Dokumen tersebut membahas perubahan kurikulum 2004 dibandingkan dengan kurikulum 1994, termasuk perbedaan utama penekanan pada penguasaan kompetensi dan dampak perubahan terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas yang berfokus pada pengembangan kompetensi individual siswa melalui berbagai aktivitas belajar.
2. Katalog dalam Terbitan
Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian
dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional
Pelayanan Profesional Kurikulum 2004
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah, - Jakarta:
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003
iv, 44 hal.
ISBN 979-725-210-8
2
3. KATA PENGANTAR
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja
pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang
demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang
cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta
mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Dalam pada itu, kinerja
pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap
aspek substantif yang mendukungnya, yakni kurikulum.
Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas telah menyiapkan seperangkat
kurikulum yang disebut dengan “Kurikulum 2004”. Sebelum kurikulum
ini diberlakukan secara nasional telah dilakukan rintisan pelaksanaan (pilot
mini) di beberapa sekolah kemudian dilanjutkan dengan perluasan rintisan
pelaksanaan di sejumlah sekolah yang lebih banyak. Rintisan dan perluasan
rintisan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan tentang kekuatan dan
kelemahan perangkat yang telah disusun sebagai bahan penyempurnaan.
Perangkat kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar, Standar Kompetensi
Bahan Kajian, dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Perangkat Kurikulum
2004 juga didukung oleh perangkat layanan profesional yang terdiri atas
(1) Pemahaman terhadap Kurikulum 2004, (2) Model Sistem Penyampaian
Kurikulum, (3) Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif, (4) Pengelolaan
Kurikulum di Tingkat Sekolah, (5) Model Pelatihan dan Pengembangan
Silabus.
Jakarta, November 2003
Kepala Pusat Kurikulum
Dr. H. Siskandar, MA
3
4. DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 5
Rasional Perubahan Kurikulum ................................................ 5
BAB II. PERUBAHAN YANG MENYERTAI KURIULUM 2004 .............. 7
A. Perbandingan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 1994 ... 7
B. Dampak Perubahan Kurikulum .......................................... 9
BAB III. BAGAIMANA MELAKUKAN PENGELOLAAN KURIKULUM
DI TINGKAT SEKOLAH? ....................................................... 12
A. Pengertian Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ...... 12
B. Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi dan Pengelolaan
Kurikulum di Tingkat Sekolah ............................................ 13
C. Perencanaan dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat
Sekolah ................................................................................ 14
D. Implikasi Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ........ 22
BAB IV. BERBAGAI ASPEK YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGELOLAAN KURIKULUM DI SEKOLAH ......................... 24
A. Peran dan Tanggungjawab Sekolah dalam Pengelolaan
Kurikulum ........................................................................... 24
B. Berbagai Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan
Kurikulum ........................................................................... 24
BAB V. LANGKAH-LANGKAH PENJABARAN KURIKULUM
MENJADI SILABUS YANG DILAKUKAN DI TINGKAT
SEKOLAH .................................................................................. 29
A. Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus ............................. 29
B. Penyajian Silabus ............................................................... 37
C. Pembelajaran Tematis di Kelas I dan II ............................. 39
4
5. 1 PENDAHULUAN
Rasional Perubahan Kurikulum
Pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang tadinya
bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi
pengelolaan pendidikan dengan dilakukannya penyempurnaan kurikulum
ini mengacu pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan
nasional dan pasal 35 ayat 1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan
dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan. Juga tuntutan globalisasi
dalam bidang pendidikan perlu dipertimbangkan agar hasil pendidikan
nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan, mengingat mutu
pendidikan kita di segala jenjang dan satuan pendidikan terus merosot. Dari
berbagai analisis diyakini bahwa salah satu faktor penyebab masalah tersebut
adalah terpusatnya pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan
sehingga sering terjadi kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
kondisi daerah atau sekolah setempat.
Bentuk kebijakan dari desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah lahirnya
manajemen berbasis sekolah (MBS) di mana warga sekolah (kepala sekolah,
guru, karyawan, orangtua siswa, dan masyarakat) diberi kewenangan lebih
besar dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan pendidikan,
seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam arti penjabaran lebih lanjut
“Kurikulum Nasional” maupun pelaksanannya di sekolah.
Kewenangan sekolah dalam mengelola kurikulum ini diwujudkan pada
pengembangan silabus dan pelaksanaannya sebagai penjabaran kurikulum
nasional. Pengembangan silabus dan pelaksanaannya di sekolah disesuaikan
5
6. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah.
Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk
merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan
pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses
belajar mengajar.
Dengan demikian, sekolah yang dikategorikan dapat mengelola kurikulum
sendiri tentu saja sekolah yang sudah mampu melakukan manajemen
berbasis sekolah karena telah memenuhi persyaratan sebagai sekolah yang
sudah mandiri, mampu mengembangkan program-program yang sesuai
dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya, memiliki fleksibilitas dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal, serta
sudah melibatkan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam
penyelenggaraan sekolah.
Suatu sekolah dikatakan telah mampu melaksanakan program MBS, antara
lain sekolah tersebut telah mandiri dalam program-program berikut:
perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, fasilitas, keuangan, kurikulum,
kesiswaan, hubungan sekolah dan masyarakat, serta iklim sekolah. Dengan
demikian, pengelolaan kurikulum dapat dilakukan dengan cara berbasis
sekolah jika sekolah tersebut telah memiliki syarat-syarat di atas. Dengan
melibatkan unsur masyarakat berati pula suatu sekolah telah siap dengan
manajemen transparansi/keterbukaan dan mau melaksanakan akuntabilitas
publik untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitas sekolah kepada
masyarakat. MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah
(efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, pemerataan, serta
akses pendidikan), sedangkan pengelolaan kurikulum di tingkat sekolah
dimaksudkan untuk mengembangkan isi kurikulum disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah dan daerah dengan tetap mengacu pada peningkatan
mutu pembelajaran sesuai dengan standar nasional.
6
7. 2 PERUBAHAN YANG MENYERTAI
KURIKULUM 2004
A. Perbandingan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 1994
Perbedaan mendasar antara Kurikulum Berbasis Kompetensi atau
Kurikulum 2004 dan Kurikulum 1994, terletak pada penguasaan
kompetensi, yakni merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak yang dilakukan secara konsisten. Sedangkan Kurikulum 1994
meskipun telah menggabungkan ketiga ranah tersebut, tetapi ketiganya
belum nampak dilakukan secara bersama-sama dan menjadi kebiasaan
berpikir dan bertindak, apalagi kebiasaan yang dilakukan secara
konsisten. Jadi, perbedaan utama keduanya adalah penekanan pada
kompetensi dan latihan kompetensi yang dilakukan secara terus-
menerus, serta pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut contoh persamaan dan perbedaan antara Kurikulum 2004 dan
Kurikulum 1994.
