1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sains merupakan bagian dari kehidupan umat manusia dan begitupun sebaliknya bahwa
kehidupan manusia merupakan bagian dari pembelajaran sains. Kimia sebagai bagian yang terintegrasi
dengan pembelajaran sains mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
konsep-konsep kimia secara sistematis melalui pengalaman belajar yang lebih mendalam. Hal ini sesuai
dengan hakikat tujuan pendidikan sains yaitu untuk mengantarkan siswa mengetahui dan menguasai
konsep-konsep sains untuk dapat menghadapi dan memecahkan permasalahan-permasalahan sains yang
terkait dengan siswa dalam kehidupannya. Pelajaran kimia perlu diajarkan kepada siswa untuk membekali
mereka tentang pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi.
Pelajaran kimia merupakan pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh siswa SMA kelas X, XI IPA dan
XII IPA. Oleh karena itu, metode dan media pembelajaran yang tepat akan menghasilkan siswa yang
berprestasi.
Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu propinsi di Indonesia dengan tingkat dan mutu
pendidikan yang sangat merosot untuk beberapa Tahun terakhir, hal ini bisa dilihat dari rekapan hasil
Ujian Nasionalnya yang cukup memprihatinkan. Hasil Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2007/2008
menempatkan Propinsi Nusa Tenggara (NTT) di urutan ke-33 alias nomor buntut dari 33 Propinsi di
Indonesia. Seperti dipaparkan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Propinsi NTT, Ir.
Thobias Uly, hasil UN tingkat SMP tahun ajaran 2005/2006 mencapai 63,18%, tahun ajaran 2006/2007
mencapai 64,96% dan tahun 2007/2008 turun menjadi 46,36%. Hasil UN tingkat SMA tahun ajaran
2005/2006 mencapai 70%, tahun 2006/2007 turun menjadi 62,08% dan tahun 2007/2008 mencapai
62,75% (Pos Kupang, 2009).
Posisi NTT secara nasional ini melahirkan penilaian bahwa mutu pendidikan NTT paling rendah
secara nasional. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Nusa Tenggara Timur Klemens Meba
mengakui mutu pendidikan di daerah NTT masih memprihatinkan. Hasil kelulusan mulai dari tingkat SD,
SMP, dan SMA, serta SMK pada ujian nasional 2011/2012 cukup memprihatinkan karena masih
menempati nomor buntut dari 33 propinsi di Indonesia (Media Indonesia, 2011).
Rendahnya mutu pendidikan di NTT cukup dipengaruhi oleh tenaga pendidik dan proses belajar
mengajar yang di buatnya, dalam hal ini mencakup metode dan media pembelajaran yang disajikannya.
Oleh karena itu perlu adanya terobosan-terobosan baru yang lebih efektif dan efisien dalam hal
merangsang minat dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pembangunan masa sekarang kini dan masa yang akan datang menuntut perubahan kurikulum
dan pengajaran secara terus-menerus terutama yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perkembangan tersebut makin lama makin menghasilkan teknologi yang canggih dan
berkembang secara pesat. Kemajuan tersebut membawa perubahan-perubahan pada layanan pendidikan
sehingga kemajuan teknologi harus bisa diterima. Hal itu sejalan dengan ungkapan bahwa dunia dewasa
ini berada di era informasi, sehingga hampir dalam segala aspek perasalahan, manusia mempergunakan
teknologi informasi sebagai alat bantu dalam memecahkan masalah (Siagaan, 1993).
Multimedia merupakan salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus
ditanggapi dengan positif dan dimanfaatkan sebaik mungkin, terutama dalam bidang pendidikan .
Multimedia dalam ilmu pengetahuan mencakup beberapa aspek yang saling bersinergi, yakni teks, grafik,
gambar statis, animasi, film dan suara. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa penggunaan multimedia
dalam pembelajaran menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Penelitian tersebut antara
lain yang dilakukan oleh Francis M. Dwyer. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa setelah lebih dari
tiga hari pada umumnya manusia dapat mengingat pesan yang disampaikan melalui tulisan sebesar 10%,
pesan audio 10%, visual 30% dan apabila ditambah dengan melakukan, maka akan mencapai 80%.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka multimedia interaktif dapat dikatakan sebagai media yang
mempunyai potensi yang sangat besar dalam membantu proses pembelajaran (Ariasdi, 2009).
Penelitian ini juga sejalan dengan visi dan misi SMA negeri 6 yang sangat membutuhkan
perkembangan IPTEK dalam era globalisasi yang sangat cepat dan era informasi dan meningkatkan
pengelolaan KBM untuk meningkatkan mutu lulusan siswa dan prosentase kelulusan; meningkatkan
prestasi akademik dan non akademik. Dasar pemikiran lain yang diperhatikan adalah rendahnya KKM
untuk matapelajaran kimia dan meningkatnya ketidak naikan kelas untuk kelas XI, yakni untuk tahun
2008 mencapai 7 orang dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 8 orang. Khusus untuk kelas XI IPA
pada tahun 2010 ada 2 orang yang tidak naik kelas (SMA N. 6 Kupang, 2009).
2. Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan suatu jenjang pendidikan yang sangat perlu
diperhatikan dalam pembelajaran untuk pendidikan sains khususnya mata pelajaran kimia. Pelajaran
kimia adalah salah satu mata pelajaran dasar pada siswa kelas XI SMA yang harus didalami dan
dikuasainya sebagai salah satu pelajaran inti dari bidangnya termasuk matematika, bilogi dan fisika.
Tingkat kesulitan pelajaran untuk matapelajaran kimia Kelas XI IPA bertambah dibandingkan pada
materi pelajaran kimia kelas X, dan sebelumnya kimia terintegrasi pada pelajaran sains di SD dan untuk
tingkat SMP hanya berupa pengenalan secara umum. Sebagai mata pelajaran yang membutuhkan
pemahaman mendalam, maka guru harus berusaha lebih keras untuk memotivasi siswa mempelajari
konsep-konsep kimia. Tanpa minat dan motivasi belajar yang tinggi, maka konsep-konsep kimia akan
terasa sulit untuk dipahami oleh siswa dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.
Oleh karena itu, guru harus berupaya untuk lebih kreatif dalam mendesain bahan ajar yang diajarkan
dalam pembelajaran, sehingga menarik untuk disimak oleh siswa.
Materi-materi kimia yang diajarkan untuk kelas XI SMA walaupun masih bersifat dasar tetapi
materinya sudah cukup sulit untuk dipahami lebih luas, karena pelajaran kimia selain bersifat abstrak juga
dibutuhkan kemampuan intelektual lebih baik dalam mengolah data, baik hitungan maupun analisis. Oleh
karena itu diperlukan suatu metode yang cocok sehingga konsep-konsep pada materi ajar kimia ini
mutlak harus dipahami oleh siswa secara menyeluruh karena akan terus diimplementasikan pada konsep-
konsep kimia pada semester dan kelas berikutnya. Berdasarkan hal tersebut, maka guru harus bisa
memvisualisasikan konsep ini agar bisa dipahami siswa secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong.
Guru berupaya membuat media pembelajaran yang bisa memvisualisasikan konsep-konsep kimia
sekaligus juga memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih mendalam.
Dari uraian diatas maka timbul pertanyaan, bagaimana agar pemahaman dan keterampilan siswa
lebih meningkat dalam proses pembelajaran. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan metode demonstrasi dengan bantuan media
animasi dan video pada materi pokok Larutan Asam Basa untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2011/2012”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah prestasi belajar siswa yang diajarkan menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan
media animasi dan video pada materi pokok Larutan Asam Basa lebih tinggi dari prestasi belajar
siswa yang menggunakan metode ceramah pada kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran
2011/2012?
2. Apakah minat belajar siswa yang diajarkan menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media
animasi dan video pada materi pokok Larutan Asam Basa lebih tinggi dari prestasi belajar siswa yang
menggunakan metode ceramah pada kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2011/2012?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prestasi belajar kimia siswa yang diajar menggunakan metode demonstrasi
dengan bantuan media animasi dan video pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun
Ajaran 2011/2012
2. Untuk mengetahui minat belajar kimia siswa yang diajar menggunakan metode demonstrasi
dengan bantuan media animasi dan video pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun
Ajaran 2011/2012
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Untuk membantu siswa dalam meningkatkan minat dan prestasi belajarnya untuk memahami
konsep kimia
2. Bagi guru
a. Sebagai masukan bagi guru untuk menentukan metode dalam mengajar yang dapat
menumbuhkan minat dan prestasi belajar siswa.
b. Memancing kreatifitas guru untuk mendesain media pembelajaran dari animasi dan video.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian akan memberikan sumbangan yang berarti bagi sekolah, dalam memperbaiki
proses pembelajaran khususnya pembelajaran Kimia.
3. 1.5 Defenisi Operasional
1. Metode demonstrasi ialah suatu metode mengajar menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu pada siswa (Yudhie, 2008)
2. Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu
guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar
(siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili
guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa.
3. Multimedia merupakan sistem komunikasi interaktif berbasis banyak media yang mampu
menciptakan, menyimpan, menyajikan, dan mengakses kembali informasi teks, grafik, suara, dan
video atau animasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Pembelajaran
2.1.1. Konsep Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek atau Metha yang berarti melalui dan “Hadas”
artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia kontemporer pengertian metode adalah cara
kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya
(Poerwadarminta, 1999).
