1. 1
SHALAT LAIL, SHALAT IFTITAH
DAN DO'A IFTITAH DALAM QIYAMU LAIL
(disidangkan pada hari Rabu, 26 Rajab 1428 H / 10 Agustus 2007 M)
Pertanyaan:
1. Selama ini di kalangan umat Islam ada yang berpendapat shalat lail berbeda
dengan qiyamu Ramadhan, sehingga setelah qiyamu Ramadhan masih
diperbolehkan untuk melakukan shalat lail. Bagaimana sebenarnya?
2. Dalam melaksanakan shalat lail atau qiyamu Ramadhan, di kalangan umat Islam
ada yang mengawalinya dengan shalat dua rakaat dan ada pula yang langsung
melakukan qiyamu Ramadhan. Bagaimana tuntunan yang benar menurut Hadits
Nabi saw?
3. Apakah do’a iftitah pada shalat dua rakaat sebelum qiyamu Ramadhan tersebut
hanya satusatunya seperti yang tercantum dalam HPT?
Jawaban Pertanyaan No. 1:
Shalat lail adalah shalat sunat yang biasa dilakukan oleh Nabi saw pada waktu
malam hari. Menurut Muhammadiyah shalat lail disebut juga shalat tahajjud, witir,
qiyamullail dan qiyamu Ramadhan. (lihat HPT hal. 341)
Shalat lail disebut shalat tahajjud karena shalat tersebut dilaksanakan setelah
bangun tidur. Disebut shalat witir karena dalam melaksanakan shalat tersebut diakhiri
dengan witir (bilangan ganjil). Disebut qiyamullail karena shalat tersebut
dilaksanakan hanya pada waktu malam. Disebut qiyamu Ramadhan karena shalat
tersebut dilakukan pada bulan Ramadhan dan istilah yang sering digunakan untuk
shalat lail di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih, karena dalam shalat malam
tersebut dilaksanakan dengan bacaan yang bagus dan lama dan setelah empat rakaat
pertama dan kedua ada istirahat sebentar. (al'Utsaimin, Majalis Syahr Ramadhan)
Jawaban Pertanyaan No. 2:
Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dibaca ulang haditshadits Nabi saw
yang menjelaskan tentang pelaksanaan shalat iftitah.
Adapun haditshadits yang menjelaskan tentang pelaksanaan shalat iftitah adalah
sebagai berikut:
1-ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﹶﺎﻛ ﺖﹶﻟﹶﺎﻗ ﹶﺔﺸِﺋﺎﻋ ﻦﻋِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍِﺇ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋﱠﻠﺍﻟ ﻦِﻣ ﻡﹶﺎﻗ ﹶﺍﺫﺢﺘـﺘﹾﻓﺍ ﻲﱢﻠﺼﻴِﻟ ِﻞﻴ
ﹶﻼﺻِﻦﻴﺘﹶﻔِﻴﻔﺧ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺮِﺑ ﻪﺗ.]ﻣﺴﻠﻢ ﺭﻭﺍﻩﺑﺎﺏ ،ﻭﻗﻴﺎﻣﻪ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺻﻼﺓ ﰱ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ[
Artinya: "Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila akan
melaksanakan shalat lail, beliau memulai (membuka) shalatnya dengan (shalat) dua
rakaat yang ringanringan." [HR Muslim, bab adDu'a fi shalat allail wa qiyaamih]
2-ﱠﻰﻠﺻ ﻲِﺒﻨﺍﻟ ﻦﻋ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ِﻲﺑﹶﺃ ﻦﻋُﷲﺍﻡﹶﺎﻗ ﹶﺍﺫِﺇ ﹶﻝﹶﺎﻗ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋِﻣ ﻢﹸﻛﺪﺣﹶﺃﺢِﺘـﺘﹾﻔﻴﹾﻠﹶﻓ ِﻞﻴﱠﻠﺍﻟ ﻦ
ﹶﻼﺻِﻦﻴﺘﹶﻔِﻴﻔﺧ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺮِﺑ ﻪﺗ.]ﻣﺴﻠﻢ ﺭﻭﺍﻩﺑﺎﺏ ،ﻭﻗﻴﺎﻣﻪ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺻﻼﺓ ﰱ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ[
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda: Apabila
