Kerentanan perempuan terhadap transmisi HIV terlihat dari indikasi meningkatnya angka infeksi HIV baru pada perempuan. Di sub-sahara Afrika, 60% dari orang yang hidup dengan HIV adalah perempuan. Di beberapa negara lain di Afrika, remaja perempuan (usia 15-24 tahun) terindikasi tiga sampai empat kali lebih mungkin terinfeksi HIV dibandingkan remaja lelaki di rentang usia yang sama. Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, di mana terdapat peningkatan persentase kasus baru pada perempuan yang hidup dengan HIV sebanyak 15% pada semester pertama tahun 2012 dan 2013.
Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV di Indonesia - LBH Masyarakat
1. Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat
1
BRIEFING PAPER
Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan
HIV di Indonesia1
Latar Belakang
Kerentanan perempuan terhadap transmisi HIV terlihat dari indikasi meningkatnya angka
infeksi HIV baru pada perempuan. Di sub-sahara Afrika, 60% dari orang yang hidup dengan
HIV adalah perempuan. Di beberapa negara lain di Afrika, remaja perempuan (usia 15-24
tahun) terindikasi tiga sampai empat kali lebih mungkin terinfeksi HIV dibandingkan remaja
lelaki di rentang usia yang sama.2
Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, di mana terdapat
peningkatan persentase kasus baru pada perempuan yang hidup dengan HIV sebanyak
15% pada semester pertama tahun 2012 dan 2013. Hal ini dilaporkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, di mana persentase kasus perempuan yang hidup dengan
HIV baru yang dilaporkan selama bulan Januari sampai Juni 2013, yaitu sebesar 58% dari
total kasus baru yang dilaporkan, lebih besar dari persentase yang dilaporkan selama bulan
Januari sampai Juni 2012, yaitu sebanyak 43%.3
Empat puluh dua persen (42%) dari
seluruh jumlah orang yang hidup dengan HIV yang dilaporkan sejak tahun 2008 sampai Juni
2013 adalah perempuan.4
Kenali Situasi Domestik
Setiap wilayah tentunya memiliki kondisi dan situasi berbeda-beda yang berdampak pada
jenis program yang tepat untuk mengintegrasikan kesetaraan jender ke dalam program
penanggulangan HIV. Begitu pula dengan Indonesia, di mana terdapat banyak keragaman
dalam hal budaya, tingkat ekonomi, prioritas, dan sebagainya. Setidaknya ada tujuh elemen
yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis situasi, yaitu sebagai berikut:
Ada atau tidaknya norma-norma dan praktik-praktik yang mengancam kesetaraan
jender, misalnya situasi di mana laki-laki boleh memiliki pasangan lebih banyak
1
Briefing Paper ini diadaptasi dari Technical Guidance for Global Fund HIV Proposals Cross-
Cutting Issues, Addressing Gender Inequalities: Strengthening HIV/AIDS Programming for Women
dan Girls, UNAIDS and WHO, October 2008; dan, UNFPA Programme Briefs No. 4 – Addressing
Gender Perspective in HIB Prevention, February 2002. Briefing Paper ini disusun oleh LBH
Masyarakat sebagai bagian dari asistensi teknis atas proses penyusunan Strategi dan Rencana
Aksi Nasional Penanggulangan AIDS 2015-2019, dengan dukungan dari Global Fund.
2
UNAIDS dan WHO, Technical Guidance for Global Fund HIV Proposals Cross-Cutting Issues,
Addressing Gender Inequalities: Strengthening HIV/AIDS Programming for Women and Girls,
2008, http://www.who.int/hiv/pub/toolkits/2-1a_Gender_Oct08EN.pdf
3
Persentase jumlah perempuan dengan HIV yang dilaporkan di periode Januari-Juni 2012 adalah
sebesar 43%, sementara persentase yang sama di periode Januari-Juni 2013 adalah sebesar
58%. Bandingkan Tabel di link berikut:
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%202%202013
%20FINAL.pdf, dengan Tabel di link berikut:
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/LAPORAN%20HIV-
AIDS,TRIWULAN%20II%202012(1).pdf.
