SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  25
BAB I

                          PENDAHULUAN

Latar Belakang

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi (Kaplan dan
Sadock, 2007). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau
mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat yang agak sempurna.

Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang
dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara
halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara
keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.
Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar
tubuhnya.

Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal, juga
pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang
diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita
dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus.
Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan.
Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan dan pengecapan (Lewis, 2007).
BAB II

                                TINJAUAN TEORITIS




A. HALUSINASI
  1. Konsep dasar
    a. Pengertian
                Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
       perubahan persepsi sensori seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
       pengecapan, perabaan, atau penciman. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
       ada. Selain itu perubahan persepsi sensori halusinasi biasa juga diartikan sebagai persepsi
       sensori tentang suatu obyek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya
       rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan,
       penciuman, perabaan atau pengecapan) (Nita Fitria, 2009).


    b. Rentang respon
       Respon adaptif                              respon mal adaptif




       Pikiran logis             pikiran kadang           gangguan pikiran

                                 Menyimpang               / waham

       Persepsi akurat          ilusi                      halusinasi

       Emosi konsisten          reaksi emosi               kesulitan untuk

                                 berlebihan/              memproses

                                 berkurang                emosi

       Perilaku sesuai           perilaku ganjil          ketidakteraturan

       Hubungan                  menarik diri             isolasi sosial

       Sosial
c. Penyebab
         Salah satu penyebab dari perubahan sensori halusinasi yaitu isolasi sosial
  berupa menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
  interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
  (Rawlins,1993).
  Tanda dan Gejala :
  1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
  2) Menghindar dari orang lain (menyendiri).
  3) Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
     lain/ perawat.
  4) Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
  5) Berdiam diri di kamar / klien kurang mobilitas.
  6) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
     pergi jika diajak bercakap-cakap.
  7) Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
           Menurut Stuart and Sudeen (2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :

  1) Faktor predisposisi
     a) Biologis
        Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
        neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
        penelitian berikut :

        (1) Penelitian pencitraan otak yang sudah menunjukkan keterlibatan otak yang luas
           dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
           berhubungan dengan perilaku psikotik.
        (2) Beberapa zat-zat kimia dengan perilaku psikotik. Neurotransmiter yang
           berlebihan dan masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
           terjadinya skizofrenia.
        (3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
           atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
           skizofrenia yang kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
           bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Kelainan anatomi otak tersebut
           didukung oleh otopsi (post-mortem).
b) Psikologis
         Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
         psikologis klien. Salah satu sikap/keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
         orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
         klien.

      c) Sosial budaya
         Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti :
         kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
         yang terisolasi disertai stres.

      2) Faktor Presipitasi
         Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
         hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
         tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat
         mengindikasikan kekambuhan.


d. Jenis –jenis halusinasi
   Halusinasi terdiri dari tujuh jenis :

   1) Pendengaran
      Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
      kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
      bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
      Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahkan klien disuruh untuk
      melakukan sesuatu yang kadang dapat membahayakan.

   2) Penglihatan
      Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
      bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
      menakutkan seperti melihat monster.

   3) Penghidung
      Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
      yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,
      atau demensia.
4) Pengecapan
     Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin, atau feses.

  5) Perabaan
     Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
     listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

  6) Cenestetik
     Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di arteri atau vena, pencernaan makanan
     atau pembentukkan urine.

  7) Kinestetik
     Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.


e. Tanda dan gejala
         Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003),
  seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang
  khas yaitu:
  1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
  2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
  3) Gerakan mata abnormal.
  4) Respon verbal yang lambat.
  5) Diam.
  6) Bertindak seolah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
  7) Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
     peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
  8) Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
  9) Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
 10) Mungkin klien kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
     dengan realitas.
 11) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
     pada menolaknya.
 12) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
 13) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14) Berkeringat banyak.
 15) Tremor.
 16) Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
 17) Perilaku menyerang teror seperti panik.
 18) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
 19) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
 20) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
 21) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.


f. Fase-fase halusinasi
 Tahapan halusinasi, karakteristik dan prilaku yang ditampilkan
  Tahap               karakteristik                Prilaku klien

  Tahap I:            Mengalami ansietas,          Tersenyum, tertawa
                      kesepian,rasa bersalah       sendiri.
  Memberi rasa
                      dan ketakutan.               Menggerakan bibir
  nyaman.
                      Mencoba berfokus pada        tanpa suara.
                      pikiran yang dapat           Pergerakan mata cepat.
                      menghilangkan ansietas.      Respon verbal yang
  Tingkat ansietas
                      Pikiran dan pengalaman       lambat.
  sedang.
                      sensori masih ada dalam      Diam dan
                      kontrol kesadaran non        berkonsentrasi
                      psikotik.
  Secara umum
  halusinasi
  merupakan suatu
  kesenangan

  Tahap II:           Pengalaman sensori           Terjadi peningkatan
  Menyalahkan         menakutkan.                  denyut jantung,
                      Merasa dilecehkan oleh       pernapasan dan tekanan
  Tingkat             pengalaman sensori           darah.
  kecemasan berat.    tersebut.                    Perhatian dengan
                      Mulai merasa kehilangan      lingkungan berkurang.
Secara umum           control.                       Konsentrasi terhadap
      halusinasi            Menarik diri dari orang        pengalaman sensorinya.
      menyebabkan           lain. Non psikotik             Kehilangan kemampuan
      rasa antipasti                                       membedakan halusinasi
                                                           dengan realitas.

      Tahap III :           Klien menyerah dan             Perintah halusinasi
      Mengontrol            menerima pengalaman            ditaati.
                            sensorinya (halusinasi).       Sulit berhubungan
      Tingkat               Isi halusinasi menjadi         dengan orang lain.
      kecemasan berat.      atraktif.                      Perhatian terhadap
                            Kesepian bila pengalaman       lingkungan berkurang,
      Pengalaman            sensori berakhir psikotik,     hanya beberapa detik.
      halusinasi tidak                                     Tidak mampu
      dapat ditolak lagi                                   mengikuti perintah dari
                                                           perawat, tampak tremor
                                                           dan berkeringat.

      Tahap IV:                                            Prilaku panik .
      Klien sudah                                          Resiko tinggi
      dikuasai oleh                                        mencederai.
      halusinasi                                           Agitasi atau kataton.
      Klien panic                                          Tidak mampu berespon
                                                           terhadap lingkungan.

