Buku ini merangkum artikel-artikel penulis tentang kontroversi tokoh dan peristiwa sejarah Indonesia dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono yang disebabkan oleh manipulasi rezim Orde Baru untuk melegitimasi kekuasaannya. Buku ini mencoba meluruskan pemahaman sejarah dengan mengungkap mitos dan rekayasa yang diciptakan.
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Contoh Resensi buku
1. Oct. 22 RESENSI BUKU
Judul : Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi Pelaku dan Peristiwa
Penulis : Asvi Warman Adam
Penerbit : Kompas, PT. Kompas Media Nusantara
Tahun : 2009
Tebal :257 halaman
Buku ini merupakan kumpulan artikel Dr. Asvi Warman Adam yang pernah terbit di Harian
Kompas. Lalu ditambah lagi dengan satu tulisan lagi dari Koran lain tentang Supriyadi. Asvi Warman
Adam menulis tentang sejarah dengan sisi lain dan menguraikannya menjadi suatu kebenaran
sejarah yang selama ini ditutupi tirani kekuasaan Orde Baru. Dengan bahasa yang lugas, Asvi
mengemukakan berbagai kontroversi tentang sejarah dan mengupasnya satu-persatu.
Buku ini menyinggung enam tokoh yang pernah menjadi Presiden RI dari Soekarno sampai
Susilo Bambang Yudhoyono. Kalau RI (Republik Indonesia) dianggap sebagai suatu kesinambungan
dari tahun 1945 sampai sekarang, maka ada dua nama lagi yang perlu karena mereka pernah
menjalankan fungsi Presiden (walaupun hanya dalam hitungan bulan) yaitu Mr. Sjafruddin
Prawiranegara dan Mr. Assaat. Sjafruddin yang menjadi ketua PDRI dengan ibu kota Bukittinggi dan
Mr. Assaat yang menjadi Presiden RI saat Soekarno menjadi Presiden RIS. Tentu juga ada tokoh-
tokoh lain seperti Agus Salim yang mengajarkan kita bagaimana menjadi manusia merdeka, Sunario
yang sangat tebal rasa kebangsaannya, Natsir perdana menteri yang tekenal dengan Mosi
Integralnya, serta Hoegeng jendral polisi yang sulit ditandingi kejujurannya.
Asvi berpendapat sejarah tidak terlepas dari kekuasaan. Penguasa memerlukan sejarah
sebagai legitimasi. Untuk itu dilakukan pembengkokan sejarah seperti yang terjadi pada era Orde
Baru melalui kurikulum serta buku pelajaran sejarah, museum, monument, film dan berbagai
peringatan. Dengan buku ini Peneliti Utama LIPI ini ingin meluruskan berbagai rekayasa sejarah yang
sengaja dibuat rezim Orde Baru untuk melanggengkan kekuasaanya. Lahirnya Pancasila dan
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah dua contoh rekayasa yang sudah diluruskan.
Polemik tentang pengangkatan Pahlawan Nasional pun dihadirkan dalam buku ini. Mengapa
ada seorang yang dianggat menjadi Pahlawan Nasional namun sebagian lagi tidak dianggat (oleh
Presiden)?. Jika betul daftar Pahlawan Nasional adalah album perjuangan segenap anak bangsa,
mangapa etnis Tionghoa tidak terwakili. Pahlawan Nasional yang bersinggungan dengan kelompok
kiri pun seolah dilenyapkan dalam daftar Pahlawan Nasional, seperti Tan Malaka dan Alimin.
Penulis yang lulus doctor sejarah dari EHESS Paris tahun 1990 ini juga meneliti tentang
masalah-masalah ASEAN, Vietnam dan Kamboja. Setelah 1998 dia sering menulis tentang rekayasa
sejarah Orde Baru dan historiografi Indonesia dari prespektif korban. Sayangnya, buku ini hanya
memuat sejarah pasca era Kebangkitan Nasional sampai Reformasi. Padahal perjalanan bangsa ini
sudah dimulai dengan berdirinya berbagai kerjaan di Nusantara sejak abad ke-4 masehi. Sejarah era
tersebut juga masih banyak menimbulakan kontroversi, seperti pusat kerajaan Majapahit yang
belum jelas, asal Walisongo yang masih diperdebatkan para ahli dan beberapa mitos-mitos sejarah
lainnya. Akan tetapi buku Asvi ini telah banyak membongkar mitos-mitos sejarah yang diciptakan
oleh Orde Baru, sehingga kita kita bisa melihat sejarah dengan lebih manusiawi.
Karya Julio Mukhlishin
Kelas XII-K2