Teks tersebut merupakan bab pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian mengenai analisis pengaruh rasio keuangan terhadap return saham LQ45. Terdapat penjelasan mengenai pasar modal, saham, return saham, dan rasio keuangan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan pasar terhadap return saham LQ45.
Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham
1. 1
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak,
khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal yang
semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat bisnis untuk
mencari alternatif sumber pembiayaan usaha selain bank. Suatu perusahaan dapat
menerbitkan saham dan menjualnya di pasar modal untuk mendapatkan dana yang
diperlukan, tanpa harus membayar beban bunga tetap seperti jika meminjam ke
bank. Disamping itu, perkembangan pasar modal juga dipengaruhi oleh
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi atau menjadi investor.
Dalam melakukan investasi pada saham, harapan yang diinginkan investor
adalah memperoleh return. Penilaian investor terhadap suatu saham perusahaan
diantaranya adalah dengan memperhatikan kinerja perusahaan yang menerbitkan
saham. Oleh karena itu, return saham sangat penting bagi perusahaan karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari suatu perusahaan, sehingga
perusahaan berusaha menjaga dan memperbaiki kinerjanya yang dapat
2. 2
mempengaruhi return saham agar portofolio saham yang diinvestasikan
meningkat.
Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan
sebagai parameter, salah satunya adalah informasi keuangan perusahaan. Laporan
keuangan merupakan informasi yang penting bagi calon investor, karena dari
laporan keuangan inilah dapat diketahui kinerja dari suatu perusahaan. Kinerja
adalah ukuran keberhasilan dari setiap bisnis. Berbagai teknik pengukuran kinerja
telah dikembangkan untuk memberikan gambaran yang tepat dari setiap bisnis.
Kinerja manajemen dan kegiatan operasional yang baik dapat meningkatkan laba
bersih sehingga membuat harga per saham menjadi tinggi. Dalam menanamkan
modalnya, investor akan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya ke
perusahaan mana modal akan ditanamkan. Perusahaan yang dipilih tentu saja
perusahaan yang sehat dan menghasilkan kinerja yang baik
Rasio menggambarkan suatu hubungan pertimbangan antara suatu jumlah
tertentu dan jumlah yang lain. Hasil analisis laporan keuangan yang menunjukkan
kinerja perusahaan tersebut dipakai sebagai dasar penentu kebijakan bagi pemilik,
manajer dan investor. Menurut Kasmir (2008) rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan. Dengan analisis rasio keuangan,
dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian terhadap kondisi keuangan
suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
3. 3
Rasio keuangan sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang
menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk
menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa
lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk
kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang
bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan, meskipun
didasarkan pada data dan kondisi masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai
resiko dan peluang di masa yang akan datang.
Menurut Hanafi dan Halim (2009) rasio keuangan terdiri dari beberapa
jenis yaitu: likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan rasio pasar. Rasio likuiditas
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur sejauh
mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan laba. Dan rasio pasar melihat perkembangan nilai perusahaan relatif
terhadap nilai buku perusahaan. Rasio-rasio tersebut ingin melihat prospek dan
risiko perusahaan pada masa yang akan mendatang. Faktor prospek dalam rasio
tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-
masa mendatang.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sari
(2012) mengenai pengaruh DER, ROE, CR dan TATO terhadap return saham,
dengan variabel independen yang terdiri dari DER, ROE, CR dan TATO.
Berdasarkan hasil penelitian, DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap
4. 4
return saham, CR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return
saham, ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham, dan TATO
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang
dilakukan peneliti dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Periode penelitian sebelumnya adalah 2009-2011, sedangkan periode
penelitian ini 2007-2011. Penelitian sebelumnya menggunakan rasio solvabilitas,
rasio profitabilitas, rasio likuiditas dan rasio aktivitas dengan variabel
independennya yaitu DER, ROE, CR dan TATO, sedangkan penelitian ini
menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio profitabilitas dan rasio pasar dengan variabel penelitiannya yaitu current
ratio (CR), debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), dan price earning
ratio (PER). Metode analisis data pada penelitian terdahulu menggunakan teknis
analisis regresi linier berganda, sedangkan teknis analisis penelitian ini
menggunakan teknis analisis regresi dengan data panel dan alat ujinya adalah
eviews.
Alasan peneliti memilih saham LQ 45 sebagai obyek penelitian karena
saham LQ 45 merupakan saham-saham yang paling aktif diperdagangkan dalam
Bursa Efek Indonesia dan merupakan saham-saham unggulan yang dipilih dari
tiap-tiap sektor industri sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara
runtut waktu (time series). Peneliti memilih variabel CR karena merupakan
ukuran yang umum digunakan untuk melihat kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Menurut Subramanyam dan Jhon
5. 5
dalam Fahmi (2011) CR mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi
kewajiban lancar, sebagai penyangga kerugian, dan merupakan cadangan dana.
DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas, yang
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal yang dijadikan untuk jaminan
utang. ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham
yang mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang
dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas, dan berguna untuk
mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap
rupiah modal dari pemilik. PER menunjukkan hubungan antara harga pasar saham
biasa dan earning per share, bagi para investor angka rasio ini digunakan untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa
mendatang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Return Saham LQ-45 Tahun 2007-2011”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah rasio keuangan yang terdiri dari CR, DER. ROE dan PER secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham LQ 45?
2. Apakah rasio keuangan yang terdiri dari CR, DER, ROE, dan PER secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham LQ-45?
6. 6
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari CR, DER, ROE
dan PER secara parsial terhadap return saham LQ-45.
2. Untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari CR, DER, ROE,
dan PER secara simultan terhadap return saham LQ-45.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Emiten yaitu khususnya perusahaan-perusahaan yang masuk dalam
kelompok Indeks LQ-45, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
rangka pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan
perusahaan.
2. Bagi Investor, dapat digunakan sebagai bahan pengambil keputusan dalam
menginvestasikan dananya pada sekuritas yang menghasilkan return saham
yang optimal. Dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi return
saham diharapkan investor mampu memprediksi return saham, dan menilai
kinerja saham suatu perusahaan.
3. Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai return
saham.
7. 7
4. Bagi Pembaca dan peneliti lain, dapat digunakan sebagai referensi khususnya
yang tertarik meneliti mengenai return saham, khususnya saham Indeks LQ-
45.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pasar Modal
Menurut Samsul (2006), pasar modal adalah tempat atau sarana
bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka
panjang, umumnya lebih dari satu tahun. Sedangkan menurut Fahmi dan Hadi
(2011), pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan
tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk
memperkuat dana perusahaan. Dari dua definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pasar modal adalah tempat bertemunya antara permintaan dan penawaran
atas instrumen keuangan jangka panjang yang biasanya diperjualbelikan
umumnya lebih dari satu tahun yang dipergunakan sebagai tambahan dana atau
untuk memperkuat dana perusahaan.
8. 8
2.2 Saham
Menurut Fahmi dan Hadi (2009) saham adalah:
a. tanda bukti penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan.
b. kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
c. Persediaan yang siap untuk dijual.
Menurut Riyanto (2008) saham adalah tanda bukti pengambilan bagian
atau peserta dalam suatu perseroan terbatas. Jadi dapat disimpulkan bahwa saham
adalah surat bukti kepemilikan asset perusahaan dalam suatu perseroan terbatas.
Menurut Weygandt dan Kieso (2008) ada tiga jenis saham yaitu:
1. Saham biasa, yaitu satu jenis saham yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Saham treasuri, yaitu milik perusahaan yang telah diterbitkan, telah dibayar
lunas, kemudian diperoleh kembali oleh perusahaan tetapi tidak dimaksudkan
untuk ditebus.
3. Saham preferen, yaitu perjanjian yang memberikan keutamaan atau kelebihan
bagi pemiliknya dibandingkan pemegang saham biasa untuk hal-hal tertentu.
2.2.1 Return Saham
Menurut Fahmi dan Hadi (2009), return adalah keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukannya. Sedangkan menurut Hartono (2009), return merupakan hasil yang
diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian (realized return)
9. 9
atau return ekspektasian (expected return. return realisasian adalah return yang
telah terjadi yang dihitung menggunakan data historis. Return realisasian penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahan dan juga
digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan risiko di masa
mendatang. beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan
adalah return total, relatif return, kumulatif return dan return disesuaikan. Return
ekspektasian adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa
mendatang. Return ekspektasian dapat diukur berdasarkan beberapa cara yaitu
berdasarkan nilai ekspektasian masa depan, nilai return historis dan model return
ekspektasian yang ada.
Menurut Usman (2004), komponen return terdiri dari dua jenis: current
income (pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan selisih harga).
Current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang
bersifat periode seperti: pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan
sebagainya. Current income disebut sebagai pendapatan lancar, karena
keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan
secara cepat, seperti bunga atau jasa giro, dividen tunai, juga dapat dalam bentuk
setara kas seperti bonus atau dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham dan dapat dikonversikan menjadi uang kas. Komponen kedua dari
return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih
antara harga jual dengan harga beli saham suatu instrumen investasi. Capital gain
sangat bergantung dari harga pasar instrument investasi, yang berarti bahwa
instrumen investasi harus diperdagangkan dipasar. Dengan adanya perdagangan
10. 10
maka akan timbul perubahan nilai suatu instrument investasi yang memberikan
captal gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return histories yang
terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat
kembalian (expected return).