Sedangkan secara terminologi atau istilah, menurut Muzayyin Arifin dalam Nasution (1999),
bahwa metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara
teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari beberapa
pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri.
Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang
guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai hasil yang diharapkan,
hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat
untuk dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai
hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Untuk itu dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan; sifat dari pelajaran, alat-alat
yang tersedia, besar atau kecilnya kelas, tempat dan lingkungan, kesanggupan guru, banyak atau
sedikitnya materi, tujuan mata pelajaran.
Pengertian pengajaran itu sendiri dapat ditinjau dari segi bahasa dan istilah. Secara bahasa kata
pengajaran adalah bentuk kata kejadian dari dasar ajar dengan mendapat konfiks pen-an yang berarti
barang apa yang dikatakan orang supaya diketahui dan dituruti. Pengajaran berasal dari kata ajar di
tambah awalan pe dan akhiran an. Sehingga menjadi kata pengajaran yang berarti proses penyajian
bahan pelajaran. Pengajaran merupakan pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai
pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.
Dari pengertian di atas, terdapat unsur subtansial pengajaran yang meliputi: pengajaran adalah
upaya pemindahan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada
orang lain yang belum atau tidak mengetahui melalui suatu proses belajar mengajar. Proses pengajaran
yang dilakukan mengacu pada tiga aspek, yaitu penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap
tertentu sesuai dengan isi proses belajar mengajar tersebut. Jadi pengajaran secara bahasa yaitu hal apa
yang dikatakan orang supaya diketahui. Secara istilah para ahli pendidikan berbeda pendapat dalam
memberikan definisi tentang pengajaran. Ada yang mengatakan bahwa pengertian antara pengajaran dan
pendidikan itu mirip atau sama dan ada pula yang mengatakan bahwa antara pengajaran dan pendidikan
itu memiliki arti yang berbeda.
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari suatu generasi yang tua
untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada
generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, pendidikan
bertujuan agar menggunakan segala kemampuan yang ada padanya, baik fisik, intelektual, emosional,
4. maupun psikomotornya untuk menghadapi tantangan hidup dan mengatasi kesulitan-kesulitan dan
hambatan-hambatan sepanjang perjalanan hidup. Dengan demikian pendidikan adalah sebagai
bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju kedewasaan (Nasution, 1999).
Adapun yang dimaksud dengan pengajaran adalah cara atau mengajar, jalan mengajar yakni
memberikan pelajaran berupa ilmu pengetahuan. Pengajaran yang diberikan secara sistematis dan
metodis adalah membentuk menusia terpelajar. Sedangkan pendidikan adalah menanamkan laku dan
perbuatan terus menerus berulangkali terus menerus sehingga menjadi kebutuhan. Walaupun ada
perbedaan antara pengajaran dan pendidikan, pada hakikatnya pengajaran mempunyai persamaan dengan
pendidikan, yakni pengajaran sesungguhnya juga menanamkan, membentuk kebiasaan yaitu kebiasaan
berfikir menurut cara tertentu. Dilihat dari segi ini pengajaran adalah juga pendidikan, tetapi tidak dapat
dikatakan pendidikan adalah pengajaran, sebab pendidikan lebih luas isinya dari pengajaran. Seperti sapi
dengan hewan, sapi adalah hewan, tetapi hewan bukanlah sapi saja. Berarti pengajaran adalah
pendidikan, tetapi pendidikan bukan pengajaran saja.
Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode pengajaran adalah suatu
usaha atau cara yang dilakukan oleh guru (pendidik) dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa yang bertujuan agar murid dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan
mudah secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut dapat
tercapai dengan baik.
2.1.2. Macam-Macam Metode Pengajaran
Banyak metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Untuk memilih metode-metode
mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, terlebih dahulu penulis akan
menyebutkan macam-macam metode pengajaran. Metode-metode yang digunakan dalam pengajaran
yaitu: Metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, kerja kelompok, demonstrasi dan
eksperimen, sosio drama, problem solving, sistem regu, latihan, karyawisata dan simulasi. Berdasarkan
pendapat ahli pendidikan, maka sesuai dengan judul penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan
menjelaskan lebih rinci macam metode yakni metode demonstrasi; yang meliputi pengertian metode
demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, kebaikan dan kelemahan metode demonstrasi serta
cara mengatasi kelemahannya (Poerwadarminta, 1999).
2.2 Metode Demonstrasi
2.2.1. Pengertian metode demonstrasi
Metode secara harfiah berarti cara dalam pemakain yang umum, metode diartikan sebagai cara
melakukan sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-
konsep secara sistematis. Metode juga diartikan sebagai cara, bukan langkah atau prosedur. Kata prosedur
lebih bersifat teknis administrative atau taksonomis. Seolah-olah mendidik atau mengajar hanya diartikan
cara mengandung implikasi mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik
di dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.
Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa metode secara umum adalah cara
yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu hal, seperti menyampaikan mata pelajaran. Metode
demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan memperagakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan
sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.
Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana
seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu atau
keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing murid.
2.2.2. Langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi
2.2.2.1. Perencanaan
1) Rumuskan dengan jelas kecakapan dan atau ketrampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa
sesudah demonstrasi itu dilakukan.
2) Menyiapkan alat-alat yang tepat yang dipergunakan.
3) Menyiapkan siswa agar dapat mengamati proses demonstrasi secara jelas.
4) Menyediakan waktu yang dibutuhkan. Waktu untuk memberi kesempatan siswa mengajukan
pertanyaan selama dan sesudah demonstrasi.
5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.
6) Rancangan evaluasi pelaksanaan.
7) Siapkan panduan pengamatan berupa daftar cek yang akan digunakan siswa untuk mengamati
jalannya demonstrasi.
5. 2.2.2.2. Pelaksanaan
1) Awali demonstrasi dengan penjelasan peristiwa
2) Tunjukan media pembelajaran yang dipakai dalam demonstrasi
3) Perlihatkan penggunaan alat-media pembelajaran tersebut beserta proses atau cara kerjanya.
4) Usahakan demonstrasi dapat diikuti atau diamati oleh semua murid
5) Tumbuhkan sikap kritis pada saat mengamati demontrasi.
6) Berilah kesempatan pada setiap anak untuk mencoba sehingga anak merasa yakin tentang suatu
proses.
7) Doronglah siswa untuk mengamati demonstrasi secara seksama dengan memanfaatkan daftar cek
yang dibagikan kepada siswa untuk memberi tanda sesuai langkah kerja yang ditentukan dalam
demonstrasi tersebut.
2.2.2.3. Penutup/follow up
Setelah demonstrasi selesai rangkumlah segala keterangan tadi di samping itu juga
berikanlah tugas-tugas kepada murid baik tertulis atau lisan.
1) Membuat karangan tentang hal yang baru saja diamati,
2) Membuat laporan setelah mengikuti demonstrasi,
3) Menceritakan kembali tentang hal yang baru saja diamati, dan
4) Mengerjakan tugas-tugas dan sebagainya. Dengan demikian kita dapat menilai sejauh mana
demontrasi dipahami oleh murid.
2.2.3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Metode Demontrasi
1) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
2) Posisi demonstrator harus dilihat semua siswa.
3) Disarankan kepada siswa untuk membuat catatan seperlunya.
4) Alat-alat yang akan digunakan ditempatkan pada posisi yang tepat sehingga memudahkan
demonstrator saat akan menggunakannya.
2.2.4. Keuntungan Metode Demonstrasi
1) Penggunaan metode demonstrasi mampu mengurangi pengertian anak yang bersifat
verbalistik
2) Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pengajar,
sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting. Perhatian siswa lebih dipusatkan pada
proses belajar.
3) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau
mendengarkan keterangan guru karena siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil
pengamatannya.
4) Bila siswa aktif dalam demonstrasi, maka siswa akan memperoleh pengalaman praktek untuk
mengembangkan keterampilan.
5) Memberikan kesempatan siswa sehingga dapat berfikir secara cermat dan kritis.
6) Penggunaan metode demonstrasi memberikan pengalaman belajar bagi siswa mengenai
langkah-langkah atau prosedur penguasaan suatu keterampilan tanggan atau keterampilan
motorik tertentu
7) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa akan dapat dijawab pada
waktu mengamati proses demonstrasi.
2.2.5. Kelemahan Metode Demonstrasi
Metode demontrasi, apabila diterapkan dalam pembelajaran, disamping terdapat sejumlah
kebaikan, terdapat kelamahan, yakni:
1) Kurang efisien waktu
2) Memerlukan fasilitas yang tidak sedikit
3) Demontrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah minat dimana siswa
sendiri yang melakukan dan menjadikan minat itu pengalaman yang berharga.
4) Demontrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemontrasikan tidak
dapat diamati secara seksama oleh siswa.
5) Tidak semua hal dapat didemontrasikan didalam kelas, misalnya alat yang sangat besar atau
yang jauh berada di kelas.
6) Bila guru kurang dapat menggunakan alat-media pembelajaran yang dipakai maka akan
menghambat jalannya pelajaran.
