Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya stimulasi yang tepat dalam mengembangkan kecerdasan komprehensif anak usia dini. Stimulasi melalui pendidikan, pengasuhan, gizi, dan kesehatan yang baik dapat memaksimalkan potensi kecerdasan anak, sementara kurangnya stimulasi dapat membatasi perkembangan anak. Peran lingkungan keluarga dan masyarakat juga berpengaruh besar terhadap tumbuh kemb
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Buletin08012009
2. Dari Redaksi
Pembaca yang terhormat,
Akreditasi merupakan kegiatan penilaian kelayakan suatu
program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.
Sedangkan badan yang menangani akreditasi program pendidikan
nonformal dan informal adalah suatu badan evaluasi mandiri yang
menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan nonformal dan
informal, yaitu Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BANPNF) dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Setelah
dilakukan identifikasi langsung kelayakan program PAUD oleh BAN-PNF,
maka diterbitksnlah Simbol/Logo Akreditasi.
Mudah-mudahan, tulisan-tulisan yang ada dalam edisi ini dapat
menjadi bekal bagi kepentingan pemberian layanan akrditasi layanan
program pendidikan anak usia dini. Semoga bermanfaat.
Pengarah:
Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal
Pembina:
Sekretaris Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal
Penanggungjawab:
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini
Dewan Redaksi:
Togar S Sukiman M. Nuch Enah S
Editor:
Dwinita Y Euis E Supriaji Beryana E Lamria R
Lay Out:
Untung S
Tata Usaha:
Sudadi Wahyunanik D Djoko
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
3. Menu Edisi Ini
Dari Redaksi……………………………………………………………………
Menu Edisi Ini
..
..
Fokus
Dr. Fasli Djalal, P.hD
Sudjarwo S, M.Sc, Pengasuhan dan Perawatan yang
menstimulasi kecerdasan anak ......................................
BAN PNF, Persyaratan Akreditasi PNF Program Pendidikan
Anak Usia Dini
Dra. Ella Sulhah, M.Pd, Pelaksanaan Akreditasi
Beryana Evridawati, Program Pendidikan dan
Pengembangan Anak Usia Dini..................
Endang Ekowarni, Standar Penyelenggaraan Pendidikan
Anak Usia Dini .............................................
DR.Dr. Theodorus Immanuel Setiawan, Kegiatan Bermain
Sebagai Terapi pada Anak.............................................
Maryati Suwondo, Hindari Kata Mencemooh pada
Anak.............................................
..
..
..
..
..
..
..
Alamat Redaksi:
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen Pendidikan Nonformal dan
Informal, Departemen Pendidikan Nasional,
Kompleks Depdiknas Gedung E Lantai 7, Jl. Jend. Sudirman, Senayan,
Jakarta (10270)
e-mail: kemitraanpaud@yahoo.com
e-mail: ekkopadu@yahoo.com
telepon: (021) 5725495, 572556
fax: (021) 57900244, 5725495.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
4. Fokus
Dr.Sudjarwo S, M.Sc.1
Daya pikir atau bisa juga
disebut tingkat kecerdasan
anak
usia dini merupakan
modal dasar yang sangat
menentukan arah kehidupan
seseorang di masa dewasanya.
Kecerdasan disini adalah
kecerdasan komprehensif yang
meliputi kecerdasan intelektual
(IQ), emosional, sosial, spiritual,
dan
estetika.
Kecerdasan
komprehensif
(seluruh
jenis
kecerdasan tersebut) merupakan
satu kesatuan kecerdasan total
yang idealnya dimiliki oleh setiap
anak. Yang perlu juga diperhatikan
juga bahwa satu kecerdasan
dengan kecerdasn lainnya saling
mempengaruhi
baik
secara
langsung maupun tidak langsung
1
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini
sehingga kelemahan satu atau dua
jenis
kecerdasan
akan
mempengaruhi jenis kecerdasan
lainnya sekaligus mempengaruhi
kinerja
(performance)
anak.
Mencermati
pendapat
dan
pemahaman seperti itu pendidikan
dan pengasuhan sewaktu anak
usia dini seyogyanya dilakukan
secara komprehensif agar semua
kecerdasan
tersebut
dapat
berkembang secara simultan dan
pesat.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
5. Fokus
Keterbatasan
akan
kemampuan berfikir kritis dan
kebugaran fisik anak usia dini
misalnya,
akan
membatasi
kesempatan anak tersebut dalam
mengikuti proses pendidikan dan
pengasuhan secara efektif dan
optimal dan apabila kejadian ini
terjadi dalam jangka waktu yang
relatif lama dan berkesinambungan
besar kemungkinannya akan
membatasi anak tersebut dalam
meraih berbagai peluang yang
menjadi dasar dalam menentukan
jalan kihidupan di masa dewasanya. Kecerdasan dan kebugaran
fisik merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dan sebagai modal dasar serta
faktor yang tidak dapat ditawartawar bagi anak karena sangat
menentukan
masa depan
seseorang. Artinya walaupun
kebugaran fisik yang dimiliki
seseorang
setara
dengan
kebugaran fisik “Mike Tison” tetapi
apabila tingkat kecerdasannya di
bawah rata-rata maka anak
tersebut
akan
menghadapi
keterbatasan
dalam
meraih
peluang untuk masa depannya.
Sebaliknya walaupun seseorang itu
sangat cerdas tetapi sakit-sakitan,
daya tahan tubuhnya lemah
sehingga tidak tahan terhadap
tekanan fisik dan mental yang
dialami dalam hidupnya, tentunya
juga menjadi sulit untuk bisa
survive dalam kancah kehidupan
yang sangat keras dan penuh
dengan kompetisi bebas ini.
Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rene Spitz,
yang dilakukan pada tahun 1940an
secara singkat dapat dijelaskan
bahwa anak yang secara ketat
diasuh dalam lingkungan keluarga
yang
berlimpah
perhatian,
makanan, dan perawatan serta
dirawat oleh ibunya sendiri yang
tahu tentang pentingnya perawatan
dan pengasuhan yang benar dan
baik, akan tumbuh menjadi anak
yang normal. Namun sebaliknya
bisa saja anak yang diasuh dalam
lingkungan
keluarga
yang
berlimpah perhatian, makanan,
perawatan dan dirawat oleh ibunya
sendiri yang berpendidikan tinggi
tetapi tidak tahu cara-cara
pendidikan,
perawatan
dan
pengasuhan yang benar dan baik,
maka anaknya tidak akan tumbuh
dan berkembang menjadi anak
yang normal. Karena otak anak
yang ditumbuh kembangkan oleh
keluarga seperti ini tidak akan
berkembang secara pesat dan
optimal diusia dininya, bahkan bisa
jadi anak tersebut akan tumbuh
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
6. Fokus
menjadi anak yang kegemukan
(obesitas), tidak tahu diri, selalu
menyalahkan orang lain, pemarah,
tidak bisa kerjasama dengan orang
lain dan berperilaku negatif lainnya
karena salah didik, salah asuh dan
salah dalam merawatnya.
Selanjutnya anak yang
tumbuh
dan
berkembang
dilingkungan yang kumuh dan
terlantar
dan
perhatian
keluarganya
sangat
kurang,
makanan kurang dan kebutuhan
gizi tidak terpenuhi, perawatannya
dilakukan secara asal-asalan,
pengasuhanya dilakukan dengan
cara yang tidak benar dan tidak
baik, maka anak seperti itu juga
tidak akan berkembang dan
tumbuh menjadi anak yang normal.
Kekeliruan
dalam
pendidikan, pengasuhan dan
perawatan bisa saja terjadi karena
pengetahuan dan pengalaman
orang tua tentang itu sangat
terbatas, atau pendidikan orang tua
cukup tinggi tetapi tidak tahu
pengasuhan dan pendidikan yang
benar. Selain itu, bisa saja karena
pengaruh orang tua, lingkungan
keluarga,
dan
lingkungan
masyarakat sekitarnya (ekologi
manusia) yang salah. Dengan
kata lain dapat disebutkan
bahwa perilaku negatif dan
terbatasnya
perkembangan
kecerdasan seseorang juga dipengaruhi oleh budaya yang
dianut oleh
keluarga dan
masyarakatnya. Masyarakat
melayu/Indo+nesia
pada
umumnya
juga
ada
kecenderungan salah dalam
melakukan
pendidikan,
pengasuhan dan perawatan pada
anak usia dini. Sebagai contoh,
anak sudah usia 2 tahun dan
sehat tetapi karena saking
sayangnya orangtuanya maka si
anak selalu di gendong-gendong
padahal dia sudah bisa berjalan
dengan baik. Anak sampai usia 5
tahun setiap makan selalu disuapin
dan tidak diajari cara makan sendiri
karena alasan kasihan dan sayang
banyak makanan yang terbuang.
Apabila ada anak terjatuh atau
terbentur tembok dan menangis
maka orangtua dan semua
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
7. Fokus
saudara mengkerubuti untuk
berlomba-lomba mengangkatnya,
menuangkan rasa kasih sayangnya
secara
berlebihan
kemudian
dengan
lantangnya
mereka
berteriak: oh… itu lantainya nakal
ya!!! Terus lantainya diinjak-injak
rame-rame atau dindingnya di
pukul rame-rame. Setiap tidur anak
dikelonin sampai pagi dan tidak
diajari tidur mandiri di tempat lain
sampai anak tersebut usia 5 atau 6
tahun. Anak biasanya senang
mencorat-coret dinding, pintu dan
apa saja yang ia sukai. Anak
seperti ini mestinya harus
diarahkan untuk mencorat-coret di
kertas saja dan diajari cara
memegang pincil yang benar dan
meletakan kertas yang benar, dsb.
Berdasarkan temuan Spitz
tersebut, Bapak penemu teori
modern behaviorism John Watson
mengatakan: “berikanlah kepada
saya selusin bayi yang sehat, saya
akan menjamin untuk melatih
mereka untuk menjadi spesialis
apa saja yang kita inginkan seperti
menjadi doktor, ahli hukum, artis,
kepala perdagangan, dan bahkan
menjadi peminta-minta dan maling,
karena ia tidak percaya pengaruh
bakat, hoby, minat, kemampuan,
lapangan pekerjaan, dan ras atau
suku nenek moyangnya”. Di
samping pendapat tersebut ada
juga teori lain yaitu teori
naturalisme yang
mengatakan
bahwa potensi kecerdasan dan
faktor lain dari seseorang
dipengaruhi oleh gene bawahaan
orang tuanya. Tetapi menurut
Acredolo dan Goodwyn (2000)
pengaruh tersebut hanya pada
struktur dasar otak yang terkait
dengan kemampuan panca indra
dan potensi itupun hanya dapat
diekspose apabila perawatan,
pendidikan dan pengasuhannya
dilakukan secara baik dan benar.
Dari kedua pendapat ahli tersebut
jelas bahwa peranan stimulus yang
dilakukan melalui pendidikan,
pengasuhan, pemenuhan gizi yang
memadai
dan
perawatan
kesehatan anak secara baiklah
yang
akan
menentukan
kecerdasan komprehensif dan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
8. Fokus
kebugaran
anak
di
masa
dewasanya.
Selanjutnya perlu diperhatikan pula bahwa anak usia dini
mulai sadar tentang keadaan di
lingkungannya pada umumnya
dimulai dari usia 2 bulan s/d 1
tahun terutama perhatian yang
berkaitan dengan penglihatan, alat
perabanya, dan alat pendengarannya, namun demikian
perhatian yang berkaitan dengan
indera lainnyapun sudah ada akan
tetapi kadarnya masih relatif kecil.
Melalui
pengalaman
panca
inderanya itulah terjadi rangsangan
terhadap neuron atau sel-sel
otaknya baik rangsangan terhadap
dendrite, axson maupun sinaps
dalam otaknya yang kemudian
membentuk hubungan neural
sebagai dasar perkembangan
emosi, sosial, dan intelektual
seseorang. Apabila rangsanganrangsangan ini terjadi secara terus
menerus dengan berbagai variasi
jenis dan jumlah serta mutu
rangsangannya serta terjadi di
sepanjang masa usia anak-anak
maka secara konstruktif akan
meningkatkan
kecerdasan
intelektual dan kebugaran fisik dan
mentalnya. Disinilah perlunya
dirancang
kegiatan-kegiatan
pengasuhan yang secara langsung
dapat
mempercepat
dan
meningkatkan
perkembangan
kecerdasan komprehensif dan
kebugaran fisik anak.
