SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  44
Télécharger pour lire hors ligne
PELAYANAN PROFESIONAL
KURIKULUM 2004




PENGELOLAAN KURIKULUM
    DI TINGKAT SEKOLAH




      DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
               Jakarta, 2003
Katalog dalam Terbitan


Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian
dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional
         Pelayanan Profesional Kurikulum 2004
         Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah, - Jakarta:
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003
iv, 44 hal.


         ISBN 979-725-210-8




2
KATA PENGANTAR

Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja
pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang
demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang
cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta
mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Dalam pada itu, kinerja
pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap
aspek substantif yang mendukungnya, yakni kurikulum.

Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas telah menyiapkan seperangkat
kurikulum yang disebut dengan “Kurikulum 2004”. Sebelum kurikulum
ini diberlakukan secara nasional telah dilakukan rintisan pelaksanaan (pilot
mini) di beberapa sekolah kemudian dilanjutkan dengan perluasan rintisan
pelaksanaan di sejumlah sekolah yang lebih banyak. Rintisan dan perluasan
rintisan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan tentang kekuatan dan
kelemahan perangkat yang telah disusun sebagai bahan penyempurnaan.

Perangkat kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar, Standar Kompetensi
Bahan Kajian, dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Perangkat Kurikulum
2004 juga didukung oleh perangkat layanan profesional yang terdiri atas
(1) Pemahaman terhadap Kurikulum 2004, (2) Model Sistem Penyampaian
Kurikulum, (3) Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif, (4) Pengelolaan
Kurikulum di Tingkat Sekolah, (5) Model Pelatihan dan Pengembangan
Silabus.



                                                  Jakarta, November 2003
                                                  Kepala Pusat Kurikulum



                                                    Dr. H. Siskandar, MA




                                                                           3
DAFTAR ISI

BAB I.      PENDAHULUAN .......................................................................         5
            Rasional Perubahan Kurikulum ................................................               5

BAB II. PERUBAHAN YANG MENYERTAI KURIULUM 2004 ..............                                           7
        A. Perbandingan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 1994 ...                                        7
        B. Dampak Perubahan Kurikulum ..........................................                        9

BAB III. BAGAIMANA MELAKUKAN PENGELOLAAN KURIKULUM
         DI TINGKAT SEKOLAH? .......................................................                    12
         A. Pengertian Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ......                                  12
         B. Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi dan Pengelolaan
             Kurikulum di Tingkat Sekolah ............................................                  13
         C. Perencanaan dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat
             Sekolah ................................................................................   14
         D. Implikasi Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ........                                 22

BAB IV. BERBAGAI ASPEK YANG BERHUBUNGAN DENGAN
        PENGELOLAAN KURIKULUM DI SEKOLAH .........................                                      24
        A. Peran dan Tanggungjawab Sekolah dalam Pengelolaan
           Kurikulum ...........................................................................        24
        B. Berbagai Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan
           Kurikulum ...........................................................................        24

BAB V. LANGKAH-LANGKAH PENJABARAN KURIKULUM
       MENJADI SILABUS YANG DILAKUKAN DI TINGKAT
       SEKOLAH ..................................................................................       29
       A. Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus .............................                            29
       B. Penyajian Silabus ...............................................................             37
       C. Pembelajaran Tematis di Kelas I dan II .............................                          39




4
1            PENDAHULUAN


Rasional Perubahan Kurikulum

Pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang tadinya
bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi
pengelolaan pendidikan dengan dilakukannya penyempurnaan kurikulum
ini mengacu pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan
nasional dan pasal 35 ayat 1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan
dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan. Juga tuntutan globalisasi
dalam bidang pendidikan perlu dipertimbangkan agar hasil pendidikan
nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju.

Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan, mengingat mutu
pendidikan kita di segala jenjang dan satuan pendidikan terus merosot. Dari
berbagai analisis diyakini bahwa salah satu faktor penyebab masalah tersebut
adalah terpusatnya pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan
sehingga sering terjadi kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
kondisi daerah atau sekolah setempat.

Bentuk kebijakan dari desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah lahirnya
manajemen berbasis sekolah (MBS) di mana warga sekolah (kepala sekolah,
guru, karyawan, orangtua siswa, dan masyarakat) diberi kewenangan lebih
besar dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan pendidikan,
seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam arti penjabaran lebih lanjut
“Kurikulum Nasional” maupun pelaksanannya di sekolah.

Kewenangan sekolah dalam mengelola kurikulum ini diwujudkan pada
pengembangan silabus dan pelaksanaannya sebagai penjabaran kurikulum
nasional. Pengembangan silabus dan pelaksanaannya di sekolah disesuaikan


                                                                           5
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah.
Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk
merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan
pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses
belajar mengajar.

Dengan demikian, sekolah yang dikategorikan dapat mengelola kurikulum
sendiri tentu saja sekolah yang sudah mampu melakukan manajemen
berbasis sekolah karena telah memenuhi persyaratan sebagai sekolah yang
sudah mandiri, mampu mengembangkan program-program yang sesuai
dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya, memiliki fleksibilitas dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal, serta
sudah melibatkan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam
penyelenggaraan sekolah.

Suatu sekolah dikatakan telah mampu melaksanakan program MBS, antara
lain sekolah tersebut telah mandiri dalam program-program berikut:
perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, fasilitas, keuangan, kurikulum,
kesiswaan, hubungan sekolah dan masyarakat, serta iklim sekolah. Dengan
demikian, pengelolaan kurikulum dapat dilakukan dengan cara berbasis
sekolah jika sekolah tersebut telah memiliki syarat-syarat di atas. Dengan
melibatkan unsur masyarakat berati pula suatu sekolah telah siap dengan
manajemen transparansi/keterbukaan dan mau melaksanakan akuntabilitas
publik untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitas sekolah kepada
masyarakat. MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah
(efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, pemerataan, serta
akses pendidikan), sedangkan pengelolaan kurikulum di tingkat sekolah
dimaksudkan untuk mengembangkan isi kurikulum disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah dan daerah dengan tetap mengacu pada peningkatan
mutu pembelajaran sesuai dengan standar nasional.




6
2            PERUBAHAN YANG MENYERTAI
               KURIKULUM 2004


A. Perbandingan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 1994

   Perbedaan mendasar antara Kurikulum Berbasis Kompetensi atau
   Kurikulum 2004 dan Kurikulum 1994, terletak pada penguasaan
   kompetensi, yakni merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan,
   sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
   bertindak yang dilakukan secara konsisten. Sedangkan Kurikulum 1994
   meskipun telah menggabungkan ketiga ranah tersebut, tetapi ketiganya
   belum nampak dilakukan secara bersama-sama dan menjadi kebiasaan
   berpikir dan bertindak, apalagi kebiasaan yang dilakukan secara
   konsisten. Jadi, perbedaan utama keduanya adalah penekanan pada
   kompetensi dan latihan kompetensi yang dilakukan secara terus-
   menerus, serta pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

   Berikut contoh persamaan dan perbedaan antara Kurikulum 2004 dan
   Kurikulum 1994.

     Kurikulum Berbasis Kompetensi
                                                     Kurikulum 1994
           (Kurikulum 2004)
                                      Persamaan
   1. Pendidikan Dasar 9 Tahun             1. Pendidikan Dasar 9 Tahun

   2. Penekanan pada kemampuan        2. Penekanan pada kemampuan
      Membaca, Menulis, dan Berhitung    Membaca, Menulis, dan Berhitung

   3. Konsep-konsep dan Materi Pokok 3. Konsep-konsep dan Materi Pokok
      (esensial) pada setiap mata pelajaran (esensial) pada setiap mata pelajaran
      untuk mencapai kompetensi             untuk mencapai kompetensi

   4. Muatan Lokal                         4. Muatan Lokal

   5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran   5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran
      tetap 45 menit untuk SMP & MTs,         tetap 45 menit untuk SMP & MTs,
      SMA &MA, SMK & MAK                      SMA &MA, SMK & MAK



                                                                                   7
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah




         Kurikulum Berbasis Kompetensi
                                                          Kurikulum 1994
               (Kurikulum 2004)
                                           Perbedaan
      1. Pemberdayaan Sekolah dan               1. Sentralistik
         Daerah

      2. Memuat Standar Kompetensi              2. Tidak memuat Standar
                                                   Kompetensi

      3. Kegiatan pembiasaan perilaku           3. Tidak ada kegiatan pembiasaan
         terintegrasi dan terprogram               perilaku

      4. Pengenalan mata pelajaran              4. Belum ada mata pelajaran
         Teknologi dan Informasi                   Teknologi dan Informasi

      5. Penilaian Berbasis Kelas               5. Meskipun sudah disarankan di
                                                   dalam rambu-rambu untuk
                                                   melakukan penilaian berbasis
                                                   kelas, kenyataannya masih
                                                   didominasi penilaian pilihan
                                                   ganda

      6. Pendekatan Tematik di kelas I dan 6. Pendekatan Tematik di kelas I dan
         II SD & MI untuk memperhatikan       II SD & MI hanya disarankan
         kelompok usia dini

      7. Kesinambungan pemeringkatan            7. Tidak ada kesinambungan
         kompetensi bahan kajian dari              pemeringkatan kompetensi bahan
         kelas I sampai dengan kelas XII           kajian dari kelas I sampai dengan
                                                   kelas XII

      8. Diversifikasi: Kurikulum layanan       8. Tidak ada Diversifikasi:
         khusus dan standar internasional          Kurikulum layanan khusus dan
                                                   standar internasional

      9. Silabus disusun oleh daerah dan        9. Memberikan peluang kepada
         atau sekolah sesuai dengan                guru/sekolah/daerah untuk
         kebutuhan dan kemampuannya                mengembangkan potensinya
                                                   dalam bentuk program
                                                   penjabaran dan penyesuaian atau
                                                   melakukan analisis materi
                                                   pelajaran




8
Perubahan yang Menyertai Kurikulum 2004



B. Dampak Perubahan Kurikulum

   1. Pelaksanaan KBM Mengacu pada Kompetensi Individual Siswa
      Perubahan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004 yang berbasis
      kompetensi membawa konsekuensi pada perubahan pelaksanaan
      kegiatan belajar mengajar di kelas dengan penekanan pada
      pengembangan kompetensi setiap individual siswa. Artinya setiap
      siswa akan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk
      mendapatkan latihan mengembangkan kompetensi di setiap mata
      pelajaran, sehingga kompetensi itu dikuasai dan menjadi kebiasaan
      berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten. Dengan
      penekanan pada kompetensi berarti orientasi kegiatan belajar di
      kelas harus lebih banyak diberikan kepada siswa untuk lebih aktif
      belajar, aktif mencari informasi sendiri dan melakukan eksplorasi
      sendiri atau bersama teman dalam kegiatan belajar secara
      berpasangan atau berkelompok, belajar menggunakan beragam
      sumber belajar dari bahan cetak, media elektronika, maupun
      lingkungan. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berpusat pada
      aktivitas siswa karena merekalah yang nantinya diharapakan akan
      memiliki dan menguasai sejumlah kompetensi dalam semua mata
      pelajaran, sedangkan peran guru lebih banyak sebagai motivator
      dan fasilitator yang mempermudah siswa mendapatkan sumber
      belajar sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar secara
      optimal. Untuk menguasai berbagai kompetensi ini, guru harus
      menyadari bahwa siswa memerlukan banyak latihan atau praktik
      yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

   2. Penilaian Berbasis Kelas
      Pelaksanaan Kurikulum yang berbasis kompetensi ini menghendaki
      adanya perubahan kegiatan pembelajaran di kelas, baik dalam cara
      guru mengajar maupun dalam melakukan penilaian proses dan hasil
      belajar siswa. Dengan penekanan pada penguasaan kompetensi,
      maka jenis penilaian juga harus disesuaikan dengan kekhasan
      masing-masing kompetensi. Bentuk penilaian yang sama (model
      pilihan ganda) untuk menilai semua mata pelajaran yang selama
      ini digunakan oleh guru tidak bisa digunakan untuk menilai
      kompetensi yang beragam.


                                                                               9
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



           Ada beberapa tujuan penilaian dilakukan guru, antara lain untuk grading
           (membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan siswa
           lain dalam satu kelas), alat seleksi (memisahkan antara siswa yang masuk
           dalam kategori tertentu dan yang tidak, atau untuk menentukan seorang
           siswa dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu), menguasai kompetensi
           (menentukan apakah seorang siswa telah menguasai kompetensi
           tertentu atau belum), bimbingan (mengevaluasi hasil belajar siswa dalam
           rangka membantu siswa memahami dirinya, membuat keputusan yang
           harus dilakukan siswa, atau untuk menetapkan penjurusan), alat
           prediksi (mendapatkan informasi yang digunakan untuk memprediksi
           kinerja siswa pada pendidikan berikutnya) dan alat diagnosis (melihat
           kesulitan belajar atau dalam hal apa siswa memiliki prestasi untuk
           menentukan perlu remediasi atau pengayaan).

           Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas, jenis
           penilaian diagnosis, bimbingan, dan pencapaian penguasaan
           kompetensi harus menjadi perhatian utama guru pada setiap kali
           mengajar. Guru dituntut mampu melaksanakan penilaian mulai dari
           awal sampai akhir proses belajar mengajar. Untuk menilai
           sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja
           berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi
           yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance),
           penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja
           siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test).
           Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses yang dilakukan
           guru melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan sejumlah
           bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan,
           dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Jadi, peran
           penilaian berbasis kelas adalah memberikan masukan atau informasi
           secara komprehensif tentang hasil belajar siswa dilihat ketika
           kegiatan pembelajaran sedang berlangsung hingga hasil akhirnya
           dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan
           kompetensi yang diharapkan dicapai siswa.

     3. Diversifikasi Kurikulum
        Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
        tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai


10
Perubahan yang Menyertai Kurikulum 2004



pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2004 berisi seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional dan cara pencapaiannya
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah.

Dalam hal ini diversifikasi kurikulum diperlukan mengingat
keberagaman kemampuan siswa, daerah dan sekolah sehingga cara
penyampaian dan pencapaian kompetensi harus disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah, Jadi, pengertian
diversifikasi kurikulum adalah pelayanan pendidikan dengan cara
menyesuaikan, memperluas, dan memperdalam kompetensi dan
materi pelajaran dalam rangka untuk melayani keberagaman
penyelenggaraan satuan pendidikan, kebutuhan serta kemampuan
daerah dan sekolah ditinjau dari segi geografis, budaya, serta
kemampuan dan minat peserta didik. Diversifikasi kurikulum yang
melayani keberagaman kemampuan peserta didik ini dikelompokkan
ke dalam: normal, sedang, dan tinggi.

Diversifikasi kurikulum yang melayani minat peserta didik dan
kebutuhan daerah dirancang oleh daerah dan sekolah. Diversifikasi
kurikulum juga dilaksanakan untuk melayani peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena adanya kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Diversifikasi
kurikulum juga perlu dilaksanakan untuk melayani peserta didik
dari daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang
terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan
tidak mampu dari segi ekonomi.




                                                                       11
BAGAIMANA MELAKUKAN

     3           PENGELOLAAN KURIKULUM DI
                 TINGKAT SEKOLAH?


A. Pengertian Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah

     Telah dijelaskan pada bagian Pendahuluan bahwa sekolah yang mampu
     mengelola kurikulum sendiri harus memenuhi beberapa persyaratan,
     baik dari segi kesiapan sumber daya manusia dan sarana prasarananya,
     maupun dalam upayanya melibatkan warga sekolah dan masyarakat.
     Namun, tidak semua sekolah dapat dikategorikan mampu mengelola
     kurikulum sendiri. Jadi, pengelolaan kurikulum di sekolah dapat
     dilakukan jika sekolah sudah mampu mengelola kurikulum sendiri,
     yakni mampu mengembangkan dokumen kurikulum nasional untuk
     dijabarkan menjadi silabus, atau sekolah dengan semua sumber dayanya
     (kepala sekolah, guru-guru, dan sarana/prasarana) mampu
     mengembangkan silabus yang berstandar menjadi bahan ajar yang siap
     pakai di kelas. Pengertian siap pakai meliputi penguasaan metode
     mengajar, kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan dan
     penggunaan alat bantu dan sumber belajar, jenis-jenis penilaian yang
     sesuai dengan kompetensi yang dilatihkan, serta mampu memberikan
     kegiatan perbaikan dan pengayaan kepada siswa sesuai dengan
     kebutuhan masing-masing siswa.