salah saeorang dari kamu akan melakukan shalat lail, hendaklah memulai (membuka)
2. 2
shalatnya dengan dua rakaat yang ringanringan." [HR Muslim, bab adDu'a fi shalat
allail wa qiyaamih]
3-ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﹶﺎﻗ ﹶﻝﹶﺎﻗ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ِﻲﺑﹶﺃ ﻦﻋِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﹶﺍﺫِﺇ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋِﻞـﻴﱠﻠﺍﻟ ﻦِـﻣ ﻢﹸﻛﺪﺣﹶﺃ ﻡﹶﺎﻗ
ِﻦﻴﺘﹶﻔِﻴﻔﺧ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱢﻞﺼﻴﹾﻠﹶﻓ.]ﺩﺍﻭﺩ ﺍﺑﻮ ﺭﻭﺍﻩﺑﺎﺏ ،ﺑﺮﻛﻌﺘﲔ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺻﻼﺓ ﺍﻓﺘﺘﺎﺡ[
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah saw bersabda:
"Apabila salah seorang dari kamu akan melaksanakan shalat lail, hendalah ia
melakukan shalat dua rakaat yang ringanringan." [HR Abu Dawud, bab Iftitah
Shalat alLail bi Rak'atain]
4-ﺭﹶﺄﹶﻟ ﹶﻝﹶﺎﻗ ﻪﻧﹶﺃ ﻲِﻨﻬﺠﹾﻟﺍ ٍﺪِﻟﺎﺧ ِﻦﺑ ِﺪﻳﺯ ﻦﻋﹶﻼﺻ ﻦﹶﻘﻣِﻝﻮﺳﺭ ﹶﺓِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﹶﺔﹶﻠﻴﱠﻠﺍﻟ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ
ﹸﻝﻮﺳﺭ ﱠﻰﻠﺼﹶﻓِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍِﻦﻴﺘﹶﻠِﻳﻮﹶﻃ ِﻦﻴﺘﹶﻠِﻳﻮﹶﻃ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠﺻ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﹶﻔِﻴﻔﺧ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ
ﻴﺘﱠﻠﺍﻟ ﹶﻥﻭﺩ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠﺻ ﻢﹸﺛ ﺎﻤﻬﹶﻠﺒﹶﻗ ِﻦﻴﺘﱠﻠﺍﻟ ﹶﻥﻭﺩ ﺎﻤﻫﻭ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠﺻ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﹶﻠِﻳﻮﹶﻃﻢﹸﺛ ﺎﻤﻬﹶﻠﺒﹶﻗ ِﻦ
ﻬﹶﻠﺒﹶﻗ ِﻦﻴﺘﱠﻠﺍﻟ ﹶﻥﻭﺩ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠﺻ ﻢﹸﺛ ﺎﻤﻬﹶﻠﺒﹶﻗ ِﻦﻴﺘﱠﻠﺍﻟ ﹶﻥﻭﺩ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠﺻﹶﻼﹶﺛ ﻚِﻟﹶﺬﹶﻓ ﺮﺗﻭﹶﺃ ﻢﹸﺛ ﺎﻤﹶﺙ
ﹰﺔﻌﹾﻛﺭ ﹶﺓﺮﺸﻋ.]ﺩﺍﻭﺩ ﺍﺑﻮ ﺭﻭﺍﻩﺑﺎﺏﺍﻟﻠﻴﻞ ﺻﻼﺓ ﰱ[
Artinya: "Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid alJuhany ia berkata, sungguh saya
mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua rakaat yang
ringanringan, kemudian shalat dua rakaat yang panjang (lama) sekali, lalu shalat
dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat
yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih
pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari
dua rakaat sebelumnya, lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat
tigabelas rakaat." [HR Abu Dawud, bab fi Shalat alLail]
5-ﻲِﻨﻬﺠﹾﻟﺍ ٍﺪِﻟﺎﺧ ِﻦﺑ ِﺪﻳﺯ ﻦﻋﹶﻼﺻ ﻦﹶﻘﻣﺭﹶﺄﹶﻟ ﺖﹾﻠﹸﻗ ﹶﻝﹶﺎﻗِﻝﻮﺳﺭ ﹶﺓِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﻢﱠﻠـﺳﻭ ِﻪـﻴﹶﻠﻋ
ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻡﹶﺎﻘﹶﻓ ﹶﺔﹶﻠﻴﱠﻠﺍﻟِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﺼﹶﻓ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋِﻦﻴﺘﹶﻠِﻳﻮﹶـﻃ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﹶﻔِﻴﻔﺧ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠ
ﺎﻤﻬﹶﻠﺒﹶﻗ ِﻦﻴﺘﱠﻠﺍﻟ ﹶﻥﻭﺩ ﺎﻤﻫﻭ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ﺎﻤﻬﹶﻠﺒﹶﻗ ِﻦﻴﺘﱠﻠﺍﻟ ﹶﻥﻭﺩ ﺎﻤﻫﻭ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﹶﻠِﻳﻮﹶﻃ ِﻦﻴﺘﹶﻠِﻳﻮﹶﻃ
ﺒﹶﻗ ِﻦﻴﺘﱠﻠﺍﻟ ﹶﻥﻭﺩ ﺎﻤﻫﻭ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ﺎﻤﻬﹶﻠﹶﻼﹶﺛ ﻚﹾﻠِﺘﹶﻓ ﺮﺗﻭﹶﺃ ﻢﹸﺛ ِﻦﹰﺔﻌﹾﻛﺭ ﹶﺓﺮﺸﻋ ﹶﺙ.]ﺍﺑـﻦ
