SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
TEORI TENTANG SIFAT
HAKEKAT NEGARA
Pokok Bahasan :
Beberapa Definisi
Tinjauan Historis, Sosiologis, dan
Yuridis
Teori satu segi, teori dua segi, dan teori
tiga segi
Sifat-sifat khusus yang dimiliki negara
Unsur-unsur yang dimiliki negara
Beberapa Definisi
1.

2.

3.

George Jellinek
negara ialah organisasi kekuasaan dari
sekelompok manusia yang telah berkediaman
yang tertentu
R.M. Kranenburg
negara adalah suatu organisasi yang timbul
karena kehendak suatu golongan atau
bangsanya sendiri
Logemann
negara ialah organisasi (ikatan kerja)
kemasyarakatan yang bertujuan mengatur dan
memelihara masyarakat tertentu dengan
kewibawaannya
4.

5.

Bellefroid
negara adalah suatu masyarakat hukum yang
secara kekal menempati suatu daerah tertentu
dan yang diperlengkapi dengan kekuasaan
tertinggi untuk mengurus kepentingan umum
R.M. Mac Iver
negara adalah asosiasi (persekutuan) yang
menyelenggarakan penertiban di dalam suatu
masyarakat dalam suatu wilayah dengan
berdasarkan suatu sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
untuk maksud tersebut diberi kekuasaan
memaksa
Max Weber
negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekuasaan fisik secara sah dalam suatu wilayah
7. Ludwig Gumplowicz
negara itu tidak lain daripada organisasi dari
kekuasaan golongan kecil atas golongan besar
8.
Prof. Mr. Sunarko
negara ialah suatu jenis dari suatu organisasi
masyarakat yang mengandung tiga hakekat
atau kriteria, yaitu harus ada daerah, warga
negara dan kekuasaan tertentu.
6.
Tinjauan Historis, Sosiologis, dan
Yuridis tentang negara


Tinjauan secara HISTORIS adalah
tinjauan dari perkembangan
penggunaan istilah dan dasar
pemakaian istilah tersebut mengenai
apa yang kini disebut sebagai
“negara”, yakni sejak masa Yunani dan
Romawi kuno, masa abad menengah,
masa permulaan abad modern, hingga
masa kini.
• Masa Yunani Kuno : negara dikenal
dengan istilah Polis, yang kalau kita tinjau
dari sudut pandang sekarang artinya
“suatu negara kota”(city state) dengan
segala sifat khususnya, seperti misalnya
demokrasi langsung. Dari sini kemudian
timbul pengertian politik dan ilmu politik
• Masa Romawi Kuno : negara dikenal
dengan istilah “empiri, Empirio,
Empirium”, dengan wilayah yang sudah
sangat luas (country state), dan
penekanan pada segi pemerintahan
(empire). Negara menjadi semacam
milik suatu dinasti (wangsa, keturunan).
Hal ini terus berkembang hingga jaman
modern dengan istilah : Kerajaan,
Kekaisaran, Kesultanan, Kesunanan, dll
• Masa Abad Menengah :Tinjauannya
bersifat keagamaan, sehingga negara
disebut dengan istilah
“civitas”(masyarakat). Dalam hal ini oleh
Augustinus, negara dipisahkan antara
yang bersifat keagamaan/keilahian
(civitas Dei) dan negara yang bersifat
keduniawian (civitas terrena atau civitas
diaboli), dengan pandangannya yang
bersifat teokratis-langsung, Augustinus
berpendirian bahwa civitas terrena harus
mendekati “civitas Dei” yang diatur oleh
hukum-hukum Tuhan. (teori ini sering
dikenal sebagai “Teori MatahariRembulan” yaitu bahwa Tuhan adalah
matahari yang sinar keilahiannya
menerangi Raja/negara sebagai
Rembulan).
• Dalam masa perkembangannya, dengan
munculnya faham untuk memisahkan
soal duniawi dengan soal keagamaan
(sekularisme), timbulk teori yang oleh
Thomas Aquino disebut “Teori Dua
Pedang”( Zwei Zwaaden Theori) yaitu :
Pedang Tuhan (Penguasa Keagamaan)
dipegang Gereja
 Pedang Dunia (Penguasa Dunia) yang
dipegang Raja, dimana keduanya terpisah,
berkedudukan sama/sederajat
Sehingga dalam masyarakat dikenal tiga
organisasi masyarakat yaitu civitas Dei
(keagamaan), Civitas Terrena
(Keduniawian) dan Civitas Academika
(Masyarakat Ilmiah)

• Selanjutnya dikenal pula istilah “La Stato”
(staat, state) yang dikem,ukakan oleh
Machiavelli, yang mengandung maksud
bahwa negara itu sifat hakekatnya adalah
suatu ikatan tertentu atau status
tertentu. Pemikiran ini terus mengalami
perkembangan terutama dengan
perkembangan teori hukum alam dimana
bernegara berarti suatu peralihan status
dari status alamiah ke status bernegara
(dari status naturalis ke status civilis)
• Istilah lain kita jumpai dari
perkembangan di Jerman pada masa
perang dunia I, yaitu istilah ‘Reich’ atau
‘Rijk’ yang timbul akibat adanya teori
Kedaulatan Negara. Istilah ini berasl dari
kata “Regn-Regnum” yang artinya
memerintah, lalu menjadi Regering.
Dengan demikian penekanan ada pada
unsur Pemerintah, yang kemudian
menimbulkan percampuradukan


Tinjauan secara SOSIOLOGIS
ialah bertitik tolak dari
keberadaan manusia yang selalu
bermasyarakat (Aristoteles :
Zoon Politicon, manusia ‘in
concreto’) sehingga negara pada
hakekatnya adalah semacam
organisasi sosial yang ada dan
berdampingan dengan organisasi
lain. Negara merupakan suatu
kenyataan atau gejala sosial.
Pertanyaan dasarnya ialah
bagaimana bentuk
pengelompokan manusia
• Pengelompokan sederhana : negara
adalah kelanjutan dari masyarakat
keluarga -from the familiy to state
(Mac Iver). Negara adalah
organisasi masyarakat yang
bertujuan untuk mengatur dirinya
sendiri. Yakni mengatur kekuasaan.
Jadi negara hanyalah semata
sebagai alat. Sehingga sifat
hakekat negara adalah sebagai :
Organisasi kekuasaan/kewibawaan,
Dwang Organisatie, Zwang
ordnung, coersive instrument.
• Pengelompokan yang lebih komplek
: negara merupakan
pengelompokan manusia yang
merasa dirinya senasib dan punya
tujuan sama. Tetapi bagaimana
mereka berkelompok ? Ada
beberapa pandangan :


