Analisis kesalahan leksikal yang ditemukan pada karangan mahasiswa Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Program Darmasiswa di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
1. KESALAHAN LEKSIKAL PADA KARANGAN MAHASISWA BAHASA
INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) DARMASISWA UNJ :
SEBUAH STUDI KASUS ANALISIS KESALAHAN
1. Pendahuluan
Kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam proses pembelajaran merupakan
hal yang lumrah terjadi. Fase ini merupakan fase umum sebagai bukti nyata
bahwa pembelajaran telah berlangsung sebagai sebuah proses yang berjalan secara
bertahap. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa sebagai sebuah proses
dari belajar bahasa.
Belajar bahasa merupakan sebuah proses untuk dapat menggunakan bahasa yang
dipelajari (bahasa target). Dalam prosesnya, pembelajaran ini akan diarahkan pada
kegiatan menerima bahasa (reseptif) hingga akhirnya akan sampai pada kegiatan
memproduksi bahasa (produktif). Kedua proses ersebut –reseptif-produkif-
merupakan proses yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pembelajar akan
mampu memproduksi bahasa dengan baik bila pada awalnya telah melalui proses
reseptif secara baik.
Dalam pembelajaran bahasa, pembelajar diarahkan pada empat keterampilan
berbahasa yang merupakan bagian dari proses reseptif dan proses produktif.
Termasuk dalam proses reseptif adalah kegiaan membaca dan menyimak
(mendengar), sementara yang termasuk dalam kegiatan produkif adalah kegiaan
menulis dan berbicara. Demikianlah keempat kegiatan tersebut akan saling
mendukung dan saling mempengaruhi hasil dari pembelajaran bahasa.
Salah satu proses produktif berbahasa yang dapat menunjukkan hasil dari kegiatan
belajar bahasa adalah kegiaan menulis. Menulis sebagai sebuah bentuk produktif
berbahasa dapat menjadi pengukur kemampuan pembelajar dalam penguasaan
2. bahasa yang dipelajarinya. Melalui hasil tulisan itu pula pengajar dapat melihat
dan menilai kemampuan bahasa pembelajarnya.
Pembelajar BIPA adalah pembelajar asing yang mempelajari bahasa Indonesia
sebagai bahasa keduanya. Penguasaan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan sesuai kaidah menjadi target pembelajaran yang ingin dicapai oleh para
pembelajar. Dalam prosesnya, pembelajaran BIPA ini sama halnya dengan
pembelajaran bahasa asing bagi para pembelajar Indonesia.
Secara umum, para pembelajar BIPA juga melakukan berbagai kesalahan dalam
menggunakan kaidah bahasa Indonesia dalam penggunaan bahasa. Hal ini bisa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat interlingual maupun
intralingual. Kesalahan-kesalahan ini juga dapat terlihat dari berbagai aspek
kebahasaan seperti kesalahan substansi (meliputi kesalahan penggunaan ejaan dan
tanda baca), kesalahan leksikal, kesalahan tingkat tatabahasa, sampai pada
kesalahan tingkat wacana.
Namun, pada studi kasus berikut, analisis kesalahan akan dilakukan hanya pada
tingkat leksikal yang berhubungan dengan kesalahan pemilihan kata. Mengingat
bahwa pemilihan kata berkenaan dengan penguasaan kosakata pembelajar.
Penguasaan kosakata pembelajar yang diaplikasikannya dalam memilih kata yang
tepat dalam konteks tulisannya akan sangat mempengaruhi makna tulisan tersebut.
Oleh karena itulah, kesalahan tingkat ini menjadi pilihan untuk dianalisis.