     (Rasmus, 2001 : 24-25)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
   1. Pengkajian
                Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
      Pengkajian       merupakan    tahap   yang       paling   menentu       bagi   tahap   berikutnya
      (Rohman,2009:24).
      Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman                 pengkajian umum, pada formulir
      pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi beberapa faktor
      antara lain:
      1) Identitas
Yang     perlu   dkaji    yaitu   :   nama   ,   umur,     jenis   kelamin,agama,   suku,
   status,pendidikan,pekerjaan dan alamat
2) Alasan masuk rumah sakit
   Umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak
   mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang
   dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
   perawatan.
3) Factor presdiposisi
   a) Faktor perkembangan terlambat
      (1)   Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
      (2)   Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
      (3)   Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.




   b) Faktor komunikasi dalam keluarga
      (1)   Komunikasi peran ganda.
      (2)   Tidak ada komunikasi
      (3)   Tidak ada kehangatan.
      (4)   Komunikasi dengan emosi berlebihan.
      (5)   Komunikasi tertutup.
      (6)   Orang tua yang membandingkan anak – anaknya,              orang tua yang otoritas
            dan komplik orang tua.
   c) Factor sosial budaya
      Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat/sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu
      tinggi.
   d) Factor psikologis
      Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi,
      harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan
      koping destruktif.
   e) Factor biologis
      Factor biologis adanya kejadian terhadap fisik,berupa : atrofi otak, pembesaran
      ventrikel, perubahan besar dalan bentuk sel korteks dan limbik.
   f) Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik skizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu.
      Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan
      ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia
      adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4, 8, 5
      dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar
      50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara Dizygote peluangnya
      sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
      maka akan berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
      tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %

4) Faktor presipitasi
   a) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
      memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
   b) Mekanisme penghataran listrik di saraf terganggu (mekanisme penerimaan
      abnormal).
   c) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
      putus asa dan tidak berdaya.
5) Mekanisme koping

         Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :

   a) Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari-hari
   b) Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
      jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
   c) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus eksternal.
   d) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
6) Perilaku

         Respon prilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa
   tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
   mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata
   dengan yang tidak nyata. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung
   pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan
   perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasi saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan
   meliputi :

   a) Isi halusinasi
      Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan
      suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien,
      jika halusinasi visual, bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu, rasa apa yang
      dikecap, jika halusinasi pengecapan, dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika
      halusinasi perabaan.

   b) Waktu dan frekuensi
      Waktu dan frekuensi dapat dikaji dengan menanyakan klien kapan pengalaman
      halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau sebulan pengalaman halusinasi
      itu muncul. Informasi-informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus
      halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami
      halusinasi.

   c) Situasi pencetus halusinasi
      Perawat mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu
      perawat juga biasa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
      halusinasi untuk memvalidasi pernyatan klien.

   d) Respon klien
      Respon klien dikaji untuk menentukan sejauhmana halusinasi telah mempengaruhi
      klien. Dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
      halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya ataukah
      sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

7) Pemeriksaan fisik

          Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah),
   berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.

8) Status mental

Pengkajian pada status mental meliputi :

   a) Penampilan : tidak rapi, tidak serasi, dan cara berpakaian.
b) Pembicaraan : terorganisir atau berbelit-belit
     c) Aktivitas motorik : meningkat atau menurun
     d) Alam perasaan : suasana hati dan emosi
     e) Afek : sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen.
     f) Interaksi selama wawancara : respon verbal dan non verbal.
     g) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan
        informasi.
     h) Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat
        dipengaruhi proses pikir.
     i) Isi pikir : berisikan kenyakinan berdasarkan penilaian realitas.
     j) Tingkat kesadaran : orientasi waktu, tempat dan orang.
     k) Memori :
        (1)     Memori jangka panjang : mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.
        (2)     Memori jangka pendek : mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada
               saat dikaji.
  9) Kemampuan konsentrasi dan berhitung : kemampuan menyelesaikan tugas dan
     berhitung sederhana.


2. Pohon masalah
   Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

                                       (akibat)




      Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

                                (Masalah utama)




                      Isolasi sosial : menarik diri

                                   (penyebab)




              Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Diagnosa Keperawatan
          Diagnosa keperwatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien
  baik aktual maupun potensial (Rohman,2009). Menurut Keliat,2006, klien              yang
  mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga dapat membahayakan
  orang lain serta dengan melihat dari pohon masalah maka muncul tiga diagnosa pada kllien
  halusinasi yaitu :

  1) Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
     halusinasi pendengaran.
  2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
  3) Isolasi diri : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


4. Intervensi
  1) Resiko mencederai diri sendiri ,orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
     halusinasi pendengaran
     TUM : Tidak terjadi tindakan kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri , orang lain
     dan lingkungan
     TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
     Kriteria evaluasi :
     a) Setelah 1x pertemuan klien dapat menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat
        : ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
        berjabat tangan, mau menyebutkan nama, menjawab salam mau duduk dengan
        perawat.
     b) Klien dapat mengungkapkan perasaanya dan keadaan saat ini secara verbal.
     Intervensi dan Rasional :
     a) Bina hubungan saling percaya :
        (1) Salam terapeutik
        (2) Perkenalkan diri
        (3) Ciptakan lingkungan yang tenang
        (4) Buat kontrak yang jelas
(5) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali pertemuan
       R/ Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat-
           klien.

  b) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya.
       R/ Ungkapan perasaanklien kepada perawat sebagai bukti bahwa klien mulai percaya
       kepada perawat.
  c) Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
       R/ Rasa empati akan meningkatkan hubungan saling percaya.

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya.

  Kriteria evaluasi :

  a)    Klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata setelah 3x pertemuan
        dengan menceritakan hal-hal yang nyata.
  b)    Klien dapat menyebutkan situasi yang menimbulkan             dan tidak menimbulkan
        halusinasi : sifat, isi, waktu, frekuensi halusinasi setelah 3x pertemuan.
  Intervensi dan Rasional

  a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap :
       5 menit setiap 1 jam
       10 menit setiap 1jam
       15 menit setiap 1 jam
       R/ Mengurangi waktu kosong bagi klien sehingga dapat mengurangi frekuensi
       halusinasi
  b) Observasi tingkah laku verbal yang berhubungan dengan halusinasi : bicara sendiri.
       R/ Halusinasi harus dikenal terlebih dahulu oleh perawat agar intervensinya efektif.
  c) Gambarkan tingkah laku halusinasi pada klien “apa yang terdengar/terlihat”
       R/ Klien mungkin tidak mampu untuk mengungkapkan persepsinya maka perawat
       dapat memfasilitasi klien untuk mengungkapkan secara terbuka
  d) Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien , tetapi bukan bagi perawat
       (tidak membenarkan dan tidak menyangkal)
       R/ Meningkatkan orientasi realita klien dan rasa percaya klien.
  e) Bersama klien mengidentifikasi situasi-situasi yang dapat menimbulkan dan yang
       tidak menimbulkan halusinasi : sifat, isi, waktu, frekuensi halusinasi.
R/ Peran serta aktif klien sangat menetukan efektifitas tindakan keperawatan yang
   dilakukan.
f) Bersama klien menentukan factor pencetus halusinasi “apa yang terjadi sebelum dan
   sesudah halusinasi”
   R/ Membantu klien untuk mengontrol halusinasinya bila factor pencetusnya telah
   diketahui.
g) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya ketika halusinasi.
   R/Upaya untuk memutuskan halusinasi perlu dilakukan oleh klien sendiri agar
   halusinasi tidak berlanjut.