Mac Dougall menggunakan kriteria :
• Terjadi secara wajar dan alamiah -natural
• Terjadi secara sengaja dan buatan
-artivicial (negara)



Ferdinand Tonnies mengelompokkan
manusia ke dalam :
• Gemeninscaft/paguyuban misalnya
keluarga-dinasti
• Geselscaft /pamrih : organisasi–
masyarakat--- negara


Kranenburg menggunakan kriteria
setempat-tidak setempat dan teraturtidak teratur, sehingga menghasilkan 4
model pengelompokan :
• Setempat-teratur
misal sekolah,
gereja, mesjid
• Setempat-tidak teratur misal pasar
• Tidak setempat-tidak teratur misal
pembaca koran
• Tidak setempat-teratur misal negara

Untuk hal yang ke empat tidak
setempat-tetapi teratur, misal karena
merasa ada bahaya bersama,
membutuhkan kesadaran nasional, jadi
ada rasa bersatu yang erat untuk
menghadapi bahaya bersama.


Tinjauan sosiologis bersifat politis
dikemukan oleh Rudolf Smend yang
mengatakan bahwa tugas/fungsi
negara yang terpenting adalah untuk
integrasi (mempersatukan). Jadi
hakekat negara ialah sebagai faktor
pengintegrasi, yang meliputi
persoonlijk (misal rakyat), zakelijk
(tanah/wilayah), dan
functioneel(fungsi memerintah dan
diperintah). Oleh karena itu negara
ialah ikatan-ikatan keinginan dari
manusia agar dalam keadaan tetap
(punya status), begitu lepas
keninginan itu negara tidak ada.
Variasi pendangan bersifat sosiologis
karena beda penekanan :




Rudolf Smend menekankan
pada ‘willen verhalthis’( keinginan
bersama) bukan ‘herrschafts
verhalthis’
(kekuasaan/pemerintahan)
Kranenburg menekankan
hakekat negara sebagai ikatan
orang-orang yang satu bangsa
(group verbanu,
volksgemeinscahft)


Herman Heller dan Logemann
menekankan pada kewibawaan
(gezag) yaitu kekuasaan tertinggi ada
pada siapa dan berlakunya untuk
siapa. Sebab kenyataan menunjukkan
bahwa banyak negara yang bukan
merupakan suatu bangsa. penekanan
pada kewibawaan berarti memandang
negara itu sebagai organisasi atau
kesatuan untuk memutuskan dan
kesatuan untuk bekerjasama.
Sebagai kesatuan untuk
memutuskan, negara merupakan
organisasi kewibawaan.
• Menurut max weber, ada 3 macam dasar
kewibawaan :






Charismatisch gezag : kekuasaan yang bersandarkan
sifat gaib (magisch religieus, seperti pada nabi,
wali,dsb)
Tradisioneel gezag : kewibawaan yang bersandar pada
tradisi, misal kewibawaan yang dimiliki para raja
karena keturunan
Rationeel gezag : kewibawaan karena dasar
pertimbangan rasional. Misal kewibawaan pada para
tentara dan birokrasi, karena hierarki dan disiplin serta
adanya sanksi

• Menurut Prof Logemann, ada 5 macam
gezag /kewibawaan :








Magisch-gezag (termasuk teocratisch gezag)
Dynastiek gezag : kewibawaan bersandar keturunan
Charismatisch gezag : kewibawaan karena kekuatan
pribadi seseorang
Kewibaan yang dilegitimasikan sebagai simbol
perwakilan (mitos politik pada abad 19 : kedaulatan
rakyat dan perwakilan )
Kewibawaan suatu elit : misal mitos abad 20, pasukan
pelopor, kaum proletar, fasisme, nasional-sosialisme.
• Oppenheimer memandang negara
sebagai organisasi penaklukan wilayah
yang satu terhadap wilayah lain. Jadi
sifat hakekat negara adalah organisasi
yang menaklukan kelompok lain.
• Leon Duguit menyatakan bahwa sifat
hakekat negara ialah organisasi dari
orang-orang kuat yang memaksakan
kehendaknya terhadap orang-orang yang
lemah
• Pandangan lain dari Johan Kaspar yang
melihat sifat hakekat negara sebagai
organisasi yang hidup (organis/de
organische staatleer) dan mempunyai
kehidupan sendiri yang dalam berbagai
hal menunjukkan kemiripan dengan
organisme manusia serta dapat bertindak
seolah-olah seperti orang, bahkan
mempunyai kehendak sebagai orang,
kehendak negara dilakukan oleh organ
negara (seperti parlemen, presiden dll)




Johan kaspar menggambarkan negara
sebagai suatu pribadi moral dan spiritual
yang dapat dibandingkan dengan manusia.
Yang seolah-olah merupakan badannya
organisasi konstiusionalnya negara yang
seperti manusia yang juga tunduk pada
hukum pertumbuhan, kemunduran, dan
akhirnya kematian. Yang dapat dipandang
sebagai nyawanya ialah semangat nasional
dari rakyatnya yang terjelma dalam bentuk
bahasa nasional dan adat kebiasaan serta
pandangan hidup rakyatnya.
Teori organisme ini sebenarnya sudah
dirintis oleh Plato, Aristoteles, Thomas
Aquino, dan Alfarabi. Kata Alfarabi :
negara sebetulnya adalah suatu tubuh yang
hidup sebagai halnya tubuh manusia ( the
state is the body politics as the body
pysical)


Tinjauan YURIDIS tentang sifat hakekat negara
dimulai dengan bertitik tolak pada manusia ‘in
abstracto’/ manusia di alam bebas terlepas dari
masyarakat yang hanya dikuasai oleh hukum
alam. Manusia bebas tersebut dengan rasionya
ingin mengikatkan diri sehingga mempunyai
status tertentu, yaitu status ‘civilis’(status
bernegara). Metodenya bersifat fiksi, spekulatif,
tak peduli apakah dalam kenyataannya ada,
sehingga juga a histori. Sifat teori ini logisrasional, yakni memberi tempat pada logika dan
rasio manusia.