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum 1994
(Kurikulum 2004)
Persamaan
1. Pendidikan Dasar 9 Tahun 1. Pendidikan Dasar 9 Tahun
2. Penekanan pada kemampuan 2. Penekanan pada kemampuan
Membaca, Menulis, dan Berhitung Membaca, Menulis, dan Berhitung
3. Konsep-konsep dan Materi Pokok 3. Konsep-konsep dan Materi Pokok
(esensial) pada setiap mata pelajaran (esensial) pada setiap mata pelajaran
untuk mencapai kompetensi untuk mencapai kompetensi
4. Muatan Lokal 4. Muatan Lokal
5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran 5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran
tetap 45 menit untuk SMP & MTs, tetap 45 menit untuk SMP & MTs,
SMA &MA, SMK & MAK SMA &MA, SMK & MAK
7
8. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum 1994
(Kurikulum 2004)
Perbedaan
1. Pemberdayaan Sekolah dan 1. Sentralistik
Daerah
2. Memuat Standar Kompetensi 2. Tidak memuat Standar
Kompetensi
3. Kegiatan pembiasaan perilaku 3. Tidak ada kegiatan pembiasaan
terintegrasi dan terprogram perilaku
4. Pengenalan mata pelajaran 4. Belum ada mata pelajaran
Teknologi dan Informasi Teknologi dan Informasi
5. Penilaian Berbasis Kelas 5. Meskipun sudah disarankan di
dalam rambu-rambu untuk
melakukan penilaian berbasis
kelas, kenyataannya masih
didominasi penilaian pilihan
ganda
6. Pendekatan Tematik di kelas I dan 6. Pendekatan Tematik di kelas I dan
II SD & MI untuk memperhatikan II SD & MI hanya disarankan
kelompok usia dini
7. Kesinambungan pemeringkatan 7. Tidak ada kesinambungan
kompetensi bahan kajian dari pemeringkatan kompetensi bahan
kelas I sampai dengan kelas XII kajian dari kelas I sampai dengan
kelas XII
8. Diversifikasi: Kurikulum layanan 8. Tidak ada Diversifikasi:
khusus dan standar internasional Kurikulum layanan khusus dan
standar internasional
9. Silabus disusun oleh daerah dan 9. Memberikan peluang kepada
atau sekolah sesuai dengan guru/sekolah/daerah untuk
kebutuhan dan kemampuannya mengembangkan potensinya
dalam bentuk program
penjabaran dan penyesuaian atau
melakukan analisis materi
pelajaran
8
9. Perubahan yang Menyertai Kurikulum 2004
B. Dampak Perubahan Kurikulum
1. Pelaksanaan KBM Mengacu pada Kompetensi Individual Siswa
Perubahan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004 yang berbasis
kompetensi membawa konsekuensi pada perubahan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di kelas dengan penekanan pada
pengembangan kompetensi setiap individual siswa. Artinya setiap
siswa akan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk
mendapatkan latihan mengembangkan kompetensi di setiap mata
pelajaran, sehingga kompetensi itu dikuasai dan menjadi kebiasaan
berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten. Dengan
penekanan pada kompetensi berarti orientasi kegiatan belajar di
kelas harus lebih banyak diberikan kepada siswa untuk lebih aktif
belajar, aktif mencari informasi sendiri dan melakukan eksplorasi
sendiri atau bersama teman dalam kegiatan belajar secara
berpasangan atau berkelompok, belajar menggunakan beragam
sumber belajar dari bahan cetak, media elektronika, maupun
lingkungan. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berpusat pada
aktivitas siswa karena merekalah yang nantinya diharapakan akan
memiliki dan menguasai sejumlah kompetensi dalam semua mata
pelajaran, sedangkan peran guru lebih banyak sebagai motivator
dan fasilitator yang mempermudah siswa mendapatkan sumber
belajar sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar secara
optimal. Untuk menguasai berbagai kompetensi ini, guru harus
menyadari bahwa siswa memerlukan banyak latihan atau praktik
yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
2. Penilaian Berbasis Kelas
Pelaksanaan Kurikulum yang berbasis kompetensi ini menghendaki
adanya perubahan kegiatan pembelajaran di kelas, baik dalam cara
guru mengajar maupun dalam melakukan penilaian proses dan hasil
belajar siswa. Dengan penekanan pada penguasaan kompetensi,
maka jenis penilaian juga harus disesuaikan dengan kekhasan
masing-masing kompetensi. Bentuk penilaian yang sama (model
pilihan ganda) untuk menilai semua mata pelajaran yang selama
ini digunakan oleh guru tidak bisa digunakan untuk menilai
kompetensi yang beragam.
9
10. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
Ada beberapa tujuan penilaian dilakukan guru, antara lain untuk grading
(membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan siswa
lain dalam satu kelas), alat seleksi (memisahkan antara siswa yang masuk
dalam kategori tertentu dan yang tidak, atau untuk menentukan seorang
siswa dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu), menguasai kompetensi
(menentukan apakah seorang siswa telah menguasai kompetensi
tertentu atau belum), bimbingan (mengevaluasi hasil belajar siswa dalam
rangka membantu siswa memahami dirinya, membuat keputusan yang
harus dilakukan siswa, atau untuk menetapkan penjurusan), alat
prediksi (mendapatkan informasi yang digunakan untuk memprediksi
kinerja siswa pada pendidikan berikutnya) dan alat diagnosis (melihat
kesulitan belajar atau dalam hal apa siswa memiliki prestasi untuk
menentukan perlu remediasi atau pengayaan).
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas, jenis
penilaian diagnosis, bimbingan, dan pencapaian penguasaan
kompetensi harus menjadi perhatian utama guru pada setiap kali
mengajar. Guru dituntut mampu melaksanakan penilaian mulai dari
awal sampai akhir proses belajar mengajar. Untuk menilai
sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja
berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi
yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance),
penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja
siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test).
Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses yang dilakukan
guru melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan sejumlah
bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan,
dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Jadi, peran
penilaian berbasis kelas adalah memberikan masukan atau informasi
secara komprehensif tentang hasil belajar siswa dilihat ketika
kegiatan pembelajaran sedang berlangsung hingga hasil akhirnya
dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan dicapai siswa.
3. Diversifikasi Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai
10
11. Perubahan yang Menyertai Kurikulum 2004
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2004 berisi seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional dan cara pencapaiannya
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah.
Dalam hal ini diversifikasi kurikulum diperlukan mengingat
keberagaman kemampuan siswa, daerah dan sekolah sehingga cara
penyampaian dan pencapaian kompetensi harus disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah, Jadi, pengertian
diversifikasi kurikulum adalah pelayanan pendidikan dengan cara
menyesuaikan, memperluas, dan memperdalam kompetensi dan
materi pelajaran dalam rangka untuk melayani keberagaman
penyelenggaraan satuan pendidikan, kebutuhan serta kemampuan
daerah dan sekolah ditinjau dari segi geografis, budaya, serta
kemampuan dan minat peserta didik. Diversifikasi kurikulum yang
melayani keberagaman kemampuan peserta didik ini dikelompokkan
ke dalam: normal, sedang, dan tinggi.
Diversifikasi kurikulum yang melayani minat peserta didik dan
kebutuhan daerah dirancang oleh daerah dan sekolah. Diversifikasi
kurikulum juga dilaksanakan untuk melayani peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena adanya kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Diversifikasi
kurikulum juga perlu dilaksanakan untuk melayani peserta didik
dari daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang
terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan
tidak mampu dari segi ekonomi.
11
12. BAGAIMANA MELAKUKAN
3 PENGELOLAAN KURIKULUM DI
TINGKAT SEKOLAH?
A. Pengertian Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
Telah dijelaskan pada bagian Pendahuluan bahwa sekolah yang mampu
mengelola kurikulum sendiri harus memenuhi beberapa persyaratan,
baik dari segi kesiapan sumber daya manusia dan sarana prasarananya,
maupun dalam upayanya melibatkan warga sekolah dan masyarakat.
