SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  102
Télécharger pour lire hors ligne
1



   ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEINGINAN
MENABUNG DAN MEMPEROLEH PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH
              DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM



                                         Aiyub


The research was conducted in Nanggroe Acheh Darussalam Province, it aimed to
indentify characteristic of society clasification and behaviour toward Islamic
banking, and also mapping potency of network developed Islamic banking in
research area. Research method was quantitative with logistic Regression Model and
Chow test. The result of the research indicated society behaviour mostly unknown
about system and islamic banking product. Society behaviour has two sides, namely
willingness to save and to get fund from Islamic Bank. It indicated mostly willingness
to save, was 462 person (92,4%) an addition, willingness to get fund was great also.,
it was 466 person (93,2%). Simoultaneously both funding side and saving side
indicated potency to develop Islamic Bank, it was at middle catagory. Although
patially it has the great potency. Chow Test indicated different among 7 research
areas, each area has differented characteristic. Therefore the developed Islamic Bank
in NAD Province need to searched partially.

Key word : Syariah Banking, Potence, Preference and behaviour




           Aiyub adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

                                              1




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
2       Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




Pendahuluan
        Banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan
perbankan syariah di Indonesia dan juga di NAD. Permasalahan yang muncul antara
lain adalah rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap perbankan syariah terutama
disebabkan oleh dominasi perbankan konvensional. Disamping itu, struktur
pengetahuan dan persepsi masyarakat yang sudah terbangun sekian lama terhadap
bank konvesional, tentu saja tidak mudah untuk diarahkan kepada perbankan yang
berazaskan Syariah Islam. Dengan alasan itu, penelitian ini dirasa penting untuk
mengungkapkan bagaimana struktur persepsi masyarakat NAD saat ini, serta
bagaimana peluang dan strateginya untuk dirubah agar lebih menerima perbankan
syariah. Meskipun perbankan syariah dikenal belum lama, adalah menarik untuk
mempelajari bagaimana karakteristik masyarakat yang selama ini telah mengadopsi
bank syariah. Apakah karakter tersebut bersifat khas, dan apakah mereka merupakan
pasar yang potensial untuk kedepan? Lebih khusus lagi, perlu pula digali bagaimana
potensi perbankan secara umum, baik sektor usaha maupun segmen masyarakatnya,
serta dimana lokasi yang sesuai untuk pengembangannya.
        Sejalan dengan pelaksanaan Syariat Islam di NAD yang telah berjalan selama
empat tahun lebih, berbagai upaya dan langkah terus ditempuh oleh pihak yang
mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan Syariat Islam secara kaffah dalam
segala aspek kehidupan termasuk aspek perbankan syariah. Seiring dengan itu
rehabilitasi dan rekontruksi di NAD dan Nias pasca gempa bumi dan tsunami perlu
dilakukan berbagai kegiatan yang dapat mendukung pelaksanaan Syariat Islam dan
kebijakan-kebijakan untuk masa yang akan datang khususnya dalam aspek perbankan
syariah, oleh sebab itu perbankan syariah perlu mengembangkan jaringan
perbankannya dengan berbagai upaya baik melalui peningkatan pemahaman
masyarakat mengenai produk, mekanisme, sistem dan seluk beluk perbankan syariah,
perkembangan jaringan perbankan syariah akan tergantung pada besarnya demand
masyarakat terhadap sistem perbankan ini.
        Oleh karena itu, agar kegiatan sosialisasi dalam rangka peningkatan
pemahaman masyarakat terhadap Syariat Islam dalam sektor perbankan syariah agar
lebih efektif diperlukan informasi yang lengkap mengenai karakteristik dan perilaku
nasabah/calon nasabah terhadap perbankan syariah.
       Penelitian yang bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan akurat
mengenai hal-hal tersebut diperlukan sejalan dengan keinginan agar kebijakan dalam
pelaksanaan Syariat Islam mengenai perbankan syariah dapat ditumbuh kembangkan
dalam masyarakat, begitu juga kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
terhadap perbankan syariah di NAD haruslah didasarkan pada hasil penelitian yang
dapat dipertanggungjawabkan (research-based policy making). Adapun yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah :
(1) Bagaimana perilaku kelompok masyarakat di wilayah penelitian terhadap
    perbankan Islam.
(2) Bagaimana peta potensi pengembangan jaringan perbankan Islam di wilayah
    penelitian.
3



Landasan Teoritis
        Penelitian ini merupakan studi awal untuk mengetahui persepsi masyarakat di
Nanggroe Aceh Darussalam, karena keterbatasan dana dan waktu, penelitian ini
hanya dibatasai pada tujuh buah Kabupaten dan Kota, sementara masih terdapat 14
Kabupaten dan Kota lainnya yang tidak termasuk dalam wilayah penelitian untuk
studi awal ini. Populasi yang menjadi sampel hanya 500 orang untuk tujuh
Kabupaten. Namun demikian Kabupaten dan Kota serta sampel yang dipilih sudah
cukup mewakili daerah penelitian. Rencana pengembangan ke depan diharapkan
Kabupaten dan Kota yang dipilih serta masyarakat yang menjadi sampel jauh lebih
banyak dari studi awal ini. Yang terpenting dari rencana pengembangan hasil
penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai landasan yang kuat bagi pengembangan
bank syariah di Nanggroe Aceh Darussalam.
        Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori preferensi dan
pilihan konsumen. Menurut teori preferensi dan pilihan konsumen, seorang
konsumen dalam membuat keputusan terhadap apa yang ingin dibelinya melalui
beberapa proses, yaitu proses pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, proses pembelian dan perilaku pascapembelian (Engel, Blackwell, Miniard,
1994). Dalam proses pengenalan kebutuhan seseorang akan mencari tentang manfaat
dari produk tersebut atau konsumen berusaha menemukan sumber motivasi yang
menyebabkan dia tertarik dan melibatkan diri dalam produk tersebut. Dalam proses
selanjutnya konsumen akan berusaha mendapatkan informasi yang lebih detail
mengenai produk tersebut dalam hal ini konsumen akan mencoba mencari media-
media informasi yang menginformasikan tentang produk tersebut, misalnya media
cetak atau media elektronik.
       Tahap selanjutnya seorang konsumen akan melakukan evaluasi alternatif yang
menjadi pertimbangan awal bagi konsumen untuk mendapatkan produk tersebut.
Termasuk dalam pertimbangan pada tahap ini adalah mengenai harga, mutu atau
merk dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh barang tersebut dibandingkan
dengan barang lainnya. Setelah semua selesai dan matang dalam pertimbangan
kemudian proses selanjutnya adalah proses pengambilan keputusan yaitu membeli
atau tidak barang tersebut. Seandainya konsumen akhirnya memutuskan untuk
membeli maka hal penting yang perlu diketahui adalah perilaku konsumen
pascapembelian. Dalam hal ini adalah sejauhmana konsumen merasa puas terhadap
apa yang dibelinya. Adakah membawa kepada imeg yang baik atau buruk bagi
pembuatan keputusan selanjutnya. (Dijelaskan berdasarkan Gambar 1)




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
4        Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




                                       PENGENALAN
                                       KEBUTUHAN
                                      Manfaat yang dicari
                                          Motivasi
                                         Keterlibatan


                                        PENCAIRAN
                                        INFORMASI
                                      Sumber Informasi
                                      Media Berpengaruh
                                       Fokus Perhatian


                                          EVALUASI
                                        ALTERNATIF
                                      Pertimbangan Awal
                                        Indikator Mutu


                                    PROSES PEMBELIAN
                                      Alasan Pemilihan
                                        Jenis Tempat
                                        Pengeluaran


                                         PERILAKU
                                     PASCAPEMBELIAN
                                      Tingkat Kepuasan
                                          Loyalitas

                    Gambar 1. Proses Keputusan Konsumen
                  Sumber : Engel, Blackwell, Minard (1994)

        Pandangan dalam teori “Veblen Effects” juga menjadi sorotan dan
pertimbangan tersendiri dalam penelitian ini, menurut Veblen, konsumsi atraktif yang
dilakukan konsumen dipengaruhi oleh elemen sosiologi dan psikologi dimana hal ini
kemudian mempengaruhi terhadap fungsi permintaan. Elemen tersebut menjadi faktor
bahwa turunan utilitas dari suatu unit komoditi yang digunakan untuk konsumsi
atraktif tidak hanya tergantung dari tingkat kualitas sejenis dari barang tersebut tetapi
juga harga yang dibayarkan untuk unit barang tersebut. (Anny Ratnawati, dkk,
2001).
5



       Menurut Bentler dan Speckart (1997) mengatakan bahwa minat atau
keinginan seseorang untuk memperoleh atau mendapatkan (membeli) sesuatu produk
atau barang selain secara langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor sikap dan norma
subjektif, juga dipengaruhi oleh faktor perilaku sebelumnya. Model Bentler dan
Speckart merupakan pengembangan dari reasoned action model Fishbein dan Ajzein
yang diformulasikan sebagai berikut :
B ~ BI = w1 AB + w2 SN
AB = E(bi) (ei)
SN = E(NBj) (MCj)
        Dimana B adalah perilaku tertentu, BI adalah minat konsumen untuk
melaksanakan perilaku B, AB adalah sikap konsumen untuk melaksanakan perilaku
B, bi adalah kekuatan dari keyakinan penting (probabilitas subjektif yang dipegang
oleh seorang konsumen bahwa melaksanakan perilaku B cenderung menimbulkan
akibat i ("akibat" mencakup konsekuensi, upaya, biaya, karakteristik, dan atribut
lain), ei adalah evaluasi tentang akibat i, SN merupakan norma subjektif yang
berkaitan dengan apakah orang lain j (referen) menghendaki konsumen tersebut
melakukan perilaku B, NBj adalah keyakinan normatif dari konsumen bahwa orang
penting lain (referen) j berpendapat ia seyogyanya atau tidak seyogyanya
melaksanakan perilaku B, MCj adalah motivasi konsumen untuk menuruti pengaruh
dari referen j, w1 dan w2 merupakan bobot regresi yang ditentukan secara empiris, n
adalah banyaknya keyakinan penting yang dipegang oleh konsumen tersebut
berkenaan dengan pelaksanaan perilaku B dan M merupakan banyaknya referen yang
relevan.
       Menurut Markoni Badri (2003) mengatakan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk atau jasa, seperti faktor
budaya (culture), sosial (social), pribadi (personal), dan faktor psikologis
(psychological factor). Faktor psikologis yang berhubungan dengan keyakinan
(agama) konsumen biasanya akan lebih sensitif dan lebih respon dibandingkan,
beberapa teori dan pandangan di atas menjadi landasan pembuatan kerangka pikir
dalam penelitian ini.
       Penelitian tentang perilaku, karakteristik, dan persepsi masyarakat terhadap
Bank Islam khususnya di Indonesia masih sangat terbatas. Namun penelitian
pendahuluan yang dilakukan Wibisana dkk. (1999) di Jawa Timur secara sederhana
dapat memberikan gambaran awal tentang perilaku dan persepsi masyarakat terhadap
Bank Islam. Penelitian lain tentang masalah yang sama dilakukan di Jordan oleh Erol
dan El-Bdour (1989) dan El-Bdour (1984).
        Penelitian yang lebih lengkap tentang potensi, preferensi dan perilaku
masyarakat terhadap Bank Syariah dilakukan oleh Bank Indonesia bekerja sama
dengan Pusat Penelitian Kajian Pembangunan Lembaga Penelitian Undip (2004),
penelitian ini mengambil lokasi di Jogyakarta. Hasil penelitian menemukan bahwa
preferensi masyarakat terhadap tingkat kompatibilitas menunjukkan tingkat
kecocokan terhadap System perbankan syariah dimana sebagian besar masyarakat



STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
6       Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




tidak setuju terhadap tingkat kompatibilitas dari perbankan syariah. Tingkat
kompatibilitas terendah terlihat pada Kabupaten Demak,Kota Semarang dan
Kabupaten Kendal. Dari sisi perilaku masyarakat yang dilihat dari dua aspek masing-
masing keinginan masyarakat untuk menabung dan memperoleh pembiayaan dari
perbankan syariah, penelitian ini menemukan sekitar 59,00 persen yang
menginginkan menabung di perbankan syariah dan 55,11 persen yang menyatakan
menginginkan untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan syariah. Ditinjau dari
pengembangan Bank Syariah di Jawa Tengah maupun DIY dapat dilihat bahwa
pengembangan perbankan syariah mempunyai prospek yang mengembirakan. Hal ini
tercemin dimana sebagian besar responden mempunyai respon yang positif meskipun
mereka belum mengenal tentang sistem dan produk-produk perbankan syariah.
       Studi pendahuluan tentang Persepsi Masyarakat tentang Bank Perkreditan
Rakyat Islam di Jawa Timur (Wibisana dkk. 1999) menunjukkan adanya
keberagaman persepsi masyarakat terhadap B`ank Islam. Pemahaman tentang bunga,
misalnya, menunjukkan bahwa sebagian besar (yaitu 55%) masyarakat (responden)
mengatakan halal. Persepsi tersebut didukung oleh sebagian ulama dan santri yang
mengatakan bahwa bunga bank hukumnya halal. Dari seluruh responden yang
berjumlah 60 orang hanya 10% yang mengatakan haram, selebihnya mengatakan
subhat dan tidak tahu. Dari temuan tersebut dapat diketahui bahwa ada indikasi
bahwa masyarakat belum memahami keberadaan bank Islam secara lengkap.
(Wibisana dkk. 1999, 43-8; cf. Erol dan El-Bdour 1989; El- Bdour 1984).
       Temuan di atas sebetulnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh
Erol dan El-Bdour (1989). Penelitian yang dilakukan di Jordan tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat sebetulnya lebih berorientasi pada profit dari pada kepatuhan
mereka kepada perintah agama. Dengan kata lain, motivasi agama bukan merupakan
faktor dominan yang dipertimbangkan untuk memilih bank syariah, tetapi motivasi
yang kuat adalah berdasarkan pada motif profit oriented (Erol dan El-Bdour 1989,
33). Temuan ini juga memperkuat hasil penelitian El- Bdour (1984) sebelumnya.
       Apa yang diungkapkan diatas merupakan sebuah potret tentang persepsi
masyarakat terhadap Bank Islam. Namun demikian, pemahaman masyarakat tentang
bunga hanya merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi preferensi
masyarakat terhadap Bank Islam. Penelitian yang lebih mendalam dan lengkap masih
sangat diperlukan untuk mengetahui preferensi dan perilaku masyarakat terhadap
Bank Islam.

Metodelogi Penelitian
Populasi dan Sampel
       Penelitian ini dilakukan di Nanggroe Aceh Darussalam, untuk wilayah sampel
Utara/Timur dipilih Kabupaten Aceh Utara dan Lhokseumawe. Wilayah yang dekat
dengan ibukota Provinsi NAD dipilih Kabupaten Aceh Besar. Untuk wilayah tengah
(pegunungan) dipilih Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Dan,
wilayah kepulauan dipilih Kabupaten Sabang.
7



       Pengambilan sampel lokasi didasarkan atas pertimbangan (1) potensi agama
(Islam) dan (2) potensi ekonomi. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi potensi
agama (Islam) meliputi: (a) jumlah masjid dan meunasah, (b) proporsi jamaah haji
terhadap penduduk muslim dan (c) proporsi penduduk muslim terhadap jumlah
penduduk secara keseluruhan. Sedangkan potensi ekonomi meliputi (1) tingkat
pertumbuhan ekonomi, (2) PDRB perkapita dan (3) proporsi PAD terhadap APBD,
jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan, aktivitas perdagangan, aktivitas
perbankan dan pertimbangan peneliti.
        Jumlah responden yang dikumpulkan adalah minimal sebanyak 100
responden untuk setiap Kabupaten/kota, yang terdiri atas: 20 responden pengusaha
(produsen) dan 80 responden masyarakat (konsumen atau rumah tangga konsumsi).
Yang dimaksudkan pengusaha (produsen) adalah termasuk masyarakat atau rumah
tangga yang bergerak dalam kegiatan menghasilkan atau menjual barang atau jasa,
misalnya pedagang besar atau pedagang kecil. Sedangkan masyarakat (rumah tangga
konsumsi) adalah masyarakat sebagai konsumen, misalnya PNS, TNI/Polri,
Pelajar/Mahasiswa, karyawan swasta, dan lain-lain. Penentuan lokasi kecamatan
terpilih di setiap kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kriteria yang sama
dalam pemilihan kabupaten/kota. Pengambilan responden dipilih secara accidental
dengan memperhatikan penyebaran antar kecamatan.

Metode Analisis Data
         Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan pengujian
terhadap alat ukur (kuisioner). Kuisioner yang akan digunakan sebagai alat
pengumpulan data perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas
dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment (person) sedangkan uji
reliabilitas dilakukan dengan uji Crobach Alpha. Untuk mengetahui preferensi dan
perilaku masyarakat terhadap perbankan Islam digunakan metode skoring dan untuk
memperoleh gambaran tentang hubungan antar variabel digunakan Logistic
Regression. Pembentukan model dalam penelitian berdasarkan kerangka Pikir seperti
yang tercantum pada gambar 2.
                       POTENSI
                       1. Demografi
                       2. Ekonomi
                       3. Nilai Sosial                                              PERILAKU THD
                       4. Sistem Sosial                                            PRODUK SYARIAH
                                                         SIKAP
                                                                                  Menerima atau Menolak
                                                Menerima atau Menolak
                                                                                     1. Tabungan
    LOKASI




                                               1. Prinsip Syariah
                                               2. Produk Syariah                     2. Pembiayaan


                     PREFERENSI
                     1. Keuntungan Relatif
                     2. Kompatibilitas
                     3. Kompleksitas
                     4. Triabilitas


                                        Gambar 2. Model Kerangka Pikir
                   Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
8            Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007



Keterangan :
      De                   = Demografi                   Ec          = Ekonomi
      De1                  = Jenis Kelamin               Ec1         = Pekerjaan
      De2                  = Umur                        Ec2         = Pendapatan
      De3                  = Pendidikan                  Ec3         = Aksebilitas Wilayah

         Sv         = Nilai Sosial              Ss                   = Sistem Sosial
         Sv1        = Keragamaan                Ss1                  = Toleransi Thd Penyimpangan Agama
         Sv2        = Keterbukaan Terhadap Ss2                       = Akses terhd Informasi
                      Hal baru
         Pf= Preferensi                         D                    = Lokasi
         Pf1        = Keuntungan Relatif                             (Aceh Utara, Lhokseumawe,
         Pf2        = Kompatibilitas                                 A.Tengah, Bener Meriah,
         Pf3        = Kompleksitas                                   Aceh Besar, Aceh Barat dan
         Pf4        = Triabilitas/Observabilitas                     Sabang)

         Sumber : dimodivikasi dari PPKP-LP Undip (2000)

       Estimasi pengembangan bank Islam dari sisi tabungan dan pembiayaan akan
digunakan model logit dengan persamaan sebagai berikut : (Gujarati, 1995;555).
  Pi
        = e zi ..................................................................................................(1)
1 − Pi
                 k
Z i = β o + ∑ β i X ij .......................................................................................(2)
                j =1

Jadi :
                       k
          β o + ∑ β i X ij
  Pi
       = e j =1            .........................................................................................(3)
1 − Pi

Berdasarkan kerangka pemikiran teoritik maka persamaan (2) tersebut dapat
dioperasionalisasikan sebagai berikut :

Z i = α 0 + ∑ α i Deij + ∑ β i Ecij + ∑ χ i Svij + ∑ δ i Ss ij + ∑ φi Pf ij ...........................(4)

Dimana :
                Zi = Sikap Masyarakat Bank Syariah
                De = Demografi (jenis kelamin, umur dan pendidikan)
                Ec = Ekonomi (jenis pekerjaan, pendapatan dan aksebilitas wilayah)
                Sv = Nilai Sosial (keberagamaan dan sikap terbuka menerima hal yang
                      baru)
                Ss = Sistem Sosial (toleransi terhadap penyimpangan agama, kemampuan
                      akses informasi)
                Pf = Preferensi (keuntungan Relatif, Kompleksitas, Bagi Hasil, Triabilitas)
                α = adalah Konstanta
                αi,βi,χi,δi,Фi = Koefisien variabel yang diestimasi
9



        Untuk mencapai tujuan ke dua, akan digunakan model alternatif yaitu model
chow test (Gujarati, 1995; 263 – 264). Dengan menggunakan model tersebut akan
diuji apakah perbedaan persamaan regresi antar Kabupaten dan Kota berbeda atau
sama. Dengan menggunakan model tersebut dapat dibuat mapping mengenai potensi
pengembangan Bank Islam dan karakteristik kelompok masyarakat dan perilakunya
terhadap Bank Islam.

Hasil Penelitian
       Pengetahuan masyarakat tentang Bank Syariah sangat terbatas, masih sebatas
pernah mendengar namanya saja dan tidak semua dari mereka yang mengaku pernah
mendengar mampu menyebutkan dengan baik nama Bank Syariah. Kebanyakan
masyarakat mendengar Bank Syariah dari media massa dan dari teman, di samping
dari media lainnya. Pengetahuan masyarakat tentang sistem pengelolaan Bank
Syariah juga masih sangat rendah, hanya 47 orang (9.4%) yang tahu tentang sistem
bagi hasil dan 1 orang saja (0,2%) yang tahu tentang wadiah. Demikian pula
pengetahuan masyarakat terhadap produk Bank Syariah, baik produk penghimpun
dana (3.2%), produk penyaluran dana (2.4%) dan produk jasa (0%) masih sangat
rendah sekali.
       Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap Bank Syariah melahirkan
persepsi atau pandangan yang keliru terhadap Bank Syariah dan ini akan membentuk
preferensi yang rendah pula yang berakhir dengan rendahnya keputusan masyarakat
untuk memilih Bank Syariah. Persepsi masyarakat terhadap bunga yang diberikan
oleh Bank Konvensional masih beragam, 80 orang (16%) mengatakan halal, 298
orang (59.60%) mengatakan haram, 114 orang (22.80%) menyebutkan subhat dan 8
orang (1,6%) mengatakan ragu-ragu.
        Preferensi masyarakat terhadap keuntungan relatif (68%), Sistem bagi hasil
(71%), multi keuntungan (72.6%) dan kesungguhan mencari informasi (63.4%).
Dari keempat konstruk yang ditanyakan ternyata menunjukkan preferensi yang sangat
tinggi dan ini menunjukkan pengembangan Bank Syariah sangat berpotensi tinggi.
Keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah sangat tinggi
yaitu 462 orang (92.4%) dan 446 orang (93.2%) (hasil penambahan antara jawaban
sangat bersedia dan bersedia)
                                       Tabel. 1
          Perilaku Masyarakat Terhadap keinginan Menabung dan Memperoleh
                        Pembiayaan Pada Bank Syariah
                                                            Sangat
      Katagori         Sangat              Ragu- Tidak       Tidak   Jlh
                      Bersedia Bersedia Ragu Bersedia Bersedia
              Jumlah     77        385       36      1         1     500
 Menabung
              Persen    15.4        77      7.2     0.2       0.2    100
              Jumlah    119        347       30      4         0     500
 Pembiayaan
              Persen    23.8      69.4        6     0.8        0     100
Sumber : Data Penelitian Lapangan (2006)




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
10       Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




       Berdasarkan hasil regresi logistik seperti dalam Tabel 2 menunjukkan Jenis
Kelamin (De1), Pendapatan (Ec2), Keberagamaan (Sv1), Toleransi Terhadap
Penyimpangan Agama (Ss1), Akses Terhadap Informasi (Ss2), Kompatibilitas (Pf2),
Kompleksitas (Pf3) dan Triabilitas (Pf4) berpengaruh secara positif terhadap
keinginan menabung sedangkan variabel Umur (De2), Pendidikan (De3), Pekerjaan
(Ec1), Aksebilitas Wilayah (Ec3), Pendidikan (Sv2) dan Keuntungan Relatif
mempunyai pengaruh secara negatif terhadap keinginan menabung.
                                                   Tabel 2
                            Hasil Regresi Logistik Terhadap Keinginan Menabung
                                             Pada Bank Syariah
                                                                        Variables in the Equation

                                                 B                  S.E.                Wald                   df       Sig.          Exp(B)
          Step
            a
                       De1                            1.139                 .794            2.058                   1          .151        3.122
          1            De2                           -1.001                1.115             .807                   1          .369          .367
                       De3                            -.508                 .523             .944                   1          .331          .601
                       Ec1                            -.103                 .100            1.059                   1          .303          .902
                       Ec2                             .146                 .518             .080                   1          .778        1.157
                       Ec3                            -.703                 .937             .564                   1          .453          .495
                       Sv1                             .481                1.163             .171                   1          .679        1.617
                       Sv2                            -.242                 .683             .126                   1          .723          .785
                       Ss1                             .570                1.071             .283                   1          .595        1.768
                       Ss2                             .572                1.018             .315                   1          .574        1.771
                       Pf1                            -.866                 .534            2.627                   1          .105          .421
                       Pf2                             .257                 .575             .199                   1          .655        1.293
                       Pf3                             .524                 .419            1.564                   1          .211        1.689
                       Pf4                             .959                 .591            2.636                   1          .104        2.609
                       Constant                       1.872                1.987             .888                   1          .346        6.502
             a.   Variable(s) entered on step 1: De1, De2, De3, Ec1, Ec2, Ec3, Sv1, Sv2, Ss1, Ss2, Pf1, Pf2,
                  Pf3, Pf4.