2.3 Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2008) rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau
antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Menurut Prastowo dan
Juliaty (2005) analisis rasio bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang
telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.
Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir (2008) kelemahan rasio keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Data keuangan disusun dari data akuntansi.
2. prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan
berbeda pula, (dapat naik atau turun), tergantung prosedur pelaporan keuangan
tersebut.
3. Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyusun tidak
jujur dalam memasukkan angka-angka ke laporan keuangan yang mereka
buat. Akibatnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil
yang sesungguhnya.
11. 11
4. Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya berbeda.
5. Penggunaan tahun fiscal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan.
6. Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut terpengaruh.
7. Kesamaan rasio keuangan yang telah dibuat dengan standar industry belum
menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.
Menurut Prastowo dan Juliaty (2005) rasio merupakan alat analisis yang
dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan simptom (gejala-gejala yang
tampak) suatu keadaan. Rasio juga dapat menunjukkan area-area yang
memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam.
2.3.1 Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008) rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan
membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancer dengan
total pasiva lancer (utang jangka pendek). Terdapat dua hasil penilaiaan terhadap
pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya
apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan
perusahaan dalam keadaan illikuid. Tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari
hasil rasio likuiditas yaitu:
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
12. 12
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
4. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
Rasio likuiditas yang sering digunakan adalah Current Ratio (CR). CR
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang berubah menjadi kas dalam waktu
satu tahun atau satu siklus bisnis). Menurut Subramanyam dan Jhon dalam Fahmi
(2011) CR mampu untuk mengukur kemampuan memenuhi kewajiban lancar,
semakin tinggi jumlah aset lancar terhadap kewajiban lancar maka semakin besar
keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar. CR sebagai penyangga
kerugian, semakin besar penyangga maka semakin kecil risikonya. CR juga
merupakan cadangan dana lancar, yaitu ukuran tingkat keamanan terhadap
ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.
2.3.2 Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (2008) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
13. 13
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio solvabilitas yakni:
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya.
2. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
3. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.
4. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
5. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih.
Rasio solvabilitas yang sering digunakan adalah Debt to Equity Ratio
(DER). Rasio ini merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan
keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditur.
Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini
disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah
modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang
saham atau manajemen, rasio leverage ini sebaiknya besar.
14. 14
2.3.3 Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva maupun modal sendiri. Kondisi kemampuan menghasilkan laba
perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak. Bagi para pekerja
merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji) yang akan diterima. Sedangkan
pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang
menjadi hak pemegang saham.
Rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah Return on Equity
(ROE). ROE mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya
yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Rasio ini berguna
untuk mengetahui seberapa besar kembalian yang diberikan oleh perusahaan
untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas
dari sudut pandang pemegang saham.
2.3.4 Rasio Pasar
Menurut Hanafi dan Mamduh (2009) rasio pasar adalah rasio yang
mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih
banyak berdasar pada sudut pandang investor (calon investor), meskipun pihak
manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini.
15. 15
Rasio pasar yang sering digunakan adalah Price Earning Ratio (PER).
PER menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dan earning per
share. Bagi investor angka rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa mendatang. Perusahaan dengan
peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi,
sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung
memiliki PER yang rendah pula (Prastowo dan Juliaty, 2005).
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang mengkaji tentang kinerja keuangan dan return
saham telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Diantaranya sebagai
berikut:
1. Sari (2012) meneliti tentang analisis pengaruh DER, ROE, CR dan TATO
terhadap return saham. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa DER
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan CR
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham, ROE
berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap return saham, hanya TATO
yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
2. Widiyanti dan Dianita (2012) telah melakukan penelitian tentang pengaruh
rasio leverage, rasio profitabilitas dan rasio likuiditas terhadap return saham
perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI periode 2003-2008. Hasil
penilitiannya menunjukkan bahwa DER tidak mempunyai pengaruh signifikan
16. 16
terhadap return saham, sedangkan EPS dan CR berpengaruh secara signifikan
terhadap return saham.
3. Savitri (2012) meneliti tentang analisis pengaruh ROA, NPM, EPS dan PER
terhadap return saham. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa ROA
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham, NPM
mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap return
saham, sedangkan EPS dan PER mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap return saham.
4. Kusumo (2011) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh rasio
keuangan terhadap return saham pada perusahaan non Bank LQ 45. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hanya variabel TATO yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel lainnya yaitu
ROA, DER dan CR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return
saham.
5. Nugroho (2009) meneliti tentang analisis pengaruh informasi fundamental
terhadap return saham. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa pada sub
sektor industri otomotif dan textil variabel yang mempunyai pengaruh
signifikan positif terhadap return saham adalah DER dan QAI, sedangkan
variabel PER, ROA dan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham baik pada sub sektor industri otomotif maupun industri textil.
6. Widodo (2007) meneliti tentang analisis pengaruh rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, dan rasio pasar terhadap return saham syariah dalam kelompok
17. 17
Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2003-2005. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa TATO, ITO, ROA, ROE, EPS dan PBV secara bersama-sama
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham syariah.
Sedangkan secara parsial pengaruhnya berbeda-beda. TATO, ROA, ROE dan
EPS masing-masing mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap
return saham syariah, ITO mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan,
dan PBV mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap return saham
syariah.
7. Susilowati dan Turyanto (2009) yang meneliti tentang reaksi signal rasio
profitabilitas dan rasio solvabilitas terhadap return saham perusahaan. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap
return saham, sedangkan EPS, NPM, ROA dan ROE tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
8. Pasaribu (2007) meneliti tentang kinerja pasar dan informasi akuntansi
sebagai pembentuk portfolio saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
secara simultan PER, PBV, ROE, EPS, PSR, Var dan rasio B/M berpengaruh
signifikan terhadap return saham selama periode penelitian, tapi secara parsial
hanya 4 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap return saham yaitu
Var, rasio B/M, PER dan PBV.
9. Ulupui (2005) meneliti tentang analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage,
aktivitas dan profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan
makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi di BEJ).
18. 18
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Current Ratio dan Return On Asset
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke
depan, Debt to Equity Ratio menunjukkan hasil positif tetapi tidak signifikan,
dan Total Asset Turn Over menunjukkan hasil yang negatif dan tidak
signifikan.
10. Jauhari dan Wibowo (2004) tentang analisis fundamental terhadap return
saham pada periode Bullish dan Bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa analisis fundamental dan rasio
keuangan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
return saham baik periode bullish maupun pada periode bearish. Pengujian
secara parsial memberikan kesimpulan bahwa Price to Book Value Ratio
memiliki pengaruh negative signifikan terhadap return saham pada periode
bullish dan bearish, Return On Equity memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap return saham pada periode bullish dan bearish. Sedangkan Price
Earning Ratio dan Debt to Total Equity tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap return saham baik pada periode bullish maupun pada periode
bearish.
Table 2.1
Penelitian Terdahulu
N
o
Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Sari (2012) Analisis pengaruh
DER, ROE, CR
dan TATO
Dependen:
return saham
Independen:
DER
berpengaruh
positif dan
19. 19
terhadap return
saham
DER, ROE, CR,
TATO
signifikan
terhadap return
saham, CR
berpengaruh
positif tetapi
tidak signifikan
terhadap return
saham, ROE
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap return
saham, TATO
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap return
saham.
2. Widiyanti dan
Dianita (2012)
Pengaruh rasio
leverage,
profitabilitas dan
likuiditas terhadap
return saham
perusahaan aneka
industri yang
terdaftar di BEI
periode 2003-2008
Dependen:
return saham
Independen:
DER, EPS, CR
DER tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham, EPS dan
CR berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham.
3. Savitri (2012) Analisis pengaruh
ROA, NPM, EPS
dan PER terhadap
return saham
Dependen:
return saham
Independen:
ROA, NPM,
EPS, PER
ROA
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap return
saham, NPM
berpengaruh
positif tetapi
tidak signifikan
terhadap return
saham, EPS dan
PER berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap return
saham.
4. Kusumo (2011) Analisis pengaruh
rasio keuangan
terhadap return
saham pada
Dependen:
return saham
Independen:
ROA, DER,
TATO
berpengaruh
signifikan
terhadap return
20. 20
perusahaan non
bank LQ 45
CR, TATO saham, ROA,
DER dan CR
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham.
5. Nugroho (2009) Analisis pengaruh
informasi
fundamental
terhadap return
saham
Dependen:
return saham
Independen:
ROA, DER,
CR, PER, QAI
Hanya DER dan
QAI yang
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap return
saham baik pada
sub sektor
industri otomotif
maupun textil.
6. Widodo (2007) analisis pengaruh
rasio aktivitas,
rasio profitabilitas,
dan rasio pasar
terhadap return
saham syariah
dalam kelompok
Jakarta Islamic
Index (JII) tahun
2003-2005
Dependen:
return saham
Independen:
TATO, ROA,
ROE, EPS,
ITO, PBV
TATO, ROA,
ROE dan EPS
berpengaruh
positif signifikan
terhadap return
saham syariah,
ITO berpengaruh
positif tetapi
tidak signifikan,
dan PBV
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap return
saham syariah.