Perlu diketahui juga bahwa
perkembangan kecerdasan jamak
anak usia dini juga sejalan dengan
pertumbuhan
berat
otaknya.
Secara umum berat otak sewaktu
anak baru lahir rata-rata hanya
sekitar 340 gram, sejalan dengan
bertambahnya usia anak setelah
anak berumur 1 tahun berat otak
bertambah dengan pesat pula
menjadi 1100 gram dan pada saat
anak berusia 5 tahun berat otak
bertambah menjadi 1480 gram.
Oleh karena itu kemampuan anak
menyimpan infomasinya juga
bertahap
sejalan
dengan
pertumbuhan berat otaknya. Itu
artinya bahwa makin bertambah
usia anak makin memungkinkan
untuk diberi stimulasi yang
semakin
banyak,
semakin
kompleks dan semakin sulit.
Pertumbuhan berat otak yang
sangat pesat pada usia 0 s/d 5
tahun dan pertumbuhan berat otak
yang relatif kecil setelah usia 8
tahun
menunjukkan
bahwa
pertumbuhan potensi kecerdasan
juga terjadi secara linear dengan
pertumbuhan berat otaknya dan
hal ini terjadi sejak anak masih
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
9. Fokus
dalam
kandungan.
Namun
perkembangan secara eksplosif
terjadi pada usia 0 s/d 8 tahun.
Dengan demikian pendidikan,
pengasuhan, dan perawatan akan
lebih tepat apabila dimulai sedini
mungkin, bahkan sejak anak masih
dalam kandungan dan jangan
menunggu setelah anak berusia 7
tahun. Pertumbuhan berat otak
yang berlipat-lipat pada usia 0 s/d
8 tahun tersebut juga merupakan
indikasi
bahwa
pendidikan,
pengasuhan dan perawatan akan
lebih efektif apabila dimulai sejak
anak masih dalam kandungan
sesuai dengan taraf perkembangan
dan usianya.
Dengan
memberikan
pendidikan,
perawatan
dan
pengasuhan kepada anak sejak
anak dikandungan berarti kita telah
menanamkan fondasi kecerdasan
dan kebugaran secara tepat dan
mapan. Makin bermutu pendidikan,
pengasuhan dan perawatan yang
dilakukan sejak usia dini maka
makin kokoh fondasi kecerdasan
yang dibangunnya. Ibarat membangun rumah, bagaimana-pun
bagusnya rumah yang dibangun
apabila fondasinya tidak kuat maka
rumah tersebut akan mudah roboh
dan mudah rusak. Demikianlah
PAUD dapat diibaratkan.
Dalam hal peran orangtua
dalam meningkatkan kecerdasan
dan kebugaran anak usia dini
dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi pengetahuan dan kesanggupan
orangtua
dalam
pendidikan, pengasuhan dan
perawatan bagi anak usia dini,
maka semakin memungkinkan bagi
orangtua untuk dapat melakukan
stimulasi yang konstruktif dan
bervariatif yang akan mempercepat
perkembangan kecerdasan dan
pertumbuhan kebugaran anak.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perkembangan
kecrdasan anak akan semakin
optimal apabila PAUD dimulai
sedini mungkin. Memang ada juga
teori yang menyatakan bahwa
kecedasan anak ditentukan oleh
genes orangtuanya, tetapi menurut
Acredolo dan Goodwyn (2000)
pengaruh tersebut hanya pada
jaringan (circuit) utama dalam otak
yang mengontrol fungsi-fungsi
dasar otak seperti fungsi perintah
bernafas,
detakan
jantung,
mengatur tergeraknya badan dan
innate Reflexes, akan tetapi
berkembang atau tidaknya triliunan
sel otak yang dihubungkan secara
komplek ditentukan oleh banyak
dan kualitas stimulasi yang
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
10. Fokus
diperoleh anak pada usia-usia awal
0 s/d 8 tahun.
Kemudian bagaimana cara
kita
menciptakan
kondisi
pengasuhan dan pembelajaran
yang mengasyikan bagi anak agar
potensi kecerdasan jamak dan
kebugaran fisiknya berkembang
dan bertumbuh secara pesat dan
optimal?.
Jawaban dari pertanyaan ini adalah secara teoritis
maupun prakteknya dilapangan
dapat dikatakan bahwa tidak ada
satupun metode atau strategi atau
cara yang paling ampuh untuk
mengkondisikan hal itu. Hal ini
dilandasi oleh suatu persepsi dan
kondisi sebagai berikut. Secara
teoritis tidak ada dapat dikatakan
bahwa tidak ada satupun metode
yang selalu efektif untuk diterapkan
dalam berbagai situasi pengajaran
dan pengasuhan. Setiap anak
mempunyai kondisi yang berbedabeda dan karakteristik/ciri-ciri yang
berbeda pula. Katakanlah anak
yang pendiam atau anak yang
lambat dalam merespon setiap
rangsangan tidak bisa diperlakukan
sama dengan anak yang memiliki
kesiapan prima untuk menerima
rangsangan. Anak yang sangat
aktif dalam berbagai hal juga tidak
bisa diperlakukan sama dengan
anak yang sikapnya sangat pasif.
Anak
yang
extrofet
juga
memerlukan
perlakukan
pengasuhan yang berbeda dengan
anak yang introfet, dst.
Namun demikian, secara
umum kondisi pengasuhan dan
pembelajaran yang mengasyikan
bagi anak agar potensi kecerdasan
jamak dan kebugaran fisiknya
berkembang
dan
bertumbuh
secara pesat dan optimal dapat
dijelaskan
sebagai
berikut.
Pertama, jelaskan dan netralkan
pengaruh orang tua agar orang tua
tidak ambisius terhadap hasil
belajar di usia dini karena biasanya
orang tua menginginkan anaknya
sudah lancar membaca, menulis,
berhitung dan bisa berbicara
beberapa bahasa asing. Orangtua
yang tidak paham pendidikan di
usia dini biasanya berharap setelah
selesai dari TK anaknya menjadi
superman. Jelaskan apa dan
bagaimana itu PAUD. Kedua,
identifikasi terlebih dahulu siapa
saja anak yang sangat antusia,
antusia, kurang antusia, tidak
antusia, dan pasif dalam belajar,
kemudian kelompokkan mereka
menurut klasifikasi kesiapannya.
Dari kondisi tersebut tutor dapat
memilih dan menentukan metode
mana yang paling sesuai untuk
setiap sub kelompok anak tersebut.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
11. Fokus
Ketiga, selenggarakanlah sistem
pembelajaran yang demokratis,
yang menyenangkan dan membuat
ceria
setiap
anak,
yang
menyertakan setiap anak untuk
terlibat aktif, yang adil dan
penugasannya merata serta kalau
memungkinkan diulang-ulang agar
ada
kesempatan
untuk
internalisasi/penguatan. Keempat,
secara cermat dan tepat kegiatan
pengasuhan dan pendidikannya
harus merangsang secara seimbang antara potensi kecerdasan
yang berasal dari otak kanan dan
otak kiri secara kognitif, motorik
dan afektif. Secara umum potensi
kecerdasan otak kanan dan kiri
setidak-tidaknya mencakup kecerdasan: berfikir logis/ matematis;
kebahasaan;
spasial/ ruang;
kinestetika/ olahraga/olah tari dan
gerak; komunikasi inter dan
entrapersonal; serta seni dan
musik. Kelima, adanya kesinambungan dan kesamaan
antara pengasuhan dan pendidikan
di PAUD dengan di rumah orang
tuanya. Ini artinya bahwa orang tua
anak harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan serta kemauan
untuk melakukan seperti yang
dilakukan di kelompok PAUD.
Kesiapan orang tua untuk menjadi
tutor penyambung di rumahnya
sangat penting mengingat dari 24
jam sehari, sedikitnya 20 jam anak
ada di bawah naungan dan
tanggungjawab orang tuanya.
Apabila intensitas pengasuhan dan
pendidikan anak usia dini di rumah
dan di lembaga PAUD sudah
setara dan dilakukan secara
berkelanjutan maka anak akan
tumbuh dan berkembangn secara
cerdas dan sehat. Keenam, dorong
anak untuk mengekspresikan apa
saja yang mereka inginkan dengan
bimbingan dan arahan yang
terstruktur dan konstruktif dari para
tutor di lembaga PUD dan orang
tuanya di rumah. Demikianlah
sekilas tentang pengasuhan dan
pendidikan
yang
berpotensi
meningktakan dan memeprcepat
kecrdasan dan kebugaran anak
usia dini.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
13. Fokus
Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Nonformal
PERSYARATAN
PENYELENGGARAAN PNF
PROGRAM PAUD
BDASARKAN STANDAR NONAL
PENDIDIKAN (SNP)
1. Ruang Lingkup
1.1 Pedoman ini berisikan
persyaratan penyelenggaraan Program PAUD
1.2 Pedoman
ini
dapat
digunakan dalam pengembangan, pemeliharaan
dan
pelayanan
Program PAUD
2. Acuan Normatif
Acuan yang digunakan dalam
pedoman ini adalah:
2.1 Undang-Undang RI No.20
tahun 2003 Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
2.2 Peraturan Pemerintah RI
No. 19 tahun 2005
Tentang Standar Nasional
Pendidikan
2.3 Surat Keputusan Mendiknas No 30 Tahun 2005
tentang
Pembentukan
Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Non Formal
(BAN PNF)
2.4 IWA2. Quality Management system Guidelines
for the Application of ISO
9001:2000 in education.
2.5 Kebijakan BAN PNF tahun
2007
2.6 Standar yang berlaku
3. Istilah dan Definisi
3.1 Pendidikan Non Formal
adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan
berjenjang
3.2 Pendidikan Non Formal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendi-
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
14. Fokus
dikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan
peserta didik.
3.3 Jenjang
Pendidikan
adalah tahapan pendidikan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan
tingkat
perkembangan
peserta didik, tujuan yang
akan
dicapai,
dan
kemampuan yang dikembangkan.
3.4 Jenis Pendidikan adalah
kelompok yang yang
didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan
pendidikan.
3.5 Satuan Pendidikan Non
Formal adalah kelompok
layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur non
formal pada setiap jenjang
dan jenis pendidikan.
3.6 Satuan Pendidikan Non
Formal terdiri dari atas
lembaga kursus, lembaga
pelatihan,
kelompok
belajar, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis
taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.
3.7 Kursus dan Pelatihan
diselenggarakan
bagi
masyarakat yang memerlukan
bekal
pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan
sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih
tinggi.
3.8 Kurikulum
adalah
seperangkat rencana dan
pengaturan
mengenai
tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang
digunakan
sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
15. Fokus
3.9
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di
masing-masing
satuan
pendidikan
3.10 Peserta Didik adalah
anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses
pembelajaran
yang tersedia pada jalur,
jenjang Program PAUD
3.11 Tenaga Kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan
meliputi pengelola satuan
pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas,
peneliti,
pengembang,
pustakawan, laboran, dan
teknisi sumber belajar.
3.12 Pendidik adalah tenaga
kependidkan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong
belajar,
widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan
pendidikan
3.13 Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur
pencapaian
hasil belajar peserta didik.
3.14 Evaluasi
Pendidikan
adalah kegiatan pengendalian , penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen
pendidikan
pada setiap jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan.
3.15 Ujian adalah kegiatan
yang dilakukan untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi peserta didik
sebagai
pengakuan
prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
16. Fokus
3.16 Akreditasi
adalah
kegiatan penilaian kelayakan suatu program
dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan. Akreditasi dilakukan atas
dasar kriteria yang bersifat
terbuka.
3.17 Badan
Akreditasi
Nasional
Pendidikan
Non Formal (BAN-PNF)
adalah badan evaluasi
mandiri yang menetapkan
kelayakan program dan/
atau satuan pendidikan
PNF dengan mengacu
pada Standar Nasional
Pendidikan.
3.18 Surat Tanda Akreditasi
adalah dokumen formal
atau satu set dokumen
yang secara legal dapat
dipertanggung jawabkan
yang menyatakan pem
berian akreditasi kepada
satuan PNF untuk suatu
Program PNF.
3.19 Simbol Akreditasi adalah
Simbol/Logo
akreditasi
yang diterbitkan oleh
BAN-PNF untuk diguna-
kan oleh Satuan PNF
yang terakreditasi, yang
menunjukkan
status
akreditasi
mereka
sekaligus mengindikasikan langsung kelayakan
Program PAUD
3.20 Banding
adalah
Permintaan dari Lembaga
Penyelenggara PNF untuk
mempertimbangkan kembali keputusan yang
dirasakan merugikan yang
dibuat BAN-PNF terkait
dengan penilaian kesesuaian status akreditasi
PNF.