         Sumber : Data diolah (2006)
       Dari sisi keinginan memperoleh pembiayaan, hasil regresi logistik
menunjukkan bahwa variabel (De1), (Ec2), (Sv1), (Ss1), (Ss2), (Pf2) dan (Pf4)
memiliki hubungan positif dengan keinginan menabung sedangkan variabel (De2),
(De3), (Ec1), (Ec3), (Sv2), (Pf1) dan (Pf3) memiliki hubungan negatif dengan
keinginan menabung pada Bank Syariah.
          Hasil uji Chow Test dari sisi tabungan ditemukan bahwa nilai Fhitung (104,63)
> dari nilai Ftabel (2,51), dan demikian pula dari sisi pembiayaan nilai Fhitug (95,68) >
nilai Ftabel (2,51) hal ini menunjukkan bahwa wujudnya perbedaan yang sangat
signifikan antar daerah penelitian. Masing-masing daerah menunjukkan karakteristik
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
        Untuk mengetahui bagaimana peta potensi pengembangan Bank Syariah di
wilayah penelitian, maka dilihat hubungan masing-masing faktor dengan cara
menggabungkan skor masing-masing variabel atau faktor yang telah dimasukkan ke
dalam model, yaitu faktor demografi, faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor sistem
sosial. Di mana faktor demografi dihitung dengan variabel umur dan jenis pendidikan
serta pertimbangan jumlah penduduk masing-masing wilayah penelitian, faktor
ekonomi diukur dengan variabel tingkat pendidikan dan kemampuan akses wilayah,
faktor sosial diukur melalui variabel keragamaan dan sikap keterbukaan terhadap hal
yang baru sedangkan faktor sistem sosial diukur melalui sikap toleransi terhadap
penyimpangan agama dan kemampuan akses terhadap informasi. Nilai atau range
11



skor dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu katagori rendah (0-50,99 point), katagori
sedang (51-75,99 point) dan katagori tinggi (76-100 point)

                                     Tabel 4
   Pemetaan Daerah Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Bank Syariah Dilihat dari
                                 Sisi Tabungan
                                  KATAGORI
 No Kabupaten                               Nilai   Sistem      Karakteristik
                   Demografi Ekonomi
                                           Sosial   Sosial
  1        2           3           4         5         6              7
  1 Aceh Utara     Tinggi      Sedang    Tinggi   Tinggi     Sangat Potensial
  2                     Sedang         Sedang     Tinggi      Tinggi        Potensial
       Lokseumawe
       Aceh
  3                     Sedang         Sedang     Sedang      Rendah        Sedang
       Tengah
       Bener
  4                     Rendah         Tinggi     Sedang      Rendah        Sedang
       Meriah
  5    Aceh Besar       Sedang         Rendah     Sedang      Tinggi        Sedang
  6    Aceh Barat       Sedang         Tinggi     Rendah      Rendah        Sedang
  7    Sabang           Rendah         Rendah     Sedang      Rendah        Kurang Potensial
       Jumlah           Sedang         Sedang     Sedang      Sedang        Sedang
Sumber : Data Penelitian Lapangan diolah, 2006

        Berdasarkan hasil pemetaan potensi pengembangan Bank Syariah dari sisi
tabungan di wilayah penelitian, maka terlihat bahwa Kabupaten Aceh Utara sangat
potensial untuk dikembangkan Bank Syariah karena memiliki potensi demografi,
nilai sosial dan sistem sosial yang tinggi walaupun memiliki nilai ekonomi yang
sedang. Lhokseumawe juga lahan yang potensial untuk dikembangkan Bank Syariah
karena Lhokseumawe memiliki penduduk yang relatif banyak (sedang), tingkat
ekonomi masyarakat yang relatif tinggi (sedang) serta memiliki nilai sosial serta
sistim sosial yang tinggi. Sedangkan Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh
Besar dan Aceh Barat memiliki potensi yang sedang untuk pengembangan bank
syariah karena umumnya daerah tersebut memiliki kemampuan akses informasi dan
aksebilitas wilayah yang masih agak rendah.
        Namun dari sisi ekonomi terlihat Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Barat
memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Sedangkan kota
Sabang hasil pemetaan menunjukkan bahwa daerah tersebut untuk sekarang ini
kurang potensial untuk dikembangkan Bank Syariah, hal ini disebabkan karena
Sabang dari segi demografi memiliki jumlah penduduk yang tergolong rendah,
kemudian tingkat ekonomi dan sistem sosial terutama kemampuan akses informasi
juga tergolong dalam katagori rendah, walaupun dari nilai sosial Sabang memiliki
nilai yang agak tinggi (sedang).




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
12        Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




                                 Tabel 5
    Pemetaan Daerah Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Bank Syariah
                          Dari Sisi Pembiayaan
                                    KATAGORI
                                                                Karakteri
 No Kabupaten                                           Sistem
                 Demografi Ekonomi         Nilai Sosial             stik
                                                         Sosial
 1      2            3           4              5          6         7
                                                                Sangat
 1 Aceh Utara    Tinggi      Sedang      Tinggi         Tinggi
                                                                Potensial
  2                       Sedang         Sedang     Tinggi            Tinggi   Potensial
       Lhokseumawe
  3    Aceh Tengah        Sedang         Sedang     Sedang            Rendah   Sedang
  4    Bener Meriah       Rendah         Tinggi     Sedang            Rendah   Sedang
  5    Aceh Besar         Sedang         Rendah     Sedang            Tinggi   Sedang
  6    Aceh Barat         Sedang         Tinggi     Rendah            Rendah   Sedang
                                                                               Kurang
  7    Sabang             Rendah         Rendah     Sedang            Rendah
                                                                               Potensial
 Jumlah                   Sedang         Sedang     Sedang            Sedang   Sedang
Sumber : Data Penelitian Lapangan diolah, 2006

      Kalau dilihat pemetaan potensi pengembangan Bank Syariah di wilayah
penelitian dari sisi pembiayaan, maka terlihat tidak ada perbedaan sama sekali dengan
pemetaan potensi pengembangan Bank Syariah dari sisi tabungan. Oleh karena semua
variabel dan faktor yang diuji memiliki nilai katagori yang sama seperti telah
dijelaskan pada sisi tabungan maka dari sisi pembiayaanpun memiliki kesimpulan
yang sama.
        Kesimpulan akhir yang dapat digambarkan melalui pemetaan potensi di atas
adalah bahwa secara keseluruhan potensi pengembangan Bank Syariah ditujuh
wilayah penelitian adalah berada dalam katagori sedang. Hal ini disebakan secara
rata-rata indikator, demografi, ekonomi sistem sosial dan nilai sosial berada dalam
katagori sedang. Kesimpulan ini adalah kesimpulan awal yang diambil secara
menyeluruh (rata-rata) namun apabila dilihat secara terpisah untuk masing-masing
kabupaten/kota maka kesimpulannya adalah seperti yang telah dijelaskan di atas.

Kesimpulan dan Saran
       Dari hasil pembahasan terhadap potensi, preferensi, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap Bank Syariah di Nanggroe Aceh Darussalam dapat disimpulkan
karakteristik dan perilaku kelompok masyarakat di wilayah penelitian dimana sikap
masyarakat terhadap sistem dan produk perbankan syariah menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang sistem maupun produk
perbankkan syariah, sehingga keadaan ini memberikan nilai potensi yang kurang
terhadap pengembangan Bank Syariah. Namun demikian keinginan menabung dan
memperoleh pembiayaan sangat tinggi sekali.
13



       Potensi nilai sosial, terutama potensi agama terlihat bahwa hampir semua
daerah memiki potensi yang tinggi, sementara itu respon masyarakat terhadap hal-hal
yang baru, terlihat Kabupaten Aceh Utara, Lhokseumawe dan Kota Sabang memiliki
tingkat responsif yang tinggi. Sedangkan Kabupaten Aceh Barat termasuk dalam
katagori yang rendah dan Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Aceh Besar
tergolong dalam katagori yang sedang.
       Pemetaan terhadap keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada
Bank Syariah terlihat bahwa keseluruhan kabupaten dan kota memiliki nilai potensial
yang tinggi (diatas 85%) dan yang tertinggi adalah Kabupaten Aceh Barat (98%),
Aceh Besar (97%), Bener Meriah (96%), Lhokseumawe (95%), Aceh Utara (94%),
Aceh Tengah (86%) dan Sabang (84%).
        Hasil pemetaan secara keseluruhan dengan menggabungkan semua faktor
untuk setiap daerah baik dari sisi pembiayaan maupun dari sisi tabungan maka dapat
disimpulkan bahwa secara umum potensi pengembangan bank syariah di wilayah
penelitian adalah berada dalam katagori sedang. Walaupun secara terpisah terlihat
beberapa daerah.


Rekomendasi
        Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi bagi pihak-pihak terkait,
pertama di Nanggroe Aceh Darussalam ada beberapa Bank Syariah yang telah
beroperasi namun selama ini Bank Syariah tersebut masih sangat rendah aktifitas
sosialisasi kepada masyarakat. Oleh karena itu ke depan diharapkan perlu dilakukan
sosialisasi yang lebih gencar dan efektif baik melalui media electronik maupun media
cetak. Hal ini adalah dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat terhadap Bank Syariah. Kedua, sosialisasi yang efektif dan intensif perlu
ditekankan pada pengenalan sisi keunggulan komparatif yang dimiliki Bank Syariah
disamping tentang produk dan jasa yang dimiliki oleh Bank Syariah. Hal ini
dilakukan untuk menepis sikap keragu-raguan dikalagan masyarakat. Ketiga, bagi
masyarakat yang sudah bersedia bergabung dan menjadi nasabah Bank Syariah
supaya tetap dijaga kepercayaan dari mereka dengan tetap memberi imeg yang baik
yaitu melalui pelayanan dan profesionalisme kerja yang tinggi. Keempat, Bagi Bank
Syariah juga perlu meningkatkan kinerja yang baik, melengkapkan perangkat kerja
yang memadai, seperti aspek legalitas, prosedural, sumber daya baik finansial yang
kuat maupun sumber daya manusia yang handal,dan kelima, bagi daerah-daerah yang
belum memiliki Bank Syariah, supaya dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah
atau pengusaha untuk melihat potensi yang sangat besar bagi penggembagan Bank
Syariah. Rendahnya jumlah nasabah dan kurang berkembangnya perbankan syariah
di Nanggroe Aceh Darussalam tidak terlepas dari langkanya jumlah perbankan
syariah di Nanggroe Aceh Darussalam. Apabila perlu semua bank umum yang
beroperasi di Nanggroe Aceh Darussalam diharuskan untuk membuka konter syariah
(dual banking) dalam rangka mendukung pelaksanaan Syariat Islam.




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
14      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




Referensi

Ancok, Djamaludin,1995. Teknik Penyusunan Skala Pengukur, Pusat Penelitian
      Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Anonimus. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah. Bank
      Indonesia. Jakarta Al-Omar, Fuad , M.Abdel Haq. 1996. Islamic Banking :
      Theory, Practice and Challenges. Oxford University Press. USA.
Anonimus. 2000. Perkembangan Ekonomi-Keuangan Daerah tahun 1999 Propinsi
      Jawa Barat. Bank Indonesia. Bandung.
Anonimus. 2000. Keynote Speech : Deputi Gubernur Bank Indonesia Pada Seminar
      Nasional :“Pengembangan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia dalam
      Menyikapi Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas” , Bandung, 14 Oktober
      2000
Anonimus. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah. Bank
      Indonesia. Jakarta

Antonio, M.Syafei, 1999, “Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum ”, Tazkia
      Institute dan Bank Indonesia, Jakarta.

Antonio, M.Syafei, 1999, “Bank Syariah : Wacana Ulama dan Cendikiawan”, Tazkia
      Institute dan Bank Indonesia, Jakarta.

Al-Omar, Fuad , M.Abdel Haq. 1996. Islamic Banking : Theory, Practice and
     Challenges. Oxford University Press. USA.
Aunuddin. 1989. Analisis Data. PAU Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah : Lingkup, Peluang, Tantangan dan
       Prospek. AlvaBet. Jakarta
Aceh Tengah Dalam Angka, 2004, Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Aceh
      Tengah.
Aceh Utara Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Aceh
      Utara
Aceh Barat Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Aceh
      Barat
Aceh Besar Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Aceh
      Barat
Basri, Ikwan Abidin, MA. 2000. Perkembangan Umat Islam di Indonesia. Artikel.
        www.tazkia.com. Jakarta.
____________________. 2000. Kendala Sosialisasi Perbankan Syariah di Indonesia.
      Artikel. www.tazkia.com. Jakarta.
15




Bank Indonesia, 2000, “Informasi Mengenai Peraturan Bank Indonesia Bagi Bank
      Umum Berdasarkan Prinsip Syariah”.

Bank Indonesia, 2000, “Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Bank Syariah “.

Bank Indonesia, 2000, “Potensi, Freferensi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank
       Syariah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogyakarta.”

Bentler, P.M. dan G.Speckart, 1979, "Model of Attitude Behavior Relations",
       Psychological Review, vol 86, pp. 448-465.

Bener Meriah Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten
      Bener Meriah
Caragata, Warren. July 21, 2000. Shariah Lenders Make Headway in Indonesi+
a. Article. Asiaweek. Chapra, M. Umer. 1999. Why Has Islam Prohibited Interest ?
        (Rationale behind The Prohibition of Interest). Pakistan.
Clark, C.T. dan L.L. Sckade. 1983. Statistical Analysis for Administrative Decisions.
       South Western Publishing Co., Ohio.

Eiser, J.Richard, 1987, Social Psychology : Attitude, Cognition, and Social Behavior,
        Cambrige, Cambrige University Press.

Elkington, John, et.al., 1991, The Green Business Guide : How to Take Up-and Profit
       from-the Environmental Challenge, London, Victor Gollancz Ltd.

El-Bdour, R. 1984. The Islamic Economic System: a theoretical and empirical
      analysis of money and banking in the Islamic economic framework.
      Unpublished PhD Dissertation. Utah State University, Logan-Utah.

Erol, Cengiz and Radi El-Bdour. 1989. Attitudes, behavior, and patronage factors of
       bank customers towards Islamic banks. International Banking & Marketing
       Vol. 7, No.6: 31-7.

Engel, James F., Roger D. Blackwell & Paul W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen.
       Jilid I. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta.
______________________________________________. 1995. Perilaku Konsumen.
      Jilid II. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta.
Eryanto, Dian Eka Hendralesmana. 2000. Identifikasi Kepentingan Nasabah dalam
       Memilih Bank. Jurusan Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
       Alam IPB. Bogor.




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
16      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




Fishbein, M, I. Ajzen, 1975, Belief, Attitude, Intention, and Behavior : An
       Introduction to Theory and Research, Sydney, Addison-Wesley Publishing
       Company.

Gibson L, James, Ivancevic, John M., Donelly, James H., 1987, “Organisasi:
      Perilaku, Struktur dan Proses”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometric. Mc Graw-Hill International Edition.

Hosmer, D.W. dan S. Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley &
      Sons, New York.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi keenam, Jakarta: PT
      Raja Grafindo Persada

Kotler, Philip & Gary Armstrong. 1993. Manajemen Pemasaran : Analisis,
       Perencanaan, Implementasi & Pengendalian. Volume Satu & Dua. Edisi
       Ketujuh. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
__________________________. 1994. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid I. Edisi V.
      Intermedia. Jakarta.
Kaynak, E and Yavas, 1985, “Segmenting The Banking Market by Account Usage :
      An Empirical Investigation”, Journal of Profesional Services Marketing, Vol.1
      No.1/2.

Loudon, David.L. and Bitta A.D.,1984. “Consumer Behaviour : Concepts and
      Applications”, Mc Graw Hill, Singapore.

Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah. Pedoman Sistem
     Komputerisasi Pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Tehnik Bagi Hasil.
     Modul Pelatihan.
Lhokseumawe Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kota
      Lhokseumawe
Mudradjat Kuncoro dan Suharjono (2002)            Manajemen Perbankan : Teori dan
      Aplikasi, ed I, Jogjakarta : BPFE.
Muhammad (2000) Teknik Perhitungan Bagi Hasil Di Bank Syariah, Jogjakarta : UII
     Press
McCullagh, P. and J.A. Nelder. 1983. Generalized Linear Models. Chapman,
      London. Mirakhor, Abbas. 1995. Theory of an Islamic Financial System.
      Encyclopedia of Islamic Banking and Insurance. London.

Pindick, Robert S., and Rubenfield, Daniel. 1981. Econometric Models and Economic
       Forecast. International Student Edition, Mc Graw-Hill.
17



Presley, John R and Hummayon Dar, 1999, “Attitudes Towards Islamic Finance : An
       Update of Empirical Evidence”, 7th Intensive Orientation Courses : Islamic
       Economic, Banking & Finance, Leicester, UK.

Siregar, Mulya. 2000. Makalah “Kajian Pengembangan Perbankan Syariah di
       Indonesia. Jakarta

Sjahdeini, S. Remy. 1999. Perbankan Islam: Kedudukan dan Peranannya dalam Tata
       Hukum Perbankan Indonesia. Grafiti. Jakarta..

Swastha, D.Basu, 1992, "Riset Tentang Minat dan Perilaku Konsumen: Sebuah
      Catatan dan Tantangan bagi Peneliti yang Mengacu pada Theory of
      Reasoned Action", Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No.1, Tahun VII.

Sabang Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kota Sabang
Wibisana, M. Jusuf, Iwan Triyuwono, Nurkholis, A. Erani Yustika. 1999. Studi
      Pendahuluan Persepsi Masyarakat tentang Bank Perkreditan Rakyat
      Syari’ah. Malang: Centre for Business & Islamic Economics Studies –
      Faculty of Economics Brawijaya University dan Bank Indonesia Jakarta.
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika, Ed.-3. Terjemahan Bambang Sumantri.
      Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yasni, Muhammad Gunawan, SE. Ak., MM. 2000. Pembiayaan Syariah – Alternatif
       Pengembangan Pembiayaan Modal Ventura Indonesia. Artikel.
       www.tazkia.com. Jakarta

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.
Undang-Undang No. 11 Tahun 1967
http//www.wikipedia.org.
Harian Serambi Indonesia
Harian Pikiran Rakyat
Harian Kompas




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
18      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




           KUALITAS LAYANAN DAN HUBUNGAN KEPERCAYAAN
            SEBAGAI PENGUAT RELATIONSHIP OUTCOMES

                          Damanhur dan Faisal Matriadi




This article focuses at the impact of relationship efforts (direct mail, personalization
preferential treatment, and tangible rewarding) and service quality made by a
retailer in retail business as the strengthening relationship marketing outcomes. At
Business-to-Consumer (BTC) relationships and develops a theoretical model of the
consumer's perspective. There are two different perspectives: psychological and
behavioral outcomes of relationship marketing. The psychological outcomes of
trust, commitment and satisfaction relationship are presented. The impact of
relationship effort and service quality has been suggested that a way of increasing
Sthrenghtening relationship outcomes in retail business through secure relationships
between buyers and sellers.

Keywords: customer relationship marketing, retail business, relationship effort,
          service quality, relationship outcomes.




       Damanhur adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
     Faisal Matriadi adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

                                           18
19



Pendahuluan
        Lima filosofi dasar mengenai studi manajemen pemasaran dalam
menjalankan praktek pemasaran. Ke lima filosofi tersebut, terdiri dari pemasaran
yang berorientasi pada (1) produsen (2) produksi (3) penjual (4) pasar (5)
pemasaran sosial (Kotler, 2003: 12). Pemasaran berorientasi pasar sebagai
artikulasi dari konsep pemasaran yang kini banyak dianut perusahaan. Namun
demikian, redefinisi konsep pemasaran masih terus berlangsung, untuk mencari
konsep yang sesuai dengan tuntutan lingkungan (Kotler, 2003:25).
        Redefinisi konsep pemasaran tersebut dipicu oleh terjadinya pergeseran
paradigma orientasi pasar dari transaksional (transactional) menjadi relasional
(relationship). Kotler (2003: 34) menegaskan, perusahaan perlu melakukan
penyesuaian praktek pemasaran dari transactional marketing menuju relationship
marketing. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Pawitra, (2005)
bahwa telah terjadi redefinisi disiplin pemasaran dengan menekankan hal-hal
sebagai berikut: (1) "Proses of planning and executing" bergeser menjadi "an
organizational function and a set of process.“ maknanya adalah peranan
pemasaran lebih difokuskan pada tataran strategik dalam suatu organisasi dan tidak
lagi terbatas pada pengambilan keputusan taktis.
        Pemasaran bukan suatu fungsi manajemen yang berdiri sendiri tetapi
menjadi kegiatan dalam proses organisasi keseluruhan. (2) 4-P yang merupa-kan
taktik pemasaran bergeser menjadi "creating, communicating and delivering value
to customer." 4-P merupakan kelompok variabel yang dapat dikendalikan
organisasi yang dimaksudkan untuk meliput pasar sasaran sehingga dapat
memuaskan sebaik mungkin para pelanggan di pasar itu. Sebenarnya para
pelanggan menginginkan proporsi nilai (value proposition) berupa penawaran
total untuk memenuhi kebutuhan preferensi, dan ekspektasi mereka sehingga
tercapai kepuasan. 4-P tidak cukup untuk menentukan persepsi nilai pelanggan
yang merupakan perbandingan antara persepsi manfaat dan persepsi
pengorbanan.
       Manfaat untuk pelanggan tidak hanya ditentukan oleh atribut produk,
promosi dan distribusi, namun turut berperan atribut servis dan atribut yang bersifat
"intangibles" lain seperti merek, reputasi, ekuitas pelanggan, ekuitas karyawan,
ekuitas pemasok dan lain-lain. Di lain sisi, pengorbanan tidak hanya ditentukan
oleh biaya transaksi yakni harga yang harus dibayar untuk suatu tawaran, tetapi
turut pula menentukan biaya. Teridentifikasi pula dengan jelas peluang maupun
persaingan bisnis ritel di Indonesia sangat terbuka. Konsumen mulai kritis untuk
memilih dan mengambil keputusan dalam menentukan toko dan jenis ritel dalam
memenuhi kebutuhannya dan telah terjadi perubahan pola berbelanja pada
masyarakat perkotaan dengan munculnya kecenderungan konsumen lebih
menyukai berbelanja pada ritel-ritel modern dibandingkan ritel tradisional.
       Menurut hasil sigi konsumen yang dilakukan oleh AC Nielsen dan dikutip
pada Pilar Bisnis (Juli, 2003), terjadi peralihan pola belanja, di mana sekitar 24%