ﻣﺎﺟﻪ:ﻣﺎﺑﺎﻟﻠﻴﻞ ﻳﺼﻠﻰ ﻛﻢ ﰱ ﺟﺎﺀ[
Artinya: "Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid alJuhany ia berkata, sungguh saya
mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua rakaat yang
ringanringan, kemudian shalat dua rakaat yang panjang (lama) sekali, lalu shalat
dua rakaat yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat
yang lebih pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih
pendek dari dua rakaat sebelumnya, lalu shalat dua rakaat yang lebih pendek dari
dua rakaat sebelumnya,lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat
tigabelas rakaat." [HR Ibnu Majah, bab Maa Jaa fi Kam Yushalli bi alLail]
6-ِﺋﺎﻋ ﻦﻋﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﹶﺎﻛ ﺖﹶﻟﹶﺎﻗ ﹶﺔﺸِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﺍ ﻦِﻣ ﻡﹶﺎﻗ ﹶﺍﺫِﺇ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋﺢﺘـﺘﹾﻓﺍ ﱢﻲﻠﺼﻳ ِﻞﻴﱠﻠﻟ
ﹶﻼﺻِﻦﻴﺘﹶﻔِﻴﻔﺧ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺮِﺑ ﻪﺗ.]ﺍﲪﺪ ﺭﻭﺍﻩ[
3. 3
Artinya: "Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw. apabila akan
melaksanakan shalat lail, beliau memulai shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang
ringanringan." [HR Ahmad]
7-ﻲِﺿﺭ ﹶﺔﺸِﺋﺎﻋ ﹶﻝﹶﺄﺳ ﻪﻧﹶﺃ ِﻦﻤﺣﺮﺍﻟ ِﺪﺒﻋ ِﻦﺑ ﹶﺔﻤﹶﻠﺳ ِﻲﺑﹶﺃ ﻦﻋُﷲﺍﹸﺓﹶﻼـﺻ ﺖﻧﹶﺎﻛ ﻒﻴﹶﻛ ﺎﻬﻨﻋ
ِﻝﻮﺳﺭِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋِﻩِﺮﻴﹶﻏ ِﻲﻓ ﹶﻻﻭ ﹶﻥﺎﻀﻣﺭ ِﻲﻓ ﺪِﻳﺰﻳ ﹶﻥﹶﺎﻛ ﺎﻣ ﺖﹶﻟﹶﺎﻘﹶﻓ ﹶﻥﺎﻀﻣﺭ ِﻲﻓ ﻢﱠﻠ
ﹶﻼﹶـﻓ ﺎﻌﺑﺭﹶﺃ ﱢﻲﻠﺼﻳ ﻢﹸﺛ ﻦِﻬِﻟﹸﻮﻃﻭ ﻦِﻬِﻨﺴﺣ ﻦﻋ ﹾﻞﺴﺗ ﹶﻼﹶﻓ ﺎﻌﺑﺭﹶﺃ ﱢﻲﻠﺼﻳ ﹰﺔﻌﹾﻛﺭ ﹶﺓﺮﺸﻋ ﻯﺪﺣِﺇ ﹶﻰﻠﻋ
ِﻟﹸﻮﻃﻭ ﻦِﻬِﻨﺴﺣ ﻦﻋ ﹾﻞﺴﺗﱢﻠﺼﻳ ﻢﹸﺛ ﻦِﻬﹶﻼﹶﺛ ﻲﹰﺎﺛ.]ﺭﻭﺍﻩﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ،ﺑـﺎﺏ ،ﺍﻟﺘﺮﺍﻭﻳﺢ ﺻﻼﺓ ﻛﺘﺎﺏ
ﻗﺎﻡ ﻣﻦﺭﻣﻀﺎﻥ:1874[
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa ia bertanya
kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah
menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw
melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at;
dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan.
Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik
dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at." [HR al
Bukhari, Kitab Shalat atTarawih, Bab Man Qama Ramadhan]
8-ﹶﺄﺳ ﻪﻧﹶﺃ ِﻦﻤﺣﺮﺍﻟ ِﺪﺒﻋ ِﻦﺑ ﹶﺔﻤﹶﻠﺳ ِﻲﺑﹶﺃ ﻦﻋﻒﻴﹶﻛ ﹶﺔﺸِﺋﺎﻋ ﹶﻝﹶﻼﺻ ﺖﻧﹶﺎﻛِﻝﻮﺳﺭ ﹸﺓِﷲﺍﱠﻰﻠـﺻ
ُﷲﺍﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﹶﺎﻛ ﺎﻣ ﺖﹶﻟﹶﺎﻗ ﹶﻥﺎﻀﻣﺭ ِﻲﻓ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﹶﻥﺎﻀﻣﺭ ِﻲﻓ ﺪِﻳﺰﻳ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ
ﺣ ﻦﻋ ﹾﻝﹶﺄﺴﺗ ﹶﻼﹶﻓ ﺎﻌﺑﺭﹶﺃ ﱢﻲﻠﺼﻳ ﹰﺔﻌﹾﻛﺭ ﹶﺓﺮﺸﻋ ﻯﺪﺣِﺇ ﹶﻰﻠﻋ ِﻩِﺮﻴﹶﻏ ِﻲﻓ ﹶﻻﻭﻦِﻬِﻟﹸـﻮﻃﻭ ﻦِﻬِﻨﺴﻢﹸـﺛ
ﹶﻼﹶﻓ ﺎﻌﺑﺭﹶﺃ ﱢﻲﻠﺼﻳﹸﻮﻃﻭ ﻦِﻬِﻨﺴﺣ ﻦﻋ ﹾﻝﹶﺄﺴﺗﹶﻼﹶﺛ ﱢﻲﻠﺼﻳ ﻢﹸﺛ ﻦِﻬِﻟﹰﺎﺛ.]ﺭﻭﺍﻩﻣﺴﻠﻢ:ﺻـﻼﺓ ﻛﺘﺎﺏ
ﻭﻗﺼﺮﻫﺎ ﺍﳌﺴﺎﻓﺮﻳﻦ،ﺑﺎﺏﺍﻟﻠﻴﻞ ﰱ ﺍﻟﻨﱮ ﺭﻛﻌﺎﺕ ﻭﻋﺪﺩ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺻﻼﺓ:1219(
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa ia bertanya
kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah
menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw
melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at;
dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan.
Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik
dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at." [HR
Muslim]
Keterangan:
Hadits pertama (hadits riwayat Muslim dari Aisyah) menjelaskan bahwa Nabi
saw apabila beliau bangun malam untuk melakukan shalat lail, beliau memulai
shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringanringan.
Hadits kedua dan ketiga (hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud dari Abu
Hurairah) menjelaskan bahwa beliau bersabda: apabila salah seorang akan melakukan
shalat lail hendaklah memulai shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan
ringan.
Hadits keempat dan kelima (hadits riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah dari
Zaed bin Khalid alJuhany menceritakan berdasarkan pencermatan Zaed bin Khalid
alJuhany bahwa Rasulullah melakukan shalat dua rakaat yang ringanringan
4. 4
kemudian dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat yang kesemuanya
panjangpanjang lalu melaksanakan witir (satu rakaat)
Hadits keenam (hadits riwayat Ahmad dari Aisyah) menjelaskan bahwa
Rasulullah saw apabila melakukan shalat lail membukanya dengan dua rakaat yang
ringanringan.
Hadits ketujuh dan kedelapan (hadits riwayat alBukhari dan Muslim dari
Salamah bin Abdirrahman) menjelaskan bahwa menurut Aisyah, shalat lail Rasulullah
baik pada bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan tidak lebih dari sebelas
rakaat dan kedua hadits tersebut tidak menjelaskan adanya shalat iftitah.
Dari haditshadits di atas dapat disimpulkan bahwa kalau kita lihat sepintas,
seakanakan haditshadits tersebut saling bertentangan satu sama lainnya. Satu
riwayat Aisyah menyebutkan bahwa Nabi shalat lail sebelas raka’at sedang riwayat
lain, yaitu Zaed bin Khalid alJuhaniy menjelaskan bahwa Nabi saw shalat lail tiga
belas raka’at. Sebenarnya hadishadis tersebut tidak saling bertentangan, tetapi bisa
dipahami secara utuh bahwa kalau dalam hadis disebutkan tiga belas raka’at, maka
masuk di dalamnya dua raka’at khafifatain.
Dalam buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) beberapa hadits Nabi saw yang
dijadikan dasar dalam HPT tentang persoalan ini (hal. 346352), dan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Shalat malam diawali dengan dua rakaat yang ringanringan (rak'atain
khafifatain).
2. Beberapa tuntunan dalam tata cara pelaksanaan shalat iftitah tersebut adalah;
a. Adanya bacaan do’a iftitah pada rakaat pertama dalam shalat khafifatain (baca
diktum putusan No. 19 hal. 342 dengan berdasarkan dalil No. 19 hal. 350).
b. Bacaan yang dibaca pada tiaptiap raka’at, yaitu pada rakaat pertama setelah
membaca do’a iftitah dilanjutkan dengan membaca surat alFatihah, sedang
pada raka’at kedua hanya membaca surat alFatihah (baca diktum putusan No.
20 hal. 342 dengan berdasarkan dalil No. 20 hal. 350)
Cara Pelaksanaan Shalat Iftitah (sendirisendiri atau berjamaah)?
