Dokumen tersebut membahas tentang cara menyelesaikan masalah dengan sabar dan shalat. Islam mengajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan bersabar serta menegakkan shalat, khususnya shalat malam (tahajud) dan shalat sunnah seperti shalat Dhuha. Sabar dan shalat akan membuat seseorang mampu menghadapi berbagai masalah dan mendapatkan pertolongan dari Allah.
1. 1
UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARASIBAZHU
(Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur)
Selesaikanlah Semua Masalah dengan
Sabar dan Shalat
SETIAP orang ‘pasti’ memunyai “masalah”. Pengangguran –
misalnya -- adalah orang yang – sementara ini -- dianggap tidak punya
masalah, karena tidak ada masalah yang harus diselesaikan. Padahal,
masalah dia adalah “tidak punya masalah” itu sendiri. Orang miskin dan
tidak punya harta sedikit pun, mestinya tidak memunyai masalah. Sebab,
tidak ada yang harus diurus dan tidak ada yang harus dipikirkan. Tetapi
masalahnya, justeru terletak pada dirnya yang tidak memiliki sesuatu yang
harus diurus itu. Semakin kaya dan semakin tinggi kedudukan seseorang,
semakin banyak masalah yang harus diselesaikan. Semakin banyak masalah
yang tak bisa diselesaikan menyebabkan orang tersebut mengalami tekanan
batin atau stres. Sebaliknya, semakin banyak masalah yang dapat
dipecahkan, menyebabkan seseorang semakin puas dan tenteram.
Setiap orang memunyai cara dalam menyelesaikan masalah. Tetapi
saat gagal menyelesaikan masalah itu, sebagian orang kemudian melarikan
diri dari masalah itu. Orang ‘fasiq’ biasanya lari ke tempat hiburan,
menenggak minuman keras atau mengonsumsi narkoba. Mereka mengira
bahwa dengan mengonsumsi barang haram seperti itu, persoalan dapat
diselesaikan. Padahal, menyelesaikan masalah dengan meminum minuman
beralkohol atau mengonsumsi ‘narkoba’ – misalnya -- justeru dapat
mendatangkan masalah baru. Dengan mengonsumsi narkoba, misalnya,
seseorang bisa ditangkap polisi, kemudian masuk penjara. Seseorang yang
masuk penjara bisa hancur karirnya. Ia dapat dikeluarkan dari sekolah atau
kampusnya, atau dipecat dari pekerjaannya. Dengan meminum minuman
beralkohol atau narkoba, seseorang dapat rusak otak dan syarafnya. Belum
lagi, agama mengharamkannya. Artinya, seseorang akan mendapatkan dosa
dan diazab karena melanggar ajaran agama.
Kaum muslimin yang saleh selalu ‘dapat’ menyelesaikan
masalahnya dengan cara yang terbaik. Seperti Motto Pegadaian:
“menyelesaikan masalah tanpa (menimbulkan) masalah”. Caranya adalah
dengan bersikap sabar dan menegakkan shalat.
Percayalah terhadap firman Allah dalam QS al-Baqarah/2: 45-46,
2. 2
ِة
َ
َل َالّصَو ِ
ْْب َالّصِب واُينِعَتْاسَوۚ﴿ َنيِعِاشَْ
اْل
َ َلَع
َ
َّلِإ
ٌ
ةَريِب
َ
ك
َ
ل اَه
َ
ّنِإَو٥٤﴾
﴿
َ
ونُعِاجَر ِهْ َ
َلِإ ْمُه
َ
ّن
َ
أَو ْمِهّ
ِبَر و
ُ
ق
َ
َل
ُ
ّم مُه
َ
ّن
َ
أ
َ
ون
ُ
ن
ُ
ظ
َ
ي َينِ
َ
اَّل٥٤﴾
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk, (yaitu) orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya,
dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Ayat ini mendorong kita untuk bersikap sabar dan menegakkan
shalat, saat kita dihadapkan berbagai masalah. Kita diperintahkan untuk
menyelesaikan masalah dengan bersabar, kemudian berdoa meminta tolong
kepada Allah setelah melakukan shalat
Apa pun masalahnya, sabar dan shalat adalah jalan keluarnya.
Anda ingin lulus sekolah atau kuliah? Atau ingin naik kelas atau naik
pangkat? Sabar dan shalat adalah jawabannya. Selain shalat wajib lima
waktu, Islam menyiapkan banyak cara untuk shalat sunat. Salah satu shalat
sunat yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW sepanjang
hayatnya adalah Shalat Tahajud atau Qiyâmul Lail (Shalat Malam). Simaklah
perintah Allah dalam QS al-Isrâ’/17: 79,
ا
ً
ودُم
ْ َ
َّم اًاّم
َ
قَّم
َ
كُبَر
َ
ك
َ
ثَعْب
َ
ي ن
َ
أ ٰ َ
َسَع
َ
ك
َ
ل
ً
ة
َ
ّلِفا
َ
ن ِهِب
ْ
دَّجَهَت
َ
ف ِلْي
َ
الّل َنِّمَو
“Dan pada sebagian malam hari, bershalat tahajudlah kamu sebagai ibadah
tambahan, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
Begitu banyak contoh orang shaleh yang sukses dalam hidupnya.