6. 2.2.6. Cara Mengatasi Kelemahan
Bila memperhatikan kelemahan-kelemahan diatas seorang guru kadang-kadang merasa ragu
untuk menggunakan metode demontrasi. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas seorang pengajar
atau guru harus dapat mengatasi kelemahan dengan cara:
1) Menetapkan garis besar langkah-langkah demontrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya
sebelum demontrasi dilakukan oleh guru-guru sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal
pada waktunya.
2) Merumuskan tujuan dengan jelas dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat
dicapai bila demontrasi telah berakhir.
3) Selama demonstrasi berlangsung kita bertanya pada diri kita sendiri apakah:(1) keterangan-
keterangan itu dapat didengar dengan jelas oleh siswa. (2) alat itu telah ditempatkan pada posisi
yang baik sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas
4) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan. Apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan
siswa memajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demontrasi.
5) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan murid. Sering kali perlu terlebih dahulu diadakan
diskusi-diskusi dan siswa mencobakan lagi demontrasi agar memperoleh kecekatan yang lebih
baik (Yudhie, 2008).
2.3 Media Pambelajaran
2.3.1. Konsep tentang media pembelajaran
2.3.1.1. Media dalam pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu
guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa).
Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru
menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara
baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru (Mustikasari,
2008).
Berdasarkan ciri utama atau krakteristiknya, media dikalisifikasikan menjadi 3 unsir pokok, yaitu
suara, bentuk visual, dan gerak. Masing-masing unsur pokok yang dikandung media masih dapat serinci
lagi sehingga pada akhirrnya dikemukakan ada 7 klasifikasi media, yaitu: media cetak, media audio,
media visual diam, media visual gerak, media audio semi gerak, media audio visual diam, dan media
audio visual gerak.
Ada juga ahli yang mengelompokan media kedalam media transmisi dan media rekaman. Media
transmisi mencakup radio dan televisi. Sedangkan media rekaman mencakup media kaset audio dan kaset
video ahli lain melakukan pengelompokan media kedalam media cetek dan media non cetak. Media cetak
dapat berupa buku, modul brosur, atau surat kabar. Sedangkan media non cetak dikelompokan lagi
kedalam: media transmisi, media proyeksi, media rekaman dan media berbasis computer.
Tabel 2.1 Pengklasifikasian Media
Klasifikasi Jenis media
Media yang diproyeksikan Overheat Transparency, slide, opaque
Media yang tidak diproyeksikan Realita, model, bahan grafis, display
Media rekaman Kaset audio dan kaset video
Media berbasis computer Computer-assisted instruction
Multimedia kit Perangkat praktikum
Media berbasis jaringan Internet
Sumber: Mustikasari 2008
Media pembelajaran merupakan suatu wadah yang digunakan untuk menyalurkan materi
pembelajaran pada siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa TV, radio, dan komputer merupakan
wahana fisik yang dapat digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran. Dalam kaitan ini perlu
diperhatiakn bagaimana memilih media pembelajaran dengan baik sehingga kegitan pembelajaran
menjadi kegiatan yang menyenangkan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar .
7. 2.3.1.2. Fungsi dan manfaat media pembelajaran
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara pengajar
dengan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien serta dapat terarah.
Sedangkan jika dilihat secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah: penyampaian materi
pembelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi dalam kaitannya dengan waktu dan tenaga, meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa, media memungkinkan proses belajar dilakukan di mana dan kapan saja,
media menumbuhkan sikap positif siswa pada materi dan proses belajar, serta peran guru lebih produktif
(Mustikasari, 2008).
2.3.2. Media Pembelajaran Multimedia
2.3.2.1. Pengertian multimedia pembelajaran
Multimedia berasal dari kata: multi, yang berarti banyak dan media berasal dari bahasa Latin
yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara
atau pengantar. Sehingga multimedia dapat didefinisikan sebagai pengantara atau pengantar dalam jumlah
yang banyak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa multimedia dapat berupa carta, gambar, grafis,
slide, video, animasi, internet, rekaman audio, dan masih banyak lagi.
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara,
gambar, animasi dan video dengan alat bantu dan koneksi. Multimedia sering digunakan dalam dunia
hiburan. Selain dari dunia hiburan, multimedia juga diadopsi oleh dunia game (Wikipedia, 2011).
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks,
grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi. Multimedia terbagi menjadi dua
kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah multimedia yang
tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh penguna. Multimedia ini
berjalan sekuensial. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan pengontrol,
sehingga pengguna memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Sedangkan pembelajaran
diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Jadi dalam
pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian minat mental siswa
dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yangbersifat relatif
konstan.
Aspek penting dalam minat belajar adalah lingkungan, dimana lingkungan diciptakan dengan
menata unsur-unsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Apabila kedua konsep tersebut
digabungkan maka multimedia pembelajaran diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan
dalam proses pembelajran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang piliran,
perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan
dan terkendali.
2.3.2.2. Manfaat Multimedia Pembelajaran
Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih
interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses
atau kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, serta sikap belajar peserta
didik dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dan berkualitas. Keunggulan dari sebuah multimedia
pembelajaran, yaitu:
1) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri,
elektron dll.
2) Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah,
rumah, gunung.
3) Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang.
4) Menyajikan benda atau peristiwa berbahaya, seperti ular, harimau.
5) Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
2.3.2.3. Karakteristik media dalam multimedia pembelajaran
Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia
pembelajaran harus memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti: tujuan, materi, strategi dan juga
evaluasi pembelajaran. Karakteristik multimedia pembelajaran adalah: memiliki lebih dari satu media
yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual, bersifat interaktif, dalam pengertian
memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna, dan bersifat mandiri, yakni memberi
kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna tanpa bimbingan oran lain.
8. Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi
fungsi sebagai berikut: memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin, memberikan
siswa kesempatan mengontrol laju belajarnya sendiri, memperhatikan bahwa siswa mengikuti urutan
yang koheren dan terkendalikan, dan mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna
dalam bentuk respon atau tanggapan, baik berupa jawaban, percobaan dan lain-lain.
2.3.2.4. Format multimedia pembelajaran
a. Tutorial
Format sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam penyampaian materinya
dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur.
Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan
grafik. Pada saat yang tepat, yaitu ketika dianggap bahwa pengguna telah membaca,
menginterpretasikan dan menyerap konsep itu, diajukan serangkaian pertanyaan atau tugas. Jika
jawaban atau respon pengguna benar, kemudian dilanjutkan dengan materi berikutnya. Kemudian
pada bahagian akhir akan diberikan serangkaian pertanyaaan yang merupakan tes untuk mengukur
tingkat pemahamn pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.
b. Drill dan practise
Format ini dimaksudkan untuk melatih pegguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu
keterampilan atau memperkuat penguasaan sutu konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau
pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan makan soal atau
pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda-beda.
c. Simulasi
Multimedia pembelajaran dengan format ini mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi
di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat terbang, dimana pengguna seolah-olah
melakukan minat menerbangkan pesawat, menjalankan usaha kecil, atau pengendalian pembangkit
listrik dan lain-lain. Pada dasarnya format ini mencoba memberikan pengalaman masalah dunia nyata
yang biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti pesawat yang akan jatuh atau menabrak,
peusahaan akan bangkrut, atau terjadi malapetaka nuklir.
d. Percobaan atau eksperimen
Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang
bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program
menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau
eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen- eksperimen lain
berdasarkan petunjuk tersebut. dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan
eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut.
e. Permaianan
Tentu saja bentuk permaianan yang disajikan di sini tetap mengacu pada proses pembelajaran
dan dengan program multimedia berforat ini diharapkan akan terjadi minat belajar sambil bermain.
Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar (Samodra,
2011).
2.3.3. Microsoft Powerpoint
Microsoft Powerpoint adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program
aplikasi di bawah Microsoft Office. Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya
pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam Microsoft Office. Jadi pada waktu penginstalan
program Microsoft Office dengan sendirinya program ini akan terinstal.
Keuntungan lain dari program ini adalah sederhananya tampilan ikon-ikon. Ikon-ikon
pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon Microsoft Word yang sudah dikenal oleh
kebanyakan pemakai komputer. Pemakai tidak harus mempelajari kimia. Dengan ikon yang dikenal dan
pengoprasian tanpa bahasa program maka hambatan lain dari pembelajaran dengan komputer dapat
dikurangi yaitu hanbatan pengetahuan teknis dan teori.
2.3.3.1 Memasukkan Teks, Gambar, Suara, Animasi dan Video
Fasilitas yang penting dari program aplikasi ini adalah fasilitas untuk menampilkan teks. Cara
memasukan teks ke dalam program aplikasi ini cukuip sederhana. Sesudah pemakai menghidupkan
komputer dan masuk program Power point dan sesudah memilih jenis tampilan layar maka pemakai dapat
menekan menu insert sesudah itu akan muncul berbagai pilihan, salah satu adalah insert textbox. Tekan
menu ini dan akan muncul kotak teks di dalam tampilan presentasi.
Untuk memasukan gambar langkahnyapun sama dengan cara memasukkan teks. Pertama tekan
menu insert sesudah itu pilih menu insert picture. Sesudah menu ini dipilih akan muncul dua pilihan from
9. file ... dan from clip art... Apabila pemrogram ingin memasukkan gambar dari file maka tekan pilihan
pertama.