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
20      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




konsumen kini cenderung untuk berbelanja di pasar modern (untuk diperkotaan
jumlahnya mencapai 41%). Pada 12 kota besar di Indonesia, konsumen memilih
pasar modern melebihi pasar tradisional yaitu sebesar 53%. Lebih lanjut, masih
berdasarkan hasil penelitian AC Nielsen dan dikutip dalam Tempo (Mei, 2003)
menunjukkan bahwa kontribusi pasar tradisional terhadap penjualan barang
konsumsi menurun dari 84,1% tahun 1999 menjadi 74,4% di tahun 2002.
Sebaliknya Supermarket mengalami kenaikan dari 3% tahun 1999 menjadi 20,1%
pada tahun 2002. Di sini terlihat bahwa pasar tradisional akan perlahan-lahan
tergeser oleh industri ritel modern.
       Menurut Widjaja (2002) banyak faktor pendorong kesuksesan ritel modern
skala besar, beberapa diantaranya adalah pilihan lokasi yang tepat, dukungan
teknologi sistem informasi, harga murah, maupun kelengkapan produk. Semakin
terfragmentasinya pasar dan tidak jelasnya perbedaan antara satu format ritel
dengan format ritel yang lain. Maka keunggulan strategi format ritel yang hanya
berorientasi pada pilihan lokasi, sistem informasi handal, harga murah maupun
kelengkapan produk tidak akan cukup untuk dapat memenangkan persaingan.
        Lebih jauh Meerzorg (2003) mengemukakan, bahwa salah satu kunci sukses
dalam bidang bisnis ritel modern adalah implementasi strategi customer
relationship, disamping tentunya penentuan lokasi, srategi harga, dan penggunaan
teknologi informasi. Pendapat ini dipertegas oleh Crosby et al., (1990), dengan
mengemukakan bahwa dalam lingkungan ritel dewasa ini, taktik relationship
marketing memainkan peranan penting dengan meningkatnya tuntutan konsumen
terhadap dibangunnya relasi yang harmonis antara pelanggan dan peritel.
Sedangkan Sweeney seperti dikutip dalam Suhata (2003), menegaskan bahwa
implementasi strategi relationship marketing memang sangat dibutuhkan dalam
bisnis ritel, dengan menyatakan pendapat sebagai berikut: "dibandingkan bisnis
manufaktur, peritel memiliki keunggulan dalam membina hubungan dengan
konsumen karena peritel memiliki posisi yang lebih baik dalam mendeteksi pola
pembelian konsumen dan menerapkan kemampuan tersebut dengan efisiensi biaya.
Sebagai contoh, dalam bisnis ritel memungkinkan menyapa dan memperlakukan
tamu dengan lebih baik, memberikan program loyalty dan perlakuan istimewa
(preferential treatment) dengan memberikan reward kepada pelanggan yang
berbelanja dalam jumlah tertentu."
        Salah satu implementasi strategi relasional menurut Levy dan Weitz
(2004) adalah komunikasi, perlakuan istimewa (preferential treatment), perso-
nalisasi (personalisation) dan balas jasa (rewarding) yang dapat diistilahkan dengan
upaya relasional (relationship effort). Lebih jauh dijelaskan bahwa upaya relasional
(relationship effort) adalah aktivitas terintegrasi dengan tujuan membangun relasi
dengan pelanggan dalam jangka panjang.
       Taruhan utama dalam meraih keberhasilan suatu strategi pemasaran adalah
menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai unggul kepada
pelanggan. Maka fokus pada implementasi upaya relasional (relationship effort)
saja dianggap belumlah cukup. Garbarino dan Johnson, (1999); Gruen et al.,
21



(2000); Gwinner et al., (1998); Pritchard et al., (1999) seperti dikutip dalam
Fulerton, (2004) mengemukakan pendapat sebagai berikut: "Recently, a number of
scholars have attempted to study the nature of service relationships thereby
merging two fields of study from the relationship marketing perspective, customer
commitment is seen as being the key determinant of customer retention and
loyalty. On the other hand, the services marketing literature generally views
service quality as the central construct that drives customer loyalty as a result of
this work, there is a significant opportunity to merge these two fields of study in
order to build a more comprehensive understanding of organization-consumer
relationships in services industries."
        Maknanya : Saat ini, sejumlah peneliti sudah mencoba untuk melakukan
studi terhadap sifat alami service relationship dengan menggabungkan dua bidang
telaah dari perspektif relationship marketing, dimana komitmen pelanggan dilihat
sebagai kunci faktor penentu dari retensi pelanggan dan loyalitas. Sedang di sisi
lain, literatur pemasaran jasa pada umumnya melihat kualitas layanan sebagai
konstruk inti yang mendorong loyalitas pelanggan. Oleh sebab itu, merupakan
kesempatan yang signifikan untuk menggabungkan dua bidang telaah yaitu kualitas
layanan dan pemasaran relasional dalam penelitian dengan pemahaman
organization-consumer relationship yang lebih komprehensif dalam industri jasa.
Dengan demikian upaya relasional (relationship effort) dan kualitas layanan yang
unggul inilah yang dapat diistilahkan sebagai strategi penguat relationship
outcomes.
        Artikel ini akan mencoba menelaah secara konseptual: (1) Implementasi
pemasaran relasional dalam bisnis ritel modern, (2) Dimensi upaya relasional
(relationship effort) sebagai strategi penguat relationship outcomes yang sesuai
dengan karakteristik bisnis ritel modern di Indonesia, (3) Dimensi dan atribut
kualitas layanan sebagai strategi penguat relationship outcomes yang sesuai dengan
karakteristik bisnis ritel modern di Indonesia. (4) Implikasi strategi penguat
relationship effort terhadap keluaran relasional (relationship outcomes) dalam
bisnis ritel modern di Indonesia.

Implementasi Pemasaran Relasional (Relationshipmarketing) dalam Bisnis Ritel
Modern

       Bisnis ritel meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang
atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan
bukan bisnis (Berman, 2001:3). Sedangkan menurut Levy dan Weitz (2004:64)
bisnis ritel sebenarnya dapat dikategorikan sebagai bisnis jasa, namun dengan
kebutuhan layanan yang sangat rendah. Bisnis jasa dengan layanan tinggi dapat
dikatakan sebagai jasa dalam arti murni seperti restoran, jasa perbankan, jasa
konsultan manajemen, jasa asuransi. Lebih jauh, menurut Berry (1986) dalam
Subash et al., (2000), sangat membantu untuk mengklasifikasikan peritel dalam
"good" dan "services' retailer, di mana bisnis ritel termasuk dalam kategori jasa
namun dengan prosentase service atau layanan yang sangat kecil dibandingkan



STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
22      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




dengan bisnis jasa pelayanan penuh seperti restoran, salon maupun konsultan
manajemen. Dalam mengimplementasikan konsep relationship marketing dalam
bisnis ritel dibutuhkan pendekatan yang relatif sama dengan implementasi dalam
bisnis jasa khususnya jasa dengan keterlibatan layanan yang rendah (low contact
services).
         Bisnis ritel sendiri telah mengalami evolusi dengan pergeseran dari bisnis
ritel tradisional menuju bisnis ritel modern. Di mana keberadaan bisnis ritel modern
ditandai dengan salah satu ciri, yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap aplikasi
teknologi sistem informasi. Seperti misalnya penggunaan aplikasi sistem operasi
toko dengan komputer seperti: Point of Sales (POS), Elektronic Data Interchange
(EDI), dan EFT (Elektronic Fund Transfer), di mana aplikasi sistem tersebut
diharapkan menunjang peningkatan           efisiensi   (Maulana,  1999).      Namun
demikian, bergesernya orientasi pada bisnis ritel modern ternyata belum diikuti
oleh pola orientasi terhadap konsumen. Seperti dikemukakan oleh Beatty et
al.,(1996) sebagai berikut: "However, retailer generally have little knowledge on
the types of value drivers that they should focus at".
       Jadi, bagaimanapun peritel pada umunya memiliki sedikit pengetahuan
tentang tipe dan nilai yang mendorong pada fokus yang harus peritel lakukan.
Bendapudi dan Berry (1997) menambahkan bahwa; "Conceptualized what some of
these drivers might be, but no systematic, empirical investigation has been
reported. Especially research pertaining to relationship marketing in consumer
market has advanced little.” Perhatian peritel terhadap relationship marketing
dengan fokus konsumen masih dianggap kurang sistematik dan kurang didukung
oleh aktivitas investigasi empiris.
        Beberapa ritel market dikatakan telah maturity (mengalami kedewasaan)
dan kesulitan dalam mendiferensiasikan diri hanya berdasarkan seleksi terhadap
merchandise (barang dagangan) saja (Berry, 1986). Peritel diharapkan melakukan
aktivitas dan usaha yang lebih keras melalui pembenahan proses, layanan dan
teknologi untuk meningkatkan customer value (Morgan dan Hunt, 1994) seperti
dikutip dalam Odekerken et al., (2003).
       Menurut Odekerken et al., (2003), peningkatan usaha dalam bisnis ritel
dapat dilakukan dengan membangun relasi (relationship effort). Membangun relasi
menjadi hal penting sebagai landasan untuk membangun customer retention,
dengan alasan: (1) Harapan konsumen terhadap kualitas dari produk dan jasa yang
dikonsumsi semakin meningkat, (2) Persaingan diantara peritel juga semakin
meningkat, dengan marketing strategi dan taktik yang relatif sama, misalnya
dengan menawarkan jenis merchandise yang relatif sama, promosi harga,
melakukan share terhadap distribution channel System, dan memperlakukan
konsumen dengan lebih baik melalui layanan yang prima (Berry, 1986)) (3. Peritel
dihadapkan pada tuntutan baru tentang keterbatasan dan ketidakjelasan marketing
environment dalam bisnis ritel antara pasar dengan industri, dan meningkatnya
fragmentasi pasar maupun semakin pendeknya daur hidup produk. (Juttner dan
Wehrli, 1994) seperti dikutip dalam Odekerken etal., (2003).
23



        Program keanggotaan (membership) merupakan salah satu perwujudan dari
aktivitas relasional yang dilakukan oleh peritel, seperti dikemukakan oleh
Gummesson (1999:81) sebagai berikut:"Frequent flyer' loyalty programmes are
the technically most advanced attempts to create long term individual relationship
through membership."
        Bisnis ritel membutuhkan strategi relationship dengan dukungan data base
yang lengkap melalui program keanggotaan sebagai kekuatan untuk mewujudkan
relationship outcome yang pada akhirnya akan menumbuhkan retensi konsumen
yang tinggi.
        Menurut Oderkeken et al.,(2003) penelitian tentang relationship
marketing, tidak mungkin dilakukan tanpa pengetahuan atau pemahaman bahwa
variabel inti yang menjadi perhatian dari relationship adalah adanya suatu
interrelasi potensial pada saat lampau maupun akan datang bagi konsumen
dengan peritel. "One or more exchanges between a consumer and a retailer that are
perceived by the consumer as being interrelated to potential past and future
exchanges with the retailer"
        Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa bisnis ritel sebagai bisnis
yang sukar sekali melakukan diferensiasi membutuhkan upaya relationship
(relationship effort) untuk mewujudkan customer retention dan loyalitas pelanggan.
Menurut Odekerken et al., (2003) sebagai berikut; "A relationship effort as any
effort that is actively made by retailer towards a consumer, that is intended to
contribute to the consumer's perceived customer value above and beyond the core
product and or service efforts received, and that can only be perceived by the
consumer after continued exchange with the retailer."
        Upaya relasional adalah usaha aktif peritel dalam memberikan kontribusi
terhadap harapan konsumen untuk mewujudkan customer retention melalui
penyampaian produk inti dan layanan yang membuat terjalinnya relasi yang
berkelanjutan. Menurut Oder-kerken et al., (2003) Relationship efforts mengacu
pada (1) usaha secara aktif yang dilakukan oleh peritel. Sebagai contoh:
"confinient benefit" diwujudkan dari kondisi bahwa konsumen secara rutin
belajar dari pengalaman belanja dengan mengingat lokasi produk pada display
supermarket. Confinient benefit akan lebih cepat terwujud, karena peran aktif
peritel untuk menginformasikan pada konsumen melalui signage (tanda-tanda
yang terpasang pada display ritel) ataupun komunikasi secara personal. (2) sejalan
dengan pendapat Gwinner et al., (1998) relationship effort didefinisikan mirip
dengan relationship benefit jika dilihat dari perspektif peritel, yaitu manfaat yang
didapatkan oleh konsumen dari relasi jangka panjang yang terjalin sesuai dengan
kinerja core service yang diberikan oleh produsen dalam hal ini peritel.
       Menurut Levy dan Weitz (2004:348) dikemukakan pendapat sebagai
berikut:"Four approaches that retailers use to retain their best customers are (1)
frequent shopper programs, (2) special customer service, (3) personalization, (4)
community for building customer retention and loyalty is develop a sense for




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
24      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




customers to exchange information using buletin boards and develop more
personal relationship with each other and the retailer by communication."
      Terdapat empat pendekatan yang dapat dilakukan peritel untuk
mempertahankan pelanggan serta membuat pelanggan menjadi setia yaitu melalui
program belanja secara teratur, perlakuan istimewa bagi pelanggan, personalisasi
dan membangun komunitas melalui pertukaran informasi dengan buletin dan
mengembangkan relasional secara personal melalui komunikasi.
       Dengan demikian, terdapat 4 (empat) aktivitas relationship effort yang
diharapkan dapat menjaga orientasi retensi pelanggan pada peritel, yaitu
komunikasi (communication), perlakukan istimewa (preferential treatment),
personalisasi (personalization), dan balas jasa (rewarding). Penjelasan untuk
masing-masing upaya relasional (relationship effort) dapat dirinci sebagai berikut:

Komunikasi (communication)
        Komunikasi adalah persepsi konsumen terhadap sampai seberapa jauh
peritel memberikan informasi kepada konsumen secara terus menerus melalui
media komunikasi langsung, hal ini dikemukakan oleh Duncan dan Moriarty,
(1998) sebagai berikut: "Communication is a consumer perception of the extent to
which a retailer keeps its regular customer informed through direct communication
media "
       Komunikasi merupakan kondisi utama yang harus ada untuk terciptanya
sebuah relasi (Duncan dan Moriaty, 1998). Dengan komunikasi, usaha-usaha
yang diarahkan untuk membangun relasi, yang dilakukan oleh peritel/produsen dapat
dipahami oleh konsumen.
    Penyebaran katalog merupakan salah satu bentuk komunikasi efektif yang
dapat dilakukan oleh pihak peritel. Sebagai contoh, salah satu peritel besar yang
beroperasi di Indonesia, menyebarkan tidak kurang dari 1 juta katalog setiap kali
terbit (dua minggu sekali). Selain katalog besar yang mewakili seluruh toko, ada
juga katalog pendek yang di up date setiap lima hari sekali. Kemudian
ACTION SPOT bekerja sama dengan prinsipal produk yang dipromosikan dan
biaya promosi ditanggung bersama juga merupakan salah satu alternatif lain
dalam melakukan komunikasi dengan pelanggan. Di sisi lain, promosi melalui
media televisi maupun surat kabar juga menjadi pilihan bagi peritel, berdasarkan
data AC NIELSON menunjukkan periode Januari-Oktober 2004 sebuah peritel
besar di Indonesia menghabiskan anggaran iklan sebesar Rp 20,70 miliar dengan
persentasi terbesar di surat kabar, sebesar Rp 18,33 miliar.

Perlakuan Istimewa (preferential treatment)
       Perlakuan istimewa (preferential treatment) menurut Gwinner et al., (1998)
adalah persepsi konsumen terhadap sampai sejauh mana perlakuan dan pelayanan
terhadap konsumen membership dilakukan lebih baik dibandingkan bukan
konsumen reguler. Terkait dengan relationship, tidak semua konsumen menyukai
diperlakukan dengan cara yang sama, diharapkan adanya konsumen yang fokus dan
25



selektif untuk mendapatkan perlakukan istimewa (Peterson, 1995). Argumentasi
terhadap hal ini adalah perlakuan umum sebagai pemenuhan kebutuhan dasar dari
setiap konsumen memang penting untuk dipenuhi, namun perlakuan istimewa
terhadap konsumen selektif penting dilakukan dalam upaya sebagai retensi bagi
peritel. Hal ini juga merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mengimple-
mentasikan strategi relasional.
        Sedangkan preferential treatment menurut Sheth dan Parvatiyar (2002)
diartikan sebagai layanan kepada pelanggan berupa waktu belanja spesial atau
akses untuk produk baru. Diungkap pula bahwa konsumen mengharapkan tidak
ingin diperlakukan sama dengan konsumen lain. Beberapa pemasar memberikan
kritik kepada peritel yang memperlakukan konsumen secara sama dengan tidak
ada perbedaan yang mengakibatkan perusahaan akan kehilangan tidak hanya
sebagian keuntungan tetapi lebih jauh akan kehilangan kesetiaan pelanggan.
Peterson (1995) berpendapat bahwa perlakuan istimewa kepada pelanggan akan
memungkinkan penjual untuk memberikan sesuatu yang sangat mendasar bagi
pembeli yaitu perasaan dihargai, sehingga persepsi pelanggan yang lebih tinggi
terhadap perlakuan istimewa/preferential treatment akan meningkatkan tingkat
relationship outcomes secara keseluruhan.

Personalisasi (personalization)

       Personalisasi (Personalization) menurut Metcalf et al.,(1992) adalah
persepsi konsumen terhadap sampai sejauh mana peritel berinteraksi dengan
konsumen reguler secara ramah dan dengan cara-cara personal. Pentingnya
pertukaran personal antara pembeli dan penjual dalam mempengaruhi relationship
outcomes bukan merupakan hal baru terkait dengan relationship dan proses
sosial (Beatty et al.,1996). Pentingnya hubungan personal antara pelanggan
dengan peritel akan berpengaruh pada hasil keluaran hubungan, sehingga tidaklah
mengherankan jika hubungan personal dapat dikatakan merupakan proses sosial
(Beatty et al., 1996). Sebagai contoh, Stone (1954) dalam Beatty et al.,(1996)
menekankan pentingnya hubungan personal dalam keberadaan suatu tempat
perbelanjaan.
       Crosby dan Cowles, (1990) menerangkan bahwa interaksi sosial dihasilkan
oleh pusat perbelanjaan yang mampu memberikan motivasi kepada pelanggan
untuk terus berbelanja. Manfaat hubungan sosial antara lain adalah perasaan
sebagai keluarga, perasaan sebagai teman, dukungan sosial (Berry, 1995),
pengakuan personal, penyebutan nama konsumen, memahami pelanggan secara
pribadi, percakapan secara bersahabat, dan penampakan keakraban serta kehangat-
an antara peritel dengan pelanggannya.
Balas Jasa (rewarding)
       Balas jasa (rewarding) menurut Peterson, (1995) adalah persepsi konsumen
terhadap sampai sejauh mana peritel menawarkan manfaat yang berwujud seperti
harga atau pemberian insentif kepada konsumen reguler untuk menumbuhkan



STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
26      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




loyalitas. Manfaat yang berwujud tersebut dapat berupa, pemberian hadiah cuma-
cuma, bonus belanja, kupon belanja, point untuk menginap di Hotel, maupun
pemberian tiket film. Balas jasa mengindikasikan adanya kerja sama atau hubungan
dengan pihak lain. Banyak pemasar yang berfokus bahwa penyediaan reward
bertujuan utama sebagai insentif harga dan investasi yang mampu menjaga
loyalitas pelanggan (Berry, (1995); Peterson, (1995)). Jadi reward ditetapkan
sebagai jaminan bahwa pelanggan mendapatkan sesuatu yang bersifat nyata
karena kesetiaan mereka.
Dimensi dan Atribut Kualitas Layanan sebagai Strategi Penguat
(Relationship Outcomes)
       Perbedaan karakteristik jasa dan manufaktur mempunyai implikasi yang
sangat besar dalam menetapkan pemahaman dan penentuan kualitas layanan.
Demikian halnya dalam ritel dibutuhkan pendekatan yang tepat sesuai dengan
aspek-aspek yang dibutuhkan dalam operasional ritel tersebut untuk membangun
dimensi kualitas layanan yang dapat diimplementasikan dalam bisnis ritel.
        Menurut Finn dan Lamb, (1991:489) sebagai berikut;"The service
categories that were used in the development of SERVQUAL are very different to
goods retailing (they fall closer to the pure service end of the pure service-pure
goods continuum than store retailing) and it may well be that consumers use
different criteria to evaluate competing goods retailers who sell a mix of goods
and services than they use to evaluate retailers that are primarily or exclusively
service firms.”
        Kategori layanan yang digunakan untuk mengembangkan SERVQUAL
sangat berbeda pada goods retailing. Demikian pula konsumen, menggunakan
kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi good retailer yang merupakan campuran
antara good dan service yang dapat disebut sebagai exclusively service firm.
        Pemahaman terhadap konsep kualitas dengan dimensi dan atribut yang
sesuai dalam bisnis ritel tentunya membutuhkan telaah terhadap berbagai hasil
studi dan penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kualitas layanan dalam
bisnis ritel. Beberapa penelitian tentang kualitas layanan dalam ritel bisnis diawali
oleh:
a) Carman (1990) dianggap sebagai pionner works in the field of retailing
   melakukan penelitian pada tyre retailer (pengecer ban), dengan menggunakan
   analisis faktor poros (axis factor analysis) yang diikuti oleh rotasi terhadap
   lima dimensi dalam SERVQUAL dengan instrumen yang khusus.
b) Finn dan Lamb (1991) mengembangkan penelitian pada obyek departemen
   store dan discount store (toko diskon), dengan menggunakan confirmatory
   factor analysis menemukan instrumen yang khusus dalam SERVQUAL.
   Tanpa melakukan modifikasi pada model SERVQUAL, model tersebut tidak
   dapat digunakan secara valid dalam mengukur kualitas layanan dalam
   perusahaan ritel.
c) Penelitian ketiga yang banyak menyumbang konsep kualitas dalam bisnis ritel
27



     dilakukan oleh Teas (1993). Mengembangkan penelitian pada discount store
     dengan menggunakan penelitian conjoint untuk menetapkan ekspektasi dan
     persepsi konsumen dalam skala SERVQUAL dan dibandingkan dengan
     models attitudinal (model sikap) sebagai ideal point. Kesimpulan dari
     penelitian ini mengindikasikan bahwa dengan menggunakan ideal point
     dalam menetapkan ekspektasi konsumen akan memberikan hasil yang lebih
     baik dalam pengukuran kualitas layanan.
d)   Sedangkan penelitian keempat dilakukan oleh Bell et al., (1997)
     menggunakan teknik insidental untuk mengidentifikasikan dan mengek-plorasi
     dimensi dari kualitas layanan dalam food retail operation. Dikategorisasikan
     dalam dua kelompok yaitu dalam positif dan negatif insidental dan
     didapatkan enam kelompok yaitu physical environment, merchandise-related,
     non core service, interpersonal, process and price. Temuan dalam riset Bell
     ini adalah critical insident techniques sebagai komplemen metodologi
     SERVQUAL (Koelemeijer, 1995). Sedangkan tiga penelitian berikutnya,
     merupakan penelitian di bidang ritel yang benar-benar melakukan modifkasi
     pada item atribut SERVQUAL, yaitu;
e)   Penelitian yang dilakukan oleh Guiry et al., (1992) seperti dikutip dalam
     Ioccobucci (1998) dengan analisis exploratory factor analysis menetapkan 51
     atribut dengan 15 atribut yang diadopsi dari model SERVQUAL dan
     tambahan 36 item.
f)   Dabholkar et al., (1996) juga dengan menggunakan Confirmatory Factor
     Analysis, menetapkan 28 atribut, dimana 17 atribut diadopsi dari SERVQUAL
     ditambahkan 11 item baru. Dengan dimensi (a) Physical aspect (b)
     Reliability, (c) personal interaction, (d) problem solving, (e) Policy.
g)   Vasquez dan Ruiz (1995) seperti dikutip dalam Vasquez et al., (2001) dengan
     menggunakan metode analisis Principal Component Factor Analysis.
     Menetapkan 24 atribut di mana 12 item berasal dari SERVQUAL dan
     tambahan 12 item yang baru.
h)   Subhash C. Mehta et al., (2000) dengan menggunakan lima dimensi yaitu;
     service personneal, physical aspect, merchandise, confidence, parking dan
     menetapkan 22 item yang berbeda dengan SERVQUAL.
i)   Brady dan Cronin (2001) dengan dimensi (a) Interaction Quality - Kualitas
     interaksi (b) Outcome Quality Kualitas keluaran (c) Environment Quality-
     kualitas lingkungan.

       Kesembilan penelitian yang terkait dengan kualitas layanan tersebut
menetapkan atribut yang dianggap sesuai dengan aspek operasional bisnis ritel,
meliputi; physical environment, policy dalam hal ini terkait dengan harga maupun
jaminan pengembalian produk), keanekaragam barang dagangan (high variation
of merchandise), lay out (tata letak) yang memudahkan konsumen menemukan
barang-barang kebutuhan mereka, maupun kesigapan-kecepatan karyawan dalam
memberikan layanan. Berikut pada Tabel 1 kesembilan penelitian dalam bidang ritel
akan dirinci dengan lebih jelas berdasarkan dimensi kualitas layanan.