3.21 Asesor Akreditasi adalah
Seseorang yang mempunyai kualifikasi dan
kompetensi yang relevan
dengan tugas untuk
melaksanakan akreditasi
terhadap
kelayakan
program dalam satuan
PNF,
baik
secara
perorangan
maupun
sebagai bagian dari tim
akreditasi sesuai dengan
persyaratan dan tugas
yang ditetapkan oleh
BAN-PNF
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
17. Fokus
3.22 Penyelenggara Program
PAUD adalah Suatu
lembaga atau satuan PNF
PAUD yang mengikuti
proses Akreditasi sesuai
dengan pedoman BANPNF, mencakup kegiatan
permohonan,
evaluasi,
keputusan
akreditasi,
surveilen dan akreditasi
ulang.
Penyelenggara
Program PAUD merupakan obyek akreditasi oleh
BAN-PNF.
3.23 Sistem
Penjaminan
Mutu adalah dokumen
dan rekaman kegiatankegiatan yang bertujuan
untuk memenuhi atau
melampaui
standar
nasional pendidikan yang
mencakupi
struktur
organisasi,
tanggung
jawab, prosedur, proses
dan
sumber
untuk
menerapkan manajemen
dan pengelolaan mutu,
serta dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan
terencana dalam suatu
program penjaminan mutu
yang memiliki target dan
kerangka waktu yang
jelas.
3.24 Panduan Mutu adalah
suatu dokumen yang
berisi kebijakan mutu,
sistem
mutu,
dan
pelaksanaan mutu dalam
suatu
organisasi.
Panduan mutu dapat juga
membuat dokumen lain
yang
berhubungan
dengan pengaturan mutu
PNF.
3.25 Surveilen
adalah
kegiatan-kegiatan penilaian
ulang
kelayakan
Program PNF dalam
satuan
PNF
yang
dilakukan oleh BAN-PNF
sehubungan
dengan
aspek
dan
lingkup
akreditasi setelah dilakukan akreditasi, misalnya:
melakukan
kegiatan
survei lapangan
meminta kepada penyelenggara Program
PNF untuk menyiapkan/
menyediakan dokumen
dan rekaman2 yang
dibutuhkan
seperti
rekaman audit, hasil
quality control untuk
membuktikan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
18. Fokus
kebenaran
kegiatan
Program PNF .
memonitor dan mengawasi kinerja penyelenggara
Program
PNF.
3.26 Penundaan Akreditasi
adalah
penundaan
sementara pemberlakuan
akreditasi pada suatu
program dalam satuan
PNF selama maksimal
satu tahun untuk lembaga
(satuan
PNF)
yang
sedang dalam proses
akreditasi..
3.27 Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
3.28 Standar
Kompetensi
Lulusan (SKL) adalah
kualifikasi
kemampuan
lulusan Program PAUD
yang mencakup sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan.
3.29 Standar Isi adalah ruang
lingkup materi dan tingkat
kompetensi
yang
dituangkan dalam kriteria
tentang
kompetensi
tamatan,
kompetensi
bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan
silabus
pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan
dalam Program PNF
3.30 Standar Proses adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan
pelaksanaan
pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan Program
PAUD
3.31 Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan
fisik maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.
3.32 Standar Sarana dan
Prasarana adalah standar
nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
19. Fokus
minimal tentang ruang
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat
berkreasi dan berekreasi,
serta sumber belajar lain,
yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran,
termasuk
penggunaan
teknologi
informasi dan komunikasi
yang dibutuhkan dalam
Program PAUD
3.33 Standar
Pengelolaan
adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
kegiatan
pendidikan pada tingkat
satuan
pendidikan,
kabupaten/kota, propinsi,
atau
nasional
agar
tercapai efisiensi dan
efektivitas
penyelenggaraan
pendidikan
Program
PAUD
3.34 Standar
Pembiayaan
adalah standar yang
mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun
untuk Program PAUD
3.35 Standar Penilaian Pendidikan adalah standar
nasional pendi-dikan yang
berkaitan
dengan
mekanisme,
prosedur,
dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik
Program PAUD
3.36 Dokumen adalah format
yang menjadi perencanaan untuk dilaksanakan
(sebelum diisi data),
seperti formulir, panduan
mutu, prosedur, instuksi
kerja dan fotokopi.
3.37 Rekaman adalah catatan
hasil pelaksanaan dan
pengisian dari dokumen,
seperti hasil formulir yang
telah diisi, instruksi kerja
dengan fotokopi yang
telah diisi
3.38 Kategori Persyaratan
Dikelompokkan dalam:
3.38.1 Harus
apabila
komponen/unsur
yang
disebutkan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
20. Fokus
3.38.2
3.38.3
dalam persyaratan
tidak terpenuhi (non
confirmity)
pada
program
dalam
satuan PNF akan
mempengaruhi menurunnya mutu PNF
secara
langsung
(major defect).
Seharusnya apabila
komponen/unsur
yang
disebutkan
dalam persyaratan
tidak terpenuhi (non
confirmity)
pada
program
dalam
satuan PNF akan
berpotensi menurunkan mutu PNF (minor
defect).
Sebaiknya apabila
komponen/unsur
yang
disebutkan
dalam persyaratan
tidak terpenuhi (non
confirmity) pada program dalam satuan
PNF akan mempengaruhi
kinerja
PNF
(efesiensi,
efektifitas dan produktifitas).
4. Persyaratan Umum
4.1 Setiap program dan
satuan
PNF
harus
memenuhi standar sesuai
dengan UU
RI No
20/2003 Pasal 35 ayat (1),
aspek yang perlu di
standarisasi terdiri atas 8,
yaitu: 1) isi, 2) proses,
3) kompetensi lulusan,
4) pendidik dan tenaga
kependidikan
lainnya,
5) sarana dan prasarana,
6) pengelolaan, 7) pembiayaan, dan 8) penilaian.
4.2 Ke delapan standar ini
sebaiknya
ditingkatkan
secara berencana, berkala, dan berkelanjutan.
4.3 Kriteria akreditasi satuan
dan Program PAUD harus
menggunakan
standar
yang berlaku.
4.4 Kepatuhan terhadap program sistem manajemen
lembaga seluruh rekaman
dan dokumen yang terkait
dengan
persyaratan
dalam delapan standar
ditetapkan kriteria sebagai
berikut:
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
21. Fokus
4.4.1
4.4.2
4.4.3
4.4.4
4.4.5
4.4.6
Rekaman
harus
akurat
Rekaman
harus mutakhir
Rekaman
harus
dapat dibuktikan
Dokumen
harus
benar dan akurat
Prosedur monitoring
harus diikuti dengan
baik
Tindakan
koreksi
harus dilakukan bila
tidak
terdapat
kesesuaian
Modifikasi Program
PNF yang digunakan
harus
mendapat
persetujuan
dari
pimpinan
lembaga
penyelenggara
Program PAUD.
5. Standar Isi
5.1 Struktur Kurikulum
5.1.1 Lembaga
Penyelenggara
Program PAUD harus
memiliki kurikulum
5.1.2 Kurikulum yang digunakan
harus mengacu kepada
Standar PAUD
5.1.3 Kurikulum
seharusnya
ditinjau secara berkala
5.1.4 Frekuensi
peninjauan/perubahan kuri-
kulum sebaiknya dilaku-kan
secara tahunan/bulanan
5.2 Beban Belajar
5.2.1 Beban belajar seharusnya
ditetapkan
berdasarkan
jumlah jam belajar per
satuan waktu
5.3 Kalender Pendidikan
5.3.1 Lembaga
Penyelenggara
Program PAUD seharusnya
memiliki
kalender
pendidikan
5.3.2 Kalender
pendidikan
seharusnya disosialisasikan
kepada pihak-pihak yang
berkepentingan
5.4 Silabus
5.4.1 Lembaga
penyelenggara
Program PAUD harus
memiliki silabus untuk
kegiatan mingguan dan
harian
5.4.2 Silabus harus disusun
dengan mengacu pada
Panduan
Tahap
Perkembangan Anak
5.4.3 Silabus
setiap
mata
pelajaran
seharusnya
disusun oleh pendidik
5.4.4 Silabus
sebaiknya
didokumentasikan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 9
22. Fokus
6. Standar Proses
6.1 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
6.1.1 Program PAUD seharusnya
memiliki
rencana
pembelajaran
Harian/Mingguan
6.1.2 RPP setiap mata pelajaran
seharusnya disusun oleh
Pendidik
6.1.3 RPP seharusnya disusun
dengan mengacu pada
Standar
Perkembangan
Anak
6.1.4 RPP sebaiknya didokumentasikan
6.2 Pelaksanaan Pembelajar-an
6.2.1 Pengelolaan Kelas
6.2.1.1 Pelaksana
program
seharusnya melakukan
penataan
lingkungan
bermain
6.2.2 Bahan Ajar
6.2.2.1 Lembaga Program PAUD
sebaiknya menyediakan
Alat Permainan Edukatif
(APE)
6.2.3 Kegiatan Pembelajaran
6.2.3.1 Kegiatan pembelajaran sebaiknya terdiri inti, penyambutan, dan penutup.
6.3 Penilaian Hasil Pembelajaran
6.3.1 Lembaga
penyelenggara
program PAUD seharusnya
melaksanakan
penilaian
pada proses pembelajaran
6.4 Pengawasan
6.4.1 Supervisi
6.4.1.1 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD seharusnya melakukan supervisi
proses
pembelajaran
pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
6.4.2 Evaluasi
6.4.2.1 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD seharusnya melakukan evaluasi
pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
6.5 Pelaporan dan Tindak Lanjut
6.5.1 Hasil supervisi dan evaluasi
proses pembelajaran sebaiknya dilaporkan kepada
pihak-pihak yang terkait.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 10
23. Fokus
7. Standar Kompetensi
Lulusan
7.1 Standar Kompetensi
Lulusan (SKL)
7.1.1 Standar Kompetensi Lulusan harus ditetapkan sesuai
usia anak dan aspek
pengembangan
Bahasa,
kognitif, sosial emosional,
agama dan moral
7.2 Acuan Standar
7.2.1 Standar Program PAUD
seharusnya mengacu pada
Standar PAUD
7.3 Standar Kompetensi Perkembangan Anak
7.3.1 Program PAUD seharusnya
memiliki standar tahapan
perkembangan anak
7.4 Peserta Didik
7.4.1 Penyelenggara
Program
PAUD seharusnya memiliki
data jumlah peserta didik
saat pendaftaran dan data
peserta didik yang telah
selesai mengikuti program
dalam 3 tahun terakhir.
7.5 Kemitraan
7.5.1 Penyelenggara
Program
PAUD sebaiknya melakukan
kerjasama dengan instansi
lain.
8. Standar
Pendidik
dan
Tenaga Kependidikan
8.1 Pendidik
8.1.1 Program PAUD harus
memiliki pendidik yang
memenuhi kualifikasi dan
kompetensi sesuai dengan
standar yang ditetapkan
8.1.2 Pendidik Program PAUD
harus mengikuti pelatihan
peningkatan mutu yang
relevan
8.2 Tenaga Kependidikan
8.2.1 Tenaga
Kependidikan
Program PAUD seharusnya
memiliki kualifikasi dan
kompetensi sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam
bidang kerjanya
8.2.2 Tenaga
Kependidikan
Program PAUD sebaiknya
mengikuti
pelatihan
peningkatan mutu yang
relevan
9. Standar Sarana dan Prasarana
9.1 Prasarana Pendidikan
9.1.1 Lembaga
penyelenggara
Program PAUD harus
memiliki tempat aktifitas
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 11
24. Fokus
belajar (ruang belajar/
bermain).
9.1.2 Lembaga
penyelenggara
Program PAUD sebaiknya
memiliki ruang tempat
bermain/belajar yang tetap
sesuai kebutuhan
9.2 Peralatan dan Perlengkapan
pendidikan
9.2.1 Ruang belajar Program
PAUD harus dilengkapi
berupa alat untuk melaksanakan pembelajaran
(“best practice”) Program
PAUD.
9.3 Buku, Media, dan Sumber
Belajar Pendidikan
9.3.1 Lembaga
Penyelenggara
Program PAUD seharusnya
menyediakan buku teks,
buku, peralatan bermain,
bahan ajar, dan bahan ajar
lainnya.