TUK 3 : klien dapat mengontrol halusinasi.

Kriteria evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan         tindakan yang bisa dilakukan bila sedang halusinasi
   setehah 3x pertemuan.
b) Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 cara memutus halusinasi.
c) Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengontrol halusinasi.
Intervensi dan Rasional

a) Identifikasi bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang halusinasi.
   R/ Tindakan yang bisa dilakukan klien merupakkan upaya mengatasi halusinasi.
b) Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya
   R/ Penguatan akan meningkatkan harga diri.
c) Diskusikan cara memutus halusinasi.
   R/ Meminimalkan resiko kekerasan.
d) Dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutus halusinasi.
   R/ Merupakan suatu tanda konsentrasi pikir dapat difokuskan.
e) Beri pujian atas upaya klien.
   R/ Meningkatkan motivasi dan harga diri klien.
f) Dorong klien untuk memilih tindakan yang akan dilakukan.
   R/ Memberi kesempatan pada klien untuk memutuskan tindakan akan meningkatkan
   harga diri klien.
g) Dorong klien untuk mengikuti TAK.
   R/ Membantu melupakan halusinasi dan meningkatkan harga diri.
h) Beri pujian bila dapat melakukannya.
R/ Memotivasi klien mengulang hal positif.

              TUK 4 : Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasinya.

              Kriteria evaluasi :

              a) Setelah 3x pertemuan klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian ,
                 nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping.
              Intervensi dan Rasional

              a) Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengotrol halusinasi.
                 R/ Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien untuk minum obat secara
                 teratur.
              b) Bantu klien untuk memastikan klien telah minum obat secara teratur untuk
                 mengontrol halusinasi.
                 R/ Memastikan bahwa klien minum obat teratur.
              c) Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
                 R/ Meningkatkan rasa percaya diri.

              TUK 5 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

              Kriteria evaluasi :

              a) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
              Intervensi danRasional

              a) Dorong klien untuk memberitahu keluarga ketika halusinasi timbul.
                 R/ sebagai upaya latihan klien sebelum berada di rumah
              b) Lakukan kunjungan rumah (home visite) kenalkan keluarga pada halusinasi klien.
                 Bantu dalam memutuskan tindakan untuk mengontrol halusinasi klien,ajarkan cara
                 merawat klien di rumah, informasikan cara memodifikasi lingkungan agar
                 mendukung realitas dan dorong keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan, obat
                 dalam mengontrol halusinasi.
                 R/ Keluarga yang mampu merawat klien dengan halusinasi paling efektif
                 mendukung kesembuhan klien dengan masalah halusinasi.


5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai     efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu
yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan pada saat setiap selesai melakukan
tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau submatif yang dilaukan dengan
membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Pada kasus nyata
evaluasi yang dilakukan ialah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
        Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika klien menunjukkan
kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan cara yang efektif yang dipilihnya.
Klien juga diharapkan sudah mampu dalam melaksanakan program pengobatan
berkelanjutan mengingat sifat penyakitnya yang kronis.

        Evaluasi asuhan keperawatan berhasil jika keluarga klien juga menunjukkan
kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien mengatasi masalah
gangguan jiwanya. Kemampuan merawat di rumah dan menciptakan lingkungan kondusif
bagi klien di rumah menjadi ukuran keberhasilan asuhan keperawatan, di samping
pemahaman keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika muncul gejala-
gejala relaps (Akemat , 2002).
BAB III

                                        TINJAUAN KASUS




RUANG RAWAT : PURI MITRA               TANGGAL DIRAWAT : 19 NOV 2011




  I.   IDENTITAS KLIEN
       Inisial : Tn.N.H (L/P)          Tanggal Pengkajian : 22 nov 2011
       Umur : 46 Tahun                          RM No : 003324
       Informan : Pasien dan Rekam medik


 II.   ALASAN MASUK
       Pasien masuk ± 10 hari yang lalu,ngamuk dan ngomel-ngomel,mengejar-ngejar ayahnya dengan
       membawa palu,obeng,dan lain-lain.membanting-banting barang(piring,gelas,dll)pasien ngamuk
       dengan alasan ada yang mengintip serta banyak yang membenci dia.


III.   KELUHAN UTAMA
       Klien mendengar bisikan yang menyuruhnya menbanting-banting barang.
IV.    FAKTOR PREDISPOSISI
           1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,sempat berobat tetapi tidak berhasil karena
               pasien tidak rutin minum obat.
               Masalah keperawatan : Regimen terapi inefektif
           2. Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa
               Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
           3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
               Pasien pernah menikah dan memiliki seorang anak tetapi bercerai.semenjak bercerai
               pasien stress dan jarang berinteraksi dengan orang lain dan menyendiri.
Masalah keperawatan :
                           koping individu inefektif
                           menarik diri


V.    FISIK

              1. Tanda vital : TD: 120/80 MMHG N : 88x/.menit S :
              2. Ukur : TB :
              3. Keluhan Fisik :klien tidak memiliki keluhan fisik
                  Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan


VI.   PSIKOSOSIAL
              1. Genogram : pasien anak kedua dari 5 bersaudara,sudah menikah dan memiliki satu
                  anak dan bercerai .
                  Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
              2. Konsep diri :
                          Ketika ditanya bagian tentang bagian tubuh yang disukai klien dapat
                          menjawab kalau ia menyukai rambutnya dan tidak menyukai giginya,tetapi
                          ketika ditanya tentang identitas sampai dengan harga diri rendah klien
                          menjawab ngelantur dan tidak sesuai dengan pertanyaan
                          Masalah kepereawatan : gangguan komunikasi verbal
              3. Hubungan social :
                           Ketika ditanya orang yang berarti bagi klien,klien mengatakan tidak ada
                          orang yang berarti dalam hidupnya.klien selalu mengikuti kegiatan kerja
                          bakti dimasyarakat dan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan
                          orang lain.