Pandangan yuridis ada 3 variasi :

• Teori hak milik yang memandang negara sebagai obyek
hukum (rechts objekt)
negara sebagai objek hukum berarti negara sebagai obyek dari
orang-orang yang telah bisa bertindak. Teori ini dengan
sendirinya memandang negara sebagai suatu alat dari
manusia dan dalam hal ini manusia tertentu yang lebih tinggi
daripada yang dijadikan objek (negara). Teori ini dijumpai
pada abad menengah, dimana negara dianggap sebagai objek
perjanjian dari para tuan tanah, raja-raja, dan para panglima.
Prosesnya : tuan-tuan tanah yang memiliki wilayah/tanah luas
tidak dapat sendiri menguasai tanahnya, lalu mengangkat para
panglima tentara dengan imbalan jasa tanah. Tanah yang
dimiliki panglima tambah luas lalu lama-lama menjadi negara,
karena pemilikan tanah-tanah itu menimbulkan hak-hak lain
menurut hukum, seperti hak atas orang-orang yang diam
disitu, hak untuk memungut pajak, hak untuk kerja paksa, dll.
Sehingga raja, tuan tanah dan para panglima kedudukannya
lebih tinggi daripada negara
• Teori Perjanjian, yang memandang negara sebagai
‘Rechtsverhaltnis’ yaitu negara sebagai hasil
perjanjian dari orang-orang tertentu dan kemudian
orang-orang tertentu itu membentuk bangunan
yang disebut negara. Teori perjanjian ini ada 2
macam, yaitu:
 Perjanjian Perdata yang bersifat dualistis
(bertemunya dua kepentingan yang berbeda,
misal kepentingan akan uang dan kepentingan
akan perlindungan)
 Perjanjian Publik/perjanjian kemasyarakatan
(social contract) yang didasarkan atas
persamaan kepentingan (gesamt-akt), yakni
kepentingan bernegara.
Jadi pada hakekatnya negara adalah produk suatu
perjanjian baik bersifat Perdata (dualistik)
• Pandangan mengenai negara sebagai subjek
hukum (rechtssubjekt), yakni negara
bertindak sebagai pembentuk hukum,
sebagai ‘rechtspersoon’, sebagai badan
hukum, sebagai penjelmaan tata hukum
nasional (kelsen), sebagai organisasi
kekuasaan atau jabatan yang dapat
memaksakan kehendaknya berupa hukum.
Dari pandangan ini sangat terkenal ialah
“reine rechtslehre” Hans kelsen. Menurut
kelsen negara pada hakekatnya adalah suatu
ketertiban norma-norma hukum, suatu
‘normen ordnung’, karena tersusun dari
norma-norma hukum yang mengikat, maka
sebagai konsekuensi logis negara punya
kekuasaan. akibatnya negara kedudukannya
lebih tinggi daripada rakyat.
dalam pandangan yang ‘norm logisch’ ini
yaitu yang memandang negara sebagai suatu
sistem hukum semata, ketertiban negara
tidak lain adalah merupakan ketertiban
hukum. Dengan demikian negara dan hukum
dianggap identik, sedangkan organ negara
Stufen Theorie


Hans kelsen (general Theoriy of law and state, 1945)
mengemukakan teori yang sangat terkenal tentang hirarki
norma-norma hukum (stufen theorie) yang berbentuk
kerucut/stupa. Kelsen mengemukakan dua lapis norma
hukum, sedangkan muridnya Hans nawiasky
mengemukakan tiga lapis norma hukum. Yaitu :
• Lapis pertama norma hukum menurut kelsen maupun
nawiasky ialah apa yang disebut ‘Grundnorm’ yaitu norma
dasar yang tertinggi yang bersifat presupposed dan tidak
dapat ditelusuri lebih lanjut dasar berlakunya, tidak perlu
diperdebatkan lagi, karena merupakan sesuatu yang fiktif,
hipotetis, aksioma. Pencerminannya di Indonesia ialah
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 (yang bersifat Filosofis)
• Kalau kelsen langsung menuju ke lapis norma-norma hukum
yang bertingkat-tingat, nawiasky mengemukakan lapis kedua
setelah ‘grundnorm’ ialah staatsgrundgesetze (aturan dasar
negara), pencerminan di Indobnesia ialah batang tubuh UUD
1945, ini masih aturan dasar yang pokok bagi negara sebagai
penjabaran dari Grundnorm
• Lapis ketiga ialah yang oleh kelsen disebut norm (biasa) atau
oleh nawiasky disebut formelle Gestze, berupa peraturan
perundangan, misal di Indonesia UU dan perpu, PP, Kepres,
dsb.
Teori satu segi


Teori satu segi tentang hakekat negara
maksudnya bahwa pandangan-pandangan
teoritik tentang hakekat negara baik yang
bersifat sosiologis, maupun yang bersifat
yuridis menunjukkan bahwa pandangannya
tentang hakekat negara hanya terhadap
satu aspek/segi saja. Yaitu kalau tidak pada
hakekat negara dalam sosoknya sebagai
suatu kenyataan sosial atau institusi sosial,
atau pada hakekatnya negara sebagai suatu
bangunan/bentukan hukum, suatu institusi
hukum. Pandangan yang demkian di sebut
“Eine-seiten-theorie” tentang hakekat
negara, yang tentunya belum dapat
memberikan gambaran sesungguhnya
tentang negara secara lebih utuh. Sehingga
mendorong lahirnya teori dua segi
teori dua segi


Teori dua segi dikemukan oleh Jellinek yang
membagi ilmu negara umum dalam dua aspek
yakni ilmu negara sosiologis dan ilmu hukum
negara atau ilmu negara yuridis.