9.3.2 Lembaga
Penyelenggara
Program PAUD seharusnya
menyediakan
sumber
belajar lain seperti mainan
gantung berwarna, alat
gambar dan lukis, dan lainlain.
10. Standar Pengelolaan
10.1 Perencanaan
10.1.1 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD seharusnya merumuskan dan
menetapkan visi, misi,
dan tujuan serta memiliki
dokumennya
10.1.2 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD sebaiknya
melaksanakan sosialisasi
visi, misi dan tujuan
kepada semua pendidik,
peserta didik, dan unsur
lain yang terkait
10.2 Pelaksanaan Rencana
Kerja
10.2.1 Lembaga penyelenggara
program PAUD sebaiknya
mempunyai
pedoman
yang mengatur berbagai
aspek pengelolaan secara
tertulis yang mudah
dibaca oleh pihak terkait
meliputi:
kurikulum,
kalender pendidikan, peraturan pendidikan, tata
tertib, dan kode etik.
10.2.2 Pelaksanaan
Program
PAUD seharusnya berdasarkan rencana kerja
tahunan
yang
telah
ditetapkan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 12
25. Fokus
10.3 Pelaporan Hasil Pengawasan
10.3.1 Lembaga penyelenggara
program PAUD sebaiknya
melaporkan hasil pengawasan
pengelolaan
secara tertulis kepada
pimpinan lembaga dan
pembina program (Dinas
Pendidikan)
10.4 Kepemimpinan
10.4.1 Pimpinan Lembaga Penyelenggara
Program
PAUD harus mengikuti
kriteria yang berlaku.
10.5 Sistem Informasi Manajemen (SIM)
10.5.1 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD sebaiknya
mengelola sistem informasi manajemen yang
memadai
untuk
mendukung administrasi
pendidikan yang efektif,
efesien dan akuntabel.
12. Standar Penilaian
12.1 Penyelenggara dan Pendidik
Program
PAUD
harus
melakukan penilaian hasil
belajar
secara
periodik
(tengah dan akhir program)
12.2 Penilaian
hasil
belajar
peserta didik sebaiknya
menggunakan
teknik
penilaian
berupa
portofolio/praktek.
12.3 Penilaian
hasil
belajar
sebaiknya
berdasarkan
prinsip-prinsip penilaian
12.4 Penyelenggara
Program
PAUD sebaiknya memiliki
panduan penilaian.
12.5 Hasil penilaian peserta didik
Program
PAUD
harus
dilaporkan kepada orang tua
peserta didik.
11. Standar Pembiayaan
11.1 Penyelenggara
Program
PAUD sebaiknya memiliki
dokumen (pembukuan) penerimaan dan pengeluaran
dana
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 13
26. Fokus
Dra. Ella Sulhah, M.Pd1
I. LATAR BELAKANG
A. Dasar Hukum
2) Peraturan Pemerintah No 19
Republik
Tahun 2005 tentang Standar
Indonesia No. 20 Tahun 2003
Nasional Pendidikan (Lem-
tentang Sistem Pendidikan
baran Negara Tahun 2005
Nasional (Lembaran Negara
Nomor
Tahun 2003 Nomor 78,
Lembaran Negara Republik
Tambahan Lembaran Negara
Indonesia Nomor 4496);
1) Undang-undang
41,
Tambahan
3) Keputusan Presiden Nomor
Nomor 4301);
1
Anggota BAN PNF DEPDIKNAS
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
27. Fokus
187/M
Tahun
mengenai
2004
akreditasi
adalah
kegiatan
pembentukan
penilaian kelayakan program
Kabinet Indonesia Bersatu
dan/atau satuan pendidikan
sebagaimana telah bebe-
berdasarkan kriteria yang telah
rapa kali diubah terakhir
ditetapkan
dengan Keputusan Presiden
standar.
No 20/P Tahun 2005
Standar Nasional Pendidikan
4) Peraturan
Menteri
Pen-
berdasarkan
Bab
IX
tentang
pasal 35 ayat 1 menyatakan
didikan Nasional Nomor 30
bahwa
Tahun 2005 tentang Badan
pendidikan terdiri atas: standar
Akreditasi
isi, proses, kompetensi lulusan,
Nasional
Pen-
didikan Nonformal.
pendidik
5) Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional
standar
Nomor
nasional
dan
kependidikan,
tenaga
sarana
dan
prasarana, pengelolaan, pem-
064/P/2006, tentang peng-
biayaan,
dan
penilaian
angkatan anggota BAN 0PT,
pendidikan
BAN S/M, dan BAN PNF.
ditingkatkan secara berencana
yang
harus
dan berkala. Hal ini dapat
B. Gambaran Umum Singkat
diartikan
bahwa
akreditasi
adalah upaya menstandarisasi
Undang
Undang
Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional, menegaskan bahwa
kedelapan hal tersebut.
Hal
serupa
diatur
dalam
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
28. Fokus
tentang Standar Nasional Pen-
dilaksanakan
didikan
Akreditasi Nasional Pendidikan
menyatakan
Pemerintah
bahwa
melakukan
oleh
Badan
Non Formal (BAN PNF).
akreditasi pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan untuk
C. Alasan Kegiatan dilaksanakan
menentukan kelayakan program
dan/atau satuan pendidikan.
PNF telah melaksanakan 5000
Dengan
akreditasi
jenis pendidikan keterampilan
bukan hanya dilakukan untuk
hidup, 3 jenis pendidikan anak
pendidikan formal saja, tetapi
usia
dilakukan juga untuk pendidikan
program,
non
pendidikan
demikian
formal.
Sebagaimana
dini
dengan
56.544
10.000
program
pemberdayaan
amanat UU No. 20/2003 pasal
perempuan, 120.000 pendidikan
60
bahwa
keaksaraan,
untuk
keterampilan
menyebutkan
akreditasi
dilakukan
187
dan
jenis
pelatihan
menentukan kelayakan program
dalam bentuk kursus dengan
dan satuan pendidikan pada
13.000 pelaksanan program.
jalur pendidikan formal dan non
PNF juga telah mengelola 7
formal pada setiap jenjang dan
Balai
jenis
didikan
pendidikan.
Sejalan
Pengembangan
Luar
Sekolah
Pendan
dengan itu, pasal 87 PP No.
Pemuda (BPPLSP), 23 Balai
19/2005 menyatakan bahwa
Pengembangan Kegiatan Belajar
implementasi akreditasi pada
(BPKB), 350 Sanggar Kegiatan
pendidikan
Belajar
non
formal
(SKB),
5000
Pusat
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
29. Fokus
Kegiatan
Belajar
Masyarakat
yang terus berkembang. Dari
(PKBM).
Dengan
demikian,
berbagai program yang telah
dilihat dari sisi jumlah, PNF
dikembangkan tersebut, baru
sudah cukup maju, namun
sekitar
dilihat dari sisi mutu dan
dikatakan layak, dalam arti
kelayakan, kinerja PNF masih
keluarannya mampu merebut
perlu
peluang
ditingkatkan
secara
berkelanjutan.
Ilmu
dan
20%
yang
pasar
dapat
yang
ada,
sedangkan 80% lainnya masih
teknologi
terus
perlu ditingkatkan dan dibina
berkembang seiring dan sejalan
secara
dengan
perkembangan
Untuk
tuntutan
kehidupan
dan
masya-
berkesinambungan.
menemukenali
menditeksi
program
dan
dalam
rakat. Kondisi ini memaksa
satuan PNF yang ada perlu di
para pengelola PNF untuk terus
tingkatkan kelayakannya, maka
bergerak
program dalam satuan PNF
maju
dalam
memberikan layanan pendidikan
yang
layak
bagi
warga
masyarakat, sehingga mereka
dapat merebut peluang yang
terus berkembang. Hanya warga
masyarakat
yang
yang ada perlu diakreditasi.
II. KEGIATAN YANG DILAKSANA
KAN
A. Uraian Kegiatan
memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan
Akreditasi
sikap maju yang akan mampu
penilaian terhadap kelayakan
memanfaatkan
program
lingkungan
adalah
dalam
kegiatan
satuan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
30. Fokus
pendidikan berdasarkan kriteria
III. MAKSUD DAN TUJUAN
yang bersifat terbuka. Akreditasi
A. Maksud Kegiatan
PNF dilakukan pada sejumlah
program dalam satuan PNF
sesuai dengan Undang-Undang
Kegiatan
untuk
program
No. 20 tahun 2003,
ini
dimaksudkan
meningkatkan
mutu
pendidikan
non
formal dan mendorong satuan
B. Batasan Kegiatan
Kegiatan
ini
PNF berupaya meningkatkan
akan
di-
mutu program dan lembaga-
laksanakan mulai bulan Maret
nya
secara
bertahap,
s/d Desember 2009 dengan
terencana dan kompetitif di
keluaran laporan hasil visitasi
tingkat
ke 14 (empat belas) program
propinsi.
kabupaten/kota,dan
PNF meliputi program PAUD,
Kejar paket A, B, C, Sekretaris,
B. Tujuan Kegiatan
Bahasa Inggris, Akupunktur,
Tata
Berdasarkan UU RI No 20/2003
Tata
Pasal 60 ayat (1) akreditasi
Kecantikan Rambut, Menjahit,
dilakukan untuk menentukan
Akutansi, Tata Rias Pengantin,
kelayakan program dan satuan
dan 3 (tiga) Lembaga meliputi :
pendidikan pada jalur
PAUD, PKBM dan Kursus.
didikan formal dan non formal
Otomotif,
Kecantikan
Komputer,
Kulit,
pen-
pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan berdasarkan kriteria
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
31. Fokus
yang
bersifat
terbuka.
Pengantin, dan 3 (tiga) Lembaga
Sehubungan dengan itu, tujuan
meliputi : PAUD, PKBM dan
dilaksanakannya
Kursus.
program
akreditasi
dalam
satuan
pendidikan non formal adalah
untuk
member!
penilaian
kelayakan suatu satuan pen-
V. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan Kegiatan
akre-
didikan non formal berdasarkan
ditasi terdiri dari 3 tahap yaitu
kriteria yang telah ditetapkan
persiapan,
dan dilakukan oleh BAN PNF
yang
hasilnya
diwujudkan
dalam
bentuk
pelaksanaan
dan
penentuan hasil dan tindak lanjut
pengakuan
akreditasi.
A. Persiapan
kelayakan.
Setiap
satuan dan program
PNF yang ingin
IV. HASIL YANG DIHARAPKAN
Terakreditasinya 1.850 program
PNF di 20 propinsi, meliputi
program PAUD, Paket A, B, C,
Sekretaris,
Bahasa
Inggris,
Akupunktur, Otomotif, Komputer, Tata kecantikan Kulit,
Tata
Kecantikan
Rambut,
diakreditasi
harus mengikuti workshop yang
diselenggarakan oleh BAN PNF
dan
memenuhi
persyaratan
sebagai berikut:
1) Memiliki izin operasional
dari Depdiknas
2) Telah melakukan kegiatan
PNF
minimal
1
tahun
Menjahit, Akutansi, Tata Rias
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
32. Fokus
setelah
mendapat
ijin
Depdiknas.
Setelah dokumen diterima
3) Satuan PNF yang ingin
programnya
program dalam satuan PNF.
diakreditasi
dan diperiksa kelengkapannya oleh sekretariat BAN PNF
harus mengajukan surat
dan
permohonan
selanjutnya dilakukan audit
untuk
di-
akrediatsi kepada BAN PNF
dibuat
laporannya,
dokumen oleh tim asesor
yang ditugaskan oleh BAN
4) Telah melakukan evaluasi
diri secara sistematis dan
teratur dengan maksud agar
PNF. Hasil audit dokumen
dipergunakan untuk rencana
pelaksanaan visitasi.
dapat memastikan bahwa
program dalam satuan PNF
telah
dapat
menjamin
kualitasnya.
2) Visitasi
Visitasi
adalah
kegiatan
kunjungan yang dilakukan
tim asesor untuk meneliti
B. Pelaksanaan
kesesuaian
Akreditasi dilaksanakan setelah
dilakukan :
dokumen/
rekaman dengan kondisi
yang ada di lapangan atau
1) Evaluasi dokumen (Desk
kesesuaian dengan standar.
Evaluation )
Visitasi juga dilaksanakan
Evaluasi dokumen adalah
dalam rangka melakukan
penilaian
surveilan untuk memelihara
kelengkapan
dokumen hasil evaluasi diri
hasil akreditasi
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
33. Fokus
C. Hasil, Masa berlaku akreditasi
dan Tindak lanjut
laporan
hasil
asesment
lapangan dari tim asesor.
