SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
OLEH

            KELOMPOK III :

           ASTUTI MUHRI

                MICI

             RISKAWATI

              FITRIADI

              JUMAIL




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

             MAKASSAR

                2012

                  1
KATA PENGANTAR




Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “FRAKTUR”.

       Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang
membimbing kami guna menyelesaikan makalah ini.

       Meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi
kami selalu berusaha agar makalah yang kami buat bisa bermanfaat baik bagi kami
sendiri maupun orang lain.

       Kami sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan
saran agar kedepannya, kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

                                                    Makassar, Desember 2012




                                                          Kelompok III




                                        2
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................................. ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 3
Bab III Asuhan Keperawatan Fraktur .......................................................................... 9
Bab IV Penutup .......................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ............................................................................................................. iv




                                                                 3
BAB I

                                 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
      Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian
   masyarakat. Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan
   terjadinya fraktur, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka.

      Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan fraktur seringkali
   membuat orang panik dan tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Ini
   disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan terhadap fraktur
   tersebut. Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin
   dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia. Contohnya ada seseorang yang
   mengalami fraktur. Tetapi, karena kurangnya pengetahuan dalam penanganan
   pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena mungkin ia
   menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir.

      Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana penanganan pada
   korban fraktur.




B. Perumusan Masalah
   1. Apa yang dimaksud dengan fraktur?
   2. Apa saja klasifikasi fraktur?
   3. Apa saja penyebab terjadinya fraktur?
   4. Bagaimana patofisiologi terjadinya fraktur?
   5. Bagaimana manifestasi klinisnya?
   6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur?
   7. Bagaimana tindakan pertolongan pada pasien fraktur?
   8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur?
C. Tujuan Penulisan
    1. Tujuan Umum




                                          4
Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada sistem
   indera yaitu indera pengelihatan sehingga dapat meningkatkan keterampilan
   mahasiswa dalam asuhan keperawatan pada sistem indera.
2. Tujuan Khusus
   a.   Mampu memahami definisi dari fraktur
   b.   Mampu memahami klasifikasi fraktur
   c.   Mampu memahami etiologi dari fraktur
   d.   Mampu memahami patofisiologi fraktur
   e.   Mampu memahami manifestasi klinis fraktur
   f.   Mampu memahami pemeriksaan penunjang dari fraktur
   g.   Mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
        fraktur.




                                  5
BAB II

                                TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
       Fraktur adalah rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang yang
   disebabkan adanya ruda paksa yang timbul secara mendadak. Selain itu, fraktur
   juga dapat didefenisikan sebagai rusaknya kontinuitas tulang normal yang
   disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
   oleh tulang.
       Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
   dan luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
   yang dapat diabsorbsi.


B. Klasifikasi Fraktur
   Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
   1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
   2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
        a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
              melalui kedua korteks tulang).
        b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
              penampang tulang).
   3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
        a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
        b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
        c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang
              berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan
              sebagainya).
   4. Berdasarkan posisi fragmen :
        a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen
              tidak bergeser.
        b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
   5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :


                                          6
a. Tertutup
        b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
   6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
        a. Garis patah melintang.
        b. Oblik / miring.
        c. Spiral / melingkari tulang.
        d. Kompresi
        e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada
              patela.
   7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
        a. Tidak adanya dislokasi.
        b. Adanya dislokasi
              1) At axim : membentuk sudut.
              2) At lotus : fragmen tulang berjauhan.
              3) At longitudinal : berjauhan memanjang.
              4) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.


C. Etiologi
   Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu :
    a. Fraktur akibat peristiwa trauma
               Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
       berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan
       pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan yang kuat langsung mengenai
       tulang, besar kemungkinan dapat menyebabkan fraktur pada tempat yang
       terkena dan jaringan lunak yang ada di sekitarnya pasti akan ikut rusak.
    b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
               Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda
       lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan
       pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon
       tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
    c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang




                                         7
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut
       lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.


D. Patofisiologi
      Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
   untuk menahan tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
   dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
   mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
      Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
   sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi
   perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan
   hematoma pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periosteum dengan
   jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
      Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah ditandai
   dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang,
   tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap
   ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematoma yang terbentuk
   bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
   merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam
   pembuluh    darah    yang   mensuplai     organ-organ   yang   lain.   Hematoma
   menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler,
   kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan
   protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya
   edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung
   lama bisa menyebabkan Syndroma Comportement.



E. Manifestasi klinis
    1. Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang
       diimobilisasi, hematoma, dan edema.
    2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
    3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
       melekat di atas dan di bawah tempat fraktur.


                                        8
4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
   5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma
       dan perdarahan yang mengikuti fraktur.


F. Pemeriksaan penunjang
   1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur untuk menentukan lokasi, luasnya.
   2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap.
   3. Arteriografi dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.