• Negara dalam pengertian sosiologis ialah kesatuan
ikatan yang hidup bersama dan kerjasama, yang
dilengkapi dengan kekuasaan memerintah yang
asli, pada suatu wilayah tertentu, maka pengertian
negara sosiologis mengandung empat unsur :





Wilayah negara
Bangsa negara
Kewibawaan
Konstitusi negara

• Negara dalam makna yuridis ialah badan wilayah
yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk mengatur
diri sendiri.






Lebih jelas lagi menurut Jellinek, hakekat
negara sosiologis ialah negara sebagai
‘soziales factum’, yaitu negara dipandang
dari luar yang menampak sebagai suatu
‘ganzneiy’ (kebulatan/totalitas) dari suatu
bentuk kehidupan sosial.
Sedangkan negara secara yuridis ialah
pandangan terhadap negara dari dalam
yang menampak sebagai suatu struktur
atau organisasi yang terdiri dari lembagalembaga kenegaraan yang adanya karena
penetapan didalam ketentuan hukum
tertentu dan melaksanakan tugasnya
berdasarkan ketentuan hukum pula.
Atas jasanya dalam mengemukakan
hakekat negara secara lebih lengkap, baik
dalam sosok sebagai kenyataan sosial
maupun sebagai bentukan hukum, Jellinek
digelari sebagai bapak Ilmu Negara.
teori tiga segi


Pelopor teori ini adalah Han
nawiasky yang mengemukakan
hakekat negara dilihat dalam tiga
segi, yakni :
• Negara
• Negara
• Negara
hukum

sebagai idea
sebagai gejala sosial
sebagai gejala/ pengertian






Negara sebagai idea/gagasan, dirangkum
sebagai persekutuan sosial yang
membulat/organisasi, yang berdaulat,
mengatasi perhubungan pribadi individual,
dari tingkat yang tertinggi dengan tujuan
duniawi yang mencakup (terakhir). Jadi
sebagai suatu gagasan negara itu harus
bersifat menyeluruh atau mengatasi
individu dan kolektifitas yang lain. Yang
pertama ialah gagasan bernegara dulu,
setelah itu baru aspek sosiologis dan
yuridis.
Negara senagai gejala sosial, dapat
diringkas dalam rumusan sebagai suatu
institusi sosial untuk mewujudkan gagasan
negara (modalita) dalam realita.
Negara sebagai pengertian hukum ialah
pengertian yang menyeluruh dari organisasi
yang merupakan suatu ikatan duniawi yang
memangku jabatan pengaturan hukum
yang tertinggi. Ini menuntut perhubungan
Sifat-sifat khusus yang dimiliki
negara


Prof. Miriam Budiarjo mengemukakan
tiga sifat karakteristik negara, yaitu :
• Sifat memaksa, dalam arti mempunyai
kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik
secara legal, misalnya menggunakan sarana
polisi, tentara, dll agar peraturan
perundangan ditaati, sehingga ketertiban
masyarakat tercapai dan anarki dapat
dicegah.
• Sifat monopoli, dalam arti negara sendirilah
yang mempunyai hak tunggal untuk
menetapkan tujuan-tujuan bersama dalam
masyarakat, menetapkan asas/ideologi
negara, dll
• Sifat mencakup semua, dalam arti
kekuasaan negara itu meliputi dan mengatasi
Unsur-unsur yang dimiliki negara






Prof. Nasrun mengatakan bahwa negara
adalah organisasi kemasyarakatan yang
khusus dan tertinggi, dimana kekhususan
dan ketinggiannya terletak pada unsurunsurnya yang hanya dimiliki negara, dan
tidak dimiliki oleh organisasi yang lain.
Unsur negara di bedakan antara unsur yang
bersifat konstitutif yaitu unsur pembentuk,
yang merupakan syarat mutlak yang
bersifat primer untuk adanya negara, dan
unsur yang bersifat deklaratif, yang
merupakan syarat yang bersifat sekunder
(fakultatif)
Unsur yang bersifat konstitutif ialah :
•
•
•

Unsur wilayah negara (darat, laut. Udara);
Unsur bangsa (rakyat);
Unsur pemerintah yang berdaulat (baik ke
dalam maupun ke luar)




Sedangkan Unsur yang bersifat deklaratif ialah
berupa adanya pengakuan negara lain. Ini
merupakan unsur tambahan agar suatu negara
dapat diterima dilingkungan pergaulan
internasional. Unsur ini tidak harus ada untuk
negara bisa eksis.
Tetapi dipandang dari sudut hukum internasional,
masalah pengakuan termasuk unsur mutlak.
Seperti tercantum dalam Pasal 1 Konvensi
Montevideo tahun 1933 yang menegaskan bahwa
negara sebagai persona internasional harus
memiliki kemampuan menyelenggarakan
perhubungan-perhubungan dengan negara lain.

More Related Content

What's hot

Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnFenti Anita Sari
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negaranurul khaiva
 
Sistem hukum dunia
Sistem hukum duniaSistem hukum dunia
Sistem hukum duniaVallen Hoven
 
Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Warnet Raha
 
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
HUKUM ADMINISTRASI NEGARASiti Sahati
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintahAbid Zamzami
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPuspa Bunga
 
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organissistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organisNasria Ika
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraSiti Sahati
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 

What's hot (20)

Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
Sistem hukum dunia
Sistem hukum duniaSistem hukum dunia
Sistem hukum dunia
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2
 
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organissistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
sistem pemilu mekanis dan sistem pemilu organis
 
Materi kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi HukumMateri kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi Hukum
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Ilmu negara ppt
Ilmu negara ppt Ilmu negara ppt
Ilmu negara ppt
 
Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi Negara
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 

Similar to Teori Tentang Sifat Hakekat Negara

Similar to Teori Tentang Sifat Hakekat Negara (20)

Negara (klmpok 6).pptx
Negara (klmpok 6).pptxNegara (klmpok 6).pptx
Negara (klmpok 6).pptx
 
Ilmu negara
Ilmu negaraIlmu negara
Ilmu negara
 
Ilmu negara
Ilmu negaraIlmu negara
Ilmu negara
 
Bab i kelas x hakikat bangsa dan negara
Bab i kelas x hakikat bangsa dan negaraBab i kelas x hakikat bangsa dan negara
Bab i kelas x hakikat bangsa dan negara
 
