SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  77
PENDAHULUAN   1
PENDAHULUAN
                                                                                                                                    2
PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945
  Tuntutan Reformasi                    Sebelum                        Latar Belakang                  Tujuan Perubahan
                                       Perubahan                         Perubahan
                                                                                                      Menyempurnakan aturan
 Antara lain:                  • Pembukaan                        •   Kekuasaan tertinggi di
                                                                                                       dasar, mengenai:
                               • Batang Tubuh                         tangan MPR
 • Amandemen UUD 1945                                             •   Kekuasaan yang sangat          • Tatanan negara
                                 - 16 bab
 • Penghapusan doktrin                                                besar pada Presiden            • Kedaulatan Rakyat
                                 - 37 pasal                                                          • HAM
   Dwi Fungsi ABRI                                                •   Pasal-pasal yang terlalu
                                 - 49 ayat                            “luwes” sehingga dapat         • Pembagian kekuasaan
 • Penegakan hukum,              - 4 pasal Aturan Peralihan           menimbulkan multitafsir        • Kesejahteraan Sosial
   HAM, dan                      - 2 ayat Aturan Tambahan         •   Kewenangan pada                • Eksistensi negara
   pemberantasan KKN           • Penjelasan                           Presiden untuk mengatur          demokrasi dan negara
                                                                      hal-hal penting dengan           hukum
 • Otonomi Daerah                                                     undang-undang
                                                                                                     • Hal-hal lain sesuai dengan
 • Kebebasan Pers                                                 •   Rumusan UUD 1945
                                                                                                       perkembangan aspirasi
                                                                      tentang semangat
 • Mewujudkan kehidupan                                               penyelenggara negara             dan kebutuhan bangsa
   demokrasi                                                          belum cukup didukung
                                                                      ketentuan konstitusi


    Hasil Perubahan                  Sidang MPR                       Kesepakatan Dasar                   Dasar Yuridis

• Pembukaan                                                   • Tidak mengubah
                               • Sidang Umum MPR 1999             Pembukaan UUD 1945             •   Pasal 3 UUD 1945
• Pasal-pasal:
                                Tanggal 14-21 Okt 1999        •   Tetap mempertahankan           •   Pasal 37 UUD 1945
  - 21 bab                                                        Negara Kesatuan
  - 73 pasal                   • Sidang Tahunan MPR               Republik Indonesia             •   TAP MPR No.IX/MPR/1999
  - 170 ayat                    2000                          •   Mempertegas sistem
                                                                                                 •   TAP MPR No.IX/MPR/2000
  - 3 pasal Aturan Peralihan    Tanggal 7-18 Agt 2000             presidensiil
  - 2 pasal Aturan Tambahan                                   •   Penjelasan UUD 1945            •   TAP MPR No.XI/MPR/2001
                               • Sidang Tahunan MPR               yang memuat hal-hal
                                2001                              normatif akan dimasukan
                                                                  ke dalam pasal-pasal
                                Tanggal 1-9 Nov 2001          •   Perubahan dilakukan
                               • Sidang Tahunan MPR               dengan cara “adendum”
                                2002
PENDAHULUAN                                                              3
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945
       Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
       1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
       diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli
       1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959
       oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum dalam
       Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959)

       Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara
       Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun
       1999)
       Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik
       Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000)

       Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik
       Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001)

       Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara
       Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR
       Tahun 2002)


       Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
       Dalam Satu Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang
       Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah Perbantuan Dan
       Kompilasi Tanpa Ada Opini)
4
       UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
                   INDONESIA
                   TAHUN 1945
                             PEMBUKAAN
                             (Preambule)

     Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
     Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan
rakyat    Indonesia ke depan pintu      gerbang     kemerdekaan   Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
     Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
      Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah      Indonesia     dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan      dalam Permusyawaratan/Perwakilan,        serta dengan
BAB I. BENTUK DAN KEDAULATAN                                                     5


                          Negara Indonesia ialah Negara
                            Kesatuan, yang berbentuk
                                    Republik
                                    [Pasal 1 (1)]




                                                          Kedaulatan berada di
    Negara Indonesia                                       tangan rakyat dan
     adalah negara                                           dilaksanakan
        hukum                                               menurut Undang-
                                                             Undang Dasar
       [Pasal 1 (3)***]
                                                              [Pasal 1 (2)***]
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN                                                                   6
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

                                                                                                 PUSAT
                                                      UUD 1945




       BPK                     Presiden             DPR   MPR   DPD             MA          MK
kpu
                    bank
                   sentral
                                 kementerian
                                     negara
                                                                      badan-badan lain                   KY
                                                                       yang fungsinya
                                         dewan                        berkaitan dengan
                                  pertimbangan
                                                                         kekuasaan
                                        TNI/POLRI                        kehakiman



      Perwakilan    Pemerintahan Daerah                                         Lingkungan
         BPK              Provinsi
       Provinsi                                                               Peradilan Umum
                   Gubernur      DPRD
                                                                                    Lingkungan
                                                                                 Peradilan Agama
                                                                                      Lingkungan
                                                                                    Peradilan Militer
                    Pemerintahan Daerah
                      Kabupaten/Kota                                                      Lingkungan
                    Bupati/                                                              Peradilan TUN
                                 DPRD
                    Walikota




                                                                                                 DAERA
Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut           7
UUD




     DPR             Presiden            MA          MK


                                            Pasal 24 (1)***
                      Pasal 4 (1)       Kekuasaan kehakiman
   Pasal 20 (1)*
                      Memegang         merupakan kekuasaan
    Memegang
                      kekuasaan          yang merdeka untuk
    kekuasaan
                     pemerintahan         menyelenggarakan
  membentuk UU
                                     peradilan guna menegakkan
                                         hukum dan keadilan
BAB II. MAJELIS PERMUSYAWARATAN                                                                          8
RAKYAT


          ANGGOTA                                                              ANGGOTA
             DPR
            dipilih
                                             MPR                                  DPD
                                                                                 dipilih
            melalui                        Pasal 2 (1) ****                      melalui
            pemilu                                                               pemilu




                                            Wewenang
  Mengubah dan menetapkan Undang-Undang             Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
   Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ];     diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
  Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden          kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
   [Pasal 3 ayat (2)***/**** ];                      Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
  Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil             pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
    Presiden dalam masa jabatannya menurut            yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
    Undang-Undang Dasar                               partai politik yang pasangan calon Presiden dan
   [Pasal 3 ayat (3)***/****];                        Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
                                                      pertama dan kedua dalam pemilihan umum
                                                      sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya,
                                                      jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
                                                      berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
                                                      melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
                                                      secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden                                                                                    9

             Calon Presiden dan calon                                                                 Presiden dan Wakil Presiden
          Wakil Presiden harus seorang                                                                dipilih dalam satu pasangan
          warga negara Indonesia sejak                                                                secara langsung oleh rakyat
          kelahirannya dan tidak pernah                                                                      [Pasal 6A (1)***]
           menerima kewarganegaraan
             lain karena kehendaknya                       Presiden/                                  Presiden dan Wakil Presiden
                sendiri, tidak pernah
            mengkhianati negara, serta                   Wakil                                          memegang jabatan selama
                                                                                                       lima tahun, dan sesudahnya
             mampu secara rohani dan
           jasmani untuk melaksanakan                    Presiden                                       dapat dipilih kembali dalam
                                                                                                         jabatan yang sama, hanya
           tugas dan kewajiban sebagai                                                                untuk satu kali masa jabatan.
          Presiden dan Wakil Presiden.                                                                          (Pasal 7 *)
                   [Pasal 6 (1)***]

                                                  Wewenang, Kewajiban, dan
    Antara lain tentang:                                     Hak
   memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
   berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
   menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
   memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
   memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
   menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
   membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
   menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
   mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
   menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
   memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
   memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
   memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
   membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
   pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
   pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
   hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
   pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
   peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
   penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
   pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
   pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA                                                              10
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

   Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
       pasangan secara langsung oleh rakyat
                   [Pasal 6A (1)***]

    diusulkan partai politik atau gabungan partai
       politik peserta pemilu sebelum pemilu
                   [Pasal 6A (2) ***]


                                             mendapatkan suara >50%
                                            jumlah suara dalam pemilu                    Presiden
                                             dengan sedikitnya 20% di
                    Pemilu                     setiap provinsi yang                        dan
                                             tersebar di lebih dari 1/2                  Wapres
                                                  jumlah provinsi
                                                    [Pasal 6A (3)***]

    Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih


         pasangan calon yang
      memperoleh suara terbanyak
        pertama dalam pemilu                                     pasangan yang
                                               Pemilu             memperoleh
         pasangan calon yang                                         suara
      memperoleh suara terbanyak                                   terbanyak
          kedua dalam pemilu
                                                                        [Pasal 6A (4)****]
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA                                                                   11
Pengusulan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden


                       DPR                                        MPR
                                                                                             Presiden
                                                                                          dan/atau Wakil
                                                                                          Presiden terus
  Pendapat DPR bahwa Presiden             DPR                                               menjabat
                                                            wajib menyelenggarakan
   dan/atau Wakil Presiden telah   menyelenggarakan
                                                           sidang untuk memutuskan
  melakukan pelanggaran hukum       sidang paripurna
                                                           usul DPR paling lambat 30
      ataupun telah tidak lagi     untuk meneruskan                                           usul DPR
                                                             hari sejak usul diterima
         memenuhi syarat           usul pemberhentian                                      tidak diterima
                                                                [Pasal 7B (6)***]
         [Pasal 7B (2)***]            kepada MPR
                                    [Pasal 7B (5)***]
                                                             Keputusan diambil dalam
   Pengajuan permintaan DPR
                                                             sidang paripurna, dihadiri
      kepada MK hanya dapat
                                                             sekurang-kurangnya 3/4
   dilakukan dengan dukungan
                                                             jumlah anggota, disetujui       usul DPR
   sekurang-kurangnya 2/3 dari
                                                              sekurang-kurangnya 2/3          diterima
    jumlah anggota yang hadir
                                                            jumlah yang hadir, setelah
   dalam sidang paripurna yang
                                                              Presiden dan/atau wakil        Presiden
       dihadiri oleh sekurang-
                                                           presiden diberi kesempatan     dan/atau Wakil
     kurangnya 2/3 dari jumlah
                                                           menyampaikan penjelasan
               anggota                                                                       Presiden
                                                                 [Pasal 7B (7)***]
          [Pasal 7B (3)***]                                                                diberhentikan



            MK                        terbukti


  wajib memeriksa, mengadili,
  dan memutus paling lama 90              tidak terbukti
    hari setelah permintaan
            diterima
        [Pasal 7B (4)***]
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA                                     12
Pemilihan Wakil Presiden Dalam Hal Terjadi Kekosongan Wakil Presiden
[Pasal 8 (2)***]




                                            MPR
                                      selambat-lambatnya
                   mengajukan         dalam waktu 60 hari
                                                                Wapres
   Presiden         dua calon          menyelenggarakan
                                                                terpilih
                     Wapres            sidang MPR untuk
                                        memilih Wapres
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA                                    13
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Dalam Hal Keduanya Berhalangan
Tetap Secara Bersamaan [Pasal 8 (3)****]



                                                       Presiden
                                                         dan
                                                       Wapres
    parpol atau gabungan
    parpol yang pasangan
                               mengusulkan
     calon Presiden dan
                                pasangan
     Wapresnya meraih
                                  calon                  MPR
       suara terbanyak
                               Presiden dan         selambat-lambatnya
    pertama dalam pemilu
                                 Wapres             dalam waktu 30 hari
         sebelumnya
                                                    menyelenggarakan
    parpol atau gabungan                             sidang MPR untuk
    parpol yang pasangan                                  memilih
                               mengusulkan
     calon Presiden dan
                                pasangan
      Wapresnya meraih
                                  calon
       suara terbanyak
                               Presiden dan
     kedua dalam pemilu
                                 Wapres
         sebelumnya
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA                                         14


  DPR                              Presiden                              MA

        dengan      menyatakan perang, membuat perdamaian
      persetujuan    dan perjanjian dengan negara lain dan
                              internasional lainnya
                              [Pasal 11 (1)**** dan (2)***]


                          menyatakan keadaan bahaya
                                       (Pasal 12)
        dengan
     pertimbangan       mengangkat dan menerima Duta
                             [Pasal 13 (2)* dan (3)*]
                                                                   dengan
                         memberi grasi dan rehabilitasi         pertimbangan
                                    [Pasal 14 (1)*]
       dengan
    pertimbangan          memberi amnesti dan abolisi
                                    [Pasal 14 (2)*]

                     memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain
                      tanda kehormatan yang diatur dengan
                                undang-undang
                                      (Pasal 15 *)
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA                                          15
Kementerian Negara dan Dewan Pertimbangan




                    Presiden




                                    dibantu
                            menteri-menteri negara
     membentuk suatu                                       Pembentukan,
                                 [Pasal 17 (1)]
    dewan pertimbangan                                   pengubahan, dan
       yang bertugas           yang diangkat dan            pembubaran
                          diberhentikan oleh Presiden   kementerian negara
    memberikan nasihat            [Pasal 17 (2)*]
     dan pertimbangan                                       diatur dalam
      kepada Presiden     membidangi urusan tertentu      undang-undang
        (Pasal 16) ****      dalam pemerintahan            [Pasal 17 (4) ***]
                                 [Pasal 17 (3)*]
BAB VI. PEMERINTAHAN                                                                    16
DAERAH
                     Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
                        atas daerah-daerah provinsi dan daerah
                     provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
                     yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota
                      itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
                             diatur dengan undang-undang
                                     [Pasal 18 (1)**]