     Kalau kita memperhatikan bagan berikut, dalam penyusunan kurikulum
     nasional ada sejumlah perangkat yang disusun sebagai kewenangan
     pusat, yaitu dari merumuskan landasan filosofis, rekonseptualisasi
     kurikulum, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian
     berbasis kelas, serta bentuk-bentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif
     dan efisien. Sementara kewenangan daerah ada pada pengelolaan
     kurikulum berbasis sekolah, yakni meliputi pengembangan silabus dari
     kurikulum nasional, menyeleksi materi sesuai dengan kebutuhan siswa
     dan daerah (diversifikasi), mengimplementasikan kurikulum, serta
     melakukan kegiatan pemantauannya.




12
Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?



                       Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

                     Konteks Pendidikan
                     Otonomi Daerah, Pembangunan Daerah,
                     Pembangunan Berkelanjutan, Kompetensi Standar,
                     Kehidupan Demokratis
                     Globalisasi, Perkembangan Ilmu & Teknologi
                     Informasi, Ekonomi Berbasis Pengetahuan, HAM



                    Landasan                                             Kurikulum
                                          Rekonseptualisasi
                    Filosofis                                             Berbasis
                                             Kurikulum
                    Pancasila                                            kompetensi
            PUSAT




                    Kompetensi                                            Kegiatan
                                              Penilaian
                        dan                                                Belajar
                                            Berbasis Kelas
                    Hasil Belajar                                         Mengajar
DAERAH




           Pengembangan           Seleksi materi          Implementasi         Pemantauan
              Silabus           (Berdiversivikasi)         Kurikulum           Kurikulum

                            Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah




B. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pengelolaan Kurikulum
   di Tingkat Sekolah

         Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang akan diberi nama
         Kurikulum 2004 merupakan perangkat rencana dan pengaturan
         tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa.
         Di dalamnya termasuk pelaksanaan dan cara penilaian kegiatan
         belajar mengajar, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan
         dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini
         berorientasi pada: 1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul
         pada diri siswa melalui serangkaian pengalaman belajar yang
         bermakna, dan 2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai
         kebutuhan siswa.


                                                                                                13
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



     Kurikulum 2004 ini merupakan kerangka inti yang memiliki perangkat
     penyerta lain, yang kita sebut sebagai model pelayanan profesional KBK:
     yaitu Model Sistem Penyampaian KBK, Model Penilaian Berbasis Kelas,
     Model Kegiatan Belajar Mengajar, dan Model Pengelolaan Kurikulum
     di Tingkat Sekolah.

     Model Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah (sebagai salah satu
     komponen atau perangkat Kurikulum 2004) menyajikan berbagai pola
     pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumberdaya lain di tingkat
     sekolah untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi
     pula dengan gagasan pembentukan tim pengembang silabus, cara
     pengembangan silabus dan bahan ajar, pembinaan profesional tenaga
     kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum. Dalam
     kaitannya dengan pengembangan silabus, juga dilakukan penetapan dan
     pengembangan materi yang diperlukan di sekolah, pelaksanaan
     kurikulum termasuk kegiatan intra dan ekstra kurikuler, dan
     pengembangan sistem pemantauan.


C. Perencanaan dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah

     Untuk dapat mengembangkan silabus sendiri, seperti telah disinggung
     di atas ada persyaratan yang harus dipenuhi seperti kekuatan apa saja
     yang dimiliki oleh suatu sekolah yang membuat keputusan untuk
     mengembangkan silabus sendiri. Apakah sekolah itu berada di bawah
     suatu yayasan atau dalam kelompok/gugus sekolah sehingga mereka
     bisa mengkoordinasikan sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan
     silabus bersama-sama, atau ada alasan lain. Berikut akan disajikan hal-
     hal yang harus dilakukan jika sekolah akan menjabarkan kurikulum
     nasional menjadi silabus.

     1. Identifikasi Kesiapan Sekolah
        Sekolah perlu melakukan identifikasi kesiapan, baik dari segi kekuatan
        maupun kelemahan yang dimilikinya. Dari segi kekuatan, misalnya
        sumber dana dan fasilitas lain tersedia, namun kelemahannya tidak
        semua yang terlibat dalam penyelenggaraan sekolah, yaitu guru-guru,
        karyawan sekolah, warga sekolah, dan komite sekolah sudah siap.


14
Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?



   Jadi, dalam hal ini setiap sekolah yang memutuskan untuk
   mengembangkan silabus sendiri harus melakukan identifikasi
   kesiapan yang menyangkut sumber daya manusia, finansial, sarana
   dan prasarana, dsb. Jika dari kesemua persyaratan yang dituntut
   tersebut, ternyata lebih banyak kelemahannya tentu saja sekolah itu
   belum layak kalau ingin mengembangkan silabus sendiri. Ini akan
   menyulitkan kerja kepala sekolah sebagai manajer sekolah jika
   keputusannya tidak bisa didukung oleh kemampuan dan kemauan
   semua pihak di sekolahnya.

2. Merencanakan Kegiatan di Tingkat Sekolah
   Jika hasil identifikasi kesiapan menunjukkan suatu sekolah mampu
   mengembangkan silabus sendiri, selanjutnya perlu dilakukan
   perencanaan dalam pelaksanaan langkah-langkah kegiatan,
   misalnya: mengatur pelaksanaan pelatihan dan pembinaan guru-
   guru, mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan pembinaan, pada
   jam sekolah atau menanti saat liburan sekolah, menyusun program
   sekolah, melakukan pemilihan materi, dsb. Berikut akan disajikan
   rincian penjelasannya:
   a. Mengatur pelaksanaan pelatihan/pembinaan
       • apakah semua guru perlu mendapatkan pelatihan untuk
            pengembangan silabus, apakah digilir dari guru kelas
            rendah, lalu diteruskan dengan guru-guru di kelas tinggi
       • berapa hari diperlukan untuk pelatihan
       • materi apa saja yang akan diberikan pada pelatihan tersebut,
       • bagaimana bentuk pelatihan (tatap muka, supervisi kelas,
            atau bentuk lainnya)
       • di mana tempatnya (di tingkat sekolah atau gugus sekolah)
       • kapan dilaksanakan (apakah pada jam sekolah atau pada
            saat libur sekolah?)
   b. Melakukan pemilihan materi sebelum pelaksanaan pelatihan?
       • pemetaan kompetensi tiap mata pelajaran
       • pembelajaran tematis di kelas I dan II
       • pemilihan materi esensial
       • penyusunan program semester dan program tahunan
       • penyusunan kegiatan ekstra kurikuler
       • kajiulang silabus yang telah dikembangkan


                                                                                 15
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



           c. Melakukan Pelatihan/Pembinaan Antarsekolah
              Pelatihan/pembinaan dapat dilakukan antarsekolah, misalnya
              sekolah-sekolah yang berada dalam satu kompleks. Di
              beberapa kota dapat dijumpai ada beberapa sekolah yang
              berada dalam satu kompleks, mereka dapat bergabung
              melakukan pelatihan, atau pelatihan pada sekolah-sekolah
              yang tergabung dalam satu gugus yakni melalui kegiatan KKG
              atau MGMP, atau jika sekolah swasta yang berada dalam
              yayasan tertentu, yayasan tersebut dapat melaksanakan
              pelatihan khusus untuk guru-guru yang berada di bawah
              yayasan tersebut. Selain dalam bentuk pelatihan, dapat pula
              dilakukan pembinaan dengan mengadakan kunjungan
              antarsekolah, terutama untuk sekolah-sekolah yang telah
              mendapatkan pelatihan penyusunan silabus dan telah pula
              menggunakannya dapat dikunjungi oleh guru-guru dari
              sekolah lain, agar mereka dapat berlajar langsung dari
              mengamati kbm, melihat dokumen yang telah dikembangkan,
              dan melakukan wawancara dengan guru-guru di sekolah
              tersebut menanyakan pengalaman dan berguru bagaimana
              mengembangkan silabus yang disesuaikan dengan kondisi
              dan kebutuhan sekolah.

     3. Implementasi Kurikulum yang telah Dijabarkan Menjadi Silabus
        Di Tingkat Sekolah
        Sebelum mengimplementasikan kurikulum baru, setiap sekolah
        perlu mempersiapkan diri, misalnya dengan memberikan jaminan
        bahwa guru-guru mampu melaksanakannya, misalnya mereka juga
        menyiapkan sejumlah bahan/perangkat yang diperlukan, seperti
        format-format (pengamatan, penilaian, pencatatan, dsb) pemetaan
        kompetensi dan materi untuk setiap mata pelajaran, serta
        menyiapkan sumber belajar dan alat bantu mengajarnya.

           Jika silabus dikembangkan di tingkat sekolah perlu dilakukan
           pemantauan dalam penyusunan silabus ini oleh pihak-pihak yang
           berwenang seperti pengawas, pihak dinas dari tingkat kecamatan
           hingga kabupaten/kota, juga pihak perguruan tinggi setempat untuk
           mengontrol standar mutu yang telah ditetapkan secara nasional.


16
Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?



4. Sistem Monitoring dan Pelaporan
   a. Bagaimana Memantau Proses Penyusunan dan Pelaksanaan
       Silabus?
       Jika sekolah telah memutuskan untuk menyusun silabusnya
       sendiri dengan persetujuan Kepala Dinas Pendidikan setempat,
       maka kepala sekolah, pengawas bersama-sama dengan Dinas
       perlu memantau proses penyusunan silabus yang sedang
       berlangsung. Dalam kaitan ini ada beberapa aspek yang pelu
       diperhatikan dalam pemantauan ini.
       1. Kelengkapan unsur penyusunan dan penunjangnya
           Dalam hal ini apakah pihak-pihak yang seharusnya terlibat
           dalam penyusunan silabus ini dapat berperan secara aktif.
           Bila unsur yang seharusnya datang namun berhalangan,
           apakah telah diatasi dengan baik. Pemantauan juga perlu
           dilakukan untuk mengetahui apakah sarana prasarana
           pendukung kegiatan penyusunan silabus ini memadai atau
           tidak seperti misalnya ruangan tidak panas, cukup
           penerangan, tidak banyak gangguan dari kebisingan,
           keramaian orang yang lalu lalang, dsb.
       2. Kelengkapan aspek yang harus disusun
           Dalam penyusunan silabus perlu dilihat apakah silabus
           tersebut telah merumuskan dengan jelas kegiatan
           pembelajarannya. Juga perlu dilihat apakah pembelajaran
           yang disusun/diformulasikan tersebut merupakan
           penjabaran sinergis dari aspek kompetensi dasar, indikator,
           dan materi pokok. Selain itu, dalam silabus hendaknya
           sudah tergambar metode belajar mengajar yang akan dipilih,
           alat bantu belajar, sumber belajar, serta bentuk-bentuk
           penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil kegiatan
           pembelajaran.
       3. Kejelasan Redaksional
           Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini
           antara lain:
           a) apakah bahasanya mudah dipahami, jelas, singkat, dan
                tidak menggunakan kosakata yang dapat menimbulkan
                makna ganda (ambigue).
           b) tidak menggunakan kata-kata asing, kecuali terpaksa


                                                                                  17
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



                        dan itu pun hanya bersifat penjelas saja yang ditulis
                        dalam tanda kurung.
                    c) kalimat disusun dengan kaidah bahasa yang benar dan
                        memperhatikan efektivitas berbahasa.
                 4. Kelayakan (feasibility) konsep-konsep yang terangkum
                    dalam kegiatan pembelajaran.
                    Kegiatan pembelajaran yang tersusun perlu ditinjau
                    kembali, apakah telah sesuai dengan tingkat perkembangan
                    anak (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar),
                    menggunakan alat bantu belajar yang terjangkau,
                    menggunakan buku sumber yang mudah diperoleh, serta
                    kegiatan pembelajaran tidak membahayakan siswa.
                 5. Pelaksanaan silabus yang telah tersusun menjadi kegitan
                    belajar mengajar di kelas
                    Apakah telah sesuai dengan yang direncanakan, misalnya
                    apa benar guru-guru melatihkan semua kompetensi yang
                    harus dikuasai siswa, bagaimana latihan dan praktek itu
                    dilaksanakan, apakah setiap siswa mendapatkan pelayanan
                    secara individual, apakah sistem evaluasi atau penilaian
                    sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, apakah guru
                    juga memberikan program remedial dan pengayaan, dsb.

           b. Bagaimana Agar Sesama Guru Dapat Saling Membantu?
              • Guru yang sudah menguasai/memahami silabus perlu
                 membagikan kemampuannya kepada guru lain yang belum
                 memahami dengan memberikan contoh-contoh pembelajaran.
              • Guru yang belum mampu/menguasai perlu secara proaktif
                 minta penjelasan beserta contoh-contoh pembelajaran yang
                 sesuai/benar kepada guru yang telah menguasai/mampu.
              • Mencari contoh kongkrit pembelajaran yang sesuai dengan
                 cara mengunjungi/mengobservasi kegiatan pembelajaran di
                 kelas yang diselenggarakan oleh guru yang telah menguasai/
                 mampu.
              • Selain itu, saat istirahat juga merupakan waktu yang tepat
                 bagi guru yang belum menguasai untuk bertanya atau minta
                 penjelasan kepada guru yang telah menguasai/mampu
                 tentang suatu hal yang belum dikuasainya.


18
Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?



c. Bagaimana Guru Mau Melakukan Koreksi Diri Sendiri?
   Guru dapat melakukan koreksi diri sendiri melalui penelitian
   sendiri tentang pelaksanaan pengajarannya. Tujuan melakukan
   penelitian sendiri ini untuk meningkatkan kualitas mengajarnya.
   Dalam bahasa ilmiah kegiatan penelitian semacam ini disebut
   “action research” (penelitian tindakan) yaitu kegiatan penelitian
   yang meneliti kegiatan belajar mengajarnya sendiri untuk melihat
   kekurangan dan kekuatan yang ada. Kekurangan dan kekuatan
   tersebut selanjutnya dijadikan umpan balik (feed-back), yang
   selanjutnya diolah untuk menentukan tindakan belajar mengajar
   selanjutnya yang lebih baik. Misalnya, dalam mengajarkan konsep
   atau pokok bahasan tertentu hasilnya kurang baik, ini perlu
   dianalisis: apakah metodenya kurang tepat, apakah
   pengorganisasian kelasnya tidak tepat, apakah alat bantunya
   kurang atau tidak memadai atau tidak tepat. Sebagai tindak
   lanjutnya, dalam mengajar berikutnya, aspek-aspek tersebut
   diperbaiki atau dilengkapi dan hasil belajarnya dicatat pula.

d. Bagaimana Memperoleh Umpan Balik dari Siswa?
   Dalam rangka memperoleh umpan balik terhadap kegiatan
   pembelajaran, siswa merupakan sumber informasi yang sangat
   penting, karena siswa sendiri berperan sebagai obyek sekaligus
   subyek dalam pembelajaran. Umpan balik ini dapat diperoleh
   melalui tanya jawab secara lisan dan tertulis (angket), Dalam
   hal ini, secara lisan guru dapat bertanya kepada siswa tentang
   sesuatu hal yang diperlukan guru misalnya apa kamu senang
   mengikuti pelajaran tadi, bagian mana yang menyenangkan,
   bagian mana yang tidak menyenangkan, bagian mana yang
   masih belum jelas, topik-topik apa yang kamu sukai, apa kamu
   senang berdiskusi? dsb. Sedangkan umpan balik yang diperoleh
   melalui angket pada prinsipnya sama dengan tanya jawab
   tersebut, bedanya dalam angket pertanyaan-pertanyaan ditulis
   dan jawaban siswa ditulis pula.

e. Bagaimana Pemandu Memonitor/Memantau Kelas?
   Pemandu perlu memonitor kegiatan pembelajaran di kelas
   untuk mengontrol tercapainya standar kompetensi yang telah


                                                                              19
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



                 ditetapkan dalam Kurikulum 2004 sehingga mutu sekolah dapat
                 dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Yang juga perlu
                 diketahui bahwa tujuan monitoring bukan untuk mencari
                 kesalahan guru, melainkan untuk memperbaiki program
                 mengajar guru sehingga dapat dilaksanakan KBM yang efektif
                 yaitu siswa menguasai kompetensi melalui kegiatan
                 pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

           f.    Bagaimana Melakukan Sistem Pelaporan?
                 Monitoring pengembangan dan pelaksanaan silabus di tingkat
                 sekolah ini dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan
                 petugas dari dinas diknas dari tingkat kecamatan maupun
                 kabupaten. Dapat pula ditambah oleh sesama guru, komite
                 sekolah, nara sumber di masyarakat, ahli dari perguruan tinggi,
                 yang kesemuannya ini dimaksudkan untuk membantu
                 memperbaiki kinerja guru dalam menguasai isi silabus, dan pada
                 gilirannya untuk menjaga standar mutu pendidikan yang kita
                 harapkan. Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
                 monitoring ini diharapkan membuat laporan yang ditujukan
                 kepada kepala sekolah untuk mereka yang berada di lingkup
                 sekolah. Sedangkan seperti kepala sekolah, pengawas, dan pihak
                 dinas membuat laporan kepada pihak atasannya. Laporan ini
                 diperlukan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan
                 silabus di masing-masing sekolah, sehingga dapat digunakan
                 untuk melakukan program perbaikan, baik yang akan dilakukan
                 di tingkat sekolah/yayasan maupun di tingkat gugus atau
                 kecamatan yang tersistem yang dilaksanakan oleh pihak dinas
                 diknas.

           g. Bagaimana Menyusun Program Tindak Lanjut?
              Dari hasil butir 1-5 di atas sebaiknya segera disusun program
              tindak lanjut yang tujuannya untuk memperbaiki atau
              meningkatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan program
              lainnya yang tengah berjalan. Dari butir 1-5 di atas, masing-
              masing dirumuskan masalahnya. Berdasarkan masalah-masalah
              yang telah teridentifikasi tersebut, selanjutnya dapat disusun
              program perbaikannya. Program tindak lanjut ini sebaiknya


20
Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?



        disusun oleh suatu tim yang terdiri dari kepala sekolah,
        pengawas, pihak dinas pendidikan, dan guru.