Dalam hal ini kita bisa membaca ulang bagaimana cara Rasulullah melakukan
shalat iftitah. Adapun haditshadits yang bisa dijadikan dasar dalam pelaksanaan
shalat iftitah sebagai berikut:
1 ِـﻲﻓ ﺖﻌﺠﹶﻄﺿﹶﺎﻓ ﻪﺘﹶﻟﺎﺧ ﻲِﻫﻭ ﹶﺔﻧﻮﻤﻴﻣ ﺪﻨِﻋ ﺕﺎﺑ ﻪﻧﹶﺃ ﻩﺮﺒﺧﹶﺃ ٍﺱﺎﺒﻋ ﻦﺑﺍ ﱠﻥﹶﺃ ٍﺐﻳﺮﹸﻛ ﻦﻋ
ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻊﺠﹶﻄﺿﺍﻭ ٍﺓﺩﺎﺳِﻭ ِﺽﺮﻋِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﻪﹸﻠﻫﹶﺃﻭ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋـﻰﺘﺣ ﻡـﺎﻨﹶﻓ ـﺎﻬِﻟﹸﻮﻃ ِﻲﻓ
ِﻝﺁ ﻦِـﻣ ٍﺕـﺎﻳﺁ ﺮﺸﻋ ﹶﺃﺮﹶﻗ ﻢﹸﺛ ِﻪِﻬﺟﻭ ﻦﻋ ﻡﻮﻨﺍﻟ ﺢﺴﻤﻳ ﹶﻆﹶﻘﻴﺘﺳﹶﺎﻓ ﻪﻨِﻣ ﺎﺒِﻳﺮﹶﻗ ﻭﹶﺃ ﹸﻞﻴﱠﻠﺍﻟ ﻒﺼﺘﻧﺍ
ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻡﹶﺎﻗ ﻢﹸﺛ ﹶﻥﺍﺮﻤِﻋِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﹶﺄﺿﻮﺘﹶﻓ ٍﺔﹶﻘﱠﻠﻌﻣ ﻦﺷ ﹶﻰﻟِﺇ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋﻢﹸـﺛ َﺀﻮﺿﻮﹾﻟﺍ ﻦﺴﺣﹶﺄﹶﻓ
ﺎﻬﹸﻠِﺘﹾﻔﻳ ِﻲﻧﹸﺫﹸﺄِﺑ ﹶﺬﺧﹶﺃﻭ ِﻲﺳﹾﺃﺭ ﹶﻰﻠﻋ ﻰﻨﻤﻴﹾﻟﺍ ﻩﺪﻳ ﻊﺿﻮﹶﻓ ِﻪﺒﻨﺟ ﹶﻰﻟِﺇ ﺖﻤﹸﻘﹶﻓ ﻪﹶﻠﹾﺜِﻣ ﺖﻌﻨﺼﹶﻓ ﱢﻲﻠﺼﻳ ﻡﹶﺎﻗ
ﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠﺻ ﻢﹸﺛﻢﹸـﺛ ﺮﺗﻭﹶﺃ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻢﹸﺛ ِﻦ
ﺢﺒﺼﺍﻟ ﱠﻰﻠﺼﹶﻓ ﺝﺮﺧ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠﺼﹶﻓ ﻡﹶﺎﻘﹶﻓ ﹸﻥﱢﺫﺆﻤﹾﻟﺍ ﻩَﺀﺎﺟ ﻰﺘﺣ ﻊﺠﹶﻄﺿﺍ.]ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﺭﻭﺍﻩ،
ﺑﺎﺏﻣﺎﺍﻟﻮﺗﺮ ﰱ ﺟﺎﺀ[
5. 5
2 ٍﺱﺎﺒﻋ ِﻦﺑﺍ ﹶﻰﻟﻮﻣ ﺎﺒﻳﺮﹸﻛ ﱠﻥﹶﺃ ﹶﻥﺎﻤﻴﹶﻠﺳ ِﻦﺑ ﹶﺔﻣﺮﺨﻣ ﻦﻋﺑﺍ ﺖﹾﻟﹶﺄﺳ ﹶﻝﹶﺎﻗ ﻪﻧﹶﺃ ﻩﺮﺒﺧﹶﺃٍﺱـﺎﺒﻋ ﻦ
ﹶﻼﺻ ﺖﻧﹶﺎﻛ ﻒﻴﹶﻛِﻝﻮﺳﺭ ﹸﺓِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍﺪـﻨِﻋ ﻮﻫﻭ ﹰﺔﹶﻠﻴﹶﻟ ﻩﺪﻨِﻋ ﺖِﺑ ﹶﻝﹶﺎﻗ ِﻞﻴﱠﻠِﺎﻟﺑ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ
ﹶﻆﹶﻘﻴﺘﺳﺍ ﻪﹸﻔﺼِﻧ ﻭﹶﺃ ِﻞﻴﱠﻠﺍﻟ ﹸﺚﹸﻠﹸﺛ ﺐﻫﹶﺫ ﹶﺍﺫِﺇ ﻰﺘﺣ ﻡﺎﻨﹶﻓ ﹶﺔﻧﻮﻤﻴﻣﹶﺄـﺿﻮﺘﹶﻓ ٌﺀـﺎﻣ ِﻪِﻴﻓ ﻦﺷ ﹶﻰﻟِﺇ ﻡﹶﺎﻘﹶﻓ
ﹶـﻰﻠﻋ ﻩﺪﻳ ﻊﺿﻭ ﻢﹸﺛ ِﻪِﻨِﻴﻤﻳ ﹶﻰﻠﻋ ِﻲﻨﹶﻠﻌﺠﹶﻓ ِﻩِﺭﺎﺴﻳ ﹶﻰﻠﻋ ِﻪِﺒﻨﺟ ﹶﻰﻟِﺇ ﺖﻤﹸﻘﹶﻓ ﻡﹶﺎﻗ ﻢﹸﺛ ﻪﻌﻣ ﺕﹾﺄﺿﻮﺗﻭ
ﹶﻔِﻴﻔﺧ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﱠﻰﻠﺼﹶﻓ ِﻲﻨﹸﻈِﻗﻮﻳ ﻪﻧﹶﺄﹶﻛ ِﻲﻧﹸﺫﹸﺃ ﺲﻤﻳ ﻪﻧﹶﺄﹶﻛ ِﻲﺳﹾﺃﺭِﻲﻓ ِﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻡﹸﺄِﺑ ﺎﻤِﻬِﻴﻓ ﹶﺃﺮﹶﻗ ﺪﹶﻗ ِﻦﻴﺘ
ِﻮﹾﻟِﺎﺑ ﹰﺔﻌﹾﻛﺭ ﹶﺓﺮﺸﻋ ﻯﺪﺣِﺇ ﱠﻰﻠﺻ ﻰﺘﺣ ﱠﻰﻠﺻ ﻢﹸﺛ ﻢﱠﻠﺳ ﻢﹸﺛ ٍﺔﻌﹾﻛﺭ ﱢﻞﹸﻛﹶﻼِﺑ ﻩﺎﺗﹶﺄﹶﻓ ﻡﺎﻧ ﻢﹸﺛ ِﺮﺗﹶﻝﹶﺎﻘﹶﻓ ﹲﻝ
ﹶﻼﺼﺍﻟﹶﻝﻮﺳﺭ ﺎﻳ ﹸﺓِﷲﺍِﻟ ﱠﻰﻠﺻ ﻢﹸﺛ ِﻦﻴﺘﻌﹾﻛﺭ ﻊﹶﻛﺮﹶﻓ ﻡﹶﺎﻘﹶﻓِﺱﺎﻨﻠ.]ﺩﺍﻭﺩ ﺍﺑﻮ ﺭﻭﺍﻩ[
