SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  61
Télécharger pour lire hors ligne
Buletin08012009
Dari Redaksi
Pembaca yang terhormat,
Akreditasi merupakan kegiatan penilaian kelayakan suatu
program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.
Sedangkan badan yang menangani akreditasi program pendidikan
nonformal dan informal adalah suatu badan evaluasi mandiri yang
menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan nonformal dan
informal, yaitu Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BANPNF) dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Setelah
dilakukan identifikasi langsung kelayakan program PAUD oleh BAN-PNF,
maka diterbitksnlah Simbol/Logo Akreditasi.
Mudah-mudahan, tulisan-tulisan yang ada dalam edisi ini dapat
menjadi bekal bagi kepentingan pemberian layanan akrditasi layanan
program pendidikan anak usia dini. Semoga bermanfaat.

Pengarah:
Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal
Pembina:
Sekretaris Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal
Penanggungjawab:
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini
Dewan Redaksi:
Togar S  Sukiman  M. Nuch  Enah S
Editor:
Dwinita Y  Euis E  Supriaji  Beryana E  Lamria R
Lay Out:
Untung S
Tata Usaha:
Sudadi  Wahyunanik D  Djoko

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
Menu Edisi Ini
 Dari Redaksi……………………………………………………………………
 Menu Edisi Ini

..
..

Fokus
 Dr. Fasli Djalal, P.hD
 Sudjarwo S, M.Sc, Pengasuhan dan Perawatan yang
menstimulasi kecerdasan anak ......................................
 BAN PNF, Persyaratan Akreditasi PNF Program Pendidikan
Anak Usia Dini
 Dra. Ella Sulhah, M.Pd, Pelaksanaan Akreditasi
 Beryana Evridawati, Program Pendidikan dan
Pengembangan Anak Usia Dini..................
 Endang Ekowarni, Standar Penyelenggaraan Pendidikan
Anak Usia Dini .............................................
 DR.Dr. Theodorus Immanuel Setiawan, Kegiatan Bermain
Sebagai Terapi pada Anak.............................................
 Maryati Suwondo, Hindari Kata Mencemooh pada
Anak.............................................

..
..
..
..
..
..
..

Alamat Redaksi:
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen Pendidikan Nonformal dan
Informal, Departemen Pendidikan Nasional,
Kompleks Depdiknas Gedung E Lantai 7, Jl. Jend. Sudirman, Senayan,
Jakarta (10270)
 e-mail: kemitraanpaud@yahoo.com
 e-mail: ekkopadu@yahoo.com
 telepon: (021) 5725495, 572556
 fax: (021) 57900244, 5725495.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
Fokus

Dr.Sudjarwo S, M.Sc.1
Daya pikir atau bisa juga
disebut tingkat kecerdasan
anak
usia dini merupakan
modal dasar yang sangat
menentukan arah kehidupan
seseorang di masa dewasanya.
Kecerdasan disini adalah
kecerdasan komprehensif yang
meliputi kecerdasan intelektual
(IQ), emosional, sosial, spiritual,
dan
estetika.
Kecerdasan
komprehensif
(seluruh
jenis
kecerdasan tersebut) merupakan
satu kesatuan kecerdasan total
yang idealnya dimiliki oleh setiap
anak. Yang perlu juga diperhatikan
juga bahwa satu kecerdasan
dengan kecerdasn lainnya saling
mempengaruhi
baik
secara
langsung maupun tidak langsung
1

Direktur Pendidikan Anak Usia Dini

sehingga kelemahan satu atau dua
jenis
kecerdasan
akan
mempengaruhi jenis kecerdasan
lainnya sekaligus mempengaruhi
kinerja
(performance)
anak.
Mencermati
pendapat
dan
pemahaman seperti itu pendidikan
dan pengasuhan sewaktu anak
usia dini seyogyanya dilakukan
secara komprehensif agar semua
kecerdasan
tersebut
dapat
berkembang secara simultan dan
pesat.
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
Fokus
Keterbatasan
akan
kemampuan berfikir kritis dan
kebugaran fisik anak usia dini
misalnya,
akan
membatasi
kesempatan anak tersebut dalam
mengikuti proses pendidikan dan
pengasuhan secara efektif dan
optimal dan apabila kejadian ini
terjadi dalam jangka waktu yang
relatif lama dan berkesinambungan
besar kemungkinannya akan
membatasi anak tersebut dalam
meraih berbagai peluang yang
menjadi dasar dalam menentukan
jalan kihidupan di masa dewasanya. Kecerdasan dan kebugaran
fisik merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisah-pisahkan
dan sebagai modal dasar serta
faktor yang tidak dapat ditawartawar bagi anak karena sangat
menentukan
masa depan
seseorang. Artinya walaupun
kebugaran fisik yang dimiliki
seseorang
setara
dengan
kebugaran fisik “Mike Tison” tetapi
apabila tingkat kecerdasannya di
bawah rata-rata maka anak
tersebut
akan
menghadapi
keterbatasan
dalam
meraih
peluang untuk masa depannya.
Sebaliknya walaupun seseorang itu
sangat cerdas tetapi sakit-sakitan,
daya tahan tubuhnya lemah
sehingga tidak tahan terhadap

tekanan fisik dan mental yang
dialami dalam hidupnya, tentunya
juga menjadi sulit untuk bisa
survive dalam kancah kehidupan
yang sangat keras dan penuh
dengan kompetisi bebas ini.
Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rene Spitz,
yang dilakukan pada tahun 1940an
secara singkat dapat dijelaskan
bahwa anak yang secara ketat
diasuh dalam lingkungan keluarga
yang
berlimpah
perhatian,
makanan, dan perawatan serta
dirawat oleh ibunya sendiri yang
tahu tentang pentingnya perawatan
dan pengasuhan yang benar dan
baik, akan tumbuh menjadi anak
yang normal. Namun sebaliknya
bisa saja anak yang diasuh dalam
lingkungan
keluarga
yang
berlimpah perhatian, makanan,
perawatan dan dirawat oleh ibunya
sendiri yang berpendidikan tinggi
tetapi tidak tahu cara-cara
pendidikan,
perawatan
dan
pengasuhan yang benar dan baik,
maka anaknya tidak akan tumbuh
dan berkembang menjadi anak
yang normal. Karena otak anak
yang ditumbuh kembangkan oleh
keluarga seperti ini tidak akan
berkembang secara pesat dan
optimal diusia dininya, bahkan bisa
jadi anak tersebut akan tumbuh

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
Fokus
menjadi anak yang kegemukan
(obesitas), tidak tahu diri, selalu
menyalahkan orang lain, pemarah,
tidak bisa kerjasama dengan orang
lain dan berperilaku negatif lainnya
karena salah didik, salah asuh dan
salah dalam merawatnya.

Selanjutnya anak yang
tumbuh
dan
berkembang
dilingkungan yang kumuh dan
terlantar
dan
perhatian
keluarganya
sangat
kurang,
makanan kurang dan kebutuhan
gizi tidak terpenuhi, perawatannya
dilakukan secara asal-asalan,
pengasuhanya dilakukan dengan
cara yang tidak benar dan tidak
baik, maka anak seperti itu juga
tidak akan berkembang dan
tumbuh menjadi anak yang normal.
Kekeliruan
dalam
pendidikan, pengasuhan dan
perawatan bisa saja terjadi karena
pengetahuan dan pengalaman

orang tua tentang itu sangat
terbatas, atau pendidikan orang tua
cukup tinggi tetapi tidak tahu
pengasuhan dan pendidikan yang
benar. Selain itu, bisa saja karena
pengaruh orang tua, lingkungan
keluarga,
dan
lingkungan
masyarakat sekitarnya (ekologi
manusia) yang salah. Dengan
kata lain dapat disebutkan
bahwa perilaku negatif dan
terbatasnya
perkembangan
kecerdasan seseorang juga dipengaruhi oleh budaya yang
dianut oleh
keluarga dan
masyarakatnya. Masyarakat
melayu/Indo+nesia
pada
umumnya
juga
ada
kecenderungan salah dalam
melakukan
pendidikan,
pengasuhan dan perawatan pada
anak usia dini. Sebagai contoh,
anak sudah usia 2 tahun dan
sehat tetapi karena saking
sayangnya orangtuanya maka si
anak selalu di gendong-gendong
padahal dia sudah bisa berjalan
dengan baik. Anak sampai usia 5
tahun setiap makan selalu disuapin
dan tidak diajari cara makan sendiri
karena alasan kasihan dan sayang
banyak makanan yang terbuang.
Apabila ada anak terjatuh atau
terbentur tembok dan menangis
maka orangtua dan semua

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
Fokus
saudara mengkerubuti untuk
berlomba-lomba mengangkatnya,
menuangkan rasa kasih sayangnya
secara
berlebihan
kemudian
dengan
lantangnya
mereka
berteriak: oh… itu lantainya nakal
ya!!! Terus lantainya diinjak-injak
rame-rame atau dindingnya di
pukul rame-rame. Setiap tidur anak
dikelonin sampai pagi dan tidak
diajari tidur mandiri di tempat lain
sampai anak tersebut usia 5 atau 6
tahun. Anak biasanya senang
mencorat-coret dinding, pintu dan
apa saja yang ia sukai. Anak
seperti ini mestinya harus
diarahkan untuk mencorat-coret di
kertas saja dan diajari cara
memegang pincil yang benar dan
meletakan kertas yang benar, dsb.

Berdasarkan temuan Spitz
tersebut, Bapak penemu teori
modern behaviorism John Watson

mengatakan: “berikanlah kepada
saya selusin bayi yang sehat, saya
akan menjamin untuk melatih
mereka untuk menjadi spesialis
apa saja yang kita inginkan seperti
menjadi doktor, ahli hukum, artis,
kepala perdagangan, dan bahkan
menjadi peminta-minta dan maling,
karena ia tidak percaya pengaruh
bakat, hoby, minat, kemampuan,
lapangan pekerjaan, dan ras atau
suku nenek moyangnya”. Di
samping pendapat tersebut ada
juga teori lain yaitu teori
naturalisme yang
mengatakan
bahwa potensi kecerdasan dan
faktor lain dari seseorang
dipengaruhi oleh gene bawahaan
orang tuanya. Tetapi menurut
Acredolo dan Goodwyn (2000)
pengaruh tersebut hanya pada
struktur dasar otak yang terkait
dengan kemampuan panca indra
dan potensi itupun hanya dapat
diekspose apabila perawatan,
pendidikan dan pengasuhannya
dilakukan secara baik dan benar.
Dari kedua pendapat ahli tersebut
jelas bahwa peranan stimulus yang
dilakukan melalui pendidikan,
pengasuhan, pemenuhan gizi yang
memadai
dan
perawatan
kesehatan anak secara baiklah
yang
akan
menentukan
kecerdasan komprehensif dan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
Fokus
kebugaran
anak
di
masa
dewasanya.
Selanjutnya perlu diperhatikan pula bahwa anak usia dini
mulai sadar tentang keadaan di
lingkungannya pada umumnya
dimulai dari usia 2 bulan s/d 1
tahun terutama perhatian yang
berkaitan dengan penglihatan, alat
perabanya, dan alat pendengarannya, namun demikian
perhatian yang berkaitan dengan
indera lainnyapun sudah ada akan
tetapi kadarnya masih relatif kecil.
Melalui
pengalaman
panca
inderanya itulah terjadi rangsangan
terhadap neuron atau sel-sel
otaknya baik rangsangan terhadap
dendrite, axson maupun sinaps
dalam otaknya yang kemudian
membentuk hubungan neural
sebagai dasar perkembangan
emosi, sosial, dan intelektual
seseorang. Apabila rangsanganrangsangan ini terjadi secara terus
menerus dengan berbagai variasi
jenis dan jumlah serta mutu
rangsangannya serta terjadi di
sepanjang masa usia anak-anak
maka secara konstruktif akan
meningkatkan
kecerdasan
intelektual dan kebugaran fisik dan
mentalnya. Disinilah perlunya
dirancang
kegiatan-kegiatan
pengasuhan yang secara langsung

dapat
mempercepat
dan
meningkatkan
perkembangan
kecerdasan komprehensif dan
kebugaran fisik anak.
Perlu diketahui juga bahwa
perkembangan kecerdasan jamak
anak usia dini juga sejalan dengan
pertumbuhan
berat
otaknya.
Secara umum berat otak sewaktu
anak baru lahir rata-rata hanya
sekitar 340 gram, sejalan dengan
bertambahnya usia anak setelah
anak berumur 1 tahun berat otak
bertambah dengan pesat pula
menjadi 1100 gram dan pada saat
anak berusia 5 tahun berat otak
bertambah menjadi 1480 gram.
Oleh karena itu kemampuan anak
menyimpan infomasinya juga
bertahap
sejalan
dengan
pertumbuhan berat otaknya. Itu
artinya bahwa makin bertambah
usia anak makin memungkinkan
untuk diberi stimulasi yang
semakin
banyak,
semakin
kompleks dan semakin sulit.
Pertumbuhan berat otak yang
sangat pesat pada usia 0 s/d 5
tahun dan pertumbuhan berat otak
yang relatif kecil setelah usia 8
tahun
menunjukkan
bahwa
pertumbuhan potensi kecerdasan
juga terjadi secara linear dengan
pertumbuhan berat otaknya dan
hal ini terjadi sejak anak masih

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
Fokus
dalam
kandungan.
Namun
perkembangan secara eksplosif
terjadi pada usia 0 s/d 8 tahun.
Dengan demikian pendidikan,
pengasuhan, dan perawatan akan
lebih tepat apabila dimulai sedini
mungkin, bahkan sejak anak masih
dalam kandungan dan jangan
menunggu setelah anak berusia 7
tahun. Pertumbuhan berat otak
yang berlipat-lipat pada usia 0 s/d
8 tahun tersebut juga merupakan
indikasi
bahwa
pendidikan,
pengasuhan dan perawatan akan
lebih efektif apabila dimulai sejak
anak masih dalam kandungan
sesuai dengan taraf perkembangan
dan usianya.
Dengan
memberikan
pendidikan,
perawatan
dan
pengasuhan kepada anak sejak
anak dikandungan berarti kita telah
menanamkan fondasi kecerdasan
dan kebugaran secara tepat dan
mapan. Makin bermutu pendidikan,
pengasuhan dan perawatan yang
dilakukan sejak usia dini maka
makin kokoh fondasi kecerdasan
yang dibangunnya. Ibarat membangun rumah, bagaimana-pun
bagusnya rumah yang dibangun
apabila fondasinya tidak kuat maka
rumah tersebut akan mudah roboh
dan mudah rusak. Demikianlah
PAUD dapat diibaratkan.

Dalam hal peran orangtua
dalam meningkatkan kecerdasan
dan kebugaran anak usia dini
dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi pengetahuan dan kesanggupan
orangtua
dalam
pendidikan, pengasuhan dan
perawatan bagi anak usia dini,
maka semakin memungkinkan bagi
orangtua untuk dapat melakukan
stimulasi yang konstruktif dan
bervariatif yang akan mempercepat
perkembangan kecerdasan dan
pertumbuhan kebugaran anak.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perkembangan
kecrdasan anak akan semakin
optimal apabila PAUD dimulai
sedini mungkin. Memang ada juga
teori yang menyatakan bahwa
kecedasan anak ditentukan oleh
genes orangtuanya, tetapi menurut
Acredolo dan Goodwyn (2000)
pengaruh tersebut hanya pada
jaringan (circuit) utama dalam otak
yang mengontrol fungsi-fungsi
dasar otak seperti fungsi perintah
bernafas,
detakan
jantung,
mengatur tergeraknya badan dan
innate Reflexes, akan tetapi
berkembang atau tidaknya triliunan
sel otak yang dihubungkan secara
komplek ditentukan oleh banyak
dan kualitas stimulasi yang

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
Fokus
diperoleh anak pada usia-usia awal
0 s/d 8 tahun.
Kemudian bagaimana cara
kita
menciptakan
kondisi
pengasuhan dan pembelajaran
yang mengasyikan bagi anak agar
potensi kecerdasan jamak dan
kebugaran fisiknya berkembang
dan bertumbuh secara pesat dan
optimal?.
Jawaban dari pertanyaan ini adalah secara teoritis
maupun prakteknya dilapangan
dapat dikatakan bahwa tidak ada
satupun metode atau strategi atau
cara yang paling ampuh untuk
mengkondisikan hal itu. Hal ini
dilandasi oleh suatu persepsi dan
kondisi sebagai berikut. Secara
teoritis tidak ada dapat dikatakan
bahwa tidak ada satupun metode
yang selalu efektif untuk diterapkan
dalam berbagai situasi pengajaran
dan pengasuhan. Setiap anak
mempunyai kondisi yang berbedabeda dan karakteristik/ciri-ciri yang
berbeda pula. Katakanlah anak
yang pendiam atau anak yang
lambat dalam merespon setiap
rangsangan tidak bisa diperlakukan
sama dengan anak yang memiliki
kesiapan prima untuk menerima
rangsangan. Anak yang sangat
aktif dalam berbagai hal juga tidak
bisa diperlakukan sama dengan
anak yang sikapnya sangat pasif.

Anak
yang
extrofet
juga
memerlukan
perlakukan
pengasuhan yang berbeda dengan
anak yang introfet, dst.
Namun demikian, secara
umum kondisi pengasuhan dan
pembelajaran yang mengasyikan
bagi anak agar potensi kecerdasan
jamak dan kebugaran fisiknya
berkembang
dan
bertumbuh
secara pesat dan optimal dapat
dijelaskan
sebagai
berikut.
Pertama, jelaskan dan netralkan
pengaruh orang tua agar orang tua
tidak ambisius terhadap hasil
belajar di usia dini karena biasanya
orang tua menginginkan anaknya
sudah lancar membaca, menulis,
berhitung dan bisa berbicara
beberapa bahasa asing. Orangtua
yang tidak paham pendidikan di
usia dini biasanya berharap setelah
selesai dari TK anaknya menjadi
superman. Jelaskan apa dan
bagaimana itu PAUD. Kedua,
identifikasi terlebih dahulu siapa
saja anak yang sangat antusia,
antusia, kurang antusia, tidak
antusia, dan pasif dalam belajar,
kemudian kelompokkan mereka
menurut klasifikasi kesiapannya.
Dari kondisi tersebut tutor dapat
memilih dan menentukan metode
mana yang paling sesuai untuk
setiap sub kelompok anak tersebut.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
Fokus
Ketiga, selenggarakanlah sistem
pembelajaran yang demokratis,
yang menyenangkan dan membuat
ceria
setiap
anak,
yang
menyertakan setiap anak untuk
terlibat aktif, yang adil dan
penugasannya merata serta kalau
memungkinkan diulang-ulang agar
ada
kesempatan
untuk
internalisasi/penguatan. Keempat,
secara cermat dan tepat kegiatan
pengasuhan dan pendidikannya
harus merangsang secara seimbang antara potensi kecerdasan
yang berasal dari otak kanan dan
otak kiri secara kognitif, motorik
dan afektif. Secara umum potensi
kecerdasan otak kanan dan kiri
setidak-tidaknya mencakup kecerdasan: berfikir logis/ matematis;
kebahasaan;
spasial/ ruang;
kinestetika/ olahraga/olah tari dan

gerak; komunikasi inter dan
entrapersonal; serta seni dan
musik. Kelima, adanya kesinambungan dan kesamaan
antara pengasuhan dan pendidikan
di PAUD dengan di rumah orang
tuanya. Ini artinya bahwa orang tua
anak harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan serta kemauan
untuk melakukan seperti yang
dilakukan di kelompok PAUD.
Kesiapan orang tua untuk menjadi
tutor penyambung di rumahnya
sangat penting mengingat dari 24
jam sehari, sedikitnya 20 jam anak
ada di bawah naungan dan
tanggungjawab orang tuanya.
Apabila intensitas pengasuhan dan
pendidikan anak usia dini di rumah
dan di lembaga PAUD sudah
setara dan dilakukan secara
berkelanjutan maka anak akan
tumbuh dan berkembangn secara
cerdas dan sehat. Keenam, dorong
anak untuk mengekspresikan apa
saja yang mereka inginkan dengan
bimbingan dan arahan yang
terstruktur dan konstruktif dari para
tutor di lembaga PUD dan orang
tuanya di rumah. Demikianlah
sekilas tentang pengasuhan dan
pendidikan
yang
berpotensi
meningktakan dan memeprcepat
kecrdasan dan kebugaran anak
usia dini.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
Fokus

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 9
Fokus

Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Nonformal
PERSYARATAN
PENYELENGGARAAN PNF
PROGRAM PAUD
BDASARKAN STANDAR NONAL
PENDIDIKAN (SNP)
1. Ruang Lingkup
1.1 Pedoman ini berisikan
persyaratan penyelenggaraan Program PAUD
1.2 Pedoman
ini
dapat
digunakan dalam pengembangan, pemeliharaan
dan
pelayanan
Program PAUD

2. Acuan Normatif
Acuan yang digunakan dalam
pedoman ini adalah:
2.1 Undang-Undang RI No.20
tahun 2003 Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
2.2 Peraturan Pemerintah RI
No. 19 tahun 2005
Tentang Standar Nasional
Pendidikan

2.3 Surat Keputusan Mendiknas No 30 Tahun 2005
tentang
Pembentukan
Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Non Formal
(BAN PNF)
2.4 IWA2. Quality Management system Guidelines
for the Application of ISO
9001:2000 in education.
2.5 Kebijakan BAN PNF tahun
2007
2.6 Standar yang berlaku

3. Istilah dan Definisi
3.1 Pendidikan Non Formal
adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan
berjenjang
3.2 Pendidikan Non Formal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendi-

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
Fokus
dikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan
peserta didik.
3.3 Jenjang
Pendidikan
adalah tahapan pendidikan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan
tingkat
perkembangan
peserta didik, tujuan yang
akan
dicapai,
dan
kemampuan yang dikembangkan.
3.4 Jenis Pendidikan adalah
kelompok yang yang
didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan
pendidikan.
3.5 Satuan Pendidikan Non
Formal adalah kelompok
layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur non
formal pada setiap jenjang
dan jenis pendidikan.

3.6 Satuan Pendidikan Non
Formal terdiri dari atas
lembaga kursus, lembaga
pelatihan,
kelompok
belajar, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis
taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.
3.7 Kursus dan Pelatihan
diselenggarakan
bagi
masyarakat yang memerlukan
bekal
pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan
sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih
tinggi.
3.8 Kurikulum
adalah
seperangkat rencana dan
pengaturan
mengenai
tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang
digunakan
sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
Fokus
3.9

Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di
masing-masing
satuan
pendidikan

3.10 Peserta Didik adalah
anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses
pembelajaran
yang tersedia pada jalur,
jenjang Program PAUD
3.11 Tenaga Kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan
meliputi pengelola satuan
pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas,
peneliti,
pengembang,
pustakawan, laboran, dan
teknisi sumber belajar.
3.12 Pendidik adalah tenaga
kependidkan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong
belajar,
widyaiswara,

tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan
pendidikan
3.13 Penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur
pencapaian
hasil belajar peserta didik.
3.14 Evaluasi
Pendidikan
adalah kegiatan pengendalian , penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen
pendidikan
pada setiap jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan
sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan.
3.15 Ujian adalah kegiatan
yang dilakukan untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi peserta didik
sebagai
pengakuan
prestasi belajar dan/atau
penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
Fokus
3.16 Akreditasi
adalah
kegiatan penilaian kelayakan suatu program
dalam satuan pendidikan
berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan. Akreditasi dilakukan atas
dasar kriteria yang bersifat
terbuka.
3.17 Badan
Akreditasi
Nasional
Pendidikan
Non Formal (BAN-PNF)
adalah badan evaluasi
mandiri yang menetapkan
kelayakan program dan/
atau satuan pendidikan
PNF dengan mengacu
pada Standar Nasional
Pendidikan.
3.18 Surat Tanda Akreditasi
adalah dokumen formal
atau satu set dokumen
yang secara legal dapat
dipertanggung jawabkan
yang menyatakan pem
berian akreditasi kepada
satuan PNF untuk suatu
Program PNF.
3.19 Simbol Akreditasi adalah
Simbol/Logo
akreditasi
yang diterbitkan oleh
BAN-PNF untuk diguna-

kan oleh Satuan PNF
yang terakreditasi, yang
menunjukkan
status
akreditasi
mereka
sekaligus mengindikasikan langsung kelayakan
Program PAUD
3.20 Banding
adalah
Permintaan dari Lembaga
Penyelenggara PNF untuk
mempertimbangkan kembali keputusan yang
dirasakan merugikan yang
dibuat BAN-PNF terkait
dengan penilaian kesesuaian status akreditasi
PNF.
3.21 Asesor Akreditasi adalah
Seseorang yang mempunyai kualifikasi dan
kompetensi yang relevan
dengan tugas untuk
melaksanakan akreditasi
terhadap
kelayakan
program dalam satuan
PNF,
baik
secara
perorangan
maupun
sebagai bagian dari tim
akreditasi sesuai dengan
persyaratan dan tugas
yang ditetapkan oleh
BAN-PNF

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
Fokus
3.22 Penyelenggara Program
PAUD adalah Suatu
lembaga atau satuan PNF
PAUD yang mengikuti
proses Akreditasi sesuai
dengan pedoman BANPNF, mencakup kegiatan
permohonan,
evaluasi,
keputusan
akreditasi,
surveilen dan akreditasi
ulang.
Penyelenggara
Program PAUD merupakan obyek akreditasi oleh
BAN-PNF.
3.23 Sistem
Penjaminan
Mutu adalah dokumen
dan rekaman kegiatankegiatan yang bertujuan
untuk memenuhi atau
melampaui
standar
nasional pendidikan yang
mencakupi
struktur
organisasi,
tanggung
jawab, prosedur, proses
dan
sumber
untuk
menerapkan manajemen
dan pengelolaan mutu,
serta dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan
terencana dalam suatu
program penjaminan mutu
yang memiliki target dan
kerangka waktu yang
jelas.