5. Sistem Komunikasi/Layanan Konsultasi
   a. Siapa yang Harus Menciptakan Sistem Komunikasi/Layanan
       Konsultasi?
       1. Komunikasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun
          berjenjang. Komunikasi secara langsung seperti pihak sekolah
          dengan pengawas. Sedangkan komunikasi berjenjang,
          misalnya dapat dilakukan antara pihak sekolah dengan dinas
          atau pusat (Depdiknas). Istilah lain dari layanan komunikasi
          ini adalah layanan konsultasi. Tujuan utama dari layanan
          konsultasi ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada
          sekolah atau pihak mana pun yang menggunakan Kurikulum
          2004 agar mampu melaksanakannya dengan efektif dan
          efisien. Dalam memberikan layanan konsultasi ini, sebaiknya
          dibentuk tim yang benar-benar dapat memberikan bantuan
          layanan, mereka boleh saja berasal dari ahli kurikulum dari
          Pusat, pihak Dinas Pendidikan dari tingkat Propinsi sampai
          Kecamatan, nara sumber dan ahli pendidikan dari perguruan
          tinggi setempat, serta para instruktur atau totor dari MGMP
          dan KKG. Berbagai unsur ini seyogyanya membentuk
          jaringan kerja (networking) agar mereka dapat bekerjasama
          dan saling membantu para guru di sekolah sehingga mereka
          mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang sesuai
          dengan kompetensi yang diinginkan dalam Kurikulum 2004.
       2. Jaringan komunikasi atau layanan konsultasi ini seyogyanya
          dibentuk oleh dinas pendidikan di tingkat propinsi,
          sehingga memperoleh legalitas yang memadai serta disegani
          oleh semua pihak yang terlibat termasuk para guru. Adapun
          yang menjadi penanggung jawab dari jaringan komunikasi
          ini sebaiknya juga dari pihak dinas khususnya bidang
          kurikulum. Fungsi jaringan ini akan lebih baik lagi jika telah
          memiliki Website, sehingga para guru dan pihak-pihak yang
          berkepentingan dapat mengakses langsung dengan mudah,
          murah, dan cepat. Melalui Website ini antarguru (baik dalam
          satu sekolah maupun dengan sekolah lain) dapat mencari


                                                                                  21
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



                 informasi dan berbagi pengalaman tentang pelaksanaan program
                 pembelajaran yang sesuai dengan maksud kompetensi dalam
                 Kurikulum 2004. Layanan konsultasi ini dapat dilakukan
                 antarsekolah dengan bantuan pengawas maupun dinas. Di sini
                 pihak pengawas dan dinas perlu menginformasikan tentang
                 sekolah yang telah dianggap bagus dalam melaksanakan
                 kurikulum berbasis kompetensi kepada sekolah-sekolah lain
                 yang masih dianggap kurang. Dengan demikian kepala sekolah
                 tidak akan ragu lagi untuk berkonsultasi dengan kepala sekolah
                 lain yang lebih tahu/bagus untuk membicarakan hal-hal yang
                 masih belum dipahami atau masalah yang dihadapi sekolahnya
                 berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum tersebut. Selain itu,
                 kepala sekolah juga dapat berkonsultasi langsung kepada
                 pengawas maupun pihak dinas pendidikan untuk minta bantuan
                 jika sekolahnya menghadapi masalah.

           b. Melalui apa saja Layanan Konsultasi ini dapat ditempuh?
              Selain Website, layanan konsultasi ini juga dapat ditempuh
              melalui jalur telepon. Untuk jalur telepon ini sebaiknya dipilih
              sekolah yang telah memiliki SDM yang lebih baik khususnya
              punya pemandu, telah ada beberapa guru yang telah mampu
              melaksanakan pengajaran sesuai dengan kurikulum baru, dan
              sekolah tersebut telah memiliki dokumen Kurikulum yang
              lengkap. Selain itu, layanan konsultasi ini dapat ditempuh
              melalui pertemuan-pertemuan, misalnya saat istirahat atau saat
              usai kegiatan belajar mengajar sekolah, atau saat pertemuan
              KKG/MGMP.


D. Implikasi Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah

     1. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum menjadi dinamis dengan
        pemecahan masalah yang secara langsung dapat ditangani pada
        tingkat sekolah
     2. Pengelolaan kurikulum sepenuhnya ditangani oleh sekolah sesuai
        dengan kemampuan dan kebutuhannya
     3. Tenaga-tenaga kependidikan yang potensial di sekolah dan daerah


22
Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah?



   dapat dilibatkan dalam penyusunan silabus, pelaksanaan, dan
   penilaiannya
4. Sumber-sumber daya pendidikan lainnya yang terdapat di sekolah
   dan daerah yang bersangkutan dapat dimanfaatkan untuk
   penyusunan silabus
5. Sumber-sumber informasi lain termasuk multimedia dapat
   dimanfaatkan untuk memperkaya penyusunan silabus dan
   pelaksanaannya




                                                                                23
BERBAGAI ASPEK YANG BERHUBUNGAN

     4          DENGAN PENGELOLAAN KURIKULUM
                DI SEKOLAH


A. Peran dan Tanggung Jawab Sekolah dalam Pengelolaan Kurikulum

     Dengan kewenangan sekolah dapat mengelola kurikulum sendiri, sebagai
     konsekuensinya sekolah memiliki peran dan tanggung jawab dalam
     penyelenggaraan pendidikan yang bermutu yang sesuai dengan harapan
     orangtua, masyarakat, dan negara.

     Untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, dan pelaksanaan
     Kurikulum 2004 serta implikasinya terhadap siswa dan sekolah;
     menentukan tahap dan administrasi pelaksanaan kurikulum, sekolah
     dapat berperan dan bertanggung jawab dalam meningkatkan
     komunikasi dengan berbagai pihak (guru-guru, karyawan sekolah,
     orangtua siswa, siswa, pihak akademis, komite sekolah, dan birokrat
     terkait). Bentuk peran dalam komunikasi ini, misalnya dalam
     menyusun silabus sendiri bersama staf sekolah, atau memohon
     bantuan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk menyusun silabus
     atau menggunakan model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau
     pihak lain; serta menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas
     yang lebih sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang
     telah ditetapkan sebelumnya.


B. Berbagai Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan
   Kurikulum

     1. Masalah Pendanaan
        Untuk keperluan pengembangan silabus sendiri tentu saja sekolah
        harus bisa mencari dana untuk pelatihan guru-guru, penyediaan
        sarana lain, pembinaan, dan sebagainya. Sekolah bisa menggali dana
        dari masyarakat melalui kemitraan dengan dunia usaha dan industri
        atau melalui kegiatan kemasyarakatan seperti mengadakan bazar
        dan pertunjukan kesenian.


24
Berbagai Aspek yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kurikulum di Sekolah



    Penggunaan dana yang diperoleh dari berbagai sumber harus dapat
    dipertanggungjawabkan kepada penyedia dana sesuai dengan
    peraturan yang berlaku mengenai hal tersebut.

2. Pembentukan Tim Pengembang Silabus
   Sekolah dipandang mampu mengelola kurikulum sendiri jika
   sekolah itu memiliki tim pengembang silabus yang dipilih
   berdasarkan kriteria tertentu. Biasanya sekolah-sekolah yang
   bernaung di bawah suatu yayasan dengan dikoordinir oleh yayasan,
   atau sekolah-sekolah yang berada di dalam satu gugus dapat
   membentuk tim pengembang silabus, Pembentukan tim
   pengembang atau penyusun silabus harus dilakukan terlebih
   dahulu untuk memenuhi kriteria mutu silabus yang dapat
   dipertanggungjawabkan. Anggota tim sebaiknya dipilih
   berdasarkan kriteria dan jika perlu tes tertentu yang dibuat secara
   khusus untuk menjaring orang yang memiliki kemampuan menjadi
   penyusun silabus.

    Pengembang yang direkrut sebagai anggota tim terdiri atas spesialis
    kurikulum, guru mata pelajaran, guru didaktik/metodik, guru yang
    menguasai penilaian, kepala sekolah, pengawas, komite sekolah atau
    perwakilan orangtua siswa yang bisa menjadi nara sumber. Dapat
    pula ditambah dengan staf profesional kantor dinas pendidikan dan
    nara sumber atau ahli mata pelajaran dari perguruan tinggi. Tim
    tersebut bertanggung jawab kepada kepala sekolah atau yayasan yang
    meminta bantuannya sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku
    di daerah masing-masing.

3. Penyusunan Silabus
   Dalam penyusunan silabus ini ada tahapan yang harus dilalui:
   • Perencanaan
       Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu
       perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan
       kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan
       silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan
       memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti
       multimedia dan akses internet.


                                                                                    25
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



           •     Pelaksanaan
                 Dalam penyusunan silabus perlu melakukan analisis terhadap
                 semua perangkat Kurikulum 2004, yakni dengan:
                 a. memahami keseluruhan konteks Kurikulum 2004, telaah
                     perangkat kebijakan yang mendeskripsikan hakikat,
                     struktur, dan pelaksanaannya
                 b. merumuskan tujuan pembelajaran dan menentukan materi
                     pelajaran dengan menggunakan perangkat Kurikulum 2004
                     yang memuat komponen: aspek dan subaspek mata pelajaran,
                     standar kompetensi per kelas, kompetensi dasar, hasil belajar,
                     indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pokok.
                 c. menentukan cara atau metode pembelajaran dengan mengacu
                     pada perangkat pelayanan profesional Kurikulum 2004: Model
                     Kegiatan Belajar Mengajar yang Efisien dan Efektif yang
                     mendeskripsikan model-model pembelajaran untuk siswa.
                 d. menentukan cara dan alat penilaian dengan mengacu pada
                     perangkat Penilaian Berbasis Kelas yang menyajikan dan
                     mendeskripsikan sistem penilaian yang sesuai dengan misi
                     Kurikulum 2004.

           Kesesuaian isi silabus ini ditetapkan oleh tim pengembang dengan
           memperhatikan desain, pendekatan, ruang lingkup, organisasi
           materi, organisasi pengalaman belajar, dan alokasi waktu yang sesuai
           dengan Kurikulum 2004 dan komponennya.
           • Perbaikan
              Buram silabus perlu dikajiulang sebelum digunakan dalam
              kegiatan pembelajaran. Para pengkaji dapat terdiri atas para
              spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik/metodik,
              ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah,
              pengawas, staf profesional kantor dinas pendidikan, nara
              sumber, perwakilan orangtua siswa, dan siswa itu sendiri.
           • Pemantapan
              Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan
              pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah
              memenuhi kriteria dengan cukup baik dapat segera disampaikan
              kepada Kepala sekolah atau ketua yayasan, serta komunitas
              sekolah lainnya.


26
Berbagai Aspek yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kurikulum di Sekolah



4. Penilaian Silabus
   Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan
   menggunakan model-model penilaian kurikulum yang selama ini
   sudah banyak digunakan oleh para ahli penilaian kurikulum.

    Salah satu model penilaian silabus yang dapat digunakan, yaitu
    model ‘kesesuaian’. Model ini sangat praktis untuk digunakan dalam
    penilaian silabus karena model ini diarahkan untuk menggali
    apakah semua pesan dalam silabus sudah dilaksanakan dalam
    kegiatan pembelajaran sesuai dengan harapannya? Penilaian
    terhadap silabus juga dimaksudkan untuk menggali kekuatan dan
    kelemahan silabus tersebut, baik dari segi kelayakan dokumen
    maupun implementasinya.

                             Model Pemetaan Kelayakan
                       Sekolah untuk Menyusun Silabus sendiri:

                                                                    KETERSEDIAAN
                            KRITERIA
                                                                  ADA           TIDAK ADA
    Tenaga pengembang silabus yang
    potensial

    Kemampuan menggali dana yang
    memadai

    Kemampuan untuk meningkatkan
    kapasitas

    Kepemimpinan kepala sekolah yang
    demokratis

    Prospek kemajuan sekolah di masa yang
    akan datang

    .................................

    ................................
    ....................................




                                                                                             27
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



     5. Yang Dilakukan Sekolah untuk Mengembangkan Silabus:
        • meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak (guru,
           karyawan sekolah, orangtua, siswa, pihak akademis, birokrat
           terkait) untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, pelaksanaan
           kurikulum berbasis kompetensi, dan implikasinya terhadap
           siswa dan sekolah
        • menetapkan tahap administrasi (persuratan/legalitas)
           pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, misalnya:
           menyusun silabus sendiri atau memohon bantuan dinas
           kabupaten/kota untuk menyusun silabus atau menggunakan
           model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau pihak lainnya
        • menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas yang lebih
           sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang telah
           ditetapkan sebelumnya.




28
LANGKAH-LANGKAH PENJABARAN

  5           KURIKULUM MENJADI SILABUS YANG
              DILAKUKAN DI TINGKAT SEKOLAH


A. Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus

   1. Komponen Silabus
      Silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan
      pembelajaran beserta penilaiannya. Oleh karena itu, silabus harus
      disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang
      saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi
      Dasar. Beberapa komponen silabus minimal yang dapat membantu
      dan memandu para guru dalam mengelola pembelajaran, antara lain:
      a. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
           Seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar
           mata pelajaran tertentu dalam satuan pendidikan. Standar ini
           merupakan kompetensi bidang pengembangan dan mata
           pelajaran per satuan pendidikan dan per kelas yang harus dicapai
           siswa selama satu tahun pelajaran.

       b. Kompetensi Dasar
          Rincian kompetensi dalam setiap aspek mata pelajaran yang
          harus dilatihkan kepada siswa sehingga kompetensi itu dapat
          dikuasai siswa dan guru dapat mengukur dan mengamati
          sejauhmana kompetensi tersebut sudah atau belum dikuasai
          siswa sehingga guru dapat melakukan kegiatan perbaikan dan
          pengayaan.

       c. Hasil Belajar
          Hasil belajar adalah pernyataan unjuk kerja yang diharapkan
          dikuasai siswa setelah mengalami pembelajaran dalam
          kompetensi tertentu.

       d. Indikator
          Indikator merupakan wujud Kompetensi Dasar yang lebih
          spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam satu Kompetensi


                                                                        29
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



                 Dasar sudah dapat dicapai oleh siswa, berarti target Kompetensi
                 Dasar tersebut sudah terpenuhi.

           e. Materi Pokok
              Merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian
              yang dapat berupa pengertian konseptual, gugus isi atau
              konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan.

     2. Pengalaman Belajar
         Pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus
        dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi
        dasar. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting
        artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.
        Selain itu, pendekatan pembelajaran yang bersifat spiral (mudah ke
        sukar; konkret ke abstrak, dekat ke jauh) juga memerlukan urutan
        pembelajaran yang terstruktur.

           Rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal
           mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
           pengalaman belajar siswa, yaitu: kegiatan siswa dan materi.
           Contoh:
           • Mengamati pertumbuhan tanaman berakar serabut


               Kegiatan siswa              materi



           • Menjelaskan pengaruh aktivitas gunung berapi terhadap kehidupan penduduk


               Kegiatan siswa              materi


           Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan
           kegiatan siswa dan materi pembelajaran sebagai berikut:
           a. Kegiatan Siswa
               Dalam memilih kegiatan siswa yang akan digunakan dalam
               pembelajaran sebaiknya dipertimbangkan hal-hal berikut ini:


30
Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah



•   Hendaknya memberikan peluang bagi siswa untuk mencari,
    mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah
    bimbingan guru.
•   Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam
    pengembangan ketrampilan dasar mata pelajaran yang
    bersangkutan. Misalnya observasi di lingkungan sekitar,
    penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, simulasi,
    wawancara dengan nara sumber, pengembangan teknologi,
    penggunaan peta dan foto, pemanfaatan kliping.
•   Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar
    yang tersedia.
•   Bervariasi dengan mengkombinasikan antara kegiatan
    belajar perseorangan, pasangan, kelompok, dan klasikal
•   Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual
    siswa seperti bakat, kemampuan, minat, latar belakang
    keluarga, sosial-ekonomi dan budaya, serta masalah khusus
    yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan program
pembelajaran yang dirancang untuk menggali potensi dan
pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensi dari
pembelajaran berbasis kompetensi ini, materi pembelajaran yang
dipilih haruslah yang bermakna, yakni yang memberikan
kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari dengan mengunakan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang telah dipelajarinya, sehingga siswa terhindar
dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian
kompetensi. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan tersebut

Agar siswa belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi
yang tepatguna, sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai
motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini
akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siswa akan
kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata siswa.
Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga


                                                                               31
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



                 materi pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan.
                 Guru harus punya sensitivitas yang tinggi untuk segera
                 mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan
                 siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari metodologi
                 pembelajaran baru yang lebih tepatguna.

