Filsafat materialisme berpandangan bahwa materi adalah dasar segala sesuatu dan ide atau pikiran timbul berdasarkan materi. Aliran ini memiliki tokoh seperti Demokritos, Feuerbach, dan Marx. Pada pendidikan, materialisme menekankan pentingnya pengetahuan empiris namun juga dikritik karena terlalu menekankan guru dalam proses pembelajaran.
1. Filsafat Pendidikan Materialisme
Sejarah Lahirnya Aliran Filsafat Pendidikan Materialisme
Demokritos (460-360 SM), merupakan pelopor pandangan materialisme klasik, yang
disebut juga “atomisme”.
Ludwig Feuerbach (1804-1872) mencanangkan suatu meta-fisika materialistis, suatu
etika yang humanistis, dan suatu epistemology yang menjungjung tinggi pengenalan
inderawi. Oleh karena itu, ia ingin mengganti idealisme Hegel (guru Feuerbach) dengan
materialisme. Jadi, menurut Feuerbach, yang ada hanyalah materi, tidak mengenal alam
spiritual. Kepercayaan terhadap Tuhan hanyalah merupakan suatu proyeksi dari kegagalan
atau ketidakpuasan manusia mencapai cita-cita kebahagiaan dalam hidupnya. Dengan
kegagalan tersebut manusia memikirkan suatu wujud di luar yang dikhayalkan memiliki
kesempurnaan, yang merupakan sumber kebahagiaan manusia, suatu wujud yang bahagia
secara absolute. Oleh karena iu, Tuhan hanyalah merupakan hasil khayalan manusia. Tuhan
diciptakan oleh manusia itu sendiri, secara maya, padahal wujudnya tidak ada.
Aliran materialism adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran
kebendaan dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan materialistis
mementingkan kebendaan menurut materialisme.
Cabang materialisme yang banyak diperhatikan orang dewasa ini, dijadikan sebagai
landasan berpikir adalah “Positivisme”. Menurut positivisme, kalau sesuatu itu memang ada,
maka adanya itu adalah jumlahnya.
Zaman positif (Harun Hadiwijono, 1980) adalah zaman dimana orang tahu, bahwa
tiada gunanya untuk berusaha mencapai pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologi
maupun metafisik. Ia tidak lagi melacak awal dan tujuan akhir dari seluruh alam semesta tapi
berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan aturan yang terdapat pada fakta-fakta
yang telah dikenal atau disajikan kepadanya.
Jadi, dikatakan positivisme, Karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita
pelajari hanyalah berdasarkan fakta-fakta, berdasarkan data-data yang nyata, yaitu yang
mereka namakan positif.
Tokoh-tokoh Aliran Materialisme
Terdapat beberapa tokoh-tokoh yang terdapat pada aliran materialisme:
a. Demokritos (460-360 SM)
Demokritos merupakan pelopor pandangan materialisme klasik, yang disebut juga
“atomisme”.
2. b. Julien de Lamettrie (1709-1751)
Mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya,karena
semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya,bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup
(bergerak),sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang
dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.
c. Ludwig Feuerbach (1804-1972)
Ludwig Fuerbach mencanangkan suatu metafisika,suatu etika yang humanistis,dan
suatu epistemology yang menjunjung tinggi pengenalan inderawi. Oleh karena itu,ia ingin
mengganti idealisme Hegel (guru Feurbach) dengan materialisme.
d. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx memberikan suatu pandangan bahwa kenyataan yang ada adalah dunia
materi dan di dalam suatu susunan kehidupan yaitu masyarakat pada muatannya terdapat
berupa kesadaran – kesadaran yang menumbuhkan ide serta teori serta pandangan yang
semuanya adalah suatu gambaran yang nyata.
Konsep Dasar Filsafat Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani,
bukan spiritual, atau supranatural.
Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan ide atau
pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa materi
menentukan ide, bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja atau kursi secara
objektif ada, maka orang berpikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang memikirkan
meja atau kursi sebelum benda yang berbentuk meja dan kursi belum atau tidak ada.
