SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  4
Télécharger pour lire hors ligne
Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat
1
BRIEFING PAPER
Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan
HIV di Indonesia1
Latar Belakang
Kerentanan perempuan terhadap transmisi HIV terlihat dari indikasi meningkatnya angka
infeksi HIV baru pada perempuan. Di sub-sahara Afrika, 60% dari orang yang hidup dengan
HIV adalah perempuan. Di beberapa negara lain di Afrika, remaja perempuan (usia 15-24
tahun) terindikasi tiga sampai empat kali lebih mungkin terinfeksi HIV dibandingkan remaja
lelaki di rentang usia yang sama.2
Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, di mana terdapat
peningkatan persentase kasus baru pada perempuan yang hidup dengan HIV sebanyak
15% pada semester pertama tahun 2012 dan 2013. Hal ini dilaporkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, di mana persentase kasus perempuan yang hidup dengan
HIV baru yang dilaporkan selama bulan Januari sampai Juni 2013, yaitu sebesar 58% dari
total kasus baru yang dilaporkan, lebih besar dari persentase yang dilaporkan selama bulan
Januari sampai Juni 2012, yaitu sebanyak 43%.3
Empat puluh dua persen (42%) dari
seluruh jumlah orang yang hidup dengan HIV yang dilaporkan sejak tahun 2008 sampai Juni
2013 adalah perempuan.4
Kenali Situasi Domestik
Setiap wilayah tentunya memiliki kondisi dan situasi berbeda-beda yang berdampak pada
jenis program yang tepat untuk mengintegrasikan kesetaraan jender ke dalam program
penanggulangan HIV. Begitu pula dengan Indonesia, di mana terdapat banyak keragaman
dalam hal budaya, tingkat ekonomi, prioritas, dan sebagainya. Setidaknya ada tujuh elemen
yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis situasi, yaitu sebagai berikut:
 Ada atau tidaknya norma-norma dan praktik-praktik yang mengancam kesetaraan
jender, misalnya situasi di mana laki-laki boleh memiliki pasangan lebih banyak
1
Briefing Paper ini diadaptasi dari Technical Guidance for Global Fund HIV Proposals Cross-
Cutting Issues, Addressing Gender Inequalities: Strengthening HIV/AIDS Programming for Women
dan Girls, UNAIDS and WHO, October 2008; dan, UNFPA Programme Briefs No. 4 – Addressing
Gender Perspective in HIB Prevention, February 2002. Briefing Paper ini disusun oleh LBH
Masyarakat sebagai bagian dari asistensi teknis atas proses penyusunan Strategi dan Rencana
Aksi Nasional Penanggulangan AIDS 2015-2019, dengan dukungan dari Global Fund.
2
UNAIDS dan WHO, Technical Guidance for Global Fund HIV Proposals Cross-Cutting Issues,
Addressing Gender Inequalities: Strengthening HIV/AIDS Programming for Women and Girls,
2008, http://www.who.int/hiv/pub/toolkits/2-1a_Gender_Oct08EN.pdf
3
Persentase jumlah perempuan dengan HIV yang dilaporkan di periode Januari-Juni 2012 adalah
sebesar 43%, sementara persentase yang sama di periode Januari-Juni 2013 adalah sebesar
58%. Bandingkan Tabel di link berikut:
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%202%202013
%20FINAL.pdf, dengan Tabel di link berikut:
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/LAPORAN%20HIV-
AIDS,TRIWULAN%20II%202012(1).pdf.
4
Jumlah orang dengan HIV yang dilaporkan dari 2008 hingga Juni 2013 adalah sebanyak 94.498
orang.
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%202%202013
%20FINAL.pdf.
Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat
2
daripada perempuan, pernikahan di usia muda, serta situasi lain yang berdampak
pada rendahnya kontrol perempuan terhadap tubuh dan keputusan yang terkait
dengan hak seksual dan reproduksi,
 Praktik-praktik kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, seksual, dan
psikis. Ketakutan terhadap kekerasan membuat perempuan sulit menolak ketika
pasangan menolak menggunakan kondom dalam hubungan seksual, atau menolak
melakukan hubungan seksual yang tidak mereka inginkan,
 Jenis-jenis hambatan dalam mengakses layanan, seperti misalnya peran perempuan
sebagai pemberi asuhan dalam rumah tangga sering kali membuat perempuan
memilih untuk memprioritaskan anak atau anggota keluarga lain untuk mendapatkan
layanan kesehatan, atau mempersulit posisi perempuan untuk dapat mengakses
layanan kesehatan karena kekhawatiran tidak ada yang mengasuh anaknya atau
anggota keluarga lain jika mereka pergi mengakses layanan kesehatan,
 Beban pengasuhan yang berat terkadang memengaruhi kesehatan dan asupan
nutrisi perempuan,
 Stigma dan diskriminasi terhadap perempuan yang hidup dengan HIV, di mana
terkadang perempuan dengan HIV dianggap sebagai pembawa kesialan bagi
keluarga. Tidak jarang stigma dan diskriminasi berkontribusi terhadap kondisi di
mana perempuan ditelantarkan oleh atau mendapat kekerasan dari pasangan
mereka,
 Kurangnya, atau ketiadaan jaminan/keamanan secara ekonomi, di mana perempuan
kehilangan kekayaan dan propertinya ketika pasangan mereka meninggal. Hal ini