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
28      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




       Dimensi dan atribut pada Tabel 1 dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan dimensi dan atribut yang sesuai untuk menilai kualitas layanan
dalam bisnis ritel. Tentunya akan lebih sempurna dengan tetap mempertimbangkan
faktor sosial, nilai, norma dan budaya masyarakat yang terkait dengan
terbentuknya pola perilaku belanja konsumen pada suatu wilayah geografis dan
demografis tertentu.
Tinjauan Konseptual: Implikasi Strategi Penguat Relationship Effort
         Menurut Callaghan et al., (1995), terdapat beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian dalam membangun relationship marketing yakni: (1
konsumen menghargai satu pertukaran sebagai sesuatu kondisi yang penting dan
sufficient dari suatu keberadaan relasi, ditandai dengan terbentuknya sebuah
continuum relationship. (2) terinspirasi oleh postulat Barnes (1997) yang
menyatakan bahwa tidak ada relationship yang akan tetap ada, tanpa perasaan
konsumen bahwa relasi tersebut memang benar-benar ada. Pemahaman postulat ini
terfokus pada perspektif konsumen. (3) eksistensi relationship terjadi jika pembeli
menerima pertukaran dengan penjual sebagai interaksi yang potensial pada masa
lalu maupun masa akan datang. Dengan tiga dasar pertimbangan di atas
diharapkan akan terwujud relationship outcomes yaitu: relationship satisfaction,
trust, relationship commitment serta buying behavior (Oderkerkenetal.,2003).
                    Tabel 1. Studi Kualitas Layanan pada Perusahaan Ritel
 No        Studi             Instrumen                Analisis             Dimensi Kualitas
 1    Carman (1990)       5 dimensi dalam        Axis factor         Tangible, reliability,
                          SERVQUAL               analysis            responsiveness, Emphaty,
                                                                     assurance
 2    Finn dan Lamb        5 dimensi dalam       Confirmatory        Tangible, reliability,
      (1991)               SERVQUAL              factor anaylis      responsiveness, Emphaty,
                                                                     assurance (dengan
                                                                     modifikasi)
 3    Teas (1993)          5 dimensi dalam       Conjoint research   Tangible, reliability,
                           SERVQUAL              of expectation and responsiveness, Emphaty,
                                                 perception          assurance (dengan
                                                                     modifikasi)
 4    Bell (1997)          5 dimensi             Critical incident   Physical Environment,
                                                 technique           merchandise-related, non
                                                                     core service, interpersonal,
                                                                     process and price
 5    Guiry,               51 atribut, 17 dari   Exploratory factor 1. Personal service and
      Hutchinson           dan              5    analysis               employee interaction
      Weitz (1992)         SERVQUAL dan                             2. Product assortment
                           ada tambahan 11                          3. Reliability of retailer
                           item                                         transaction procedures
                                                                    4. Employee         availability
                                                                        prior to transaction
                                                                    5. Tangible
                                                                    6. Reliability      of    retail
                                                                        service policy
                                                                    7. Price
29



 6     Vazquez,            24 atribut, 12 dari   Principal         1.   Product presentation and
       Rodriguez dan       SERVQUAL              component              shopping convinience
       Ruiz (1995)         ditambah 12 item.     factor analysis   2.   Awareness of promotion
                                                                   3.   Quality of assortment and
                                                                        of personal interaction
                                                                   4.   Pricing policy
                                                                   5.   Retailers’ recognition and
                                                                        prestide
 7     Dabholkar,          28 atribut, 17 dari   Confirmatory      1.   Physical aspects
       Thorpe              SERVQUAL              factor analysis   2.   Reliability, promises , do
       dan Rentz (1996)    ditambah 11 item.                            it right
                                                                   3.   Personal        interaction,
                                                                        trust, kindness
                                                                   4.   Problem resolving
                                                                   5.   Retailers’ policies
 8     Brady dan Cronin    22 item               Confirmatory      1.    Interaction Quality
       (2001)                                    Factor            2.    Outcome Quality
                                                 Analysis          3.    Environment Quality

 9     Subhash C.          22 atribut            Confirmatory      1.   Service Personnel
       Mehta,                                    factor            2.   Physical Aspect
       Ashok K. Lalwani                          analysis          3.   Merchandise
       and Soon Li Han,                                            4.   Confidence
       2000.                                                       5.   Parking

Sumber: diolah dari berbagai sumber

       Pada saat peritel mengimplementasikan relationship marketing effort untuk
membangun relationship outcomes seperti yang mereka harapkan dengan berbagai
cara, aktivitas tersebut akan memberikan kesan yang baik kepada pelanggan.
Adanya investasi waktu, usaha dan sumber lain menciptakan hubungan dengan
pelanggan, maka akan tercipta efek psikologis yang akan membuat pelanggan
bertahan dan mempertahankan hubungan tersebut dan memberikan suatu balasan
timbal balik (Smiths dan Barclay, 1997) seperti dikutip dalam Berry (1995).
        Menurut Gruen (1995), seperti dirinci pada Gambar 1 di bawah ini.
Implementasi pemasaran relasional (relationship marketing) dalam konteks
Business to Customer (BTC) mengembangkan dua pendekatan terkait dengan
relationship outcomes yaitu pendekatan psychological outcomes dan behavioral
outcomes. Di mana dalam psychological outcomes meliputi tiga konstruk yaitu
commitment, trust dan relationship satisfaction, sedangkan dalam behavioral
outcomes meliputi propensity to terminate relationship, opportunistic behavior,
citizenship behavior dan allocated purchase share.




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
30      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




Sumber: Gruen T., 1995. The Outcome Set of Relationship Marketing in Consumer Markets,
        International Business Review, Vol.4, No.4, pp. 447-469.

        Merujuk pada apa yang menjadi inti dari postulat Barnes (1997) yang
menyatakan bahwa tidak ada relationship yang akan tetap ada, tanpa perasaan
konsumen bahwa relasi tersebut memang benar-benar ada. Pemahaman postulat
ini terfokus pada perspektif konsumen dengan demikian pendekatan psychological
outcomes meliputi tiga konstruk yaitu commitment, trust dan relationship
satisfaction dipandang mempunyai andil yang besar dalam mengevaluasi
keberhasilan implementasi relationship effort dalam bisnis ritel modern.
      Berikut akan diperjelas masing-masing dimensi dari relationship outcomes
menurut perspektif psychological.

Kepercayaan (trust)
       Dalam konteks relationship marketing, kepercayaan merupakan salah satu
dimensi untuk menentukan seberapa jauh suatu pihak merasakan integritas dan
janji yang ditawarkan oleh pihak lain. Trust diartikan sebagai kesediaan
mengandalkan kemampuan, integritas dan motivasi pihak lain untuk bertindak
dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan seseorang sebagaimana
disepakati bersama secara implisit maupun eksplisit. (Sheth dan Mittal, 2004 seperti
dikutip dalam Tjiptono (2005: 415)).
       Sedangkan menurut Callaghan et al., (1995), kepercayaan didefinisikan
sebagai keinginan untuk menggantungkan diri pada mitra bertukar yang
dipercayai. Penelitian Morgan dan Hunt (1994) mengungkapkan bahwa perilaku
hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan mitra-mitranya banyak
ditentukan oleh kepercayaan, ternyata akan mempunyai hubungan yang positif
dengan niat ulang melakukan pembelian maupun loyalitas. Dalam studi ini, trust
dikonseptualisasikan sebagai komponen dari      business relationship yang
menentukan tingkat dimana peserta/anggota/parties merasakan perasaan
31



kebersamaan (integrity) dari perjanjian yang ditawarkan oleh pihak lain dalam
organisasi. (Callaghan et al., 1995).
        Lebih jauh, menurut Callaghan et al., (1995) pengertian kepercayaan dalam
pemasaran ritel lebih menekankan pada sikap individu yang mengacu pada
keyakinan konsumen atas kualitas dan keandalan layanan peritel yang diterimanya.
Secara operasional, kepercayaan mengacu pada pendapat Gwinner et al., (1998)
yang lebih menekankan pada keuntungan psikologis dari pada perlakuan istimewa
terhadap pelanggan atau manfaat sosial dalam hubungan pelanggan dengan
peritel.
       Sedangkan menurut Gwinner et al., (1998), kepercayaan konsumen
adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan
yang dibuat konsumen tentang obyek, atribut dan manfaatnya. Obyek dapat berupa
produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki keper-
cayaan sedangkan sikap atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin
dimiliki atau tidak dimiliki oleh obyek. Pada akhirnya, Morgan dan Hunt (1999)
mendifinisikan trust sebagai konstruk kunci dari model relationship marketing.
Sejalan dengan teori bahwa semakin tinggi level kepercayaan antara pembeli dan
penjual, semakin besar peluang untuk melanjutkan relasi dalam jangka panjang dan
berkesinambungan.

Komitmen (commitment)
       Menurut Tjiptono (2005: 415), sejumlah riset menunjukkan bahwa dua pilar
utama pemasaran relasional adalah trust dan commitment. Dengan kata lain
pelanggan harus mempercayai pemasar dan selanjutnya berkomitmen pada pemasar
sebelum bisa terjalin relasi yang saling menguntungkan dalam jangka panjang.
Trust merupakan faktor yang paling krusial dalam setiap relasi, pada umumnya trust
akan terbentuk lebih dahulu sebelum komitmen tersebut muncul. Menurut Tjiptono
(2005: 415) komitmen merupakan hasrat atau keinginan kuat untuk mem-
pertahankan dan melanjutkan relasi yang dipandang penting dan bernilai jangka
panjang. Komitmen biasanya tercermin pada perilaku kooperatif dan tindakan aktif
untuk tetap mempertahankan relasi yang telah terbina.

Kepuasan Relasional (relationship satisfaction)
        Sheth dan Parvatiyar (1995) menggunakan kognitif konsistensi teori yang
mengkaitkan kekerapan perilaku positif pelanggan dalam pasar relasional yang
disebabkan oleh pengalaman pelanggan merasakan kepuasan. Kepuasan
pelanggan telah diteliti secara ekstensif dan ditemukan bahwa peningkatan
kepuasan akan mengarahkan pada peningkatan perilaku pembelian ulang (Yi,
1990 seperti dikutip dalam Gruen, 1995). Berangkat dari pemikiran inilah,
tidaklah mengherankan jika kepuasan menjadi konstruk yang digunakan dalam
banyak penelitian pemasaran relasional.
      Howard dan Sheth (1969) seperti dikutip dalam Gruen (1995)
mendefinisikan kepuasan relasional sebagai berikut: "A party's affective state of




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
32      Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




feeling adequately or inadequately rewarded for the sacrifice undergone in
facilitating an exchange relationship." Kepuasan relasional adalah suatu
kecenderungan satu pihak untuk merasakan kecukupan atau ketidakcukupan
reward/balas jasa terhadap pengorbanan yang terjadi dalam memfasilitasi suatu
pertukaran relasional.
        Dengan demikian, definisi ini mengarahkan pada dua hal sebagai kunci
yang membedakan dengan kepuasan transaksional yaitu ; (1) kepuasan relasional
lebih didasari oleh equity theory sehingga kepuasan yang terjadi lebih pada tataran
behaviora / perilaku. (Scholl, 1981) (2). Williams dan Hazer (1986) seperti dikutip
dalam Gruen (1995) dikemukakan sebagai berikut: "Transactional satisfaction will
be more volatile than relationship satisfaction." Kepuasan transaksional lebih
bersifat mudah berubah diban-dingkan kepuasan relasional.
        Melalui relationship outcomes meliputi keeper-cayaan (trust), komitmen
(commitment) dan kepuasan relasional(relationship satisfaction) tentunya dapat
digunakan sebagai satandar dalam mengevaluasi keberhasilan dari strategi
penguat relationship outcomes meliputi upaya relasional (relationship effort) dan
kualitas layanan.

Kesimpulan
        Redefinisi konsep pemasaran dipicu pergeseran paradigma orientasi pasar
dari berbasis transaksional menjadi berbasis relasional. Tujuan dari bisnis saat ini
adalah menciptakan kepuasan konsumen. Profit bukanlah tujuan tetapi reward
(hasil). Pendapat ini didasari oleh opini bahwa apabila konsumen merasa puas,
maka mereka mendapatkan "value" yang akan menciptakan keuntungan bagi
shareholders dalam jangka panjang melalui aktivitas rebuying dari relasi yang
terjalin dengan lebih baik. Dalam konteks tersebut pergeseran paradigma dari
transactional menjadi relationship merupakan keharusan.
       Pemahaman Relationship marketing, baik dalam perspektif sejarah
munculnya, maupun dilihat dari perspektif sempit dan luas, dapat ditemukan
satu esensi dari pemasaran relasional yaitu aktivitas pemasaran yang ditujukan
untuk membangun dan mempertahankan hubungan jangka panjang dengan
stakeholder kunci, dilandasi prinsip manfaat saling menguntungkan.
        Peningkatan usaha dalam bisnis ritel dapat dilakukan dengan membangun
relasi (relationship effort). Membangun relasi menjadi hal penting sebagai
landasan untuk membangun customer value, dengan alasan: (1) Harapan konsumen
terhadap kualitas dari produk dan jasa yang dikonsumsi semakin meningkat, (2)
Persaingan diantara riteler meningkat, dengan marketing strategi dan taktik yang
relatif sama misalnya dengan menawarkan jenis merchandise yang relatif sama,
promosi harga, melakukan share terhadap distribution channel system, dan
memperlakukan konsumen dengan lebih baik melalui layanan yang prima (3)
Riteler dihadapkan pada klaim baru tentang keterbatasan dan ketidak jelasan
marketing environment dalam bisnis ritel antara pasar dengan industri, dan
meningkatnya fragmentasi pasar maupun semakin pendeknya daur hidup produk
33



       Strategi penguatan relationship outcomes melalui aktivitas preferential
treatment, komunikasi, personalisasi, rewarding serta penentuan kualitas layanan
dengan dimensi yang sesuai dengan operasional ritel diharapkan mampu
menciptakan relasi yang terbangun dengan orientasi jangka panjang dan
berkelanjutan.

Referensi

B Beatty, Sharon E., James EC, Kristy ER, and Jungki Lee, 1996. Customer-
    Sales Associate Retail Relationship. Journal of Retailing, Vol. 72, No. 3, pp.
    223-47.
Bell J., Gilbert D., Lockwood A., 1997, Service Quality in Food Retailing
     Operations : Critical Incident Analysis. The International Review of Retail,
     Journal of Distribution and Consumer Research, Vol. 7, No. 4, pp. 405-423.
Bendapudi N., and Berry L., 1997. Costumer Motivations for Maintaining
    Relationship with Service Provider, Journal of Retailing, Vol. 773, No. 1,pp
    15-37.
Berman B., and Evans J.R, 2001. Retail Management A Strategic Approach. Eight
    Edition, Prentice Hall., Inc., New Jersey, USA.
Berry, Leonard L, 1986. Retail Business are Service Business, Journal of Retailing,
     Vol 62, Spring, pp.3-6.
__, 1995. Relationship Marketing of Services-Growing Interest, Emerging
     Perspectives. Journal of the Academy of Marketing Science, Vol 23 (4),
     pp.236-45.
Brady M. and Cronin J., 2001. Some New Thoughts on Conceptualizing Perceived
    Service   Quality     :   A    Hierarchical  Approach.     Journal    of
    Marketing,Vol65(3),pp..34-49.
__, Brand R., 2002. Performance Onl y Measurement of Service Quality: A
    Replication and Axtension. Journal of Business Research, Vol. 55, pp. 17-
    31.
Business News, 1996. Masyarakat Indonesia Gemar Berbelanja. Edisi 8 Maret.
Callaghan M., McPhail J. and Yau OHM, 1995. Dimensions of Relationship
     Marketing Orientation: An Empirical Exposition, Proceeding of The Seventh
     Biannual World Marketing Congress, Melbourne, Australia, July, Vol.
     VII-II, pp. 10-65.
Carman M. James, 1990. Consumer Perceptions of Service Quality: An
    Assessment     of   The    SERVQUAL  Dimensions,   Journal   of
    Retailing,Vol.66,No.1,pp.33-55.




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
34       Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007




Christopher M, Payne A, and Ballantyne, 2002. Relationship Marketing; Creating
     Stockholder Value. First Edition, Oxford: Butterword-Heinemann.
Collier, A. David, 1992. Service, Please: The Malcolm Baldrige National
     Quality Award Business Horizons, July-August, 1992.
Cronin, J. Joseph and Taylor A.Steven, 1992. Measuring Service Quality: A
    Reexamination and Extension, Journal of Marketing, Vol. 62, pp.55-68.
Crosby L., Evans K., and Cowles D., 1990. Relationship Quality in Service
    Selling: An Interpersonal Influences Perspective. Journal of Marketing, Vol.
    54, pp. 68-81.
Dabholkar PA., 1995. Contingency Framework for Predicting Causallity Between
    Customer Satisfaction and Service Quality. Advances in Customer Research,
    Vol. 22, pp. 101-8.
_ _ , T h o r p e D . I. , R e n t z J . O . , 1 9 9 6 . A Measure of Service Quality For
      Retail Stores: Scale Development and Validation. Journal of The Academy of
      Marketing Science, Vol. 24, No. 1,pp3-16.
Davis, Ferd D., Bagozzi Ricard P. and Warshaw Paul R., 1989. User
     Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theorical
     Models. Management Science, Vol. 35, No. 8. pp. 982-1003.
Driver, Carrole and Johnston Robert, 2001. Understanding Service Customers
     The Value of Hard and Soft Attributes, Journal of Service Research, Vol. 4,
     No. 2, pp. 130-139.
Duncan T., and Moriaty S.C., 1998. Communication Based Marketing Model For
    Managing Relationship. Journal of Marketing, Vol. 62, pp. 1-13.
Evan Jr. dan Lskin R.L., 1994. The Relationship Marketing Process : A
    Conceptualiation and Aplication. Journal of Industrial Marketing
    Management, Vol. 23, No. 4, pp. 439-52.
Fin D.W., Lamb C.W., 1991. An Evaluating of The SERVQUAL Scales in A
     Retailing Setting.
     Journal of Advances in Consumer Research, Vol. 18, Association for
     Consumer Research, Provo, UT, pp.483-490.
Fullerton, Gordon, 2004. The Service Quality-Loyalty Relationship in Retail
     Services: Does Comitment Matter?. Journal Of Retailing and Consumer
     Service, Accepted 6 April 2004.
Ganesan, Shankar, 1994. Determinants of Long-Term Orientation in Buyer-
    Seller Relationship. Journal of Marketing, Vol. 58, No.2, pp. 1-19.
Gronroos, 1990. Service Management and Marketing. Lexington, MA, Lexington
    Books.
35



Gruen T., 1995. The Outcome Set of Relationship Marketing in Consumer
    Markets, International Business Review, Vol4, No.4, pp. 447-469.
_ _ , S u m m e r s J , a n d A c i t o F , 2 0 0 0 . Relationship Marketing Activities,
      Commitment and Membership Behaviors in Professional Associations.
      Journal of Marketing Vol. 64, No. 3, pp. 34-49.
Gwinner KP, Gremler DD, and Bitner MJ, 1998. Relational Benefit in Service
    Industries: The Customer Perspektif. Journal Academic Marketing Science,
    Vol. 26, pp. 101-114.
Huppert, John W. Sidney, J. Arenson, and Richard H. Evans, 1978. An
    application of Equity Theory to Buyer-Seller Exchange Situation, Journal of
    Marketing, Vol. 15, No.2, pp. 250-60.
Koelemeijer K., 1995, The Retail Service Encounter identifying Critical Service
    Experiences, Journal Of Managing Service Quality, Chapman, London.

Kompas Harian, 1996. Perkembangan Bisnis Ritel di Indonesia, edisi 3 Januari.
____________, 2005, Pertumbuhan Ritel Indonesia,Edisi 8 April.
Kotler, Philip, 2003, Marketing Management Analysis, Planning,
     Implememtation and Controll, International Edition, Uppersadle River,
     Prentice Hall.Inc. New Jersey.
Levy M., and Weitz A. Barton, 2004. Retailing Management, Fifth Edition, Mc
    Graw Hill, Irwin, New York. USA.
Levy S., and Zaltman G., 1975. Marketing Society and Conflict. Englewood Cliffs,
    Prentice Hall, New York.
Looy, Van Bart, Gemmel Paul and Dierdonck Van R., 2003. Service Management
    An Integrated Approach. Second Edition, Pearson Education-Prentice
    Hall.Inc. Harlow-England
Maulana, Agus, 1999. Perilaku Konsumen Di Masa Krisis, Implikasinya
    Terhadap Strategi Pemasaran. Usahawan No1 Th. XXVIII, edisi Januari.
Meerzorg H, 2003. Kunci Sukses Berbisnis Ritel. Majalah Manajemen, Edisi April.
Metcalf LE, Frear CR, Krishnan R,1992. Buyer -Seller Relationship an Aplication
    of The IMP Interaction Model. Europian Journal of Marketing, Vol. 26, pp
    27-46.
Morgan, Robert M. and Hunt Shelby D., 1999. The Commitment -Trust Theory of
    Relationship Marketing. Journal of Marketing, Vol. 58, No.3, pp 20-38.
Mueller, O. Ralph, 1996. Basic Principles of Structural Equation Modeling, an
    Introduction to LISREL and EQS. Springer-Verlag New York,Inc.




STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah
Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah

Contenu connexe

Tendances

Teori dan model perilaku konsumen
Teori dan model perilaku konsumenTeori dan model perilaku konsumen
Teori dan model perilaku konsumensyiami
 
Model perilaku konsumen
Model perilaku konsumenModel perilaku konsumen
Model perilaku konsumenAldy Rostyawan
 
Critical review jurnal manajemen pemasaran
Critical review jurnal manajemen pemasaranCritical review jurnal manajemen pemasaran
Critical review jurnal manajemen pemasaranEka Wahyuliana
 
Perilaku konsumen bab 1 & bab 2
Perilaku konsumen bab 1 & bab 2Perilaku konsumen bab 1 & bab 2
Perilaku konsumen bab 1 & bab 2Arini Nurmala Sari
 
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN SyaifLasvera Eroer
 
Analisis perilaku konsumen menurut schiffman n kanuk
Analisis perilaku konsumen menurut schiffman n kanukAnalisis perilaku konsumen menurut schiffman n kanuk
Analisis perilaku konsumen menurut schiffman n kanukINDOMARET
 
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...Excruciate Limited
 
Analisis Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pemb...
Analisis Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pemb...Analisis Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pemb...
Analisis Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pemb...Dadik Hardian
 
MAKALAH PERILAKU KONSUMEN
MAKALAH PERILAKU KONSUMENMAKALAH PERILAKU KONSUMEN
MAKALAH PERILAKU KONSUMENdyna septiani
 
Jurnal metode riset (powerpoint)
Jurnal metode riset (powerpoint)Jurnal metode riset (powerpoint)
Jurnal metode riset (powerpoint)Andreas Panjaitan
 
Perilaku konsumen tugas 1
Perilaku konsumen   tugas 1Perilaku konsumen   tugas 1
Perilaku konsumen tugas 1Yayu Ferdian
 
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KETPUTUSAN PEMBELIAN DI CHATIME CIHAMPELAS...
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KETPUTUSAN PEMBELIAN DI CHATIME CIHAMPELAS...PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KETPUTUSAN PEMBELIAN DI CHATIME CIHAMPELAS...
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KETPUTUSAN PEMBELIAN DI CHATIME CIHAMPELAS...indriaminati
 
Konsep dasar perilaku konsumen
Konsep dasar perilaku konsumenKonsep dasar perilaku konsumen
Konsep dasar perilaku konsumensomayspartan
 
Nuri proposal penelitian-doni andriansyah (sem)
Nuri proposal penelitian-doni andriansyah (sem)Nuri proposal penelitian-doni andriansyah (sem)
Nuri proposal penelitian-doni andriansyah (sem)Doni Andriansyah
 
Perilaku konsumen
Perilaku konsumenPerilaku konsumen
Perilaku konsumensemua unduh
 
Pembahasan analisis perilaku konsumen
Pembahasan   analisis perilaku konsumenPembahasan   analisis perilaku konsumen
Pembahasan analisis perilaku konsumenAG Za Mo
 

Tendances (19)

Teori dan model perilaku konsumen
Teori dan model perilaku konsumenTeori dan model perilaku konsumen
Teori dan model perilaku konsumen
 
Model perilaku konsumen
Model perilaku konsumenModel perilaku konsumen
Model perilaku konsumen
 
Critical review jurnal manajemen pemasaran
Critical review jurnal manajemen pemasaranCritical review jurnal manajemen pemasaran
Critical review jurnal manajemen pemasaran
 
Perilaku konsumen bab 1 & bab 2
Perilaku konsumen bab 1 & bab 2Perilaku konsumen bab 1 & bab 2
Perilaku konsumen bab 1 & bab 2
 
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI MANAJEMEN PEMASARAN
 
Analisis perilaku konsumen menurut schiffman n kanuk
Analisis perilaku konsumen menurut schiffman n kanukAnalisis perilaku konsumen menurut schiffman n kanuk
Analisis perilaku konsumen menurut schiffman n kanuk
 
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
Proposal Pendahuluan PENGARUH KEPUASAN PEGAWAI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PE...
 
Analisis Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pemb...
Analisis Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pemb...Analisis Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pemb...
Analisis Pengaruh Promosi, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pemb...
 