Suara dan video merupakan dua fasilitas yang disediakan oleh Microsoft Powerpoint yang sangat
mendukung pemrograman pembelajaran bahasa. Untuk memasukkan video tekan menu insert dan
selanjutnya tekan menu movies and sounds. Maka akan muncul dua pilihan untuk masing-masing. Untuk
suara (sounds) akan muncul sounds from file dan sounds from Gallery demikian pula untuk movies akan
muncul pilihan Movies from file atau Movies from Gallery. Pemrogram tinggal memilih jenis file yang
akan dimasukkan.
2.3.3.2 Membuat tampilan menarik
Tampilan yang manarik akan meningkatkan minat dan motivasi pembelajar untuk menjalankan
program. Ada beberapa fasilitas yang disediakan untuk membuat tampilan menarik. Fasilitas yang
pertama adalah background. Ada beberapa jenis background yang ditawarkan, yang pertama adalah
warna, yang kedua dengan memberi tekstur dan yang ketiga adalah memasang gambar dari file sendiri.
Langkah pemasangan background adalah dengan menekan menu format dan kemudian menekan
menu background. Sesudah itu akan muncul pilihan background fill, more color dan fill effects. Apabila
pemrogram ingin memilih warna yang sudah ada maka tekan apply, apabila ingin memilih warna sendiri
tekan more color, pilih warna dan tekan apply, dan apabila ingin memberi tekstur atau gambar sendiri
maka tekan fill effects, pilih gambar dan tekan apply.
Fasilitas lain yang akan membuat tampilan lebih menarik adalah fasilitas animas. Fasilitas
animasi ini memungkinkan gambar atau objek lain tampil dari arah yang berbeda atau dengan cara yang
berbeda. Objek bisa melayang dari atas, bawah, kanan, kiri, atau dari sudut. Objek juga bisa muncul dari
tengah atau dari pinggir. Pembuatan animasi dimulai dengan memilih objek yang akan dibuat animasi
dengan cara mengklik objek itu. Sesudah itu pilih menu slide show dan kemudian memilih menu custom
animation. Sesudah menekan menu itu akan muncul berbagai pilihan diantaranya order and timing untuk
mengatur urutan dan waktu tampil ke layar dan juga pilihan effects. Fasilitas yang lain adalah fasilitas
tambahan untuk membuat tampilan program lebih menarik dan mudah digunakan (ILCIC, 2000).
2.3.4. Media Animasi
Media animasi merupakan peralatan elektronik digital yang dapat memproses suatu masukan
untuk menghasilkan suatu keluaran yang bekerja secara digital. Media animasi adalah hasil teknologi
modern yang membuka kemungkinan-kemungkinan yang besar alat pendidikan (Nasution, 1999).
Berbagai inovasi pembelajaran dengan upaya perluasan bahan ajar telah memposisikan komputer sebagai
alat yang memberikan kontribusi yang positif dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran kimia.
Komputer dapat melakukan sejumlah kegiatan untuk membantu guru. Media animasi dapat
mengindividualisir pengajaran, melaksanakan manajemen pengajaran, mengajarkan konsep,
melaksanakan perhitungan, dan menstimulir belajar siswa.
Salah satu keuntungan dari program ini adalah sederhananya tampilan ikon-ikon. Ikon-ikon
pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon pada Microsoft Word yang sudah dikenal oleh
kebanyakan pemakai komputer. Program yang dihasilkanpun lebih menarik. Program ini dilengkapi
dengan animasi yang bukan hanya berlaku pada teks saja tetapi juga pada gambar bangun ruang, garis,
grafik dan sebagainya sehingga merupakan program yang cukup interaktif. Inilah yang bisa dilakukan
pada media animasi yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran (Ardi, 2007).
2.3.5. Media video
Multimedia telah mengalami perkembangan konsep sejalan dengan berkembangnya teknologi
pembelajaran. Ketika teknologi komputer belum dikenal, konsep multimedia sudah dikenal yakni dengan
mengintegrasikan berbagai unsur media, seperti: cetak, kaset audio, video dan slide suara. Unsur-unsur
tersebut dikemas dan dikombinasikan untuk menyampaikan suatu topik materi pelajaran tertentu.
Kekuatan salah satu unsur media dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan media lainnya. Misalnya,
penjelasan yang tidak cukup disampaikan dengan teks tertulis seperti cara mengucapkan sesuatu, maka
dibantu oleh media audio. Demikian juga materi visualisasi dan gerak, maka dibantu dengan video.
2.3.5.1 Kelebihan media video
a. Memaparkan keadaan riel dari suatu proses, fenomena atau kejadian
b. Sebagai bagian terintegrasi dengan media lain seperti teks atau gambar, video dapat memperkaya
pemaparan.
c. Sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah psikomotor.
d. Kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat menyampaikan pesan
dibandingkan media text.
e. Menunjukkan dengan jelas suatu langkah prosedural
10. 2.3.5.2 Kelemahan media video
a. Video mungkin saja kehilangan detil dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu
mengingat detil dari scene ke scene.
b. Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui text
sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi.
2.3.6. Kemasan bahan ajar dengan media animasi dan video
Media Video yang menggunakan komputer untuk mengkombinasi suara, gambar, tulisan dan
animasi secara terintegrasi dan mempresentasikan. Bahan ajar menjadi menarik dan mempercepat
pemahaman bahan ajar manakala bahan ajar dikemas dengan media yang menggunakan komputer.
Komputer menghadirkan bahan ajar dari dunia nyata ke ruang pelajaran dengan menggunakan media
Handycam dan Kamera Digital serta program aplikasi seperti Power Point, Word, Macromedia Flash MX
2004.
Bahan ajar yang di kemas dalam bentuk slide menggunakan program aplikasi Power Point
harus di tunjang dengan Microsoft Word untuk membuat dan memasukkan simbol-simbol rumus dan
kimia yang kemudian dimasukkan ke dalam tampilan slide presentation. Program Microsoft Exel, untuk
mengolah angka dengan menggunakan fungsi-fungsi hitungan dan operasi hitung kemudian dimasukkan
ke dalam slide. Untuk membuat animasi pada slide dimasukkan program aplikasi Macromedia Flash MX
2004 pada slide.
Tujuan dan harapan utama setelah diadakan pelaksanaan penambahan media pembelajaran
ternyata dapat meningkatkan ketertarikan dan membantu pemahaman siswa terhadap materi yang
diberikan, hal ini dapat dilihat dari data jawaban kuisener yang mana siswa menyukai pembelajaran
kimia, dan juga ketika ditanyakan siswa makin tertarik dan menyukai bahan ajar yang diberikan.
Dari hasil evaluasi metode pembelajaran melalui kuesiner, dengan pola pembelajaran yang
diberikan juga dapat meningkatkan kerja sama dan motivasi belajar siswa. Pemberian tugas presentasi
dan kasus dapat meningkatkan siswa dalam mengemukan pikiran dan perasaan secara lisan dan tulisan
dengan baik. Selain itu siswa juga merasa memiliki etika profesi dan pengalaman dalam pergaulan
masyarakat industri lebih baik, hal ini merupakan dampak dari pengalaman siswa selama mencari kasus
di industri. Penambahan media pembelajaran juga dapat menambah sasaran kompetensi mata pelajaran
yang dapat tercapai. Tentunya hal ini juga dapat meningkatkan kompetensi pada lulusan.
2.4 Pembelajaran Kimia
Kimia termasuk dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang untuk
pemahamannya sangat abstrak atau perlu adanya imajinasi yang kuat dari siswa sehingga dengan media
Video maka siswa akan lebih mudah memahami kimia itu sendiri. Bahan ajar dari dunia nyata dihadirkan
dalam ruang kelas, maka bahan ajar harus dikemas menggunakan Media Video yang mudah didapatkan
dengan mendownload melalui media Website (Internet) dari situs Youtube.com, Chem-is-try.org, atau
bisa juga melalui Google.com. Selain itu Media Video bisa juga berupa Handycam, untuk
mengkombinasikan suara, gambar, tulisan, dan animasi kimia.
Kimia merupakan mata pelajaran yang cukup sulit bagi siswa SMA khususnya kelas XI, karena
sebelumnya kimia terintegrasi pada pelajaran sains di SD dan SMP serta pemahaman yang tidak terlalu
menyeluruh pada kelas X. Sebagai mata pelajaran baru, guru harus berusaha lebih keras untuk
memotivasi siswa mempelajari konsep-konsep kimia. Tanpa minat dan motivasi belajar yang tinggi, maka
konsep-konsep kimia sulit untuk dipahami oleh siswa dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Guru harus berupaya untuk mendesain pembelajaran kimia yang menarik (Depdiknas, 2007).
Berdasarkan pengamatan pada suatu proses pembelajaran dan penilaian dari Satuan Acara
Pembelajaran, mata pelajaran yang diajarkan pada SMA selama ini memperlihatkan bahwa metode yang
digunakan selalu berupa ceramah, diskusi dan tanya jawab. SAP belum memadai dari rumusan metode
pembelajaran, evaluasi dan sumber bacaan/referensi.