G. Penanganan Fraktur
   Penanganan fraktur disesuaikan dengan lokasi fraktur. Ada beberapa
   penanganan fraktur, yaitu :
  1. Reduksi
      Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu didahulukan, tidak boleh
      ada keterlambatan Fraktur yang melibatkan permukaan sendi ini harus di
      reduksi sempurna mungkin karna setiap ketidakberesan akan memudahkan
      timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua metode reduksi; tertutup dan
      terbuka.
  2. Mempertahankan reduksi
      Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah:
      a. traksi terus-menerus;




      b. pembebatan dengan gips:




                                       9
c. fiksasi internal; dan




      d. fiksasi eksternal.




H. Komplikasi
   Secara umum, komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi antara lain :
  1) Komplikasi awal
     a) Kerusakan Arteri
     b) Compartement Syndrom


                                       10
c) Fat Embolism Syndrom
   d) Infeksi
   e) Avaskuler Nekrosis
   f) Shock
2) Komplikasi dalam waktu lama
   a) Delayed Union
   b) Non Union
   c) Mal Union




                                 11
I. Penyimpangan KDM fraktur




                              12
BAB III
            ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR
A. Pengkajian
   Menurut Doengoes, ME (2000) pengkajian fraktur meliputi :
  1. Aktivitas/istirahat
     Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
     (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari
     pembengkakan jaringan, nyeri)

  2. Sirkulasi
     Gejala : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap
     nyeri/ansietas), atau hipotensi (kehingan darah)
  3. Neurosensori
     Gejala : Hilang gerak/sensasi,spasme otot, Kebas/kesemutan (parestesis)
     Tanda : Demormitas local, angulasi abnormal, pemendakan, krepitasi
     (bunyi berderit, spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi).
  4. Nyeri/kenyamanan
     Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
     jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri
     akibat kerusakan saraf.
  5. Keamanan
      Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan lokal.
      Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
  6. Penyuluhan/Pembelajaran
     Gejala : Lingkungan cedera
     Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : femur 7-8 hari,
     panggul/    pelvis 6-7    hari,   lain-lainya   4   hari   bila   memerlukan
     perawatan dirumah sakit.


B. Diagnosa Keperawatan
      Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Fraktur menurut
   Doenges (2000) antara lain :
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, edema dan cedera pada
      jaringan lunak.
  2. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas
      tulang.
  3. Resiko tinggi terhadap disfungsi terhadap disfungsi neurovaskuler prifer
      berhubungan dengan         penurunan atau intrupsi aliran darah, edema
      berlebihan, hipovolemia.
  4. Gangguan       pertukaran   gas    berhubungan    dengan    perubahan aliran
      darah/emboli lemak.
  5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang
      neuromuskuler.
  6. Kerusakan integrasi jaringan kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,
      bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup.
  7. Kurang pengetahuan terhadap           kondisi, prognosis dan kebutuhan
      pengobatan berhubungan dengan kurang paparan informasi.
  Dari diagnosa di atas dapat diprioritaskan sebagai berikut :

  1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan
      fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan lunak, immobilisasi,
      stress, ansietas.
  2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang
      neuromuskuler : nyeri ketidaknyamanan, terapi restriktif, immobilisasi
      tungkai.
  3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya
      pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada
      lingkungan.


C. Intervensi Keperawatan
   Diagnosa Keperawatan                Intervensi                Rasional
   Gangguan rasa nyaman :        Pertahankan                Menghilangkan nyeri
   nyeri berhubungan             imobilisasi bagian         dan mencegah
   dengan spasme otot,           yang sakit dengan          kesalahan posisi
gerakan fragmen tulang,     tirah baring, gips,       tulang / tegangan
edema, dan cedera pada      pembebat, traksi.         jaringan yang cedera.
jaringan lunak,             Tinggikan dan dukung      Meningkatkan aliran
immobilisasi, stress,       ekstremitas yang          balik vena,
ansietas.                   terkena.                  menurunkan edema,
Kriteria hasil :                                      dan menurunkan
menunjukkan tindakan        Evaluasi keluhan          nyeri.
santai; mampu               nyeri/ketidaknyamana      Mempengaruhi
berpartisipasi dalam        , perhatikan lokasi dan   pilihan/pengawasan
aktivitas/tidur/istirahat   karakteristik,            keefektifan
dengan tepat.               termasuk intensitas       intervensi, tingkat
Menunjukkan                 (skala 0-10).             ansietas dapat
penggunaan                  Perhatikan pertunjuk      mempengaruhi
keterampilan relaksasi      nyeri nonverbal           persepsi atau reaksi
dan aktivitas terapiutik    (perubahan tanda vital    terhadap nyeri.
sesuai tindakan untuk       dan emosi/perilaku).
situasi individual.         Berikan alternatif
                            tindakan kenyamanan,      Meningkatkan
                            contoh pijatan,           sirkulasi umum,
                            perubahan posisi.         menurunkan area
                                                      tekanan lokal, dan
                            Dorong menggunakan        kelelahan otot.
                            teknik manajemen          Memfokuskan
                            stres, contoh relaksasi   kembali perhatian,
                            otot progresif, latihan   meningkatkan rasa
                            nafas dalam, imajinasi    kontrol, dan dapat
                            visualisasi.              meningkatkan
                                                      kemampuan koping
                                                      dalam manajemen
                                                      nyeri, yang mungkin
                                                      menetap untuk
                                                      periode lebih lama.
Mencegah
                           Identifikasi aktivitas    kebosanan,
                           terapeutik yang tepat     menurunkan
                           untuk usia pasien,        tegangan, dan dapat
                           kemampuan fisik, dan      meningkatkan
                           penampilan pribadi.       kekuatan otot; dapat
                                                     meningkatkan harga
                                                     diri dan kemampuan
                                                     koping.