                          Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan




              4. Spiritual :
                          Klien beragama islam dan sebelum dibawah ke RSJ menur,klien
                          melaksanakan ibadah sholat tetapi setelah masuk RSJ klien tidak pernah
                          melaksanakan sholat
                          Masalah keperawatan : distres spritual.
VII.   STATUS MENTHAL
           1. Penampilan :
              Pakaian tampak kusut,beruban,wajah lebih tua dari umur
              Masalah keperawatan : defisit perawatan diri
           2. Pembicaraan
              Pasien selalu menjawab pertanyaan dan ada kontak mata
              Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
           3. Aktivitas motorik :
              Klien terlihat biasa saja tidak tampak lesu tegang ataupun gelisah
              Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
           4. Alam perasaan :
              Ketika ditanya sesuatu yang tidak lucu,klien selalu tertawa.
              Maslah keperawatan : gangguan alam perasaan
           5. Afek :
              Wajah klien tampak senang ketika bercerita deengan perawat
              Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
           6. Interaksi selama wawancara
              Saat diawancara klien cukup kooperatif dan ada kontak mata walaupun kadang
              ngelantur dalam pembicaraan
           7. Persepsi
              Klien mengatakan mendengar yang menyuruh untuk membanting barang
              Masalah keperawatan : halusinasi keperawatan
8. Proses pikir
                 pembicaraan klien kadang ngelantur,berbelit-belit dan tidak sampai pada tujuan

                Masalah keperawatan : gangguan proses piker
            9. Isi piker
                Saat ditanya klien menjawab dengan baik walaupun kadang ngelantur dan klien tidak
                mengalami kepercayaan yang salah,klien percaya pada kebesaran allah yang
                mengatur seluruh kehidupan didunia
                Maslah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
            10. Tingkat kesadaran
                Ketika ditanya klien mengalami disorientasi tempat,klien dapat mmembedakan siang
                dan malam tetapi tidak tahu dimana dia berada
                masalah keperawatan : perubahan proses pikir
            11. Memori
                klien tidak tahu kenapa dia dibawah ke RSJ
                Masalah keperawatan : gangguan daya ingat
            12. Tingkat konsentrasi dan berhitungan
                Daya hitung klien masih baik klien dapat berhitung sederhana misalnya disuruh
                menghitung satu sampai sepuluh klien dapat melakukannya.
                Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
            13. Kemampuan penilaian
                Ketika disuruh memilih antara makan dulu baru minum obat atau minum obat dulu
                baru makan,dan klien menjawab makan dulu baru minum obat.
                masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan .
            14. Daya tilik diri
                Klien mengatakan bahwa ia tidak sakit
                Maslah keperawwatan : prerubahan proses pikir


VIII.   KEBUTUHAN PULANG
            1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan :
                Klien dapat makan sendiri, porsi makan dihabiskan dan setelah makan klien menaruh
                sendiri tempat makanya dan jika air habis klien dapat mengambil sendiri di dapur.
            2. Kegiatan hidup sehari-hari :
                    a. Perawatan diri :
Klien mampu mandi,ganti pakaian dan BAB atau BAK sendiri
                            masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
                        b. Nutrisi
                                     Klien mengatakan puas dengan makanan di RSJ Menur dengan
                                     frekuensi makan 3x sehari dengan selingan snake 1x sehari dengan
                                     nafsu makannya meningkat,dan pasien juga tidak mempunyai diet
                                     khusus.
                        c. Tidur
                            Pada saat tidur, klien terlihat gelisah dan sulit untuk memulai tidur.
                            Masalah keperawatan: perubahan pola istirahat tidur
                3. Klien memiliki system pendukung
                    Klien memiliki orang-orang yang mendukungnya,keluarganya.
                    Maslah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan


IX.   MEKANISME KOPING
      Adaptif
      1. Olahraga
      Maladaptif

      1. Reaksi lambat / berlebihan
      2. Bekerja berlebihan
      3. Mencederai diri
X.    MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
                Masalah dengan dukungan kelompok : keluarga pernah menjenguk klien
                Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : klien mengatakan seriing mengikuti
                kegiatan dilingkungannya seperti kerja bakti
                Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien lulusan SMA
                Masalah dengan perumahan, spesifik : klien tinggal dengan orang tuannya
                Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : jika klien sakit selalu dibawah kerumah
                sakit
                Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan
XI.   PENGETAHUAN TENTANG
                Klien tidak mengetahui tentang penyakit jiwa dan obat-obatan
                Maslah keperawatan : kurang pengetahuan
XII.    DATA LAIN-LAIN
        Hasil laboratorium tanggal 20 November 2011
        Mode                               Male
        Billirubin direck                  0, 18 mg/dl        < 0, 25
        Billirubin total          0, 51 mg/dl      0, 2 – 1, 0
        Gamma ST                  31 v/L           L : 11 -50           P : 7 - 32
        SGOT                      18 v/L           L < 37               P : < 51
        SGPT                      17 v/L           L < 40               P : < 31


        Faal Ginjal
        BON                       9, 8 mg/dl       L/P : 75 - 115
        Creatinin                 0, 8 mg/dl       L/P : < 140
        Asam Urat                 50 mg/dl         L/P : 62


        Gula Darah
        Gula Puasa                125 mg/dl        L/P : 72.115
        Gula 2 jam PP             130 mg/dl        L/P : < 140
        Lemak
        Kolesterol                123 mg/dl        L/P : < 200
        Trighthida                112 mg/dl        L/P : <100
        HDL                       87 mg/dl         L/P : > 35
        LDL                       64 mg/dl         L/P : < 150


XIII.   ASPEK MEDIK
        Diagnosa Medik : Skizofrenia
        Terapi Medik        : Ins. Lodomer 1 ampul IM
                             Cp2 0 – 0 – 100 mg.