                                       Tahapan Pembelajaran Bermakna
                                                                       ALOKASI
                                                                       WAKTU
                              PEMANASAN-APERSEPSI
                                 Tanya jawab tentang                   5 - 10 %
                             pengetahuan dan pengalaman


                                 EKSPLORASI                            25 - 30 %
                        Memperoleh/mencari informasi baru


                          KONSOLIDASI PEMBELAJARAN
                          Negosiasi dalam rangka pencapai              35 - 40 %
                                 pengetahuan baru



                     PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU
                       Pengetahuan diproses menjadi nilai,               10 %
                               sikap & perilaku



                                PENILAIAN FORMATIF                       10 %


                 PEMANASAN APERSEPSI
                 1. Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan
                    dipahami siswa.
                 2. Motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna
                    bagi siswa.
                 3. Siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang
                    baru.



32
Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah



   EKSPLORASI
   1. Materi/ketrampilan baru diperkenalkan.
   2. Kaitkan materi ini dengan pengetahuan yang sudah ada pada
      siswa.
   3. Cari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan
      penerimaan siswa akan materi baru tersebut.

   KONSOLIDASI PEMBELAJARAN
   1. Libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan
      memahami materi ajaran baru.
   2. Libatkan siswa secara aktif dalam problem solving.
   3. Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan
      antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/
      kehidupan di dalam lingkungan.
   4. Cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat
      terproses menjadi bagian dari pengetahuan siswa.

   PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU
   1. Siswa didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang
      dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
   2. Siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam
      kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang
      dipelajari.
   3. Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan
      pada sikap dan perilaku siswa.

   PENILAIAN FORMATIF
   1. Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran
      siswa.
   2. Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan
      atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihadapi
      guru.
   3. Cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan
      yang ingin dicapai.

b. Materi
   Agar penjabaran dan penyesuaian Kemampuan Dasar tidak


                                                                                  33
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



                 meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk
                 menseleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut antara
                 lain:
                 1) Sahih (Valid): Materi yang akan dituangkan dalam
                     pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan
                     kesahihannya, ini juga berkaitan dengan keaktualan materi,
                     sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak
                     ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk
                     pemahaman ke depan.
                 2) Tingkat Kepentingan (Significance): Dalam memilih materi
                     perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: Sejauh mana
                     materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di
                     mana dan mengapa penting?. Dengan demikian, materi yang
                     dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar
                     diperlukan oleh siswa.
                 3) Kebermanfaatan (utility): Manfaat harus dilihat dari semua
                     sisi, baik secara akademis maupun non akademis.
                     Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa
                     materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar
                     pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan
                     lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Bermanfaat
                     secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang
                     diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life
                     skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
                     hari
                 4) Layak dipelajari (learnability): Materinya memungkinkan
                     untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak
                     terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek
                     kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
                     setempat)
                 5) Menarik minat (interest): Materi yang dipilih hendaknya
                     menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk
                     mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan
                     kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan rasa
                     ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk
                     mengembangkan sendiri kemampuan mereka.



34
Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah



c. Alokasi Waktu
   Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang
   diperlukan untuk mempelajari satu materi pelajaran perlu
   ditentukan alokasi waktunya. Penentuan besarnya alokasi waktu
   ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi, serta
   tingkat kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan
   setempat.

d. Sarana dan Sumber Belajar
   Dalam proses belajar mengajar sarana pembelajaran sangat
   membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang
   dimaksud dengan sarana pembelajaran dalam uraian ini akan
   lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga.
   Sarana berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran.
   Oleh karena itu, hendaknya dipilih sarana yang memiliki ciri-
   ciri sebagai berikut:
   (1) Menarik perhatian dan minat siswa.
   (2) Meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara
        konkrit yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme.
   (3) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha
        pengembangan nilai-nilai.
   (4) Berguna dan berfungsi ganda.
   (5) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat
        sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitarnya.

    Salah satu asas belajar menyatakan bahwa makin banyak media
    pembelajaran (alat-peraga) dimanfaatkan secara tepat dalam
    proses belajar mengajar, makin besar daya serap siswa terhadap
    materi yang dipelajarinya.

    Implikasi asas ini dalam proses belajar mengajar adalah bahwa
    dalam pembelajaran guru wajib menggunakan berbagai jenis
    media pembelajaran dan dimanfaatkannya secara tepat.
    Memanfaatkan media secara tepat artinya dapat memilih alat
    yang cocok dengan materi yang dibahas dan mendemonstrasikan
    alat tersebut pada saat yang tepat sehingga dapat berfungsi
    memperjelas informasi/konsep yang sedang dibicarakan.


                                                                                   35
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



                 Adapun sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana
                 cetak seperti: buku, brosur, majalah, surat kabar, poster,
                 lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan
                 lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat
                 dibedakan menjadi:
                 a. Lingkungan alam seperti bentang alam yang berupa gunung,
                     pegunungan, gunung api, plato, pantai laut dalam, sungai,
                     dan lain-lain.
                 b. Lingkungan sosial misalnya keluarga, rukun tetangga, desa,
                     kota, pasar, dan sebagainya.
                 c. Lingkungan budaya misalnya candi, adat istiadat dan
                     sebagainya.

                 Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber
                 belajar untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
                 Pengambilan materi pelajaran dan sumber belajar sudah barang
                 tentu harus dipilih, disaring dan diselaraskan dengan tujuan
                 pembelajaran yang ingin dicapai.

           e. Penilaian
              Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
              menganalisis, dan mentafsirkan data tentang proses dan hasil
              belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
              berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
              dalam pengambilan keputusan.

                 Kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian
                 antara lain:
                 • Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes.
                 • Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu:
                     pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
                 • Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan
                     belajar sedang berlangsung, misalnya: mendengarkan,
                     observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja
                     siswa, memberikan tes.
                 • Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan
                     tujuan pembelajaran


36
Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah



           •   Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya
               pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa
               tentang tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan
               laporan kepada orang tua.
           •   Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan
               kreativitas siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja,
               hasil karya siswa, proyek (observasi), portofolio.
           •   Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan
               peluang kepada siswa untuk menunjukkan apa yang
               diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya.
           •   Tidak bersifat diskriminasi, yakni untuk memilih-milih
               mana siswa yang berhasil dan mana yang gagal dalam
               menerima pembelajaran.


B. Penyajian Silabus

   Dalam menyajikan silabus, ada beberapa hal penting yang perlu
   mendapat perhatian, yaitu: aspek keterbacaan, keterkaitan
   antarkomponen, dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah
   dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun
   oleh guru lain yang akan menggunakannya. Penentuan format silabus
   tidak dibakukan, guru bebas menentukan format mana yang akan
   digunakannya. Banyak contoh format dapat disusun ketika guru
   mengembangkan silabus.

   Bagaimana Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Pengalaman
   Belajar?
   Dalam penyusunan pengalaman belajar perlu memperhatikan
   Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan. Untuk mengetahui keluasan
   atau kedalaman cakupan Kemampuan Dasar dapat digunakan jaringan
   topik/tema/konsep. Kompetensi Dasar yang terlalu luas/dalam cakupan
   materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pengalaman belajar.
   Sedangkan Kompetensi Dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat
   dijabarkan ke dalam satu pengalaman belajar. Beberapa cara yang
   disarankan dalam menjabarkan Kompetensi Dasar menjadi pengalaman
   belajar, yaitu:


                                                                                          37
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



     1. Pengalaman belajar disusun berdasarkan atas satu tuntutan
        Kompetensi secara utuh.

                                                  Kompetensi


                                Hasil Belajar                      Hasil Belajar


                          Indikator        Indikator        Indikator       Indikator




                                           Pengalaman belajar
                                           • ……………………….
                                           • ……………………….



           Cara ini dilakukan apabila Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan
           tidak terlalu luas atau tidak dalam cakupan materinya, sehingga
           memungkinkan untuk menguraikannya dalam satu unit
           pembelajaran.

     2. Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih Hasil Belajar
        dalam satu Kompetensi
                                                       Kompetensi


                     Hasil Belajar                     Hasil Belajar                Hasil Belajar


              Indikator       Indikator         Indikator       Indikator     Indikator      Indikator




               Pengalaman belajar                              Pengalaman belajar
               • ……………………….                                    • ……………………….
               • ……………………….                                    • ……………………….



           Apabila dalam satu Hasil Belajar keluasan dan kedalaman materi
           pembelajarannya ternyata terlalu kompleks, maka dapat disusun
           satu unit pembelajarannya. Atau seandainya memungkinkan dua


38
Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah



       Hasil Belajar yang tidak terlalu luas dan dalam tapi masih memiliki
       kaitan materi, maka dapat disusun ke dalam satu unit pembelajaran.

   3. Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih Indikator
      dalam satu Kompetensi
                                             Kompetensi


                     Hasil Belajar                                 Hasil Belajar


              Indikator        Indikator                    Indikator         Indikator



                      Pengalaman belajar                     Pengalaman belajar
                      • ……………………….
         Pengalaman belajar                                  • ……………………….
         • ………………………. • ……………………….                           • ……………………….
         • ……………………….


       Cara ini ditempuh dengan berpedoman kepada Indikator hasil
       belajar. Kadang satu indikator membutuhkan banyak waktu dalam
       pembelajarannya, sehingga perlu dibuatkan dalam satu unit
       pembelajaran yang utuh. Atau dapat pula terjadi beberapa Indikator
       yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas atau dalam dibuatkan
       dalam satu unit pembelajaran sekaligus.


C. Pembelajaran Tematis di Kelas I dan II

   Pembelajaran tematis merupakan suatu strategi pembelajaran yang
   melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
   bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat
   dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar
   mengajar. Pembelajaran tematik hanya dijajarkan pada siswa sekolah dasar
   kelas rendah (kelas 1 dan 2), karena pada umumnya mereka masih melihat
   segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya
   tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.


                                                                                           39
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



     1. Bagaimana Strategi Pembelajaran Tematis?
        • Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi anak
        • Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan,
           anak tidak harus dilatih (drill), tetapi ia belajar melalui
           pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
           lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal
           dengan pembelajaran terpadu, dan pembelajarannya sesuai
           dengan kebutuhan dan perkembangan anak

     2. Apa Ciri-ciri Pembelajaran Tematis?
        • Berpusat pada anak
        • Memberikan pengalaman langsung pada anak
        • Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
        • Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
           proses pembelajaran
        • Bersifat fleksibel
        • Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
           kebutuhan anak

     3. Keuntungan Pembelajaran Tematis
        • Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat
           perkembangan dan kebutuhan anak
        • Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
        • Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan
           dan bermakna,
        • Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan
           permasalahan yang dihadapi, dan
        • Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama,
           toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

     4. Peran Tema
        • Anak mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
            tertentu
        • Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
            berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama
        • Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
            berkesan


40
Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah



       •   Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan
           mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak
       •   Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
           disajikan dalam konteks tema yang jelas
       •   Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi
           dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis
           deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan
           keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata
           pelajaran lain
       •   Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
           secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam
           2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk
           kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan

           Contoh:
                               Pend. Kesenian:
                           • Melagukan nyanyian
                             “Bangun Tidur”
                           • Menggambar atau
   Bahasa Indonesia:         mewarnai
• Bercerita kegiatan
                                                                    Matematika:
  sehari-hari
                                                               • Menjumlah dan
• Menyimak cerita guru
                                 DIRI SENDIRI:                   mengurang dikaitkan
• Membaca teks pendek
                                                                 dengan kehidupan
• Menggambar dan
                                                                 sehari-hari
  menulis tentang
  dirinya
                             Pendidikan Jasmani:
                           • Memahami kebersihan
                             diri dan berolahraga

   5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematis
      • Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan
          belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh
      • Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu mempertimbangkan
          antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak
          dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan
      • Pilihlah tema yang terdekat dengan anak
      • Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai
          daripada tema


                                                                                           41
Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah



     6. Langkah-Langkah Menyusun Pembelajaran Tematis
        • Pelajari kompetensi dasar pada kelas yang sama dari setiap mata
           pelajaran
        • Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-
           kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester.

           Pilihan Tema: Diri Sendiri; Keluarga; Lingkungan; Tempat Umum;
           Pengalaman; Budi Pekerti; Kegemaran; Tumbuhan; Hiburan;
           Binatang; Transportasi; Kesehatan; K3; Makanan; Pendidikan;
           Pekerjaan; Peristiwa; Parawisata; Kejadian Sehari-hari; Pertanian;
           Negara; Komunikasi
           • Buatlah “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”.
               Dalam langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan
               kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok
               dikembangkan dengan tema apa. Langkah ini dilakukan untuk
               semua mata pelajaran. Perhatikan contoh!
           • Buatlah pemetaan pembelajaran tematis. Pemetaan ini dapat
               dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan topik. Dalam
               pemetaan ini akan terlihat kaitan antara tema dengan
               kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
           • Susunlah silabus berdasarkan matriks/jaringan topik
               pembelajaran tematis.




Catatan:
a. Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran yang telah
    disepakati
b. Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan
    kompetensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya:
    • Mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik
    • Membawa narasumber ke sekolah, misalnya polisi, dokter, pak pos,
        tukang sayur, dan lain-lain.
    • Memanfaatkan cerita dari buku atau majalah anak-anak.
c. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam
    pembelajaran tematis dibuatkan silabus tersendiri.


42
NOTES:




         43
Kutipan Pasal 44
Sanksi Pelanggaran Undang - undang Hak Cipta 1987

1.   Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
     memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu,
     dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
     dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta
     rupiah).

2.   Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
     mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
     barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud
     dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
     (lima) tahun dan/atau paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima
     puluh juta rupiah).