4
Jumlah orang dengan HIV yang dilaporkan dari 2008 hingga Juni 2013 adalah sebanyak 94.498
orang.
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%202%202013
%20FINAL.pdf.
2. Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat
2
daripada perempuan, pernikahan di usia muda, serta situasi lain yang berdampak
pada rendahnya kontrol perempuan terhadap tubuh dan keputusan yang terkait
dengan hak seksual dan reproduksi,
Praktik-praktik kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, seksual, dan
psikis. Ketakutan terhadap kekerasan membuat perempuan sulit menolak ketika
pasangan menolak menggunakan kondom dalam hubungan seksual, atau menolak
melakukan hubungan seksual yang tidak mereka inginkan,
Jenis-jenis hambatan dalam mengakses layanan, seperti misalnya peran perempuan
sebagai pemberi asuhan dalam rumah tangga sering kali membuat perempuan
memilih untuk memprioritaskan anak atau anggota keluarga lain untuk mendapatkan
layanan kesehatan, atau mempersulit posisi perempuan untuk dapat mengakses
layanan kesehatan karena kekhawatiran tidak ada yang mengasuh anaknya atau
anggota keluarga lain jika mereka pergi mengakses layanan kesehatan,
Beban pengasuhan yang berat terkadang memengaruhi kesehatan dan asupan
nutrisi perempuan,
Stigma dan diskriminasi terhadap perempuan yang hidup dengan HIV, di mana
terkadang perempuan dengan HIV dianggap sebagai pembawa kesialan bagi
keluarga. Tidak jarang stigma dan diskriminasi berkontribusi terhadap kondisi di
mana perempuan ditelantarkan oleh atau mendapat kekerasan dari pasangan
mereka,
Kurangnya, atau ketiadaan jaminan/keamanan secara ekonomi, di mana perempuan
kehilangan kekayaan dan propertinya ketika pasangan mereka meninggal. Hal ini
kemudian mendorong perempuan untuk beradaptasi dan bertahan hidup dengan
cara-cara yang bisa meningkatkan kerentanan mereka terinfeksi HIV, dan
Pendidikan untuk anak perempuan, di mana semakin lama waktu yang didedikasikan
untuk pendidikan berdampak pada meningkatkan kemandirian anak perempuan
sehingga mereka lebih siap dalam membuat keputusan-keputusan yang
memengaruhi kehidupan seksual mereka, serta memiliki potensi untu memperoleh
pendapatan yang lebih baik.
Sesuaikan Rencana Program dengan Situasi Domestik
Setelah mengenali situasi-situasi yang terdapat di sebuah daerah, baik itu kelebihan
ataupun kekurangannya, maka program yang akan dibuat haruslah sesuai dengan
kebutuhan yang muncul dari situasi tersebut. Berikut adalah hal-hal penting dalam
pembuatan program HIV yang responsif jender:
1. Kumpulkan dan gunakan data jenis kelamin dan usia yang terpilah,
2. Bangun kapasitas untuk dapat memahami relasi antara ketidaksetaraan jender dan
HIV/AIDS dan kapasitas untuk mengatasi persoalan tersebut, di semua tingkatan;
lokal, provinsial, maupun nasional,
3. Adanya pelibatan yang bermakna terhadap kelompok-kelompok perempuan yang
hidup dengan HIV, remaja perempuan, serta orang-orang yang ahli dalam persoalan
jender dan kesetaraan,
4. Tentukan aktivitas, indikator, serta biaya-biaya yang diperlukan dalam program yang
secara khusus ditujukan kepada ketidaksetaraan jender. Beberapa jenis
aktivitas/intervensi yang secara khusus ditujukan untuk mengatasi ketidaksetaraan
jender adalah:
Strategi yang dapat memperluas jangkauan akses layanan HIV/AIDS untuk
perempuan yang hidup dengan HIV yang belum terjangkau selama ini,
Dukungan bagi perempuan yang berperan sebagai pemberi asuhan di
keluarga sehingga ia dapat mengakses layanan kesehatan tanpa terlalu
mengkhawatirkan anak atau anggota keluarga lain,
3. Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat
3
Peningkatan pemahaman hukum bagi perempuan sehingga mereka dapat
mendeteksi dini potensi-potensi pelanggaran dan melakukan advokasi ketika
hak mereka terlanggar,
Membangun kerja sama dengan penegak hukum untuk menciptakan
mekanisme pelaporan dan perlindungan hukum yang lebih efektif dan
terintegrasi bagi perempuan korban kekerasan,
Upaya untuk menjaga anak perempuan tetap bersekolah dan membuat
sekolah menjadi tempat yang aman untuk mereka.
Menilai Tingkat Responsif Jender Sebuah Program
Di beberapa momen penting dalam hal penyusunan kebijakan atau program, peran
kelompok perempuan yang hidup dengan HIV, serta perempuan yang rentan terinfeksi HIV
sangat terbatas. Daftar periksa di bawah ini dibuat untuk menilai tingkat keresponsifan
jender sebuah program. Daftar periksa ini juga dapat digunakan untuk membantu menilai
implementasi sebuah kebijakan HIV yang terintegrasi dengan pendekatan pencapaian
kesetaraan jender.
No Deskripsi Ya Tidak Tidak
Tahu
1 Terdapat aktivitas yang berkontribusi dalam perlindungan
hak seksual reproduktif perempuan.
2 Terdapat jaminan bahwa kelompok kunci, yaitu
perempuan, terutama yang hidup dengan HIV, remaja
perempuan, dan transjender terlibat secara aktif dalam
pembuatan dan pelaksanaan program HIV.
3 Pembuatan kebijakan yang berdampak pada perempuan,
terutama yang hidup dengan HIV, remaja, dan
transjender, melibatkan para ahli kesetaraan jender.
4 Terdapat aspek dalam capaian dan indikator yang akan
berdampak pada peningkatan layanan terhadap
perempuan.
5 Aktivitas/program yang didedikasikan bagi perempuan
bukan hanya mencakup ketersediaan layanan kesehatan
tetapi juga perlindungan hukum.
6 Terdapat kebijakan yang berkontribusi terhadap
keberadaan mekanisme ganti rugi yang efektif.
7 Kebijakan yang dibuat ditujukan kepada pemenuhan
kebutuhan kelompok rentan, termasuk laki-laki,
perempuan dan transjender dari beragam usia, etnis, dan
status sosial ekonomi.
8 Hambatan-hambatan berbasis jender dalam mengakses
layanan dipertimbangkan dalam pembuatan
aktivitas/program.
4. Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat
4
9 Kebijakan didasarkan pada analisis data jenis kelamin
terpilah.
10 Indikator keberhasilan dipilah berdasarkan jenis kelamin,
usia, dan status sosial ekonomi.
11 Program tersebut memiliki aktivitas dan layanan yang
memastikan kebutuhan dan persoalan spesifik jender
teratasi.
12 Program tersebut memastikan bahwa perempuan, laki-
laki, dan transjender memiliki akses yang setara/adil dan
kontrol terhadap informasi, sumber daya kesehatan
(pelatihan, penjangkauan, dan produk), serta layanan.
13 Program tersebut memiliki strategi untuk mengatasi
hukum, kebijakan, peraturan, dan institusi yang
diskriminatif.
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat
Jl. Tebet Timur Dalam III No. 54A, Jakarta Selatan, Indonesia
T. +62 21 830 54 50 | F. +62 21 8370 99 94
E. contact@lbhmasyarakat.org | W. http://www.lbhmasyarakat.org | @LBHMasyarakat