   Gubernur,                                                          anggota
                              PEMERINTAHAN DAERAH
    Bupati,                                                         DPRD dipilih
   Walikota                 KEPALA
                                                        DPRD          melalui
                          PEMERINTAH
 dipilih secara             DAERAH                                     pemilu
  demokratis            mengatur dan mengurus sendiri urusan        [Pasal 18 (3) **]
  [Pasal 18 (4)**]       pemerintahan menurut asas otonomi
                          dan tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**]
                        menjalankan otonomi seluas-luasnya,
                       kecuali urusan pemerintahan yang oleh
                           UU ditentukan sebagai urusan
                           Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **]
                        berhak menetapkan peraturan daerah
                         dan peraturan-peraturan lain untuk
                            melaksanakan otonomi dan
                           tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH                                                 17
Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah


        Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan
        daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan
          kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan
             memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah
                               [Pasal 18 A (1)**]

        Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
          alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
      pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
                         berdasarkan undang-undang
                                [Pasal 18 A (2)**]

        Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
        daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
                           dengan undang-undang
                               [Pasal 18 B (1)**]

       Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
       hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
       dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
        Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang
                               [Pasal 18 B (2)**]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN                                                                                            18
RAKYAT
                                                                                        anggota DPR

                                                    DPR
                                                                                             dapat
          anggota DPR                                                                   diberhentikan
          dipilih melalui                                                              dari jabatannya,
                                                memegang                                 yang syarat-
         pemilihan umum                          kekuasaan                             syarat dan tata
             [Pasal 19 (1)**]                  membentuk UU                                 caranya
                                                    [Pasal 20 (1)*]
                                                                                         diatur dalam
                                                                                       undang-undang
                                                                                          (Pasal 22B**)

                                Fungsi, Wewenang, dan Hak
Antara lain tentang:
 memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan            pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam
    fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ;                       pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;
   mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak           persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ;
    menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ;
                                                             pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang
   pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau
                                                                diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
    Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;
   persetujuan dalam menyatakan perang, membuat             pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan
    perdamaian dan perjanjian                                   pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ;
    [Pasal 11 (1) dan (2)****] ;                             persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh KY
   pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam                [Pasal 24A (3)***] ;
    pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ;                      persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota
   pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam                KY [Pasal 24B (3)***] ;
    menerima penempatan duta negara lain
    [Pasal 13 (3)*] ;                                        pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi
                                                                [Pasal 24C (3)***] ;
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT                                                    19
Pembentukan Undang-Undang


                                                                Dalam hal RUU
                                                                tidak disahkan
                                                                dalam waktu 30
                                                                   hari, RUU
                                                                  tersebut sah
                                                                menjadi UU dan
                                             mendapat                 wajib
                                        persetujuan bersama      diundangkan
     DPR                                                         [Pasal 20 (5)**]

                     RUU dibahas
    memegang
                     oleh DPR dan
                                               Presiden
    kekuasaan                                                   mengesahkan UU
  membentuk UU          Presiden
                                                 berhak           [Pasal 20 (4)*]
   [Pasal 20 (1)*]       untuk
                                               mengajukan
                        mendapat
                                                  RUU
  Anggota berhak      persetujuan
                                               [Pasal 5 (1)*]
  mengajukan usul       bersama
        RUU           [Pasal 20 (2)*]
                                                                   tidak boleh
   (Pasal 21*)                             tidak mendapat         diajukan lagi
                                         persetujuan bersama          dalam
                                                                  persidangan
                                                                     masa itu
                                                                  [Pasal 20 (3)*]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT                                                           20
Pembentukan UU yang terkait dengan kewenangan DPD


                                                                            Dalam hal RUU
                                                                            tidak disahkan
                                                                             dalam waktu
                                                                             30 hari, RUU
                                                                              tersebut sah
                                                                               menjadi UU
                                                      mendapat                  dan wajib
   DPD                 DPR                       persetujuan bersama         diundangkan
                                                                             [Pasal 20 (5)**]
      dapat            memegang
   mengajukan          kekuasaan        RUU dibahas
    RUU yang           membentuk        oleh DPR dan
                                                           Presiden
 sesuai dengan                                                              mengesahkan
                           UU              Presiden                              UU
kewenangannya                                                berhak
                      [Pasal 20 (1)*]       untuk                           [Pasal 20 (4)*]
 [Pasal 22D (1)***]                                        mengajukan
                                           mendapat
                                                              RUU
 ikut membahas           Anggota         persetujuan
                                                           [Pasal 5 (1)*]
dan memberikan           berhak            bersama
  pertimbangan         mengajukan        [Pasal 20 (2)*]
                                                                               tidak boleh
 atas RUU yang          usul RUU                     tidak mendapat           diajukan lagi
 sesuai dengan        (Pasal 21*)
kewenangannya                                      persetujuan bersama            dalam
 [Pasal 22D (2)***]                                                           persidangan
                                                                                 masa itu
                                                                              [Pasal 20 (3)*]
BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN                                                         21
DAERAH
Kewenangan DPD

                                                    KEWENANGAN DPD
                                                                             dapat
  I.       RUU yang berkaitan            dapat        ikut     memberi
                                                                           melakukan
                                       mengajukan   membahas pertimbangan
           dengan:                                                        pengawasan
       •   Otonomi daerah                  ●           ●                      ●
       •   Hubungan pusat dan daerah       ●           ●                      ●
       •   Pembentukan dan
           pemekaran serta                 ●           ●                      ●
       •   penggabungan daerah
           Pengelolaan sumber daya
           alam dan sumber daya            ●           ●                      ●
           ekonomi lainnya
       •   Perimbangan keuangan
           pusat dan daerah                ●           ●                      ●
       •   RAPBN                                                  ●           ●
       •   Pajak                                                  ●           ●
       •   Pendidikan                                             ●           ●
       •   Agama                                                  ●           ●
  II. Pemilihan anggota BPK                                       ●
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT                                                 22
Peraturan Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang (Perpu)




                                                   setuju      menjadi UU

     Presiden
                          Perpu itu
   Dalam hal ihwal          harus

                                            DPR
  kegentingan yang        mendapat
  memaksa, berhak        persetujuan
    menetapkan               DPR
        Perpu            [Pasal 22 (2)]
     [Pasal 22 (1)]
                                                    tidak      harus dicabut
                                                   setuju       [Pasal 22 (3)]
BAB  VIIA.        DEWAN           PERWAKILAN                            23
DAERAH




   Anggota DPD dipilih dari
 setiap provinsi melalui pemilu                 Anggota DPD dapat
         [Pasal 22C (1)***]                      diberhentikan dari


                                    DPD
                                                 jabatannya, yang
     Anggota DPD dari setiap                   syarat-syarat dan tata
  provinsi jumlahnya sama dan
                                               caranya diatur dalam
  jumlah seluruh anggota DPD
                                                  undang-undang
    itu tidak lebih 1/3 jumlah
                                                   [Pasal 22D (4)***]
            anggota DPR
           [Pasal 22C (2)***]
BAB VIIB. PEMILIHAN UMUM                                               24




   Parpol/
                                                   Perseoranga
  Gabungan              Partai Politik
                                                        n
   Parpol



         PEMILIHAN UMUM                                          kpu
                “luber jurdil” setiap lima tahun



 Presiden dan     anggota          anggota           anggota
   Wapres          DPR              DPRD              DPD
BAB      VIII.             HAL                                                      25
KEUANGAN
Penyusunan APBN
      mengajukan
       [Pasal 23 (2)***]


       RAPBN



                                     memberi
 Presiden           DPR            pertimbangan
                                   [Pasal 23 (2)***]
                                                       DPD

                                               TIDAK

       membahas                                        Pemerintah    Pemerintah
        bersama                                        menjalankan   menjalankan
     [Pasal 23 (2)***]
                             persetujuan         YA
                                                         APBN           APBN
         RAPBN


                                                                       tahun lalu
                                                                     [Pasal 23 (3)***]
BAB VIII. HAL KEUANGAN                                                        26
Pajak, Pungutan Lain, Macam dan Harga Mata Uang, dan Hal-Hal Lain
Mengenai Keuangan Negara


                         Pajak dan pungutan lain yang
                       bersifat memaksa untuk keperluan
                                     negara
                                  (Pasal 23A***)

                                diatur dengan




                                  Undang-
                                  Undang
       diatur dengan                                      ditetapkan dengan



        Hal-hal lain
                                                          Macam dan harga
    mengenai keuangan
                                                             mata uang
          negara
                                                            (Pasal 23B****)
       (Pasal 23C***)
BAB VIII. HAL KEUANGAN                                                 27
bank sentral




                       bank sentral
                           Pasal 23D ****




   Susunan     Kedudukan    Kewenangan      Tanggungjawab   Independensi




                     diatur dengan undang-undang
BAB VIIIA. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN                                        28
Keanggotaan, Tugas, dan Wewenang



       Anggota BPK
      dipilih oleh DPR                                  Hasil
           dengan                                   pemeriksaan

                                     BPK
      memperhatikan                              keuangan negara
     pertimbangan DPD                                diserahkan
      dan diresmikan                                kepada DPR,
       oleh Presiden                             DPD, dan DPRD,
       [Pasal 23F (1)***]                          sesuai dengan
                                                  kewenangannya
                                                   [Pasal 23E (2)***]

    Untuk memeriksa pengelolaan
    dan tanggung jawab keuangan
     negara diadakan satu Badan             Hasil pemeriksaan tersebut
      Pemeriksa Keuangan yang               ditindaklanjuti oleh lembaga
          bebas dan mandiri                  perwakilan dan/atau badan
            [Pasal 23E (1)***]             sesuai dengan undang-undang
                                                   [Pasal 23E (3)***]
    BPK berkedudukan di ibu kota
        negara, dan memiliki
     perwakilan di setiap provinsi
           [Pasal 23G (1)***]
BAB VIIIA. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN                                 29
Pemilihan Anggota BPK [Pasal 23 F (1)***]




                                                       Presiden


   calon                                    anggot
                              memilih
  Anggota       DPR            calon         a BPK     diresmikan
    BPK                                     terpilih


             pertimbangan




                DPD
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN                                                   30
Mahkamah Agung



                                                       Calon hakim agung
    Hakim agung harus                                     diusulkan oleh
    memiliki integritas                                  Komisi Yudisial
   dan kepribadian yang
    tidak tercela, adil,
     profesional, dan
                                    MA                 kepada DPR untuk
                                                            mendapat
                                                         persetujuan dan
    berpengalaman di              Pasal 24A ***        ditetapkan sebagai
      bidang hukum                                      hakim agung oleh
      [Pasal 24A (2)***]                 Umum
                                          Agama              Presiden
                                                         [Pasal 24A (3)***]
                                             Militer
                                               TUN



                           Kewajiban dan Wewenang
1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
   perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
   undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
   undang-undang [Pasal 24A (1)***];
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***];
3. memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
   rehabilitasi [Pasal 14 (1)*].
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN                                       31
Rekruitmen Hakim Agung [Pasal 24A (3)***]




                                                         Preside
   KY            calon yang
                  diusulkan      DPR        calon yang
                                             disetujui
                                                            n



                                                          hakim
                                                          agung
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN                                                     32
Komisi Yudisial




        Anggota Komisi
         Yudisial harus
           mempunyai                                       Anggota Komisi
                                                        Yudisial diangkat dan

                                    KY
       pengetahuan dan
         pengalaman di                                   diberhentikan oleh
      bidang hukum serta                                  Presiden dengan
       memiliki integritas        Pasal 24B ***           persetujuan DPR
     dan kepribadian yang                                  [Pasal 24B (3)***]
          tidak tercela
        [Pasal 24B (2)***]




                                  Wewenang

           1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***];
           2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
              menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
              perilaku hakim [Pasal 24B (1)***].
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN                                                       33
Mahkamah Konstitusi


         Hakim konstitusi
                                                              mempunyai
    harus memiliki integritas
                                                       sembilan orang anggota
      dan kepribadian yang
                                                        hakim konstitusi yang
        tidak tercela, adil,

                                    MK
                                                      ditetapkan oleh Presiden,
         negarawan yang
                                                        yang diajukan masing-
    menguasai konstitusi dan
                                                     masing tiga orang oleh MA,
   ketatanegaraan, serta tidak
                                                      tiga orang oleh DPR dan
   merangkap sebagai pejabat
                                                      tiga orang oleh Presiden
              negara
                                                            [Pasal 24C (3)***]
          [Pasal 24C (5)***]




                            Wewenang dan Kewajiban
  berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
   putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap
   Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara
   yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
   pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
   pemilihan umum [Pasal 24C (1)***];
  wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat
   mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
   menurut Undang-Undang Dasar [Pasal 24C (2)***].
BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN                                                 34
Rekruitmen anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***]




      MA               DPR            Presiden
                                                           menetapkan


    mengajukan       mengajukan        mengajukan
                                                           9 (sembilan)
   3 (tiga) orang   3 (tiga) orang    3 (tiga) orang
                                                          orang anggota
        hakim            hakim             hakim
                                                         hakim konstitusi
     konstitusi       konstitusi        konstitusi
BAB IXA. WILAYAH NEGARA                                                35


                                               BATAS WILAYAH


                                                               BATAS
                                                               ZEE




     Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
    kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-
      batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang
                            (Pasal 25A) **
BAB X. WARGA NEGARA DAN PENDUDUK                                             36

      warga negara
   ialah orang-orang                                    Penduduk ialah
   bangsa Indonesia          WARGA                       warga negara
     asli dan orang-                                    Indonesia dan
   orang bangsa lain         NEGARA                    orang asing yang
     yang disahkan
    dengan undang-
                               DAN                     bertempat tinggal
                                                         di Indonesia
    undang sebagai          PENDUDUK                      [Pasal 26 (2)**]
      warga negara
      [Pasal 26 (1)]


     Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
      pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
                  dengan tidak ada kecualinya [Pasal 27 (1)]

  Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
                        bagi kemanusiaan [Pasal 27 (2)]

        Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
                      pembelaan negara [Pasal 27 (3)**]

  Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
   dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28)
BAB XA. HAK ASASI MANUSIA                                                                       37

 berkewajiban menghargai hak          untuk hidup serta           membentuk keluarga dan
   orang dan pihak lain serta        mempertahankan hidup     melanjutkan keturunan, hak anak atas
  tunduk kepada pembatasan              dan kehidupan           kelangsungan hidup, tumbuh, dan
      yang ditetapkan UU                (Pasal 28A) **         berkembang serta perlindungan dari
          (Pasal 28J) **                                           kekerasan dan diskriminasi
                                                                         (Pasal 28B) **

   perlindungan, pemajuan,                                          mengembangkan diri ,
 penegakan, dan pemenuhan                                       mendapat pendidikan, memperoleh
 HAM adalah tanggung jawab                                        manfaat dari IPTEK, seni dan
 negara, terutama pemerintah                                     budaya, memajukan diri secara
          (Pasal 28I) **                  HAK                                 kolektif
                                         ASASI                            (Pasal 28C) **
  hidup sejahtera lahir dan                                       pengakuan yang sama di
  batin, memperoleh pelayanan
                                        MANUSIA                   hadapan hukum, hak untuk
kesehatan, mendapat kemudahan                                   bekerja dan kesempatan yg sama
   dan perlakuan khusus untuk                                   dalam pemerintahan, berhak atas
  memperoleh kesempatan dan                                         status kewarganegaraan
     manfaat guna mencapai                                                 (Pasal 28D) **
    persamaan dan keadilan
          (Pasal 28H) **
                                                                  kebebasan memeluk agama ,
                                       berkomunikasi,
                                                                   meyakini kepercayaan, memilih
   perlindungan diri pribadi ,       memperoleh, mencari,
                                                                 kewarganegaraan, memilih tempat
  keluarga, kehormatan, martabat,     memiliki, menyimpan,
                                                                   tinggal, kebebasan berserikat,
 harta benda, dan rasa aman serta        mengolah dan
                                                                    berkumpul dan berpendapat
    untuk bebas dari penyiksaan     menyampaikan informasi,
                                                                            (Pasal 28E) **
           (Pasal 28G) **                (Pasal 28F) **
BAB XI. AGAMA                                    38




                 A G A M A
      Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
                         Esa
                     [Pasal 29 (1)]
       Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
     penduduk untuk memeluk agamanya masing-
        masing dan   untuk beribadat menurut
         agamanya dan kepercayaannya itu
                     [Pasal 29 (2)]
BAB XII. PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA                                                    39

                                Pertahanan dan                          Usaha pertahanan dan
                               Keamanan Negara                             keamanan negara
    Tiap-tiap warga                                                      dilaksanakan melalui
                                                                        sistem pertahanan dan
  negara berhak dan       TNI (AD, AL, AU)             POLRI               keamanan rakyat
 wajib ikut serta dalam
 usaha pertahanan dan                                                   semesta oleh TNI dan
                           sebagai alat negara sebagai alat negara          POLRI, sebagai
   keamanan negara              bertugas          yang menjaga
      [Pasal 30 (1)**]                                                   kekuatan utama, dan
                            mempertahankan,      keamanan dan               rakyat, sebagai
                                                    ketertiban
                             melindungi, dan   masyarakat bertugas
                                                                         kekuatan pendukung
                          memelihara keutuhan                                [Pasal 30 (2)**]
                                                   melindungi,
                             dan kedaulatan    mengayomi, melayani
                                 negara         masyarakat, serta
                              [Pasal 30 (3)**] menegakkan hukum
                                                     [Pasal 30 (4)**]


                             Susunan dan kedudukan TNI, POLRI,
                            hubungan kewenangan TNI dan POLRI,
                           syarat-syarat keikutsertaan warga negara
                           dalam usaha pertahanan dan keamanan
                           negara, serta hal-hal yang terkait dengan
                                  pertahanan dan keamanan
                                diatur dengan undang-undang
                                        [Pasal 30 (5)**]
BAB XIII. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN                                                             40
                               Pemerintah mengusahakan dan
                          menyelenggarakan satu sistem pendidikan
                         nasional, yang meningkatkan keimanan dan
                         ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
                       mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
                                          dengan
                               undang-undang [Pasal 31 (3)****]
   Setiap warga negara                                          Negara memprioritaskan anggaran
      wajib mengikuti                                            pendidikan sekurang-kurangnya
   pendidikan dasar dan                                          20% dari APBN dan APBD untuk
     pemerintah wajib                                                 memenuhi kebutuhan
      membiayainya                                                 penyelenggaraan pendidikan
      [Pasal 31 (2)****]                PENDIDIKAN                  nasional    [Pasal 31 (4)****]
                                           DAN
                                        KEBUDAYAA                  Pemerintah memajukan ilmu
                                             N                  pengetahuan dan teknologi dengan
       Setiap warga                                             menjunjung tinggi nilai-nilai agama
      negara berhak                                                dan persatuan bangsa untuk
       mendapatkan                                                  kemajuan peradaban serta
          pendidikan                                               kesejahteraan umat manusia
      [Pasal 31 (1)****]                                                  [Pasal 31 (5)****]

      Negara memajukan kebudayaan
        nasional Indonesia di tengah
     peradaban dunia dengan menjamin           Negara menghormati dan memelihara
       kebebasan masyarakat dalam               bahasa daerah sebagai kekayaan
      memelihara dan mengembangkan                      budaya nasional
            nilai-nilai budayanya                        [Pasal 32 (2)****]
                [Pasal 32 (1)****]
BAB XIV. PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN                                                   41
SOSIAL
                                                       Bumi dan air dan kekayaan alam
              Cabang-cabang produksi yang
                                                         yang terkandung di dalamnya
                 penting bagi negara dan
                                                           dikuasai oleh negara dan
               menguasai hajat hidup orang
                                                      dipergunakan untuk sebesar-besar
               banyak dikuasai oleh negara
                                                              kemakmuran rakyat
                      [Pasal 33 (2)]
                                                                 [Pasal 33 (3)]


                                                                     diselenggarakan berdasar atas
                                                                   demokrasi ekonomi dengan prinsip
                                                                   kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
disusun sebagai usaha bersama          PEREKONOMIA                       berkelanjutan, berwawasan
berdasar atas asas kekeluargaan         N NASIONAL                    lingkungan, kemandirian, serta
         [Pasal 33 (1)]
                                            DAN                      dengan menjaga keseimbangan
                                       KESEJAHTERA                  kemajuan dan kesatuan ekonomi
                                         AN SOSIAL                        nasional [Pasal 33 (4)****]



                                                                         Negara bertanggung jawab
Fakir miskin dan anak-anak                                                 atas penyediaan fasilitas
 yang terlantar dipelihara    Negara mengembangkan sistem jaminan        pelayanan kesehatan dan
        oleh negara                 sosial bagi seluruh rakyat dan        fasilitas pelayanan umum
     [Pasal 34 (1)****]       memberdayakan masyarakat yang lemah                  yang layak
                              dan tidak mampu sesuai dengan martabat           [Pasal 34 (3)****]
                                             kemanusiaan
                                           [Pasal 34 (2)****]
BAB XV. BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU     42
KEBANGSAAN




                   ATRIBUT KENEGARAAN




        Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih
         (Pasal 35)
        Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36)
        Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
         semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A) **
        Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (Pasal 36B)
         **
BAB XVI. PERUBAHAN UNDANG-UNDANG                                  43
DASAR
Perubahan Pasal-Pasal

                                   diajukan secara tertulis dan
        Usul perubahan diajukan
                                    ditunjukkan dengan jelas
        oleh sekurang-kurangnya
                                      bagian yang diusulkan
             1/3 dari jumlah
                                       untuk diubah beserta
              anggota MPR
              [Pasal 37 (1)****]
                                            alasannya
                                          [Pasal 37 (2)****]




                                             MPR
                                       sidang MPR dihadiri
                                          oleh sekurang-
          Khusus mengenai               kurangnya 2/3 dari
       bentuk Negara Kesatuan         jumlah anggota MPR
       Republik Indonesia tidak           [Pasal 37 (3)****]
           dapat dilakukan              Putusan dilakukan
              perubahan                dengan persetujuan
              [Pasal 37 (5)****]       sekurang-kurangnya
                                      50% + 1 anggota dari
                                      seluruh anggota MPR
                                          [Pasal 37 (4)****]
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA                                                    44

              NEGARA KESATUAN REPUBLIK
                     INDONESIA
           Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik
                                      [Pasal 1 (1)]

      Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
       daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
      kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
                                     undang-undang.
                                       [ Pasal 18 (1)**]

      Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang
       bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang
                                      [Pasal 18B (1)**]

      Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
        beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
       perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia ,
                            yang diatur dalam undang-undang
                                      [Pasal 18B (2)**]

       Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
      berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan
                                dengan undang-undang.
                                       (Pasal 25A**)
ATURAN PERALIHAN                                           45

                         ATURAN
                        PERALIHAN
     Pasal I
     Segala peraturan perundang-undangan yang ada
     masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
     menurut Undang-Undang Dasar ini ****)

     Pasal II
     Semua lembaga negara yang ada masih tetap
     berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan
     Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru
     menurut Undang-Undang Dasar ini ****)

     Pasal III
     Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya
     pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala
     kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung ****)
ATURAN TAMBAHAN                                        46


               ATURAN TAMBAHAN

    Pasal I
    Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk
    melakukan peninjauan terhadap materi dan status
    hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
    Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
    Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis
    Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ****)

    Pasal II
    Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang
    Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik
    Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan
    dan pasal-pasal ****)
SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945      SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945



MPR adalah PENJELMAAN seluruh        MPR adalah lembaga
 rakyat dan merupakan LEMBAGA       permusyawaratan rakyat
 TERTINGGI NEGARA, pemegang       yang berkedudukan sebagai
    dan pelaksana sepenuhnya         LEMBAGA NEGARA.
         kedaulatan rakyat.
SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945                  SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945
                                            Mengubah dan menetapkan UUD;
⇒Menetapkan dan mengubah UUD 1945;          Melantik Presiden dan Wapres;
⇒Menetapkan GBHN;                           Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres
⇒Memilih & mengangkat Presiden & Wapres;     dalam masa jabatannya menurut UUD;
⇒Membuat Putusan yang tidak dapat           Melantik Wapres menjadi Presiden apabila
  dibatalkan oleh lembaga negara lainnya;    Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
                                             atau tidak dapat melaksanakan
⇒Memberikan penjelasan / penafsiran
                                             kewajibannya;
  terhadap putusan MPR;
                                            Memilih dan melantik Wakil Presiden apabila
⇒Meminta pertanggungjawaban Presiden;        terjadi kekosongan jabatan Wapres;
⇒Memberhentikan Presiden.                   Memilih dan melantik Presiden dan Wapres
                                             apabila keduanya berhenti secara
                                             bersamaan.
Tentang:
     PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN
           MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA
DAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
               TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002
1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
          “Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
        hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
              Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ”



                             2. Pasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
        “Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
                                       menurut Undang-Undang Dasar ini”



                           3. Pasal II Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945
“Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar
                        dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”



     4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002 tentang Peraturan
                                                                               2002
                                             Tata Tertib MPR RI
                                                         MPR



     5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
 Meninjau materi dan status hukum setiap
  TAP MPRS dan TAP MPR;
 Menetapkan keberadaan (eksistensi) dari
  TAP MPRS dan TAP MPR untuk saat ini dan
  masa yang akan datang; dan
 Memberi kepastian hukum.
139 TAP MPRS & TAP MPR
       (1960 s/d. 2002)
 “Dikelompokkan Menjadi
     6 (enam) Pasal
         Berdasarkan
Materi dan Status Hukumnya”
PASAL 1
  TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)


                                PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)

                                PASAL 3
 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
               Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan)

                                PASAL 4
 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya
                     undang-undang (11 Ketetapan)

                                  PASAL 5
TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan
          Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)


                                        PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
 lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai
                           dilaksanakan (104 Ketetapan)
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
                                PASAL 1
          TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN
                             TIDAK BERLAKU


a 8 ( d elap an ) T A P , yaitu :
 Ketetapan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga Negara
 Tingkat Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
 Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja Lembaga
 Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
 Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden
 Republik Indonesia Berhalangan.
 Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja
 Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
 Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
 Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
 Wakil Presiden Republik Indonesia.
 Ketetapan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan
 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum.
 Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

K ed elap an T A P t er seb u t t elah b er ak h ir m asa b er lak u n ya d an /atau t elah d iatu r
    d i d alam U n d an g -U n d an g D asar N eg ar a R ep u b lik I n d on esia T ah u n 1 9 4 5
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
                        PASAL 2
     TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
             BERLAKU DENGAN KETENTUAN




A d a 3 ( tig a) T A P , yait u :
• Ketetapan MPR S RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia,
  Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi
  Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan
  Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.
• Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
  Demokrasi Ekonomi.
• Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor Timur.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
    P asal 2


          1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966
          1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966

             Tentang:
                                          TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:
Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai         Seluruh ketentuan dalam Ketetapan
Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah
Negara Republik Indonesia bagi Partai     MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke
Komunis Indonesia dan Larangan Setiap
Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran           dan MENGHORMATI HUKUM, PRINSIP
Komunisme/Marxisme-Leninisme.
                                          DEMOKRASI dan HAK ASASI MANUSIA.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
  P asal 2


          2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998
          2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998

                                      TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:
                                          Pemerintah berkewajiban mendorong
                                        keberpihakan politik ekonomi yang lebih
          Tentang:                       memberikan kesempatan dukungan dan
                                         pengembangan ekonomi, usaha kecil
Politik Ekonomi Dalam Rangka             menengah, dan koperasi sebagai pilar
      Demokrasi Ekonomi               ekonomi dalam membangkitkan terlaksananya
                                          pembangunan nasional dalam rangka
                                        demokrasi ekonomi sesuai dengan hakikat
                                         Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
                                            Republik Indonesia Tahun 1945.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 2


                   3. TAP MPR No.
                   3. TAP MPR No.
                     V/MPR/1999
                      V/MPR/1999
                                     TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN:
                                         Ketetapan ini tetap berlaku sampai
                                    terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan
       Tentang:                              Pasal 6 Ketetapan MPR RI
                                                Nomor V/MPR/1999.
Penentuan Pendapat di
                                       (Karena masih adanya masalah-masalah
     Timor Timur
                                    asset negara, dan hak perdata perseorangan)
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
                     PASAL 3
   TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
     BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
        PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:

o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004.
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
  Otonomi Daerah.
o Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
  pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.
o Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia
  Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia.
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia.
o Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan
  Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan
  Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.
o Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat
  Pemulihan Ekonomi Nasional.
o Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
  Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung,
  Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis
  Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
      Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil
                                Pemilu 2004 telah terbentuk
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
                    PASAL 4
  TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP
    BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
                UNDANG-UNDANG

Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu:
o TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera.
o TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
  Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
o TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,
  Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan
  Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
o TAP MPR Nomor III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.
o TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional.
o TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
  Kepolisian Negara Republik Indonesia.
o TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara
  Republik Indonesia.
o TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
o TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan
o Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
  Pemberantasan dan Pencegahan KKN.
o Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4

1. TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang
   Pengangkatan Pahlawan Ampera

                                      Substansi:
   Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat
   dalam melanjutkan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur
                      berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera.