Hasil akreditasi dinyatakan
1). Hasil akreditasi
dengan sertifikat akreditasi
Penilaian
hasil
evaluasi
dokumen (desk evaluation &
audit dokumenf) dan hasil
evaluasi lapangan menjadi
bahan
penentuan
hasil
akreditasi. Hasil akreditasi
adalah pernyataan kesesuaian (conformity) dengan
standar
atau
dan
ditandatangani
oleh
Ketua BAN PNF. Sertifikat
akreditasi
memuat
nyataan
hasil
per-
akreditasi
satuan PNF dengan lingkup
program yang dimintakan
akreditasinya
kelayakan
sesuai dengan standar yang
telah
yang dikeluarkan BAN PNF
ditetapkan
penghargaan
bukan
(reward).
2). Masa berlaku akreditasi dan
tindak lanjut
Setiap
program
dalam
Dengan demikian hanya
satuan pendidikan yang
ada status terakreditasi
telah memperoleh status
(acrredited)
"terakreditasi"
dan
Tidak
selanjutnya
terakreditasi (non accre-
harus memperhatikan ke-
dited).
tentuan sebagai berikut
Sedang
Hasil
Akreditasi PNF ditentukan
oleh sidang pleno BAN PNF
atas
dasar
penilaian
(a) Masa
berlaku
akreditasi
status
setiap
program dalam satuan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
34. Fokus
PNF adalah 5 (lima )
waktu yang ditentukan
tahun dan setelah itu
(maksimal
dapat mengajukan per-
belum juga melengkapi
mohonan kembali untuk
persyaratan maka harus
diakreditasi, sekurang-
mengajukan permohon-
kurangnya 6 (enam)
an
bulan sebelum berakhir
akreditasi
masa berlakunya status
akreditasi
ulang
1
tahun),
untuk
(d) Pengaduan
di-
keberatan
(complain). Penyeleng-
(b) Satuan PNF yang masa
gara
program/satuan
berlaku status akreditasi
PNF dapat mengajukan
programnya sudah ber-
keberatan hasil akre-
akhir dan telah meng-
ditasi kepada BAN PNF.
ajukan
Selanjutnya BAN PNF
permohonan
untuk diakreditasi, tetapi
akan
belum dilakukan proses
mengevaluasi
akreditasi, maka akre-
melakukan
ditasinya
untuk
dinyatakan
masih tetap berlaku
(c) Bagi program dalam
satuan PNF yang status
akreditasinya
ditunda
(Pending) sampai batas
mempelajari,
dan
verifikasi,
kemudian
di-
putuskan dalam sidang
pleno, kemudian hasilnya akan disampaikan
pada
penyelenggara
program tersebut.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 9
35. Fokus
VI. TAHAP KEGIATAN
menunjuk Tim asesor BAN
AKREDITASI
PNF
a. Penyelenggara program PNF
mengirimkan
surat
per-
untuk
melakukan
evaluasi dokumen
f. Komisi Pelaksana Akreditasi
mohonan akreditasi kepada
beserta
BAN PNF
Pembekalan kepada asesor
b. BAN PNF mengirim surat
jawaban disertai lampiran
instrumen dan kelengkapannya untuk diisi oleh pemohon
c. Penyelenggara program PNF
mengembalikan
instrumen
yang telah diisi disertai
lampiran
pendukung
ke
sekretariat BAN PNF
d. Sekretariat
melakukan
kelengkapan
BAN
TIM
memberi
yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan visitasi ke
lembaga
g. Setelah
melaksanakan
visitasi, asesor mengirimkan
laporan hasil visitasi kepada
BAN PNF paling lambat
seminggu setelah visitasi
h. Komisi Pelaksana Akreditasi
PNF
pemeriksaan
dokumen,
apabila dinyatakan sudah
lengkap, dokumen siap untuk
dievaluasi oleh tim asesor
dengan
(selected
Tim
pemeriksa
assesor)
me-
lakukan pemeriksaan, penilaian terhadap laporan hasil
visitasi
asesor,
dan
merekomendasikan
status
akreditasi untuk diputuskan
e. Komisi Pelaksana Akreditasi
dalam sidang pleno
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 10
36. Fokus
i. Pelaksanaan Sidang pleno
keputusan status akreditasi
j. Pengumuman
Keputusan
hasil akreditasi
VIII. PELAKSANA DAN
PENANGGUNGJAWAB
KEGIATAN
a. Pelaksana kegiatan adalah
sebagai berikut :
VII. TEMPAT PELAKSANAAN
1). Anggota BAN PNF
KEGIATAN
2). Sekretariat BAN PNF
Kegiatan visitasi dilakukan di 20
3). Nara Sumber
provinsi
Yaitu : Sumatera
Utara,
Sumatera
Barat,
Sumatera Selatan, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa
Tengah, Jawa Timur,
NTT,
Kalimantan
4). Nara Sumber
Bali,
Barat,
5). Asesor PNF
b. Penanggung
jawab
kegiatan adalah Ketua
Komisi
Akreditasi/Koor-
Kalimantan Timur, Sulawesi
dinator Kegiatan Pelak-
Selatan,
Sulawesi
Utara,
sanaan Akreditasi
Sulawesi
Tengah,
Maluku
Utara, NTB, Lampung dan
Gorontalo
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 11
37. Fokus
Beryana Evridawati
(Staf Dit. PAUD)
Jika kita bicara tentang
kebijakan
Pemerintah,
maka
komitmen yang diejawantahkan
dengan menempatkan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) sebagai
salah satu program utama
pembangunan pendidikan jangka
menengah 2005-2009 merupakan
perwujudan dari kesadaran tentang
peran
kritis
PAUD
dalam
mempersiapkan generasi penerus
yang berkualitas dan berakhlak
mulia.
Dalam kurun waktu singkat,
lembaga-lembaga penyelenggara
PAUD terutama PAUD Nonformal
tumbuh bagaikan cendawan di
musim hujan. Suatu fenomena
yang sangat menarik dan
menggembirakan. Namun jika kita
melihat pemetaan pertumbuhan
tersebut,
belum
seluruhnya
menyentuh ‘akar rumput’ di
daerah-daerah terpencil yang
ternyata lebih terfokus untuk
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
38. Fokus
memenuhi kebutuhan mendasar
(survival) anak usia dini daripada
mencukupi kebutuhan pendidikannya.
Program Pendidikan dan
Pengembangan Anak Usia Dini
(PPAUD / Early Childhood
Education
and
Development
Project) hadir diantara kita sebagai
salah
satu
program
yang
diharapkan dapat menyentuh
kebutuhan layanan pendidikan dan
pengembangan untuk anak usia 06 tahun.
Dalam upaya meningkatkan
proporsi anak dari keluarga kurang
mampu untuk memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya melalui
partisipasi dalam Program PPAUD
yang mudah, efektif, berkualitas,
holistik (pendidikan, kesehatan,
gizi, dan keikutsertaan orang tua)
dan
berkelanjutan,
Program
PPAUD diharapkan dapat melayani
minimal 738.000 anak pada akhir
tahun 2013. Ruang gerak Program
PPAUD ini ditopang dengan dana
Pemerintah Indonesia, soft loan
(International
Development
Association/IDA Credit 4205-IND)
dari Bank Dunia, dan Ducth Trust
Fund (TF. 056841-IND dari
Pemerintah Belanda). Secara
eksplisit, tertuang dalam Financing
Agreement antara Pemerintah
Indonesia dan Bank Dunia bahwa
performance indicator Program
PPAUD adalah:
• Increases
in
early
development
scores
of
children entering kindergarten
or first grade of primary
school;
• Increases in Early Stimulation,
Detection and Intervention of
Child
Growth
and
Development (DDTK)
scores of children 0-3
years.
Setelah melalui serangkaian
seleksi
dan
verifikasi, telah terpilih
21 provinsi dan 50
kabupaten
sebagai
penerima
Program
PPAUD (2007 s.d
2013).
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
39. Fokus
P AREGIO L K IA NPROG A P A D
ET
NA EG TA
RM PU
Su at ra S la
m e e tan:
1 O nKo eri g Il r
. ga m n i
N g Ae D s la :
anroe ch arusa m
1. A h T gg a
ce en ar
2. A h T ga
ce en h
S m ra U ra:
u ate ta
1. T a S m ir
ob a os
2. T anli tenah
ap u g
S m ra B t:
u ate ara
1. S ok
ol
2. S a un /Su un
awhl to i nj g
j
3. P is la
es irSe tan
Ja bi:
m
1. T jug Jbu T u
an n a ng imr
2. S la u
aro ngn
I
II
Bngul :
e ku
1. B g lu U ra
enku ta
2. B g lu S at n
enku el a
La pug:
mn
1. La pu Ti ur
m ng m
2. La pu S at n
m ng el a
Ja aB t:
w ara
1. S ean
umd g
2. S a m
ukbu i
3. S a
ubng
4. Ma legk
ja n a
5. G t
aru
V
III
J aTe ah:
aw ng
1 R bng
. ema
2 Wno ri
.
o gi
3 Cac
. il ap
4 B nj rn a
. a a egra
D Yo akrta :
I gy a
1 K lo ro
. u np go
2 G u Kul
. unng id
Kli an n B rat:
am ta a
1 Sm s
. a ba
2 K tap g
. e an
IV
S aw i U ra:
ul es t
a
1. Keul u Ta ud
p a an la
2. Keul u S g e
p a an anih
Jw Ti ur:
aa m
1 Pc n
. aita
2 Mdiu
. a n
3 Bn w o
. odo os
S aw i B t:
ul es ara
1. Po wli M da
le a an r
2. Mm u
a uj
N
TB:
1 L b T ga
. omok en h
2 S maw
. ub a
3 Dm
. o pu
S aw i S ata
ul es el n:
1. Si j i
na
2. Si r p
da
3. Wo
aj
4. J epnto
en o
N:
TT
1 S ma B t
. u b ara
2 T or T ga U ra
. im en h ta
M uk U ra:
al u ta
Hm eraU ra
al ah
ta
Hm eraSel t n
al ah
aa
G nt l :
oro ao
1. Gron lo
o ta
2. Bo em
al o
Dalam kerangka pemikiran
bahwa
keberadaan
Program
PPAUD ini nantinya bukan saja
sebagai pilot program namun lebih
dipandang sebagai suatu upaya
untuk
menumbuhkembangkan
kesadaran
masyarakat
yang
berada di 3000 desa miskin untuk
memberikan
maupun
melaksanakan
layanan
PAUD
nonformal, maka disusun suatu
Irj b
a ar:
Mnow
a k ari
Ppu
aa
Mraue
e k
Jya ra
a pu
strategi
agar
keberlanjutan
program dapat terus berlangsung
walaupun kucuran dana dari
pemerintah dan luar negeri telah
berakhir. Sebuah konsep prestisius
yang sulit namun tidak mustahil
untuk dilaksanakan.
Konsep untuk melibatkan
masyarakat sejak awal pembentukan lembaga layanan PAUD
Nonformal, adalah sebuah strategi
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
40. Fokus
yang jitu jika kita menginginkan
sustainability bukan hanya muncul
sebagai konsep di atas meja kerja.
Namun hal ini pun mengandung
resiko, mulai dari conflict of interest
yang mungkin saja muncul di
masyarakat
ataupun
tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi
pada keberhasilan para Tim
Fasilitator Masyarakat (TFM)
memainkan
perannya
yang
strategis di masyarakat. Namun
resiko itu pantas untuk diambil
mengingat jika semua dapat
berhasil, program ini tidak saja
mengakomodir kebutuhan 738.000
anak usia
0-6 tahun untuk
mendapatkan akses layanan
PAUD Nonformal, tetapi juga dapat
menggugah kesadaran para orang
tua, pendidik, pamong, staf,
masyarakat, dan stakeholder
PAUD tentang pentingnya memberikan layanan PAUD kepada
anak usia dini.
Untuk mempersiapkan keterlibatan masyarakat tersebut,
Central Project Implementation and
Coordination Unit (CPICU) PPAUD
menyusun pelatihan berjenjang,
dimulai dari pelatihan National
Early Childhood Specialist Team
(NEST), pelatihan TFM, pelatihan
Pendidik Provinsi dan Kabupaten,
pelatihan Pendidik PAUD maupun
Community Development Worker
(CDW). Perekrutan Konsultan
Individu
maupun
Lembaga
termasuk perekrutan Community
Driven Development (CDD) yang
menggawangi TFM, juga diselenggarakan dengan harapan
bahwa seluruh program yang
direncanakan dapat dimplementasikan dengan hasil memuaskan.