2. Pembahasan
Analisis kesalahan menurut James merupakan sebuah paradigma yang hadir
setelah adanya analisis kontrastif. Dinyatakan oleh James perihal analisis
kesalahan secara jelas sebagai berikut:
This paradigm involves first independently or ‘objectively’ describing the
learner’s IL (that is, their version of the TL) and the TL it self, followed by a
comparison of the two, so as to locate mismatches. The novelty of Error
3. Analysis, distinguishing it from CA, was that the mother tongue was not
supposed to enter the picture. The claim was made that errors could be fully
described in terms of the TL, without the need to refer to the L1 of the
learners.(James, 1998:5)
Dalam penjelasan tersebut James mengatakan bahwa analisis kesalahan
merupakan sebuah paradigma yang memiliki kebebasan atau bersifat objektif
dalam menggambarkan interlanguge pembelajar yang dalam hal ini disebut
sebagai bahasa taget. Dalam pandangan ini dikatakan bahwa secara keseluruhan
analisis ini digambarkan berdasarkan bagian dari bahasa target pembelajar dan
tidak menghubungkannya dengan bahasa pertama (bahasa ibu) pembelajar.
Berdasarkan pandangan tersebut maka dapat diketahui bahwa analisis kesalahan
yang akan dilakukan berikut ini merupakan sebuah analisis yang bersifat objektif
dan merupakan upaya penggambaran secara utuh kemampuan pembelajar dalam
menggunakan bahasa targetnya. Dengan demikian, latar belakang bahasa pertama
pembelajar (L1) dapat menjadi pertimbangan saja bahwa salah satu penyebab dari
kesalahan yang terjadi adalah karena pengaruh bahsa ibu pembelajar, namun bisa
lebih dikarenakan adanya factor-faktor lain, tergantung pada bentuk asli atau
tampilan dari pembelajar tersebut dalam menggunakan bahasa targetnya.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat analisis kesalahan
ini adalah sebagai berikut:
1) Tahap elisitasi
2) Tahap pendaftaran
3) Tahap penerimaan
4) Tahap identifikasi
5) Tahap description errors
6) Tahap penentuan status
7) Tahap diagnosis
Tahapan-tahapn di atas merupakan tahapan yang disarankan oleh James dalam
melakukan analisis kesalahan.
4. Berdasarkan tahapan-tahapn di atas maka analisis berikut ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
1) Tahap Elisitasi
Pada tahap pertama ini, elisitasi diartikan sebagai adanya upaya pemunculan
kesalahan. Pada prosesnya, tahap elisitasi ini dilakukan dengan memberikan
penugasan kepada pembelajar untuk menghasilkan bahasa dalam bahasa target.
Dalam kasus ini, pembelajar diminta untuk membuat sebuah karangan bebas
dengan tema yang tidak ditentukan. Hasil dari tulisan atau karangan pembelajar
inilah yang akan menjadi bahan analisis.
2) Tahap Pendaftaran
Karangan yang akan dianalisis pada kasus ini adalah sebuah karangan yang dibuat
oleh seorang pembelajar BIPA dengan latar belakang kebangsaan Brazil.
Pembelajar ini telah mengikuti pembelajaran bahasa selama dua semester dalam
program BIPA Darmasiswa di Universitas Negeri Jakarta. Program Darmasiswa
merupakan program pengenalan bahasa dan budaya Indonesia kepada pembelajar-
pembelajar asing yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) Republik Indonesia.
Karangan berikut dibuat oleh pembelajar BIPA tingkat menengah yang diperoleh
dari kelas membaca-menulis yang diselenggarakan dalam program ini. Judul dari
karangan ini adalah “Tiga Saat di Bawah Kepanasan Jakarta”. Pendaftaran pada
karangan ini dilakukan dengan memberikan identitas tulisan berupa pembagian
paragraf-paragraf dengan penomoran pada baris pada tiap-tiap paragraf.
5. 3) Tahap Penerimaan
Berdasarkan analisis selanjutnya, karangan ini merupakan karangan “normal”
yang dibuat oleh pembelajar dengan menggunakan bahasa target pembelajar,
yakni bahasa Indonesia. Karangan ini juga dibuat untuk keperluan pembelajaran
dalam kelas membaca-menulis BIPA.