                        Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
    Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa,
                          dan lain-lain tanda kehormatan.



                                      Hasil Kajian:
  Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain
           tanda kehormatan belum terbentuk maka ketetapan ini tetap berlaku
                   (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
  P asal 4
2. TAP MPR Nomor XI /MPR/19 98 Tentang
    Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
  KKN
                                          Substansi:
               Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara
  negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara
                                tegas terhadap siapapun juga.



                            Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
    Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998.




                                       Hasil Kajian:
   Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum dilaksanakan dan/atau
           dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
                    (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
  P asal 4

3.TAP MPR Nomor XV /MPR/19 98 t entang Penyelenggaraan
   Otonomi
   Daerah ; Pengaturan, Pembagian , d an Pemanfaatan Sumber
   Daya
   Nasional y ang Berkeadilan ; Serta Perimbangan Keuangan
   Pusat
   d an Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
                                     Substansi:
                                     Substansi:
   Indonesia
       Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas,
           nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan
   dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
          serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.


                        Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
        undang-undang tentang pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan oleh
                  Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara RI Tahun 1945.



                                        Hasil Kajian:
 Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke
                 dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
                     (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
              P asal 4

   4. TAP MPR Nomor III /MPR/ 2000 t entang
          Sumber Hukum dan Tata Urutan Peratura n
          Perundang- u ndangan
                                                                   TAP MPR RI No. III/MPR/2000           UU No. 10 Tahun 2004
                         Substansi :
1. Tata urutan peraturan perundang-undangan;
2. Lembaga Negara yang berwenang menguji                                              UUD 1945             UUD 1945
   undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
3. Lembaga Negara yang berwenang menguji                                             TAP MPR
   peraturan perundang-undangan di bawah                                              UU                        UU/PERPU
   undang-undang terhadap undang-undang.
                                                                                PERPU                               PP
                                                                                PP
          Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:                                                                              PERPRES
    Dibentuknya undang-undang sesuai dengan                             KEPRES
     substansi TAP MPR RI No. III/MPR/2000.                                                                                PERDA
                                                                      PERDA


                                                                      Hasil Kajian:
Dengan telah terbentuknya 3 (tiga) undang-undang yang mengatur 3 (tiga) substansi utama dalam TAP MPR RI No. III/MPR/2000, yaitu:
1.  UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang di dalamnya diatur tentang Tata Urutan
    Peraturan Perundang-undangan;
2.  UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK yang mengatur bahwa kewenangan menguji UU terhadap UUD dilakukan oleh MK; dan
3.  UU Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA yang menegaskan bahwa kewenangan
    menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang dilakukan oleh MA;
maka Ketetapan ini tidak berlaku lagi.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
    P asal 4

 5. TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang
     Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
     Nasional
                                         Substansi:
             Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat
        untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai
                            masalah bangsa mencapai tujuan nasional.



                             Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
  Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain melalui pemerintahan yang mampu
    mengelola kehidupan secara baik dan adil, serta mampu mengatasi berbagai permasalahan
    sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan dalam TAP MPR RI No. V/MPR/2000.



                                        Hasil Kajian:
           Berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai
pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan maupun penyusunan peraturan perundang-undangan
      untuk mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Nasional serta menjamin keutuhan NKRI
                              maka ketetapan ini tetap berlaku
                      (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4
6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang
   Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
   Kepolisian Negara Republik Indonesia


                                      Substansi:
     Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, menentukan peran dan fungsi
           masing-masing, serta terwujudnya kerjasama dan saling membantu.


                          Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
        Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan
                            kelembagaan TNI dan POLRI.


                                        Hasil Kajian:
            Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan
 UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan
 UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI
        masih perlu diatur dengan undang-undang maka Ketetapan ini tetap berlaku
                     (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
  P asal 4

7. TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang
    Peran TNI dan Peran POLRI


                                            Substansi:
    Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan,
                  dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.


                                  Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
        Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4)
         dan pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan
                       UUD, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan
                 wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI.




                                           Hasil Kajian:
            Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer,
            dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka Ketetapan ini tetap berlaku
                        (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
      P asal 4

     8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang
         Etika Kehidupan Berbangsa
                                                Substansi:
    Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan
     berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika
     kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian,
  keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai
                                          luhur budaya bangsa.

                                  Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
  Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan
        pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakkan hukum yang berkeadilan dan
berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan
 kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta
                            menjiwai seluruh pembentukan undang-undang.

                                              Hasil Kajian:
        Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan
         maupun penyusunan peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan
              Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka Ketetapan ini tetap berlaku
                           (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
P asal 4

9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi
    Indonesia Masa Depan

                                            Substansi:
  Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan
 kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui
                          visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan.


                               Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
   Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
          sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
                      sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan


                                          Hasil Kajian:
      Dengan dijadikan TAP MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
  sebagai salah satu landasan operasional dari Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, bahkan menjadi sumber inspirasi, motivasi, kreativitas,
       serta arah kebijakan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara maka
         ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
  P asal 4
10. Ketetapan MPR Nomor VIII /MPR/ 2001
    T entang
     Rekomendasi Arah Kebijakan
    Pemberantasan da n Pencegahan KKN
                                         Substansi:
 Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan
KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara
     yang Bersih dan Bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.


                             Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
       Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk
           percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai
                     terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini.



                                          Hasil Kajian:
            Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum dilaksanakan
         dan/atau dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku
                       (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
  P asal 4
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang
    Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
    Alam
                                                  Substansi:
  • Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan
    penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan
    dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;
  • Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil,
    berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.



                                  Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:
           Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan
  pengelolaan sumber daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM,
supremasi hukum, KESRA, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender,
   pemeliharaan sumber agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi
          yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan
     dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat,
  desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat dan individu sesuai dengan
                  arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan ini.


                                               Hasil Kajian:
           Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan
     berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber
                 daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu Ketetapan ini tetap berlaku
                               (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
                      PASAL 5
   TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU
  SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN
        TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR
                HASIL PEMILU 2004


Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang
          Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu:
             TAP MPR No. II/MPR/1999
             TAP MPR No. I/MPR/2000
             TAP MPR No. II/MPR/2000
             TAP MPR No. V/MPR/2001
             TAP MPR No. V/MPR/2002
                  sudah tidak berlaku lagi
    karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib
             MPR hasil PEMILU 2004.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
                      PASAL 6
  TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK
 PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH
 LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL ( EINMALIG ),
     TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI
                   DILAKSANAKAN




                  Ketetapan di dalam pasal ini
                   berjumlah 104 Ketetapan.
KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 1/MPR/2010
TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI




          TATA CARA PERUBAHAN UUD 1945 (PASAL 91-92)




                        usul tertulis dan jelas     diajukan ke Pimpinan
 usul diajukan 1/3
                        pasal yang diusulkan            dan dibuatkan
  jumlah Anggota
                         beserta alasannya               berita acara
 [Pasal 91 ayat (1)]
                         [Pasal 91 ayat (2)]      [Pasal 92 ayat (1 dan 2)]




                                                    usul perubahan tidak
Pemeriksaan paling     Pimpinan memeriksa
                                                    dapat ditarik setelah
   lama 30 hari            kelengkapan
                                                          3x24 jam
 [Pasal 92 ayat (6)]    [Pasal 92 ayat (5)]
                                                  [Pasal 92 ayat (3 dan 4)]
KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 1/MPR/2010
   TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI


              TATA CARA PERUBAHAN UUD 1945
PIMPINAN MEMERIKSA KELENGKAPAN USUL PERUBAHAN (PASAL 94)



                                Tidak memenuhi
                                  kelengkapan
                                persyaratan usul
                                     ditolak

   Usul
              Pimpinan
Perubahan
                                                           Anggota
                                 Usul perubahan       menerima salinan
                               dinyatakan lengkap         usul tertulis
                                 ≤ 60 hari Sidang      paling lambat 14
                                 Paripurna MPR           hari sebelum
                                [Pasal 94 ayat (2)]    Sidang Paripurna
                                                      [Pasal 94 ayat (3)]
KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 1/MPR/2010
  TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI



TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN
                    (PASAL 102 -103)




                                                    2
               DPR                                MK
       (Usul Pemberhentian   1           memeriksa, mengadili,
         Presiden/ Wakil                  dan memutuskan
             Presiden)                    paling lama 90 hari

             3
                                          MPR paling lambat
                             4                30 hari wajib
        Usul DPR disertai
                                          menyelenggarakan
          Putusan MK
                                           sidang dilengkapi
                                             keputusan MK
KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 1/MPR/2010
     TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI


TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN
                    (PASAL 102 -103)



a. MPR menyelenggarakan sidang untuk mengambil putusan tentang usul pemberhentian Presiden
   dan/atau Wakil Presiden pada masa jabatannya yang diajukan DPR setelah adanya putusan MK
   paling lambat 30 hari setelah MPR menerima usul tersebut;


b.   Pimpinan MPR mengundang Anggota MPR untuk mengadakan Rapat Paripurna;


c.    Pimpinan MPR mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden untuk menyampaikan
     penjelasan yang berkaitan dengan usul pemberhentiannya kepada Rapat Paripurna MPR;


d.    Presiden dan/atau Wakil Presiden wajib hadir untuk memberikan penjelasan atas usul
      Pemberhentiannya tersebut;


e.    apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan, maka
      MPR tetap mengambil putusan.

Contenu connexe

Tendances

Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraanPpt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraanrizka_pratiwi
 
Kelompok kepentingan- Sistem Politik Indonesia
Kelompok kepentingan- Sistem Politik IndonesiaKelompok kepentingan- Sistem Politik Indonesia
Kelompok kepentingan- Sistem Politik IndonesiaMuhammad Ardhiansyah
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaDini Audi
 
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan NegaraPower Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan NegaraChuun _
 
4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`HIMA KS FISIP UNPAD
 
Orde lama, orde baru, dan reformasi
Orde lama, orde baru, dan reformasiOrde lama, orde baru, dan reformasi
Orde lama, orde baru, dan reformasiNanda Aditasia
 
Demokrasi pada masa reformasi
Demokrasi pada masa reformasiDemokrasi pada masa reformasi
Demokrasi pada masa reformasiNisa Ghaisani
 
model kebijakan merille s.grindle
model kebijakan merille s.grindlemodel kebijakan merille s.grindle
model kebijakan merille s.grindleHeru Fernandez
 
Asas dan sistem hukum
Asas dan sistem hukumAsas dan sistem hukum
Asas dan sistem hukumNakano
 
2. hak dan kewajiban warga negara
2. hak dan kewajiban warga negara2. hak dan kewajiban warga negara
2. hak dan kewajiban warga negaraMardiah Ahmad
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraWarnet Raha
 
Perkembangan ham di indonesia
Perkembangan ham di indonesiaPerkembangan ham di indonesia
Perkembangan ham di indonesiaArief Marbot
 
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIASISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAzara vho
 
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Rido Frans
 

Tendances (20)

Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraanPpt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
Ppt pancasila dlm konteks ketatanegaraan
 
Kelompok kepentingan- Sistem Politik Indonesia
Kelompok kepentingan- Sistem Politik IndonesiaKelompok kepentingan- Sistem Politik Indonesia
Kelompok kepentingan- Sistem Politik Indonesia
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan NegaraPower Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
 
Konstitusi RIS
Konstitusi RISKonstitusi RIS
Konstitusi RIS
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`
 
Orde lama, orde baru, dan reformasi
Orde lama, orde baru, dan reformasiOrde lama, orde baru, dan reformasi
Orde lama, orde baru, dan reformasi
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Politik dan strategi nasional
Politik dan strategi nasionalPolitik dan strategi nasional
Politik dan strategi nasional
 
Demokrasi pada masa reformasi
Demokrasi pada masa reformasiDemokrasi pada masa reformasi
Demokrasi pada masa reformasi
 
model kebijakan merille s.grindle
model kebijakan merille s.grindlemodel kebijakan merille s.grindle
model kebijakan merille s.grindle
 