Namun, tidak semua sekolah dapat dikategorikan mampu mengelola
kurikulum sendiri. Jadi, pengelolaan kurikulum di sekolah dapat
dilakukan jika sekolah sudah mampu mengelola kurikulum sendiri,
yakni mampu mengembangkan dokumen kurikulum nasional untuk
dijabarkan menjadi silabus, atau sekolah dengan semua sumber dayanya
(kepala sekolah, guru-guru, dan sarana/prasarana) mampu
mengembangkan silabus yang berstandar menjadi bahan ajar yang siap
pakai di kelas. Pengertian siap pakai meliputi penguasaan metode
mengajar, kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan dan
penggunaan alat bantu dan sumber belajar, jenis-jenis penilaian yang
sesuai dengan kompetensi yang dilatihkan, serta mampu memberikan
kegiatan perbaikan dan pengayaan kepada siswa sesuai dengan
kebutuhan masing-masing siswa.
Kalau kita memperhatikan bagan berikut, dalam penyusunan kurikulum
nasional ada sejumlah perangkat yang disusun sebagai kewenangan
pusat, yaitu dari merumuskan landasan filosofis, rekonseptualisasi
kurikulum, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian
berbasis kelas, serta bentuk-bentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif
dan efisien. Sementara kewenangan daerah ada pada pengelolaan
kurikulum berbasis sekolah, yakni meliputi pengembangan silabus dari
kurikulum nasional, menyeleksi materi sesuai dengan kebutuhan siswa
dan daerah (diversifikasi), mengimplementasikan kurikulum, serta
melakukan kegiatan pemantauannya.
12
13. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Konteks Pendidikan
Otonomi Daerah, Pembangunan Daerah,
Pembangunan Berkelanjutan, Kompetensi Standar,
Kehidupan Demokratis
Globalisasi, Perkembangan Ilmu & Teknologi
Informasi, Ekonomi Berbasis Pengetahuan, HAM
Landasan Kurikulum
Rekonseptualisasi
Filosofis Berbasis
Kurikulum
Pancasila kompetensi
PUSAT
Kompetensi Kegiatan
Penilaian
dan Belajar
Berbasis Kelas
Hasil Belajar Mengajar
DAERAH
Pengembangan Seleksi materi Implementasi Pemantauan
Silabus (Berdiversivikasi) Kurikulum Kurikulum
Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
B. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pengelolaan Kurikulum
di Tingkat Sekolah
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang akan diberi nama
Kurikulum 2004 merupakan perangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa.
Di dalamnya termasuk pelaksanaan dan cara penilaian kegiatan
belajar mengajar, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini
berorientasi pada: 1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul
pada diri siswa melalui serangkaian pengalaman belajar yang
bermakna, dan 2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai
kebutuhan siswa.
13
14. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
Kurikulum 2004 ini merupakan kerangka inti yang memiliki perangkat
penyerta lain, yang kita sebut sebagai model pelayanan profesional KBK:
yaitu Model Sistem Penyampaian KBK, Model Penilaian Berbasis Kelas,
Model Kegiatan Belajar Mengajar, dan Model Pengelolaan Kurikulum
di Tingkat Sekolah.
Model Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah (sebagai salah satu
komponen atau perangkat Kurikulum 2004) menyajikan berbagai pola
pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumberdaya lain di tingkat
sekolah untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi
pula dengan gagasan pembentukan tim pengembang silabus, cara
pengembangan silabus dan bahan ajar, pembinaan profesional tenaga
kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum. Dalam
kaitannya dengan pengembangan silabus, juga dilakukan penetapan dan
pengembangan materi yang diperlukan di sekolah, pelaksanaan
kurikulum termasuk kegiatan intra dan ekstra kurikuler, dan
pengembangan sistem pemantauan.
C. Perencanaan dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
Untuk dapat mengembangkan silabus sendiri, seperti telah disinggung
di atas ada persyaratan yang harus dipenuhi seperti kekuatan apa saja
yang dimiliki oleh suatu sekolah yang membuat keputusan untuk
mengembangkan silabus sendiri. Apakah sekolah itu berada di bawah
suatu yayasan atau dalam kelompok/gugus sekolah sehingga mereka
bisa mengkoordinasikan sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan
silabus bersama-sama, atau ada alasan lain. Berikut akan disajikan hal-
hal yang harus dilakukan jika sekolah akan menjabarkan kurikulum
nasional menjadi silabus.
1. Identifikasi Kesiapan Sekolah
Sekolah perlu melakukan identifikasi kesiapan, baik dari segi kekuatan
maupun kelemahan yang dimilikinya. Dari segi kekuatan, misalnya
sumber dana dan fasilitas lain tersedia, namun kelemahannya tidak
semua yang terlibat dalam penyelenggaraan sekolah, yaitu guru-guru,
karyawan sekolah, warga sekolah, dan komite sekolah sudah siap.
14
15. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?
Jadi, dalam hal ini setiap sekolah yang memutuskan untuk
mengembangkan silabus sendiri harus melakukan identifikasi
kesiapan yang menyangkut sumber daya manusia, finansial, sarana
dan prasarana, dsb. Jika dari kesemua persyaratan yang dituntut
tersebut, ternyata lebih banyak kelemahannya tentu saja sekolah itu
belum layak kalau ingin mengembangkan silabus sendiri. Ini akan
menyulitkan kerja kepala sekolah sebagai manajer sekolah jika
keputusannya tidak bisa didukung oleh kemampuan dan kemauan
semua pihak di sekolahnya.
2. Merencanakan Kegiatan di Tingkat Sekolah
Jika hasil identifikasi kesiapan menunjukkan suatu sekolah mampu
mengembangkan silabus sendiri, selanjutnya perlu dilakukan
perencanaan dalam pelaksanaan langkah-langkah kegiatan,
misalnya: mengatur pelaksanaan pelatihan dan pembinaan guru-
guru, mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan pembinaan, pada
jam sekolah atau menanti saat liburan sekolah, menyusun program
sekolah, melakukan pemilihan materi, dsb. Berikut akan disajikan
rincian penjelasannya:
a. Mengatur pelaksanaan pelatihan/pembinaan
• apakah semua guru perlu mendapatkan pelatihan untuk
pengembangan silabus, apakah digilir dari guru kelas
rendah, lalu diteruskan dengan guru-guru di kelas tinggi
• berapa hari diperlukan untuk pelatihan
• materi apa saja yang akan diberikan pada pelatihan tersebut,
• bagaimana bentuk pelatihan (tatap muka, supervisi kelas,
atau bentuk lainnya)
• di mana tempatnya (di tingkat sekolah atau gugus sekolah)
• kapan dilaksanakan (apakah pada jam sekolah atau pada
saat libur sekolah?)
b. Melakukan pemilihan materi sebelum pelaksanaan pelatihan?
• pemetaan kompetensi tiap mata pelajaran
• pembelajaran tematis di kelas I dan II
• pemilihan materi esensial
• penyusunan program semester dan program tahunan
• penyusunan kegiatan ekstra kurikuler
• kajiulang silabus yang telah dikembangkan
15
16. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
c. Melakukan Pelatihan/Pembinaan Antarsekolah
Pelatihan/pembinaan dapat dilakukan antarsekolah, misalnya
sekolah-sekolah yang berada dalam satu kompleks. Di
beberapa kota dapat dijumpai ada beberapa sekolah yang
berada dalam satu kompleks, mereka dapat bergabung
melakukan pelatihan, atau pelatihan pada sekolah-sekolah
yang tergabung dalam satu gugus yakni melalui kegiatan KKG
atau MGMP, atau jika sekolah swasta yang berada dalam
yayasan tertentu, yayasan tersebut dapat melaksanakan
pelatihan khusus untuk guru-guru yang berada di bawah
yayasan tersebut. Selain dalam bentuk pelatihan, dapat pula
dilakukan pembinaan dengan mengadakan kunjungan
antarsekolah, terutama untuk sekolah-sekolah yang telah
mendapatkan pelatihan penyusunan silabus dan telah pula
menggunakannya dapat dikunjungi oleh guru-guru dari
sekolah lain, agar mereka dapat berlajar langsung dari
mengamati kbm, melihat dokumen yang telah dikembangkan,
dan melakukan wawancara dengan guru-guru di sekolah
tersebut menanyakan pengalaman dan berguru bagaimana
mengembangkan silabus yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan sekolah.