                           Kolaborasi                Menurunkan

                           Lakukan kompres           edema/pembentukan

                           dingin/es 24-48 jam       hematoma,

                           pertama dan sesuai        menurunkan sensasi

                           kebutuhan.                nyeri.

                           Berikan obat sesuai       Diberikan untuk

                           indikasi : narkotik dan   menurunkan nyeri

                           analgesik non             dan/atau spasme otot.

                           narkotik; NSAID
                           injeksi contoh
                           ketorolac, relaksan
                           otot, contoh
                           siklobenzaprin.
Gangguan mobilitas         Kaji derajat mobilitas     Pasien mungkin
fisik berhubungan          yang dihasilkan oleh       dibatasi oleh
dengan kerusakan           cedera / pengobatan        pandangan diri /
rangka/tulang              dan perhatikan             persepsi diri tentang
neuromuskuler : nyeri      persepsi pasien            keterbatasan fisik
ketidaknyamanan, terapi    terhadap imobilisasi.      aktual, memerlukan
restriktif, immobilisasi                              informasi /
tungkai.                                              intervensi untuk
Kriteria hasil :                                      meningkatkan
meningkatkan /                                        kemajuan kesehatan.
mempertahankan            Dorong partisipasi       Memberikan
mobilitas pada tingkat    pada aktivitas           kesempatan untuk
paling tinggi yang        terapeutik / rekreasi.   mengeluarkan
mungkin.                  Pertahankan              energi,
Mempertahankan posisi     rangsangan               memfokuskan
fungsional.               lingkungan, contoh       kembali perhatian,
Meningkatkan kekuatan     radio, tv, koran,        meningkatkan rasa
/ fungsi yang sakit dan   kunjungan teman /        kontrol diri / harga
mengkompensasi bagian     keluarga.                diri, dan membantu
tubuh.                                             menurunkan isolasi
Menunjukkan teknik        Instruksikan / bantu     sosial.
yang memampukan           pasien untuk dalam       Meningkatkan aliran
melakukan aktivitas.      rentang gerak pasien     darah ke otot dan
                          atau aktif pada          tulang untuk
                          ekstremitas yang         meningkatkan tonus
                          sakit dan yang tak       otot,
                          sakit.                   mempertahankan
                                                   gerak sendi,
                                                   mencegah atrofi.
                                                   Berguna untuk
                          Berikan papan kaki,      mempertahankan
                          bebat pergelangan,       posisi fungsional
                          gulungan trokanter /     ekstremitas,
                          tangan yang sesuai.      tangan/kaki, dan
                                                   mencegah
                                                   komplikasi.
                                                   Mobilisasi dini