7. Susilawati dan
Turyanto (2009)
Reaksi signal rasio
profitabilitas dan
rasio solvabilitas
terhadap return
saham perusahaan
Dependen:
Return Saham.
Independen:
EPS, NPM,
ROA, ROE,
DER
DER
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham,
sedangkan EPS,
NPM, ROA dan
ROE tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham.
8. Pasaribu
(2007).
Kinerja pasar dan
informasi
akuntansi sebagai
Dependen:
return saham
Independen:
Hanya 4 variabel
yang
berpengaruh
21. 21
pembentuk
portfolio saham
PER, PBV,
ROE, EPS,
PSR, Var dan
rasio B/M
signifikan
terhadap return
saham yaitu Var,
rasio B/M, PER
dan PBV
9. Ulupui (2005). Analisis pengaruh
rasio likuiditas,
leverage, aktivitas
dan profitabilitas
terhadap return
saham (studi pada
perusahaan
makanan dan
minuman dengan
kategori industri
barang konsumsi
di BEJ)
Dependen:
return saham
Independen:
Current Ratio,
ROA, DER,
DER, TATO
Current Ratio
dan ROA
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap return,
DER
menunjukkan
hasil positif
tetapi tidak
signifikan, dan
TATO
menunjukkan
hasil yang negatif
dan tidak
signifikan.
1
0.
Jauhari dan
Wibowo (2004)
Analisis
fundamental
terhadap return
saham pada
periode Bullish
dan Bearish Indeks
Harga Saham
Gabungan.
Dependen:
return saham
Independen:
PBV, ROE,
PER dan Debt
to Total Equity
PBV
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap return
saham pada
periode bullish
dan bearish,
ROE
berpengaruh
positif signifikan
terhadap return
saham pada
periode bullish
dan bearish. PER
dan Debt to Total
Equity tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham baik pada
periode bullish
maupun pada
periode bearish.
22. 22
2.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian teoritis dan hasil penelitian terdahulu maka dibuat
kerangka pemikiran dengan variabel dependen yaitu return saham, sedangkan
variabel independennya adalah rasio keuangan yang terdiri dari CR, DER, ROE
dan PER. Sehingga pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen akan diduga sebagai berikut:
1. Pengaruh CR terhadap return saham
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. CR digunakan untuk mencari nilai
likuiditas tersebut. CR didapatkan dengan membandingkan nilai aktiva lancar
dengan kewajiban lancar perusahaan. Semakin tinggi nilai CR berarti
semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka
pendeknya. Semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajibannya berarti semakin kecil resiko likuidasi yang dialami perusahaan,
dengan kata lain semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh pemegang
saham perusahaan. Investor akan menganggap perusahaan beroperasi dengan
baik dan menutupi kewajiban jangka pendeknya ketika CR meningkat maka
nilai return saham juga mengalami peningkatan. Hasil ini didukung oleh
penelitian Widiyanti dan Dianita (2012), dan Ulupui (2005) yang mengatakan
bahwa CR berpengaruh terhadap return saham.
2. Pengaruh DER terhadap return saham
23. 23
Rasio DER diperoleh dari pembandingan antara total utang dengan total
modal sendiri. DER memberikan gambaran kemampuan perusahaan melunasi
seluruh utangnya bila dibandingkan dengan modal yang dimiliki.
Meningkatnya nilai DER berarti meningkatnya jumlah utang yang dimiliki
oleh perusahaan. Disisi lain, peningkatan DER bisa juga disebabkan karena
nilai modal sendiri yang dimiliki jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan
utang dari pihak eksternal. Hal ini akan menyebabkan perusahaan sangat
tergantung pada kreditur. Hal ini menyebabkan para investor ragu
menanamkan modalnya pada perusahaan karena resiko utang yang tinggi.
DER yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja
perusahaan, karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga
perusahaan akan semakin besar dan akan mengurangi keuntungan. Namun
sampai batas tertentu besarnya DER dapat mengakibatkan tax saving yang
dapat digunakan untuk meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang
berdampak pada meningkatnya performa dan kinerja perusahaan. Bila
performa dan kinerja perusahaan meningkat, maka minat investor terhadap
perusahaan menjadi tinggi dan dampaknya terhadap return saham akan
meningkat. Berdasarkan konsep tersebut maka dimungkinkan adanya
pengaruh DER terhadap return saham. Hal tersebut didukung oleh penelitian
yang diakukan oleh Sari (2012), Susilawati dan Turyanto (2009) yang
mengemukakan bahwa DER berpengaruh terhadap return saham.
3. Pengaruh ROE terhadap return saham
24. 24
ROE merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE sering
disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Tingkat ROE yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi
pemegang saham. Jika perusahaan dapat menghasilakn laba yang tinggi,
maka permintaan akan saham akan meningkat dan selanjutnya akan
berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan. Ketika harga saham
semakin meningkat maka return saham juga akan meningkat. Penelitian yang
dilakukan oleh sari (2012), Widodo (2007), Jauhari dan Wibowo (2004)
menunjukkan bahwa ROE mempunyai pengaruh terhadap return saham.
4. Pengaruh PER terhadap return saham
PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan EPS
dari saham yang bersangkutan. Makin besar PER suatu saham maka
menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per
saham. Jika PER meningkat maka harga saham juga akan semakin besar
begitu juga dengan return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Savitri
(2012) dan Pasaribu (2007) menyatakan bahwa PER mempunyai pengaruh
terhadap return saham.
2.6 Model Penlitian
Model penelitian atau disebut paradigma penelitian adalah pola pikir yang
menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui
25. 25
penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis dan teknik analisis
statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat digambarkan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
CR
(X1)
DER
(X2)
Return
Saham
(Y)
ROE
(X3)
PER
(X4)
26. 26
Gambar 2.1 Model Penelitian
Keterangan :
Secara simultan
Secara parsial
Gambar tersebut mengemukakan tentang pengaruh rasio keuangan terhadap
return saham. Variabel independen dalam penelitian ini adalah CR, DER, ROE,
dan PER, sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Pada penelitian
ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan
yang terdiri dari CR, DER, ROE, dan PER baik secara simultan ataupun secara
parsial terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011.
2.7 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : CR mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
H2 : DER mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
H3 : ROE mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
H4 : PER mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
H5 : CR, DER, ROE, dan PER mempunyai pengaruh signifikan terhadap return
saham.
27. 27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI. Pada
penelitian ini saham yang digunakan adalah saham LQ 45 karena saham-saham
tersebut merupakan saham-saham unggulan yang dipilih dari tiap-tiap sektor
industri sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtut waktu (time
series).
Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Kriteria
penentuan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan dari periode 31 Desember
2007 sampai 31 Desember 2011.
2. Perusahaan selalu masuk dalam LQ 45 selama periode 2007-2011.
3. Ketersediaan dan kelengkapan data selama penelitian. Apabila ada perusahaan
yang tidak bisa dihitung rasionya, maka akan dikeluarkan.
28. 28
4. Perusahaan perbankan tidak dimasukkan ke dalam sampel karena perbedaan
dalam perhitungan rasio.
Dari kriteria pengambilan sampel di atas, jumlah sampel yang memenuhi
kriteria adalah sebanyak 14 perusahaan.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel
N
o
Kode Efek Nama Emiten
1 AALI Astra Argo Lestari Tbk
2 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
3 ASII Astra Internasional Tbk
4 BNBR Bakrie & Brothers Tbk
5 ENRG Energi Mega Persada Tbk
6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
7 ISAT Indosat Tbk
8 MEDC Medco Energi International Tbk
9 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
1
0
PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
1
1
SMCB Holcim Indonesia Tbk
1
2
TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
1
3
UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk
1
4
UNTR United Tractors Tbk
Sumber: www.idx.co.id
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter,
sehingga data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini adalah data
29. 29
sekunder, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh
peneliti.
Data laporan keuangan dan harga saham LQ 45 diperoleh dari
www.idx.com dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
3.3 Operasionalisasi Variabel
Definisi Operasional Variabel adalah definisi dari variabel‐variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, dan menunjukkan cara pengukuran dari masing‐
masing variabel tersebut, pada setiap indikator dihasilkan dari data sekunder dan
dari suatu perhitungan terhadap formulasi yang mendasarkan pada konsep teori.
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen yaitu rasio keuangan yang terdiri dari
CR, DER, ROE, dan PER. Variabel dependen yaitu return saham. Masing-masing
variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Metode Pengukuran Skala
Return
Saham
(Y)
Hasil yang diperoleh dari
peroleh dari investasi di
dalam saham LQ-45.
(Pt – Pt-1)
Rit =
Pit-1
Rasio
CR (X1) Rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan
memenuhi utang jangka
pendeknya dengan
menggunakan aktiva
lancarnya.
o Rasio
DER
(X2)
Rasio ini
menggambarkan
sejauhmana modal
pemilik dapat menutupi
utang kepada pihak luar.
Rasio
30. 30
ROE
(X3)
Rasio ini untuk
mengetahui seberapa
besar kembalian yang
diberikan oleh
perusahaan untuk setiap
rupiah modal dari
pemilik.