Asas dan sistem hukum
Asas dan sistem hukumAsas dan sistem hukum
Asas dan sistem hukum
 
2. hak dan kewajiban warga negara
2. hak dan kewajiban warga negara2. hak dan kewajiban warga negara
2. hak dan kewajiban warga negara
 
3. perkembangan ham di dunia
3. perkembangan ham di dunia3. perkembangan ham di dunia
3. perkembangan ham di dunia
 
Negara dan Konstitusi
Negara dan KonstitusiNegara dan Konstitusi
Negara dan Konstitusi
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 
Perkembangan ham di indonesia
Perkembangan ham di indonesiaPerkembangan ham di indonesia
Perkembangan ham di indonesia
 
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIASISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
 
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
 

En vedette

Ketetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIKetetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIMuhamad Yogi
 
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIKatalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIPerpustakaan MPR RI
 
Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undanganPeraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undanganYosua S L
 
Bahan tayangan uud (baru)
Bahan tayangan uud (baru)Bahan tayangan uud (baru)
Bahan tayangan uud (baru)bagjaINV
 
Bahan tayangan uud
Bahan tayangan uudBahan tayangan uud
Bahan tayangan uudRochimudin
 
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jillid II-A
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jillid II-ABuku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jillid II-A
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jillid II-APerpustakaan MPR RI
 
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid V
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VRisalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid V
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VPerpustakaan MPR RI
 
Risalah Perundingan Tahun 1958 Jilid VI
Risalah Perundingan Tahun 1958 Jilid VIRisalah Perundingan Tahun 1958 Jilid VI
Risalah Perundingan Tahun 1958 Jilid VIPerpustakaan MPR RI
 
Lembaga Legislatif
Lembaga LegislatifLembaga Legislatif
Lembaga LegislatifSoya Odut
 
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VI
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VIRisalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VI
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VIPerpustakaan MPR RI
 
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasionalPKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasionalAbyan Juang
 
Bahan ajar pilar kebangsaan pim 4
Bahan ajar pilar kebangsaan pim 4Bahan ajar pilar kebangsaan pim 4
Bahan ajar pilar kebangsaan pim 4Khamdan Muhammad
 
Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara
Pilar kehidupan berbangsa dan bernegaraPilar kehidupan berbangsa dan bernegara
Pilar kehidupan berbangsa dan bernegaraDino Zeta
 
10. sejarah ekonomi indonesia
10.  sejarah ekonomi indonesia10.  sejarah ekonomi indonesia
10. sejarah ekonomi indonesiadezils
 
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998PT.Ajor Makmur
 

En vedette (20)

Ketetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RIKetetapan dan Keputusan MPR RI
Ketetapan dan Keputusan MPR RI
 
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIKatalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
 
Bahan Tayangan UUD 1945
Bahan Tayangan UUD 1945Bahan Tayangan UUD 1945
Bahan Tayangan UUD 1945
 
Bahantayang UUD 1945
Bahantayang UUD 1945Bahantayang UUD 1945
Bahantayang UUD 1945
 
Tap mpr 1960 2001
Tap mpr 1960 2001Tap mpr 1960 2001
Tap mpr 1960 2001
 
Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undanganPeraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan
 
Bahan tayangan uud (baru)
Bahan tayangan uud (baru)Bahan tayangan uud (baru)
Bahan tayangan uud (baru)
 
Bahan tayangan uud
Bahan tayangan uudBahan tayangan uud
Bahan tayangan uud
 
Rule76 -
Rule76 - Rule76 -
Rule76 -
 
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jillid II-A
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jillid II-ABuku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jillid II-A
Buku Kelima Sidang Umum MPRS Ketiga Tahun 1965 Jillid II-A
 
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid V
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VRisalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid V
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid V
 
Ppkn peta konsep hukum
Ppkn peta konsep hukum Ppkn peta konsep hukum
Ppkn peta konsep hukum
 
Risalah Perundingan Tahun 1958 Jilid VI
Risalah Perundingan Tahun 1958 Jilid VIRisalah Perundingan Tahun 1958 Jilid VI
Risalah Perundingan Tahun 1958 Jilid VI
 
Lembaga Legislatif
Lembaga LegislatifLembaga Legislatif
Lembaga Legislatif
 
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VI
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VIRisalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VI
Risalah Perundingan Sidang Konstituante Tahun 1957 Jilid VI
 
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasionalPKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
 
Bahan ajar pilar kebangsaan pim 4
Bahan ajar pilar kebangsaan pim 4Bahan ajar pilar kebangsaan pim 4
Bahan ajar pilar kebangsaan pim 4
 
Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara
Pilar kehidupan berbangsa dan bernegaraPilar kehidupan berbangsa dan bernegara
Pilar kehidupan berbangsa dan bernegara
 
10. sejarah ekonomi indonesia
10.  sejarah ekonomi indonesia10.  sejarah ekonomi indonesia
10. sejarah ekonomi indonesia
 
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
Ppt pelaksanaan demokrasi di indonesia periode 1965-1998
 

Similaire à LEMBAGA

Similaire à LEMBAGA (20)

konstitusi nkri
konstitusi nkrikonstitusi nkri
konstitusi nkri
 
Konstitusi di indonesia
Konstitusi di indonesiaKonstitusi di indonesia
Konstitusi di indonesia
 
Sistem peny. pemerintahan gol ii
Sistem peny. pemerintahan gol iiSistem peny. pemerintahan gol ii
Sistem peny. pemerintahan gol ii
 
DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI
DASAR NEGARA DAN KONSTITUSIDASAR NEGARA DAN KONSTITUSI
DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI
 
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengenai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
 
UUD Republik Indonesia tahun 1945
UUD Republik Indonesia tahun 1945UUD Republik Indonesia tahun 1945
UUD Republik Indonesia tahun 1945
 
Perubahan uud 1945
Perubahan uud 1945Perubahan uud 1945
Perubahan uud 1945
 
= Kuliah htn 2=
= Kuliah htn 2== Kuliah htn 2=
= Kuliah htn 2=
 
Uud 1945
Uud 1945Uud 1945
Uud 1945
 
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - KonstitusiPengantar Ilmu Politik - Konstitusi
Pengantar Ilmu Politik - Konstitusi
 
Bab 3 PPKn Kelas 7 : Arti penting UUD NRI Tahun 1945
Bab 3 PPKn Kelas 7 : Arti penting UUD NRI Tahun 1945 Bab 3 PPKn Kelas 7 : Arti penting UUD NRI Tahun 1945
Bab 3 PPKn Kelas 7 : Arti penting UUD NRI Tahun 1945
 
Htn2012 sejarah ketatanegaraan
Htn2012 sejarah ketatanegaraanHtn2012 sejarah ketatanegaraan
Htn2012 sejarah ketatanegaraan
 
X farmasi baru
X farmasi baruX farmasi baru
X farmasi baru
 
Uud 1945 dan dinamika pelaksanaannya (7 )
Uud 1945 dan dinamika pelaksanaannya (7 )Uud 1945 dan dinamika pelaksanaannya (7 )
Uud 1945 dan dinamika pelaksanaannya (7 )
 
PKN
PKNPKN
PKN
 
tugas ppkn.pptx
tugas ppkn.pptxtugas ppkn.pptx
tugas ppkn.pptx
 
2
22
2
 
Kuliah kewarganegaraan-lima-2012
Kuliah kewarganegaraan-lima-2012Kuliah kewarganegaraan-lima-2012
Kuliah kewarganegaraan-lima-2012
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
UUD NKRI 1945
UUD NKRI 1945UUD NKRI 1945
UUD NKRI 1945
 

Plus de M. Adli

Iklan layanan masy.
Iklan layanan masy.Iklan layanan masy.
Iklan layanan masy.M. Adli
 
Undangan Reuni SMP Painan 90's
Undangan Reuni SMP Painan 90'sUndangan Reuni SMP Painan 90's
Undangan Reuni SMP Painan 90'sM. Adli
 
Proposal Reuni SMP N Painan Angkatan 1990
Proposal Reuni SMP N Painan Angkatan 1990Proposal Reuni SMP N Painan Angkatan 1990
Proposal Reuni SMP N Painan Angkatan 1990M. Adli
 
Laporan Hasil Rakor Alumni 90's
Laporan Hasil Rakor Alumni 90'sLaporan Hasil Rakor Alumni 90's
Laporan Hasil Rakor Alumni 90'sM. Adli
 
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)M. Adli
 
RELEASE BERITA KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
RELEASE BERITA KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)RELEASE BERITA KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
RELEASE BERITA KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)M. Adli
 
Jadwal KKD di Sumatera Barat (17 Des 2012 - 13 Jan 2013)
Jadwal KKD di Sumatera Barat (17 Des 2012  - 13 Jan 2013)Jadwal KKD di Sumatera Barat (17 Des 2012  - 13 Jan 2013)
Jadwal KKD di Sumatera Barat (17 Des 2012 - 13 Jan 2013)M. Adli
 
TOR Simposium Desentralisasi 20 Des 2012
TOR Simposium Desentralisasi 20 Des 2012TOR Simposium Desentralisasi 20 Des 2012
TOR Simposium Desentralisasi 20 Des 2012M. Adli
 
Undangan Pembicara Hari Kedua Panel Diskusi Desentralisasi
Undangan Pembicara Hari Kedua Panel Diskusi DesentralisasiUndangan Pembicara Hari Kedua Panel Diskusi Desentralisasi
Undangan Pembicara Hari Kedua Panel Diskusi DesentralisasiM. Adli
 
Jadwal KKD Okt - Nov 2012 (Lampiran II)
Jadwal KKD Okt  - Nov 2012 (Lampiran II)Jadwal KKD Okt  - Nov 2012 (Lampiran II)
Jadwal KKD Okt - Nov 2012 (Lampiran II)M. Adli
 
Laporan Reses 26 OKTOBER s.d 18 NOVEMBER 2012 (Lampiran I)
Laporan Reses 26 OKTOBER s.d 18 NOVEMBER 2012 (Lampiran I)Laporan Reses 26 OKTOBER s.d 18 NOVEMBER 2012 (Lampiran I)
Laporan Reses 26 OKTOBER s.d 18 NOVEMBER 2012 (Lampiran I)M. Adli
 
Laporan Kegiatan Ke Daerah Pemilihan Prov. Sumatera Barat (Bulan Oktober - No...
Laporan Kegiatan Ke Daerah Pemilihan Prov. Sumatera Barat (Bulan Oktober - No...Laporan Kegiatan Ke Daerah Pemilihan Prov. Sumatera Barat (Bulan Oktober - No...
Laporan Kegiatan Ke Daerah Pemilihan Prov. Sumatera Barat (Bulan Oktober - No...M. Adli
 
Daftar Nomor Contact Sahabat Foker GMP
Daftar Nomor Contact Sahabat Foker GMPDaftar Nomor Contact Sahabat Foker GMP
Daftar Nomor Contact Sahabat Foker GMPM. Adli
 
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012M. Adli
 
BERITA ACARA “HALAL BIHALAL” FORUM KREATIFITAS GENERASI MUDA PAINAN (FOKER G...
BERITA ACARA  “HALAL BIHALAL” FORUM KREATIFITAS GENERASI MUDA PAINAN (FOKER G...BERITA ACARA  “HALAL BIHALAL” FORUM KREATIFITAS GENERASI MUDA PAINAN (FOKER G...
BERITA ACARA “HALAL BIHALAL” FORUM KREATIFITAS GENERASI MUDA PAINAN (FOKER G...M. Adli
 
MoU Media Partner bersama Universitas Indonesia
MoU Media Partner bersama Universitas IndonesiaMoU Media Partner bersama Universitas Indonesia
MoU Media Partner bersama Universitas IndonesiaM. Adli
 
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)M. Adli
 
Pengcab Pelti Pesisir Selatan
Pengcab Pelti Pesisir SelatanPengcab Pelti Pesisir Selatan
Pengcab Pelti Pesisir SelatanM. Adli
 
Laporan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa & Bernegara, Pessel 28 Maret ...
Laporan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa & Bernegara, Pessel 28 Maret ...Laporan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa & Bernegara, Pessel 28 Maret ...
Laporan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa & Bernegara, Pessel 28 Maret ...M. Adli
 
Notulen KKD Juli Agus 2012
Notulen KKD Juli Agus 2012Notulen KKD Juli Agus 2012
Notulen KKD Juli Agus 2012M. Adli
 

Plus de M. Adli (20)

Iklan layanan masy.
Iklan layanan masy.Iklan layanan masy.
Iklan layanan masy.
 