3.24 Panduan Mutu adalah
suatu dokumen yang
berisi kebijakan mutu,
sistem
mutu,
dan
pelaksanaan mutu dalam
suatu
organisasi.
Panduan mutu dapat juga
membuat dokumen lain
yang
berhubungan
dengan pengaturan mutu
PNF.
3.25 Surveilen
adalah
kegiatan-kegiatan penilaian
ulang
kelayakan
Program PNF dalam
satuan
PNF
yang
dilakukan oleh BAN-PNF
sehubungan
dengan
aspek
dan
lingkup
akreditasi setelah dilakukan akreditasi, misalnya:
 melakukan
kegiatan
survei lapangan
 meminta kepada penyelenggara Program
PNF untuk menyiapkan/
menyediakan dokumen
dan rekaman2 yang
dibutuhkan
seperti
rekaman audit, hasil
quality control untuk
membuktikan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
Fokus
kebenaran
kegiatan
Program PNF .
 memonitor dan mengawasi kinerja penyelenggara
Program
PNF.
3.26 Penundaan Akreditasi
adalah
penundaan
sementara pemberlakuan
akreditasi pada suatu
program dalam satuan
PNF selama maksimal
satu tahun untuk lembaga
(satuan
PNF)
yang
sedang dalam proses
akreditasi..
3.27 Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria
minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
3.28 Standar
Kompetensi
Lulusan (SKL) adalah
kualifikasi
kemampuan
lulusan Program PAUD
yang mencakup sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan.

3.29 Standar Isi adalah ruang
lingkup materi dan tingkat
kompetensi
yang
dituangkan dalam kriteria
tentang
kompetensi
tamatan,
kompetensi
bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan
silabus
pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan
dalam Program PNF
3.30 Standar Proses adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan
pelaksanaan
pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan Program
PAUD
3.31 Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan
fisik maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.
3.32 Standar Sarana dan
Prasarana adalah standar
nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
Fokus
minimal tentang ruang
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat
berkreasi dan berekreasi,
serta sumber belajar lain,
yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran,
termasuk
penggunaan
teknologi
informasi dan komunikasi
yang dibutuhkan dalam
Program PAUD
3.33 Standar
Pengelolaan
adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
kegiatan
pendidikan pada tingkat
satuan
pendidikan,
kabupaten/kota, propinsi,
atau
nasional
agar
tercapai efisiensi dan
efektivitas
penyelenggaraan
pendidikan
Program
PAUD
3.34 Standar
Pembiayaan
adalah standar yang
mengatur komponen dan

besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun
untuk Program PAUD
3.35 Standar Penilaian Pendidikan adalah standar
nasional pendi-dikan yang
berkaitan
dengan
mekanisme,
prosedur,
dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik
Program PAUD
3.36 Dokumen adalah format
yang menjadi perencanaan untuk dilaksanakan
(sebelum diisi data),
seperti formulir, panduan
mutu, prosedur, instuksi
kerja dan fotokopi.
3.37 Rekaman adalah catatan
hasil pelaksanaan dan
pengisian dari dokumen,
seperti hasil formulir yang
telah diisi, instruksi kerja
dengan fotokopi yang
telah diisi
3.38 Kategori Persyaratan
Dikelompokkan dalam:
3.38.1 Harus
apabila
komponen/unsur
yang
disebutkan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
Fokus

3.38.2

3.38.3

dalam persyaratan
tidak terpenuhi (non
confirmity)
pada
program
dalam
satuan PNF akan
mempengaruhi menurunnya mutu PNF
secara
langsung
(major defect).
Seharusnya apabila
komponen/unsur
yang
disebutkan
dalam persyaratan
tidak terpenuhi (non
confirmity)
pada
program
dalam
satuan PNF akan
berpotensi menurunkan mutu PNF (minor
defect).
Sebaiknya apabila
komponen/unsur
yang
disebutkan
dalam persyaratan
tidak terpenuhi (non
confirmity) pada program dalam satuan
PNF akan mempengaruhi
kinerja
PNF
(efesiensi,
efektifitas dan produktifitas).

4. Persyaratan Umum
4.1 Setiap program dan
satuan
PNF
harus
memenuhi standar sesuai
dengan UU
RI No
20/2003 Pasal 35 ayat (1),
aspek yang perlu di
standarisasi terdiri atas 8,
yaitu: 1) isi, 2) proses,
3) kompetensi lulusan,
4) pendidik dan tenaga
kependidikan
lainnya,
5) sarana dan prasarana,
6) pengelolaan, 7) pembiayaan, dan 8) penilaian.
4.2 Ke delapan standar ini
sebaiknya
ditingkatkan
secara berencana, berkala, dan berkelanjutan.
4.3 Kriteria akreditasi satuan
dan Program PAUD harus
menggunakan
standar
yang berlaku.
4.4 Kepatuhan terhadap program sistem manajemen
lembaga seluruh rekaman
dan dokumen yang terkait
dengan
persyaratan
dalam delapan standar
ditetapkan kriteria sebagai
berikut:

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
Fokus
4.4.1
4.4.2
4.4.3
4.4.4
4.4.5

4.4.6

Rekaman
harus
akurat
Rekaman
harus mutakhir
Rekaman
harus
dapat dibuktikan
Dokumen
harus
benar dan akurat
Prosedur monitoring
harus diikuti dengan
baik
Tindakan
koreksi
harus dilakukan bila
tidak
terdapat
kesesuaian
Modifikasi Program
PNF yang digunakan
harus
mendapat
persetujuan
dari
pimpinan
lembaga
penyelenggara
Program PAUD.

5. Standar Isi
5.1 Struktur Kurikulum
5.1.1 Lembaga
Penyelenggara
Program PAUD harus
memiliki kurikulum
5.1.2 Kurikulum yang digunakan
harus mengacu kepada
Standar PAUD
5.1.3 Kurikulum
seharusnya
ditinjau secara berkala
5.1.4 Frekuensi
peninjauan/perubahan kuri-

kulum sebaiknya dilaku-kan
secara tahunan/bulanan
5.2 Beban Belajar
5.2.1 Beban belajar seharusnya
ditetapkan
berdasarkan
jumlah jam belajar per
satuan waktu
5.3 Kalender Pendidikan
5.3.1 Lembaga
Penyelenggara
Program PAUD seharusnya
memiliki
kalender
pendidikan
5.3.2 Kalender
pendidikan
seharusnya disosialisasikan
kepada pihak-pihak yang
berkepentingan
5.4 Silabus
5.4.1 Lembaga
penyelenggara
Program PAUD harus
memiliki silabus untuk
kegiatan mingguan dan
harian
5.4.2 Silabus harus disusun
dengan mengacu pada
Panduan
Tahap
Perkembangan Anak
5.4.3 Silabus
setiap
mata
pelajaran
seharusnya
disusun oleh pendidik
5.4.4 Silabus
sebaiknya
didokumentasikan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 9
Fokus
6. Standar Proses
6.1 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
6.1.1 Program PAUD seharusnya
memiliki
rencana
pembelajaran
Harian/Mingguan
6.1.2 RPP setiap mata pelajaran
seharusnya disusun oleh
Pendidik
6.1.3 RPP seharusnya disusun
dengan mengacu pada
Standar
Perkembangan
Anak
6.1.4 RPP sebaiknya didokumentasikan
6.2 Pelaksanaan Pembelajar-an
6.2.1 Pengelolaan Kelas
6.2.1.1 Pelaksana
program
seharusnya melakukan
penataan
lingkungan
bermain
6.2.2 Bahan Ajar
6.2.2.1 Lembaga Program PAUD
sebaiknya menyediakan
Alat Permainan Edukatif
(APE)
6.2.3 Kegiatan Pembelajaran
6.2.3.1 Kegiatan pembelajaran sebaiknya terdiri inti, penyambutan, dan penutup.

6.3 Penilaian Hasil Pembelajaran
6.3.1 Lembaga
penyelenggara
program PAUD seharusnya
melaksanakan
penilaian
pada proses pembelajaran
6.4 Pengawasan
6.4.1 Supervisi
6.4.1.1 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD seharusnya melakukan supervisi
proses
pembelajaran
pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
6.4.2 Evaluasi
6.4.2.1 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD seharusnya melakukan evaluasi
pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
6.5 Pelaporan dan Tindak Lanjut
6.5.1 Hasil supervisi dan evaluasi
proses pembelajaran sebaiknya dilaporkan kepada
pihak-pihak yang terkait.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 10
Fokus
7. Standar Kompetensi
Lulusan
7.1 Standar Kompetensi
Lulusan (SKL)
7.1.1 Standar Kompetensi Lulusan harus ditetapkan sesuai
usia anak dan aspek
pengembangan
Bahasa,
kognitif, sosial emosional,
agama dan moral
7.2 Acuan Standar
7.2.1 Standar Program PAUD
seharusnya mengacu pada
Standar PAUD
7.3 Standar Kompetensi Perkembangan Anak
7.3.1 Program PAUD seharusnya
memiliki standar tahapan
perkembangan anak
7.4 Peserta Didik
7.4.1 Penyelenggara
Program
PAUD seharusnya memiliki
data jumlah peserta didik
saat pendaftaran dan data
peserta didik yang telah
selesai mengikuti program
dalam 3 tahun terakhir.
7.5 Kemitraan
7.5.1 Penyelenggara
Program
PAUD sebaiknya melakukan

kerjasama dengan instansi
lain.

8. Standar

Pendidik
dan
Tenaga Kependidikan
8.1 Pendidik
8.1.1 Program PAUD harus
memiliki pendidik yang
memenuhi kualifikasi dan
kompetensi sesuai dengan
standar yang ditetapkan
8.1.2 Pendidik Program PAUD
harus mengikuti pelatihan
peningkatan mutu yang
relevan
8.2 Tenaga Kependidikan
8.2.1 Tenaga
Kependidikan
Program PAUD seharusnya
memiliki kualifikasi dan
kompetensi sesuai dengan
yang dipersyaratkan dalam
bidang kerjanya
8.2.2 Tenaga
Kependidikan
Program PAUD sebaiknya
mengikuti
pelatihan
peningkatan mutu yang
relevan

9. Standar Sarana dan Prasarana
9.1 Prasarana Pendidikan
9.1.1 Lembaga
penyelenggara
Program PAUD harus
memiliki tempat aktifitas

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 11
Fokus
belajar (ruang belajar/
bermain).
9.1.2 Lembaga
penyelenggara
Program PAUD sebaiknya
memiliki ruang tempat
bermain/belajar yang tetap
sesuai kebutuhan
9.2 Peralatan dan Perlengkapan
pendidikan
9.2.1 Ruang belajar Program
PAUD harus dilengkapi
berupa alat untuk melaksanakan pembelajaran
(“best practice”) Program
PAUD.
9.3 Buku, Media, dan Sumber
Belajar Pendidikan
9.3.1 Lembaga
Penyelenggara
Program PAUD seharusnya
menyediakan buku teks,
buku, peralatan bermain,
bahan ajar, dan bahan ajar
lainnya.
9.3.2 Lembaga
Penyelenggara
Program PAUD seharusnya
menyediakan
sumber
belajar lain seperti mainan
gantung berwarna, alat
gambar dan lukis, dan lainlain.

10. Standar Pengelolaan
10.1 Perencanaan
10.1.1 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD seharusnya merumuskan dan
menetapkan visi, misi,
dan tujuan serta memiliki
dokumennya
10.1.2 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD sebaiknya
melaksanakan sosialisasi
visi, misi dan tujuan
kepada semua pendidik,
peserta didik, dan unsur
lain yang terkait
10.2 Pelaksanaan Rencana
Kerja
10.2.1 Lembaga penyelenggara
program PAUD sebaiknya
mempunyai
pedoman
yang mengatur berbagai
aspek pengelolaan secara
tertulis yang mudah
dibaca oleh pihak terkait
meliputi:
kurikulum,
kalender pendidikan, peraturan pendidikan, tata
tertib, dan kode etik.
10.2.2 Pelaksanaan
Program
PAUD seharusnya berdasarkan rencana kerja
tahunan
yang
telah
ditetapkan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 12
Fokus
10.3 Pelaporan Hasil Pengawasan
10.3.1 Lembaga penyelenggara
program PAUD sebaiknya
melaporkan hasil pengawasan
pengelolaan
secara tertulis kepada
pimpinan lembaga dan
pembina program (Dinas
Pendidikan)
10.4 Kepemimpinan
10.4.1 Pimpinan Lembaga Penyelenggara
Program
PAUD harus mengikuti
kriteria yang berlaku.
10.5 Sistem Informasi Manajemen (SIM)
10.5.1 Lembaga Penyelenggara
Program PAUD sebaiknya
mengelola sistem informasi manajemen yang
memadai
untuk
mendukung administrasi
pendidikan yang efektif,
efesien dan akuntabel.

12. Standar Penilaian
12.1 Penyelenggara dan Pendidik
Program
PAUD
harus
melakukan penilaian hasil
belajar
secara
periodik
(tengah dan akhir program)
12.2 Penilaian
hasil
belajar
peserta didik sebaiknya
menggunakan
teknik
penilaian
berupa
portofolio/praktek.
12.3 Penilaian
hasil
belajar
sebaiknya
berdasarkan
prinsip-prinsip penilaian
12.4 Penyelenggara
Program
PAUD sebaiknya memiliki
panduan penilaian.
12.5 Hasil penilaian peserta didik
Program
PAUD
harus
dilaporkan kepada orang tua
peserta didik.

11. Standar Pembiayaan
11.1 Penyelenggara
Program
PAUD sebaiknya memiliki
dokumen (pembukuan) penerimaan dan pengeluaran
dana

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 13
Fokus

Dra. Ella Sulhah, M.Pd1
I. LATAR BELAKANG
A. Dasar Hukum

2) Peraturan Pemerintah No 19
Republik

Tahun 2005 tentang Standar

Indonesia No. 20 Tahun 2003

Nasional Pendidikan (Lem-

tentang Sistem Pendidikan

baran Negara Tahun 2005

Nasional (Lembaran Negara

Nomor

Tahun 2003 Nomor 78,

Lembaran Negara Republik

Tambahan Lembaran Negara

Indonesia Nomor 4496);

1) Undang-undang

41,

Tambahan

3) Keputusan Presiden Nomor

Nomor 4301);
1

Anggota BAN PNF DEPDIKNAS

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
Fokus
187/M

Tahun

mengenai

2004

akreditasi

adalah

kegiatan

pembentukan

penilaian kelayakan program

Kabinet Indonesia Bersatu

dan/atau satuan pendidikan

sebagaimana telah bebe-

berdasarkan kriteria yang telah

rapa kali diubah terakhir

ditetapkan

dengan Keputusan Presiden

standar.

No 20/P Tahun 2005

Standar Nasional Pendidikan

4) Peraturan

Menteri

Pen-

berdasarkan
Bab

IX

tentang

pasal 35 ayat 1 menyatakan

didikan Nasional Nomor 30

bahwa

Tahun 2005 tentang Badan

pendidikan terdiri atas: standar

Akreditasi

isi, proses, kompetensi lulusan,

Nasional

Pen-

didikan Nonformal.

pendidik

5) Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional

standar

Nomor

nasional

dan

kependidikan,

tenaga

sarana

dan

prasarana, pengelolaan, pem-

064/P/2006, tentang peng-

biayaan,

dan

penilaian

angkatan anggota BAN 0PT,

pendidikan

BAN S/M, dan BAN PNF.

ditingkatkan secara berencana

yang

harus

dan berkala. Hal ini dapat
B. Gambaran Umum Singkat

diartikan

bahwa

akreditasi

adalah upaya menstandarisasi
Undang

Undang

Republik

Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang

Sistem

Pendidikan

Nasional, menegaskan bahwa

kedelapan hal tersebut.
Hal

serupa

diatur

dalam

Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
Fokus
tentang Standar Nasional Pen-

dilaksanakan

didikan

Akreditasi Nasional Pendidikan

menyatakan

Pemerintah

bahwa

melakukan

oleh

Badan

Non Formal (BAN PNF).

akreditasi pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan untuk

C. Alasan Kegiatan dilaksanakan

menentukan kelayakan program
dan/atau satuan pendidikan.

PNF telah melaksanakan 5000

Dengan

akreditasi

jenis pendidikan keterampilan

bukan hanya dilakukan untuk

hidup, 3 jenis pendidikan anak

pendidikan formal saja, tetapi

usia

dilakukan juga untuk pendidikan

program,

non

pendidikan

demikian

formal.

Sebagaimana

dini

dengan

56.544

10.000

program

pemberdayaan

amanat UU No. 20/2003 pasal

perempuan, 120.000 pendidikan

60

bahwa

keaksaraan,

untuk

keterampilan

menyebutkan

akreditasi

dilakukan

187
dan

jenis
pelatihan

menentukan kelayakan program

dalam bentuk kursus dengan

dan satuan pendidikan pada

13.000 pelaksanan program.

jalur pendidikan formal dan non

PNF juga telah mengelola 7

formal pada setiap jenjang dan

Balai

jenis

didikan

pendidikan.

Sejalan

Pengembangan
Luar

Sekolah

Pendan

dengan itu, pasal 87 PP No.

Pemuda (BPPLSP), 23 Balai

19/2005 menyatakan bahwa

Pengembangan Kegiatan Belajar

implementasi akreditasi pada

(BPKB), 350 Sanggar Kegiatan

pendidikan

Belajar

non

formal

(SKB),

5000

Pusat

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
Fokus
Kegiatan

Belajar

Masyarakat

yang terus berkembang. Dari

(PKBM).

Dengan

demikian,

berbagai program yang telah

dilihat dari sisi jumlah, PNF

dikembangkan tersebut, baru

sudah cukup maju, namun

sekitar

dilihat dari sisi mutu dan

dikatakan layak, dalam arti

kelayakan, kinerja PNF masih

keluarannya mampu merebut

perlu

peluang

ditingkatkan

secara

berkelanjutan.
Ilmu

dan

20%

yang

pasar

dapat

yang

ada,

sedangkan 80% lainnya masih
teknologi

terus

perlu ditingkatkan dan dibina

berkembang seiring dan sejalan

secara

dengan

perkembangan

Untuk

tuntutan

kehidupan

dan

masya-

berkesinambungan.
menemukenali

menditeksi

program

dan
dalam

rakat. Kondisi ini memaksa

satuan PNF yang ada perlu di

para pengelola PNF untuk terus

tingkatkan kelayakannya, maka

bergerak

program dalam satuan PNF

maju

dalam

memberikan layanan pendidikan
yang

layak

bagi

warga

masyarakat, sehingga mereka
dapat merebut peluang yang
terus berkembang. Hanya warga
masyarakat

yang

yang ada perlu diakreditasi.

II. KEGIATAN YANG DILAKSANA
KAN
A. Uraian Kegiatan

memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan

Akreditasi

sikap maju yang akan mampu

penilaian terhadap kelayakan

memanfaatkan

program

lingkungan

adalah
dalam

kegiatan
satuan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
Fokus
pendidikan berdasarkan kriteria

III. MAKSUD DAN TUJUAN

yang bersifat terbuka. Akreditasi

A. Maksud Kegiatan

PNF dilakukan pada sejumlah
program dalam satuan PNF
sesuai dengan Undang-Undang

Kegiatan
untuk
program

No. 20 tahun 2003,

ini

dimaksudkan

meningkatkan

mutu

pendidikan

non

formal dan mendorong satuan
B. Batasan Kegiatan
Kegiatan

ini

PNF berupaya meningkatkan
akan

di-

mutu program dan lembaga-

laksanakan mulai bulan Maret

nya

secara

bertahap,

s/d Desember 2009 dengan

terencana dan kompetitif di

keluaran laporan hasil visitasi

tingkat

ke 14 (empat belas) program

propinsi.

kabupaten/kota,dan

PNF meliputi program PAUD,
Kejar paket A, B, C, Sekretaris,

B. Tujuan Kegiatan

Bahasa Inggris, Akupunktur,
Tata

Berdasarkan UU RI No 20/2003

Tata

Pasal 60 ayat (1) akreditasi

Kecantikan Rambut, Menjahit,

dilakukan untuk menentukan

Akutansi, Tata Rias Pengantin,

kelayakan program dan satuan

dan 3 (tiga) Lembaga meliputi :

pendidikan pada jalur

PAUD, PKBM dan Kursus.

didikan formal dan non formal

Otomotif,
Kecantikan

Komputer,
Kulit,

pen-

pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan berdasarkan kriteria

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
Fokus
yang

bersifat

terbuka.

Pengantin, dan 3 (tiga) Lembaga

Sehubungan dengan itu, tujuan

meliputi : PAUD, PKBM dan

dilaksanakannya

Kursus.

program

akreditasi

dalam

satuan

pendidikan non formal adalah
untuk

member!

penilaian

kelayakan suatu satuan pen-

V. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan Kegiatan

akre-

didikan non formal berdasarkan

ditasi terdiri dari 3 tahap yaitu

kriteria yang telah ditetapkan

persiapan,

dan dilakukan oleh BAN PNF
yang

hasilnya

diwujudkan

dalam

bentuk

pelaksanaan

dan

penentuan hasil dan tindak lanjut

pengakuan

akreditasi.
A. Persiapan

kelayakan.

Setiap

satuan dan program

PNF yang ingin
IV. HASIL YANG DIHARAPKAN
Terakreditasinya 1.850 program
PNF di 20 propinsi, meliputi
program PAUD, Paket A, B, C,
Sekretaris,

Bahasa

Inggris,

Akupunktur, Otomotif, Komputer, Tata kecantikan Kulit,
Tata

Kecantikan

Rambut,

diakreditasi

harus mengikuti workshop yang
diselenggarakan oleh BAN PNF
dan

memenuhi

persyaratan

sebagai berikut:
1) Memiliki izin operasional
dari Depdiknas
2) Telah melakukan kegiatan
PNF

minimal

1

tahun

Menjahit, Akutansi, Tata Rias
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
Fokus
setelah

mendapat

ijin

Depdiknas.

Setelah dokumen diterima

3) Satuan PNF yang ingin
programnya

program dalam satuan PNF.

diakreditasi

dan diperiksa kelengkapannya oleh sekretariat BAN PNF

harus mengajukan surat

dan

permohonan

selanjutnya dilakukan audit

untuk

di-

akrediatsi kepada BAN PNF

dibuat

laporannya,

dokumen oleh tim asesor
yang ditugaskan oleh BAN

4) Telah melakukan evaluasi
diri secara sistematis dan
teratur dengan maksud agar

PNF. Hasil audit dokumen
dipergunakan untuk rencana
pelaksanaan visitasi.

dapat memastikan bahwa
program dalam satuan PNF
telah

dapat

menjamin

kualitasnya.

2) Visitasi
Visitasi

adalah

kegiatan

kunjungan yang dilakukan
tim asesor untuk meneliti

B. Pelaksanaan

kesesuaian
Akreditasi dilaksanakan setelah
dilakukan :

dokumen/

rekaman dengan kondisi
yang ada di lapangan atau

1) Evaluasi dokumen (Desk

kesesuaian dengan standar.

Evaluation )

Visitasi juga dilaksanakan

Evaluasi dokumen adalah

dalam rangka melakukan

penilaian

surveilan untuk memelihara

kelengkapan

dokumen hasil evaluasi diri

hasil akreditasi

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
Fokus
C. Hasil, Masa berlaku akreditasi
dan Tindak lanjut

laporan

hasil

asesment

lapangan dari tim asesor.
Hasil akreditasi dinyatakan

1). Hasil akreditasi

dengan sertifikat akreditasi
Penilaian

hasil

evaluasi

dokumen (desk evaluation &
audit dokumenf) dan hasil
evaluasi lapangan menjadi
bahan

penentuan

hasil

akreditasi. Hasil akreditasi
adalah pernyataan kesesuaian (conformity) dengan
standar

atau

dan

ditandatangani

oleh

Ketua BAN PNF. Sertifikat
akreditasi

memuat

nyataan

hasil

per-

akreditasi

satuan PNF dengan lingkup
program yang dimintakan
akreditasinya

kelayakan

sesuai dengan standar yang
telah

yang dikeluarkan BAN PNF

ditetapkan

penghargaan

bukan
(reward).