                          Berikan / bantu          menurunkan

                          dalam mobilisasi         komplikasi tirah

                          dengan kursi roda,       baring dan

                          kruk, tongkat            meningkatkan

                          sesegera mungkin.        penyembuhan dan
Instruksikan              normalisasi fungsi
                             keamanan dalam            organ. Belajar
                             menggunakan alat          memperbaiki cara
                             mobilitas.                menggunakan alat
                                                       penting untuk
                                                       mempertahankan
                                                       mobilisasi optimal
                                                       dan keamanan
                                                       pasien.
Resiko tinggi terhadap      Inspeksi pen/kulit         Pen / kawat tidak
infeksi berhubungan         untuk adanya iritasi       harus dimasukkan
dengan tak adekuatnya       atau robekan               melalui kulit yang
pertahanan primer;          kontinuitas.               terinfeksi,
kerusakan kulit, trauma     Kaji sisi kulit,           kemerahan, atau
jaringan, terpajan pada     perhatikan keluhan         abrasi (dapat
lingkungan.                 peningkatan nyeri /        menimbulkan
Kriteria hasil : mencapai   rasa terbakar atau         infeksi tulang).
penywmbuhan luka            adanya edema,              Dapat
sesuai waktu, bebas         eritema, drainase/bau      mengindikasikan
drainase purulen atau       tidak enak.                timbulnya infeksi
eritema, dan demam.         Berikan perawatan pen      lokal / nekrosis
                            / kawat steril sesuai      jaringan, yang dapat
                            protokol dan latihan       menimbulkan
                            mencuci tangan.            osteomielitis.
                            Observasi luka untuk       Dapat mencegah
                            pembentukan bula,          kontaminasi silang
                            krepitasi, perubahan       dan kemungkinan
                            warna kulit.               infeksi.
                            Kaji tonus otot, refleks   Tanda perkiraan
                            tendon dan                 infeksi gas gangren.
                            kemampuan berbicara.       Kekakuan otot,
                            Lakukan prosedur           spasme tonik otot
isolasi.                  rahang, dan disfagia
Kolaborasi                menunjukkan
Awasi pemeriksaan         terjadinya tetanus.
laboratorium, contoh :    Adanya drainase
darah lengkap, LED,       purulen akan
kultur dan sensitivitas   memerlukan
luka, scan radioisotop.   kewaspadaan luka /
Berikan obat sesuai       linen untuk
indikasi, contoh :        mencegah
antibiotik IV, tetanus    kontaminasi silang.
toksoid.                  Anemia dapat
Berikan irigasi luka /    terjadi pada
tulang dan berikan        osteomielitis ;
sabun basah / hangat      leukositosis
sesuai indikasi.          biasanya ada dengan
                          proses infeksi.
                          Antibiotik spektrum
                          luas dapat
                          digunakan secara
                          profilaktik atau
                          dapat ditujukan pada
                          mikroorganisme
                          khusus.
                          Debridemen lokal /
                          pembersihan luka
                          menurunkan
                          mikroorganisme dan
                          insiden infeksi
                          sistemik.
BAB IV

                                      PENUTUP

A. Kesimpulan
      Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
      dan luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
      besar dari yang dapat diabsorbsi.
      Patah tulang umumnya digolongkan dalam 2 macam, yaitu fraktur terbuka
      dan tertutup. Pada fraktur tertutup, tulang yang patah tidak sampai keluar
      melewati kulit. Sedangkan patah tulang terbuka, sebagian atau keseluruhan
      tulang yang patah terlihat menembus kulit.
      Fraktur dapat disebabkan karena :
           a. peristiwa trauma
           b. peristiwa kelelahan atau tekanan
           c. kelemahan pada tulang
      Fisioterapi sangat berperan dalam gangguan gerak dan fungsi sendi akibat
      patah tulang, baik penanganan setelah operasi ataupun konservatif (non
      operatif) dengan modalitas yang dimiliki.


B. Saran
      Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) fraktur sangat
      perlu untuk diketahui. Hal ini untuk mengantisipati adanya kecelakaan
      secara tiba-tiba dan menyebabkan fraktur. Dengan adanya pengetahuan
      tersebut, kita bisa memberikan pertolongan secara darurat jika tidak ada
      pos kesehatan atau rumah sakit terdekat agar korban kecelakaan bisa
      diselamatkan.
      Penulis menyarankan kepada pembaca agar tidak bosan untuk memperluas
      pengetahuan tentang fraktur dengan membaca literatur-literatur kesehatan
      lainnya.
DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

   Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC


Smeltzer, Suzanne. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.

   Vol 3. Jakarta : EGC


Zydlo, Stanley M. 2009. First Aid Cara Benar Pertolongan Pertama dan

   Penanganan Darurat. Yogyakarta : Casmic Book

Contenu connexe

Tendances

Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitasKb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitaspjj_kemenkes
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAmee Hidayat
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidMasben27
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2Monita Ningtyas
 
Sistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fullSistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fulldewisetiyana52
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanpjj_kemenkes
 
Skenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSkenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSulistia Rini
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAmalia Senja
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Septian Muna Barakati
 

Tendances (20)

Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitasKb 3 model praktik keperawatan komunitas
Kb 3 model praktik keperawatan komunitas
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroid
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
 
Sistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal fullSistem Muskuloskeletal full
Sistem Muskuloskeletal full
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Skenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSkenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terima
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
Asuhan keperawatan pada ny. d dengan post partum normal di wilayah kerja pusk...
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Tugas kepala ruang
Tugas kepala ruangTugas kepala ruang
Tugas kepala ruang
 

En vedette (20)

Ppt fraktur
Ppt frakturPpt fraktur
Ppt fraktur
 
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
Penanganan terkini patah tulang terbuka (open fracture)
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep fraktur
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Power poin fraktur
Power poin frakturPower poin fraktur
Power poin fraktur
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Kti mas udin
Kti mas udinKti mas udin
Kti mas udin
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI PCONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
 
Makalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomenMakalah trauma abdomen
Makalah trauma abdomen
 
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNAMakalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
Makalah meningitis anti AKPER PEMKAB MUNA
 
Definisi fraktur
Definisi frakturDefinisi fraktur
Definisi fraktur
 
140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 fraktur
 
Fraktur Humerus
Fraktur HumerusFraktur Humerus
Fraktur Humerus
 
Fraktur ASKEP FRAKTUR
Fraktur ASKEP FRAKTURFraktur ASKEP FRAKTUR
Fraktur ASKEP FRAKTUR
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Askep power poin
Askep power poinAskep power poin
Askep power poin
 
Postural drainage
Postural drainagePostural drainage
Postural drainage
 
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayiFraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
 

Similaire à Makalah fraktur

Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xivdekcin
 
Makalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktekMakalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktekguntur96
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
M4 kb3 kegawatdaruratan trauma
M4 kb3 kegawatdaruratan traumaM4 kb3 kegawatdaruratan trauma
M4 kb3 kegawatdaruratan traumappghybrid4
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9ermawijaya
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurEdju Joen
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurSMA NEGERI 8 BEKASI
 
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxLAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxYusindrawati
 
Tugas andi (patah tulang)
Tugas andi (patah tulang)Tugas andi (patah tulang)
Tugas andi (patah tulang)Canon Andi
 
Biologi Patah tulang
Biologi Patah tulangBiologi Patah tulang
Biologi Patah tulangFahrizal Hari
 
Lp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurLp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurYie Sufyan
 

Similaire à Makalah fraktur (20)

Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xiv
 
Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4 Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4
 
Makalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktekMakalah muskulus praktek
Makalah muskulus praktek
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
7. fraktur
7. fraktur7. fraktur
7. fraktur
 
M4 kb3 kegawatdaruratan trauma
M4 kb3 kegawatdaruratan traumaM4 kb3 kegawatdaruratan trauma
M4 kb3 kegawatdaruratan trauma
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femur
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
 
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxLAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
 
fraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdffraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdf
 
Ajkll
AjkllAjkll
Ajkll
 
Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA
Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
 
Tugas andi (patah tulang)
Tugas andi (patah tulang)Tugas andi (patah tulang)
Tugas andi (patah tulang)
 
Biologi Patah tulang
Biologi Patah tulangBiologi Patah tulang
Biologi Patah tulang
 
Lp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurLp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur Femur
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Askep dislokasi
Askep dislokasiAskep dislokasi
Askep dislokasi
 

Plus de KANDA IZUL

Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaGangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaKANDA IZUL
 
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...KANDA IZUL
 
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...KANDA IZUL
 
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...KANDA IZUL
 
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...KANDA IZUL
 
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATJURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATKANDA IZUL
 
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...KANDA IZUL
 
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...KANDA IZUL
 
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...KANDA IZUL
 
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KANDA IZUL
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...KANDA IZUL
 
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...KANDA IZUL
 
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...KANDA IZUL
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitasKANDA IZUL
 
KONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKANDA IZUL
 
Proses keperawatan
Proses keperawatanProses keperawatan
Proses keperawatanKANDA IZUL
 
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945KANDA IZUL
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKANDA IZUL
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKANDA IZUL
 
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKANDA IZUL
 

Plus de KANDA IZUL (20)

Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesiaGangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
Gangguan tidur pada anak usia bawa tiga tahun lima kota di indonesia
 
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN KESETIAAN PASIEN ( SURVEY PADA PASIEN B...
 
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
PENGARUH BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL TERHADAP STRES KERJA PADA PERAWAT DI IN...
 
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
R O D U K T I F I T A S W A K T U K E R J A P E R A W A T D I R U A N G R A W...
 
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA, STRES KERJA DAN TINGKAT KONFLIK DENGAN KELELAHAN...
 
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWATJURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
JURNAL PERSEPSI TERHADAP PERTAHANAN BIROKRASI DAN STRES KERJA PERAWAT
 
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
Studi Deskriptif Burnout dan Coping Stres pada Perawat di Ruang Rawat Inap Ru...
 
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN WAKTU TANGGAP PERAWAT GAWAT DARURAT MENURUT PERSE...
 
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout...
 
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
KONTRIBVSI HARDINESS DAN SELF-EFFICACYTERHADAP STRES KERJA (STUDI PADA PERA W...
 
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN STRES PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT TIPE...
 
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
PENGUKURAN KINERJA INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KODYA SEMARA...
 