Keterangan:
Hadits pertama (hadits riwayat alBukhari dari Aisyah) dan hadits kedua
(hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah) menjelaskan bahwa Ibnu Abbas
pernah bermalam di tempat Maemunah, ketika waktu telah habis dua pertiga malam
atau setengah malam Nabi saw bangun dari tidurnya kemudian berwudlu lalu berdiri
(untuk melaksanakan shalat) dan ia (Ibnu Abbas) berdiri di sebelah kirinya dan beliau
memindahkan Ibnu Abbas ke sebelah kanannya kemudian beliau melaksanakan shalat
dua rakaat ringanringan. Dan dari kedua hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan shalat khafifatain sebagaimana pelaksanaan qiyamu Ramadhan sebelas
rakaat dapat dilaksanakan secara berjamaah.
Jawaban Pertanyaan No. 3:
Untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut, kita coba mengkaji kembali
apa yang telah diputuskan oleh Majlis Tarjih pada tahun 1972 yang tercantum dalam
Himpunan Putusan Tarjih (HPT), dengan cara membandingkan teks matan hadis Nabi
saw yang terdapat dalam HPT dan membuka kembali kitab yang dijadikan rujukan
oleh HPT dalam pengambilan keputusan atau dengan membaca hadishadis lain yang
kemungkinan bisa dijadikan sebagai pegangan dalam menetapkan do’a iftitah yang
dibaca ketika melakukan shalat khafifatain.
Dalam HPT hal. 342 disebutkan bahwa pada raka’at pertama dari shalat
khafifatain setelah takbiratul ihram hendaklah membaca:
ِﺔﻤﹶﻈﻌﹾﻟﺍﻭ ِﺀﹶﺎِﻳِﺮﺒِﻜﹾﻟﺍﻭ ِﺕﻭﺮﺒﺠﹾﻟﺍﻭ ِﺓﺰِﻌﻟﹾﺍﻭ ِﺕﻮﹸﻜﹶﻠﻤﹾﻟﺍ ﻭ ِﻚﹾﻠﻤﹾﻟﺍ ِﻯﺫ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ.
Dengan beralasan pada dalil no. 19 hal. 350 yang redaksinya sebagai berikut:
ﹶﻝﹶﺎﻗ ِﻥﺎﻤﻴﹾﻟﺍ ِﻦﺑ ﹶﺔﹶﻔﻳﹶﺬﺧ ِﺚﻳِﺪﺤِﻟﻭ:ﻪـﺘﻴﺗﹶﺄﹶﻓ ،ﱢﻰﻠﺼﻳ ﻡﹶﺎﻗﻭ ﹶﺄﺿﻮﺘﹶﻓ ٍﺔﹶﻠﻴﹶﻟ ﺕﹶﺍﺫ ﺻﻠﻌﻢ ﻰِﺒﻨﺍﻟ ﺖﻴﺗﹶﺃ
ﹶﻝﹶﺎﻘﹶﻓ ِﻪِﻨﻴِﻤﻳ ﻦﻋ ِﻰﻨﻣﹶﺎﻗﹶﺄﻓ ِﻩِﺭﺎﺴﻳ ﻦﻋ ﺖﻤﹸﻘﹶﻓ)ﺒﺳِﻚﹾﻠﻤﹾﻟﺍ ِﻯﺫ ﹶﻥﺎﺤ–ﺚﻳِﺪـﺤﹾﻟﺍ)ﺃﺧﺮﺟـﻪ
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻷﻭﺳﻂ ﰱ ﺍﻟﻄﱪﺍﱏﺍﻟﺰﻭﺍﺋﺪ ﳎﻤﻊ ﰱ:ﹼﻘﻮﻥﺛﻣﻮ ﺭﺟﺎﻟﻪ(
Dari uraian di atas jelas bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh AthThabrany
dalam kitab alAusath, ia mengatakan dalam kitab Majma’ azZawaid: bahwa
perawinya orangorang terpercaya.
Setelah dibuka kembali kitab Majma’ azZawaid yang dijadikan rujukan oleh
HPT, ternyata ada perbedaan redaksi teks matan hadis yang dikemukan oleh HPT
dengan apa yang terdapat dalam kitab Majma azZawaid wa Manba' alFawaid dan
6. 6
kitab alMu’jam alAusath. Dalam kitab Majma’ azZawaid wa Manba’ alFawaid,
karangan Nuruddin Ali bin Abi Bakar alHaisamy, Jilid 2 hal. 107, redaksinya sebagai
berikut:
ﻋﻠ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﻰِﺒﻨﺍﻟ ﺖﻴﺗﹶﺃ ﹶﻝﹶﺎﻗ ِﻥﺎﻤﻴﹾﻟﺍ ِﻦﺑ ﹶﺔﹶﻔﻳﹶﺬﺧ ﻦﻋﻭﱢﻰﻠـﺼﻳ ﻡﹶﺎﻗﻭ ﹶﺄﺿﻮﺘﹶﻓ ٍﺔﹶﻠﻴﹶﻟ ﺕﹶﺍﺫ ﻭﺳﻠﻢ ﻴﻪ
ﹶﻝﹶﺎﻘﹶﻓ ِﻪِﻨﻴِﻤﻳ ﻦﻋ ِﻰﻨﻣﹶﺎﻗﹶﺄﹶﻗ ِﻩِﺭﺎﺴﻳ ﻦﻋ ﺖﻤﹸﻘﹶﻓ ﻪﺘﻴﺗﹶﺄﹶﻓﹶﻥﺎﺤﺒﺳِﷲﺍِﺕﻭﺮـﺒﺠﹾﻟﺍﻭ ِﺕﻮﹸـﻜﹶﻠﻤﹾﻟﺍ ِﻯﺫ
ِﺔﻤﹶﻈﻌﹾﻟﺍﻭ ِﺀﺎﻳِﺮﺒِﻜﹾﻟﺍﻭ.]ﹼﻘﻮﻥﺛﻣﻮ ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﺍﻷﻭﺳﻂ ﰱ ﺍﻟﻄﱪﺍﱏ ﺭﻭﺍﻩ[
Dan dalam kitab “alMu’jam alAusath” karangan athThabrany, redaksinya sebagai
berikut:
ﱠﻰﻠﺻ ﻲِﺒﻨﺍﻟ ﺖﻴﺗﹶﺃ ﹶﻝﹶﺎﻗ ِﻥﺎﻤﻴﹾﻟﺍ ِﻦﺑ ﹶﺔﹶﻔﻳﹶﺬﺧ ﻦﻋ ﻭُﷲﺍﱢﻰﻠﺼﻳ ﻡﹶﺎﻗﻭ ﹶﺄﺿﻮﺘﹶﻓ ٍﺔﹶﻠﻴﹶﻟ ﺕﹶﺍﺫ ﻢﱠﻠﺳ ﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ
ﺴﻳ ﻦﻋ ﺖﻤﹸﻘﹶﻓ ﻪﺘﻴﺗﹶﺄﹶﻓﹶﻝﹶﺎﻘﹶﻓ ِﻪِﻨﻴِﻤﻳ ﻦﻋ ِﻰﻨﻣﹶﺎﻗﹶﺄﹶﻓ ِﻩِﺭﺎﹶﻥﺎﺤﺒﺳِﷲﺍِﺕﻭﺮـﺒﺠﹾﻟﺍﻭ ِﺕﻮﹸـﻜﹶﻠﻤﹾﻟﺍ ِﻯﺫ
ِﺔﻤﹶﻈﻌﹾﻟﺍﻭ ﺎﺀﻳِﺮﺒِﻜﹾﻟﺍﻭ.
Do’a iftitah yang terdapat dalam teks matan hadis kitab Majma’ azZawaid wa
Manba’ alFawaid sama persis redaksinya, dan apabila kita membandingkan teks
hadis Nabi saw yang terdapat dalam HPT dan kitab Majma’ azZawaid tersebut, ada
beberapa perbedaan. Kalau teks hadis yang terdapat dalam kitab Majma’ azZawaid
tersebut dijadikan dasar, maka teks hadis yang terdapat dalam HPT hendaknya
disesuaikan dengan teks hadis yang terdapat dalam kedua kitab tersebut karena dalam
teks tersebut ada beberapa lafaz tambahan, yaitu alMulk, al‘Izzati dan ada
kekurangan, yaitu lafaz “ Allah”, setelah lafaz “Subhana”.
Jadi, do'a iftitah yang dibaca pada shalat dua rakaat khafifatain tersebut adalah:
ِﺔﻤﹶﻈﻌﹾﻟﺍﻭ ﺎﺀﻳِﺮﺒِﻜﹾﻟﺍﻭ ِﺕﻭﺮﺒﺠﹾﻟﺍﻭ ِﺕﻮﹸﻜﹶﻠﻤﹾﻟﺍ ِﻯﺫ ِﷲﺍ ﹶﻥﺎﺤﺒﺳ.
