cahaya KABUPATEN MUNA
Proposal penelitian pengaruh cahaya KABUPATEN MUNAProposal penelitian pengaruh cahaya KABUPATEN MUNA
Proposal penelitian pengaruh cahaya KABUPATEN MUNA
 
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
241399 perbedaan-proporsi-dedak-dalam-media-tan-4e8d0f4b
 
Morfologi dan anatomi tomat
Morfologi dan anatomi tomatMorfologi dan anatomi tomat
Morfologi dan anatomi tomat
 
Proposal penelitian husni
Proposal penelitian husniProposal penelitian husni
Proposal penelitian husni
 
Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Tomat
TomatTomat
Tomat
 
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
Tanaman Hortikultura (Ms. PPt 2013)
 

Dernier

SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DAbdiera
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 

Dernier (20)

SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase DModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 8 Fase D
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 

PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN TOMAT

  • 1. PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas flourescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN TOMAT (Makalah Produksi Tanaman Sayur) Oleh Husna 111121103 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013
  • 2. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tomat (Solanum lycopersicum) adalah salah satu komoditas pertanian yang sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Buah tomat mengandung karbohidrat, protein, lemak dan kalori. Buah tomat merupakan komoditas multiguna yang berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. Sebagai sumber mineral, buah tomat dapat bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan fospor), sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung di dalam buah tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Selain itu tomat mengandung zat potassium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala tekanan darah tinggi (Cahyono, 2008). Produksi tomat di Indonesia masih tergolong rendah yaitu 7,5 ton/ha. Salah satu upaya peningkatan produksi tanaman tomat adalah dengan teknik budidaya yang baik dan pemupukan yang benar. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi pemupukan adalah dengan penggunaan pupuk hayati. Pupuk hayati adalah mikrobia yang diberikan ke dalam tanah untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah atau udara. Umumnya digunakan mikrobia yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Keuntungan diperoleh oleh kedua pihak, tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya.
  • 3. Salah satu grup mikroorganisme yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati adalah Pseudomonas flourescens. Bakteri ini berperan sebagai pemacu pertumbuhan (Plant Growth Promoting Rhizobakteria = PGPR), karena menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan dapat pula meningkatkan ketersediaan hara melalui produksi asam organik (Linderman dan Paulizt, 1985). I.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manfaat pupuk hayati P. flourescens, dan mengetahui tingkat efisiensi pupuk hayati P. flourescens terhadap pertumbuhan tanaman tomat (S. lycopersicum).
  • 4. II. PEMANFAATAN PUPUK HAYATI (Pseudomonas fluorescens) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN PADA TANAMAN TOMAT II.1 Deskripsi Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) Tanaman tomat ( S. lycopersicum) adalah tanaman semusim, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae). Bentuk daunnya bercelah menyirip tanpa stippelae (daun penumpu). Jumlah daunnya ganjil, antara 5-7 helai. Di sela-sela pasangan daun terdapat 1-2 pasang daun kecil yang berbentuk delta. Untuk dapat berproduksi dengan baik diperlukan perkembangan organ yang baik. Organ-organ tersebut adalah: 1. Akar. Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke arah samping tetapi dangkal. Berdasarkan sifat perakaran ini, tanaman tomat akan tumbuh dengan baik bila ditanam pada lahan yang gembur atau porous. Ketersediaan air dan nutrisi merupakan dua faktor penting pada lingkungan perakaran, memiliki dampak pada perkembangan tanaman. 2. Batang. Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan diantara bulu- bulu tersebut terdapat rambut kelenjar. Batangnya berwarna hijau, pada ruas-ruas batang mengalami penebalan, dan pada ruas-ruas bawah tumbuh akar pendek. Selain itu batang tomat dapat bercabang dan apabila tidak dilakukan pemangkasan akan bercabang banyak yang menyebar secara merata. 3. Daun. Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun berwarna hijau dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7. Ukuran daun