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
JURNAL PELAYANAN ASURANSI KESEHATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI RSUD KABUPATEN SE...
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
KONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGAKONSEP KELUARGA
KONSEP KELUARGA
 
Proses keperawatan
Proses keperawatanProses keperawatan
Proses keperawatan
 
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
Memahami arti dan pentingnya pembukaan uud 19945
 
KONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKITKONSEP SEHAT SAKIT
KONSEP SEHAT SAKIT
 
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAMKONSEP SAKIT DALAM ISLAM
KONSEP SAKIT DALAM ISLAM
 
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAMKONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
KONSEP HIDUP SEHAT DALAM ISLAM
 

Makalah fraktur

  • 1. OLEH KELOMPOK III : ASTUTI MUHRI MICI RISKAWATI FITRIADI JUMAIL SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) MAKASSAR 2012 1
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FRAKTUR”. Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang membimbing kami guna menyelesaikan makalah ini. Meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi kami selalu berusaha agar makalah yang kami buat bisa bermanfaat baik bagi kami sendiri maupun orang lain. Kami sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan saran agar kedepannya, kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Makassar, Desember 2012 Kelompok III 2
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Judul............................................................................................................... i Kata Pengantar ............................................................................................................. ii Daftar Isi ..................................................................................................................... iii Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... 1 Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 3 Bab III Asuhan Keperawatan Fraktur .......................................................................... 9 Bab IV Penutup .......................................................................................................... 16 Daftar Pustaka ............................................................................................................. iv 3
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian masyarakat. Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka. Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Ini disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan terhadap fraktur tersebut. Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia. Contohnya ada seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena kurangnya pengetahuan dalam penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena mungkin ia menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir. Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana penanganan pada korban fraktur. B. Perumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan fraktur? 2. Apa saja klasifikasi fraktur? 3. Apa saja penyebab terjadinya fraktur? 4. Bagaimana patofisiologi terjadinya fraktur? 5. Bagaimana manifestasi klinisnya? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur? 7. Bagaimana tindakan pertolongan pada pasien fraktur? 8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum 4
  • 5. Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada sistem indera yaitu indera pengelihatan sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam asuhan keperawatan pada sistem indera. 2. Tujuan Khusus a. Mampu memahami definisi dari fraktur b. Mampu memahami klasifikasi fraktur c. Mampu memahami etiologi dari fraktur d. Mampu memahami patofisiologi fraktur e. Mampu memahami manifestasi klinis fraktur f. Mampu memahami pemeriksaan penunjang dari fraktur g. Mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien fraktur. 5
  • 6. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fraktur adalah rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan adanya ruda paksa yang timbul secara mendadak. Selain itu, fraktur juga dapat didefenisikan sebagai rusaknya kontinuitas tulang normal yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi. B. Klasifikasi Fraktur Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). 2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari : a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang). 3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah : a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan). b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan). c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya). 4. Berdasarkan posisi fragmen : a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser. b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur 5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar : 6
  • 7. a. Tertutup b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit). 6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma : a. Garis patah melintang. b. Oblik / miring. c. Spiral / melingkari tulang. d. Kompresi e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela. 7. Berdasarkan kedudukan tulangnya : a. Tidak adanya dislokasi. b. Adanya dislokasi 1) At axim : membentuk sudut. 2) At lotus : fragmen tulang berjauhan. 3) At longitudinal : berjauhan memanjang. 4) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek. C. Etiologi Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu : a. Fraktur akibat peristiwa trauma Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan yang kuat langsung mengenai tulang, besar kemungkinan dapat menyebabkan fraktur pada tempat yang terkena dan jaringan lunak yang ada di sekitarnya pasti akan ikut rusak. b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh. c. Fraktur petologik karena kelemahan pada tulang 7