Undangan Reuni SMP Painan 90's
Undangan Reuni SMP Painan 90'sUndangan Reuni SMP Painan 90's
Undangan Reuni SMP Painan 90's
 
Proposal Reuni SMP N Painan Angkatan 1990
Proposal Reuni SMP N Painan Angkatan 1990Proposal Reuni SMP N Painan Angkatan 1990
Proposal Reuni SMP N Painan Angkatan 1990
 
Laporan Hasil Rakor Alumni 90's
Laporan Hasil Rakor Alumni 90'sLaporan Hasil Rakor Alumni 90's
Laporan Hasil Rakor Alumni 90's
 
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
NOTULEN KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
 
RELEASE BERITA KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
RELEASE BERITA KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)RELEASE BERITA KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
RELEASE BERITA KKD B.12 (17 DES 2012 - 13 JAN 2013)
 
Jadwal KKD di Sumatera Barat (17 Des 2012 - 13 Jan 2013)
Jadwal KKD di Sumatera Barat (17 Des 2012  - 13 Jan 2013)Jadwal KKD di Sumatera Barat (17 Des 2012  - 13 Jan 2013)
Jadwal KKD di Sumatera Barat (17 Des 2012 - 13 Jan 2013)
 
TOR Simposium Desentralisasi 20 Des 2012
TOR Simposium Desentralisasi 20 Des 2012TOR Simposium Desentralisasi 20 Des 2012
TOR Simposium Desentralisasi 20 Des 2012
 
Undangan Pembicara Hari Kedua Panel Diskusi Desentralisasi
Undangan Pembicara Hari Kedua Panel Diskusi DesentralisasiUndangan Pembicara Hari Kedua Panel Diskusi Desentralisasi
Undangan Pembicara Hari Kedua Panel Diskusi Desentralisasi
 
Jadwal KKD Okt - Nov 2012 (Lampiran II)
Jadwal KKD Okt  - Nov 2012 (Lampiran II)Jadwal KKD Okt  - Nov 2012 (Lampiran II)
Jadwal KKD Okt - Nov 2012 (Lampiran II)
 
Laporan Reses 26 OKTOBER s.d 18 NOVEMBER 2012 (Lampiran I)
Laporan Reses 26 OKTOBER s.d 18 NOVEMBER 2012 (Lampiran I)Laporan Reses 26 OKTOBER s.d 18 NOVEMBER 2012 (Lampiran I)
Laporan Reses 26 OKTOBER s.d 18 NOVEMBER 2012 (Lampiran I)
 
Laporan Kegiatan Ke Daerah Pemilihan Prov. Sumatera Barat (Bulan Oktober - No...
Laporan Kegiatan Ke Daerah Pemilihan Prov. Sumatera Barat (Bulan Oktober - No...Laporan Kegiatan Ke Daerah Pemilihan Prov. Sumatera Barat (Bulan Oktober - No...
Laporan Kegiatan Ke Daerah Pemilihan Prov. Sumatera Barat (Bulan Oktober - No...
 
Daftar Nomor Contact Sahabat Foker GMP
Daftar Nomor Contact Sahabat Foker GMPDaftar Nomor Contact Sahabat Foker GMP
Daftar Nomor Contact Sahabat Foker GMP
 
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
Notulen Rapat Halal Bihalal FOKER GMP 2012
 
BERITA ACARA “HALAL BIHALAL” FORUM KREATIFITAS GENERASI MUDA PAINAN (FOKER G...
BERITA ACARA  “HALAL BIHALAL” FORUM KREATIFITAS GENERASI MUDA PAINAN (FOKER G...BERITA ACARA  “HALAL BIHALAL” FORUM KREATIFITAS GENERASI MUDA PAINAN (FOKER G...
BERITA ACARA “HALAL BIHALAL” FORUM KREATIFITAS GENERASI MUDA PAINAN (FOKER G...
 
MoU Media Partner bersama Universitas Indonesia
MoU Media Partner bersama Universitas IndonesiaMoU Media Partner bersama Universitas Indonesia
MoU Media Partner bersama Universitas Indonesia
 
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
Dampak Pemekaran Daerah (Lokus: Kab. Pak Pak Sumut)
 
Pengcab Pelti Pesisir Selatan
Pengcab Pelti Pesisir SelatanPengcab Pelti Pesisir Selatan
Pengcab Pelti Pesisir Selatan
 
Laporan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa & Bernegara, Pessel 28 Maret ...
Laporan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa & Bernegara, Pessel 28 Maret ...Laporan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa & Bernegara, Pessel 28 Maret ...
Laporan Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa & Bernegara, Pessel 28 Maret ...
 
Notulen KKD Juli Agus 2012
Notulen KKD Juli Agus 2012Notulen KKD Juli Agus 2012
Notulen KKD Juli Agus 2012
 

Dernier

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 

Dernier (20)