kemudian mendorong perempuan untuk beradaptasi dan bertahan hidup dengan
cara-cara yang bisa meningkatkan kerentanan mereka terinfeksi HIV, dan
 Pendidikan untuk anak perempuan, di mana semakin lama waktu yang didedikasikan
untuk pendidikan berdampak pada meningkatkan kemandirian anak perempuan
sehingga mereka lebih siap dalam membuat keputusan-keputusan yang
memengaruhi kehidupan seksual mereka, serta memiliki potensi untu memperoleh
pendapatan yang lebih baik.
Sesuaikan Rencana Program dengan Situasi Domestik
Setelah mengenali situasi-situasi yang terdapat di sebuah daerah, baik itu kelebihan
ataupun kekurangannya, maka program yang akan dibuat haruslah sesuai dengan
kebutuhan yang muncul dari situasi tersebut. Berikut adalah hal-hal penting dalam
pembuatan program HIV yang responsif jender:
1. Kumpulkan dan gunakan data jenis kelamin dan usia yang terpilah,
2. Bangun kapasitas untuk dapat memahami relasi antara ketidaksetaraan jender dan
HIV/AIDS dan kapasitas untuk mengatasi persoalan tersebut, di semua tingkatan;
lokal, provinsial, maupun nasional,
3. Adanya pelibatan yang bermakna terhadap kelompok-kelompok perempuan yang
hidup dengan HIV, remaja perempuan, serta orang-orang yang ahli dalam persoalan
jender dan kesetaraan,
4. Tentukan aktivitas, indikator, serta biaya-biaya yang diperlukan dalam program yang
secara khusus ditujukan kepada ketidaksetaraan jender. Beberapa jenis
aktivitas/intervensi yang secara khusus ditujukan untuk mengatasi ketidaksetaraan
jender adalah:
 Strategi yang dapat memperluas jangkauan akses layanan HIV/AIDS untuk
perempuan yang hidup dengan HIV yang belum terjangkau selama ini,
 Dukungan bagi perempuan yang berperan sebagai pemberi asuhan di
keluarga sehingga ia dapat mengakses layanan kesehatan tanpa terlalu
mengkhawatirkan anak atau anggota keluarga lain,
Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat
3
 Peningkatan pemahaman hukum bagi perempuan sehingga mereka dapat
mendeteksi dini potensi-potensi pelanggaran dan melakukan advokasi ketika
hak mereka terlanggar,
 Membangun kerja sama dengan penegak hukum untuk menciptakan
mekanisme pelaporan dan perlindungan hukum yang lebih efektif dan
terintegrasi bagi perempuan korban kekerasan,
 Upaya untuk menjaga anak perempuan tetap bersekolah dan membuat
sekolah menjadi tempat yang aman untuk mereka.
Menilai Tingkat Responsif Jender Sebuah Program
Di beberapa momen penting dalam hal penyusunan kebijakan atau program, peran
kelompok perempuan yang hidup dengan HIV, serta perempuan yang rentan terinfeksi HIV
sangat terbatas. Daftar periksa di bawah ini dibuat untuk menilai tingkat keresponsifan
jender sebuah program. Daftar periksa ini juga dapat digunakan untuk membantu menilai
implementasi sebuah kebijakan HIV yang terintegrasi dengan pendekatan pencapaian
kesetaraan jender.
No Deskripsi Ya Tidak Tidak
Tahu
1 Terdapat aktivitas yang berkontribusi dalam perlindungan
hak seksual reproduktif perempuan.
2 Terdapat jaminan bahwa kelompok kunci, yaitu
perempuan, terutama yang hidup dengan HIV, remaja
perempuan, dan transjender terlibat secara aktif dalam
pembuatan dan pelaksanaan program HIV.
3 Pembuatan kebijakan yang berdampak pada perempuan,
terutama yang hidup dengan HIV, remaja, dan
transjender, melibatkan para ahli kesetaraan jender.
4 Terdapat aspek dalam capaian dan indikator yang akan
berdampak pada peningkatan layanan terhadap
perempuan.
5 Aktivitas/program yang didedikasikan bagi perempuan
bukan hanya mencakup ketersediaan layanan kesehatan
tetapi juga perlindungan hukum.
6 Terdapat kebijakan yang berkontribusi terhadap
keberadaan mekanisme ganti rugi yang efektif.
7 Kebijakan yang dibuat ditujukan kepada pemenuhan
kebutuhan kelompok rentan, termasuk laki-laki,
perempuan dan transjender dari beragam usia, etnis, dan
status sosial ekonomi.
8 Hambatan-hambatan berbasis jender dalam mengakses
layanan dipertimbangkan dalam pembuatan
aktivitas/program.
Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat
4
9 Kebijakan didasarkan pada analisis data jenis kelamin
terpilah.
10 Indikator keberhasilan dipilah berdasarkan jenis kelamin,
usia, dan status sosial ekonomi.
11 Program tersebut memiliki aktivitas dan layanan yang
memastikan kebutuhan dan persoalan spesifik jender
teratasi.
12 Program tersebut memastikan bahwa perempuan, laki-
laki, dan transjender memiliki akses yang setara/adil dan
kontrol terhadap informasi, sumber daya kesehatan
(pelatihan, penjangkauan, dan produk), serta layanan.
13 Program tersebut memiliki strategi untuk mengatasi
hukum, kebijakan, peraturan, dan institusi yang
diskriminatif.
Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat
Jl. Tebet Timur Dalam III No. 54A, Jakarta Selatan, Indonesia
T. +62 21 830 54 50 | F. +62 21 8370 99 94
E. contact@lbhmasyarakat.org | W. http://www.lbhmasyarakat.org | @LBHMasyarakat