XIV.    DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
                Regimen terapi inefektif
                Koping individu inefekktif
                Menarik diri
                Harga diri rendah
                Defisit perawatan diri
Gangguan komunikasi verbal
Halusinasi
Disorientasi waktu dan tempat
Gangguan alam perasaan
Gangguan proses pikir
Gangguan daya ingat
Kurang pengetahuan tentang halusinasi
Gangguan daya tilik diri
Gangguan istirahat tidur
Ketidakefektifan regimen terapiutik
Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa, obat – obatan dan koping individu tidak
efektif
Distres spiritual
XV.   DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
           Resiko tinggi mencederai diri , orang lain dan lingkungan berhubungan dengan gangguan
           persepsi sensori : halusinasi pendengaran
           Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi social :
           menarik diri
        Prioritas diagnosa keperawatan :

          Resiko tinggi mencederai diri b/d gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

Contenu connexe

Tendances

F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)Elissa Lisencia
 
Gangguan jiwa berat
Gangguan jiwa beratGangguan jiwa berat
Gangguan jiwa beratAmalia Senja
 
Skizofrenia fix
Skizofrenia fixSkizofrenia fix
Skizofrenia fixwahyu9652
 
Pengantar keperawatan persepsi sensori
Pengantar keperawatan persepsi sensoriPengantar keperawatan persepsi sensori
Pengantar keperawatan persepsi sensoriayu240892
 
Mengenal Skizofrenia (8.4, NIMH)
Mengenal Skizofrenia (8.4, NIMH)Mengenal Skizofrenia (8.4, NIMH)
Mengenal Skizofrenia (8.4, NIMH)Lautan Jiwa
 
komunikasi intrapersonal (sensasi dan persepsi)
komunikasi intrapersonal (sensasi dan persepsi)komunikasi intrapersonal (sensasi dan persepsi)
komunikasi intrapersonal (sensasi dan persepsi)University of Andalas
 
Pengantar psikologi kesedaran - kuim
Pengantar psikologi kesedaran - kuimPengantar psikologi kesedaran - kuim
Pengantar psikologi kesedaran - kuimDanial Iskandar
 

Tendances (8)

F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
 
Gangguan jiwa berat
Gangguan jiwa beratGangguan jiwa berat
Gangguan jiwa berat
 
Skizofrenia fix
Skizofrenia fixSkizofrenia fix
Skizofrenia fix
 
Pengantar keperawatan persepsi sensori
Pengantar keperawatan persepsi sensoriPengantar keperawatan persepsi sensori
Pengantar keperawatan persepsi sensori
 
Persepsi sensori
Persepsi sensoriPersepsi sensori
Persepsi sensori
 
Mengenal Skizofrenia (8.4, NIMH)
Mengenal Skizofrenia (8.4, NIMH)Mengenal Skizofrenia (8.4, NIMH)
Mengenal Skizofrenia (8.4, NIMH)
 
komunikasi intrapersonal (sensasi dan persepsi)
komunikasi intrapersonal (sensasi dan persepsi)komunikasi intrapersonal (sensasi dan persepsi)
komunikasi intrapersonal (sensasi dan persepsi)
 
Pengantar psikologi kesedaran - kuim
Pengantar psikologi kesedaran - kuimPengantar psikologi kesedaran - kuim
Pengantar psikologi kesedaran - kuim
 

Similaire à Proposal

Similaire à Proposal (20)

Halusinasi
HalusinasiHalusinasi
Halusinasi
 
Lp Halusinasi.docx
Lp Halusinasi.docxLp Halusinasi.docx
Lp Halusinasi.docx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan NeurotikPerbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
Perbedaan Gangguan Jiwa Psikotik dan Neurotik
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 
Gangguan persepsi sensor; halusinasi pendengaran
Gangguan persepsi sensor; halusinasi pendengaranGangguan persepsi sensor; halusinasi pendengaran
Gangguan persepsi sensor; halusinasi pendengaran
 
widya.pptx
widya.pptxwidya.pptx
widya.pptx
 
Asuhan keperawatan dengan mania
Asuhan keperawatan dengan maniaAsuhan keperawatan dengan mania
Asuhan keperawatan dengan mania
 
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.pptBeberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
Beberapa Jenis-Gangguan Jiwa Dan Tata-tata Laksananya.ppt
 
ansietas atau kecemasan 2017
ansietas atau kecemasan 2017ansietas atau kecemasan 2017
ansietas atau kecemasan 2017
 
Kel 3 halusinasi
Kel 3 halusinasiKel 3 halusinasi
Kel 3 halusinasi
 
SCHIZOPHRENIA/SKIZOPRENIA
SCHIZOPHRENIA/SKIZOPRENIASCHIZOPHRENIA/SKIZOPRENIA
SCHIZOPHRENIA/SKIZOPRENIA
 
Laporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - HalusinasiLaporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
Laporan Pendahuluan Jiwa - Halusinasi
 
Laporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasiLaporan pendahuluan halusinasi
Laporan pendahuluan halusinasi
 
Apa itu psikosis
Apa itu psikosisApa itu psikosis
Apa itu psikosis
 
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNAAskep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
 
Present
PresentPresent
Present
 
Istilah spikologi
Istilah spikologiIstilah spikologi
Istilah spikologi
 
Gangguan ansietas
Gangguan ansietasGangguan ansietas
Gangguan ansietas
 
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietasAsuhan keperawatan pada klien dg ansietas
Asuhan keperawatan pada klien dg ansietas
 