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 

LEMBAGA

  • 2. PENDAHULUAN 2 PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Tuntutan Reformasi Sebelum Latar Belakang Tujuan Perubahan Perubahan Perubahan Menyempurnakan aturan Antara lain: • Pembukaan • Kekuasaan tertinggi di dasar, mengenai: • Batang Tubuh tangan MPR • Amandemen UUD 1945 • Kekuasaan yang sangat • Tatanan negara - 16 bab • Penghapusan doktrin besar pada Presiden • Kedaulatan Rakyat - 37 pasal • HAM Dwi Fungsi ABRI • Pasal-pasal yang terlalu - 49 ayat “luwes” sehingga dapat • Pembagian kekuasaan • Penegakan hukum, - 4 pasal Aturan Peralihan menimbulkan multitafsir • Kesejahteraan Sosial HAM, dan - 2 ayat Aturan Tambahan • Kewenangan pada • Eksistensi negara pemberantasan KKN • Penjelasan Presiden untuk mengatur demokrasi dan negara hal-hal penting dengan hukum • Otonomi Daerah undang-undang • Hal-hal lain sesuai dengan • Kebebasan Pers • Rumusan UUD 1945 perkembangan aspirasi tentang semangat • Mewujudkan kehidupan penyelenggara negara dan kebutuhan bangsa demokrasi belum cukup didukung ketentuan konstitusi Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis • Pembukaan • Tidak mengubah • Sidang Umum MPR 1999 Pembukaan UUD 1945 • Pasal 3 UUD 1945 • Pasal-pasal: Tanggal 14-21 Okt 1999 • Tetap mempertahankan • Pasal 37 UUD 1945 - 21 bab Negara Kesatuan - 73 pasal • Sidang Tahunan MPR Republik Indonesia • TAP MPR No.IX/MPR/1999 - 170 ayat 2000 • Mempertegas sistem • TAP MPR No.IX/MPR/2000 - 3 pasal Aturan Peralihan Tanggal 7-18 Agt 2000 presidensiil - 2 pasal Aturan Tambahan • Penjelasan UUD 1945 • TAP MPR No.XI/MPR/2001 • Sidang Tahunan MPR yang memuat hal-hal 2001 normatif akan dimasukan ke dalam pasal-pasal Tanggal 1-9 Nov 2001 • Perubahan dilakukan • Sidang Tahunan MPR dengan cara “adendum” 2002
  • 3. PENDAHULUAN 3 NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959) Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999) Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000) Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001) Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
  • 4. 4 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN (Preambule) Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
  • 5. BAB I. BENTUK DAN KEDAULATAN 5 Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik [Pasal 1 (1)] Kedaulatan berada di Negara Indonesia tangan rakyat dan adalah negara dilaksanakan hukum menurut Undang- Undang Dasar [Pasal 1 (3)***] [Pasal 1 (2)***]
  • 6. LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN 6 menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PUSAT UUD 1945 BPK Presiden DPR MPR DPD MA MK kpu bank sentral kementerian negara badan-badan lain KY yang fungsinya dewan berkaitan dengan pertimbangan kekuasaan TNI/POLRI kehakiman Perwakilan Pemerintahan Daerah Lingkungan BPK Provinsi Provinsi Peradilan Umum Gubernur DPRD Lingkungan Peradilan Agama Lingkungan Peradilan Militer Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Lingkungan Bupati/ Peradilan TUN DPRD Walikota DAERA
  • 7. Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut 7 UUD DPR Presiden MA MK Pasal 24 (1)*** Pasal 4 (1) Kekuasaan kehakiman Pasal 20 (1)* Memegang merupakan kekuasaan Memegang kekuasaan yang merdeka untuk kekuasaan pemerintahan menyelenggarakan membentuk UU peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
  • 8. BAB II. MAJELIS PERMUSYAWARATAN 8 RAKYAT ANGGOTA ANGGOTA DPR dipilih MPR DPD dipilih melalui Pasal 2 (1) **** melalui pemilu pemilu Wewenang  Mengubah dan menetapkan Undang-Undang  Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ]; diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi  Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***]; [Pasal 3 ayat (2)***/**** ];  Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua  Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Presiden dalam masa jabatannya menurut yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan Undang-Undang Dasar partai politik yang pasangan calon Presiden dan [Pasal 3 ayat (3)***/****]; Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
  • 9. BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden 9 Calon Presiden dan calon Presiden dan Wakil Presiden Wakil Presiden harus seorang dipilih dalam satu pasangan warga negara Indonesia sejak secara langsung oleh rakyat kelahirannya dan tidak pernah [Pasal 6A (1)***] menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya Presiden/ Presiden dan Wakil Presiden sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta Wakil memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan Presiden dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya tugas dan kewajiban sebagai untuk satu kali masa jabatan. Presiden dan Wakil Presiden. (Pasal 7 *) [Pasal 6 (1)***] Wewenang, Kewajiban, dan Antara lain tentang: Hak  memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];  berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];  menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];  memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];  memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);  menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];  membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];  menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);  mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];  menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];  memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];  memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];  memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;  membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;  pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];  pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];  hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];  pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];  peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];  penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];  pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];  pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
  • 10. BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 10 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat [Pasal 6A (1)***] diusulkan partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelum pemilu [Pasal 6A (2) ***] mendapatkan suara >50% jumlah suara dalam pemilu Presiden dengan sedikitnya 20% di Pemilu setiap provinsi yang dan tersebar di lebih dari 1/2 Wapres jumlah provinsi [Pasal 6A (3)***] Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dalam pemilu pasangan yang Pemilu memperoleh pasangan calon yang suara memperoleh suara terbanyak terbanyak kedua dalam pemilu [Pasal 6A (4)****]
  • 11. BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 11 Pengusulan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden DPR MPR Presiden dan/atau Wakil Presiden terus Pendapat DPR bahwa Presiden DPR menjabat wajib menyelenggarakan dan/atau Wakil Presiden telah menyelenggarakan sidang untuk memutuskan melakukan pelanggaran hukum sidang paripurna usul DPR paling lambat 30 ataupun telah tidak lagi untuk meneruskan usul DPR hari sejak usul diterima memenuhi syarat usul pemberhentian tidak diterima [Pasal 7B (6)***] [Pasal 7B (2)***] kepada MPR [Pasal 7B (5)***] Keputusan diambil dalam Pengajuan permintaan DPR sidang paripurna, dihadiri kepada MK hanya dapat sekurang-kurangnya 3/4 dilakukan dengan dukungan jumlah anggota, disetujui usul DPR sekurang-kurangnya 2/3 dari sekurang-kurangnya 2/3 diterima jumlah anggota yang hadir jumlah yang hadir, setelah dalam sidang paripurna yang Presiden dan/atau wakil Presiden dihadiri oleh sekurang- presiden diberi kesempatan dan/atau Wakil kurangnya 2/3 dari jumlah menyampaikan penjelasan anggota Presiden [Pasal 7B (7)***] [Pasal 7B (3)***] diberhentikan MK terbukti wajib memeriksa, mengadili, dan memutus paling lama 90 tidak terbukti hari setelah permintaan diterima [Pasal 7B (4)***]
  • 12. BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 12 Pemilihan Wakil Presiden Dalam Hal Terjadi Kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 (2)***] MPR selambat-lambatnya mengajukan dalam waktu 60 hari Wapres Presiden dua calon menyelenggarakan terpilih Wapres sidang MPR untuk memilih Wapres
  • 13. BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 13 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Dalam Hal Keduanya Berhalangan Tetap Secara Bersamaan [Pasal 8 (3)****] Presiden dan Wapres parpol atau gabungan parpol yang pasangan mengusulkan calon Presiden dan pasangan Wapresnya meraih calon MPR suara terbanyak Presiden dan selambat-lambatnya pertama dalam pemilu Wapres dalam waktu 30 hari sebelumnya menyelenggarakan parpol atau gabungan sidang MPR untuk parpol yang pasangan memilih mengusulkan calon Presiden dan pasangan Wapresnya meraih calon suara terbanyak Presiden dan kedua dalam pemilu Wapres sebelumnya
  • 14. BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 14 DPR Presiden MA dengan menyatakan perang, membuat perdamaian persetujuan dan perjanjian dengan negara lain dan internasional lainnya [Pasal 11 (1)**** dan (2)***] menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12) dengan pertimbangan mengangkat dan menerima Duta [Pasal 13 (2)* dan (3)*] dengan memberi grasi dan rehabilitasi pertimbangan [Pasal 14 (1)*] dengan pertimbangan memberi amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang (Pasal 15 *)
  • 15. BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 15 Kementerian Negara dan Dewan Pertimbangan Presiden dibantu menteri-menteri negara membentuk suatu Pembentukan, [Pasal 17 (1)] dewan pertimbangan pengubahan, dan yang bertugas yang diangkat dan pembubaran diberhentikan oleh Presiden kementerian negara memberikan nasihat [Pasal 17 (2)*] dan pertimbangan diatur dalam kepada Presiden membidangi urusan tertentu undang-undang (Pasal 16) **** dalam pemerintahan [Pasal 17 (4) ***] [Pasal 17 (3)*]
  • 16. BAB VI. PEMERINTAHAN 16 DAERAH Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18 (1)**] Gubernur, anggota PEMERINTAHAN DAERAH Bupati, DPRD dipilih Walikota KEPALA DPRD melalui PEMERINTAH dipilih secara DAERAH pemilu demokratis mengatur dan mengurus sendiri urusan [Pasal 18 (3) **] [Pasal 18 (4)**] pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (2)**] menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **] berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
  • 17. BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH 17 Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah [Pasal 18 A (1)**] Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang [Pasal 18 A (2)**] Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18 B (1)**] Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang [Pasal 18 B (2)**]
  • 18. BAB VII. DEWAN PERWAKILAN 18 RAKYAT anggota DPR DPR dapat anggota DPR diberhentikan dipilih melalui dari jabatannya, memegang yang syarat- pemilihan umum kekuasaan syarat dan tata [Pasal 19 (1)**] membentuk UU caranya [Pasal 20 (1)*] diatur dalam undang-undang (Pasal 22B**) Fungsi, Wewenang, dan Hak Antara lain tentang:  memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan  pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ; pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;  mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak  persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ; menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ;  pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang  pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ; Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;  persetujuan dalam menyatakan perang, membuat  pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan perdamaian dan perjanjian pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ; [Pasal 11 (1) dan (2)****] ;  persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh KY  pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam [Pasal 24A (3)***] ; pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ;  persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota  pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam KY [Pasal 24B (3)***] ; menerima penempatan duta negara lain [Pasal 13 (3)*] ;  pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***] ;
  • 19. BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 19 Pembentukan Undang-Undang Dalam hal RUU tidak disahkan dalam waktu 30 hari, RUU tersebut sah menjadi UU dan mendapat wajib persetujuan bersama diundangkan DPR [Pasal 20 (5)**] RUU dibahas memegang oleh DPR dan Presiden kekuasaan mengesahkan UU membentuk UU Presiden berhak [Pasal 20 (4)*] [Pasal 20 (1)*] untuk mengajukan mendapat RUU Anggota berhak persetujuan [Pasal 5 (1)*] mengajukan usul bersama RUU [Pasal 20 (2)*] tidak boleh (Pasal 21*) tidak mendapat diajukan lagi persetujuan bersama dalam persidangan masa itu [Pasal 20 (3)*]
  • 20. BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 20 Pembentukan UU yang terkait dengan kewenangan DPD Dalam hal RUU tidak disahkan dalam waktu 30 hari, RUU tersebut sah menjadi UU mendapat dan wajib DPD DPR persetujuan bersama diundangkan [Pasal 20 (5)**] dapat memegang mengajukan kekuasaan RUU dibahas RUU yang membentuk oleh DPR dan Presiden sesuai dengan mengesahkan UU Presiden UU kewenangannya berhak [Pasal 20 (1)*] untuk [Pasal 20 (4)*] [Pasal 22D (1)***] mengajukan mendapat RUU ikut membahas Anggota persetujuan [Pasal 5 (1)*] dan memberikan berhak bersama pertimbangan mengajukan [Pasal 20 (2)*] tidak boleh atas RUU yang usul RUU tidak mendapat diajukan lagi sesuai dengan (Pasal 21*) kewenangannya persetujuan bersama dalam [Pasal 22D (2)***] persidangan masa itu [Pasal 20 (3)*]
  • 21. BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN 21 DAERAH Kewenangan DPD KEWENANGAN DPD dapat I. RUU yang berkaitan dapat ikut memberi melakukan mengajukan membahas pertimbangan dengan: pengawasan • Otonomi daerah ● ● ● • Hubungan pusat dan daerah ● ● ● • Pembentukan dan pemekaran serta ● ● ● • penggabungan daerah Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ● ● ● ekonomi lainnya • Perimbangan keuangan pusat dan daerah ● ● ● • RAPBN ● ● • Pajak ● ● • Pendidikan ● ● • Agama ● ● II. Pemilihan anggota BPK ●
  • 22. BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 22 Peraturan Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang (Perpu) setuju menjadi UU Presiden Perpu itu Dalam hal ihwal harus DPR kegentingan yang mendapat memaksa, berhak persetujuan menetapkan DPR Perpu [Pasal 22 (2)] [Pasal 22 (1)] tidak harus dicabut setuju [Pasal 22 (3)]
  • 23. BAB VIIA. DEWAN PERWAKILAN 23 DAERAH Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui pemilu Anggota DPD dapat [Pasal 22C (1)***] diberhentikan dari DPD jabatannya, yang Anggota DPD dari setiap syarat-syarat dan tata provinsi jumlahnya sama dan caranya diatur dalam jumlah seluruh anggota DPD undang-undang itu tidak lebih 1/3 jumlah [Pasal 22D (4)***] anggota DPR [Pasal 22C (2)***]
  • 24. BAB VIIB. PEMILIHAN UMUM 24 Parpol/ Perseoranga Gabungan Partai Politik n Parpol PEMILIHAN UMUM kpu “luber jurdil” setiap lima tahun Presiden dan anggota anggota anggota Wapres DPR DPRD DPD
  • 25. BAB VIII. HAL 25 KEUANGAN Penyusunan APBN mengajukan [Pasal 23 (2)***] RAPBN memberi Presiden DPR pertimbangan [Pasal 23 (2)***] DPD TIDAK membahas Pemerintah Pemerintah bersama menjalankan menjalankan [Pasal 23 (2)***] persetujuan YA APBN APBN RAPBN tahun lalu [Pasal 23 (3)***]
  • 26. BAB VIII. HAL KEUANGAN 26 Pajak, Pungutan Lain, Macam dan Harga Mata Uang, dan Hal-Hal Lain Mengenai Keuangan Negara Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara (Pasal 23A***) diatur dengan Undang- Undang diatur dengan ditetapkan dengan Hal-hal lain Macam dan harga mengenai keuangan mata uang negara (Pasal 23B****) (Pasal 23C***)
  • 27. BAB VIII. HAL KEUANGAN 27 bank sentral bank sentral Pasal 23D **** Susunan Kedudukan Kewenangan Tanggungjawab Independensi diatur dengan undang-undang
  • 28. BAB VIIIA. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 28 Keanggotaan, Tugas, dan Wewenang Anggota BPK dipilih oleh DPR Hasil dengan pemeriksaan BPK memperhatikan keuangan negara pertimbangan DPD diserahkan dan diresmikan kepada DPR, oleh Presiden DPD, dan DPRD, [Pasal 23F (1)***] sesuai dengan kewenangannya [Pasal 23E (2)***] Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Hasil pemeriksaan tersebut Pemeriksa Keuangan yang ditindaklanjuti oleh lembaga bebas dan mandiri perwakilan dan/atau badan [Pasal 23E (1)***] sesuai dengan undang-undang [Pasal 23E (3)***] BPK berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi [Pasal 23G (1)***]
  • 29. BAB VIIIA. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 29 Pemilihan Anggota BPK [Pasal 23 F (1)***] Presiden calon anggot memilih Anggota DPR calon a BPK diresmikan BPK terpilih pertimbangan DPD
  • 30. BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN 30 Mahkamah Agung Calon hakim agung Hakim agung harus diusulkan oleh memiliki integritas Komisi Yudisial dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan MA kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan berpengalaman di Pasal 24A *** ditetapkan sebagai bidang hukum hakim agung oleh [Pasal 24A (2)***] Umum Agama Presiden [Pasal 24A (3)***] Militer TUN Kewajiban dan Wewenang 1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang- undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang [Pasal 24A (1)***]; 2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***]; 3. memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi [Pasal 14 (1)*].
  • 31. BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN 31 Rekruitmen Hakim Agung [Pasal 24A (3)***] Preside KY calon yang diusulkan DPR calon yang disetujui n hakim agung
  • 32. BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN 32 Komisi Yudisial Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai Anggota Komisi Yudisial diangkat dan KY pengetahuan dan pengalaman di diberhentikan oleh bidang hukum serta Presiden dengan memiliki integritas Pasal 24B *** persetujuan DPR dan kepribadian yang [Pasal 24B (3)***] tidak tercela [Pasal 24B (2)***] Wewenang 1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***]; 2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim [Pasal 24B (1)***].
  • 33. BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN 33 Mahkamah Konstitusi Hakim konstitusi mempunyai harus memiliki integritas sembilan orang anggota dan kepribadian yang hakim konstitusi yang tidak tercela, adil, MK ditetapkan oleh Presiden, negarawan yang yang diajukan masing- menguasai konstitusi dan masing tiga orang oleh MA, ketatanegaraan, serta tidak tiga orang oleh DPR dan merangkap sebagai pejabat tiga orang oleh Presiden negara [Pasal 24C (3)***] [Pasal 24C (5)***] Wewenang dan Kewajiban  berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum [Pasal 24C (1)***];  wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar [Pasal 24C (2)***].
  • 34. BAB IX. KEKUASAAN KEHAKIMAN 34 Rekruitmen anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***] MA DPR Presiden menetapkan mengajukan mengajukan mengajukan 9 (sembilan) 3 (tiga) orang 3 (tiga) orang 3 (tiga) orang orang anggota hakim hakim hakim hakim konstitusi konstitusi konstitusi konstitusi
  • 35. BAB IXA. WILAYAH NEGARA 35 BATAS WILAYAH BATAS ZEE Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas- batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 25A) **
  • 36. BAB X. WARGA NEGARA DAN PENDUDUK 36 warga negara ialah orang-orang Penduduk ialah bangsa Indonesia WARGA warga negara asli dan orang- Indonesia dan orang bangsa lain NEGARA orang asing yang yang disahkan dengan undang- DAN bertempat tinggal di Indonesia undang sebagai PENDUDUK [Pasal 26 (2)**] warga negara [Pasal 26 (1)] Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya [Pasal 27 (1)] Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan [Pasal 27 (2)] Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara [Pasal 27 (3)**] Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28)
  • 37. BAB XA. HAK ASASI MANUSIA 37 berkewajiban menghargai hak untuk hidup serta membentuk keluarga dan orang dan pihak lain serta mempertahankan hidup melanjutkan keturunan, hak anak atas tunduk kepada pembatasan dan kehidupan kelangsungan hidup, tumbuh, dan yang ditetapkan UU (Pasal 28A) ** berkembang serta perlindungan dari (Pasal 28J) ** kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B) ** perlindungan, pemajuan, mengembangkan diri , penegakan, dan pemenuhan mendapat pendidikan, memperoleh HAM adalah tanggung jawab manfaat dari IPTEK, seni dan negara, terutama pemerintah budaya, memajukan diri secara (Pasal 28I) ** HAK kolektif ASASI (Pasal 28C) ** hidup sejahtera lahir dan pengakuan yang sama di batin, memperoleh pelayanan MANUSIA hadapan hukum, hak untuk kesehatan, mendapat kemudahan bekerja dan kesempatan yg sama dan perlakuan khusus untuk dalam pemerintahan, berhak atas memperoleh kesempatan dan status kewarganegaraan manfaat guna mencapai (Pasal 28D) ** persamaan dan keadilan (Pasal 28H) ** kebebasan memeluk agama , berkomunikasi, meyakini kepercayaan, memilih perlindungan diri pribadi , memperoleh, mencari, kewarganegaraan, memilih tempat keluarga, kehormatan, martabat, memiliki, menyimpan, tinggal, kebebasan berserikat, harta benda, dan rasa aman serta mengolah dan berkumpul dan berpendapat untuk bebas dari penyiksaan menyampaikan informasi, (Pasal 28E) ** (Pasal 28G) ** (Pasal 28F) **
  • 38. BAB XI. AGAMA 38 A G A M A Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa [Pasal 29 (1)] Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu [Pasal 29 (2)]