Bab I kelas X hakikat bangsa dan negara
Bab I kelas X hakikat bangsa dan negaraBab I kelas X hakikat bangsa dan negara
Bab I kelas X hakikat bangsa dan negara
 
Thena · SlidesMania.pptx
Thena · SlidesMania.pptxThena · SlidesMania.pptx
Thena · SlidesMania.pptx
 
In mc. word
In mc. wordIn mc. word
In mc. word
 
Bangsa dan Negara
Bangsa dan NegaraBangsa dan Negara
Bangsa dan Negara
 
PKn MKDU4111.docx
PKn MKDU4111.docxPKn MKDU4111.docx
PKn MKDU4111.docx
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahan
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahan
 
Ilmu negara
Ilmu negaraIlmu negara
Ilmu negara
 
Unsur & Fungsi Negara
Unsur & Fungsi NegaraUnsur & Fungsi Negara
Unsur & Fungsi Negara
 
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara
Pembahasan Unsur Negara dan Fungsi Negara
 
Tugas makalah ( hakikat bangsa dan negara)
Tugas makalah ( hakikat bangsa dan negara)Tugas makalah ( hakikat bangsa dan negara)
Tugas makalah ( hakikat bangsa dan negara)
 
bentuk-negara.ppt
bentuk-negara.pptbentuk-negara.ppt
bentuk-negara.ppt
 
Hakikat Bangsa dan Negara.ppt
Hakikat Bangsa dan Negara.pptHakikat Bangsa dan Negara.ppt
Hakikat Bangsa dan Negara.ppt
 
Perihal negara
Perihal negaraPerihal negara
Perihal negara
 
Bab 3 terbentuknya negara
Bab 3 terbentuknya negaraBab 3 terbentuknya negara
Bab 3 terbentuknya negara
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 

More from Henry Dasdo Prawira Sinurat (7)

Teori Konstitusi
Teori KonstitusiTeori Konstitusi
Teori Konstitusi
 
Bentuk bentuk Pemerintahan Negara
Bentuk bentuk Pemerintahan NegaraBentuk bentuk Pemerintahan Negara
Bentuk bentuk Pemerintahan Negara
 
Tipe-tipe Negara
Tipe-tipe NegaraTipe-tipe Negara
Tipe-tipe Negara
 
Pembagian Kekuasaan Negara
Pembagian Kekuasaan NegaraPembagian Kekuasaan Negara
Pembagian Kekuasaan Negara
 