Sebuah jalan panjang yang
diharapkan dapat meminimalisir
ekses negatif dan mengoptimalkan
produk-produk yang dihasilkan
CPICU.
Masyarakat sebagai subjek
sekaligus
objek
mengambil
peranan dalam menentukan jenis
layanan yang mereka butuhkan,
berperan aktif dalam penyelenggaraan layanan PAUD Nonformal,
bahkan mereka juga yang
menentukan siapa saja yang
diserahi tanggung jawab untuk
mengelola dana hibah sebesar US
$ 10,000 per kelompok masyarakat
penerima manfaat. Selaras dengan
fungsi TFM untuk memfasilitasi,
mendampingi dan mempersiapkan
masyarakat menerima dana hibah
masyarakat
(community
blockgrant), inilah skenario yang
dikawal oleh TFM agar masyarakat
tersebut dapat memanfaatkan
dana hibah sesuai dengan rencana
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
41. Fokus
kerja yang telah mereka susun
sebelumnya.
Dalam
muatan
fasilitasi tersebut, diharapkan
tumbuh kesadaran masyarakat
tentang manfaat dan pentingnya
PPAUD, menumbuhkan kebutuhan
masyarakat akan layanan PPAUD
melalui penyebaran informasi dan
promosi kegiatan PPAUD, dan
memfasilitasi masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan dan
memantau kegiatan PPAUD agar
dapat berkembang secara berkesinambungan.
Di sisi lain, Program PPAUD
sendiri bukanlah semata-mata
program pendidikan (walaupun
pendidikan merupakan leading
sector), namun keterlibatan lintas
sektor misalnya Departemen
Kesehatan, BKKBN, dll yang
terwadahi dalam Komite Pengarah
diharapkan
dapat
mengintegrasikan
seluruh
kebutuhan anak usia dini sehingga
menjadi anak yang sehat, cerdas,
ceria, dan berakhlak mulia serta
memiliki kesiapan baik fisik
maupun mental dalam memasuki
jenjang pendidikan lebih lanjut.
Dalam payung semangat yang
sama, di 21 provinsi dan 50
kabupaten terpilih pun dibentuk
Komite Koordinasi. Para Pengelola
PPAUD di 21 provinsi (Province
Project
Coordination
and
Implementation Unit/(PPICU) dan
di 50 kabupaten terpilih (District
Project Implementation Unit/DPIU)
saling bersinergi untuk meraih
kesuksesan pelaksanaan kegiatan
di 3000 desa.
Banyaknya upaya maupun
strategi yang dijalankan pada
akhirnya pun semua terpulang
pada
masyarakat
selaku
‘pengguna jasa’. Mereka-lah yang
akan memutuskan apakah akan
menyelenggarakan layanan PAUD
ataukah akan melanjutkan layanan
ini setelah kucuran dana dari pusat
berakhir?
Semua
berpulang
kepada kualitas dan kuantitas
program, pendekatan yang jitu
kepada masyarakat, maupun
willingness semua pihak yang
terlibat di Program PPAUD.
Semoga ini bukan hanya sekedar
retorika belaka.
Referensi:
1.
2.
3.
Financing Agreement (2006)
between World Bank and
Government of Indonesia
Grand
Design
Program
Pendidikan Anak Usia Dini NonFormal Tahun 2007-2015. 2007.
Dit. PAUD
Pedoman Operasional Program
Pendidikan dan Pengembangan
Anak Usia Dini. 2007. Dit. PAUD
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
43. Fokus
Endang Ekowarni 1
Tujuan:
1. Menentukan kriteria minimal
tentang sistem layanan PAUD.
2. Pedoman kepada pengelola
PAUD dalam menyelenggarakan layanan.
3. Acuan bagi berbagai perihal
dalam pengembangan, pembinaan, dan pelaksanaan PAUD.
4. Membantu masyarakat menyelaraskan persepsi atau
pandangan mengenai PAUD
serta dalam melakukan peni
laian terhadap mutu layanan
pendidikan
.
1
Ketua Team Ad Hoc Penyelenggaraan
PAUD
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
44. Fokus
Susunan Standar PAUD terdiri
dari:
Aspek perkembangan
diamati adalah:
1. Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan
2. Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
3. Standar Program
1. Perkembangan motorik kasar
4. Standar Layanan
I.
Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan
Merupakan deskripsi tentang
perkembangan yang berhasil
dicapai anak pada suatu tahap
tertentii, yaitu:
1. Tahap usia 0 - 12 bulan
disusun dalam kelompok usia:
a. 0 - 3 bulan
b. 3 - 6 bulan
c. 6 - 9 bulan
d. 9 – 12 bulan
2. Tahap usia 12 bulan - 2 tahun
berdasarkan kelompok usia:
a. 12 – 18 bulan
b. 18 – 24 bulan
3. Tahap 2 - 3 tahun
4. Tahap 3 - 4 tahun
5. Tahap 4 - 5 tahun
yang
2. Perkembangan motorik halus
3. Perkembangan kognitif
4. Perkembangan bahasa
5. Perkembangan sosialemosional
6. Perkembangan pemahanan
moral dan agama
Untuk pemantauan pertumbuhan
fisik dan kesehatan digunakan
KMS (Kartu Menuju Sehat).
II. Standar
Pendidik
dao
Tenaga Kependidikan
Pendidik PAUD terdiri dari:
1. Guru PAUD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, ditentukan
bahwa kualifikasi akademik pendidikan guru TK/RA adalah minimal
D IV.
2. Tutor PAUD
Adalah pendidik dengan kualifikasi
akademik SMA atau sederajat
ditambah pelatihan mengenai
PAUD.
6. Tahap 5 - 6 tahun
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
45. Fokus
3. Pengasuh PAUD
Berkualifikasi pendidikan minimal
SMP atau sederajat dengan usia
minimal 18 tahun, ditambah
dengan pelatihan atau kursus
mengenai PAUD yang menekankan pada keperawatan anak.
Selain kualifikasi akademik juga
diperlukan kualifikasi kompetensi
yang meliputi:
1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi profesional
3. Kompetensi pedagogik
4. Kompetensi social
Mengenai
Kepala
Sekolah
digunakan
ketentuan
yang
tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 13
tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Marasah dengan
Kualifikasi
Khusus
Kepala
Sekolah/Madrasah bagi Kepala
Taman
Kanak-kanak/Raudhatul
Athfal adalah:
1. Berstatus
sebagai
guru
TK/RA.
2. Memiliki sertifikat pendidik
sebagai guru TK/RA.
3. Memiliki sertifikat kepala
TK/RA yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
Bagi penyelenggara PAUD, apabila
belum ada Kepala Sekolah yang
sesuai dengan Peraturan Menteri
tersebut, dapat ditunjuk seorang
pengelola PAUD.
Kualifikasi kompetensi Pengelola PAUD adalah:
a. Kompetensi kepribadian
b. Kompetensi manajerial
c. Kompetensi kewirausahaan
III. Standar Program
Program PAUD meliputi isi,
kegiatan, proses, dan penilaian.
Program terdiri dari:
a. Perencanaan
* Tujuan
* Isi
* Tersedianya pendidik dan
tenaga kepen-didikan
* Metode pelaksanaan pendidikan
* Alat permainan
b. Pelaksanaan
* Disesuaikan dengan situasi
dan kondisi
* Pelaksanaan berupa pengasuhan, perawatan, pendidikan sesuai dengan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
46. Fokus
kelompok usia dan kebutuhan khusus anak
* Kegiatan
dilaksanakan
dengan cara terorganisasi
c. Penilaian
* Bertujuan memonitor tingkat
pencapaian per-kembangan
anak
* Dilakukan secara
sisten, sistematis,
terprogram
kondan
* Pendidik
menggunakan
metode penilaian sesuai
dengan tingkat usia dan
tingkat perkembangan anak
d. Satuan
(SPS)
PAUD
sejenis
IV. Standar Layanan
Untuk
terlaksananya seluruh
program PAUD, dibutuhkan faktor
pendukung berupa: sarana dan
prasarana, pengelolaan, serta pem
biayaan.
A. Sarana
Adalah perlengkapan untuk
kegiatan pengasuhan dan
pendidikan
yang
dapat
dipindah-pindah. Ketersediaan
dan jenis sarana disesuaikan
dengan jumlah anak dan jenis
lavanan.
Layanan PAUD dirancang berdasarkan:
Sarana
adalah:
1. Pengelompokan usia:
a. Kelompok usia 0-2 tahun
a. Perabot
kegiatan:
b. Kelompok usia 2-4 tahun
*
meja-kursi anak atau alas
duduk
*
tempat menyimpan alat
permainan
a. Kelompok bermain (KB)
*
alat kebersihan
b. Taman Kanak-kanak (TK)
atau Raudhatul Athfal
(RA)
c. Taman penitipan anak
(TPA)
*
alat penimbang
badan
berat
*
alat pengukur
badan
tinggi
*
dll.
c
Kelompok usia 4-6 tahun
2. Jenis layanan
yang
diperlukan
penunjang
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
47. Fokus
b. Peralatan pendidik:
*
alat permainan edukatifdi
dalam ruang
*
alat permainan edukatifdi
luar ruang
ruang yang dapat digunakan
untuk beberapa fungsi sebagai
berikut:
1. Ruang aktivitas
2. Ruang makan
*
perlengkapan musik dan
seni
3. Ruang ibadah
*
perlengkapan olah raga
5. Kamar mandi
*
dll.
6. Dapur
c. Media pendidikan:
*
buku dan alat tulis
*
majalah
*
alat elektronik
tape, dsb)
*
dsb
poster
*
4. RuangUKS
dll.
C. Pengelolaan
(radio,
d. Perlengkapan
khusus
(untuk pejayanan TPA):
*
tempat tidur bayi
*
perlengkapan mandi bayi
*
perlengkapan
khusus bayi
*
dll.
makan
B. Prasarana
Prasarana adalah fasilitas
yang diperlukan untuk terselenggaranya
program,
berupa satu atau beberapa
Untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan PAUD
diperlukan penyelenggaraan
yang dikelola dengan baik.
Prinsip yang perlu diperhatikan
antara lain:
1. Penerapan manajemen berbasis
masyarakat
yang
ditunjukkan dengan adanya:
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, akuntabilitas.
2. Setiap lembaga PAUD harus
memiliki status yang jelas
pengelolaannya apabila oleh
perorangan,
masyarakat,
swasta,
LSM,
maupun
pemerintah.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
48. Fokus
3. Lembaga PAUD perlu memiliki
pedoman yang mengatur
kurikulum, kalender pendidikan, tata tertib, serta
mekanisme pengawasan, dsb.
D. Pembiayaan
Untuk menjamin kesinambungan layanan pengasuhan
dan
pendidikan
yang
memenuhi syarat kesehatan,
keamanan, dan kenyamanan
anak, diperlukan penyediaan
biaya yang meliputi:
1. Biaya investasi untuk
menyediakan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia
(SDM).
2. Biaya personal meliputi
gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta tunjangan yang melekat pada
gaji.
3. Biaya operasional untuk
pembelian peralatan dan
bahan habis pakai.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
49. Fokus
Maryati Suwondo
(Staf Direktorat Kesetaraan, Depdiknas)
Setiap
keluarga
pasti
mendambakan hadirnya anak atau
keturunan. Baik laki-laki maupun
permpuan, dan yang lebih
didambakan lagi oleh pasangan
suami adalah anak yang sehat dan
berbudi pekerti luhur. Semua ini
dapat
terwujusd,
tergantung
bagaimana cara orang rtua dalam
mendidiknya. Anak sehat, tumbuh
kembang sempurna , berprilaku
baik , semua itu tidak dapat lepas
dari perhatian dan kasih sayang
orang tua. Karena orang tua
merupakan
lingkungan
yang
terdekat bagi setiap anak.. Anak
baik ataupun anak tidak baik
berawal dari keluarga atau didikan
kedua orangnya.
Untuk mendaptkan anak
atau keturunan yang baik,
seharusnya sejak dini bahkan
sejak si anak masih dalam
kandungan, orang tua terutama ibu
harus dapat mendidiknya atau
memberikan contoh-contoh yang
terbaik, disamping membentuk
prilaku jiwa tapi juga untuk
membentuk
mental
dan
kepribadianya.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
50. Fokus
Mendidik anak kandung
sendiri bukan hal yang mudah,
namun harus penuh kelembutan,
ketulusan jiwa, ketelatenan yang
jelas penuh kesabaran dan
kasih
sayang.