4) Tahap Identifikasi
Seperti telah disebutkan bahwa kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi dalam hal
ini meliputi beberapa level atau tingkat, antara lain kesalahan tingkat substansi,
kesalahan tingkat tatabahasa, kesalahan tingkat leksikal, dan kesalahan tingkat
wacana. Namun demikian, analisis ini dikhususkan pada kesalahan tingkat
leksikal saja.
Adapun dinyatakan James perihal kesalahan tingkat leksikal adalah “One
convenient way to classify lexical errors is in terms of the sorts knowledge of
words that people have”. (James, 1998: 144)
Kesalahan-kesalahan yang dapat diklasifikasikan dalam kesalahan tingkat leksikal
adalah istilah sedikitnya pengetahuan tentang bahasa dalam bahasa target.
Dalam hal ini, terdapat beberapa kategori kesalahan leksikal secara fomal, yakni
misselection (salah dalam pemilihan kata), misformation (salah dalam
penempatan), dan distortion (penyimpangan). (James, 1998: 145-151)
Sementara dari sisi kesalahan semantik atau makna, terdapat dua jenis kesalahan
yang termasuk dalam kesalahan leksikal, yakni confusion of sense relations dan
collocational errors. (James, 1998: 151-154)
5) Tahap Pendeskripsian Kesalahan
Kesalahan leksikal yang ditemukan dalam tulisan dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
6. 1) Pemilihan tulisan dengan judul “Tiga Saat di Bawah Kepanasan Jakarta”
memperlihatkan beberapa kesalahan pemilihan kata. Pilihan kata saat oleh
penulis dianggap kurang tepat. Penulis mengambil sinonim dari kata saat
yakni kata waktu. Dalam bahasa Indonesia kata saat yang menggambarkan
waktu biasanya dipasangkan dengan kata suatu saat yang bersinonim dengan
suatu waktu. Meskpun dalam konteks tersebut kata saat bersinonim dengan
kata waktu, untuk konteks judul di ataskata tersebut dirasa tidak dapat saling
menggantikan. Penggunaan Tiga Saat pada judul tersebut tidak tepat secara
makna karena yang tepat adalah menggunakan Tiga Waktu.
2) Kata Kepanasan yang digunakan dalam judul dianggap kurang tepat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kepanasan bermakna sebagai suatu hal
(keadaan panas); keadaan merasa panas; kena panas matahari; dan terlampau
panas. Kata kepanasan dalam konteks judul kurang tepat digunakan karena
sebenarnya maksud dari tulisan tersebut adalah menyatakan tempat. Oleh
karena itu, pilihan kata yang tepat seharusnya adalah udara panas. Dengan
demikian, judul yang tepat dari tulisan tersebut seharusnya “Tiga Waktu di
Bawah Udara Panas Jakarta”.
3) Pada paragraf pertama baris ke-1 Terdapat kalimat Semenjak saat saya
keluar….
Pada kalimat tersebut terdapat kata semenjak yang diikuti kata saat dianggap
mubazir, karena sebenarnya kata saat dalam kalimat itu bisa dihilangkan.
4) Pada baris ke-6 di paragraf pertama terdapat kalimat Meskipun kami
menghampiri jam duabelas…. Kata menghampiri pada kalimat tersebut
dianggap kurang tepat, karena makna kata menghampiri dalam KBBI adalah
mendekati; datang mendekat yang biasanya diikuti nomina, sehingga jam
duabelas yang menyatakan waktu tidak tepat diawali dengan kata
menghampiri. Kata yang lebih tepat untuk mengganti kata tersebut adalah
menginjak.