  • 39. BAB XII. PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA 39 Pertahanan dan Usaha pertahanan dan Keamanan Negara keamanan negara Tiap-tiap warga dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan negara berhak dan TNI (AD, AL, AU) POLRI keamanan rakyat wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan semesta oleh TNI dan sebagai alat negara sebagai alat negara POLRI, sebagai keamanan negara bertugas yang menjaga [Pasal 30 (1)**] kekuatan utama, dan mempertahankan, keamanan dan rakyat, sebagai ketertiban melindungi, dan masyarakat bertugas kekuatan pendukung memelihara keutuhan [Pasal 30 (2)**] melindungi, dan kedaulatan mengayomi, melayani negara masyarakat, serta [Pasal 30 (3)**] menegakkan hukum [Pasal 30 (4)**] Susunan dan kedudukan TNI, POLRI, hubungan kewenangan TNI dan POLRI, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang [Pasal 30 (5)**]
  • 40. BAB XIII. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 40 Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang [Pasal 31 (3)****] Setiap warga negara Negara memprioritaskan anggaran wajib mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya pendidikan dasar dan 20% dari APBN dan APBD untuk pemerintah wajib memenuhi kebutuhan membiayainya penyelenggaraan pendidikan [Pasal 31 (2)****] PENDIDIKAN nasional [Pasal 31 (4)****] DAN KEBUDAYAA Pemerintah memajukan ilmu N pengetahuan dan teknologi dengan Setiap warga menjunjung tinggi nilai-nilai agama negara berhak dan persatuan bangsa untuk mendapatkan kemajuan peradaban serta pendidikan kesejahteraan umat manusia [Pasal 31 (1)****] [Pasal 31 (5)****] Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin Negara menghormati dan memelihara kebebasan masyarakat dalam bahasa daerah sebagai kekayaan memelihara dan mengembangkan budaya nasional nilai-nilai budayanya [Pasal 32 (2)****] [Pasal 32 (1)****]
  • 41. BAB XIV. PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN 41 SOSIAL Bumi dan air dan kekayaan alam Cabang-cabang produksi yang yang terkandung di dalamnya penting bagi negara dan dikuasai oleh negara dan menguasai hajat hidup orang dipergunakan untuk sebesar-besar banyak dikuasai oleh negara kemakmuran rakyat [Pasal 33 (2)] [Pasal 33 (3)] diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, disusun sebagai usaha bersama PEREKONOMIA berkelanjutan, berwawasan berdasar atas asas kekeluargaan N NASIONAL lingkungan, kemandirian, serta [Pasal 33 (1)] DAN dengan menjaga keseimbangan KESEJAHTERA kemajuan dan kesatuan ekonomi AN SOSIAL nasional [Pasal 33 (4)****] Negara bertanggung jawab Fakir miskin dan anak-anak atas penyediaan fasilitas yang terlantar dipelihara Negara mengembangkan sistem jaminan pelayanan kesehatan dan oleh negara sosial bagi seluruh rakyat dan fasilitas pelayanan umum [Pasal 34 (1)****] memberdayakan masyarakat yang lemah yang layak dan tidak mampu sesuai dengan martabat [Pasal 34 (3)****] kemanusiaan [Pasal 34 (2)****]
  • 42. BAB XV. BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU 42 KEBANGSAAN ATRIBUT KENEGARAAN  Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih (Pasal 35)  Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36)  Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A) **  Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (Pasal 36B) **
  • 43. BAB XVI. PERUBAHAN UNDANG-UNDANG 43 DASAR Perubahan Pasal-Pasal diajukan secara tertulis dan Usul perubahan diajukan ditunjukkan dengan jelas oleh sekurang-kurangnya bagian yang diusulkan 1/3 dari jumlah untuk diubah beserta anggota MPR [Pasal 37 (1)****] alasannya [Pasal 37 (2)****] MPR sidang MPR dihadiri oleh sekurang- Khusus mengenai kurangnya 2/3 dari bentuk Negara Kesatuan jumlah anggota MPR Republik Indonesia tidak [Pasal 37 (3)****] dapat dilakukan Putusan dilakukan perubahan dengan persetujuan [Pasal 37 (5)****] sekurang-kurangnya 50% + 1 anggota dari seluruh anggota MPR [Pasal 37 (4)****]
  • 44. NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 44 NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik [Pasal 1 (1)] Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. [ Pasal 18 (1)**] Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18B (1)**] Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia , yang diatur dalam undang-undang [Pasal 18B (2)**] Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. (Pasal 25A**)
  • 45. ATURAN PERALIHAN 45 ATURAN PERALIHAN Pasal I Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini ****) Pasal II Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini ****) Pasal III Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung ****)
  • 46. ATURAN TAMBAHAN 46 ATURAN TAMBAHAN Pasal I Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ****) Pasal II Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal ****)
  • 47. SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945 SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945 MPR adalah PENJELMAAN seluruh MPR adalah lembaga rakyat dan merupakan LEMBAGA permusyawaratan rakyat TERTINGGI NEGARA, pemegang yang berkedudukan sebagai dan pelaksana sepenuhnya LEMBAGA NEGARA. kedaulatan rakyat.
  • 48. SEBELUM PERUBAHAN UUD 1945 SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945 Mengubah dan menetapkan UUD; ⇒Menetapkan dan mengubah UUD 1945; Melantik Presiden dan Wapres; ⇒Menetapkan GBHN; Memberhentikan Presiden dan/atau Wapres ⇒Memilih & mengangkat Presiden & Wapres; dalam masa jabatannya menurut UUD; ⇒Membuat Putusan yang tidak dapat Melantik Wapres menjadi Presiden apabila dibatalkan oleh lembaga negara lainnya; Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan ⇒Memberikan penjelasan / penafsiran kewajibannya; terhadap putusan MPR; Memilih dan melantik Wakil Presiden apabila ⇒Meminta pertanggungjawaban Presiden; terjadi kekosongan jabatan Wapres; ⇒Memberhentikan Presiden. Memilih dan melantik Presiden dan Wapres apabila keduanya berhenti secara bersamaan.
  • 49. Tentang: PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA DAN KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002
  • 50. 1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945 “Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003 ” 2. Pasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945 “Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini” 3. Pasal II Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945 “Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini” 4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampai dengan perubahan yang kelima tahun 2002 tentang Peraturan 2002 Tata Tertib MPR RI MPR 5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2003
  • 51.  Meninjau materi dan status hukum setiap TAP MPRS dan TAP MPR;  Menetapkan keberadaan (eksistensi) dari TAP MPRS dan TAP MPR untuk saat ini dan masa yang akan datang; dan  Memberi kepastian hukum.
  • 52. 139 TAP MPRS & TAP MPR (1960 s/d. 2002) “Dikelompokkan Menjadi 6 (enam) Pasal Berdasarkan Materi dan Status Hukumnya”
  • 53. PASAL 1 TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan) PASAL 2 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan) PASAL 3 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan) PASAL 4 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang (11 Ketetapan) PASAL 5 TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan) PASAL 6 TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan (104 Ketetapan)
  • 54. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 1 TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU a 8 ( d elap an ) T A P , yaitu : Ketetapan MPRS RI Nomor X/MPRS/1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara. Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden Republik Indonesia Berhalangan. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Ketetapan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilihan Umum. Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. K ed elap an T A P t er seb u t t elah b er ak h ir m asa b er lak u n ya d an /atau t elah d iatu r d i d alam U n d an g -U n d an g D asar N eg ar a R ep u b lik I n d on esia T ah u n 1 9 4 5
  • 55. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 2 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN A d a 3 ( tig a) T A P , yait u : • Ketetapan MPR S RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme. • Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi. • Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor Timur.
  • 56. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 2 1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 Tentang: TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN: Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai Seluruh ketentuan dalam Ketetapan Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran dan MENGHORMATI HUKUM, PRINSIP Komunisme/Marxisme-Leninisme. DEMOKRASI dan HAK ASASI MANUSIA.
  • 57. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 2 2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998 2. TAP MPR No. XVI/MPR/1998 TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN: Pemerintah berkewajiban mendorong keberpihakan politik ekonomi yang lebih Tentang: memberikan kesempatan dukungan dan pengembangan ekonomi, usaha kecil Politik Ekonomi Dalam Rangka menengah, dan koperasi sebagai pilar Demokrasi Ekonomi ekonomi dalam membangkitkan terlaksananya pembangunan nasional dalam rangka demokrasi ekonomi sesuai dengan hakikat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
  • 58. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 2 3. TAP MPR No. 3. TAP MPR No. V/MPR/1999 V/MPR/1999 TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN: Ketetapan ini tetap berlaku sampai terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan Tentang: Pasal 6 Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999. Penentuan Pendapat di (Karena masih adanya masalah-masalah Timor Timur asset negara, dan hak perdata perseorangan)
  • 59. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 3 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004 Ada 8 (delapan) TAP, yaitu: o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004. o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. o Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000. o Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri Sebagai Presiden Republik Indonesia. o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia. o Ketetapan MPR RI Nomor X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001. o Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional. o Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil Pemilu 2004 telah terbentuk
  • 60. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 4 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu: o TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera. o TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. o TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. o TAP MPR Nomor III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. o TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional. o TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. o TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia. o TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa. o TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan o Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN. o Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
  • 61. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 1. TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera Substansi: Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat dalam melanjutkan pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan Ampera. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan. Hasil Kajian: Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan belum terbentuk maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 62. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 2. TAP MPR Nomor XI /MPR/19 98 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN Substansi: Perlu berfungsinya lembaga-lembaga negara dan penyelenggara negara, menghindarkan praktek KKN serta upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara tegas terhadap siapapun juga. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998. Hasil Kajian: Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum dilaksanakan dan/atau dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 63. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 3.TAP MPR Nomor XV /MPR/19 98 t entang Penyelenggaraan Otonomi Daerah ; Pengaturan, Pembagian , d an Pemanfaatan Sumber Daya Nasional y ang Berkeadilan ; Serta Perimbangan Keuangan Pusat d an Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Substansi: Substansi: Indonesia Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: undang-undang tentang pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B UUD Negara RI Tahun 1945. Hasil Kajian: Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 64. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 4. TAP MPR Nomor III /MPR/ 2000 t entang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peratura n Perundang- u ndangan TAP MPR RI No. III/MPR/2000 UU No. 10 Tahun 2004 Substansi : 1. Tata urutan peraturan perundang-undangan; 2. Lembaga Negara yang berwenang menguji UUD 1945 UUD 1945 undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; 3. Lembaga Negara yang berwenang menguji TAP MPR peraturan perundang-undangan di bawah UU UU/PERPU undang-undang terhadap undang-undang. PERPU PP PP Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: PERPRES Dibentuknya undang-undang sesuai dengan KEPRES substansi TAP MPR RI No. III/MPR/2000. PERDA PERDA Hasil Kajian: Dengan telah terbentuknya 3 (tiga) undang-undang yang mengatur 3 (tiga) substansi utama dalam TAP MPR RI No. III/MPR/2000, yaitu: 1. UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang di dalamnya diatur tentang Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan; 2. UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK yang mengatur bahwa kewenangan menguji UU terhadap UUD dilakukan oleh MK; dan 3. UU Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA yang menegaskan bahwa kewenangan menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang dilakukan oleh MA; maka Ketetapan ini tidak berlaku lagi.
  • 65. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 5. TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional Substansi: Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai masalah bangsa mencapai tujuan nasional. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain melalui pemerintahan yang mampu mengelola kehidupan secara baik dan adil, serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan dalam TAP MPR RI No. V/MPR/2000. Hasil Kajian: Berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai pedoman dalam penyusunan berbagai kebijakan maupun penyusunan peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Nasional serta menjamin keutuhan NKRI maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy)
  • 66. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Substansi: Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, menentukan peran dan fungsi masing-masing, serta terwujudnya kerjasama dan saling membantu. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan kelembagaan TNI dan POLRI. Hasil Kajian: Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan UU No. 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan UU No. 34/2004 tentang TNI, namun kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI masih perlu diatur dengan undang-undang maka Ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 67. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 7. TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran TNI dan Peran POLRI Substansi: Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan, dan keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4) dan pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan UUD, dan pembentukan undang-undang tentang penyelenggaraan wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas bantuan antara TNI dan POLRI. Hasil Kajian: Belum terbentuknya undang-undang mengenai penyelenggaraan wajib militer, dan tugas bantuan antara TNI dan POLRI maka Ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 68. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa Substansi: Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakkan hukum yang berkeadilan dan berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta menjiwai seluruh pembentukan undang-undang. Hasil Kajian: Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan maupun penyusunan peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara maka Ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 69. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan Substansi: Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui visi ideal, visi antara dan visi lima tahunan. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan Hasil Kajian: Dengan dijadikan TAP MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan sebagai salah satu landasan operasional dari Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, bahkan menjadi sumber inspirasi, motivasi, kreativitas, serta arah kebijakan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 70. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 10. Ketetapan MPR Nomor VIII /MPR/ 2001 T entang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan da n Pencegahan KKN Substansi: Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan lebih menjamin efektivitas pemberantasan KKN sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk percepatan dan efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan ini. Hasil Kajian: Karena amanat dari TAP MPR RI No. VIII/MPR/2001 belum dilaksanakan dan/atau dituangkan ke dalam undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 71. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 P asal 4 11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Substansi: • Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum; • Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal, adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003: Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM, supremasi hukum, KESRA, demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender, pemeliharaan sumber agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi yang akan datang, memperhatikan daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat, desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat dan individu sesuai dengan arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan ini. Hasil Kajian: Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan berbagai undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam secara konprehensif. Oleh karena itu Ketetapan ini tetap berlaku (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
  • 72. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 5 TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR HASIL PEMILU 2004 Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu: TAP MPR No. II/MPR/1999 TAP MPR No. I/MPR/2000 TAP MPR No. II/MPR/2000 TAP MPR No. V/MPR/2001 TAP MPR No. V/MPR/2002 sudah tidak berlaku lagi karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib MPR hasil PEMILU 2004.
  • 73. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 PASAL 6 TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN HUKUM LEBIH LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL ( EINMALIG ), TELAH DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI DILAKSANAKAN Ketetapan di dalam pasal ini berjumlah 104 Ketetapan.
  • 74. KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 1/MPR/2010 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI TATA CARA PERUBAHAN UUD 1945 (PASAL 91-92) usul tertulis dan jelas diajukan ke Pimpinan usul diajukan 1/3 pasal yang diusulkan dan dibuatkan jumlah Anggota beserta alasannya berita acara [Pasal 91 ayat (1)] [Pasal 91 ayat (2)] [Pasal 92 ayat (1 dan 2)] usul perubahan tidak Pemeriksaan paling Pimpinan memeriksa dapat ditarik setelah lama 30 hari kelengkapan 3x24 jam [Pasal 92 ayat (6)] [Pasal 92 ayat (5)] [Pasal 92 ayat (3 dan 4)]
  • 75. KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 1/MPR/2010 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI TATA CARA PERUBAHAN UUD 1945 PIMPINAN MEMERIKSA KELENGKAPAN USUL PERUBAHAN (PASAL 94) Tidak memenuhi kelengkapan persyaratan usul ditolak Usul Pimpinan Perubahan Anggota Usul perubahan menerima salinan dinyatakan lengkap usul tertulis ≤ 60 hari Sidang paling lambat 14 Paripurna MPR hari sebelum [Pasal 94 ayat (2)] Sidang Paripurna [Pasal 94 ayat (3)]
  • 76. KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 1/MPR/2010 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN (PASAL 102 -103) 2 DPR MK (Usul Pemberhentian 1 memeriksa, mengadili, Presiden/ Wakil dan memutuskan Presiden) paling lama 90 hari 3 MPR paling lambat 4 30 hari wajib Usul DPR disertai menyelenggarakan Putusan MK sidang dilengkapi keputusan MK
  • 77. KEPUTUSAN MPR RI NOMOR 1/MPR/2010 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MPR RI TATA CARA PEMBERHENTIAN PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN (PASAL 102 -103) a. MPR menyelenggarakan sidang untuk mengambil putusan tentang usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden pada masa jabatannya yang diajukan DPR setelah adanya putusan MK paling lambat 30 hari setelah MPR menerima usul tersebut; b. Pimpinan MPR mengundang Anggota MPR untuk mengadakan Rapat Paripurna; c. Pimpinan MPR mengundang Presiden dan/atau Wakil Presiden untuk menyampaikan penjelasan yang berkaitan dengan usul pemberhentiannya kepada Rapat Paripurna MPR; d. Presiden dan/atau Wakil Presiden wajib hadir untuk memberikan penjelasan atas usul Pemberhentiannya tersebut; e. apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak hadir untuk menyampaikan penjelasan, maka MPR tetap mengambil putusan.