3. Implementasi Kurikulum yang telah Dijabarkan Menjadi Silabus
Di Tingkat Sekolah
Sebelum mengimplementasikan kurikulum baru, setiap sekolah
perlu mempersiapkan diri, misalnya dengan memberikan jaminan
bahwa guru-guru mampu melaksanakannya, misalnya mereka juga
menyiapkan sejumlah bahan/perangkat yang diperlukan, seperti
format-format (pengamatan, penilaian, pencatatan, dsb) pemetaan
kompetensi dan materi untuk setiap mata pelajaran, serta
menyiapkan sumber belajar dan alat bantu mengajarnya.
Jika silabus dikembangkan di tingkat sekolah perlu dilakukan
pemantauan dalam penyusunan silabus ini oleh pihak-pihak yang
berwenang seperti pengawas, pihak dinas dari tingkat kecamatan
hingga kabupaten/kota, juga pihak perguruan tinggi setempat untuk
mengontrol standar mutu yang telah ditetapkan secara nasional.
16
17. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?
4. Sistem Monitoring dan Pelaporan
a. Bagaimana Memantau Proses Penyusunan dan Pelaksanaan
Silabus?
Jika sekolah telah memutuskan untuk menyusun silabusnya
sendiri dengan persetujuan Kepala Dinas Pendidikan setempat,
maka kepala sekolah, pengawas bersama-sama dengan Dinas
perlu memantau proses penyusunan silabus yang sedang
berlangsung. Dalam kaitan ini ada beberapa aspek yang pelu
diperhatikan dalam pemantauan ini.
1. Kelengkapan unsur penyusunan dan penunjangnya
Dalam hal ini apakah pihak-pihak yang seharusnya terlibat
dalam penyusunan silabus ini dapat berperan secara aktif.
Bila unsur yang seharusnya datang namun berhalangan,
apakah telah diatasi dengan baik. Pemantauan juga perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah sarana prasarana
pendukung kegiatan penyusunan silabus ini memadai atau
tidak seperti misalnya ruangan tidak panas, cukup
penerangan, tidak banyak gangguan dari kebisingan,
keramaian orang yang lalu lalang, dsb.
2. Kelengkapan aspek yang harus disusun
Dalam penyusunan silabus perlu dilihat apakah silabus
tersebut telah merumuskan dengan jelas kegiatan
pembelajarannya. Juga perlu dilihat apakah pembelajaran
yang disusun/diformulasikan tersebut merupakan
penjabaran sinergis dari aspek kompetensi dasar, indikator,
dan materi pokok. Selain itu, dalam silabus hendaknya
sudah tergambar metode belajar mengajar yang akan dipilih,
alat bantu belajar, sumber belajar, serta bentuk-bentuk
penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil kegiatan
pembelajaran.
3. Kejelasan Redaksional
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini
antara lain:
a) apakah bahasanya mudah dipahami, jelas, singkat, dan
tidak menggunakan kosakata yang dapat menimbulkan
makna ganda (ambigue).
b) tidak menggunakan kata-kata asing, kecuali terpaksa
17
18. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
dan itu pun hanya bersifat penjelas saja yang ditulis
dalam tanda kurung.
c) kalimat disusun dengan kaidah bahasa yang benar dan
memperhatikan efektivitas berbahasa.
4. Kelayakan (feasibility) konsep-konsep yang terangkum
dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang tersusun perlu ditinjau
kembali, apakah telah sesuai dengan tingkat perkembangan
anak (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar),
menggunakan alat bantu belajar yang terjangkau,
menggunakan buku sumber yang mudah diperoleh, serta
kegiatan pembelajaran tidak membahayakan siswa.
5. Pelaksanaan silabus yang telah tersusun menjadi kegitan
belajar mengajar di kelas
Apakah telah sesuai dengan yang direncanakan, misalnya
apa benar guru-guru melatihkan semua kompetensi yang
harus dikuasai siswa, bagaimana latihan dan praktek itu
dilaksanakan, apakah setiap siswa mendapatkan pelayanan
secara individual, apakah sistem evaluasi atau penilaian
sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, apakah guru
juga memberikan program remedial dan pengayaan, dsb.
b. Bagaimana Agar Sesama Guru Dapat Saling Membantu?
• Guru yang sudah menguasai/memahami silabus perlu
membagikan kemampuannya kepada guru lain yang belum
memahami dengan memberikan contoh-contoh pembelajaran.
• Guru yang belum mampu/menguasai perlu secara proaktif
minta penjelasan beserta contoh-contoh pembelajaran yang
sesuai/benar kepada guru yang telah menguasai/mampu.
• Mencari contoh kongkrit pembelajaran yang sesuai dengan
cara mengunjungi/mengobservasi kegiatan pembelajaran di
kelas yang diselenggarakan oleh guru yang telah menguasai/
mampu.
• Selain itu, saat istirahat juga merupakan waktu yang tepat
bagi guru yang belum menguasai untuk bertanya atau minta
penjelasan kepada guru yang telah menguasai/mampu
tentang suatu hal yang belum dikuasainya.
18
19. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?
c. Bagaimana Guru Mau Melakukan Koreksi Diri Sendiri?
Guru dapat melakukan koreksi diri sendiri melalui penelitian
sendiri tentang pelaksanaan pengajarannya. Tujuan melakukan
penelitian sendiri ini untuk meningkatkan kualitas mengajarnya.
Dalam bahasa ilmiah kegiatan penelitian semacam ini disebut
“action research” (penelitian tindakan) yaitu kegiatan penelitian
yang meneliti kegiatan belajar mengajarnya sendiri untuk melihat
kekurangan dan kekuatan yang ada. Kekurangan dan kekuatan
tersebut selanjutnya dijadikan umpan balik (feed-back), yang
selanjutnya diolah untuk menentukan tindakan belajar mengajar
selanjutnya yang lebih baik. Misalnya, dalam mengajarkan konsep
atau pokok bahasan tertentu hasilnya kurang baik, ini perlu
dianalisis: apakah metodenya kurang tepat, apakah
pengorganisasian kelasnya tidak tepat, apakah alat bantunya
kurang atau tidak memadai atau tidak tepat. Sebagai tindak
lanjutnya, dalam mengajar berikutnya, aspek-aspek tersebut
diperbaiki atau dilengkapi dan hasil belajarnya dicatat pula.
d. Bagaimana Memperoleh Umpan Balik dari Siswa?