  • 8. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh. D. Patofisiologi Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi, apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Ketika tulang patah, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematoma pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periosteum dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotis adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematoma yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematoma menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan Syndroma Comportement. E. Manifestasi klinis 1. Nyeri terus-menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema. 2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah. 3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur. 8
  • 9. 4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. F. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur untuk menentukan lokasi, luasnya. 2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap. 3. Arteriografi dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler. G. Penanganan Fraktur Penanganan fraktur disesuaikan dengan lokasi fraktur. Ada beberapa penanganan fraktur, yaitu : 1. Reduksi Meskipun terapi umum dan resusitasi harus selalu didahulukan, tidak boleh ada keterlambatan Fraktur yang melibatkan permukaan sendi ini harus di reduksi sempurna mungkin karna setiap ketidakberesan akan memudahkan timbulnya arthritis degenerative. Terdapat dua metode reduksi; tertutup dan terbuka. 2. Mempertahankan reduksi Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah: a. traksi terus-menerus; b. pembebatan dengan gips: 9
  • 10. c. fiksasi internal; dan d. fiksasi eksternal. H. Komplikasi Secara umum, komplikasi akibat fraktur yang mungkin terjadi antara lain : 1) Komplikasi awal a) Kerusakan Arteri b) Compartement Syndrom 10
  • 11. c) Fat Embolism Syndrom d) Infeksi e) Avaskuler Nekrosis f) Shock 2) Komplikasi dalam waktu lama a) Delayed Union b) Non Union c) Mal Union 11
  • 12. I. Penyimpangan KDM fraktur 12
  • 13. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR A. Pengkajian Menurut Doengoes, ME (2000) pengkajian fraktur meliputi : 1. Aktivitas/istirahat Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri) 2. Sirkulasi Gejala : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas), atau hipotensi (kehingan darah) 3. Neurosensori Gejala : Hilang gerak/sensasi,spasme otot, Kebas/kesemutan (parestesis) Tanda : Demormitas local, angulasi abnormal, pemendakan, krepitasi (bunyi berderit, spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi). 4. Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. 5. Keamanan Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan lokal. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba). 6. Penyuluhan/Pembelajaran Gejala : Lingkungan cedera Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : femur 7-8 hari, panggul/ pelvis 6-7 hari, lain-lainya 4 hari bila memerlukan perawatan dirumah sakit. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Fraktur menurut Doenges (2000) antara lain :
  • 14. 1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, edema dan cedera pada jaringan lunak. 2. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang. 3. Resiko tinggi terhadap disfungsi terhadap disfungsi neurovaskuler prifer berhubungan dengan penurunan atau intrupsi aliran darah, edema berlebihan, hipovolemia. 4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli lemak. 5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang neuromuskuler. 6. Kerusakan integrasi jaringan kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup. 7. Kurang pengetahuan terhadap kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang paparan informasi. Dari diagnosa di atas dapat diprioritaskan sebagai berikut : 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan lunak, immobilisasi, stress, ansietas. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang neuromuskuler : nyeri ketidaknyamanan, terapi restriktif, immobilisasi tungkai. 3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuatnya pertahanan primer; kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan. C. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional Gangguan rasa nyaman : Pertahankan Menghilangkan nyeri nyeri berhubungan imobilisasi bagian dan mencegah dengan spasme otot, yang sakit dengan kesalahan posisi
  • 15. gerakan fragmen tulang, tirah baring, gips, tulang / tegangan edema, dan cedera pada pembebat, traksi. jaringan yang cedera. jaringan lunak, Tinggikan dan dukung Meningkatkan aliran immobilisasi, stress, ekstremitas yang balik vena, ansietas. terkena. menurunkan edema, Kriteria hasil : dan menurunkan menunjukkan tindakan Evaluasi keluhan nyeri. santai; mampu nyeri/ketidaknyamana Mempengaruhi berpartisipasi dalam , perhatikan lokasi dan pilihan/pengawasan aktivitas/tidur/istirahat karakteristik, keefektifan dengan tepat. termasuk intensitas intervensi, tingkat Menunjukkan (skala 0-10). ansietas dapat penggunaan Perhatikan pertunjuk mempengaruhi keterampilan relaksasi nyeri nonverbal persepsi atau reaksi dan aktivitas terapiutik (perubahan tanda vital terhadap nyeri. sesuai tindakan untuk dan emosi/perilaku). situasi individual. Berikan alternatif tindakan kenyamanan, Meningkatkan contoh pijatan, sirkulasi umum, perubahan posisi. menurunkan area tekanan lokal, dan Dorong menggunakan kelelahan otot. teknik manajemen Memfokuskan stres, contoh relaksasi kembali perhatian, otot progresif, latihan meningkatkan rasa nafas dalam, imajinasi kontrol, dan dapat visualisasi. meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri, yang mungkin menetap untuk periode lebih lama.
  • 16. Mencegah Identifikasi aktivitas kebosanan, terapeutik yang tepat menurunkan untuk usia pasien, tegangan, dan dapat kemampuan fisik, dan meningkatkan penampilan pribadi. kekuatan otot; dapat meningkatkan harga diri dan kemampuan koping. Kolaborasi Menurunkan Lakukan kompres edema/pembentukan dingin/es 24-48 jam hematoma, pertama dan sesuai menurunkan sensasi kebutuhan. nyeri. Berikan obat sesuai Diberikan untuk indikasi : narkotik dan menurunkan nyeri analgesik non dan/atau spasme otot. narkotik; NSAID injeksi contoh ketorolac, relaksan otot, contoh siklobenzaprin. Gangguan mobilitas Kaji derajat mobilitas Pasien mungkin fisik berhubungan yang dihasilkan oleh dibatasi oleh dengan kerusakan cedera / pengobatan pandangan diri / rangka/tulang dan perhatikan persepsi diri tentang neuromuskuler : nyeri persepsi pasien keterbatasan fisik ketidaknyamanan, terapi terhadap imobilisasi. aktual, memerlukan restriktif, immobilisasi informasi / tungkai. intervensi untuk Kriteria hasil : meningkatkan meningkatkan / kemajuan kesehatan.
  • 17. mempertahankan Dorong partisipasi Memberikan mobilitas pada tingkat pada aktivitas kesempatan untuk paling tinggi yang terapeutik / rekreasi. mengeluarkan mungkin. Pertahankan energi, Mempertahankan posisi rangsangan memfokuskan fungsional. lingkungan, contoh kembali perhatian, Meningkatkan kekuatan radio, tv, koran, meningkatkan rasa / fungsi yang sakit dan kunjungan teman / kontrol diri / harga mengkompensasi bagian keluarga. diri, dan membantu tubuh. menurunkan isolasi Menunjukkan teknik Instruksikan / bantu sosial. yang memampukan pasien untuk dalam Meningkatkan aliran melakukan aktivitas. rentang gerak pasien darah ke otot dan atau aktif pada tulang untuk ekstremitas yang meningkatkan tonus sakit dan yang tak otot, sakit. mempertahankan gerak sendi, mencegah atrofi. Berguna untuk Berikan papan kaki, mempertahankan bebat pergelangan, posisi fungsional gulungan trokanter / ekstremitas, tangan yang sesuai. tangan/kaki, dan mencegah komplikasi. Mobilisasi dini Berikan / bantu menurunkan dalam mobilisasi komplikasi tirah dengan kursi roda, baring dan kruk, tongkat meningkatkan sesegera mungkin. penyembuhan dan
  • 18. Instruksikan normalisasi fungsi keamanan dalam organ. Belajar menggunakan alat memperbaiki cara mobilitas. menggunakan alat penting untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan pasien. Resiko tinggi terhadap Inspeksi pen/kulit Pen / kawat tidak infeksi berhubungan untuk adanya iritasi harus dimasukkan dengan tak adekuatnya atau robekan melalui kulit yang pertahanan primer; kontinuitas. terinfeksi, kerusakan kulit, trauma Kaji sisi kulit, kemerahan, atau jaringan, terpajan pada perhatikan keluhan abrasi (dapat lingkungan. peningkatan nyeri / menimbulkan Kriteria hasil : mencapai rasa terbakar atau infeksi tulang). penywmbuhan luka adanya edema, Dapat sesuai waktu, bebas eritema, drainase/bau mengindikasikan drainase purulen atau tidak enak. timbulnya infeksi eritema, dan demam. Berikan perawatan pen lokal / nekrosis / kawat steril sesuai jaringan, yang dapat protokol dan latihan menimbulkan mencuci tangan. osteomielitis. Observasi luka untuk Dapat mencegah pembentukan bula, kontaminasi silang krepitasi, perubahan dan kemungkinan warna kulit. infeksi. Kaji tonus otot, refleks Tanda perkiraan tendon dan infeksi gas gangren. kemampuan berbicara. Kekakuan otot, Lakukan prosedur spasme tonik otot
  • 19. isolasi. rahang, dan disfagia Kolaborasi menunjukkan Awasi pemeriksaan terjadinya tetanus. laboratorium, contoh : Adanya drainase darah lengkap, LED, purulen akan kultur dan sensitivitas memerlukan luka, scan radioisotop. kewaspadaan luka / Berikan obat sesuai linen untuk indikasi, contoh : mencegah antibiotik IV, tetanus kontaminasi silang. toksoid. Anemia dapat Berikan irigasi luka / terjadi pada tulang dan berikan osteomielitis ; sabun basah / hangat leukositosis sesuai indikasi. biasanya ada dengan proses infeksi. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus. Debridemen lokal / pembersihan luka menurunkan mikroorganisme dan insiden infeksi sistemik.
  • 20. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi. Patah tulang umumnya digolongkan dalam 2 macam, yaitu fraktur terbuka dan tertutup. Pada fraktur tertutup, tulang yang patah tidak sampai keluar melewati kulit. Sedangkan patah tulang terbuka, sebagian atau keseluruhan tulang yang patah terlihat menembus kulit. Fraktur dapat disebabkan karena : a. peristiwa trauma b. peristiwa kelelahan atau tekanan c. kelemahan pada tulang Fisioterapi sangat berperan dalam gangguan gerak dan fungsi sendi akibat patah tulang, baik penanganan setelah operasi ataupun konservatif (non operatif) dengan modalitas yang dimiliki. B. Saran Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) fraktur sangat perlu untuk diketahui. Hal ini untuk mengantisipati adanya kecelakaan secara tiba-tiba dan menyebabkan fraktur. Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita bisa memberikan pertolongan secara darurat jika tidak ada pos kesehatan atau rumah sakit terdekat agar korban kecelakaan bisa diselamatkan. Penulis menyarankan kepada pembaca agar tidak bosan untuk memperluas pengetahuan tentang fraktur dengan membaca literatur-literatur kesehatan lainnya.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC Zydlo, Stanley M. 2009. First Aid Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat. Yogyakarta : Casmic Book