5) Pada paragraf ke-2 baris pertama terdapat kalimat Pada berbagai saat,
saya….Penggunaan Pada berbagai saat tersebut tidak tepat. Perhatikan
analisis pertama penggunaan kata saat sebagai sinonim kata waktu itu
7. dianggap kurang tepat sehingga maknanya menjadi rancu. Demikian halnya
dengan penggunaan pada berbagai saat tersebut yang sebenarnya mengacu
pada di setiap waktu atau di setiap kesempatan. Bilapun akan digunakan kata
depan pada, kalimat yang tepat untuk kalimat tersebut sebaiknya
menggunakan Pada setiap kesempatan atau Pada berbagai kesempatan. Kata
berbagai kurang tepat jika dipasangkan dengan kata saat, sehingga jika
dipasangkan maknanya akan menjadi rancu.
6) Pada paragraf ke-3 baris ke-4 terdapat kalimat Berdiam di sana……., orang-
orang yang berwarna kulitnya berbeda…..Pemilihan kata berwarna pada
kalimat tersebut merupakan kesalahan. Kata berwarna merupakan hasil dari
pengimbuhan kata warna menggunakan imbuhan ber-. Makna kata tersebut
adalah memiliki makna mempunyai warna. Oleh karena itu, kata tersebut
harus diikuti oleh kata sifat warna seperti putih, merah, hitam, dsb. Dapat juga
kata tersebut menjadi frase warna kulitnya. Oleh karena itu, untuk menjadi
tepat, pemilihan kata berwarna harus diganti dengan kata warna saja.
7) Pada paragraf 3 baris ke-8 terdapat kalimat …………..sampai paru-paru saya
mulai disakiti. Pemilihan kata disakiti pada kalimat tersebut salah karena kata
disakiti merupakan kata kerja yang bersifat pasif dan membutuhkan pelaku.
Sementara kalimat tersebut sebenarnya bermaksud memberikan makna bahwa
paru-paru saya mulai sakit.Dengan demikian, penggunaan kata dasar sakit
sebenarnya akan memberikan makna yang dimaksudkan oleh penulis.
8) Pada paragraf 3 baris ke-12 terdapat kata diucapi pada kalimat Satu kalimat
yang diucapi….. Kata diucapi dalam kamus bahasa Indonesia tidak
ditemukan, karena kata tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan konteks kalimat yang ada, penulis sebenarnya bermaksud
menyampaikan kata diucapkan.
9) Pada paragraf 4 baris ke-3, penulis tidak menggunakan kata depan dari dalam
kalimatnya, padahal kata tersebut memerlukan kata depan dari untuk kalimat
…berbagai orang yang pakai ilmu hitam untuk mencuri orang lain. Sebelum
kata orang lain sebenarnya dibutuhkan kata depan dari.
8. 10) Pada paragraf 5 baris ke-5 terdapat sebenarnya terdapat kalimat langsung yang
berbunyi “Kalau kamu berjalan sendiri, menjagalah kesadaran pada diri
sendiri….” Kata menjagalah dalam bahasa Indonesia itu tidak ada. Kata yang
ada adalah kata menjaga, dijaga, dan kata jagalah. Untuk kata yang
bermaksud memberikan perintah atau peringatan sebagai kata yang tepat
untuk mengganti kata menjagalah tersebut dapat digunakan kata jagalah.
11) Pada paragraf 6 baris ke-2 terdapat kata kepanasan pada kalimat Campuran
kain kepanasan….Kata kepanasan tersebut tidak tepat digunakan karena
makna kepanasan mengacu pada makna keadaan atau sifat. Sementara itu
yang dimaksudkan oleh penulis sebenarnya adalah Campuran kain dengan
bahan yang panas.
12) Pada paragraf yang sama di baris ke-5 terdapat kata merasa yang tidak tepat.
Karena kata merasa merupakan kata kerja transitif yang memerlukan objek.
Namun, pada kalimat tersebut kata merasa diikuti oleh kata keterangan tempat
di tempat lain. Oleh karena itu, kata merasa lebih tepat diganti dengan kata
rasakan.