Dernier

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 

Dernier (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 

Proposal

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi (Kaplan dan Sadock, 2007). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan (Lewis, 2007).
  • 2. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. HALUSINASI 1. Konsep dasar a. Pengertian Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciman. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu perubahan persepsi sensori halusinasi biasa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu obyek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan) (Nita Fitria, 2009). b. Rentang respon Respon adaptif respon mal adaptif Pikiran logis pikiran kadang gangguan pikiran Menyimpang / waham Persepsi akurat ilusi halusinasi Emosi konsisten reaksi emosi kesulitan untuk berlebihan/ memproses berkurang emosi Perilaku sesuai perilaku ganjil ketidakteraturan Hubungan menarik diri isolasi sosial Sosial
  • 3. c. Penyebab Salah satu penyebab dari perubahan sensori halusinasi yaitu isolasi sosial berupa menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Tanda dan Gejala : 1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul. 2) Menghindar dari orang lain (menyendiri). 3) Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/ perawat. 4) Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk. 5) Berdiam diri di kamar / klien kurang mobilitas. 6) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. 7) Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari. Menurut Stuart and Sudeen (2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah : 1) Faktor predisposisi a) Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian- penelitian berikut : (1) Penelitian pencitraan otak yang sudah menunjukkan keterlibatan otak yang luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. (2) Beberapa zat-zat kimia dengan perilaku psikotik. Neurotransmiter yang berlebihan dan masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. (3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia yang kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
  • 4. b) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap/keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. c) Sosial budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres. 2) Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat mengindikasikan kekambuhan. d. Jenis –jenis halusinasi Halusinasi terdiri dari tujuh jenis : 1) Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahkan klien disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang dapat membahayakan. 2) Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. 3) Penghidung Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau demensia.
  • 5. 4) Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin, atau feses. 5) Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. 6) Cenestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di arteri atau vena, pencernaan makanan atau pembentukkan urine. 7) Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak. e. Tanda dan gejala Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu: 1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai. 2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara. 3) Gerakan mata abnormal. 4) Respon verbal yang lambat. 5) Diam. 6) Bertindak seolah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan. 7) Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah. 8) Penyempitan kemampuan konsenstrasi. 9) Dipenuhi dengan pengalaman sensori. 10) Mungkin klien kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas. 11) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada menolaknya. 12) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. 13) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
  • 6. 14) Berkeringat banyak. 15) Tremor. 16) Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk. 17) Perilaku menyerang teror seperti panik. 18) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain. 19) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi. 20) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks. 21) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang. f. Fase-fase halusinasi Tahapan halusinasi, karakteristik dan prilaku yang ditampilkan Tahap karakteristik Prilaku klien Tahap I: Mengalami ansietas, Tersenyum, tertawa kesepian,rasa bersalah sendiri. Memberi rasa dan ketakutan. Menggerakan bibir nyaman. Mencoba berfokus pada tanpa suara. pikiran yang dapat Pergerakan mata cepat. menghilangkan ansietas. Respon verbal yang Tingkat ansietas Pikiran dan pengalaman lambat. sedang. sensori masih ada dalam Diam dan kontrol kesadaran non berkonsentrasi psikotik. Secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan Tahap II: Pengalaman sensori Terjadi peningkatan Menyalahkan menakutkan. denyut jantung, Merasa dilecehkan oleh pernapasan dan tekanan Tingkat pengalaman sensori darah. kecemasan berat. tersebut. Perhatian dengan Mulai merasa kehilangan lingkungan berkurang.
  • 7. Secara umum control. Konsentrasi terhadap halusinasi Menarik diri dari orang pengalaman sensorinya. menyebabkan lain. Non psikotik Kehilangan kemampuan rasa antipasti membedakan halusinasi dengan realitas. Tahap III : Klien menyerah dan Perintah halusinasi Mengontrol menerima pengalaman ditaati. sensorinya (halusinasi). Sulit berhubungan Tingkat Isi halusinasi menjadi dengan orang lain. kecemasan berat. atraktif. Perhatian terhadap Kesepian bila pengalaman lingkungan berkurang, Pengalaman sensori berakhir psikotik, hanya beberapa detik. halusinasi tidak Tidak mampu dapat ditolak lagi mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat. Tahap IV: Prilaku panik . Klien sudah Resiko tinggi dikuasai oleh mencederai. halusinasi Agitasi atau kataton. Klien panic Tidak mampu berespon terhadap lingkungan. (Rasmus, 2001 : 24-25) B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentu bagi tahap berikutnya (Rohman,2009:24). Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian umum, pada formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut Keliat (2006) meliputi beberapa faktor antara lain: 1) Identitas
  • 8. Yang perlu dkaji yaitu : nama , umur, jenis kelamin,agama, suku, status,pendidikan,pekerjaan dan alamat 2) Alasan masuk rumah sakit Umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. 3) Factor presdiposisi a) Faktor perkembangan terlambat (1) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman. (2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi. (3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan. b) Faktor komunikasi dalam keluarga (1) Komunikasi peran ganda. (2) Tidak ada komunikasi (3) Tidak ada kehangatan. (4) Komunikasi dengan emosi berlebihan. (5) Komunikasi tertutup. (6) Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua. c) Factor sosial budaya Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat/sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi. d) Factor psikologis Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif. e) Factor biologis Factor biologis adanya kejadian terhadap fisik,berupa : atrofi otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar dalan bentuk sel korteks dan limbik. f) Faktor genetik
  • 9. Telah diketahui bahwa genetik skizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4, 8, 5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara Dizygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia maka akan berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 % 4) Faktor presipitasi a) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak. b) Mekanisme penghataran listrik di saraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal). c) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. 5) Mekanisme koping Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi : a) Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari-hari b) Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda. c) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus eksternal. d) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien. 6) Perilaku Respon prilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