  • 5. sekitar (15-30) cm x (10-25) cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Diantara daun yang berukuran besar biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun majemuk pada tomat tumbuh berselang-seling atau tersusun spiral mengelilingi batang tanaman. 4. Bunga. Bunga tanaman tomat berukuran kecil, berdiameter sekitar 2 cm dan berwarna kuning cerah. Kelopak bunga yang berjumlah 5 buah dan berwarna hijau terdapat pada bagian bawah atau pangkal bunga. Bagian lainnya adalah mahkota bunga, berjumlah 6 buah dan berukuran sekitar 1 cm. Bunga tomat merupakan bunga sempurna, karena benang sari dan kepala putik terletak pada bungan yang sama. Bunganya memiliki 6 buah tepung sari dengan kepala putik berwarna kekuningan. 5. Buah. Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi, bergantung pada jenisnya. Ada buah tomat yang berbentuk bulat, oval, dan bulat persegi. Ukuran nya sangat bervariasi, yang berukuran paling kecil memiliki bobot 8 gram dan yang berukuran besar memiliki bobot 180 gram. Buah tomat yang masih muda berwarna hijau-muda, bila sudah matang berubah menjadi merah. Buah tomat muda memiliki rasa getir dan beraroma tidak sedap, sebab masih mengandung zat lycopersicin yang berbentuk lendir. Aroma yang tidak sedap itu akan hilang dengan sendirinya pada saat buah memasuki fase pematangan hingga matang. Rasanya juga akan berubah menjadi manis agak masam yang mencirikan rasa buah tomat. Buah tomat terdiri dari 2 hingga 12 lokul yang mengandung banyak biji. II.1.1Agriklimat Untuk pertumbuhan yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah gembur dengan pH antara 5-6. Temperatur udara yang terbaik bagi pertumbuhan tomat adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari. Selisihnya adalah 6°C. Suhu yang tinggi diikuti kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan penyakit daun berkembang, sedangkan kelembaban yang relatif rendah dapat mengganggu pembentukan buah. Untuk tanaman tomat yang masih muda, kelembaban relatif tinggi (95%) akan merangsang pertumbuhan, karena asimilasi menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak.
  • 6. II.2 Pengertian Pupuk Hayati Pseudomonas flourescens. Pseudomonas merupakan salah satu genus dari Famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini berbentuk batang lurus atau lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1 1μm x 1.5- 4.0 μm, tidak membentuk spora dan bereaksi negatif terhadap pewarnaan Gram, aerob, menggunakan H2 atau karbon sebagai energinya, kebanyakan tidak dapat tumbuh dalam kondisi masam (pH 4,5). Adapun taksonomi dari P. flourescens sebagai berikut : Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Order : Pseudomonadales Family : Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas Spesies : Pseudomonas flourescens P. flourescens termasuk kedalam bakteri yang dapat ditemukan dimana saja (ubiquitous), seringkali ditemukan pada bagian tanaman (permukaan daun dan akar) dan sisa tanaman yang membusuk, tanah dan air (Bradbury, 1986 dalam Supriadi, 2006). Ciri yang mencolok dan mudah dilihat dari P. flourescens adalah kemampuannya menghasilkan pigmen pyoverdin dan atau fenazin pada medium King’s B sehingga terlihat berpijar bila terkena sinar UV. P. flourescens telah dimanfaatkan sebagai agens hayati untuk beberapa jamur dan bakteri patogen tanaman. Kemampuan P. flourescens menekan populasi patogen diasosiasikan dengan kemampuan untuk melindungi akar dari infeksi patogen tanah dengan cara mengkolonisasi permukaan akar, menghasilkan senyawa kimia seperti antijamur dan antibiotik serta kompetisi dalam penyerapan kation Fe (Supriadi, 2006). Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa P. flourescens dapat mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman pisang (Djatnika I,2003); penyakit virus kuning pada tanaman cabai (Yulmira Y, 2009); penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tanaman kacang tanah (Suryadi, Y, 2009).
  • 7. P. flourescens yang hidup didaerah perakaran tanaman dapat berperan sebagai jasad renik pelarut fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur tumbuh bagi tanaman sehingga dengan kemampuan tersebut P. flourescens dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biologis yang dapat menyediakan hara untuk pertumbuhan tanaman. II.3 Pemanfaatan Pseudomonas flourescens sebagai Pupuk Hayati untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) Bakteri P. flourescensdigunakan sebagai pupuk hayati karena bakteri ini dapat melarutkan fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT). P. flourescensdapat meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman tomat karena mengingat harga pupuk kimia yang semakin naik, selain itu bakteri ini juga dapat berkembang biak dengan baik karena bersimbiosis dengan akar tanaman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jumsu Trisno dan kawan-kawan (2006) menunjukkan bahwa tanaman yang diaplikasikan P. flourescens menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan memperhatikan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat. Hasil pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat sesuai perlakuan. Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Peningkatan (%) Jumlah Daun Peningkatan (%) A (Kontrol) 40,88 0 52 0 B (Pf + dosis pupuk P normal) 50,88 24,46 59 13,65 C (Pf + 1/2 dosis pupuk P normal) 49,77 21,75 55 6,85 D (Pf tanpa pupuk P) 42 2,74 59 4,03