Selanjutnya, apabila kita membuka kitabkitab hadis lain, maka ditemukan do’a
iftitah lain yang biasa dibaca oleh Nabi saw ketika melakukan shalat lail. Do’a iftitah
tersebut berdasarkan pada beberapa hadis sebagai berikut:
)1(ﹸﻮﺍﻟﹶـﺎﻗ ﻲِﺷﹶﺎﻗﺮﺍﻟ ٍﻦﻌﻣ ﻮﺑﹶﺃﻭ ٍﺪﻴﻤﺣ ﻦﺑ ﺪﺒﻋﻭ ٍﻢِﺗﺎﺣ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣﻭ ﻰﻨﹶﺜﻤﹾﻟﺍ ﻦﺑ ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ﻧﻮﻳ ﻦﺑ ﺮﻤﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣﹶﺔﻤﹶﻠﺳ ﻮﺑﹶﺃ ِﻲﻨﹶﺛﺪﺣ ٍﲑِﺜﹶﻛ ِﻲﺑﹶﺃ ﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ٍﺭﺎﻤﻋ ﻦﺑ ﹸﺔﻣِﺮﹾﻜِﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﺲ
ﻲِﺒﻧ ﹶﻥﹶﺎﻛ ٍﺀﻲﺷ ﻱﹶﺄِﺑ ﲔِﻨِﻣﺆﻤﹾﻟﺍ ﻡﹸﺃ ﹶﺔﺸِﺋﺎﻋ ﺖﹾﻟﹶﺄﺳ ﹶﻝﹶﺎﻗ ٍﻑﻮﻋ ِﻦﺑ ِﻦﻤﺣﺮﺍﻟ ِﺪﺒﻋ ﻦﺑِﷲﺍﱠﻰﻠﺻُﷲﺍ
ﻋﹾﻔﻳ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪﻴﹶﻠﹶﻼﺻ ﺢِﺘﺘﹶﺎﻗ ﹶﺍﺫِﺇ ﹶﻥﹶﺎﻛ ﺖﹶﻟﹶﺎﻗ ِﻞﻴﱠﻠﺍﻟ ﻦِﻣ ﻡﹶﺎﻗ ﹶﺍﺫِﺇ ﻪﺗﹶﻼﺻ ﺢﺘﺘﹾﻓﺍ ِﻞﻴﱠﻠﺍﻟ ﻦِﻣ ﻡﻢـﻬﱠﻠﺍﻟ ﻪﺗ
ِﻓﺍﺮﺳِﺇﻭ ﹶﻞِﻴﺋﹶﺎﻜِﻴﻣﻭ ﹶﻞِﻴﺋﺍﺮﺒﺟ ﺏﺭَﻷﹾﺍﻭ ِﺕﺍﻭﺎﻤﺴﺍﻟ ﺮِﻃﹶﺎﻓ ﹶﻞﻴﺖـﻧﹶﺃ ِﺓﺩﺎﻬﺸﺍﻟﻭ ِﺐﻴﻐﹾﻟﺍ ﻢِﻟﺎﻋ ِﺽﺭ
ِﻋ ﻦﻴﺑ ﻢﹸﻜﺤﺗﻚـﻧِﺇ ﻚِﻧﹾﺫِﺈِﺑ ﻖﺤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ِﻪِﻴﻓ ﻒِﻠﺘﺧﺍ ﺎﻤِﻟ ِﻲﻧِﺪﻫﺍ ﹶﻥﹸﻮﻔِﻠﺘﺨﻳ ِﻪِﻴﻓ ﻮﺍﻧﹶﺎﻛ ﺎﻤِﻴﻓ ﻙِﺩﺎﺒ
ٍﻢِﻴﻘﺘﺴﻣ ٍﻁﺍﺮِﺻ ﹶﻰﻟِﺇ ُﺀﺎﺸﺗ ﻦﻣ ِﻱﺪﻬﺗ.]ﻣﺴﻠﻢ،ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺑﺎﺏ ،ﻭﻗﺼﺮﻫﺎ ﺍﳌﺴﺎﻓﺮﻳﻦ ﺻﻼﺓ ﻛﺘﺎﺏ
ﺍﻟﻠﻴﻞ ﺻﻼﺓ ﰱ:1289[
)2(ﻋ ﻦﺑ ﺱﺎﺒﻌﹾﻟﺍ ﺎﻧﺮﺒﺧﹶﺃٍﺭـﺎﻤﻋ ﻦﺑ ﹸﺔﻣِﺮﹾﻜِﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻝﹶﺎﻗ ﺲﻧﻮﻳ ﻦﺑ ﺮﻤﻋ ﺎﻧﹶﺄﺒﻧﹶﺃ ﹶﻝﹶﺎﻗ ِﻢِﻴﻈﻌﹾﻟﺍ ِﺪﺒ
ﹶﺔـﺸِﺋﺎﻋ ﺖﹾﻟﹶﺄﺳ ﹶﻝﹶﺎﻗ ِﻦﻤﺣﺮﺍﻟ ِﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﹶﺔﻤﹶﻠﺳ ﻮﺑﹶﺃ ِﻲﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻝﹶﺎﻗ ٍﲑِﺜﹶﻛ ِﻲﺑﹶﺃ ﻦﺑ ﻰﻴﺤﻳ ِﻲﻨﹶﺛﺪﺣ ﹶﻝﹶﺎﻗ