Teori Kedaulatan
Teori KedaulatanTeori Kedaulatan
Teori Kedaulatan
 
Perwakilan
PerwakilanPerwakilan
Perwakilan
 
Pe ndahuluan
Pe ndahuluanPe ndahuluan
Pe ndahuluan
 

Teori Tentang Sifat Hakekat Negara

  • 1. TEORI TENTANG SIFAT HAKEKAT NEGARA Pokok Bahasan : Beberapa Definisi Tinjauan Historis, Sosiologis, dan Yuridis Teori satu segi, teori dua segi, dan teori tiga segi Sifat-sifat khusus yang dimiliki negara Unsur-unsur yang dimiliki negara
  • 2. Beberapa Definisi 1. 2. 3. George Jellinek negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman yang tertentu R.M. Kranenburg negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak suatu golongan atau bangsanya sendiri Logemann negara ialah organisasi (ikatan kerja) kemasyarakatan yang bertujuan mengatur dan memelihara masyarakat tertentu dengan kewibawaannya
  • 3. 4. 5. Bellefroid negara adalah suatu masyarakat hukum yang secara kekal menempati suatu daerah tertentu dan yang diperlengkapi dengan kekuasaan tertinggi untuk mengurus kepentingan umum R.M. Mac Iver negara adalah asosiasi (persekutuan) yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan suatu sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa
  • 4. Max Weber negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekuasaan fisik secara sah dalam suatu wilayah 7. Ludwig Gumplowicz negara itu tidak lain daripada organisasi dari kekuasaan golongan kecil atas golongan besar 8. Prof. Mr. Sunarko negara ialah suatu jenis dari suatu organisasi masyarakat yang mengandung tiga hakekat atau kriteria, yaitu harus ada daerah, warga negara dan kekuasaan tertentu. 6.
  • 5. Tinjauan Historis, Sosiologis, dan Yuridis tentang negara  Tinjauan secara HISTORIS adalah tinjauan dari perkembangan penggunaan istilah dan dasar pemakaian istilah tersebut mengenai apa yang kini disebut sebagai “negara”, yakni sejak masa Yunani dan Romawi kuno, masa abad menengah, masa permulaan abad modern, hingga masa kini. • Masa Yunani Kuno : negara dikenal dengan istilah Polis, yang kalau kita tinjau dari sudut pandang sekarang artinya “suatu negara kota”(city state) dengan segala sifat khususnya, seperti misalnya demokrasi langsung. Dari sini kemudian timbul pengertian politik dan ilmu politik
  • 6. • Masa Romawi Kuno : negara dikenal dengan istilah “empiri, Empirio, Empirium”, dengan wilayah yang sudah sangat luas (country state), dan penekanan pada segi pemerintahan (empire). Negara menjadi semacam milik suatu dinasti (wangsa, keturunan). Hal ini terus berkembang hingga jaman modern dengan istilah : Kerajaan, Kekaisaran, Kesultanan, Kesunanan, dll
  • 7. • Masa Abad Menengah :Tinjauannya bersifat keagamaan, sehingga negara disebut dengan istilah “civitas”(masyarakat). Dalam hal ini oleh Augustinus, negara dipisahkan antara yang bersifat keagamaan/keilahian (civitas Dei) dan negara yang bersifat keduniawian (civitas terrena atau civitas diaboli), dengan pandangannya yang bersifat teokratis-langsung, Augustinus berpendirian bahwa civitas terrena harus mendekati “civitas Dei” yang diatur oleh hukum-hukum Tuhan. (teori ini sering dikenal sebagai “Teori MatahariRembulan” yaitu bahwa Tuhan adalah matahari yang sinar keilahiannya menerangi Raja/negara sebagai Rembulan).
  • 8. • Dalam masa perkembangannya, dengan munculnya faham untuk memisahkan soal duniawi dengan soal keagamaan (sekularisme), timbulk teori yang oleh Thomas Aquino disebut “Teori Dua Pedang”( Zwei Zwaaden Theori) yaitu : Pedang Tuhan (Penguasa Keagamaan) dipegang Gereja  Pedang Dunia (Penguasa Dunia) yang dipegang Raja, dimana keduanya terpisah, berkedudukan sama/sederajat Sehingga dalam masyarakat dikenal tiga organisasi masyarakat yaitu civitas Dei (keagamaan), Civitas Terrena (Keduniawian) dan Civitas Academika (Masyarakat Ilmiah) 
  • 9. • Selanjutnya dikenal pula istilah “La Stato” (staat, state) yang dikem,ukakan oleh Machiavelli, yang mengandung maksud bahwa negara itu sifat hakekatnya adalah suatu ikatan tertentu atau status tertentu. Pemikiran ini terus mengalami perkembangan terutama dengan perkembangan teori hukum alam dimana bernegara berarti suatu peralihan status dari status alamiah ke status bernegara (dari status naturalis ke status civilis) • Istilah lain kita jumpai dari perkembangan di Jerman pada masa perang dunia I, yaitu istilah ‘Reich’ atau ‘Rijk’ yang timbul akibat adanya teori Kedaulatan Negara. Istilah ini berasl dari kata “Regn-Regnum” yang artinya memerintah, lalu menjadi Regering. Dengan demikian penekanan ada pada unsur Pemerintah, yang kemudian menimbulkan percampuradukan
  • 10.  Tinjauan secara SOSIOLOGIS ialah bertitik tolak dari keberadaan manusia yang selalu bermasyarakat (Aristoteles : Zoon Politicon, manusia ‘in concreto’) sehingga negara pada hakekatnya adalah semacam organisasi sosial yang ada dan berdampingan dengan organisasi lain. Negara merupakan suatu kenyataan atau gejala sosial. Pertanyaan dasarnya ialah bagaimana bentuk pengelompokan manusia
  • 11. • Pengelompokan sederhana : negara adalah kelanjutan dari masyarakat keluarga -from the familiy to state (Mac Iver). Negara adalah organisasi masyarakat yang bertujuan untuk mengatur dirinya sendiri. Yakni mengatur kekuasaan. Jadi negara hanyalah semata sebagai alat. Sehingga sifat hakekat negara adalah sebagai : Organisasi kekuasaan/kewibawaan, Dwang Organisatie, Zwang ordnung, coersive instrument.
  • 12. • Pengelompokan yang lebih komplek : negara merupakan pengelompokan manusia yang merasa dirinya senasib dan punya tujuan sama. Tetapi bagaimana mereka berkelompok ? Ada beberapa pandangan :  Mac Dougall menggunakan kriteria : • Terjadi secara wajar dan alamiah -natural • Terjadi secara sengaja dan buatan -artivicial (negara)  Ferdinand Tonnies mengelompokkan manusia ke dalam : • Gemeninscaft/paguyuban misalnya keluarga-dinasti • Geselscaft /pamrih : organisasi– masyarakat--- negara
  • 13.  Kranenburg menggunakan kriteria setempat-tidak setempat dan teraturtidak teratur, sehingga menghasilkan 4 model pengelompokan : • Setempat-teratur misal sekolah, gereja, mesjid • Setempat-tidak teratur misal pasar • Tidak setempat-tidak teratur misal pembaca koran • Tidak setempat-teratur misal negara Untuk hal yang ke empat tidak setempat-tetapi teratur, misal karena merasa ada bahaya bersama, membutuhkan kesadaran nasional, jadi ada rasa bersatu yang erat untuk menghadapi bahaya bersama.