Contenu connexe

Tendances

Dasar dasar penilaian di kelas dan kurikulum 2004
Dasar dasar penilaian di kelas dan kurikulum 2004Dasar dasar penilaian di kelas dan kurikulum 2004
Dasar dasar penilaian di kelas dan kurikulum 2004
Sulvica Restiawaty
 
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptxPPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
CindyCencen
 
2022-11-14 Paparan Sosialisasi SMK PK 2023-Dinas dan SMK.pdf
2022-11-14 Paparan Sosialisasi SMK PK 2023-Dinas dan SMK.pdf2022-11-14 Paparan Sosialisasi SMK PK 2023-Dinas dan SMK.pdf
2022-11-14 Paparan Sosialisasi SMK PK 2023-Dinas dan SMK.pdf
iswahyudi48
 
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASANPKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
NASuprawoto Sunardjo
 
Peran guru dalam supervisi pendidikan
Peran guru dalam supervisi pendidikanPeran guru dalam supervisi pendidikan
Peran guru dalam supervisi pendidikan
Indah Lestari
 

Tendances (20)

Panduan penilaian prestasi kerja guru
Panduan penilaian prestasi kerja guruPanduan penilaian prestasi kerja guru
Panduan penilaian prestasi kerja guru
 
PPT PMM.pptx
PPT PMM.pptxPPT PMM.pptx
PPT PMM.pptx
 
4. KI dan KD B.Indo Kelas XII K13 (Websiteedukasi.com).docx
4. KI dan KD B.Indo Kelas XII K13 (Websiteedukasi.com).docx4. KI dan KD B.Indo Kelas XII K13 (Websiteedukasi.com).docx
4. KI dan KD B.Indo Kelas XII K13 (Websiteedukasi.com).docx
 
Dasar dasar penilaian di kelas dan kurikulum 2004
Dasar dasar penilaian di kelas dan kurikulum 2004Dasar dasar penilaian di kelas dan kurikulum 2004
Dasar dasar penilaian di kelas dan kurikulum 2004
 
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptxPPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
PPT KURIKULUM MERDEKA DR. HENDRO_2022_pptx [Autosaved].pptx
 
PENILAIAN DAN PELAPORAN HASIL BELAJAR K-13
PENILAIAN DAN PELAPORAN HASIL BELAJAR K-13PENILAIAN DAN PELAPORAN HASIL BELAJAR K-13
PENILAIAN DAN PELAPORAN HASIL BELAJAR K-13
 
Landasan historis kurikulum
Landasan historis kurikulumLandasan historis kurikulum
Landasan historis kurikulum
 
LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI PELATIHAN MANDIRI PMM 7.docx
LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI PELATIHAN MANDIRI  PMM 7.docxLAPORAN PENGEMBANGAN DIRI PELATIHAN MANDIRI  PMM 7.docx
LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI PELATIHAN MANDIRI PMM 7.docx
 
Sumber belajar dan Pembelajaran
Sumber belajar dan PembelajaranSumber belajar dan Pembelajaran
Sumber belajar dan Pembelajaran
 
Pembelajaran terintegrasi
Pembelajaran terintegrasiPembelajaran terintegrasi
Pembelajaran terintegrasi
 
Laporan pengimbasan Literasi Numerasi Irwan Komara
Laporan pengimbasan Literasi Numerasi Irwan KomaraLaporan pengimbasan Literasi Numerasi Irwan Komara
Laporan pengimbasan Literasi Numerasi Irwan Komara
 
Panduan Rekomendasi Kegiatan Belajar IKM di PMM.pptx
Panduan Rekomendasi Kegiatan Belajar IKM di PMM.pptxPanduan Rekomendasi Kegiatan Belajar IKM di PMM.pptx
Panduan Rekomendasi Kegiatan Belajar IKM di PMM.pptx
 
Menulis Bahan dan Buku Ajar
Menulis Bahan dan Buku Ajar Menulis Bahan dan Buku Ajar
Menulis Bahan dan Buku Ajar
 
Test praktik perbuatan
Test praktik perbuatanTest praktik perbuatan
Test praktik perbuatan
 
2022-11-14 Paparan Sosialisasi SMK PK 2023-Dinas dan SMK.pdf
2022-11-14 Paparan Sosialisasi SMK PK 2023-Dinas dan SMK.pdf2022-11-14 Paparan Sosialisasi SMK PK 2023-Dinas dan SMK.pdf
2022-11-14 Paparan Sosialisasi SMK PK 2023-Dinas dan SMK.pdf
 
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
 
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASANPKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
PKPS - EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN
 
Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
Perbedaan Pembelajaran dan PengajaranPerbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
 
Peran guru dalam supervisi pendidikan
Peran guru dalam supervisi pendidikanPeran guru dalam supervisi pendidikan
Peran guru dalam supervisi pendidikan
 
PEMBELAJARAN TEMATIK PKN
PEMBELAJARAN TEMATIK PKNPEMBELAJARAN TEMATIK PKN
PEMBELAJARAN TEMATIK PKN
 

En vedette (13)

Pelaksanaan KBK
Pelaksanaan KBKPelaksanaan KBK
Pelaksanaan KBK
 
KTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWKTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAW
 
ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN
ANALISIS STANDAR PENGELOLAANANALISIS STANDAR PENGELOLAAN
ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN
 
Paparan ringkas kurikulum 2013
Paparan ringkas kurikulum 2013Paparan ringkas kurikulum 2013
Paparan ringkas kurikulum 2013
 
Makalah pengelolaan pendidikan
Makalah pengelolaan pendidikanMakalah pengelolaan pendidikan
Makalah pengelolaan pendidikan
 
asas asas-kurikulum(3)
asas asas-kurikulum(3)asas asas-kurikulum(3)
asas asas-kurikulum(3)
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Ppt kurikulum & pembelajaran
Ppt kurikulum & pembelajaranPpt kurikulum & pembelajaran
Ppt kurikulum & pembelajaran
 
PENGELOLAAN KURIKULUM
PENGELOLAAN KURIKULUM PENGELOLAAN KURIKULUM
PENGELOLAAN KURIKULUM
 
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulumPpt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
 
Presentasi pengembangan kurikulum
Presentasi pengembangan kurikulumPresentasi pengembangan kurikulum
Presentasi pengembangan kurikulum
 
Kurikulum & pembelajaran (ppt)
Kurikulum & pembelajaran (ppt)Kurikulum & pembelajaran (ppt)
Kurikulum & pembelajaran (ppt)
 
Power point pengembangan kurikulum dan pembelajaran
Power point pengembangan kurikulum dan pembelajaranPower point pengembangan kurikulum dan pembelajaran
Power point pengembangan kurikulum dan pembelajaran
 

Similaire à KBK 05. pengelolaan kurikulum di sekolah

Kbk 02. sistem penyampaian kurikulum
Kbk 02. sistem penyampaian kurikulumKbk 02. sistem penyampaian kurikulum
Kbk 02. sistem penyampaian kurikulum
Jasmin Jasin
 
Kbk 03. pengembangan silabus
Kbk 03. pengembangan silabusKbk 03. pengembangan silabus
Kbk 03. pengembangan silabus
Jasmin Jasin
 
01 kurikulum-berbasis-kompetensi
01 kurikulum-berbasis-kompetensi01 kurikulum-berbasis-kompetensi
01 kurikulum-berbasis-kompetensi
Agil Aditya
 
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
An Rachma
 
KBK 04. KBM yang efektif
KBK 04. KBM yang efektifKBK 04. KBM yang efektif
KBK 04. KBM yang efektif
Jasmin Jasin
 
Kbk sma a. ekonomi
Kbk sma a. ekonomiKbk sma a. ekonomi
Kbk sma a. ekonomi
Jasmin Jasin
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
Freddy Indra
 

Similaire à KBK 05. pengelolaan kurikulum di sekolah (20)

Kbk 02. sistem penyampaian kurikulum
Kbk 02. sistem penyampaian kurikulumKbk 02. sistem penyampaian kurikulum
Kbk 02. sistem penyampaian kurikulum
 
Kbk 03. pengembangan silabus
Kbk 03. pengembangan silabusKbk 03. pengembangan silabus
Kbk 03. pengembangan silabus
 
KTSP 2008
KTSP 2008KTSP 2008
KTSP 2008
 
01 kurikulum-berbasis-kompetensi
01 kurikulum-berbasis-kompetensi01 kurikulum-berbasis-kompetensi
01 kurikulum-berbasis-kompetensi
 
laporan evaluasi kurikulum.docx
laporan evaluasi kurikulum.docxlaporan evaluasi kurikulum.docx
laporan evaluasi kurikulum.docx
 
Kbk 06. penilaian
Kbk 06. penilaianKbk 06. penilaian
Kbk 06. penilaian
 
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
 
Diklat perangkat pembelajaran
Diklat perangkat pembelajaranDiklat perangkat pembelajaran
Diklat perangkat pembelajaran
 
KBK 04. KBM yang efektif
KBK 04. KBM yang efektifKBK 04. KBM yang efektif
KBK 04. KBM yang efektif
 
Kbm yang-efektif
Kbm yang-efektifKbm yang-efektif
Kbm yang-efektif
 
Kajian kebijakan kur sd
Kajian kebijakan kur sdKajian kebijakan kur sd
Kajian kebijakan kur sd
 
Kbk sma a. ekonomi
Kbk sma a. ekonomiKbk sma a. ekonomi
Kbk sma a. ekonomi
 
060 model ips_trpd
060 model ips_trpd060 model ips_trpd
060 model ips_trpd
 
Kurikulum tahun 1994 baru
Kurikulum tahun 1994 baruKurikulum tahun 1994 baru
Kurikulum tahun 1994 baru
 
KURIKULUM KEL 6 QANITA NAZWA.pdf
KURIKULUM KEL 6 QANITA NAZWA.pdfKURIKULUM KEL 6 QANITA NAZWA.pdf
KURIKULUM KEL 6 QANITA NAZWA.pdf
 
IPA KELOMPOK 6.pptx
IPA KELOMPOK 6.pptxIPA KELOMPOK 6.pptx
IPA KELOMPOK 6.pptx
 
2. kurikulum dan pembelajaran
2. kurikulum dan pembelajaran2. kurikulum dan pembelajaran
2. kurikulum dan pembelajaran
 
KBK 2004
KBK 2004KBK 2004
KBK 2004
 
Model pendidikan-kecakapan-hidup
Model pendidikan-kecakapan-hidupModel pendidikan-kecakapan-hidup
Model pendidikan-kecakapan-hidup
 
Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikanTeknologi pendidikan
Teknologi pendidikan
 

Plus de Jasmin Jasin

Michigan curriculumframework
Michigan curriculumframeworkMichigan curriculumframework
Michigan curriculumframework
Jasmin Jasin
 
Kbk sma c. pendidikan agama kristen
Kbk sma c. pendidikan agama kristenKbk sma c. pendidikan agama kristen
Kbk sma c. pendidikan agama kristen
Jasmin Jasin
 
Kbk sma b. pendidikan agama katolik
Kbk sma b. pendidikan agama katolikKbk sma b. pendidikan agama katolik
Kbk sma b. pendidikan agama katolik
Jasmin Jasin
 
Kbk sma a. pendidikan agama islam
Kbk sma a. pendidikan agama islamKbk sma a. pendidikan agama islam
Kbk sma a. pendidikan agama islam
Jasmin Jasin
 
Kbk sma e. pendidikan agama buddha
Kbk sma e. pendidikan agama buddhaKbk sma e. pendidikan agama buddha
Kbk sma e. pendidikan agama buddha
Jasmin Jasin
 
Kbk sma d. pendidikan agama hindu
Kbk sma d. pendidikan agama hinduKbk sma d. pendidikan agama hindu
Kbk sma d. pendidikan agama hindu
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 14. biologi
Kbk sma 14. biologiKbk sma 14. biologi
Kbk sma 14. biologi
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 12. fisika
Kbk sma 12. fisikaKbk sma 12. fisika
Kbk sma 12. fisika
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 11. sosiologi
Kbk sma 11. sosiologiKbk sma 11. sosiologi
Kbk sma 11. sosiologi
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 09. geografi
Kbk sma 09. geografiKbk sma 09. geografi
Kbk sma 09. geografi
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 08. sejarah
Kbk sma 08. sejarahKbk sma 08. sejarah
Kbk sma 08. sejarah
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 07. pendidikan jasmani
Kbk sma 07. pendidikan jasmaniKbk sma 07. pendidikan jasmani
Kbk sma 07. pendidikan jasmani
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 06. kesenian
Kbk sma 06. kesenianKbk sma 06. kesenian
Kbk sma 06. kesenian
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 05. matematika
Kbk sma 05. matematikaKbk sma 05. matematika
Kbk sma 05. matematika
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 04. bahasa inggris
Kbk sma 04. bahasa inggrisKbk sma 04. bahasa inggris
Kbk sma 04. bahasa inggris
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesiaKbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 02. pendidikan kewarganegaraan
Kbk sma 02. pendidikan kewarganegaraanKbk sma 02. pendidikan kewarganegaraan
Kbk sma 02. pendidikan kewarganegaraan
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 16. keterampilan
Kbk sma 16. keterampilanKbk sma 16. keterampilan
Kbk sma 16. keterampilan
Jasmin Jasin
 
Kbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & kKbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & k
Jasmin Jasin
 

Plus de Jasmin Jasin (20)

Michigan curriculumframework
Michigan curriculumframeworkMichigan curriculumframework
Michigan curriculumframework
 
Kbk sma c. pendidikan agama kristen
Kbk sma c. pendidikan agama kristenKbk sma c. pendidikan agama kristen
Kbk sma c. pendidikan agama kristen
 
Kbk sma b. pendidikan agama katolik
Kbk sma b. pendidikan agama katolikKbk sma b. pendidikan agama katolik
Kbk sma b. pendidikan agama katolik
 
Kbk sma a. pendidikan agama islam
Kbk sma a. pendidikan agama islamKbk sma a. pendidikan agama islam
Kbk sma a. pendidikan agama islam
 
Kbk sma e. pendidikan agama buddha
Kbk sma e. pendidikan agama buddhaKbk sma e. pendidikan agama buddha
Kbk sma e. pendidikan agama buddha
 
Kbk sma d. pendidikan agama hindu
Kbk sma d. pendidikan agama hinduKbk sma d. pendidikan agama hindu
Kbk sma d. pendidikan agama hindu
 
Kbk sma 14. biologi
Kbk sma 14. biologiKbk sma 14. biologi
Kbk sma 14. biologi
 
Kbk sma 13. kimia
Kbk sma 13. kimiaKbk sma 13. kimia
Kbk sma 13. kimia
 
Kbk sma 12. fisika
Kbk sma 12. fisikaKbk sma 12. fisika
Kbk sma 12. fisika
 
Kbk sma 11. sosiologi
Kbk sma 11. sosiologiKbk sma 11. sosiologi
Kbk sma 11. sosiologi
 
Kbk sma 09. geografi
Kbk sma 09. geografiKbk sma 09. geografi
Kbk sma 09. geografi
 
Kbk sma 08. sejarah
Kbk sma 08. sejarahKbk sma 08. sejarah
Kbk sma 08. sejarah
 
Kbk sma 07. pendidikan jasmani
Kbk sma 07. pendidikan jasmaniKbk sma 07. pendidikan jasmani
Kbk sma 07. pendidikan jasmani
 
Kbk sma 06. kesenian
Kbk sma 06. kesenianKbk sma 06. kesenian
Kbk sma 06. kesenian
 
Kbk sma 05. matematika
Kbk sma 05. matematikaKbk sma 05. matematika
Kbk sma 05. matematika
 
Kbk sma 04. bahasa inggris
Kbk sma 04. bahasa inggrisKbk sma 04. bahasa inggris
Kbk sma 04. bahasa inggris
 
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesiaKbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
Kbk sma 03. bahasa & sastra indonesia
 
Kbk sma 02. pendidikan kewarganegaraan
Kbk sma 02. pendidikan kewarganegaraanKbk sma 02. pendidikan kewarganegaraan
Kbk sma 02. pendidikan kewarganegaraan
 
Kbk sma 16. keterampilan
Kbk sma 16. keterampilanKbk sma 16. keterampilan
Kbk sma 16. keterampilan
 
Kbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & kKbk sma 15. t i & k
Kbk sma 15. t i & k
 

Dernier

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Dernier (20)

Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 

KBK 05. pengelolaan kurikulum di sekolah

  • 1. PELAYANAN PROFESIONAL KURIKULUM 2004 PENGELOLAAN KURIKULUM DI TINGKAT SEKOLAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, 2003
  • 2. Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah, - Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2003 iv, 44 hal. ISBN 979-725-210-8 2
  • 3. KATA PENGANTAR Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Dalam pada itu, kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek substantif yang mendukungnya, yakni kurikulum. Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas telah menyiapkan seperangkat kurikulum yang disebut dengan “Kurikulum 2004”. Sebelum kurikulum ini diberlakukan secara nasional telah dilakukan rintisan pelaksanaan (pilot mini) di beberapa sekolah kemudian dilanjutkan dengan perluasan rintisan pelaksanaan di sejumlah sekolah yang lebih banyak. Rintisan dan perluasan rintisan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan tentang kekuatan dan kelemahan perangkat yang telah disusun sebagai bahan penyempurnaan. Perangkat kurikulum 2004 terdiri atas Kerangka Dasar, Standar Kompetensi Bahan Kajian, dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Perangkat Kurikulum 2004 juga didukung oleh perangkat layanan profesional yang terdiri atas (1) Pemahaman terhadap Kurikulum 2004, (2) Model Sistem Penyampaian Kurikulum, (3) Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif, (4) Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah, (5) Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus. Jakarta, November 2003 Kepala Pusat Kurikulum Dr. H. Siskandar, MA 3
  • 4. DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 5 Rasional Perubahan Kurikulum ................................................ 5 BAB II. PERUBAHAN YANG MENYERTAI KURIULUM 2004 .............. 7 A. Perbandingan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 1994 ... 7 B. Dampak Perubahan Kurikulum .......................................... 9 BAB III. BAGAIMANA MELAKUKAN PENGELOLAAN KURIKULUM DI TINGKAT SEKOLAH? ....................................................... 12 A. Pengertian Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ...... 12 B. Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ............................................ 13 C. Perencanaan dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ................................................................................ 14 D. Implikasi Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ........ 22 BAB IV. BERBAGAI ASPEK YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGELOLAAN KURIKULUM DI SEKOLAH ......................... 24 A. Peran dan Tanggungjawab Sekolah dalam Pengelolaan Kurikulum ........................................................................... 24 B. Berbagai Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Kurikulum ........................................................................... 24 BAB V. LANGKAH-LANGKAH PENJABARAN KURIKULUM MENJADI SILABUS YANG DILAKUKAN DI TINGKAT SEKOLAH .................................................................................. 29 A. Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus ............................. 29 B. Penyajian Silabus ............................................................... 37 C. Pembelajaran Tematis di Kelas I dan II ............................. 39 4
  • 5. 1 PENDAHULUAN Rasional Perubahan Kurikulum Pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang tadinya bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan dilakukannya penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 ayat 1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan. Juga tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan perlu dipertimbangkan agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju. Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan, mengingat mutu pendidikan kita di segala jenjang dan satuan pendidikan terus merosot. Dari berbagai analisis diyakini bahwa salah satu faktor penyebab masalah tersebut adalah terpusatnya pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan sehingga sering terjadi kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi daerah atau sekolah setempat. Bentuk kebijakan dari desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah lahirnya manajemen berbasis sekolah (MBS) di mana warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, orangtua siswa, dan masyarakat) diberi kewenangan lebih besar dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam arti penjabaran lebih lanjut “Kurikulum Nasional” maupun pelaksanannya di sekolah. Kewenangan sekolah dalam mengelola kurikulum ini diwujudkan pada pengembangan silabus dan pelaksanaannya sebagai penjabaran kurikulum nasional. Pengembangan silabus dan pelaksanaannya di sekolah disesuaikan 5
  • 6. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Dengan demikian, sekolah yang dikategorikan dapat mengelola kurikulum sendiri tentu saja sekolah yang sudah mampu melakukan manajemen berbasis sekolah karena telah memenuhi persyaratan sebagai sekolah yang sudah mandiri, mampu mengembangkan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya, memiliki fleksibilitas dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal, serta sudah melibatkan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah. Suatu sekolah dikatakan telah mampu melaksanakan program MBS, antara lain sekolah tersebut telah mandiri dalam program-program berikut: perencanaan dan evaluasi, ketenagaan, fasilitas, keuangan, kurikulum, kesiswaan, hubungan sekolah dan masyarakat, serta iklim sekolah. Dengan demikian, pengelolaan kurikulum dapat dilakukan dengan cara berbasis sekolah jika sekolah tersebut telah memiliki syarat-syarat di atas. Dengan melibatkan unsur masyarakat berati pula suatu sekolah telah siap dengan manajemen transparansi/keterbukaan dan mau melaksanakan akuntabilitas publik untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitas sekolah kepada masyarakat. MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, pemerataan, serta akses pendidikan), sedangkan pengelolaan kurikulum di tingkat sekolah dimaksudkan untuk mengembangkan isi kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan daerah dengan tetap mengacu pada peningkatan mutu pembelajaran sesuai dengan standar nasional. 6
  • 7. 2 PERUBAHAN YANG MENYERTAI KURIKULUM 2004 A. Perbandingan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 1994 Perbedaan mendasar antara Kurikulum Berbasis Kompetensi atau Kurikulum 2004 dan Kurikulum 1994, terletak pada penguasaan kompetensi, yakni merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten. Sedangkan Kurikulum 1994 meskipun telah menggabungkan ketiga ranah tersebut, tetapi ketiganya belum nampak dilakukan secara bersama-sama dan menjadi kebiasaan berpikir dan bertindak, apalagi kebiasaan yang dilakukan secara konsisten. Jadi, perbedaan utama keduanya adalah penekanan pada kompetensi dan latihan kompetensi yang dilakukan secara terus- menerus, serta pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh persamaan dan perbedaan antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 1994. Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum 1994 (Kurikulum 2004) Persamaan 1. Pendidikan Dasar 9 Tahun 1. Pendidikan Dasar 9 Tahun 2. Penekanan pada kemampuan 2. Penekanan pada kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung Membaca, Menulis, dan Berhitung 3. Konsep-konsep dan Materi Pokok 3. Konsep-konsep dan Materi Pokok (esensial) pada setiap mata pelajaran (esensial) pada setiap mata pelajaran untuk mencapai kompetensi untuk mencapai kompetensi 4. Muatan Lokal 4. Muatan Lokal 5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran 5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran tetap 45 menit untuk SMP & MTs, tetap 45 menit untuk SMP & MTs, SMA &MA, SMK & MAK SMA &MA, SMK & MAK 7
  • 8. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum 1994 (Kurikulum 2004) Perbedaan 1. Pemberdayaan Sekolah dan 1. Sentralistik Daerah 2. Memuat Standar Kompetensi 2. Tidak memuat Standar Kompetensi 3. Kegiatan pembiasaan perilaku 3. Tidak ada kegiatan pembiasaan terintegrasi dan terprogram perilaku 4. Pengenalan mata pelajaran 4. Belum ada mata pelajaran Teknologi dan Informasi Teknologi dan Informasi 5. Penilaian Berbasis Kelas 5. Meskipun sudah disarankan di dalam rambu-rambu untuk melakukan penilaian berbasis kelas, kenyataannya masih didominasi penilaian pilihan ganda 6. Pendekatan Tematik di kelas I dan 6. Pendekatan Tematik di kelas I dan II SD & MI untuk memperhatikan II SD & MI hanya disarankan kelompok usia dini 7. Kesinambungan pemeringkatan 7. Tidak ada kesinambungan kompetensi bahan kajian dari pemeringkatan kompetensi bahan kelas I sampai dengan kelas XII kajian dari kelas I sampai dengan kelas XII 8. Diversifikasi: Kurikulum layanan 8. Tidak ada Diversifikasi: khusus dan standar internasional Kurikulum layanan khusus dan standar internasional 9. Silabus disusun oleh daerah dan 9. Memberikan peluang kepada atau sekolah sesuai dengan guru/sekolah/daerah untuk kebutuhan dan kemampuannya mengembangkan potensinya dalam bentuk program penjabaran dan penyesuaian atau melakukan analisis materi pelajaran 8
  • 9. Perubahan yang Menyertai Kurikulum 2004 B. Dampak Perubahan Kurikulum 1. Pelaksanaan KBM Mengacu pada Kompetensi Individual Siswa Perubahan Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi membawa konsekuensi pada perubahan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan penekanan pada pengembangan kompetensi setiap individual siswa. Artinya setiap siswa akan mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan latihan mengembangkan kompetensi di setiap mata pelajaran, sehingga kompetensi itu dikuasai dan menjadi kebiasaan berpikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten. Dengan penekanan pada kompetensi berarti orientasi kegiatan belajar di kelas harus lebih banyak diberikan kepada siswa untuk lebih aktif belajar, aktif mencari informasi sendiri dan melakukan eksplorasi sendiri atau bersama teman dalam kegiatan belajar secara berpasangan atau berkelompok, belajar menggunakan beragam sumber belajar dari bahan cetak, media elektronika, maupun lingkungan. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berpusat pada aktivitas siswa karena merekalah yang nantinya diharapakan akan memiliki dan menguasai sejumlah kompetensi dalam semua mata pelajaran, sedangkan peran guru lebih banyak sebagai motivator dan fasilitator yang mempermudah siswa mendapatkan sumber belajar sehingga mereka dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal. Untuk menguasai berbagai kompetensi ini, guru harus menyadari bahwa siswa memerlukan banyak latihan atau praktik yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. 2. Penilaian Berbasis Kelas Pelaksanaan Kurikulum yang berbasis kompetensi ini menghendaki adanya perubahan kegiatan pembelajaran di kelas, baik dalam cara guru mengajar maupun dalam melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dengan penekanan pada penguasaan kompetensi, maka jenis penilaian juga harus disesuaikan dengan kekhasan masing-masing kompetensi. Bentuk penilaian yang sama (model pilihan ganda) untuk menilai semua mata pelajaran yang selama ini digunakan oleh guru tidak bisa digunakan untuk menilai kompetensi yang beragam. 9
  • 10. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Ada beberapa tujuan penilaian dilakukan guru, antara lain untuk grading (membedakan kedudukan hasil kerja siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam satu kelas), alat seleksi (memisahkan antara siswa yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak, atau untuk menentukan seorang siswa dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu), menguasai kompetensi (menentukan apakah seorang siswa telah menguasai kompetensi tertentu atau belum), bimbingan (mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dirinya, membuat keputusan yang harus dilakukan siswa, atau untuk menetapkan penjurusan), alat prediksi (mendapatkan informasi yang digunakan untuk memprediksi kinerja siswa pada pendidikan berikutnya) dan alat diagnosis (melihat kesulitan belajar atau dalam hal apa siswa memiliki prestasi untuk menentukan perlu remediasi atau pengayaan). Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas, jenis penilaian diagnosis, bimbingan, dan pencapaian penguasaan kompetensi harus menjadi perhatian utama guru pada setiap kali mengajar. Guru dituntut mampu melaksanakan penilaian mulai dari awal sampai akhir proses belajar mengajar. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses yang dilakukan guru melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Jadi, peran penilaian berbasis kelas adalah memberikan masukan atau informasi secara komprehensif tentang hasil belajar siswa dilihat ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung hingga hasil akhirnya dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dicapai siswa. 3. Diversifikasi Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai 10
  • 11. Perubahan yang Menyertai Kurikulum 2004 pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2004 berisi seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah. Dalam hal ini diversifikasi kurikulum diperlukan mengingat keberagaman kemampuan siswa, daerah dan sekolah sehingga cara penyampaian dan pencapaian kompetensi harus disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah, Jadi, pengertian diversifikasi kurikulum adalah pelayanan pendidikan dengan cara menyesuaikan, memperluas, dan memperdalam kompetensi dan materi pelajaran dalam rangka untuk melayani keberagaman penyelenggaraan satuan pendidikan, kebutuhan serta kemampuan daerah dan sekolah ditinjau dari segi geografis, budaya, serta kemampuan dan minat peserta didik. Diversifikasi kurikulum yang melayani keberagaman kemampuan peserta didik ini dikelompokkan ke dalam: normal, sedang, dan tinggi. Diversifikasi kurikulum yang melayani minat peserta didik dan kebutuhan daerah dirancang oleh daerah dan sekolah. Diversifikasi kurikulum juga dilaksanakan untuk melayani peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena adanya kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Diversifikasi kurikulum juga perlu dilaksanakan untuk melayani peserta didik dari daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. 11
  • 12. BAGAIMANA MELAKUKAN 3 PENGELOLAAN KURIKULUM DI TINGKAT SEKOLAH? A. Pengertian Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Telah dijelaskan pada bagian Pendahuluan bahwa sekolah yang mampu mengelola kurikulum sendiri harus memenuhi beberapa persyaratan, baik dari segi kesiapan sumber daya manusia dan sarana prasarananya, maupun dalam upayanya melibatkan warga sekolah dan masyarakat. Namun, tidak semua sekolah dapat dikategorikan mampu mengelola kurikulum sendiri. Jadi, pengelolaan kurikulum di sekolah dapat dilakukan jika sekolah sudah mampu mengelola kurikulum sendiri, yakni mampu mengembangkan dokumen kurikulum nasional untuk dijabarkan menjadi silabus, atau sekolah dengan semua sumber dayanya (kepala sekolah, guru-guru, dan sarana/prasarana) mampu mengembangkan silabus yang berstandar menjadi bahan ajar yang siap pakai di kelas. Pengertian siap pakai meliputi penguasaan metode mengajar, kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan dan penggunaan alat bantu dan sumber belajar, jenis-jenis penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang dilatihkan, serta mampu memberikan kegiatan perbaikan dan pengayaan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Kalau kita memperhatikan bagan berikut, dalam penyusunan kurikulum nasional ada sejumlah perangkat yang disusun sebagai kewenangan pusat, yaitu dari merumuskan landasan filosofis, rekonseptualisasi kurikulum, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian berbasis kelas, serta bentuk-bentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sementara kewenangan daerah ada pada pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, yakni meliputi pengembangan silabus dari kurikulum nasional, menyeleksi materi sesuai dengan kebutuhan siswa dan daerah (diversifikasi), mengimplementasikan kurikulum, serta melakukan kegiatan pemantauannya. 12
  • 13. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah? Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Konteks Pendidikan Otonomi Daerah, Pembangunan Daerah, Pembangunan Berkelanjutan, Kompetensi Standar, Kehidupan Demokratis Globalisasi, Perkembangan Ilmu & Teknologi Informasi, Ekonomi Berbasis Pengetahuan, HAM Landasan Kurikulum Rekonseptualisasi Filosofis Berbasis Kurikulum Pancasila kompetensi PUSAT Kompetensi Kegiatan Penilaian dan Belajar Berbasis Kelas Hasil Belajar Mengajar DAERAH Pengembangan Seleksi materi Implementasi Pemantauan Silabus (Berdiversivikasi) Kurikulum Kurikulum Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah B. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang akan diberi nama Kurikulum 2004 merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa. Di dalamnya termasuk pelaksanaan dan cara penilaian kegiatan belajar mengajar, serta pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada: 1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri siswa melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan 2) keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai kebutuhan siswa. 13
  • 14. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Kurikulum 2004 ini merupakan kerangka inti yang memiliki perangkat penyerta lain, yang kita sebut sebagai model pelayanan profesional KBK: yaitu Model Sistem Penyampaian KBK, Model Penilaian Berbasis Kelas, Model Kegiatan Belajar Mengajar, dan Model Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah. Model Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah (sebagai salah satu komponen atau perangkat Kurikulum 2004) menyajikan berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumberdaya lain di tingkat sekolah untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan tim pengembang silabus, cara pengembangan silabus dan bahan ajar, pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum. Dalam kaitannya dengan pengembangan silabus, juga dilakukan penetapan dan pengembangan materi yang diperlukan di sekolah, pelaksanaan kurikulum termasuk kegiatan intra dan ekstra kurikuler, dan pengembangan sistem pemantauan. C. Perencanaan dan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Untuk dapat mengembangkan silabus sendiri, seperti telah disinggung di atas ada persyaratan yang harus dipenuhi seperti kekuatan apa saja yang dimiliki oleh suatu sekolah yang membuat keputusan untuk mengembangkan silabus sendiri. Apakah sekolah itu berada di bawah suatu yayasan atau dalam kelompok/gugus sekolah sehingga mereka bisa mengkoordinasikan sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan silabus bersama-sama, atau ada alasan lain. Berikut akan disajikan hal- hal yang harus dilakukan jika sekolah akan menjabarkan kurikulum nasional menjadi silabus. 1. Identifikasi Kesiapan Sekolah Sekolah perlu melakukan identifikasi kesiapan, baik dari segi kekuatan maupun kelemahan yang dimilikinya. Dari segi kekuatan, misalnya sumber dana dan fasilitas lain tersedia, namun kelemahannya tidak semua yang terlibat dalam penyelenggaraan sekolah, yaitu guru-guru, karyawan sekolah, warga sekolah, dan komite sekolah sudah siap. 14