Contenu connexe

Plus de LBH Masyarakat

Caveat - Volume February-March 2014 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume February-March 2014 - LBH MasyarakatCaveat - Volume February-March 2014 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume February-March 2014 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - Volume November 2012-January 2013 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume November 2012-January 2013 - LBH MasyarakatCaveat - Volume November 2012-January 2013 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume November 2012-January 2013 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - Volume July-August 2012 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume July-August 2012 - LBH MasyarakatCaveat - Volume July-August 2012 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume July-August 2012 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - Volume September-October 2012 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume September-October 2012 - LBH MasyarakatCaveat - Volume September-October 2012 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume September-October 2012 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 16/II, SEPTEMBER 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 16/II, SEPTEMBER 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 16/II, SEPTEMBER 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 16/II, SEPTEMBER 2010 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 14/II, JULY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 14/II, JULY 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 14/II, JULY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 14/II, JULY 2010 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 12/II, MAY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 12/II, MAY 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 12/II, MAY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 12/II, MAY 2010 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 11/II, APRIL 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 11/II, APRIL 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 11/II, APRIL 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 11/II, APRIL 2010 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 10/II, MARCH 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 10/II, MARCH 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 10/II, MARCH 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 10/II, MARCH 2010 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 09/II, FEBRUARY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 09/II, FEBRUARY 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 09/II, FEBRUARY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 09/II, FEBRUARY 2010 - LBH Masyarakat
LBH Masyarakat
 

Plus de LBH Masyarakat (20)

Caveat - Volume February-March 2014 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume February-March 2014 - LBH MasyarakatCaveat - Volume February-March 2014 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume February-March 2014 - LBH Masyarakat
 
Caveat - Volume April-May 2013 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume April-May 2013 - LBH MasyarakatCaveat - Volume April-May 2013 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume April-May 2013 - LBH Masyarakat
 
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus NarkotikaDokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
 
Documentation on The Violation of The Rights of The Suspect
Documentation on The Violation of The Rights of The SuspectDocumentation on The Violation of The Rights of The Suspect
Documentation on The Violation of The Rights of The Suspect
 
Reality Behind Bars
Reality Behind BarsReality Behind Bars
Reality Behind Bars
 
Jejak Langkah Menciptakan Pengacara Rakyat
Jejak Langkah Menciptakan Pengacara RakyatJejak Langkah Menciptakan Pengacara Rakyat
Jejak Langkah Menciptakan Pengacara Rakyat
 
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikBuku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
 
Wajah Pemberdayaan Hukum Masyarakat
Wajah Pemberdayaan Hukum MasyarakatWajah Pemberdayaan Hukum Masyarakat
Wajah Pemberdayaan Hukum Masyarakat
 
Hak Asasi Manusia dan HIV, No. 2, 2010 - LBH Masyarakat
Hak Asasi Manusia dan HIV, No. 2, 2010 - LBH MasyarakatHak Asasi Manusia dan HIV, No. 2, 2010 - LBH Masyarakat
Hak Asasi Manusia dan HIV, No. 2, 2010 - LBH Masyarakat
 
Caveat - Volume February-March 2013 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume February-March 2013 - LBH MasyarakatCaveat - Volume February-March 2013 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume February-March 2013 - LBH Masyarakat
 
Caveat - Volume November 2012-January 2013 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume November 2012-January 2013 - LBH MasyarakatCaveat - Volume November 2012-January 2013 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume November 2012-January 2013 - LBH Masyarakat
 
Caveat - Volume July-August 2012 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume July-August 2012 - LBH MasyarakatCaveat - Volume July-August 2012 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume July-August 2012 - LBH Masyarakat
 
Caveat - Volume September-October 2012 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume September-October 2012 - LBH MasyarakatCaveat - Volume September-October 2012 - LBH Masyarakat
Caveat - Volume September-October 2012 - LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 16/II, SEPTEMBER 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 16/II, SEPTEMBER 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 16/II, SEPTEMBER 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 16/II, SEPTEMBER 2010 - LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 14/II, JULY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 14/II, JULY 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 14/II, JULY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 14/II, JULY 2010 - LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 13/II, JUNE 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 13/II, JUNE 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 13/II, JUNE 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 13/II, JUNE 2010 - LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 12/II, MAY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 12/II, MAY 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 12/II, MAY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 12/II, MAY 2010 - LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 11/II, APRIL 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 11/II, APRIL 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 11/II, APRIL 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 11/II, APRIL 2010 - LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 10/II, MARCH 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 10/II, MARCH 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 10/II, MARCH 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 10/II, MARCH 2010 - LBH Masyarakat
 
Caveat - VOLUME 09/II, FEBRUARY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 09/II, FEBRUARY 2010 - LBH MasyarakatCaveat - VOLUME 09/II, FEBRUARY 2010 - LBH Masyarakat
Caveat - VOLUME 09/II, FEBRUARY 2010 - LBH Masyarakat
 

Dernier

BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 

Dernier (20)

karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 

Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV di Indonesia - LBH Masyarakat

  • 1. Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat 1 BRIEFING PAPER Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV di Indonesia1 Latar Belakang Kerentanan perempuan terhadap transmisi HIV terlihat dari indikasi meningkatnya angka infeksi HIV baru pada perempuan. Di sub-sahara Afrika, 60% dari orang yang hidup dengan HIV adalah perempuan. Di beberapa negara lain di Afrika, remaja perempuan (usia 15-24 tahun) terindikasi tiga sampai empat kali lebih mungkin terinfeksi HIV dibandingkan remaja lelaki di rentang usia yang sama.2 Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, di mana terdapat peningkatan persentase kasus baru pada perempuan yang hidup dengan HIV sebanyak 15% pada semester pertama tahun 2012 dan 2013. Hal ini dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, di mana persentase kasus perempuan yang hidup dengan HIV baru yang dilaporkan selama bulan Januari sampai Juni 2013, yaitu sebesar 58% dari total kasus baru yang dilaporkan, lebih besar dari persentase yang dilaporkan selama bulan Januari sampai Juni 2012, yaitu sebanyak 43%.3 Empat puluh dua persen (42%) dari seluruh jumlah orang yang hidup dengan HIV yang dilaporkan sejak tahun 2008 sampai Juni 2013 adalah perempuan.4 Kenali Situasi Domestik Setiap wilayah tentunya memiliki kondisi dan situasi berbeda-beda yang berdampak pada jenis program yang tepat untuk mengintegrasikan kesetaraan jender ke dalam program penanggulangan HIV. Begitu pula dengan Indonesia, di mana terdapat banyak keragaman dalam hal budaya, tingkat ekonomi, prioritas, dan sebagainya. Setidaknya ada tujuh elemen yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis situasi, yaitu sebagai berikut:  Ada atau tidaknya norma-norma dan praktik-praktik yang mengancam kesetaraan jender, misalnya situasi di mana laki-laki boleh memiliki pasangan lebih banyak 1 Briefing Paper ini diadaptasi dari Technical Guidance for Global Fund HIV Proposals Cross- Cutting Issues, Addressing Gender Inequalities: Strengthening HIV/AIDS Programming for Women dan Girls, UNAIDS and WHO, October 2008; dan, UNFPA Programme Briefs No. 4 – Addressing Gender Perspective in HIB Prevention, February 2002. Briefing Paper ini disusun oleh LBH Masyarakat sebagai bagian dari asistensi teknis atas proses penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan AIDS 2015-2019, dengan dukungan dari Global Fund. 2 UNAIDS dan WHO, Technical Guidance for Global Fund HIV Proposals Cross-Cutting Issues, Addressing Gender Inequalities: Strengthening HIV/AIDS Programming for Women and Girls, 2008, http://www.who.int/hiv/pub/toolkits/2-1a_Gender_Oct08EN.pdf 3 Persentase jumlah perempuan dengan HIV yang dilaporkan di periode Januari-Juni 2012 adalah sebesar 43%, sementara persentase yang sama di periode Januari-Juni 2013 adalah sebesar 58%. Bandingkan Tabel di link berikut: http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%202%202013 %20FINAL.pdf, dengan Tabel di link berikut: http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/LAPORAN%20HIV- AIDS,TRIWULAN%20II%202012(1).pdf. 4 Jumlah orang dengan HIV yang dilaporkan dari 2008 hingga Juni 2013 adalah sebanyak 94.498 orang. http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%202%202013 %20FINAL.pdf.
  • 2. Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat 2 daripada perempuan, pernikahan di usia muda, serta situasi lain yang berdampak pada rendahnya kontrol perempuan terhadap tubuh dan keputusan yang terkait dengan hak seksual dan reproduksi,  Praktik-praktik kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, seksual, dan psikis. Ketakutan terhadap kekerasan membuat perempuan sulit menolak ketika pasangan menolak menggunakan kondom dalam hubungan seksual, atau menolak melakukan hubungan seksual yang tidak mereka inginkan,  Jenis-jenis hambatan dalam mengakses layanan, seperti misalnya peran perempuan sebagai pemberi asuhan dalam rumah tangga sering kali membuat perempuan memilih untuk memprioritaskan anak atau anggota keluarga lain untuk mendapatkan layanan kesehatan, atau mempersulit posisi perempuan untuk dapat mengakses layanan kesehatan karena kekhawatiran tidak ada yang mengasuh anaknya atau anggota keluarga lain jika mereka pergi mengakses layanan kesehatan,  Beban pengasuhan yang berat terkadang memengaruhi kesehatan dan asupan nutrisi perempuan,  Stigma dan diskriminasi terhadap perempuan yang hidup dengan HIV, di mana terkadang perempuan dengan HIV dianggap sebagai pembawa kesialan bagi keluarga. Tidak jarang stigma dan diskriminasi berkontribusi terhadap kondisi di mana perempuan ditelantarkan oleh atau mendapat kekerasan dari pasangan mereka,  Kurangnya, atau ketiadaan jaminan/keamanan secara ekonomi, di mana perempuan kehilangan kekayaan dan propertinya ketika pasangan mereka meninggal. Hal ini kemudian mendorong perempuan untuk beradaptasi dan bertahan hidup dengan cara-cara yang bisa meningkatkan kerentanan mereka terinfeksi HIV, dan  Pendidikan untuk anak perempuan, di mana semakin lama waktu yang didedikasikan untuk pendidikan berdampak pada meningkatkan kemandirian anak perempuan sehingga mereka lebih siap dalam membuat keputusan-keputusan yang memengaruhi kehidupan seksual mereka, serta memiliki potensi untu memperoleh pendapatan yang lebih baik. Sesuaikan Rencana Program dengan Situasi Domestik Setelah mengenali situasi-situasi yang terdapat di sebuah daerah, baik itu kelebihan ataupun kekurangannya, maka program yang akan dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan yang muncul dari situasi tersebut. Berikut adalah hal-hal penting dalam pembuatan program HIV yang responsif jender: 1. Kumpulkan dan gunakan data jenis kelamin dan usia yang terpilah, 2. Bangun kapasitas untuk dapat memahami relasi antara ketidaksetaraan jender dan HIV/AIDS dan kapasitas untuk mengatasi persoalan tersebut, di semua tingkatan; lokal, provinsial, maupun nasional, 3. Adanya pelibatan yang bermakna terhadap kelompok-kelompok perempuan yang hidup dengan HIV, remaja perempuan, serta orang-orang yang ahli dalam persoalan jender dan kesetaraan, 4. Tentukan aktivitas, indikator, serta biaya-biaya yang diperlukan dalam program yang secara khusus ditujukan kepada ketidaksetaraan jender. Beberapa jenis aktivitas/intervensi yang secara khusus ditujukan untuk mengatasi ketidaksetaraan jender adalah:  Strategi yang dapat memperluas jangkauan akses layanan HIV/AIDS untuk perempuan yang hidup dengan HIV yang belum terjangkau selama ini,  Dukungan bagi perempuan yang berperan sebagai pemberi asuhan di keluarga sehingga ia dapat mengakses layanan kesehatan tanpa terlalu mengkhawatirkan anak atau anggota keluarga lain,
  • 3. Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat 3  Peningkatan pemahaman hukum bagi perempuan sehingga mereka dapat mendeteksi dini potensi-potensi pelanggaran dan melakukan advokasi ketika hak mereka terlanggar,  Membangun kerja sama dengan penegak hukum untuk menciptakan mekanisme pelaporan dan perlindungan hukum yang lebih efektif dan terintegrasi bagi perempuan korban kekerasan,  Upaya untuk menjaga anak perempuan tetap bersekolah dan membuat sekolah menjadi tempat yang aman untuk mereka. Menilai Tingkat Responsif Jender Sebuah Program Di beberapa momen penting dalam hal penyusunan kebijakan atau program, peran kelompok perempuan yang hidup dengan HIV, serta perempuan yang rentan terinfeksi HIV sangat terbatas. Daftar periksa di bawah ini dibuat untuk menilai tingkat keresponsifan jender sebuah program. Daftar periksa ini juga dapat digunakan untuk membantu menilai implementasi sebuah kebijakan HIV yang terintegrasi dengan pendekatan pencapaian kesetaraan jender. No Deskripsi Ya Tidak Tidak Tahu 1 Terdapat aktivitas yang berkontribusi dalam perlindungan hak seksual reproduktif perempuan. 2 Terdapat jaminan bahwa kelompok kunci, yaitu perempuan, terutama yang hidup dengan HIV, remaja perempuan, dan transjender terlibat secara aktif dalam pembuatan dan pelaksanaan program HIV. 3 Pembuatan kebijakan yang berdampak pada perempuan, terutama yang hidup dengan HIV, remaja, dan transjender, melibatkan para ahli kesetaraan jender. 4 Terdapat aspek dalam capaian dan indikator yang akan berdampak pada peningkatan layanan terhadap perempuan. 5 Aktivitas/program yang didedikasikan bagi perempuan bukan hanya mencakup ketersediaan layanan kesehatan tetapi juga perlindungan hukum. 6 Terdapat kebijakan yang berkontribusi terhadap keberadaan mekanisme ganti rugi yang efektif. 7 Kebijakan yang dibuat ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan kelompok rentan, termasuk laki-laki, perempuan dan transjender dari beragam usia, etnis, dan status sosial ekonomi. 8 Hambatan-hambatan berbasis jender dalam mengakses layanan dipertimbangkan dalam pembuatan aktivitas/program.
  • 4. Briefing Paper: Mengintegrasikan Jender dalam Penanggulangan HIV | LBH Masyarakat 4 9 Kebijakan didasarkan pada analisis data jenis kelamin terpilah. 10 Indikator keberhasilan dipilah berdasarkan jenis kelamin, usia, dan status sosial ekonomi. 11 Program tersebut memiliki aktivitas dan layanan yang memastikan kebutuhan dan persoalan spesifik jender teratasi. 12 Program tersebut memastikan bahwa perempuan, laki- laki, dan transjender memiliki akses yang setara/adil dan kontrol terhadap informasi, sumber daya kesehatan (pelatihan, penjangkauan, dan produk), serta layanan. 13 Program tersebut memiliki strategi untuk mengatasi hukum, kebijakan, peraturan, dan institusi yang diskriminatif. Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat Jl. Tebet Timur Dalam III No. 54A, Jakarta Selatan, Indonesia T. +62 21 830 54 50 | F. +62 21 8370 99 94 E. contact@lbhmasyarakat.org | W. http://www.lbhmasyarakat.org | @LBHMasyarakat