  • 14.  Tinjauan sosiologis bersifat politis dikemukan oleh Rudolf Smend yang mengatakan bahwa tugas/fungsi negara yang terpenting adalah untuk integrasi (mempersatukan). Jadi hakekat negara ialah sebagai faktor pengintegrasi, yang meliputi persoonlijk (misal rakyat), zakelijk (tanah/wilayah), dan functioneel(fungsi memerintah dan diperintah). Oleh karena itu negara ialah ikatan-ikatan keinginan dari manusia agar dalam keadaan tetap (punya status), begitu lepas keninginan itu negara tidak ada.
  • 15. Variasi pendangan bersifat sosiologis karena beda penekanan :   Rudolf Smend menekankan pada ‘willen verhalthis’( keinginan bersama) bukan ‘herrschafts verhalthis’ (kekuasaan/pemerintahan) Kranenburg menekankan hakekat negara sebagai ikatan orang-orang yang satu bangsa (group verbanu, volksgemeinscahft)
  • 16.  Herman Heller dan Logemann menekankan pada kewibawaan (gezag) yaitu kekuasaan tertinggi ada pada siapa dan berlakunya untuk siapa. Sebab kenyataan menunjukkan bahwa banyak negara yang bukan merupakan suatu bangsa. penekanan pada kewibawaan berarti memandang negara itu sebagai organisasi atau kesatuan untuk memutuskan dan kesatuan untuk bekerjasama. Sebagai kesatuan untuk memutuskan, negara merupakan organisasi kewibawaan.
  • 17. • Menurut max weber, ada 3 macam dasar kewibawaan :    Charismatisch gezag : kekuasaan yang bersandarkan sifat gaib (magisch religieus, seperti pada nabi, wali,dsb) Tradisioneel gezag : kewibawaan yang bersandar pada tradisi, misal kewibawaan yang dimiliki para raja karena keturunan Rationeel gezag : kewibawaan karena dasar pertimbangan rasional. Misal kewibawaan pada para tentara dan birokrasi, karena hierarki dan disiplin serta adanya sanksi • Menurut Prof Logemann, ada 5 macam gezag /kewibawaan :      Magisch-gezag (termasuk teocratisch gezag) Dynastiek gezag : kewibawaan bersandar keturunan Charismatisch gezag : kewibawaan karena kekuatan pribadi seseorang Kewibaan yang dilegitimasikan sebagai simbol perwakilan (mitos politik pada abad 19 : kedaulatan rakyat dan perwakilan ) Kewibawaan suatu elit : misal mitos abad 20, pasukan pelopor, kaum proletar, fasisme, nasional-sosialisme.
  • 18. • Oppenheimer memandang negara sebagai organisasi penaklukan wilayah yang satu terhadap wilayah lain. Jadi sifat hakekat negara adalah organisasi yang menaklukan kelompok lain. • Leon Duguit menyatakan bahwa sifat hakekat negara ialah organisasi dari orang-orang kuat yang memaksakan kehendaknya terhadap orang-orang yang lemah • Pandangan lain dari Johan Kaspar yang melihat sifat hakekat negara sebagai organisasi yang hidup (organis/de organische staatleer) dan mempunyai kehidupan sendiri yang dalam berbagai hal menunjukkan kemiripan dengan organisme manusia serta dapat bertindak seolah-olah seperti orang, bahkan mempunyai kehendak sebagai orang, kehendak negara dilakukan oleh organ negara (seperti parlemen, presiden dll)
  • 19.   Johan kaspar menggambarkan negara sebagai suatu pribadi moral dan spiritual yang dapat dibandingkan dengan manusia. Yang seolah-olah merupakan badannya organisasi konstiusionalnya negara yang seperti manusia yang juga tunduk pada hukum pertumbuhan, kemunduran, dan akhirnya kematian. Yang dapat dipandang sebagai nyawanya ialah semangat nasional dari rakyatnya yang terjelma dalam bentuk bahasa nasional dan adat kebiasaan serta pandangan hidup rakyatnya. Teori organisme ini sebenarnya sudah dirintis oleh Plato, Aristoteles, Thomas Aquino, dan Alfarabi. Kata Alfarabi : negara sebetulnya adalah suatu tubuh yang hidup sebagai halnya tubuh manusia ( the state is the body politics as the body pysical)
  • 20.  Tinjauan YURIDIS tentang sifat hakekat negara dimulai dengan bertitik tolak pada manusia ‘in abstracto’/ manusia di alam bebas terlepas dari masyarakat yang hanya dikuasai oleh hukum alam. Manusia bebas tersebut dengan rasionya ingin mengikatkan diri sehingga mempunyai status tertentu, yaitu status ‘civilis’(status bernegara). Metodenya bersifat fiksi, spekulatif, tak peduli apakah dalam kenyataannya ada, sehingga juga a histori. Sifat teori ini logisrasional, yakni memberi tempat pada logika dan rasio manusia.
  • 21.  Pandangan yuridis ada 3 variasi : • Teori hak milik yang memandang negara sebagai obyek hukum (rechts objekt) negara sebagai objek hukum berarti negara sebagai obyek dari orang-orang yang telah bisa bertindak. Teori ini dengan sendirinya memandang negara sebagai suatu alat dari manusia dan dalam hal ini manusia tertentu yang lebih tinggi daripada yang dijadikan objek (negara). Teori ini dijumpai pada abad menengah, dimana negara dianggap sebagai objek perjanjian dari para tuan tanah, raja-raja, dan para panglima. Prosesnya : tuan-tuan tanah yang memiliki wilayah/tanah luas tidak dapat sendiri menguasai tanahnya, lalu mengangkat para panglima tentara dengan imbalan jasa tanah. Tanah yang dimiliki panglima tambah luas lalu lama-lama menjadi negara, karena pemilikan tanah-tanah itu menimbulkan hak-hak lain menurut hukum, seperti hak atas orang-orang yang diam disitu, hak untuk memungut pajak, hak untuk kerja paksa, dll. Sehingga raja, tuan tanah dan para panglima kedudukannya lebih tinggi daripada negara
  • 22. • Teori Perjanjian, yang memandang negara sebagai ‘Rechtsverhaltnis’ yaitu negara sebagai hasil perjanjian dari orang-orang tertentu dan kemudian orang-orang tertentu itu membentuk bangunan yang disebut negara. Teori perjanjian ini ada 2 macam, yaitu:  Perjanjian Perdata yang bersifat dualistis (bertemunya dua kepentingan yang berbeda, misal kepentingan akan uang dan kepentingan akan perlindungan)  Perjanjian Publik/perjanjian kemasyarakatan (social contract) yang didasarkan atas persamaan kepentingan (gesamt-akt), yakni kepentingan bernegara. Jadi pada hakekatnya negara adalah produk suatu perjanjian baik bersifat Perdata (dualistik)
  • 23. • Pandangan mengenai negara sebagai subjek hukum (rechtssubjekt), yakni negara bertindak sebagai pembentuk hukum, sebagai ‘rechtspersoon’, sebagai badan hukum, sebagai penjelmaan tata hukum nasional (kelsen), sebagai organisasi kekuasaan atau jabatan yang dapat memaksakan kehendaknya berupa hukum. Dari pandangan ini sangat terkenal ialah “reine rechtslehre” Hans kelsen. Menurut kelsen negara pada hakekatnya adalah suatu ketertiban norma-norma hukum, suatu ‘normen ordnung’, karena tersusun dari norma-norma hukum yang mengikat, maka sebagai konsekuensi logis negara punya kekuasaan. akibatnya negara kedudukannya lebih tinggi daripada rakyat. dalam pandangan yang ‘norm logisch’ ini yaitu yang memandang negara sebagai suatu sistem hukum semata, ketertiban negara tidak lain adalah merupakan ketertiban hukum. Dengan demikian negara dan hukum dianggap identik, sedangkan organ negara