Dalam rangka memperoleh umpan balik terhadap kegiatan
pembelajaran, siswa merupakan sumber informasi yang sangat
penting, karena siswa sendiri berperan sebagai obyek sekaligus
subyek dalam pembelajaran. Umpan balik ini dapat diperoleh
melalui tanya jawab secara lisan dan tertulis (angket), Dalam
hal ini, secara lisan guru dapat bertanya kepada siswa tentang
sesuatu hal yang diperlukan guru misalnya apa kamu senang
mengikuti pelajaran tadi, bagian mana yang menyenangkan,
bagian mana yang tidak menyenangkan, bagian mana yang
masih belum jelas, topik-topik apa yang kamu sukai, apa kamu
senang berdiskusi? dsb. Sedangkan umpan balik yang diperoleh
melalui angket pada prinsipnya sama dengan tanya jawab
tersebut, bedanya dalam angket pertanyaan-pertanyaan ditulis
dan jawaban siswa ditulis pula.
e. Bagaimana Pemandu Memonitor/Memantau Kelas?
Pemandu perlu memonitor kegiatan pembelajaran di kelas
untuk mengontrol tercapainya standar kompetensi yang telah
19
20. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
ditetapkan dalam Kurikulum 2004 sehingga mutu sekolah dapat
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Yang juga perlu
diketahui bahwa tujuan monitoring bukan untuk mencari
kesalahan guru, melainkan untuk memperbaiki program
mengajar guru sehingga dapat dilaksanakan KBM yang efektif
yaitu siswa menguasai kompetensi melalui kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
f. Bagaimana Melakukan Sistem Pelaporan?
Monitoring pengembangan dan pelaksanaan silabus di tingkat
sekolah ini dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan
petugas dari dinas diknas dari tingkat kecamatan maupun
kabupaten. Dapat pula ditambah oleh sesama guru, komite
sekolah, nara sumber di masyarakat, ahli dari perguruan tinggi,
yang kesemuannya ini dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja guru dalam menguasai isi silabus, dan pada
gilirannya untuk menjaga standar mutu pendidikan yang kita
harapkan. Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
monitoring ini diharapkan membuat laporan yang ditujukan
kepada kepala sekolah untuk mereka yang berada di lingkup
sekolah. Sedangkan seperti kepala sekolah, pengawas, dan pihak
dinas membuat laporan kepada pihak atasannya. Laporan ini
diperlukan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan
silabus di masing-masing sekolah, sehingga dapat digunakan
untuk melakukan program perbaikan, baik yang akan dilakukan
di tingkat sekolah/yayasan maupun di tingkat gugus atau
kecamatan yang tersistem yang dilaksanakan oleh pihak dinas
diknas.
g. Bagaimana Menyusun Program Tindak Lanjut?
Dari hasil butir 1-5 di atas sebaiknya segera disusun program
tindak lanjut yang tujuannya untuk memperbaiki atau
meningkatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan program
lainnya yang tengah berjalan. Dari butir 1-5 di atas, masing-
masing dirumuskan masalahnya. Berdasarkan masalah-masalah
yang telah teridentifikasi tersebut, selanjutnya dapat disusun
program perbaikannya. Program tindak lanjut ini sebaiknya
20
21. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?
disusun oleh suatu tim yang terdiri dari kepala sekolah,
pengawas, pihak dinas pendidikan, dan guru.
5. Sistem Komunikasi/Layanan Konsultasi
a. Siapa yang Harus Menciptakan Sistem Komunikasi/Layanan
Konsultasi?
1. Komunikasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun
berjenjang. Komunikasi secara langsung seperti pihak sekolah
dengan pengawas. Sedangkan komunikasi berjenjang,
misalnya dapat dilakukan antara pihak sekolah dengan dinas
atau pusat (Depdiknas). Istilah lain dari layanan komunikasi
ini adalah layanan konsultasi. Tujuan utama dari layanan
konsultasi ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada
sekolah atau pihak mana pun yang menggunakan Kurikulum
2004 agar mampu melaksanakannya dengan efektif dan
efisien. Dalam memberikan layanan konsultasi ini, sebaiknya
dibentuk tim yang benar-benar dapat memberikan bantuan
layanan, mereka boleh saja berasal dari ahli kurikulum dari
Pusat, pihak Dinas Pendidikan dari tingkat Propinsi sampai
Kecamatan, nara sumber dan ahli pendidikan dari perguruan
tinggi setempat, serta para instruktur atau totor dari MGMP
dan KKG. Berbagai unsur ini seyogyanya membentuk
jaringan kerja (networking) agar mereka dapat bekerjasama
dan saling membantu para guru di sekolah sehingga mereka
mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang sesuai
dengan kompetensi yang diinginkan dalam Kurikulum 2004.
2. Jaringan komunikasi atau layanan konsultasi ini seyogyanya
dibentuk oleh dinas pendidikan di tingkat propinsi,
sehingga memperoleh legalitas yang memadai serta disegani
oleh semua pihak yang terlibat termasuk para guru. Adapun
yang menjadi penanggung jawab dari jaringan komunikasi
ini sebaiknya juga dari pihak dinas khususnya bidang
kurikulum. Fungsi jaringan ini akan lebih baik lagi jika telah
memiliki Website, sehingga para guru dan pihak-pihak yang
berkepentingan dapat mengakses langsung dengan mudah,
murah, dan cepat. Melalui Website ini antarguru (baik dalam
satu sekolah maupun dengan sekolah lain) dapat mencari
21
22. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
informasi dan berbagi pengalaman tentang pelaksanaan program
pembelajaran yang sesuai dengan maksud kompetensi dalam
Kurikulum 2004. Layanan konsultasi ini dapat dilakukan
antarsekolah dengan bantuan pengawas maupun dinas. Di sini
pihak pengawas dan dinas perlu menginformasikan tentang
sekolah yang telah dianggap bagus dalam melaksanakan
kurikulum berbasis kompetensi kepada sekolah-sekolah lain
yang masih dianggap kurang. Dengan demikian kepala sekolah
tidak akan ragu lagi untuk berkonsultasi dengan kepala sekolah
lain yang lebih tahu/bagus untuk membicarakan hal-hal yang
masih belum dipahami atau masalah yang dihadapi sekolahnya
berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum tersebut. Selain itu,
kepala sekolah juga dapat berkonsultasi langsung kepada
pengawas maupun pihak dinas pendidikan untuk minta bantuan
jika sekolahnya menghadapi masalah.
b. Melalui apa saja Layanan Konsultasi ini dapat ditempuh?
Selain Website, layanan konsultasi ini juga dapat ditempuh
melalui jalur telepon. Untuk jalur telepon ini sebaiknya dipilih
sekolah yang telah memiliki SDM yang lebih baik khususnya
punya pemandu, telah ada beberapa guru yang telah mampu
melaksanakan pengajaran sesuai dengan kurikulum baru, dan
sekolah tersebut telah memiliki dokumen Kurikulum yang
lengkap. Selain itu, layanan konsultasi ini dapat ditempuh
melalui pertemuan-pertemuan, misalnya saat istirahat atau saat
usai kegiatan belajar mengajar sekolah, atau saat pertemuan
KKG/MGMP.
D. Implikasi Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
1. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum menjadi dinamis dengan
pemecahan masalah yang secara langsung dapat ditangani pada
tingkat sekolah
2. Pengelolaan kurikulum sepenuhnya ditangani oleh sekolah sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhannya
3. Tenaga-tenaga kependidikan yang potensial di sekolah dan daerah
22
23. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?
dapat dilibatkan dalam penyusunan silabus, pelaksanaan, dan
penilaiannya
4. Sumber-sumber daya pendidikan lainnya yang terdapat di sekolah
dan daerah yang bersangkutan dapat dimanfaatkan untuk
penyusunan silabus
5. Sumber-sumber informasi lain termasuk multimedia dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya penyusunan silabus dan
pelaksanaannya
23
24. BERBAGAI ASPEK YANG BERHUBUNGAN
4 DENGAN PENGELOLAAN KURIKULUM
DI SEKOLAH
A. Peran dan Tanggung Jawab Sekolah dalam Pengelolaan Kurikulum
Dengan kewenangan sekolah dapat mengelola kurikulum sendiri, sebagai
konsekuensinya sekolah memiliki peran dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu yang sesuai dengan harapan
orangtua, masyarakat, dan negara.
Untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, dan pelaksanaan
Kurikulum 2004 serta implikasinya terhadap siswa dan sekolah;
menentukan tahap dan administrasi pelaksanaan kurikulum, sekolah
dapat berperan dan bertanggung jawab dalam meningkatkan
komunikasi dengan berbagai pihak (guru-guru, karyawan sekolah,
orangtua siswa, siswa, pihak akademis, komite sekolah, dan birokrat
terkait). Bentuk peran dalam komunikasi ini, misalnya dalam
menyusun silabus sendiri bersama staf sekolah, atau memohon
bantuan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk menyusun silabus
atau menggunakan model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau
pihak lain; serta menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas
yang lebih sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang
telah ditetapkan sebelumnya.
B. Berbagai Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan
Kurikulum
1. Masalah Pendanaan
Untuk keperluan pengembangan silabus sendiri tentu saja sekolah
harus bisa mencari dana untuk pelatihan guru-guru, penyediaan
sarana lain, pembinaan, dan sebagainya. Sekolah bisa menggali dana
dari masyarakat melalui kemitraan dengan dunia usaha dan industri
atau melalui kegiatan kemasyarakatan seperti mengadakan bazar
dan pertunjukan kesenian.
24
25. Berbagai Aspek yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kurikulum di Sekolah
Penggunaan dana yang diperoleh dari berbagai sumber harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada penyedia dana sesuai dengan
peraturan yang berlaku mengenai hal tersebut.
2. Pembentukan Tim Pengembang Silabus
Sekolah dipandang mampu mengelola kurikulum sendiri jika
sekolah itu memiliki tim pengembang silabus yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu. Biasanya sekolah-sekolah yang
bernaung di bawah suatu yayasan dengan dikoordinir oleh yayasan,
atau sekolah-sekolah yang berada di dalam satu gugus dapat
membentuk tim pengembang silabus, Pembentukan tim
pengembang atau penyusun silabus harus dilakukan terlebih
dahulu untuk memenuhi kriteria mutu silabus yang dapat
dipertanggungjawabkan. Anggota tim sebaiknya dipilih
berdasarkan kriteria dan jika perlu tes tertentu yang dibuat secara
khusus untuk menjaring orang yang memiliki kemampuan menjadi
penyusun silabus.
Pengembang yang direkrut sebagai anggota tim terdiri atas spesialis
kurikulum, guru mata pelajaran, guru didaktik/metodik, guru yang
menguasai penilaian, kepala sekolah, pengawas, komite sekolah atau
perwakilan orangtua siswa yang bisa menjadi nara sumber. Dapat
pula ditambah dengan staf profesional kantor dinas pendidikan dan
nara sumber atau ahli mata pelajaran dari perguruan tinggi. Tim
tersebut bertanggung jawab kepada kepala sekolah atau yayasan yang
meminta bantuannya sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku
di daerah masing-masing.
3. Penyusunan Silabus
Dalam penyusunan silabus ini ada tahapan yang harus dilalui:
• Perencanaan
Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu
perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan
kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan
silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti
multimedia dan akses internet.
25
26. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
• Pelaksanaan
Dalam penyusunan silabus perlu melakukan analisis terhadap
semua perangkat Kurikulum 2004, yakni dengan:
a. memahami keseluruhan konteks Kurikulum 2004, telaah
perangkat kebijakan yang mendeskripsikan hakikat,
struktur, dan pelaksanaannya
b. merumuskan tujuan pembelajaran dan menentukan materi
pelajaran dengan menggunakan perangkat Kurikulum 2004
yang memuat komponen: aspek dan subaspek mata pelajaran,
standar kompetensi per kelas, kompetensi dasar, hasil belajar,
indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pokok.
c. menentukan cara atau metode pembelajaran dengan mengacu
pada perangkat pelayanan profesional Kurikulum 2004: Model
Kegiatan Belajar Mengajar yang Efisien dan Efektif yang
mendeskripsikan model-model pembelajaran untuk siswa.
d. menentukan cara dan alat penilaian dengan mengacu pada
perangkat Penilaian Berbasis Kelas yang menyajikan dan
mendeskripsikan sistem penilaian yang sesuai dengan misi
Kurikulum 2004.
Kesesuaian isi silabus ini ditetapkan oleh tim pengembang dengan
memperhatikan desain, pendekatan, ruang lingkup, organisasi
materi, organisasi pengalaman belajar, dan alokasi waktu yang sesuai
dengan Kurikulum 2004 dan komponennya.
• Perbaikan
Buram silabus perlu dikajiulang sebelum digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Para pengkaji dapat terdiri atas para
spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik/metodik,
ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah,
pengawas, staf profesional kantor dinas pendidikan, nara
sumber, perwakilan orangtua siswa, dan siswa itu sendiri.
• Pemantapan
Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah
memenuhi kriteria dengan cukup baik dapat segera disampaikan
kepada Kepala sekolah atau ketua yayasan, serta komunitas
sekolah lainnya.
26
27. Berbagai Aspek yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kurikulum di Sekolah
4. Penilaian Silabus
Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan
menggunakan model-model penilaian kurikulum yang selama ini
sudah banyak digunakan oleh para ahli penilaian kurikulum.
Salah satu model penilaian silabus yang dapat digunakan, yaitu
model ‘kesesuaian’. Model ini sangat praktis untuk digunakan dalam
penilaian silabus karena model ini diarahkan untuk menggali
apakah semua pesan dalam silabus sudah dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran sesuai dengan harapannya? Penilaian
terhadap silabus juga dimaksudkan untuk menggali kekuatan dan
kelemahan silabus tersebut, baik dari segi kelayakan dokumen
maupun implementasinya.
Model Pemetaan Kelayakan
Sekolah untuk Menyusun Silabus sendiri:
KETERSEDIAAN
KRITERIA
ADA TIDAK ADA
Tenaga pengembang silabus yang
potensial
Kemampuan menggali dana yang
memadai
Kemampuan untuk meningkatkan
kapasitas
Kepemimpinan kepala sekolah yang
demokratis
Prospek kemajuan sekolah di masa yang
akan datang
.................................
................................
....................................
27
28. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
5. Yang Dilakukan Sekolah untuk Mengembangkan Silabus:
• meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak (guru,
karyawan sekolah, orangtua, siswa, pihak akademis, birokrat
terkait) untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi, dan implikasinya terhadap
siswa dan sekolah
• menetapkan tahap administrasi (persuratan/legalitas)
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, misalnya:
menyusun silabus sendiri atau memohon bantuan dinas
kabupaten/kota untuk menyusun silabus atau menggunakan
model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau pihak lainnya
• menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas yang lebih
sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang telah
ditetapkan sebelumnya.