Rasio
PER
(X4)
PER melihat harga
saham relatif terhadap
earning-nya.
Rasio
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kuantitatif, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa
variable independen secara bersama‐sama maupun secara sendiri‐sendiri terhadap
variable dependen. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model regresi data panel. Tehnik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
program komputer eviews 6.0.
3.5 Analisis Regresi dengan Data Panel
Menurut Winarno (2009), data panel dapat didefinisikan sebagai gabungan
antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Nama
lain dari panel adalah pool data, kombinasi data time series dan cross section,
micropanel data, longitudinal data, analisis even history dan analisis cohort.
Pada dasarnya penggunaan metode data panel memiliki beberapa
keunggulan. Berikut adalah keunggulan metode data panel:
1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit
dengan mengizinkan variabel spesifik individu.
31. 31
2. Kemampuan mengontrol heterogenitas individu ini selanjutnya menjadikan
data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku
yang lebih kompleks.
3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-
ulang (time series), sehingga metode data panel cocok untuk digunakan
sebagai study of dynamic adjustment.
4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih
informatif, lebih variatif, kolinearitas antar variabel yang semakin berkurang,
dan peningkatan derajat bebas (degrees of freedom-df), sehingga dapat
diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.
5. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang
kompleks.
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh
agregasi data individu.
Keunggulan-keunggulan tersebut memiliki implikasi pada tidak harus
dilakukan pengujian asumsi klasik dalm model data panel (Ajija, dkk : 2011)
Persamaan regresi dengan data panel adalah sebagai berikut:
Yit = β0+ β1X1it+ β2X2it +β3X3it + β4X4it + eit
Keterangan:
Yit : Return saham
32. 32
β0 : Konstanta
β1, β2, β3, β4, : Koefisien variabel independent
X1it : CR
X2it : DER
X3it : ROE
X4it : PER
eit : Error
Terdapat tiga pendekatan dalam mengestimasi regresi data panel yang
dapat digunakan yaitu model Common Effect, model Fixed Effect, dan model
Random Effect.
3.5.1 Common Effect
Estimasi Common Effect (koefisien tetap antar waktu dan individu)
merupakan teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel. Hal ini
karena hanya dengan mengkombinasikan data time series dan data cross secsion
tanpa melihat perbedaan antara waktu dan individu, sehingga dapat
menggunakan metode OLS dalam mengestimasi data panel.
Dalam pendekatan estimasi ini, tidak diperlihatkan dimensi individu
maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam
berbagai kurun waktu. Dengan mengkombinasikan data time series dan data
33. 33
cross section tanpa melihat perbedaan antara waktu dan individu, maka model
persamaan regresinya adalah:
Yit = β0 + β1X1it+ β2X2it +β3X3it + β4X4it + eit
3.5.2 Fixed Effect
Pendekatan estimasi common effect (slope konstan tetapi intersep berbeda
antar individu) sangat jauh berbeda dari realita sebenarnya. Karakteristik antar
perusahaan jelas akan berbeda, misalnya budaya perusahaan, gaya manajerial,
sistem insentif, dan sebagainya. Salah satu cara paling sederhana mengetahui
adanya perbedaan adalah dengan mengasumsikan bahwa intersep berbeda antar
perusahaan sedangkan slopenya tetap sama antar perusahaan.
Model yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep biasa disebut
dengan model regresi Fixed Effect. Teknik model Fixed Effect adalah teknik
mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk
menangkap adanya perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan
adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar
waktu. Di samping itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi
(slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu. Model Fixed Effect dengan
teknik variabel dummy dapat ditulis sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it+β2X2it +β3X3it +β4X4it+ β5d1it+ β6d2it +β7d3it +….+ βndnit + eit
3.5.3 Random Effect
34. 34
Pada model Fixed Effect terdapat kekurangan yaitu berkurangnya derajat
kebebasan (Degree Of Freedom) sehingga akan megurangi efisiensi parameter.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dapat menggunakan pendekatan
estimasi Random Effect. Pendekatan estimasi random effect ini menggunakan
variabel gangguan (error terms). Variabel gangguan ini mungkin akan
menghubungkan antar waktu dan anatar perusahaan. Penulisan konstanta dalam
model random effect tidak lagi tetap tetapi bersifat random sehingga dapat
ditulis dengan persmaan sebagai berikut:
Yit = β0 + β1X1it+ β2X2it +β3X3it + β4X4it+ eit + µi
Dalam memilih model data panel yang akan digunakan, pertama dilakukan
uji Chow untuk menentukan apakah pengolahan data panel menggunakan metode
Common Effect atau Fixed Rffect. Jika signifikan maka dilanjutkan dengan uji
Hausman untuk memilih antara Fixed Effect dan Random Effect. Jika hasil uji
Hausman signifikan maka disimpulkan pengolahan dilakukan dengan metode
Fixed Effect. Namun, jika uji Hausman tidak signifikan maka dilanjutkan dengan
uji Breusch-Pagan LM test untuk memilih antara metode Random Effect dan
Common Effect.
3.6 Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen baik secara simultan maupun secara parsial mempengaruhi variabel
dependen yang mana dilakukan dengan ujit t (t-test) dan uji F (F-test) dengan
tingkat signifikasi (α) 5% atau α = 0,05.
35. 35
3.6.1 Uji t
Uji statistik t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah dengan melihat signifikansi (α)
dengan ketentuan :
α < 5% : Ha diterima. Berarti variabel independen secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
α > 5% : Ha ditolak. Berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.2 Uji F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap nilai variabel dependen. Dalam uji F kesimpulan yang diambil adalah
dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan :
α < 5% : Ha diterima. Berarti variabel independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
α > 5% : Ha ditolak. Berarti variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.3 Uji Koefisien Determinasi (R2
)
36. 36
Uji koefisien determinasi (R2
) dilakukan untuk melihat seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2005). Nilai R2
berada antara 0 dan 1. Semakin mendekati 1 atau 100% maka
semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen maka R2
pasti meningkat tidak perduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
(memiliki nilai t yang signifikan atau tidak). Oleh karena itu, banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2
pada saat mengevaluasi
mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R2
, nilai adjusted R2
dapat naik
atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model
(Kuncoro, 2003).
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejaran Bursa Efek Indonesia
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan
dengan pembelian dan penjualan efek atau saham perusahaan serta obligasi
pemerintah. Bursa efek tersebut, bersama-sama dengan pasar uang, merupakan
sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah. Biasanya
37. 37
terdapat suatu lokasi pusat, setidaknya untuk catatan, namun perdagangan kini
semakin sedikit kaitannya dengan tempat seperti itu, karena bursa saham modern
kini adalah jaringan elektronik yang memberikan keuntungan dari segi kecepatan
dan biaya transaksi. Perdagangan dalam bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang
anggota, sang pialang saham. Permintaan dan penawaran dalam pasar-pasar
saham didukung faktor-faktor yang seperti halnya dalam setiap pasar bebas,
mempengaruhi harga. Sebuah bursa saham seringkali menjadi komponen
terpenting dari sebuah pasar saham. Tidak ada keharusan untuk menerbitkan
saham melalui bursa saham itu sendiri dan saham juga tidak mesti
diperdagangkan di bursa tersebut, hal ini dinamakan “off exchange”. Penawaran
pertama dari saham kepada investor dinamakan pasar perdana atau pasar primer
dan perdagangan selanjutnya disebut pasar kedua (sekunder).
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali
38. 38
pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di
Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
14 Desember 1912 : Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914-1918 : Bursa efek di Batavia ditutup selama perang dunia I.
1925-1942 : Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan bursa
efek di Semarang dan Surabaya.
Awal tahun 1939 : karena isu politik (perang dunia II) bursa efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
1942-1952 : Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama perang dunia II.
1952 : Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU darurat pasar
modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen yang diperdagangkan : obligasi pemerintah RI (1950).
1956 : program basionalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin tidak
aktif.
1056-1977 : Perdagangan di Bursa efek vakum.
39. 39
10 Agustus 1977 : Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.
BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT pasar modal. Pengaktifan
kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT. Semen
Cibinong sebagai emiten pertama.
1977-1987 : Perdagangan di Bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga
1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 (PAKSES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran
Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988-1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan . pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bersa terlihat
meningkat.
2 Juni 1988 : Bursa Panel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan paket Desember 88 (PAKDES
88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
40. 40
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola
oleh Perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
13 Juli 1992 : Swatanisasi BEJ. BAPEPAM beruabah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan
sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8
tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan
pada Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem perdagangan tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI), dalam Bahasa Inggris Indonesian
Stock Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil
penggabunga Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES), di
mana BES melebur ke dalam BEJ. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini
41. 41
memulai operasinya pada 1 Desember 2007. BEI dipimpin oleh Direktur Utama
Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur Utama BES
Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan
Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan. BEJ menggunakan sistem perdagangan
bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995,
menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini
sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX.
Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan
bursa kepada publik, BEJ menyebutkan data pergerakan harga saham melalui
media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut
adalah indeks harga saham. Saat ini BEI mempunyai tujuh macam indeks saham.
1. IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi
indeks.
2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap
sektor.
3. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa
tahapan seleksi.
4. Indeks Individual, merupakan indeks untuk masing-masing saham
didasarkan harga dasar.