Metode ceramah, diskusi dan tanya jawab serta media yang digunakan belum cukup untuk
menghasilkan siswa-siswa yang memiliki kompetensi yang mampu menganalisis, inovatif, adaptif,
fleksibel, kreatif, berkomunikasi serta mampu memahami kimia dengan baik. Mel Silberman mengatakan
bahwa “Apa yang saya dengar, saya lupa”, “apa yang saya lihat, saya ingat”, dan “Apa yang saya
lakukan, saya paham”. Metode demonstrasi dengan Media Video ini berorientasi kepada kemampuan
kognitif (pengetahuan), afektif, dan psikomotorik (keterampilan).
Materi-materi kimia untuk kelas XI IPA SMA merupakan materi yang cukup sulit untuk
dipahami karena selain bersifat abstrak juga butuh pemahaman atau kemampuan intelektual lebih dalam
mengolah data, baih hitungan maupun analisis. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang cocok
11. sehingga konsep-konsep ini mutlak harus dipahami siswa secara menyeluruh karena akan terus
diimplementasikan pada konsep-konsep kimia berikutnya (Depdiknas, 2007).
Konsep-konsep dalam kimia merupakan konsep yang abstrak. Guru harus bisa memvisualisasikan
konsep ini agar bisa dipahami siswa secara menyeluruh. Guru berupaya membuat media pembelajaran
yang bisa memvisualisasikan konsep-konsep sains dan memotivasi siswa untuk mempelajarinya.
2.5 Penerapan Metode Demonstrasi dengan bantuan Media Animasi Video
Untuk menerapkan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video pada materi
kimia, langkah-langkah yang harus dipahami dan digunakan terdiri dari perencanaan, uji coba dan
pelaksanaan dan diakhiri dengan adanya evaluasi.
Pada penerapan metode pembelajaran terencana dalam hal ini metode pembelajaran demonstrasi,
hal pertama yang sangat perlu untuk diperhatikan adalah kesiapan pengajar baik dalam penguasaan materi
maupun kesiapan dalam memperagakan alat-alat yang digunakan dan harus dikuasai dengan baik.
Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan metode
demonstrasi dan menyiapkan alat demonstrasi berupa media pembelajaran dan media animasi
tentang materi kimia.
2) Guru mendemonstrasikan materi pembelajaran dengan media animasi dan video tentang materi
pembelajaran kimia secara baik sampai siswa memahami dengan baik apa yang disampaikan oleh
guru
3) Menyiapkan media pembelajaran manual tentang materi kimia dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperagakan dengan media pembelajaran manual apa yang siswa sudah lihat dan
pahami dan dengan dituntun oleh guru
4) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi kimia kemudian siswa
menjawab pertanyaan guru dengan media pembelajaran manual tentang materi kimia yang ada
5) Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menyimpulkan hasil demonstrasi materi
pembelajaran dengan media animasi yang dilakukan dengan kata-kata dan pemahaman siswa
sendiri.
6) Guru menyimpulkan secara umum hasil demonstrasi materi pembelajaran dengan media animasi
tentang materi pembelajaran kimia yang dilakukan.
2.6 Hipotesis
Ho = Minat dan prestasi belajar siswa yang diajarkan menggunkan metode demonstrasi dengan bantuan
media animasi dan video lebih kecil atau sama dengan siswa yang diajarkan menggunakan
menggunakan metode ceramah pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran
2011/2012.
H1 = Minat dan prestasi belajar siswa yang diajarkan menggunkan metode demonstrasi dengan bantuan
media animasi dan video lebih tinggi dari siswa yang diajarkan menggunakan menggunakan
metode ceramah pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2011/2012.
12. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 6 Kupang, Kota Kupang, Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja. Meskipun pemilihannya
secara sengaja bukannya tanpa alasan logis, misalnya SMA Negeri 6 Kupang telah memiliki alat
pendukung media pembelajaran (media animasi dan video) yang disajikan peneliti, yakni komputer dan
LCD.
Adapun kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2012.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah Siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran
2011/2012.
3.2.2 Sampel
Yang menjadi sampel penelitian ini adalah Siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Penetapan sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel pertimbangan (purposive sampling).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 dan XI IPA2 di SMA Negeri 6 Kupang.
3.3.2 Cara pengupulan data
1) Data tentang kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran menggunakan lembar
observasi
2) Data tentang minat belajar siswa terhadap proses pembelajaran dan penggunaan media
pembelajaran animasi dan video diperoleh lewat lembaran Angket Minat Belajar.
3) Data tentang prestasi siswa di peroleh dengan melakukan tes dengan menggunakan tes
prestasi materi pokok.
3.4 Variabel dan Desain Penelitian
3.4.1. Variabel Penelitian
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel bebas (X) yaitu penerapan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan
video.
2) Variabel terikat (Y) yaitu prestasi belajar Kimia siswa yang dicerminkan melalui nilai yang
diperoleh dari hasil tes pada materi larutan asam basa dan minat belajar yang diberikan
melalui nilai angket minat belajar.
3) Variabel kontrol meliputi :
a. Kemampuan awal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai variansi yang sama,
dikontrol dengan uji kesamaan dua rata-rata untuk menguji kesamaan kemampuan awal
kelas eksperimen dan kontrol.
b. Waktu yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dikontrol dengan menyamakan
jumlah jam pelajaran yang digunakan untuk proses belajar mengajar di kelas.
c. Bahan pelajaran yang diberikan adalah sama
3.4.2. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan dalam “penelitian eksperimen semu”
(Quasi experiment research). Rancangannya dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Sampel Pre Test Perlakuan Post Test
I T1 X1 T2
II T1 X2 T2
Keterangan :
Sampel I : Kelas ekperimen
Sampel II : Kelas kontrol atau pembanding
X1 : Pengajaran dengan menerapkan model demonstrasi dengan bantuan media animasi dan
video.
X2 : Pengajaran yang biasa dilakukan dalam matapelajaran kimia selama ini.
T1 : Tes awal (kemampuan siswa)
T2 : Tes akhir (hasil belajar siswa)
13. 3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti membuat instrumen panelitian. Yang menjadi instrumen dalam
penelitian ini adalah persiapan mengajar yaitu RPP dan LKS serta menyusun soal-soal tes hasil belajar
kimia. Soal-soal tes hasil belajar terlebih dahulu diujicobakan. Adapun analisis yang dilakukan terhadap
soal-soal ujicoba adalah sebagai berikut:
Validitas soal yaitu kesesuaian antara soal dengan materi yang telah diajarkan. Soal-soal untuk
tes awal dan tes akhir yang dibuat haruslah valid karena tinggkat perkembangan prestasi siswa diukur dari
hasil tes ini. Tingkat validitas soal dapat dilihat atau disisuaikan dengan kisi-kisi soal.
Analisis item soal untuk memilih butir soal yang baik, yang digunakan untuk tes. Yang dihitung
dalam analisis item soal adalah taraf kesukaran, daya pembeda.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung taraf kesukaran (TK) (Purwanto, 1994) adalah :
U L
TK = ............................................................................(3.1)
T
Dimana :
U = jumlah siswa dari kelompok upper group yang menjawab benar,
L = jumlah siswa dari kelompok lower group yang menjawab benar dan
T = jumlah siswa kelompok upper group dan lower group.
Kriteria pengujian :
0,00 – 0,20 : sukar sekali
0,21 – 0,40 : sukar
0,41 – 0,70 : sedang
0,71 – 1,00 : mudah
Untuk menghitung daya pembeda (DP) persamaan yang digunakan (Purwanto, 1994) adalah :
U L
DP = ............................................................................(3.2)
T /2
Dimana:
Dp = Daya pembeda yang dicari
U = Jumlah siswa dari kelompok upper group yang menjawab benar.
L = Jumlah siswa dari kelompok lower group yang menjawab benar.
T = Jumlah siswa kelompok upper dan lower group.
Kriteria pengujian :
0,00 – 0,20 : kurang
0,21 – 0,40 : cukup
0,41 – 0,70 : baik
0,71 – 1,00 : baik sekali
3.5.2. Tahap Pelaksanaan Perlakuan
Dalam tahap pelaksanaan perlakuan ini peneliti memberikan perlakuan pada kelas eksperimen
dengan menerapkan model demonstrasi dan pada kelas kontrol dengan menerapkan metode ceramah.
Tahab pelaksanaan perlakuannya dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
No Fase Kelas Ekperimen Kelas Kontrol
1 Pendahuluan Mempersiapkan siswa Menyampaikan tujuan
Menyampaikan tujuan Mempersiapkan siswa
2 Kegiatan Inti Mendemonstrasikan Materi Menjelaskan Materi
Pelajaran dengan metode
Interaksi dengan siswa untuk ceramah.
siswa mencoba di depan kelas.
Memvisualkan Materi yang Menuliskan dan
berupa materi Animasi dan menjelaskan materi
Video kemudian dijelaskan. pelajaran dipapan tulis.
Tanya-Jawab Tanya-Jawab
Latihan Soal Latihan Soal
3 Penutup Kesimpulan Kesimpulan
Pemberian tugas Pemberian tugas
14. 3.5.3. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan peneliti adalah data kuantitalif yang di peroleh dari nilai tes awal
yang digunakan sebagai prasyarat analisis dan data yang diperoleh dari nilai tes akhir kimia setelah
perlakuan yang digunakan untuk menguji hipotesis, serta data kualitatif berupa lembar Instrumen angket.