28
29. LANGKAH-LANGKAH PENJABARAN
5 KURIKULUM MENJADI SILABUS YANG
DILAKUKAN DI TINGKAT SEKOLAH
A. Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus
1. Komponen Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan
pembelajaran beserta penilaiannya. Oleh karena itu, silabus harus
disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang
saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi
Dasar. Beberapa komponen silabus minimal yang dapat membantu
dan memandu para guru dalam mengelola pembelajaran, antara lain:
a. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar
mata pelajaran tertentu dalam satuan pendidikan. Standar ini
merupakan kompetensi bidang pengembangan dan mata
pelajaran per satuan pendidikan dan per kelas yang harus dicapai
siswa selama satu tahun pelajaran.
b. Kompetensi Dasar
Rincian kompetensi dalam setiap aspek mata pelajaran yang
harus dilatihkan kepada siswa sehingga kompetensi itu dapat
dikuasai siswa dan guru dapat mengukur dan mengamati
sejauhmana kompetensi tersebut sudah atau belum dikuasai
siswa sehingga guru dapat melakukan kegiatan perbaikan dan
pengayaan.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pernyataan unjuk kerja yang diharapkan
dikuasai siswa setelah mengalami pembelajaran dalam
kompetensi tertentu.
d. Indikator
Indikator merupakan wujud Kompetensi Dasar yang lebih
spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam satu Kompetensi
29
30. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
Dasar sudah dapat dicapai oleh siswa, berarti target Kompetensi
Dasar tersebut sudah terpenuhi.
e. Materi Pokok
Merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian
yang dapat berupa pengertian konseptual, gugus isi atau
konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan.
2. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting
artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.
Selain itu, pendekatan pembelajaran yang bersifat spiral (mudah ke
sukar; konkret ke abstrak, dekat ke jauh) juga memerlukan urutan
pembelajaran yang terstruktur.
Rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar siswa, yaitu: kegiatan siswa dan materi.
Contoh:
• Mengamati pertumbuhan tanaman berakar serabut
Kegiatan siswa materi
• Menjelaskan pengaruh aktivitas gunung berapi terhadap kehidupan penduduk
Kegiatan siswa materi
Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan
kegiatan siswa dan materi pembelajaran sebagai berikut:
a. Kegiatan Siswa
Dalam memilih kegiatan siswa yang akan digunakan dalam
pembelajaran sebaiknya dipertimbangkan hal-hal berikut ini:
30
31. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah
• Hendaknya memberikan peluang bagi siswa untuk mencari,
mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah
bimbingan guru.
• Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam
pengembangan ketrampilan dasar mata pelajaran yang
bersangkutan. Misalnya observasi di lingkungan sekitar,
penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, simulasi,
wawancara dengan nara sumber, pengembangan teknologi,
penggunaan peta dan foto, pemanfaatan kliping.
• Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar
yang tersedia.
• Bervariasi dengan mengkombinasikan antara kegiatan
belajar perseorangan, pasangan, kelompok, dan klasikal
• Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual
siswa seperti bakat, kemampuan, minat, latar belakang
keluarga, sosial-ekonomi dan budaya, serta masalah khusus
yang dihadapi siswa yang bersangkutan.
Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan program
pembelajaran yang dirancang untuk menggali potensi dan
pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensi dari
pembelajaran berbasis kompetensi ini, materi pembelajaran yang
dipilih haruslah yang bermakna, yakni yang memberikan
kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari dengan mengunakan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang telah dipelajarinya, sehingga siswa terhindar
dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian
kompetensi. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan tersebut
Agar siswa belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi
yang tepatguna, sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini
akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siswa akan
kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata siswa.
Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga
31
32. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
materi pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan.
Guru harus punya sensitivitas yang tinggi untuk segera
mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan
siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari metodologi
pembelajaran baru yang lebih tepatguna.
Tahapan Pembelajaran Bermakna
ALOKASI
WAKTU
PEMANASAN-APERSEPSI
Tanya jawab tentang 5 - 10 %
pengetahuan dan pengalaman
EKSPLORASI 25 - 30 %
Memperoleh/mencari informasi baru
KONSOLIDASI PEMBELAJARAN
Negosiasi dalam rangka pencapai 35 - 40 %
pengetahuan baru
PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU
Pengetahuan diproses menjadi nilai, 10 %
sikap & perilaku
PENILAIAN FORMATIF 10 %
PEMANASAN APERSEPSI
1. Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan
dipahami siswa.
2. Motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna
bagi siswa.
3. Siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang
baru.
32
33. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah
EKSPLORASI
1. Materi/ketrampilan baru diperkenalkan.
2. Kaitkan materi ini dengan pengetahuan yang sudah ada pada
siswa.
3. Cari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan
penerimaan siswa akan materi baru tersebut.
KONSOLIDASI PEMBELAJARAN
1. Libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan
memahami materi ajaran baru.
2. Libatkan siswa secara aktif dalam problem solving.
3. Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan
antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/
kehidupan di dalam lingkungan.
4. Cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat
terproses menjadi bagian dari pengetahuan siswa.
PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU
1. Siswa didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang
dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang
dipelajari.
3. Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan
pada sikap dan perilaku siswa.
PENILAIAN FORMATIF
1. Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran
siswa.
2. Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan
atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihadapi
guru.
3. Cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
b. Materi
Agar penjabaran dan penyesuaian Kemampuan Dasar tidak
33
34. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk
menseleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut antara
lain:
1) Sahih (Valid): Materi yang akan dituangkan dalam
pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan
kesahihannya, ini juga berkaitan dengan keaktualan materi,
sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak
ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk
pemahaman ke depan.
2) Tingkat Kepentingan (Significance): Dalam memilih materi
perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: Sejauh mana
materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di
mana dan mengapa penting?. Dengan demikian, materi yang
dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar
diperlukan oleh siswa.
3) Kebermanfaatan (utility): Manfaat harus dilihat dari semua
sisi, baik secara akademis maupun non akademis.
Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa
materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan
lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Bermanfaat
secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang
diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life
skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari
4) Layak dipelajari (learnability): Materinya memungkinkan
untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak
terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek
kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
setempat)
5) Menarik minat (interest): Materi yang dipilih hendaknya
menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk
mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan
kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan rasa
ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk
mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
34
35. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah
c. Alokasi Waktu
Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang
diperlukan untuk mempelajari satu materi pelajaran perlu
ditentukan alokasi waktunya. Penentuan besarnya alokasi waktu
ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi, serta
tingkat kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan
setempat.
d. Sarana dan Sumber Belajar
Dalam proses belajar mengajar sarana pembelajaran sangat
membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang
dimaksud dengan sarana pembelajaran dalam uraian ini akan
lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga.
Sarana berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran.
Oleh karena itu, hendaknya dipilih sarana yang memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
(1) Menarik perhatian dan minat siswa.
(2) Meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara
konkrit yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme.
(3) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha
pengembangan nilai-nilai.
(4) Berguna dan berfungsi ganda.
(5) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat
sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitarnya.
Salah satu asas belajar menyatakan bahwa makin banyak media
pembelajaran (alat-peraga) dimanfaatkan secara tepat dalam
proses belajar mengajar, makin besar daya serap siswa terhadap
materi yang dipelajarinya.
Implikasi asas ini dalam proses belajar mengajar adalah bahwa
dalam pembelajaran guru wajib menggunakan berbagai jenis
media pembelajaran dan dimanfaatkannya secara tepat.
Memanfaatkan media secara tepat artinya dapat memilih alat
yang cocok dengan materi yang dibahas dan mendemonstrasikan
alat tersebut pada saat yang tepat sehingga dapat berfungsi
memperjelas informasi/konsep yang sedang dibicarakan.