  • 8. Keterangan : Pf = Pseudomonas flourescens Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa aplikasi P. flourescens dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman tomat (Perlakuan B,C, dan D). Pemberian P. flourescens diikuti dengan pemberian pupuk P dengan dosis normal (perlakuan B) menunjukkan pertambahan tinggi yang baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu dengan pertambahan tinggi sebesar 24,46%.Peningkatan jumlah daun tertinggi juga terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 13,65%. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi bakteri P. flourescens berdampak positif bagi tanaman tomat dan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman tomat. Selain tinggi tanaman dan jumlah daun, bakteri P. flourescens juga berpengaruh terhadap bobot basah dan bobot kering tanaman tomat. Data bobot basah dan bobot kering tanaman tomat dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rata-rata berat basah dan berat kering tanaman tomat dengan aplikasi dan tanpa aplikasi Pf Perlakuan Berat Basah (gr) Peningkatan (%) Berat Kering (gr) Peningkatan (%) A (Kontrol) 31,4 0 7,3 0 B (Pf + dosis pupuk P normal) 58,4 85,99 13,55 85,62 C (Pf + 1/2 dosis pupuk P normal) 43,9 39,81 13,08 79,18 D (Pf tanpa pupuk P) 42,41 35,06 9,41 28,9 Keterangan : Pf = Pseudomonas flourescens Data diatas menunjukkan bahwa perlakuann dengan aplikasi P. flourescens (B,C dan D) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan A (Kontrol). Pada perlakuan B (Pf + pupuk P dosis normal) meningkatkan berat
  • 9. basah 85,99% dan meningkatkan berat kering sebesar 85,62%. Pada perlakuan D (P. flourescens tanpa pupuk P) meningkatkan hasil berat basah 35,06% dan bobot kering 28,90%. Pengamatan terhadap produksi tanaman tomat disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Rata-rata berat buah tanaman tomat sesuai perlakuan Perlakuan Hasil (Kg/Tan) Hasil (ton/ha) Peningkatan (%) A (Kontrol) 0,161 6,44 0 B (Pf + dosis pupuk P normal) 0,26 10,4 61,49 C (Pf + 1/2 dosis pupuk P normal) 0,208 8,32 29,19 D (Pf tanpa pupuk P) 0,164 6,56 1,86 Keterangan : Pf = Pseudomonas flourescens Data diatas menunjukkan perbedaan yang signifikan dari berat buah tomat pada setiap perlakuan. Pada perlakuan B didapatkan peningkatan hasil buah tomat tertinggi yaitu 61,49%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan aplikasi bakteri P. flourescensdan pupuk P dengan dosis normal akan meningkatkan hasil buah pada tanaman tomat. Dari ketiga tabel diatas maka kita dapat mengetahui bahwa pengaplikasian P. flourescensdapat mempengaruhi tinggi tanaman tomat, jumlah daun, berat basah, berat kering serta hasil buah pada tanaman tomat. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri Pseudomonas flourescenssebagai pupuk hayati dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman tomat dan bersifat menguntungkan.
  • 10. III. PENUTUP III.1 Kesimpulan Dari makalah yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi pupuk hayati P. flourescens dapat meningkatkan efisiensi pemupukan karena bakteri P. flourescens dapat melarutkan fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur tumbuh bagi tanaman tomat. Bakteri ini bersimbiosis dengan akar tanaman sehingga tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrobia mendapatkan bahan organik untuk aktivitas dan pertumbuhannya. III.2 Saran Dengan diketahuinya bahwa pemanfaatan pupuk hayati P. flourescens dapat meningkatkan efisiensi pemupukan maka sebaiknya kita mulai menerapkan penggunaan pupuk hayati P. flourescens. Dalam aplikasi pupuk hayati ini juga harus dilakukan dengan tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, I., 2008, Tomat : Usaha Tani dan Penganganan Pasca Panen, Kanisius, Yogyakarta. Djatnika I. dkk., 2003. Peranan Pseudomonas flourescens MR 96 Pada Layu Fusarium Tanaman Pisang. DalamJurnal Hortikultura 13 (3) : 212 – 218, 2003. Hasanudin, MSc.,Dr., Ir., 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme dalam Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Lindermann, R.G dan T.C Paulizt. 1990. Mycorhizal Rhizobacterial. Biological Control of Soil Born Pathogens. D.Hombly (Ed.). 267-283 CAB. International, Wellingford, England. Supriadi., 2006. Analisis Resiko Agens Hayati Untuk Pengendalian Patogen Pada Tanaman. DalamJurnal Litbang Pertanian 25 (3), 2006. Suryadi, Y., 2009. Efektifitas Pseudomonas flourescens Terhadap Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) Pada Tanaman Kacang Tanah.Dalam Jurnal HPT Tropika. ISSN 1411-7525. Vol. 9 No. 2 ; 174 – 180, September , 2009. Trisno, Jumsu dkk. 2006. Pemanfaatan Bakteri Pseudomonas fluorescens sebagai Pupuk Hayati untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Tomat di Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Kotamadya Padang. Direktorat Pembinaan Pengembangan Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: 1-13 Yulmira Y., 2009. Aplikasi Agens Hayati Pseudomonas flourescens Sebagai Penginduksi Ketahanan untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Virus Kuning di Kecamatan Kuraji, Kotamadya Padang. DalamWarta Pengabdian Andalas Vol. 15 No. 22, 2009.