5. Jakarta Islamic Index, merupakan indeks perdagangan saham syariah.
42. 42
6. Indeks papan umum utama dan papan pengembangan, indeks yang
didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok
Papan Utama dan Papan Pengembangan.
7. Indeks Kompas 100, menggunakan 100 saham pilihan harian Kompas.
Adapun alamat dari Bursa Efek Indonesia adalah Gedung Bursa Efek
Indonesia Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan 12190.
4.2 Profil Perusahaan LQ 45
Berikut ini adalah profil masing-masing perusahaan LQ 45 periode 2007-
2011:
1. PT. Astra Agro Lestari Tbk
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Oktober 1988, yang bergerak dibidang
perkebunan. Harga perdana pada saat listing adala Rp 1.550, dengan modal dasar
Rp 629.000.000.000, adapun modal yang disetor sebesar Rp 629.000.000.000.
pemegang saham mayoritas adalah PT. Astra Internasional sebesar 67%. Alamat
perusahaan ini di Jalan Ir. H. Juanda No. 22 Jakarta Telp. (021) 2312555.
2. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 5 Juli 1968, yang bergerak dibidang
pertambangan logam dan mineral lainnya. Harga perdana pada saat listing adala
Rp 1.400, dengan modal dasar Rp 3.799.999.999.500, adapun modal yang disetor
sebesar Rp 953.845.974.500. Pemegang saham mayoritas adalah Negara Republik
43. 43
Indonesia sebesar 65%. Alamat perusahaan ini di Gd. Aneka Tambang Jl. Letjen
TB. Simatupang No. 1 Lingkar sel. Tan-Bar Jakarta (021) 7805119 Faks. (021)
7812822.
3. PT. Astra Internasional Tbk
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 Februari 1957, perusahaan ini adalah
penanaman modal asing yang bergerak di bidang Otomotif Diversifikasi,
Infrastruktur, Keuangan, Kayu, Teknologi dan Produk gabungan. Harga perdana
pada saat listing adala Rp 14.890, dengan modal dasar Rp 3.000.000.000.000,
adapun modal yang disetor sebesar Rp 1.304.044.000.000. Alamat perusahaan ini
di Gd. AMDI Lt. 2 Jl. Gaya Motor Raya No. 9 Sunter 11 Jakarta telp. (021)
6522555 faks (021) 65304957.
4. PT. Bakrie & Brothers Tbk
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 13 Maret 1951, yang bergerak dibidang
perdagangan umum, pembangunan, pertanian, pertambangan, industri terutama
produksi pipa baja, bahan bangunan dan bahan kontruksi lainnya, sistem
telekomunikasi barang elektronik dan elektri.. Harga perdana pada saat listing
adala Rp 1.000. Alamat perusahaan ini di Bakrie Tower, Lantai 35-37, Komplek
Rasuna Epicentrum, Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940 telp (021)
29912222.
5. PT. Energi Mega Persada Tbk
44. 44
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 16 Oktober 2001, perusahaan ini bergerak
di bidang eksporasi dan perdagangan minyak dan gas. Harga perdana pada saat
listing adalah Rp 100. Alamat perusahaan ini di Bakrie Tower, Lantai 32,
Komplek Rasuna Epicentrum, Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940 telp
(021) 25577000.
6. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 14 Agustus 1990, yang bergerak dibidang
makanan dan minuman. Harga perdana pada saat listing adala Rp 6.200, dengan
modal dasar Rp 3.000.000.000.000, adapun modal yang disetor sebesar Rp
938.490.000.000. pemegang saham mayoritas adalah Cab. Holding Ltd sebesar
46,53%. Alamat perusahaan ini di Gd. Ariobimo central Lt. 12 Jl. H. R. Rasuna
Said X-2 Jakarta Telp (021) 5228822 Faks (021) 5226014.
7. PT. Indosat Tbk
Perusahaan ini bergerak dibidang Jasa Telekomunikasi Internasional.
pemegang saham mayoritas adalah ICL/STT Telemedia sebesar 41,94%. Alamat
perusahaan ini di Jalan Medan Merdeka Barat No. 21 Jakarta 10110.
8. PT. Medco Energi International Tbk
Perusahaan ini berdiri dalam rangka UU Penanaman Modal Dalam Negeri No
6/1968 sebagaimana telah diubah dengan UU No 12/1970 berdasarkan akta
Notaris 19 dari Imas Fatimah, SH, tanggal 9 Juni 1980. Perusahaan berdomisili di
Jakarta dengan kantor pusat beralamat di Lantai 52, Gedung The Energy, SCBD
45. 45
lot 11A, Jln. Jenderal Sudirman, Jakarta 12190. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran
Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari eksplorasi dan
produksi minyak dan gas alam, aktivitas energi lainnya, usaha pengeboran darat
dan lepas pantai, dan investasi (langsung dan tidak langsung) pada anak
perusahaan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada 13 Desember
1980. Perusahaan dan Anak Perusahaan (Grup) mempunyai sekitar 2.295
karyawan per 30 Juni 2011.
9. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Pada 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19/1965,
Perusahaan dinyatakan sebagai perusahaan milik negara dan dikenal sebagai
Perusahaan Gas Negara (PGN). Status hukum Perusahaan diubah dari anak pajak
tangguhan Negara (PN) ke anak pajak tangguhan Umum (Perum) berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1984. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 tahun 1994, status badan hukum Perum menjadi perusahaan perseroan
terbatas dengan tujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan gas alam untuk
pelayanan publik dan membuat keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.
Anggaran dasar perusahaan telah diubah sesuai dengan Pemerintah Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1995, dan perusahaan ini berganti nama menjadi PT
Perusahaan Gas Negara (Persero). Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar
Perseroan dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1994, tujuan Perseroan
adalah untuk melaksanakan dan mendukung program pembangunan ekonomi dan
46. 46
pembangunan nasional Pemerintah, khususnya dalam penggunaan pengembangan
gas bumi untuk kepentingan publik maupun dalam penyediaan volume yang
cukup dan kualitas gas untuk konsumsi publik. Kantor pusat perusahaan terletak
di Jl. K.H.Zainul Arifin No 20, Jakarta.
10. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 15 Desember 1980, yang bergerak
dibidang Pertambangan Batubara dan Gambut. Harga perdana pada saat listing
adala Rp 575, dengan modal dasar Rp 4.000.000.000.000, adapun modal yang
disetor sebesar Rp 1,065.750.000.000. Pemegang saham mayoritas adalah Negara
Republik Indonesia sebesar 68,25%. Alamat perusahaan ini di Jalan Parigi No. 1
Tanjung Enim 31617 Sumsel, Tanjung Enim Telp (0743) 451252 Faks (0743)
451252.
11. PT. Holcim Indonesia Tbk
Pada 15 Juni 1971 berdirilah PT Semen Cibinong Tbk. Pada bulan Agustus
1997, PT Semen Cibinong Tbk (PTSC) merupakan pelopor era baru dalam
pengembangan pasar modal di Indonesia. Semen Cibinong merupakan perusahaan
pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta. Pada tahun 2001,
Grup Holcim membeli mayoritas saham PT Semen Cibinong Tbk sebesar 77,33%
dari modal yang disetor. Kemudian pada tahun 2005, PT Semen Cibinong Tbk
berubah namanya menjadi PT Holcim Indonesia Tbk. PT Holcim Indonesia Tbk
ini juga kembali menjadi pelopor dalam merubah paradigma bisnis semen di
Indonesia: dari produsen semen menjadi pemasok bahan bangunan yang
47. 47
terintegrasi dengan memberikan solusi sesuai kebutuhan konsumen. Kantor Pusat
PT. Holcim Indonesia Tbk beralamat di Gedung Jamsostek Menara Utama Lt 14-
15 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 28 Jakarta.
12. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
Perusahaan ini bergerak di bidang jasa Telekomunikasi. Pemegang saham
mayoritas adalah Negara Republik Indonesia sebesar 51,19%. Alamat perusahaan
ini di Jl. Japati No. 1 Bandung 40133, Jawa Barat.
13. PT. Bakrie Sumatra Platantions Tbk
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 17 Mei 1911, yang bergerak dibidang
perkebunan. Harga perdana pada saat listing adala Rp 10.700, dengan modal dasar
Rp 148.000.000.000, adapun modal yang disetor sebesar Rp 124.320.000.000.
pemegang saham mayoritas adalah Farindo Invesment (Mauritius) Ltd sebesar
52,24%. Alamat perusahaan ini di Wisma Bakrie Lt. 4 Jl. H. R. Rasuna Said Kav
B 1 Jakarta Telp (021) 2520212 Faks (021) 5200411.
14. PT. United Tractors Tbk
Perusahaan ini bergerak di bidang Peralatan Berat. Pemegang saham
mayoritas adalah PT. Astra Internasional Tbk sebesar 50%. Alamat perusahaan ini
di Jl. Raya Bekasi Km. 22 Cakung Jakarta 13910 PO. BOX 3238.