  • 24. Stufen Theorie  Hans kelsen (general Theoriy of law and state, 1945) mengemukakan teori yang sangat terkenal tentang hirarki norma-norma hukum (stufen theorie) yang berbentuk kerucut/stupa. Kelsen mengemukakan dua lapis norma hukum, sedangkan muridnya Hans nawiasky mengemukakan tiga lapis norma hukum. Yaitu : • Lapis pertama norma hukum menurut kelsen maupun nawiasky ialah apa yang disebut ‘Grundnorm’ yaitu norma dasar yang tertinggi yang bersifat presupposed dan tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dasar berlakunya, tidak perlu diperdebatkan lagi, karena merupakan sesuatu yang fiktif, hipotetis, aksioma. Pencerminannya di Indonesia ialah Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 (yang bersifat Filosofis) • Kalau kelsen langsung menuju ke lapis norma-norma hukum yang bertingkat-tingat, nawiasky mengemukakan lapis kedua setelah ‘grundnorm’ ialah staatsgrundgesetze (aturan dasar negara), pencerminan di Indobnesia ialah batang tubuh UUD 1945, ini masih aturan dasar yang pokok bagi negara sebagai penjabaran dari Grundnorm • Lapis ketiga ialah yang oleh kelsen disebut norm (biasa) atau oleh nawiasky disebut formelle Gestze, berupa peraturan perundangan, misal di Indonesia UU dan perpu, PP, Kepres, dsb.
  • 25. Teori satu segi  Teori satu segi tentang hakekat negara maksudnya bahwa pandangan-pandangan teoritik tentang hakekat negara baik yang bersifat sosiologis, maupun yang bersifat yuridis menunjukkan bahwa pandangannya tentang hakekat negara hanya terhadap satu aspek/segi saja. Yaitu kalau tidak pada hakekat negara dalam sosoknya sebagai suatu kenyataan sosial atau institusi sosial, atau pada hakekatnya negara sebagai suatu bangunan/bentukan hukum, suatu institusi hukum. Pandangan yang demkian di sebut “Eine-seiten-theorie” tentang hakekat negara, yang tentunya belum dapat memberikan gambaran sesungguhnya tentang negara secara lebih utuh. Sehingga mendorong lahirnya teori dua segi
  • 26. teori dua segi  Teori dua segi dikemukan oleh Jellinek yang membagi ilmu negara umum dalam dua aspek yakni ilmu negara sosiologis dan ilmu hukum negara atau ilmu negara yuridis. • Negara dalam pengertian sosiologis ialah kesatuan ikatan yang hidup bersama dan kerjasama, yang dilengkapi dengan kekuasaan memerintah yang asli, pada suatu wilayah tertentu, maka pengertian negara sosiologis mengandung empat unsur :     Wilayah negara Bangsa negara Kewibawaan Konstitusi negara • Negara dalam makna yuridis ialah badan wilayah yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk mengatur diri sendiri.
  • 27.    Lebih jelas lagi menurut Jellinek, hakekat negara sosiologis ialah negara sebagai ‘soziales factum’, yaitu negara dipandang dari luar yang menampak sebagai suatu ‘ganzneiy’ (kebulatan/totalitas) dari suatu bentuk kehidupan sosial. Sedangkan negara secara yuridis ialah pandangan terhadap negara dari dalam yang menampak sebagai suatu struktur atau organisasi yang terdiri dari lembagalembaga kenegaraan yang adanya karena penetapan didalam ketentuan hukum tertentu dan melaksanakan tugasnya berdasarkan ketentuan hukum pula. Atas jasanya dalam mengemukakan hakekat negara secara lebih lengkap, baik dalam sosok sebagai kenyataan sosial maupun sebagai bentukan hukum, Jellinek digelari sebagai bapak Ilmu Negara.
  • 28. teori tiga segi  Pelopor teori ini adalah Han nawiasky yang mengemukakan hakekat negara dilihat dalam tiga segi, yakni : • Negara • Negara • Negara hukum sebagai idea sebagai gejala sosial sebagai gejala/ pengertian
  • 29.    Negara sebagai idea/gagasan, dirangkum sebagai persekutuan sosial yang membulat/organisasi, yang berdaulat, mengatasi perhubungan pribadi individual, dari tingkat yang tertinggi dengan tujuan duniawi yang mencakup (terakhir). Jadi sebagai suatu gagasan negara itu harus bersifat menyeluruh atau mengatasi individu dan kolektifitas yang lain. Yang pertama ialah gagasan bernegara dulu, setelah itu baru aspek sosiologis dan yuridis. Negara senagai gejala sosial, dapat diringkas dalam rumusan sebagai suatu institusi sosial untuk mewujudkan gagasan negara (modalita) dalam realita. Negara sebagai pengertian hukum ialah pengertian yang menyeluruh dari organisasi yang merupakan suatu ikatan duniawi yang memangku jabatan pengaturan hukum yang tertinggi. Ini menuntut perhubungan
  • 30. Sifat-sifat khusus yang dimiliki negara  Prof. Miriam Budiarjo mengemukakan tiga sifat karakteristik negara, yaitu : • Sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal, misalnya menggunakan sarana polisi, tentara, dll agar peraturan perundangan ditaati, sehingga ketertiban masyarakat tercapai dan anarki dapat dicegah. • Sifat monopoli, dalam arti negara sendirilah yang mempunyai hak tunggal untuk menetapkan tujuan-tujuan bersama dalam masyarakat, menetapkan asas/ideologi negara, dll • Sifat mencakup semua, dalam arti kekuasaan negara itu meliputi dan mengatasi
  • 31. Unsur-unsur yang dimiliki negara    Prof. Nasrun mengatakan bahwa negara adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus dan tertinggi, dimana kekhususan dan ketinggiannya terletak pada unsurunsurnya yang hanya dimiliki negara, dan tidak dimiliki oleh organisasi yang lain. Unsur negara di bedakan antara unsur yang bersifat konstitutif yaitu unsur pembentuk, yang merupakan syarat mutlak yang bersifat primer untuk adanya negara, dan unsur yang bersifat deklaratif, yang merupakan syarat yang bersifat sekunder (fakultatif) Unsur yang bersifat konstitutif ialah : • • • Unsur wilayah negara (darat, laut. Udara); Unsur bangsa (rakyat); Unsur pemerintah yang berdaulat (baik ke dalam maupun ke luar)
  • 32.   Sedangkan Unsur yang bersifat deklaratif ialah berupa adanya pengakuan negara lain. Ini merupakan unsur tambahan agar suatu negara dapat diterima dilingkungan pergaulan internasional. Unsur ini tidak harus ada untuk negara bisa eksis. Tetapi dipandang dari sudut hukum internasional, masalah pengakuan termasuk unsur mutlak. Seperti tercantum dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo tahun 1933 yang menegaskan bahwa negara sebagai persona internasional harus memiliki kemampuan menyelenggarakan perhubungan-perhubungan dengan negara lain.