2). Masa berlaku akreditasi dan
tindak lanjut
Setiap

program

dalam

Dengan demikian hanya

satuan pendidikan yang

ada status terakreditasi

telah memperoleh status

(acrredited)

"terakreditasi"

dan

Tidak

selanjutnya

terakreditasi (non accre-

harus memperhatikan ke-

dited).

tentuan sebagai berikut

Sedang

Hasil

Akreditasi PNF ditentukan
oleh sidang pleno BAN PNF
atas

dasar

penilaian

(a) Masa

berlaku

akreditasi

status
setiap

program dalam satuan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
Fokus
PNF adalah 5 (lima )

waktu yang ditentukan

tahun dan setelah itu

(maksimal

dapat mengajukan per-

belum juga melengkapi

mohonan kembali untuk

persyaratan maka harus

diakreditasi, sekurang-

mengajukan permohon-

kurangnya 6 (enam)

an

bulan sebelum berakhir

akreditasi

masa berlakunya status
akreditasi

ulang

1

tahun),

untuk

(d) Pengaduan

di-

keberatan

(complain). Penyeleng-

(b) Satuan PNF yang masa

gara

program/satuan

berlaku status akreditasi

PNF dapat mengajukan

programnya sudah ber-

keberatan hasil akre-

akhir dan telah meng-

ditasi kepada BAN PNF.

ajukan

Selanjutnya BAN PNF

permohonan

untuk diakreditasi, tetapi

akan

belum dilakukan proses

mengevaluasi

akreditasi, maka akre-

melakukan

ditasinya

untuk

dinyatakan

masih tetap berlaku
(c) Bagi program dalam
satuan PNF yang status
akreditasinya

ditunda

(Pending) sampai batas

mempelajari,
dan
verifikasi,

kemudian

di-

putuskan dalam sidang
pleno, kemudian hasilnya akan disampaikan
pada

penyelenggara

program tersebut.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 9
Fokus
VI. TAHAP KEGIATAN

menunjuk Tim asesor BAN

AKREDITASI

PNF

a. Penyelenggara program PNF
mengirimkan

surat

per-

untuk

melakukan

evaluasi dokumen
f. Komisi Pelaksana Akreditasi

mohonan akreditasi kepada

beserta

BAN PNF

Pembekalan kepada asesor

b. BAN PNF mengirim surat
jawaban disertai lampiran
instrumen dan kelengkapannya untuk diisi oleh pemohon
c. Penyelenggara program PNF
mengembalikan

instrumen

yang telah diisi disertai
lampiran

pendukung

ke

sekretariat BAN PNF
d. Sekretariat
melakukan
kelengkapan

BAN

TIM

memberi

yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan visitasi ke
lembaga
g. Setelah

melaksanakan

visitasi, asesor mengirimkan
laporan hasil visitasi kepada
BAN PNF paling lambat
seminggu setelah visitasi
h. Komisi Pelaksana Akreditasi

PNF

pemeriksaan
dokumen,

apabila dinyatakan sudah
lengkap, dokumen siap untuk
dievaluasi oleh tim asesor

dengan
(selected

Tim

pemeriksa

assesor)

me-

lakukan pemeriksaan, penilaian terhadap laporan hasil
visitasi

asesor,

dan

merekomendasikan

status

akreditasi untuk diputuskan
e. Komisi Pelaksana Akreditasi

dalam sidang pleno

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 10
Fokus
i. Pelaksanaan Sidang pleno
keputusan status akreditasi
j. Pengumuman

Keputusan

hasil akreditasi

VIII. PELAKSANA DAN
PENANGGUNGJAWAB
KEGIATAN
a. Pelaksana kegiatan adalah
sebagai berikut :

VII. TEMPAT PELAKSANAAN

1). Anggota BAN PNF

KEGIATAN

2). Sekretariat BAN PNF

Kegiatan visitasi dilakukan di 20

3). Nara Sumber

provinsi

Yaitu : Sumatera

Utara,

Sumatera

Barat,

Sumatera Selatan, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa
Tengah, Jawa Timur,
NTT,

Kalimantan

4). Nara Sumber

Bali,
Barat,

5). Asesor PNF
b. Penanggung

jawab

kegiatan adalah Ketua
Komisi

Akreditasi/Koor-

Kalimantan Timur, Sulawesi

dinator Kegiatan Pelak-

Selatan,

Sulawesi

Utara,

sanaan Akreditasi

Sulawesi

Tengah,

Maluku

Utara, NTB, Lampung dan
Gorontalo

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 11
Fokus

Beryana Evridawati
(Staf Dit. PAUD)
Jika kita bicara tentang
kebijakan
Pemerintah,
maka
komitmen yang diejawantahkan
dengan menempatkan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) sebagai
salah satu program utama
pembangunan pendidikan jangka
menengah 2005-2009 merupakan
perwujudan dari kesadaran tentang
peran
kritis
PAUD
dalam
mempersiapkan generasi penerus
yang berkualitas dan berakhlak
mulia.

Dalam kurun waktu singkat,
lembaga-lembaga penyelenggara
PAUD terutama PAUD Nonformal
tumbuh bagaikan cendawan di
musim hujan. Suatu fenomena
yang sangat menarik dan
menggembirakan. Namun jika kita
melihat pemetaan pertumbuhan
tersebut,
belum
seluruhnya
menyentuh ‘akar rumput’ di
daerah-daerah terpencil yang
ternyata lebih terfokus untuk

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
Fokus
memenuhi kebutuhan mendasar
(survival) anak usia dini daripada
mencukupi kebutuhan pendidikannya.
Program Pendidikan dan
Pengembangan Anak Usia Dini
(PPAUD / Early Childhood
Education
and
Development
Project) hadir diantara kita sebagai
salah
satu
program
yang
diharapkan dapat menyentuh
kebutuhan layanan pendidikan dan
pengembangan untuk anak usia 06 tahun.
Dalam upaya meningkatkan
proporsi anak dari keluarga kurang
mampu untuk memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya melalui
partisipasi dalam Program PPAUD
yang mudah, efektif, berkualitas,
holistik (pendidikan, kesehatan,
gizi, dan keikutsertaan orang tua)
dan
berkelanjutan,
Program

PPAUD diharapkan dapat melayani
minimal 738.000 anak pada akhir
tahun 2013. Ruang gerak Program
PPAUD ini ditopang dengan dana
Pemerintah Indonesia, soft loan
(International
Development
Association/IDA Credit 4205-IND)
dari Bank Dunia, dan Ducth Trust
Fund (TF. 056841-IND dari
Pemerintah Belanda). Secara
eksplisit, tertuang dalam Financing
Agreement antara Pemerintah
Indonesia dan Bank Dunia bahwa
performance indicator Program
PPAUD adalah:
• Increases
in
early
development
scores
of
children entering kindergarten
or first grade of primary
school;
• Increases in Early Stimulation,
Detection and Intervention of
Child
Growth
and
Development (DDTK)
scores of children 0-3
years.
Setelah melalui serangkaian
seleksi
dan
verifikasi, telah terpilih
21 provinsi dan 50
kabupaten
sebagai
penerima
Program
PPAUD (2007 s.d
2013).

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
Fokus
P AREGIO L K IA NPROG A P A D
ET
NA EG TA
RM PU
Su at ra S la
m e e tan:
1 O nKo eri g Il r
. ga m n i
N g Ae D s la :
anroe ch arusa m
1. A h T gg a
ce en ar
2. A h T ga
ce en h
S m ra U ra:
u ate ta
1. T a S m ir
ob a os
2. T anli tenah
ap u g
S m ra B t:
u ate ara
1. S ok
ol
2. S a un /Su un
awhl to i nj g
j
3. P is la
es irSe tan
Ja bi:
m
1. T jug Jbu T u
an n a ng imr
2. S la u
aro ngn

I

II
Bngul :
e ku
1. B g lu U ra
enku ta
2. B g lu S at n
enku el a
La pug:
mn
1. La pu Ti ur
m ng m
2. La pu S at n
m ng el a
Ja aB t:
w ara
1. S ean
umd g
2. S a m
ukbu i
3. S a
ubng
4. Ma legk
ja n a
5. G t
aru

V

III
J aTe ah:
aw ng
1 R bng
. ema
2 Wno ri
.
o gi
3 Cac
. il ap
4 B nj rn a
. a a egra
D Yo akrta :
I gy a
1 K lo ro
. u np go
2 G u Kul
. unng id
Kli an n B rat:
am ta a
1 Sm s
. a ba
2 K tap g
. e an

IV

S aw i U ra:
ul es t
a
1. Keul u Ta ud
p a an la
2. Keul u S g e
p a an anih

Jw Ti ur:
aa m
1 Pc n
. aita
2 Mdiu
. a n
3 Bn w o
. odo os

S aw i B t:
ul es ara
1. Po wli M da
le a an r
2. Mm u
a uj

N
TB:
1 L b T ga
. omok en h
2 S maw
. ub a
3 Dm
. o pu

S aw i S ata
ul es el n:
1. Si j i
na
2. Si r p
da
3. Wo
aj
4. J epnto
en o

N:
TT
1 S ma B t
. u b ara
2 T or T ga U ra
. im en h ta

M uk U ra:
al u ta
Hm eraU ra
al ah
ta
Hm eraSel t n
al ah
aa

G nt l :
oro ao
1. Gron lo
o ta
2. Bo em
al o

Dalam kerangka pemikiran
bahwa
keberadaan
Program
PPAUD ini nantinya bukan saja
sebagai pilot program namun lebih
dipandang sebagai suatu upaya
untuk
menumbuhkembangkan
kesadaran
masyarakat
yang
berada di 3000 desa miskin untuk
memberikan
maupun
melaksanakan
layanan
PAUD
nonformal, maka disusun suatu

Irj b
a ar:
Mnow
a k ari
Ppu
aa
Mraue
e k
Jya ra
a pu

strategi
agar
keberlanjutan
program dapat terus berlangsung
walaupun kucuran dana dari
pemerintah dan luar negeri telah
berakhir. Sebuah konsep prestisius
yang sulit namun tidak mustahil
untuk dilaksanakan.
Konsep untuk melibatkan
masyarakat sejak awal pembentukan lembaga layanan PAUD
Nonformal, adalah sebuah strategi
Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
Fokus
yang jitu jika kita menginginkan
sustainability bukan hanya muncul
sebagai konsep di atas meja kerja.
Namun hal ini pun mengandung
resiko, mulai dari conflict of interest
yang mungkin saja muncul di
masyarakat
ataupun
tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi
pada keberhasilan para Tim
Fasilitator Masyarakat (TFM)
memainkan
perannya
yang
strategis di masyarakat. Namun
resiko itu pantas untuk diambil
mengingat jika semua dapat
berhasil, program ini tidak saja
mengakomodir kebutuhan 738.000
anak usia
0-6 tahun untuk
mendapatkan akses layanan
PAUD Nonformal, tetapi juga dapat
menggugah kesadaran para orang
tua, pendidik, pamong, staf,
masyarakat, dan stakeholder
PAUD tentang pentingnya memberikan layanan PAUD kepada
anak usia dini.
Untuk mempersiapkan keterlibatan masyarakat tersebut,
Central Project Implementation and
Coordination Unit (CPICU) PPAUD
menyusun pelatihan berjenjang,
dimulai dari pelatihan National
Early Childhood Specialist Team
(NEST), pelatihan TFM, pelatihan
Pendidik Provinsi dan Kabupaten,
pelatihan Pendidik PAUD maupun

Community Development Worker
(CDW). Perekrutan Konsultan
Individu
maupun
Lembaga
termasuk perekrutan Community
Driven Development (CDD) yang
menggawangi TFM, juga diselenggarakan dengan harapan
bahwa seluruh program yang
direncanakan dapat dimplementasikan dengan hasil memuaskan.
Sebuah jalan panjang yang
diharapkan dapat meminimalisir
ekses negatif dan mengoptimalkan
produk-produk yang dihasilkan
CPICU.
Masyarakat sebagai subjek
sekaligus
objek
mengambil
peranan dalam menentukan jenis
layanan yang mereka butuhkan,
berperan aktif dalam penyelenggaraan layanan PAUD Nonformal,
bahkan mereka juga yang
menentukan siapa saja yang
diserahi tanggung jawab untuk
mengelola dana hibah sebesar US
$ 10,000 per kelompok masyarakat
penerima manfaat. Selaras dengan
fungsi TFM untuk memfasilitasi,
mendampingi dan mempersiapkan
masyarakat menerima dana hibah
masyarakat
(community
blockgrant), inilah skenario yang
dikawal oleh TFM agar masyarakat
tersebut dapat memanfaatkan
dana hibah sesuai dengan rencana

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
Fokus
kerja yang telah mereka susun
sebelumnya.
Dalam
muatan
fasilitasi tersebut, diharapkan
tumbuh kesadaran masyarakat
tentang manfaat dan pentingnya
PPAUD, menumbuhkan kebutuhan
masyarakat akan layanan PPAUD
melalui penyebaran informasi dan
promosi kegiatan PPAUD, dan
memfasilitasi masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan dan
memantau kegiatan PPAUD agar
dapat berkembang secara berkesinambungan.
Di sisi lain, Program PPAUD
sendiri bukanlah semata-mata
program pendidikan (walaupun
pendidikan merupakan leading
sector), namun keterlibatan lintas
sektor misalnya Departemen
Kesehatan, BKKBN, dll yang
terwadahi dalam Komite Pengarah
diharapkan
dapat
mengintegrasikan
seluruh
kebutuhan anak usia dini sehingga
menjadi anak yang sehat, cerdas,
ceria, dan berakhlak mulia serta
memiliki kesiapan baik fisik
maupun mental dalam memasuki
jenjang pendidikan lebih lanjut.
Dalam payung semangat yang
sama, di 21 provinsi dan 50
kabupaten terpilih pun dibentuk
Komite Koordinasi. Para Pengelola
PPAUD di 21 provinsi (Province

Project
Coordination
and
Implementation Unit/(PPICU) dan
di 50 kabupaten terpilih (District
Project Implementation Unit/DPIU)
saling bersinergi untuk meraih
kesuksesan pelaksanaan kegiatan
di 3000 desa.
Banyaknya upaya maupun
strategi yang dijalankan pada
akhirnya pun semua terpulang
pada
masyarakat
selaku
‘pengguna jasa’. Mereka-lah yang
akan memutuskan apakah akan
menyelenggarakan layanan PAUD
ataukah akan melanjutkan layanan
ini setelah kucuran dana dari pusat
berakhir?
Semua
berpulang
kepada kualitas dan kuantitas
program, pendekatan yang jitu
kepada masyarakat, maupun
willingness semua pihak yang
terlibat di Program PPAUD.
Semoga ini bukan hanya sekedar
retorika belaka.
Referensi:
1.
2.

3.

Financing Agreement (2006)
between World Bank and
Government of Indonesia
Grand
Design
Program
Pendidikan Anak Usia Dini NonFormal Tahun 2007-2015. 2007.
Dit. PAUD
Pedoman Operasional Program
Pendidikan dan Pengembangan
Anak Usia Dini. 2007. Dit. PAUD

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
Fokus

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
Fokus

Endang Ekowarni 1

Tujuan:
1. Menentukan kriteria minimal
tentang sistem layanan PAUD.
2. Pedoman kepada pengelola
PAUD dalam menyelenggarakan layanan.
3. Acuan bagi berbagai perihal
dalam pengembangan, pembinaan, dan pelaksanaan PAUD.

4. Membantu masyarakat menyelaraskan persepsi atau
pandangan mengenai PAUD
serta dalam melakukan peni
laian terhadap mutu layanan
pendidikan
.

1

Ketua Team Ad Hoc Penyelenggaraan
PAUD

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
Fokus
Susunan Standar PAUD terdiri
dari:

Aspek perkembangan
diamati adalah:

1. Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan
2. Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
3. Standar Program

1. Perkembangan motorik kasar

4. Standar Layanan
I.

Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan
Merupakan deskripsi tentang
perkembangan yang berhasil
dicapai anak pada suatu tahap
tertentii, yaitu:
1. Tahap usia 0 - 12 bulan
disusun dalam kelompok usia:
a. 0 - 3 bulan
b. 3 - 6 bulan
c. 6 - 9 bulan
d. 9 – 12 bulan
2. Tahap usia 12 bulan - 2 tahun
berdasarkan kelompok usia:
a. 12 – 18 bulan
b. 18 – 24 bulan
3. Tahap 2 - 3 tahun
4. Tahap 3 - 4 tahun
5. Tahap 4 - 5 tahun

yang

2. Perkembangan motorik halus
3. Perkembangan kognitif
4. Perkembangan bahasa
5. Perkembangan sosialemosional
6. Perkembangan pemahanan
moral dan agama
Untuk pemantauan pertumbuhan
fisik dan kesehatan digunakan
KMS (Kartu Menuju Sehat).
II. Standar
Pendidik
dao
Tenaga Kependidikan
Pendidik PAUD terdiri dari:
1. Guru PAUD
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, ditentukan
bahwa kualifikasi akademik pendidikan guru TK/RA adalah minimal
D IV.
2. Tutor PAUD
Adalah pendidik dengan kualifikasi
akademik SMA atau sederajat
ditambah pelatihan mengenai
PAUD.

6. Tahap 5 - 6 tahun

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
Fokus
3. Pengasuh PAUD
Berkualifikasi pendidikan minimal
SMP atau sederajat dengan usia
minimal 18 tahun, ditambah
dengan pelatihan atau kursus
mengenai PAUD yang menekankan pada keperawatan anak.
Selain kualifikasi akademik juga
diperlukan kualifikasi kompetensi
yang meliputi:
1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi profesional
3. Kompetensi pedagogik
4. Kompetensi social
Mengenai
Kepala
Sekolah
digunakan
ketentuan
yang
tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 13
tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Marasah dengan
Kualifikasi
Khusus
Kepala
Sekolah/Madrasah bagi Kepala
Taman
Kanak-kanak/Raudhatul
Athfal adalah:
1. Berstatus
sebagai
guru
TK/RA.
2. Memiliki sertifikat pendidik
sebagai guru TK/RA.
3. Memiliki sertifikat kepala
TK/RA yang diterbitkan oleh
lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.

Bagi penyelenggara PAUD, apabila
belum ada Kepala Sekolah yang
sesuai dengan Peraturan Menteri
tersebut, dapat ditunjuk seorang
pengelola PAUD.
Kualifikasi kompetensi Pengelola PAUD adalah:
a. Kompetensi kepribadian
b. Kompetensi manajerial
c. Kompetensi kewirausahaan
III. Standar Program
Program PAUD meliputi isi,
kegiatan, proses, dan penilaian.
Program terdiri dari:
a. Perencanaan
* Tujuan
* Isi
* Tersedianya pendidik dan
tenaga kepen-didikan
* Metode pelaksanaan pendidikan
* Alat permainan
b. Pelaksanaan
* Disesuaikan dengan situasi
dan kondisi
* Pelaksanaan berupa pengasuhan, perawatan, pendidikan sesuai dengan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
Fokus
kelompok usia dan kebutuhan khusus anak
* Kegiatan
dilaksanakan
dengan cara terorganisasi
c. Penilaian
* Bertujuan memonitor tingkat
pencapaian per-kembangan
anak
* Dilakukan secara
sisten, sistematis,
terprogram

kondan

* Pendidik
menggunakan
metode penilaian sesuai
dengan tingkat usia dan
tingkat perkembangan anak

d. Satuan
(SPS)

PAUD

sejenis

IV. Standar Layanan
Untuk
terlaksananya seluruh
program PAUD, dibutuhkan faktor
pendukung berupa: sarana dan
prasarana, pengelolaan, serta pem
biayaan.
A. Sarana
Adalah perlengkapan untuk
kegiatan pengasuhan dan
pendidikan
yang
dapat
dipindah-pindah. Ketersediaan
dan jenis sarana disesuaikan
dengan jumlah anak dan jenis
lavanan.

Layanan PAUD dirancang berdasarkan:

Sarana
adalah:

1. Pengelompokan usia:
a. Kelompok usia 0-2 tahun

a. Perabot
kegiatan:

b. Kelompok usia 2-4 tahun

*

meja-kursi anak atau alas
duduk

*

tempat menyimpan alat
permainan

a. Kelompok bermain (KB)

*

alat kebersihan

b. Taman Kanak-kanak (TK)
atau Raudhatul Athfal
(RA)
c. Taman penitipan anak
(TPA)

*

alat penimbang
badan

berat

*

alat pengukur
badan

tinggi

*

dll.

c

Kelompok usia 4-6 tahun

2. Jenis layanan

yang

diperlukan
penunjang

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
Fokus
b. Peralatan pendidik:
*

alat permainan edukatifdi
dalam ruang

*

alat permainan edukatifdi
luar ruang

ruang yang dapat digunakan
untuk beberapa fungsi sebagai
berikut:
1. Ruang aktivitas
2. Ruang makan

*

perlengkapan musik dan
seni

3. Ruang ibadah

*

perlengkapan olah raga

5. Kamar mandi

*

dll.

6. Dapur

c. Media pendidikan:
*

buku dan alat tulis

*

majalah

*

alat elektronik
tape, dsb)

*

dsb

poster

*

4. RuangUKS

dll.

C. Pengelolaan

(radio,

d. Perlengkapan
khusus
(untuk pejayanan TPA):
*

tempat tidur bayi

*

perlengkapan mandi bayi

*

perlengkapan
khusus bayi

*

dll.

makan

B. Prasarana
Prasarana adalah fasilitas
yang diperlukan untuk terselenggaranya
program,
berupa satu atau beberapa

Untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan PAUD
diperlukan penyelenggaraan
yang dikelola dengan baik.
Prinsip yang perlu diperhatikan
antara lain:
1. Penerapan manajemen berbasis
masyarakat
yang
ditunjukkan dengan adanya:
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, akuntabilitas.
2. Setiap lembaga PAUD harus
memiliki status yang jelas
pengelolaannya apabila oleh
perorangan,
masyarakat,
swasta,
LSM,
maupun
pemerintah.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
Fokus
3. Lembaga PAUD perlu memiliki
pedoman yang mengatur
kurikulum, kalender pendidikan, tata tertib, serta
mekanisme pengawasan, dsb.
D. Pembiayaan
Untuk menjamin kesinambungan layanan pengasuhan
dan
pendidikan
yang
memenuhi syarat kesehatan,
keamanan, dan kenyamanan
anak, diperlukan penyediaan
biaya yang meliputi:

1. Biaya investasi untuk
menyediakan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia
(SDM).
2. Biaya personal meliputi
gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta tunjangan yang melekat pada
gaji.
3. Biaya operasional untuk
pembelian peralatan dan
bahan habis pakai.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
Fokus

Maryati Suwondo
(Staf Direktorat Kesetaraan, Depdiknas)

Setiap
keluarga
pasti
mendambakan hadirnya anak atau
keturunan. Baik laki-laki maupun
permpuan, dan yang lebih
didambakan lagi oleh pasangan
suami adalah anak yang sehat dan
berbudi pekerti luhur. Semua ini
dapat
terwujusd,
tergantung
bagaimana cara orang rtua dalam
mendidiknya. Anak sehat, tumbuh
kembang sempurna , berprilaku
baik , semua itu tidak dapat lepas
dari perhatian dan kasih sayang
orang tua. Karena orang tua
merupakan
lingkungan
yang
terdekat bagi setiap anak.. Anak
baik ataupun anak tidak baik
berawal dari keluarga atau didikan
kedua orangnya.

Untuk mendaptkan anak
atau keturunan yang baik,
seharusnya sejak dini bahkan
sejak si anak masih dalam
kandungan, orang tua terutama ibu
harus dapat mendidiknya atau
memberikan contoh-contoh yang
terbaik, disamping membentuk
prilaku jiwa tapi juga untuk
membentuk
mental
dan
kepribadianya.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
Fokus
Mendidik anak kandung
sendiri bukan hal yang mudah,
namun harus penuh kelembutan,
ketulusan jiwa, ketelatenan yang
jelas penuh kesabaran dan
kasih
sayang.
Kita
sebagai orang tua
merupakan manusia
pertama
(awal)
yang membentuknya baik buruknya
jiwa seorang anak
dalam
sebuah
keluarga.
Jangan
pernah kita mengucapkan kata-kata
yang buruk buat si
buah hati kita sendiri,
karena ucapan yang
buruk yang terlontar dari
mulut seorang ibu terhadap
anaknya sendiri, akan berdampak
sangat fatal, dan akan merugikan
diri anak itu sendiri. Karena
perbuatan kasar yang dilakukan
seorang ibu terhadap anaknya
sendiri, akan sangat mengganggu
tumbuh kembang si anak dan akan
mengganggu mental dan pola pikir
serta kepribadian anak.
Contoh misalnya seorang ibu yang
kesal pada anaknya karena
anaknya
melakukan
sebuah
kesalahan, lalu ibu itu bilang pada

anaknya ” Kamu ini bego, tolol,
bodoh,”
Tidak
sepantasnya
seorang ibu mengucapkan seperti
itu terhadap buah hatinya sndiri
hanya karena si anak
melakukan
kesalahan
kecil. Perlu diingat dan
menjadi perhatian
khusus bagi para
orang tua terutama ibu, jangan
pernah menusuk
buah
hatinya
sendiri dengan
kata-kata tajam
seperti
diatas,
karena kata-kata
itu lebih tajam dari
pada belati dan akan
mebekas selamanya dihati anak itu, dan akan
menjadi pengalaman yang sangat
buruk selama hidup anak itu, dan
sangat mengganggu pertumbuhan
jiwa dan mental anak itu.
Baik buruknya akhlak dan
budi pekerti anak adalah ditangan
orang tuanya sendiri. Ucapan
seorang ibu terhadap anaknya
adalah merupakan doa, maka
ucapkanlah hal-hal yang baik-baik
saja. Kalau di dalam sebuah
keluarga seorang anak atau buah
hati kita perlakukan dengan baik,
sopan, pernuh perhatian, penuh

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
Fokus
cinta kasih, penuh kelembutan,
dihargai tiap tindak-tanduknya,
pasti anak itu akan tumbuh
kembang menjadi anak yang baik,
berprilaku sesuai dengan apa yang
diperoleh dilingkungan keluarganya.
Pada dasarnya ibu tidak
boleh/jangan pernah menusuk
buah hatinya sendiri dengan katakata mencemooh, karena kata-kata
itu akan tertanam dihati si anak
sampai kapanpun. Dan yang lebih
parah lagi akan berakibat sangat
buruk akan dan mempengaruhi
jiwa, dan mental si anak punya
kelainan dalam dunia pergaulan.
Tiap dia akan berkata sesuatu dia
akan terngiang kata-kata ibunya. ”
kata ibu saya, saya ini anak
bego, tolol, ” dalam hati kecil dia
bicara seperti itu.
Maka dari itu dibutuhkan
suatu kesabaran yang luar biasa
dalam menangani pendidikan anak
dalam sebuah keluarga, baik anak
itu masih balita maupun anak yang
sudah dewasa, kita jangan pernah
berbuat kasar pada mereka (anakanak kita). Kata-kata yang kasar,
yang bersifat mencemooh, tidak
akan pernah menguntungkan bagi
siapapun, justru sebaliknya akan
sangat merugikan
bagi
kita
semuanya antara ibu dan anak.

Anak akan selalu minder,
kehilangan harga diri, selalu
menyalahkan dirinya sendiri, tidak
punya keberanian dalam berbuat
sesuatu.
Mempunyai anak yang
minderan, pendiam tidak punya
keberanian akan sangat menyedihkan, apa lagi di jaman yang
semakin maju seperti ini dan
seiring dengan kemajuan teknologi,
anak-anak kita dituntut untuk cepat
berkembang menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek)
Banyak para ibu yang belum
menyadari bahwa dirinya telah
menghancurkan masa depan buah
hatinya sendiri, setelah melontarkan kata-kata kasar yang
sangat
menyakitkan,
tajam
bagaikan sembilu sangat menusuk
perasaan, akan selalu membekas
dihati anak, padahal masalahnya
cuma sepele.
Contoh kecil misalnya Si anak
belajar makan sendiri tapi nasinya
berantakan di lantai, lalu si ibu
marah-marah lepas kendali, emosi,
mengucapkan kata-kata kasar
yang tidak sepantasnya diucapkan
oleh seorang ibu terhadap anaknya
sendiri. Tanpa disadari oleh para
ibu bahwa perbuatan seperti itu
telah membunuh kreatifitas dan

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
Fokus
kepribadian anak yang seharusnya
kita bentuk sejak dini.
Bila anak kita masih belum
mengerti, maka ajar padanya
dengan penuh kesabaran, dan
lemah lembut, karena dengan
sabar dan lemah lembut akan
menghasilkan hal-hal yang dapat
menumbuhkan rasa bangga dan
percaya diri si anak demi tumbuh
kembang yang baik..

hanya memaki dan nyumpahin
anak nya, sehingga tidak jarang
anak-anak
menjadi
korban
kekerasan orang tuanya sendiri,
akhirnya menjadi anak nakal, anak
yang cepat kecewa, cepat putus
asa, dan akhirnya menjadi anak
yang salah pergaulan terjerumus
hal yang menyesatkan. Karena
tidak punya pegangan yang kuat
yang hanya dimilki oleh orang

Disini pendidikan orang tua
juga sangat berpengaruh dalam
tumbuh kembang anak, orang tua
yang berpendidikan rendah sulit
untuk berlaku sabar tiap hari

tuanya sendiri, tapi dalam hal ini
justru orang tuanya sendiri yang
menjerumuskannya ke hal yang
buruk. Akan lain lagi bila anak di
didik dengan penuh kasih sayang

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
Fokus
jiwanya akan stabil tidak mudah
marah, tegar dalam menghadapi
segala cobaan dalam kehidupan.
Tapi tidak menutup kemungkinan
anak dari keluarga mampu juga
banyak yang menjadi anak tidak
baik, anak nakal, itu bisa terjadi
karena orang tua mereka kurang
perhatian dan kasih sayang.
Keadaan seperti ini juga didukung
oleh keberadaan orang tua,
menurut data dari Badan Pusat
Statistik yang ada dimuat di koran
Kompas bulan Juni tahun 2007,
menyatakan bahwa sekitar 23 juta
orang tua di Indonesia hanya
tamatan Sekolah Dasar, bahkan
belum tamat Sekolah (SD)
sehingga masih terbatas dalam
pola mendidikan anak.
Langkah
yang
harus
dilakukan untuk meminimalkan
terjadinya dehumanisasi pendidikan yaitu harus adanya snergi
antara guru, para orang tua, dan
lingkungan tempat tinggal.
”Ciptakan kondisi pembelajaran
yang kondisif, dan para orang tua
dapat
membatasai tayangan
tayangan televisi pada anak-anak,
bila perlu matikan televisi pada
jam-jam belajar anak, atau di saat

santai, lebih baik kita mengobrol
bersama
anak-anak
saling
mendengarkan
dan
tukar
pengalaman bersama anggota
keluarga dari pada mendengarkan
suara televisi, karena mengingat
tayangan televisi akhir-akhir ini
banyak yang kurang bersifat
mendidik, bahkan banyak sekali
tayangan yang tidak pantas untuk
dicontoh oleh anak-anak kita
Ajarkan kepada anak-anak
kita sesuatu hal yang baik,
bimbinglah jiwanya dengan iman
agar generasi anak Indonesia
menjadi generasi yang lebih
bermutu, baik dari segi mental,
akhlak, tingkah laku, kepribadian
dan sopan santun, karena anak
merupakan investasi yang sangat
berharga bagi setiap orang tua.
Anak yang tidak pernah tersakiti
hati dan jiwanya terutama oleh
kedua orang tuanya akan menjadi
anak yang gembira, periang,
cerdas, dapat menghargai orang
lain dan dirinya sendiri penuh
didikasi tinggi.

Jadikanlah rumah adalah
sorga bagi keluarga

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
Fokus

DR.Dr.Theodorus
Immanuel SETIAWAN 1
ABSTRACT
Play Therapy. Play therapy,
especially in preschool years,
has proved to be very beneficial
as a tool in the overall treatment of
children with various clinical
ailments, especially those with
Childhood
Mental
Health
Disorders. Needless to say that the
benefit of play as an indispensable
part of therapy for children is often
negelcted,
or
at
least
underestimated, by most

1

Theodorus Immanuel SETIAWAN. Dokter, S 3
Pendidikan, S 3 Psikiatri. Praktek dokter.
Pengajar di Program S 1 Bimbingan-Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Jakarta ;
di Program S 2 Psikologi Universitas Indonesia,
dan di Program S 3 Universitas Negeri Jakarta.
Alamat e mail: thisetiawan@cbn.net.id

practitioners. Fortunately, in the
long history of play therapy there
were some outstanding figures in
psychology as well as psychiatry,
at least as early as Sigmund
Freud, who have indicated the
undisputed benefits of play as
therapy for children. In present day
practice,
to
facilitate
the
effectiveness of play therapy,
several elements must be taken
into consideration, such as the
therapist who conducts the
therapy, the play materials, the
play space, and the overall
atmosphere
surrounding
the
activities.
Key words : Play therapy, child
patient, effectiveness of therapy.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
Fokus
I.

Pendahuluan

Dalam dua dekade terakhir ini,
pertambahan dramatis jumlah anak
yang
diidentifi-kasi
sebagai
menderita Gangguan Kesehatan
Mental Masa Anak (Childhood
Mental Health Disorders )
merupakan salah satu petunjuk
dari adanya tekanan yang
meningkat yang membebani anakanak masa kini. Beban itu
tampaknya lebih besar pengaruhnya pada anak usia dini,
dibandingkan pada anak yang
usianya lebih tua, yang sangat
mungkin disebabkan oleh masih
sangat terbatasnya kemampuan
anak usia dini untuk mengemukakan masalah mereka dengan
memuaskan
secara
verbal
(Carroll, 2004). Sayangnya, belum
tampak adanya pertambahan yang
seimbang dari upaya-upaya terapi
yang tepat dan/atau kesempatan
untuk memperolehnya, yang dapat
membantu anak-anak supaya tetap
sehat-mental, lebih-lebih di negaranegara yang sedang berkembang
seperti Indonesia (Elkind, 2006).
Kecenderungan yang sempat
dominan beberapa waktu yang lalu
(yang untungnya sekarang sudah
tidak dominan lagi), yang lebih
menekankan
terapi
dengan

pemberian obat untuk mengatasi
berbagai
gangguan
mental,
termasuk pada anak usia dini, jelas
merupakan suatu ilusi yang
kelihatannya makin menjauhkan
pasien-anak dari perbaikan yang
diidamkan
(Schaefer,
2002).
Berbagai bentuk psikoterapi dan /
atau bimbingan-konseling, baik
tersendiri maupun bersama obat,
tampaknya jauh lebih banyak
memberikan
harapan
untuk
membantu
anak-anak
yang
bermasalah itu, terutama sewaktu
masih berusia dini, untuk mengembangkan kesehatan mental
yang baik (Kottman, 2005). Terapi
dengan bermain, sebagai salah
satu pilihan tradisional yang
sempat terpinggirkan, sejak dahulu
sudah terbukti memberikan banyak manfaat untuk
mecapai tujuan tersebut di atas
(Freud,1912; Axline, 1947; Wilson,
1979; Solnit, et al., 2005).
II. Manfaat Kegiatan Bermain
Pada awal abad yang lalu
Sigmund Freud sudah mengemukakan bahwa kegiatan
bermain memungkinkan tersalurnya dorongan-dorongan instingtual
anak yang sangat meringankan
anak dari berbagai beban mental.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
Fokus
Kegiatan bermain merupakan
sarana yang aman yang dapat
digunakan anak untuk mengulangulang pelaksanaan dorongandorongan
untuk
berperilaku
tertentu, sehingga anak akan
terbantu untuk mengendalikan
dorongan-dorongan itu,dan juga
reaksi-reaksi mental yang mendasarinya (Freud, 1912). Kegiatan
bermain memungkinkan berlangsungnya proses
pelepasan dan terpenuhinya
keinginan-keinginan
tertentu.
Fantasi,
dan
kesempatan
anak untuk lepas
dari
kenyataan,
terutama anak usia
dini, memudahkan
ber-tumbuhnya ego
anak. Dalam alam
fantasi yang “encer”
(bila dibandingkan
alam nyata), ego
anak
dapat
“berdamai” sekaligus
dengan dorongandorongan id dan tuntutan-tuntutan
superego, sehingga anak dapat
kesempatan
ber”eksperimen”
dengan penyelesaian-penyelesaian
baru untuk berbagai konflik (Axline,

1947; Wilson, 1979; Solnit, et al.,
2005).
Melanie Klein (Axline, 1947)
mengemukakan bahwa anak-anak
sejak usia dini sudah memiliki
kehidupan dalam-diri (internal)
yang kaya dan kompleks, yang
dapat tampak oleh orang lain
melalui kegiatan bermain dengan
mainan. Klein yakin bahwa pasienanak melakukan asosiasi bebas,
tidak hanya dengan
kata-kata,
tetapi
juga
dengan
kegiatan bermainnya; dan asosiasi ini
dapat ditafsirkan.
Misalnya, pemilihan
mainan oleh anak
tidak selalu karena
daya tariknya (untuk
anak itu), atau
karena
fungsi
mainan itu bagi
sang anak, tetapi
sering
karena
mainan itu mewakili
imajinasi
atau
dorongan-dorongan
terpendam anak itu. Di samping itu,
Klein juga mengamati bahwa
kegiatan bermain memberikan
petunjuk mengenai masa lalu anak
dan alam-tak-sadarnya. Ternyata,
berbagai pendapat Klein itu juga

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
Fokus
dikemukakan
oleh
beberapa
psikater anak terkemuka pada awal
abad 21 ini, seperti LeBlanc dan
Ritchie (2001), Winnicott (2003),
dan Waelder (2004).
Banyak tulisan Anna Freud
yang terfokus pada pengembangan
kemampuan ego dan mekanisme
pertahanan ego memungkinkan
dimanfaatkannya kegiatan bermain
anak untuk lebih mengenal anak.
Ia juga mengemukakan bahwa bibit
dari kemampuan bermain ditanam
sewaktu interaksi dini antara bayi
dengan ibunya. Melalui bermain
dengan tubuhnya dan tubuh
ibunya, bayi mulai belajar membedakan dirinya dari diri orang lain,
dan dengan perluasan ego, juga
belajar membedakan kenyataan
dari fantasi. Anna Freud percaya
bahwa kegiatan bermain memudahkan dan mencerminkan
proses pertumbuhan anak yang
secara ideal menghasilkan otonomi
pribadi, pengenalan yang berkembang mengenai diri sendiri,
dan kemampuan bekerja. Kegiatan
bermain adalah cara untuk
menjelajahi dan menguasai konlikkonflik dalam diri (internal) dan
konflik
dengan orang lain
(external),
dan
memberikan
petunjuk
mengenai
adanya

pergulatan yang tak disadari dari
anak (Solnit, et al., 2005).
III. Ciri-Ciri Menguntungkan dari
Kegiatan Bermain
Umumnya, terapi dengan
bermain mengandung 4 ciri menguntungkan berikut :
1) Bermain itu menyenangkan.
Kegiatan bermain adalah
suatu proses di mana anak
mengembangkan
percayadirinya
dan
mengalami
perasaan mampu, misalnya,
sewaktu anak berhasil menyelesaikan masalah menurut
caranya sendiri dalam waku
yang ditetapkannya sendiri.
Ternyata, kegiatan bermain
tidak hanya memberikan
kesenangan kepada anak,
tetapi juga kepuasan. Bermain
adalah perwujudan fantasi
anak yang keluar dari dirinya
sehingga memungkinkan anak
untuk “berada” sekaligus di
alam fantasi dan dunia nyata.
Kreativitas dikembangkan dan
dimunculkan selama kegiatan
bermain. Kegiatan bermain
menyalurkan kreativitas anak.
Seringkali sangat bermanfaat
bagi anak bila anaklah yang
membimbing kegiatan ber-

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
Fokus
main, bukan orang lain seperti
orang tua, guru, ataupun
dokter (Kottman, 2005).
2) Bermain
sangat
mengasyikkan.
Kadang-kadang
begitu mengasyikkannya sehingga anak tampak tidak
menyadari kegiatan-kegiatan
di sekitarnya dan sukar untuk
menghentikannya dari permainnannya bila ia belum mau
berhenti. Melalui bermain anak
“mengalami” kembali situasi
menyedihkan yang pernah
dialaminya, lengkap dengan
berbagai komponen emosi
yang
menyertainya
!
(Kottman, 2005).
3) Dalam kegiatan bermain anak,
terjadi pemindahan situasi
(displacement). Karena adanya kemampuan anak untuk
melebur kenyataan dengan
fantasi tanpa mengalami
konflik,
anak
dapat
“memindahkan” hal-hal yang
dirasakannya bersama situasi
yang menyertainya ke dalam
permainan !
Anak dapat
menukar perannya, dari peran
pasif (di dunia nyata),
misalnya sebagai pengikut,
atau peran sekunder (di dunia
nyata), misalnya sebagai
orang yang memberikan reaksi

(reactor), menjadi peran aktif
(di alam fantasi, dalam
permainan), misalnya sebagai
pemimpin, atau peran primer
(di alam fantasi, dalam
permainan), misalnya sebagai
orang yang memulai tindakan
(initiator).
“Pemindahan”
(displacement) memungkinkan
timbulnya
jarak
dengan
masalah asli yang sedang
dialami anak, dan juga dengan
emosi-emosi tidak enak yang
menyertainya. Di samping itu,
”pemindahan” juga memungkinkan anak untuk berbicara
atau bertindak dengan cara
yang tidak dimungkinkan di
dunia
nyatanya.
Fungsi
penting
lainnya
dari
“pemindahan”
adalah
“pemindahan” memungkinkan
ego
anak
melakukan
keseimbangan antara id anak
dengan
superego
nya,
sehingga dalam bermain
tekanan dan ketegangan
mental anak dapat berkurang
atau malahan
hilang
(Winnicott, 2003).
4) Kemampuan anak untuk
bermain dengan imajinasi
sesuai dengan pertumbuhan
kognitif anak. Dalam penjelasannya mengenai 4 periode

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
Fokus
perkembangan
intelek,
Ginsburg dan Opper (1969)
mengutip
Piaget
yang
mengemukakan bahwa di
antara usia 2 sampai 4 tahun
anak memperoleh kemampuan membentuk simbol.
Melalui penggunaan simbol,
terbentuklah gambaran mental
yang
mewakili
pengalaman,orang,dan objek, yang
menetap dalam pikiran anak.
Gambaran mental itu membebaskan anak dari keharusan
melihat hal-hal yang diwakili
gambaran itu bila anak ingin
mengetahui apakah hal-hal itu
ada; cukup disebut kata yang
mewakili hal-hal itu, atau,
dijelaskan gambaran mental
yang mewakili hal-hal itu.
Melalui permainan yang kaya
dengan simbol (yang dimiliki
anak), seorang anak akan
mampu menjembatani celah
antara hal-hal yang kongkret
dengan
yang
abstrak.
Penggunaan simbol oleh anak
dalam permainannya menjadikan permainan itu sangat
pribadi untuk anak tersebut,
karena dalam permainan itu
anak dengan bebas mempunyai kekuasaan untuk
mengatur segala sesuatu

sesuai dengan keinginan dan
harapan-harapannya.
IV. Kegiatan
Bermain
dan
Mainan yang “Mempunyai”
Kemampuan Terapi
Mainan,
atau
kegiatan
bermainnya, pada dirinya sendiri
tidak “memiliki” kemam-puan
terapi. Cara penggunaan atau
penyelenggaraannyalah
yang
efektif.
Kepada
para terapis
(orang yang melakukan terapi)
harus dianjurkan, supaya sejak
permulaan
mereka
sudah
menyebut mainan yang dilihat anak
sebagai “alat bermain,” atau
“bahan perrmainan.” Dengan cara
ini, melalui kata dan perbuatan,
sejak awal diharapkan anak sudah
menyadari bahwa “rmainan” dan
“kegiatan bermain” di tempat itu
mempunyai makna dan tujuan
yang berbeda dengan hal-hal yang
sama di tempat mereka biasa
bermain. Mainan yang dipilih
terapis harus menarik dan
menantang, harus menangkap
perhatian dan imajinasi anak,
harus dapat digunakan anak
sebagai simbol dari berbagai hal di
dunia nyata. Jadi, mainan yang
digunakan untuk terapi harus
memudahkan ekspresi anak. Di

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
Fokus
samping itu, mainan harus dalam
keadaan baik dan bersih. Mainan
yang lusuh/rusak, dan/atau kotor,
akan mudah menyebabkan anak
merasa dirinya tidak berharga atau
tidak dihargai. Alangkah baiknya
bila setiap anak juga mempunyai
kotak penyimpanan pribadi untuk
menaruh mainan atau hasilkerjanya. Keadaan ini membantu
mengembangkan perasaan betah
anak dan perasaan kebersamaan
di tempat terapinya, di samping
menciptakan suasana aman dan
diterima, yang penting untuk
keberhasilan terapi (Kottman,
2005).
Mainan
yang
umumnya
bermanfaat untuk terapi dapat
dibagi dalam 3 kelompok (Solnit, et
al., 2005)
1) Mainan yang meniru/ menyerupai situasi pada kehidupan
nyata
Misalnya, rumah boneka
dengan boneka-boneka yang
termasuk dalam 1 keluarga,
boneka bayi (dengan dotnya),
peralatan
kedokteran,
binatang-binatang peliharaan,
binatang-binatang yang ada di
kebun binatang, telpon, mobilmobilan, atau, macam-macam
model kapal terbang.

Berbagai mainan itu tampil,
baik disadari ataupun tidak
disadari,
sesuai
dengan
penga-laman anak di dunia
nyata, dan jelas hubunganhubungannya dengan berbagai kejadian dalam hidup
mereka sehari-hari. Dengan
demikian, bagi anak mainanmainan itu akan menjadi
bahan eksplorasi dan pengungkapan diri (expression)
yang kaya.
Untuk sebagian besar terapi
dengan bermain, mainanmainan
yang
meniru/
menyerupai situasi pada
kehidupan nyata tersebut
sudah sangat manfaat bagi
perbaikan pasien-anak.
2) Mainan yang menimbulkan
emosi marah atau agresif
Misalnya, pistol, pisau, boneka
dengan
wajah
dan/atau
pakaian dan/atau perlengkapan sebagai orang jahat.
3) Mainan yang merangsang
timbulnya kreativitas
Misalnya, balok-balok kayu/
plastik dengan macam-macam
bentuk, ukuran, dan warna;
kertas/ whiteboard dan pinsil/
spidol dengan macam-macam
bentuk dan warna, potonganpotongan kain dan/atau kertas

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
Fokus
dengan berbagai ukuran yang
memadai untuk digunting dan
dibentuk.
Pada situasi-situasi tertentu,
terapis
harus
mempertimbangkan
untuk
menambah jenis dan/atau tipe
mainan lain sesuai dengan
kebutuhan terapi.
Kepustakaan
Axline,V. (1947). Play Therapy.
New York: Ballantine Books.
Carroll,L. (2004). Early Childhood
and the Changing Society. New
York: Norton.
Elkind,D. (2006). The Lack of
Proper Approach in the Treatment
of Childhood Mental
Health Disorders in Southern
Europe and South East Asia.
London: Routledge.
Freud,S. (1912). The Dynamics of
Transference. Standard Edition
(12).
Ginsburg,H., Opper,S. (1969).
Piaget’s theory of intellectual
development: An intro- duction.

Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice-Hall,Inc.
Kottman,T. (2005). Play Therapy
in Action. New York: John Wiley
& Sons.
LeBlanc,M., Ritchie,M. (2001). A
meta-analysis of play therapy
outcomes.
Counseling Psychology Quarterly
2001; 14:2.
Schaefer,C. (2002). Inappropriate
Approach of Therapy in Children
with Mental
Disorders. New Jersey: Jason
Aronson,Inc.
Solnit,A., et al. (2005). The Many
Meanings of Play for Preschool
Kids. New Haven:
Yale University Press.
Waelder,R.
(2004).
The
Psychoanalytic Theory of Play.
Cambridge, MA:
Perseus Books.
Wilson,K. (1979). The Therapeutic
Use of Child’s Play. New York:
Guilford.
Winnicott,D.W. (2003). Playing
and Reality. London: Routledge.

Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8

Contenu connexe

Tendances

Perkembangan pada masa anak
Perkembangan pada masa anakPerkembangan pada masa anak
Perkembangan pada masa anakfitri fidyah
 
PRESENTASI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SEMESTER 6)
PRESENTASI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SEMESTER 6)PRESENTASI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SEMESTER 6)
PRESENTASI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SEMESTER 6)Mahrum Assyafa'ah
 
Makalah psiko perkembangan rika safrina
Makalah psiko perkembangan rika safrinaMakalah psiko perkembangan rika safrina
Makalah psiko perkembangan rika safrinaRikaSafrina
 
Kesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalKesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalPramudito Hutomo
 
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK DI TAMAN KANAK-KA...
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA  DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK  DI TAMAN KANAK-KA...HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA  DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK  DI TAMAN KANAK-KA...
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK DI TAMAN KANAK-KA...Atik Cm Seonara
 
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadianPengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadianROSMAINIAMRIL29
 
Tugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak Akhir
Tugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak AkhirTugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak Akhir
Tugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak AkhirMufatikhaAzizah
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosioemosi kanak-kanak
Faktor-faktor yang mempengaruhi  perkembangan sosioemosi kanak-kanakFaktor-faktor yang mempengaruhi  perkembangan sosioemosi kanak-kanak
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosioemosi kanak-kanakAzyyati Zainudin
 
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDBimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDDina Haya Sufya
 
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakKb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakpjj_kemenkes
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikimmochacha
 
Model Pola Asuh dalam Keluarga
Model Pola Asuh dalam KeluargaModel Pola Asuh dalam Keluarga
Model Pola Asuh dalam KeluargaAli Murfi
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anakPengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anakrismawijayanti
 
Td10003 latihan 1 jenry saiparudin
Td10003 latihan 1 jenry saiparudinTd10003 latihan 1 jenry saiparudin
Td10003 latihan 1 jenry saiparudinJenry Saiparudin
 
WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSI...
WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSI...WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSI...
WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSI...Riska Nur'Akhidah Sari
 

Tendances (20)

Perkembangan pada masa anak
Perkembangan pada masa anakPerkembangan pada masa anak
Perkembangan pada masa anak
 
PRESENTASI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SEMESTER 6)
PRESENTASI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SEMESTER 6)PRESENTASI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SEMESTER 6)
PRESENTASI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SEMESTER 6)
 
Materi kep anak
Materi kep anakMateri kep anak
Materi kep anak
 
Makalah psiko perkembangan rika safrina
Makalah psiko perkembangan rika safrinaMakalah psiko perkembangan rika safrina
Makalah psiko perkembangan rika safrina
 
Kesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awalKesehatan mental anak anak awal
Kesehatan mental anak anak awal
 
Nurul
NurulNurul
Nurul
 
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK DI TAMAN KANAK-KA...
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA  DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK  DI TAMAN KANAK-KA...HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA  DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK  DI TAMAN KANAK-KA...
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK DI TAMAN KANAK-KA...
 
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadianPengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
Pengaruh pola-asuh-orangtua-terhadap-pembentukan-kepribadian
 
Tugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak Akhir
Tugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak AkhirTugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak Akhir
Tugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak Akhir
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosioemosi kanak-kanak
Faktor-faktor yang mempengaruhi  perkembangan sosioemosi kanak-kanakFaktor-faktor yang mempengaruhi  perkembangan sosioemosi kanak-kanak
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosioemosi kanak-kanak
 
Makalah prasekolah
Makalah prasekolahMakalah prasekolah
Makalah prasekolah
 
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDBimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
 
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakKb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik
 
Model Pola Asuh dalam Keluarga
Model Pola Asuh dalam KeluargaModel Pola Asuh dalam Keluarga
Model Pola Asuh dalam Keluarga
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anakPengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan kepribadian anak
 
Persentase problematika
Persentase problematikaPersentase problematika
Persentase problematika
 
Td10003 latihan 1 jenry saiparudin
Td10003 latihan 1 jenry saiparudinTd10003 latihan 1 jenry saiparudin
Td10003 latihan 1 jenry saiparudin
 
WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSI...
WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSI...WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSI...
WAWACARA DAN OBSERVASI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSI...
 

En vedette

Texto base semantica-final_2_dez_2008
Texto base semantica-final_2_dez_2008Texto base semantica-final_2_dez_2008
Texto base semantica-final_2_dez_2008Maria Thereza Santos
 
การดู serial number และ Mac Address Tablet OTPC
การดู serial number และ Mac Address Tablet OTPCการดู serial number และ Mac Address Tablet OTPC
การดู serial number และ Mac Address Tablet OTPCNapadon Yingyongsakul
 
คู่มือการใช้งาน Blog ที่ wordpress
คู่มือการใช้งาน Blog ที่ wordpressคู่มือการใช้งาน Blog ที่ wordpress
คู่มือการใช้งาน Blog ที่ wordpressNapadon Yingyongsakul
 
คู่มือการทำแบบสอบถามออนไลน์ โดย Google doc
คู่มือการทำแบบสอบถามออนไลน์ โดย Google docคู่มือการทำแบบสอบถามออนไลน์ โดย Google doc
คู่มือการทำแบบสอบถามออนไลน์ โดย Google docNapadon Yingyongsakul
 
Multimedia activity551
Multimedia activity551Multimedia activity551
Multimedia activity551TaricaMiller
 
เอกสารประกอบการประชุมปฏิบัติการการอบรมครูวิชาคณิตศาสตร์ ระดับประถมศึกษา
เอกสารประกอบการประชุมปฏิบัติการการอบรมครูวิชาคณิตศาสตร์ ระดับประถมศึกษาเอกสารประกอบการประชุมปฏิบัติการการอบรมครูวิชาคณิตศาสตร์ ระดับประถมศึกษา
เอกสารประกอบการประชุมปฏิบัติการการอบรมครูวิชาคณิตศาสตร์ ระดับประถมศึกษาNapadon Yingyongsakul
 
Embedded & Tangible Interaction Design
Embedded & Tangible Interaction DesignEmbedded & Tangible Interaction Design
Embedded & Tangible Interaction DesignDave Shaw
 
You're the Author Webquest
You're the Author WebquestYou're the Author Webquest
You're the Author WebquestRenee Miller
 

En vedette (12)

Texto base semantica-final_2_dez_2008
Texto base semantica-final_2_dez_2008Texto base semantica-final_2_dez_2008
Texto base semantica-final_2_dez_2008
 
Prakash kumar
Prakash kumarPrakash kumar
Prakash kumar
 
การดู serial number และ Mac Address Tablet OTPC
การดู serial number และ Mac Address Tablet OTPCการดู serial number และ Mac Address Tablet OTPC
การดู serial number และ Mac Address Tablet OTPC
 
คู่มือการใช้งาน Blog ที่ wordpress
คู่มือการใช้งาน Blog ที่ wordpressคู่มือการใช้งาน Blog ที่ wordpress
คู่มือการใช้งาน Blog ที่ wordpress
 
+Ve attitude
+Ve attitude+Ve attitude
+Ve attitude
 
คู่มือการทำแบบสอบถามออนไลน์ โดย Google doc
คู่มือการทำแบบสอบถามออนไลน์ โดย Google docคู่มือการทำแบบสอบถามออนไลน์ โดย Google doc
คู่มือการทำแบบสอบถามออนไลน์ โดย Google doc
 
Multimedia activity551
Multimedia activity551Multimedia activity551
Multimedia activity551
 
Scope for Biomedical Engineers
Scope for Biomedical EngineersScope for Biomedical Engineers
Scope for Biomedical Engineers
 
เอกสารประกอบการประชุมปฏิบัติการการอบรมครูวิชาคณิตศาสตร์ ระดับประถมศึกษา
เอกสารประกอบการประชุมปฏิบัติการการอบรมครูวิชาคณิตศาสตร์ ระดับประถมศึกษาเอกสารประกอบการประชุมปฏิบัติการการอบรมครูวิชาคณิตศาสตร์ ระดับประถมศึกษา
เอกสารประกอบการประชุมปฏิบัติการการอบรมครูวิชาคณิตศาสตร์ ระดับประถมศึกษา
 
Image segmentation
Image segmentation Image segmentation
Image segmentation
 
Embedded & Tangible Interaction Design
Embedded & Tangible Interaction DesignEmbedded & Tangible Interaction Design
Embedded & Tangible Interaction Design
 
You're the Author Webquest
You're the Author WebquestYou're the Author Webquest
You're the Author Webquest
 

Similaire à Buletin08012009

Similaire à Buletin08012009 (20)

Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia diniMakalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
Makalah psikologi perkembangan psikologi pada anak usia dini
 
Materi 1. Hakikat AUD dan PAUD.pptx
Materi 1. Hakikat AUD dan PAUD.pptxMateri 1. Hakikat AUD dan PAUD.pptx
Materi 1. Hakikat AUD dan PAUD.pptx
 
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anakPeran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
 
11410069_Bab_1.pdf
11410069_Bab_1.pdf11410069_Bab_1.pdf
11410069_Bab_1.pdf
 
PPT dan Makalah WIWIT.pdf
PPT dan Makalah WIWIT.pdfPPT dan Makalah WIWIT.pdf
PPT dan Makalah WIWIT.pdf
 
Balita
BalitaBalita
Balita
 
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docxTugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
Tugas Makalah Instika Annuqayah Guluk- Guluk .docx
 
Cheklist
CheklistCheklist
Cheklist
 
Kb 4 bermain pada anak
Kb 4 bermain pada anakKb 4 bermain pada anak
Kb 4 bermain pada anak
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
Strategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUDStrategi Pembelajaran PAUD
Strategi Pembelajaran PAUD
 
Pendidikan anak
Pendidikan anakPendidikan anak
Pendidikan anak
 
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajarKanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
Kanak kanak pintar cerdas dan pendekatan mengajar
 
Perkembangan reproduksi 2
Perkembangan reproduksi 2Perkembangan reproduksi 2
Perkembangan reproduksi 2
 
Perkembangan reproduksi
Perkembangan reproduksiPerkembangan reproduksi
Perkembangan reproduksi
 
Perkembangan anak
Perkembangan anakPerkembangan anak
Perkembangan anak
 
Motorik anak
Motorik anakMotorik anak
Motorik anak
 
Motorik anak
Motorik anakMotorik anak
Motorik anak
 
Makalah psikologi putri (1)
Makalah psikologi putri (1)Makalah psikologi putri (1)
Makalah psikologi putri (1)
 
Tugasan 1 final
Tugasan 1 finalTugasan 1 final
Tugasan 1 final
 

Dernier

2024 - PSAJ PAI SMK Kisi-kisi Utama.docx
2024 - PSAJ PAI SMK Kisi-kisi Utama.docx2024 - PSAJ PAI SMK Kisi-kisi Utama.docx
2024 - PSAJ PAI SMK Kisi-kisi Utama.docxaljabarkoho
 
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3sekolah9304
 
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxPaparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxagunk4
 
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdfKelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf2210130220024
 
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docxKISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docxrulimustiyawan37
 
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxMATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxSuarniSuarni5
 
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdfProgram Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdfrizalrulloh1992
 
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfkeutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfatsira1
 
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdfLEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdfAdelaWintarsana2
 
,.,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,Swamedikasi.pptx
,.,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,Swamedikasi.pptx,.,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,Swamedikasi.pptx
,.,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,Swamedikasi.pptxfurqanridha
 
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfMakna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfAdindaRizkiThalia
 
contoh DOKUMEN AKSI NYATA DALAM HAL PENERAPAN COACHING KEPADA PESERTA DIDIK
contoh DOKUMEN AKSI NYATA DALAM HAL PENERAPAN COACHING KEPADA PESERTA DIDIKcontoh DOKUMEN AKSI NYATA DALAM HAL PENERAPAN COACHING KEPADA PESERTA DIDIK
contoh DOKUMEN AKSI NYATA DALAM HAL PENERAPAN COACHING KEPADA PESERTA DIDIKTaufik241763
 
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdfK1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf2210130220024
 
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxTanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxMMuminSholih
 
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus daMenyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus daWijaya Kusumah
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...Aminullah Assagaf
 

Dernier (20)

2024 - PSAJ PAI SMK Kisi-kisi Utama.docx
2024 - PSAJ PAI SMK Kisi-kisi Utama.docx2024 - PSAJ PAI SMK Kisi-kisi Utama.docx
2024 - PSAJ PAI SMK Kisi-kisi Utama.docx
 
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
 
Persiapandalam Negosiasi dan Loby .pptx
Persiapandalam  Negosiasi dan Loby .pptxPersiapandalam  Negosiasi dan Loby .pptx
Persiapandalam Negosiasi dan Loby .pptx
 
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxPaparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
 
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdfKelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
 
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docxKISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
 
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxMATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
 
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdfProgram Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
Program Roots Indonesia - Aksi Nyata.pdf
 
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfkeutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
 
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdfLEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
LEMBAR-LOKAKARYA ORIENTASI-Kelompok 1.pdf
 
,.,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,Swamedikasi.pptx
,.,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,Swamedikasi.pptx,.,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,Swamedikasi.pptx
,.,,.,.,.,.,.,.,.,.,.,.,Swamedikasi.pptx
 
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfMakna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
 
contoh DOKUMEN AKSI NYATA DALAM HAL PENERAPAN COACHING KEPADA PESERTA DIDIK
contoh DOKUMEN AKSI NYATA DALAM HAL PENERAPAN COACHING KEPADA PESERTA DIDIKcontoh DOKUMEN AKSI NYATA DALAM HAL PENERAPAN COACHING KEPADA PESERTA DIDIK
contoh DOKUMEN AKSI NYATA DALAM HAL PENERAPAN COACHING KEPADA PESERTA DIDIK
 
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdfK1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
K1_pengantar komunikasi pendidikan (1).pdf
 
ELEMEN KOMPOL (PESAN BAHASA POLITIK).pptx
ELEMEN KOMPOL (PESAN BAHASA POLITIK).pptxELEMEN KOMPOL (PESAN BAHASA POLITIK).pptx
ELEMEN KOMPOL (PESAN BAHASA POLITIK).pptx
 
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptxDEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
 
KOMUNIKATOR POLITIK ( AKTOR POLITIK).pptx
KOMUNIKATOR POLITIK ( AKTOR POLITIK).pptxKOMUNIKATOR POLITIK ( AKTOR POLITIK).pptx
KOMUNIKATOR POLITIK ( AKTOR POLITIK).pptx
 
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxTanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
 
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus daMenyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
Menyiapkan Guru Masa Depan yang Bagus da
 
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
Aminullah Assagaf_Regresi Lengkap 19_8 Nov 2023_Inc. Data panel & Perbandinga...
 

Buletin08012009

  • 2. Dari Redaksi Pembaca yang terhormat, Akreditasi merupakan kegiatan penilaian kelayakan suatu program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka. Sedangkan badan yang menangani akreditasi program pendidikan nonformal dan informal adalah suatu badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan nonformal dan informal, yaitu Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BANPNF) dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Setelah dilakukan identifikasi langsung kelayakan program PAUD oleh BAN-PNF, maka diterbitksnlah Simbol/Logo Akreditasi. Mudah-mudahan, tulisan-tulisan yang ada dalam edisi ini dapat menjadi bekal bagi kepentingan pemberian layanan akrditasi layanan program pendidikan anak usia dini. Semoga bermanfaat. Pengarah: Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Pembina: Sekretaris Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal Penanggungjawab: Direktur Pendidikan Anak Usia Dini Dewan Redaksi: Togar S  Sukiman  M. Nuch  Enah S Editor: Dwinita Y  Euis E  Supriaji  Beryana E  Lamria R Lay Out: Untung S Tata Usaha: Sudadi  Wahyunanik D  Djoko Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
  • 3. Menu Edisi Ini  Dari Redaksi……………………………………………………………………  Menu Edisi Ini .. .. Fokus  Dr. Fasli Djalal, P.hD  Sudjarwo S, M.Sc, Pengasuhan dan Perawatan yang menstimulasi kecerdasan anak ......................................  BAN PNF, Persyaratan Akreditasi PNF Program Pendidikan Anak Usia Dini  Dra. Ella Sulhah, M.Pd, Pelaksanaan Akreditasi  Beryana Evridawati, Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini..................  Endang Ekowarni, Standar Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini .............................................  DR.Dr. Theodorus Immanuel Setiawan, Kegiatan Bermain Sebagai Terapi pada Anak.............................................  Maryati Suwondo, Hindari Kata Mencemooh pada Anak............................................. .. .. .. .. .. .. .. Alamat Redaksi: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal, Departemen Pendidikan Nasional, Kompleks Depdiknas Gedung E Lantai 7, Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta (10270)  e-mail: kemitraanpaud@yahoo.com  e-mail: ekkopadu@yahoo.com  telepon: (021) 5725495, 572556  fax: (021) 57900244, 5725495. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
  • 4. Fokus Dr.Sudjarwo S, M.Sc.1 Daya pikir atau bisa juga disebut tingkat kecerdasan anak usia dini merupakan modal dasar yang sangat menentukan arah kehidupan seseorang di masa dewasanya. Kecerdasan disini adalah kecerdasan komprehensif yang meliputi kecerdasan intelektual (IQ), emosional, sosial, spiritual, dan estetika. Kecerdasan komprehensif (seluruh jenis kecerdasan tersebut) merupakan satu kesatuan kecerdasan total yang idealnya dimiliki oleh setiap anak. Yang perlu juga diperhatikan juga bahwa satu kecerdasan dengan kecerdasn lainnya saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung 1 Direktur Pendidikan Anak Usia Dini sehingga kelemahan satu atau dua jenis kecerdasan akan mempengaruhi jenis kecerdasan lainnya sekaligus mempengaruhi kinerja (performance) anak. Mencermati pendapat dan pemahaman seperti itu pendidikan dan pengasuhan sewaktu anak usia dini seyogyanya dilakukan secara komprehensif agar semua kecerdasan tersebut dapat berkembang secara simultan dan pesat. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
  • 5. Fokus Keterbatasan akan kemampuan berfikir kritis dan kebugaran fisik anak usia dini misalnya, akan membatasi kesempatan anak tersebut dalam mengikuti proses pendidikan dan pengasuhan secara efektif dan optimal dan apabila kejadian ini terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama dan berkesinambungan besar kemungkinannya akan membatasi anak tersebut dalam meraih berbagai peluang yang menjadi dasar dalam menentukan jalan kihidupan di masa dewasanya. Kecerdasan dan kebugaran fisik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan sebagai modal dasar serta faktor yang tidak dapat ditawartawar bagi anak karena sangat menentukan masa depan seseorang. Artinya walaupun kebugaran fisik yang dimiliki seseorang setara dengan kebugaran fisik “Mike Tison” tetapi apabila tingkat kecerdasannya di bawah rata-rata maka anak tersebut akan menghadapi keterbatasan dalam meraih peluang untuk masa depannya. Sebaliknya walaupun seseorang itu sangat cerdas tetapi sakit-sakitan, daya tahan tubuhnya lemah sehingga tidak tahan terhadap tekanan fisik dan mental yang dialami dalam hidupnya, tentunya juga menjadi sulit untuk bisa survive dalam kancah kehidupan yang sangat keras dan penuh dengan kompetisi bebas ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rene Spitz, yang dilakukan pada tahun 1940an secara singkat dapat dijelaskan bahwa anak yang secara ketat diasuh dalam lingkungan keluarga yang berlimpah perhatian, makanan, dan perawatan serta dirawat oleh ibunya sendiri yang tahu tentang pentingnya perawatan dan pengasuhan yang benar dan baik, akan tumbuh menjadi anak yang normal. Namun sebaliknya bisa saja anak yang diasuh dalam lingkungan keluarga yang berlimpah perhatian, makanan, perawatan dan dirawat oleh ibunya sendiri yang berpendidikan tinggi tetapi tidak tahu cara-cara pendidikan, perawatan dan pengasuhan yang benar dan baik, maka anaknya tidak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang normal. Karena otak anak yang ditumbuh kembangkan oleh keluarga seperti ini tidak akan berkembang secara pesat dan optimal diusia dininya, bahkan bisa jadi anak tersebut akan tumbuh Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
  • 6. Fokus menjadi anak yang kegemukan (obesitas), tidak tahu diri, selalu menyalahkan orang lain, pemarah, tidak bisa kerjasama dengan orang lain dan berperilaku negatif lainnya karena salah didik, salah asuh dan salah dalam merawatnya. Selanjutnya anak yang tumbuh dan berkembang dilingkungan yang kumuh dan terlantar dan perhatian keluarganya sangat kurang, makanan kurang dan kebutuhan gizi tidak terpenuhi, perawatannya dilakukan secara asal-asalan, pengasuhanya dilakukan dengan cara yang tidak benar dan tidak baik, maka anak seperti itu juga tidak akan berkembang dan tumbuh menjadi anak yang normal. Kekeliruan dalam pendidikan, pengasuhan dan perawatan bisa saja terjadi karena pengetahuan dan pengalaman orang tua tentang itu sangat terbatas, atau pendidikan orang tua cukup tinggi tetapi tidak tahu pengasuhan dan pendidikan yang benar. Selain itu, bisa saja karena pengaruh orang tua, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitarnya (ekologi manusia) yang salah. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa perilaku negatif dan terbatasnya perkembangan kecerdasan seseorang juga dipengaruhi oleh budaya yang dianut oleh keluarga dan masyarakatnya. Masyarakat melayu/Indo+nesia pada umumnya juga ada kecenderungan salah dalam melakukan pendidikan, pengasuhan dan perawatan pada anak usia dini. Sebagai contoh, anak sudah usia 2 tahun dan sehat tetapi karena saking sayangnya orangtuanya maka si anak selalu di gendong-gendong padahal dia sudah bisa berjalan dengan baik. Anak sampai usia 5 tahun setiap makan selalu disuapin dan tidak diajari cara makan sendiri karena alasan kasihan dan sayang banyak makanan yang terbuang. Apabila ada anak terjatuh atau terbentur tembok dan menangis maka orangtua dan semua Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
  • 7. Fokus saudara mengkerubuti untuk berlomba-lomba mengangkatnya, menuangkan rasa kasih sayangnya secara berlebihan kemudian dengan lantangnya mereka berteriak: oh… itu lantainya nakal ya!!! Terus lantainya diinjak-injak rame-rame atau dindingnya di pukul rame-rame. Setiap tidur anak dikelonin sampai pagi dan tidak diajari tidur mandiri di tempat lain sampai anak tersebut usia 5 atau 6 tahun. Anak biasanya senang mencorat-coret dinding, pintu dan apa saja yang ia sukai. Anak seperti ini mestinya harus diarahkan untuk mencorat-coret di kertas saja dan diajari cara memegang pincil yang benar dan meletakan kertas yang benar, dsb. Berdasarkan temuan Spitz tersebut, Bapak penemu teori modern behaviorism John Watson mengatakan: “berikanlah kepada saya selusin bayi yang sehat, saya akan menjamin untuk melatih mereka untuk menjadi spesialis apa saja yang kita inginkan seperti menjadi doktor, ahli hukum, artis, kepala perdagangan, dan bahkan menjadi peminta-minta dan maling, karena ia tidak percaya pengaruh bakat, hoby, minat, kemampuan, lapangan pekerjaan, dan ras atau suku nenek moyangnya”. Di samping pendapat tersebut ada juga teori lain yaitu teori naturalisme yang mengatakan bahwa potensi kecerdasan dan faktor lain dari seseorang dipengaruhi oleh gene bawahaan orang tuanya. Tetapi menurut Acredolo dan Goodwyn (2000) pengaruh tersebut hanya pada struktur dasar otak yang terkait dengan kemampuan panca indra dan potensi itupun hanya dapat diekspose apabila perawatan, pendidikan dan pengasuhannya dilakukan secara baik dan benar. Dari kedua pendapat ahli tersebut jelas bahwa peranan stimulus yang dilakukan melalui pendidikan, pengasuhan, pemenuhan gizi yang memadai dan perawatan kesehatan anak secara baiklah yang akan menentukan kecerdasan komprehensif dan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
  • 8. Fokus kebugaran anak di masa dewasanya. Selanjutnya perlu diperhatikan pula bahwa anak usia dini mulai sadar tentang keadaan di lingkungannya pada umumnya dimulai dari usia 2 bulan s/d 1 tahun terutama perhatian yang berkaitan dengan penglihatan, alat perabanya, dan alat pendengarannya, namun demikian perhatian yang berkaitan dengan indera lainnyapun sudah ada akan tetapi kadarnya masih relatif kecil. Melalui pengalaman panca inderanya itulah terjadi rangsangan terhadap neuron atau sel-sel otaknya baik rangsangan terhadap dendrite, axson maupun sinaps dalam otaknya yang kemudian membentuk hubungan neural sebagai dasar perkembangan emosi, sosial, dan intelektual seseorang. Apabila rangsanganrangsangan ini terjadi secara terus menerus dengan berbagai variasi jenis dan jumlah serta mutu rangsangannya serta terjadi di sepanjang masa usia anak-anak maka secara konstruktif akan meningkatkan kecerdasan intelektual dan kebugaran fisik dan mentalnya. Disinilah perlunya dirancang kegiatan-kegiatan pengasuhan yang secara langsung dapat mempercepat dan meningkatkan perkembangan kecerdasan komprehensif dan kebugaran fisik anak. Perlu diketahui juga bahwa perkembangan kecerdasan jamak anak usia dini juga sejalan dengan pertumbuhan berat otaknya. Secara umum berat otak sewaktu anak baru lahir rata-rata hanya sekitar 340 gram, sejalan dengan bertambahnya usia anak setelah anak berumur 1 tahun berat otak bertambah dengan pesat pula menjadi 1100 gram dan pada saat anak berusia 5 tahun berat otak bertambah menjadi 1480 gram. Oleh karena itu kemampuan anak menyimpan infomasinya juga bertahap sejalan dengan pertumbuhan berat otaknya. Itu artinya bahwa makin bertambah usia anak makin memungkinkan untuk diberi stimulasi yang semakin banyak, semakin kompleks dan semakin sulit. Pertumbuhan berat otak yang sangat pesat pada usia 0 s/d 5 tahun dan pertumbuhan berat otak yang relatif kecil setelah usia 8 tahun menunjukkan bahwa pertumbuhan potensi kecerdasan juga terjadi secara linear dengan pertumbuhan berat otaknya dan hal ini terjadi sejak anak masih Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
  • 9. Fokus dalam kandungan. Namun perkembangan secara eksplosif terjadi pada usia 0 s/d 8 tahun. Dengan demikian pendidikan, pengasuhan, dan perawatan akan lebih tepat apabila dimulai sedini mungkin, bahkan sejak anak masih dalam kandungan dan jangan menunggu setelah anak berusia 7 tahun. Pertumbuhan berat otak yang berlipat-lipat pada usia 0 s/d 8 tahun tersebut juga merupakan indikasi bahwa pendidikan, pengasuhan dan perawatan akan lebih efektif apabila dimulai sejak anak masih dalam kandungan sesuai dengan taraf perkembangan dan usianya. Dengan memberikan pendidikan, perawatan dan pengasuhan kepada anak sejak anak dikandungan berarti kita telah menanamkan fondasi kecerdasan dan kebugaran secara tepat dan mapan. Makin bermutu pendidikan, pengasuhan dan perawatan yang dilakukan sejak usia dini maka makin kokoh fondasi kecerdasan yang dibangunnya. Ibarat membangun rumah, bagaimana-pun bagusnya rumah yang dibangun apabila fondasinya tidak kuat maka rumah tersebut akan mudah roboh dan mudah rusak. Demikianlah PAUD dapat diibaratkan. Dalam hal peran orangtua dalam meningkatkan kecerdasan dan kebugaran anak usia dini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan dan kesanggupan orangtua dalam pendidikan, pengasuhan dan perawatan bagi anak usia dini, maka semakin memungkinkan bagi orangtua untuk dapat melakukan stimulasi yang konstruktif dan bervariatif yang akan mempercepat perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan kebugaran anak. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, perkembangan kecrdasan anak akan semakin optimal apabila PAUD dimulai sedini mungkin. Memang ada juga teori yang menyatakan bahwa kecedasan anak ditentukan oleh genes orangtuanya, tetapi menurut Acredolo dan Goodwyn (2000) pengaruh tersebut hanya pada jaringan (circuit) utama dalam otak yang mengontrol fungsi-fungsi dasar otak seperti fungsi perintah bernafas, detakan jantung, mengatur tergeraknya badan dan innate Reflexes, akan tetapi berkembang atau tidaknya triliunan sel otak yang dihubungkan secara komplek ditentukan oleh banyak dan kualitas stimulasi yang Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
  • 10. Fokus diperoleh anak pada usia-usia awal 0 s/d 8 tahun. Kemudian bagaimana cara kita menciptakan kondisi pengasuhan dan pembelajaran yang mengasyikan bagi anak agar potensi kecerdasan jamak dan kebugaran fisiknya berkembang dan bertumbuh secara pesat dan optimal?. Jawaban dari pertanyaan ini adalah secara teoritis maupun prakteknya dilapangan dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun metode atau strategi atau cara yang paling ampuh untuk mengkondisikan hal itu. Hal ini dilandasi oleh suatu persepsi dan kondisi sebagai berikut. Secara teoritis tidak ada dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan dalam berbagai situasi pengajaran dan pengasuhan. Setiap anak mempunyai kondisi yang berbedabeda dan karakteristik/ciri-ciri yang berbeda pula. Katakanlah anak yang pendiam atau anak yang lambat dalam merespon setiap rangsangan tidak bisa diperlakukan sama dengan anak yang memiliki kesiapan prima untuk menerima rangsangan. Anak yang sangat aktif dalam berbagai hal juga tidak bisa diperlakukan sama dengan anak yang sikapnya sangat pasif. Anak yang extrofet juga memerlukan perlakukan pengasuhan yang berbeda dengan anak yang introfet, dst. Namun demikian, secara umum kondisi pengasuhan dan pembelajaran yang mengasyikan bagi anak agar potensi kecerdasan jamak dan kebugaran fisiknya berkembang dan bertumbuh secara pesat dan optimal dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, jelaskan dan netralkan pengaruh orang tua agar orang tua tidak ambisius terhadap hasil belajar di usia dini karena biasanya orang tua menginginkan anaknya sudah lancar membaca, menulis, berhitung dan bisa berbicara beberapa bahasa asing. Orangtua yang tidak paham pendidikan di usia dini biasanya berharap setelah selesai dari TK anaknya menjadi superman. Jelaskan apa dan bagaimana itu PAUD. Kedua, identifikasi terlebih dahulu siapa saja anak yang sangat antusia, antusia, kurang antusia, tidak antusia, dan pasif dalam belajar, kemudian kelompokkan mereka menurut klasifikasi kesiapannya. Dari kondisi tersebut tutor dapat memilih dan menentukan metode mana yang paling sesuai untuk setiap sub kelompok anak tersebut. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
  • 11. Fokus Ketiga, selenggarakanlah sistem pembelajaran yang demokratis, yang menyenangkan dan membuat ceria setiap anak, yang menyertakan setiap anak untuk terlibat aktif, yang adil dan penugasannya merata serta kalau memungkinkan diulang-ulang agar ada kesempatan untuk internalisasi/penguatan. Keempat, secara cermat dan tepat kegiatan pengasuhan dan pendidikannya harus merangsang secara seimbang antara potensi kecerdasan yang berasal dari otak kanan dan otak kiri secara kognitif, motorik dan afektif. Secara umum potensi kecerdasan otak kanan dan kiri setidak-tidaknya mencakup kecerdasan: berfikir logis/ matematis; kebahasaan; spasial/ ruang; kinestetika/ olahraga/olah tari dan gerak; komunikasi inter dan entrapersonal; serta seni dan musik. Kelima, adanya kesinambungan dan kesamaan antara pengasuhan dan pendidikan di PAUD dengan di rumah orang tuanya. Ini artinya bahwa orang tua anak harus memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kemauan untuk melakukan seperti yang dilakukan di kelompok PAUD. Kesiapan orang tua untuk menjadi tutor penyambung di rumahnya sangat penting mengingat dari 24 jam sehari, sedikitnya 20 jam anak ada di bawah naungan dan tanggungjawab orang tuanya. Apabila intensitas pengasuhan dan pendidikan anak usia dini di rumah dan di lembaga PAUD sudah setara dan dilakukan secara berkelanjutan maka anak akan tumbuh dan berkembangn secara cerdas dan sehat. Keenam, dorong anak untuk mengekspresikan apa saja yang mereka inginkan dengan bimbingan dan arahan yang terstruktur dan konstruktif dari para tutor di lembaga PUD dan orang tuanya di rumah. Demikianlah sekilas tentang pengasuhan dan pendidikan yang berpotensi meningktakan dan memeprcepat kecrdasan dan kebugaran anak usia dini. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
  • 12. Fokus Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 9
  • 13. Fokus Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal PERSYARATAN PENYELENGGARAAN PNF PROGRAM PAUD BDASARKAN STANDAR NONAL PENDIDIKAN (SNP) 1. Ruang Lingkup 1.1 Pedoman ini berisikan persyaratan penyelenggaraan Program PAUD 1.2 Pedoman ini dapat digunakan dalam pengembangan, pemeliharaan dan pelayanan Program PAUD 2. Acuan Normatif Acuan yang digunakan dalam pedoman ini adalah: 2.1 Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2.2 Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan 2.3 Surat Keputusan Mendiknas No 30 Tahun 2005 tentang Pembentukan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN PNF) 2.4 IWA2. Quality Management system Guidelines for the Application of ISO 9001:2000 in education. 2.5 Kebijakan BAN PNF tahun 2007 2.6 Standar yang berlaku 3. Istilah dan Definisi 3.1 Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang 3.2 Pendidikan Non Formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendi- Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
  • 14. Fokus dikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. 3.3 Jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. 3.4 Jenis Pendidikan adalah kelompok yang yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. 3.5 Satuan Pendidikan Non Formal adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 3.6 Satuan Pendidikan Non Formal terdiri dari atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. 3.7 Kursus dan Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 3.8 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
  • 15. Fokus 3.9 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan 3.10 Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang Program PAUD 3.11 Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. 3.12 Pendidik adalah tenaga kependidkan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan 3.13 Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. 3.14 Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan pengendalian , penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan. 3.15 Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
  • 16. Fokus 3.16 Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan suatu program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka. 3.17 Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF) adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/ atau satuan pendidikan PNF dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. 3.18 Surat Tanda Akreditasi adalah dokumen formal atau satu set dokumen yang secara legal dapat dipertanggung jawabkan yang menyatakan pem berian akreditasi kepada satuan PNF untuk suatu Program PNF. 3.19 Simbol Akreditasi adalah Simbol/Logo akreditasi yang diterbitkan oleh BAN-PNF untuk diguna- kan oleh Satuan PNF yang terakreditasi, yang menunjukkan status akreditasi mereka sekaligus mengindikasikan langsung kelayakan Program PAUD 3.20 Banding adalah Permintaan dari Lembaga Penyelenggara PNF untuk mempertimbangkan kembali keputusan yang dirasakan merugikan yang dibuat BAN-PNF terkait dengan penilaian kesesuaian status akreditasi PNF. 3.21 Asesor Akreditasi adalah Seseorang yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang relevan dengan tugas untuk melaksanakan akreditasi terhadap kelayakan program dalam satuan PNF, baik secara perorangan maupun sebagai bagian dari tim akreditasi sesuai dengan persyaratan dan tugas yang ditetapkan oleh BAN-PNF Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
  • 17. Fokus 3.22 Penyelenggara Program PAUD adalah Suatu lembaga atau satuan PNF PAUD yang mengikuti proses Akreditasi sesuai dengan pedoman BANPNF, mencakup kegiatan permohonan, evaluasi, keputusan akreditasi, surveilen dan akreditasi ulang. Penyelenggara Program PAUD merupakan obyek akreditasi oleh BAN-PNF. 3.23 Sistem Penjaminan Mutu adalah dokumen dan rekaman kegiatankegiatan yang bertujuan untuk memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan yang mencakupi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber untuk menerapkan manajemen dan pengelolaan mutu, serta dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. 3.24 Panduan Mutu adalah suatu dokumen yang berisi kebijakan mutu, sistem mutu, dan pelaksanaan mutu dalam suatu organisasi. Panduan mutu dapat juga membuat dokumen lain yang berhubungan dengan pengaturan mutu PNF. 3.25 Surveilen adalah kegiatan-kegiatan penilaian ulang kelayakan Program PNF dalam satuan PNF yang dilakukan oleh BAN-PNF sehubungan dengan aspek dan lingkup akreditasi setelah dilakukan akreditasi, misalnya:  melakukan kegiatan survei lapangan  meminta kepada penyelenggara Program PNF untuk menyiapkan/ menyediakan dokumen dan rekaman2 yang dibutuhkan seperti rekaman audit, hasil quality control untuk membuktikan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
  • 18. Fokus kebenaran kegiatan Program PNF .  memonitor dan mengawasi kinerja penyelenggara Program PNF. 3.26 Penundaan Akreditasi adalah penundaan sementara pemberlakuan akreditasi pada suatu program dalam satuan PNF selama maksimal satu tahun untuk lembaga (satuan PNF) yang sedang dalam proses akreditasi.. 3.27 Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3.28 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan Program PAUD yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 3.29 Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan dalam Program PNF 3.30 Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan Program PAUD 3.31 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 3.32 Standar Sarana dan Prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
  • 19. Fokus minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang dibutuhkan dalam Program PAUD 3.33 Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan Program PAUD 3.34 Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun untuk Program PAUD 3.35 Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendi-dikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik Program PAUD 3.36 Dokumen adalah format yang menjadi perencanaan untuk dilaksanakan (sebelum diisi data), seperti formulir, panduan mutu, prosedur, instuksi kerja dan fotokopi. 3.37 Rekaman adalah catatan hasil pelaksanaan dan pengisian dari dokumen, seperti hasil formulir yang telah diisi, instruksi kerja dengan fotokopi yang telah diisi 3.38 Kategori Persyaratan Dikelompokkan dalam: 3.38.1 Harus apabila komponen/unsur yang disebutkan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
  • 20. Fokus 3.38.2 3.38.3 dalam persyaratan tidak terpenuhi (non confirmity) pada program dalam satuan PNF akan mempengaruhi menurunnya mutu PNF secara langsung (major defect). Seharusnya apabila komponen/unsur yang disebutkan dalam persyaratan tidak terpenuhi (non confirmity) pada program dalam satuan PNF akan berpotensi menurunkan mutu PNF (minor defect). Sebaiknya apabila komponen/unsur yang disebutkan dalam persyaratan tidak terpenuhi (non confirmity) pada program dalam satuan PNF akan mempengaruhi kinerja PNF (efesiensi, efektifitas dan produktifitas). 4. Persyaratan Umum 4.1 Setiap program dan satuan PNF harus memenuhi standar sesuai dengan UU RI No 20/2003 Pasal 35 ayat (1), aspek yang perlu di standarisasi terdiri atas 8, yaitu: 1) isi, 2) proses, 3) kompetensi lulusan, 4) pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, 5) sarana dan prasarana, 6) pengelolaan, 7) pembiayaan, dan 8) penilaian. 4.2 Ke delapan standar ini sebaiknya ditingkatkan secara berencana, berkala, dan berkelanjutan. 4.3 Kriteria akreditasi satuan dan Program PAUD harus menggunakan standar yang berlaku. 4.4 Kepatuhan terhadap program sistem manajemen lembaga seluruh rekaman dan dokumen yang terkait dengan persyaratan dalam delapan standar ditetapkan kriteria sebagai berikut: Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
  • 21. Fokus 4.4.1 4.4.2 4.4.3 4.4.4 4.4.5 4.4.6 Rekaman harus akurat Rekaman harus mutakhir Rekaman harus dapat dibuktikan Dokumen harus benar dan akurat Prosedur monitoring harus diikuti dengan baik Tindakan koreksi harus dilakukan bila tidak terdapat kesesuaian Modifikasi Program PNF yang digunakan harus mendapat persetujuan dari pimpinan lembaga penyelenggara Program PAUD. 5. Standar Isi 5.1 Struktur Kurikulum 5.1.1 Lembaga Penyelenggara Program PAUD harus memiliki kurikulum 5.1.2 Kurikulum yang digunakan harus mengacu kepada Standar PAUD 5.1.3 Kurikulum seharusnya ditinjau secara berkala 5.1.4 Frekuensi peninjauan/perubahan kuri- kulum sebaiknya dilaku-kan secara tahunan/bulanan 5.2 Beban Belajar 5.2.1 Beban belajar seharusnya ditetapkan berdasarkan jumlah jam belajar per satuan waktu 5.3 Kalender Pendidikan 5.3.1 Lembaga Penyelenggara Program PAUD seharusnya memiliki kalender pendidikan 5.3.2 Kalender pendidikan seharusnya disosialisasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan 5.4 Silabus 5.4.1 Lembaga penyelenggara Program PAUD harus memiliki silabus untuk kegiatan mingguan dan harian 5.4.2 Silabus harus disusun dengan mengacu pada Panduan Tahap Perkembangan Anak 5.4.3 Silabus setiap mata pelajaran seharusnya disusun oleh pendidik 5.4.4 Silabus sebaiknya didokumentasikan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 9
  • 22. Fokus 6. Standar Proses 6.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 6.1.1 Program PAUD seharusnya memiliki rencana pembelajaran Harian/Mingguan 6.1.2 RPP setiap mata pelajaran seharusnya disusun oleh Pendidik 6.1.3 RPP seharusnya disusun dengan mengacu pada Standar Perkembangan Anak 6.1.4 RPP sebaiknya didokumentasikan 6.2 Pelaksanaan Pembelajar-an 6.2.1 Pengelolaan Kelas 6.2.1.1 Pelaksana program seharusnya melakukan penataan lingkungan bermain 6.2.2 Bahan Ajar 6.2.2.1 Lembaga Program PAUD sebaiknya menyediakan Alat Permainan Edukatif (APE) 6.2.3 Kegiatan Pembelajaran 6.2.3.1 Kegiatan pembelajaran sebaiknya terdiri inti, penyambutan, dan penutup. 6.3 Penilaian Hasil Pembelajaran 6.3.1 Lembaga penyelenggara program PAUD seharusnya melaksanakan penilaian pada proses pembelajaran 6.4 Pengawasan 6.4.1 Supervisi 6.4.1.1 Lembaga Penyelenggara Program PAUD seharusnya melakukan supervisi proses pembelajaran pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. 6.4.2 Evaluasi 6.4.2.1 Lembaga Penyelenggara Program PAUD seharusnya melakukan evaluasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. 6.5 Pelaporan dan Tindak Lanjut 6.5.1 Hasil supervisi dan evaluasi proses pembelajaran sebaiknya dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 10
  • 23. Fokus 7. Standar Kompetensi Lulusan 7.1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 7.1.1 Standar Kompetensi Lulusan harus ditetapkan sesuai usia anak dan aspek pengembangan Bahasa, kognitif, sosial emosional, agama dan moral 7.2 Acuan Standar 7.2.1 Standar Program PAUD seharusnya mengacu pada Standar PAUD 7.3 Standar Kompetensi Perkembangan Anak 7.3.1 Program PAUD seharusnya memiliki standar tahapan perkembangan anak 7.4 Peserta Didik 7.4.1 Penyelenggara Program PAUD seharusnya memiliki data jumlah peserta didik saat pendaftaran dan data peserta didik yang telah selesai mengikuti program dalam 3 tahun terakhir. 7.5 Kemitraan 7.5.1 Penyelenggara Program PAUD sebaiknya melakukan kerjasama dengan instansi lain. 8. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 8.1 Pendidik 8.1.1 Program PAUD harus memiliki pendidik yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan 8.1.2 Pendidik Program PAUD harus mengikuti pelatihan peningkatan mutu yang relevan 8.2 Tenaga Kependidikan 8.2.1 Tenaga Kependidikan Program PAUD seharusnya memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam bidang kerjanya 8.2.2 Tenaga Kependidikan Program PAUD sebaiknya mengikuti pelatihan peningkatan mutu yang relevan 9. Standar Sarana dan Prasarana 9.1 Prasarana Pendidikan 9.1.1 Lembaga penyelenggara Program PAUD harus memiliki tempat aktifitas Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 11
  • 24. Fokus belajar (ruang belajar/ bermain). 9.1.2 Lembaga penyelenggara Program PAUD sebaiknya memiliki ruang tempat bermain/belajar yang tetap sesuai kebutuhan 9.2 Peralatan dan Perlengkapan pendidikan 9.2.1 Ruang belajar Program PAUD harus dilengkapi berupa alat untuk melaksanakan pembelajaran (“best practice”) Program PAUD. 9.3 Buku, Media, dan Sumber Belajar Pendidikan 9.3.1 Lembaga Penyelenggara Program PAUD seharusnya menyediakan buku teks, buku, peralatan bermain, bahan ajar, dan bahan ajar lainnya. 9.3.2 Lembaga Penyelenggara Program PAUD seharusnya menyediakan sumber belajar lain seperti mainan gantung berwarna, alat gambar dan lukis, dan lainlain. 10. Standar Pengelolaan 10.1 Perencanaan 10.1.1 Lembaga Penyelenggara Program PAUD seharusnya merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan serta memiliki dokumennya 10.1.2 Lembaga Penyelenggara Program PAUD sebaiknya melaksanakan sosialisasi visi, misi dan tujuan kepada semua pendidik, peserta didik, dan unsur lain yang terkait 10.2 Pelaksanaan Rencana Kerja 10.2.1 Lembaga penyelenggara program PAUD sebaiknya mempunyai pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak terkait meliputi: kurikulum, kalender pendidikan, peraturan pendidikan, tata tertib, dan kode etik. 10.2.2 Pelaksanaan Program PAUD seharusnya berdasarkan rencana kerja tahunan yang telah ditetapkan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 12
  • 25. Fokus 10.3 Pelaporan Hasil Pengawasan 10.3.1 Lembaga penyelenggara program PAUD sebaiknya melaporkan hasil pengawasan pengelolaan secara tertulis kepada pimpinan lembaga dan pembina program (Dinas Pendidikan) 10.4 Kepemimpinan 10.4.1 Pimpinan Lembaga Penyelenggara Program PAUD harus mengikuti kriteria yang berlaku. 10.5 Sistem Informasi Manajemen (SIM) 10.5.1 Lembaga Penyelenggara Program PAUD sebaiknya mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efesien dan akuntabel. 12. Standar Penilaian 12.1 Penyelenggara dan Pendidik Program PAUD harus melakukan penilaian hasil belajar secara periodik (tengah dan akhir program) 12.2 Penilaian hasil belajar peserta didik sebaiknya menggunakan teknik penilaian berupa portofolio/praktek. 12.3 Penilaian hasil belajar sebaiknya berdasarkan prinsip-prinsip penilaian 12.4 Penyelenggara Program PAUD sebaiknya memiliki panduan penilaian. 12.5 Hasil penilaian peserta didik Program PAUD harus dilaporkan kepada orang tua peserta didik. 11. Standar Pembiayaan 11.1 Penyelenggara Program PAUD sebaiknya memiliki dokumen (pembukuan) penerimaan dan pengeluaran dana Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 13
  • 26. Fokus Dra. Ella Sulhah, M.Pd1 I. LATAR BELAKANG A. Dasar Hukum 2) Peraturan Pemerintah No 19 Republik Tahun 2005 tentang Standar Indonesia No. 20 Tahun 2003 Nasional Pendidikan (Lem- tentang Sistem Pendidikan baran Negara Tahun 2005 Nasional (Lembaran Negara Nomor Tahun 2003 Nomor 78, Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4496); 1) Undang-undang 41, Tambahan 3) Keputusan Presiden Nomor Nomor 4301); 1 Anggota BAN PNF DEPDIKNAS Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
  • 27. Fokus 187/M Tahun mengenai 2004 akreditasi adalah kegiatan pembentukan penilaian kelayakan program Kabinet Indonesia Bersatu dan/atau satuan pendidikan sebagaimana telah bebe- berdasarkan kriteria yang telah rapa kali diubah terakhir ditetapkan dengan Keputusan Presiden standar. No 20/P Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan 4) Peraturan Menteri Pen- berdasarkan Bab IX tentang pasal 35 ayat 1 menyatakan didikan Nasional Nomor 30 bahwa Tahun 2005 tentang Badan pendidikan terdiri atas: standar Akreditasi isi, proses, kompetensi lulusan, Nasional Pen- didikan Nonformal. pendidik 5) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional standar Nomor nasional dan kependidikan, tenaga sarana dan prasarana, pengelolaan, pem- 064/P/2006, tentang peng- biayaan, dan penilaian angkatan anggota BAN 0PT, pendidikan BAN S/M, dan BAN PNF. ditingkatkan secara berencana yang harus dan berkala. Hal ini dapat B. Gambaran Umum Singkat diartikan bahwa akreditasi adalah upaya menstandarisasi Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa kedelapan hal tersebut. Hal serupa diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
  • 28. Fokus tentang Standar Nasional Pen- dilaksanakan didikan Akreditasi Nasional Pendidikan menyatakan Pemerintah bahwa melakukan oleh Badan Non Formal (BAN PNF). akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk C. Alasan Kegiatan dilaksanakan menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. PNF telah melaksanakan 5000 Dengan akreditasi jenis pendidikan keterampilan bukan hanya dilakukan untuk hidup, 3 jenis pendidikan anak pendidikan formal saja, tetapi usia dilakukan juga untuk pendidikan program, non pendidikan demikian formal. Sebagaimana dini dengan 56.544 10.000 program pemberdayaan amanat UU No. 20/2003 pasal perempuan, 120.000 pendidikan 60 bahwa keaksaraan, untuk keterampilan menyebutkan akreditasi dilakukan 187 dan jenis pelatihan menentukan kelayakan program dalam bentuk kursus dengan dan satuan pendidikan pada 13.000 pelaksanan program. jalur pendidikan formal dan non PNF juga telah mengelola 7 formal pada setiap jenjang dan Balai jenis didikan pendidikan. Sejalan Pengembangan Luar Sekolah Pendan dengan itu, pasal 87 PP No. Pemuda (BPPLSP), 23 Balai 19/2005 menyatakan bahwa Pengembangan Kegiatan Belajar implementasi akreditasi pada (BPKB), 350 Sanggar Kegiatan pendidikan Belajar non formal (SKB), 5000 Pusat Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
  • 29. Fokus Kegiatan Belajar Masyarakat yang terus berkembang. Dari (PKBM). Dengan demikian, berbagai program yang telah dilihat dari sisi jumlah, PNF dikembangkan tersebut, baru sudah cukup maju, namun sekitar dilihat dari sisi mutu dan dikatakan layak, dalam arti kelayakan, kinerja PNF masih keluarannya mampu merebut perlu peluang ditingkatkan secara berkelanjutan. Ilmu dan 20% yang pasar dapat yang ada, sedangkan 80% lainnya masih teknologi terus perlu ditingkatkan dan dibina berkembang seiring dan sejalan secara dengan perkembangan Untuk tuntutan kehidupan dan masya- berkesinambungan. menemukenali menditeksi program dan dalam rakat. Kondisi ini memaksa satuan PNF yang ada perlu di para pengelola PNF untuk terus tingkatkan kelayakannya, maka bergerak program dalam satuan PNF maju dalam memberikan layanan pendidikan yang layak bagi warga masyarakat, sehingga mereka dapat merebut peluang yang terus berkembang. Hanya warga masyarakat yang yang ada perlu diakreditasi. II. KEGIATAN YANG DILAKSANA KAN A. Uraian Kegiatan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan Akreditasi sikap maju yang akan mampu penilaian terhadap kelayakan memanfaatkan program lingkungan adalah dalam kegiatan satuan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
  • 30. Fokus pendidikan berdasarkan kriteria III. MAKSUD DAN TUJUAN yang bersifat terbuka. Akreditasi A. Maksud Kegiatan PNF dilakukan pada sejumlah program dalam satuan PNF sesuai dengan Undang-Undang Kegiatan untuk program No. 20 tahun 2003, ini dimaksudkan meningkatkan mutu pendidikan non formal dan mendorong satuan B. Batasan Kegiatan Kegiatan ini PNF berupaya meningkatkan akan di- mutu program dan lembaga- laksanakan mulai bulan Maret nya secara bertahap, s/d Desember 2009 dengan terencana dan kompetitif di keluaran laporan hasil visitasi tingkat ke 14 (empat belas) program propinsi. kabupaten/kota,dan PNF meliputi program PAUD, Kejar paket A, B, C, Sekretaris, B. Tujuan Kegiatan Bahasa Inggris, Akupunktur, Tata Berdasarkan UU RI No 20/2003 Tata Pasal 60 ayat (1) akreditasi Kecantikan Rambut, Menjahit, dilakukan untuk menentukan Akutansi, Tata Rias Pengantin, kelayakan program dan satuan dan 3 (tiga) Lembaga meliputi : pendidikan pada jalur PAUD, PKBM dan Kursus. didikan formal dan non formal Otomotif, Kecantikan Komputer, Kulit, pen- pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan kriteria Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
  • 31. Fokus yang bersifat terbuka. Pengantin, dan 3 (tiga) Lembaga Sehubungan dengan itu, tujuan meliputi : PAUD, PKBM dan dilaksanakannya Kursus. program akreditasi dalam satuan pendidikan non formal adalah untuk member! penilaian kelayakan suatu satuan pen- V. PELAKSANAAN KEGIATAN Pelaksanaan Kegiatan akre- didikan non formal berdasarkan ditasi terdiri dari 3 tahap yaitu kriteria yang telah ditetapkan persiapan, dan dilakukan oleh BAN PNF yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan dan penentuan hasil dan tindak lanjut pengakuan akreditasi. A. Persiapan kelayakan. Setiap satuan dan program PNF yang ingin IV. HASIL YANG DIHARAPKAN Terakreditasinya 1.850 program PNF di 20 propinsi, meliputi program PAUD, Paket A, B, C, Sekretaris, Bahasa Inggris, Akupunktur, Otomotif, Komputer, Tata kecantikan Kulit, Tata Kecantikan Rambut, diakreditasi harus mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh BAN PNF dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Memiliki izin operasional dari Depdiknas 2) Telah melakukan kegiatan PNF minimal 1 tahun Menjahit, Akutansi, Tata Rias Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
  • 32. Fokus setelah mendapat ijin Depdiknas. Setelah dokumen diterima 3) Satuan PNF yang ingin programnya program dalam satuan PNF. diakreditasi dan diperiksa kelengkapannya oleh sekretariat BAN PNF harus mengajukan surat dan permohonan selanjutnya dilakukan audit untuk di- akrediatsi kepada BAN PNF dibuat laporannya, dokumen oleh tim asesor yang ditugaskan oleh BAN 4) Telah melakukan evaluasi diri secara sistematis dan teratur dengan maksud agar PNF. Hasil audit dokumen dipergunakan untuk rencana pelaksanaan visitasi. dapat memastikan bahwa program dalam satuan PNF telah dapat menjamin kualitasnya. 2) Visitasi Visitasi adalah kegiatan kunjungan yang dilakukan tim asesor untuk meneliti B. Pelaksanaan kesesuaian Akreditasi dilaksanakan setelah dilakukan : dokumen/ rekaman dengan kondisi yang ada di lapangan atau 1) Evaluasi dokumen (Desk kesesuaian dengan standar. Evaluation ) Visitasi juga dilaksanakan Evaluasi dokumen adalah dalam rangka melakukan penilaian surveilan untuk memelihara kelengkapan dokumen hasil evaluasi diri hasil akreditasi Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
  • 33. Fokus C. Hasil, Masa berlaku akreditasi dan Tindak lanjut laporan hasil asesment lapangan dari tim asesor. Hasil akreditasi dinyatakan 1). Hasil akreditasi dengan sertifikat akreditasi Penilaian hasil evaluasi dokumen (desk evaluation & audit dokumenf) dan hasil evaluasi lapangan menjadi bahan penentuan hasil akreditasi. Hasil akreditasi adalah pernyataan kesesuaian (conformity) dengan standar atau dan ditandatangani oleh Ketua BAN PNF. Sertifikat akreditasi memuat nyataan hasil per- akreditasi satuan PNF dengan lingkup program yang dimintakan akreditasinya kelayakan sesuai dengan standar yang telah yang dikeluarkan BAN PNF ditetapkan penghargaan bukan (reward). 2). Masa berlaku akreditasi dan tindak lanjut Setiap program dalam Dengan demikian hanya satuan pendidikan yang ada status terakreditasi telah memperoleh status (acrredited) "terakreditasi" dan Tidak selanjutnya terakreditasi (non accre- harus memperhatikan ke- dited). tentuan sebagai berikut Sedang Hasil Akreditasi PNF ditentukan oleh sidang pleno BAN PNF atas dasar penilaian (a) Masa berlaku akreditasi status setiap program dalam satuan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8
  • 34. Fokus PNF adalah 5 (lima ) waktu yang ditentukan tahun dan setelah itu (maksimal dapat mengajukan per- belum juga melengkapi mohonan kembali untuk persyaratan maka harus diakreditasi, sekurang- mengajukan permohon- kurangnya 6 (enam) an bulan sebelum berakhir akreditasi masa berlakunya status akreditasi ulang 1 tahun), untuk (d) Pengaduan di- keberatan (complain). Penyeleng- (b) Satuan PNF yang masa gara program/satuan berlaku status akreditasi PNF dapat mengajukan programnya sudah ber- keberatan hasil akre- akhir dan telah meng- ditasi kepada BAN PNF. ajukan Selanjutnya BAN PNF permohonan untuk diakreditasi, tetapi akan belum dilakukan proses mengevaluasi akreditasi, maka akre- melakukan ditasinya untuk dinyatakan masih tetap berlaku (c) Bagi program dalam satuan PNF yang status akreditasinya ditunda (Pending) sampai batas mempelajari, dan verifikasi, kemudian di- putuskan dalam sidang pleno, kemudian hasilnya akan disampaikan pada penyelenggara program tersebut. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 9
  • 35. Fokus VI. TAHAP KEGIATAN menunjuk Tim asesor BAN AKREDITASI PNF a. Penyelenggara program PNF mengirimkan surat per- untuk melakukan evaluasi dokumen f. Komisi Pelaksana Akreditasi mohonan akreditasi kepada beserta BAN PNF Pembekalan kepada asesor b. BAN PNF mengirim surat jawaban disertai lampiran instrumen dan kelengkapannya untuk diisi oleh pemohon c. Penyelenggara program PNF mengembalikan instrumen yang telah diisi disertai lampiran pendukung ke sekretariat BAN PNF d. Sekretariat melakukan kelengkapan BAN TIM memberi yang akan ditugaskan untuk melaksanakan visitasi ke lembaga g. Setelah melaksanakan visitasi, asesor mengirimkan laporan hasil visitasi kepada BAN PNF paling lambat seminggu setelah visitasi h. Komisi Pelaksana Akreditasi PNF pemeriksaan dokumen, apabila dinyatakan sudah lengkap, dokumen siap untuk dievaluasi oleh tim asesor dengan (selected Tim pemeriksa assesor) me- lakukan pemeriksaan, penilaian terhadap laporan hasil visitasi asesor, dan merekomendasikan status akreditasi untuk diputuskan e. Komisi Pelaksana Akreditasi dalam sidang pleno Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 10
  • 36. Fokus i. Pelaksanaan Sidang pleno keputusan status akreditasi j. Pengumuman Keputusan hasil akreditasi VIII. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN a. Pelaksana kegiatan adalah sebagai berikut : VII. TEMPAT PELAKSANAAN 1). Anggota BAN PNF KEGIATAN 2). Sekretariat BAN PNF Kegiatan visitasi dilakukan di 20 3). Nara Sumber provinsi Yaitu : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, Kalimantan 4). Nara Sumber Bali, Barat, 5). Asesor PNF b. Penanggung jawab kegiatan adalah Ketua Komisi Akreditasi/Koor- Kalimantan Timur, Sulawesi dinator Kegiatan Pelak- Selatan, Sulawesi Utara, sanaan Akreditasi Sulawesi Tengah, Maluku Utara, NTB, Lampung dan Gorontalo Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 11
  • 37. Fokus Beryana Evridawati (Staf Dit. PAUD) Jika kita bicara tentang kebijakan Pemerintah, maka komitmen yang diejawantahkan dengan menempatkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai salah satu program utama pembangunan pendidikan jangka menengah 2005-2009 merupakan perwujudan dari kesadaran tentang peran kritis PAUD dalam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas dan berakhlak mulia. Dalam kurun waktu singkat, lembaga-lembaga penyelenggara PAUD terutama PAUD Nonformal tumbuh bagaikan cendawan di musim hujan. Suatu fenomena yang sangat menarik dan menggembirakan. Namun jika kita melihat pemetaan pertumbuhan tersebut, belum seluruhnya menyentuh ‘akar rumput’ di daerah-daerah terpencil yang ternyata lebih terfokus untuk Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
  • 38. Fokus memenuhi kebutuhan mendasar (survival) anak usia dini daripada mencukupi kebutuhan pendidikannya. Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD / Early Childhood Education and Development Project) hadir diantara kita sebagai salah satu program yang diharapkan dapat menyentuh kebutuhan layanan pendidikan dan pengembangan untuk anak usia 06 tahun. Dalam upaya meningkatkan proporsi anak dari keluarga kurang mampu untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya melalui partisipasi dalam Program PPAUD yang mudah, efektif, berkualitas, holistik (pendidikan, kesehatan, gizi, dan keikutsertaan orang tua) dan berkelanjutan, Program PPAUD diharapkan dapat melayani minimal 738.000 anak pada akhir tahun 2013. Ruang gerak Program PPAUD ini ditopang dengan dana Pemerintah Indonesia, soft loan (International Development Association/IDA Credit 4205-IND) dari Bank Dunia, dan Ducth Trust Fund (TF. 056841-IND dari Pemerintah Belanda). Secara eksplisit, tertuang dalam Financing Agreement antara Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia bahwa performance indicator Program PPAUD adalah: • Increases in early development scores of children entering kindergarten or first grade of primary school; • Increases in Early Stimulation, Detection and Intervention of Child Growth and Development (DDTK) scores of children 0-3 years. Setelah melalui serangkaian seleksi dan verifikasi, telah terpilih 21 provinsi dan 50 kabupaten sebagai penerima Program PPAUD (2007 s.d 2013). Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
  • 39. Fokus P AREGIO L K IA NPROG A P A D ET NA EG TA RM PU Su at ra S la m e e tan: 1 O nKo eri g Il r . ga m n i N g Ae D s la : anroe ch arusa m 1. A h T gg a ce en ar 2. A h T ga ce en h S m ra U ra: u ate ta 1. T a S m ir ob a os 2. T anli tenah ap u g S m ra B t: u ate ara 1. S ok ol 2. S a un /Su un awhl to i nj g j 3. P is la es irSe tan Ja bi: m 1. T jug Jbu T u an n a ng imr 2. S la u aro ngn I II Bngul : e ku 1. B g lu U ra enku ta 2. B g lu S at n enku el a La pug: mn 1. La pu Ti ur m ng m 2. La pu S at n m ng el a Ja aB t: w ara 1. S ean umd g 2. S a m ukbu i 3. S a ubng 4. Ma legk ja n a 5. G t aru V III J aTe ah: aw ng 1 R bng . ema 2 Wno ri . o gi 3 Cac . il ap 4 B nj rn a . a a egra D Yo akrta : I gy a 1 K lo ro . u np go 2 G u Kul . unng id Kli an n B rat: am ta a 1 Sm s . a ba 2 K tap g . e an IV S aw i U ra: ul es t a 1. Keul u Ta ud p a an la 2. Keul u S g e p a an anih Jw Ti ur: aa m 1 Pc n . aita 2 Mdiu . a n 3 Bn w o . odo os S aw i B t: ul es ara 1. Po wli M da le a an r 2. Mm u a uj N TB: 1 L b T ga . omok en h 2 S maw . ub a 3 Dm . o pu S aw i S ata ul es el n: 1. Si j i na 2. Si r p da 3. Wo aj 4. J epnto en o N: TT 1 S ma B t . u b ara 2 T or T ga U ra . im en h ta M uk U ra: al u ta Hm eraU ra al ah ta Hm eraSel t n al ah aa G nt l : oro ao 1. Gron lo o ta 2. Bo em al o Dalam kerangka pemikiran bahwa keberadaan Program PPAUD ini nantinya bukan saja sebagai pilot program namun lebih dipandang sebagai suatu upaya untuk menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat yang berada di 3000 desa miskin untuk memberikan maupun melaksanakan layanan PAUD nonformal, maka disusun suatu Irj b a ar: Mnow a k ari Ppu aa Mraue e k Jya ra a pu strategi agar keberlanjutan program dapat terus berlangsung walaupun kucuran dana dari pemerintah dan luar negeri telah berakhir. Sebuah konsep prestisius yang sulit namun tidak mustahil untuk dilaksanakan. Konsep untuk melibatkan masyarakat sejak awal pembentukan lembaga layanan PAUD Nonformal, adalah sebuah strategi Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
  • 40. Fokus yang jitu jika kita menginginkan sustainability bukan hanya muncul sebagai konsep di atas meja kerja. Namun hal ini pun mengandung resiko, mulai dari conflict of interest yang mungkin saja muncul di masyarakat ataupun tingkat ketergantungan yang sangat tinggi pada keberhasilan para Tim Fasilitator Masyarakat (TFM) memainkan perannya yang strategis di masyarakat. Namun resiko itu pantas untuk diambil mengingat jika semua dapat berhasil, program ini tidak saja mengakomodir kebutuhan 738.000 anak usia 0-6 tahun untuk mendapatkan akses layanan PAUD Nonformal, tetapi juga dapat menggugah kesadaran para orang tua, pendidik, pamong, staf, masyarakat, dan stakeholder PAUD tentang pentingnya memberikan layanan PAUD kepada anak usia dini. Untuk mempersiapkan keterlibatan masyarakat tersebut, Central Project Implementation and Coordination Unit (CPICU) PPAUD menyusun pelatihan berjenjang, dimulai dari pelatihan National Early Childhood Specialist Team (NEST), pelatihan TFM, pelatihan Pendidik Provinsi dan Kabupaten, pelatihan Pendidik PAUD maupun Community Development Worker (CDW). Perekrutan Konsultan Individu maupun Lembaga termasuk perekrutan Community Driven Development (CDD) yang menggawangi TFM, juga diselenggarakan dengan harapan bahwa seluruh program yang direncanakan dapat dimplementasikan dengan hasil memuaskan. Sebuah jalan panjang yang diharapkan dapat meminimalisir ekses negatif dan mengoptimalkan produk-produk yang dihasilkan CPICU. Masyarakat sebagai subjek sekaligus objek mengambil peranan dalam menentukan jenis layanan yang mereka butuhkan, berperan aktif dalam penyelenggaraan layanan PAUD Nonformal, bahkan mereka juga yang menentukan siapa saja yang diserahi tanggung jawab untuk mengelola dana hibah sebesar US $ 10,000 per kelompok masyarakat penerima manfaat. Selaras dengan fungsi TFM untuk memfasilitasi, mendampingi dan mempersiapkan masyarakat menerima dana hibah masyarakat (community blockgrant), inilah skenario yang dikawal oleh TFM agar masyarakat tersebut dapat memanfaatkan dana hibah sesuai dengan rencana Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
  • 41. Fokus kerja yang telah mereka susun sebelumnya. Dalam muatan fasilitasi tersebut, diharapkan tumbuh kesadaran masyarakat tentang manfaat dan pentingnya PPAUD, menumbuhkan kebutuhan masyarakat akan layanan PPAUD melalui penyebaran informasi dan promosi kegiatan PPAUD, dan memfasilitasi masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan memantau kegiatan PPAUD agar dapat berkembang secara berkesinambungan. Di sisi lain, Program PPAUD sendiri bukanlah semata-mata program pendidikan (walaupun pendidikan merupakan leading sector), namun keterlibatan lintas sektor misalnya Departemen Kesehatan, BKKBN, dll yang terwadahi dalam Komite Pengarah diharapkan dapat mengintegrasikan seluruh kebutuhan anak usia dini sehingga menjadi anak yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia serta memiliki kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Dalam payung semangat yang sama, di 21 provinsi dan 50 kabupaten terpilih pun dibentuk Komite Koordinasi. Para Pengelola PPAUD di 21 provinsi (Province Project Coordination and Implementation Unit/(PPICU) dan di 50 kabupaten terpilih (District Project Implementation Unit/DPIU) saling bersinergi untuk meraih kesuksesan pelaksanaan kegiatan di 3000 desa. Banyaknya upaya maupun strategi yang dijalankan pada akhirnya pun semua terpulang pada masyarakat selaku ‘pengguna jasa’. Mereka-lah yang akan memutuskan apakah akan menyelenggarakan layanan PAUD ataukah akan melanjutkan layanan ini setelah kucuran dana dari pusat berakhir? Semua berpulang kepada kualitas dan kuantitas program, pendekatan yang jitu kepada masyarakat, maupun willingness semua pihak yang terlibat di Program PPAUD. Semoga ini bukan hanya sekedar retorika belaka. Referensi: 1. 2. 3. Financing Agreement (2006) between World Bank and Government of Indonesia Grand Design Program Pendidikan Anak Usia Dini NonFormal Tahun 2007-2015. 2007. Dit. PAUD Pedoman Operasional Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini. 2007. Dit. PAUD Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
  • 42. Fokus Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
  • 43. Fokus Endang Ekowarni 1 Tujuan: 1. Menentukan kriteria minimal tentang sistem layanan PAUD. 2. Pedoman kepada pengelola PAUD dalam menyelenggarakan layanan. 3. Acuan bagi berbagai perihal dalam pengembangan, pembinaan, dan pelaksanaan PAUD. 4. Membantu masyarakat menyelaraskan persepsi atau pandangan mengenai PAUD serta dalam melakukan peni laian terhadap mutu layanan pendidikan . 1 Ketua Team Ad Hoc Penyelenggaraan PAUD Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
  • 44. Fokus Susunan Standar PAUD terdiri dari: Aspek perkembangan diamati adalah: 1. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan 2. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 3. Standar Program 1. Perkembangan motorik kasar 4. Standar Layanan I. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Merupakan deskripsi tentang perkembangan yang berhasil dicapai anak pada suatu tahap tertentii, yaitu: 1. Tahap usia 0 - 12 bulan disusun dalam kelompok usia: a. 0 - 3 bulan b. 3 - 6 bulan c. 6 - 9 bulan d. 9 – 12 bulan 2. Tahap usia 12 bulan - 2 tahun berdasarkan kelompok usia: a. 12 – 18 bulan b. 18 – 24 bulan 3. Tahap 2 - 3 tahun 4. Tahap 3 - 4 tahun 5. Tahap 4 - 5 tahun yang 2. Perkembangan motorik halus 3. Perkembangan kognitif 4. Perkembangan bahasa 5. Perkembangan sosialemosional 6. Perkembangan pemahanan moral dan agama Untuk pemantauan pertumbuhan fisik dan kesehatan digunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). II. Standar Pendidik dao Tenaga Kependidikan Pendidik PAUD terdiri dari: 1. Guru PAUD Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ditentukan bahwa kualifikasi akademik pendidikan guru TK/RA adalah minimal D IV. 2. Tutor PAUD Adalah pendidik dengan kualifikasi akademik SMA atau sederajat ditambah pelatihan mengenai PAUD. 6. Tahap 5 - 6 tahun Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
  • 45. Fokus 3. Pengasuh PAUD Berkualifikasi pendidikan minimal SMP atau sederajat dengan usia minimal 18 tahun, ditambah dengan pelatihan atau kursus mengenai PAUD yang menekankan pada keperawatan anak. Selain kualifikasi akademik juga diperlukan kualifikasi kompetensi yang meliputi: 1. Kompetensi kepribadian 2. Kompetensi profesional 3. Kompetensi pedagogik 4. Kompetensi social Mengenai Kepala Sekolah digunakan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Marasah dengan Kualifikasi Khusus Kepala Sekolah/Madrasah bagi Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal adalah: 1. Berstatus sebagai guru TK/RA. 2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA. 3. Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah. Bagi penyelenggara PAUD, apabila belum ada Kepala Sekolah yang sesuai dengan Peraturan Menteri tersebut, dapat ditunjuk seorang pengelola PAUD. Kualifikasi kompetensi Pengelola PAUD adalah: a. Kompetensi kepribadian b. Kompetensi manajerial c. Kompetensi kewirausahaan III. Standar Program Program PAUD meliputi isi, kegiatan, proses, dan penilaian. Program terdiri dari: a. Perencanaan * Tujuan * Isi * Tersedianya pendidik dan tenaga kepen-didikan * Metode pelaksanaan pendidikan * Alat permainan b. Pelaksanaan * Disesuaikan dengan situasi dan kondisi * Pelaksanaan berupa pengasuhan, perawatan, pendidikan sesuai dengan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
  • 46. Fokus kelompok usia dan kebutuhan khusus anak * Kegiatan dilaksanakan dengan cara terorganisasi c. Penilaian * Bertujuan memonitor tingkat pencapaian per-kembangan anak * Dilakukan secara sisten, sistematis, terprogram kondan * Pendidik menggunakan metode penilaian sesuai dengan tingkat usia dan tingkat perkembangan anak d. Satuan (SPS) PAUD sejenis IV. Standar Layanan Untuk terlaksananya seluruh program PAUD, dibutuhkan faktor pendukung berupa: sarana dan prasarana, pengelolaan, serta pem biayaan. A. Sarana Adalah perlengkapan untuk kegiatan pengasuhan dan pendidikan yang dapat dipindah-pindah. Ketersediaan dan jenis sarana disesuaikan dengan jumlah anak dan jenis lavanan. Layanan PAUD dirancang berdasarkan: Sarana adalah: 1. Pengelompokan usia: a. Kelompok usia 0-2 tahun a. Perabot kegiatan: b. Kelompok usia 2-4 tahun * meja-kursi anak atau alas duduk * tempat menyimpan alat permainan a. Kelompok bermain (KB) * alat kebersihan b. Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) c. Taman penitipan anak (TPA) * alat penimbang badan berat * alat pengukur badan tinggi * dll. c Kelompok usia 4-6 tahun 2. Jenis layanan yang diperlukan penunjang Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
  • 47. Fokus b. Peralatan pendidik: * alat permainan edukatifdi dalam ruang * alat permainan edukatifdi luar ruang ruang yang dapat digunakan untuk beberapa fungsi sebagai berikut: 1. Ruang aktivitas 2. Ruang makan * perlengkapan musik dan seni 3. Ruang ibadah * perlengkapan olah raga 5. Kamar mandi * dll. 6. Dapur c. Media pendidikan: * buku dan alat tulis * majalah * alat elektronik tape, dsb) * dsb poster * 4. RuangUKS dll. C. Pengelolaan (radio, d. Perlengkapan khusus (untuk pejayanan TPA): * tempat tidur bayi * perlengkapan mandi bayi * perlengkapan khusus bayi * dll. makan B. Prasarana Prasarana adalah fasilitas yang diperlukan untuk terselenggaranya program, berupa satu atau beberapa Untuk menjamin kesinambungan pelaksanaan PAUD diperlukan penyelenggaraan yang dikelola dengan baik. Prinsip yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Penerapan manajemen berbasis masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya: kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, akuntabilitas. 2. Setiap lembaga PAUD harus memiliki status yang jelas pengelolaannya apabila oleh perorangan, masyarakat, swasta, LSM, maupun pemerintah. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
  • 48. Fokus 3. Lembaga PAUD perlu memiliki pedoman yang mengatur kurikulum, kalender pendidikan, tata tertib, serta mekanisme pengawasan, dsb. D. Pembiayaan Untuk menjamin kesinambungan layanan pengasuhan dan pendidikan yang memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan kenyamanan anak, diperlukan penyediaan biaya yang meliputi: 1. Biaya investasi untuk menyediakan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia (SDM). 2. Biaya personal meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji. 3. Biaya operasional untuk pembelian peralatan dan bahan habis pakai. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
  • 49. Fokus Maryati Suwondo (Staf Direktorat Kesetaraan, Depdiknas) Setiap keluarga pasti mendambakan hadirnya anak atau keturunan. Baik laki-laki maupun permpuan, dan yang lebih didambakan lagi oleh pasangan suami adalah anak yang sehat dan berbudi pekerti luhur. Semua ini dapat terwujusd, tergantung bagaimana cara orang rtua dalam mendidiknya. Anak sehat, tumbuh kembang sempurna , berprilaku baik , semua itu tidak dapat lepas dari perhatian dan kasih sayang orang tua. Karena orang tua merupakan lingkungan yang terdekat bagi setiap anak.. Anak baik ataupun anak tidak baik berawal dari keluarga atau didikan kedua orangnya. Untuk mendaptkan anak atau keturunan yang baik, seharusnya sejak dini bahkan sejak si anak masih dalam kandungan, orang tua terutama ibu harus dapat mendidiknya atau memberikan contoh-contoh yang terbaik, disamping membentuk prilaku jiwa tapi juga untuk membentuk mental dan kepribadianya. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
  • 50. Fokus Mendidik anak kandung sendiri bukan hal yang mudah, namun harus penuh kelembutan, ketulusan jiwa, ketelatenan yang jelas penuh kesabaran dan kasih sayang. Kita sebagai orang tua merupakan manusia pertama (awal) yang membentuknya baik buruknya jiwa seorang anak dalam sebuah keluarga. Jangan pernah kita mengucapkan kata-kata yang buruk buat si buah hati kita sendiri, karena ucapan yang buruk yang terlontar dari mulut seorang ibu terhadap anaknya sendiri, akan berdampak sangat fatal, dan akan merugikan diri anak itu sendiri. Karena perbuatan kasar yang dilakukan seorang ibu terhadap anaknya sendiri, akan sangat mengganggu tumbuh kembang si anak dan akan mengganggu mental dan pola pikir serta kepribadian anak. Contoh misalnya seorang ibu yang kesal pada anaknya karena anaknya melakukan sebuah kesalahan, lalu ibu itu bilang pada anaknya ” Kamu ini bego, tolol, bodoh,” Tidak sepantasnya seorang ibu mengucapkan seperti itu terhadap buah hatinya sndiri hanya karena si anak melakukan kesalahan kecil. Perlu diingat dan menjadi perhatian khusus bagi para orang tua terutama ibu, jangan pernah menusuk buah hatinya sendiri dengan kata-kata tajam seperti diatas, karena kata-kata itu lebih tajam dari pada belati dan akan mebekas selamanya dihati anak itu, dan akan menjadi pengalaman yang sangat buruk selama hidup anak itu, dan sangat mengganggu pertumbuhan jiwa dan mental anak itu. Baik buruknya akhlak dan budi pekerti anak adalah ditangan orang tuanya sendiri. Ucapan seorang ibu terhadap anaknya adalah merupakan doa, maka ucapkanlah hal-hal yang baik-baik saja. Kalau di dalam sebuah keluarga seorang anak atau buah hati kita perlakukan dengan baik, sopan, pernuh perhatian, penuh Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
  • 51. Fokus cinta kasih, penuh kelembutan, dihargai tiap tindak-tanduknya, pasti anak itu akan tumbuh kembang menjadi anak yang baik, berprilaku sesuai dengan apa yang diperoleh dilingkungan keluarganya. Pada dasarnya ibu tidak boleh/jangan pernah menusuk buah hatinya sendiri dengan katakata mencemooh, karena kata-kata itu akan tertanam dihati si anak sampai kapanpun. Dan yang lebih parah lagi akan berakibat sangat buruk akan dan mempengaruhi jiwa, dan mental si anak punya kelainan dalam dunia pergaulan. Tiap dia akan berkata sesuatu dia akan terngiang kata-kata ibunya. ” kata ibu saya, saya ini anak bego, tolol, ” dalam hati kecil dia bicara seperti itu. Maka dari itu dibutuhkan suatu kesabaran yang luar biasa dalam menangani pendidikan anak dalam sebuah keluarga, baik anak itu masih balita maupun anak yang sudah dewasa, kita jangan pernah berbuat kasar pada mereka (anakanak kita). Kata-kata yang kasar, yang bersifat mencemooh, tidak akan pernah menguntungkan bagi siapapun, justru sebaliknya akan sangat merugikan bagi kita semuanya antara ibu dan anak. Anak akan selalu minder, kehilangan harga diri, selalu menyalahkan dirinya sendiri, tidak punya keberanian dalam berbuat sesuatu. Mempunyai anak yang minderan, pendiam tidak punya keberanian akan sangat menyedihkan, apa lagi di jaman yang semakin maju seperti ini dan seiring dengan kemajuan teknologi, anak-anak kita dituntut untuk cepat berkembang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) Banyak para ibu yang belum menyadari bahwa dirinya telah menghancurkan masa depan buah hatinya sendiri, setelah melontarkan kata-kata kasar yang sangat menyakitkan, tajam bagaikan sembilu sangat menusuk perasaan, akan selalu membekas dihati anak, padahal masalahnya cuma sepele. Contoh kecil misalnya Si anak belajar makan sendiri tapi nasinya berantakan di lantai, lalu si ibu marah-marah lepas kendali, emosi, mengucapkan kata-kata kasar yang tidak sepantasnya diucapkan oleh seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Tanpa disadari oleh para ibu bahwa perbuatan seperti itu telah membunuh kreatifitas dan Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
  • 52. Fokus kepribadian anak yang seharusnya kita bentuk sejak dini. Bila anak kita masih belum mengerti, maka ajar padanya dengan penuh kesabaran, dan lemah lembut, karena dengan sabar dan lemah lembut akan menghasilkan hal-hal yang dapat menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri si anak demi tumbuh kembang yang baik.. hanya memaki dan nyumpahin anak nya, sehingga tidak jarang anak-anak menjadi korban kekerasan orang tuanya sendiri, akhirnya menjadi anak nakal, anak yang cepat kecewa, cepat putus asa, dan akhirnya menjadi anak yang salah pergaulan terjerumus hal yang menyesatkan. Karena tidak punya pegangan yang kuat yang hanya dimilki oleh orang Disini pendidikan orang tua juga sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak, orang tua yang berpendidikan rendah sulit untuk berlaku sabar tiap hari tuanya sendiri, tapi dalam hal ini justru orang tuanya sendiri yang menjerumuskannya ke hal yang buruk. Akan lain lagi bila anak di didik dengan penuh kasih sayang Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
  • 53. Fokus jiwanya akan stabil tidak mudah marah, tegar dalam menghadapi segala cobaan dalam kehidupan. Tapi tidak menutup kemungkinan anak dari keluarga mampu juga banyak yang menjadi anak tidak baik, anak nakal, itu bisa terjadi karena orang tua mereka kurang perhatian dan kasih sayang. Keadaan seperti ini juga didukung oleh keberadaan orang tua, menurut data dari Badan Pusat Statistik yang ada dimuat di koran Kompas bulan Juni tahun 2007, menyatakan bahwa sekitar 23 juta orang tua di Indonesia hanya tamatan Sekolah Dasar, bahkan belum tamat Sekolah (SD) sehingga masih terbatas dalam pola mendidikan anak. Langkah yang harus dilakukan untuk meminimalkan terjadinya dehumanisasi pendidikan yaitu harus adanya snergi antara guru, para orang tua, dan lingkungan tempat tinggal. ”Ciptakan kondisi pembelajaran yang kondisif, dan para orang tua dapat membatasai tayangan tayangan televisi pada anak-anak, bila perlu matikan televisi pada jam-jam belajar anak, atau di saat santai, lebih baik kita mengobrol bersama anak-anak saling mendengarkan dan tukar pengalaman bersama anggota keluarga dari pada mendengarkan suara televisi, karena mengingat tayangan televisi akhir-akhir ini banyak yang kurang bersifat mendidik, bahkan banyak sekali tayangan yang tidak pantas untuk dicontoh oleh anak-anak kita Ajarkan kepada anak-anak kita sesuatu hal yang baik, bimbinglah jiwanya dengan iman agar generasi anak Indonesia menjadi generasi yang lebih bermutu, baik dari segi mental, akhlak, tingkah laku, kepribadian dan sopan santun, karena anak merupakan investasi yang sangat berharga bagi setiap orang tua. Anak yang tidak pernah tersakiti hati dan jiwanya terutama oleh kedua orang tuanya akan menjadi anak yang gembira, periang, cerdas, dapat menghargai orang lain dan dirinya sendiri penuh didikasi tinggi. Jadikanlah rumah adalah sorga bagi keluarga Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
  • 54. Fokus DR.Dr.Theodorus Immanuel SETIAWAN 1 ABSTRACT Play Therapy. Play therapy, especially in preschool years, has proved to be very beneficial as a tool in the overall treatment of children with various clinical ailments, especially those with Childhood Mental Health Disorders. Needless to say that the benefit of play as an indispensable part of therapy for children is often negelcted, or at least underestimated, by most 1 Theodorus Immanuel SETIAWAN. Dokter, S 3 Pendidikan, S 3 Psikiatri. Praktek dokter. Pengajar di Program S 1 Bimbingan-Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ; di Program S 2 Psikologi Universitas Indonesia, dan di Program S 3 Universitas Negeri Jakarta. Alamat e mail: thisetiawan@cbn.net.id practitioners. Fortunately, in the long history of play therapy there were some outstanding figures in psychology as well as psychiatry, at least as early as Sigmund Freud, who have indicated the undisputed benefits of play as therapy for children. In present day practice, to facilitate the effectiveness of play therapy, several elements must be taken into consideration, such as the therapist who conducts the therapy, the play materials, the play space, and the overall atmosphere surrounding the activities. Key words : Play therapy, child patient, effectiveness of therapy. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 1
  • 55. Fokus I. Pendahuluan Dalam dua dekade terakhir ini, pertambahan dramatis jumlah anak yang diidentifi-kasi sebagai menderita Gangguan Kesehatan Mental Masa Anak (Childhood Mental Health Disorders ) merupakan salah satu petunjuk dari adanya tekanan yang meningkat yang membebani anakanak masa kini. Beban itu tampaknya lebih besar pengaruhnya pada anak usia dini, dibandingkan pada anak yang usianya lebih tua, yang sangat mungkin disebabkan oleh masih sangat terbatasnya kemampuan anak usia dini untuk mengemukakan masalah mereka dengan memuaskan secara verbal (Carroll, 2004). Sayangnya, belum tampak adanya pertambahan yang seimbang dari upaya-upaya terapi yang tepat dan/atau kesempatan untuk memperolehnya, yang dapat membantu anak-anak supaya tetap sehat-mental, lebih-lebih di negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia (Elkind, 2006). Kecenderungan yang sempat dominan beberapa waktu yang lalu (yang untungnya sekarang sudah tidak dominan lagi), yang lebih menekankan terapi dengan pemberian obat untuk mengatasi berbagai gangguan mental, termasuk pada anak usia dini, jelas merupakan suatu ilusi yang kelihatannya makin menjauhkan pasien-anak dari perbaikan yang diidamkan (Schaefer, 2002). Berbagai bentuk psikoterapi dan / atau bimbingan-konseling, baik tersendiri maupun bersama obat, tampaknya jauh lebih banyak memberikan harapan untuk membantu anak-anak yang bermasalah itu, terutama sewaktu masih berusia dini, untuk mengembangkan kesehatan mental yang baik (Kottman, 2005). Terapi dengan bermain, sebagai salah satu pilihan tradisional yang sempat terpinggirkan, sejak dahulu sudah terbukti memberikan banyak manfaat untuk mecapai tujuan tersebut di atas (Freud,1912; Axline, 1947; Wilson, 1979; Solnit, et al., 2005). II. Manfaat Kegiatan Bermain Pada awal abad yang lalu Sigmund Freud sudah mengemukakan bahwa kegiatan bermain memungkinkan tersalurnya dorongan-dorongan instingtual anak yang sangat meringankan anak dari berbagai beban mental. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 2
  • 56. Fokus Kegiatan bermain merupakan sarana yang aman yang dapat digunakan anak untuk mengulangulang pelaksanaan dorongandorongan untuk berperilaku tertentu, sehingga anak akan terbantu untuk mengendalikan dorongan-dorongan itu,dan juga reaksi-reaksi mental yang mendasarinya (Freud, 1912). Kegiatan bermain memungkinkan berlangsungnya proses pelepasan dan terpenuhinya keinginan-keinginan tertentu. Fantasi, dan kesempatan anak untuk lepas dari kenyataan, terutama anak usia dini, memudahkan ber-tumbuhnya ego anak. Dalam alam fantasi yang “encer” (bila dibandingkan alam nyata), ego anak dapat “berdamai” sekaligus dengan dorongandorongan id dan tuntutan-tuntutan superego, sehingga anak dapat kesempatan ber”eksperimen” dengan penyelesaian-penyelesaian baru untuk berbagai konflik (Axline, 1947; Wilson, 1979; Solnit, et al., 2005). Melanie Klein (Axline, 1947) mengemukakan bahwa anak-anak sejak usia dini sudah memiliki kehidupan dalam-diri (internal) yang kaya dan kompleks, yang dapat tampak oleh orang lain melalui kegiatan bermain dengan mainan. Klein yakin bahwa pasienanak melakukan asosiasi bebas, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan kegiatan bermainnya; dan asosiasi ini dapat ditafsirkan. Misalnya, pemilihan mainan oleh anak tidak selalu karena daya tariknya (untuk anak itu), atau karena fungsi mainan itu bagi sang anak, tetapi sering karena mainan itu mewakili imajinasi atau dorongan-dorongan terpendam anak itu. Di samping itu, Klein juga mengamati bahwa kegiatan bermain memberikan petunjuk mengenai masa lalu anak dan alam-tak-sadarnya. Ternyata, berbagai pendapat Klein itu juga Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 3
  • 57. Fokus dikemukakan oleh beberapa psikater anak terkemuka pada awal abad 21 ini, seperti LeBlanc dan Ritchie (2001), Winnicott (2003), dan Waelder (2004). Banyak tulisan Anna Freud yang terfokus pada pengembangan kemampuan ego dan mekanisme pertahanan ego memungkinkan dimanfaatkannya kegiatan bermain anak untuk lebih mengenal anak. Ia juga mengemukakan bahwa bibit dari kemampuan bermain ditanam sewaktu interaksi dini antara bayi dengan ibunya. Melalui bermain dengan tubuhnya dan tubuh ibunya, bayi mulai belajar membedakan dirinya dari diri orang lain, dan dengan perluasan ego, juga belajar membedakan kenyataan dari fantasi. Anna Freud percaya bahwa kegiatan bermain memudahkan dan mencerminkan proses pertumbuhan anak yang secara ideal menghasilkan otonomi pribadi, pengenalan yang berkembang mengenai diri sendiri, dan kemampuan bekerja. Kegiatan bermain adalah cara untuk menjelajahi dan menguasai konlikkonflik dalam diri (internal) dan konflik dengan orang lain (external), dan memberikan petunjuk mengenai adanya pergulatan yang tak disadari dari anak (Solnit, et al., 2005). III. Ciri-Ciri Menguntungkan dari Kegiatan Bermain Umumnya, terapi dengan bermain mengandung 4 ciri menguntungkan berikut : 1) Bermain itu menyenangkan. Kegiatan bermain adalah suatu proses di mana anak mengembangkan percayadirinya dan mengalami perasaan mampu, misalnya, sewaktu anak berhasil menyelesaikan masalah menurut caranya sendiri dalam waku yang ditetapkannya sendiri. Ternyata, kegiatan bermain tidak hanya memberikan kesenangan kepada anak, tetapi juga kepuasan. Bermain adalah perwujudan fantasi anak yang keluar dari dirinya sehingga memungkinkan anak untuk “berada” sekaligus di alam fantasi dan dunia nyata. Kreativitas dikembangkan dan dimunculkan selama kegiatan bermain. Kegiatan bermain menyalurkan kreativitas anak. Seringkali sangat bermanfaat bagi anak bila anaklah yang membimbing kegiatan ber- Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 4
  • 58. Fokus main, bukan orang lain seperti orang tua, guru, ataupun dokter (Kottman, 2005). 2) Bermain sangat mengasyikkan. Kadang-kadang begitu mengasyikkannya sehingga anak tampak tidak menyadari kegiatan-kegiatan di sekitarnya dan sukar untuk menghentikannya dari permainnannya bila ia belum mau berhenti. Melalui bermain anak “mengalami” kembali situasi menyedihkan yang pernah dialaminya, lengkap dengan berbagai komponen emosi yang menyertainya ! (Kottman, 2005). 3) Dalam kegiatan bermain anak, terjadi pemindahan situasi (displacement). Karena adanya kemampuan anak untuk melebur kenyataan dengan fantasi tanpa mengalami konflik, anak dapat “memindahkan” hal-hal yang dirasakannya bersama situasi yang menyertainya ke dalam permainan ! Anak dapat menukar perannya, dari peran pasif (di dunia nyata), misalnya sebagai pengikut, atau peran sekunder (di dunia nyata), misalnya sebagai orang yang memberikan reaksi (reactor), menjadi peran aktif (di alam fantasi, dalam permainan), misalnya sebagai pemimpin, atau peran primer (di alam fantasi, dalam permainan), misalnya sebagai orang yang memulai tindakan (initiator). “Pemindahan” (displacement) memungkinkan timbulnya jarak dengan masalah asli yang sedang dialami anak, dan juga dengan emosi-emosi tidak enak yang menyertainya. Di samping itu, ”pemindahan” juga memungkinkan anak untuk berbicara atau bertindak dengan cara yang tidak dimungkinkan di dunia nyatanya. Fungsi penting lainnya dari “pemindahan” adalah “pemindahan” memungkinkan ego anak melakukan keseimbangan antara id anak dengan superego nya, sehingga dalam bermain tekanan dan ketegangan mental anak dapat berkurang atau malahan hilang (Winnicott, 2003). 4) Kemampuan anak untuk bermain dengan imajinasi sesuai dengan pertumbuhan kognitif anak. Dalam penjelasannya mengenai 4 periode Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 5
  • 59. Fokus perkembangan intelek, Ginsburg dan Opper (1969) mengutip Piaget yang mengemukakan bahwa di antara usia 2 sampai 4 tahun anak memperoleh kemampuan membentuk simbol. Melalui penggunaan simbol, terbentuklah gambaran mental yang mewakili pengalaman,orang,dan objek, yang menetap dalam pikiran anak. Gambaran mental itu membebaskan anak dari keharusan melihat hal-hal yang diwakili gambaran itu bila anak ingin mengetahui apakah hal-hal itu ada; cukup disebut kata yang mewakili hal-hal itu, atau, dijelaskan gambaran mental yang mewakili hal-hal itu. Melalui permainan yang kaya dengan simbol (yang dimiliki anak), seorang anak akan mampu menjembatani celah antara hal-hal yang kongkret dengan yang abstrak. Penggunaan simbol oleh anak dalam permainannya menjadikan permainan itu sangat pribadi untuk anak tersebut, karena dalam permainan itu anak dengan bebas mempunyai kekuasaan untuk mengatur segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan harapan-harapannya. IV. Kegiatan Bermain dan Mainan yang “Mempunyai” Kemampuan Terapi Mainan, atau kegiatan bermainnya, pada dirinya sendiri tidak “memiliki” kemam-puan terapi. Cara penggunaan atau penyelenggaraannyalah yang efektif. Kepada para terapis (orang yang melakukan terapi) harus dianjurkan, supaya sejak permulaan mereka sudah menyebut mainan yang dilihat anak sebagai “alat bermain,” atau “bahan perrmainan.” Dengan cara ini, melalui kata dan perbuatan, sejak awal diharapkan anak sudah menyadari bahwa “rmainan” dan “kegiatan bermain” di tempat itu mempunyai makna dan tujuan yang berbeda dengan hal-hal yang sama di tempat mereka biasa bermain. Mainan yang dipilih terapis harus menarik dan menantang, harus menangkap perhatian dan imajinasi anak, harus dapat digunakan anak sebagai simbol dari berbagai hal di dunia nyata. Jadi, mainan yang digunakan untuk terapi harus memudahkan ekspresi anak. Di Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 6
  • 60. Fokus samping itu, mainan harus dalam keadaan baik dan bersih. Mainan yang lusuh/rusak, dan/atau kotor, akan mudah menyebabkan anak merasa dirinya tidak berharga atau tidak dihargai. Alangkah baiknya bila setiap anak juga mempunyai kotak penyimpanan pribadi untuk menaruh mainan atau hasilkerjanya. Keadaan ini membantu mengembangkan perasaan betah anak dan perasaan kebersamaan di tempat terapinya, di samping menciptakan suasana aman dan diterima, yang penting untuk keberhasilan terapi (Kottman, 2005). Mainan yang umumnya bermanfaat untuk terapi dapat dibagi dalam 3 kelompok (Solnit, et al., 2005) 1) Mainan yang meniru/ menyerupai situasi pada kehidupan nyata Misalnya, rumah boneka dengan boneka-boneka yang termasuk dalam 1 keluarga, boneka bayi (dengan dotnya), peralatan kedokteran, binatang-binatang peliharaan, binatang-binatang yang ada di kebun binatang, telpon, mobilmobilan, atau, macam-macam model kapal terbang. Berbagai mainan itu tampil, baik disadari ataupun tidak disadari, sesuai dengan penga-laman anak di dunia nyata, dan jelas hubunganhubungannya dengan berbagai kejadian dalam hidup mereka sehari-hari. Dengan demikian, bagi anak mainanmainan itu akan menjadi bahan eksplorasi dan pengungkapan diri (expression) yang kaya. Untuk sebagian besar terapi dengan bermain, mainanmainan yang meniru/ menyerupai situasi pada kehidupan nyata tersebut sudah sangat manfaat bagi perbaikan pasien-anak. 2) Mainan yang menimbulkan emosi marah atau agresif Misalnya, pistol, pisau, boneka dengan wajah dan/atau pakaian dan/atau perlengkapan sebagai orang jahat. 3) Mainan yang merangsang timbulnya kreativitas Misalnya, balok-balok kayu/ plastik dengan macam-macam bentuk, ukuran, dan warna; kertas/ whiteboard dan pinsil/ spidol dengan macam-macam bentuk dan warna, potonganpotongan kain dan/atau kertas Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 7
  • 61. Fokus dengan berbagai ukuran yang memadai untuk digunting dan dibentuk. Pada situasi-situasi tertentu, terapis harus mempertimbangkan untuk menambah jenis dan/atau tipe mainan lain sesuai dengan kebutuhan terapi. Kepustakaan Axline,V. (1947). Play Therapy. New York: Ballantine Books. Carroll,L. (2004). Early Childhood and the Changing Society. New York: Norton. Elkind,D. (2006). The Lack of Proper Approach in the Treatment of Childhood Mental Health Disorders in Southern Europe and South East Asia. London: Routledge. Freud,S. (1912). The Dynamics of Transference. Standard Edition (12). Ginsburg,H., Opper,S. (1969). Piaget’s theory of intellectual development: An intro- duction. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall,Inc. Kottman,T. (2005). Play Therapy in Action. New York: John Wiley & Sons. LeBlanc,M., Ritchie,M. (2001). A meta-analysis of play therapy outcomes. Counseling Psychology Quarterly 2001; 14:2. Schaefer,C. (2002). Inappropriate Approach of Therapy in Children with Mental Disorders. New Jersey: Jason Aronson,Inc. Solnit,A., et al. (2005). The Many Meanings of Play for Preschool Kids. New Haven: Yale University Press. Waelder,R. (2004). The Psychoanalytic Theory of Play. Cambridge, MA: Perseus Books. Wilson,K. (1979). The Therapeutic Use of Child’s Play. New York: Guilford. Winnicott,D.W. (2003). Playing and Reality. London: Routledge. Buletin PADU Vol. 8 No. 1, April 2009 - 8