MAKALAH PERILAKU KONSUMEN
MAKALAH PERILAKU KONSUMENMAKALAH PERILAKU KONSUMEN
MAKALAH PERILAKU KONSUMEN
 
Skirpsi komplit
Skirpsi komplitSkirpsi komplit
Skirpsi komplit
 
Jurnal metode riset (powerpoint)
Jurnal metode riset (powerpoint)Jurnal metode riset (powerpoint)
Jurnal metode riset (powerpoint)
 
Perilaku konsumen tugas 1
Perilaku konsumen   tugas 1Perilaku konsumen   tugas 1
Perilaku konsumen tugas 1
 
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KETPUTUSAN PEMBELIAN DI CHATIME CIHAMPELAS...
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KETPUTUSAN PEMBELIAN DI CHATIME CIHAMPELAS...PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KETPUTUSAN PEMBELIAN DI CHATIME CIHAMPELAS...
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KETPUTUSAN PEMBELIAN DI CHATIME CIHAMPELAS...
 
Konsep dasar perilaku konsumen
Konsep dasar perilaku konsumenKonsep dasar perilaku konsumen
Konsep dasar perilaku konsumen
 
Ppt jurnal mr
Ppt jurnal   mrPpt jurnal   mr
Ppt jurnal mr
 
Nuri proposal penelitian-doni andriansyah (sem)
Nuri proposal penelitian-doni andriansyah (sem)Nuri proposal penelitian-doni andriansyah (sem)
Nuri proposal penelitian-doni andriansyah (sem)
 
Perilaku konsumen
Perilaku konsumenPerilaku konsumen
Perilaku konsumen
 
Perilaku konsumen
Perilaku konsumenPerilaku konsumen
Perilaku konsumen
 
Pembahasan analisis perilaku konsumen
Pembahasan   analisis perilaku konsumenPembahasan   analisis perilaku konsumen
Pembahasan analisis perilaku konsumen
 

En vedette

Persahabatan
PersahabatanPersahabatan
Persahabatanazylamp
 
Leonardo da vinci
Leonardo da vinciLeonardo da vinci
Leonardo da vincijgn1996
 
Allahu akbar!!!
Allahu akbar!!!Allahu akbar!!!
Allahu akbar!!!azylamp
 
Ciberassetjament en adolescents (v.bona)
Ciberassetjament en adolescents (v.bona)Ciberassetjament en adolescents (v.bona)
Ciberassetjament en adolescents (v.bona)aumapito
 
Maria noel
Maria noelMaria noel
Maria noelpetynoel
 
傳道書第七章
傳道書第七章傳道書第七章
傳道書第七章samson5410
 
Les plantes, éssers vius.
Les plantes, éssers vius.Les plantes, éssers vius.
Les plantes, éssers vius.MAICA CIMA
 
Dao tao do son 10. 2011
Dao tao do son   10. 2011Dao tao do son   10. 2011
Dao tao do son 10. 2011hamanhcuong
 
инструкция
инструкцияинструкция
инструкцияschoolperm40
 
Surat Lamaran Pernikahan
Surat Lamaran PernikahanSurat Lamaran Pernikahan
Surat Lamaran Pernikahanazylamp
 
Laporan ZIS Ramadhan1432H IMUSKA-PKPU
Laporan ZIS Ramadhan1432H IMUSKA-PKPULaporan ZIS Ramadhan1432H IMUSKA-PKPU
Laporan ZIS Ramadhan1432H IMUSKA-PKPUimuska
 
AgroMT prezentacija_LT
AgroMT prezentacija_LTAgroMT prezentacija_LT
AgroMT prezentacija_LTAgroMT
 
Prezentacja2 kn-01 02
Prezentacja2   kn-01 02Prezentacja2   kn-01 02
Prezentacja2 kn-01 02manieczka
 

En vedette (20)

Persahabatan
PersahabatanPersahabatan
Persahabatan
 
Biji kopi-1
Biji kopi-1Biji kopi-1
Biji kopi-1
 
Logística.. copia
Logística..   copiaLogística..   copia
Logística.. copia
 
Leonardo da vinci
Leonardo da vinciLeonardo da vinci
Leonardo da vinci
 
Allahu akbar!!!
Allahu akbar!!!Allahu akbar!!!
Allahu akbar!!!
 
Ciberassetjament en adolescents (v.bona)
Ciberassetjament en adolescents (v.bona)Ciberassetjament en adolescents (v.bona)
Ciberassetjament en adolescents (v.bona)
 
Maria noel
Maria noelMaria noel
Maria noel
 
Macroeconomia
MacroeconomiaMacroeconomia
Macroeconomia
 
傳道書第七章
傳道書第七章傳道書第七章
傳道書第七章
 
Hobby.pps
Hobby.ppsHobby.pps
Hobby.pps
 
Les plantes, éssers vius.
Les plantes, éssers vius.Les plantes, éssers vius.
Les plantes, éssers vius.
 
Dao tao do son 10. 2011
Dao tao do son   10. 2011Dao tao do son   10. 2011
Dao tao do son 10. 2011
 
Assignment
AssignmentAssignment
Assignment
 
инструкция
инструкцияинструкция
инструкция
 
Surat Lamaran Pernikahan
Surat Lamaran PernikahanSurat Lamaran Pernikahan
Surat Lamaran Pernikahan
 
Laporan ZIS Ramadhan1432H IMUSKA-PKPU
Laporan ZIS Ramadhan1432H IMUSKA-PKPULaporan ZIS Ramadhan1432H IMUSKA-PKPU
Laporan ZIS Ramadhan1432H IMUSKA-PKPU
 
Composio
ComposioComposio
Composio
 
Gabarito
GabaritoGabarito
Gabarito
 
AgroMT prezentacija_LT
AgroMT prezentacija_LTAgroMT prezentacija_LT
AgroMT prezentacija_LT
 
Prezentacja2 kn-01 02
Prezentacja2   kn-01 02Prezentacja2   kn-01 02
Prezentacja2 kn-01 02
 

Similaire à Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah

Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
Persepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada ptPersepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada pt
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada ptimamprakarsa
 
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DI BANK SUMS...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DI BANK SUMS...PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DI BANK SUMS...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DI BANK SUMS...Excruciate Limited
 
Mutiara Dwi Sari
Mutiara Dwi SariMutiara Dwi Sari
Mutiara Dwi Sariidmac2015
 
Psikologi industri dan organisasi revisi ii
Psikologi industri dan organisasi   revisi iiPsikologi industri dan organisasi   revisi ii
Psikologi industri dan organisasi revisi iiMercu Buana University
 
Kebijakan dan Praktek Perbankan di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemili...
Kebijakan dan Praktek Perbankan di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemili...Kebijakan dan Praktek Perbankan di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemili...
Kebijakan dan Praktek Perbankan di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemili...Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
 
Metode penelitian 1+2
Metode penelitian 1+2Metode penelitian 1+2
Metode penelitian 1+2Jauhar Anam
 
Bab 2 perilaku konsumen jasa finansial
Bab 2 perilaku konsumen jasa finansialBab 2 perilaku konsumen jasa finansial
Bab 2 perilaku konsumen jasa finansialLizar Alfansi
 
Nor Hatizal Amarul Shah
Nor Hatizal Amarul ShahNor Hatizal Amarul Shah
Nor Hatizal Amarul Shahidmac2015
 
2 prilaku konsumen
2 prilaku konsumen2 prilaku konsumen
2 prilaku konsumenAde Yh
 
Tugas softskill perilaku konsumen
Tugas softskill perilaku konsumenTugas softskill perilaku konsumen
Tugas softskill perilaku konsumenheribertusdwi
 
BAB 12 Psikologi Konsumen
BAB 12 Psikologi KonsumenBAB 12 Psikologi Konsumen
BAB 12 Psikologi KonsumenEdwardGrace6
 
Prilaku konsumen inggih septiyan
Prilaku konsumen inggih septiyanPrilaku konsumen inggih septiyan
Prilaku konsumen inggih septiyaninggihseptiyan
 
Prilaku konsumen inggih
Prilaku konsumen inggihPrilaku konsumen inggih
Prilaku konsumen inggihinggihseptiyan
 
Manajemen perbankan syari’ah
Manajemen perbankan syari’ahManajemen perbankan syari’ah
Manajemen perbankan syari’ahjuniska efendi
 
Bab 12 Psikologi Konsumen.pdf
Bab 12 Psikologi Konsumen.pdfBab 12 Psikologi Konsumen.pdf
Bab 12 Psikologi Konsumen.pdftrivaiva16
 

Similaire à Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah (20)

Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
Persepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada ptPersepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada pt
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
 
Ayu Permatasari
Ayu PermatasariAyu Permatasari
Ayu Permatasari
 
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DI BANK SUMS...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DI BANK SUMS...PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DI BANK SUMS...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DI BANK SUMS...
 
Mutiara Dwi Sari
Mutiara Dwi SariMutiara Dwi Sari
Mutiara Dwi Sari
 
Psikologi industri dan organisasi revisi ii
Psikologi industri dan organisasi   revisi iiPsikologi industri dan organisasi   revisi ii
Psikologi industri dan organisasi revisi ii
 
Kebijakan dan Praktek Perbankan di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemili...
Kebijakan dan Praktek Perbankan di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemili...Kebijakan dan Praktek Perbankan di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemili...
Kebijakan dan Praktek Perbankan di Indonesia: Kajian Penyaluran Kredit Pemili...
 
Metode penelitian 1+2
Metode penelitian 1+2Metode penelitian 1+2
Metode penelitian 1+2
 
Bab 2 perilaku konsumen jasa finansial
Bab 2 perilaku konsumen jasa finansialBab 2 perilaku konsumen jasa finansial
Bab 2 perilaku konsumen jasa finansial
 
Nor Hatizal Amarul Shah
Nor Hatizal Amarul ShahNor Hatizal Amarul Shah
Nor Hatizal Amarul Shah
 
2 prilaku konsumen
2 prilaku konsumen2 prilaku konsumen
2 prilaku konsumen
 
Presentasi Lktes Baru
Presentasi Lktes BaruPresentasi Lktes Baru
Presentasi Lktes Baru
 
Tugas softskill perilaku konsumen
Tugas softskill perilaku konsumenTugas softskill perilaku konsumen
Tugas softskill perilaku konsumen
 
BAB 12 Psikologi Konsumen
BAB 12 Psikologi KonsumenBAB 12 Psikologi Konsumen
BAB 12 Psikologi Konsumen
 
Makalah_3 Makalah tugas agribisnis 9
Makalah_3 Makalah tugas agribisnis 9Makalah_3 Makalah tugas agribisnis 9
Makalah_3 Makalah tugas agribisnis 9
 
Prilaku konsumen inggih septiyan
Prilaku konsumen inggih septiyanPrilaku konsumen inggih septiyan
Prilaku konsumen inggih septiyan
 
Metode riset
Metode risetMetode riset
Metode riset
 
Prilaku konsumen inggih
Prilaku konsumen inggihPrilaku konsumen inggih
Prilaku konsumen inggih
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
 
Manajemen perbankan syari’ah
Manajemen perbankan syari’ahManajemen perbankan syari’ah
Manajemen perbankan syari’ah
 
Bab 12 Psikologi Konsumen.pdf
Bab 12 Psikologi Konsumen.pdfBab 12 Psikologi Konsumen.pdf
Bab 12 Psikologi Konsumen.pdf
 

Dernier

Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian outputjafarismail7
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 

Dernier (17)

Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian outputArah Kebijakan IKPA tahun 2023  fokus tentang capaian output
Arah Kebijakan IKPA tahun 2023 fokus tentang capaian output
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
analisis sensitivitas metode simplkes.pptx
analisis sensitivitas metode simplkes.pptxanalisis sensitivitas metode simplkes.pptx
analisis sensitivitas metode simplkes.pptx
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 

Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah

  • 1. 1 ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEINGINAN MENABUNG DAN MEMPEROLEH PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Aiyub The research was conducted in Nanggroe Acheh Darussalam Province, it aimed to indentify characteristic of society clasification and behaviour toward Islamic banking, and also mapping potency of network developed Islamic banking in research area. Research method was quantitative with logistic Regression Model and Chow test. The result of the research indicated society behaviour mostly unknown about system and islamic banking product. Society behaviour has two sides, namely willingness to save and to get fund from Islamic Bank. It indicated mostly willingness to save, was 462 person (92,4%) an addition, willingness to get fund was great also., it was 466 person (93,2%). Simoultaneously both funding side and saving side indicated potency to develop Islamic Bank, it was at middle catagory. Although patially it has the great potency. Chow Test indicated different among 7 research areas, each area has differented characteristic. Therefore the developed Islamic Bank in NAD Province need to searched partially. Key word : Syariah Banking, Potence, Preference and behaviour Aiyub adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh 1 STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 2. 2 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Pendahuluan Banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia dan juga di NAD. Permasalahan yang muncul antara lain adalah rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap perbankan syariah terutama disebabkan oleh dominasi perbankan konvensional. Disamping itu, struktur pengetahuan dan persepsi masyarakat yang sudah terbangun sekian lama terhadap bank konvesional, tentu saja tidak mudah untuk diarahkan kepada perbankan yang berazaskan Syariah Islam. Dengan alasan itu, penelitian ini dirasa penting untuk mengungkapkan bagaimana struktur persepsi masyarakat NAD saat ini, serta bagaimana peluang dan strateginya untuk dirubah agar lebih menerima perbankan syariah. Meskipun perbankan syariah dikenal belum lama, adalah menarik untuk mempelajari bagaimana karakteristik masyarakat yang selama ini telah mengadopsi bank syariah. Apakah karakter tersebut bersifat khas, dan apakah mereka merupakan pasar yang potensial untuk kedepan? Lebih khusus lagi, perlu pula digali bagaimana potensi perbankan secara umum, baik sektor usaha maupun segmen masyarakatnya, serta dimana lokasi yang sesuai untuk pengembangannya. Sejalan dengan pelaksanaan Syariat Islam di NAD yang telah berjalan selama empat tahun lebih, berbagai upaya dan langkah terus ditempuh oleh pihak yang mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan Syariat Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan termasuk aspek perbankan syariah. Seiring dengan itu rehabilitasi dan rekontruksi di NAD dan Nias pasca gempa bumi dan tsunami perlu dilakukan berbagai kegiatan yang dapat mendukung pelaksanaan Syariat Islam dan kebijakan-kebijakan untuk masa yang akan datang khususnya dalam aspek perbankan syariah, oleh sebab itu perbankan syariah perlu mengembangkan jaringan perbankannya dengan berbagai upaya baik melalui peningkatan pemahaman masyarakat mengenai produk, mekanisme, sistem dan seluk beluk perbankan syariah, perkembangan jaringan perbankan syariah akan tergantung pada besarnya demand masyarakat terhadap sistem perbankan ini. Oleh karena itu, agar kegiatan sosialisasi dalam rangka peningkatan pemahaman masyarakat terhadap Syariat Islam dalam sektor perbankan syariah agar lebih efektif diperlukan informasi yang lengkap mengenai karakteristik dan perilaku nasabah/calon nasabah terhadap perbankan syariah. Penelitian yang bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai hal-hal tersebut diperlukan sejalan dengan keinginan agar kebijakan dalam pelaksanaan Syariat Islam mengenai perbankan syariah dapat ditumbuh kembangkan dalam masyarakat, begitu juga kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terhadap perbankan syariah di NAD haruslah didasarkan pada hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan (research-based policy making). Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana perilaku kelompok masyarakat di wilayah penelitian terhadap perbankan Islam. (2) Bagaimana peta potensi pengembangan jaringan perbankan Islam di wilayah penelitian.
  • 3. 3 Landasan Teoritis Penelitian ini merupakan studi awal untuk mengetahui persepsi masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam, karena keterbatasan dana dan waktu, penelitian ini hanya dibatasai pada tujuh buah Kabupaten dan Kota, sementara masih terdapat 14 Kabupaten dan Kota lainnya yang tidak termasuk dalam wilayah penelitian untuk studi awal ini. Populasi yang menjadi sampel hanya 500 orang untuk tujuh Kabupaten. Namun demikian Kabupaten dan Kota serta sampel yang dipilih sudah cukup mewakili daerah penelitian. Rencana pengembangan ke depan diharapkan Kabupaten dan Kota yang dipilih serta masyarakat yang menjadi sampel jauh lebih banyak dari studi awal ini. Yang terpenting dari rencana pengembangan hasil penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai landasan yang kuat bagi pengembangan bank syariah di Nanggroe Aceh Darussalam. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori preferensi dan pilihan konsumen. Menurut teori preferensi dan pilihan konsumen, seorang konsumen dalam membuat keputusan terhadap apa yang ingin dibelinya melalui beberapa proses, yaitu proses pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian dan perilaku pascapembelian (Engel, Blackwell, Miniard, 1994). Dalam proses pengenalan kebutuhan seseorang akan mencari tentang manfaat dari produk tersebut atau konsumen berusaha menemukan sumber motivasi yang menyebabkan dia tertarik dan melibatkan diri dalam produk tersebut. Dalam proses selanjutnya konsumen akan berusaha mendapatkan informasi yang lebih detail mengenai produk tersebut dalam hal ini konsumen akan mencoba mencari media- media informasi yang menginformasikan tentang produk tersebut, misalnya media cetak atau media elektronik. Tahap selanjutnya seorang konsumen akan melakukan evaluasi alternatif yang menjadi pertimbangan awal bagi konsumen untuk mendapatkan produk tersebut. Termasuk dalam pertimbangan pada tahap ini adalah mengenai harga, mutu atau merk dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh barang tersebut dibandingkan dengan barang lainnya. Setelah semua selesai dan matang dalam pertimbangan kemudian proses selanjutnya adalah proses pengambilan keputusan yaitu membeli atau tidak barang tersebut. Seandainya konsumen akhirnya memutuskan untuk membeli maka hal penting yang perlu diketahui adalah perilaku konsumen pascapembelian. Dalam hal ini adalah sejauhmana konsumen merasa puas terhadap apa yang dibelinya. Adakah membawa kepada imeg yang baik atau buruk bagi pembuatan keputusan selanjutnya. (Dijelaskan berdasarkan Gambar 1) STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 4. 4 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 PENGENALAN KEBUTUHAN Manfaat yang dicari Motivasi Keterlibatan PENCAIRAN INFORMASI Sumber Informasi Media Berpengaruh Fokus Perhatian EVALUASI ALTERNATIF Pertimbangan Awal Indikator Mutu PROSES PEMBELIAN Alasan Pemilihan Jenis Tempat Pengeluaran PERILAKU PASCAPEMBELIAN Tingkat Kepuasan Loyalitas Gambar 1. Proses Keputusan Konsumen Sumber : Engel, Blackwell, Minard (1994) Pandangan dalam teori “Veblen Effects” juga menjadi sorotan dan pertimbangan tersendiri dalam penelitian ini, menurut Veblen, konsumsi atraktif yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh elemen sosiologi dan psikologi dimana hal ini kemudian mempengaruhi terhadap fungsi permintaan. Elemen tersebut menjadi faktor bahwa turunan utilitas dari suatu unit komoditi yang digunakan untuk konsumsi atraktif tidak hanya tergantung dari tingkat kualitas sejenis dari barang tersebut tetapi juga harga yang dibayarkan untuk unit barang tersebut. (Anny Ratnawati, dkk, 2001).
  • 5. 5 Menurut Bentler dan Speckart (1997) mengatakan bahwa minat atau keinginan seseorang untuk memperoleh atau mendapatkan (membeli) sesuatu produk atau barang selain secara langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor sikap dan norma subjektif, juga dipengaruhi oleh faktor perilaku sebelumnya. Model Bentler dan Speckart merupakan pengembangan dari reasoned action model Fishbein dan Ajzein yang diformulasikan sebagai berikut : B ~ BI = w1 AB + w2 SN AB = E(bi) (ei) SN = E(NBj) (MCj) Dimana B adalah perilaku tertentu, BI adalah minat konsumen untuk melaksanakan perilaku B, AB adalah sikap konsumen untuk melaksanakan perilaku B, bi adalah kekuatan dari keyakinan penting (probabilitas subjektif yang dipegang oleh seorang konsumen bahwa melaksanakan perilaku B cenderung menimbulkan akibat i ("akibat" mencakup konsekuensi, upaya, biaya, karakteristik, dan atribut lain), ei adalah evaluasi tentang akibat i, SN merupakan norma subjektif yang berkaitan dengan apakah orang lain j (referen) menghendaki konsumen tersebut melakukan perilaku B, NBj adalah keyakinan normatif dari konsumen bahwa orang penting lain (referen) j berpendapat ia seyogyanya atau tidak seyogyanya melaksanakan perilaku B, MCj adalah motivasi konsumen untuk menuruti pengaruh dari referen j, w1 dan w2 merupakan bobot regresi yang ditentukan secara empiris, n adalah banyaknya keyakinan penting yang dipegang oleh konsumen tersebut berkenaan dengan pelaksanaan perilaku B dan M merupakan banyaknya referen yang relevan. Menurut Markoni Badri (2003) mengatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk atau jasa, seperti faktor budaya (culture), sosial (social), pribadi (personal), dan faktor psikologis (psychological factor). Faktor psikologis yang berhubungan dengan keyakinan (agama) konsumen biasanya akan lebih sensitif dan lebih respon dibandingkan, beberapa teori dan pandangan di atas menjadi landasan pembuatan kerangka pikir dalam penelitian ini. Penelitian tentang perilaku, karakteristik, dan persepsi masyarakat terhadap Bank Islam khususnya di Indonesia masih sangat terbatas. Namun penelitian pendahuluan yang dilakukan Wibisana dkk. (1999) di Jawa Timur secara sederhana dapat memberikan gambaran awal tentang perilaku dan persepsi masyarakat terhadap Bank Islam. Penelitian lain tentang masalah yang sama dilakukan di Jordan oleh Erol dan El-Bdour (1989) dan El-Bdour (1984). Penelitian yang lebih lengkap tentang potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap Bank Syariah dilakukan oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kajian Pembangunan Lembaga Penelitian Undip (2004), penelitian ini mengambil lokasi di Jogyakarta. Hasil penelitian menemukan bahwa preferensi masyarakat terhadap tingkat kompatibilitas menunjukkan tingkat kecocokan terhadap System perbankan syariah dimana sebagian besar masyarakat STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 6. 6 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 tidak setuju terhadap tingkat kompatibilitas dari perbankan syariah. Tingkat kompatibilitas terendah terlihat pada Kabupaten Demak,Kota Semarang dan Kabupaten Kendal. Dari sisi perilaku masyarakat yang dilihat dari dua aspek masing- masing keinginan masyarakat untuk menabung dan memperoleh pembiayaan dari perbankan syariah, penelitian ini menemukan sekitar 59,00 persen yang menginginkan menabung di perbankan syariah dan 55,11 persen yang menyatakan menginginkan untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan syariah. Ditinjau dari pengembangan Bank Syariah di Jawa Tengah maupun DIY dapat dilihat bahwa pengembangan perbankan syariah mempunyai prospek yang mengembirakan. Hal ini tercemin dimana sebagian besar responden mempunyai respon yang positif meskipun mereka belum mengenal tentang sistem dan produk-produk perbankan syariah. Studi pendahuluan tentang Persepsi Masyarakat tentang Bank Perkreditan Rakyat Islam di Jawa Timur (Wibisana dkk. 1999) menunjukkan adanya keberagaman persepsi masyarakat terhadap B`ank Islam. Pemahaman tentang bunga, misalnya, menunjukkan bahwa sebagian besar (yaitu 55%) masyarakat (responden) mengatakan halal. Persepsi tersebut didukung oleh sebagian ulama dan santri yang mengatakan bahwa bunga bank hukumnya halal. Dari seluruh responden yang berjumlah 60 orang hanya 10% yang mengatakan haram, selebihnya mengatakan subhat dan tidak tahu. Dari temuan tersebut dapat diketahui bahwa ada indikasi bahwa masyarakat belum memahami keberadaan bank Islam secara lengkap. (Wibisana dkk. 1999, 43-8; cf. Erol dan El-Bdour 1989; El- Bdour 1984). Temuan di atas sebetulnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Erol dan El-Bdour (1989). Penelitian yang dilakukan di Jordan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sebetulnya lebih berorientasi pada profit dari pada kepatuhan mereka kepada perintah agama. Dengan kata lain, motivasi agama bukan merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan untuk memilih bank syariah, tetapi motivasi yang kuat adalah berdasarkan pada motif profit oriented (Erol dan El-Bdour 1989, 33). Temuan ini juga memperkuat hasil penelitian El- Bdour (1984) sebelumnya. Apa yang diungkapkan diatas merupakan sebuah potret tentang persepsi masyarakat terhadap Bank Islam. Namun demikian, pemahaman masyarakat tentang bunga hanya merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap Bank Islam. Penelitian yang lebih mendalam dan lengkap masih sangat diperlukan untuk mengetahui preferensi dan perilaku masyarakat terhadap Bank Islam. Metodelogi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan di Nanggroe Aceh Darussalam, untuk wilayah sampel Utara/Timur dipilih Kabupaten Aceh Utara dan Lhokseumawe. Wilayah yang dekat dengan ibukota Provinsi NAD dipilih Kabupaten Aceh Besar. Untuk wilayah tengah (pegunungan) dipilih Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Dan, wilayah kepulauan dipilih Kabupaten Sabang.
  • 7. 7 Pengambilan sampel lokasi didasarkan atas pertimbangan (1) potensi agama (Islam) dan (2) potensi ekonomi. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi potensi agama (Islam) meliputi: (a) jumlah masjid dan meunasah, (b) proporsi jamaah haji terhadap penduduk muslim dan (c) proporsi penduduk muslim terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Sedangkan potensi ekonomi meliputi (1) tingkat pertumbuhan ekonomi, (2) PDRB perkapita dan (3) proporsi PAD terhadap APBD, jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan, aktivitas perdagangan, aktivitas perbankan dan pertimbangan peneliti. Jumlah responden yang dikumpulkan adalah minimal sebanyak 100 responden untuk setiap Kabupaten/kota, yang terdiri atas: 20 responden pengusaha (produsen) dan 80 responden masyarakat (konsumen atau rumah tangga konsumsi). Yang dimaksudkan pengusaha (produsen) adalah termasuk masyarakat atau rumah tangga yang bergerak dalam kegiatan menghasilkan atau menjual barang atau jasa, misalnya pedagang besar atau pedagang kecil. Sedangkan masyarakat (rumah tangga konsumsi) adalah masyarakat sebagai konsumen, misalnya PNS, TNI/Polri, Pelajar/Mahasiswa, karyawan swasta, dan lain-lain. Penentuan lokasi kecamatan terpilih di setiap kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kriteria yang sama dalam pemilihan kabupaten/kota. Pengambilan responden dipilih secara accidental dengan memperhatikan penyebaran antar kecamatan. Metode Analisis Data Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap alat ukur (kuisioner). Kuisioner yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment (person) sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan uji Crobach Alpha. Untuk mengetahui preferensi dan perilaku masyarakat terhadap perbankan Islam digunakan metode skoring dan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antar variabel digunakan Logistic Regression. Pembentukan model dalam penelitian berdasarkan kerangka Pikir seperti yang tercantum pada gambar 2. POTENSI 1. Demografi 2. Ekonomi 3. Nilai Sosial PERILAKU THD 4. Sistem Sosial PRODUK SYARIAH SIKAP Menerima atau Menolak Menerima atau Menolak 1. Tabungan LOKASI 1. Prinsip Syariah 2. Produk Syariah 2. Pembiayaan PREFERENSI 1. Keuntungan Relatif 2. Kompatibilitas 3. Kompleksitas 4. Triabilitas Gambar 2. Model Kerangka Pikir Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 8. 8 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Keterangan : De = Demografi Ec = Ekonomi De1 = Jenis Kelamin Ec1 = Pekerjaan De2 = Umur Ec2 = Pendapatan De3 = Pendidikan Ec3 = Aksebilitas Wilayah Sv = Nilai Sosial Ss = Sistem Sosial Sv1 = Keragamaan Ss1 = Toleransi Thd Penyimpangan Agama Sv2 = Keterbukaan Terhadap Ss2 = Akses terhd Informasi Hal baru Pf= Preferensi D = Lokasi Pf1 = Keuntungan Relatif (Aceh Utara, Lhokseumawe, Pf2 = Kompatibilitas A.Tengah, Bener Meriah, Pf3 = Kompleksitas Aceh Besar, Aceh Barat dan Pf4 = Triabilitas/Observabilitas Sabang) Sumber : dimodivikasi dari PPKP-LP Undip (2000) Estimasi pengembangan bank Islam dari sisi tabungan dan pembiayaan akan digunakan model logit dengan persamaan sebagai berikut : (Gujarati, 1995;555). Pi = e zi ..................................................................................................(1) 1 − Pi k Z i = β o + ∑ β i X ij .......................................................................................(2) j =1 Jadi : k β o + ∑ β i X ij Pi = e j =1 .........................................................................................(3) 1 − Pi Berdasarkan kerangka pemikiran teoritik maka persamaan (2) tersebut dapat dioperasionalisasikan sebagai berikut : Z i = α 0 + ∑ α i Deij + ∑ β i Ecij + ∑ χ i Svij + ∑ δ i Ss ij + ∑ φi Pf ij ...........................(4) Dimana : Zi = Sikap Masyarakat Bank Syariah De = Demografi (jenis kelamin, umur dan pendidikan) Ec = Ekonomi (jenis pekerjaan, pendapatan dan aksebilitas wilayah) Sv = Nilai Sosial (keberagamaan dan sikap terbuka menerima hal yang baru) Ss = Sistem Sosial (toleransi terhadap penyimpangan agama, kemampuan akses informasi) Pf = Preferensi (keuntungan Relatif, Kompleksitas, Bagi Hasil, Triabilitas) α = adalah Konstanta αi,βi,χi,δi,Фi = Koefisien variabel yang diestimasi
  • 9. 9 Untuk mencapai tujuan ke dua, akan digunakan model alternatif yaitu model chow test (Gujarati, 1995; 263 – 264). Dengan menggunakan model tersebut akan diuji apakah perbedaan persamaan regresi antar Kabupaten dan Kota berbeda atau sama. Dengan menggunakan model tersebut dapat dibuat mapping mengenai potensi pengembangan Bank Islam dan karakteristik kelompok masyarakat dan perilakunya terhadap Bank Islam. Hasil Penelitian Pengetahuan masyarakat tentang Bank Syariah sangat terbatas, masih sebatas pernah mendengar namanya saja dan tidak semua dari mereka yang mengaku pernah mendengar mampu menyebutkan dengan baik nama Bank Syariah. Kebanyakan masyarakat mendengar Bank Syariah dari media massa dan dari teman, di samping dari media lainnya. Pengetahuan masyarakat tentang sistem pengelolaan Bank Syariah juga masih sangat rendah, hanya 47 orang (9.4%) yang tahu tentang sistem bagi hasil dan 1 orang saja (0,2%) yang tahu tentang wadiah. Demikian pula pengetahuan masyarakat terhadap produk Bank Syariah, baik produk penghimpun dana (3.2%), produk penyaluran dana (2.4%) dan produk jasa (0%) masih sangat rendah sekali. Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap Bank Syariah melahirkan persepsi atau pandangan yang keliru terhadap Bank Syariah dan ini akan membentuk preferensi yang rendah pula yang berakhir dengan rendahnya keputusan masyarakat untuk memilih Bank Syariah. Persepsi masyarakat terhadap bunga yang diberikan oleh Bank Konvensional masih beragam, 80 orang (16%) mengatakan halal, 298 orang (59.60%) mengatakan haram, 114 orang (22.80%) menyebutkan subhat dan 8 orang (1,6%) mengatakan ragu-ragu. Preferensi masyarakat terhadap keuntungan relatif (68%), Sistem bagi hasil (71%), multi keuntungan (72.6%) dan kesungguhan mencari informasi (63.4%). Dari keempat konstruk yang ditanyakan ternyata menunjukkan preferensi yang sangat tinggi dan ini menunjukkan pengembangan Bank Syariah sangat berpotensi tinggi. Keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah sangat tinggi yaitu 462 orang (92.4%) dan 446 orang (93.2%) (hasil penambahan antara jawaban sangat bersedia dan bersedia) Tabel. 1 Perilaku Masyarakat Terhadap keinginan Menabung dan Memperoleh Pembiayaan Pada Bank Syariah Sangat Katagori Sangat Ragu- Tidak Tidak Jlh Bersedia Bersedia Ragu Bersedia Bersedia Jumlah 77 385 36 1 1 500 Menabung Persen 15.4 77 7.2 0.2 0.2 100 Jumlah 119 347 30 4 0 500 Pembiayaan Persen 23.8 69.4 6 0.8 0 100 Sumber : Data Penelitian Lapangan (2006) STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 10. 10 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Berdasarkan hasil regresi logistik seperti dalam Tabel 2 menunjukkan Jenis Kelamin (De1), Pendapatan (Ec2), Keberagamaan (Sv1), Toleransi Terhadap Penyimpangan Agama (Ss1), Akses Terhadap Informasi (Ss2), Kompatibilitas (Pf2), Kompleksitas (Pf3) dan Triabilitas (Pf4) berpengaruh secara positif terhadap keinginan menabung sedangkan variabel Umur (De2), Pendidikan (De3), Pekerjaan (Ec1), Aksebilitas Wilayah (Ec3), Pendidikan (Sv2) dan Keuntungan Relatif mempunyai pengaruh secara negatif terhadap keinginan menabung. Tabel 2 Hasil Regresi Logistik Terhadap Keinginan Menabung Pada Bank Syariah Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step a De1 1.139 .794 2.058 1 .151 3.122 1 De2 -1.001 1.115 .807 1 .369 .367 De3 -.508 .523 .944 1 .331 .601 Ec1 -.103 .100 1.059 1 .303 .902 Ec2 .146 .518 .080 1 .778 1.157 Ec3 -.703 .937 .564 1 .453 .495 Sv1 .481 1.163 .171 1 .679 1.617 Sv2 -.242 .683 .126 1 .723 .785 Ss1 .570 1.071 .283 1 .595 1.768 Ss2 .572 1.018 .315 1 .574 1.771 Pf1 -.866 .534 2.627 1 .105 .421 Pf2 .257 .575 .199 1 .655 1.293 Pf3 .524 .419 1.564 1 .211 1.689 Pf4 .959 .591 2.636 1 .104 2.609 Constant 1.872 1.987 .888 1 .346 6.502 a. Variable(s) entered on step 1: De1, De2, De3, Ec1, Ec2, Ec3, Sv1, Sv2, Ss1, Ss2, Pf1, Pf2, Pf3, Pf4. Sumber : Data diolah (2006) Dari sisi keinginan memperoleh pembiayaan, hasil regresi logistik menunjukkan bahwa variabel (De1), (Ec2), (Sv1), (Ss1), (Ss2), (Pf2) dan (Pf4) memiliki hubungan positif dengan keinginan menabung sedangkan variabel (De2), (De3), (Ec1), (Ec3), (Sv2), (Pf1) dan (Pf3) memiliki hubungan negatif dengan keinginan menabung pada Bank Syariah. Hasil uji Chow Test dari sisi tabungan ditemukan bahwa nilai Fhitung (104,63) > dari nilai Ftabel (2,51), dan demikian pula dari sisi pembiayaan nilai Fhitug (95,68) > nilai Ftabel (2,51) hal ini menunjukkan bahwa wujudnya perbedaan yang sangat signifikan antar daerah penelitian. Masing-masing daerah menunjukkan karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahui bagaimana peta potensi pengembangan Bank Syariah di wilayah penelitian, maka dilihat hubungan masing-masing faktor dengan cara menggabungkan skor masing-masing variabel atau faktor yang telah dimasukkan ke dalam model, yaitu faktor demografi, faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor sistem sosial. Di mana faktor demografi dihitung dengan variabel umur dan jenis pendidikan serta pertimbangan jumlah penduduk masing-masing wilayah penelitian, faktor ekonomi diukur dengan variabel tingkat pendidikan dan kemampuan akses wilayah, faktor sosial diukur melalui variabel keragamaan dan sikap keterbukaan terhadap hal yang baru sedangkan faktor sistem sosial diukur melalui sikap toleransi terhadap penyimpangan agama dan kemampuan akses terhadap informasi. Nilai atau range
  • 11. 11 skor dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu katagori rendah (0-50,99 point), katagori sedang (51-75,99 point) dan katagori tinggi (76-100 point) Tabel 4 Pemetaan Daerah Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Bank Syariah Dilihat dari Sisi Tabungan KATAGORI No Kabupaten Nilai Sistem Karakteristik Demografi Ekonomi Sosial Sosial 1 2 3 4 5 6 7 1 Aceh Utara Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sangat Potensial 2 Sedang Sedang Tinggi Tinggi Potensial Lokseumawe Aceh 3 Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Tengah Bener 4 Rendah Tinggi Sedang Rendah Sedang Meriah 5 Aceh Besar Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang 6 Aceh Barat Sedang Tinggi Rendah Rendah Sedang 7 Sabang Rendah Rendah Sedang Rendah Kurang Potensial Jumlah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sumber : Data Penelitian Lapangan diolah, 2006 Berdasarkan hasil pemetaan potensi pengembangan Bank Syariah dari sisi tabungan di wilayah penelitian, maka terlihat bahwa Kabupaten Aceh Utara sangat potensial untuk dikembangkan Bank Syariah karena memiliki potensi demografi, nilai sosial dan sistem sosial yang tinggi walaupun memiliki nilai ekonomi yang sedang. Lhokseumawe juga lahan yang potensial untuk dikembangkan Bank Syariah karena Lhokseumawe memiliki penduduk yang relatif banyak (sedang), tingkat ekonomi masyarakat yang relatif tinggi (sedang) serta memiliki nilai sosial serta sistim sosial yang tinggi. Sedangkan Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Besar dan Aceh Barat memiliki potensi yang sedang untuk pengembangan bank syariah karena umumnya daerah tersebut memiliki kemampuan akses informasi dan aksebilitas wilayah yang masih agak rendah. Namun dari sisi ekonomi terlihat Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Barat memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Sedangkan kota Sabang hasil pemetaan menunjukkan bahwa daerah tersebut untuk sekarang ini kurang potensial untuk dikembangkan Bank Syariah, hal ini disebabkan karena Sabang dari segi demografi memiliki jumlah penduduk yang tergolong rendah, kemudian tingkat ekonomi dan sistem sosial terutama kemampuan akses informasi juga tergolong dalam katagori rendah, walaupun dari nilai sosial Sabang memiliki nilai yang agak tinggi (sedang). STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 12. 12 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Tabel 5 Pemetaan Daerah Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Bank Syariah Dari Sisi Pembiayaan KATAGORI Karakteri No Kabupaten Sistem Demografi Ekonomi Nilai Sosial stik Sosial 1 2 3 4 5 6 7 Sangat 1 Aceh Utara Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Potensial 2 Sedang Sedang Tinggi Tinggi Potensial Lhokseumawe 3 Aceh Tengah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang 4 Bener Meriah Rendah Tinggi Sedang Rendah Sedang 5 Aceh Besar Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang 6 Aceh Barat Sedang Tinggi Rendah Rendah Sedang Kurang 7 Sabang Rendah Rendah Sedang Rendah Potensial Jumlah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sumber : Data Penelitian Lapangan diolah, 2006 Kalau dilihat pemetaan potensi pengembangan Bank Syariah di wilayah penelitian dari sisi pembiayaan, maka terlihat tidak ada perbedaan sama sekali dengan pemetaan potensi pengembangan Bank Syariah dari sisi tabungan. Oleh karena semua variabel dan faktor yang diuji memiliki nilai katagori yang sama seperti telah dijelaskan pada sisi tabungan maka dari sisi pembiayaanpun memiliki kesimpulan yang sama. Kesimpulan akhir yang dapat digambarkan melalui pemetaan potensi di atas adalah bahwa secara keseluruhan potensi pengembangan Bank Syariah ditujuh wilayah penelitian adalah berada dalam katagori sedang. Hal ini disebakan secara rata-rata indikator, demografi, ekonomi sistem sosial dan nilai sosial berada dalam katagori sedang. Kesimpulan ini adalah kesimpulan awal yang diambil secara menyeluruh (rata-rata) namun apabila dilihat secara terpisah untuk masing-masing kabupaten/kota maka kesimpulannya adalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Kesimpulan dan Saran Dari hasil pembahasan terhadap potensi, preferensi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap Bank Syariah di Nanggroe Aceh Darussalam dapat disimpulkan karakteristik dan perilaku kelompok masyarakat di wilayah penelitian dimana sikap masyarakat terhadap sistem dan produk perbankan syariah menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang sistem maupun produk perbankkan syariah, sehingga keadaan ini memberikan nilai potensi yang kurang terhadap pengembangan Bank Syariah. Namun demikian keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan sangat tinggi sekali.