Kita
sebagai orang tua
merupakan manusia
pertama
(awal)
yang membentuknya baik buruknya
jiwa seorang anak
dalam
sebuah
keluarga.
Jangan
pernah kita mengucapkan kata-kata
yang buruk buat si
buah hati kita sendiri,
karena ucapan yang
buruk yang terlontar dari
mulut seorang ibu terhadap
anaknya sendiri, akan berdampak
sangat fatal, dan akan merugikan
diri anak itu sendiri. Karena
perbuatan kasar yang dilakukan
seorang ibu terhadap anaknya
sendiri, akan sangat mengganggu
tumbuh kembang si anak dan akan
mengganggu mental dan pola pikir
serta kepribadian anak.
Contoh misalnya seorang ibu yang
kesal pada anaknya karena
anaknya
melakukan
sebuah
kesalahan, lalu ibu itu bilang pada
anaknya ” Kamu ini bego, tolol,
bodoh,”
Tidak
sepantasnya
seorang ibu mengucapkan seperti
itu terhadap buah hatinya sndiri
hanya karena si anak
melakukan
kesalahan
kecil. Perlu diingat dan
menjadi perhatian
khusus bagi para
orang tua terutama ibu, jangan
pernah menusuk
buah
hatinya
sendiri dengan
kata-kata tajam
seperti
diatas,
karena kata-kata
itu lebih tajam dari
pada belati dan akan
mebekas selamanya dihati anak itu, dan akan
menjadi pengalaman yang sangat
buruk selama hidup anak itu, dan
sangat mengganggu pertumbuhan
jiwa dan mental anak itu.
Baik buruknya akhlak dan
budi pekerti anak adalah ditangan
orang tuanya sendiri. Ucapan
seorang ibu terhadap anaknya
adalah merupakan doa, maka
ucapkanlah hal-hal yang baik-baik
saja. Kalau di dalam sebuah
keluarga seorang anak atau buah
hati kita perlakukan dengan baik,
sopan, pernuh perhatian, penuh
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
51. Fokus
cinta kasih, penuh kelembutan,
dihargai tiap tindak-tanduknya,
pasti anak itu akan tumbuh
kembang menjadi anak yang baik,
berprilaku sesuai dengan apa yang
diperoleh dilingkungan keluarganya.
Pada dasarnya ibu tidak
boleh/jangan pernah menusuk
buah hatinya sendiri dengan katakata mencemooh, karena kata-kata
itu akan tertanam dihati si anak
sampai kapanpun. Dan yang lebih
parah lagi akan berakibat sangat
buruk akan dan mempengaruhi
jiwa, dan mental si anak punya
kelainan dalam dunia pergaulan.
Tiap dia akan berkata sesuatu dia
akan terngiang kata-kata ibunya. ”
kata ibu saya, saya ini anak
bego, tolol, ” dalam hati kecil dia
bicara seperti itu.
Maka dari itu dibutuhkan
suatu kesabaran yang luar biasa
dalam menangani pendidikan anak
dalam sebuah keluarga, baik anak
itu masih balita maupun anak yang
sudah dewasa, kita jangan pernah
berbuat kasar pada mereka (anakanak kita). Kata-kata yang kasar,
yang bersifat mencemooh, tidak
akan pernah menguntungkan bagi
siapapun, justru sebaliknya akan
sangat merugikan
bagi
kita
semuanya antara ibu dan anak.
Anak akan selalu minder,
kehilangan harga diri, selalu
menyalahkan dirinya sendiri, tidak
punya keberanian dalam berbuat
sesuatu.
Mempunyai anak yang
minderan, pendiam tidak punya
keberanian akan sangat menyedihkan, apa lagi di jaman yang
semakin maju seperti ini dan
seiring dengan kemajuan teknologi,
anak-anak kita dituntut untuk cepat
berkembang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek)
Banyak para ibu yang belum
menyadari bahwa dirinya telah
menghancurkan masa depan buah
hatinya sendiri, setelah melontarkan kata-kata kasar yang
sangat
menyakitkan,
tajam
bagaikan sembilu sangat menusuk
perasaan, akan selalu membekas
dihati anak, padahal masalahnya
cuma sepele.
Contoh kecil misalnya Si anak
belajar makan sendiri tapi nasinya
berantakan di lantai, lalu si ibu
marah-marah lepas kendali, emosi,
mengucapkan kata-kata kasar
yang tidak sepantasnya diucapkan
oleh seorang ibu terhadap anaknya
sendiri. Tanpa disadari oleh para
ibu bahwa perbuatan seperti itu
telah membunuh kreatifitas dan
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
52. Fokus
kepribadian anak yang seharusnya
kita bentuk sejak dini.
Bila anak kita masih belum
mengerti, maka ajar padanya
dengan penuh kesabaran, dan
lemah lembut, karena dengan
sabar dan lemah lembut akan
menghasilkan hal-hal yang dapat
menumbuhkan rasa bangga dan
percaya diri si anak demi tumbuh
kembang yang baik..
hanya memaki dan nyumpahin
anak nya, sehingga tidak jarang
anak-anak
menjadi
korban
kekerasan orang tuanya sendiri,
akhirnya menjadi anak nakal, anak
yang cepat kecewa, cepat putus
asa, dan akhirnya menjadi anak
yang salah pergaulan terjerumus
hal yang menyesatkan. Karena
tidak punya pegangan yang kuat
yang hanya dimilki oleh orang
Disini pendidikan orang tua
juga sangat berpengaruh dalam
tumbuh kembang anak, orang tua
yang berpendidikan rendah sulit
untuk berlaku sabar tiap hari
tuanya sendiri, tapi dalam hal ini
justru orang tuanya sendiri yang
menjerumuskannya ke hal yang
buruk. Akan lain lagi bila anak di
didik dengan penuh kasih sayang
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
53. Fokus
jiwanya akan stabil tidak mudah
marah, tegar dalam menghadapi
segala cobaan dalam kehidupan.
Tapi tidak menutup kemungkinan
anak dari keluarga mampu juga
banyak yang menjadi anak tidak
baik, anak nakal, itu bisa terjadi
karena orang tua mereka kurang
perhatian dan kasih sayang.
Keadaan seperti ini juga didukung
oleh keberadaan orang tua,
menurut data dari Badan Pusat
Statistik yang ada dimuat di koran
Kompas bulan Juni tahun 2007,
menyatakan bahwa sekitar 23 juta
orang tua di Indonesia hanya
tamatan Sekolah Dasar, bahkan
belum tamat Sekolah (SD)
sehingga masih terbatas dalam
pola mendidikan anak.
Langkah
yang
harus
dilakukan untuk meminimalkan
terjadinya dehumanisasi pendidikan yaitu harus adanya snergi
antara guru, para orang tua, dan
lingkungan tempat tinggal.
”Ciptakan kondisi pembelajaran
yang kondisif, dan para orang tua
dapat
membatasai tayangan
tayangan televisi pada anak-anak,
bila perlu matikan televisi pada
jam-jam belajar anak, atau di saat
santai, lebih baik kita mengobrol
bersama
anak-anak
saling
mendengarkan
dan
tukar
pengalaman bersama anggota
keluarga dari pada mendengarkan
suara televisi, karena mengingat
tayangan televisi akhir-akhir ini
banyak yang kurang bersifat
mendidik, bahkan banyak sekali
tayangan yang tidak pantas untuk
dicontoh oleh anak-anak kita
Ajarkan kepada anak-anak
kita sesuatu hal yang baik,
bimbinglah jiwanya dengan iman
agar generasi anak Indonesia
menjadi generasi yang lebih
bermutu, baik dari segi mental,
akhlak, tingkah laku, kepribadian
dan sopan santun, karena anak
merupakan investasi yang sangat
berharga bagi setiap orang tua.
Anak yang tidak pernah tersakiti
hati dan jiwanya terutama oleh
kedua orang tuanya akan menjadi
anak yang gembira, periang,
cerdas, dapat menghargai orang
lain dan dirinya sendiri penuh
didikasi tinggi.
Jadikanlah rumah adalah
sorga bagi keluarga
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
54. Fokus
DR.Dr.Theodorus
Immanuel SETIAWAN 1
ABSTRACT
Play Therapy. Play therapy,
especially in preschool years,
has proved to be very beneficial
as a tool in the overall treatment of
children with various clinical
ailments, especially those with
Childhood
Mental
Health
Disorders. Needless to say that the
benefit of play as an indispensable
part of therapy for children is often
negelcted,
or
at
least
underestimated, by most
1
Theodorus Immanuel SETIAWAN. Dokter, S 3
Pendidikan, S 3 Psikiatri. Praktek dokter.
Pengajar di Program S 1 Bimbingan-Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Jakarta ;
di Program S 2 Psikologi Universitas Indonesia,
dan di Program S 3 Universitas Negeri Jakarta.
Alamat e mail: thisetiawan@cbn.net.id
practitioners. Fortunately, in the
long history of play therapy there
were some outstanding figures in
psychology as well as psychiatry,
at least as early as Sigmund
Freud, who have indicated the
undisputed benefits of play as
therapy for children. In present day
practice,
to
facilitate
the
effectiveness of play therapy,
several elements must be taken
into consideration, such as the
therapist who conducts the
therapy, the play materials, the
play space, and the overall
atmosphere
surrounding
the
activities.
Key words : Play therapy, child
patient, effectiveness of therapy.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
55. Fokus
I.
Pendahuluan
Dalam dua dekade terakhir ini,
pertambahan dramatis jumlah anak
yang
diidentifi-kasi
sebagai
menderita Gangguan Kesehatan
Mental Masa Anak (Childhood
Mental Health Disorders )
merupakan salah satu petunjuk
dari adanya tekanan yang
meningkat yang membebani anakanak masa kini. Beban itu
tampaknya lebih besar pengaruhnya pada anak usia dini,
dibandingkan pada anak yang
usianya lebih tua, yang sangat
mungkin disebabkan oleh masih
sangat terbatasnya kemampuan
anak usia dini untuk mengemukakan masalah mereka dengan
memuaskan
secara
verbal
(Carroll, 2004). Sayangnya, belum
tampak adanya pertambahan yang
seimbang dari upaya-upaya terapi
yang tepat dan/atau kesempatan
untuk memperolehnya, yang dapat
membantu anak-anak supaya tetap
sehat-mental, lebih-lebih di negaranegara yang sedang berkembang
seperti Indonesia (Elkind, 2006).
Kecenderungan yang sempat
dominan beberapa waktu yang lalu
(yang untungnya sekarang sudah
tidak dominan lagi), yang lebih
menekankan
terapi
dengan
pemberian obat untuk mengatasi
berbagai
gangguan
mental,
termasuk pada anak usia dini, jelas
merupakan suatu ilusi yang
kelihatannya makin menjauhkan
pasien-anak dari perbaikan yang
diidamkan
(Schaefer,
2002).
Berbagai bentuk psikoterapi dan /
atau bimbingan-konseling, baik
tersendiri maupun bersama obat,
tampaknya jauh lebih banyak
memberikan
harapan
untuk
membantu
anak-anak
yang
bermasalah itu, terutama sewaktu
masih berusia dini, untuk mengembangkan kesehatan mental
yang baik (Kottman, 2005). Terapi
dengan bermain, sebagai salah
satu pilihan tradisional yang
sempat terpinggirkan, sejak dahulu
sudah terbukti memberikan banyak manfaat untuk
mecapai tujuan tersebut di atas
(Freud,1912; Axline, 1947; Wilson,
1979; Solnit, et al., 2005).
II. Manfaat Kegiatan Bermain
Pada awal abad yang lalu
Sigmund Freud sudah mengemukakan bahwa kegiatan
bermain memungkinkan tersalurnya dorongan-dorongan instingtual
anak yang sangat meringankan
anak dari berbagai beban mental.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
56. Fokus
Kegiatan bermain merupakan
sarana yang aman yang dapat
digunakan anak untuk mengulangulang pelaksanaan dorongandorongan
untuk
berperilaku
tertentu, sehingga anak akan
terbantu untuk mengendalikan
dorongan-dorongan itu,dan juga
reaksi-reaksi mental yang mendasarinya (Freud, 1912). Kegiatan
bermain memungkinkan berlangsungnya proses
pelepasan dan terpenuhinya
keinginan-keinginan
tertentu.
Fantasi,
dan
kesempatan
anak untuk lepas
dari
kenyataan,
terutama anak usia
dini, memudahkan
ber-tumbuhnya ego
anak. Dalam alam
fantasi yang “encer”
(bila dibandingkan
alam nyata), ego
anak
dapat
“berdamai” sekaligus
dengan dorongandorongan id dan tuntutan-tuntutan
superego, sehingga anak dapat
kesempatan
ber”eksperimen”
dengan penyelesaian-penyelesaian
baru untuk berbagai konflik (Axline,
1947; Wilson, 1979; Solnit, et al.,
2005).
Melanie Klein (Axline, 1947)
mengemukakan bahwa anak-anak
sejak usia dini sudah memiliki
kehidupan dalam-diri (internal)
yang kaya dan kompleks, yang
dapat tampak oleh orang lain
melalui kegiatan bermain dengan
mainan. Klein yakin bahwa pasienanak melakukan asosiasi bebas,
tidak hanya dengan
kata-kata,
tetapi
juga
dengan
kegiatan bermainnya; dan asosiasi ini
dapat ditafsirkan.
Misalnya, pemilihan
mainan oleh anak
tidak selalu karena
daya tariknya (untuk
anak itu), atau
karena
fungsi
mainan itu bagi
sang anak, tetapi
sering
karena
mainan itu mewakili
imajinasi
atau
dorongan-dorongan
terpendam anak itu. Di samping itu,
Klein juga mengamati bahwa
kegiatan bermain memberikan
petunjuk mengenai masa lalu anak
dan alam-tak-sadarnya. Ternyata,
berbagai pendapat Klein itu juga
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
57. Fokus
dikemukakan
oleh
beberapa
psikater anak terkemuka pada awal
abad 21 ini, seperti LeBlanc dan
Ritchie (2001), Winnicott (2003),
dan Waelder (2004).
Banyak tulisan Anna Freud
yang terfokus pada pengembangan
kemampuan ego dan mekanisme
pertahanan ego memungkinkan
dimanfaatkannya kegiatan bermain
anak untuk lebih mengenal anak.
Ia juga mengemukakan bahwa bibit
dari kemampuan bermain ditanam
sewaktu interaksi dini antara bayi
dengan ibunya. Melalui bermain
dengan tubuhnya dan tubuh
ibunya, bayi mulai belajar membedakan dirinya dari diri orang lain,
dan dengan perluasan ego, juga
belajar membedakan kenyataan
dari fantasi. Anna Freud percaya
bahwa kegiatan bermain memudahkan dan mencerminkan
proses pertumbuhan anak yang
secara ideal menghasilkan otonomi
pribadi, pengenalan yang berkembang mengenai diri sendiri,
dan kemampuan bekerja. Kegiatan
bermain adalah cara untuk
menjelajahi dan menguasai konlikkonflik dalam diri (internal) dan
konflik
dengan orang lain
(external),
dan
memberikan
petunjuk
mengenai
adanya
pergulatan yang tak disadari dari
anak (Solnit, et al., 2005).
III. Ciri-Ciri Menguntungkan dari
Kegiatan Bermain
Umumnya, terapi dengan
bermain mengandung 4 ciri menguntungkan berikut :
1) Bermain itu menyenangkan.
Kegiatan bermain adalah
suatu proses di mana anak
mengembangkan
percayadirinya
dan
mengalami
perasaan mampu, misalnya,
sewaktu anak berhasil menyelesaikan masalah menurut
caranya sendiri dalam waku
yang ditetapkannya sendiri.
Ternyata, kegiatan bermain
tidak hanya memberikan
kesenangan kepada anak,
tetapi juga kepuasan. Bermain
adalah perwujudan fantasi
anak yang keluar dari dirinya
sehingga memungkinkan anak
untuk “berada” sekaligus di
alam fantasi dan dunia nyata.
Kreativitas dikembangkan dan
dimunculkan selama kegiatan
bermain. Kegiatan bermain
menyalurkan kreativitas anak.
Seringkali sangat bermanfaat
bagi anak bila anaklah yang
membimbing kegiatan ber-
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
58. Fokus
main, bukan orang lain seperti
orang tua, guru, ataupun
dokter (Kottman, 2005).
2) Bermain
sangat
mengasyikkan.
Kadang-kadang
begitu mengasyikkannya sehingga anak tampak tidak
menyadari kegiatan-kegiatan
di sekitarnya dan sukar untuk
menghentikannya dari permainnannya bila ia belum mau
berhenti. Melalui bermain anak
“mengalami” kembali situasi
menyedihkan yang pernah
dialaminya, lengkap dengan
berbagai komponen emosi
yang
menyertainya
!
(Kottman, 2005).
3) Dalam kegiatan bermain anak,
terjadi pemindahan situasi
(displacement). Karena adanya kemampuan anak untuk
melebur kenyataan dengan
fantasi tanpa mengalami
konflik,
anak
dapat
“memindahkan” hal-hal yang
dirasakannya bersama situasi
yang menyertainya ke dalam
permainan !
Anak dapat
menukar perannya, dari peran
pasif (di dunia nyata),
misalnya sebagai pengikut,
atau peran sekunder (di dunia
nyata), misalnya sebagai
orang yang memberikan reaksi
(reactor), menjadi peran aktif
(di alam fantasi, dalam
permainan), misalnya sebagai
pemimpin, atau peran primer
(di alam fantasi, dalam
permainan), misalnya sebagai
orang yang memulai tindakan
(initiator).
“Pemindahan”
(displacement) memungkinkan
timbulnya
jarak
dengan
masalah asli yang sedang
dialami anak, dan juga dengan
emosi-emosi tidak enak yang
menyertainya. Di samping itu,
”pemindahan” juga memungkinkan anak untuk berbicara
atau bertindak dengan cara
yang tidak dimungkinkan di
dunia
nyatanya.
Fungsi
penting
lainnya
dari
“pemindahan”
adalah
“pemindahan” memungkinkan
ego
anak
melakukan
keseimbangan antara id anak
dengan
superego
nya,
sehingga dalam bermain
tekanan dan ketegangan
mental anak dapat berkurang
atau malahan
hilang
(Winnicott, 2003).
4) Kemampuan anak untuk
bermain dengan imajinasi
sesuai dengan pertumbuhan
kognitif anak. Dalam penjelasannya mengenai 4 periode
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
59. Fokus
perkembangan
intelek,
Ginsburg dan Opper (1969)
mengutip
Piaget
yang
mengemukakan bahwa di
antara usia 2 sampai 4 tahun
anak memperoleh kemampuan membentuk simbol.
Melalui penggunaan simbol,
terbentuklah gambaran mental
yang
mewakili
pengalaman,orang,dan objek, yang
menetap dalam pikiran anak.
Gambaran mental itu membebaskan anak dari keharusan
melihat hal-hal yang diwakili
gambaran itu bila anak ingin
mengetahui apakah hal-hal itu
ada; cukup disebut kata yang
mewakili hal-hal itu, atau,
dijelaskan gambaran mental
yang mewakili hal-hal itu.
Melalui permainan yang kaya
dengan simbol (yang dimiliki
anak), seorang anak akan
mampu menjembatani celah
antara hal-hal yang kongkret
dengan
yang
abstrak.
Penggunaan simbol oleh anak
dalam permainannya menjadikan permainan itu sangat
pribadi untuk anak tersebut,
karena dalam permainan itu
anak dengan bebas mempunyai kekuasaan untuk
mengatur segala sesuatu
sesuai dengan keinginan dan
harapan-harapannya.
IV. Kegiatan
Bermain
dan
Mainan yang “Mempunyai”
Kemampuan Terapi
Mainan,
atau
kegiatan
bermainnya, pada dirinya sendiri
tidak “memiliki” kemam-puan
terapi. Cara penggunaan atau
penyelenggaraannyalah
yang
efektif.
Kepada
para terapis
(orang yang melakukan terapi)
harus dianjurkan, supaya sejak
permulaan
mereka
sudah
menyebut mainan yang dilihat anak
sebagai “alat bermain,” atau
“bahan perrmainan.” Dengan cara
ini, melalui kata dan perbuatan,
sejak awal diharapkan anak sudah
menyadari bahwa “rmainan” dan
“kegiatan bermain” di tempat itu
mempunyai makna dan tujuan
yang berbeda dengan hal-hal yang
sama di tempat mereka biasa
bermain. Mainan yang dipilih
terapis harus menarik dan
menantang, harus menangkap
perhatian dan imajinasi anak,
harus dapat digunakan anak
sebagai simbol dari berbagai hal di
dunia nyata. Jadi, mainan yang
digunakan untuk terapi harus
memudahkan ekspresi anak. Di
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
60. Fokus
samping itu, mainan harus dalam
keadaan baik dan bersih. Mainan
yang lusuh/rusak, dan/atau kotor,
akan mudah menyebabkan anak
merasa dirinya tidak berharga atau
tidak dihargai. Alangkah baiknya
bila setiap anak juga mempunyai
kotak penyimpanan pribadi untuk
menaruh mainan atau hasilkerjanya. Keadaan ini membantu
mengembangkan perasaan betah
anak dan perasaan kebersamaan
di tempat terapinya, di samping
menciptakan suasana aman dan
diterima, yang penting untuk
keberhasilan terapi (Kottman,
2005).
Mainan
yang
umumnya
bermanfaat untuk terapi dapat
dibagi dalam 3 kelompok (Solnit, et
al., 2005)
1) Mainan yang meniru/ menyerupai situasi pada kehidupan
nyata
Misalnya, rumah boneka
dengan boneka-boneka yang
termasuk dalam 1 keluarga,
boneka bayi (dengan dotnya),
peralatan
kedokteran,
binatang-binatang peliharaan,
binatang-binatang yang ada di
kebun binatang, telpon, mobilmobilan, atau, macam-macam
model kapal terbang.
Berbagai mainan itu tampil,
baik disadari ataupun tidak
disadari,
sesuai
dengan
penga-laman anak di dunia
nyata, dan jelas hubunganhubungannya dengan berbagai kejadian dalam hidup
mereka sehari-hari. Dengan
demikian, bagi anak mainanmainan itu akan menjadi
bahan eksplorasi dan pengungkapan diri (expression)
yang kaya.
Untuk sebagian besar terapi
dengan bermain, mainanmainan
yang
meniru/
menyerupai situasi pada
kehidupan nyata tersebut
sudah sangat manfaat bagi
perbaikan pasien-anak.
2) Mainan yang menimbulkan
emosi marah atau agresif
Misalnya, pistol, pisau, boneka
dengan
wajah
dan/atau
pakaian dan/atau perlengkapan sebagai orang jahat.
3) Mainan yang merangsang
timbulnya kreativitas
Misalnya, balok-balok kayu/
plastik dengan macam-macam
bentuk, ukuran, dan warna;
kertas/ whiteboard dan pinsil/
spidol dengan macam-macam
bentuk dan warna, potonganpotongan kain dan/atau kertas
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
61. Fokus
dengan berbagai ukuran yang
memadai untuk digunting dan
dibentuk.
Pada situasi-situasi tertentu,
terapis
harus
mempertimbangkan
untuk
menambah jenis dan/atau tipe
mainan lain sesuai dengan
kebutuhan terapi.
Kepustakaan
Axline,V. (1947). Play Therapy.
New York: Ballantine Books.
Carroll,L. (2004). Early Childhood
and the Changing Society. New
York: Norton.
Elkind,D. (2006). The Lack of
Proper Approach in the Treatment
of Childhood Mental
Health Disorders in Southern
Europe and South East Asia.
London: Routledge.
Freud,S. (1912). The Dynamics of
Transference. Standard Edition
(12).
Ginsburg,H., Opper,S. (1969).
Piaget’s theory of intellectual
development: An intro- duction.
Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice-Hall,Inc.
Kottman,T. (2005). Play Therapy
in Action. New York: John Wiley
& Sons.
LeBlanc,M., Ritchie,M. (2001). A
meta-analysis of play therapy
outcomes.
Counseling Psychology Quarterly
2001; 14:2.
Schaefer,C. (2002). Inappropriate
Approach of Therapy in Children
with Mental
Disorders. New Jersey: Jason
Aronson,Inc.
Solnit,A., et al. (2005). The Many
Meanings of Play for Preschool
Kids. New Haven:
Yale University Press.
Waelder,R.
(2004).
The
Psychoanalytic Theory of Play.
Cambridge, MA:
Perseus Books.
Wilson,K. (1979). The Therapeutic
Use of Child’s Play. New York:
Guilford.
Winnicott,D.W. (2003). Playing
and Reality. London: Routledge.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8