49. 49
5.1 Hasil Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan
informasi mengenai variabel-variabel penelitian seperti CR, DER, ROE, PER dan
return saham. Analisis statistik deskriptif memberikan suatu gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata
(mean), deviasi standar dari masing-masing variabel penelitian. Hasil analisis
deskriptif dengan menggunakan eviews 6.0 dari variabel-variabel penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Hasil Statistik deskriftif
Y
(Return)
X1 (CR) X2 (DER) X3 (ROE) X4 (PER)
Mean 0.655143 1.928571 0.236714 1.230143 4.141143
Median 0.440000 1.560000 0.240000 1.055000 2.120000
Maximum 2.820000 8.100000 0.810000 4.870000 20.82000
Minimum 0.030000 0.400000 0.010000 0.180000 1.050000
Std. Dev. 0.599243 1.565360 0.165562 1.419126 4.242938
Observation
s 70 70 70 70 70
Cross
sections 14 14 14 14 14
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa jumlah observasi dari
penelitian ini adalah 70, penelitian ini menggunakan analisis data panel.
Gabunagan antara cross section dan time series, dengan cross section sebanyak
14 perusahaan dan time series selama lima tahun, yaitu tahun 2007, 2008, 2009,
2010 dan 2011. Sehingga didapat jumlah observasi sebanyak 70.
50. 50
Pada variabel CR nilai yang terkecil adalah 0,400000 dan nilai yang
terbesar adalah 8,100000 dengan nilai rata-rata sebesar 1,928571 dan nilai deviasi
standar sebesar 1,565360. Nilai variabel DER yang terkecil adalah 0,010000 dan
nilai yang terbesar adalah 0,810000 dengan rata-rata sebesar 0,240000 dan nilai
standar deviasinya sebesar 0,165562.
Pada variabel ROE, nilai terkecil adalah sebesar 0,180000 sedangkan nilai
terbesarnya adalah sebesar 4,870000 dengan rata-rata 1,230143 dan nilai standar
deviasinya sebesar 1,419126. Selanjutnya pada variabel PER nilai terkecilnya
adalah sebesar 1,050000, nilai terbesarnya adalah 20,820000 dengan rata-rata
sebesar 4,141143 dan standar deviasinya sebesar 4,242938. Sedangkan pada
variabel dependent return, nilai terkecilnya adalah 0,030000, nilai terbesarnya
2.820000, nilai rata-ratanya sebesar 0,655143 dan standar deviasinya sebesar
0,599243.
5.2 Analisis Regresi Data Panel
Analisis data panel digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi yang
akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak. Untuk
pengujian persamaan regresi data panel menggunakan beberapa pendekatan.
Dalam penentuan metode mana yang lebih tepat digunakan dalam penelitian ini,
terlebih dahulu dilakukan estimasi dengan tiga model data panel yaitu, Common
Effect, Fixed Effect, dan Random Effect, dan kemudian diuji untuk mengetahui
model mana yang terbaik untuk digunakan.
5.2.1 Hasil Estimasi dengan Model Common Effect
51. 51
Hasil estimasi model Common Effect dengan teknik Weighted Least
Square dapat dilihat pada tabel output berikut:
Tabel 5.2
Hasil Estimasi Common Effect/Pooled EGLS(Cross-Section-Weights)
Total pool (balanced) observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.431354 0.182112 2.368616 0.0208
CR? -0.030452 0.037390 -0.814434 0.4184
DER? 0.507139 0.358544 1.414441 0.1620
ROE? 0.063373 0.074668 0.848730 0.3991
PER? -0.000540 0.017876 -0.030206 0.9760
R-squared 0.054008 Mean dependent var 0.734846
Adjusted R-squared -0.004207 S.D. dependent var 0.570142
S.E. of regression 0.585908 Sum squared resid 22.31375
F-statistic 0.927728 Durbin-Watson stat 1.769866
Prob(F-statistic) 0.453428
Sumber: hasil olah data, 2012
Hasil regresi menunjukkan bahwa slope variabel CR sebesar -0.030452,
slope DER sebesar 0.507139, slope ROE sebesar 0.063373 dan slope PER sebesar
-0.000540. Sementara nilai p-value CR adalah 0.4184, DER sebesar 0.1620, ROE
sebesar 0.3991 dan PER sebesar 0.9760 yang menunjukkan semua koefisien tidak
signifikan secara parsial. Nilai probabilitas uji F adalah sebesar 0.453428 yang
berarti semua variabel tidak signifikan secara simultan.
5.2.2 Hasil Estimasi dengan Model Fixed Effect
Hasil estimasi model fixed Effect dengan teknik Weighted Least Square
dapat dilihat pada tabel output berikut:
52. 52
Tabel 5.3
Hasil Estimasi Fixed Effect/LSDV - EGLS(Cross-Section-weights)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.152258 0.116936 1.302062 0.1986
CR? 0.052583 0.006489 8.103560 0.0000
DER? 0.176036 0.164537 1.069886 0.2896
ROE? 0.229715 0.068036 3.376381 0.0014
PER? 0.018647 0.009068 2.056301 0.0448
Fixed Effects (Cross)
_AALI--C 0.293149
_ANTM--C -0.098544
_ASII--C 0.160135
_BNBR--C -0.275858
_ENRG--C 0.206644
_INDF--C 0.270213
_ISAT--C -0.680643
_MEDC--C -0.396034
_PGAS--C -0.185968
_PTBA--C 0.381663
_SMCB--C 0.315382
_TLKM--C -0.368401
_UNSP--C 0.273911
_UNTR--C 0.104351
R-squared 0.628376 Mean dependent var 1.014535
Adjusted R-squared 0.506884 S.D. dependent var 1.043612
S.E. of regression 0.556546 Sum squared resid 16.10666
F-statistic 5.172144 Durbin-Watson stat 2.615725
Prob(F-statistic) 0.000002
Sumber: hasil olah data, 2012
Nilai koefisien untuk variabel CR adalah 0.052583, DER sebesar
0.176036, ROE sebesar 0.229715 dan PER sebesar 0.018647. berdasarkan nilai p-
value dari empat variabel independen tersebut ada tiga variabel yang signifikan
yaitu CR, ROE dan PER yang mempunyai nilai p-value < 0.05, sedangkan DER
tidak signifikan karena nilai p-value > 0.05 yaitu sebesar 0.2896. Nilai intersep
untuk masing-masing perusahaan adalah AALI sebesar 0.293149, ANTM sebesar
-0.098544, ASII sebesar 0.160135, BNBR sebesar -0.275858, ENRG sebesar
0.206644, INDF sebesar 0.270213, ISAT sebesar -0.680643, MEDC sebesar
53. 53
-0.396034, PGAS sebesar -0.185968, PTBA sebesar 0.381663, SMCB sebesar
0.315382, TLKM sebesar -0.368401, UNSP sebesar 0.273911 dan intersep untuk
UNTR sebesar 0.104351.
5.2.3 Hasil Estimasi dengan Model Random Effect
Hasil estimasi model Random Effect dapat dilihat pada tabel output
berikut:
Tabel 5.4
Hasil Estimasi Random Effect/Pooled EGLS(cross-section Random Effect)
Variable
Co
effi
cie
nt
Std.
Erro
r
t-
Stat
istic
Pr
ob.
C
0.4
254
35
0.23
723
6
1.79
330
0
0.0
77
6
CR?
-
0.0
383
28
0.05
712
7
-
0.67
092
7
0.5
04
6
DER?
0.5
250
61
0.48
097
5
1.09
166
1
0.2
79
0
ROE?
0.1
282
21
0.09
809
3
1.30
713
6
0.1
95
8
PER?
0.0
052
17
0.01
790
5
0.29
140
1
0.7
71
7
Random
Effects
(Cross)
_AALI--C
0.0
231
51
_ANTM--
C
0.0
082
59
_ASII--C
0.0
109
44
_BNBR--
C
-
0.0
549
41
_ENRG--
C
0.0
543
55. 55
seberapa besar perbedaan komponen kesalahan random sebuah perusahaan
terhadap nilai intersep rata-rata semua perusahaan. Misalnya pada perusahaan
AALI adalah 0.023151 yang menunjukkan seberapa besar perbedaan komponen
kesalahan random perusahaan AALI dengan nilai intersep rata-rata semua
perusahaan. Jika dijumlahkan semua random effect maka akan menghasilkan
angka nol.
5.3 Uji Chow / Likelihod Ratio Test ( Common Effect atau Fixed Effect)
Uji Chow (chow test)/Likelihood Ratio Test juga biasa disebut dengan uji
signifikasi fixed effect (uji F). Uji F di sini merupakan uji perbedaan dua regresi
yang digunakan unuk membuat keputusan apakah sebaiknya menambah variabel
dummy untuk mengetahui intersep berbeda antar perusahaan dengan Fixed Effect
atau atau tidak (Widarjono, 2009). Hasil uji F dapat dilihat pada tabel output
berikut:
Tabel 5.5
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: FIXED
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 5.133359 (13,52) 0.0000
Sumber: Hasil olah data, 2012
Hipotesis pengujian menggunakan chow-test/likelihood ratio test, yaitu
H0 : model mengikuti Pool
56. 56
H1 : model mengikuti Fixed
Output eviews tersebut menunjukkan bahwa uji F signifikan (p-value)
0.0000 lebih kecil dari 5%, sehingga H0 ditolak. Maka model FEM lebih baik
dibandingkan model PLS/Common Effect.