  • 13. 13 Potensi nilai sosial, terutama potensi agama terlihat bahwa hampir semua daerah memiki potensi yang tinggi, sementara itu respon masyarakat terhadap hal-hal yang baru, terlihat Kabupaten Aceh Utara, Lhokseumawe dan Kota Sabang memiliki tingkat responsif yang tinggi. Sedangkan Kabupaten Aceh Barat termasuk dalam katagori yang rendah dan Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Aceh Besar tergolong dalam katagori yang sedang. Pemetaan terhadap keinginan menabung dan memperoleh pembiayaan pada Bank Syariah terlihat bahwa keseluruhan kabupaten dan kota memiliki nilai potensial yang tinggi (diatas 85%) dan yang tertinggi adalah Kabupaten Aceh Barat (98%), Aceh Besar (97%), Bener Meriah (96%), Lhokseumawe (95%), Aceh Utara (94%), Aceh Tengah (86%) dan Sabang (84%). Hasil pemetaan secara keseluruhan dengan menggabungkan semua faktor untuk setiap daerah baik dari sisi pembiayaan maupun dari sisi tabungan maka dapat disimpulkan bahwa secara umum potensi pengembangan bank syariah di wilayah penelitian adalah berada dalam katagori sedang. Walaupun secara terpisah terlihat beberapa daerah. Rekomendasi Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi bagi pihak-pihak terkait, pertama di Nanggroe Aceh Darussalam ada beberapa Bank Syariah yang telah beroperasi namun selama ini Bank Syariah tersebut masih sangat rendah aktifitas sosialisasi kepada masyarakat. Oleh karena itu ke depan diharapkan perlu dilakukan sosialisasi yang lebih gencar dan efektif baik melalui media electronik maupun media cetak. Hal ini adalah dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap Bank Syariah. Kedua, sosialisasi yang efektif dan intensif perlu ditekankan pada pengenalan sisi keunggulan komparatif yang dimiliki Bank Syariah disamping tentang produk dan jasa yang dimiliki oleh Bank Syariah. Hal ini dilakukan untuk menepis sikap keragu-raguan dikalagan masyarakat. Ketiga, bagi masyarakat yang sudah bersedia bergabung dan menjadi nasabah Bank Syariah supaya tetap dijaga kepercayaan dari mereka dengan tetap memberi imeg yang baik yaitu melalui pelayanan dan profesionalisme kerja yang tinggi. Keempat, Bagi Bank Syariah juga perlu meningkatkan kinerja yang baik, melengkapkan perangkat kerja yang memadai, seperti aspek legalitas, prosedural, sumber daya baik finansial yang kuat maupun sumber daya manusia yang handal,dan kelima, bagi daerah-daerah yang belum memiliki Bank Syariah, supaya dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah atau pengusaha untuk melihat potensi yang sangat besar bagi penggembagan Bank Syariah. Rendahnya jumlah nasabah dan kurang berkembangnya perbankan syariah di Nanggroe Aceh Darussalam tidak terlepas dari langkanya jumlah perbankan syariah di Nanggroe Aceh Darussalam. Apabila perlu semua bank umum yang beroperasi di Nanggroe Aceh Darussalam diharuskan untuk membuka konter syariah (dual banking) dalam rangka mendukung pelaksanaan Syariat Islam. STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 14. 14 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Referensi Ancok, Djamaludin,1995. Teknik Penyusunan Skala Pengukur, Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Anonimus. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah. Bank Indonesia. Jakarta Al-Omar, Fuad , M.Abdel Haq. 1996. Islamic Banking : Theory, Practice and Challenges. Oxford University Press. USA. Anonimus. 2000. Perkembangan Ekonomi-Keuangan Daerah tahun 1999 Propinsi Jawa Barat. Bank Indonesia. Bandung. Anonimus. 2000. Keynote Speech : Deputi Gubernur Bank Indonesia Pada Seminar Nasional :“Pengembangan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia dalam Menyikapi Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas” , Bandung, 14 Oktober 2000 Anonimus. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah. Bank Indonesia. Jakarta Antonio, M.Syafei, 1999, “Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum ”, Tazkia Institute dan Bank Indonesia, Jakarta. Antonio, M.Syafei, 1999, “Bank Syariah : Wacana Ulama dan Cendikiawan”, Tazkia Institute dan Bank Indonesia, Jakarta. Al-Omar, Fuad , M.Abdel Haq. 1996. Islamic Banking : Theory, Practice and Challenges. Oxford University Press. USA. Aunuddin. 1989. Analisis Data. PAU Ilmu Hayat IPB. Bogor. Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah : Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek. AlvaBet. Jakarta Aceh Tengah Dalam Angka, 2004, Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Aceh Tengah. Aceh Utara Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Aceh Utara Aceh Barat Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Aceh Barat Aceh Besar Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Aceh Barat Basri, Ikwan Abidin, MA. 2000. Perkembangan Umat Islam di Indonesia. Artikel. www.tazkia.com. Jakarta. ____________________. 2000. Kendala Sosialisasi Perbankan Syariah di Indonesia. Artikel. www.tazkia.com. Jakarta.
  • 15. 15 Bank Indonesia, 2000, “Informasi Mengenai Peraturan Bank Indonesia Bagi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah”. Bank Indonesia, 2000, “Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Bank Syariah “. Bank Indonesia, 2000, “Potensi, Freferensi dan Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Syariah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jogyakarta.” Bentler, P.M. dan G.Speckart, 1979, "Model of Attitude Behavior Relations", Psychological Review, vol 86, pp. 448-465. Bener Meriah Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kabupaten Bener Meriah Caragata, Warren. July 21, 2000. Shariah Lenders Make Headway in Indonesi+ a. Article. Asiaweek. Chapra, M. Umer. 1999. Why Has Islam Prohibited Interest ? (Rationale behind The Prohibition of Interest). Pakistan. Clark, C.T. dan L.L. Sckade. 1983. Statistical Analysis for Administrative Decisions. South Western Publishing Co., Ohio. Eiser, J.Richard, 1987, Social Psychology : Attitude, Cognition, and Social Behavior, Cambrige, Cambrige University Press. Elkington, John, et.al., 1991, The Green Business Guide : How to Take Up-and Profit from-the Environmental Challenge, London, Victor Gollancz Ltd. El-Bdour, R. 1984. The Islamic Economic System: a theoretical and empirical analysis of money and banking in the Islamic economic framework. Unpublished PhD Dissertation. Utah State University, Logan-Utah. Erol, Cengiz and Radi El-Bdour. 1989. Attitudes, behavior, and patronage factors of bank customers towards Islamic banks. International Banking & Marketing Vol. 7, No.6: 31-7. Engel, James F., Roger D. Blackwell & Paul W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid I. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta. ______________________________________________. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid II. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta. Eryanto, Dian Eka Hendralesmana. 2000. Identifikasi Kepentingan Nasabah dalam Memilih Bank. Jurusan Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Bogor. STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 16. 16 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Fishbein, M, I. Ajzen, 1975, Belief, Attitude, Intention, and Behavior : An Introduction to Theory and Research, Sydney, Addison-Wesley Publishing Company. Gibson L, James, Ivancevic, John M., Donelly, James H., 1987, “Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses”, Penerbit Erlangga, Jakarta. Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometric. Mc Graw-Hill International Edition. Hosmer, D.W. dan S. Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley & Sons, New York. Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi keenam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kotler, Philip & Gary Armstrong. 1993. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi & Pengendalian. Volume Satu & Dua. Edisi Ketujuh. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. __________________________. 1994. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid I. Edisi V. Intermedia. Jakarta. Kaynak, E and Yavas, 1985, “Segmenting The Banking Market by Account Usage : An Empirical Investigation”, Journal of Profesional Services Marketing, Vol.1 No.1/2. Loudon, David.L. and Bitta A.D.,1984. “Consumer Behaviour : Concepts and Applications”, Mc Graw Hill, Singapore. Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah. Pedoman Sistem Komputerisasi Pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Tehnik Bagi Hasil. Modul Pelatihan. Lhokseumawe Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kota Lhokseumawe Mudradjat Kuncoro dan Suharjono (2002) Manajemen Perbankan : Teori dan Aplikasi, ed I, Jogjakarta : BPFE. Muhammad (2000) Teknik Perhitungan Bagi Hasil Di Bank Syariah, Jogjakarta : UII Press McCullagh, P. and J.A. Nelder. 1983. Generalized Linear Models. Chapman, London. Mirakhor, Abbas. 1995. Theory of an Islamic Financial System. Encyclopedia of Islamic Banking and Insurance. London. Pindick, Robert S., and Rubenfield, Daniel. 1981. Econometric Models and Economic Forecast. International Student Edition, Mc Graw-Hill.
  • 17. 17 Presley, John R and Hummayon Dar, 1999, “Attitudes Towards Islamic Finance : An Update of Empirical Evidence”, 7th Intensive Orientation Courses : Islamic Economic, Banking & Finance, Leicester, UK. Siregar, Mulya. 2000. Makalah “Kajian Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta Sjahdeini, S. Remy. 1999. Perbankan Islam: Kedudukan dan Peranannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Grafiti. Jakarta.. Swastha, D.Basu, 1992, "Riset Tentang Minat dan Perilaku Konsumen: Sebuah Catatan dan Tantangan bagi Peneliti yang Mengacu pada Theory of Reasoned Action", Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No.1, Tahun VII. Sabang Dalam Angka, 2004 Kerjasama Bappeda dengan BPS Kota Sabang Wibisana, M. Jusuf, Iwan Triyuwono, Nurkholis, A. Erani Yustika. 1999. Studi Pendahuluan Persepsi Masyarakat tentang Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah. Malang: Centre for Business & Islamic Economics Studies – Faculty of Economics Brawijaya University dan Bank Indonesia Jakarta. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika, Ed.-3. Terjemahan Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yasni, Muhammad Gunawan, SE. Ak., MM. 2000. Pembiayaan Syariah – Alternatif Pengembangan Pembiayaan Modal Ventura Indonesia. Artikel. www.tazkia.com. Jakarta Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 http//www.wikipedia.org. Harian Serambi Indonesia Harian Pikiran Rakyat Harian Kompas STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 18. 18 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 KUALITAS LAYANAN DAN HUBUNGAN KEPERCAYAAN SEBAGAI PENGUAT RELATIONSHIP OUTCOMES Damanhur dan Faisal Matriadi This article focuses at the impact of relationship efforts (direct mail, personalization preferential treatment, and tangible rewarding) and service quality made by a retailer in retail business as the strengthening relationship marketing outcomes. At Business-to-Consumer (BTC) relationships and develops a theoretical model of the consumer's perspective. There are two different perspectives: psychological and behavioral outcomes of relationship marketing. The psychological outcomes of trust, commitment and satisfaction relationship are presented. The impact of relationship effort and service quality has been suggested that a way of increasing Sthrenghtening relationship outcomes in retail business through secure relationships between buyers and sellers. Keywords: customer relationship marketing, retail business, relationship effort, service quality, relationship outcomes. Damanhur adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Faisal Matriadi adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh 18
  • 19. 19 Pendahuluan Lima filosofi dasar mengenai studi manajemen pemasaran dalam menjalankan praktek pemasaran. Ke lima filosofi tersebut, terdiri dari pemasaran yang berorientasi pada (1) produsen (2) produksi (3) penjual (4) pasar (5) pemasaran sosial (Kotler, 2003: 12). Pemasaran berorientasi pasar sebagai artikulasi dari konsep pemasaran yang kini banyak dianut perusahaan. Namun demikian, redefinisi konsep pemasaran masih terus berlangsung, untuk mencari konsep yang sesuai dengan tuntutan lingkungan (Kotler, 2003:25). Redefinisi konsep pemasaran tersebut dipicu oleh terjadinya pergeseran paradigma orientasi pasar dari transaksional (transactional) menjadi relasional (relationship). Kotler (2003: 34) menegaskan, perusahaan perlu melakukan penyesuaian praktek pemasaran dari transactional marketing menuju relationship marketing. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Pawitra, (2005) bahwa telah terjadi redefinisi disiplin pemasaran dengan menekankan hal-hal sebagai berikut: (1) "Proses of planning and executing" bergeser menjadi "an organizational function and a set of process.“ maknanya adalah peranan pemasaran lebih difokuskan pada tataran strategik dalam suatu organisasi dan tidak lagi terbatas pada pengambilan keputusan taktis. Pemasaran bukan suatu fungsi manajemen yang berdiri sendiri tetapi menjadi kegiatan dalam proses organisasi keseluruhan. (2) 4-P yang merupa-kan taktik pemasaran bergeser menjadi "creating, communicating and delivering value to customer." 4-P merupakan kelompok variabel yang dapat dikendalikan organisasi yang dimaksudkan untuk meliput pasar sasaran sehingga dapat memuaskan sebaik mungkin para pelanggan di pasar itu. Sebenarnya para pelanggan menginginkan proporsi nilai (value proposition) berupa penawaran total untuk memenuhi kebutuhan preferensi, dan ekspektasi mereka sehingga tercapai kepuasan. 4-P tidak cukup untuk menentukan persepsi nilai pelanggan yang merupakan perbandingan antara persepsi manfaat dan persepsi pengorbanan. Manfaat untuk pelanggan tidak hanya ditentukan oleh atribut produk, promosi dan distribusi, namun turut berperan atribut servis dan atribut yang bersifat "intangibles" lain seperti merek, reputasi, ekuitas pelanggan, ekuitas karyawan, ekuitas pemasok dan lain-lain. Di lain sisi, pengorbanan tidak hanya ditentukan oleh biaya transaksi yakni harga yang harus dibayar untuk suatu tawaran, tetapi turut pula menentukan biaya. Teridentifikasi pula dengan jelas peluang maupun persaingan bisnis ritel di Indonesia sangat terbuka. Konsumen mulai kritis untuk memilih dan mengambil keputusan dalam menentukan toko dan jenis ritel dalam memenuhi kebutuhannya dan telah terjadi perubahan pola berbelanja pada masyarakat perkotaan dengan munculnya kecenderungan konsumen lebih menyukai berbelanja pada ritel-ritel modern dibandingkan ritel tradisional. Menurut hasil sigi konsumen yang dilakukan oleh AC Nielsen dan dikutip pada Pilar Bisnis (Juli, 2003), terjadi peralihan pola belanja, di mana sekitar 24% STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 20. 20 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 konsumen kini cenderung untuk berbelanja di pasar modern (untuk diperkotaan jumlahnya mencapai 41%). Pada 12 kota besar di Indonesia, konsumen memilih pasar modern melebihi pasar tradisional yaitu sebesar 53%. Lebih lanjut, masih berdasarkan hasil penelitian AC Nielsen dan dikutip dalam Tempo (Mei, 2003) menunjukkan bahwa kontribusi pasar tradisional terhadap penjualan barang konsumsi menurun dari 84,1% tahun 1999 menjadi 74,4% di tahun 2002. Sebaliknya Supermarket mengalami kenaikan dari 3% tahun 1999 menjadi 20,1% pada tahun 2002. Di sini terlihat bahwa pasar tradisional akan perlahan-lahan tergeser oleh industri ritel modern. Menurut Widjaja (2002) banyak faktor pendorong kesuksesan ritel modern skala besar, beberapa diantaranya adalah pilihan lokasi yang tepat, dukungan teknologi sistem informasi, harga murah, maupun kelengkapan produk. Semakin terfragmentasinya pasar dan tidak jelasnya perbedaan antara satu format ritel dengan format ritel yang lain. Maka keunggulan strategi format ritel yang hanya berorientasi pada pilihan lokasi, sistem informasi handal, harga murah maupun kelengkapan produk tidak akan cukup untuk dapat memenangkan persaingan. Lebih jauh Meerzorg (2003) mengemukakan, bahwa salah satu kunci sukses dalam bidang bisnis ritel modern adalah implementasi strategi customer relationship, disamping tentunya penentuan lokasi, srategi harga, dan penggunaan teknologi informasi. Pendapat ini dipertegas oleh Crosby et al., (1990), dengan mengemukakan bahwa dalam lingkungan ritel dewasa ini, taktik relationship marketing memainkan peranan penting dengan meningkatnya tuntutan konsumen terhadap dibangunnya relasi yang harmonis antara pelanggan dan peritel. Sedangkan Sweeney seperti dikutip dalam Suhata (2003), menegaskan bahwa implementasi strategi relationship marketing memang sangat dibutuhkan dalam bisnis ritel, dengan menyatakan pendapat sebagai berikut: "dibandingkan bisnis manufaktur, peritel memiliki keunggulan dalam membina hubungan dengan konsumen karena peritel memiliki posisi yang lebih baik dalam mendeteksi pola pembelian konsumen dan menerapkan kemampuan tersebut dengan efisiensi biaya. Sebagai contoh, dalam bisnis ritel memungkinkan menyapa dan memperlakukan tamu dengan lebih baik, memberikan program loyalty dan perlakuan istimewa (preferential treatment) dengan memberikan reward kepada pelanggan yang berbelanja dalam jumlah tertentu." Salah satu implementasi strategi relasional menurut Levy dan Weitz (2004) adalah komunikasi, perlakuan istimewa (preferential treatment), perso- nalisasi (personalisation) dan balas jasa (rewarding) yang dapat diistilahkan dengan upaya relasional (relationship effort). Lebih jauh dijelaskan bahwa upaya relasional (relationship effort) adalah aktivitas terintegrasi dengan tujuan membangun relasi dengan pelanggan dalam jangka panjang. Taruhan utama dalam meraih keberhasilan suatu strategi pemasaran adalah menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai unggul kepada pelanggan. Maka fokus pada implementasi upaya relasional (relationship effort) saja dianggap belumlah cukup. Garbarino dan Johnson, (1999); Gruen et al.,
  • 21. 21 (2000); Gwinner et al., (1998); Pritchard et al., (1999) seperti dikutip dalam Fulerton, (2004) mengemukakan pendapat sebagai berikut: "Recently, a number of scholars have attempted to study the nature of service relationships thereby merging two fields of study from the relationship marketing perspective, customer commitment is seen as being the key determinant of customer retention and loyalty. On the other hand, the services marketing literature generally views service quality as the central construct that drives customer loyalty as a result of this work, there is a significant opportunity to merge these two fields of study in order to build a more comprehensive understanding of organization-consumer relationships in services industries." Maknanya : Saat ini, sejumlah peneliti sudah mencoba untuk melakukan studi terhadap sifat alami service relationship dengan menggabungkan dua bidang telaah dari perspektif relationship marketing, dimana komitmen pelanggan dilihat sebagai kunci faktor penentu dari retensi pelanggan dan loyalitas. Sedang di sisi lain, literatur pemasaran jasa pada umumnya melihat kualitas layanan sebagai konstruk inti yang mendorong loyalitas pelanggan. Oleh sebab itu, merupakan kesempatan yang signifikan untuk menggabungkan dua bidang telaah yaitu kualitas layanan dan pemasaran relasional dalam penelitian dengan pemahaman organization-consumer relationship yang lebih komprehensif dalam industri jasa. Dengan demikian upaya relasional (relationship effort) dan kualitas layanan yang unggul inilah yang dapat diistilahkan sebagai strategi penguat relationship outcomes. Artikel ini akan mencoba menelaah secara konseptual: (1) Implementasi pemasaran relasional dalam bisnis ritel modern, (2) Dimensi upaya relasional (relationship effort) sebagai strategi penguat relationship outcomes yang sesuai dengan karakteristik bisnis ritel modern di Indonesia, (3) Dimensi dan atribut kualitas layanan sebagai strategi penguat relationship outcomes yang sesuai dengan karakteristik bisnis ritel modern di Indonesia. (4) Implikasi strategi penguat relationship effort terhadap keluaran relasional (relationship outcomes) dalam bisnis ritel modern di Indonesia. Implementasi Pemasaran Relasional (Relationshipmarketing) dalam Bisnis Ritel Modern Bisnis ritel meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis (Berman, 2001:3). Sedangkan menurut Levy dan Weitz (2004:64) bisnis ritel sebenarnya dapat dikategorikan sebagai bisnis jasa, namun dengan kebutuhan layanan yang sangat rendah. Bisnis jasa dengan layanan tinggi dapat dikatakan sebagai jasa dalam arti murni seperti restoran, jasa perbankan, jasa konsultan manajemen, jasa asuransi. Lebih jauh, menurut Berry (1986) dalam Subash et al., (2000), sangat membantu untuk mengklasifikasikan peritel dalam "good" dan "services' retailer, di mana bisnis ritel termasuk dalam kategori jasa namun dengan prosentase service atau layanan yang sangat kecil dibandingkan STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 22. 22 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 dengan bisnis jasa pelayanan penuh seperti restoran, salon maupun konsultan manajemen. Dalam mengimplementasikan konsep relationship marketing dalam bisnis ritel dibutuhkan pendekatan yang relatif sama dengan implementasi dalam bisnis jasa khususnya jasa dengan keterlibatan layanan yang rendah (low contact services). Bisnis ritel sendiri telah mengalami evolusi dengan pergeseran dari bisnis ritel tradisional menuju bisnis ritel modern. Di mana keberadaan bisnis ritel modern ditandai dengan salah satu ciri, yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap aplikasi teknologi sistem informasi. Seperti misalnya penggunaan aplikasi sistem operasi toko dengan komputer seperti: Point of Sales (POS), Elektronic Data Interchange (EDI), dan EFT (Elektronic Fund Transfer), di mana aplikasi sistem tersebut diharapkan menunjang peningkatan efisiensi (Maulana, 1999). Namun demikian, bergesernya orientasi pada bisnis ritel modern ternyata belum diikuti oleh pola orientasi terhadap konsumen. Seperti dikemukakan oleh Beatty et al.,(1996) sebagai berikut: "However, retailer generally have little knowledge on the types of value drivers that they should focus at". Jadi, bagaimanapun peritel pada umunya memiliki sedikit pengetahuan tentang tipe dan nilai yang mendorong pada fokus yang harus peritel lakukan. Bendapudi dan Berry (1997) menambahkan bahwa; "Conceptualized what some of these drivers might be, but no systematic, empirical investigation has been reported. Especially research pertaining to relationship marketing in consumer market has advanced little.” Perhatian peritel terhadap relationship marketing dengan fokus konsumen masih dianggap kurang sistematik dan kurang didukung oleh aktivitas investigasi empiris. Beberapa ritel market dikatakan telah maturity (mengalami kedewasaan) dan kesulitan dalam mendiferensiasikan diri hanya berdasarkan seleksi terhadap merchandise (barang dagangan) saja (Berry, 1986). Peritel diharapkan melakukan aktivitas dan usaha yang lebih keras melalui pembenahan proses, layanan dan teknologi untuk meningkatkan customer value (Morgan dan Hunt, 1994) seperti dikutip dalam Odekerken et al., (2003). Menurut Odekerken et al., (2003), peningkatan usaha dalam bisnis ritel dapat dilakukan dengan membangun relasi (relationship effort). Membangun relasi menjadi hal penting sebagai landasan untuk membangun customer retention, dengan alasan: (1) Harapan konsumen terhadap kualitas dari produk dan jasa yang dikonsumsi semakin meningkat, (2) Persaingan diantara peritel juga semakin meningkat, dengan marketing strategi dan taktik yang relatif sama, misalnya dengan menawarkan jenis merchandise yang relatif sama, promosi harga, melakukan share terhadap distribution channel System, dan memperlakukan konsumen dengan lebih baik melalui layanan yang prima (Berry, 1986)) (3. Peritel dihadapkan pada tuntutan baru tentang keterbatasan dan ketidakjelasan marketing environment dalam bisnis ritel antara pasar dengan industri, dan meningkatnya fragmentasi pasar maupun semakin pendeknya daur hidup produk. (Juttner dan Wehrli, 1994) seperti dikutip dalam Odekerken etal., (2003).
  • 23. 23 Program keanggotaan (membership) merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas relasional yang dilakukan oleh peritel, seperti dikemukakan oleh Gummesson (1999:81) sebagai berikut:"Frequent flyer' loyalty programmes are the technically most advanced attempts to create long term individual relationship through membership." Bisnis ritel membutuhkan strategi relationship dengan dukungan data base yang lengkap melalui program keanggotaan sebagai kekuatan untuk mewujudkan relationship outcome yang pada akhirnya akan menumbuhkan retensi konsumen yang tinggi. Menurut Oderkeken et al.,(2003) penelitian tentang relationship marketing, tidak mungkin dilakukan tanpa pengetahuan atau pemahaman bahwa variabel inti yang menjadi perhatian dari relationship adalah adanya suatu interrelasi potensial pada saat lampau maupun akan datang bagi konsumen dengan peritel. "One or more exchanges between a consumer and a retailer that are perceived by the consumer as being interrelated to potential past and future exchanges with the retailer" Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa bisnis ritel sebagai bisnis yang sukar sekali melakukan diferensiasi membutuhkan upaya relationship (relationship effort) untuk mewujudkan customer retention dan loyalitas pelanggan. Menurut Odekerken et al., (2003) sebagai berikut; "A relationship effort as any effort that is actively made by retailer towards a consumer, that is intended to contribute to the consumer's perceived customer value above and beyond the core product and or service efforts received, and that can only be perceived by the consumer after continued exchange with the retailer." Upaya relasional adalah usaha aktif peritel dalam memberikan kontribusi terhadap harapan konsumen untuk mewujudkan customer retention melalui penyampaian produk inti dan layanan yang membuat terjalinnya relasi yang berkelanjutan. Menurut Oder-kerken et al., (2003) Relationship efforts mengacu pada (1) usaha secara aktif yang dilakukan oleh peritel. Sebagai contoh: "confinient benefit" diwujudkan dari kondisi bahwa konsumen secara rutin belajar dari pengalaman belanja dengan mengingat lokasi produk pada display supermarket. Confinient benefit akan lebih cepat terwujud, karena peran aktif peritel untuk menginformasikan pada konsumen melalui signage (tanda-tanda yang terpasang pada display ritel) ataupun komunikasi secara personal. (2) sejalan dengan pendapat Gwinner et al., (1998) relationship effort didefinisikan mirip dengan relationship benefit jika dilihat dari perspektif peritel, yaitu manfaat yang didapatkan oleh konsumen dari relasi jangka panjang yang terjalin sesuai dengan kinerja core service yang diberikan oleh produsen dalam hal ini peritel. Menurut Levy dan Weitz (2004:348) dikemukakan pendapat sebagai berikut:"Four approaches that retailers use to retain their best customers are (1) frequent shopper programs, (2) special customer service, (3) personalization, (4) community for building customer retention and loyalty is develop a sense for STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 24. 24 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 customers to exchange information using buletin boards and develop more personal relationship with each other and the retailer by communication." Terdapat empat pendekatan yang dapat dilakukan peritel untuk mempertahankan pelanggan serta membuat pelanggan menjadi setia yaitu melalui program belanja secara teratur, perlakuan istimewa bagi pelanggan, personalisasi dan membangun komunitas melalui pertukaran informasi dengan buletin dan mengembangkan relasional secara personal melalui komunikasi. Dengan demikian, terdapat 4 (empat) aktivitas relationship effort yang diharapkan dapat menjaga orientasi retensi pelanggan pada peritel, yaitu komunikasi (communication), perlakukan istimewa (preferential treatment), personalisasi (personalization), dan balas jasa (rewarding). Penjelasan untuk masing-masing upaya relasional (relationship effort) dapat dirinci sebagai berikut: Komunikasi (communication) Komunikasi adalah persepsi konsumen terhadap sampai seberapa jauh peritel memberikan informasi kepada konsumen secara terus menerus melalui media komunikasi langsung, hal ini dikemukakan oleh Duncan dan Moriarty, (1998) sebagai berikut: "Communication is a consumer perception of the extent to which a retailer keeps its regular customer informed through direct communication media " Komunikasi merupakan kondisi utama yang harus ada untuk terciptanya sebuah relasi (Duncan dan Moriaty, 1998). Dengan komunikasi, usaha-usaha yang diarahkan untuk membangun relasi, yang dilakukan oleh peritel/produsen dapat dipahami oleh konsumen. Penyebaran katalog merupakan salah satu bentuk komunikasi efektif yang dapat dilakukan oleh pihak peritel. Sebagai contoh, salah satu peritel besar yang beroperasi di Indonesia, menyebarkan tidak kurang dari 1 juta katalog setiap kali terbit (dua minggu sekali). Selain katalog besar yang mewakili seluruh toko, ada juga katalog pendek yang di up date setiap lima hari sekali. Kemudian ACTION SPOT bekerja sama dengan prinsipal produk yang dipromosikan dan biaya promosi ditanggung bersama juga merupakan salah satu alternatif lain dalam melakukan komunikasi dengan pelanggan. Di sisi lain, promosi melalui media televisi maupun surat kabar juga menjadi pilihan bagi peritel, berdasarkan data AC NIELSON menunjukkan periode Januari-Oktober 2004 sebuah peritel besar di Indonesia menghabiskan anggaran iklan sebesar Rp 20,70 miliar dengan persentasi terbesar di surat kabar, sebesar Rp 18,33 miliar. Perlakuan Istimewa (preferential treatment) Perlakuan istimewa (preferential treatment) menurut Gwinner et al., (1998) adalah persepsi konsumen terhadap sampai sejauh mana perlakuan dan pelayanan terhadap konsumen membership dilakukan lebih baik dibandingkan bukan konsumen reguler. Terkait dengan relationship, tidak semua konsumen menyukai diperlakukan dengan cara yang sama, diharapkan adanya konsumen yang fokus dan