35
36. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
Adapun sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana
cetak seperti: buku, brosur, majalah, surat kabar, poster,
lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan
lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat
dibedakan menjadi:
a. Lingkungan alam seperti bentang alam yang berupa gunung,
pegunungan, gunung api, plato, pantai laut dalam, sungai,
dan lain-lain.
b. Lingkungan sosial misalnya keluarga, rukun tetangga, desa,
kota, pasar, dan sebagainya.
c. Lingkungan budaya misalnya candi, adat istiadat dan
sebagainya.
Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber
belajar untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Pengambilan materi pelajaran dan sumber belajar sudah barang
tentu harus dipilih, disaring dan diselaraskan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
e. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan mentafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.
Kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian
antara lain:
• Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes.
• Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu:
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
• Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan
belajar sedang berlangsung, misalnya: mendengarkan,
observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja
siswa, memberikan tes.
• Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan
tujuan pembelajaran
36
37. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah
• Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya
pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa
tentang tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan
laporan kepada orang tua.
• Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan
kreativitas siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja,
hasil karya siswa, proyek (observasi), portofolio.
• Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan
peluang kepada siswa untuk menunjukkan apa yang
diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya.
• Tidak bersifat diskriminasi, yakni untuk memilih-milih
mana siswa yang berhasil dan mana yang gagal dalam
menerima pembelajaran.
B. Penyajian Silabus
Dalam menyajikan silabus, ada beberapa hal penting yang perlu
mendapat perhatian, yaitu: aspek keterbacaan, keterkaitan
antarkomponen, dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah
dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun
oleh guru lain yang akan menggunakannya. Penentuan format silabus
tidak dibakukan, guru bebas menentukan format mana yang akan
digunakannya. Banyak contoh format dapat disusun ketika guru
mengembangkan silabus.
Bagaimana Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Pengalaman
Belajar?
Dalam penyusunan pengalaman belajar perlu memperhatikan
Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan. Untuk mengetahui keluasan
atau kedalaman cakupan Kemampuan Dasar dapat digunakan jaringan
topik/tema/konsep. Kompetensi Dasar yang terlalu luas/dalam cakupan
materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pengalaman belajar.
Sedangkan Kompetensi Dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat
dijabarkan ke dalam satu pengalaman belajar. Beberapa cara yang
disarankan dalam menjabarkan Kompetensi Dasar menjadi pengalaman
belajar, yaitu:
37
38. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
1. Pengalaman belajar disusun berdasarkan atas satu tuntutan
Kompetensi secara utuh.
Kompetensi
Hasil Belajar Hasil Belajar
Indikator Indikator Indikator Indikator
Pengalaman belajar
• ……………………….
• ……………………….
Cara ini dilakukan apabila Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan
tidak terlalu luas atau tidak dalam cakupan materinya, sehingga
memungkinkan untuk menguraikannya dalam satu unit
pembelajaran.
2. Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih Hasil Belajar
dalam satu Kompetensi
Kompetensi
Hasil Belajar Hasil Belajar Hasil Belajar
Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator
Pengalaman belajar Pengalaman belajar
• ………………………. • ……………………….
• ………………………. • ……………………….
Apabila dalam satu Hasil Belajar keluasan dan kedalaman materi
pembelajarannya ternyata terlalu kompleks, maka dapat disusun
satu unit pembelajarannya. Atau seandainya memungkinkan dua
38
39. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah
Hasil Belajar yang tidak terlalu luas dan dalam tapi masih memiliki
kaitan materi, maka dapat disusun ke dalam satu unit pembelajaran.
3. Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih Indikator
dalam satu Kompetensi
Kompetensi
Hasil Belajar Hasil Belajar
Indikator Indikator Indikator Indikator
Pengalaman belajar Pengalaman belajar
• ……………………….
Pengalaman belajar • ……………………….
• ………………………. • ………………………. • ……………………….
• ……………………….
Cara ini ditempuh dengan berpedoman kepada Indikator hasil
belajar. Kadang satu indikator membutuhkan banyak waktu dalam
pembelajarannya, sehingga perlu dibuatkan dalam satu unit
pembelajaran yang utuh. Atau dapat pula terjadi beberapa Indikator
yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas atau dalam dibuatkan
dalam satu unit pembelajaran sekaligus.
C. Pembelajaran Tematis di Kelas I dan II
Pembelajaran tematis merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat
dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar
mengajar. Pembelajaran tematik hanya dijajarkan pada siswa sekolah dasar
kelas rendah (kelas 1 dan 2), karena pada umumnya mereka masih melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya
tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
39
40. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
1. Bagaimana Strategi Pembelajaran Tematis?
• Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi anak
• Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan,
anak tidak harus dilatih (drill), tetapi ia belajar melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal
dengan pembelajaran terpadu, dan pembelajarannya sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan anak
2. Apa Ciri-ciri Pembelajaran Tematis?
• Berpusat pada anak
• Memberikan pengalaman langsung pada anak
• Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
• Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran
• Bersifat fleksibel
• Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak
3. Keuntungan Pembelajaran Tematis
• Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak
• Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
• Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan
dan bermakna,
• Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi, dan
• Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
4. Peran Tema
• Anak mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu
• Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama
• Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan
40
41. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah
• Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan
mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak
• Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas
• Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi
dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis
deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata
pelajaran lain
• Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam
2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan
Contoh:
Pend. Kesenian:
• Melagukan nyanyian
“Bangun Tidur”
• Menggambar atau
Bahasa Indonesia: mewarnai
• Bercerita kegiatan
Matematika:
sehari-hari
• Menjumlah dan
• Menyimak cerita guru
DIRI SENDIRI: mengurang dikaitkan
• Membaca teks pendek
dengan kehidupan
• Menggambar dan
sehari-hari
menulis tentang
dirinya
Pendidikan Jasmani:
• Memahami kebersihan
diri dan berolahraga
5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematis
• Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan
belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh
• Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu mempertimbangkan
antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak
dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan
• Pilihlah tema yang terdekat dengan anak
• Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai
daripada tema
41
42. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah
6. Langkah-Langkah Menyusun Pembelajaran Tematis
• Pelajari kompetensi dasar pada kelas yang sama dari setiap mata
pelajaran
• Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-
kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester.
Pilihan Tema: Diri Sendiri; Keluarga; Lingkungan; Tempat Umum;
Pengalaman; Budi Pekerti; Kegemaran; Tumbuhan; Hiburan;
Binatang; Transportasi; Kesehatan; K3; Makanan; Pendidikan;
Pekerjaan; Peristiwa; Parawisata; Kejadian Sehari-hari; Pertanian;
Negara; Komunikasi
• Buatlah “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”.
Dalam langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan
kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok
dikembangkan dengan tema apa. Langkah ini dilakukan untuk
semua mata pelajaran. Perhatikan contoh!
• Buatlah pemetaan pembelajaran tematis. Pemetaan ini dapat
dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan topik. Dalam
pemetaan ini akan terlihat kaitan antara tema dengan
kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
• Susunlah silabus berdasarkan matriks/jaringan topik
pembelajaran tematis.
Catatan:
a. Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran yang telah
disepakati
b. Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan
kompetensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya:
• Mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik
• Membawa narasumber ke sekolah, misalnya polisi, dokter, pak pos,
tukang sayur, dan lain-lain.
• Memanfaatkan cerita dari buku atau majalah anak-anak.
c. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam
pembelajaran tematis dibuatkan silabus tersendiri.
42
44. Kutipan Pasal 44
Sanksi Pelanggaran Undang - undang Hak Cipta 1987
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta
rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah).