SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
Télécharger pour lire hors ligne
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                      ISSN 2089-8460




      Penerapan Model Kooperatif Jigsaw pada Pembelajaran Metode
            Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
                   Meningkatkan Pemahaman dan
                  Kemampuan Aplikatif Mahasiswa

                                  Oleh
                             I Gede Nurjaya
             (Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
                  Fakultas Bahasa dan Seni, UNDIKSHA)

                                      Abstrak
        Penelitian tindakan kelas ini dirancang menemukan strategi pembelajaran
yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif
mahasiswa dalam matakuliah Metode PBSI. Subjek penelitian ini adalah
mahasiswa kelas A, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
memprogram mata kuliah Metode PBSI pada semester genap tahun ajaran
2008/2009. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, dan tes,
sedangkan analisis datanya menggunakan teknik deskriptif-kualitatif.
        Dengan prosedur seperti di atas, dihasilkan temuan-temuan berikut. (1)
Terjadi peningkatan prestasi mahasiswa dalam (a) kemampuan pemahaman
konsep dari 66,53 menjadi 82,86, dan (b) kemampuan aplikatif dari 62,38 menjadi
77,70. Dalam hal tingkat ketuntasan dicapai angka 85,71% untuk pemahaman dan
78,57% untuk kemampuan aplikatif. (2) Model penataan diskusi yang efektif
adalah dengan teknik otorita-heterogenitas. (3) Strategi dalam penerapan model
kooperatif jigsaw adalah dengan memanfaatkan ‘peer assesment’. Dengan temuan
ini, disarankan kepada pengasuh mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia, khususnya, maupun pengasuh mata kuliah sejenisnya agar
memikirkan alternatif strategi ini untuk dicobakan.

Kata Kunci     : kooperatif   jigsaw, teknik   otorita-heterogenitas, strategi peer
assesment


                                      Abstract
        This classroom action research was designed to find out an effective
learning strategy to improve students’ understanding and applicative ability
in the teaching of Language and Literature Learning Methods. The subjects were
the Class A students, Department of Indonesian Language and
Literature who took up the course in the academic year 2008/2009. The data
were collected by observation, interview, and test while the data were analyzed
by descriptive-qualitative technique.
        By using the procedures above, the following findings were obtained. (1)
there was an improvement in the students’ achievement in (a) ability to
understand concepts from 66.53 to 82.86, and (b) the applicative ability , from
62.38 to 77.70. Concerning the level of mastery , the level of mastery in the
students’ understanding was 85.71% and that for their applicative ability


                                        1
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                      ISSN 2089-8460




was 78.57%. (2) the effective discussion organization model was authority-
heterogeneity . (3) the strategy in applying the jigsaw type of cooperative
learning model involved the use of peer assessment. With these findings, it is
suggested to the lecturer who teaches this course , particularly, and the lecturers
who teach similar courses to consider using this alternative strategy.

Key words: jigsaw type of cooperative learning, authority-heterogeneity, peer
assessment strategy


Pendahuluan
        Mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (MPBSI)
adalah salah satu mata kuliah yang diharapkan dapat membentuk mahasiswa
menjadi seorang guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Target kompetensi yang
diharapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajari mata kuliah ini adalah
pemahaman berbagai konsep pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dari
berbagai model, metode, ataupun strategi pembelajaran, dan kemampuan
mengaplikasikannya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
        Dengan demikian, mata kuliah ini seyogyanya membekali peserta didik
berbagai konsep dan keterampilan mengajar yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu, mata kuliah ini semestinya
menjadi mata kuliah yang bersifat aplikatif bukan sekadar teoretis belaka. Hanya
saja, untuk menjadikan mata kuliah ini sebagai bidang yang aplikatif tampaknya
masih merupakan kendala yang perlu dipecahkan.
        Dari pengalaman membimbing mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Pengajaran Mikro dan pada saat mereka praktik mengajar di sekolah,
kentara sekali bahwa mahasiswa lebih banyak mengetahui hal ihwal metode
pengajaran bahasa secara verbalistis (teoretis).Pengetahuan mereka itupun sering
kurang disertai pemahaman yang bersifat analitis apalagi praktis. Keadaan yang
demikian ini menyebabkan mereka, umumnya, kurang memiliki keterampilan
untuk mengaplikasikan konsep-konsep Metode PBSI dalam pembelajaran.
Pemahaman konsep mereka pun ternyata kurang memadai juga. Kemampuan
aplikatif mahasiswa berupa kegiatan menyusun skenario pembelajaran juga
kurang.
        Penyebab munculnya permasalahan itu antara lain penggunaan
model pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan bagi para mahasiswa
untuk, selain mampu memahami konsep metodelogi, juga mampu
mengaplikasikannya untuk kegiatan pembelajaran. Akibat model pembelajaran


                                        2
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                    ISSN 2089-8460




yang belum tepat itu menimbulkan adanya keengganan mahasiswa untuk secara
aktif terlibat dalam pembelajaran. Kurangnya keterlibatan mahasiswa, baik secara
mental maupun secara fisik, dalam pembelajaran mengakibatkan rendahnya
pemahaman dan kemampuan aplikatifnya.
        Dengan demikian, permasalahan utama yang harus dipecahkan adalah
bagaimana meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa
dalam mata kuliah Metode PBSI? Untuk menanggulangi permasalahan itu,
digunakanlah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
        Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw, pebelajar dikelompokkan
menjadi empat atau lima orang dalam satu kelompok. Dalam pembagian tugas
yang harus dikerjakan oleh pebelajar, terdapat dua jenis kelompok, yaitu
kelompok asal dan kelompok ahli. Dalam pola jigsaw ini tidak ada alasan bagi
mahasiswa tidak aktif dalam diskusi karena mereka semua mendapat beban tugas
yang berbeda. Tidak bisa tugas-tugas kelompok hanya dibebankan kepada satu
dua orang seperti diskusi yang lazim dilaksanakan. Pola ini juga dapat menambah
rasa percaya diri mahasiswa. Di lain pihak, pola ini juga menumbuhkan sikap
menghargai teman karena setiap orang memiliki pengatahuan yang berbeda yang
sangat diperlukan oleh semua peserta.
        Secara teoretis, model ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman
teoretis dan kemampuan aplikatif mahasiswa dalam mata kuliah tersebut. Hal ini
dimungkinkan karena model ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk memahami konsep metode PBSI tersebut secara berkelompok. Pemahaman
secara berkelompok diharapkan mampu menjadi solusi pemecahan permasalahan
yang muncul ketika mereka belajar individual, apalagi pada saat pemahaman
konsep secara kelompok ini mereka dibimbing oleh dosen pembimbingnya.
Setelah terjadi pemahaman konsep, secara individu, mereka harus bertanggung
jawab terhadap pemahamannya karena mereka akan menyampaikan
pemahamannya kepada teman lain pada kelompok lain. Kegiatan menyajikan
pemahaman kelompok oleh individu kepada teman dari kelompok lain ini
mengharuskan mereka untuk memiliki pemahaman yang betul-betul baik agar
kelompok lain juga memiliki pemahaman yang sama dengan yang dimiliki oleh
kelompoknya sendiri. Selain pemahaman yang baik terhadap konsep yang
menjadi tugasnya, mahasiswa secara individu juga harus mempersiapkan teknik
penyajian yang baik sehingga memudahkan teman dari kelompok lain memahami
konsep yang disajikan. Pada tahap menyajikan konsep pada kelompok lain inilah



                                       3
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                    ISSN 2089-8460




berbagai strategi harus diterapkan dan berbagai perlengkapan harus disiapkan.
Model pembelajaran kooperatif ini sejalan juga dengan pendekatan maupun
metodepembelajaran bahasa seperti diungkapkan oleh Marton (1988), Johnson &
Morrow (1987), maupun Nunan (1991)
      Model pembelajaran koopertif Jigsaw seperti tercermin dalam karya Jacob,
dkk (1996), Kessler (1992), Slavin (1995), Muslimin (2005), Lie (2005) adalah
produk perspektif psikologi sosial. Konsep kunci pendekatan tersebut adalah
ketergantungan positif, yang memperhatikan persepsi tentang bagaimana
mempengaruhi dan dipengaruhi. Ide ini bermula dari pikiran Deutsch yang
menemukan bahwa ketergantungan positif mengarahkan penampilan superior.
Johnson telah memperluas pendekatan ini dengan: (1) mengembangkan cara-cara
mendorong positif interdependent, (2) mengusut struktur-struktur pembelajaran
kooperatif dalam beberapa seting, (3) mendiseminasikan konsep-konsep tersebut
pada para guru. Sistem Johnson memiliki lima unsur kunci, yakni: (1) positif
interdependent, (2) individual accountability, (3) face-to-face interaction, (4)
teaching collaborative skills, dan (5) processing group interaction. Langkah
pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada http://www.jigsaw.org/
        Dalam kaitannya dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menemukan
strategi yang tepat dalam pembelajaran mata kuliah Metode PBSI dengan
menerapkan model kooperatif jigsaw, maka permasalahan yang perlu dijawab
untuk mengetahui keefektifan penerapan model ini adalah (1) Bagaimanakah
pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa terhadap mata kuliah Metode
PBSI?, (2) Bagaimanakah penataan jigsaw yang cocok untuk membelajarkan
mahasiswa dalam pembelajaran mata kuliah Metode PBSI?, dan (3)
Bagaimanakah strategi yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan
kemampuan aplikatif mahasiswa pada mata kuliah Metode PBSI menggunakan
model kooperatif jigsaw?


Metode
        Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas
(classroom action research) karena arahnya adalah untuk memperoleh tindakan
yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa
pada matakuliah Metode PBSI. Penemuan tindakan yang tepat sangat
menguntungkan jika dilakukan dalam rangkaian tindakan yang berulang dalam
suasana kolaboratif ilmiah. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kelas A pada



                                       4
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                    ISSN 2089-8460




Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang memprogram mata kuliah
Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada semester genap tahun
ajaran 2008/2009.
        Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi (Kemmis &
McTaggart,1988; Lewin, 1946; McNiff, 1982, maupun Kasbollah, 1994). Pada
tahap perencanaan dilakukan kegiatan berupa penentuan skenario pembelajaran
yang akan diterapkan pada pelaksanaan tindakan, menyusun satuan acara
perkuliahan beserta kelengkapannya, menyusun bahan ajar yang sesuai dengan
skenario yang telah ditetapkan, menyusun instrumen penelitian (pedoman
observasi dan pedoman tes) serta menyiapkan alat yang digunakan untuk
membuat catatan lapangan. Pada tahap pelaksanaan yang digabungkan dengan
observasi/evaluasi, dilakukan kegiatan pelaksanaan pembelajaran, mengobservasi
pelaksanaan tindakan, melaksanakan tes, dan wawancara. Pada tahap refleksi,
dilakukan analisis dan pengambilan keputusan berkaitan dengan pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan.
        Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah (a)
observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data tentang strategi
pembelajaran dan model diskusi yang tepat, dan (b) tes dan unjuk kerja untuk
menggali data pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa. Selanjutnya,
data yang terkumpul diolah dengan analisis deskriptif.


Hasil
        Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2008/2009,
tepatnya minggu keempat bulan April dan minggu pertama bulan Mei 2009.
Deskripsi proses pelaksanaan tindakan dan hasil belajar yang ditemukan pada
penelitian ini akan dikemukan dengan pola pembahasan persiklus lengkap dengan
refleksinya.
        Deskripsi Proses dan Hasil pembelajaran pada siklus I
        Proses pelaksanaan tindakan pada siklus I ini mengacu pada skenario yang
dibuat sejak awal perencanaan penelitian. Pada pelaksanaan siklus ini, materi
pokok yang dibahas adalah ”metode langsung dalam pembelajaran bahasa”. Garis
besar langkah-langkah pembelajaran pada siklus ini adalah (1) setelah membuka
pembelajaran, dosen memulai dengan menjelaskan prosedur pelaksanaan
pembelajaran pada hari tersebut; (2) membentuk kelompok dengan ’teknik



                                       5
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                    ISSN 2089-8460




menghitung’; (3) membagikan materi yang berbeda untuk tiap kelompok; (4)
menegaskan sekali lagi tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok; (5) masuk
ke kelompok jigsaw untuk menjelaskan materi yang menjadi tanggung jawabnya;
(6) membuat rangkuman materi secara keseluruhan; (7) tanya jawab kelas dengan
difasilitasi oleh dosen pembimbing; (8) mengerjakan soal kuis; (9) membuat
skenariountuk mengaplikasikan metode langsung.
         Dari pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan tersebut dan juga
wawancara terhadap beberapa mahasiswa, ada beberapa temuan yang dapat
dilaporkan. Temuan-temuan itu adalah (1) Mahasiswa merasa teknik diskusi ini
lebih baik dibandingkan teknik diskusi konvensional yang biasa dilakukan.
Mereka mengatakan merasakan ada perubahan yang menantang untuk bekerja. (2)
Sebagian mahasiswa terlibat secara intens dalam kegiatan pembelajaran,
walaupun masih ada 1-2 orang yang kurang intens melakukan diskusi. Mereka ini
masih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan dengan topik
diskusi.     Mereka     kadang-kadang     berlebihan    dalam     bermain-main
maupun mengobrol yang di luar topik diskusi. Tidak jarang mereka yang
berperilaku seperti ini mengganggu temannya yang bermaksud serius. (3) Masih
ada kesan bagi sebagian kecil mahasiswa, bahwa diskusi hanyalah menyelesaikan
tugas secara berkelompok sehingga mereka cukup mempercayakan tugas tersebut
hanya kepada beberapa temannya yang sering dianggap mampu. (4) Masih
banyak mahasiswa yang belum sadar kalau mereka akan bertugas menyajikan
secara individu hasil diskusi berupa materi yang menjadi bagiannya kepada
kelompok lain secara individual. (5) Banyak mahasiswa masih ’kagok’ ketika
harus menyajikan materi secara individu. Beberapa pertanyaan dari peserta sering
juga tidak mampu diselesaikan. Hal ini tampaknya disebabkanoleh kurang siapnya
mereka, baik dalam hal pemahaman konsep maupun untuk menjadi penyaji materi
yang menjadi bagiannya. (6) Ada juga kesan dari sebagaian mahasiswa bahwa
kegiatan diskusi ini seolah-olah hanya formalitas belaka sehingga sebatas hanya
mengikuti saja. (7) Mahasiswa sepertinya merasa tidak menghadapitantangan
ketika mereka menyajikan materi kepada kelompok pendengarnya, sehingga
belum sempurna mempersiapkan diri. (8). Masih ada kelompok-kelompok yang
kurang hiterogen sehingga masih ada kelompok yang anggotanya kumpulan
mahasiswa kurang, sementara kelompok lain berkumpul mahasiswa yang
memiliki kemampuan lebih.




                                       6
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                     ISSN 2089-8460




        Dalam hal pemahaman mahasiswa terhadap konsep metode PBSI,
ditemukan rata-rata kelas sebesar 76,43. Capaian ini lebih tinggi jika
dibandingkan capaian rata-rata kelas sebelum pelaksanaan penelitian ini yang
hanya sebesar 66,53. Sementara itu, ketuntasan klasikal mencapai 67,86%. Hasil
ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw
mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep metode PBSI.
Hanya saja, tingkat capaian rata-rata kelas ini belum mencapai kriteria ketuntasan
yang telah ditetapkan yaitu 80 untuk rata-rata kelas dan minimal 80% untuk
ketuntasan klasikal.
        Dalam hal kemampuan aplikatif ditemukan rata-rata kelas sebesar 69,98.
Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan capaian rata-rata kelas sebelum
pelaksanaan penelitian ini, yang hanya mencapai 62,38. Sementara itu, ketuntasan
klasikal mencapai 64,28%. Jika dibandingkan dengan hasil sebelum pelaksanaan
penelitian, hasil ini penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif jigsaw mampu meningkatkan kemampuan aplikasitf
mahasiswa Hanya saja, tingkat capaian rata-rata kelas ini belum mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75 untuk rata-rata kelas dan minimal 75%
untuk ketuntasan klasikal.



       Refleksi siklus I
       Dari refleksi terhadap siklus I, disepakati bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa, baik
pemahamannya maupun kemampuan aplikatifnya. Mahasiswa juga dianggap
menyukai model ini. Hal ini terbukti dari hasil wawancara terhadap beberapa
mahasiswa. Mereka mengaku model ini cukup baik untuk diteruskan, tidak
mombosankan, dan menantang. Terlepas dari itu, siklus I masih menyisakan
kelemahan yang harus dicarikan jalan keluarnya. Kelemahan-kelemahan itu
adalah (1) kelompok yang dibentuk sebaiknya lebih memperhatikan hiterogenitas,
walaupun harus melalui campur tangan maupun otoritas dosen, (2) ada mahasiswa
yang perlu diberi pemahaman tugas secara lebih jelas dan pasti karena hal ini
dapat menimbulkan tidak intensnya mereka mengikuti diskusi, (3) perlu diberi
tantangan yang lebih untuk meningkatkan partisipasi dan keseriusan mereka
dalam pembelajaran, (4) motivasi masih sangat diperlukan bahkan juga komentar-




                                        7
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                     ISSN 2089-8460




komentar yang mampu mengurangi ketegangan tetapi meningkatkan pemahaman
terhadap hakikat dirinya.
        Dengan memperhatikan hal-hal yang diperoleh selama pelaksanaan dan
juga hasil tes maupun unjuk kerja mahasiswa, maka refleksi I memutuskan
melakukan tindakan II dengan perbaikan terhadap proses pelaksanaan siklus I.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk siklus II adalah (1) lebih mengintensifkan
paparan tugas kepada mahasiswa sehingga mereka meliki pemahaman tentang
tugas secara lebih baik dan lebih jelas. Kejelasan tugas ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman mereka terhadap kepastian kegiatan yang harus
dilakukan baik secara individu maupun kelompok; (2) membentuk kelompok
dengan sistem nominasi untuk mereka yang memiliki kemampuan lebih sehingga
setiap kelompok hiterogen dari segi kemampuan. Dalam hal ini, dosen
menominasikan dulu atau mendata mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih.
Mereka ini kemudian dibagi menjadi lima kelompok. Setelah setiap kelompok ada
mahasiswa yang kemampuannya lebih barulah ditentukan anggota lainnya. Dalam
hal ini, dosen langsung mengumumkan nama-nama untuk setiap kelompok. (3)
memberi motivasi (dosen menjadi motivator) sebelum dan selama siswa
berdiskusi pada kelompok ahli; (4) melakukan peer assesment untuk
meningkatkan keseriusan dalam penyajian. Peer assesment ini diharapkan mampu
memicu keseriusan dan memberi tantangan tersendiri kepada mahasiswa pada saat
mereka akan tampil menjelaskan materi yang menjadi tanggung jawabnya.



        Deskripsi Proses dan Hasil Pembelajaran pada Siklus II
        Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II ini mengacu pada hasil refleksi
pada siklus I. Pada refleksi siklus I ditetapkan ada beberapa perbaikan yang perlu
dilakukan untuk pelaksanaan siklus II. Perbaikan tersebut antari lain :
memberikan penjelasan awal mengenai tahapan pelaksanaan pembelajaran beserta
tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa, dalam hal pembentukan kelompok
yang lebih menunjukkan keheterogenan, pemberlakuan ‘peer assesment’ pada saat
penyajian hasil diskusi kepada kelompok jigsaw, dan pemberian motivasi.
         Materi pokok yang dibahas pada siklus II adalah ”pendekatan, metode,
strategi komunikatif pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia”. Garis besar
langkah-langkah pembelajaran pada siklus ini adalah sebagai berikut ini. (1)
Setelah membuka perkuliahan, dosen memulai dengan menjelaskan prosedur



                                        8
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                     ISSN 2089-8460




pelaksanaan pembelajaran pada hari tersebut, antara lain menjelaskan tahapan
kegiatan yang harus dilakukan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
mahasiswa; (2) Dosen mengumumkan pembagian kelompok dengan ’teknik
otoritas dan heterogenis’. Dalam hal ini, pengajar sudah membentuk kelompok
mahasiswa dengan mempertimbangkan kemampuan masing-masing mahasiswa
setelah mendapat masukan dari mahasiswa. Jumlah kelompok tetap lima
kelompok, dengan anggota kelompok 1 dan 3 sebanyak 5 orang, sedangkan
sisanya 6 orang; (3) Dosen membagikan materi yang berbeda untuk tiap
kelompok; (4) Kembali dosen menegaskan sekali lagi tugas yang harus dikerjakan
dalam kelompok; (5) Mahasiswa memahami dan mempersiapkan hal-hal yang
diperlukan untuk penyajian dalam kelompok ahlinya; (6) Mahasiswa masuk ke
kelompok jigsaw untuk menjelaskan materi yang menjadi tanggung jawabnya,
selanjutnya dosen mengumumkan pasangan peer assesmentnya. Misalnya Si A
dinilai oleh siapa; (7) Mahasiswa kembali kelompoknya yang semula dan
membuat rangkuman materi secara keseluruhan; (8) Tanya jawab kelas yang
difasilitasi oleh dosen pembimbing; (9) Mengerjakan soal kuis; (10) Membuat
skenario dengan mengaplikasikan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
         Dari pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan pada siklus II dan
juga wawancara terhadap beberapa mahasiswa, ada beberapa temuan yang dapat
dilaporkan. Temuan-temuan itu adalah (1) Sebagaian besar mahasiswa responden
mengaku teknik diskusi ini lebih baik dibandingkan teknik sebelumnya karena
tugasnya dan langkah-langkah kegiatan lebih jelas dan rinci. Mereka mengatakan
merasakan ada perubahan yang menantang untuk bekerja; (2) Hampir semua
mahasiswa terlibat secara intens dalam kegiatan pembelajaran. Mareka yang pada
siklus I kurang intens melakukan diskusi kini sudah terlihat ikut terlibat secara
fungsional dalam kelompoknya. Mereka ini sudah mulai tidak lagi melakukan
kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan dengan topik diskusi. Ngobrol yang di luar
kegiatan pembelajaran sudah berkurang secara drastis; (3) Mahasiswa tampaknya
sudah merasa bahwa diskusi ini bukan hanya sekadar menyelesaikan tugas secara
berkelompok. Hal ini terlihat dari perilakunya yang tidak lagi hanya cukup
mempercayakan tugas tersebut hanya kepada beberapa temannya yang sering
dianggap mampu. Mereka sudah mulai merasakan bahwa mereka sendiri yang
harus bertanggung jawab terhadap tugasnya. (4) Dengan adanya ’peer assesment’,
tanggung jawab mereka menjadi semakin besar. Mereka sadar kalau mereka akan



                                       9
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                      ISSN 2089-8460




bertugas menyajikan secara individu hasil diskusi berupa materi yang menjadi
bagiannya kepada kelompok sampai kelompok pendengarnya itu paham dengan
materi yang disajikan. Mereka tampaknya harus mengeluarkan segala
kemampuannya agar mendapat nilai yang baik dari temannya. (5) Muncul secara
tidak sadar keinginan mereka untuk berkompetisi dalam penyajian, (6) ’Kagok’
yang terjadi ketika harus menyajikan materi secara individu pada kelompok
jigsaw, apalagi mereka hanya sendiri yang bertugas menyajikan, sudah tidak
tampak lagi. Mereka tampak lebih siap untuk membagi pengetahuannya dengan
temannya tentu saja dengan harapan teman jigsawnya juga demikian adanya.
Pertanyaan dari peserta sudah sering muncul dan dijawab sesuai dengan
bagiannya walaupun masih ada jawabannya belum sempurna. Jawaban yang agak
jauh dari pertanyaan sering mendapat sorotan dari teman jigsawnya.
Umumnya, pertanyaan yang tidak terselesaikan dipecahkan secara berkelompok
atau dibawa ke kegiatan tanya jawab kelas. (7) Kesan diskusi sebagai formalitas
belaka sudah tidak tampak lagi. Mahasiswa tampak asyik baik ketika di kelompok
ahli maupun di kelompok jigsaw. (7) ’Peer assesment’ lagi-lagi menjadi alat
ampuh untuk memberi tantangan pada mahasiswa untuk tampil dan terlibat dalam
kegiatan pembelajaran secara maksimal. Hal ini tampak dari persiapan yang
dilakukan sebelum tampil. (8). Heterogenitas kelompok yang terbentuk tampak
juga berpengarug positif dalam pemahaman konsep. Tidak jarang mahasiswa yang
dianggap memliki kemampuan lebih menjadi narasumber di kelompoknya.
        Dalam hal pemahaman terhadap konsep metode PBSI, temuannya rata-rata
kelas sebesar 82,86. Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan capaian rata-rata
kelas sebelum pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebesar 66,53 maupun capaian
rata-rata kelas pada siklus I yang sebesar 76,43. Sementara itu, ketuntasan klasikal
mencapai 85,71%. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif jigsaw dengan teknik penataan kelompok berupa ”teknik
otorita heterogenitas” dipadu dengan ’peer assesment’ mampu meningkatkan
pemahaman mahasiswa terhadap pemahaman konsep metode PBSI. Tingkat
capaian rata-rata kelas ini jauh lebih tinggi dari sebelum penggunaan model
kooperatif jigsaw. Berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 80
untuk rata-rata kelas dan 80% untuk ketuntasan klasikal maka model dengan
teknik penataan diskusi ’otorita heterogenitas’ dan strategi ’peer assesment’
sudah mencapai ketuntasan dalam hal pemahaman.




                                        10
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                     ISSN 2089-8460




        Dalam hal kemampuan aplikatif, rata-rata kelasnya sebesar 77,7. Capaian
ini lebih tinggi jika dibandingkan capaian rata-rata kelas sebelum pelaksanaan
penelitian ini, yang hanya sebesar 62,38, maupun capaian pada siklus I yang
hanya sebesar 69,98. Ini berarti terjadi peningkatan rata-rata kelas sebesar 15,32
poin dari sebelum pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif jigsaw ini. Sementara itu, ketuntasan klasikal mencapai 78,57%. Jika
dibandingkan dengan hasil sebelum pelaksanaan penelitian, hasil ini penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw mampu
meningkatkan kemampuan aplikasitf mahasiswa dalam pengaplikasian konsep-
konsep metode PBSI. Tingkat capaian rata-rata kelas ini sudah mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75 untuk rata-rata kelas dan 75% untuk
ketuntasan klasikal.
        Jika dibandingkan perbedaan antara rata-rata kelas kemampuan
pemahaman konsep dengan kemampuan aplikatif mahasiswa pada siklus II ini
tampak ada perbedaan poin sebesar 5,16. Keadaan ini lebih kecil dibandingkan
dengan perbedaan poin rata-rata kelas pada siklus I yang sebesar 6,45 poin.
Sementara itu, jika dilihat dari ketuntasan klasikal antara pemahaman mahasiswa
dengan kemampuan aplikatifnya maka ada perbedaan sebesar 7,14 poin. Hasil ini
menunjukkan bahwa keadaan yang terjadi pada siklus I tampaknya terjadi pada
siklus II. Hal ini semakin menguatkan indikasi bahwa kemampuan aplikatif
mahasiswa kecenderungan lebih rendah dibandingkan dengan pemahaman
konsepnya. Kenyataan ini tampaknya sudah menjadi kesan yang umum, bahwa
penerapan lebih sulit dibandingkan dengan pemahaman konsep.
        Refleksi siklus II
        Refleksi yang telah dilakukan menyepakati bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa, baik
pemahamannya maupun kemampuan aplikatifnya. Lebih dari itu, penerapan
skenario yang direvisi sesuai dengan hasil refleksi siklus I, sudah mampu
mengantar capain prestasi mahasiswa mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kelemahan-kelemahan yang masih tampak pada siklus I seperti
masalah heterogenitas kelompok, kekurang jelasan kegiatan yang harus dilakukan
serta tugas yang harus dikerjakan, kurang tertantangnya mahasiswa dalam
mengerjakan tugas-tugasnya, serta lemahnya motivasi baik dari dosen maupun
dari dalam diri mahasiswa, sudah dapat diatasi.




                                       11
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                    ISSN 2089-8460




Pembahasan
        Hal-hal yang manarik untuk dibahas pada kesempatan ini adalah temuan-
temuan berupa peningkatan prestasi mahasiswa, perbedaan prestasi mahasiswa
dalam hal pemahaman dan aplikasi konsep, strategi kooperatif jigsaw dengan
‘peer assesment’, dan penataan kelompok diskusi dengan ‘teknik otorita
heterogenitas’.
        Prestasi mahasiswa, baik dalam hal pemahaman konsep maupun
kemampuan aplikatif yang berkaitan dengan metode pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, tampak mengalami peningkatan setelah diajarkan dengan model
kooperatif jigsaw ini. Peningkatan rata-rata kelas untuk pemahaman konsep dari
66,53 menjadi 82,86, dan untuk kemampuan aplikatif dari 62,38 menjadi 77,7,
tentu saja merupakan peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan prestasi ini
memang sudah diprediksi secara teoretis. Saling ketergantungan yang positif dan
rasa percaya kepada teman turut berperan dalam peningkatan prestasi ini. Hal ini
sejalan dengan konsep pembelajaran kooperatif yang bercirikan 1) saling
ketergantungan secara positif, (2) tanggung jawab individu, (3) pengelompokan
secara hiterogen, (4) keterampilan-keterampilan kolaboratif, dan (5) pemrosesan
interaksi kelompok.
      Sebelum penelitian ini dilakukan memang ada juga mahasiswa yang
prestasinya tinggi, tetapi jumlahnya sangat terbatas, yaitu hanya mereka yang
memiliki kemampuan lebih. Pada penilitian ini, tampak sebagaian besar
mahasiswa (tidak hanya yang pintar) sudah mampu mencapai prestasi yang
melewati batas ketuntasan. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran
kooperatif bahwa pembelajaran kooperatif cukup memberi manfaat juga
kepada pelajar (mahasiswa) yang berkemampuan kurang. Untuk pebelajar yang
memiliki kemampuan akademik rendah, manfaat belajar kooperatif adalah: (1)
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) meningkatkan harga diri, (3)
memperbaiki sikap pebelajar terhadap IPA karena terbiasa debat seperti ilmuwan,
(4) meningkatkan frekuensi kehadiran, (5) mengurangi angka putus sekolah, (6)
penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar, (7) mengurangi prilaku-
prilaku mengganggu, (8) mengurangi konflik antar pribadi, (9) mengurangi sikap
apatis, (10) meningkatkan pemahaman, (11) meningkatkan motivasi, (12)
meningkatkan hasil belajar, (13) retensi atau penyimpanan lebih lama, (14)
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. Pernyataan ini menguatkan




                                      12
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                     ISSN 2089-8460




predikasi semula bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkat prestasi jika
diaplikasikan secara efektif dengan penataan kelompok dan strategi yang tepat.
       Hal lain yang menarik untuk dibahas dalam kaitannya dengan prestasi
adalah adanya perbedaan antara pemahaman dan kemampuan aplikatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa prestasi dalam hal kemampuan aplikatif selalu
lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan pemahaman. Baik pada siklus I
maupun pada siklus II, kejadian itu tetap terjadi. Hal ini tampaknya sesuai dengan
pendapat Bloom dalam taksonomi yang dibuatnya. Bloom menempatkan aplikasi
sebagai ranah yang lebih sulit dibandingkan pemahaman. Pemahaman
ditempatkan pada tingkatan kedua sedangkan aplikasi satu tingkat di atasnya.
Fenomena menjadi menarik jika kita berpikir bagaimana caranya agar dalam hal
kemampuan aplikatif, mahasiswa bisa memperoleh prestasi yang hampir sama
sehingga tingkat ketuntasan bisa disamakan. Kajian ini perlu mendapat perhatian
dalam penelitian-penelitian berikutnya. Apakah ada strategi yang tepat untuk
mengejawahtahkan idealisme tersebut. Terlepas dari masalah itu, kemampuan
aplikatif pada tingkat ketuntasan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini
tampaknya memberi harapan dalam hal praktik mengajar mahasiswa pada saat
mereka mengikuti perkuliahan Pengajaran Mikro dan PPL nantinya. Dengan
kemampuan aplikatif dalam menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan
model yang dipakai diharapkan penampilannya saat praktik mengajar akan lebih
baik.
       Kembali kepada prestasi mahasiswa, ketuntasan, baik dalam pemahaman
maupuan kemampuan aplikatif, tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan penataan kelompok diskusi dengan teknik yang peneliti
istilahkan dengan ‘teknik otorita-heterogenitas’ dan strategi pembelajaran yang
menerapkan ‘strategi peer assesment’. Teknik otorita-heterogenitas dalam
pembentukan kelompok ini ternyata efektif menghasilkan kelompok yang
heterogen sehingga diskusi dalam kelompok ahli berjalan dengan sangat kondusif.
Berbeda dengan ‘teknik hitung random’ yang masih memungkinkan terbentuknya
kelompok yang homogen. Teknikotorita-heterogenitas yang diterapkan pada
penelitian memiliki tahapan berikut (1) menentukan nominasi mahasiswa yang
berkemampuan lebih, (2) menyebar mahasiswa yang berkemampuan lebih itu ke
dalam kelompok, (3) setelah dalam setiap kelompok memiliki anggota yang
berkemampuan lebih, barulah ditentukan anggota dari kelompok tersebut. Pada
langkah ini, terlihat otoritas dosen dalam menentukan mahasiswa berkemampuan



                                       13
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                      ISSN 2089-8460




lebih yang harus masuk ke kelompok yang telah ditentukan. Setelah kelompok
terbentuk, dalam pembelajarannya menggunakan strategi ‘peer assesment’, yaitu
penilaian oleh teman sejawat. Strategi ini digunakan pada siklus II dengan sistem
penilaian gilir satu, yaitu setiap mahasiswa dinilai oleh satu orang, dan penilai
tidak dinilai oleh yang dinilainya tetapi oleh orang lain. Teknik ini ternyata juga
cukup efektif yang berjalan dengan objektif. Anggapan yang mengatakan bahwa
kalau mahasiswa disuruh menilai temannya maka akan ada kecendrungan mereka
menilai secara tidak objektif, ternyata tidak ditemukan pada penelitian
ini. Keobjektifan dalam hala penilaian ini tampaknya disebabkan oleh strategi
jigsawnya. Dalam jigsaw, semua peserta membutuhkan informasi dari teman
lainnya. Jika teman lainnya tidak memberikan informasi yang akurat tentu
penerima informasi akan rugi. Inilah tampaknya pendorong mereka untuk berlaku
objek.


Simpulan
        Dari temuan dan bahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran pembelajaran kooperatif
jigsaw dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa
dalam perkuliahan Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Peningkatan itu dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata kelas dan ketuntasan
klasikal. Rata-rata kelas untuk pemahaman konsep meningkat dari 66,53 (refleksi
awal) menjadi 82,86 (siklus II). Rata-rata kelas untuk kemampuan aplikatif juga
meningkat dari 62,38 (refleksi awal) menjadi 77,7 (siklus II). Sementara itu,
dalam hal ketuntasan klasikal juga sudah tuntas berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Angka yang dicapai adalah 85,71% dari kriteria 80% yang telah
ditetapkan untuk pemahaman konsep dan 78,57 % dari kriteri 75% yang telah
ditetapkan untuk kemampuan aplikatif.
        Model penataan kelompok yang efektif untuk digunakan dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah ‘teknik orotira heterogenitas’, yang
dalam hal ini memperhitungkan kemampuan mahasiswa dan kehetorgenan
kelompok. Sementara itu, strategi ‘peer assesment’ dalam penerapan kooperatif
jigsaw juga efektif untuk meningkatkan partisipasi, semangat kompetensi, dan
akhirnya mempengaruhi prestasi mahasiswa. Dari temuan ini, tampak bahwa jika
ingin meningkatkan prestasi mahasiswa dalam hal pemahaman dan kemampuan
aplikatif disarankan untuk menggunakan model kooperatif jigsaw dengan



                                        14
Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012
                                                                   ISSN 2089-8460




pengelompokan menggunakan teknik otorita heterogenitas            dan    strategi
pembelajarannya menerapkan ‘teknik peer assesment’.

Daftar Rujukan
Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models
           approach. Boston: Allyn and Bacon.
Jacobs, G.M., Lee, G.S, & Ball, J. 1996. Learning Cooperative Learning via
           Cooperative Learning: A Sourcebook of Lesson Plans for Teacher Edu-
           cation on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional
           Language Center.
Jigsaw. http://www.jigsaw.org/
Johnson, Keith & Morrow, Keith. 1987. Communication in the Classroom :
           Aplications and Methods for a Communicative Approach. England :
           Longman Group Ltd.
Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Kasbollah, Kasihani. 1994. Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan. Jakarta :
           Dikti (makalah)
Kemmis, S and McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner : Deakin
           University. Deakin.
Kessler, Carolyn. 1992. Cooperating Language Learning : A Teacher’s Resource
           Book. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall Regents.
Lewin. 1946. Action Research and Minority Problems. Journal of Social Issues.
           Vol 2.
Lie Anita, 2005. Coopertive Learning( mempraktikkan cooperative learning di
           ruang-ruang kelas). Jakarta : Grasindo.
Marton, Waldemar. 1988. Methods in English Teaching : Framework and
           Options. New York : Prentice Hall.
McNiff, Jean. 1982. Action Research: principles and Practice. Macmillan
           Education Ltd. Macmillan.
Muslimin,dkk. 2000.Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas
           Negeri Surabaya.
Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodelogy : A Texbook for Teachers.
           New York : Printice Hall.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and
           Bacon.




                                     15

Contenu connexe

Tendances

Kerja kursus teknik simulasi
Kerja kursus teknik simulasiKerja kursus teknik simulasi
Kerja kursus teknik simulasiMimiey Khairiey
 
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. SyafiqBME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiqartventure ipkt
 
Kajian model assure
Kajian model assureKajian model assure
Kajian model assureAlfa Lyna
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaLaila Amru
 
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab iIsi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab iHeru Joe
 
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09Qya Dierja
 
Proposal Bahasa dan Sastra Indonesia
Proposal Bahasa dan Sastra IndonesiaProposal Bahasa dan Sastra Indonesia
Proposal Bahasa dan Sastra IndonesiaSeptriani Dewi
 
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknikBmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknikPermata_An-Nur
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuYusri Sairi
 
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendahshare with me
 
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIFTUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIFRafiza Diy
 
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum LearningPeningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learningwahyu here
 
Ppt pembelajaran terpadu model networked
Ppt pembelajaran terpadu model networkedPpt pembelajaran terpadu model networked
Ppt pembelajaran terpadu model networkedCha-cha Taulanys
 

Tendances (17)

Pembelajaran Tematik
Pembelajaran TematikPembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik
 
Artikel ptk
Artikel ptkArtikel ptk
Artikel ptk
 
Kerja kursus teknik simulasi
Kerja kursus teknik simulasiKerja kursus teknik simulasi
Kerja kursus teknik simulasi
 
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. SyafiqBME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
 
157 423-1-pb
157 423-1-pb157 423-1-pb
157 423-1-pb
 
Kajian model assure
Kajian model assureKajian model assure
Kajian model assure
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesia
 
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab iIsi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
Isi proposal skripsi bhs indonesia kak idawati bab i
 
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
 
Proposal Bahasa dan Sastra Indonesia
Proposal Bahasa dan Sastra IndonesiaProposal Bahasa dan Sastra Indonesia
Proposal Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknikBmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
70473486 modul-bmm-3117-kaedah-pengajaran-bahasa-melayu-sekolah-rendah
 
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIFTUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
TUGASAN MTE3107 : KEPENTINGAN KAEDAH KOPERATIF
 
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum LearningPeningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
 
Ppt pembelajaran terpadu model networked
Ppt pembelajaran terpadu model networkedPpt pembelajaran terpadu model networked
Ppt pembelajaran terpadu model networked
 

Similaire à Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Aplikatif Mahasiswa

Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Dedy Wiranto
 
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisUpaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisandri wahyudi
 
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)Bunyamin Yusuf
 
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahPenelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahdalilah77
 
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawModel Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawAdelia Ibrahim
 
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsawModel pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsawRobiatul Bangkawiyah
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)Susi Yanti
 

Similaire à Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Aplikatif Mahasiswa (20)

Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisUpaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)
 
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahPenelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Bagian ii
Bagian ii Bagian ii
Bagian ii
 
Bmm 3117 penulisan
Bmm 3117 penulisanBmm 3117 penulisan
Bmm 3117 penulisan
 
Bmm 3117 penulisan
Bmm 3117 penulisanBmm 3117 penulisan
Bmm 3117 penulisan
 
Bmm 3117 penulisan
Bmm 3117 penulisanBmm 3117 penulisan
Bmm 3117 penulisan
 
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawModel Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
 
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsawModel pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
 
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)
 
Nht 4
Nht 4Nht 4
Nht 4
 

Dernier

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 

Dernier (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 

Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Aplikatif Mahasiswa

  • 1. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 Penerapan Model Kooperatif Jigsaw pada Pembelajaran Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Aplikatif Mahasiswa Oleh I Gede Nurjaya (Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, UNDIKSHA) Abstrak Penelitian tindakan kelas ini dirancang menemukan strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa dalam matakuliah Metode PBSI. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kelas A, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang memprogram mata kuliah Metode PBSI pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, dan tes, sedangkan analisis datanya menggunakan teknik deskriptif-kualitatif. Dengan prosedur seperti di atas, dihasilkan temuan-temuan berikut. (1) Terjadi peningkatan prestasi mahasiswa dalam (a) kemampuan pemahaman konsep dari 66,53 menjadi 82,86, dan (b) kemampuan aplikatif dari 62,38 menjadi 77,70. Dalam hal tingkat ketuntasan dicapai angka 85,71% untuk pemahaman dan 78,57% untuk kemampuan aplikatif. (2) Model penataan diskusi yang efektif adalah dengan teknik otorita-heterogenitas. (3) Strategi dalam penerapan model kooperatif jigsaw adalah dengan memanfaatkan ‘peer assesment’. Dengan temuan ini, disarankan kepada pengasuh mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya, maupun pengasuh mata kuliah sejenisnya agar memikirkan alternatif strategi ini untuk dicobakan. Kata Kunci : kooperatif jigsaw, teknik otorita-heterogenitas, strategi peer assesment Abstract This classroom action research was designed to find out an effective learning strategy to improve students’ understanding and applicative ability in the teaching of Language and Literature Learning Methods. The subjects were the Class A students, Department of Indonesian Language and Literature who took up the course in the academic year 2008/2009. The data were collected by observation, interview, and test while the data were analyzed by descriptive-qualitative technique. By using the procedures above, the following findings were obtained. (1) there was an improvement in the students’ achievement in (a) ability to understand concepts from 66.53 to 82.86, and (b) the applicative ability , from 62.38 to 77.70. Concerning the level of mastery , the level of mastery in the students’ understanding was 85.71% and that for their applicative ability 1
  • 2. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 was 78.57%. (2) the effective discussion organization model was authority- heterogeneity . (3) the strategy in applying the jigsaw type of cooperative learning model involved the use of peer assessment. With these findings, it is suggested to the lecturer who teaches this course , particularly, and the lecturers who teach similar courses to consider using this alternative strategy. Key words: jigsaw type of cooperative learning, authority-heterogeneity, peer assessment strategy Pendahuluan Mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (MPBSI) adalah salah satu mata kuliah yang diharapkan dapat membentuk mahasiswa menjadi seorang guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Target kompetensi yang diharapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajari mata kuliah ini adalah pemahaman berbagai konsep pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dari berbagai model, metode, ataupun strategi pembelajaran, dan kemampuan mengaplikasikannya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dengan demikian, mata kuliah ini seyogyanya membekali peserta didik berbagai konsep dan keterampilan mengajar yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu, mata kuliah ini semestinya menjadi mata kuliah yang bersifat aplikatif bukan sekadar teoretis belaka. Hanya saja, untuk menjadikan mata kuliah ini sebagai bidang yang aplikatif tampaknya masih merupakan kendala yang perlu dipecahkan. Dari pengalaman membimbing mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengajaran Mikro dan pada saat mereka praktik mengajar di sekolah, kentara sekali bahwa mahasiswa lebih banyak mengetahui hal ihwal metode pengajaran bahasa secara verbalistis (teoretis).Pengetahuan mereka itupun sering kurang disertai pemahaman yang bersifat analitis apalagi praktis. Keadaan yang demikian ini menyebabkan mereka, umumnya, kurang memiliki keterampilan untuk mengaplikasikan konsep-konsep Metode PBSI dalam pembelajaran. Pemahaman konsep mereka pun ternyata kurang memadai juga. Kemampuan aplikatif mahasiswa berupa kegiatan menyusun skenario pembelajaran juga kurang. Penyebab munculnya permasalahan itu antara lain penggunaan model pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk, selain mampu memahami konsep metodelogi, juga mampu mengaplikasikannya untuk kegiatan pembelajaran. Akibat model pembelajaran 2
  • 3. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 yang belum tepat itu menimbulkan adanya keengganan mahasiswa untuk secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Kurangnya keterlibatan mahasiswa, baik secara mental maupun secara fisik, dalam pembelajaran mengakibatkan rendahnya pemahaman dan kemampuan aplikatifnya. Dengan demikian, permasalahan utama yang harus dipecahkan adalah bagaimana meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa dalam mata kuliah Metode PBSI? Untuk menanggulangi permasalahan itu, digunakanlah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw, pebelajar dikelompokkan menjadi empat atau lima orang dalam satu kelompok. Dalam pembagian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, terdapat dua jenis kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Dalam pola jigsaw ini tidak ada alasan bagi mahasiswa tidak aktif dalam diskusi karena mereka semua mendapat beban tugas yang berbeda. Tidak bisa tugas-tugas kelompok hanya dibebankan kepada satu dua orang seperti diskusi yang lazim dilaksanakan. Pola ini juga dapat menambah rasa percaya diri mahasiswa. Di lain pihak, pola ini juga menumbuhkan sikap menghargai teman karena setiap orang memiliki pengatahuan yang berbeda yang sangat diperlukan oleh semua peserta. Secara teoretis, model ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman teoretis dan kemampuan aplikatif mahasiswa dalam mata kuliah tersebut. Hal ini dimungkinkan karena model ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami konsep metode PBSI tersebut secara berkelompok. Pemahaman secara berkelompok diharapkan mampu menjadi solusi pemecahan permasalahan yang muncul ketika mereka belajar individual, apalagi pada saat pemahaman konsep secara kelompok ini mereka dibimbing oleh dosen pembimbingnya. Setelah terjadi pemahaman konsep, secara individu, mereka harus bertanggung jawab terhadap pemahamannya karena mereka akan menyampaikan pemahamannya kepada teman lain pada kelompok lain. Kegiatan menyajikan pemahaman kelompok oleh individu kepada teman dari kelompok lain ini mengharuskan mereka untuk memiliki pemahaman yang betul-betul baik agar kelompok lain juga memiliki pemahaman yang sama dengan yang dimiliki oleh kelompoknya sendiri. Selain pemahaman yang baik terhadap konsep yang menjadi tugasnya, mahasiswa secara individu juga harus mempersiapkan teknik penyajian yang baik sehingga memudahkan teman dari kelompok lain memahami konsep yang disajikan. Pada tahap menyajikan konsep pada kelompok lain inilah 3
  • 4. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 berbagai strategi harus diterapkan dan berbagai perlengkapan harus disiapkan. Model pembelajaran kooperatif ini sejalan juga dengan pendekatan maupun metodepembelajaran bahasa seperti diungkapkan oleh Marton (1988), Johnson & Morrow (1987), maupun Nunan (1991) Model pembelajaran koopertif Jigsaw seperti tercermin dalam karya Jacob, dkk (1996), Kessler (1992), Slavin (1995), Muslimin (2005), Lie (2005) adalah produk perspektif psikologi sosial. Konsep kunci pendekatan tersebut adalah ketergantungan positif, yang memperhatikan persepsi tentang bagaimana mempengaruhi dan dipengaruhi. Ide ini bermula dari pikiran Deutsch yang menemukan bahwa ketergantungan positif mengarahkan penampilan superior. Johnson telah memperluas pendekatan ini dengan: (1) mengembangkan cara-cara mendorong positif interdependent, (2) mengusut struktur-struktur pembelajaran kooperatif dalam beberapa seting, (3) mendiseminasikan konsep-konsep tersebut pada para guru. Sistem Johnson memiliki lima unsur kunci, yakni: (1) positif interdependent, (2) individual accountability, (3) face-to-face interaction, (4) teaching collaborative skills, dan (5) processing group interaction. Langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada http://www.jigsaw.org/ Dalam kaitannya dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menemukan strategi yang tepat dalam pembelajaran mata kuliah Metode PBSI dengan menerapkan model kooperatif jigsaw, maka permasalahan yang perlu dijawab untuk mengetahui keefektifan penerapan model ini adalah (1) Bagaimanakah pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa terhadap mata kuliah Metode PBSI?, (2) Bagaimanakah penataan jigsaw yang cocok untuk membelajarkan mahasiswa dalam pembelajaran mata kuliah Metode PBSI?, dan (3) Bagaimanakah strategi yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa pada mata kuliah Metode PBSI menggunakan model kooperatif jigsaw? Metode Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research) karena arahnya adalah untuk memperoleh tindakan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa pada matakuliah Metode PBSI. Penemuan tindakan yang tepat sangat menguntungkan jika dilakukan dalam rangkaian tindakan yang berulang dalam suasana kolaboratif ilmiah. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kelas A pada 4
  • 5. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang memprogram mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi (Kemmis & McTaggart,1988; Lewin, 1946; McNiff, 1982, maupun Kasbollah, 1994). Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan berupa penentuan skenario pembelajaran yang akan diterapkan pada pelaksanaan tindakan, menyusun satuan acara perkuliahan beserta kelengkapannya, menyusun bahan ajar yang sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan, menyusun instrumen penelitian (pedoman observasi dan pedoman tes) serta menyiapkan alat yang digunakan untuk membuat catatan lapangan. Pada tahap pelaksanaan yang digabungkan dengan observasi/evaluasi, dilakukan kegiatan pelaksanaan pembelajaran, mengobservasi pelaksanaan tindakan, melaksanakan tes, dan wawancara. Pada tahap refleksi, dilakukan analisis dan pengambilan keputusan berkaitan dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah (a) observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data tentang strategi pembelajaran dan model diskusi yang tepat, dan (b) tes dan unjuk kerja untuk menggali data pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa. Selanjutnya, data yang terkumpul diolah dengan analisis deskriptif. Hasil Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2008/2009, tepatnya minggu keempat bulan April dan minggu pertama bulan Mei 2009. Deskripsi proses pelaksanaan tindakan dan hasil belajar yang ditemukan pada penelitian ini akan dikemukan dengan pola pembahasan persiklus lengkap dengan refleksinya. Deskripsi Proses dan Hasil pembelajaran pada siklus I Proses pelaksanaan tindakan pada siklus I ini mengacu pada skenario yang dibuat sejak awal perencanaan penelitian. Pada pelaksanaan siklus ini, materi pokok yang dibahas adalah ”metode langsung dalam pembelajaran bahasa”. Garis besar langkah-langkah pembelajaran pada siklus ini adalah (1) setelah membuka pembelajaran, dosen memulai dengan menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran pada hari tersebut; (2) membentuk kelompok dengan ’teknik 5
  • 6. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 menghitung’; (3) membagikan materi yang berbeda untuk tiap kelompok; (4) menegaskan sekali lagi tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok; (5) masuk ke kelompok jigsaw untuk menjelaskan materi yang menjadi tanggung jawabnya; (6) membuat rangkuman materi secara keseluruhan; (7) tanya jawab kelas dengan difasilitasi oleh dosen pembimbing; (8) mengerjakan soal kuis; (9) membuat skenariountuk mengaplikasikan metode langsung. Dari pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan tersebut dan juga wawancara terhadap beberapa mahasiswa, ada beberapa temuan yang dapat dilaporkan. Temuan-temuan itu adalah (1) Mahasiswa merasa teknik diskusi ini lebih baik dibandingkan teknik diskusi konvensional yang biasa dilakukan. Mereka mengatakan merasakan ada perubahan yang menantang untuk bekerja. (2) Sebagian mahasiswa terlibat secara intens dalam kegiatan pembelajaran, walaupun masih ada 1-2 orang yang kurang intens melakukan diskusi. Mereka ini masih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan dengan topik diskusi. Mereka kadang-kadang berlebihan dalam bermain-main maupun mengobrol yang di luar topik diskusi. Tidak jarang mereka yang berperilaku seperti ini mengganggu temannya yang bermaksud serius. (3) Masih ada kesan bagi sebagian kecil mahasiswa, bahwa diskusi hanyalah menyelesaikan tugas secara berkelompok sehingga mereka cukup mempercayakan tugas tersebut hanya kepada beberapa temannya yang sering dianggap mampu. (4) Masih banyak mahasiswa yang belum sadar kalau mereka akan bertugas menyajikan secara individu hasil diskusi berupa materi yang menjadi bagiannya kepada kelompok lain secara individual. (5) Banyak mahasiswa masih ’kagok’ ketika harus menyajikan materi secara individu. Beberapa pertanyaan dari peserta sering juga tidak mampu diselesaikan. Hal ini tampaknya disebabkanoleh kurang siapnya mereka, baik dalam hal pemahaman konsep maupun untuk menjadi penyaji materi yang menjadi bagiannya. (6) Ada juga kesan dari sebagaian mahasiswa bahwa kegiatan diskusi ini seolah-olah hanya formalitas belaka sehingga sebatas hanya mengikuti saja. (7) Mahasiswa sepertinya merasa tidak menghadapitantangan ketika mereka menyajikan materi kepada kelompok pendengarnya, sehingga belum sempurna mempersiapkan diri. (8). Masih ada kelompok-kelompok yang kurang hiterogen sehingga masih ada kelompok yang anggotanya kumpulan mahasiswa kurang, sementara kelompok lain berkumpul mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih. 6
  • 7. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 Dalam hal pemahaman mahasiswa terhadap konsep metode PBSI, ditemukan rata-rata kelas sebesar 76,43. Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan capaian rata-rata kelas sebelum pelaksanaan penelitian ini yang hanya sebesar 66,53. Sementara itu, ketuntasan klasikal mencapai 67,86%. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep metode PBSI. Hanya saja, tingkat capaian rata-rata kelas ini belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 80 untuk rata-rata kelas dan minimal 80% untuk ketuntasan klasikal. Dalam hal kemampuan aplikatif ditemukan rata-rata kelas sebesar 69,98. Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan capaian rata-rata kelas sebelum pelaksanaan penelitian ini, yang hanya mencapai 62,38. Sementara itu, ketuntasan klasikal mencapai 64,28%. Jika dibandingkan dengan hasil sebelum pelaksanaan penelitian, hasil ini penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw mampu meningkatkan kemampuan aplikasitf mahasiswa Hanya saja, tingkat capaian rata-rata kelas ini belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75 untuk rata-rata kelas dan minimal 75% untuk ketuntasan klasikal. Refleksi siklus I Dari refleksi terhadap siklus I, disepakati bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa, baik pemahamannya maupun kemampuan aplikatifnya. Mahasiswa juga dianggap menyukai model ini. Hal ini terbukti dari hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa. Mereka mengaku model ini cukup baik untuk diteruskan, tidak mombosankan, dan menantang. Terlepas dari itu, siklus I masih menyisakan kelemahan yang harus dicarikan jalan keluarnya. Kelemahan-kelemahan itu adalah (1) kelompok yang dibentuk sebaiknya lebih memperhatikan hiterogenitas, walaupun harus melalui campur tangan maupun otoritas dosen, (2) ada mahasiswa yang perlu diberi pemahaman tugas secara lebih jelas dan pasti karena hal ini dapat menimbulkan tidak intensnya mereka mengikuti diskusi, (3) perlu diberi tantangan yang lebih untuk meningkatkan partisipasi dan keseriusan mereka dalam pembelajaran, (4) motivasi masih sangat diperlukan bahkan juga komentar- 7
  • 8. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 komentar yang mampu mengurangi ketegangan tetapi meningkatkan pemahaman terhadap hakikat dirinya. Dengan memperhatikan hal-hal yang diperoleh selama pelaksanaan dan juga hasil tes maupun unjuk kerja mahasiswa, maka refleksi I memutuskan melakukan tindakan II dengan perbaikan terhadap proses pelaksanaan siklus I. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk siklus II adalah (1) lebih mengintensifkan paparan tugas kepada mahasiswa sehingga mereka meliki pemahaman tentang tugas secara lebih baik dan lebih jelas. Kejelasan tugas ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mereka terhadap kepastian kegiatan yang harus dilakukan baik secara individu maupun kelompok; (2) membentuk kelompok dengan sistem nominasi untuk mereka yang memiliki kemampuan lebih sehingga setiap kelompok hiterogen dari segi kemampuan. Dalam hal ini, dosen menominasikan dulu atau mendata mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih. Mereka ini kemudian dibagi menjadi lima kelompok. Setelah setiap kelompok ada mahasiswa yang kemampuannya lebih barulah ditentukan anggota lainnya. Dalam hal ini, dosen langsung mengumumkan nama-nama untuk setiap kelompok. (3) memberi motivasi (dosen menjadi motivator) sebelum dan selama siswa berdiskusi pada kelompok ahli; (4) melakukan peer assesment untuk meningkatkan keseriusan dalam penyajian. Peer assesment ini diharapkan mampu memicu keseriusan dan memberi tantangan tersendiri kepada mahasiswa pada saat mereka akan tampil menjelaskan materi yang menjadi tanggung jawabnya. Deskripsi Proses dan Hasil Pembelajaran pada Siklus II Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II ini mengacu pada hasil refleksi pada siklus I. Pada refleksi siklus I ditetapkan ada beberapa perbaikan yang perlu dilakukan untuk pelaksanaan siklus II. Perbaikan tersebut antari lain : memberikan penjelasan awal mengenai tahapan pelaksanaan pembelajaran beserta tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa, dalam hal pembentukan kelompok yang lebih menunjukkan keheterogenan, pemberlakuan ‘peer assesment’ pada saat penyajian hasil diskusi kepada kelompok jigsaw, dan pemberian motivasi. Materi pokok yang dibahas pada siklus II adalah ”pendekatan, metode, strategi komunikatif pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia”. Garis besar langkah-langkah pembelajaran pada siklus ini adalah sebagai berikut ini. (1) Setelah membuka perkuliahan, dosen memulai dengan menjelaskan prosedur 8
  • 9. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 pelaksanaan pembelajaran pada hari tersebut, antara lain menjelaskan tahapan kegiatan yang harus dilakukan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa; (2) Dosen mengumumkan pembagian kelompok dengan ’teknik otoritas dan heterogenis’. Dalam hal ini, pengajar sudah membentuk kelompok mahasiswa dengan mempertimbangkan kemampuan masing-masing mahasiswa setelah mendapat masukan dari mahasiswa. Jumlah kelompok tetap lima kelompok, dengan anggota kelompok 1 dan 3 sebanyak 5 orang, sedangkan sisanya 6 orang; (3) Dosen membagikan materi yang berbeda untuk tiap kelompok; (4) Kembali dosen menegaskan sekali lagi tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok; (5) Mahasiswa memahami dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk penyajian dalam kelompok ahlinya; (6) Mahasiswa masuk ke kelompok jigsaw untuk menjelaskan materi yang menjadi tanggung jawabnya, selanjutnya dosen mengumumkan pasangan peer assesmentnya. Misalnya Si A dinilai oleh siapa; (7) Mahasiswa kembali kelompoknya yang semula dan membuat rangkuman materi secara keseluruhan; (8) Tanya jawab kelas yang difasilitasi oleh dosen pembimbing; (9) Mengerjakan soal kuis; (10) Membuat skenario dengan mengaplikasikan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dari pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan pada siklus II dan juga wawancara terhadap beberapa mahasiswa, ada beberapa temuan yang dapat dilaporkan. Temuan-temuan itu adalah (1) Sebagaian besar mahasiswa responden mengaku teknik diskusi ini lebih baik dibandingkan teknik sebelumnya karena tugasnya dan langkah-langkah kegiatan lebih jelas dan rinci. Mereka mengatakan merasakan ada perubahan yang menantang untuk bekerja; (2) Hampir semua mahasiswa terlibat secara intens dalam kegiatan pembelajaran. Mareka yang pada siklus I kurang intens melakukan diskusi kini sudah terlihat ikut terlibat secara fungsional dalam kelompoknya. Mereka ini sudah mulai tidak lagi melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan dengan topik diskusi. Ngobrol yang di luar kegiatan pembelajaran sudah berkurang secara drastis; (3) Mahasiswa tampaknya sudah merasa bahwa diskusi ini bukan hanya sekadar menyelesaikan tugas secara berkelompok. Hal ini terlihat dari perilakunya yang tidak lagi hanya cukup mempercayakan tugas tersebut hanya kepada beberapa temannya yang sering dianggap mampu. Mereka sudah mulai merasakan bahwa mereka sendiri yang harus bertanggung jawab terhadap tugasnya. (4) Dengan adanya ’peer assesment’, tanggung jawab mereka menjadi semakin besar. Mereka sadar kalau mereka akan 9
  • 10. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 bertugas menyajikan secara individu hasil diskusi berupa materi yang menjadi bagiannya kepada kelompok sampai kelompok pendengarnya itu paham dengan materi yang disajikan. Mereka tampaknya harus mengeluarkan segala kemampuannya agar mendapat nilai yang baik dari temannya. (5) Muncul secara tidak sadar keinginan mereka untuk berkompetisi dalam penyajian, (6) ’Kagok’ yang terjadi ketika harus menyajikan materi secara individu pada kelompok jigsaw, apalagi mereka hanya sendiri yang bertugas menyajikan, sudah tidak tampak lagi. Mereka tampak lebih siap untuk membagi pengetahuannya dengan temannya tentu saja dengan harapan teman jigsawnya juga demikian adanya. Pertanyaan dari peserta sudah sering muncul dan dijawab sesuai dengan bagiannya walaupun masih ada jawabannya belum sempurna. Jawaban yang agak jauh dari pertanyaan sering mendapat sorotan dari teman jigsawnya. Umumnya, pertanyaan yang tidak terselesaikan dipecahkan secara berkelompok atau dibawa ke kegiatan tanya jawab kelas. (7) Kesan diskusi sebagai formalitas belaka sudah tidak tampak lagi. Mahasiswa tampak asyik baik ketika di kelompok ahli maupun di kelompok jigsaw. (7) ’Peer assesment’ lagi-lagi menjadi alat ampuh untuk memberi tantangan pada mahasiswa untuk tampil dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran secara maksimal. Hal ini tampak dari persiapan yang dilakukan sebelum tampil. (8). Heterogenitas kelompok yang terbentuk tampak juga berpengarug positif dalam pemahaman konsep. Tidak jarang mahasiswa yang dianggap memliki kemampuan lebih menjadi narasumber di kelompoknya. Dalam hal pemahaman terhadap konsep metode PBSI, temuannya rata-rata kelas sebesar 82,86. Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan capaian rata-rata kelas sebelum pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebesar 66,53 maupun capaian rata-rata kelas pada siklus I yang sebesar 76,43. Sementara itu, ketuntasan klasikal mencapai 85,71%. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw dengan teknik penataan kelompok berupa ”teknik otorita heterogenitas” dipadu dengan ’peer assesment’ mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap pemahaman konsep metode PBSI. Tingkat capaian rata-rata kelas ini jauh lebih tinggi dari sebelum penggunaan model kooperatif jigsaw. Berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 80 untuk rata-rata kelas dan 80% untuk ketuntasan klasikal maka model dengan teknik penataan diskusi ’otorita heterogenitas’ dan strategi ’peer assesment’ sudah mencapai ketuntasan dalam hal pemahaman. 10
  • 11. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 Dalam hal kemampuan aplikatif, rata-rata kelasnya sebesar 77,7. Capaian ini lebih tinggi jika dibandingkan capaian rata-rata kelas sebelum pelaksanaan penelitian ini, yang hanya sebesar 62,38, maupun capaian pada siklus I yang hanya sebesar 69,98. Ini berarti terjadi peningkatan rata-rata kelas sebesar 15,32 poin dari sebelum pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw ini. Sementara itu, ketuntasan klasikal mencapai 78,57%. Jika dibandingkan dengan hasil sebelum pelaksanaan penelitian, hasil ini penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif jigsaw mampu meningkatkan kemampuan aplikasitf mahasiswa dalam pengaplikasian konsep- konsep metode PBSI. Tingkat capaian rata-rata kelas ini sudah mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75 untuk rata-rata kelas dan 75% untuk ketuntasan klasikal. Jika dibandingkan perbedaan antara rata-rata kelas kemampuan pemahaman konsep dengan kemampuan aplikatif mahasiswa pada siklus II ini tampak ada perbedaan poin sebesar 5,16. Keadaan ini lebih kecil dibandingkan dengan perbedaan poin rata-rata kelas pada siklus I yang sebesar 6,45 poin. Sementara itu, jika dilihat dari ketuntasan klasikal antara pemahaman mahasiswa dengan kemampuan aplikatifnya maka ada perbedaan sebesar 7,14 poin. Hasil ini menunjukkan bahwa keadaan yang terjadi pada siklus I tampaknya terjadi pada siklus II. Hal ini semakin menguatkan indikasi bahwa kemampuan aplikatif mahasiswa kecenderungan lebih rendah dibandingkan dengan pemahaman konsepnya. Kenyataan ini tampaknya sudah menjadi kesan yang umum, bahwa penerapan lebih sulit dibandingkan dengan pemahaman konsep. Refleksi siklus II Refleksi yang telah dilakukan menyepakati bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa, baik pemahamannya maupun kemampuan aplikatifnya. Lebih dari itu, penerapan skenario yang direvisi sesuai dengan hasil refleksi siklus I, sudah mampu mengantar capain prestasi mahasiswa mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kelemahan-kelemahan yang masih tampak pada siklus I seperti masalah heterogenitas kelompok, kekurang jelasan kegiatan yang harus dilakukan serta tugas yang harus dikerjakan, kurang tertantangnya mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya, serta lemahnya motivasi baik dari dosen maupun dari dalam diri mahasiswa, sudah dapat diatasi. 11
  • 12. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 Pembahasan Hal-hal yang manarik untuk dibahas pada kesempatan ini adalah temuan- temuan berupa peningkatan prestasi mahasiswa, perbedaan prestasi mahasiswa dalam hal pemahaman dan aplikasi konsep, strategi kooperatif jigsaw dengan ‘peer assesment’, dan penataan kelompok diskusi dengan ‘teknik otorita heterogenitas’. Prestasi mahasiswa, baik dalam hal pemahaman konsep maupun kemampuan aplikatif yang berkaitan dengan metode pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, tampak mengalami peningkatan setelah diajarkan dengan model kooperatif jigsaw ini. Peningkatan rata-rata kelas untuk pemahaman konsep dari 66,53 menjadi 82,86, dan untuk kemampuan aplikatif dari 62,38 menjadi 77,7, tentu saja merupakan peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan prestasi ini memang sudah diprediksi secara teoretis. Saling ketergantungan yang positif dan rasa percaya kepada teman turut berperan dalam peningkatan prestasi ini. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran kooperatif yang bercirikan 1) saling ketergantungan secara positif, (2) tanggung jawab individu, (3) pengelompokan secara hiterogen, (4) keterampilan-keterampilan kolaboratif, dan (5) pemrosesan interaksi kelompok. Sebelum penelitian ini dilakukan memang ada juga mahasiswa yang prestasinya tinggi, tetapi jumlahnya sangat terbatas, yaitu hanya mereka yang memiliki kemampuan lebih. Pada penilitian ini, tampak sebagaian besar mahasiswa (tidak hanya yang pintar) sudah mampu mencapai prestasi yang melewati batas ketuntasan. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran kooperatif bahwa pembelajaran kooperatif cukup memberi manfaat juga kepada pelajar (mahasiswa) yang berkemampuan kurang. Untuk pebelajar yang memiliki kemampuan akademik rendah, manfaat belajar kooperatif adalah: (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) meningkatkan harga diri, (3) memperbaiki sikap pebelajar terhadap IPA karena terbiasa debat seperti ilmuwan, (4) meningkatkan frekuensi kehadiran, (5) mengurangi angka putus sekolah, (6) penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar, (7) mengurangi prilaku- prilaku mengganggu, (8) mengurangi konflik antar pribadi, (9) mengurangi sikap apatis, (10) meningkatkan pemahaman, (11) meningkatkan motivasi, (12) meningkatkan hasil belajar, (13) retensi atau penyimpanan lebih lama, (14) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. Pernyataan ini menguatkan 12
  • 13. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 predikasi semula bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkat prestasi jika diaplikasikan secara efektif dengan penataan kelompok dan strategi yang tepat. Hal lain yang menarik untuk dibahas dalam kaitannya dengan prestasi adalah adanya perbedaan antara pemahaman dan kemampuan aplikatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi dalam hal kemampuan aplikatif selalu lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan pemahaman. Baik pada siklus I maupun pada siklus II, kejadian itu tetap terjadi. Hal ini tampaknya sesuai dengan pendapat Bloom dalam taksonomi yang dibuatnya. Bloom menempatkan aplikasi sebagai ranah yang lebih sulit dibandingkan pemahaman. Pemahaman ditempatkan pada tingkatan kedua sedangkan aplikasi satu tingkat di atasnya. Fenomena menjadi menarik jika kita berpikir bagaimana caranya agar dalam hal kemampuan aplikatif, mahasiswa bisa memperoleh prestasi yang hampir sama sehingga tingkat ketuntasan bisa disamakan. Kajian ini perlu mendapat perhatian dalam penelitian-penelitian berikutnya. Apakah ada strategi yang tepat untuk mengejawahtahkan idealisme tersebut. Terlepas dari masalah itu, kemampuan aplikatif pada tingkat ketuntasan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini tampaknya memberi harapan dalam hal praktik mengajar mahasiswa pada saat mereka mengikuti perkuliahan Pengajaran Mikro dan PPL nantinya. Dengan kemampuan aplikatif dalam menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan model yang dipakai diharapkan penampilannya saat praktik mengajar akan lebih baik. Kembali kepada prestasi mahasiswa, ketuntasan, baik dalam pemahaman maupuan kemampuan aplikatif, tidak terlepas dari penerapan model pembelajaran kooperatif dengan penataan kelompok diskusi dengan teknik yang peneliti istilahkan dengan ‘teknik otorita-heterogenitas’ dan strategi pembelajaran yang menerapkan ‘strategi peer assesment’. Teknik otorita-heterogenitas dalam pembentukan kelompok ini ternyata efektif menghasilkan kelompok yang heterogen sehingga diskusi dalam kelompok ahli berjalan dengan sangat kondusif. Berbeda dengan ‘teknik hitung random’ yang masih memungkinkan terbentuknya kelompok yang homogen. Teknikotorita-heterogenitas yang diterapkan pada penelitian memiliki tahapan berikut (1) menentukan nominasi mahasiswa yang berkemampuan lebih, (2) menyebar mahasiswa yang berkemampuan lebih itu ke dalam kelompok, (3) setelah dalam setiap kelompok memiliki anggota yang berkemampuan lebih, barulah ditentukan anggota dari kelompok tersebut. Pada langkah ini, terlihat otoritas dosen dalam menentukan mahasiswa berkemampuan 13
  • 14. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 lebih yang harus masuk ke kelompok yang telah ditentukan. Setelah kelompok terbentuk, dalam pembelajarannya menggunakan strategi ‘peer assesment’, yaitu penilaian oleh teman sejawat. Strategi ini digunakan pada siklus II dengan sistem penilaian gilir satu, yaitu setiap mahasiswa dinilai oleh satu orang, dan penilai tidak dinilai oleh yang dinilainya tetapi oleh orang lain. Teknik ini ternyata juga cukup efektif yang berjalan dengan objektif. Anggapan yang mengatakan bahwa kalau mahasiswa disuruh menilai temannya maka akan ada kecendrungan mereka menilai secara tidak objektif, ternyata tidak ditemukan pada penelitian ini. Keobjektifan dalam hala penilaian ini tampaknya disebabkan oleh strategi jigsawnya. Dalam jigsaw, semua peserta membutuhkan informasi dari teman lainnya. Jika teman lainnya tidak memberikan informasi yang akurat tentu penerima informasi akan rugi. Inilah tampaknya pendorong mereka untuk berlaku objek. Simpulan Dari temuan dan bahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif mahasiswa dalam perkuliahan Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Peningkatan itu dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal. Rata-rata kelas untuk pemahaman konsep meningkat dari 66,53 (refleksi awal) menjadi 82,86 (siklus II). Rata-rata kelas untuk kemampuan aplikatif juga meningkat dari 62,38 (refleksi awal) menjadi 77,7 (siklus II). Sementara itu, dalam hal ketuntasan klasikal juga sudah tuntas berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Angka yang dicapai adalah 85,71% dari kriteria 80% yang telah ditetapkan untuk pemahaman konsep dan 78,57 % dari kriteri 75% yang telah ditetapkan untuk kemampuan aplikatif. Model penataan kelompok yang efektif untuk digunakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah ‘teknik orotira heterogenitas’, yang dalam hal ini memperhitungkan kemampuan mahasiswa dan kehetorgenan kelompok. Sementara itu, strategi ‘peer assesment’ dalam penerapan kooperatif jigsaw juga efektif untuk meningkatkan partisipasi, semangat kompetensi, dan akhirnya mempengaruhi prestasi mahasiswa. Dari temuan ini, tampak bahwa jika ingin meningkatkan prestasi mahasiswa dalam hal pemahaman dan kemampuan aplikatif disarankan untuk menggunakan model kooperatif jigsaw dengan 14
  • 15. Stilistetika Tahun I Volume 1, Nopember 2012 ISSN 2089-8460 pengelompokan menggunakan teknik otorita heterogenitas dan strategi pembelajarannya menerapkan ‘teknik peer assesment’. Daftar Rujukan Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models approach. Boston: Allyn and Bacon. Jacobs, G.M., Lee, G.S, & Ball, J. 1996. Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning: A Sourcebook of Lesson Plans for Teacher Edu- cation on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Center. Jigsaw. http://www.jigsaw.org/ Johnson, Keith & Morrow, Keith. 1987. Communication in the Classroom : Aplications and Methods for a Communicative Approach. England : Longman Group Ltd. Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Kasbollah, Kasihani. 1994. Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan. Jakarta : Dikti (makalah) Kemmis, S and McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner : Deakin University. Deakin. Kessler, Carolyn. 1992. Cooperating Language Learning : A Teacher’s Resource Book. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall Regents. Lewin. 1946. Action Research and Minority Problems. Journal of Social Issues. Vol 2. Lie Anita, 2005. Coopertive Learning( mempraktikkan cooperative learning di ruang-ruang kelas). Jakarta : Grasindo. Marton, Waldemar. 1988. Methods in English Teaching : Framework and Options. New York : Prentice Hall. McNiff, Jean. 1982. Action Research: principles and Practice. Macmillan Education Ltd. Macmillan. Muslimin,dkk. 2000.Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodelogy : A Texbook for Teachers. New York : Printice Hall. Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon. 15