Setelah diteliti, ternyata, kata kuncinya adalah membengun sikap dan
menegakkan shalat tahajud pada sepertiga malam.
Sabar diartikan sebagai: “menahan, baik dalam pengertian fisik
material”, seperti menahan seseorang dalam tahanan, maupun nonfisik
(immaterial), seperti menahan diri atau jiwa dalam menghadapi sesuatu
yang diinginkannya. Dari akar kata shabara diperoleh sekian bentuk kata
dengan arti yang beraneka ragam, antara lain berarti menjamin, pemuka
masyarakat yang melindungi kaumnya, gunung yang tegar dan kokoh, awan
yang berada di atas yang lain dan melindungi yang di bawahnya, batu-batu
yang kokoh, tanah yang gersang, sesuatu yang pahit atau menjadi pahit, dan
sebagainya.
Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
sabar menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat,
3. 3
pahit, yang harus dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Dari sini tidak
heran jika bulan Ramadhan – misalnya -- dikatakan sebagai bulan sabar,
sebab di dalamnya terdapat kewajiban ibadah puasa yang esensi pokoknya
adalah pengendalian diri hingga berakhir dengan kemenangan.
Seorang yang menghadapi rintangan yang berat, terkadang hati
kecilnya membisikkan agar ia berhenti (putus asa), meski yang
diharapkannya belum tercapai. Dorongan hati kecil itu selanjutnya menjadi
keinginan jiwa. Jika keinginan itu ditahan, ditekan, dan tidak diikuti, maka
tindakan ini merupakan pengejawantahan dari hakikat sabar yang
mendorongnya agar tetap melanjutkan usahanya, walaupun harus
menghadapi berbagai rintangan yang berat.
Sabar tidak identik dengan sikap lemah atau menerima apa adanya,
namun sabar merupakan perjuangan yang menggambarkan kekuatan jiwa
pelakunya sehingga mampu mengalahkan dan mengendalikan keinginan
nafsunya. Bahkan sabar di saat ini menjadi kekuatan moral dalam
menghadapi berbagai permasalahan.
Problem bangsa Indonesia yang sebagian besar rakyat jelata dan tak
memunyai banyak harta adalah ingin mendapatkan rezeki yang halal dan
baik. Sayangnya, mereka tidak banyak yang menjadikan sabar dan shalat
sebagai jalan keluar. Untuk menyelesaikan masalah ini, Islam telah
mengajarkan – misalnya -- Shalat Dhuha sebagai jalan keluar. Shalat Dhuha
dilaksanakan bisa delapan rakaat, atau empat rakaat, atau dua rakaat.
Kemudian kita membaca doa yang sangat luar biasa.
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu.
Keagungan adalah keagungan-Mu. Keindahan adalah keindahan-Mu. Kekuatan
adalah kekuatan-Mu. Penjagaan adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, apabila
rezekiku berada di atas langit, maka turunkanlah. Apabila berada di dalam bumi,
maka keluarkanlah. Apabila sukar, maka mudahkanlah. Apabila haram,
sucikanlah. Apabila jauh, dekatkanlah. Dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-
4. 4
Mu, keindahan-Mu, dan Kekuatan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku
apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang saleh”.
Āmîn Yâ Razzâq, Yâ Rahîm (Kabulkanlah doaku, Ya Allah – Yang Maha
Pemberi Rezeki dan Maha Pemberi Rahmat).
Banyak lagi shalat sunat yang bisa dilakukan umat Islam saat
menghadapi berbagai kesulitan. Semua ada tata caranya, sesuai petunjuk
Rasulullah SAW. Inilah nikmatnya menjadi umat Nabi Muhammad saw,
kita mendapatkan kehidupan dengan berbagai problematikanya, tapi disertai
dengan tata cara penyelesaiannya. Rupanya, inilah nikmat umat akhir
zaman yang dianugerahi kewajiban shalat wajib lima waktu sebagai perintah
Allah SWT saat Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra’ dan Mi’raj,
ditambah berbagai shalat sunat, yang diiringi dengan sikap sabar.
Kesabaran dalam mendirikan shalat merupakan keharusan jika
menginginkan shalat memiliki makna dalam kehidupan kita. Sabar dalam
mendirikan shalat berarti kita telah berusaha meningkatkan kualitas shalat
serta menyempurnakan rukun dan sunahnya. Sabar dalam mendirikan shalat
hanya akan terwujud jika kita berusaha khusyu' mengerjakannya. Allah
SWT telah menegaskan bahwa shalat itu merupakan ibadah yang berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.
Sejatinya apa yang disampaikan Allah SWT dan Rasul-Nya tentang
artipenting shalat yang didirikan dengan sabar dan khusyu’, menjadi pemicu
untuk meningkatkan kualitas shalat kita. Mari kita niatkan untuk selalu
memerbaiki dan meningkatkan kualitas shalat dengan sabar dan khusyu’,
agar ’kita’ bisa menyelesaikan setiap masalah yang tengah dan akan kita
hadapi.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Dr.H. Suwatno Fakhrudin, M.Si.,
Kepala Humas Universitas Pendidikan Indonesia, dalam
http://islamiccenter.upi.edu/2011/07/selesaikan-masalah-dengan-shalat/)