13) Pada paragrapf 7 baris ke-3 terdapat kata menyala yang tidak tepat
penggunaannya. Dalam KBBI, makna kata menyala adalah tampak keluar
nyalanya. Untuk konteks kalimat …..menyala sebatang Djarum Coklat…. Itu
merupakan sebuah kesalahan, karena makna yang ingin disampaikan adalah
penulis membuat nyala. Untuk makna tersebut, kata yang tepat adalah kata
menyalakan.
14) Pada paragraf 10 baris ke-5 terdapat kata bersia-sia. Dalam bahasa Indonesia,
tidak terdapat kata bersia-sia. Oleh karena itu, imbuhan ber- pada kata
tersebut memang tidak dibenarkan dalam bahasa Indonesia dan harus
dihilangkan, sehingga penulis cukup menggunakan kata dasarnya, yakni kata
sia-sia.
15) Pada paragraf yang sama di baris ke-6 terdapat kata muntah yang tidak tepat
penggunaannya. Makna yang ingin disampaikan oelh penulis dalam konteks
kalimat tersebut adalah mengeluarkan kembali apa-apa yang sudah masuk ke
9. dalam perut. Oleh karena itu, kata yang tepat untuk kalimat tersebut adalah
memuntahkan.
16) Pada paragraf yang sama baris ke- 9 terdapat penggunaan kata pada yang
tidak tepat. Mengacu pada tatabahasa Indonesia, penggunaan kata depan pada
yang benar adalah untuk menyatakan tempat atau tempat keberadaan.
Sementara itu, pada konteks kalimat tersebut, makna yang ingin disampaikan
adalah penggunaan kata depan yang menyatakan sasaran. Oleh Karena itu,
penggunaan kata depan untuk lebih tepat.
17) Pada paragraf 11 baris ke-5 terdapat penggunaan kata sebesar yang diikuti
oleh kata enam. Penggunaan kata sebesar tersebut salah karena kata sebesar
digunakan untuk menyatakan ukuran. Sementara itu, pada kalimat tersebut
digunakan untuk menyatakan jumlah. Dengan demikian, kata sebesar
sebaiknya diganti dengan kata sebanyak.
18) Pada paragraf yang sama di baris ke-8 terdapat penggunaan kata depan untuk
yang sebenarnya tidak perlu.
19) Pada paragraf yang sama baris ke-9 terdapat kata dikurangi yang sebenarnya
kurang tepat. Kata yang dibutuhkan untuk kalimat tersebut adalah kata kerja
intransitif atau kata yang tidak memerlukan objek, sehingga kata dikurangi
lebih baik diganti dengan kata berkurang.
20) Pada baris selanjutnya di paragraf yang sama terdapat kata dilindungi. Kata
dilindungi yang digunakan oleh penulis tidak tepat, karena kata dilindungi
merupakan kata kerja pasif yang memerlukan objek, sehingga diperlukan
objek yang melindungi dalam konteks kalimat tersebut. Sementara itu, penulis
membuat kalimat …dilindungi dari matahari….Pada konteks kalimat tersebut
imbuhan di-I tidak tepat karena kata selanjutnya dimulai dengan kata dari,
bukan kata oleh. Oleh karena itu, penggunaan kata berimbuhan yang tepat
untuk kalimat tersebut seharusnya adalah terlindung.
21) Pada pargraf 12 baris ke-3 terdapat kata yang benar. Pemilihan kata tersebut
dianggap salah, karena bila menggunakan kata yang benar itu berarti mengacu
pada yang salah. Sementara makna yang ingin disampaikan bahwa penulis
mengenal ibu tersebut dengan nama “Mbah” dan tidak mengetahui nama
10. sebenarnya dari ibu tersebut. Oleh karena itu, kata yang benar sebaiknya
diganti dengan kata sebenarnya.
22) Pada paragraf 14 baris pertama terdapat kata dihancur yang sebenarnya tidak
ada dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut sebenarnya dapat diganti dengan
menggunakan kata dasarnya saja, yakni kata hancur.