5.4 Uji Hausman (Fixed Effect vs Random Effect)
Pada pengujian uji Chow, diperoleh bahwa model Fixed Effect lebih baik
dari pada model Common Effect. Selanjutnya uji yang akan dilakukan adalah uji
Hausman. Uji ini dikembangkan oleh Hausman untuk memilih apakah lebih baik
menggunakan Model Fixed Effect atau Random Effect. Statistik uji Hausman
mengikuti distribusi Chi Square dengan Degree Of Freedom sebanyak k dimana k
adalah jumlah variebel independen, jika nilai statistik Hausman lebih besar dari
nilai kritisnya, maka model yang tepat adalah model Fixed Effect, dan sebaliknya
(Widarjono, 2009). Berikut hasil uji Hausman yang ditampilkan dalam tabel
output:
Tabel 5.6
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PLS
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.170088 4 0.0053
Sumber: Hasil olah data, 2012
Hipotesis dari uji Hausman adalah:
57. 57
H0 : random effect
H1 : fixed effect
Apabila Chi Square hitung > Chi Square tabel dan p-value signifikan, maka H0 ditolak
dan model fixed effect lebih tepat digunakan.
Berdasarkan output uji Hausman dari eviews terlihat nilai Chi Square hitung
> Chi Square tabel yaitu 12,170088 > 9,49. Dan dengan melihat nilai p-value =
0,0053 < 5% sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model FEM lebih baik dibandingkan REM, sehingga tidak perlu dilakukan uji
LM.
Berdasarkan uji Chow dan uji Hausman, terlihat bahwa model mengikuti
fixed effect. Maka dari hasil estimasi dengan menggunakan model fixed effect
dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:
Y = 0,152258 + 0,052583CR + 0,176036DER + 0,229715ROE + 0,018647PER
Nilai konstanta pada persamaan sebesar 0,152258 menunjukkan bahwa
apabila semua variabel independen (CR, DER, ROE dan PER) dianggap bernilai 0
maka besarnya return saham adalah sebesar 0,152258. Nilai koefisien regresi CR
sebesar 0,052583 artinya apabila CR mengalami kenaikan sebesar 1 sedangkan
variabel lainnya dianggap konstan, maka return saham mengalami kenaikan
sebesar 0,052583. Nilai koefisien regresi DER sebesar 0,176036 artinya apabila
DER mengalami kenaikan sebesar 1 sedangkan variabel lainnya dianggap
konstan, maka return saham mengalami kenaikan sebesar 0,176036. Nilai
koefisien regresi ROE sebesar 0,229715 artinya apabila ROE mengalami
kenaikan sebesar 1 sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka return
58. 58
saham mengalami kenaikan sebesar 0,229715. Nilai koefisien regresi PER sebesar
0,018647 artinya apabila PER mengalami kenaikan sebesar 1 sedangkan variabel
lainnya dianggap konstan, maka return saham mengalami kenaikan sebesar
0,018647.
5.5 Uji Hipotesis
5.5.1 Hasil Uji Regresi Parsial (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh CR, DER, ROE dan PER
terhadap return saham pada tingkat signifikansi α = 5% secara parsial.
Berdasarkan hasil pengujian model sebelumnya, pengujian statistik t ini
menggunakan model fixed effect. Berikut hasil pengujian signifikansi t yang
dipeorleh dari model ini:
Tabel 5.7
Hasil Uji Parsial (t-Test)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.152258 0.116936 1.302062 0.1986
CR? 0.052583 0.006489 8.103560 0.0000
DER? 0.176036 0.164537 1.069886 0.2896
ROE? 0.229715 0.068036 3.376381 0.0014
PER? 0.018647 0.009068 2.056301 0.0448
Sumber: hasil olah data, 2012
Berdasarkan pada tabel 5.7, pengujian variabel CR terhadap return saham
menghasilkan nilai statistik t sebesar 8,1036 dengan tingkat signifikasi (p-value) =
0,0000 (<0,05). Oleh karena nilai p-value < α (5%) maka dengan demikian H01
ditolak, dan menerima Ha1 yang berarti bahwa CR berpengaruh secara signifikan
dan positif terhadap return saham.
59. 59
Pengujian variabel DER terhadap return saham menghasilkan nilai
statistik t sebesar 1,0699 dengan tingkat signifikasi (p-value) = 0,2896 (>0,05).
Oleh karena nilai p-value > α (5%) maka dengan demikian Ha2 ditolak, dan
menerima H02 yang berarti bahwa DER berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap return saham.
Pengujian variabel ROE terhadap return saham menghasilkan nilai
statistik t sebesar 3,3764 dengan tingkat signifikasi (p-value) = 0,0014 (<0,05).
Oleh karena nilai p-value < α (5%) maka dengan demikian H03 ditolak, dan
menerima Ha3 yang berarti bahwa ROE berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap return saham.
Pengujian variabel PER terhadap return saham menghasilkan nilai statistik
t sebesar 2,0563 dengan tingkat signifikasi (p-value) = 0,0448 (<0,05). Oleh
karena nilai p-value < α (5%) maka dengan demikian H04 ditolak, dan menerima
Ha4 yang berarti bahwa PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham.
5.5.2 Hasil Uji Regresi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas
dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2010). Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level
0,05 (α=5%). Hasil uji F ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 5.8
Hasil Uji Statistik Simultan (F-test)
60. 60
R-squared 0.628376 Mean dependent var 1.014535
Adjusted R-squared 0.506884 S.D. dependent var 1.043612
S.E. of regression 0.556546 Sum squared resid 16.10666
F-statistic 5.172144 Durbin-Watson stat 2.615725
Prob(F-statistic) 0.000002
Sumber: Hasil olah data, 2012
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 5.8 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar
5,1721 dengan tingkat signifikansi 0,0000. Dengan menggunakan tingkat α 0,05
atau 5%, maka H05 berhasil ditolak dan Ha5 diterima. Penolakan H05 dibuktikan
dengan hasil perhitungan bahwa nilai sig (0,0000) < dari α = 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa CR, DER, ROE dan PER secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh terhadap return saham.
5.5.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2
)
Koefisien Determinasi (R2
) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan
koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka R2
pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen (memiliki nilai t signifikan atau tidak).
Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted
R2
pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R2
nilai
adjusted R Square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model.
Model regresi penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel
independen sehingga penelitian ini menggunakan adjusted R Square untuk
mengetahui persentasi sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak
61. 61
terhadap variabel dependen. Berdasarkan pada tabel 5.8, didapat nilai adjusted R
Square adalah 0,506884. Nilai ini berarti bahwa sebesar 50,69% perubahan
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel penentu dalam model, sedangkan
sisanya 49,31% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
5.6 Pembahasan
5.6.1 Pengaruh CR terhadap Return Saham
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
sebesar 0.052583 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000 (lebih kecil dari 0,05)
yang berarti bahwa CR berpengaruh positif dan pengaruhnya signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CR yang rendah akan
menyebabkan terjadi penurunan harga pasar dari harga saham yang bersangkutan.
CR yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan
persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat
untuk membayar hutang. Di sisi lain perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang
tinggi akan lebih cenderung memiliki aset lainnya dapat dicairkan sewaktu-waktu
tanpa mengalami penurunan pasarnya (menjual efek). Perusahaan dengan posisi
tersebut sering kali terganggu likuiditasnya, sehingga investor lebih menyukai
untuk membeli saham-saham perusahaan dengan nilai aktiva lancar yang tinggi
dibandingkan perusahaan yang mempunyai nilai aktiva lancar yang rendah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Widiyanti dan Dianita (2012) dan Ulupui (2005) yang memperlihatkan hasil
bahwa CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
5.6.2 Pengaruh DER terhadap Return Saham
62. 62
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
sebesar 0.176036 dengan nilai signifikansi sebesar 0,2896 (lebih besar dari 0,05)
yang berarti bahwa DER berpengaruh positif dan pengaruhnya tidak signifikan
terhadap return saham. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi
perubahan DER yang sebagaimana bisa diperoleh dari laporan keuangan tidak
berpengaruh pada keputusan atas harga saham LQ 45 di pasar modal Indonesia.
Hal ini mungkin terjadi karena investor dalam melakukan investasi tidak
memandang penting penggunaan hutang maupun pengembalian bunga dan pokok
hutang yang pada akhirnya tidak mempengaruhi persepsi investor terhadap
keuntungan di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti
dan Dianita (2012), Nugroho (2011), Kusumo (2011), Ulupui (2005), Jauhari dan
Wibowo (2004) yang menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
5.6.3 Pengaruh ROE terhadap Return Saham
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
sebesar 0.229715 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0014 (lebih kecil dari 0,05)
yang berarti bahwa ROE berpengaruh positif dan pengaruhnya signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa perubahan nilai ROE akan
memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap return saham LQ 45,
yaitu kenaikan atau penurunan nilai ROE akan berdampak pada kenaikan atau
penurunan return saham, nilai ROE yang semakin tinggi akan memberikan
kontribusi terhadap return saham LQ 45 yang semakin tinggi atau sebaliknya nilai
63. 63
ROE yang semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap nilai return
saham LQ 45 yang semakin rendah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2012), Widodo (2007), Jauhari dan Wibowo (2004).
yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ROE dapat dipakai sebagai prediktor
dalam memprediksi tentang return saham khususnya untuk return saham LQ 45.