3.5.4. Prosedur Penelitian Eksperimen
Prosedur penelitian ini direncanakan melewati dua tahapan kegiatan yang terserap pada dua
kelas:
1) Tahap I (perlakuan kelas eksperimen)
Pada tahap ini dilakukan tindakan pada kelas eksperimen untuk mengetahui apakah metode dan
media serta proses pembelajaran yang disajikan dapat di minati dan meningkatkan prestasi siswa atau
tidak. Langkah-langkah pembelajaran yang diambil adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
1. Persiapan dalam Pembelajaran Kimia
RPP dan Bahan ajar (Buku kimia kelas XI IPA)
Bahan ajar Powerpoint dengan Animasi & Video Kimia
Lembar Instrumen Prestasi belajar siswa (soal pretest dan posttest) beserta kisi-kisi soal.
Lembar Instrumen Angket Minat Belajar untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen
Lembar Intrumen Pengelolaan Mengajar
2. Persiapan Perangkat pendukung pembelajaran
Daftar Hadir Kelas
Perangkat mengajar (Ballpoint, Spidol, Penghapus)
Kabel dan Terminal
b. Pelaksanan
1. Kegiatan Awal
Memasang/merakit LCD
Absensi kelas
Memberikan pretest
Membukaan pelajaran
2. Kegiatan Inti
Mendemonstrasikan materi dan menampilkan animasi dan video kimia
Pengelolaan Proses Pembelajaran
3. Kegiatan Penutup
Menyimpulkan Pembelajaran
Memberikan Posttest
Menutup pembelajaran
c. Evaluasi
Membagikan Lembar Instrumen Angket minat belajar
2) Tahap II (perlakuan kelas kontrol)
Pada tahap ini dilakukan tindakan pada kelas kontrol untuk membandingkan minat dan prestasi
siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol apakah siswa lebih meminati metode demonstrasi
dengan media animasi dan video serta bagaimana perbedaan prestasi belajarnya. Langkah-langkah
pembelajarannya adalah:
a. Persiapan
1. Persiapan dalam Pembelajaran Kimia
RPP dan Bahan ajar (Buku kimia kelas XI IPA)
2. Persiapan Perangkat pendukung pembelajaran
Daftar Hadir Kelas
Perangkat mengajar (Ballpoint, Spidol, Penghapus)
b. Pelaksanan
1. Kegiatan Awal
Absensi kelas
Memberikan pretest
Membukaan pelajaran
2. Kegiatan Inti
Mengajarkan materi kimia menggunakan metode ceramah dan diskusi informasi yang
disesuaikan dengan proses pembelajaran selama ini.
Pengelolaan Proses Pembelajaran
15. 3. Kegiatan Penutup
Menyimpulkan Pembelajaran
Memberikan Posttest
Menutup pembelajaran
c. Evaluasi
Membagikan Lembar Instrumen Angket minat belajar
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1. Analisis Data Kuantitatif
Data tes dari setiap awal dan akhir berupa skor yang dianalisis dengan langkah-langkah berikut:
1) Menghitung rata-rata ketuntasan kelas dengan rumus :
__ xi
X n
100 % ............................................................................(3.3)
2) Menghitung banyaknya siswa yang tuntas belajar.
Tabel 3.3 Kriteria Skor Ketuntasan Belajar
Kriteria Skor Tingkat penguasaan
0 ≤ x < 30 Sangat rendah
Belum Tuntas
30 ≤ x < 60 Rendah
60 ≤ x < 70 Sedang
Tuntas 70 ≤ x < 80 Tinggi
80 ≤ x < 100 Sangat Tinggi
Sumber: Sudjana 2002
Data kuantitatif yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan persamaan-
persamaan statistik.
1. Uji kemampuan awal sampel
Untuk mengetahui apakah kemampuan awal siswa dari kedua sampel sama atau berbeda,
maka digunakan uji dua pihak, dimana :
H0 : μ1 = μ2 ; Tidak ada perbedaan kemampuan awal siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang
Tahun Ajaran 2011/2012 setelah melakukan tes awal (Pretest) soal-soal Kimia Larutan
Asam Basa.
H1: μ1 ≠ μ2 ; Ada perbedaan kemampuan awal siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Kupang Tahun
Ajaran 2011/2012 setelah melakukan tes awal (Pretest) soal-soal Kimia Larutan Asam
Basa.
Persamaan statistik yang digunakan (Sudjana, 2002) adalah :
X1 X2
t .......................................................................................(3.4)
1 1
s
n1 n2
2 2
n1 1 s1 n2 1 s 2
s2 ....................................................................(3.5)
n1 n2 2
Dimana :
t = Nilai statistik yang digunakan untuk uji kesamaan dua rata-rata
X1 = Nilai rata-rata untuk kelas eksperimen
X2 = Nilai rata-rata untuk kelas kontrol
s = simpangan baku gabungan kedua sampel
s2 = varians gabungan kedua sampel
s12 = varians untuk sampel kelas eksperimen
s22 = varians untuk sampel kelas kontrol
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria pengujian : terima H0 jika -ttabel < thitung < ttabel, dimana ttabel diperoleh dari daftar
distribusi t dengan dk = (n1 + n2 - 2) dan peluang (1 – ½α). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.
16. 2. Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji t student (uji pihak kanan). Pengujian
hipotesis disini untuk mengetahui apakah minat dan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan
menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video lebih tinggi daripada
prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ceramah.
Persamaan statistik yang digunakan Sudjana, 2002) adalah :
X1 X2
t ..........................................................................(3.6)
1 1
s
n1 n2
2 2
2 n1 1 s1 n2 1 s 2
s ........................................................(3.7)
n1 n2 2
Dimana :
t = Nilai statistik yang digunakan untuk uji hipotesis
X1 = Nilai rata-rata untuk kelas eksperimen
X2 = Nilai rata-rata untuk kelas kontrol
s = Simpangan baku gabungan kedua sampel
s2 = Varians gabungan kedua sampel
s12 = Varians untuk sampel kelas eksperimen
s22 = Varians untuk sampel kelas kontrol
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria Uji: terima H0 jika thitung<ttabel, ttabel diperoleh dari daftar distribusi t dengan dk=(n1+n2-2)
dan peluang (1–α). Harga t lainnya H0 ditolak.
3.6.2. Analisis Data Kualitatif
Data tentang minat siswa dan kemampuan guru dalam pembelajaran dianalisis secara deskriptif
berdasarkan hasil observasi. Data tersebut di olah dengan menggunakan rumus :
f i xi
x ..........................................................................(3.8)
n
Keterangan :
xi = nilai ke-i
fi = frekuensi dari xi
n = jumlah item yang diamati
Karalteristik minat belajar siswa dalam pembelajaran kimia disajiakan pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Minat belajar siswa dalam pembelajaran
x Kriteria
80 ≤ x < 100 Sangat Tinggi
60 ≤ x < 80 Tinggi
40 ≤ x < 60 Sedang
20 ≤ x < 40 Rendah
0 ≤ x < 20 Sangat Rendah
Sumber: Cristiany 2008
17. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Minat Belajar Kimia Siswa
Untuk mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran kimia digunakan Angket Minat Belajar.
Angket Minat Belajar Kimia siswa terdiri dari 20 butir soal dan setiap butir soal terdiri dari 5 alternatif
pilihan jawaban. Skor tertinggi untuk instrumen ini adalah 20 (butir Soal) X 5 (alternatif pilihan jawaban)
= 100, dan Skor terendah adalah 20 X 1 = 20. Skor ini dikualifikasikan menjadi 4 (tiga) kategori minat,
yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah.
Kategori minat belajar kimia siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan metode ceramah
disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kategori Minat Belajar Kimia Siswa kelas kontrol
No. Skor Minat Belajar Jumlah siswa Persentase Kategori Minat Belajar
1 01 – 25 – 0% Sangat Rendah
2 26 – 50 4 12,12% Rendah
3 51 – 75 29 87,88% Tinggi
4 76 – 100 – 0% Sangat Tinggi
Sedangkan kategori minat belajar kimia siswa kelas eksperimen yang diajarkan dengan metode
demonstrasi dengan bantuan media pebelajaran animasi dan video disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kategori Minat Belajar Kimia Siswa kelas Eksperimen
No. Skor Minat Belajar Jumlah siswa Persentase Kategori Minat Belajar
1 01-25 - 0% Sangat Rendah
2 26-50 - 0% Rendah
3 51-75 16 43,24% Tinggi
4 76-100 21 56,76% Sangat Tinggi
4.1.2 Prestasi Belajar Kimia Siswa
4.1.2.1 Deskripsi data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari lima jenis data yaitu data hasil uji coba
instrumen tes, data skor tes awal (pre test) dan data skor tes akhir (post test), data minat belajar kimia
siswa, dan data ketercapaian pembelajaran.