23) Pada paragraf yang sama di baris ke-7 terdapat pemilihan kata sabar yang
digunakan oleh penulis dalam menggambarkan kondisi jenazah. Pemilihan
kata sabar untuk konteks tersebut tidak tepat karena kata sabar mengacu pada
sifat manusia yang tahan menghadapi cobaan dan tidak lekas marah.
Sementara itu, yang digambarkn oleh penulis adalah kondisi jenazah, sehingga
kata tersbut tidak tepat. Oleh karena itu, untuk menggambarkan kondisi
jenazah penulis sebaiknya memilih kata tenang atau damai.
24) Pada baris selanjutnya penggunaan kata mengatakan tidaklah tepat karena
yang diperlukan dalam kalimat tersebut adalah kata kerja pasif dikatakan.
25) Pada baris ke-11 terdapat kata mengenai yang digunakan oleh penulis. Kata
mengenai bermakna tentang dan tidak tepat digunakan pada konteks kalimat
tersebut. Kata mengenai pada kalimat tersebut dapat diganti dengan kata
menimpa.
26) Pada baris selanjutnya terdapat kata menghiburinya. Dalam bahasa Indonesia,
imbuhan me-I bermakna melakukan berulang-ulang. Sementara untuk kata
hibur, imbuhan tersebut tidak dapat digunakan. Imbuhan yang dapat
digunakan hanyalah imbuhan me- menjadi menghibur. Oleh karena itu, kata
menghiburinya dapat diganti dengan kata menghiburnya.
27) Pada baris selanjutnya terdapat penggunaan kata sedikit yang sebenarnya
mengacu pada makna waktu. Penggunaan kata sedikit tidak tepat dan dapat
digantikan dengan kata sebentar.
28) Pada paragraf 14 baris ke-2 terdapat kata mancingan yang sebenarnya
dimaksudkan untuk menyatakan tempat. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan
yang tepat untuk menyatakan tempat adalah imbuhan pe-an, sehingga kata
yang benar untuk mengganti kata tersebut adalah kata pemancingan.
11. 6) Tahap Penentuan Status / Pengategorian Kesalahan
Berdasarkan kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam karangan yang
dianalisis, adanya penyimpangan-penyimpangan dari kaidah bahasa Indonesia
yang terjadi dalam karangan tersebut secara umum dapat dikategorikan sebagai
kesalahan karena penulis atau pembelajar melakukan pengulangan dari kesalahan-
kesalahan tersebut.
Contoh yang dapat dilihat adalah pada penggunaan kata kepanasan yang
digunakan oleh pembelajar secara berulang-ulang dan konsisten. Kata kepanasan
tersebut digunakan pembelajar karena pembelajar tersebut memang tidak
mengetahui penggunaan kata kepanasan yang tepat untuk mewakili makna yang
ingin disampaikannya.
Demikian juga dengan kesalahan penggunaan kata berimbuhan. Penggunaan kata
berimbuhan yang bersifat pasif banyak digunakan oleh penulis untuk kata-kata
yang seharusnya menggunakan kata kerja intransitif.
Secara garis besar, status yang ditemukan dalam karangan tersebut lebih banyak
merupakan kesalahan atau errors.
7) Tahap Diagnosis
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam karangannya,
khususnya dalam tingkat leksikal berkenaan dengan kesalahan pemilihan kata
pada umumnya bukanlah terletak pada kurangnya penguasaan kosakata
pembelajar. Indikasi yang menunjukkan kurangnya kosakata pembelajar dapat
ditemukan hanya dalam beberapa kesalahan saja, seperti pemilihan kata sabar
yang seharusnya damai atau tenang.
12. Adapun kesalahan-kesalahan yang lebih banyak ditemukan dalam tingkat leksikal
ini adalah kesalahan pemilihan kata berimbuhan dalam kalimat. Pembelajar
cenderung menggunakan kata-kata dengan imbuhan yang kurang tepat sehingga
makna dari kalimat yang dibuatnya menjadi tidak jelas. Selain itu, pembelajar
juga sering melakukan kesalahan menggunakan kata kerja transitif untuk kata-kata
yang seharusnya menggunakan kata kerja intransitif. Ada juga kesalahan
pembelajar menggunakan kata-kata berimbuhan yang seharusnya tidak
memerlukan imbuhan.Di sinilah terjadi salah penempatan yang dilakukan oleh
pembelajar.