1. Ciri-ciri filsafat materialisme
1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
2. Tidak meyakini adanya alam ghaib
3. Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum
5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq
3. 2. Variasi aliran filsafat materialisme
Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme
metafisik.
1. Filsafat Materialisme Dialektika
Materialisme dialektika adalah materialisme yang memandang segala sesuatu selalu
berkembang sesuai dengan hukum-hukum dialektika: hukum saling hubungan dan
perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara objektif didalam dunia semesta. Pikiran-pikiran
materialisme dialekti inipun dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya, “bumi
berputar terus, ada siang ada malam”, “habis gelap timbullah terang”, “patah tumbuh hilang
berganti” dsb. Semua pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa
berkembang.
2. Filsafat Materialisme Metafisik
Materialisme metafisik, yang memandang dunia secara sepotong-sepotong atau
dikotak-kotak, tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran materialisme metafisik ini
misalnya: “sekali maling tetap maling”, memandang orang sudah ditakdirkan, tidak bisa
berubah.
Pemikiran Filsafat Pendidikan Materialisme
Karakteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu
asumsi bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami
perubahan gerak dalam ruang. Asumsi tersebut menunjukkan bahwa :
1) Semua sains seperti biologi,kimia,psikologi,fisika,sosiologi,ekonomi,dan yang
lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal (sebab
akibat).jadi,semua sains merupakan cabang dari sains mekanika;
2) Apa yang dikatakan “jiwa” (mind) dan segala kegiatannya (berpikir,memahami) adalah
merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak,system urat saraf, atau orga-organ jasmani
yang lainnya.
3) Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita,makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan, serta kebebasan,hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan, symbol subjektif
manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda.
4. Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Materialisme untuk Pendidikan
Jika dibandingkan dengan aliran filsafat yang lain aliran filsafat materialisme adalah
aliran yang mendapatkan kritikan dari berbagai pihak, terutama dalam anggapannya yang
hanya meyakini bahwa tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Mereka
menganggap bahwa materi berada di atas segala-galanya. Materialisme adalah aliran yang
memandang bahwa segala sesuatu adalah relitas, dan realitas seluruhnya adalah materi
belaka. Kenyataan bersifat material dipandang bahwa segala sesuatu yang hendak
dikatakannya adalah berasal dari materi dan berakhir dengan materi atau berasal dari gejala
yang bersangkutan dengan materi.
Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa proses belajar merupakan proses
kondisionisasi lingkungan serta menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan
akademis empiris sebagai hasil kajian sains atau alam, sedangkan perilaku sosial sebagai
hasil belajar.
Namun meskipun aliran filsafat materialisme mendapat kritikan dari berbagau pihak
tapi didalam pendidikan masih sering juga kita temui penerapannya dalam pembelajaran
seperti menyodorkan setumpuk buku ke peserta didik. Aliran filsafat materialisme memang
memiliki banyak kritikan namun juga memilik kelebihan. Dan adapun kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki oleh aliran filsafat materialisme dalam pendidikan adalah:
· Kelebihannya:
v Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum.
v Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,selalu
berhubungan dengan sasaran perilaku.
v Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran berprogram dan kompetensi
Kelemahannya:
v Dalam dunia pendidikan aliran materialisme hanya berpusat pada guru dan tidak memberikan
kebebasan kepada siswanya, baginya guru yang memiliki kekuasan untuk merancang dan
mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar
siswa. Sedangkan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar,
pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.
v Di kelas, anak didik hanya disodori setumpuk pengetahuan material, baik dalam buku-buku
teks maupun proses belajar mengajar. Yang terjadi adalah proses pengayaan pengetahuan
kognitif tanpa upaya internalisasi nilai. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang jauh antara apa
yang diajarkan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari anak didik. Pendidikan
agama menjadi tumpul, tidak mampu mengubah sikap-perilaku mereka.
5. Jadi Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan ide
atau pikiran timbul setelah melihat materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan
semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi.
Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi monistik. Akan tetapi, materialisme
berbeda dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam
memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan
idealisme.