  • 25. 25 selektif untuk mendapatkan perlakukan istimewa (Peterson, 1995). Argumentasi terhadap hal ini adalah perlakuan umum sebagai pemenuhan kebutuhan dasar dari setiap konsumen memang penting untuk dipenuhi, namun perlakuan istimewa terhadap konsumen selektif penting dilakukan dalam upaya sebagai retensi bagi peritel. Hal ini juga merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mengimple- mentasikan strategi relasional. Sedangkan preferential treatment menurut Sheth dan Parvatiyar (2002) diartikan sebagai layanan kepada pelanggan berupa waktu belanja spesial atau akses untuk produk baru. Diungkap pula bahwa konsumen mengharapkan tidak ingin diperlakukan sama dengan konsumen lain. Beberapa pemasar memberikan kritik kepada peritel yang memperlakukan konsumen secara sama dengan tidak ada perbedaan yang mengakibatkan perusahaan akan kehilangan tidak hanya sebagian keuntungan tetapi lebih jauh akan kehilangan kesetiaan pelanggan. Peterson (1995) berpendapat bahwa perlakuan istimewa kepada pelanggan akan memungkinkan penjual untuk memberikan sesuatu yang sangat mendasar bagi pembeli yaitu perasaan dihargai, sehingga persepsi pelanggan yang lebih tinggi terhadap perlakuan istimewa/preferential treatment akan meningkatkan tingkat relationship outcomes secara keseluruhan. Personalisasi (personalization) Personalisasi (Personalization) menurut Metcalf et al.,(1992) adalah persepsi konsumen terhadap sampai sejauh mana peritel berinteraksi dengan konsumen reguler secara ramah dan dengan cara-cara personal. Pentingnya pertukaran personal antara pembeli dan penjual dalam mempengaruhi relationship outcomes bukan merupakan hal baru terkait dengan relationship dan proses sosial (Beatty et al.,1996). Pentingnya hubungan personal antara pelanggan dengan peritel akan berpengaruh pada hasil keluaran hubungan, sehingga tidaklah mengherankan jika hubungan personal dapat dikatakan merupakan proses sosial (Beatty et al., 1996). Sebagai contoh, Stone (1954) dalam Beatty et al.,(1996) menekankan pentingnya hubungan personal dalam keberadaan suatu tempat perbelanjaan. Crosby dan Cowles, (1990) menerangkan bahwa interaksi sosial dihasilkan oleh pusat perbelanjaan yang mampu memberikan motivasi kepada pelanggan untuk terus berbelanja. Manfaat hubungan sosial antara lain adalah perasaan sebagai keluarga, perasaan sebagai teman, dukungan sosial (Berry, 1995), pengakuan personal, penyebutan nama konsumen, memahami pelanggan secara pribadi, percakapan secara bersahabat, dan penampakan keakraban serta kehangat- an antara peritel dengan pelanggannya. Balas Jasa (rewarding) Balas jasa (rewarding) menurut Peterson, (1995) adalah persepsi konsumen terhadap sampai sejauh mana peritel menawarkan manfaat yang berwujud seperti harga atau pemberian insentif kepada konsumen reguler untuk menumbuhkan STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 26. 26 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 loyalitas. Manfaat yang berwujud tersebut dapat berupa, pemberian hadiah cuma- cuma, bonus belanja, kupon belanja, point untuk menginap di Hotel, maupun pemberian tiket film. Balas jasa mengindikasikan adanya kerja sama atau hubungan dengan pihak lain. Banyak pemasar yang berfokus bahwa penyediaan reward bertujuan utama sebagai insentif harga dan investasi yang mampu menjaga loyalitas pelanggan (Berry, (1995); Peterson, (1995)). Jadi reward ditetapkan sebagai jaminan bahwa pelanggan mendapatkan sesuatu yang bersifat nyata karena kesetiaan mereka. Dimensi dan Atribut Kualitas Layanan sebagai Strategi Penguat (Relationship Outcomes) Perbedaan karakteristik jasa dan manufaktur mempunyai implikasi yang sangat besar dalam menetapkan pemahaman dan penentuan kualitas layanan. Demikian halnya dalam ritel dibutuhkan pendekatan yang tepat sesuai dengan aspek-aspek yang dibutuhkan dalam operasional ritel tersebut untuk membangun dimensi kualitas layanan yang dapat diimplementasikan dalam bisnis ritel. Menurut Finn dan Lamb, (1991:489) sebagai berikut;"The service categories that were used in the development of SERVQUAL are very different to goods retailing (they fall closer to the pure service end of the pure service-pure goods continuum than store retailing) and it may well be that consumers use different criteria to evaluate competing goods retailers who sell a mix of goods and services than they use to evaluate retailers that are primarily or exclusively service firms.” Kategori layanan yang digunakan untuk mengembangkan SERVQUAL sangat berbeda pada goods retailing. Demikian pula konsumen, menggunakan kriteria yang berbeda untuk mengevaluasi good retailer yang merupakan campuran antara good dan service yang dapat disebut sebagai exclusively service firm. Pemahaman terhadap konsep kualitas dengan dimensi dan atribut yang sesuai dalam bisnis ritel tentunya membutuhkan telaah terhadap berbagai hasil studi dan penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kualitas layanan dalam bisnis ritel. Beberapa penelitian tentang kualitas layanan dalam ritel bisnis diawali oleh: a) Carman (1990) dianggap sebagai pionner works in the field of retailing melakukan penelitian pada tyre retailer (pengecer ban), dengan menggunakan analisis faktor poros (axis factor analysis) yang diikuti oleh rotasi terhadap lima dimensi dalam SERVQUAL dengan instrumen yang khusus. b) Finn dan Lamb (1991) mengembangkan penelitian pada obyek departemen store dan discount store (toko diskon), dengan menggunakan confirmatory factor analysis menemukan instrumen yang khusus dalam SERVQUAL. Tanpa melakukan modifikasi pada model SERVQUAL, model tersebut tidak dapat digunakan secara valid dalam mengukur kualitas layanan dalam perusahaan ritel. c) Penelitian ketiga yang banyak menyumbang konsep kualitas dalam bisnis ritel
  • 27. 27 dilakukan oleh Teas (1993). Mengembangkan penelitian pada discount store dengan menggunakan penelitian conjoint untuk menetapkan ekspektasi dan persepsi konsumen dalam skala SERVQUAL dan dibandingkan dengan models attitudinal (model sikap) sebagai ideal point. Kesimpulan dari penelitian ini mengindikasikan bahwa dengan menggunakan ideal point dalam menetapkan ekspektasi konsumen akan memberikan hasil yang lebih baik dalam pengukuran kualitas layanan. d) Sedangkan penelitian keempat dilakukan oleh Bell et al., (1997) menggunakan teknik insidental untuk mengidentifikasikan dan mengek-plorasi dimensi dari kualitas layanan dalam food retail operation. Dikategorisasikan dalam dua kelompok yaitu dalam positif dan negatif insidental dan didapatkan enam kelompok yaitu physical environment, merchandise-related, non core service, interpersonal, process and price. Temuan dalam riset Bell ini adalah critical insident techniques sebagai komplemen metodologi SERVQUAL (Koelemeijer, 1995). Sedangkan tiga penelitian berikutnya, merupakan penelitian di bidang ritel yang benar-benar melakukan modifkasi pada item atribut SERVQUAL, yaitu; e) Penelitian yang dilakukan oleh Guiry et al., (1992) seperti dikutip dalam Ioccobucci (1998) dengan analisis exploratory factor analysis menetapkan 51 atribut dengan 15 atribut yang diadopsi dari model SERVQUAL dan tambahan 36 item. f) Dabholkar et al., (1996) juga dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis, menetapkan 28 atribut, dimana 17 atribut diadopsi dari SERVQUAL ditambahkan 11 item baru. Dengan dimensi (a) Physical aspect (b) Reliability, (c) personal interaction, (d) problem solving, (e) Policy. g) Vasquez dan Ruiz (1995) seperti dikutip dalam Vasquez et al., (2001) dengan menggunakan metode analisis Principal Component Factor Analysis. Menetapkan 24 atribut di mana 12 item berasal dari SERVQUAL dan tambahan 12 item yang baru. h) Subhash C. Mehta et al., (2000) dengan menggunakan lima dimensi yaitu; service personneal, physical aspect, merchandise, confidence, parking dan menetapkan 22 item yang berbeda dengan SERVQUAL. i) Brady dan Cronin (2001) dengan dimensi (a) Interaction Quality - Kualitas interaksi (b) Outcome Quality Kualitas keluaran (c) Environment Quality- kualitas lingkungan. Kesembilan penelitian yang terkait dengan kualitas layanan tersebut menetapkan atribut yang dianggap sesuai dengan aspek operasional bisnis ritel, meliputi; physical environment, policy dalam hal ini terkait dengan harga maupun jaminan pengembalian produk), keanekaragam barang dagangan (high variation of merchandise), lay out (tata letak) yang memudahkan konsumen menemukan barang-barang kebutuhan mereka, maupun kesigapan-kecepatan karyawan dalam memberikan layanan. Berikut pada Tabel 1 kesembilan penelitian dalam bidang ritel akan dirinci dengan lebih jelas berdasarkan dimensi kualitas layanan. STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 28. 28 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Dimensi dan atribut pada Tabel 1 dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dimensi dan atribut yang sesuai untuk menilai kualitas layanan dalam bisnis ritel. Tentunya akan lebih sempurna dengan tetap mempertimbangkan faktor sosial, nilai, norma dan budaya masyarakat yang terkait dengan terbentuknya pola perilaku belanja konsumen pada suatu wilayah geografis dan demografis tertentu. Tinjauan Konseptual: Implikasi Strategi Penguat Relationship Effort Menurut Callaghan et al., (1995), terdapat beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam membangun relationship marketing yakni: (1 konsumen menghargai satu pertukaran sebagai sesuatu kondisi yang penting dan sufficient dari suatu keberadaan relasi, ditandai dengan terbentuknya sebuah continuum relationship. (2) terinspirasi oleh postulat Barnes (1997) yang menyatakan bahwa tidak ada relationship yang akan tetap ada, tanpa perasaan konsumen bahwa relasi tersebut memang benar-benar ada. Pemahaman postulat ini terfokus pada perspektif konsumen. (3) eksistensi relationship terjadi jika pembeli menerima pertukaran dengan penjual sebagai interaksi yang potensial pada masa lalu maupun masa akan datang. Dengan tiga dasar pertimbangan di atas diharapkan akan terwujud relationship outcomes yaitu: relationship satisfaction, trust, relationship commitment serta buying behavior (Oderkerkenetal.,2003). Tabel 1. Studi Kualitas Layanan pada Perusahaan Ritel No Studi Instrumen Analisis Dimensi Kualitas 1 Carman (1990) 5 dimensi dalam Axis factor Tangible, reliability, SERVQUAL analysis responsiveness, Emphaty, assurance 2 Finn dan Lamb 5 dimensi dalam Confirmatory Tangible, reliability, (1991) SERVQUAL factor anaylis responsiveness, Emphaty, assurance (dengan modifikasi) 3 Teas (1993) 5 dimensi dalam Conjoint research Tangible, reliability, SERVQUAL of expectation and responsiveness, Emphaty, perception assurance (dengan modifikasi) 4 Bell (1997) 5 dimensi Critical incident Physical Environment, technique merchandise-related, non core service, interpersonal, process and price 5 Guiry, 51 atribut, 17 dari Exploratory factor 1. Personal service and Hutchinson dan 5 analysis employee interaction Weitz (1992) SERVQUAL dan 2. Product assortment ada tambahan 11 3. Reliability of retailer item transaction procedures 4. Employee availability prior to transaction 5. Tangible 6. Reliability of retail service policy 7. Price
  • 29. 29 6 Vazquez, 24 atribut, 12 dari Principal 1. Product presentation and Rodriguez dan SERVQUAL component shopping convinience Ruiz (1995) ditambah 12 item. factor analysis 2. Awareness of promotion 3. Quality of assortment and of personal interaction 4. Pricing policy 5. Retailers’ recognition and prestide 7 Dabholkar, 28 atribut, 17 dari Confirmatory 1. Physical aspects Thorpe SERVQUAL factor analysis 2. Reliability, promises , do dan Rentz (1996) ditambah 11 item. it right 3. Personal interaction, trust, kindness 4. Problem resolving 5. Retailers’ policies 8 Brady dan Cronin 22 item Confirmatory 1. Interaction Quality (2001) Factor 2. Outcome Quality Analysis 3. Environment Quality 9 Subhash C. 22 atribut Confirmatory 1. Service Personnel Mehta, factor 2. Physical Aspect Ashok K. Lalwani analysis 3. Merchandise and Soon Li Han, 4. Confidence 2000. 5. Parking Sumber: diolah dari berbagai sumber Pada saat peritel mengimplementasikan relationship marketing effort untuk membangun relationship outcomes seperti yang mereka harapkan dengan berbagai cara, aktivitas tersebut akan memberikan kesan yang baik kepada pelanggan. Adanya investasi waktu, usaha dan sumber lain menciptakan hubungan dengan pelanggan, maka akan tercipta efek psikologis yang akan membuat pelanggan bertahan dan mempertahankan hubungan tersebut dan memberikan suatu balasan timbal balik (Smiths dan Barclay, 1997) seperti dikutip dalam Berry (1995). Menurut Gruen (1995), seperti dirinci pada Gambar 1 di bawah ini. Implementasi pemasaran relasional (relationship marketing) dalam konteks Business to Customer (BTC) mengembangkan dua pendekatan terkait dengan relationship outcomes yaitu pendekatan psychological outcomes dan behavioral outcomes. Di mana dalam psychological outcomes meliputi tiga konstruk yaitu commitment, trust dan relationship satisfaction, sedangkan dalam behavioral outcomes meliputi propensity to terminate relationship, opportunistic behavior, citizenship behavior dan allocated purchase share. STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 30. 30 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Sumber: Gruen T., 1995. The Outcome Set of Relationship Marketing in Consumer Markets, International Business Review, Vol.4, No.4, pp. 447-469. Merujuk pada apa yang menjadi inti dari postulat Barnes (1997) yang menyatakan bahwa tidak ada relationship yang akan tetap ada, tanpa perasaan konsumen bahwa relasi tersebut memang benar-benar ada. Pemahaman postulat ini terfokus pada perspektif konsumen dengan demikian pendekatan psychological outcomes meliputi tiga konstruk yaitu commitment, trust dan relationship satisfaction dipandang mempunyai andil yang besar dalam mengevaluasi keberhasilan implementasi relationship effort dalam bisnis ritel modern. Berikut akan diperjelas masing-masing dimensi dari relationship outcomes menurut perspektif psychological. Kepercayaan (trust) Dalam konteks relationship marketing, kepercayaan merupakan salah satu dimensi untuk menentukan seberapa jauh suatu pihak merasakan integritas dan janji yang ditawarkan oleh pihak lain. Trust diartikan sebagai kesediaan mengandalkan kemampuan, integritas dan motivasi pihak lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan seseorang sebagaimana disepakati bersama secara implisit maupun eksplisit. (Sheth dan Mittal, 2004 seperti dikutip dalam Tjiptono (2005: 415)). Sedangkan menurut Callaghan et al., (1995), kepercayaan didefinisikan sebagai keinginan untuk menggantungkan diri pada mitra bertukar yang dipercayai. Penelitian Morgan dan Hunt (1994) mengungkapkan bahwa perilaku hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan mitra-mitranya banyak ditentukan oleh kepercayaan, ternyata akan mempunyai hubungan yang positif dengan niat ulang melakukan pembelian maupun loyalitas. Dalam studi ini, trust dikonseptualisasikan sebagai komponen dari business relationship yang menentukan tingkat dimana peserta/anggota/parties merasakan perasaan
  • 31. 31 kebersamaan (integrity) dari perjanjian yang ditawarkan oleh pihak lain dalam organisasi. (Callaghan et al., 1995). Lebih jauh, menurut Callaghan et al., (1995) pengertian kepercayaan dalam pemasaran ritel lebih menekankan pada sikap individu yang mengacu pada keyakinan konsumen atas kualitas dan keandalan layanan peritel yang diterimanya. Secara operasional, kepercayaan mengacu pada pendapat Gwinner et al., (1998) yang lebih menekankan pada keuntungan psikologis dari pada perlakuan istimewa terhadap pelanggan atau manfaat sosial dalam hubungan pelanggan dengan peritel. Sedangkan menurut Gwinner et al., (1998), kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang obyek, atribut dan manfaatnya. Obyek dapat berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki keper- cayaan sedangkan sikap atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh obyek. Pada akhirnya, Morgan dan Hunt (1999) mendifinisikan trust sebagai konstruk kunci dari model relationship marketing. Sejalan dengan teori bahwa semakin tinggi level kepercayaan antara pembeli dan penjual, semakin besar peluang untuk melanjutkan relasi dalam jangka panjang dan berkesinambungan. Komitmen (commitment) Menurut Tjiptono (2005: 415), sejumlah riset menunjukkan bahwa dua pilar utama pemasaran relasional adalah trust dan commitment. Dengan kata lain pelanggan harus mempercayai pemasar dan selanjutnya berkomitmen pada pemasar sebelum bisa terjalin relasi yang saling menguntungkan dalam jangka panjang. Trust merupakan faktor yang paling krusial dalam setiap relasi, pada umumnya trust akan terbentuk lebih dahulu sebelum komitmen tersebut muncul. Menurut Tjiptono (2005: 415) komitmen merupakan hasrat atau keinginan kuat untuk mem- pertahankan dan melanjutkan relasi yang dipandang penting dan bernilai jangka panjang. Komitmen biasanya tercermin pada perilaku kooperatif dan tindakan aktif untuk tetap mempertahankan relasi yang telah terbina. Kepuasan Relasional (relationship satisfaction) Sheth dan Parvatiyar (1995) menggunakan kognitif konsistensi teori yang mengkaitkan kekerapan perilaku positif pelanggan dalam pasar relasional yang disebabkan oleh pengalaman pelanggan merasakan kepuasan. Kepuasan pelanggan telah diteliti secara ekstensif dan ditemukan bahwa peningkatan kepuasan akan mengarahkan pada peningkatan perilaku pembelian ulang (Yi, 1990 seperti dikutip dalam Gruen, 1995). Berangkat dari pemikiran inilah, tidaklah mengherankan jika kepuasan menjadi konstruk yang digunakan dalam banyak penelitian pemasaran relasional. Howard dan Sheth (1969) seperti dikutip dalam Gruen (1995) mendefinisikan kepuasan relasional sebagai berikut: "A party's affective state of STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 32. 32 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 feeling adequately or inadequately rewarded for the sacrifice undergone in facilitating an exchange relationship." Kepuasan relasional adalah suatu kecenderungan satu pihak untuk merasakan kecukupan atau ketidakcukupan reward/balas jasa terhadap pengorbanan yang terjadi dalam memfasilitasi suatu pertukaran relasional. Dengan demikian, definisi ini mengarahkan pada dua hal sebagai kunci yang membedakan dengan kepuasan transaksional yaitu ; (1) kepuasan relasional lebih didasari oleh equity theory sehingga kepuasan yang terjadi lebih pada tataran behaviora / perilaku. (Scholl, 1981) (2). Williams dan Hazer (1986) seperti dikutip dalam Gruen (1995) dikemukakan sebagai berikut: "Transactional satisfaction will be more volatile than relationship satisfaction." Kepuasan transaksional lebih bersifat mudah berubah diban-dingkan kepuasan relasional. Melalui relationship outcomes meliputi keeper-cayaan (trust), komitmen (commitment) dan kepuasan relasional(relationship satisfaction) tentunya dapat digunakan sebagai satandar dalam mengevaluasi keberhasilan dari strategi penguat relationship outcomes meliputi upaya relasional (relationship effort) dan kualitas layanan. Kesimpulan Redefinisi konsep pemasaran dipicu pergeseran paradigma orientasi pasar dari berbasis transaksional menjadi berbasis relasional. Tujuan dari bisnis saat ini adalah menciptakan kepuasan konsumen. Profit bukanlah tujuan tetapi reward (hasil). Pendapat ini didasari oleh opini bahwa apabila konsumen merasa puas, maka mereka mendapatkan "value" yang akan menciptakan keuntungan bagi shareholders dalam jangka panjang melalui aktivitas rebuying dari relasi yang terjalin dengan lebih baik. Dalam konteks tersebut pergeseran paradigma dari transactional menjadi relationship merupakan keharusan. Pemahaman Relationship marketing, baik dalam perspektif sejarah munculnya, maupun dilihat dari perspektif sempit dan luas, dapat ditemukan satu esensi dari pemasaran relasional yaitu aktivitas pemasaran yang ditujukan untuk membangun dan mempertahankan hubungan jangka panjang dengan stakeholder kunci, dilandasi prinsip manfaat saling menguntungkan. Peningkatan usaha dalam bisnis ritel dapat dilakukan dengan membangun relasi (relationship effort). Membangun relasi menjadi hal penting sebagai landasan untuk membangun customer value, dengan alasan: (1) Harapan konsumen terhadap kualitas dari produk dan jasa yang dikonsumsi semakin meningkat, (2) Persaingan diantara riteler meningkat, dengan marketing strategi dan taktik yang relatif sama misalnya dengan menawarkan jenis merchandise yang relatif sama, promosi harga, melakukan share terhadap distribution channel system, dan memperlakukan konsumen dengan lebih baik melalui layanan yang prima (3) Riteler dihadapkan pada klaim baru tentang keterbatasan dan ketidak jelasan marketing environment dalam bisnis ritel antara pasar dengan industri, dan meningkatnya fragmentasi pasar maupun semakin pendeknya daur hidup produk
  • 33. 33 Strategi penguatan relationship outcomes melalui aktivitas preferential treatment, komunikasi, personalisasi, rewarding serta penentuan kualitas layanan dengan dimensi yang sesuai dengan operasional ritel diharapkan mampu menciptakan relasi yang terbangun dengan orientasi jangka panjang dan berkelanjutan. Referensi B Beatty, Sharon E., James EC, Kristy ER, and Jungki Lee, 1996. Customer- Sales Associate Retail Relationship. Journal of Retailing, Vol. 72, No. 3, pp. 223-47. Bell J., Gilbert D., Lockwood A., 1997, Service Quality in Food Retailing Operations : Critical Incident Analysis. The International Review of Retail, Journal of Distribution and Consumer Research, Vol. 7, No. 4, pp. 405-423. Bendapudi N., and Berry L., 1997. Costumer Motivations for Maintaining Relationship with Service Provider, Journal of Retailing, Vol. 773, No. 1,pp 15-37. Berman B., and Evans J.R, 2001. Retail Management A Strategic Approach. Eight Edition, Prentice Hall., Inc., New Jersey, USA. Berry, Leonard L, 1986. Retail Business are Service Business, Journal of Retailing, Vol 62, Spring, pp.3-6. __, 1995. Relationship Marketing of Services-Growing Interest, Emerging Perspectives. Journal of the Academy of Marketing Science, Vol 23 (4), pp.236-45. Brady M. and Cronin J., 2001. Some New Thoughts on Conceptualizing Perceived Service Quality : A Hierarchical Approach. Journal of Marketing,Vol65(3),pp..34-49. __, Brand R., 2002. Performance Onl y Measurement of Service Quality: A Replication and Axtension. Journal of Business Research, Vol. 55, pp. 17- 31. Business News, 1996. Masyarakat Indonesia Gemar Berbelanja. Edisi 8 Maret. Callaghan M., McPhail J. and Yau OHM, 1995. Dimensions of Relationship Marketing Orientation: An Empirical Exposition, Proceeding of The Seventh Biannual World Marketing Congress, Melbourne, Australia, July, Vol. VII-II, pp. 10-65. Carman M. James, 1990. Consumer Perceptions of Service Quality: An Assessment of The SERVQUAL Dimensions, Journal of Retailing,Vol.66,No.1,pp.33-55. STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)
  • 34. 34 Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 8, Nomor 1, Januari 2007 Christopher M, Payne A, and Ballantyne, 2002. Relationship Marketing; Creating Stockholder Value. First Edition, Oxford: Butterword-Heinemann. Collier, A. David, 1992. Service, Please: The Malcolm Baldrige National Quality Award Business Horizons, July-August, 1992. Cronin, J. Joseph and Taylor A.Steven, 1992. Measuring Service Quality: A Reexamination and Extension, Journal of Marketing, Vol. 62, pp.55-68. Crosby L., Evans K., and Cowles D., 1990. Relationship Quality in Service Selling: An Interpersonal Influences Perspective. Journal of Marketing, Vol. 54, pp. 68-81. Dabholkar PA., 1995. Contingency Framework for Predicting Causallity Between Customer Satisfaction and Service Quality. Advances in Customer Research, Vol. 22, pp. 101-8. _ _ , T h o r p e D . I. , R e n t z J . O . , 1 9 9 6 . A Measure of Service Quality For Retail Stores: Scale Development and Validation. Journal of The Academy of Marketing Science, Vol. 24, No. 1,pp3-16. Davis, Ferd D., Bagozzi Ricard P. and Warshaw Paul R., 1989. User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theorical Models. Management Science, Vol. 35, No. 8. pp. 982-1003. Driver, Carrole and Johnston Robert, 2001. Understanding Service Customers The Value of Hard and Soft Attributes, Journal of Service Research, Vol. 4, No. 2, pp. 130-139. Duncan T., and Moriaty S.C., 1998. Communication Based Marketing Model For Managing Relationship. Journal of Marketing, Vol. 62, pp. 1-13. Evan Jr. dan Lskin R.L., 1994. The Relationship Marketing Process : A Conceptualiation and Aplication. Journal of Industrial Marketing Management, Vol. 23, No. 4, pp. 439-52. Fin D.W., Lamb C.W., 1991. An Evaluating of The SERVQUAL Scales in A Retailing Setting. Journal of Advances in Consumer Research, Vol. 18, Association for Consumer Research, Provo, UT, pp.483-490. Fullerton, Gordon, 2004. The Service Quality-Loyalty Relationship in Retail Services: Does Comitment Matter?. Journal Of Retailing and Consumer Service, Accepted 6 April 2004. Ganesan, Shankar, 1994. Determinants of Long-Term Orientation in Buyer- Seller Relationship. Journal of Marketing, Vol. 58, No.2, pp. 1-19. Gronroos, 1990. Service Management and Marketing. Lexington, MA, Lexington Books.
  • 35. 35 Gruen T., 1995. The Outcome Set of Relationship Marketing in Consumer Markets, International Business Review, Vol4, No.4, pp. 447-469. _ _ , S u m m e r s J , a n d A c i t o F , 2 0 0 0 . Relationship Marketing Activities, Commitment and Membership Behaviors in Professional Associations. Journal of Marketing Vol. 64, No. 3, pp. 34-49. Gwinner KP, Gremler DD, and Bitner MJ, 1998. Relational Benefit in Service Industries: The Customer Perspektif. Journal Academic Marketing Science, Vol. 26, pp. 101-114. Huppert, John W. Sidney, J. Arenson, and Richard H. Evans, 1978. An application of Equity Theory to Buyer-Seller Exchange Situation, Journal of Marketing, Vol. 15, No.2, pp. 250-60. Koelemeijer K., 1995, The Retail Service Encounter identifying Critical Service Experiences, Journal Of Managing Service Quality, Chapman, London. Kompas Harian, 1996. Perkembangan Bisnis Ritel di Indonesia, edisi 3 Januari. ____________, 2005, Pertumbuhan Ritel Indonesia,Edisi 8 April. Kotler, Philip, 2003, Marketing Management Analysis, Planning, Implememtation and Controll, International Edition, Uppersadle River, Prentice Hall.Inc. New Jersey. Levy M., and Weitz A. Barton, 2004. Retailing Management, Fifth Edition, Mc Graw Hill, Irwin, New York. USA. Levy S., and Zaltman G., 1975. Marketing Society and Conflict. Englewood Cliffs, Prentice Hall, New York. Looy, Van Bart, Gemmel Paul and Dierdonck Van R., 2003. Service Management An Integrated Approach. Second Edition, Pearson Education-Prentice Hall.Inc. Harlow-England Maulana, Agus, 1999. Perilaku Konsumen Di Masa Krisis, Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran. Usahawan No1 Th. XXVIII, edisi Januari. Meerzorg H, 2003. Kunci Sukses Berbisnis Ritel. Majalah Manajemen, Edisi April. Metcalf LE, Frear CR, Krishnan R,1992. Buyer -Seller Relationship an Aplication of The IMP Interaction Model. Europian Journal of Marketing, Vol. 26, pp 27-46. Morgan, Robert M. and Hunt Shelby D., 1999. The Commitment -Trust Theory of Relationship Marketing. Journal of Marketing, Vol. 58, No.3, pp 20-38. Mueller, O. Ralph, 1996. Basic Principles of Structural Equation Modeling, an Introduction to LISREL and EQS. Springer-Verlag New York,Inc. STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)