Kesalahan yang lebih fatal adalah pembelajar menggunakan kata berimbuhan
yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Di sini terlihat adanya penyimpangan
terhadap pemahaman penggunaan imbuhan yang dilakukan oleh pembelajar.
Selain kesalahan leksikal yang bersifat formal, kesalahan tingkat leksikal dari segi
semantik berupa kebingungan dalam menentukan hubungan makna dan kesalahan
menyandingkan kata juga terjadi dalam tulisan pembelajar. Secara semantik,
pembelajar melakukan kesalahan dalam menyandingkan kata misalnya pada kata
berbagai saat, tiga saat, maupun pada sebesar enam yang seharusnya berbagai
kesempatan, tiga waktu, dan sebanyak enam.
3. Penutup
Berdasarkan analisis kesalahan yang dilakukan pada karangan bebas yang dibuat
oleh mahasiswa BIPA berkebangsaan Brazil, ditemukan kesalahan tingkat leksikal
yang bersifat formal baik berupa misselection, misformation, maupun distortion.
Demikian juga untuk kesalahan tingkat leksikal yang berkenaan dengan makna,
ditemukan kesalahan berupa kebingungan dalam menentukan hubungan makna
dan kesalahan dalam menyandingkan kata dalam bahasa Indonesia.
13. Pada umumnya, kesalahan-kesalahan yang ditemukan dapat dikategorikan sebagai
kesalahan dan bukan merupakan kekeliruan, karena kesalahan-kesalahan tersebut
terjadi secara berulang-ulang dan konsisten dilakukan oleh pembelajar.
Berdasarkan studi kasus tersebut, saran yang dapat diberikan kepada para pengajar
bahasa, khususnya dalam pembelajaran BIPA adalah agar lebih memperbanyak
latihan atau praktik dalam menggunakan kata-kata, sehingga pembelajar akan
terbiasa dan lebih memahami segala bentuk pemilihan kata, penempatan kata,
maupun pengidentifikasian kata-kata dalam bahasa Indonesia. Pembelajar juga
harus lebih banyak diberi latihan dalam menggunakan kata-kata tersebut dalam
suatu konteks sehingga pembelajar tak lagi merasa kebingungan dan tak merasa
kesulitan untuk menyandingkan kata-kata dalam bahasa Indonesia.
14. Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta. 2006.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai
Pustaka.2008.
James, Carl. Errors in Language Learning and Use. London and New York:
Longman. 1998.
15. KESALAHAN LEKSIKAL PADA KARANGAN MAHASISWA BAHASA
INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING (BIPA) DARMASISWA UNJ :
SEBUAH STUDI KASUS ANALISIS KESALAHAN
(Tugas Akhir Mata Kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan)
Dosen Pengampu:1. Prof. Dr. Emzir, M.Pd.
2. Prof. Dr. Jenny
Disusun Oleh
Marlina (7316080108)
PROGRAM STUDI S-2 PENDIDIKAN BAHASA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2009
16. Filename: Anakes UAS
Directory: D:MarlienakademikPascaAnakon
Template: C:Documents and SettingsmarlinApplication
DataMicrosoftTemplatesNormal.dotm
Title:
Subject:
Author: user
Keywords:
Comments:
Creation Date: 8/30/2009 4:15:00 AM
Change Number: 2
Last Saved On: 8/30/2009 4:15:00 AM
Last Saved By: user
Total Editing Time: 1 Minute
Last Printed On: 11/13/2012 5:19:00 PM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 15
Number of Words: 3,035
Number of Characters: 19,798 (approx.)