  • 15. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah? Jadi, dalam hal ini setiap sekolah yang memutuskan untuk mengembangkan silabus sendiri harus melakukan identifikasi kesiapan yang menyangkut sumber daya manusia, finansial, sarana dan prasarana, dsb. Jika dari kesemua persyaratan yang dituntut tersebut, ternyata lebih banyak kelemahannya tentu saja sekolah itu belum layak kalau ingin mengembangkan silabus sendiri. Ini akan menyulitkan kerja kepala sekolah sebagai manajer sekolah jika keputusannya tidak bisa didukung oleh kemampuan dan kemauan semua pihak di sekolahnya. 2. Merencanakan Kegiatan di Tingkat Sekolah Jika hasil identifikasi kesiapan menunjukkan suatu sekolah mampu mengembangkan silabus sendiri, selanjutnya perlu dilakukan perencanaan dalam pelaksanaan langkah-langkah kegiatan, misalnya: mengatur pelaksanaan pelatihan dan pembinaan guru- guru, mengalokasikan waktu untuk pelatihan dan pembinaan, pada jam sekolah atau menanti saat liburan sekolah, menyusun program sekolah, melakukan pemilihan materi, dsb. Berikut akan disajikan rincian penjelasannya: a. Mengatur pelaksanaan pelatihan/pembinaan • apakah semua guru perlu mendapatkan pelatihan untuk pengembangan silabus, apakah digilir dari guru kelas rendah, lalu diteruskan dengan guru-guru di kelas tinggi • berapa hari diperlukan untuk pelatihan • materi apa saja yang akan diberikan pada pelatihan tersebut, • bagaimana bentuk pelatihan (tatap muka, supervisi kelas, atau bentuk lainnya) • di mana tempatnya (di tingkat sekolah atau gugus sekolah) • kapan dilaksanakan (apakah pada jam sekolah atau pada saat libur sekolah?) b. Melakukan pemilihan materi sebelum pelaksanaan pelatihan? • pemetaan kompetensi tiap mata pelajaran • pembelajaran tematis di kelas I dan II • pemilihan materi esensial • penyusunan program semester dan program tahunan • penyusunan kegiatan ekstra kurikuler • kajiulang silabus yang telah dikembangkan 15
  • 16. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah c. Melakukan Pelatihan/Pembinaan Antarsekolah Pelatihan/pembinaan dapat dilakukan antarsekolah, misalnya sekolah-sekolah yang berada dalam satu kompleks. Di beberapa kota dapat dijumpai ada beberapa sekolah yang berada dalam satu kompleks, mereka dapat bergabung melakukan pelatihan, atau pelatihan pada sekolah-sekolah yang tergabung dalam satu gugus yakni melalui kegiatan KKG atau MGMP, atau jika sekolah swasta yang berada dalam yayasan tertentu, yayasan tersebut dapat melaksanakan pelatihan khusus untuk guru-guru yang berada di bawah yayasan tersebut. Selain dalam bentuk pelatihan, dapat pula dilakukan pembinaan dengan mengadakan kunjungan antarsekolah, terutama untuk sekolah-sekolah yang telah mendapatkan pelatihan penyusunan silabus dan telah pula menggunakannya dapat dikunjungi oleh guru-guru dari sekolah lain, agar mereka dapat berlajar langsung dari mengamati kbm, melihat dokumen yang telah dikembangkan, dan melakukan wawancara dengan guru-guru di sekolah tersebut menanyakan pengalaman dan berguru bagaimana mengembangkan silabus yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. 3. Implementasi Kurikulum yang telah Dijabarkan Menjadi Silabus Di Tingkat Sekolah Sebelum mengimplementasikan kurikulum baru, setiap sekolah perlu mempersiapkan diri, misalnya dengan memberikan jaminan bahwa guru-guru mampu melaksanakannya, misalnya mereka juga menyiapkan sejumlah bahan/perangkat yang diperlukan, seperti format-format (pengamatan, penilaian, pencatatan, dsb) pemetaan kompetensi dan materi untuk setiap mata pelajaran, serta menyiapkan sumber belajar dan alat bantu mengajarnya. Jika silabus dikembangkan di tingkat sekolah perlu dilakukan pemantauan dalam penyusunan silabus ini oleh pihak-pihak yang berwenang seperti pengawas, pihak dinas dari tingkat kecamatan hingga kabupaten/kota, juga pihak perguruan tinggi setempat untuk mengontrol standar mutu yang telah ditetapkan secara nasional. 16
  • 17. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah? 4. Sistem Monitoring dan Pelaporan a. Bagaimana Memantau Proses Penyusunan dan Pelaksanaan Silabus? Jika sekolah telah memutuskan untuk menyusun silabusnya sendiri dengan persetujuan Kepala Dinas Pendidikan setempat, maka kepala sekolah, pengawas bersama-sama dengan Dinas perlu memantau proses penyusunan silabus yang sedang berlangsung. Dalam kaitan ini ada beberapa aspek yang pelu diperhatikan dalam pemantauan ini. 1. Kelengkapan unsur penyusunan dan penunjangnya Dalam hal ini apakah pihak-pihak yang seharusnya terlibat dalam penyusunan silabus ini dapat berperan secara aktif. Bila unsur yang seharusnya datang namun berhalangan, apakah telah diatasi dengan baik. Pemantauan juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sarana prasarana pendukung kegiatan penyusunan silabus ini memadai atau tidak seperti misalnya ruangan tidak panas, cukup penerangan, tidak banyak gangguan dari kebisingan, keramaian orang yang lalu lalang, dsb. 2. Kelengkapan aspek yang harus disusun Dalam penyusunan silabus perlu dilihat apakah silabus tersebut telah merumuskan dengan jelas kegiatan pembelajarannya. Juga perlu dilihat apakah pembelajaran yang disusun/diformulasikan tersebut merupakan penjabaran sinergis dari aspek kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Selain itu, dalam silabus hendaknya sudah tergambar metode belajar mengajar yang akan dipilih, alat bantu belajar, sumber belajar, serta bentuk-bentuk penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil kegiatan pembelajaran. 3. Kejelasan Redaksional Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini antara lain: a) apakah bahasanya mudah dipahami, jelas, singkat, dan tidak menggunakan kosakata yang dapat menimbulkan makna ganda (ambigue). b) tidak menggunakan kata-kata asing, kecuali terpaksa 17
  • 18. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah dan itu pun hanya bersifat penjelas saja yang ditulis dalam tanda kurung. c) kalimat disusun dengan kaidah bahasa yang benar dan memperhatikan efektivitas berbahasa. 4. Kelayakan (feasibility) konsep-konsep yang terangkum dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang tersusun perlu ditinjau kembali, apakah telah sesuai dengan tingkat perkembangan anak (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar), menggunakan alat bantu belajar yang terjangkau, menggunakan buku sumber yang mudah diperoleh, serta kegiatan pembelajaran tidak membahayakan siswa. 5. Pelaksanaan silabus yang telah tersusun menjadi kegitan belajar mengajar di kelas Apakah telah sesuai dengan yang direncanakan, misalnya apa benar guru-guru melatihkan semua kompetensi yang harus dikuasai siswa, bagaimana latihan dan praktek itu dilaksanakan, apakah setiap siswa mendapatkan pelayanan secara individual, apakah sistem evaluasi atau penilaian sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, apakah guru juga memberikan program remedial dan pengayaan, dsb. b. Bagaimana Agar Sesama Guru Dapat Saling Membantu? • Guru yang sudah menguasai/memahami silabus perlu membagikan kemampuannya kepada guru lain yang belum memahami dengan memberikan contoh-contoh pembelajaran. • Guru yang belum mampu/menguasai perlu secara proaktif minta penjelasan beserta contoh-contoh pembelajaran yang sesuai/benar kepada guru yang telah menguasai/mampu. • Mencari contoh kongkrit pembelajaran yang sesuai dengan cara mengunjungi/mengobservasi kegiatan pembelajaran di kelas yang diselenggarakan oleh guru yang telah menguasai/ mampu. • Selain itu, saat istirahat juga merupakan waktu yang tepat bagi guru yang belum menguasai untuk bertanya atau minta penjelasan kepada guru yang telah menguasai/mampu tentang suatu hal yang belum dikuasainya. 18
  • 19. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah? c. Bagaimana Guru Mau Melakukan Koreksi Diri Sendiri? Guru dapat melakukan koreksi diri sendiri melalui penelitian sendiri tentang pelaksanaan pengajarannya. Tujuan melakukan penelitian sendiri ini untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Dalam bahasa ilmiah kegiatan penelitian semacam ini disebut “action research” (penelitian tindakan) yaitu kegiatan penelitian yang meneliti kegiatan belajar mengajarnya sendiri untuk melihat kekurangan dan kekuatan yang ada. Kekurangan dan kekuatan tersebut selanjutnya dijadikan umpan balik (feed-back), yang selanjutnya diolah untuk menentukan tindakan belajar mengajar selanjutnya yang lebih baik. Misalnya, dalam mengajarkan konsep atau pokok bahasan tertentu hasilnya kurang baik, ini perlu dianalisis: apakah metodenya kurang tepat, apakah pengorganisasian kelasnya tidak tepat, apakah alat bantunya kurang atau tidak memadai atau tidak tepat. Sebagai tindak lanjutnya, dalam mengajar berikutnya, aspek-aspek tersebut diperbaiki atau dilengkapi dan hasil belajarnya dicatat pula. d. Bagaimana Memperoleh Umpan Balik dari Siswa? Dalam rangka memperoleh umpan balik terhadap kegiatan pembelajaran, siswa merupakan sumber informasi yang sangat penting, karena siswa sendiri berperan sebagai obyek sekaligus subyek dalam pembelajaran. Umpan balik ini dapat diperoleh melalui tanya jawab secara lisan dan tertulis (angket), Dalam hal ini, secara lisan guru dapat bertanya kepada siswa tentang sesuatu hal yang diperlukan guru misalnya apa kamu senang mengikuti pelajaran tadi, bagian mana yang menyenangkan, bagian mana yang tidak menyenangkan, bagian mana yang masih belum jelas, topik-topik apa yang kamu sukai, apa kamu senang berdiskusi? dsb. Sedangkan umpan balik yang diperoleh melalui angket pada prinsipnya sama dengan tanya jawab tersebut, bedanya dalam angket pertanyaan-pertanyaan ditulis dan jawaban siswa ditulis pula. e. Bagaimana Pemandu Memonitor/Memantau Kelas? Pemandu perlu memonitor kegiatan pembelajaran di kelas untuk mengontrol tercapainya standar kompetensi yang telah 19
  • 20. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah ditetapkan dalam Kurikulum 2004 sehingga mutu sekolah dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Yang juga perlu diketahui bahwa tujuan monitoring bukan untuk mencari kesalahan guru, melainkan untuk memperbaiki program mengajar guru sehingga dapat dilaksanakan KBM yang efektif yaitu siswa menguasai kompetensi melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. f. Bagaimana Melakukan Sistem Pelaporan? Monitoring pengembangan dan pelaksanaan silabus di tingkat sekolah ini dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan petugas dari dinas diknas dari tingkat kecamatan maupun kabupaten. Dapat pula ditambah oleh sesama guru, komite sekolah, nara sumber di masyarakat, ahli dari perguruan tinggi, yang kesemuannya ini dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja guru dalam menguasai isi silabus, dan pada gilirannya untuk menjaga standar mutu pendidikan yang kita harapkan. Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan monitoring ini diharapkan membuat laporan yang ditujukan kepada kepala sekolah untuk mereka yang berada di lingkup sekolah. Sedangkan seperti kepala sekolah, pengawas, dan pihak dinas membuat laporan kepada pihak atasannya. Laporan ini diperlukan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan silabus di masing-masing sekolah, sehingga dapat digunakan untuk melakukan program perbaikan, baik yang akan dilakukan di tingkat sekolah/yayasan maupun di tingkat gugus atau kecamatan yang tersistem yang dilaksanakan oleh pihak dinas diknas. g. Bagaimana Menyusun Program Tindak Lanjut? Dari hasil butir 1-5 di atas sebaiknya segera disusun program tindak lanjut yang tujuannya untuk memperbaiki atau meningkatkan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan program lainnya yang tengah berjalan. Dari butir 1-5 di atas, masing- masing dirumuskan masalahnya. Berdasarkan masalah-masalah yang telah teridentifikasi tersebut, selanjutnya dapat disusun program perbaikannya. Program tindak lanjut ini sebaiknya 20
  • 21. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah? disusun oleh suatu tim yang terdiri dari kepala sekolah, pengawas, pihak dinas pendidikan, dan guru. 5. Sistem Komunikasi/Layanan Konsultasi a. Siapa yang Harus Menciptakan Sistem Komunikasi/Layanan Konsultasi? 1. Komunikasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun berjenjang. Komunikasi secara langsung seperti pihak sekolah dengan pengawas. Sedangkan komunikasi berjenjang, misalnya dapat dilakukan antara pihak sekolah dengan dinas atau pusat (Depdiknas). Istilah lain dari layanan komunikasi ini adalah layanan konsultasi. Tujuan utama dari layanan konsultasi ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada sekolah atau pihak mana pun yang menggunakan Kurikulum 2004 agar mampu melaksanakannya dengan efektif dan efisien. Dalam memberikan layanan konsultasi ini, sebaiknya dibentuk tim yang benar-benar dapat memberikan bantuan layanan, mereka boleh saja berasal dari ahli kurikulum dari Pusat, pihak Dinas Pendidikan dari tingkat Propinsi sampai Kecamatan, nara sumber dan ahli pendidikan dari perguruan tinggi setempat, serta para instruktur atau totor dari MGMP dan KKG. Berbagai unsur ini seyogyanya membentuk jaringan kerja (networking) agar mereka dapat bekerjasama dan saling membantu para guru di sekolah sehingga mereka mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan kompetensi yang diinginkan dalam Kurikulum 2004. 2. Jaringan komunikasi atau layanan konsultasi ini seyogyanya dibentuk oleh dinas pendidikan di tingkat propinsi, sehingga memperoleh legalitas yang memadai serta disegani oleh semua pihak yang terlibat termasuk para guru. Adapun yang menjadi penanggung jawab dari jaringan komunikasi ini sebaiknya juga dari pihak dinas khususnya bidang kurikulum. Fungsi jaringan ini akan lebih baik lagi jika telah memiliki Website, sehingga para guru dan pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengakses langsung dengan mudah, murah, dan cepat. Melalui Website ini antarguru (baik dalam satu sekolah maupun dengan sekolah lain) dapat mencari 21
  • 22. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah informasi dan berbagi pengalaman tentang pelaksanaan program pembelajaran yang sesuai dengan maksud kompetensi dalam Kurikulum 2004. Layanan konsultasi ini dapat dilakukan antarsekolah dengan bantuan pengawas maupun dinas. Di sini pihak pengawas dan dinas perlu menginformasikan tentang sekolah yang telah dianggap bagus dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi kepada sekolah-sekolah lain yang masih dianggap kurang. Dengan demikian kepala sekolah tidak akan ragu lagi untuk berkonsultasi dengan kepala sekolah lain yang lebih tahu/bagus untuk membicarakan hal-hal yang masih belum dipahami atau masalah yang dihadapi sekolahnya berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum tersebut. Selain itu, kepala sekolah juga dapat berkonsultasi langsung kepada pengawas maupun pihak dinas pendidikan untuk minta bantuan jika sekolahnya menghadapi masalah. b. Melalui apa saja Layanan Konsultasi ini dapat ditempuh? Selain Website, layanan konsultasi ini juga dapat ditempuh melalui jalur telepon. Untuk jalur telepon ini sebaiknya dipilih sekolah yang telah memiliki SDM yang lebih baik khususnya punya pemandu, telah ada beberapa guru yang telah mampu melaksanakan pengajaran sesuai dengan kurikulum baru, dan sekolah tersebut telah memiliki dokumen Kurikulum yang lengkap. Selain itu, layanan konsultasi ini dapat ditempuh melalui pertemuan-pertemuan, misalnya saat istirahat atau saat usai kegiatan belajar mengajar sekolah, atau saat pertemuan KKG/MGMP. D. Implikasi Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah 1. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum menjadi dinamis dengan pemecahan masalah yang secara langsung dapat ditangani pada tingkat sekolah 2. Pengelolaan kurikulum sepenuhnya ditangani oleh sekolah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya 3. Tenaga-tenaga kependidikan yang potensial di sekolah dan daerah 22
  • 23. Bagaimana Melakukan Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah? dapat dilibatkan dalam penyusunan silabus, pelaksanaan, dan penilaiannya 4. Sumber-sumber daya pendidikan lainnya yang terdapat di sekolah dan daerah yang bersangkutan dapat dimanfaatkan untuk penyusunan silabus 5. Sumber-sumber informasi lain termasuk multimedia dapat dimanfaatkan untuk memperkaya penyusunan silabus dan pelaksanaannya 23
  • 24. BERBAGAI ASPEK YANG BERHUBUNGAN 4 DENGAN PENGELOLAAN KURIKULUM DI SEKOLAH A. Peran dan Tanggung Jawab Sekolah dalam Pengelolaan Kurikulum Dengan kewenangan sekolah dapat mengelola kurikulum sendiri, sebagai konsekuensinya sekolah memiliki peran dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu yang sesuai dengan harapan orangtua, masyarakat, dan negara. Untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, dan pelaksanaan Kurikulum 2004 serta implikasinya terhadap siswa dan sekolah; menentukan tahap dan administrasi pelaksanaan kurikulum, sekolah dapat berperan dan bertanggung jawab dalam meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak (guru-guru, karyawan sekolah, orangtua siswa, siswa, pihak akademis, komite sekolah, dan birokrat terkait). Bentuk peran dalam komunikasi ini, misalnya dalam menyusun silabus sendiri bersama staf sekolah, atau memohon bantuan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk menyusun silabus atau menggunakan model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau pihak lain; serta menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas yang lebih sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang telah ditetapkan sebelumnya. B. Berbagai Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Kurikulum 1. Masalah Pendanaan Untuk keperluan pengembangan silabus sendiri tentu saja sekolah harus bisa mencari dana untuk pelatihan guru-guru, penyediaan sarana lain, pembinaan, dan sebagainya. Sekolah bisa menggali dana dari masyarakat melalui kemitraan dengan dunia usaha dan industri atau melalui kegiatan kemasyarakatan seperti mengadakan bazar dan pertunjukan kesenian. 24
  • 25. Berbagai Aspek yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kurikulum di Sekolah Penggunaan dana yang diperoleh dari berbagai sumber harus dapat dipertanggungjawabkan kepada penyedia dana sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai hal tersebut. 2. Pembentukan Tim Pengembang Silabus Sekolah dipandang mampu mengelola kurikulum sendiri jika sekolah itu memiliki tim pengembang silabus yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Biasanya sekolah-sekolah yang bernaung di bawah suatu yayasan dengan dikoordinir oleh yayasan, atau sekolah-sekolah yang berada di dalam satu gugus dapat membentuk tim pengembang silabus, Pembentukan tim pengembang atau penyusun silabus harus dilakukan terlebih dahulu untuk memenuhi kriteria mutu silabus yang dapat dipertanggungjawabkan. Anggota tim sebaiknya dipilih berdasarkan kriteria dan jika perlu tes tertentu yang dibuat secara khusus untuk menjaring orang yang memiliki kemampuan menjadi penyusun silabus. Pengembang yang direkrut sebagai anggota tim terdiri atas spesialis kurikulum, guru mata pelajaran, guru didaktik/metodik, guru yang menguasai penilaian, kepala sekolah, pengawas, komite sekolah atau perwakilan orangtua siswa yang bisa menjadi nara sumber. Dapat pula ditambah dengan staf profesional kantor dinas pendidikan dan nara sumber atau ahli mata pelajaran dari perguruan tinggi. Tim tersebut bertanggung jawab kepada kepala sekolah atau yayasan yang meminta bantuannya sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku di daerah masing-masing. 3. Penyusunan Silabus Dalam penyusunan silabus ini ada tahapan yang harus dilalui: • Perencanaan Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti multimedia dan akses internet. 25
  • 26. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah • Pelaksanaan Dalam penyusunan silabus perlu melakukan analisis terhadap semua perangkat Kurikulum 2004, yakni dengan: a. memahami keseluruhan konteks Kurikulum 2004, telaah perangkat kebijakan yang mendeskripsikan hakikat, struktur, dan pelaksanaannya b. merumuskan tujuan pembelajaran dan menentukan materi pelajaran dengan menggunakan perangkat Kurikulum 2004 yang memuat komponen: aspek dan subaspek mata pelajaran, standar kompetensi per kelas, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pokok. c. menentukan cara atau metode pembelajaran dengan mengacu pada perangkat pelayanan profesional Kurikulum 2004: Model Kegiatan Belajar Mengajar yang Efisien dan Efektif yang mendeskripsikan model-model pembelajaran untuk siswa. d. menentukan cara dan alat penilaian dengan mengacu pada perangkat Penilaian Berbasis Kelas yang menyajikan dan mendeskripsikan sistem penilaian yang sesuai dengan misi Kurikulum 2004. Kesesuaian isi silabus ini ditetapkan oleh tim pengembang dengan memperhatikan desain, pendekatan, ruang lingkup, organisasi materi, organisasi pengalaman belajar, dan alokasi waktu yang sesuai dengan Kurikulum 2004 dan komponennya. • Perbaikan Buram silabus perlu dikajiulang sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Para pengkaji dapat terdiri atas para spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik/metodik, ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf profesional kantor dinas pendidikan, nara sumber, perwakilan orangtua siswa, dan siswa itu sendiri. • Pemantapan Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria dengan cukup baik dapat segera disampaikan kepada Kepala sekolah atau ketua yayasan, serta komunitas sekolah lainnya. 26
  • 27. Berbagai Aspek yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kurikulum di Sekolah 4. Penilaian Silabus Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan model-model penilaian kurikulum yang selama ini sudah banyak digunakan oleh para ahli penilaian kurikulum. Salah satu model penilaian silabus yang dapat digunakan, yaitu model ‘kesesuaian’. Model ini sangat praktis untuk digunakan dalam penilaian silabus karena model ini diarahkan untuk menggali apakah semua pesan dalam silabus sudah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan harapannya? Penilaian terhadap silabus juga dimaksudkan untuk menggali kekuatan dan kelemahan silabus tersebut, baik dari segi kelayakan dokumen maupun implementasinya. Model Pemetaan Kelayakan Sekolah untuk Menyusun Silabus sendiri: KETERSEDIAAN KRITERIA ADA TIDAK ADA Tenaga pengembang silabus yang potensial Kemampuan menggali dana yang memadai Kemampuan untuk meningkatkan kapasitas Kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis Prospek kemajuan sekolah di masa yang akan datang ................................. ................................ .................................... 27
  • 28. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah 5. Yang Dilakukan Sekolah untuk Mengembangkan Silabus: • meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak (guru, karyawan sekolah, orangtua, siswa, pihak akademis, birokrat terkait) untuk mensosialisasikan gagasan, konsep, pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, dan implikasinya terhadap siswa dan sekolah • menetapkan tahap administrasi (persuratan/legalitas) pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, misalnya: menyusun silabus sendiri atau memohon bantuan dinas kabupaten/kota untuk menyusun silabus atau menggunakan model silabus yang disusun oleh sekolah lain atau pihak lainnya • menata ulang penempatan guru pada kelas-kelas yang lebih sesuai dengan tidak mengurangi kesejahteraan guru yang telah ditetapkan sebelumnya. 28
  • 29. LANGKAH-LANGKAH PENJABARAN 5 KURIKULUM MENJADI SILABUS YANG DILAKUKAN DI TINGKAT SEKOLAH A. Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus 1. Komponen Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta penilaiannya. Oleh karena itu, silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar. Beberapa komponen silabus minimal yang dapat membantu dan memandu para guru dalam mengelola pembelajaran, antara lain: a. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar mata pelajaran tertentu dalam satuan pendidikan. Standar ini merupakan kompetensi bidang pengembangan dan mata pelajaran per satuan pendidikan dan per kelas yang harus dicapai siswa selama satu tahun pelajaran. b. Kompetensi Dasar Rincian kompetensi dalam setiap aspek mata pelajaran yang harus dilatihkan kepada siswa sehingga kompetensi itu dapat dikuasai siswa dan guru dapat mengukur dan mengamati sejauhmana kompetensi tersebut sudah atau belum dikuasai siswa sehingga guru dapat melakukan kegiatan perbaikan dan pengayaan. c. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pernyataan unjuk kerja yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu. d. Indikator Indikator merupakan wujud Kompetensi Dasar yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam satu Kompetensi 29
  • 30. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Dasar sudah dapat dicapai oleh siswa, berarti target Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi. e. Materi Pokok Merupakan bagian dari struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan. 2. Pengalaman Belajar Pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang bersifat spiral (mudah ke sukar; konkret ke abstrak, dekat ke jauh) juga memerlukan urutan pembelajaran yang terstruktur. Rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu: kegiatan siswa dan materi. Contoh: • Mengamati pertumbuhan tanaman berakar serabut Kegiatan siswa materi • Menjelaskan pengaruh aktivitas gunung berapi terhadap kehidupan penduduk Kegiatan siswa materi Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan siswa dan materi pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan Siswa Dalam memilih kegiatan siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran sebaiknya dipertimbangkan hal-hal berikut ini: 30
  • 31. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah • Hendaknya memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru. • Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan ketrampilan dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Misalnya observasi di lingkungan sekitar, penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, simulasi, wawancara dengan nara sumber, pengembangan teknologi, penggunaan peta dan foto, pemanfaatan kliping. • Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia. • Bervariasi dengan mengkombinasikan antara kegiatan belajar perseorangan, pasangan, kelompok, dan klasikal • Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat, kemampuan, minat, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan. Pembelajaran berbasis kompetensi merupakan program pembelajaran yang dirancang untuk menggali potensi dan pengalaman belajar siswa agar mampu memenuhi pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensi dari pembelajaran berbasis kompetensi ini, materi pembelajaran yang dipilih haruslah yang bermakna, yakni yang memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajarinya, sehingga siswa terhindar dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut Agar siswa belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepatguna, sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti ini akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata siswa. Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga 31
  • 32. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah materi pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan. Guru harus punya sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari metodologi pembelajaran baru yang lebih tepatguna. Tahapan Pembelajaran Bermakna ALOKASI WAKTU PEMANASAN-APERSEPSI Tanya jawab tentang 5 - 10 % pengetahuan dan pengalaman EKSPLORASI 25 - 30 % Memperoleh/mencari informasi baru KONSOLIDASI PEMBELAJARAN Negosiasi dalam rangka pencapai 35 - 40 % pengetahuan baru PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU Pengetahuan diproses menjadi nilai, 10 % sikap & perilaku PENILAIAN FORMATIF 10 % PEMANASAN APERSEPSI 1. Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa. 2. Motivasi siswa dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi siswa. 3. Siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru. 32
  • 33. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah EKSPLORASI 1. Materi/ketrampilan baru diperkenalkan. 2. Kaitkan materi ini dengan pengetahuan yang sudah ada pada siswa. 3. Cari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan siswa akan materi baru tersebut. KONSOLIDASI PEMBELAJARAN 1. Libatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru. 2. Libatkan siswa secara aktif dalam problem solving. 3. Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/ kehidupan di dalam lingkungan. 4. Cari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan siswa. PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU 1. Siswa didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Siswa membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari. 3. Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku siswa. PENILAIAN FORMATIF 1. Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran siswa. 2. Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihadapi guru. 3. Cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. b. Materi Agar penjabaran dan penyesuaian Kemampuan Dasar tidak 33
  • 34. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menseleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut antara lain: 1) Sahih (Valid): Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya, ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan. 2) Tingkat Kepentingan (Significance): Dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: Sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa penting?. Dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa. 3) Kebermanfaatan (utility): Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari- hari 4) Layak dipelajari (learnability): Materinya memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat) 5) Menarik minat (interest): Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka. 34
  • 35. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah c. Alokasi Waktu Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk mempelajari satu materi pelajaran perlu ditentukan alokasi waktunya. Penentuan besarnya alokasi waktu ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi, serta tingkat kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan setempat. d. Sarana dan Sumber Belajar Dalam proses belajar mengajar sarana pembelajaran sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang dimaksud dengan sarana pembelajaran dalam uraian ini akan lebih ditekankan pada sarana dalam arti media/alat peraga. Sarana berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran. Oleh karena itu, hendaknya dipilih sarana yang memiliki ciri- ciri sebagai berikut: (1) Menarik perhatian dan minat siswa. (2) Meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkrit yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme. (3) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha pengembangan nilai-nilai. (4) Berguna dan berfungsi ganda. (5) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitarnya. Salah satu asas belajar menyatakan bahwa makin banyak media pembelajaran (alat-peraga) dimanfaatkan secara tepat dalam proses belajar mengajar, makin besar daya serap siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Implikasi asas ini dalam proses belajar mengajar adalah bahwa dalam pembelajaran guru wajib menggunakan berbagai jenis media pembelajaran dan dimanfaatkannya secara tepat. Memanfaatkan media secara tepat artinya dapat memilih alat yang cocok dengan materi yang dibahas dan mendemonstrasikan alat tersebut pada saat yang tepat sehingga dapat berfungsi memperjelas informasi/konsep yang sedang dibicarakan. 35
  • 36. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah Adapun sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak seperti: buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi: a. Lingkungan alam seperti bentang alam yang berupa gunung, pegunungan, gunung api, plato, pantai laut dalam, sungai, dan lain-lain. b. Lingkungan sosial misalnya keluarga, rukun tetangga, desa, kota, pasar, dan sebagainya. c. Lingkungan budaya misalnya candi, adat istiadat dan sebagainya. Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber belajar untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengambilan materi pelajaran dan sumber belajar sudah barang tentu harus dipilih, disaring dan diselaraskan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. e. Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan mentafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara lain: • Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes. • Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu: pengetahuan, ketrampilan, dan sikap • Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung, misalnya: mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, memberikan tes. • Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran 36
  • 37. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah • Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua. • Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja, hasil karya siswa, proyek (observasi), portofolio. • Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya. • Tidak bersifat diskriminasi, yakni untuk memilih-milih mana siswa yang berhasil dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran. B. Penyajian Silabus Dalam menyajikan silabus, ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu: aspek keterbacaan, keterkaitan antarkomponen, dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun oleh guru lain yang akan menggunakannya. Penentuan format silabus tidak dibakukan, guru bebas menentukan format mana yang akan digunakannya. Banyak contoh format dapat disusun ketika guru mengembangkan silabus. Bagaimana Menjabarkan Kompetensi Dasar ke dalam Pengalaman Belajar? Dalam penyusunan pengalaman belajar perlu memperhatikan Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan. Untuk mengetahui keluasan atau kedalaman cakupan Kemampuan Dasar dapat digunakan jaringan topik/tema/konsep. Kompetensi Dasar yang terlalu luas/dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pengalaman belajar. Sedangkan Kompetensi Dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan ke dalam satu pengalaman belajar. Beberapa cara yang disarankan dalam menjabarkan Kompetensi Dasar menjadi pengalaman belajar, yaitu: 37
  • 38. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah 1. Pengalaman belajar disusun berdasarkan atas satu tuntutan Kompetensi secara utuh. Kompetensi Hasil Belajar Hasil Belajar Indikator Indikator Indikator Indikator Pengalaman belajar • ………………………. • ………………………. Cara ini dilakukan apabila Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan tidak terlalu luas atau tidak dalam cakupan materinya, sehingga memungkinkan untuk menguraikannya dalam satu unit pembelajaran. 2. Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih Hasil Belajar dalam satu Kompetensi Kompetensi Hasil Belajar Hasil Belajar Hasil Belajar Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Pengalaman belajar Pengalaman belajar • ………………………. • ………………………. • ………………………. • ………………………. Apabila dalam satu Hasil Belajar keluasan dan kedalaman materi pembelajarannya ternyata terlalu kompleks, maka dapat disusun satu unit pembelajarannya. Atau seandainya memungkinkan dua 38
  • 39. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah Hasil Belajar yang tidak terlalu luas dan dalam tapi masih memiliki kaitan materi, maka dapat disusun ke dalam satu unit pembelajaran. 3. Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih Indikator dalam satu Kompetensi Kompetensi Hasil Belajar Hasil Belajar Indikator Indikator Indikator Indikator Pengalaman belajar Pengalaman belajar • ………………………. Pengalaman belajar • ………………………. • ………………………. • ………………………. • ………………………. • ………………………. Cara ini ditempuh dengan berpedoman kepada Indikator hasil belajar. Kadang satu indikator membutuhkan banyak waktu dalam pembelajarannya, sehingga perlu dibuatkan dalam satu unit pembelajaran yang utuh. Atau dapat pula terjadi beberapa Indikator yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas atau dalam dibuatkan dalam satu unit pembelajaran sekaligus. C. Pembelajaran Tematis di Kelas I dan II Pembelajaran tematis merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik hanya dijajarkan pada siswa sekolah dasar kelas rendah (kelas 1 dan 2), karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. 39
  • 40. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah 1. Bagaimana Strategi Pembelajaran Tematis? • Bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi anak • Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, anak tidak harus dilatih (drill), tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak 2. Apa Ciri-ciri Pembelajaran Tematis? • Berpusat pada anak • Memberikan pengalaman langsung pada anak • Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas • Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran • Bersifat fleksibel • Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak 3. Keuntungan Pembelajaran Tematis • Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak • Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak • Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna, • Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, dan • Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 4. Peran Tema • Anak mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu • Anak dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama • Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan 40
  • 41. Langkah-langkah Penjabaran Kurikulum Menjadi Silabus yang Dilakukan di Sekolah • Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak • Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas • Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain • Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan Contoh: Pend. Kesenian: • Melagukan nyanyian “Bangun Tidur” • Menggambar atau Bahasa Indonesia: mewarnai • Bercerita kegiatan Matematika: sehari-hari • Menjumlah dan • Menyimak cerita guru DIRI SENDIRI: mengurang dikaitkan • Membaca teks pendek dengan kehidupan • Menggambar dan sehari-hari menulis tentang dirinya Pendidikan Jasmani: • Memahami kebersihan diri dan berolahraga 5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Tematis • Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh • Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan • Pilihlah tema yang terdekat dengan anak • Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema 41
  • 42. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah 6. Langkah-Langkah Menyusun Pembelajaran Tematis • Pelajari kompetensi dasar pada kelas yang sama dari setiap mata pelajaran • Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi- kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester. Pilihan Tema: Diri Sendiri; Keluarga; Lingkungan; Tempat Umum; Pengalaman; Budi Pekerti; Kegemaran; Tumbuhan; Hiburan; Binatang; Transportasi; Kesehatan; K3; Makanan; Pendidikan; Pekerjaan; Peristiwa; Parawisata; Kejadian Sehari-hari; Pertanian; Negara; Komunikasi • Buatlah “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah ini penyusun memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran cocok dikembangkan dengan tema apa. Langkah ini dilakukan untuk semua mata pelajaran. Perhatikan contoh! • Buatlah pemetaan pembelajaran tematis. Pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan terlihat kaitan antara tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. • Susunlah silabus berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematis. Catatan: a. Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran yang telah disepakati b. Dalam menyusun silabus, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kompetensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya: • Mengadakan kunjungan ke pertanian, pasar, warung, pabrik • Membawa narasumber ke sekolah, misalnya polisi, dokter, pak pos, tukang sayur, dan lain-lain. • Memanfaatkan cerita dari buku atau majalah anak-anak. c. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematis dibuatkan silabus tersendiri. 42
  • 43. NOTES: 43
  • 44. Kutipan Pasal 44 Sanksi Pelanggaran Undang - undang Hak Cipta 1987 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).