  • 10. mengetahui jenis halusinasi saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi : a) Isi halusinasi Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap, jika halusinasi pengecapan, dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan. b) Waktu dan frekuensi Waktu dan frekuensi dapat dikaji dengan menanyakan klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi-informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami halusinasi. c) Situasi pencetus halusinasi Perawat mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga biasa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyatan klien. d) Respon klien Respon klien dikaji untuk menentukan sejauhmana halusinasi telah mempengaruhi klien. Dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya ataukah sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya. 7) Pemeriksaan fisik Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien. 8) Status mental Pengkajian pada status mental meliputi : a) Penampilan : tidak rapi, tidak serasi, dan cara berpakaian.
  • 11. b) Pembicaraan : terorganisir atau berbelit-belit c) Aktivitas motorik : meningkat atau menurun d) Alam perasaan : suasana hati dan emosi e) Afek : sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen. f) Interaksi selama wawancara : respon verbal dan non verbal. g) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan informasi. h) Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat dipengaruhi proses pikir. i) Isi pikir : berisikan kenyakinan berdasarkan penilaian realitas. j) Tingkat kesadaran : orientasi waktu, tempat dan orang. k) Memori : (1) Memori jangka panjang : mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu. (2) Memori jangka pendek : mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat dikaji. 9) Kemampuan konsentrasi dan berhitung : kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana. 2. Pohon masalah Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (akibat) Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran (Masalah utama) Isolasi sosial : menarik diri (penyebab) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
  • 12. 3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperwatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik aktual maupun potensial (Rohman,2009). Menurut Keliat,2006, klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga dapat membahayakan orang lain serta dengan melihat dari pohon masalah maka muncul tiga diagnosa pada kllien halusinasi yaitu : 1) Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran. 2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri. 3) Isolasi diri : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 4. Intervensi 1) Resiko mencederai diri sendiri ,orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran TUM : Tidak terjadi tindakan kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri , orang lain dan lingkungan TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria evaluasi : a) Setelah 1x pertemuan klien dapat menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat : ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, menjawab salam mau duduk dengan perawat. b) Klien dapat mengungkapkan perasaanya dan keadaan saat ini secara verbal. Intervensi dan Rasional : a) Bina hubungan saling percaya : (1) Salam terapeutik (2) Perkenalkan diri (3) Ciptakan lingkungan yang tenang (4) Buat kontrak yang jelas
  • 13. (5) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali pertemuan R/ Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat- klien. b) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya. R/ Ungkapan perasaanklien kepada perawat sebagai bukti bahwa klien mulai percaya kepada perawat. c) Dengarkan ungkapan klien dengan empati. R/ Rasa empati akan meningkatkan hubungan saling percaya. TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya. Kriteria evaluasi : a) Klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata setelah 3x pertemuan dengan menceritakan hal-hal yang nyata. b) Klien dapat menyebutkan situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi : sifat, isi, waktu, frekuensi halusinasi setelah 3x pertemuan. Intervensi dan Rasional a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap : 5 menit setiap 1 jam 10 menit setiap 1jam 15 menit setiap 1 jam R/ Mengurangi waktu kosong bagi klien sehingga dapat mengurangi frekuensi halusinasi b) Observasi tingkah laku verbal yang berhubungan dengan halusinasi : bicara sendiri. R/ Halusinasi harus dikenal terlebih dahulu oleh perawat agar intervensinya efektif. c) Gambarkan tingkah laku halusinasi pada klien “apa yang terdengar/terlihat” R/ Klien mungkin tidak mampu untuk mengungkapkan persepsinya maka perawat dapat memfasilitasi klien untuk mengungkapkan secara terbuka d) Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien , tetapi bukan bagi perawat (tidak membenarkan dan tidak menyangkal) R/ Meningkatkan orientasi realita klien dan rasa percaya klien. e) Bersama klien mengidentifikasi situasi-situasi yang dapat menimbulkan dan yang tidak menimbulkan halusinasi : sifat, isi, waktu, frekuensi halusinasi.
  • 14. R/ Peran serta aktif klien sangat menetukan efektifitas tindakan keperawatan yang dilakukan. f) Bersama klien menentukan factor pencetus halusinasi “apa yang terjadi sebelum dan sesudah halusinasi” R/ Membantu klien untuk mengontrol halusinasinya bila factor pencetusnya telah diketahui. g) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya ketika halusinasi. R/Upaya untuk memutuskan halusinasi perlu dilakukan oleh klien sendiri agar halusinasi tidak berlanjut. TUK 3 : klien dapat mengontrol halusinasi. Kriteria evaluasi : a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan bila sedang halusinasi setehah 3x pertemuan. b) Klien dapat menyebutkan 2 dari 3 cara memutus halusinasi. c) Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengontrol halusinasi. Intervensi dan Rasional a) Identifikasi bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang halusinasi. R/ Tindakan yang bisa dilakukan klien merupakkan upaya mengatasi halusinasi. b) Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya R/ Penguatan akan meningkatkan harga diri. c) Diskusikan cara memutus halusinasi. R/ Meminimalkan resiko kekerasan. d) Dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutus halusinasi. R/ Merupakan suatu tanda konsentrasi pikir dapat difokuskan. e) Beri pujian atas upaya klien. R/ Meningkatkan motivasi dan harga diri klien. f) Dorong klien untuk memilih tindakan yang akan dilakukan. R/ Memberi kesempatan pada klien untuk memutuskan tindakan akan meningkatkan harga diri klien. g) Dorong klien untuk mengikuti TAK. R/ Membantu melupakan halusinasi dan meningkatkan harga diri. h) Beri pujian bila dapat melakukannya.
  • 15. R/ Memotivasi klien mengulang hal positif. TUK 4 : Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasinya. Kriteria evaluasi : a) Setelah 3x pertemuan klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian , nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping. Intervensi dan Rasional a) Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengotrol halusinasi. R/ Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien untuk minum obat secara teratur. b) Bantu klien untuk memastikan klien telah minum obat secara teratur untuk mengontrol halusinasi. R/ Memastikan bahwa klien minum obat teratur. c) Beri pujian jika klien minum obat dengan benar. R/ Meningkatkan rasa percaya diri. TUK 5 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya. Kriteria evaluasi : a) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya. Intervensi danRasional a) Dorong klien untuk memberitahu keluarga ketika halusinasi timbul. R/ sebagai upaya latihan klien sebelum berada di rumah b) Lakukan kunjungan rumah (home visite) kenalkan keluarga pada halusinasi klien. Bantu dalam memutuskan tindakan untuk mengontrol halusinasi klien,ajarkan cara merawat klien di rumah, informasikan cara memodifikasi lingkungan agar mendukung realitas dan dorong keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan, obat dalam mengontrol halusinasi. R/ Keluarga yang mampu merawat klien dengan halusinasi paling efektif mendukung kesembuhan klien dengan masalah halusinasi. 5. Evaluasi