Sehubungan dengan hal tersebut dapat diketahui bahwa investor dalam
memprediksi return saham LQ 45 juga memperhatikan kinerja perusahaan dari
sisi rasio profitabilitasnya terutama nilai ROE yang dihasilkan oleh perusahaan.
5.6.4 Pengaruh PER terhadap Return Saham
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
sebesar 0.018647 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0448 (lebih kecil dari 0,05)
yang berarti bahwa PER berpengaruh positif dan pengaruhnya signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa perubahan nilai PER akan
memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap return saham LQ 45,
yaitu kenaikan atau penurunan nilai PER akan berdampak pada kenaikan atau
penurunan return saham, nilai PER yang semakin tinggi akan memberikan
kontribusi terhadap return saham LQ 45 yang semakin tinggi atau sebaliknya. Hal
ini mungkin terjadi karena investor dalam melakukan investasi memandang
penting tingkat pertumbuhan perusahaan yang mempengaruhi persepsi investor
terhadap keuntungan di masa yang akan datang. PER digunakan oleh investor
untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa
mendatang.
64. 64
Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Savitri (2012), Pasaribu (2007), Jauhari dan Wibowo (2004) yang
menyatakan bahwa PER berpengaruh signifikan terhadap return saham.
65. 65
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio
keuangan yang terdiri dari CR, DER, ROE dan PER terhadap return saham pada
perusahaan LQ 45 yang konsisten terdaftar di BEI periode 2007-2011.
Berdasarkan hasil pengujian pada bab V diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara parsial dari empat variabel independen yang diteliti, ada tiga
variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap return saham
yaitu CR, ROE dan PER. Sedangkan DER tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
2. Secara simultan variabel CR, DER, ROE dan PER memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap return saham.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya keterbatasan penelitian. Beberapa
keterbatasan ini diharapkan dapat diatasi pada penelitian berikutnya, keterbatasan
itu antara lain:
1. Sampel pada penelitian ini merupakan perusahaan LQ 45 sehingga
memiliki keragaman dalam jenis usaha perusahaan sampel jadi pengaruh
66. 66
dari variabel-variabel independen (bebas) hanya menggambarkan
pengaruh secara umum saja, dan akan sulit menggambarkan pengaruh
variabel-variabel independen (bebas) tersebut pada perusahaan yang
memiliki karakter tertentu, misal perusahaan perbankan, manufaktur,
pertambangan, dll.
2. Keterbatasan pengetahuan peneliti terhadap alat analisis yang digunakan
yaitu regresi data panel, karena pada umumnya alat ini masih sedikit atau
jarang digunakan sehingga kesulitan referensi penelitian sebelumnya
untuk mengembangkan model analisis regresi data panel ini.
6.3 Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan pada objek bidang
perusahaan yang spesifik, sehingga dapat menggambarkan pengaruh dari
variabel-variabel independen terhadap return saham pada bidang tertentu.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah atau mengganti variabel-variabel
independen (bebas) yang ada dengan variabel independen lain yang masih
jarang digunakan dalam penelitian.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan model regresi
data panel.
67. 67
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul R, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Salemba Empat.
Jakarta.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta. Bandung.
Fahmi, Irham dan Hadi, Yovi Lavianti. 2009. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Alfabeta. Bandung.
Fahmi, Irham dan Hadi, Yovi Lavianti. 2011. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Alfabeta. Bandung.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Cetakan ke IV. Universitas Diponegoro. Semarang.
Hanafi, Mamduh M dan Halim, Abdul. 2009. Analisis Laporan Keuangan. UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portopolio dan Analisis Investasi Edisi Keenam.
BPFE. Yogyakarta.
Jauhari, Budi Rusman dan Wibowo, Basuki. 2004. Analisis Fundamental
Terhadap Return Saham pada Periode Bullish dan Bearish Indeks Harga
Saham Gabungan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 9 No. 2 Hal. 17-32
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Kusumo, RM Gian Ismoyo. 2011. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Return Saham pada Perusahaan Non Bank LQ 45. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Nugroho, Inung Adi. 2009. Analisis Pengaruh Informasi Fundamental terhadap
Return Saham. Universitas Diponegoro. Semarang.
68. 68
Pasaribu, Rowlan Bismark Fernando. 2007. Kinerja Pasar Saham dan Informasi
Akuntansi Sebagai Pembentuk Portofolio Saham. Jurnal Ekonomi &
Bisnis Vol. 3 No. 3 November 2009 Hal. 203-223.
Prastowo, Dwi dan Juliaty, Rifka. 2005. Analisis Laporan Keuangan. UPP STIM
YKPN. Yogyakarta.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE.
Yogyakarta.
Samsul, Muhammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Gelora
Aksara Pratama. Surabaya.
Sari, Nur Fita. 2012. Pengaruh DER, ROE, CR dan TATO terhadap Return
Saham. Universitas Diponegoro. Semarang.
Savitri, Dyah Ayu. 2012. Analisis Pengaruh ROA, NPM, EPS dan PER terhadap
Return Saham. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Susilawati, Yeye dan Turyanto, Tri. 2009. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan
Rasio Solvabilitas terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika
Keuangan dan Perbankan Mei 2011 Hal. 17-37 ISSN: 1979-4878 Vol. 3
No.1.
Ulupui, I G. K. A. 2005. Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas
dan Profitbilitas terhadap Return Saham. Universitas Udayana.
Weygandt, Jerry. J dan Kieso, Donald. E. 2008. Accounting Principle. Salemba
Empat. Jakarta.
Widayanti, Novi Wulandari dan Dianita, Fita. 2012. Pengaruh Rasio Leverage,
Profitabilitas, dan Likuiditas terhadap Return Saham Perusahaan Aneka
Industri yang terdaftar di BEI Periode 2003-2008. Relasi Jurnal Ekonomi.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika : Pengantar dan Aplikasi. Ekonisia.
Yogyakarta
Widodo, Saniman. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas
dan Rasio Pasar terhadap Return Saham Syariah dalam Kelompok JII
Tahun 2003-2005. Tesis. Universitas Diponegoro.
Winarno, Wing Wahyu, 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Edisi Kedua. STIM YKPN. Yogyakarta.
69. 69
www.idx.co.id diunduh tanggal 12 Mei 2012
Lampiran 1: Hasil Statistik deskriftif
Y
(Return)
X1 (CR) X2 (DER) X3 (ROE) X4 (PER)
Mean 0.655143 1.928571 0.236714 1.230143 4.141143
Median 0.440000 1.560000 0.240000 1.055000 2.120000
Maximum 2.820000 8.100000 0.810000 4.870000 20.82000
Minimum 0.030000 0.400000 0.010000 0.180000 1.050000
Std. Dev. 0.599243 1.565360 0.165562 1.419126 4.242938
Observation
s 70 70 70 70 70
Cross
sections 14 14 14 14 14
70. 70
Lampiran 2: Hasil Estimasi Common Effect/Pooled EGLS(Cross-Section-
Weights)
Total pool (balanced) observations: 70
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.431354 0.182112 2.368616 0.0208
CR? -0.030452 0.037390 -0.814434 0.4184
DER? 0.507139 0.358544 1.414441 0.1620
ROE? 0.063373 0.074668 0.848730 0.3991
PER? -0.000540 0.017876 -0.030206 0.9760
R-squared 0.054008 Mean dependent var 0.734846
Adjusted R-squared -0.004207 S.D. dependent var 0.570142
S.E. of regression 0.585908 Sum squared resid 22.31375
F-statistic 0.927728 Durbin-Watson stat 1.769866
Prob(F-statistic) 0.453428
72. 72
Lampiran 4: Hasil Estimasi Random Effect/Pooled EGLS(cross-section
Random Effect)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.425435 0.237236 1.793300 0.0776
CR? -0.038328 0.057127 -0.670927 0.5046
DER? 0.525061 0.480975 1.091661 0.2790
ROE? 0.128221 0.098093 1.307136 0.1958
PER? 0.005217 0.017905 0.291401 0.7717
Random Effects
(Cross)
_AALI--C 0.023151
_ANTM--C 0.008259
_ASII--C 0.010944
_BNBR--C -0.054941
_ENRG--C 0.054367
_INDF--C 0.057203
_ISAT--C -0.123150
_MEDC--C -0.066771
_PGAS--C -0.016637
_PTBA--C 0.078546
_SMCB--C 0.029980
_TLKM--C -0.081165
_UNSP--C 0.039626
_UNTR--C 0.040589
R-squared 0.055479 Mean dependent var 0.579287
Adjusted R-squared -0.002645 S.D. dependent var 0.585562
S.E. of regression 0.586336 Sum squared resid 22.34636
F-statistic 0.954491 Durbin-Watson stat 2.074080
Prob(F-statistic) 0.438540
73. 73
Lampiran 5: Hasil Uji Chow dan Hasil Uji Hausman
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: FIXED
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 5.133359 (13,52) 0.0000
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PLS
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
76. 76
R-squared 0.628376 Mean dependent var 1.014535
Adjusted R-squared 0.506884 S.D. dependent var 1.043612
S.E. of regression 0.556546 Sum squared resid 16.10666
F-statistic 5.172144 Durbin-Watson stat 2.615725
Prob(F-statistic) 0.000002