Kriteria penilaian untuk tes try out, pre test dan post test adalah siswa yang menjawab benar
diberi skor 1 (satu) untuk setiap item soal dan untuk siswa yang menjawab salah diberikan skor 0 (nol)
untuk setiap item soal. Uji coba soal dilakukan pada kelas yang bukan dijadikan sampel penelitian yaitu
pada kelas XI IPA1 SMA Negeri 4 Kupang dengan jumlah siswa sebanyak 44 orang. Uji coba soal
diberikan untuk menguji tingkat kesukaran (TK), daya pembeda soal (DP), kesahihan soal (validitas), dan
keterandalan (reabilitas). Setelah dianalisis diperoleh 30 soal yang memenuhi kriteria untuk digunakan
pada tes prestasi dari 35 soal pada pokok bahasan Getaran. Untuk uji validitas dengan menggunakan
teknik interpolasi diperoleh rtabel = 0,304 dan rhitung = 0,63, karena rhitung > rtabel maka soal tes uji coba
adalah valid untuk dijadikan soal tes awal. Untuk uji reabilitas diperoleh rtabel = 0,304 dan rhitung = 0,98,
karena rhitung > rtabel maka soal tersebut reliabel untuk digunakan sebagai soal tes akhir.
Nilai tes awal untuk kelas eksperimen dengan jumlah siswa 32 orang, dari data yang
dikumpulkan ternyata skor terendah yang dicapai siswa pada tes awal adalah 17 dan skor tertingginya 57
dari rentangan nilai 0 – 100 yang dapat diperoleh siswa dengan rerata x1 36,97 dan simpangan baku S1
= 11,02. Untuk tes akhir skor tererendah yang dicapai 53 dan skor tertinggi 87 dari rentangan nilai 0 –
100 yang dapat diperoleh siswa dengan rerata x1 72 ,38 dan simpangan baku S1 = 9,69. Untuk kelas
kontrol dengan jumlah siswa 31 orang, dari data yang dikumpulkan ternyata memiliki skor yang sama
dengan kelas eksperimen dengan skor terendah 17 dan skor tertinggi 57 dari rentangan nilai 0–100 yang
dapat diperoleh siswa dengan rerata x2 35,55 dan simpangan baku S2 = 9,78. Untuk tes akhir skor
terendah yang dicapai 43 dan skor tertinggi 77 dari rentangan nilai 0–100 yang dapat diperoleh siswa
dengan rerata x2 59,61 dan simpangan baku S2= 9,65.
18. 4.1.2.2 Uji kesamaan kemampuan awal
Dari hasil uji kemampuan awal sampel diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan
awal antara siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video dan
siswa yang diajar dengan metode ceramah tanpa bantuan media animasi dan video.
4.1.2.3 Pengujian hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diuji dengan menggunakan uji – t, uji yang
dilakukan adalah uji kesamaan dua rata-rata (uji pihak kanan).
Dari hasil perhitungan menggunakan pola interpolasi dengan menggunakan taraf signifikan =
0,05 dan t (1- ) diperoleh thitung = 5,892 > ttabel = 1,671. Karena thitung = 5,892 > ttabel = 1,671 maka
hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis satu (H1) diterima. Hal ini berarti bahwa Prestasi belajar kimia
siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video
lebih tinggi dari pada siswa yang diajar menggunakan metode ceramah tanpa bantuan media animasi dan
video.
4.1.3 Kemampuan Peneliti Mengelola Pembelajaran
Hasil pengamatan terhadap kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video dapat terlihat pada tabel 4.3.
Kategori Skor Kemampuan Guru terdiri dari 5 kriteria penilaian, yakni: Sangat Baik (skor 5), Cukup Baik
(skor 4), Baik (skor 3), Kurang Baik (skor 2), Tidak baik (skor 1).
Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Observan terhadap peneliti dalam mengelola kegiatan pembelajaran pada
kelas kontrol
Pertemuan
Kegiatan Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan IV
No III
Pembelajaran
x X x x
1. Pendahuluan 10 9 10 10
2. Kegiatan Inti 21 13 18 14
3. Penutup 10 10 8 10
4. Pengelolaan Waktu 14 14 13 15
Jumlah (Σ) 55 46 49 49
Nilai 91,7 92 89,1 98
Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Rata-Rata = Σx / 4
= 91,7 + 92 + 89,1 + 98 = 92,7 (Sangat Baik)
4
Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Observan terhadap peneliti dalam mengelola kegiatan pembelajaran pada
kelas Eksperimen
Pertemuan
Kegiatan Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan IV
No III
Pembelajaran
X X x X
1. Pendahuluan 9 9 10 9
2. Kegiatan Inti 24 19 23 15
3. Penutup 10 10 10 10
4. Pengelolaan Waktu 13 14 14 13
Jumlah (Σ) 56 52 57 47
Nilai 93,3 94,6 95 94
Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Rata-Rata = Σx / 4
= 93,3 + 94,6 + 95 + 94 = 94,2 (Sangat Baik)
4
4.2 Pembahasan
4.2.1. Minat Belajar Kimia Siswa
Dari data pada tabel 4.1. yang menyajikan Kategori Minat Belajar Kimia Siswa kelas kontrol,
dapat dilihat bahwa masih terdapat 4 orang yang mempunyai minat belajar yang rendah dengan
presentase 12,12%, dan 29 orang lainnya mempunyai minat belajar kimia yang tinggi dengan presentase
87,88%, sedangkan untuk kategori minat belajar siswa yang sangat tinggi tidak ada atau dengan
19. presentasi 0%. Dari data diatas cukup jelas memperlihatkan kurang maksimalnya proses pembelajaran
pada kelas kontrol yang pembelajarannya tidak menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan
media pembelajaran animasi dan media pembelajaran video atau dengan kata lain proses
pembelajarannya masih menciptakan minat belajar kimia siswa yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada grafik berikut:
Grafik.1. Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol
Sedangkan data pada Tabel 4.2. yang menyajikan Kategori Minat Belajar Kimia Siswa kelas
Eksperimen dapat dilihat bahwa tidak ada siswa memiliki minat belajar yang rendah apalagi sangat
rendah, tetapi siswa memiliki minat belajar kimia yang tinggi mencapai presentase 43,24%, dan bahkan
terdapat siswa yang memiliki minat belajar yang sangat tinggi dengan presentase mencapai 56,76%. Hal
ini membuktikan bahwa pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dengan
bantuan media pembelajaran animasi dan media pembelajaran video dapat menciptakan minat belajar
siswa yang maksimal dan bahkan sangatmaksimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 2. Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Pengukuran lain untuk minat belajar kimia siswa menggunakan angket minat belajar dapat dilihat
pada pernyataan siswa, dimana pernyataan yang paling disetujui siswa adalah senang belajar kimia dan
berkeinginan agar guru mengajar menggunakan media ajar kimia yang baik dan menarik. Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka dapat diartikan bahwa siswa akan lebih senang belajar kimia saat guru
mengajar menggunakan media pembelajaran yang menarik dan baik.
Minat belajar kimia siswa juga dapat dilihat dari tingkat kehadiran siswa melalui absensi selama
kegiatan penelitian, dimana tingkat kehadiran siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari siswa kelas
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan menggunakan metode demonstrasi dengan
bantuan media animasi dan video lebih rajin dari pada siswa pada kelas kontrol, karena kelas eksperimen
punya minat yang tinggi terhadap pelajaran kimia yang menarik.
Penelitian tentang minat belajar siswa juga pernah dilakukan oleh seorang ahli media
pembelajaran animasi dan dua dimensi yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan
media pembelajaran animasi dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa dengan melihat proses
20. pembelajaran IPA siswa yang diteliti, dimana pada awal pertemuan sebelum menggunakan media
pembelajaran animasi siswa kurang terkontrol dan gaduh dalam kelas, tetapi setelah diterapkan media
animasi siswa bisa dikontrol karena serius dalam memperhatikan materi, keseriusan siswa juga dapat
dilihat dalam mengerjakan soal tes akhir dengan hasil belajar yang sangat memuaskan (Cristiany, 2008).
Berdasarkan hasil pembahasan diata maka dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi dengan
bantuan media animasi dan video bisa diterapkan pada proses pembelajaran kimia di kelas XI IPA untuk
meningkatkan minat belajar siswa.
4.2.2. Prestasi Belajar Kimia Siswa
Dari hasil uji kemampuan awal sampel dengan menggunakan uji dua pihak diperoleh thitung (0,49)
< t tabel (1,99967). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa yang
diajar dengan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video dan siswa yang diajar
dengan metode ceramah. Ini membuktikan bahwa prestasi awal siswa pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen sebelum diterapkan metode dan media pembelajaran adalah sama atau tidak terdapat
perbedaan kemampuan awal siswa.
Dalam analisis uji hipotesis atau uji perbedaan kemampuan siswa antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol diketahui adanya perbedaan prestasi belajar kimia yang signifikan antara siswa yang diajar
menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video dengan siswa yang diajar
menggunakan metode ceramah tanpa bantuan media animasi dan video .
Setelah diketahui adanya perbedaan prestasi belajar kimia siswa antara dua kelas sampel,
diketahui bahwa pada kelas yang diajar menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi
dan video kemampuan akhir siswa lebih tinggi daripada kelas yang diajar menggunakan metode ceramah
tanpa bantuan media animasi dan video. Hal ini disebabkan karena pemberian perlakuan yang sama saat
memberikan materi kimia di kelas eksperimen dan kelas kontrol, tetapi pada kelas eksperimen diajar
menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video.
Manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran dengan metode demonstrasi serta
bantuan media animasi dan video lebih menarik, dimana materi yang bersifat abstrak dan sulit bisa di
tampilkan dengan slide dan animasi serta video-kimia yang menarik minat belajar siswa. Selain itu juga
lebih interaktif dan mempermudah, dimana materi-materi yang tidak bisa di praktekkan karena
keterbatasan alat dan bahan serta waktu bisa di tampilkan media video dan demonstrasi kimia. Disisi lain
jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, karena guru tidak terlalu ribet dalam mencatat materi dipapan
karena bisa ditamilkan pada slide dan animasi kimia, sehingga waktu yang tersisa bisa digunakan untuk
mengulangi atau memperdalam materi dengan menjelaskan. Dengan metode demonstrasi serta bantuan
media animasi dan video, maka kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, dimana alat dan bahan kimia
seperti: buret, labu erlenmeyer, pH meter, dan beberapa alat dan bahan kimia yang mahal untuk
disediakan sekolah bisa diperlihatkan beserta cara penggunaanya menggunakan media animasi dan video.
Hal ini mempengaruhi pencapaian prestasi belajar kimia siswa.
Beberapa peneliti sebelumnya pernah mengadakan penelitian menyangkut prestasi belajar siswa
mengakui bahwa metode pembelajaran demonstrasi, media pembelajaran animasi dan media
pembelajaran video dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Diantaranya Dewinta (2001),
menyatakan keberterimaan media pembelajaran video animasi dua dimensi pada pembelajaran diperoleh
dari penilaian secara kualitatif pada uji terbatas pada siswa kelas VIII SMP, diantaranya: (a) siswa merasa
senang dan tidak jenuh saat pembelajaran karena media pembelajaran video animasi dua dimensi
membuat siswa merasa senang, santai, dan tidak merasa terbebani materi dalam belajar; (b) prestasi
belajar siswa lebih meningkat. Penelitian lain dilakukan oleh Kustadiyono (2010), menyatakan bahwa
prestasi belajar IPA siswa yang diajarkan dengan metode demonstrasi melalui media animasi lebih tinggi
dibandingkan dengan metode ceramah dan media KIT. Selain itu seorang ahli media Sridiantika (2009)
berpendapat, pencapaian kelayakan dari media pembelajaran video antara lain: persentase keseluruhan
aspek dari penilaian ahli media dan guru mencapai 78%, dan didukung oleh respon siswa, dan hasil
observasi aktivitas siswa, dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal ≥ 80%. Dari hasil tersebut media
pembelajaran video yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran pada siswa.
4.2.3. Kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran
Pada tabel hasil pengamatan observan terhadap peneliti dalam mengelola kegiatan pembelajaran
pada kelas kontrol, dapat dilihat bahwa ketercapaian peneliti dalam melaksanakan proses belajar
mengajar dikelas dikatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata – rata yang diperoleh, yaitu 94,2%
untuk Eksperimen dan 92,7% untuk kelas kontrol, dengan kriteria Sangat Baik.
Berdasarkan hasil refleksi, penerapan pembelajaran kimia dengan metode demonstrasi dengan
bantuan media animasi dan video pada kelas XI IPA adalah sangat bermanfaat, dimana pada kelas
21. Eksperimen Minat Belajar Kimia yang tergolong Sangat Tinggi yang Presentasenya mencapai 77,16%.
Hal ini juga didukung oleh pengelolaan pembelajaran yang sangat baik yakni mencapai 94,23% sehingga
hasil akhir dari penelitian ini diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar kimia siswa mencapai 72,09 degan
presentase 72,09 %, dengan tingkat penguasaan materi yang tinggi dan kriteria belajarnya tuntas.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan pembelajaran yang baik dengan menerapkan
metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video dapat meningkatkan minat serta prestasi
belajar kimia siswa. Minat yang ada pada siswa akan memancing ketertarikan pada suatu pelajaran. Hal
ini sesuai dengan pendapat Soejanto dalam Rada (2009), minat yang ada dalam peserta didik akan
mengakibatkan ia tertarik pada suatu pelajaran. Dimana setelah tertarik maka siswa tersebut akan
mempelajarinya, sehingga ia memperoleh prestasi yang lebih baik, dan harus didukung dengan
pengelolaan pembelajaran yang baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian diatas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Minat siswa dalam belajar kimia akan lebih tinggi jika diajarkan menggunakan metode
demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video dibandingkan dengan siswa yang tidak
diajarkan dengan metode dan media ini atau diajar menggunakan metode ceramah, diskusi dan
tanya jawab.
2) Terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan
menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video daripada siswa yang
tidak diajar menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video.
3) Prestasi belajar kimia siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi dengan
bantuan media animasi dan video lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan metode
ceramah
4) Pengelolaan pembelajaran yang baik sangat mempengaruhi minat dan prestasi belajar siswa,
dimana pengelolaan pembelajaran yang baik dapat meningkatkan minat belajar yang tinggi dan
minat belajar yang tinggi akan menciptakan prestasi yang tinggi pula.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal:
1) Diharapkan kepada semua guru khususnya guru kimia agar dalam proses pembelajaran dapat
menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi dan video sebagai acuan dalam
proses belajar mengajar disekolah.
2) Dalam penelitian ini terlihat kekurangan dan kelebihan dari metode demonstrasi dengan bantuan
media animasi dan video, sehingga para peneliti selanjutnya dapat mencari informasi lebih
banyak lagi tentang metode metode demonstrasi dengan teknik problem posing, karena dilihat
dari manfaatnya metode ini sangat membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar kimia.
22. DAFTAR PUSTAKA
Ardi, Revilla. 2007. Efektifitas Pembelajaran Dengan Media Animasi dan LKS Mandiri Pada materi
Pengukuran Luas Dan Keliling Daerah Segi Empat Terhaap Hasil Belajar Dan Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas VII Di SMP Negeri Wonosobo Tahun Ajaran 2006/2007. Malang: UNNES.
Ariasdi. 2009. Http://Ariasdimultimedia.Wordpress.Com/2009/03/16/Multimedia-Dalam-Dunia-
Pendidikan/
Cristiany, A,. 2008. Penggunaan media pembelajaran animasi untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar IPA siswa SMPK Santa Maria II Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.
Depdiknas, 2007. Model - Model Pembelajaran Efektif. Jakarta: Depdiknas
Dewinta, S,. 2001. pengembangan media pembelajaran video animasi dua dimensi untuk pembelajaran
keterampilan dengan model kooperatif bagi siswa SMP. Bandung: Alfabeta.
Herman Dwi Surjono. 1995. Pengembangan computer assisted instruction (CAI) untuk pembelajaran
elektronika [Versi elektronik]. Jurnal Kependidikan. No.2 (XXV): 95-106.
ILCIC, 2000. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Kustadiyono, I. Dwi, 2010, Pembelajaran Fisika dengan Metode Demonstrasi melalui media Animasi
dan KIT IPA ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa, Surakarta: USM.
Media Indonesia. 2011. Mutu Pendidikan di NTT. Dari:
Http://Www.Mediaindonesia.Com/Read/2011/09/17/260147/293/14/Mutu-Pendidikan-Di-Ntt-
Masih-Memprihatinkan.
Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UGM Press
Mustikasari. 2008. Media dalam pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Nasution, S. 1999. Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars
Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Metode pembelajaran. Jakarta: Bumi Angkasa.
Pos Kupang. 2009 . Menemukan Masalah Pendidikan NTT . Edisi Jumat, halaman 1. Dari: http://dion-
bata.blogspot.com/2009/03/menemukan-masalah-pendidikan-di-ntt-1.html
Purwanto, M. 1994. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. RR.
Raharjo, M. 1984. Media - media dalam Pembelajaran. Jakarta: Perkasa Jaya
Samodra, D. W. 2011. Pengertian multimedia Pembelajaran. Dari: http://jatengklubguru.com
Siagaan P. S. 1993. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Angkasa.
SMA Negeri 6 Kupang. 2009. Dari: Http://50304946.Siap-Sekolah.Com/Id/ Kurikulum-Sma-Negeri-6-
Kupang/
Sridiantika, L. Tristian. 2009. Pengembangan media pembelajaran video untuk melatih kemampuan
memecahkan masalah. Semarang: UNNES.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.
Wikipedia. 2011. Multimedia. Dari : Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Multimedia
Winataputra. 1999. Media pembelajaran Pembelajaran. Jakarta: GP Press
Yudhie, B. S., 2008. Metode Demonstrasi. Dari: http://udhiexz.wordpress.com/ 2008)
23. Lampiran Foto-Foto Penelitian
Gambar. Tes Awal pada Kelas Eksperimen Gambar. Tes Akhir pada Kelas Eksperimen
Gambar. Tes Awal pada Kelas Kontrol Gambar. Tes Akhir pada Kelas Kontrol
Gambar. Proses pembelajaran Kelas Eksperimen Gambar. Proses pembelajaran pada Kelas Kontrol
Gambar. Demonstrasi kimia dan Video Demonstrasi Gambar. Perhatian pada media animasi-video
Gambar. Peneliti Menampilkan Materi-Video Kimia Gambar. Peneliti menuliskan materi dipapan