  • 16. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan pada saat setiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau submatif yang dilaukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Pada kasus nyata evaluasi yang dilakukan ialah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan cara yang efektif yang dipilihnya. Klien juga diharapkan sudah mampu dalam melaksanakan program pengobatan berkelanjutan mengingat sifat penyakitnya yang kronis. Evaluasi asuhan keperawatan berhasil jika keluarga klien juga menunjukkan kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien mengatasi masalah gangguan jiwanya. Kemampuan merawat di rumah dan menciptakan lingkungan kondusif bagi klien di rumah menjadi ukuran keberhasilan asuhan keperawatan, di samping pemahaman keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika muncul gejala- gejala relaps (Akemat , 2002).
  • 17. BAB III TINJAUAN KASUS RUANG RAWAT : PURI MITRA TANGGAL DIRAWAT : 19 NOV 2011 I. IDENTITAS KLIEN Inisial : Tn.N.H (L/P) Tanggal Pengkajian : 22 nov 2011 Umur : 46 Tahun RM No : 003324 Informan : Pasien dan Rekam medik II. ALASAN MASUK Pasien masuk ± 10 hari yang lalu,ngamuk dan ngomel-ngomel,mengejar-ngejar ayahnya dengan membawa palu,obeng,dan lain-lain.membanting-banting barang(piring,gelas,dll)pasien ngamuk dengan alasan ada yang mengintip serta banyak yang membenci dia. III. KELUHAN UTAMA Klien mendengar bisikan yang menyuruhnya menbanting-banting barang. IV. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,sempat berobat tetapi tidak berhasil karena pasien tidak rutin minum obat. Masalah keperawatan : Regimen terapi inefektif 2. Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Pasien pernah menikah dan memiliki seorang anak tetapi bercerai.semenjak bercerai pasien stress dan jarang berinteraksi dengan orang lain dan menyendiri.
  • 18.
  • 19. Masalah keperawatan :  koping individu inefektif  menarik diri V. FISIK 1. Tanda vital : TD: 120/80 MMHG N : 88x/.menit S : 2. Ukur : TB : 3. Keluhan Fisik :klien tidak memiliki keluhan fisik Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan VI. PSIKOSOSIAL 1. Genogram : pasien anak kedua dari 5 bersaudara,sudah menikah dan memiliki satu anak dan bercerai . Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 2. Konsep diri : Ketika ditanya bagian tentang bagian tubuh yang disukai klien dapat menjawab kalau ia menyukai rambutnya dan tidak menyukai giginya,tetapi ketika ditanya tentang identitas sampai dengan harga diri rendah klien menjawab ngelantur dan tidak sesuai dengan pertanyaan Masalah kepereawatan : gangguan komunikasi verbal 3. Hubungan social : Ketika ditanya orang yang berarti bagi klien,klien mengatakan tidak ada orang yang berarti dalam hidupnya.klien selalu mengikuti kegiatan kerja bakti dimasyarakat dan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 4. Spiritual : Klien beragama islam dan sebelum dibawah ke RSJ menur,klien melaksanakan ibadah sholat tetapi setelah masuk RSJ klien tidak pernah melaksanakan sholat Masalah keperawatan : distres spritual.
  • 20. VII. STATUS MENTHAL 1. Penampilan : Pakaian tampak kusut,beruban,wajah lebih tua dari umur Masalah keperawatan : defisit perawatan diri 2. Pembicaraan Pasien selalu menjawab pertanyaan dan ada kontak mata Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 3. Aktivitas motorik : Klien terlihat biasa saja tidak tampak lesu tegang ataupun gelisah Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 4. Alam perasaan : Ketika ditanya sesuatu yang tidak lucu,klien selalu tertawa. Maslah keperawatan : gangguan alam perasaan 5. Afek : Wajah klien tampak senang ketika bercerita deengan perawat Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 6. Interaksi selama wawancara Saat diawancara klien cukup kooperatif dan ada kontak mata walaupun kadang ngelantur dalam pembicaraan 7. Persepsi Klien mengatakan mendengar yang menyuruh untuk membanting barang Masalah keperawatan : halusinasi keperawatan
  • 21. 8. Proses pikir pembicaraan klien kadang ngelantur,berbelit-belit dan tidak sampai pada tujuan Masalah keperawatan : gangguan proses piker 9. Isi piker Saat ditanya klien menjawab dengan baik walaupun kadang ngelantur dan klien tidak mengalami kepercayaan yang salah,klien percaya pada kebesaran allah yang mengatur seluruh kehidupan didunia Maslah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 10. Tingkat kesadaran Ketika ditanya klien mengalami disorientasi tempat,klien dapat mmembedakan siang dan malam tetapi tidak tahu dimana dia berada masalah keperawatan : perubahan proses pikir 11. Memori klien tidak tahu kenapa dia dibawah ke RSJ Masalah keperawatan : gangguan daya ingat 12. Tingkat konsentrasi dan berhitungan Daya hitung klien masih baik klien dapat berhitung sederhana misalnya disuruh menghitung satu sampai sepuluh klien dapat melakukannya. Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 13. Kemampuan penilaian Ketika disuruh memilih antara makan dulu baru minum obat atau minum obat dulu baru makan,dan klien menjawab makan dulu baru minum obat. masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan . 14. Daya tilik diri Klien mengatakan bahwa ia tidak sakit Maslah keperawwatan : prerubahan proses pikir VIII. KEBUTUHAN PULANG 1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan : Klien dapat makan sendiri, porsi makan dihabiskan dan setelah makan klien menaruh sendiri tempat makanya dan jika air habis klien dapat mengambil sendiri di dapur. 2. Kegiatan hidup sehari-hari : a. Perawatan diri :
  • 22. Klien mampu mandi,ganti pakaian dan BAB atau BAK sendiri masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan b. Nutrisi Klien mengatakan puas dengan makanan di RSJ Menur dengan frekuensi makan 3x sehari dengan selingan snake 1x sehari dengan nafsu makannya meningkat,dan pasien juga tidak mempunyai diet khusus. c. Tidur Pada saat tidur, klien terlihat gelisah dan sulit untuk memulai tidur. Masalah keperawatan: perubahan pola istirahat tidur 3. Klien memiliki system pendukung Klien memiliki orang-orang yang mendukungnya,keluarganya. Maslah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan IX. MEKANISME KOPING Adaptif 1. Olahraga Maladaptif 1. Reaksi lambat / berlebihan 2. Bekerja berlebihan 3. Mencederai diri X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Masalah dengan dukungan kelompok : keluarga pernah menjenguk klien Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : klien mengatakan seriing mengikuti kegiatan dilingkungannya seperti kerja bakti Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien lulusan SMA Masalah dengan perumahan, spesifik : klien tinggal dengan orang tuannya Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : jika klien sakit selalu dibawah kerumah sakit Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan XI. PENGETAHUAN TENTANG Klien tidak mengetahui tentang penyakit jiwa dan obat-obatan Maslah keperawatan : kurang pengetahuan
  • 23. XII. DATA LAIN-LAIN Hasil laboratorium tanggal 20 November 2011 Mode Male Billirubin direck 0, 18 mg/dl < 0, 25 Billirubin total 0, 51 mg/dl 0, 2 – 1, 0 Gamma ST 31 v/L L : 11 -50 P : 7 - 32 SGOT 18 v/L L < 37 P : < 51 SGPT 17 v/L L < 40 P : < 31 Faal Ginjal BON 9, 8 mg/dl L/P : 75 - 115 Creatinin 0, 8 mg/dl L/P : < 140 Asam Urat 50 mg/dl L/P : 62 Gula Darah Gula Puasa 125 mg/dl L/P : 72.115 Gula 2 jam PP 130 mg/dl L/P : < 140 Lemak Kolesterol 123 mg/dl L/P : < 200 Trighthida 112 mg/dl L/P : <100 HDL 87 mg/dl L/P : > 35 LDL 64 mg/dl L/P : < 150 XIII. ASPEK MEDIK Diagnosa Medik : Skizofrenia Terapi Medik : Ins. Lodomer 1 ampul IM Cp2 0 – 0 – 100 mg. XIV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN Regimen terapi inefektif Koping individu inefekktif Menarik diri Harga diri rendah Defisit perawatan diri
  • 24. Gangguan komunikasi verbal Halusinasi Disorientasi waktu dan tempat Gangguan alam perasaan Gangguan proses pikir Gangguan daya ingat Kurang pengetahuan tentang halusinasi Gangguan daya tilik diri Gangguan istirahat tidur Ketidakefektifan regimen terapiutik Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa, obat – obatan dan koping individu tidak efektif Distres spiritual
  • 25. XV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko tinggi mencederai diri , orang lain dan lingkungan berhubungan dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan isolasi social : menarik diri Prioritas diagnosa keperawatan : Resiko tinggi mencederai diri b/d gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran